penelitian geomorfologi tenggarong

23
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Daerah penelitian terletak di daerah Jahab dan sekitarnya Kecamatan Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara Propinsi Kalimantan Timur. Daerah penelitian termasuk Zona Cekungan Kutai. Cekungan Kutai merupakan salah satu Cekungan besar di Indonesia yang terletak di Timur Kalimantan. Penyebaran Cekungan ini di sebelah Utara dibatasi oleh Tinggian Mangkaliat, di Selatan dibatasi oleh Tinggian Patemoster dan Pegunungan Meratus, di sebelah Timur dibatasi oleh Paparan Benua dan di Barat dibatasi oleh Tinggian Kuching. Pembentukan endapan-endapan Cekungan Kutai berlangsung dari Awal Paleogen sampai sekarang dan meliputi daerah yang sangat luas. Perkembangan Morfologi, penyebaran litologi secara vertikal dan horizontal, perkembangan Struktur Geologi pada Cekungan yang sangat luas biasanya sangat bervariasi. Litologi daerah Jahab dan sekitarnya berdasarkan peta Geologi Regional termasuk dalam Formasi Pulu Balang dan Formasi Pamaluan, sedangkan pada daerah penelitian termasuk dalam Formasi Pulu Balang. Dengan adanya penelitian geologi diharapkan mendapatkan data-data geologi yang akurat serta mengetahui secara teliti litologi yang ada, sehingga apabila ditemukan adanya endapan

Upload: enn-lowoek

Post on 01-Dec-2015

368 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: penelitian geomorfologi tenggarong

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar belakang

Daerah penelitian terletak di daerah Jahab dan sekitarnya

Kecamatan Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara Propinsi

Kalimantan Timur. Daerah penelitian termasuk Zona Cekungan Kutai.

Cekungan Kutai merupakan salah satu Cekungan besar di Indonesia

yang terletak di Timur Kalimantan. Penyebaran Cekungan ini di

sebelah Utara dibatasi oleh Tinggian Mangkaliat, di Selatan dibatasi

oleh Tinggian Patemoster dan Pegunungan Meratus, di sebelah Timur

dibatasi oleh Paparan Benua dan di Barat dibatasi oleh Tinggian

Kuching. Pembentukan endapan-endapan Cekungan Kutai berlangsung

dari Awal Paleogen sampai sekarang dan meliputi daerah yang sangat

luas. Perkembangan Morfologi, penyebaran litologi secara vertikal dan

horizontal, perkembangan Struktur Geologi pada Cekungan yang

sangat luas biasanya sangat bervariasi. Litologi daerah Jahab dan

sekitarnya berdasarkan peta Geologi Regional termasuk dalam

Formasi Pulu Balang dan Formasi Pamaluan, sedangkan pada daerah

penelitian termasuk dalam Formasi Pulu Balang.

Dengan adanya penelitian geologi diharapkan mendapatkan

data-data geologi yang akurat serta mengetahui secara teliti litologi

yang ada, sehingga apabila ditemukan adanya endapan alam yang

berharga dapat dilanjutkan dengan penelitian yang lebih detail tentang

endapan tersebut.

1.2 Maksud dan tujuan

Maksud dan tujuan dilaksanakanya penelitian ini adalah :

Ø Untuk mengetahui keadaan geomorfologi daerah penelitian

Ø Mengetahui susunan stratigtafi daerah penelitian,

Page 2: penelitian geomorfologi tenggarong

Ø Mengetahui struktur geologi yang berkembang didaerah

penelitian,

Ø Geologi sejarah daerah penelitian,

Ø Mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku kuliah

Ø Melatih keterampilan dalam eksplorasi

Ø Informasi lainnya yang masih berhubungan dengan Ilmu

Pengatahuan yang ada di Fakultas Teknik Geologi jurusan

Geologi Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Kutai

Kartanegara.

1.3 Lokasi, Luas dan Kesampaian Daerah

Secara administratif daerah penelitian adalah daerah Jahab dan

sekitarnya Kecamatan Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara

Propinsi Kalimantan Timur. Secara geografis daerah penelitian terletak

pada koordinat 000 28' 00" LS - 000 29' 30" LS dan 1160 54' 30" BT -

1160 56' 00" BT, dan termasuk dalam lembar Tenggarong 1815 - 62

skala 1 : 50.000. dengan luas daerah + 7.7 km2. Kesampaian daerah

penelitian berjarak + 15 km dari Kota Tenggarong ke arah Barat Daya

(jalur Tenggarong – Kota Bangun) dan dapat ditempuh + 10 menit

dengan menggunakan kendaraan roda 2 atau 4 sampai ke jalan raya

Jahab, kemudian masuk ke area penelitian + 300 meter dengan

menggunakan kendaraan roda 2 atau berjalan kaki ke arah Selatan.

1.4 Kondisi Umum Daerah Penelitian

Daerah penelitian kelurahan Jahab dan sekitarnya berupa daerah

perbukitan dan persawahan serta berupa sungai kecil yang mengalir

dari derah perbukitan menuju daerah yang lebih rendah. Daerah ini

beriklim tropis.

1.5 Waktu Penelitian

Penelitian lapangan di daerah Jahab dan sekitarnya dilaksanakan pada

tanggal 24 November – 2 Desember 2007

1.6 Metode dan Tahapan Penelitian

Page 3: penelitian geomorfologi tenggarong

1.6.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah pemetaan geologi

permukaan dengan melakukan pengumpulan data-data lapangan.

1.6.2. Tahapan Penelitian

Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian geologi

daerah Jahab Kecamatan Tenggarong dan sekitarnya adalah sebagai

berikut :

1.6.1.1 Tahapan Persiapan

Tahapan ini dilakukan agar segala tindakan yang mengacu pada

kegiatan penelitian dapat terlaksana dengan baik dan sistematis.

Adapun tahapan persiapan ini meliputi :

a. Mengurus administrasi sesuai dengan prosedur yang berlaku

b. Mengadakan studi tentang data-data geologi daerah

penelitian secara regional dari hasil penelitian terdahulu.

c. Mempersiapkan peralatan penelitian seperti :

- Peta Lapangan

- Kompas Geologi

- GPS (Global Posisitioning System)

- Palu Geologi

- Pita ukur (meteran)

- Alat tulis

- Larutan HCL

- Kantong Sampel (tas plastik)

- Kamera otomatis

- Dll

1.6.1.2. Tahapan penelitian lapangan

Pada tahapan ini penelitian berorientasi pada pemetaan geologi

dengan tujuan utama adalah geomorfologi, Stratigrafi, struktur

geologi dan litologi. Untuk memantapkan tahapan ini

diperlukan tahapan kegiatan yang sistematis dan menunjang

Page 4: penelitian geomorfologi tenggarong

faktor diatas antara lain : orientasi lapangan, penelitian detail

dan penelitian ulang.

Tahapan orientasi lapangan dilakukan dengan mengumpulkan

data-data sebagai berikut :

- Data geomorfologi

- Kondisi medan

- Litologi

- rencana lintasan yang akan dilaksanakan

Tahapan penelitian detail dilakukan dengan mengumpulkan

data-data sebagai berikut :

- Data lereng

- Struktur geologi

- Litologi

- Analisa sampel batuan

- Pengambilan gambar singkapan dan gambar morfologi daerah

penelitian

Tahapan penelirtian ulang dimaksudkan untuk memperbaiki dan

melengkapi data-data sebelumnya. Hal ini dilakukan dengan

mendatangi lokasi – lokasi yang datanya kurang lengkap.

1.6.1.3 Tahapan penulisan Laporan

Tahapan ini merupakan tahapan akhir dari seluruh kegiatan

penelitian, penulisan laporan berdasarkan pada data-data yang

didapat di lapangan, hasil analisa, data-data hasil penelitian

terdahulu serta data-data kepustakaan yang berhubungan

dengan daerah penelitian sebagai bahan perbandingan.

Pada tahapan penulisan laporan di pergunakan peralatan-

peralatan seperti :

1. Kertas gambar

2. Milimeter blok

3. Alat tulis

4. Mesin Hitung ( Calculator )

Page 5: penelitian geomorfologi tenggarong

5. Komputer

1.7 Kajian Pustaka

Beberapa peneliti yang telah melakukan penelitian baik yang

bersifat regional maupun yang berkaitan langsung dengan daerah

penelitian, antara lain :

Supriatna dkk ( Bulan Mei 1978 ), dalam penelitiannya membagi

fisiografi Zona Cekungan Kutai menjadi tiga zona yaitu, Zona dataran

rawa di Barat, Zona Pegunungan Bergelombang ( Antiklinorium

Samarinda ) di Tengah dan Zona Delta Mahakam di Timur. Dalam

penelitiannya juga memuat susunan formasi penyusun stratigrafi

Cekungan Kutai.

Rose dkk ( 1978 ), dalam penelitiannya menyebutkan Statigrafi

Cekungan Kutai terbentuk sejak Kala Miosen. Sedimen yang

diendapkan di bagian Timur tebal sekali dengan Fasies pengendapan

yang berbeda-beda, sehingga banyak ditemukan nama Formasi

dengan ciri litologi yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Keseluruhan sedimen memperlihatkan siklus genang laut-susut laut

(transgresi-regresi). Urutan regresi di Cekungan Kutai mengandung

lapisan-lapisan klastik deltaik hingga paralik yang mengandung banyak

lapisan batubara.

Samuel dkk (1975) dalam penelitiannya memperkirakan

Cekungan Kutai terjadi karena adanya gerak pemisahan Pulau

Kalimantan dan Pulau Sulawesi yang memungkinkan terjadi pada Akhir

Kapur sampai Awal Paleogen. Cekungan ini di Utara dibatasi oleh

tinggian Mangkaliat, di Selatan dibatasi oleh Tinggian Paternoster dan

Pegunungan Meratus, di Timur dibatasi oleh Selat Makassar.

Ott (1987), mengadakan penelitian mengenai sejarah

perkembangan struktur perkembangan Geologi Cekungan Kutai. Dari

penelitian Ott disebutkan bahwa stuktur yang berkembang di

Cekungan Kutai secara regional merupakan bagian kerangka tektonik

daerah Kalimantan Timur, bahwa struktur di Cekungan Kutai

Page 6: penelitian geomorfologi tenggarong

dipengaruhi oleh proses pengangkatan Tinggian Kuching akibat

subduction di Laut Cina Selatan yang mengakibatkan struktur lipatan,

salah satunya adalah Antiklinorium Samarinda dengan arah sumbu

reletif Timur-Barat Daya dimana daerah penelitian termasuk di

dalamnya.

Dari uraian kajian pustaka yang dipelajari dan hubungnya

dengan daerah penelitian diperoleh gambaran bahwa daerah

penelitian berupa perbukitan lipatan Homoklin dengan beda tinggi 10 –

50 m dari permukaan laut termasuk dalam (Antiklinorium Samarinda),

endapan-endapan litologi yang bervariasi didaerah penelitian.

1.8 Sistematika Pembahasan

Bab 1. Pendahuluan

Pendahuluan meliputi : latar belakang, maksud dan tujuan penelitian,

letak, luas, dan kesampaian daerah, waktu penelitian, metode

penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan laporan.

Bab 2. Geomorfologi

Bab 3. Stratigrafi

Bab 4. Struktur Geologi

Bab 5. Sejarah Geologi

Bab 6 Potensi Geologi

Bab 7. Kesimpulan

Daftar Pustaka.

BAB II

GEOMORFOLOGI

Page 7: penelitian geomorfologi tenggarong

2.1 Geomorfologi Regional

Menurut Supriatna dkk (1978), secara fisiografi Zona Cekungan Kutai

bagian tengah dibagi menjadi tiga, yaitu Zona dataran berawa pada

bagian Barat, zona punggungan perbukitan (Antiklinorium Samarinda)

pada bagian tengah dan zona Delta Mahakam pada bagian Timur,

daerah penelitian terletak pada perbukitan lipatan dengan subsatuan

geomorfologi struktural denudasional.

Fisiografi daerah penelitian umumnya menunjukan bentuk

punggungan perbukitan dengan struktur perlipatan (Antiklinorium

Samarinda)

Secara regional morfologi daerah penelitian termasuk dalam

Cekungan Kutai (Nuay, 1985) Cekungan Kutai merupakan cekungan

pengendapan yang berbatasan dengan Tinggian Kuching disebelah

Utara, Cekungan Melawai Ketungau disebelah Barat, dan Cekungan

Barito disebelah Selatan. Berdasarkan peta geomofologi lembar

Samarinda edisi I – 1991 oleh S. Poedjoprajitno, Suharsono dan

Kamawan (1998), maka hal ini dapat dibedakan :

1. Rawa Buri (Back Swamp)

Merupakan dasar lembah cekung, lembah berbentuk “U” dengan

jenis erosi alur, dijumpai adanya meterial organik, tanaman air,

ilalang.

2. Dataran Banjir

Kondisi topografi dasar lembah, tipe erosi alur yang berbentuk “U”

perkembangan humus terbatas, khususnya daerah aktif banjir.

3. Permatang Sungai

Terletak disebelah timur daerah penelitian lereng berbentuk

cembung dengan tipe erosi alur aktifitas sungai mendatar tanah

tanpa material organik dan semak belukar.

4. Kipas Alluvial

Page 8: penelitian geomorfologi tenggarong

Dengan bentuk lereng cekung pola aliran subdenritik bentuk

lembah “V” tajam, tipe erosi alur, aktifitas sungai tegak, material

organik sedikit, terdiri dari semak belukar.

5. Dasar Lembah

Dengan bentuk lereng datar, tipe erosi alur, merupakan daerah

akumulasi fragmen batuan yang berasal dari lereng, terdiri dari

tanah hasil penumpukan material organik.

6. Gosong Pasir

Letak topografi daerah lembah, dengan jenis erosi alur, dan jarang

dijumpai material organik.

7. Bukit Terisolir

Letak topografi daerah perbukitan, bentuk lereng cekung teratur,

tidak dijumpai metrial organik.

8. Punggungan Perbukitan

Letak topografi pada bagian tengah lembah, bentuk lereng cekung

teratur, bentuk lembah “U” dangkal, tife erosi alur, sedikit

dijumpai materil organik.

2.2 Dasar Pembagian Bentuk Lahan

Dalam menentukan bentuk lahan geomorfologi daerah penelitian

dapat disimpulkan, yaitu berdasarkan aspek :

1. Morfologi, yaitu aspek yang mempelajari relief secara umum,

yaitu :

a. Morfografi, merupakan aspek-aspek yang bersifat pemerian

suatu daerah, misalnya perbukitan, lembah, pegunungan dan

dataran.

b. Morfometri, merupakan suatu aspek-aspek yang besifat

kuantitatif dari suatu bentuk lahan seperti kemiringan lereng,

bentuk lereng, ketinggian, bentuk lahan dan relief.

Page 9: penelitian geomorfologi tenggarong

2. Morfogenesa, studi mengenai geomorfologi yakni proses yang

mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk lahan, mencakup

a. Morfo-struktur aktif berupa tenaga endogen dan struktur

geologi seperti : antiklin, sinklin dan sesar

b. Morfo-struktur pasif meliputi litologi dan proses pelapukan

c. Morfo-dinamik berupa tenaga eksogen yang berhubungan

degan proses air, proses angin, proses sungai dan lainya.

2.3 Geomorfologi Daerah Penelitian

Daerah penelitian Jahab Kecamatan Tenggarong dan sekitarnya

merupakan daerah yang memiliki morfologi perbukitan dan dataran

(rawa).

Berdasarkan perolehan data dibeberapa tempat dijumpai bentuk

lahan berupa daerah miring sampai dengan daerah curam dan dataran

(Klasifikasi Van Zuidam, 1983)

Perkembangan bentuk lahan daerah Jahab Kecamatan

Tenggarong dan sekitarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya struktur geologi yaitu kekar, perlipatan (Antiklinorium

Samarinda) dan litologi penyusunnya.

Pembagian morfologi daerah penelitian meliputi pembagian

berdasarkan kenampakan dari permukaan bumi (bentang alam)

dengan memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi selama

proses pembentukan.

Faktor litologi pengontrol pada umumnya merupakan batuan

berukuran butir halus – sedang dengan resistensi yang rendah yang

mengakibatkan pelapukan semakin intensif sejalan dengan

perkembangan waktu, proses pelapukan, proses erosi, transportasi

dan sedimentasi sehingga menghasilkan kenampakan bentuk lahan

seperti pada daerah penelitian sekarang ini. Proses tersebut yang

dominan membentuk kenampakan bentang alam di daerah penelitian

yang sekarang.

Page 10: penelitian geomorfologi tenggarong

2.3.1 Bentuk asal Denudasional

Bentuk asal denudasional merupakan salah satu bentuk lahan yang

terbentuk karena proses pelapukan dan erosi yang efektif dan

kemudian diakhiri dengan proses pengendapan, pada daerah

penelitian dicerminkan adanya perbukitan dan dataran.

2.3.1.1. Fluvial

Bentuk asal fluvial berupa dataran yang terbentuk karana proses

fluviatil hasil pelapukan, erosi, transportasi yang efektif. Di daerah

penelitian bentuk asal fluvial ini berupa dataran alluvial, yaitu satuan

bentuk lahan dataran banjir.

2.3.1.2. Subsatuan bentuk lahan Flood Plains

Penentuan bentuk lahan dataran banjir berdasarkan hasil penafsiran

peta topografi, pengamatan lapangan dan pengukuran yaitu secara

morfografi berupa dataran, secara morfimetri menunjukan daerah

yang relatif datar sampai dengan rata dengan persen lereng 0-2%

dengan beda tinggi kurang lebih 5 meter, secara morfostruktur pasif

terusun oleh material lepas dengan endapan sungai berukuran pasir

berupa lumpur, secara morfo-dinamis terbentuk dari proses

transportasi oleh sungai/alur sungai. Satuan bentuk lahan daerah

dataran menempati + 27% dari seluruh daerah penelitian.

Tabel 2.1. Dasar pembagian geomorfologi (A.K Lobeck :1931)SATUAN

GEOMORFIKSUB SATUAN GEOMORFIK

PEMERIAN

Fluvial River Beds Merupakan daerah datar sampai dengan hampir datar, luas kira-kira + 27% dari seluruh daerah penelitian dengan persen lereng 0 – 2%, daerah berupa dataran rendah dan dataran alluvial dengan ciri-ciri litologi pasir halus dan endapan lumpur.

Denudational Denudational Merupakan daerah perbukitan yang

Page 11: penelitian geomorfologi tenggarong

Slopes and Hill

(Perbukitan Homoklin)

mempunyai ketinggian 10 – 50 m dari permukaan laut, menempati + 73% daerah penelitian dengan ciri-ciri litologi batupsir halus hingga sedang, lereng miring hingga hampir curam, persen lereng 7 – 50%

Tabel 2.2 Dasar pembagian kelas lereng dan hubungan antara proses kemiringan dan kondisi permukaan (Van Zuidam, 1983)

Kelas Lereng Sifat-Sifat dan Kondisi Alamiah Warna

0° – 2°

( 0 – 2 % )

2° - 4°

Datar hingga hampir datar. Tidak ada proses denudasi yang berarti.

Agak Miring.

Pergerakan massa tanah secara

Hijau.

Hijau Muda.

Kuning Terang

Page 12: penelitian geomorfologi tenggarong

( 2 – 7 % )

4° – 8°

( 7 – 15 % )

8° – 16°

( 15 – 30 % )

16° – 35°

( 30 – 70 % )

35° – 55°

( 70 – 140 % )

> 55°

( > 140 % )

perlahan dengan kecepatan yang berbeda, erosi lembar dan erosi alur. Rawan erosi.

Miring.

Hampir sama dengan diatas, tetapi dengan besaran yang lebih tinggi.

Curam Menengah.

Banyak terjadi gerakan tanah, erosi dan longsoran yang bersifat mendatar.

Curam.

Proses denudasional intensif, erosi dan gerakan tanah sering terjadi.

Sangat Curam.

Batuan umumnya mulai tersingkap, proses denudasional sangat intensif, sudah mulai menghasilkan endapan rombakan (koluvial).

Curam Ekstrim.

Batuan tersingkap, proses denudasional sangat kuat, rawan jatuhan batu, tanaman jarang tumbuh (terbatas)

Jingga.

Merah Muda.

Merah Tua.

Ungu.

2.3.2 Satuan Geomorfologi Denudasional

Penentuan satuan bentuk lahan Denudasional adalah hasil dari penafsiran peta

geologi melalui pengamatan singkapan batuan di lapangan dan pengukuran, secara

morfografi berupa perbukitan dengan jarak relatif rapat, morfometri mempunyai

kemiringan lereng miring hingga curam, secara morfostruktur pasif terbentuk oleh

adanya lipatan (antiklinorium samarinda), kikisan yang kuat dengan lembah dominan

berbentuk “U” dengan lebar lembah berkisar 40 – 50 meter, tersusun oleh batuan sedimen

Page 13: penelitian geomorfologi tenggarong

berbutir halus hingga sedang, secara morfodinamis terbentuk dari hasil pelapukan batuan

dan proses erosi air, yang banyak terdapat di alur sungai.

2.3.2.1 Subsatuan bentuk lahan Perbukitan Homoklin

Subsatuan bentuk lahan perbukitan Homoklin ditandai dengan terdapatnya arah

kemiringan batuan rata-rata kearah barat laut.

2.3.2.2 Sub Satuan bentuk lahan Denudational Slopes and Hill

Subsatuan bentuk lahan Denudational Slopes and Hill ditandai dengan terdapatnya daerah

perbukitan yang terdapat di sebelah timur dan barat dari Flood Plains yang terdapat di

membujur dari utara sampai selatan.

Foto. 2.2. Kenampakan Subsatuan Geomorfologi Struktural Denudasional

Arah kamera N600/E

Page 14: penelitian geomorfologi tenggarong

Berdasarkan tabel perhitungan persen lereng ( lihat lampiran 4 ) maka sub-satuan

perbukitan mempunyai nilai slop 7% – 50 % yang merupakan miring hingga curam

(klasifikasi Van Zuidam, 1983).

2.4 Pola Pengaliran Jenis Sungai

2.4.1. Pola Pengaliran

Pola pengaliran merupakan pola yang dibentuk oleh aliran air di permukaan yang dipengaruhi faktor geologi yaitu berupa litologi, kontrol struktur, dan kelerengan topografi maupun faktor iklim yang memungkinkan terdapatnya air dalam jumlah yang relatif besar. Faktor litologi sangat mempengaruhi pembentukan suatu pola pengaliran, litologi yang memiliki resistensi yang rendah umumnya terbentuk pada pola pengaliran yang kurang beraturan sebaliknya batuan yang memiliki resistensi yang lebih tinggi menghasilkan pola aliran yang tegas. Kondisi iklim sangat berpengaruh sekali dalam genesa pola pengaliran, semakin tinggi curah hujan maka

Page 15: penelitian geomorfologi tenggarong

semakin banyak air yang ada, kegiatan air akan teratur dalam lembah-lembah pengaliran.

Menurut Arthur Davis Howard (1966), kumpulan jalur-jalur pengaliran hingga

bagian terkecilnya mengalami pelapukan atau tidak ditempati oleh sungai secara

permanen.

Menurut Dessaunet (1972), susunan garis-garis alamiah yang mempunyai pola

tertentu. Pada suatu daerah yang dikaitkan dengan kondisi geologi lokal dan sejarah

geologinya.

Menurut William D. Thorbury (1954), merupakan penggabungan dari beberapa

individu sungai yang saling berhubungan membentuk suatu pola dalam kesatuan ruang.

Pola pengaliran pada hakikatnya menggambarkan daerah yang relatif lunak,

tempat erosi mengambil bagian dengan aktif, merupakan daerah rendah hingga air

permukan dapat terkumpul dan mengalir. Adakalanya resistensi batuan relatif sama,

sehingga tidak ada tempat mengalir yang tertentu dan erosi menjadi luas. Hal ini

mencerminkan bahwa pola pengaliran dikendalikan oleh resistensi batuan, struktur

geologi dan proses yang berlangsung didaerah tersebut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pola aliran antara lain :

a. Kemiringan lereng d. Pembentukan pegunungan

b. Perbedaan resistensi batuan e. Proses geologi

c. Sejarah dan stadia geomorfik f. Kontrol struktur

Pembahasanan pola pengaliran meliputi aspek pola pengaliran, penyimpangan

aliran, tektur pengaliran, jenis sungai berdasarkan bentuk lembah. Adapun tujuan

pembahasan aspek-aspek tersebut di atas adalah untuk mengetahui hubungan antara

pengeruh kendali geologi terhadap aspek pola pengaliran secara keseluruhan.

Tabel 2.3 Hubungan aspek-aspek pola pengaliran dan makna geologi

Page 16: penelitian geomorfologi tenggarong

Aspek-aspek pola

pengairanMakna geologi Model

Pola pengaliranFungsi dan litologi,

Struktur dan proses geologi

Arthur Davis Howard,

1967

Penyimpangan aliran

Fungsi dan resistensi

batuan, struktur geologi,

bidang perlapisan

Arthur Davis Howard,

1967

Tekstur PengairanFungsi dari litologi (ukuran

butir dan permeabilitas)Way, 1968

Tempat mengalir Fungsi dari proses aluvial Thombury, 1954

Bentuk lembah sungaiFundi dari litologi (ukuran

butir)Van Zuidam, 1983

Berdasarkan rangkaian sungai-sungai utama, cabang-cabang sungai dan alur-alur

liar, menunjukan bahwa pola percabangan antara sungai dan cabang sungai yang

berkembang di daerah penelitian membentuk sudut lancip yang relatif sama diseluruh

daerah penelitian (Peta Pola Pengaliran).

Berdasarkan klasifikasi Howard, 1967, pola pengaliran didaerah penelitian membentuk

pola aliran Sub-denritik. Pola aliran ini merupakan pencerminan dari kontrol struktural

dan rekahan-rekahan kecil pengaruhnya, karena proses denudasional yang bekerja

intensif. Pola aliran subdenritik merupakan ubahan dari pola denritik yang dikontrol oleh

jenis geologi yang bervariasi biasanya tersusun oleh batuan sedimen butir halus sampai

dengan butir sedang dengan resistensi lemah/rendah dan berkembang pada bidang

perlapisan batuan.

Berdasarkan tabel 2.2 diketahui bahwa pada satuan bentuk lahan perbukitan berlereng

curam dan bentuk lahan perbukitan berlereng curam menengah dijumpai adanya

penyimpangan aliran disebabkan oleh rensistensi batuan dan bidang perlapisan.

2.4.2 Jenis Sungai

Page 17: penelitian geomorfologi tenggarong

Klasifikasi Calvin F. Miler (diambil dari buku Van Zuidam, 1983), berdasarkan genesanya jenis sungai dibagi menjadi beberapa tife, yaitu :

a. Sungai konsekuen Sungai yang mengalir dengan searah kemiringan lapisan.

b. Sungai subsekuen Sungai yang mengalir yang arah alirannya searah dengan jurus perlapisan batuan dan membentuk lembah ssepanjang daerah lunak.

c. Sungai obsekuen Sungai yang mengalir berlawanan arah dengan kemiringan lapisan batuan dan berlawanan arah dengan sungai konsekuen. Umumnya merupakan cabang dari sungai sebsekuen.

d. Sungai ResekuenSungai yang mengalir searah dengan kemiringan lapisan batuan dan searah dengan sungai konsekuen, tetapi cenderung baru.

e. Sungai InsekuenSungai yang tidak jelas pengendaliannya. Tidak mengikuti jurus batuan dan tidak jelas mengikuti kemiringan lapisan batuan. Umumnya menyangkut sungai-sungai kecil.

Dari klasifikasi Arthur Davis Howar, 1966 dan Calvin F. Miller (dari buku Van

Zuidam, 1983) maka dapat disimpulkan pola aliran daerah penelitian adalah sub-denritik

dengan jenis sungai Subsekuwen yang mengalir searah jurus perlapisan batuan dan

sungai Obsekuen yang mengalir berlawanan arah kemiringan perlapisan batuan.

2.5 Stadia Geomorfologi

Pada daerah penelitian stadia erosi dapat dilihat dari beberapa gejala yang nampak

dari bentuk lahan yaitu dari unsur-unsur bentuk lahan yang ada meliputi bentuk yang

berkelok-kelok, lembah sungai relatif lebar dengan jenis erosi yang membentuk pola alur

liar dan lembah, pola ini berkembang pada satuan bentuk lahan perbukitan lipatan.

Sedangkan pada satuan bentuk lahan dataran erosinya membentuk lembah.

Bentuk lembah “U” berkembang di sebagian besar bentuk lahan. Hal ini menunjukan

adanya stadia bentuk lembah yang sedang mencapai tahap lanjut dengan proses erosi

yang lebih efektif dari pada proses sedimentasi.

Hubungan gemorfologi dengan geologi pada daerah penelitian adalah dengan terjadinya

proses erosi yang lanjut tersebut dijumpai kenampakan puncak-puncak bukit yang relatif

Page 18: penelitian geomorfologi tenggarong

tumpul yang secara keseluruhan membentuk lembah yang terdiri dari bukit-bukit dan

sebagian kenampakan dataran.

Berdasarkan uraian diatas, daerah penelitian dibagi menjadi perbukitan dan dataran,

perkembangan bentuk lahan didaerah penelitian dipengaruhi oleh faktor litologi

penyusun, proses-proses struktur geologi. Pola pengaliran yang berkembang dalah

subdenritik dengan tekstur aliran sedang dengan stadia geomorfologi digolongkan stadia

dewasa.

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, dikatahui bentuk lahan daerah penelitian

berhubungan dengan beberapa faktor pengontrol berupa litologi penyusun berupa litologi

berupa batuan sedimen yang bervariasi ukuran butirnya (butir halus sampai sedang) dan

kontrol struktur geologi didaerah penelitian berupa struktur denudasional. Pembahasan

mengenai faktor-faktor tersebut kan lebih jelah dibahas pada bab stratigrafi dan bab

struktur daerah penelitian pada bab selanjutnya.