pengaruh metode drilling dan ekspositori...
TRANSCRIPT
PENGARUH METODE DRILLING DAN EKSPOSITORI
DALAM PEMBELAJARAN REMEDIAL TERHADAP HASIL BELAJAR
MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V MI Plus ASY-SYUKRIYYAH
TANGERANG-BANTEN
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi sebagain Persyaratan
Dalam Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
OLEH:
NAMA : YANTO HARTONO
NPM : 809018300709
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2013
i
ABSTRAK
YANTO HARTONO (809018300709). “Pengaruh Metode Drilling dan Ekspositori
Dalam Pembelajaran Remedial Terhadap Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas V
di MI Plus Asy-Syukriyyah Tangerang – Banten “. Skripsi, Jakarta : Jurusan Pendidikan
PGMI-Dualmode Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Agustus 2013.
Penelitian ini dilakukan dengan metode pretest-posttest control group design,
yaitu sebuah rancangan eksperimen (true eksperimental design). Populasi penelitian ini
seluruh siswa kelas V MI Plus Asy-Syukriyyah Tangerang yang terdaftar pada semester I
tahun ajaran 2010-2011.
Pengambilan sample dilakukan dengan cluster sampling dan sample penelitian
sebanyak 70 siswa.
Teknik pengumpulan data menggunakan instrument berupa hasil belajar
matematika yang dapat diselesaikan dengan dua cara yaitu melalui pembelajaran
remedial dengan menggunakan metode drilling dan dengan menggunakan metode
ekspositori. Teknik analisis yang dipergunakan adalah analisis perbedaan dengan uji-t,
pada taraf signifikan α = 0,05.
Instrument yang digunakan untuk mengambil data adalah berupa tes berbentuk
pihan ganda dengan jumlah 30 soal. Kemudian instrumen tersebut diuji validitasnya
dengan menggunakan korelasi biserial (rbis). Harga kritik dari r product moment pada
taraf signifikan α = 0,05 dan jumlah data (N) = 35 adalah 0,334. Maka butir soal
dikatakan valid jika r hitung > r tabel. Dari 30 butir soal terdapat 23 butir soal yang valid.
Setelah itu tes diuji reliabilitasnya denganm menggunakan rumus Kuder – Richardson 20
(K-R 20). Dari perhitungan reliabilitas didapatkan hasil r11 = 0,875. Jika dikonsultasikan
dengan table interpretasi angka korelasi maka nilai r11 berada diantara 0,71 – 0,90 berarti
nilai reliabilitas tinggi. Ini berarti ke-23 butir soal dapat digunakan sebagai instrumen
penelitian.
Berdasarkan hasil pretest pada pokok bahasan bilangan bulat di kelas VB
diperoleh rentang nilai 3,0 – 7,33. Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) matematika
(aspek pemecahan masalah) kelas V MI Plus Asy-Syukriyyah adalah 6,00. Mengacu
kepada KKM tersebut terdapat 11 orang siswa yang lulus (mencapai nilai Kriteria
Ketuntasan Minimal). Dan 24 orang siswa yang tidak lulus (tidak mencapai nilai Kriteria
Ketuntasan Minimal).
Sementara hasil pretest pada pokok bahasan bilangan bulat di kelas VC diperoleh
rentang nilai 2,0 – 7,33. Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) matematika (aspek
pemecahan masalah) kelas V MI Plus Asy-Syukriyyah adalah 6,00. Mengacu kepada
KKM tersebut terdapat 10 orang siswa yang lulus (mencapai nilai Kriteria Ketuntasan
Minimal). Dan 25 orang siswa yang tidak lulus (tidak mencapai nilai Kriteria Ketuntasan
Minimal).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelas V Mekkah dan kelas V
Madinah MI Plus Asy-Syukriyyah memiliki kesulitan belajar matematika yang sama.
Selanjutnya kelas V Mekkah (kelas eksperimen) telah diberikan perlakuan pembelajaran
remedial dengan menggunakan metode drilling dan kelas V Madinah sebagai control.
ii
Pengujian normalitas data populasi dengan menggunakan uji Lilliefors, pada
kelompok Ekperimen nilai L hitung = 0,1320 dan kelompok Kontrol nilai L hitung = 0,0786
yang semua berada di bawah harga nilai Ltabel = 0,1498 maka dapat disimpulkan bahwa
data populasi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal.
Penelitian ini berkesimpulan : (1) Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil
belajar matematika siswa yang diajarkan melalui pembelajaran remedial dengan
menggunakan metode drilling dengan hasil belajar matematika siswa yang diajarkan
menggunakan metode ekspositori (x = 6,65 > y = 5,59 ), (2) Hasil belajar matematika
siswa yang diajarkan melalui pembelajaran remedial dengan menggunakan metode
drilling lebih tinggi dibandingkan dengan yang menggunakan metode ekspositori ( harga
thitung = 3,0251 ). Pada taraf signifikan α = 0,05 dan dk = 34 harga ttabel = 2,042 berarti
thitung = 3,0251 >2,042 = ttabel. Hal ini menunjukkan H0 ditolak.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat-Nya,
terutama nikmat iman, Islam dan kesehatan juga kesempatan sehingga penelitian dan
penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih atas segala bimbingan, dukungan dan
kesabarannya selama proses penyelesaian penelitian dan penulisan skripsi ini. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dra. Nurlena, MA. Ph.D, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed. M.Phil, selaku Ketua Jurusan Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Fauzan, MA, selaku Sekretaris Jurusan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Abdul Muin, M.Pd., Dosen Pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu
dan kemudahan selama proses bimbingan serta memberikan saran serta
dukungan kepada penulis selama pembuatan skripsi ini.
5. Maifalinda Fatra, S.Ag. M.Pd., sebagai dosen penguji I yang tanpa lelah telah
meluangkan waktunya untuk proses perbaikan skripsi ini.
6. Lia Kurniawati, M.Pd., sebagai dosen penguji II dengan kesabarannya telah
meluangkan waktunya untuk proses perbaikan skripsi ini.
7. Seluruh dosen dan staf Jurusan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan keahlian kepada
penulis dan turut melancarkan usaha pembuatan skripsi ini.
8. Segenap karyawan Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Matali Firmansyah, S.Ag selaku kepala sekolah MI Plus Asy-Syukriyyah
serta seluruh dewan guru dan karyawan yang telah membantu dalam
penelitian skripsi ini.
iv
10. Istri tercinta yang telah memberikan motivasi dan sabar menemani serta
ketiga permata hatiku Ariiq Ar-Rafa’i, Rifdah Rahadul’aisy, dan Gelsey Nada
Fathin yang selalu mendoakan dan membangkitkan semangat juga kakakku
Dita, S.Pd. MM. yang setia membantu editing skripsi.
11. Kepada Ibunda tercinta yang selalu mencurahkan kasih sayangnya, do’a,
perhatian dan motivasi kepada ananda selama menyelesaikan skripsi ini.
12. Seluruh rekan-rekan seperjuangan di jurusan PGMI khususnya kelas R
angkatan 2013 UIN Syarif Hidayatullah yang telah memberikan bantuan
moril maupun materil selama penyusunan skripsi ini.
Penulis berharap penulisan skripsi dapat bermanfaat bagi kemajuan dunia
pendidikan. Penulis merasa bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga
penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca.
Tangerang, Agustus 2013
YANTO HARTONO
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................................i
KATA PENGANTAR .................................................................................................iii
DAFTAR ISI .................................................................................................................v
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................................1
B. Identifikasi Masalah .....................................................................................4
C. Pembatasan Masalah ....................................................................................5
D. Perumusan Masalah .....................................................................................6
E. Kegunaan Penelitian .....................................................................................6
BAB II : DESKRIPSI TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN
HIPOTESA PENELITIAN
A. Deskripsi Teoritis ........................................................................................7
1. Belajar ..................................................................................................7
2. Hasil Belajar..........................................................................................9
3. Matematika ...........................................................................................11
4. Hasil Belajar Matematika .....................................................................12
5. Metode Pengajaran Matematika ...........................................................15
a. Pengajaran Menggunakan Metode Latihan (Drill) ...........................16
b. Pengajaran Menggunakan Metode Ekspositori ................................17
6. Bilangan Bulat ......................................................................................19
B. Kerangka Berpikir .......................................................................................25
C. Hipotesis Penelitian .....................................................................................26
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian .........................................................................................27
B. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................................27
vi
C. Metode Penelitian .........................................................................................27
D. Populasi dan Sampel ....................................................................................28
E. Instrumen Penelitian .....................................................................................30
F. Teknik Analisis Data ....................................................................................33
G. Hipotesis Statistik ........................................................................................35
BAB IV : HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data ..............................................................................................36
B. Uji Persyaratan Analisis Data ......................................................................39
C. Pengujian Hipotesis ......................................................................................40
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..................................................................................................41
B. Saran .............................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peran guru dalam meningkatkan hasil belajar berbanding lurus dengan
upaya peningkatan kompetensi dari setiap sisi sebagai seorang pendidik. Sehingga
keberhasilan proses pendidikan salah satunya ditentukan oleh kompetensi seorang
pendidik tersebut.
Dari sekian kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pendidik
diantaranya, adalah pengetahuan serta implementasi pedagogik yang baik,
mempunyai pengetahuan psikologi anak dengan baik sehingga mampu
memahami perkembangan anak didik sebagai dasar untuk menganalisa kesulitan-
kesulitan yang dihadapi oleh seorang anak didik, memiliki pengetahuan dan
pemahaman tentang kurikulum tingkat satuan dengan baik, memperkaya diri serta
mengaktualisasikannya berkenaan dengan metode pembelajaran yang efektif dan
bermakna.
Kenyataan di lapangan tidak sedikit kompetensi yang disebutkan di atas
masih luput terdapat dalam sosok seorang pendidik sehingga efektifitas dalam
pembelajaran masih jauh dari harapan dan berefek pada hasil yang didapatkan
oleh anak didik.
Seorang tenaga pendidik merupakan salah satu faktor eksternal dalam
keberhasilan seorang anak didik dalam belajar, akan tetapi keberhasilan belajar
bukan satu-stunya yang mutlak terletak pada seorang pendidik belaka akan tetapi
situasi di rumah, lingkungan bermain, serta faktor internal sendiri ikut andil
dalam keberhasilan sebuah pembelajaran. Sehingga hal tersebut bisa dianalisa
dengan berkomunikasi dengan orang tua, teman bermain di sekolah dan kondisi di
ruang kelas.
Orang tua yang dua-duanya sibuk bekerja mempunyai andil dalam
memberikan motivasi dan pendampingan anak di rumah dalam belajar, sehingga
1
2
anak merasa diperhatikan dan keberhasilan belajar di sekolah menjadi efek positif
bagi anak didik.
Untuk mewujudkan keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar
dibutuhkan upaya-upaya yang sistematik yakni upaya-upaya untuk mencapai
tujuan pendidikan ditempuh melalui pen-dekatan sistem. Satuan pendidikan dapat
dikategorikan sebagai “sistem” yang terdiri dari konteks, input, proses, output,
dan outcome. Yang menjadi kewenangan & tanggung-jawab satuan pendidikan
adalah input, proses dan output.
Perubahan paradigma penyelenggaraan pendidikan dari sentralisasi ke
desentralisasi mendorong terjadinya perubahan dan pembaruan pada beberapa
aspek pendidikan, termasuk kurikulum yang merupakan sub komponen dari input
sistem pendidikan. Dalam kaitan ini kurikulum sekolah dasar pun menjadi
perhatian dan pemikiran-pemikiran baru, sehingga mengalami perubahan-
perubahan kebijakan.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 36 Ayat (2) ditegaskan bahwa kurikulum pada semua
jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai
dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Atas dasar
pemikiran itu maka dikembangkanlah apa yang dinamakan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional
yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Sesuai
dengan amanat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005
bahwa Kurikulum Satuan Pendidikan pada Jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah mengacu pada standar isi dan standar kompetensi lulusan serta
berpedoman pada panduan dari Badan Standar Nasional Pendidikan.
3
Matematika yang merupakan bagian dari struktur dan muatan kurikulum
tingkat satuan pendidikan adalah ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan
memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi
informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di
bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit.
Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan
matematika yang kuat sejak dini
Seorang guru matematika disamping menjelaskan konsep, prinsip,
teorema, guru juga harus mengajarkan matematika dengan menciptakan kondisi
yang baik agar keterlibatan siswa secara aktif dapat berlangsung. Unsur penting
dalam pembelajaran matematika adalah merangsang siswa serta mengarahkan
siswa belajar, di mana belajar dapat dirangsang dan dibimbing dengan berbagai
metode atau cara yang mengarah pada tujuannya dan langkah yang tepat adalah
dengan menggunakan metode mengajar yang tepat sesuai dengan pokok bahasan
yang dianjurkan.
Guru yang merupakan sub komponen dari input sistem pendidikan adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah (Pasal 1, Ayat 1, UU 14/2005 tentang Guru dan Dosen).
Guru sebagai salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar
(KBM), memiliki posisi yang sangat strategis karena guru yang akan menentukan
kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Posisi guru juga sangat menentukan
karena guru yang memilah dan memilih bahan pelajaran yang akan disajikan
termasuk strategi atau cara penyampaiannya supaya bisa diserap secara maksimal
oleh siswa.
Pada umumnya proses pengajaran bertujuan agar siswa dapat mencapai
hasil belajar yang optimal, jika ternyata hasil belajar yang dicapai tidak
4
memuaskan berarti siswa masih dianggap belum tercapai hasil belajar yang
diharapkan sehingga diperlukan suatu proses pengajaran yang dapat membantu
siswa agar tercapai hasil belajar yang diharapkan.
Proses pengajaran yang dapat membantu siswa yaitu proses pengajaran
remidial. Proses pengajaran remidial ini sifatnya lebih khusus karena disesuaikan
dengan karakteristik kesulitan belajar yang dihadapi siswa. Melalui pengajaran
remidial, siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat diperbaiki atau
disembuhkan sehingga dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan sesuai
dengan kemampuan.
Keberhasilan kegiatan belajar mengajar khususnya pada siswa Sekolah
Dasar (SD), dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya ketepatan memilih
metode mengajar yang sesuai dengan materi dan keadaan sekolah atau siswa yang
bersangkutan.
Jelaslah bahwa metode mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam
kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki siswa
akan ditentukan oleh kesesuaian penggunaan suatu metode dengan tujuannya. Itu
berarti untuk mencapai tujuan pembelajaran, seorang guru harus menggunakan
metode yang tepat (sesuai dengan materi yang diajarkan).
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa pengajaran remedial dengan
metode pembelajaran yang tepat diharapkan memiliki pengaruh yang signifikan
untuk memperbaiki sebagian atau seluruh kesulitan belajar yang dihadapi oleh
siswa. Perbaikan diarahkan untuk mencapai hasil belajar yang optimal sesuai
dengan kemampuan masing-masing melalui perbaikan keseluruh proses belajar
mengajar dan keseluruhan kepribadian siswa.
Dengan demikian perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis kesulitan
belajar matematika melalui pembelajaran remedial dengan metode drilling.
Penelitian-penelitian yang dilaksanakan akan menguji keunggulan metode
pengajaran mana yang memiliki pengaruh signifikan terhadap prestasi hasil
belajar matematika.
5
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas dapat diambil beberapa masalah, antara lain :
1. Peran Guru dalam upaya meningkatkan hasil belajar masih kurang.
2. Faktor ekternal mempengaruhi keberhasilan belajar siswa dalam hasil ini
perhatian orang tua masih perlu diperhatikan.
3. Pentingnya mengetahui tarap kesulitan siswa sebelum memberikan
pelajaran matematika kepada peserta didik masih diabaikan.
4. Pemahaman guru dalam menguasai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
masih perlu peningkatan.
5. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) belum teraplikasikan dalam
proses pembelajaran secara utuh.
6. Belum tergalinya proses belajar yang dapat mengatasi problem siswa dalam
proses belajar matematika.
7. Belum adanya analisa kesulitan belajar matematika melalui pembelajaran
remidial secara benar.
8. Pengetahuan dan implementasi yang masih kurang bagi guru tentang
hakekat metode ekspositori.
9. Perlunya pemahaman yang tepat bagi guru tentang metode drilling yang
benar dalam pembelajaran Remedial.
C. Pembatasan Masalah
Agar tidak terjadi kekeliruan dan mengingat permasalahan yang cukup
luas perlu dilakukan pembatasan masalah yaitu masalah yang dibahas adalah
metode drilling dan Remedial. sebagai berikut:
a. Metode drilling
Metode drilling ini dilakukan terhadap suatu materi pokok yang dianggap sulit
melalui perencanaan dan latihan yang jelas dan sistematis sehingga
diharapkan dapat terjadi kebiasaan terhadap siswa. Hal ini senada dengan
pendapat Majid; “Suatu rencana menyeluruh tentang penyajian materi secara
6
sistematis dan berdasarkan pendekatan yang ditentukan dengan cara latihan
agar pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat dimiliki dan dikuasai
sepenuhnya oleh peserta didik.”1
b. Remedial
Remedial Teaching adalah pembelajaran yang dilakukan untuk membantu
peserta didik yang mengalami kesulitan, dan remedial ini bersifat khusus,
karena disesuaikan dengan karakteristik kesulitan belajar yang dihadapi siswa.
Dalam proses bantuan akan lebih ditekankan pada usaha perbaikan melalui
cara mengajar, menyesuaikan materi pelajaran dan cara-cara lainnya.
Para pendidik (Guru) mempunyai peran khusus dalam membantu siswanya
yang mengalami kesulitan belajar, dan dibutuhkan keuletan dan kesabaran
dari guru yang bersangkutan agar pelajaran yang disampaikan dapat
dimengerti dan diamalkan, dengan Remedial Teaching diharapkan dapat
membantu siswa agar lebih meningkat hasil belajarnya dan meraih cita-
citanya, karena kesuksesan belajar peserta didik adalah juga kesuksesan guru.
D. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini masalah yang diteliti adalah : “Apakah terdapat
pengaruh metode Drilling dalam pembelajaran Remedial terhadap hasil belajar
matematika pada siswa Kelas V MI Plus Asy-Syukriyyah Kota Tangerang ?”.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui pengaruh metode drilling
dalam pembelajaran remedial terhadap hasil belajar matematika pada pokok
bahasan Bilangan Bulat.
1 Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Study Kompetensi Guru, (Bandung: PT. Rosda
Karya, 2006), hlm. 133.
7
F. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan diantaranya:
a) bagi teman-teman guru seperjuangan mudah-mudahan dapat digunakan dalam
menentukan strategi dan teknik pengajaran di Sekolah Dasar (SD), khususnya
di kelas V sehingga siswa merasa tertantang untuk belajar matematika.
b) bagi peserta didik, semoga dalam mempelajari matematika setelah
diadakannya penelitian ini lebih terpacu untuk terus belajar matematika tanpa
perasaan takut dengan salah satu metode yang dilakukan tentunya dengan
bermacam metode,
c) bagi sekolah mudah-mudahan penelitian ini bias digunakan salah satu
referensi dalam pengembangan metode pembelajaran di sekolah, dan
d) bagi peneliti harapannya penelitian ini mendapatkan hasil yang signifikan.
Jika dalam penelitian ini pembelajaran remidial dengan metode drilling
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar, maka guru dapat
mengunakan cara ini dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa.
8
BAB II
KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN
PENGAJUAN HIPOTESA
A. Belajar
Ada beberapa pendapat mengenai definisi belajar, salah satu diantaranya
adalah menurut Skiner dalam buku Dimyati menyatakan : “Belajar adalah suatu
perilaku. Pada saat belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila
ia tidak belajar maka responsnya menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal
berikut:
a) Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons pebelajar,
b) Respons si pebelajar, dan
c) Konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut. Pemerkuat terjadi
pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut. Sebagai ilustrasi,
perilaku respons si pebelajar yang baik diberi hadiah. Sebaliknya, perilaku
respons yang tidak baik diberi teguran dan hukuman”.1
Menurut Sudjana : “Belajar adalah proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang”.2 Sedangkan menurut Catharina : “Belajar adalah
proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu
yang dipikirkan dan dikerjakan”.3 Pendapat serupa dikemukakan oleh Garry dan
Kingsley dikutip oleh Sudjana menyatakan bahwa : “Belajar adalah proses
perubahan tingkah laku orisinal melalui pengalaman dan latihan”.4 Pendapat lain
tentang belajar dikemukakan oleh Sardiman menyatakan bahwa : “Belajar
1 Dimyati. Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), hlm. 9
2 Sudjana. Dasar-dasar Belajar-Mengajar. (Bandung : Remaja Rosdakarya,1997), hal. 5
3 Catharina. Psikologi Belajar. (Semarang : UNNES Pres, 2006), hal. 2
4 Sudjana. Dasar-dasar Belajar-Mengajar. (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1997), hal. 5
8
9
merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan
misalnya membaca, mengamati, mendengar, meniru, dan lain sebagainya”.5 Lebih
lanjut Sardiman mengemukakan : “Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan
penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan,
sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri”.6
Ahli belajar modern mengemukakan dan merumuskan belajar sebagai
berikut : “Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri
seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat
usaha, pengalaman dan latihan".7 Tingkah laku yang baru itu misalnya dari yang
tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian-pengertian baru, perubahan dalam
sikap, kebiasaan, keterampilan, kesanggupan menghargai, perkembangan sifat-
sifat sosial, emosional, dan perubahan jasmani. Belajar juga merupakan proses
manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap.
Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat.
Selanjutnya Gestalt dikutip oleh Nasution mengemukakan bahwa :
“Seseorang dikatakan sudah belajar jika mendapat insight di dalam situasi yang
problematis”.8 Menurut Kothler : “Insight adalah melihat hubungan antara unsur-
unsur dalam situasi mengandung problem itu”.9 Dalam hal ini siswa harus
memiliki keterampilan tertentu sehingga dapat menghubungkan antara ilmu
pengetahuan yang dimiliki dengan problem-problem yang diberikan.
Menurut Gagne belajar dibedakan menjadi 8 jenis yaitu :
1. Belajar Isyarat (Signal Learning)
2. Belajar Stimulus – Respon (Stimulus Response Learning)
3. Belajar Rangkaian (Chaining Learning)
5 Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2006), hlm.21 6 Ibid, h. 21
7 Abyan. Perencanaan dan Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. (Jakarta :
Universitas Terbuka, 1997), hlm. 99 8 Nasution. Berbagai Pendekatan dalam Belajar, Proses Belajar Mengajar. (Jakarta : Bina Aksara,
2005) hlm. 134 9 Ibid,. h. 134
10
4. Belajar Asosiasi Verbal (Verbal Association Learning)
5. Belajar Membedakan (Discrimination Learning)
6. Belajar Konsep (Concept Learning)
7. Belajar Aturan (Rule Learning)
8. Belajar Pemecahan Masalah (Problem Solving Learning)10
Jenis-jenis belajar diatas dapat dipandang sebagai bertingkat, setiap jenis
belajar yang dibawa merupakan syarat bagi jenis belajar yang diatas. Dengan
demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa belajar merupakan proses yang
dilakukan siswa dalam menyelesaikan masalah yang dianggap sebagai problem,
dimana problem tersebut diselesaikan bukan dengan mengingat atau menghafal
melainkan berfikir dengan cara menghubungkan problem tersebut dengan apa
yang diketahui sebelumnya.
Belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu.
Sehingga dengan belajar itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat
melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu. Beberapa ciri-ciri belajar yaitu :
a. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku.
b. Perubahan perilaku relatif permanen.
c. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses
belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial.
d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman.
e. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan.
Salah satu prinsip psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak begitu
saja memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswalah yang harus aktif
membangun pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri. Pendekatan
konstruktivistik dalam belajar dan pembelajaran didasarkan pada perpaduan
antara beberapa penelitian dalam psikologi kognitif dan psikologi social,
sebagaimana teknik-teknik dalam modifikasi perilaku yang didasarkan pada teori
operant conditioning dalam psikologi behavioral. Premis dasarnya adalah bahwa
10
Panen. Belajar Pembelajaran. (Jakarta : Universitas Terbuka, 2002), hlm. 11
11
individu harus secara aktif membangun pengetahuan dan keterampilannya
(Brunner,1990) dan informasi yang ada diperoleh dalam proses membangun
kerangka oleh pelajar dari lingkungan di luar dirinya.
Menurut Sobur dan Alex mengemukakan bahwa “Belajar adalah
perubahan sesuatu yang relative tetap sebagai hasil adanya pengalaman”.11
Menurut Witherington dalam buku Educational Psychology mengemukakan
bahwa “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan
diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap,
kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian”.12
Sedangkan menurut Djamarah,
belajar adalah “serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya yang menyangkut kognitif, efektif dan psiomotor ”13
Dari berbagai pendapat di atas tentang pengertian belajar dapat penulis
definisikan, bahwasannya belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang
berdasarkan pengalaman yang didapat baik pengalaman yang dibuat secara
terstruktur maupun alamiah dan terjadinya usaha yang terus menerus dilakukan
oleh orang itu sendiri.
B. Hasil Belajar Matematika
Pada hakekatnya dalam proses belajar bertujuan kepada hasil yang
didapat sesuai dengan apa yang diharapkan sebagai akibat dari proses belajar
tersebut. Menurut Gagne : “Perubahan dalam disposisi atau kapabilitas manusia
yang berlangsung selama satu waktu dan tidak semata-mata disebabkan oleh
proses pertumbuhan. Perubahan itu berbentuk perubahan tingkah laku, hal ini
11
Sobur, Alex. Psikologi Umum. (Bandung : Pustaka Setia 2003). Hlm.218 12
Purwanto, Ngalim.Psikologi Pendidikan. (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1996). Hlm.84 13
Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi (Belajar. Jakarta : Rieneka Cipta. 2002). Hlm. 13
12
dapat diketahui dengan jalan membandingkan tingkah laku sebelum belajar dan
tingkah laku yang diperoleh setelah belajar”.14
Hal ini dipertegas Hamid Hasan yang mengemukakan bahwa “Hasil
belajar ialah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan
belajar yang dilakukannya”.15
Bloom dkk seperti yang dikutip oleh Lubis :
“Bahwa hasil belajar dibagi menjadi 3 (tiga) ranah yaitu : ranah kognitif, ranah
afektif dan ranah psikomotorik”.16
Ranah kognitif adalah “berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari enam aspek”, yaitu :
a. Mengetahui : kemampuan mengingat apa yang sudah dipelajari.
b. Memahami : kemampuan menangkap makna dari yang dipelajari.
c. Mengnerapkan : kemampuan untuk menggunakan hal yang sudah
dipelajari itu ke dalam situasi baru yang kongkrit.
d. Menganalisis : kemampuan untuk merinci hal yang dipelajari ke dalam
unsur-unsurnya agar struktur organisasinya dapat dimengerti.
e. Mensintesis : kemampuan untuk mengumpulkan bagian-bagian untuk
membentuk suatu kesatuan yang baru.
f. Mengevaluasi : kemampuan untuk menentukan nilai sesuatu yang
dipelajari untuk suatu tujuan tertentu.17
“Hasil belajar afektif ada lima tingkatan. Seperti juga kognitif lebih
menekankan kepada fungsi otak dalam mengolah informasi maka afektif lebih
menekankan dirinya. Pada pengembangan fungsi perasaan dan sikap. Oleh karena
itu afektif lebih berhubungan dengan masalah nilai, perasaan dan sikap seseorang
14
Ibid,. h. 26 15
Hasan. Buku Materi Pokok Evaluasi Hasil Pengajaran IPS dan Pengajaran Remedial. (Jakarta :
Karunika Universitas Terbuka, 1986), hlm. 2.19 16
Lubis M. Evaluasi Proses dan Hasil Pembelajaran. (Jakarta : FMIPA UHAMKA, 1999) h. 6 17
Tim Dosen FIP IKIP Malang. Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan. (Surabaya : Usaha
Nasional, 1980) hlm. 121
13
sebagai hasil belajar “.18
Sedangkan “Ranah psikomotorik adalah berkenaan
dengan hasil belajar yang tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan
bertindak individu “.19
Hasil belajar yang diperoleh siswa berbeda-beda, hal ini disebabkan faktor
yang mempengaruhi belajar setiap siswa berbeda-beda. Dengan demikian hasil
belajar merupakan tingkat kemampuan siswa yang dicapai sebagai usaha yang
dilakukan siswa melalui pengalaman belajar. Pengertian matematika menurut
Klien yang dikutip oleh Gawatri : “Matematika itu bukanlah pengetahuan
menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya
matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan
menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam “.20
Matematika dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menyelesaikan
berbagai pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari seperti jual beli, pengukuran, dan
sebagainya. Selanjutnya menurut Suriasumantri : “Matematika adalah bahasa
yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita
sampaikan”.21
Sehingga bahasa matematika dapat menjelaskan suatu permasalahan
dengan singkat dan tepat. Penggunaan simbol dalam matematika dimaksud agar
objek matematika dapat ditulis dengan singkat, tepat dan mudah dimengerti.
Menurut Gagne dikutip oleh Ruseffendi : Dalam matematika ada dua objek yang
diperoleh siswa yaitu objek langsung dan tidak langsung.
Objek langsung terdiri dari :
1. Fakta, adalah angka atau lambang bilangan.
2. Keterampilan adalah kemampuan memberi jawaban yang benar dan cepat.
18
Putra USW. Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: Universitas Terbuka, 1996), hlm. 185 19
Lubis M. Op. cit., h. 12 20
Gawatri. Matematika 1 SMK. (Jakarta: Yudhistira, 1999) hlm. 16 21
Suriasumantri J. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan,
1999) hlm. 190
14
3. Konsep adalah ide ekstrak memungkinkan kita mengelompokkan benda-
benda (objek) ke dalam contoh.
4. Aturan adalah objek yang paling abstrak.22
Sedangkan objek tidak langsung antara lain kemampuan menyelidiki dan
memecahkan masalah, mandiri (belajar, bekerja dan lain-lain), bersikap positif
terhadap matematika dan sebagainya.
Banyak siswa yang merasa kesulitan dalam mempelajari matematika
menyebabkan betapa pentingnya metode pengajaran yang harus diperhatikan oleh
seorang guru agar dapat memperoleh hasil yang optimal.
Di bawah ini ada beberapa definisi matematika sebagai berikut:
1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara
sistemik.
2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi
3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan
dengan bilangan.
4) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah
tentang ruang dan bentuk.
5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.
6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.23
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika
adalah cabang ilmu pengetahuan eksak tentang bilangan, kalkulasi, penalaran
logik, fakta-fakta kuantitatif, masalah ruang dan bentuk, aturan-aturan yang ketat
dan pola keteraturan serta tentang struktur yang terorganisir.
Karena matematika tersusun secara teratur, maka untuk mempelajari
matematika harus secara urut dan hirarkis. Dalam belajar matematika ada
persyaratan tertentu yang harus dipenuhi sebelum suatu konsep tertentu dipelajari.
22
Ruseffendi ET. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam
Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. (Bandung: Tarsito, 1988) h. 165 23
Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia. Jakarta : Asdi Mahasatya, h.11
15
Persyaratan itu merupakan prasyarat misalnya : penjumlahan merupakan
prasyarat bagi perkalian, differensial merupakan prasyarat bagi integral, dan
sebagainya.
Berdasarkan pengertian hasil belajar dan matematika yang telah diuraikan
di atas dapat dibuat kesimpulan bahwa hasil belajar matematika adalah
keterampilan siswa dalam belajar matematika baik secara struktur, fakta, aturan,
bilangan dan logika.
C. Kesulitan Belajar Matematika
Mengenai kesulitan belajar, Mulyadi berpendapat : ”Pada umumnya
”kesulitan” merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya
hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai tujuan, sehingga memerlukan
usaha lebih giat lagi untuk dapat mengatasi. Kesulitan belajar dapat diartikan
sebagai suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya hambatan-
hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. 24
Kesulitan belajar mempunyai pengertian yang luas dan kedalamannya,
sebagaimana dikemukakan kembali oleh Mulyadi, seperti :
1) Learning Disorder (ketergangguan belajar)
Adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena
timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya orang yang mengalami
gangguan belajar, prestasi belajarnya tidak terganggu, akan tetapi proses
belajarnya yang terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang
bertentangan. Dengan demikian hasil belajar yang dicapai akan lebih rendah
dari potensi yang dimiliki (Rosyidan, 1998).
2) Learning Disabilities (Ketidakmampuan Belajar)
24
Mulyadi. Diagnosis Kesulitan Belajar. (Yogjakarta : Nuha Litera, 2008) hlm. 6
16
Adalah ketidakmampuan seseorang murid yang mengacu kepada gejala di
mana murid tidak mampu belajar (menghindari belajar), sehingga hasil
belajarnya di bawah potensi intelektualnya.
3) Learning Disfunction (Ketidakfungsian Belajar)
Menunjukkan gejala di mana proses belajar tidak berfungsi dengan baik
meskipun pada dasarnya tidak ada tanda-tanda subnormalitas mental,
gangguan alat indera atau gangguan-gangguan psikologis lainnya.
4) Under Achiever (Pencapaian Rendah)
Adalah mengacu kepada murid-murid yang memiliki tingkat potensi
intelektua di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
5) Slow Learner (Lambat Belajar)
Adalah murid yang lambat alam proses belajarnya sehingga membutuhkan
waktu dibandingkan dengan murid-murid yang lain yang memiliki taraf
potensi intelektualnya yang sama.25
Sesuai dengan pengertian kesulitan belajar di atas maka kesulitan belajar
pada dasarnya suatu gejala yang nampak dalam berbagai jenis manifestasi tingkah
laku baik secara langsung ataupun tidak langsung.
Gejala ini akan nampak dalam aspek-aspek kognitif, motoris dan afektif,
baik dalam proses maupun hasil belajar yang dicapai. Ciri-ciri tingkah laku yang
merupakan pernyataan manifestasi gejala kesulitan belajar, dikemukakan kembali
oleh H. Mulyadi antara lain :
1) Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai
oleh kelompokknya atau di bawah potensi yang dimiliki.
2) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.
Mungkin ada murid yang sudah berusaha untuk belajar dengan giat, tetapi
nilai yang dicapainya selalu rendah.
25
Ibid, h. 6-7
17
3) Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar. Selalu tertinggal dari
kawan-kawannya dalam menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang
ditentukan.
4) Menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti acuh tak acuh, menentang,
berpura-pura, dusta dan sebagainya.
5) Menunjukkan tingkah laku yang kurang wajar seperti : membolos. Datang
terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau di
luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak tertib dalam kegiatan belajar
mengajar, mengasingkan diri, tidak mau bekerja sama dan sebagainya.
6) Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar seperti : pemurung, mudah
tersinggung, pemarah, kurang gembira, dalam menghadapi nilai rendah tidak
menunjukkan perasaan sedih dan menyesal dan sebagainya.
Banyak orang yang memandang matematika sebagai mata pelajaran yang
paling sulit. Meskipun demikian, semua orang harus mempelajarinya karena
merupakan sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Seperti
halnya bahasa, membaca, dan menulis, kesulitan belajar matematika harus diatasi
sedini mungkin. Kalau tidak siswa akan menghadapi banyak masalah karena
hampir semua mata pelajaran memerlukan matematika. Oleh karena itu guru
harus mengetahui karakteristik siswa yang berkesulitan belajar matematika.
Diungkapkan kembali oleh Mulyadi mengenai karakteristik siswa yang
berkesulitan belajar matematika, yaitu : ”Kesulitan belajar matematika disebut
juga diskalkulia (dyscalculis) (Lerner, 1981). Kesulitan belajar matematika yang
berat oleh Kirk (1962) disebut akalkulia (acalculia).” Mulyadi lebih lanjut
mengungkapkan : ”Gangguan matematika adalah suatu ketidakmampuan dalam
melakukan ketrampilan matematika yang diharapkan untuk kapasitas intelektual
dan tingkat pendidikan seseorang”.26
26
H. Mulyadi. 2008. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan terhadap Kesulitan Belajar Khusus.
Malang : Nuha Litera, h. 174
18
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders,
sebagaimana dikutip oleh Mulyadi bahwa : ”Gangguan matematika adalah salah
satu gangguan belajar. Gangguan matematika dikelompokkan menjadi empat
ketrampilan, yaitu : (a) ketrampilan linguistik (yang berhubungan dengan
mengerti istilah matematika dan mengubah masalah tertulis menjadi simbol
matematika), (b) ketrampilan perseptual (kemampuan mengenali dan mengerti
simbol dan mengurutkan kelompok angka), (c) ketrampilan matematika
(penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian dasar dan urutan operasi
dasar), (d) ketrampilan atensional (menyalin angka dengan benar dan mengamati
simbol operasional dengan benar) (Kaplan, 1997).27
Beberapa peneliti telah mengklasifikasikan gangguan matematika menjadi
beberapa kategori, sebagaimana dikemukakakan kembali oleh Mulyadi, yaitu :
(a) kesulitan dalam belajar menghitung dengan arti,
(b) kesulitan menguasai sistem kardinal dan ordinal,
(c) kesulitan melakukan operasi aritmatika, dan
(d) kesulitan dalam membayangkan obyek sebagai kelompok-kelompok (Kaplan,
1997)28
Sedangkan menurut Lerner ada beberapa karakteristik anak berkesulitan
belajar matematika, sebagaimana dikutip oleh Mulyadi, yaitu :
(a) adanya gangguan dalam hubungan keruangan,
(b) abnormalitas persepsi visual,
(c) asosiasi visual-motor
(d) perseverasi,
(e) kesulitan mengenal dan memahami simbol,
(f) gangguan penghayatan tubuh,
(g) kesulitan dalam bahasa dan membaca, performa IQ yang lebih rendah
daripada skor Verbal IQ (Lerner, 1988)29
27
Ibid, h. 174-175 28
Ibid, h. 175
19
D. Pengajaran Remidial
Ditinjau dari kata, ”remidial” berarti ”sesuatu yang berhubungan dengan
perbaikan”. Dengan demikian pengajaran remidial, adalah suatu bentuk
pengajaran yang bersifat penyembuhan atau bersifat perbaikan.
Menurut Mulyadi, ada tujuh ciri-ciri pengajaran remidial, yaitu :
(a) Pengajaran remidial dilaksanakan setelah diketahui kesulitan belajar dan
kemudian diberikan pelayanan khusus sesuai dengan sifat, jenis, dan latar
belakangnya.
(b) Dalam pengajaran remidial tujuan instruksional/indikator hasil belajar
disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dihadapi murid.
(c) Metode yang digunakan pada pengajaran remidial bersifat diferensial artinya
disesuaikan dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan belajarnya.
(d) Alat-alat yang dipergunakan dalam pengajaran remidial lebih bervariasi dan
mungkin murid tertentu lebih memerlukan alat khusus tertentu. Misalnya
dalam penelitian ini menggunakan latihan (drill).
(e) Pengajaran remidial dilaksanakan dengan kerjasama dengan pihak lain.
Misalnya : Pembimbing, ahli lain dan sebagainya.
(f) Pengajaran remidial menuntut pendekatan dan teknik yang lebih diferensial,
maksudnya lebih disesuaikan dengan keadaan masing-masing pribadi murid
yang akan dibantu.
(g) Dalam pengajaran remidial, alat evaluasi yang dipergunakan disesuaikan
dengan kesulitan belajar yang dihadapi murid.30
Pengajaran remidial mempunyai peranan penting dalam keseluruhan
proses belajar mengajar, khusus dalam mencapai hasil belajar yang optimal.
Pengajaran remidial merupakan pelengkap dari proses pengajaran secara
keseluruhan. Beberapa alasan pentingnya pengajaran remidial, dikemukakan oleh
Mulyadi, dapat dilihat dari berbagai segi sebagai berikut :
29
Ibid, h. 175 30
Mulyadi. 2008. Diagnosis Kesulitan Belajar. Malang : Nuha Litera, h. 45-46
20
(1) Warga belajar (murid)
Warga belajar (murid), ternyata masih banyak yang mendapatkan nilai
prestasi belajar kurang. Misalnya : rata-rata yang dicapai masih jauh di bawah
ukuran yang diharapkan. Kenyataan menunjukkan pula bahwa setiap murid
mempunyai perbedaan individual dalam proses belajarnya.
(2) Pendidik dan pengajar (guru)
Dalam menjalankan tugas, peranan seorang guru bukan hanya sekedar
penyampai pengetahuan kepada murid tetapi juga mempunyai peranan
sebagai pembimbing yang harus dapat membantu murid memahami dirinya
dan mampu mengatasi hambatan-hambatan di dalam dirinya. Dalam kaitan
inilah pengajaran remidial merupakan salah satu upaya yang dapat
dilaksanakan oleh seorang guru dalam memberikan peluang yang besar bagi
setiap murid untuk dapat mencapai prestasi belajar optimal dan maksimal.
(3) Proses belajar
Adanya gejala kesulitan belajar merupakan indikasi belum adanya perubahan
tingkah laku secara keseluruhan. Oleh karena itu masih diperlukan proses
belajar mengajar khusus yang dapat membantu pencapaian keseluruhan
perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar. Dengan demikian dapat
dipahami bahwa pengajaran remidial mempunyai peranan yang penting
terhadap keberhasilan proses belajar mengajar secara keseluruhan.
(4) Pelayanan bimbingan
Untuk melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling yang sebaik-
baiknya, pengajaran remidial merupakan salah satu bentuk pelayanan
bimbingan dan konseling melalui interaksi belajar mengajar. Dengan
demikian pengajaran remidial menunjang pelaksanaan bimbingan dan
konseling dan sebaliknya pelaksanaan bimbingan dan konseling dapat
menunjang pelaksanaan pengajaran remidial.31
31
Ibid, h. 46-48
21
Adapun tujuan, fungsi dan prinsip pengajaran remidial, menurut Mulyadi
adalah sebagai berikut 32
:
(1) Tujuan pengajaran remidial
Secara khusus pengajaran remidial bertujuan agar murid yang mengalami
kesulitan belajar dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan melalui
proses penyembuhan atau perbaikan, baik segi proses belajar mengajar
maupun kepribadian murid.
(2) Fungsi pengajaran remidial
Adapun beberapa fungsi pengajaran remidial tersebut adalah :
a. Fungsi korektif
b. Fungsi penyesuaian
c. Fungsi pemahaman
d. Fungsi pengayaan
e. Fungsi terapeutik
f. Fungsi akselerasi
Dalam penelitian ini yang ingin penulis perdalam adalah fungsi korektif,
dimana pengajaran remidial mempunyai korektif, artinya melalui pengajaran
remidial dapat diadakan pembentukan atau perbaikan terhadap sesuatu yang
dianggap masih belum mencapai apa yang diharapkan dalam keseluruhan proses
belajar mengajar. Hal-hal yang diperbaiki atau dibetulkan melalui pengajaran
remidial antara lain :
b) Perumusan tujuan
c) Penggunaan metode mengajar
d) Cara-cara belajar
e) Evaluasi
f) Segi-segi pribadi murid
32
Ibid, h. 48-52
22
Dengan perbaikan terhadap hal-hal tersebut di atas, maka prestasi belajar
murid beserta faktor-faktor yang mempengaruhi dapat diperbaiki. Dalam
penelitian ini penulis lebih mengkhususkan perihal korektif penggunaan metode
mengajar.
(3) Prinsip-prinsip pengajaran remidial
a. Penyiapan pembelajaran : proses identifikasi kebutuhan siswa dan
menyiapkan rencana pembeljaran agar efektif.
b. Merancang berbagai kegiatan pembelajaran remidial untuk siswa dengan
bervariasi.
c. Merancang belajar bermakna, misalnya kuis, games, dan sebagainya.
d. Pemilihan pendekatan pembelajaran.
e. Memberikan arahan yang jelas untuk menghindari kebingungan siswa.
f. Merumuskan gagasan utama sesuai dengan kesulitan yang dialami siswa.
g. Meningkatkan keinginan belajar dan motivasi kepada siswa.
h. Mendorong siswa berpartisipasi aktif dalam kelas.
i. Memfokuskan pada proses belajar.
j. Memperlihatkan kepedulian terhadap individu siswa (Kunandar, 2008).
Remidial membutuhkan strategi dan pendekatan. Dalam konteks konsep
dasar diagnosa dan pengajaran remidial, Ross & Stanley (1986) menjelaskan
tindakan strategis itu seyogyanya dilakukan secara kuratif dan preventif, dan oleh
Dinkmeyar & Cadwell (dalam bukunya Developmental Counseling, 1970)
ditambahkan bahwa hal itu dapat pula dilakukan dengan upaya yang bersifat
pengembangan.
Dari pendapat-pendapat tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
strategi dan pendekatan pengajaran remidial diklasifikasikan menjadi tiga yaitu33
:
(1) Strategi dan pendekatan pengajaran remidial yang bersifat kuratif.
(2) Strategi dan pendekatan pengajaran remidial yang bersifat preventif.
33
Ibid, h. 52-53
23
(3) Strategi dan pendekatan pengajaran remidial yang bersifat pengembangan
(development).
Akan tetapi dalam penelitian ini, penulis lebih memfokuskan pada strategi
dan pendekatan pengajaran remidial yang bersifat preventif. Pendekatan preventif
diberikan kepada murid tertentu berdasar informasi yang ada, dapat diprediksikan
atau setidak-tidaknya patut diduga akan mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan suatu program studi tertentu yang akan ditempuhnya. Oleh karena
itu sasaran pokok dari pendekatan preventif ini adalah berupaya sedapat mungkin
agar hambatan-hambatan dapat mencapai prestasi dapat di atasi dan
mengembangkan kemampuan sesuai dengan kriteria keberhasilan yang
ditetapkan.
Pendekatan preventif bertolak dari hasil pretes atau ”tes of entering
behaviors”. 34
Secara visual konsep dasar dan strategi serta teknik-teknik
pendekatan preventif seperti pada bagan berikut :
34
Ibid, h. 57
Persiapan
Pre tes
Evaluasi
Kelas Mekkah Kelas Madinah
Pos tes
Evaluasi Sumatif
Hasil belajar
24
Pada penelitian ini layanan remidial diberikan kepada kelompok belajar
homogen, yaitu mereka yang mengalami kesulitan belajar matematika.
Dalam penelitian ini akan dilihat dari dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar
matematika yaitu faktor dari peserta didik yang berkaitan dengan analisa kesulitan
belajar matematika dan pengajaran remidial dengan metode mengajar (yaitu metode
drilling dan metode ekspositori).
E. Metode Remedial
Matematika diakui sangat penting tetapi sulit dipelajari, tidak jarang siswa
yang asalnya menyenangi pelajaran matematika beberapa bulan kemudian menjadi
acuh sikapnya. Hal ini dikarenakan berbagai faktor salah satunya metode pengajaran
yang tidak sesuai dengan materi yang disampaikan.
Dalam mencari metode yang tepat sebaiknya kita mengenal terlebih dahulu
apa itu Remedial Teaching. Menurut Entang Remedial Teaching adalah: “Segala
usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis sifat kesulitan belajar.
Factor-faktor penyebab serta cara menetapkan kemungkinan mengatasinya. Baik
secara kuratif (penyembuhan) maupun secara prefentif (pencegahan) berdasarkan
data dan informasi yang seobyektif mungkin”35
Memilih metode yang sesuai mempunyai setelah mengetahui penyebabnya
mempunyai pengaruh yang sangat berarti terhadap suksesnya pelajaran matematika,
sebab walaupun tujuan belajar sudah dibuat, sumber belajar banyak, siswa bisa gagal
mempelajari materi pelajaran jika penggunaan metode mengajarnya tidak sesuai.
Diantara metode-metode yang bisa digunakan adalah metode ekspositori
(pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal
dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat
menguasai materi secara optimal), metode inkuiri (rangkaian kegiatan pembelajaran
35
Mulyadi, Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar Khusus
(Yogyakarta: Nuha Litera, 2008) hlm. 39
25
yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan, proses
berpikirnya dilakukan melalui tanya jawab anatara guru dan siswa), metode
CTL/Contextual Teaching and Learning (suatu metode pembelajaran yang
menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan
materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata
sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka)
dan metode-metode lainnya.
Adapun metode mengajar yang berkaitan dengan penilitian ini adalah :
1. Metode Latihan (Drilling)
a) Pengertian metode latihan (drilling)
Menurut Sabri : ”Metode drill adalah suatu metode dalam pengajaran
dengan jalan melatih anak didik terhadap bahan yang sudah diajarkan/ berikan agar
memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah
dipelajari “.36
b) Kelebihan dan kekurangan metode latihan (drilling)
Kelebihan metode latihan (drilling)
• Dalam waktu yang relatif singkat,dapat diperoleh penguasaan dan
keterampilan yang diharapkan.
• Para murid akan memiliki pengetahuan yang siap pakai.
• Akan tertanam pada setiap pribadi anak kebiasaanbelajar secara rutin dan
disiplin.
Kekurangan metode latihan (drilling)
• Bisa menghambat perkembangan daya inisiatif murid.
• Kurang memperhaitkan relevansinya dengan lingkungan
• Membentuk pengetahuan verbalis dan mekanis.
36
Sabri A. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta : Quantum Teaching, 2007) hlm. 60
26
• Membentuk kebiasaan-kebiasaan yang otomatis dan kaku.
Adapun prinsip dan petunjuk menggunakan metode latihan (drilling), adalah
sebagai berikut :
a) Siswa harus diberi pengertian yang mendalam sebelum diadakan latihan tertentu
b) Latihan untuk pertama kali hendaknya bersifat diagnosis, mula-mula kurang
berhasil,
Lalu diadakan perbaikan untuk kemudian bisa lebih sempurna.
c) Latihan tidak perlu lama asal sering dilakukan.
d) Harus disesuaikan dengan taraf kemampuan siswa.
e) Proses latihan hendaknya mendahulukan hal-hal yang esensial dan berguna.37
2. Metode Ekspositori
Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia tertulis : ”Ekspositori adalah
tradisional”.38
Sedangkan, tradisional sendiri diartikan bahwa : ”Tradisional adalah
sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan
adat kebiasaan yang ada secara turun-temurun”.39
Menurut Amin mengemukakan bahwa : ”Metode ekspositori adalah cara
penyampaian pelajaran dari seorang guru kepada siswa di dalam kelas dengan cara
berbicara di awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal disertai tanya
jawab. Siswa hanya mendengar dan membuat catatan”.40
Menurut Sunarto dkk dalam Jurnalnya, Metode ekspositori adalah suatu
metode penyampaian materi pelajaran yang didalamnya meliputi gabungan dari
metode ceramah, metode tanya jawab, dan metode tugas (Sunaryo, 1989:92).41
37
Ibid, h. 61
38
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia.( Jakarta : Balai Pustaka, 1999) hlm. 592 39
Ibid, h. 1208 40
Amin. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika 1. (Semarang 2004): h. 4
41
Sunarto Dkk. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol. 2, No. 1, 2008, hlm 244-249
27
Metode pembelajaran ekspositori ini merupakan proses pembelajaran yang
lebih berpusat pada guru (teacher centered). Guru menjadi sumber dan pemberi
informasi utama. Meskipun dalam metode ekspositori digunakan gabungan metode
selain ceramah, penekanannya tetap pada proses penerimaan pengetahuan (materi
pelajaran) bukan pada proses pencarian dan kontruksi pengetahuan.
Pembelajaran dengan metode ekspositori akan menjadi lebih efektif jika guru
dapat mengurangi jumlah pembicaraan (dominasi guru dikurangi), siswa lebih aktif,
menambah alat bantu lain dan melakukan keseimbangan menggunakan strategi yang
lain (Sunaryo 1989:114).42
F. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di
masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan
pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender
pendidikan dan silabus.
KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut.
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik dan lingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki
posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan
42
Ibid hlm. 244-249
28
tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi,
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan
lingkungan. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat
pada peserta didik.
b. Beragam dan Terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik
peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai
dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adapt
istiadat, status social ekonomi dan jender.
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu,
semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik
untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni.
d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku
kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan
kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan,
dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan
pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan social, keterampilan akademik,
dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang
kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara
berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.
f. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum
29
mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, non formal,
dan informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang
selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan
kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling
mengisi dan memberdayakan sejalan dengan moto Bhineka Tunggal Ika
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
1. Bilangan Bulat
A. Operasi hitung bilangan bulat
Operasi hitung bilangan bulat mliputi penjumlahan, pengurangan, pekalian,
dan pembagian.
a. Penjumlahan
Pada operasi penjumlahan berlaku sifat pertukaran (komutatif) dan sifat
pengelompokan (asosiatif).
a. Sifat pertukaran (komutatif)
a + b = b + a
b. Sifat pengelompokan (asosiatif)
a + (b + c) = (a + b) + c
b. Pengurangan
Operasi pengurangan sama artinya dengan menjumlah bilangan itu dengan
lawan dan bilangan yang menguranginya. Pada operasi pengurangan tidak
berlaku sifat pertukaran (komutatif) atau sifat pengelompokan (asosiatif).
Bentuk umum operasi pengurangan adalah sebagai berikut.
a – b = a + (-b), ingat lawan dari b adalah -b
c. Perkalian
30
Operasi perkalian dapat diartikan sebagai penjumlahan berulang.
Contohnya sebagai berikut.
4 x 5 = 5 + 5 + 5 + 5 (penjumlahan berulangan bilangan 5 sebanyak 4 kali)
= 20
Pada operasi perkalian berlaku sifat pertukaran (komutatif),
pengelompokan (asosiatif), dan penyebaran (distributive). Bentuk umumnya
adalah sebagai berikut.
a. Sifat petukaran
a x b = b x a
b. Sifat pengelompokan
a x (b x c) = (a x b) x c
Sifat Penyebaran
a x (b + c) = (a x b) + (a x c), sifat penyebaran perkalian terhadap
penjumlahan.
a x (b – c) = (a x b) – (a x c), sifat penyebaran perkalian terhadap
pengurangan.
Sifat tanda yang harus diperhatikan pada operasi perkalian adalah sebagai
berikut.
(+) x (+) = (+)
(+) x (-) = (-)
(-) x (+) = (-)
(-) x (-) = (+)
B. Pembagian
Operasi pembagian merupakan kebalikan dari operasi perkalian. Pada
operasi pembagian tidak berlaku sifat pertukaran (komutatif), pengelompokan
(asosiatif), dan penyebaran (distributif).
(+) : (+) = (+)
(+) : (-) = (-)
(-) : (+) = (-)
31
(-) : (-) = (+)
C. Melakukan pembulatan
Pembulatan suatu bilangan dapat dilakukan ke puluhan terdekat, ratusan
terdekat atau ke ribuan terdekat. Berikut hanya akan dipelajari pembulatan
bilangan ke puluhan terdekat dan ke ratusan terdekat. Aturan pembulatannya
adalah sebagai berikut
Untuk pembulatan bilangan ke puluhan terdekat, peratikanlah angka
satuannya. Apabila angka satuannya 5 atau lebih maka angka satuannya
menjadi 0 dan angka puluhannya bertambah 1. apabila angka satuannya lebih
kecil dari 5 maka angka satuannya menjadi 0 dan angka puluhannya tetap.
Perhatikan skema berikut.
3 3 dibulatkan menjadi 30 5 6 dibulatkan menjadi 60
Menjadi 0 menjadi 0
Tetap karena angka satuan bertambah 1 karena
angka Lebih kecil dari 5 satuan lebih besar
Untuk pembulatan bilangan ke ratusan terdekat, perhatikanlah angka
puluhannya. Apabila angka puluhanna 5 atau lebih maka angka puluhan dan
satuannya menjadi 0, sedangkan angka ratusannya bertambah 1. apabila angka
puluhannya lebih kecil dari 5 maka angka puluhan dan satuannya menjadi 0,
sedangkan angka ratusannya tetap. Perhatikan skema berikut.
3 3 3 dibulatkan menjadi 500 5 6 7 dibulatkan menjadi 600
Menjadi 00 menjadi 00
Tetap karena angka satuan bertambah 1 karena
angka
Lebih kecil dari 5 satuan lebih besar
D. Faktor prima dan faktorisasi prima
Untuk menemukan factor prima dari satuan bilangan dapat menggunakan
pohon factor. Berikut diberikan contohnya.
32
Tentukanlah factor prima dan faktorisasi prima dan 36.
Faktor prima dari 36 adalah 2 dan 3
x 18 membagi 36 dengan bilangan prima 2 sedangkan faktorisasi prima dan 36
x 9 membagi 18 dengan bilangan prima 2 adalah 2 x 2 x 3 x 3 = 22 x 3
2
x 3 membagi 9 dengan bilangan 3
x 1
faktorisasi prima sangat berguna untuk menentukan Faktor Persekutuan
Terbesar dan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK). Berikut diberikan
contohnya.
Tentukan FPB dan KPK dari 30 dan 36.
Langkah pertama adalah kita gunakan pohon factor untuk menentukan factor
prima dari setiap bilangan terebut.
Faktorisasi prima dari 30 = 2 x 3 x 5
Faktorisasi prima dari 36 = 2 x 2 x 3
x 3
= 22 x 3
2
Jika kamu perhatikan, factor prima
yang sama dari 30 dan 36 adalah 2
dan 3.
Factor prima yang sama dengan
pangkat yang kecil adalah 2 x 3
Diagram berikut ini akan lebih memudahkan kamu.
30 = 2 x 3 x 5
36 = 22 x 3
2 x 1
2 x 3 x 1 (gunakan bilangan yang terkecil dari masing-masing
kotak)
36
2
2
3
3
2 15
3
30
5
2 18
2
36
9
3 3
Jadi, FPB dari 30 dan 36 adalah 2 x 3 = 6
33
untuk menentukan KPK dari 30 dan 36, kita gunakan bilangan yang paling besar
dari setiap kotak.
30 = 2 x 3 x 5
36 = 22 x 3
2 x 1
22 x 3 x 1 (gunakan bilangan yang terbesar dari masing-masing
kotak)
Jadi, KPK dari 30 dan 36 adalah 22 x 3
2 x 5 = 180.
E. Perpangkatan dan akar sederhana
Perpangkatan dapat diartikan sebagai operasi perkalian berulang.
22 = 2 x 2
= 4
Secara umum, bentuk pangkat dua dapat dituliskan sebagai berikut.
a2 = a x a
akar pangkat dua merupakan kebalikan dari pangkat dua. Akar pangkat dua
dilambangkan dengan
22 = 4 sehingga 4 = 2
Untuk bilangan yang lebih besar, kita dapat mencari nilai akar pangkat
dua dari suatu bilangan dengan cara faktorisasi prima atau dengan cara
bersusun ke bawah. Berikut diberikan contohnya.
Tentukanlah nilai 764.1
Ada dua cara yang dapat kamu gunakan untuk menyelesaikannya.
Cara pertama adalah dengan menggunakan faktorisasi prima.
764.1 = 773322 xxxxx
= 2
22 732 xx
= 22 x
23 x 27
2 88
2
1.764
2 44
1
3 14
7
3 49
7 7
34
= 2 x 3 x 7
= 42
Jadi, 764.1 = 42
Cara kedua adalah dengan menggunakan cara susun ke bawah.
64.17 = 42 hasil akhir
Langkah pengerjaanya adalah sebagai berikut.
1. Berilah tanda titik untuk setiap dua angka, dimulai dari angka satuan. Dengan
demikian bilangan tersebut akan dituliskan sebagai 64.17
2. Carilah sebuah bilangan yang sama (bilangan kuadrat) yang hasil kalinya sama
dengan atau lebih kecil dari 17. bilangan tersebut adalah 4 karena 4 x 4 = 16.
hasilnya tidak tepat 17, tetapi lebih kecil dari 17. tulislah 16 persis di bawah
angka 17. setelah itu, kurangilah 17 dengan 16. hasil pengurangannya kita
tuliskan sebagai 164 (langsung turun dua angka)
3. Jumlahkanlah kedua bilangan tersebut, yaitu 4 + 4 = 8. selanjutnya kita tuliskan
sebagai 8 … x … Kemudian carilah bilangan yang sama untuk mengisi titik-titik
terebut. Apabila bilangan tersebut kita isikan dan kita kalikan maka hasilnya sama
dengan 164. bilangan tersebut adalah 2 karena 82 x 2 = 164. lalu, kurangnilah 164
– 164 = 0
x 4 4
8 2 2 x
Langkah kedua
Langkah ketig
Langkah kedua
35
4. Dengan demikian 764.1 = 42
5. Apabila hasil pengurangan terakhir belum diperoleh 0 maka lakukanlah langkah 2
dan 3 sampai diperoleh hasil pengurangan sama dengan 0. 43
G. Kerangka Berpikir
Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan di atas dapat disusun
kerangka berpikir sebagai berikut : melalui analisis kesulitan belajar matematika
ada dua pembelajaran yang dibahas di sini yaitu pembelajaran remedial
menggunakan metode drilling dan pembelajaran menggunakan metode
ekspositori pada pokok bahasan bilangan bulat.
43
Tim Insan. 2009. Bimbingan Pemantapan dan Soal Evaluasi. Jakarta : CV. Yrama Widya, H. 70-74
Persiapan
Pre tes
Evaluasi
Kelas Mekkah Kelas Madinah
Pos tes
Evaluasi Sumatif
Hasil belajar
Pembelajaran Remidial dengan metode
Drilling
Pembelajaran dengan metode
ekspositori
36
Ada pengaruh hasil belajar, dimana melalui pembelajaran remedial dengan metode
drilling lebih berpengaruh dibanding dengan model pembelajaran ekspositori
ditinjau dari analisis kesulitan belajar matematika
H. Hipotesis Penilitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir tersebut di atas, maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah “pengaruh pembelajaran remedial dengan
metode drilling lebih mampu mengatasi kesulitan belajar matematika sehingga
hasilnya meningkat daripada pembelajaran dengan metode ekspositori terhadap hasil
belajar matematika tinjau dari analisis kesulitan belajar matematika pokok bahasan
Bilangan Bulat pada siswa MI Plus Asy-Syukriyyah Tangerang kelas V”.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
1. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di MI Plus Asy-Syukriyyah Tangerang,
Banten.
2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2012/2013 pada
bulan 01 Juni – 01 Mei 2013.
B. Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini pretest-posttest control group
design, yaitu sebuah rancangan eksperimen (true eksperimental design) karena kedua
kelompok dipilih sesuai dengan kriteria yang dipersyaratkan penelitian.1 Rancangan
penelitian jenis ini digambarkan sebagai berikut:
Kedua kelompok sama-sama dipilih berdasarkan sampling acak kelas (claster
random sampling), yang ditandai R. Pada awalnya keduanya diberi pretes (O1).
Bedanya kelompok yang satu diberi perlakuan (X), sedangkan kelompok yang lain
tidak dikenai perlakuan melainkan dijadikan atau diperlakukan sebagai kelompok
kontrol. Sebenarnya kedua kelompok tersebut sama-sama mendapatkan perlakuan,
tetapi keduannya mendapat perlakuan yang berbeda. Setelah perlakuan (pada
kelompok yang satu) selesai, kedua kelompok sama-sama mendapatkan pengukuran
1 H. Punaji Setyosari. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta. Kencana
Prenada Media Group, h. 160
R O1 X O2 (kelompok eksperimen)
R O3 O4 (kelompok kontrol)
36
37
pascates atau posttest (O2).
Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa : “Tes adalah serentetan pertanyaan
atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok”.2
Metode tes digunakan untuk memperoleh data awal belajar (pretest) dan data
hasil belajar matematika (posttest).Data awal belajar yang diperoleh dari hasil pretest
selanjutnya dianalisis. Hasil belajar yang merupakan data dari penelitian ini setelah
posttest, dikelompokkan menjadi dua yaitu :
a. Hasil belajar matematika kelompok siswa yang diajarkan melalui pengajaran
Remidial dengan metode Drilling (kelas eksperimen).
b. Hasil belajar matematika kelompok siswa yang diajarkan dengan pengajaran
tradisional/metode ekspositori (kelas kontrol).
Hasil belajar tersebut diambil dari tes materi pelajaran yang dipakai untuk
eksperimen yaitu mencakup pokok bahasan .
Sugiyono berpendapat bahwa : ”Variabel adalah gejala yang menjadi fokus
peneliti untuk diamati”.3 Variabel-variabel dalam penelitian adalah :
Variabel bebas : Metode penyampaian materi yaitu :
a. Diajarkan dengan menggunakan pengajaran remidial dengan metode drilling.
b. Diajarkan dengan menggunakan cara tradisional.
Variabel terikat : Hasil belajar matematika (soal bilangan bulat kelas V
semester 1 MI Plus Asy-Syukriyyah).
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi menurut Sugiyono adalah : ”Wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
2 Suharsimi Arikunto. 2002.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara, h. 127
3 Sugiyono. 2005. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta, h.2
38
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.4 Populasi
merupakan jumlah keseluruhan unit analisis yang diselidiki karakteristik atau ciri-
cirinya.
a. Populasi target : seluruh siswa MI Plus Asy-Syukriyyah yang terdaftar
pada tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 612 siswa.
b. Populasi terjangkau : seluruh siswa kelas V Mekkah dan V Madinah MI
Plus Asy-Syukriyyah yang terdaftar pada tahun pelajaran 2012/2013 yang
berjumlah masing-masing 35 siswa.
2. Sampel
Sampel menurut Sugiyono adalah ”Sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut”.5
Pada penelitian ini siswa yang ditetapkan menjadi sampel penelitian adalah
siswa kelas V Mekkah dan V Madinah MI Plus Asy-Asyukriyyah.
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara cluster random sampling dimana
menurut Sugiyono artinya : ”Teknik sampling yang memberikan peluang yang sama
bagi anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel tanpa memperhatikan
strata yang ada dalam populasi itu.”6
Perlakuan terhadap sampel adalah sebagai berikut.
1. Dipilih satu kelas sebagai kelas eksperimen, yaitu kelas V Mekkah.
2. Dipilih satu kelas sebagai kelas kontrol, yaitu kelas V Madinah.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengambil data adalah tes yang bertujuan
untuk memperoleh data awal belajar (pretest) dan data hasil belajar matematika
(posttest).Data awal belajar yang diperoleh dari hasil pretest selanjutnya dianalisis.
4 Ibid, h. 55
5 Ibid, h. 56
6 Ibid, h. 57
39
Data awal belajar dan hasil belajar yang diukur pada pokok bahasan bilangan bulat,
terdiri dari 30 soal pilihan ganda dengan kisi-kisi instrumen penelitian yang terdapat
pada tabel di bawah ini :
Tabel 1 : Kisi-kisi instrumen penelitian
No Pengalaman Belajar Nomor Soal
1 Menggunakan sifat komutatif (pertukaran), asosiatif
(pengelompokkan), dan distributive (penyebaran) untuk
melakukan perhitungan secara efisien.
1, 2, 9, 11, 12, 17,
18, 20,23, 29
2 Membulatkan bilangan-bilangan dalam satuan, puluhan,
dan ratusan terdekat
6, 22
3 Menaksir hasil operasi hitung dua bilangan 5
4 Menggunakan factor prima dan faktorisasi prima untuk
memecahkan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan
FPB dan KPK
3, 8, 10, 15, 16,
21, 26, 27
5 Memecahkan masalah sehari-hari yang melibatkan akar
pangkat dua dan bilangan berpangkat dua
4, 7, 13, 14, 19,
24, 25, 28, 30
Skor yang digunakan masing-masing soal diberi bobot 1, nilai akhir yang
diperoleh siswa adalah :
Nilai = umSkorMaksim
SkorTotal x 10
Soal-soal pretest (awal belajar) tersebut setelah diujikan, selanjutnya dianalisis
untuk mengetahui daya pembeda, tingkat kesukaran, validitas dan reliabilitas soal
yang akan digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa (posttest).
1. Validitas Instrumen
Validitas dalam instrumen ini adalah validitas isi (Content Validity).
40
Maksudnya butir-butir soal disusun sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran
khusus. Untuk mencari validitas digunakan korelasi biserial (rbis) sebagai berikut :7
q
px
st
MtMprbis
Ket : rbis : Koefisien korelasi biserial
Mp : rata-rata dari subjek yang menjawab benar
Mt : rata-rata skor total
St : standar deviasi dari skor total
p : proporsi siswa yang menjawab benar
q : proporsi siswa yang menjawab salah
Harga kritik dari r product moment pada taraf signifikan α = 0,05 dan jumlah
data (N) = 35. Maka butir soal dikatakan valid jika r hitung > r tabel. Dari 30 butir soal
terdapat 18 butir soal yang valid (lihat lampiran 5)
2. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas suatu tes adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu
menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya, yang diperlihatkan dalam ketetapan
dan ketelitian hasil. Reliabilitas Instrumen uji coba hasil belajar sifat-sifat bangun
dihitung dengan menggunakan rumus Kuder - Richardson 20 (K-R 20) sebagai
berikut :8
Ket : r11 : Reliabilitas tes secara keseluruhan
p : Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q : Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
∑pq : Jumlah perkalian p dan q
n : Banyaknya item
7 Suharsimi Arikunto. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara, h. 79
8 Ibid. h. 100
2
2
111 s
pqs
n
nr
41
s2 : Varians
Klasifikasi koefisien reliabilitas adalah sebagai berikut :9
r11 = 0,91 - 1,00 : sangat tinggi
r11 = 0,71 - 0,90 : tinggi
r11 = 0,41 - 0.70 : cukup
r11 = 0,21 - 0,40 : rendah
r11 < 0,21 : sangat rendah
Dari perhitungan reliabilitas didapatkan hasil r11 = 0,6907 (lihat lampiran 6). Jika
dikonsultasikan dengan table interpretasi angka korelasi maka nilai r11 berada diantara
0,41 - 0.70 berarti nilai reliabilitas cukup. Ini berarti ke- 18 butir soal dapat digunakan
sebagai instrumen penelitian.
3. Daya Pembeda
Menghitung daya pembeda adalah mengukur sejauh mana suatu butir soal
mampu membedakan antara anak yang pandai dan anak yang kurang pandai
berdasarkan kriteria tertentu. Semakin tinggi nilai daya pembeda suatu butir soal,
semakin mampu butir soal tersebut membedakan yang pandai dan yang kurang
pandai.10
Untuk menghitung daya pembeda setiap butir soal dapat dipergunakan rumus
sebagai berikut :
n
WHWLDP
WL = jumlah testi yang gagal dari lower group (kelompok bawah)
WH = jumlah testi yang gagal dari higher group (kelompok atas)11
Untuk menginterpretasikan nilai DP, dapat digunakan tolok ukur sebagai
9 Masidjo. 1995. Penelitian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta : Kanisius, h. 233
10 Sudirman.1991. Ilmu Pendidikan. Bandung : Rosdakarya, h. 291
11 Ibid. h, 291
42
berikut:
0,40 ke atas = baik
0,21 – 0,39 = kurang
0,20 ke bawah = jelek
Hasil perhitungan daya pembeda lihat lampiran 5.
4. Tingkat Kesukaran (difficulty index)
Menghitung tingkat kesukaran tes adalah mengukur berapa besarnya kesukaran
butir-butir suatu tes. Jika suatu tes memiliki tingkat kesukaran seimbang, maka dapat
dikatakan bahwa tes tersebut baik. Dengan kata lain, butir soal hendaknya tidak
terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah.12
Untuk menghitung tingkat kesukaran tiap-tiap item bentuk objektif dapat
digunakan rumus sebagai berikut :13
%100)(
nLnH
RLRHTK
RH = jumlah testi yang menjawab benar dari higher group
RL = jumlah testi yang menjawab benar dari lower group
NnLnH %27
Untuk mengiterpretasikan nilai TK, dapat digunakan tolok ukur sebagai
berikut :
0 % - 24 % = mudah
25 % - 75 % = sedang baik
76 % - 100 % = sukar
Hasil perhitungan tingkat kesukaran lihat lampiran 5.
12
Ibid. h, 289 13
Ibid. h, 289-290
43
E. Teknik Analisis Data (Nilai Hasil Belajar)
1. Pengujian Prasyaratan Analisis
a. Uji Normalitas
H0 : Data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
H1 : Data sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi
normal.
Statistik uji menggunakan uji Lilliefors
Kriteria pengujian :
Terima H0 : jika L hitung < L tabel
Tolak H1 : jika L hitung ≥ L tabel
L tabel dalam taraf nyata α = 0,05
b. Uji Homogenitas
H0 : 22
yx
H1 : 22
yx
Statistik uji = uji fisher
2. Uji Hipotesis
Hipotesis statistik di atas di uji dengan menggunakan rumus t-test yaitu :14
yx nnSDx
yxt
11
2
1122
yx
yyxx
nn
SnSnSD
X : Rata-rata hasil belajar melalui pengajaran remidial dengan metode
drilling (kelompok A).
14
Ibid, h. 239
Fhitung = Varians sampel terbesar
Varians sampel terkecil
44
Y : Rata-rata hasil belajar dengan pengajaran cara tradisional (kelompok B)
SD : Simpangan baku gabungan kelompok A dan kelompok B
nx : Jumlah siswa kelompok A (kelompok eksperimen)
ny : Jumlah siswa kelompok B (kelompok kontrol)
F. Hipotesis Statistik
H0 :µx = µy
H1 :µx µy
µx = Rata-rata belajar bilangan bulat kelompok siswa yang diberikan
pengajaran remidial dengan metode drilling (kelompok eksperimen).
µy = Rata-rata hasil belajar bilangan bulat kelompok siswa yang diberikan
pengajaran dengan cara tradisional (kelompok kontrol).
Kriteria :
Terima H0 jika t hitung < t tabel
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Deskripsi data merupakan upaya menampilkan data agar data tersebut dapat
dipaparkan secara baik dan diinterpretasikan secara mudah. Deskripsi data meliputi
penyusunan data dalam bentuk tampilan yang mudah terbaca secara lengkap.
Tabel frekuensi merupakan cara penyajian paling umum untuk deskripsi data,
yang sering ditampilkan pula secara visual dalam bentuk diagram batang atau
histogram. Sedangkan ukuran-ukuran deskriptif digunakan untuk menyatakan ciri
lokasi pesebaran perubah pengukuran.
Dalam bab IV ini penulis memaparkan hasil dari penelitian yang sudah
dilakukan sebagai hasil akhir dari uji data berdasarkan riset yang dilakukan.
1. Hasil belajar dengan metode Drilling
Hasil belajar Bilangan Bulat yang diajarkan menggunakan metode Drilling
Berdasarkan hasil belajar matematika pada pokok bahasan Bilangan Bulat yang
diajarkan dengan menggunakan metode Drilling diperoleh rentang nilai dari 39,0
– 96,0 dengan rata-rata 66,6 simpangan baku 13,45 modus 71,8 dan median 68,8
(lihat lampiran 7).
Dari data yang didapat tersebut dibuat table distribusi frekuensi, grafik histogram
dan polygon frekuensi sebagai berikut :
45
46
Tabel 2
Daftar Distribusi Frekuensi Variabel X
No Interval Turus Frekuensi
(fi)
Titik Tengah
(xi) Batas Nyata
1 39,0 – 48,0 |||| 4 43,5 38,5 – 48,5
2 49,0 – 58,0 |||| | 6 53,5 48,5 – 58,5
3 59,0 – 68,0 |||| || 7 63,5 58,5 – 68,5
4 69,0 – 78,0 |||| |||| ||| 13 73,5 68,5 – 78,5
5 79,0 – 88,0 ||| 3 83,5 78,5 – 88,5
6 89,0 – 98,0 || 2 93,5 88,5 – 98,5
Jumlah 35 35 411
Berdasarkan table distribusi variable x maka histogram dan polygon frekuensi
digambarkan sebagai berikut :
0
2
4
6
8
10
12
14
Fre
ku
ensi
Nilai
38,5 48,5 58,5 68,5 78,5 88,5 98,5 Batas Nyata 0
47
2. Hasil belajar Bilangan Bulat yang diajarkan dengan menggunakan metode
ekspositori
Berdasarkan hasil belajar matematika pada pokok bahasan Bilangan Bulat
yang diajarkan dengan menggunakan metode ekspositori diperoleh rentang nilai
dari 35,0 – 87,0 dengan rata-rata 60,8 simpangan baku 12,40 modus
64,8 dan median 62,5 (lihat lampiran 8 ).
Dari data yang didapat tersebut dibuat table distribusi frekuensi, grafik
histogram dan polygon frekuensi sebagai berikut :
Tabel 3
Daftar Distribusi Frekuensi Variabel Y
No Interval Turus Frekuensi
(fi)
Titik Tengah
(xi) Batas Nyata
1 35,0 – 43,0 |||| 4 39 34,5 – 43,5
2 44,0 – 52,0 |||| 5 48 43,5 – 52,5
3 53,0– 61,0 |||| || 7 57 52,5 – 61,5
4 62,0 – 70,0 |||| |||| || 12 66 61,5 – 70,5
5 71,0 – 79,0 |||| 5 75 70,5 – 79,5
6 80,0 – 88,0 || 2 84 79,5 – 88,5
Jumlah 35 35 369 369
48
Berdasarkan table distribusi variable y maka histogram dan polygon frekuensi
digambarkan sebagai berikut :
Melihat hasil analisa data di atas (table 2) berdasarkan hasil remedial dengan
metode Drilling didapat nilai rata-rata 66,6 sedangkan hasil remedial dengan
menggunakan metode Ekspositori (table 3) didapat nilai 60,8. Data sebelum diadakan
pembelajaran remedial nilai rata-rata siswa berada dikisaran 53,62. (Lihat
lampiran…)
Dengan analisa data tersebut penulis menyimpulkan bahwa, metode Drilling
lebih mempengaruhi hasil belajar matematika siswa lebih baik daripada metode
Ekspositori.
0
2
4
6
8
10
12
14Fr
eku
en
si
Nilai
34,5 43,5 52,5 61,5 70,5 79,5 88,5 Batas Nyata 0
49
B. Uji Persyaratan Analisis Data
1. Uji Normalisasi Data
Uji Normalisasi dengan menggunakan uji Lilliefors, hasil perhitungan
dapat dilihat dalam table berikut ini :
Tabel 4
Hasil Perhitungan Uji Normalitas
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Sampel N α L hitung L tabel Keputusan
Kelompok Eksperimen 35
0,05
0,1375 0,1498 H0 diterima
Kelompok Kontrol 35 0,1306 0,1498 H0 diterima
Karena Lo hitung dari kelompok Ekperimen dan kelompok Kontrol lebih
kecil dari Ltabel, maka dapat disimpulkan bahwa data populasi kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal (lihat lampiran 9 dan 10
).
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas menggunakan uji fisher dengan kriteria jika Fhitung sebesar
1,1767 untuk dk = 34 diperoleh Ftabel sebesar 0,5698 dan 1,800. Dengan
demikian dapat disimpulkan keduanya homogen karena 0,5698 < 1,1767 <
1,800 (lihat lampiran 11).
C. Pengujian Hipotesis
Pengujian Hipotesis dilakukan dengan uji-t. Sesuai dengan hipotesis yang
diajukan, dilakukan uji dua pihak. Dari perhitungan diperoleh harga thitung
50
sebesar 30,7221 (lihat lampiran 12) yang ternyata lebih besar dari harga ttabel
pada taraf signifikan α = 0,05 dan dengan derajat kebebasan 34 yaitu 2,042.
Hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan
metode Drilling lebih tinggi daripada hasil belajar matematika siswa yang
diajarkan dengan menggunakan metode ekspositori pada pengajaran
matematika pokok bahasan Bilangan Bulat.
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
remedial dengan menggunakan metode Drill dapat mengatasi kesulitan belajar
matematika yang dibuktikan dengan rata-rata hasil belajar matematika yang tinggi
jika dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar matematika yang diberikan
pengajaran dengan menggunakan metode ekspositori di Sekolah Dasar (SD), pada
pengajaran pokok bahasan Bilangan Bulat.
Dari hasil pengumpulan data kelas eksperimen dan kelas kontrol, diperoleh
perbedaan yang cukup signifikan. Nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 6,65 dan
nilai rata-rata kelas kontrol adalah 5,59. Pada pengolahan data nilai thitung didapat
sebesar 3,0251 dengan S = 1,46 sedangkan ttabel pada taraf signifikan α = 0,05 dan
dk = 34 didapat sebesar 2,042, hal ini menunjukkan bahwa thitung = 3,0251 >
2,042 = ttabel yang menunjukkan bahwa hasil belajar matematika yang diberikan
melalui pembelajaran remidial dengan menggunakan metode Drill lebih tinggi dari
pada hasil belajar matematika yang diajarkan dengan mengunakan metode
ekspositori.
B. Saran
Atas dasar kesimpulan dan implikasi dari penelitian ini, diharapkan dapat
memberikan sumbangan bagi upaya perbaikan proses belajar mengajar. Maka
peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut :
1. Kepada Guru dan Calon Guru
a. Disarankan untuk memberikan layanan pembelajaran remedial dengan
menggunakan metode Drill sebagai pendekatan dalam mengatasi kesulitan
belajar matematika bilangan bulat.
b. Disarankan untuk memperhatikan tingkat kesukaran materi pelajaran dan
tingkat perkembangan intelektual siswa sebagai acuan dalam memilih
58
59
pendekatan atau metode yang tepat untuk digunakan dalam proses kegiatan
belajar mengajar.
2. Kepada Para Peneliti dan Calon Peneliti
Disarankan untuk melakukan pengkajian ulang dengan lebih sempurna
sesuai dengan cara ilmiah. Dengan harapan hasil penelitian ini lebih akurat dan
sesuai.
65
DAFTAR PUSTAKA
Abyan, Amir. 1997. Perencanaan dan Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam. Jakarta : Universitas Terbuka.
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Study Kompetensi Guru,
Bandung: PT. Rosda Karya, 2006.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi
Aksara.
Catharina. 2006. Psikologi Belajar. Semarang : UNNES Pres.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : Rieneka Cipta.
FTK, 2011. Pedoman Kuliah Microteching Jurusan/Prodi Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan (FTK). UIN Sunan Gunung Djati Bandung: Tidak Diterbitkan.
Gawatri. 1999. Matematika 1 SMK. Jakarta: Yudhistira
Mulyadi, Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar
Khusus Yogyakarta: Nuha Litera, 2008.
Nasution, S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Belajar, Proses Belajar Mengajar.
Jakarta : Bina Aksara.
N, Sudirman.1991. Ilmu Pendidikan. Bandung : Rosdakarya.
Panen, Paulina. 2002. Belajar Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka.
Purwanto, Ngalim.1996.Psikologi Pendidikan.Bandung : Remaja Rosda Karya.
Ruseffendi, E. T. 2005. Dasar-dasar Matematika Modern dan Komputer untuk Guru
Edisi 5. Bandung: Tarsito.
Russeffendi, ET. 1988. Pengantar Kepada Membantu Guru Megembangkan
Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA.
Bandung : Tarsito.
Sabri, Ahmad, H. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Quantum Teaching.
Sardiman, A.M. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja
Grafindo Persada
Setyosari, Punaji, H. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.
Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Sobur, Alex.2003. Psikologi Umum.Bandung : Pustaka Setia.
66
Sudjana, Nana. 1997. Dasar-dasar Belajar-Mengajar. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Sugiyono. 2005. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Suriasumantri, Jujun S. 1999. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta :
Pustaka Sinar Harapan.
Suyitno, Amin. 2004. Dasar-dasar dan Proses pembelajaran Matematika I.
Semarang
Tim Insan. 2009. Bimbingan Pemantapan dan Soal Evaluasi. Jakarta : Yrama Widya
Usman, Uzer. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
67
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : V/ I
Pertemuan Ke : 1
Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit
Standar Kompetensi:Melakukan Operasi Hitung Bilangan Bulat dalam pemecahan
masalah
I. Kompetensi Dasar : Melakukan operasi hitung bilangan bulat termasuk
penggunaan sifat-sifatnya pembulatan dan penaksiran.
II. Indikator :
Menggunakan sifat komutatif (pertukaran), assosiatif (pengelompokan), dan distributif
dalam perhitungan
III. Tujuan Pembelajaran : Melakukan dan menggunakan 0perasi hitung
bilangan bulat
IV. Materi Ajar : Operasi Hitung Bilangan Bulat
V. Metode Pembelajaran : Latihan (Drilling)
VI. Langkah-langkah Pembelajaran :
Kegiatan awal
Apresepsi/ Motivasi
Mengingatkan kembali tentang macam-macam bilangan bulat yang telah dipelajari pada
kelas sebelumnya
Kegiatan Inti Melakukan percobaan dengan menggunakan kancing berwarna-warni yang dapat
membantu siswa memahami sifat-sifat operasi hitung yang dapat diambil dari kehidupan
sehari-hari, misalnya : 5 kancing Merah + 4 Kancing Putih apakah sama dengan 4
kancing Putih + 5 Kancing Merah ? (sifat komutatif penjumlahan). Setelah selesai
melakukan percobaan dan ditarik kesimpulan siswa di uji kemampuannya dengan
mengerjakan soal latihan.
Kegiatan Akhir
Guru mengulang kembali kegiatan yang telah dilakukan memberikan kesimpulan
kemudian memberikan pekerjaanrumah dan menginformasikan materi yang akan
dibahas pada pertemuan selanjutnya.
68
VII. Alat/Bahan dan Sumber Belajar
Buku Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Kelas 5 M.Khafid, Sutati Erlangga.
MatematikaSD untuk Kelas V Zaini.M.Sani dan Siti.M.Amin 5 B Esis
Matematika Progesif Teks Utama SD Kelas 5 Munawati Fitriyah Widya Utama
Kancing Baju
White board, papan tulis, spidol, kapur dan penghapus papan tulis
VIII. Penilaian
Teknik
Tes dan non tes
Bentuk
Isian
Instrumen
1. 50 + 17 = …….+…….
2. –12 X 5 = …….+……
3. 12 + ( 14 + 70) = (….+….) + ….
4. 10 X (-19 X 5) = (….+…) + ….
5. –14 X (15 + 40) = (….X…,) + (….X….)
6. dst.
Tangerang, Juli 2013
Mengetahui Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran Matematika
Matali Firmansyah, S.Ag Yanto Hartono
69
Rencana Pelaksanaan Permbelajaran
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : V/ I
Pertemuan Ke : 2
Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit
Standar Kompetensi:Melakukan Operasi Hitung Bilangan Bulat dalam pemecahan
masalah
I. Kompetensi Dasar : Melakukan operasi hitung bilangan bulat termasuk
penggunaan sifat-sifatnya pembulatan dan penaksiran.
II. Indikator :
Membulatkan bilangan-bilangan dalam satuan , puluhan serta ratusan terdekat.
Menaksir hasil operasi hitung ( Menjumlahkan, mengurangkan, mengali dan
membagi) dua bilangan.
III. Tujuan Pembelajaran : Melakukan dan menggunakan operasi hitung
bilangan bulat
IV. Materi Ajar : Operasi Hitung Bilangan Bulat
V. Metode Pembelajaran : Latihan (Drilling)
VI. Langkah-langkah Pembelajaran :
Kegiatan awal
Apresepsi/ Motivasi
Mengingatkan kembali tentang cara membulatkan bilangan bulat yang telah dipelajari
pada kelas sebelumnya
Kegiatan Inti Menjelaskan cara membulatkan bilangan dan menaksir dengan menggunakan garis
bilangan.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
dibulatkan ke bawah dibulatkan ke atas
Kemudian melakukan diskusi mengenai cara mennaksir hasil operasi hitung, setelah itu
siswa diuji leterampilannya dalam, membulatkan dan menaksir hasil operasi hitung.
70
Kegiatan Akhir
Guru memberikan kesimpulan mengenai materi yang telah dibahas bersama-sama
kemudian memberikan pekerjaan rumah dan menginformasikan materi yang akan
dibahas pada pertemuan selanjutnya.
VII. Alat/Bahan dan Sumber Belajar
Buku Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Kelas 5 M.Khafid, Sutati Erlangga.
MatematikaSD untuk Kelas V Zaini.M.Sani dan Siti.M.Amin 5 B Esis
Matematika Progesif Teks Utama SD Kelas 5 Munawati Fitriyah Widya Utama
White board, papan tulis, spidol, kapur dan penghapus papan tulis
VIII. Penilaian
Teknik
Tes dan non tes
Bentuk
Isian
Instrumen
1. 7823 dibulatkan ke puluhan terdekat menjadi ………..
2. 5467 dibulatkan ke ratusan terdekat menjadi………….
3. 234 …………………
4. 1786 ………………..
5. 3456 + 456 ………
6. 567 X 4 ……….
7. dst.
Tangerang, Juli 2013
Mengetahui Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran Matematika
Matali Firmansyah, S.Ag Yanto Hartono
71
Rencana Pelaksanaan Permbelajaran
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : V/ I
Pertemuan Ke : 3
Alokasi Waktu : 3 x 40 Menit
Standar Kompetensi:Melakukan Operasi Hitung Bilangan Bulat dalam pemecahan
masalah
I. Kompetensi Dasar :
Menggunakan Faktor Prima untuk menentukan FPB dan KPK.
II. Indikator :
Mampu Menyebutkan definisi FPB dan KPK.
Menggunakan faktorisasi prima untuk menentukan FPB dan KPK dari dua dan tiga
bilangan
III. Tujuan Pembelajaran : Melakukan dan menggunakan 0perasi hitung
bilangan bulat
IV. Materi Ajar : Operasi Hitung Bilangan Bulat
V. Metode Pembelajaran : Latihan (Drilling)
VI. Langkah-langkah Pembelajaran :
Kegiatan awal
Apresepsi/ Motivasi
Memberikan permasalahan dalam kehidupan sehari hari yang berhubungan dengan FPB
dan KPK.
Kegiatan Inti
Melakukan percobaan menggunakan benda disekitar untuk membangun pemikiran
siswa mengenai konsep FPB dan KPK, Misalnya dalam membagi 20 koin seratus
dan 25 koin lima ratus sama rata membutuhkan berapa wadah? Berapakah jumlah
masing-masing koin pada setiap wadahnya? (konsep FPB) atau menghitung jadwal
keberangkatan kereta api kapan kedua kereta itu dapat pergi sama-sama? (konsep
KPK) dll. Setelah diberikan permasalahan tersebut siswa berdiskusi membuat
kesimpulan bersama-sama mengenai definisi FPB dan KPK.
Menjelaskan cara mencari FPB dan KPK menggunakan faktorisasi prima,
sebelumnya siswa diingatkan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan bilangan
prima.
Siswa diuji keterampilan dan kemampuan dengan mengerjakan soal-soal latihan.
72
Kegiatan Akhir
Guru mengulang kembali kegiatan yang telah dilakukan memberikan kesimpulan
kemudian memberikan pekerjaanrumah dan menginformasikan materi yang akan
dibahas pada pertemuan selanjutnya.
VII. Alat/Bahan dan Sumber Belajar
Buku Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Kelas 5 M.Khafid, Sutati Erlangga.
MatematikaSD untuk Kelas V Zaini.M.Sani dan Siti.M.Amin 5 B Esis
Matematika Progesif Teks Utama SD Kelas 5 Munawati Fitriyah Widya Utama
Koin Logam , manilk-manik, jam beker dll
White board, papan tulis, spidol, kapur dan penghapus papan tulis
VIII. Penilaian
Teknik
Tes dan non tes
Bentuk
Isian
Instrumen
1. Carilah FPB dan KPK dari 32 dan 60!
2. Carilah FPB dan KPK dari 15, 25 dan 30!
3. dst
Tangerang, Juli 2013
Mengetahui Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran Matematika
Matali Firmansyah, S.Ag Yanto Hartono
73
Rencana Pelaksanaan Permbelajaran
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : V/ I
Pertemuan Ke : 4
Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit
Standar Kompetensi:Melakukan Operasi Hitung Bilangan Bulat dalam pemecahan
masalah
I. Kompetensi Dasar :
Melakukan Operasi Hitung Campuran bilangan bulat
II. Indikator :
Membaca dan menulis bilangan bulat dalam kata-kata dan angka.
Menunjukan bilangan bulat dengan garis bilangan.
Melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
III. Tujuan Pembelajaran : Melakukan dan menggunakan 0perasi hitung
bilangan bulat
IV. Materi Ajar : Operasi Hitung Bilangan Bulat
V. Metode Pembelajaran : Latihan (Drilling)
VI. Langkah-langkah Pembelajaran :
Kegiatan awal
Apresepsi/ Motivasi
Mengingatkan kembali tentang konsep bilangan bulat dan contohnya.
Kegiatan Inti
Membuat garis bilangan, melakukan pengamatan apa saja yang terdapat pada garis
bilangan tersebut, didiskusikan sampai memperoleh kesimpulan.
Menjelaskan cara menjumlahkan dan mengurangkan dua bilangan bulat dengan garis
bilangan. Setelah itu mendiskusikan cara menjumlahan dan mengurangkan bilangan bulat
yang lain sampai didapat kesimpulan.
Siswa diuji keterampilan dan kemampuan dengan mengerjakan soal-soal latihan.
Kegiatan Akhir
.Guru memberikan kesimpulan mengenai materi yang telah dibahas bersama-sama
kemudian memberikan pekerjaan rumah dan menginformasikan materi yang akan
dibahas pada pertemuan selanjutnya.
74
VII. Alat/Bahan dan Sumber Belajar
Buku Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Kelas 5 M.Khafid, Sutati Erlangga.
Matematika SD untuk Kelas V Zaini.M.Sani dan Siti.M.Amin 5 A Esis
Matematika Progesif Teks Utama SD Kelas 5 Munawati Fitriyah Widya Utama
Koin Logam , manik-manik, dll
White board, papan tulis, spidol, kapur dan penghapus papan tulis
VIII. Penilaian
Teknik
Tes dan non tes
Bentuk
Isian
Instrumen
1. – 234 ditulis………………..
2. positif lima ratus empat puluh lima ditulis……………
3. Buatlah diagram panahnya 4, -5,-3 –10!
4. Buatlah diagram panah dari operasi 3 + - 10 = n!
5. –34 + 20 =…………
6. –20 – 30 = …………
7. dst.
Tangerang, Juli 2013
Mengetahui Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran Matematika
Matali Firmansyah, S.Ag Yanto Hartono
75
Rencana Pelaksanaan Permbelajaran
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : V/ I
Pertemuan Ke : 5
Alokasi Waktu : 3 x 40 Menit
Standar Kompetensi:Melakukan Operasi Hitung Bilangan Bulat dalam pemecahan
masalah
I. Kompetensi Dasar :
Melakukan Operasi Hitung Campuran bilangan bulat
II. Indikator :
Melakukan Operasi perkalian dan pembagian bilangan bulat.
Melakukan operasi hitung campuran bilangan bulat (penjumlahan,
pengurangan,perkalian dan pembagian)
Memecahkan masalah sehari-hari yang melibatkan bilangan bulat.
III. Tujuan Pembelajaran : Melakukan dan menggunakan 0perasi hitung
bilangan bulat
IV. Materi Ajar : Operasi Hitung Bilangan Bulat
V. Metode Pembelajaran : Latihan (Drilling)
VI. Langkah-langkah Pembelajaran :
Kegiatan awal
Apresepsi/ Motivasi
Mengingatkan kembali tentang konsep bilangan bulat dan contohnya.
Kegiatan Inti
Melakukan diskusi kelas untuk menentukan sifat-sifat perkalian dan pembagian bilangan
bulat. Guru memberikan kasus-kasus mengenai perkalian dan pembagian bilangan bulat,
misalnya: bagaimanakah hasil dari …….
1. (+) x (+) contoh 4 x 5 =……
2. (+) x (-) contoh 3 x (-7) =….
3. dst.
Memberikan beberapa kasus mengenai operasi hitung campuran terutama operasi hitung
campuran penambahan atau pengurangan dengan perkalian atau pembagian, setelah itu
mengadakan diskusi kelas dan bersama-sama mencari kesimpulan. Bagaimanakah hasil
dari:
Pengerjaan dari kiri Pengerjaan dari kanan
1. (40 + 50) – 70 = apakah hasilnya sama dengan 40 + ( 50 – 70) =…
76
2. (45 – 45) : 5 = apakah hasilnya sama dengan 45 – (45 : 9) = …
3. (12 x 5) + 6 = apakah hasilnya sama dengan 12 x ( 5 + 6) = …
4. dst.
Lalu kasus-kasus itu didiskusikan lalu bersama-sama mencari aturan dasar dalam operasi
hitung campuran.
Mengadakan percobaan dan diskusi kelas mengenai masalah-masalah yang berhubungan
dengan bilangan bulat misalnya masalah jual beli dll.
Melakukan latihan soal yang memecahkan bilangan bulat dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan Akhir
.Guru memberikan kesimpulan mengenai materi yang telah dibahas bersama-sama
kemudian memberikan pekerjaan rumah dan menginformasikan materi yang akan
dibahas pada pertemuan selanjutnya.
VII. Alat/Bahan dan Sumber Belajar
Buku Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Kelas 5 M.Khafid, Sutati Erlangga.
Matematika SD untuk Kelas V Zaini.M.Sani dan Siti.M.Amin 5 A Esis
Matematika Progesif Teks Utama SD Kelas 5 Munawati Fitriyah Widya Utama
White board, papan tulis, spidol, kapur dan penghapus papan tulis
VIII. Penilaian
Teknik
Tes dan non tes
Bentuk
Isian dan uraian
Instrumen
1. – 20 X 45 = …..
2. –450 : -9 = …….
3. Kapal selam berada pada kedalaman 350 m dibawah permukaan laut, sebuak pohon
kelapa berada pada ketinggian 320 m diatas permukaan air laut, berapakah perbedaan
jarak antara kapal selam dan pohon kelapa itu?
Tangerang, Juli 2013
Mengetahui Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran Matematika
Matali Firmansyah, S.Ag Yanto Hartono
77
Rencana Pelaksanaan Permbelajaran
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : V/ I
Pertemuan Ke : 6
Alokasi Waktu : 3 x 40 Menit
Standar Kompetensi:Melakukan Operasi Hitung Bilangan Bulat dalam pemecahan
masalah
I. Kompetensi Dasar :
Menghitung Perpangkatan dan akar sederhana
II. Indikator :
Menuliskan pangkat dua sebagai perkalian berulang.
Melakukan operasi hitung yang melibatkan bilangan berpangkat dua
III. Tujuan Pembelajaran : Melakukan dan menggunakan 0perasi hitung
bilangan bulat
IV. Materi Ajar : Operasi Hitung Bilangan Bulat
V. Metode Pembelajaran : Latihan (Drilling)
VI. Langkah-langkah Pembelajaran :
Kegiatan awal
Apresepsi
Memberikan motivasi dan semangat dengan permainan atau cerita pendek.
Kegiatan Inti
Membuat tabel perkalian dari perkalian 1 sampai dengan 10 lalu beri warna bilangan
yang dikalikan bilangan yang sama, melakukan diskusi dan bersama-sama menarik
kesimpulan.
Menjelaskan cara melakukan operasi hitung bilangan berpangkat dua, memberikan
beberapa permasalahan melakukantanya jawab dengan siswa. Contoh Permasalahan:
1. 82 + 4
2= (8 x 8) + (4 x 4) apakah hasilnya sama dengan 8
2 + 4
2 = ( 8 + 4 )
2
2. 62 x 5
2 = (6x 6) + (5 x 5) apakah hasilnya sama dengan 6
2 x 5
2 = (6 x 5 )
2
Manakahyang benar?
Mengingatkan kembali tentang aturan baku operasi hitung campuran bilangan bulat.
Siswa diuji keterampilan dan kemampuan dengan mengerjakan soal-soal latihan
tremasuk soal operasi hitung campuran bilangan berpangkat dua.
Kegiatan Akhir
78
Guru meriview kembali mengenai materi yang telah disampaikan, memberikan pekerjaan
rumah dan memberi tugas membaca materi yang akan dibahas pada pertemuan
selanjutnya.
VII. Alat/Bahan dan Sumber Belajar
Buku Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Kelas 5 M.Khafid, Sutati Erlangga.
Matematika SD untuk Kelas V Zaini.M.Sani dan Siti.M.Amin 5 A Esis
Matematika Progesif Teks Utama SD Kelas 5 Munawati Fitriyah Widya Utama
White board, papan tulis, spidol, kapur dan penghapus papan tulis
VIII. Penilaian
Teknik
Tes dan non tes
Bentuk
Isian
Instrumen
1. Arti dari 52 ………..
2. 122 = ….x ….=….
3. 502 + 10
2 = ……
4. 602 : 20
2 – 10
2 =…….
5. dst.
Tangerang, Agustus 2013
Mengetahui Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran Matematika
Matali Firmansyah, S.Ag Yanto Hartono
79
Rencana Pelaksanaan Permbelajaran
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : V/ I
Pertemuan Ke : 7
Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit
Standar Kompetensi:Melakukan Operasi Hitung Bilangan Bulat dalam pemecahan
masalah
I. Kompetensi Dasar :
Menghitung Perpangkatan dan akar sederhana
II. Indikator :
Melakukan penarikan akar pangkat dua dari bilangan kuadrat.
III. Tujuan Pembelajaran : Melakukan dan menggunakan 0perasi hitung
bilangan bulat
IV. Materi Ajar : Operasi Hitung Bilangan Bulat
V. Metode Pembelajaran : Latihan (Drilling)
VI. Langkah-langkah Pembelajaran :
Kegiatan awal
Apresepsi/ Motivasi
Mengulang sedikit materi tentang bilangan berpangkat dua dan hubungannya dengan
penarikan akar pangkat dua.
Kegiatan Inti
Menjelaskan cara melakukan penarikan akar pangkat dua dengan beberapa cara, siswa
dapat bebas memilih cara mana yang dimengerti untuk memecahkan permasalahan
pada soal. Penarikan akar dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1. Faktorisasi Prima
2. Cara Bersusun
3. Cara Menaksir
Siswa diuji kemampuan dan keterampilannya dalam menarik akar pangkat dua
termasuk soal latihan operasi hitung akar pangkat dua.
Kegiatan Akhir
Guru meriview kembali mengenai materi yang telah disampaikan, memberikan pekerjaan
rumah dan memberi tugas membaca materi yang akan dibahas pada pertemuan
selanjutnya.
80
VII. Alat/Bahan dan Sumber Belajar
Buku Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Kelas 5 M.Khafid, Sutati Erlangga.
Matematika SD untuk Kelas V Zaini.M.Sani dan Siti.M.Amin 5 A Esis
Matematika Progesif Teks Utama SD Kelas 5 Munawati Fitriyah Widya Utama
White board, papan tulis, spidol, kapur dan penghapus papan tulis
VIII. Penilaian
Teknik
Tes dan non tes
Bentuk
Isian dan uraian
Instrumen
1. 441 = …….
2. 1156 = ……
3. 144 + 625 = ……..
4. dst.
Tangerang, Agustus 2013
Mengetahui Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran Matematika
Matali Firmansyah, S.Ag Yanto Hartono
81
Rencana Pelaksanaan Permbelajaran
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : V/ I
Pertemuan Ke : 8
Alokasi Waktu : 3 x 40 Menit
Standar Kompetensi:Melakukan Operasi Hitung Bilangan Bulat dalam pemecahan
masalah
I. Kompetensi Dasar :
Menghitung Perpangkatan dan akar sederhana
II. Indikator :
Membandingkan akar pangkat dua suatu bilangan dengan bilangan yang lain.
Memecahkan masalah sehari-hari yang melibatkan pangkat dua dan akar pangkat dua.
III. Tujuan Pembelajaran : Melakukan dan menggunakan operasi hitung
bilangan bulat
IV. Materi Ajar : Operasi Hitung Bilangan Bulat
V. Metode Pembelajaran : Latihan (Drilling)
VI. Langkah-langkah Pembelajaran :
Kegiatan awal
Apresepsi/ Motivasi
Mengulang sedikit materi tentang cara menarik akar pangkat dua.
Kegiatan Inti
Melakukan diskusi dan memecahkan permasalahan soal-soal pada buku paket.
Menceritakan tentang manfaat dan kegunaan akar pangkat dua dan bilangan pangkat
dua dalam kehidupan sehari –hari lalu mencoba penerapannya dalam soal cerita.
Siswa diuji kemampuan dan keterampilannya Mengerjakan soal-soal latihan.
Kegiatan Akhir
Guru memberikan refleksi mengenai materi yang telah disampaikan, memberikan
pekerjaan rumah dan menginformasikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan
selanjutnya.
VII. Alat/Bahan dan Sumber Belajar
Buku Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Kelas 5 M.Khafid, Sutati Erlangga.
Matematika SD untuk Kelas V Zaini.M.Sani dan Siti.M.Amin 5 A Esis
Matematika Progesif Teks Utama SD Kelas 5 Munawati Fitriyah Widya Utama
82
White board, papan tulis, spidol, kapur dan penghapus papan tulis
VIII. Penilaian
Teknik
Tes dan non tes
Bentuk
Isian dan uraian
Instrumen
Gunakan lah tanda >, < atau = pada titik-titik yang telah disediakan!
1. 256 + 441 …………………..35
2. 36 …………………………… 1156
3. 144 - 169 …………………. 36
4. Halaman sekolah Amir berbentuk persegi dengan sisi 14 m. hitunglah luas halaman
sekolah amin?
5. Ibu membeli 12 lusin piring dan gelas. Berapa banyak jumlah piring dan gelas yang di
beli ibu.
6. Sawah Pak Karta berbentuk persegi panjang dengan luas 1024 m2. berapakah panjang sisi
kebun Pak Karta?
7. dst
Tangerang, Agustus 2013
Mengetahui Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran Matematika
Matali Firmansyah, S.Ag Yanto Hartono
83
Rencana Pelaksanaan Permbelajaran
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : V/ I
Pertemuan Ke : 9
Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit
Standar Kompetensi:Melakukan Operasi Hitung Bilangan Bulat dalam pemecahan
masalah
I. Kompetensi Dasar :
Menghitung Perpangkatan dan akar sederhana
II. Indikator :
Memecahkan masalah sehari-hari dengan menggunakan FPB dan KPK.
III. Tujuan Pembelajaran : Melakukan dan menggunakan 0perasi hitung
bilangan bulat
IV. Materi Ajar : Operasi Hitung Bilangan Bulat
V. Metode Pembelajaran : Latihan (Drilling)
VI. Langkah-langkah Pembelajaran :
Kegiatan awal
Apresepsi/ Motivasi
Mengulang kembali kesimpulan mencari FPB dan KPK.
Kegiatan Inti
Menceritakan kegunaan FPB dan KPK dalam kehidupan sehari-hari setelah itu
melakukan percobaan dengan alat percobaan (manik-manik, Lonceng dll)
Siswa diuji kemampuan dan keterampilannya Mengerjakan soal-soal latihan.
Kegiatan Akhir
Guru memberikan refleksi mengenai materi yang telah disampaikan, memberikan
pekerjaan rumah dan menginformasikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan
selanjutnya.
VII. Alat/Bahan dan Sumber Belajar
Buku Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Kelas 5 M.Khafid, Sutati Erlangga.
MatematikaSD untuk Kelas V Zaini.M.Sani dan Siti.M.Amin 5 B Esis
Matematika Progesif Teks Utama SD Kelas 5 Munawati Fitriyah Widya Utama
White board, papan tulis, spidol, kapur dan penghapus papan tulis
84
VIII. Penilaian
Teknik
Tes dan non tes
Bentuk
Isian dan uraian
Instrumen
1. Ani latihan karate 4 hari sekali, Adit latihan karate 5 hari sekali pada hari ke berapakah
ani dan Adit latihan karate bersama-sama?
2. ibu mempunyai lemper 24 buah dan bolu kukus sebanyak 60 buah yang akan disimpan
dalam piring dengan jumlah lemper dan bolu kukus sama banyak, berapa banyak piring
yang harus disediakan oleh ibu dan berapaka jumlah lemper dan bolu kukus ada
masing-masing piring?
3. dst.
Tangerang, Agustus 2013
Mengetahui Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran Matematika
Matali Firmansyah, S.Ag Yanto Hartono
87
Lampiran 5
KUNCI JAWABAN
1. C
2. C
3. C
4. C
5. B
6. B
7. C
8. B
9. C
10. D
11. B
12. C
13. C
14. B
15. C
16. A
17. D
18. B
19. C
20. B
21. D
22. B
23. C
24. C
25. B
26. C
27. A
28. D
29. C
30. B
88
Lampiran 6
PERHITUNGAN DAN REKAP UJI VALIDITAS
INSTRUMEN BUTIR SOAL
Berdasarkan data pada tabel hasil uji instrumen maka dapat dilakukan perhitungan uji
validitas butir soal dengan rumus korelasi biserial yaitu : r bis = St
MtMp x
Q
P
Untuk mencari nilai standar deviasi (St) maka digunakan tabel berikut :
Tabel 6
Mencari Nilai Standar Deviasi (St)
No Xi X Xi - X (Xi - X)2
1 24 20.66 3.34 11.16
2 20 20.66 -0.66 0.44
3 20 20.66 -0.66 0.44
4 26 20.66 5.34 28.52
5 15 20.66 -5.66 32.04
6 20 20.66 -0.66 0.44
7 13 20.66 -7.66 58.68
8 21 20.66 0.34 0.12
9 18 20.66 -2.66 7.08
10 15 20.66 -5.66 32.04
11 27 20.66 6.34 40.20
12 21 20.66 0.34 0.12
13 24 20.66 3.34 11.16
14 25 20.66 4.34 18.84
15 21 20.66 0.34 0.12
16 16 20.66 -4.66 21.72
17 23 20.66 2.34 5.48
18 20 20.66 -0.66 0.44
19 29 20.66 8.34 69.56
20 28 20.66 7.34 53.88
21 25 20.66 4.34 18.84
22 24 20.66 3.34 11.16
23 21 20.66 0.34 0.12
24 22 20.66 1.34 1.80
25 18 20.66 -2.66 7.08
26 19 20.66 -1.66 2.76
27 12 20.66 -8.66 75.00
28 20 20.66 -0.66 0.44
29 25 20.66 4.34 18.84
30 24 20.66 3.34 11.16
31 9 20.66 -11.66 135.96
32 18 20.66 -2.66 7.08
33 27 20.66 6.34 40.20
89
34 24 20.66 3.34 11.16
35 9 20.66 -11.66 135.96
Jumlah 723 869.89
Mean 20.66
Dari table di atas diketahui 89,8692
tt XX
Maka diperoleh :
35
89,869St
= 4,985
Contoh perhitungan uji validitas butir soal no. 1 adalah :
n
xMt
35
723
= 20,657
31
672pM
= 21,677
784,2114,0
886,0
q
p
Maka rbis = q
px
S
MM
t
tp
784,2985,4
657,20677,21x
= 0,570
90
Lampiran 7
PERHITUNGAN DAN REKAP UJI RELIABILITAS
INSTRUMEN BUTIR SOAL
Dengan rumus K-R 20 yaitu :
r11 =
1n
n
2
2
S
pqS
No Soal p q pq
1 0.886 0.114 0.101
2 0.714 0.286 0.204
3 0.657 0.343 0.225
4 0.714 0.286 0.204
5 0.657 0.343 0.225
6 0.800 0.200 0.160
7 0.600 0.400 0.240
8 0.600 0.400 0.240
9 0.600 0.400 0.240
10 0.629 0.371 0.233
12 0.600 0.400 0.240
15 0.629 0.371 0.233
16 0.771 0.229 0.176
17 0.629 0.371 0.233
18 0.800 0.200 0.160
19 0.686 0.314 0.216
20 0.686 0.314 0.216
23 0.686 0.314 0.216
24 0.686 0.314 0.216
27 0.657 0.343 0.225
Jumlah 4.204
Xt = n
Xt =
34
517 = 15,21
St =
n
XtX 2
= 34
559,663
= 516,19
= 4,42
91
R11 =
1n
n
2
2
S
pqS
=
516,19
681,4516,19
21
22
= 0,796
Berdasarkan r11 maka reliabilitas 20 butir soal tersebut adalah tinggi.
92
Lampiran 8
Tabel 9
DAYA PEMBEDA
No WL WH WL-WH n DP Status
1 8 2 6 5 1.2 Baik
2 13 1 12 5 2.4 Baik
3 15 0 15 5 3 Baik
4 9 2 7 5 1.4 Baik
5 15 3 12 5 2.4 Baik
6 8 4 4 5 0.8 Baik
7 10 3 7 5 1.4 Baik
8 13 3 10 5 2 Baik
9 14 0 14 5 2.8 Baik
10 13 0 13 5 2.6 Baik
11 11 2 9 5 1.8 Baik
12 7 6 1 5 0.2 Jelek
13 11 3 8 5 1.6 Baik
14 11 3 8 5 1.6 Baik
15 12 1 11 5 2.2 Kurang
16 12 2 10 5 2 Baik
17 6 7 -1 5 -0.2 Jelek
18 9 6 3 5 0.6 Baik
19 9 4 5 5 1 Baik
20 9 2 7 5 1.4 Baik
21 10 4 6 5 1.2 Baik
22 10 3 7 5 1.4 Baik
23 8 6 2 5 0.4 Baik
24 10 3 7 5 1.4 Baik
25 10 6 4 5 0.8 Baik
26 14 5 9 5 1.8 Baik
27 13 2 11 5 2.2 Baik
28 14 2 12 5 2.4 Baik
29 7 7 0 5 0 Jelek
30 12 1 11 5 2.2 Baik
93
Lampiran 9
Tabel 10
Tingkat Kesukaran
No RH RL nH + nL TK (%) Status
1 13 7 35 57.14 Sedang Baik
2 14 2 35 45.71 Sedang Baik
3 15 0 35 42.86 Sedang Baik
4 13 6 35 54.29 Sedang Baik
5 12 0 35 34.29 Sedang Baik
6 11 7 35 51.43 Sedang Baik
7 12 5 35 48.57 Sedang Baik
8 12 2 35 40.00 Sedang Baik
9 15 1 35 45.71 Sedang Baik
10 15 2 35 48.57 Sedang Baik
11 13 4 35 48.57 Sedang Baik
12 9 8 35 48.57 Sedang Baik
13 12 4 35 45.71 Sedang Baik
14 12 4 35 45.71 Sedang Baik
15 14 3 35 48.57 Sedang Baik
16 13 3 35 45.71 Sedang Baik
17 8 9 35 48.57 Sedang Baik
18 9 6 35 42.86 Sedang Baik
19 11 6 35 48.57 Sedang Baik
20 13 6 35 54.29 Sedang Baik
21 11 5 35 45.71 Sedang Baik
22 12 5 35 48.57 Sedang Baik
23 9 7 35 45.71 Sedang Baik
24 12 5 35 48.57 Sedang Baik
25 9 5 35 40.00 Sedang Baik
26 10 1 35 31.43 Sedang Baik
27 13 2 35 42.86 Sedang Baik
28 13 1 35 40.00 Sedang Baik
29 8 8 35 45.71 Sedang Baik
30 14 3 35 48.57 Sedang Baik
94
Lampiran 10
PERHITUNGAN MEMBUAT DISTRIBUSI FREKUENSI
VARIABEL X
1. Rentang ( R )
R = nilai tertinggi – nilai terendah
= 9,0 – 4,0
= 5,0
2. Banyak Kelas Interval
K = 1 + 3,3 log n
= 1+ 3,3 log 35
= 6,082
= 6 (dibulatkan)
3. Panjang Kelas ( P )
P =K
R = 5/6 = 0,83 = 1 (dibulatkan)
Tabel 12
Daftar Distribusi Frekuensi Variabel, Perhitungan, Mean, Median, Modus, dan
Standar Deviasi Variabel X
No Interval Fi Xi Fi.Xi Xi2 Fi.Xi
2
1 4,0 – 4,8 5 4,40 22 19,6 96,8
2 5,0 – 5,8 7 5,40 37,8 29,16 204,12
3 6,0 – 6,8 5 6,4 32 40,96 204,8
4 7,0 – 7,8 12 7,4 88,8 54,76 657,12
5 8,0 – 8,8 4 8,4 33,6 70,56 282,24
6 9,0 – 9,8 2 9,4 18,8 88,36 176,72
Jumlah 35 41,4 233 303,16 1621,8
95
Dari daftar distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan
1. Mean (X)
X =
fi
XiFi.
= 35
233
= 6,65
2. Median (Me)
Me = b + p
f
Fn2
1
= 6,85 + 0,8
12
1735.2
1
= 6,85 + 0,0334
= 6,88
3. Modus (Mo)
Mo = b + p
21
1
bb
b
= 6,85 + 0,8.
87
7
= 6,85 + 0,4
= 7,25
4. Standar Deviasi (SD)
SD =
1
...22
nn
xifixifin
=
135.35
2338,1621.352
= 1190
5428956763
= 079,2
= 1,44
96
Lampiran 12
PERHITUNGAN MEMBUAT DISTRIBUSI FREKUENSI
VARIABEL Y
1. Rentang ( R )
R = nilai tertinggi – nilai terendah
= 8,7 – 3,0
= 5,7
2. Banyak Kelas Interval
K = 1 + 3,3 log n
= 1+ 3,3 log 35
= 6,082
= 6 (dibulatkan)
3. Panjang Kelas ( P )
P =K
R =
6
7,5= 0,95 = 1 (dibulatkan)
Tabel 12
Daftar Distribusi Frekuensi Variabel, Perhitungan, Mean, Median, Modus, dan
Standar Deviasi Variabel Y
No Interval Fi Yi Fi.Yi Yi2 Fi.Yi
2
1 3,0 – 3,9 6 3,45 20,7 11,9025 71,415
2 4,0 – 4,9 6 4,45 26,7 19,7025 118,815
3 5,0– 5,9 9 5,45 49,05 29,7025 267,3225
4 6,0 – 6,9 7 6,45 45,15 41,6025 291,2175
5 7,0 – 7,9 5 7,45 37,25 55,5025 277,5125
6 8,0 – 8,7 2 8,45 16,9 71,4025 142,805
Jumlah 35 35,7 195,75 229,915 1169,088
97
Dari daftar distribusi frekuensi di atas dapat disimpulkan
1. Mean (Y)
Y =
fi
YiFi.
= 35
75,195
= 5,59
2. Median (Me)
Me = b + p
f
Fn2
1
= 4,95 + 0,9
9
1235.2
1
= 4,95 + 0,6
= 5,6
3. Modus (Mo)
Mo = b + p
21
1
bb
b
= 4,95 + 0,9.
23
3
= 4,95 + 0,54
= 5,5
4. Standar Deviasi (SD)
SD =
1
...22
nn
yifiyifin
=
135.35
75,195088,1169.352
= 1190
0625,3831808,40918
= 1849,2
= 1,47
98
Lampiran 13
UJI NORMALITAS SEBAGAI UJI PRASYARAT HIPOTESIS
VARIABEL X
Untuk Uji Normalitas perlu diketahui harga x , s, F(Zi) serta )()( ZiSZiF
Telah diketahui harga x = 6,65 s = 1,44 selanjutnya data disusun seperti tabel di bawah
ini :
Tabel 14
Uji Normalitas Variabel X
No Xi Zi F(Zi) S(Zi) )()( ZiSZiF
1 4,0 -1,84 0,0329 0,0857 0,0528
2 4,0 -1,84 0,0329 0,0857 0,0528
3 4,0 -1,84 0,0329 0,0857 0,0528
4 4,3 -1,61 0,0537 0,1429 0,0892
5 4,3 -1,61 0,0537 0,1429 0,0892
6 5,0 -1,15 0,1251 0,2571 0,1320
7 5,0 -1,15 0,1251 0,2571 0,1320
8 5,0 -1,15 0,1251 0,2571 0,1320
9 5,0 -1,15 0,1251 0,2571 0,1320
10 5,3 -0,91 0,1814 0,2857 0,1043
11 5,7 -0,68 0,2483 0,3429 0,0946
12 5,7 -0,68 0,2483 0,3429 0,0946
13 6,0 -0,45 0,3264 0,4286 0,1022
14 6,0 -0,45 0,3264 0,4286 0,1022
15 6,0 -0,45 0,3264 0,4286 0,1022
16 6,3 -0,22 0,4129 0,4857 0,0728
17 6,3 -0,22 0,4129 0,4857 0,0728
18 7,0 0,24 0,5948 0,6857 0,0909
19 7,0 0,24 0,5948 0,6857 0,0909
20 7,0 0,24 0,5948 0,6857 0,0909
21 7,0 0,24 0,5948 0,6857 0,0909
22 7,0 0,24 0,5948 0,6857 0,0909
23 7,0 0,24 0,5948 0,6857 0,0909
24 7,0 0,24 0,5948 0,6857 0,0909
25 7,3 0,47 0,6808 0,7429 0,0621
26 7,3 0,47 0,6808 0,7429 0,0621
27 7,7 0,71 0,7611 0,8286 0,0675
99
28 7,7 0,71 0,7611 0,8286 0,0675
29 7,7 0,71 0,7611 0,8286 0,0675
30 8,0 0,94 0,8264 0,8571 0,0307
31 8,3 1,17 0,8790 0,8857 0,0067
32 8,7 1,40 0,9192 0,9429 0,0237
33 8,7 1,40 0,9192 0,9429 0,0237
34 9,0 1,63 0,9484 1,0000 0,0516
35 9,0 1,63 0,9484 1,0000 0,0516
Dari perhitungan di atas didapat nilai Lhitung terbesar adalah 0,1320. Sementara itu
Ltabel untuk N = 35 dengan taraf signifikan α = 0,05 adalah 0,1498. Ini berarti Lhitung <
Ltabel atau 0,1320 < 0,1498.
Dengan demikian dapat disimpulkan data variable X berdistribusi normal.
100
Lampiran 14
UJI NORMALITAS SEBAGAI UJI PRASYARAT HIPOTESIS
VARIABEL Y
Untuk Uji Normalitas perlu diketahui harga y , s, F(Zi) serta )()( ZiSZiF
Telah diketahui harga y = 5,59 s = 1,47 selanjutnya data disusun seperti tabel di bawah
ini :
Tabel 15
Uji Normalitas Variabel Y
No Yi Zi F(Zi) S(Zi) )()( ZiSZiF
1 3,0 -1,76 0.0392 0.0286 0.0106
2 3,3 -1,54 0.0618 0.0857 0.0239
3 3,3 -1,54 0.0618 0.0857 0.0239
4 3,7 -1,31 0.0951 0.1714 0.0763
5 3,7 -1,31 0.0951 0.1714 0.0763
6 3,7 -1,31 0.0951 0.1714 0.0763
7 4,0 -1,08 0.1401 0.2000 0.0599
8 4,3 -0,85 0.1977 0.2286 0.0309
9 4,7 -0,63 0.2643 0.3429 0.0786
10 4,7 -0,63 0.2643 0.3429 0.0786
11 4,7 -0,63 0.2643 0.3429 0.0786
12 4,7 -0,63 0.2643 0.3429 0.0786
13 5,0 -0,40 0.3446 0.4000 0.0554
14 5,0 -0,40 0.3446 0.4000 0.0554
15 5,3 -0,17 0.4325 0.4857 0.0532
16 5,3 -0,17 0.4325 0.4857 0.0532
17 5,3 -0,17 0.4325 0.4857 0.0532
18 5,7 0,05 0.5398 0.6000 0.0602
19 5,7 0,05 0.5398 0.6000 0.0602
20 5,7 0,05 0.5398 0.6000 0.0602
21 5,7 0,05 0.5398 0.6000 0.0602
22 6,3 0,51 0.6950 0.7143 0.0193
23 6,3 0,51 0.6950 0.7143 0.0193
24 6,3 0,51 0.6950 0.7143 0.0193
25 6,3 0,51 0.6950 0.7143 0.0193
26 6,7 0,73 0.7673 0.8000 0.0327
27 6,7 0,73 0.7673 0.8000 0.0327
101
28 6,7 0,73 0.7673 0.8000 0.0327
29 7,0 0,96 0.8315 0.8286 0.0029
30 7,3 1,19 0.8830 0.8857 0.0027
31 7,3 1,19 0.8830 0.8857 0.0027
32 7,7 1,41 0.9207 0.9429 0.0222
33 7,7 1,41 0.9207 0.9429 0.0222
34 8,0 1,64 0.9495 0.9714 0.0219
35 8,7 2,09 0.9817 1.0000 0.0183
Dari perhitungan di atas didapat nilai Lhitung terbesar adalah 0,0786. Sementara itu
Ltabel untuk N = 35 dengan taraf signifikan α = 0,05 adalah 0,1498. Ini berarti Lhitung <
Ltabel atau 0,0786 < 0,1498.
Dengan demikian dapat disimpulkan data variabel Y berdistribusi normal.
102
Lampiran 15
UJI HOMOGENITAS KELAS EKSPERIMEN DAN KELAS KONTROL
Pengujian homogenitas antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan Uji
Fisher. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut :
1. Hipotesis
H0 : 22
yx
H1 : 22
yx
2. Dari data hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh :
079,22xS ; 1849,2
2yS
Fhitung = 0509,1079,2
1849,2
ecilVarianterk
esarVarianterb
3. Menentukan F table
025,02
1;05,0
F table (34,34)= 1,800
103
11,2
11
yx nnF =
11 ,
2
11
1
yx nnF
= 34,34975,0
1
F
= 755,1
1
= 0,5698
4. Kriteria Pengujian
Agar kelas eksperimen dan kelas control dikatakan homogen apabila memenuhi
syarat Fhitung berada diantara Ftabel maka H0 yang diterima.
Dari hasil perhitungan ternyata 0,5698 < 1,0509 < 1,8000 maka dapat
disimpulkan bahwa kedua kelompok adalah homogen.
104
Lampiran 16
ANALISIS HIPOTESIS DENGAN RUMUS UJI t
Dengan pengujian statistic digunakan statistik uji t . Langkah-langkah pengujian adalah
sebagai berikut :
1. Hipotesis
H0 : yx
H1 : x y
2. Berdasarkan perhitungan pada lampiran 7 dan lampiran 8 hipotesis diperoleh :
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
65,6X
079,22xS
35xn
59,5Y
1849,22yS
35yn
3. Penentuan T table
T table = t (0,05,34) (taraf nyata 5%)
= 2,042
4. Untuk pengujian hipotesis digunakan uji t dengan α = 0,05 yaitu :
2
1122
yx
yyxx
nn
SnSnSD
23535
1849,2135079,2135
105
68
286,74686,70
68
972,144
1319,2
= 1,46
yx nnSDx
yxt
11
35
1
35
146,1
59,565,6
x
24,046,1
06,1
x
= 3,0251
5. Kriteria Pengujian
Tolak H0 atau terima H1 jika thitung ttabel. Setelah melalui tahapan
perhitungan di atas, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa H1
diterima karena thitung ttabel yaitu 3,0251 2,042.
6. Kesimpulan
Karena thitung ttabel yaitu 3,0251 2,042, maka H0 ditolak atau H1
diterima pada taraf signifikan α = 0,05 dan dk = 34. Dengan demikian dapat
106
disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajarkan
melalui pembelajaran remedial dengan menggunakan metode Drill lebih tinggi
daripada rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajarkan menggunakan
metode Ekspositori.