penerapan metode eksperimen terhadap hasil belajar … · 2018. 9. 18. · penerapan metode...

107
PENERAPAN METODE EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR IPA MURID KELAS V SDN 119 BELALANG KECAMATAN ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh Rusna Juada 10540 9163 14 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR 2018

Upload: others

Post on 28-Jan-2021

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PENERAPAN METODE EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR IPA

    MURID KELAS V SDN 119 BELALANG KECAMATAN ANGGERAJA

    KABUPATEN ENREKANG

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar

    Sarjana Pendidikan Pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

    Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

    Universitas Muhammadiyah Makassar

    Oleh

    Rusna Juada

    10540 9163 14

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

    2018

  • UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

    SURAT PERNYATAAN

    Nama : Rusna Juada

    NIM : 10540 9163 14

    Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

    Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

    Judul : Penerapan Metode Eksperimen Terhadap Hasil Belajar IPA

    Murid Kelas V SDN 119 Belalang Kecamatan Anggeraja

    Kabupaten Enrekang

    Skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah asli hasil karya sendiri,

    bukan hasil ciplakan atau dibuatkan oleh orang lain.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia

    menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

    Makassar, 31 Agutus 2018

    Yang Membuat Perjanjian

    Rusna Juada

  • UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

    SURAT PERJANJIAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

    Nama : Rusna Juada

    NIM : 10540 9163 14

    Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

    Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

    Judul : Penerapan Metode Eksperimen Terhadap Hasil Belajar IPA

    Murid Kelas V SDN 119 Belalang Kecamatan Anggeraja

    Kabupaten Enrekang

    Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

    1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini, saya yang

    menyusunnya sendiri (tidak dibuatkan oleh siapapun).

    2. Dalam penyusunan skripsi ini yang selalu melakukan konsultasi dengan

    pembimbingan yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.

    3. Saya tidak akan melakukan penciplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi saya.

    4. Apabila saya melanggar perjanjian saya seperti butir 1, 2 dan 3 maka saya

    bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang ada.

    Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran

    Makassar, 31 Agustus 2018

    Yang Membuat Perjanjian

    Rusna Juada

  • MOTO DAN PERSEMBAHAN

    Pengalaman adalah guru terbaik.

    Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali

    tampak mustahil; kita baru yakin kalau

    kita telah berhasil melakukannya dengan baik.

    -

    Evelyn Underhil

    Karya ini kupersembahkan untuk

    1. Ayah dan Ibuku Tercinta

    2. Saudara-saudariku tercinta

    3. Keluarga besarku

    4. Sahabat-sahabatku

    Terima kasih atas dukungan dan doa nya.

  • KATA PENGANTAR

    Allah Maha Penyayang dan Pengasih, demikian kata untuk mewakili atas

    segala karunia dan nikmat-Nya. Jiwa ini takkan henti bertahmid atas anugerah pada

    detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio pada-Mu, Sang

    Khalik. Skripsi ini adalah setitik dari sederetan berkah-Mu.

    Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi terkadang

    kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Kesempurnaan bagaikan

    fatamorgana yang semakin dikejar semakin menghilang dari pandangan, bagai

    pelangi yang terlihat indah dari kejauhan, tetapi menghilang jika didekati. Demikian

    juga tulisan ini, kehendak hati mencapai kesempurnaan, tetapi kapasitas penulis

    dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis kerahkan untuk membuat

    tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya

    dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

    Muhammadiayah Makassar.

    Selanjutnya penghargaan yang setinggi-tingginya serta ucapan terima kasih

    yang sebesar-besarnya penulis sampaikan dengan hormat kepada:

    1. Bapak Dr. H. Rahman Rahim SE.,MM Rektor Universitas Muhammadiyah

    Makassar

    2. Bapak Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

    Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

  • 3. Bapak Aliem Bahri, S.Pd., M. Ketua Program Studi Pendidikan Guru

    Sekolah Dasar.

    4. Seluruh dosen dan staf pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan

    Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiayah Makassar

    5. Ibu Dr. Nurlina, S.Si., M.Pd. selaku dosen pembimbing I yang senantiasa

    memberikan arahan dan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.

    6. Ibu Hilmi Hambali, S.Pd., M.Kes. selaku pembimbing II yang senantiasa

    memberikan arahan dan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini

    7. Kedua orang tua Ayahanda dan Ibunda yang senantiasa mendoakan penulis

    dalam proses menimba ilmu.

    8. Anak Basecamp dan PGSD 14 E terima kasih atas segala kebersamaan,

    motivasi, saran, dan bantuannya kepada penulis yang telah memberi warna

    selama berkuliah Di Universitas Muhammadiyah Makassar.

    Akhirnya, hanya kepada Allah SWT jualah penulis berdoa semoga segala

    bantuan, pengorbanan serta perhatiannya dapat bernilai ibadah. Aamiin.

    Makassar, Agustus 2018

    Penulis

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

    LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................ iii

    SURAT PERNYATAAN ....................................................................................... iv

    SURAT PERJANJIAN .......................................................................................... v

    MOTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vi

    ABSTRAK .............................................................................................................. vii

    KATA PENGANTAR ............................................................................................ viii

    DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

    DAFTAR TABEL .................................................................................................. xii

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang .............................................................................................. 1

    B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 5

    C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5

    D. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 6

    BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS ...........

    A. Kajian Pustaka ................................................................................................ 7

    1. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar ........................................................ 7

  • 2. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) .................................................................. 10

    3. Faktor yang Memenuhi Hasil Belajar ....................................................... 14

    4. Metode Eksperimen .................................................................................. 17

    5. Pengaruh Metode Eksperimen Terhadap Hasil Belajar ............................ 22

    6. Hasil Penelitian Relevan ........................................................................... 24

    B. Kerangka Pikir .............................................................................................. 25

    C. Hipotesis Tindakan ....................................................................................... 26

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Rancangan Penelitian .................................................................................... 27

    B. Populasi dan Sampel ..................................................................................... 28

    C. Defenisi Operasional Variabel ...................................................................... 29

    D. Instrumen Penilaian ..................................................................................... 30

    E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 31

    F. Teknik Analisis Data .................................................................................... 32

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil penelitian ............................................................................................. 37

    B. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................................ 46

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan ................................................................................................... 50

    B. Saran ............................................................................................................ 51

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    RIWAYAT HIDUP

  • DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 3.1.Desain Penelitian........................................................................................ 28

    Table 3.2.Ketegori Standar Hasil Belajar .................................................................. 33

    Tabel 3.3 Kategori Standar Ketuntasan ..................................................................... 33

    Tabel 4.1 Statstik Skor Hasil Belajar IPA Murid Sebelum Diberikan Perlakuan

    (Pretest) Dan Sesudah Diberikan Perlakuan (Posttest) ............................. 37

    Tabel 4.2 Analisis Statistik Deskriptif Skor Hasil Belajar IPA Sebelum Diterapkan

    Metode Eksperimen ................................................................................... 38

    Tabel 4.3 Analisis Statistik Deskriptif Skor Hasil Belajar IPA Sesudah Diterapkan

    Metode Eksperimen ................................................................................... 38

    Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil belajar IPA

    MuridSebelumDiberikanPerlakuan (Pretest) ............................................ 39

    Tabel 4.5 Deskripsi Ketuntasan Belajar IPA Murid Sebelum Diberikan Perlakuan

    (Pretest) ..................................................................................................... 40

    Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar IPA Murid Setelah

    Diberikan Perlakuan (Posttest) .................................................................. 41

    Tabel4.7 Deskripsi Ketuntasan Belajar IPA Murid Setelah Diberikan Perlakuan

    (Posttest) .................................................................................................... 41

  • Tabel 4.8 Perbandingan Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar IPA

    Murid belum dan Setelah Diberikan Perlakuan ......................................... 42

    Tabel 4.9 Perbandingan Deskripsi Ketuntasan Belajar IPA ...................................... 43

  • DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir ............................................................................ 25

    Gambar 4.1 Perbandingan Distribusi Persentase Skor Hasil Belajar IPA Murid

    Sebelum Dan Setelah Diberikan Perlakuan .......................................... 43

    Gambar 4.2 Perbandingan Deskripsi Ketuntasan Belajar IPA................................... 44

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pendidikan merupakan faktor penting yang menentukan tingkat kemajuan suatu

    bangsa. Pendidikan yang bermutu tentunya akan mencetak sumber daya manusia

    yang berkualitas unggul, sehingga kelak generasi penerus bangsa akan mampu

    bersaing di era globalisasi. Akan tetapi sebaliknya apabila hasil dari proses

    pendidikan ini gagal maka sulit dibayangkan bagaimana suatu bangsa dapat mencapai

    kemajuan. Perbaikan dan peningkatan selalu diupayakan di setiap jenjang pendidikan

    sekolah mulai dari SD, SMP dan SMA.

    Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ini telah

    merumuskan secara tegas mengenai dasar, fungsi, dan tujuan Pendidikan Nasional

    Pasal 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

    yang memuat dasar pendidikan Nasional, yaitu berdasar Pancasila dan Undang-

    Undang Dasar 1945, sedang fungsinya yaitu mengembangkan kemampuan dan

    membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

    mencerdaskan kehidupan bangsa.

    Kemajuan IPTEK yang begitu pesat sangat mempengaruhi perkembangan dalam

    dunia pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia. Pendidikan IPA diharapkan

    dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam

  • sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam

    kehidupan sehari-hari.

    Pembelajaran IPA yang menarik bukan hanya pengetahuan berupa fakta, konsep, dan

    teori yang dijelaskan begitu saja kepada murid, namun lebih dari itu pembelajaran

    tersebut haruslah bermakna, menantang, dan merangsang keingintahuan murid

    dengan menggunakan informasi tentang lingkungan sekitar secara logis, kritis, dan

    kreatif. Murid diharapkan mampu menunjukkan sikap tersebut di bawah bimbingan

    guru dengan cara memecahkan masalah sederhana yang berhubungan dengan

    kehidupan sehari-hari. Dengan berpikir logis, kritis, dan kreatif murid akan mampu

    merubah cara pikirnya menjadi lebih cinta terhadap lingkungannya sendiri dan

    penciptanya.

    Untuk mencapai tujuan pembelajaran dibutuhkan kreativitas guru dalam

    membelajarkan muridnya. Guru harus memiliki kemampuan dalam menelaah

    kurikulum, menyusun silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

    menggunakan strategi, metode, dan media yang tepat, serta mengelola kelas yang

    menyenangkan. Sebagaimana dijelaskan Nana (2004: 25) bahwa, proses

    pembelajaran yang efektif memerlukan strategi dan metode/teknologi pendidikan

    yang tepat. Guru sebaiknya memperhatikan dalam pemilihan dan penentuan metode

    sebelum kegiatan belajar dilaksanakan. Maka dari itu kemampuan guru dalam

    merancang strategi, metode, dan media mutlak dibutuhkan. Tidak semua metode

    cocok untuk sebuah pembelajaran. Ada metode yang cocok dengan pembelajaran

    tertentu, dan ada pula yang kurang sesuai.

  • Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar merupakan pondasi awal dalam menciptakan

    murid-murid yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap ilmiah.

    Pembelajaran IPA harus mengarahkan murid untuk mencari tahu tentang alam cara

    sistematis. Hal ini dilakukan karena pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses

    pendidikan dan juga perkembangan teknologi. IPA dapat membangkitkan minat dan

    kemampuan manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta

    pemahaman tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum

    terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga hasil penemuannya dapat

    dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru.

    Pembelajaran IPA akan sangat bermakna ketika proses pembelajaran itu dimengerti

    dan dipahami oleh murid. Pemahaman murid terhadap konsep-konsep IPA,

    fenomena, dan peristiwa-peristiwa alam dapat dilakukan dengan cara pengamatan di

    lingkungan sekitar melalui proses percobaan.

    Namun, kenyataan yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa proses pembelajaran

    IPA yang dilaksanakan belumlah seperti yang diharapkan. Dari hasil observasi yang

    peneliti lakukan, dapat diketahui bahwa selama ini pembelajaran IPA di Sekolah

    Dasar baik dari kelas I-VI cenderung lebih bersifat teroritis dan terkesan terpisah dari

    kehidupan nyata murid. Guru hanya menitik beratkan pada bagaimana menghabiskan

    materi pelajaran dari buku teks, tanpa memperhatikan tingkat pemahaman murid

    secara keseluruhan.

    Pembelajaran belum menggunakan metode yang bervariasi dan inovatif, terutama

    dalam mata pelajaran IPA. Guru cenderung menggunakan metode ceramah dan

  • metode hafalan, sehingga murid menjadi pasif dalam proses pembelajaran. Mereka

    hanya mendengar, menulis, dan menghafal apa yang diterangkan dan diperintahkan

    oleh gurunya. Kegiatan pembelajaran seperti mengakibatkan murid menjadi bosan

    dalam belajar.

    Dengan metode yang konvensional murid merasa tidak bersemangat dalam belajar,

    apalagi beberapa guru sering memberi catatan materi dalam jumlah banyak. Saat

    mendengarkan penjelasan guru murid juga terkadang hanya melamun, berbicara

    sendiri, tertidur di kelas, dan ada juga yang asyik bermain yang tidak ada

    hubungannya dengan pelajaran untuk menghilangkan rasa bosan. Sikap kerjasama

    dan saling terbuka tidak terlihat pada proses pembelajaran. Murid jarang diberi

    kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan terlibat aktif dalam melakukan

    diskusi kelompok. Kegiatan belajar mengajar seperti ini sangat membosankan bagi

    murid. Murid kurang antusias dalam mengikuti proses belajar mengajar sehingga

    menyebabkan hasil belajar afektif murid menjadi rendah.

    Terdapat masalah terkait proses pembelajaran yang belum dapat teratasi, diantaranya

    adalah fasilitas pembelajaran yang kurang memadai, media pembelajaran tidak

    tersedia, kurangnya motivasi murid, dan juga guru masih belum dapat menentukan

    metode pembelajaran yang paling tepat di tengah segala keterbatasan yang ada.

    Upaya yang telah dilakukan guru untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas

    adalah dengan menerapkan metode demonstrasi. Namun, ternyata cara itu belum

    mampu memperbaiki proses pembelajaran karena masih berpusat pada guru, dan

  • penggunaan metode eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar murid belum

    pernah dilakukan sebelumnya.

    Metode eksperimen sebagai suatu metode pengembangan ilmu akan mampu

    merangsang sikap ilmiah murid melalui percobaan sendiri secara sederhana, dan

    membuktikan kebenaran kata-kata yang selama ini diketahuinya tapi kurang difahami

    maknanya. Karena itu metode eksperimen merupakan salah satu metode yang cocok

    dilakukan di SD dalam bentuk eksperimen sederhana. Seperti yang dijelaskan oleh

    Moedjiono (1992: 77) bahwa, “sebagai suatu metode pengembangan ilmu, metode

    eksperimen patut diterapkan di sekolah-sekolah dasar agar mampu melaksanakan

    eksperimen sederhana”.

    Metode eksperimen akan memberi kesempatan pada peserta didik agar dapat

    mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu

    objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu

    objek, keadaan atau proses sesuatu. Metode eksperimen juga dapat menumbuhkan

    cara berfikir rasional dan ilmiah. Penggunaan metode eksperimen yang memberikan

    pengalaman nyata bagi murid dalam pembelajaran IPA merupakan salah satu solusi

    yang diharapkan dapat meningkatkan hasil pembelajaran IPA murid.

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis memilih untuk mengadakan

    penilitian dengan judul: “Penerapan Metode Eksperimen Terhadap Hasil Belajar

    IPA Murid Kelas V SDN 119 Belalang Kecamatan Anggeraja Kabupaten

    Enrekang”.

  • B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka dikemukakan rumusan masalah

    dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah penerapan metode eksperimen terhadap

    hasil belajar IPA murid kelas V SDN 119 Belalang Kecamatan Anggeraja Kabupaten

    Enrekang?”.

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : Untuk

    mengetahui penerapan metode eksperimen terhadap hasil belajar IPA murid kelas V

    SDN 119 Belalang Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

    D. Manfaat Penelitian

    Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Manfaat Teoritik

    Memberikan wawasan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dibidang

    pendidikan. Diharapkan metode eksperimen dapat digunakan sebagai salah satu

    alternatif pilihan metode pembelajaran yang tepat dalam menarik minat anak untuk

    menggali lebih banyak lagi Ilmu Pengetahuan Alam.

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi Murid, memberi kemudahan dalam memahami pelajaran melalui

    metode-metode yang inovatif dan menumbuhkan cara berfikir rasional dan

    ilmiah.

  • b. Bagi Peneliti, yaitu mengaplikasikan teori yang diperoleh di bangku kuliah,

    dapat dijadikan refleksi untuk terus mencari dan mengembangkan inovasi

    dalam pembelajaran dan mendapatkan pengalaman melaksanakan

    pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen yang mampu

    meningkatkan hasil belajar IPA.

    c. Bagi Guru, metode eksperimen dapt menjadi alternatif bagi guru dalam

    penggunaan metode pembelajaran IPA.

    d. Bagi Sekolah, digunakan sebagai bahan informasi dan kajian untuk

    melakukan penelitian lebih lanjut mengenai metode eksperimen dalam

    kegiatan pembelajaran.

  • BAB II

    KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

    A. Kajian Pustaka

    1. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar

    a. Pengertian Belajar

    Dalam pengertian luas belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik

    menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit,

    belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang

    merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.

    Sardiman (1986 : 20)

    Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital dan secara terus

    menerus akan dilakukan selama manusia tersebut masih hidup. Manusia tidak

    mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak dididik atau diajar oleh manusia

    lainnya. Thobroni (2016 : 15)

    Pengertian belajar menurut bahasa adalah berusaha memperoleh

    kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingka laku atau tanggapan yang

    disebabkan oleh pengalaman. Menurut Winkel (Nurochim, 2013:6) menyatakan

    belajar adalah aktivitas mental mental atau psikis, yang berlangsung dalam

    interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan

    dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap.

  • Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh

    suatu tingkat perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu

    dalam reaksi dengan lingkungannya menyangkut kognitif, afektif, dan

    psikomotor.

    b. Pengertian Hasil Belajar

    Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar murid adalah

    kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar

    itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk

    memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Susanto

    (2013:5)

    “Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh dari suatu proses setelah

    melakukan kegiatan belajar yang diukur dengan menggunakan tes guna melihat

    kemajuan murid” Menurut Slameto (2008:7). Lebih lanjut Slameto (2008:8)

    mengemukakan bahwa “hasil belajar diukur dengan menggunakan rata-rata hasil

    tes yang diberikan dan tes hasil belajar itu sendiri adalah sekelompok pertanyaan

    atau tugas-tugas yang harus dijawab atau diselesaikan atau yang diselesaikan

    oleh murid dengan tujuan mengukur kemajuan murid”.

    Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki murid setelah ia menerima

    pengalaman belajarnya. Individu yang belajar akan memperoleh hasil dari apa

    yang telah dipelajari selama proses belajar itu. Proses penilaian terhadap hasil

    belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan murid dalam

    upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Dari informasi

  • tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan murid lebih

    lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu. Hasil belajar dapat berupa

    dampak pengajaran dan dampak pengiring. Bloom merumuskan hasil belajar

    sebagai perubahan tingkah laku yang meliputi domain (ranah) kognitif, ranah

    afektif, dan ranah psikomotor Winkel (2004: 272).

    Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh

    hasil belajar yang dicapai murid. Winkel (2004: 59) menyatakan bahwa hasil

    belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan

    tingkah lakunya. Agus Suprijono (2010: 5) menyatakan bahwa hasil belajar

    adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.

    Menurut Anni (2004: 4) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang

    diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Fauziansyah (2008:

    14) mengemukakan bahwa “hasil belajar adalah suatu gambaran hasil dari

    tujuan-tujuan yang harus dicapai dalam suatu pembelajaran”. Senada dengan

    pengertian hasil belajar menurut Fauziansyah tersebut, Purwanto (2011: 54)

    mengemukakan bahwa “hasil belajar adalah hasil yang dicapai dari proses belajar

    mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan”.

    Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan para ahli, bahwa hasil

    belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan perilaku murid dalam bakat

    pengalaman dan pelatihan. Artinya tujuan kegiatan belajar mengajar ialah

    perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan,

    sikap, bahkan meliputi segenap aspek pribadi. Perubahan perilaku hasil belajar

  • itu merupakan perubahan perilaku yang relevan dengan tujuan pengajaran. Oleh

    karenanya hasil dapat berupa perubahan dalam kemampuan kognitif, afektif, dan

    psikomotor tergantung dari tujuan pengajaran.

    2. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

    a. Pengertian IPA

    Menurut Hendro Darmojo (Usman Samatowa, 2006: 2), IPA adalah

    pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala

    isinya. Menurut Patta Bundu (2006: 9), IPA adalah ilmu pengetahuan tentang

    alam atau yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Menurut

    Trowbridge & Bybee (1990:48), IPA merupakan perwujudan dari suatu

    hubungan dinamis yang mencakup tiga faktor utama, yaitu: IPA sebagai suatu

    proses dan metode (methods and processes), IPA sebagai produk-produk

    pengetahuan (body of scientific knowledge), dan IPA sebagai nilai-nilai (values).

    IPA sebagai proses/metode penyelidikan (inquiry methods) meliputi cara

    berpikir, sikap, dan langkah-langkah kegiatan saintis untuk memperoleh produk-

    produk IPA atau ilmu pengetahuan ilmiah, misalnya observasi, pengukuran,

    merumuskan dan menguji hipotesis, mengumpulkan data, bereksperimen, dan

    prediksi. Jadi IPA adalah sejumlah proses kegiatan mengumpulkan informasi

    secara sistematik tentang dunia sekitar. Pengetahuan diperoleh melalui proses

    kegiatan tertentu.

    1) IPA sebagai produk

  • Berisi fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan

    teoriteori yang dapat menjelaskan dan memahami alam dan berbagai

    fenomena yang terjadi di dalamnya (Maslichah Asy’ari, 2006: 9). Fakta

    diperoleh dari hasil observasi secara intensif dan kontinu. Konsep dalam IPA

    dinyatakan sebagai abstraksi tentang benda atau peristiwa alam. Prinsip

    adalah generalisasi tentang hubungan antara konsep-konsep yang berkaitan.

    Hukum adalah prinsip yang bersifat spesifik. Teori adalah generalisasi tentang

    berbagai prinsip yang dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena alam.

    Untuk mendapatkan produk IPA seperti tersebut di atas, para ilmuwan

    melakukan kegiatan yang dikenal dengan proses IPA. Oleh karena itu IPA

    sebagai suatu produk tidak bisa lepas dari IPA sebagai suatu proses.

    2) IPA sebagai proses

    Disebut juga keterampilan proses IPA atau disingkat saja dengan

    proses IPA. Proses IPA adalah sejumlah keterampilan untuk mengkaji

    fenomena alam dengan cara-cara tertentu untuk memperoleh ilmu dan

    pengembangan ilmu itu selanjutnya. Dengan keterampilan proses murid dapat

    mempelajari IPA sesuai dengan apa yang para ahli IPA lakukan, yakni

    melalui pengamatan, klasifikasi, inferensi, merumuskan, hipotesis, dan

    melakukan eksperimen.

    Disarankan agar proses IPA difokuskan pada alat/cara untuk

    menemukan produk IPA. Penguasaan proses IPA adalah perubahan dalam

    dimensi afektif psikomotor yakni sejauh mana murid mengalami kemajuan

  • dalam proses IPA yang antara lain meliputi kemampuan observasi, klasifikasi,

    kuantifikasi, inferensi, komunikasi, dan proses IPA lainnya. Pada tingkat

    sekolah dasar, Rezba et. Al (Patta Bundu, 2006: 12) menyarankan untuk

    menguasai keterampilan dasar proses IPA (Basic Science Process Skils) yang

    meliputi keterampilan mengamati (observing), mengelompokkan

    (classifying), mengukur (measuring), mengkomunikasikan (communicating),

    meramalkan (predicting), dan menyimpulkan (inferring).

    3) IPA sebagai sikap ilmiah

    IPA sebagai sikap ilmiah adalah sikap yang dimiliki para ilmuwan

    dalam mencari dan mengembangkan pengetahuan baru, misalnya objektif

    terhadap fakta, hati-hati, bertanggung jawab, berhati terbuka, selalu ingin

    meneliti, dan sebagainya. Dalam penelitian ini sikap ilmiah murid selama

    mengikuti proses pembelajaran di dalam kelas maupun sewaktu murid di luar

    kelas.

    b. Hasil Belajar IPA di Sekolah Dasar

    Hasil belajar IPA harus dikaitkan dengan tujuan pendidikan IPA yang

    telah dicantumkan dalam garis-garis besar program pengajaran IPA di sekolah

    dengan tidak melupakan hakikat IPA itu sendiri. Hasil belajar IPA SD adalah

    segenap perubahan tingkah laku yang terjadi pada murid dalam bidang IPA

    sebagai hasil mengikuti proses pembelajaran IPA. Menurut Elli Herliani &

    Indrawati (2009: 11), hasil belajar ranah kognitif biasanya diukur dengan

    berbagai tipe tes kemudian dinyatakan dengan skor yang diperoleh dari hasil tes.

  • Hasil belajar ranah afektif dan psikomotor diperoleh dari pengamatan guru

    terhadap sikap dan keterampilan murid selama proses pembelajaran. Hal ini

    sesuai dengan dimensi hasil belajar IPA yang terdiri atas dimensi isi (produk),

    dimensi kinerja (proses), dan dimensi sikap (Patta Bundu, 2006: 18).

    Menurut Muhibbin Syah (1997: 91-92) dan Patta Bundu (2006:18), hasil

    belajar IPA menghasilkan kesan yang lama, tidak mudah dilupa, dan akan dapat

    digunakan sebagai dasar untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam

    kehidupan sehari-hari. Selanjutnya dikatakan bahwa hasil belajar IPA SD

    hendaknya mencakup hal-hal sebagai berikut :

    1) Penguasaan produk ilmiah atau produk IPA yang mengacu pada seberapa

    besar murid mengalami perubahan dalam pengetahuan dan pemahaman

    tentang IPA baik berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, maupun teori.

    Aspek produk IPA dalam pembelajaran di sekolah dikembangkan dalam

    pokok-pokok bahasan yang menjadi target program pembelajaran yang

    harus dikuasai. Aspek produk seperti fakta, konsep, prinsip, hukum,

    maupun teori sering disajikan dalam bentuk pengetahuan yang sudah jadi.

    2) Penguasaan proses ilmiah atau proses IPA mengacu pada sejauh mana

    murid mengalami perubahan dalam kemampuan proses keilmuan yang

    terdiri atas keterampilan proses IPA dasar dan keterampilan proses IPA

    terintegrasi. Untuk tingkat SD maka penguasaan IPA difokuskan pada

    keterampilan proses IPA dasar yang meliputi keterampilan mengamati

    (observasi), menggolongkan (klasifikasi), menghitung (kuantitatif),

  • meramalkan (prediksi), menyimpulkan (inferensi), dan

    mengkomunikasikan (komunikasi).

    3) Penguasaan sikap ilmiah atau sikap IPA merujuk pada sejauh mana murid

    mengalami perubahan sikap dalam sikap dan sistem nilai dalam proses

    keilmuwan.

    Gega (Patta Bundu, 2006: 20) menyatakan aspek-aspek sikap ilmiah ada

    empat sikap yang perlu dikembangkan, yakni sikap ingin tahu, penemuan,

    berpikir kritis, dan teguh pendirian. Keempat sikap ini sebenarnya tidak dapat

    dipisahkan antara satu dengan yang lainnya karena saling melengkapi. Sikap

    ilmiah adalah sikap yang melekat dalam diri seseorang setelah mempelajari sains.

    Sikap ingin tahu mendorong akan penemuan sesuatu yang baru yang dengan

    berpikir kritis akan meneguhkan pendirian dan berani untuk berbeda pendapat.

    Hasil belajar ranah afektif berkenaan dengan sikap murid selama

    mengikuti proses pembelajaran dan sikap murid ketika berada di lingkungan

    murid tinggal. Dalam penelitian ini peneliti membatasi pada sikap ingin tahu dan

    sikap berpikiran terbuka serta kerjasama. Sikap tersebut belum terlihat pada

    pembelajaran sebelumnya sehingga peneliti menyusun membatasi sikap ingin

    tahu dan berpikiran terbuka serta kerjasama.

    Hasil belajar ranah psikomotor berkenaan dengan keterampilan-

    keterampilan murid ketika proses pembelajaran dan di luar proses pembelajaran.

  • Keterampilan murid ketika mencatat materi yang diperoleh dari guru.

    Keterampilan murid membuat kesimpulan. Keterampilan murid menggunakan

    alat pada saat proses praktikum. Semua keterampilan pada aspek psikomotor

    belum tentu dapat diterapkan pada setiap pembelajaran IPA.

    3. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

    Menurut Sri Anitah W (2008), keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh

    beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok,

    yaitu faktor dari luar individu dan faktor dari dalam.

    a. Faktor dari luar (ekstern)

    Faktor dari luar diri murid yang mempengaruhi hasil belajar dia antaranya

    adalah lingkungan fisik dan non fisik (termasuk suasana kelas dalam belajar,

    seperti riang gembira, menyenangkan), lingkungan social budaya, lingkungan

    keluarga, program seklah, guru, pelaksanaan pembelajaran, dan teman sekolah.

    Guru merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap proses maupun hasil

    belajar, sebab guru merupakan manajer atau sutradara dalam kelas. Oleh karena

    itu guru dituntut agar mampu menciptakan suasana pembelajaran yang

    menyenangkan, aktif dan menantang.

    b. Faktor dari dalam (intern)

    Faktor dari dalam diri murid yang berpengaruh terhadap hasil belajar

    diantaranya motivasi, sikap, minat, kebiasaan belajar, dan konsep diri (Djaali,

    2008: 101).

    1) Motivasi

  • Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk

    bertindak melakukan sesuatu. Menurut Purwanto (1997: 60).

    2) Sikap

    Sikap dapat didefinisikan dengan berbagai cara dan setiap definisi

    berbeda satu sama lain. Djaali (2008: 114) menyampaikan pendapat dari

    beberapa ahli tentang definisi sikap, diantaranya Trow mendefinisikan sikap

    sebagai suatu kesiapan mental atau emosional dalam beberapa jenis tindakan

    pada situasi yang tepat.

    3) Minat

    Minat adalah salah satu aktivitas manusia yang berhubungan dengan

    aspek psikis dan fisik, yang disadari dengan segera direalisir pada aktivitas

    nyata dengan sengaja disertai dengan perasaan senang dan seseorang merasa

    lebih berharga dengan aktivitas tersebut.

    4) Kebiasaan belajar

    Kebiasaan merupakan cara bertindak yang diperoleh melalui belajar

    secara berulang-ulang, yang pada akhirnya menjadi menetap dan bersifat

    otomatis. Perbuatan kebiasaan tidak memerlukan konsentrasi perhatian dan

    pikiran dalam melakukannya (Djaali, 2008: 128).

    5) Konsep Diri

    Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri yang

    menyangkut apa yang ia ketahui dan rasakan tentang perilakunya isi pikiran

  • dan perasaanya, serta bagaimana perilakunya tersebut berpengaruh pada orang

    lain (Anant Pai dalam Djaali, 2008: 129).

    Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa guru merupakan

    faktor yang sangat penting dan menentukan dalam pencapaian hasil yang

    dikehendaki. Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan

    lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik di kelas.

    Salah satu kegiatan yang harus guru lakukan adalah pemilihan dan

    penentuan metode untuk mencapai tujuan pengajaran. Pemilihan dan penentuan

    metode ini didasari adanya metode-metode tertentu yang tidak bisa dipakai untuk

    mencapai tujuan tertentu. Kegagalan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran

    akan terjadi jika pemilihan dan penentuan metode tidak dilakukan dengan

    pengenalan terhadap karakteristik dari masing-masing metode pengajaran. Oleh

    karena itu, dengan pemilihan metode yang tepat maka akan menciptakan suasana

    pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan.

    4. Metode Eksperimen

    a. Pengertian Metode Eksperimen

    Metode eksperimen ialah metode yang memberikan kesempatan kepada

    murid untuk melatih melakukan proses secara mandiri, sehingga murid

    sepenuhnya terlibat untuk menemukan masalah, mengumpulkan data,

    mengendalikan variabel, merencanakan eksperimen dan memecahkan masalah

    yang dihadapi secara nyata. Melalui eksperimen murid tidak menelan begitu saja

    sejumlah informasi yang diperolehnya tetapi akan berusaha untuk mengelola

  • perolehannya dengan membandingkan tahap fakta yang diperolehnya dalam

    eksperimen yang dilakukan (Abilyudi, 2009: 2)

    Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, dimana murid

    melakukan suatu percobaan tentanng sesuatu hal, mengamati prosesnya serta

    menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke

    kelas dan dievaluasi oleh guru. Teknik ini bertujuan agar murid mampu mencari

    dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang

    dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri serta melatih cara berfikir

    ilmiah. Roestiyah (2001: 80),

    Metode eksperimen merupakan suatu bentuk pembelajaran yang

    melibatkan peserta didik bekerja dengan benda-benda, bahan-bahan dan

    peralatan laboratorium baik secara maupun kelompok. E. Mulyasa (2011: 110).

    Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, di mana murid melakukan

    percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu dan membuktikan sendiri sesuatu

    yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen,

    murid diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri,

    mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan

    menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan atau proses sesuatu.

    Dengan demikian, murid dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran,

    atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari

    proses yang dialaminya itu. Syaiful Bahri Djamarah (2010: 84).

  • Berdasarkan uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa metode

    eksperimen merupakan kegiatan interaksi belajar mengajar yang melibatkan

    logika untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban suatu pertanyaan dengan

    menyimpulkan pengamatan terhadap proses dan hasil percobaan yang dilakukan

    yang selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupan.

    Menurut Roestiyah (2008: 81), prosedur yang perlu diperhatikan dalam

    melaksanakan eksperimen adalah :

    1) Perlu dijelaskan kepada murid tentang tujuan eksperimen, mereka harus

    memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksprimen.

    2) Memberi penjelasan kepada murid tentang alat-alat serta bahan-bahan

    yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol

    dengan ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat.

    3) Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan murid.

    Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan

    jalannya eksperimen.

    4) Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian

    murid, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya

    jawab.

    b. Langkah-langkah Metode Eksperimen

    Moedjiono dan Dimyati (1993:78) mengungkapkan bahwa langkah-

    langkah yang harus ditempuh dalam prosedur pemakaian metode eksperimen

    adalah:

  • a) Persiapan

    1) Menetapkan kesesuaian metode eksperimen terhadap tujuan yang akan

    dicapai.

    2) Menetapkan kebutuhan peralatan, bahan, dan sarana lain yang

    dibutuhkan.

    3) Mengadakan uji coba terlebih dahulu sebelum diberikan kepada murid

    (guru mengadakan proses percobaan sendiri untuk menguji ketepatan

    proses dan hasilnya).

    4) Menyiapkan peralatan, bahan, dan sarana lain yang dibutuhkan untuk

    percobaan.

    5) Menyediakan lembar kerja.

    b) Pelaksanaan percobaan

    1) Mendiskusikan bersama murid mengenai prosedur, peralatan dan bahan

    yang digunakan serta hal-hal yang perlu diamati dan dicatat.

    2) Membantu, membimbing, dan mengawasi selama percobaan

    berlangsung.

    3) Murid membuat kesimpulan dan laporan tentang percobaan.

    c) Tindak lanjut dari kegiatan percobaan

    1) Mendiskusikan hambatan-hambatan dan hasil-hasil percobaan

    2) Membersihkan dan menyimpan peralatan, bahan, atau sarana lainnya.

    Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa prosedur pelaksanaan metode

    eksperimen adalah persiapan, pelaksanaan percobaan, dan tindak lanjut dari

  • kegiatan percobaan. Melihat prosedur dari metode eksperimen yang cukup

    banyak, guru perlu memperhatikan kelebihan dan kekurangan metode

    eksperimen sebelum menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran.

    Menurut Roestiyah (2001: 80), keunggulan metode percobaan sebagai

    berikut:

    1) Murid berlatih menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi

    masalah.

    2) Murid menjadi lebih aktif dalam berpikir dan berbuat.

    3) Murid dapat membuktikan sendiri kebenaran suatu teori.

    4) Murid dapat menemukan pengalaman praktis serta keterampilan dalam

    menggunakan alat percobaan.

    c. Keunggulan dan Kekurangan Metode Eksperimen

    Menurut Moedjiono dan Moh. Dimyati (1991: 77), keunggulan dan

    kekurangan metode eksperimen adalah sebagai berikut:

    1) Keunggulan dari metode eksperimen

    a) Murid secara aktif terlibat mengumpulkan fakta, informasi atau data

    yang diperlukannya melalui percobaan yang dilakukan.

    b) Murid memperoleh kesempatan untuk membuktikan kebenaran secara

    teoritis, sehingga murid terlatih membuktikan ilmu secara ilmiah.

    c) Murid berkesempatan untuk melaksanakan prosedur ilmiah, dalam

    rangka menguji kebenaran hipotesis-hipotesisnya.

    2) Kekurangan dari metode eksperimen

  • a) Memerlukan peralatan, bahan dan sarana-sarana eksperimen bagi

    setiap murid atau sekelompok murid, hal ini perlu dipenuhi karena

    akan mengurangi kesempatan murid bereksperimen jika tidak tersedia.

    b) Jika eksperimen memerlukan waktu yang lama, akan mengakibatkan

    berkurangnya kecepatan laju pembelajaran.

    c) Kegagalan atau kesalahan dalam eksperimen akan mengakibatkan

    perolehan hasil belajar (berupa informasi, fakta atau data) yang salah

    atau menyimpang.

    Menurut Djamarah (2010: 84), metode eksperimen memiliki kelebihan

    dan kekurangan sebagai berikut :

    1) Kelebihan metode eksperimen

    a) Membuat murid lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan

    berdasarkan percobaannya.

    b) Dapat membina murid untuk membuat terobosan-terobosan baru

    dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi

    kehidupan manusia.

    c) Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk

    kemakmuran umat manusia.

    2) Kekurangan metode eksperimen

    a) Metode ini lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan teknologi.

  • b) Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang

    tidak selalu mudah diperoleh dan mahal.

    c) Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan.

    d) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan

    karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar

    jangkauan kemampuan atau pengendalian.

    Berdasarkan beberapa keunggulan di atas dapat diketahui bahwa

    dengan metode eksperimen murid mencoba mangerjakan sesuatu serta

    mengamati proses dan hasil pekerjaannya. Peranan guru dalam penerapan

    metode eksperimen ini adalah sebagai fasilitator. Metode eksperimen lebih

    menekankan kepada keaktifan murid untuk memproses pemerolehan

    belajarnya sendiri, dari pada keaktifan guru dalam menyajikan isi pelajaran.

    5. Pengaruh Metode Eksperimen terhadap Hasil Belajar

    Metode eksperimen merupakan salah satu metode pembelajaran yang

    melibatkan murid secara langsung dalam proses pembelajaran melalui percobaan.

    Metode eksperimen memberikan peluang pada murid untuk memperoleh dan

    menemukan fakta dengan pengalaman murid melalui percobaan. Menurut J. Bruner

    (Sri Sulistyorini, 2007: 10) terdapat empat alasan menggunakan metode eksperimen

    dalam menemukan fakta pada proses belajar murid yaitu:

    a. Dapat mengembangkan kemampuan intelektual murid

    b. Mendapatkan motivasi intrinsik

  • c. Menghayati bagaimana ilmu itu diperoleh

    d. Memperoleh daya ingat yang lebih lama retensinya

    Kegiatan eksperimen yang dilakukan peserta didik usia SD merupakan

    kesempatan mereka melakukan suatu eksplorasi. Murid akan memperoleh

    pengalaman meneliti yang mendorong mereka mengkontruksi pengetahuan mereka

    sendiri, berpikir ilmiah dan rasional sehingga hasil belajar menjadi kepemilikan

    peserta didik yang bertalian lama. Mulyani Sumantri dan Johar Permana (1998:

    157)

    Berdasarkan pendapat di atas maka disimpulkan bahwa metode eksperimen

    dapat mengembangkan kemampuan afektif dan kognitif murid. Pada ranah afektif

    metode eksperimen dapat meningkatkan rasa ingin tahu murid saat mereka antusias

    dalam melakukan percobaan. Metode ini juga dapat melatih murid untuk berpikiran

    terbuka dengan lebih menghargai pendapat teman, menerima saran, dan juga

    mampu bekerjasama dengan selalu berpartisipasi aktif dalam kelompok.

    Pada ranah kognitif metode eksperimen tidak hanya menekankan pada ingatan

    saja, tetapi juga dapat meningkatkan pemahaman dan penghayatan murid pada

    materi pembelajaran. Murid secara langsung terlibat dalam proses pembelajaran

    melalui percobaan, sehingga mereka mengkontruksi pengetahuan mereka sendiri.

    Melalui penggunaan metode eksperimen murid dapat mengembangkan kemampuan

    intelektual mereka dengan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari

  • sehingga pembelajaran menjadi lebih berguna. Dengan demikian diharapkan hasil

    belajar murid baik pada ranah afektif maupun kognitif menjadi lebih baik.

    6. Hasil Penelitian Yang Relevan

    Hasil penelitian yang dilakukan oleh Cahaya Safitri Ningsih menunjukkan

    bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar

    melalui metode eksperimen dengan siswa yang belajar melalui pembelajaran

    konvensional. Nilai rata-rata yang diperoleh antara siswa yang belajar melalui model

    pembelajaran berbasis masalah yaitu sebesar 77,48 dan siswa yang belajar melalui

    pembelajaran konvensional yaitu sebesar 69,78. Dengan demikian dapat disimpulkan

    bahwa terdapat pengaruh metode eksperimen terhadap hasil belajar IPA siswa kelas

    VI SDN Puro Pakualaman tahun pelajaran 2014/2015.

    Hasil penelitian yang dilakukan oleh Menik Meliyana menemukan bahwa

    terdapat perbedaan yang signifikan mengenai hasil belajar IPA antara siswa yang

    diajar dengan menggunakan metode eksperimen dan siswa yang diajar menggunakan

    pembelajaran konvensional. Jadi, metode eksperimen berpengaruh terhadap hasil

    belajar IPA materi energi panas dan bunyi pada siswa kelas IV SD 1 Sidorekso

    Kecamatan Kaliwungu Kudus tahun pelajaran 2013/2014.

    Berdasarkan penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen

    memberikan pengaruh besar terhadap hasil belajar siswa. Metode ekperimen menjadi

    salah satu metode yang dapat digunakan guru dalam proses pembelajaran yang

    disesuaikan dengan materi ajar yang akan dipelajari.

  • B. Kerangka Pikir

    SKEMA KERANGKA PIKIR

    Gambar 2.1. Skema Kerangka Pikir

    Proses

    Pembelajaran

    Belum menerapkan

    metode eksperimen

    Sesudah menerapkan

    metode eksperimen

    Pretest

    Hasil Belajar

    Uji Tes Dengan Pretest dan Posttest

    Analisis Data Hasil uji tes yang

    tidak

    menerapkan

    motode

    eksperimen

    Hasil uji tes yang

    menggunakan

    metode

    eksperimen

    Posttest

  • C. Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis

    yang dirumuskan adalah: “Penerapan Metode eksperimen berpengaruh terhadap hasil

    belajar IPA murid kelas V SDN 119 Belalang”.

    Ada dua cara dalam menyatakan hipotesis-hipotesis, yakni hipotesis nol (H0)

    dan hipotesis alternatif (H1).

    Adapun Hipotesis statistik dirumuskan:

    H0: Tidak terdapat pengaruh metode eksperimen terhadap hasil belajar IPA

    murid kelas V SDN 119 Belalang Kec. Anggeraja Kab. Enrekang.

    H1: Terdapat pengaruh metode eksperimen terhadap hasil belajar IPA murid

    kelas V SDN 119 Belalang Kec. Anggeraja Kab. Enrekang.

  • BAB III

    METODE PENELITAN

    A. Rancangan Penelitian

    1. Jenis Penelitian

    Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

    kuantitatif. Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Pre-

    Experimental Design, yang mengkaji penerapan Metode Eksperimen dalam proses

    pembelajaran di Kelas V SDN 119 Belalang Kecamatan Anggeraja Kabupaten

    Enrekang.

    2. Lokasi Penelitian

    Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN 119 Belalang Jln. Buntu Kiki

    Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

    3. Variabel Penelitian

    Terdapat dua variabel dalam penelitian ini yaitu :

    a. Variabel bebas/mempengaruhi (independen) yaitu metode eksperimen(X)

    b. Variabel terikat/dipengruhi (dependen) yaitu hasil belajar IPA (Y)

    4. Desain Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yaitu jenis One-Group

    Pretest-Posttest Design. Desain penelitian ini terdapat pretest sebelum diberi

    perlakuan dan postest setelah diberi perlakuan. Dalam penelitian ini hasil perlakuan

  • (treatment) akan dibandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan

    (treatment).

    Tabel 3.1. Desain Penelitian (Sugiyono, 2011: 75)

    Keterangan: = nilai pretes (sebelum diberi perlakuan)

    = nilai posttest (setelah diberi perlakuan)

    X = perlakuan atau treatment (metode Eksperimen)

    Kegiatan dalam penelitian ini meliputi tiga langkah, yaitu :

    1) Memberikan pre-test untuk mengukur variabel terikat (hasil belajar)

    sebelum perlakuan dilakukan.

    2) Memberikan perlakuan kepada kelas subyek penelitian yaitu diajar dengan

    menggunakan metode eksperimen

    3) Memberikan post-test untuk mengukur variabel terikat setelah perlakuan

    dilakukan.

    B. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Sugiyono (2011: 80) menyatakan bahwa: “populasi adalah wilayah

    generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan

    karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

    ditarik kesimpulannya”. Hal ini berarti populasi penelitian meliputi semua

  • objek/subjek yang mempunyai karakteristik tertentu yang ingin diteliti guna

    menjawab permasalahan penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

    murid kelas V SDN 119 Belalang kec. Anggeraja Kab. Enrekang.

    2. Sampel

    Sugiyono (2011: 81) menyatakan bahwa: “sampel adalah bagian dari jumlah

    dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tertentu”. Untuk itu sampel yang

    diambil dari populasi harus betul-betul representative. Adapun sampel dalam

    penelitian ini adalah murid kelas V SDN 119 Belalang kec. Anggeraja Kab.

    Enrekang yang berjumlah 26 orang. Teknik dalam pengambilan sampel ini

    dinamakan total sampling atau sampel jenuh. Sampel jenuh adalah teknik penentuan

    sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

    C. Defenisi Operasional Variabel

    Menurut (Sugiyono, 2011:38), variabel penelitian pada dasarnya adalah segala

    sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

    sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

    Terdapat dua variabel dalam penelitian. Variabel-variabel tersebut yaitu:

    1. Variabel Independen (Bebas)

    Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecedent.

    Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah

    merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya

    atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2011:39). Variabel independen atau

    variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan metode eksperimen. Metode

  • tersebut merupakan salah satu metode yang dapat mendorong murid agar mampu

    mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang

    dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri.

    2. Variabel Dependen (Terikat)

    Variabel ini sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen.

    Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat

    merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

    variabel bebas (Sugiyono, 2011: 39). Variabel dependen atau variable terikat dalam

    penelitian ini adalah hasil belajar. Hasil belajar adalah hasil akhir atau tolok ukur

    untuk mengetahui keberhasilan seseorang yang dicapai setelah mengalami proses

    belajar yang dapat dibuktikan melalui hasil tes. Tes dilakukan untuk mengetahui

    nilai yang diperoleh murid. Tes digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar.

    Hasil belajarnya berupa tes dalam bentuk pilihan ganda pada mata pelajaran Ilmu

    Pengetahuan Alam (IPA).

    D. Instrumen Penelitian

    Instrument penelitian ini digunakan untuk mengukur nilai variabel yang

    diteliti, dibutuhkan instrument penelitian sebagai alat untuk memperoleh data

    penelitian, instrument yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Rencana

    Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), kisi-kisi soal, soal-soal tes, lembar jawab, kunci

    jawaban tes, dan pedoman penilaian.

    1. Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP)

  • Rencanapelaksanaanpembelajaran (RPP) adalah program perencanaan

    yang disusun sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk setiap kegiatan

    proses pembelajaran. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dibuat sebelum

    peneliti melakukan penelitiannya. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

    dibuat dengan melihat silabus kelas V yang kemudian oleh peneliti dikembangkan.

    Ada dua macam RPP yang dibuat, yaitu RPP yang dibuat menggunakan metode

    eksperimen dan RPP yang dibuat menggunakan metode pembelajaran langsung.

    2. Soal-Soal Tes

    Soal yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu soal isian sebanyak 10

    butir, tapi untuk kepentingan uji coba soal dibuat parallel yang setara baik

    cakupan materi maupun tingkat kesulitannya, sehingga jumlah butir soal sebanyak

    20 butir.

    E. Teknik Pengumpulan Data

    Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber

    dan berbagai cara. Dalam pengumpulan data terdapat dua macam sumber yaitu

    sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang

    langsung memberikan data kepada objek penelitian, dan sumber sekunder adalah

    sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Dengan

    demikian peneliti menggunakan sumber primer dalam pengumpulan data yaitu :

    1. Observasi

  • Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara

    mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Dalam

    penelitian ini teknik observasi digunakan untuk memperoleh data aktivitas belajar

    murid kelas V SDN 119 Belalang Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang,

    dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan menerapkan metode

    konvensional (pembelajaran langsung) kemudian menggunakan metode eksperimen.

    2. Tes

    Jenis tes yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah pretest dan post-

    test. Jenis tes tersebut digunakan untuk mengukur pencapaian murid setelah

    mempelajari materi pembelajaran IPA sehingga dapat diketahui perbedaan hasil

    belajar murid antara sebelum memberikan perlakuan dengan teknik pembelajaran

    konvensional dan setelah memberikan perlakuan dengan menggunakan metode

    eksperimen.

    3. Dokumentasi

    Study documenter merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan

    menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar,

    maupun elektronik. Pada penelitian ini dokumen tertulis yang dikumpulkan berupa

    silabus, data nama-nama murid kelas V SDN 119 Belalang Kecamatan Anggeraja

    Kabupaten Enrekang baik sebelum maupun setelah menggunakan metode

    eksperimen, daftar nilai tes hasil belajar mata pelajaran IPA serta dokumentasi

    berupa foto pada saat proses pembelajaran.

  • F. Teknik Analisis Data

    Untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian akan digunakan

    analisis statistik deskriptif dan inferensial. Data yang terkumpul berupa nilai pretest

    dan nilai posttest kemudian dibandingkan. Membandingkan kedua nilai tersebut

    dengan mengajukkan pertanyaan apakah ada perbedaan antara nilai yang didapatkan

    antara nilai pretest dengan nilai Posttest. Pengujian perbedaan nilai hanya dilakukan

    terhadap rerata kedua nilai saja, dan untuk keperluan itu digunakan teknik yang

    disebut dengan uji-t (t-test). Dengan demikian langkah-langkah analisis data

    eksperimen dengan metode eksperimen dengan One Group Pretest Posttest Design

    adalah sebagai berikut:

    1. Analisis Statistik Deskriptif

    Hasil belajar murid dianalisis dengan menggunakan analisis statistika

    deskriptif dengan tujuan untuk mendeskripsikan hasil belajar IPA yang diperoleh

    murid guna mendapatkan gambaran yang jelas tentang hasil belajar IPA murid yang

    dikelompokkan kedalam 5 kategori: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat

    rendah. Kriteria yang digunakan untuk menentukan kategori hasil belajar IPA adalah

    menurut standar kategori dari Departemen Pendidikan Nasional.

    Tabel 3.2 Kategori Standar Hasil Belajar

    Skor Kategori

  • 0-54

    55-64

    65-79

    80-89

    90-100

    Sangat rendah

    Rendah

    Sedang

    Tinggi

    Sangat tinggi

    Sumber :Departemen Pendidikan Nasional(2013)

    Data hasil belajar murid dianalisis berdasarkan kriteria ketentuan hasil belajar

    murid yang telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan

    oleh sekolah yaitu 65 dari skor idealnya 100.

    Tabel 3.3 Kategori Standar Ketuntasan

    Skor Kategorisasi Ketuntasan Hasil Belajar

    65 - 100

    0 - 64

    Tuntas

    Tidak Tuntas

    Sumber: SDN 119 Belalang

    Berdasarkan tabel 3.3 diatas bahwa murid memperoleh nilai pada interval 65-

    100 dinyatakan tuntas dalam mengikuti proses belajar mengajar dan murid yang

    memperoleh nilai pada interval 0-64 maka murid dinyatakan tidak tuntas dalam

    mengikuti kegiatan belajar mengajar. Sedangkan pembelajaran yang dilakukan

    dikatakan tuntas secara klasikal jika minimal 85% murid mencapai ketuntasan.

    Ketuntasan belajar klasikal dapat dihitung dengan rumus berikut:

    Ketuntasan belajar klasikal =

    a. Range (rentangan) adalah data tertinggi dikurangi data terendah

    b. Mean skor

  • Skor rata-rata atau mean dapat diartikan sebagai kelompok data dibagi

    dengan nilai jumlah responden.

    Rumus rata-rata adalah:

    Keterangan:

    X : Nilai

    ∑ : jumlah banyaknya murid ∑ : jumlah nilai

    2. Teknik Analisis Statistik Inferensial

    Sugiyono (2016: 209), menyatakanbahwa “statistik inferensial adalah teknik

    statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan

    untuk populasi. Teknik ini dimaksudkan untuk pengujian hipotesis penelitian.

    Analisis inferensial merupakan statistik yang menyediakan aturan atau cara yang

    dapat dipergunakan sebagai alat dalam rangka mencoba menarik kesimpulan yang

    bersifat umum, dari kesimpulan data yang telah disusun dan diolah.

    Hipotesis

    Teknik analisis inferensial digunakan untuk menarik kesimpulan tentang

    populasi dari sampel yang ditarik dari populasinya. Pengujian yang digunakan adalah

    uji signifikan (uji-t) dengan langkah-langkah sebagai berikut.

    1. Membuat tabel penolong untuk mencari nilai t

  • 2. Menghitung nilai mean dari perbedaan pretest dengan posttest, dengan

    persamaan :

    md = ∑

    Keterangan :

    md : Mean dari perbedaan pretest dan posttest

    ∑ : Jumlah dari gain (posttest-pretest) n : Subjek pada sampel

    3. Menghitung jumlah kuadrat deviasi dengan persamaan:

    ∑ = ∑ – ∑

    Keterangan :

    ∑ : Jumlah kuadrat deviasi ∑ : Jumlah kuadrat masing-masing subjek

    n : Subjek pada sampel

    4. Menghitung nilai db, dengan persamaan:

    db = n – 1

    Keterangan :

    n : Subjek pada sampel

    5. Menentukan nilai dari test untuk mengetahui perbedaan antara posttest

    dan pretest dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

    t =

    √∑

    Keterangan :

    md : mean dari perbedaan antara test akhir dan test awal

    xd : deviasi masing-masing subjek (d-md)

    n : subjek pada sampel

  • db : ditentukan dengan n-1

    6. Membuat kesimpulan hasil penelitian

    diterima apabila

    diterima apabila <

  • BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian

    Bagian ini mengemukakan data hasil penelitian yang telah dilakukan tentang

    pengaruh penggunaan motode eksperimen terhadap hasil belajar IPA murid kelas V

    SDN 119 Belalang Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang

    1. Hasil Analisis Deskriptif

    Berdasarkan hasil tes yang diberikan kepada murid pada saat pretest dan

    posttest maka diperoleh analisis deskriptif untuk mata pelajaran IPA pada murid

    kelas V SDN 119 Belalang Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang dapat

    dilihat pada tabel berikut ini:

    Tabel 4.1 Statistik Skor Hasil Belajar IPA Murid Sebelum Diberikan

    Perlakuan (Pretest) Dan Sesudah Diberikan Perlakuan (Posttest)

    Statistik

    Nilai Statistik

    Pretest Posttest

    Subjek 26 26

    Skor Ideal 100 100

    Skor Maksimum 70 90

    Skor Minimum 30 70

    Rentang Skor 40 20

  • Skor Rata-rata 52,30 76,15

    Sumber : Oleh Data Pretest dan Posttest

    Data Hasil Pretest

    Tabel 4.2 Analisis Statistik Deskriptif Skor Hasil Belajar IPA Sebelum

    Diterapkan Metode Eksperimen

    No.

    Nilai

    Pretest (xi)

    Banyaknya

    Murid (fi) fi.xi xi2 fi.xi2

    1 30 1 30 900 900

    2 40 7 280 1600 11200

    3 50 6 300 2500 15000

    4 60 9 540 3600 32400

    5 70 3 210 4900 14700

    Jumlah ∑ 250 ∑ 26 ∑ 1360 ∑ 13500 ∑ 74200

    Data Hasil Posttest

    Tabel 4.3 Analisis Statistik Deskriptif Skor Hasil Belajar IPA Sesudah

    Diterapkan Metode Eksperimen

    No.

    Nilai

    Posttest (xi)

    Banyaknya

    Murid (fi) fi.xi xi2 fi.xi2

    1 70 13 910 4900 63700

    2 80 10 800 6400 64000

    3 90 3 270 8100 24300

    Jumlah ∑ 240 ∑ 26 ∑ 1980 ∑ 19400 ∑ 152000

    a. Data hasil pretest

  • Berdasarkan analisis data hasil belajar IPA pada murid kelas V SDN 119

    Belalang sebelum menggunakan metode Eksperimen dengan jumlah diperoleh

    gambaran, yaitu tidak ada murid yang memperoleh skor 100 sebagai jumlah skor

    keseluruhan. Skor tertinggi yaitu 70 yang diperoleh oleh 3 orang dan skor terendah

    adalah 30 sebanyak 1 orang.

    Apabila skor hasil belajar IPA murid dikelompokkan kedalam lima kelas

    interval skor, maka diperoleh distribusi dan frekuensi skor hasil belajar IPA

    sebelum diberi perlakuan seperti ditunjukkan tabel 4.3 berikut.

    Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil belajar IPA Murid

    Sebelum Diberikan Perlakuan (Pretest)

    No Interval

    Skor

    Kategori Frekuensi Persentase

    (%)

    1 0-54 Sangat

    Rendah

    14 54

    2 55-64 Rendah 9 35

    3 65-79 Sedang 3 11

    4 80-89 Tinggi 0 -

    5 90-100 Sangat Tinggi 0 -

    Jumlah 26 100

    Sumber :Departemen Pendidikan Nasional(2013)

    Berdasarkan Tabel 4.4. menunjukkan bahwa dari hasil belajar pretest tidak

    ada murid yang berada pada kategori sangat tinggi dan kategori tinggi, pada

  • kategori sedang memiliki persentase 11% dengan jumlah 3 orang, pada kategori

    rendah memiliki presentase 35% jumlah dengan 9 orang, pada kategori sangat

    rendah memiliki presentase 54% dengan jumlah 14 orang. Hal ini dapat pula

    dilihat pada tabel 4.5. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil pretest

    berdasarkan data yang telah diolah berada dalam kategori sangat rendah.

    Tabel 4.5 Deskripsi Ketuntasan Belajar IPA Murid Sebelum Diberikan

    Perlakuan (Pretest)

    Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase(%)

    65 – 100 Tuntas 3 12

    0 – 64 Tidak Tuntas 23 88

    Jumlah 26 100

    Sumber: SDN 119 Belalang

    Berdasarkan tabel 4.5 digambarkan bahwa kriteria seorang murid

    dikatakan tuntas belajar apabila memperoleh skor paling rendah 65. Dari tabel

    tersebut terlihat bahwa jumlah murid yang tidak memenuhi kriteria ketuntasan

    individu adalah sebanyak 23 orang atau 88% dari jumlah keseluruhan murid.

    Sedangkan murid yang memenuhi kriteria ketuntasan individu adalah sebanyak 3

    atau 12% dari jumlah keseluruhan murid. Berdasarkan deskripsi di atas dapat

    ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar IPA murid kelas V SDN 119 Belalang

    Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang sebelum diterapkan metode

  • eksperimen masih banyak murid yang tidak mencapai tingkat ketuntasan belajar

    karena belum memenuhi kriteria KKM.

    b. Data Hasil Posttest

    Berdasarkan analisis deskriptif terhadap hasil belajar IPA murid kelas V

    SDN 119 Belalang menggunakan metode Eksperimen dengan jumlah murid 26

    orang, diperoleh gambaran sebanyak 3 murid yang memperoleh skor 90 sebagai

    skor maksimal dan skor terendah adalah 70. Lebih jelasnya gambaran dari hasil

    belajar IPA murid kelas V SDN 119 Belalang Kecamatan Anggeraja Kabupaten

    Enrekang setelah diberi perlakuan dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut.

    Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar IPA Murid

    Setelah Diberikan Perlakuan (Posttest)

    No Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase(%)

    1 0-54 Sangat Rendah 0 -

    2 55-64 Rendah 0 -

    3 65-79 Sedang 13 50

    4 80-89 Tinggi 10 38

    5 90-100 Sangat Tinggi 3 12

    Jumlah 26 100

    Sumber : Departemen Pendidikan Nasional (2013)

    Berdasarkan Tabel 4.6. menunjukkan bahwa dari hasil belajar posttest

    setelah diberikan perlakuan, kategori sangat tinggi memiliki presentase 12% dengan

    jumlah 3 orang, pada kategori tinggi memiliki persentase 38% dengan jumlah 10

  • orang, pada kategori sedang memiliki persentase 50% dengan jumlah 13 orang, dan

    tidak ada yang termasuk kategori rendah maupun sangat rendah. Hal ini dapat pula

    dilihat pada tabel 4.6. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil posttest

    berdasarkan data yang telah diolah berada dalam kategori sangat tinggi karena nilai

    hasil belajar murid berada diatas kriteria KKM.

    Tabel 4.7 Deskripsi Ketuntasan Belajar IPA Murid Setelah Diberikan

    Perlakuan (Posttest)

    Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase(%)

    65 – 100 Tuntas 26 100

    0 – 64 Tidak Tuntas 0 -

    Jumlah 26 100

    Sumber: SDN 119 Belalang

    Berdasarkan tabel 4.7 digambarkan bahwa kriteria seorang murid dikatakan

    tuntas belajar apabila memperoleh skor paling rendah 65. Dari tabel terlihat bahwa

    semua murid telah memenuhi kriteria ketuntasan belajar. Berdasarkan deskripsi

    diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar IPA murid kelas V SDN 119

    Belalang setelah diterapkan metode eksperimen yaitu semua murid memenuhi

    kriteria ketuntasan belajar.

    c. Perbandingan data hasil pretest dan posttest

    Berdasarkan analisis deskriptif terhadap hasil belajar IPA murid kelas V

    SDN 119 Belalang menggunakan metode eksperimen dengan jumlah murid 26

  • orang, diperoleh gambaran adanya berubahan yang signifikan. Lebih jelasnya

    gambaran dari hasil belajar IPA sebelum dan setelah diberi perlakuan murid kelas V

    SDN 119 Belalang Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang dapat dilihat pada

    tabel berikut.

    Tabel 4.8 Perbandingan Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar

    IPA Murid sebelum dan setelah Diberikan Perlakuan

    No Interval

    Skor

    Kategori Pre-test Posttest

    Frekuensi persentase Frekuensi Persentase

    1 0-54 Sangat Rendah 14 54% 0 -

    2 55-64 Rendah 9 35% 0 -

    3 65-79 Sedang 3 11% 13 50%

    4 80-89 Tinggi 0 - 10 38%

    5 90-100 Sangat Tinggi 0 - 3 12%

    Jumlah 26 100% 26 100%

    Gambar 4.1 Perbandingan Distribusi Persentase Skor Hasil Belajar IPA

    Murid sebelum dan setelah Diberikan Perlakuan

  • Berdasarkan tabel 4.8 perbandingan di atas dapat dilihat adanya peningkatan

    yang siknifikan sebelum dan sesudah diterapkan model dari 26 orang kategori

    sangat tinggi 0% menjadi 12% dengan jumlah 3 orang, dari kategori tinggi dari 0%

    menjadi 10% dengan jumlah 10 orang, dari kategori sedang 11% dengan jumlah 3

    orang menjadi 50% dengan jumlah 13 orang, dari kategori rendah dari 35% dengan

    jumlah 3 orang berkurang menjadi 0% dan kategori sangat rendah dari 54% dengan

    jumlah 14 orang berkurang menjadi 0%.

    Tabel 4.9 Perbandingan Deskripsi Ketuntasan Belajar IPA

    Interval Skor Kategori Pre-test Postest

    Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

    65 - 100 Tuntas 3 12% 26 100%

    0 - 64 Tidak

    Tuntas

    23 88% 0 0%

    Jumlah 26 100% 26 100%

    0%

    10%

    20%

    30%

    40%

    50%

    60%

    SangatRendah

    Rendah Sedang Tinggi SangatTinggi

    Pretest

    Posttest

  • Gambar 4.2 Perbandingan Deskripsi Ketuntasan Belajar IPA

    Berdasarkan tabel 4.9 di atas maka dapat disimpulkan perbandingan sebelum

    dan setelah menggunakan metode eksperimen berpengaruh terhadap hasil belajar

    murid terlihat bahwa sebelum diberikan perlakuan dari 26 murid, kategori tidak

    tuntas dengan persentase 88% dengan jumlah 23 orang menjadi 0% dan kategori

    tuntas dari persentase 12% dengan jumlah 3 orang menjadi 100% dengan jumlah 26

    orang.

    2. Hasil Analisis Inferensial

    Analisis statistika inferensial pada bagian ini digunakan untuk menguji

    hipotesis yang telah dikemukakan pada BAB III yakni metode eksperimen efektif

    digunakan dalam pembelajaran IPA pada murid kelas V SDN 119 Belalang

    Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang. Untuk keperluan penyajian statistiknya

    maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

    0%

    10%

    20%

    30%

    40%

    50%

    60%

    70%

    80%

    90%

    100%

    Tuntas Tidak Tuntas

    Pretest

    Posttest

  • : ≥ lawan : ≤

    Keterangan

    : Parameter skor rata-rata hasil belajar IPA murid sebelum diterapkan metode

    eksperimen yang diperoleh melalui pretest.

    : Parameter skor rata-rata hasil belajar IPA murid setelah diterapkan metode

    eksperimen yang diperoleh melalui posttest.

    Uji Hipotesis

    Salah satu cara untuk mengetahui metode eksperimen efektif atau tidak

    digunakan dalam pembelajaran IPA pada murid kelas V SDN 119 Belalang

    Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang ditinjau dari aspek ketuntasan hasil

    belajar, maka dilakukan uji-t pada data yang telah diperoleh.

    Langkah pertama membuat tabel penolong untuk mencari nilai t berada pada

    lampiran belakang.

    Langkah selanjutnya yaitu:

    1. Mencari nilai mean dari perbedaan posttest dan pretest dengan rumus:

    md = 23,84

    2. Mencari nilai kuadrat deviasa dengan dengan menggunakan rumus :

    ∑ = 3415,39

    3. Mencari nilai db dengan menggunakan rumus : db = 25

    4. Mencari nilai t dengan rumus sebagai berikut :

    .

    √∑

  • = 10,41

    Berdasarkan hasil analisis data yang diuraikan, terlihat bahwa nilai

    berpengaruh tidaknya hasil belajar IPA pada murid kelas V SDN 119 Belalang

    sebesar 10,41. Berdasarkan nilai t hitung tersebut dapat dibandingkan dengan nilai t

    tabel, db = n-1 → 26 – 1 = 25. Jadi, db 26 – 1 = 19 dan t 0,05 (tabel terlampir).

    Sementara t hitung = 10,41 dan t tabel = 1,708. Dengan demikian, t hitung ≥ t tabel.

    Hipotesis yang diuji dengan statistik uji t (tes signifikan untuk desain 1)

    yaitu metode eksperimen berpengaruh atau efektif digunakan dalam pembelajaran

    IPA murid kelas V SDN 119 Belalang (H1). Dalam penelitian ini, terungkap bahwa

    hasil belajar IPA dengan menggunakan metode eksperimen lebih baik digunakan

    dibandingkan dengan nilai murid yang tidak menggunakan metode eksperimen.

    Dalam pengujian statistik, hipotesis ini dinyatakan sebagai berikut:

    Setelah diadakan perhitungan berdasarkan hasil statistik inferensial jenis uji

    t desain 2 diperoleh nilai t hitung 10,41. Kriteria pengujiannya adalah H0 diterima

    jika t hitung < t tabel dan H0 ditolak jika t hitung > t tabel. Nilai t tabel = db = 26 –

    1 = 25(angka 25 inilah yang dilihat dalam tabel). Pada taraf signifikan 0,05

    diperoleh 1,708 dan ternyata t hitung > t tabel.

    Berdasarkan perhitungan tersebut, maka H1 diterima dan H0 ditolak.

    Dengan demikian penggunaan metode eksperimen, dikatakan berpengaruh atau

  • efektif digunakan dalam pembelajaran IPA pada murid kelas V SDN 119 Belalang

    Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.

    B. Pembahasan Hasil Penelitian

    Pada penelitian pra-eksperimental ini, peneliti melakukan penelitian pada

    kelas V SDN 119 Belalang sebagai kelas eksperimen dengan jumlah murid 26 orang

    yang terdiri dari 14 murid laki-laki dan 12 murid perempuan. Desain penelitian yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah one group pretest-postest design, yang hanya

    melibatkan satu kelompok yaitu kelompok eksperimen, dimana diberikan tes awal

    berupa prettest sebelum diberikan perlakuan (treatment) dan pada akhir pembelajaran

    diberikan (tes akhir) berupa posttest.

    Berdasarkan observasi dan data yang diperoleh dari guru kelas diperoleh data

    adanya perbedaan mulai dari keantusiasan murid dalam proses belajar mengajar,

    kerjasama antar murid dan aktivitas pada pembelajaran IPA. Sebelum menerapkan

    model pembelajaran hanya beberapa murid yang aktif didalam kelas dan setelah

    menerapkan model pembelajaran murid yang sebelumnya pasif mulai menjadi aktif

    dengan mengikuti kegiatan yang berlangsung. Pemberian tes dengan cara

    memberikan perlakuan (treatment) terlebih dahulu dalam pembelajaran dengan

    menggunakan metode eksperimen pada kelas eksperimen. Untuk mengetahui ada

    tidaknya pengaruh, diberikan perlakuan terhadap hasil belajar IPA murid pada kelas

    eksperimen yaitu melalui hasil tes (pretest dan posttest) yang diberikan sebelum dan

    sesudah perlakuan diberikan, yang kemudian dianalisis menggunakan perhitungan

    manual.

  • Hasil analisis statistik deskriptif hanya memperlihatkan atau menunjukkan

    nilai pada pretest dan posttest yang diberikan hanya pada satu kelas eksperimen yaitu

    kelas V SDN 119 Belalang yang diberikan perlakuan penerapan metode eksperimen

    dan bukan untuk menguji hipotesis. Statistik deskriptif hanya menyajikan statistik

    yang dihitung pada sampel, tetapi apabila statistik deskriptif digunakan untuk

    menguji hipotesis (dugaan sementara yang harus masih diuji kebenarannya) maka hal

    tersebut sudah memasuki kawasan statistik inferensial. Ini berarti bahwa statistika

    deskriptif berupayakan melukiskan dan menganalisis kelompok yang diberikan tanpa

    membuat atau menarik kesimpulan tentang populasi atau kelompok yang lebih besar.

    Statistika inferensial berhubungan dengan kondisi dan situasi perampatan

    (generalization) atau pengambilan keputusan. Satistika inferensial berdasarkan pada

    statistika deskriptif.

    Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan statistika inferensial menunjukkan

    adanya pengaruh metode eksperimen terhadap hasil belajar IPA murid kelas V SDN

    119 Belalang sebelum (pretest) dan setelah diberikan perlakuan (posttest). Darihasil

    pretest menunjukkan skor rata-rata murid sebesar 52,30 sedangkan skor rata-rata

    posttest murid adalah 76,15 setelah diterapkan metode eksperimen ternyata terdapat

    peningkatan hasil belajar murid. Sedangkan dengan menggunakan uji-t diketahui

    bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan, perbedaan antara hasil pretest

    dan posttest signifikan. Hal ini terlihat dimana > = 10,41>1,708

    sehingga disimpulkan bahwa ditolak dan diterima, ini berarti bahwa hipotesis

  • dalam penelitian ini diterima. Metode eksperimen efektif digunakan dalam

    pembelajaran IPA pada murid kelas V SDN 119 Belalang Kecamatan Anggeraja

    Kabupaten Enrekang.

    Pembelajaran metode eksperimen merupakan suatu pembelajaran dengan

    menekankan pada proses pembelajaran murid dan aspek sosial. Murid belajar

    bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain, kelas

    disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 murid dengan kemampuan yang

    heterogen kemudian melakukan percobaan dan pengamatan.

    Metode eksperimen memiliki kelebihan antara lain : (1) Meningkatkan

    kualitas pembelajaran dan pencapaian akademik murid. (2) Meningkatkan keaktifan

    belajar murid dengan dilakukannya percobaan dan pengamatan. (3) Menambah

    kepuasan murid terhadap pengalaman belajarnya. (4) Membantu murid

    mengembangkan keterampilan bekerja sama dengan teman kelompoknya.

    Peneliti menyimpulkan beberapa kelemahan pada penerapan metode

    eksperimen. Kelemahan tersebut yaitu: (1) Metode eksperimen memerlukan

    peralatan, bahan dan sarana-sarana eksperimen bagi setiap murid atau sekelompok

    murid, hal ini perlu dipenuhi karena akan mengurangi kesempatan murid

    bereksperimen jika tidak tersedia. (2) Memerlukan waktu yang lama, akan

    mengakibatkan berkurangnya kecepatan laju pembelajaran. (3) Kegagalan atau

    kesalahan dalam eksperimen akan mengakibatkan perolehan hasil belajar (berupa

    informasi, fakta atau data) yang salah atau menyimpang.

  • Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti menyimpulkan

    adanya perubahan yang signifikan yaitu skor rata-rata murid dari 53,30 menjadi

    76,15. Murid yang memenuhi kriteria ketuntan dari 12% bertambah menjadi 100%

    dan kategori yang tidak memenuhi krateria ketuntasan dari 88% menjadi 0%.

    Analisis data berdasarkan hasil statistik inferensial jenis uji t diperoleh nilai t hitung

    10,41 > t tabel 1,708 maka dinyatakan metode eksperimen berpengaruh terhadap

    hasil belajar murid kelas V SDN 119 Belalang Kecamatan Anggeraja Kabupaten

    Enrekang.

  • BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat

    di simpulkan sebagai berikut :

    1. Hasil belajar murid sebelum diterapkan metode eksperimen pada murid kelas

    V SDN 119 Belalang secara klasikal belum terpenuhi Karena nilai rata-rata

    diperoleh sebesar 52,30 berada dalam kategori rendah dari 26 murid hanya 3

    orang atau 12% yang memenuhi KKM.

    2. Hasil belajar murid setelah diterapkan metode eksperimen secara klasikal

    sudah terpenuhi yaitu nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 76,15 berada

    dalam kategori tinggi 26 murid atau 100% telah memenuhi KKM.

    3. Penggunaan metode eksperimen dapat berpengaruh terhadap hasil belajar

    IPA murid kelas V SDN 119 Belalang Kecamatan Anggeraja Kabupaten

    Enrekang, hal ini dapat dilihat dari hasil pretest dari 26 murid hanya 3 atau

    12% murid yang memenuhi KKM dan setelah diadakanya metode

    eksperimen kemudian melihat hasil posttest maka murid yang memenuhi

    KKM bertambah menjadi 26 atau 100% murid yang memenuhi KKM.

    B. Saran

    Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh dari

    penelitian ini, maka penulis mengajukan saran :

  • 1. Kepada pihak sekolah diharapkan dapat menerapkan pembelajaran IPA

    melalui metode eksperimen terhadap proses pembelajaran untuk lebih

    meningkatkan hasil belajar murid terhadap mata pelajaran IPA.

    2. Disaran kepada guru yang ingin menerapkan pembelajaran melalui metode

    eksperimen agar mempertimbangkan materi dan kondisi murid sehingga

    dapat terlaksana dengan efektif.

    3. Diharapkan di masa yang akan datang dapat digunakan sebagai salah satu

    sumber data untuk peneliti selanjutnya dan dilakukan peneliti lebih lanjut

    berdasarkan factor lainnya, variabel yang berbeda, jumlah sampel yang lebih

    banyak, tempat yang berbeda, dan desain yang lebih tepat.

    4. Bagi para murid untuk membiasakan diri secara aktif dalam proses

    pemebelajaran, aktif bertanya, menyampaikan pendapat dan menerima

    pendapat orang lain, bekerja sama dengan baik, berani tampil didepan teman-

    temannya, dan menemukan sendiri jawaban dari setiap permasalahan yang

    ditemukan dalam pembelajaran.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Abilyudi. 2009. Metode Eksperimen. http://abilyudi.wordpress.com/2009/10/30/

    metode-eksperimen/. 27 Januari 2018.

    Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

    Depdiknas. 2003. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

    Pendidikan Nasional.

    Elli Herliani & Indrawati. 2009. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Pusat

    Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu

    Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA).

    Hendro Darmodjo & Jenny R.E. Kaligis. 1991. Pendidikan IPA II. Jakarta:

    Depdikbud.

    Meliyana, Menik. 2014. Metode Eksperimen Terhadap Hasil Belajar IPA Meteri

    Energi Panas Dan Bunyi Pada Siswa Kelas IV SD 1 Sidorekso Kecamatan

    Kaliwungu Kudus Tahun Pelajaran 2013/2014. Skripsi (Online. Diakses

    Minggu, Februari 2018).

    Moedjiono dan Dimyati. 1993. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud.

    Muhibbin Syah. 1997. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

    Mulyani Sumantri & Johar Permana. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:

    Depdikbud.

    Mustaqim. 2001. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

    Nana Sudjana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT. Bandung:

    Remaja Rosdakarya.

    Ngalin Purwanto. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Karya.

    Ningsi, Cahaya Safitri. 2015. Pengaruh Metode Eksperimen Terhadap Hasil Belajar

    IPA Siswa Kelas VI SDN Puro Pakualaman Tahun Pelajaran 2014/2015. Sripsi

    (Online. Diakses Minggu, Februari 2018).

    Patta Bundu. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam

    Pembelajaran Sains SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

    Ketenagaan.

    Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

    http://abilyudi.wordpress.com/2009/10/30/

  • Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineka Cipta.

    Sri Anitah W. 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

    Sri Sulistyorini. 2007. Pembelajaran IPA Sekolah Dasar. Yogyakarta: Tiara Wacana.

    Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan

    R & D. Bandung: Alfabeta.

    Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

    Alfabeta.

    Usman Samatowa. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta:

    Depdikbud.

    Winkel. 2004. Pengertian Hasil Belajar. Jakarta: Media Utama.

  • L

    A

    M

    P

    I

    R

    A

    N

  • LAMPIRAN A RPP Sebelum diberi perlakuan

    RPP setelah diberi perlakuan

    Materi Ajar

    Lembar Kerja Murid (LKM)

  • Lampiran RPP Sebelum diberi Perlakuan

    Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

    (RPP)

    Satuan pendidikan : SDN 119 Belalang

    Kelas/semester : V/1

    Tema 2 : Udara Bersi Bagi Kesehatan

    Sub Tema 1 : Cara Tubuh Mengelola Udara Bersih

    Pembelajaran Ke : 2

    Alokasi Waktu : 1 Pertemuan (2 x 35 menit)

    A. Kompetensi Inti (KI)