pengaruh posisi pick up coil dengan putaran mesin …
TRANSCRIPT
1
Jurnal Sistem Informasi Kaputama (JSIK), Vol. 5, No. 1, Januari 2021 P - ISSN : 2548-9712
E - ISSN : 2685-5232
1
PENGARUH POSISI PICK UP COIL DENGAN PUTARAN MESIN
TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR
PADA MESIN 150 CC
Adnan Surbakti
Prodi Teknik Mesin
Akademi Teknologi Industri Immanuel Medan
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine how much influence changes in pickup coil and engine
speed on fuel consumption in a 150 cc engine. The method used in this study is the experimental
method or direct experimental method by varying the pickup coil position and engine speed. There
are several conclusions from this research, namely: 1) The higher the engine speed for each time
advancing the pickup coil position forward 1mm, forward 2 mm , and going forward 3 mm more
wasteful of fuel consumption. 2) Compared to the position of standard pick up coil with 1mm, 2mm,
and 3mm pick up coil, the fuel consumption is more wasteful. 3) Comparison between the 2mm and
1mm pickup coil times is more wasteful of fuel consumption than the standard pickup coil positions.
4) Compared between the 1 mm backward pickup coil with the standard condition, the fuel
consumption is more efficient when the pickup coil retreated by 1 mm. 5) At the time of retreating
the pick up coil the higher the motor rotation, the more efficient fuel consumption.
Keywords: pick up coil, fuel consumption, and engine speed
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Seberapa besar Pengaruh perubahan Pickup Coil
dan Putaran mesin terhadap konsumsi bahan bakar pada mesin 150 cc. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode exprimen ataupun metode percobaan langsung dengan
mempariasikan posisi pickup coil dan putaran mesin.Ada beberapa kesimpulan dari penelitian ini
yaitu : 1) Semakin tinggi putaran mesin untuk setiap saat pemajuan posisi pick up coil maju 1mm
, maju 2 mm , dan maju 3 mm pemakaian bahan bakar semakin boros. 2) Dibandingkan dengan
posisi pick up coil standard dengan saat pemajuan pick up coil baik 1mm, 2 mm , dan 3mm maka
pemakaian bahan bakar semkain boros. 3) Perbandingan antara saat pemunduran pick up coil 2
mm dan 1mm lebih boros pemakaian bahan bakarnya dibandingkan dengan posisi pick up coil
standard. 4) Dibandingkan antara saat pemunduran pick up coil 1 mm dengan keadaan standard
lebih irit pemakaian bahan bakar saat pemunduran pick up coil sejauh 1 mm. 5) Pada saat
pemunduran pick up coil semakin tinggi putaran motor maka konsumsi bahan bakar lebih irit.
Kata Kunci : pick up coil, konsumsi Bahan Bakar, Dan putaran mesin
1. PENDAHULUAN
Perkembangan zaman yang semakin
pesat memberikan dampak positif bagi
perkembangan dunia industri. Salah satu
dunia industri yang berkembang pesat dewasa
ini adalah industri otomotif. Semakin
2
Jurnal Sistem Informasi Kaputama (JSIK), Vol. 5, No. 1, Januari 2021 P - ISSN : 2548-9712
E - ISSN : 2685-5232
2
banyaknya penambahan jumlah penduduk
berdampak semakin meningkatnya
penggunaan alat transportasi. Salah satu
mode transportasi yang banyak digunakan
dan menjadi pilihan mayoritas masyarakat
umum adalah sepeda motor. Sepeda motor
merupakan alat transportasi darat yang sangat
representatif, sehingga sepeda motor harus
dilengkapi dengan sistem-sistem yang
mendukung fungsi utama sepeda motor
yaitu, untuk memindahkan barang atau
manusia dari suatu tempat ketempat lain baik
jarak jauh ataupun dekat. Sepeda motor
menjadi salah satu transfortasi pilihan
masyarakat karena harganya relatif
terjangkau dan simple.
Dalam suatu sepeda motor juga
terdapat banyak sistem sistem yang juga perlu
memerlukan pemahaman untuk menunjang
dalam pengoprasian dan perbaikan apabila
terjadi kerusakan. Salah satu sistem yang ada
pada sepeda motor adalah sistem kelistrikan ,
dimana sistem kelistrikan pada sepeda motor
terbagi atas pengisian, stater, bodi. Sistem ini
sangat penting bagi pengendara meskipun
hanya tambahan atau pendukung, berbicara
mengenai komponen pada sebuah kendaraan
bermotor, tentunya selain bearing motor dan
juga komponen lain yang ada. Masi ada
banyak sekali jenis dan tipe komponen lain
yang harus kita pahami. Satu diantaranya
adalah pick up coil motor yang bisa dikatakan
merupakan komponen yang cukup vital
keberadaannya. Kenapa demikian? tentunya
karena komponen yang satu ini memiliki
peranan penting untuk memnuat busi
mematikan api untuk membuat pembakaran
diruang bakar. Sehingga kita harus
memperhatikan pick up coil agar kelistrikan
pada motor tetap aman dan stabil. Pick up coil
memiliki bentuk yang terdiri dari besi yang
memiliki magnet kemudian dililit dengan
kawat tembaga halus. Dan jika ujung pick up
coil ditempelkan dengan benda logam dan
ditarik secara berulang - ulang maka ujung
dari pick up coil tersebut akan mengalirkan
listrik dan listrik tersebut dapat dilihat dengan
menggunakan alat seperti avometer.
Banyak orang yang belum mengetahui bahwa
ada dua jenis pick up coil di dalam mesin
motor meskipun fungsi pick up coil pada
motor sama saja akan tetapi beberapa pabrik
otomotif bawaan seperti Yamaha, Honda,
Suzuki dan kawasaki memilih jenis pick up
coil tertentu. Bukan bagus atau murah
,penentuan pick up coil pada sepeda motor
berpengaruh pada daya dan juga efisiensi
bahan bakar pada motor itu sendiri.
• Pick up coil positif ( Pulser )
Pick up coil positif adalah pick up coil yang
apabila ujung paling depan dari tonjolan
magnet melewati pick up coil, maka pick up
coil itu sendiri akan menghasilkan pick up
coil positif. Dan sebaliknya apabila ujung
paling belakang tonjolan magnet melewati
pick up coil maka pick up coil akan
menghasilkan pick up coil negatif. Pick up
coil positif akan digunakan untuk advance
timing saat RPM menengah keatas dan pick
up coil negatif digunakan saat idle atau RPM
menengah kebawah.
• Pick up coil negatif ( Pulser )
Pick up coil negatif adalah pick up coil dari
kebalikan pick up coil positif yang apabila
ujung paling depan dari tonjolan magnet
melewati pick up coil maka pick up coil akan
menghasilkan pick up coil negatif . Dan
apabila ujung paling belakang dari tonjolan
magnet melewati pick up coil maka pick up
coil akan menghasilkan pick up coil positif.
Pada mesin 4 langkah dan 2 langkah ,
peran sistem pengapian mempunyai pengaruh
besar terhadap performa mesin. Fungsisistem
pengapian adalah menyediakan percikan
bunga api listrik pada busi untuk membakar
campuran bahan bakar dengan udara didalam
ruang bakar mesin pada akhir langkah
kompresi. Untuk meningkatkan kinerja mesin
yang besar salah satunya dilakukan dengan
cara melakukan pergeseran pick up coil.
Dengan beragam jenis pick up coil yang
3
Jurnal Sistem Informasi Kaputama (JSIK), Vol. 5, No. 1, Januari 2021 P - ISSN : 2548-9712
E - ISSN : 2685-5232
3
ditawarkan dipasaran, untuk itu perlu
dilakukan penelitian tentang sistem
pengapian pada mesin motor yang standart
dengan melakukan pergeseran pick up coil
serta busi racing untuk mengetahui kinerja
yang dihasilkan dengan menggunakan mesin
yang sama.
Dalam penelitian ini akan dikaji untuk
kerja pulser racing dan busi racing pada
motor empat langkah 150 cc kondisi
modifikasi. Dengan dilakukannya penelitian
ini supaya mengetahui kinerja pengapian dan
tenaga mesin di hasilkan jika digunakan
untuk harian maupun di dunia balap.
2. METODOLOGI PENELITIAN
2.1. Pengertian Analisa
Analusis terbentuk dari dua suku kata
yaitu “ana” yang berarti kembali dan “luein’
yang berarti melepas . Sehingga pengertian
Analisa yaitu suatu usaha dalam
mengamatidalam secara detail pada suatu hal
atau benda dengan cara menguraikan
komponen-komponen pembentukannya atau
menyusun komponen tersebut untuk dikaji
lebih lanjut.Dengan kata sederhana analisa
dapat diartikan sebagai penyelidikan terhadap
suatu masalah mengapa masalah itu terjadi
dan bagaimana cara penyelesaian masalah
tersebut. Kata analisa atau analisisbanyak
digunakan dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan, baik ilmu bahasa, alam dan
ilmu social dan teknik. Didalam semua
kehidupan ini sesungguhnya semua bisa
dianalisa,hanya saja cara dan metode
analisanya berbeda-beda pada sertiap bagian
kehidupan. Untuk mengkaji suatu
permasalahan, dikenal dengan metode yang
disebut dengan metode ilmiah. Menurut
Gorys Keraf, analisa adalah sebuah proses
untuk memecahkan sesuatu ke dalam bagian-
bagian yang saling berkaitan satu sama
lainnya.Sedangkan menurut Komarrudin
mengatakan bahwa analisi merupakan suatu
kegiatan berfikir untuk menguraikan suatu
keseluruhan menjadi komponen sehingga
dapat mengenal tanda -tanda dari setiap
komponen, hubungan suatu sama lain dan
fungsi masing –masing dalam suatu
keseluruhan yang terpaduAnalisa sangat erat
atau sejalan dengan Troubleshooting.
Troubleshooting adalah sebuah istilah dalam
bahasa inggris, yang merujuk kepada sebuah
bentuk penyelesaian masalah.
Troubleshooting merupakan pencarian
sumber masalah secara sistematis sehingga
sebuah masalah tersebut dapat di selesaikan.
Troubleshooting, kadang-kadang merupakan
proses penghilangan maslah,dan juga proses
penghilangan penyebab potensial dari sebuah
masalah. Troubleshooting, pada umumnya
digunakan dalam berbagai bidang. Menurut
Oetomo (2002) menyebutkan bahwa
troubleshooting yang didefenisikan sebagai
proses penghilangan masalah, dan juga
proses penghilangan penyebab potensial dari
sebuah masalah. Troubleshooting , pada
umumnya digunakan dalam berbagai bidang,
seperti halnya dalam bidang komputer,
administrasi sistem, dan juga bidang
elektronika dan kelistrikan.
2.2. Sistem pengapian
Sistem pengapian berfungsi menghasilkan
percikan bunga api pada busi pada saat yang
tepat untuk membakar campuran bahan bakar
dan udara di dalam silinder. Pada dasarnya
system pengapian konvensional
menggunakan gerakan mekanik kontak
platina untuk menghubung dan memutus arus
primer, maka kontak platina mudah sekali aus
dan memerlukan penyetelan/perbaikan dan
penggantian setiap periode tertentu. Hal ini
merupakan kelemahan mencolok dari sistem
pengapian konvensional.
Dalam perkembangannya, ditemukan
sistem pengapian elektronik sebagai
penyempurna sistem pengapian. Salah satu
sistem pengapian elektronik yang populer
adalah sistem pengapian CDI (Capacitor
Discharge Ignition). Sistem pengapian CDI
merupakan system pengapian elektronik yang
4
Jurnal Sistem Informasi Kaputama (JSIK), Vol. 5, No. 1, Januari 2021 P - ISSN : 2548-9712
E - ISSN : 2685-5232
4
bekerja dengan memanfaatkan pengisian
(charge) dan pengosongan (discharge)
muatan kapasitor. Proses pengisian dan
pengosongan muatan kapasitor dioperasikan
oleh saklar elektronik seperti halnya kontak
platina (pada sistem pengapian
konvensional). Sebagai pengganti kontak
platina, pada sistem pengapian elektronik
digunakan SCR/Silicon Controlled Rectifier
(yang disebut Thyristor switch). SCR bekerja
berdasarkan sinyal-sinyal listrik.
Banyak hal yang menyebabkan
sepeda motor mogok di jalan. Salah satu
penyebabnya adalah hilangnya pengapian.
Percikan api dalam pengapian ini berfungsi
membakar uap bahan bakar yang masuk ke
ruang pembakaran, di sinilah motor bisa
memperoleh daya gerak.
Jika api hilang, maka tentu saja tidak ada
proses pembakaran dan mesin pun tidak akan
hidup. Untuk mencari penyebab hilangnya
api, harus mendeteksi satu per satu komponen
pengapian motor, mulai dari busi, koil, CDI,
sepul, aki dan lainnya. "Hanya ini cara
mendeteksi apa penyebab sehingga tidak ada
api," papar Heri Prasetyawan dari bengkel
Jaw's Speed, saat berbincang dengan
Metrotvnews.com, beberapa waktu lalu.
2.3.Macam macam sistem pengapian
Pernahkan anda memikirkan mengapa busi
bisa mengeluarkan api ? mungkin beberapa
dari anda sudah mengetahuinya bahwa busi
sebenarnya tidak mengeluarkan api
melainkan memercikan energi listrik.
Namun, dari mana listrik sebesar itu hingga
bisa berwujud seperti pantikan api ?
Kita tahu, sistem kelistrikan
kendaraan menggunakan baterai dengan daya
12 volt. Tegangan sebesar ini dipastikan tidak
akan mengeluarkan pantikan pada celah
sebesar 0,8 mm. Untuk itu ada rangkaian
peningkatan tegangan listrik agar listrik
mampu keluar dari elektroda busi dalam
wujud percikan api.
Rangkaian ini, disebut rangkaian sistem
pengapian. Terhitung ada sekitar 4 tipe
pengapian pada kendaraan, antara lain ;
• Sistem pengapian konvensional
• Sistem pengapian transistor
• Sistem pengapian CDI
• Sistem pengapian DLI
2.3.1.Sumber tegangan (baterai)
Baterai yang berfungsi untuk menyimpan
tenaga listrik yang dihasilkan oleh sistem
pengisian. Pada dasarnya baterai merubah
energi kimia menjadi energi listrik. Baterai
juga berfungsi sebagai penyedia tenaga listrik
sementara dalam bentuk tegangan DC.
Namun bila kita amati dengan detail baterai
pada seped1a motor juga mempunyai fungsi
sebagai berikut:
1. Untuk menghidupkan aksesoris,
penerangan, dan sebagainya.
2. Untuk menghidupkan sistem stater.
3. Saat mesin hidup baterai juga sebagai
stabilator yang menggunakan alternator.
2.3.2.Spull Cas
Spul adalah kumparan yang merupakan
salah satu komponen penting yang erat
kaitannya dengan sistem kelistrikan
motor. Komponen yang ada pada motor
ini dibuat dengan tingkat ketelitian yang
tinggi. Sebab jumlah lilitan kawat
tembaga didalamnya perpengaruh pada
besar kecilnya induksi. Sangatlah penting
menghindari kerusakan spul pada motor
rusak, karena bisa berimbas pada sistem
kelistrikan motor.
Gambar 1. Spull
5
Jurnal Sistem Informasi Kaputama (JSIK), Vol. 5, No. 1, Januari 2021 P - ISSN : 2548-9712
E - ISSN : 2685-5232
5
Fungsi Spull
Part ini mempunyai tugas untuk
menjadi sumber penghasil tenaga listrik.
Tenaga tersebut nantinya akan dikirimkan ke
kiprok kemudian menuju komponen lain pada
sistem kelistrikan, termasuk mengisi daya aki
motor. Tenaga listrik yang dihasilkannya
berjenis AC (alternating current) atau arus
bolak – balik, sementara itu jumlah energi
yang dihasilkannya tergantung dari putaran
mesin motor.
Komponen Spul Motor
Bentuk fisik dari spul ini terdiri dari
lilitan kawat tembaga dengan jumlah tertentu
yang memiliki batang karbon / besi. Jumlah
lilitan kawat tembaga inimenentukan besar
kecilnya tegangan yang dihasilkan pada
mesin sepeda motor.
Ciri – Ciri Spul Rusak
Untuk permasalahan ini kita dapat
melihat kondisi fisik dari lilitan tembaganya.
Spul yang rusak atau mati biasanya terlihat
gosong, kemudian ada juga bau hangus yang
menyengat, dan seluruh kelistrikan mati total
( sistem penerangan, sistem pengapian, dan
stater).
Penyebab Spul Motor Rusak
1. Karena merupakan barang elektronik, air
yang masuk kedalam komponen spul bisa
mengakibatkan kerusakan terhadap spul
motor.
2. Terjadi korsleting karena pemakain soket
yang sudah aus, sehingga timbul hubungan
singkat.
3. Panas berlebihan pada dinamo.
4. Usia pemakain juga berpengaruh terhadap
kerusakan spul motor.
2.3.3.Pick Up Koil (pulser)
Secara garis besar, pulser motor
merupakan sebuah perangkat penting yang
terdapat didalam rangkaian mesin kendaraan,
khususnya yang memiliki bahan bakar
bensin. Komponen ini terbuat dari besi yang
memiliki magnet yang kemudian di lilit
dengan menggunakan kawat tembaga khusus.
Gambar 2. Pulser
Fungsi Pulser Motor
Jika di tanya apa fungsi pulser motor,
maka bisa kami jelaskan bahwa fungsi
komponen motor yang satu ini adalah sebagai
penentu waktu kepada CDI “Capasitor
Discharge Ignition” atau TCI “Transistor
Control Ignition” untuk mematikan listrik
yang nantinya akan di teruskan ke proses
pengapian busi motor.
Dengan kata lain, fungsi dari pulser
motor sendiri untuk mendeteksi posisi piston
motor yang didasarkan pada Pick Up di
magnet. Yang mana hasil dari pendeteksi
tersebut selanjutnya akan di kirim ke CDI
atuapun TCI yang digunakan untuk
menentukan Timing Pengapian.
Jenis Pulser Motor
Di dalam perkembangannya, pulser
motor di bedakan dalam dua jenis yaitu pulser
positif dan pulser negatif. Meski kedua jenis
tersebut berbeda secara kerjanya, namun
fungsi utama dari pulser motor tersebut
tetaplah sama. Untuk pejelasan lebih
lengkapnya, perhatikan gambar rangkaian
pulser positif dibawah ini.
6
Jurnal Sistem Informasi Kaputama (JSIK), Vol. 5, No. 1, Januari 2021 P - ISSN : 2548-9712
E - ISSN : 2685-5232
6
Pulser Positif
Gambar 3. Rangkaian Pulser Positif
Seperti keterangan diatas, ada dua jenis
pulser yang harus kalian pahami. Satu
diantaranya yaitu pulser positif. Dimana jenis
ini merupakan jenis yang pada bagian ujung
paling depan dari tonjolang magnet melewati
pulser akan menghasilkan pulser positif.
Sementara jika ujung paling belakang
tonjolan magnet melewati pulser, secara
otomatis pulser akan menghasilan pulser
negatif. Adapun pulser positif akan
digunakan sebagai Advance Timing disaat
RPM menengah keatas. dan pulser negatif
digunakan saat RPM mengenah
kebawah.Untuk pejelasan lebih lengkapnya,
perhatikan gambar rangkaian pulser negatif
dibawah ini.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Tempat
Untuk mendukung penelian ini,
peneliti terlebih dahulu melaksanakan
penelitian sesuai judul yang dibawa yaitu :“
Pengaruh posisi pick up coil dengan
variasi putaran mesin terhadap konsumsi
bahan bakar pada mesin 150 cc’’ yang
dilaksanakan di Akademi Teknologi Industri
Immanuel, Jln. Jend. Gatot Subroto, No.325,
Medan.
3.2 Peralatan dan Bahan
a. Kunci T 8
Penggunaan kunci konvensional
lebihdominan untuk keperluan ngebengkel
sepeda motor. Alhasil perkakas yang
umumnya memiliki finishing berwarna hitam
ini mutlak tersedia pada bengkel motor.
“Keberadaan kunci T sangat penting Terlebih
untuk kunci T8 dan T10. Misalnya untuk
mengendurkan dan mengencangkan baut
bodi, cover CVT dan lain sebagainya.
Gambar 4. Kunci T 8
b. Tachometer
Takometer atau kadang kita sebut RPM
adalah sebuah alat untuk mengukur putaran
mesin, khususnya jumlah putaran yang
dilakukan oleh sebuah porosdalam satu
satuan waktu dan sering digunakan pada
peralatan kendaraan bermotor. Biasanya
memiliki layar yang menunjukkan kecepatan
perputaran per menitnya.
3.2. Bahan
a. Mesin SUZUKI SATRIA FU 150 cc
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah satu mesin sepeda motor SUZUKI
SATRIA FU 15O cc
1. Jenis : 4-Tak, DOHC 4-Katup
BerpendinganOli
2. JumlahSilinder : 1 (satu)
3. Diameter Silinder : 62.0 mm
4. Langkah Piston : 48.8 mm
5. KapasitasSilinder : 147.3 cc
6. PerbandinganKompresi: 10.2 : 1
7. Daya Maksimum : 11.7 kw (16.0
PS)/9.500 rpm
8. Torsi Maksimum : 12.4 Nm/8.500 rpm
9. Karburator : Mikuni bs 26 – 187
10. Sistem Starter : Electric dan Kick
a. Pic Up Coil 1mm
Pick up coil 1 mm inimemiliki lubang
dudukan sebesar 1 mm, sehingga pick up coil
7
Jurnal Sistem Informasi Kaputama (JSIK), Vol. 5, No. 1, Januari 2021 P - ISSN : 2548-9712
E - ISSN : 2685-5232
7
dapat dimajukan atau dimundurkan sebnyak
1mm. samahalnya dengan memper cepat
pengapian danmem perlambat pengapian
sebanyak 1mm.
Gambar 5. Pick Up Coil 1,05°
3.3. Metode
Metode yang digunakan dalam
penelitian, maupun pengujian pengaruh
posisi pick up coil terhadap konsumsi bahan
bakar pada sepeda motor suzuki satria 150 cc
yaitu dengan melakukan pengujian langsung
atau exprimen, dalam masing-masing
percobaan yang hendak diuji untuk
memperoleh data yang di butuhkan yang
lebih akurat dalam penyusunan penelitian ini.
Penulis banyak menggunakan berbagai
faktor pendukung/msaukan dan buku
pendukung yang berhubungan dengan judul
yang di bahas.
Sebelum melakukan praktek penelitian,
metode yang digunakan dalam penelitian
maupun pengujian pengaruh posisi pick up
coil terhadap konsumsi bahan bakar pada
sepeda suzuki satria 150 cc yaitu dengan
menghubungkan selang gelas ukur ke
karburator dan selanjutnya pick up coil
diganti sesui dengan pick up coil yang
sudah di tentukan dalam penelitian begitu
juga dengan waktu, dan dilihat hasil yang di
peroleh dari setiap pick up coil yang di uji.
4. Pembahasan
Data dalam penelitian ini merupakan
hasil pengujian secara langsung. Pada
penelitian ini terdapat delapan kali
pengujian, yaitu pengujian pick up coil
standard, pick up coil 1,05° dengan
pengujian maju 1,05° dan mundur 1,05°, pick
coil 2,1° dengan pengujian maju 2,1° dan
mundur 2,1° dan pick up coil 3,15° dengan
pengujian maju 3,15° dan mundur 3,15°. putaran mesin sesui dengan batasan masalah
dan seberapa besar pengaruhnya terhadap
konsumsi bahan bakar.Dari hasil penelitian
penulis mendapatkan data perbedaan
penggunaan bahan bakar setiap pengujian
pada jenis pick up coil terdapat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 1. Tabel hasil penelitian pengaruh
posisi pick up coil dengan putaran mesin
terhadap konsumsi bahan bakar pada
mesin 150 cc pada posisi maju,waktu
pengujian selama 5 menit. Putaran
Mesin Konsumsibahanbakar ( ml/menit )
(rpm) Standart Maju 1,05°
Maju
2,1° Maju3,15°
2000 6,06 6,6 6,92 7,4
3000 6,46 8,32 8,52 9,6
4000 8,46 10,46 10,66 11,46
0
2
4
6
8
10
12
14
0 2000 4000 6000
Standard
Maju 1,05˚
Maju 2,1˚
Maju 3,15˚
8
Jurnal Sistem Informasi Kaputama (JSIK), Vol. 5, No. 1, Januari 2021 P - ISSN : 2548-9712
E - ISSN : 2685-5232
8
0
2
4
6
8
10
0 2000 4000 6000
Standard
Mundur 1,05˚
Mundur 2,1˚
Gambar 6. Hubungan antara putaran motor
dan konsumsi bahan bakar saat pick
upcoil maju.
Tabel 2. Putaran Mesin terhadap konsumsi
bahan bakar pada mesin 150 cc pada
posisi mundur, waktu pengujian selama
5 menit.Tabel hasil penelitian pengaruh
posisi pick up coil dengan putaran
Put
Mesin Konsumsi bahan bakar ( ml/menit)
(rpm) Std Mundur
1,05°
Mundur
2,15°
Mundur
3,15°
2000 6,06 4,52 6,44 7,1
3000 6,46 6,4 8 8,4
4000 8,46 7,4 8,46 9,06
Dari data table 2. hasil pengujian
pemajuan pick up coil dapat dilihat pada
grafik perbandingan pemakain bahan bakar
dalam berbagai variasi putaran.
Gambar 7. Hubungan antara putaran motor
dan konsumsi bahan bakar saat pick
up coil mundur.
Dari hasil penelitian sesuai dengan grafik
4.1saat pemajuan pick up coil 1,05°maka
dapat dilihat sebagai berikut :
Untuk posisi putaran motor 2000 rpm
pemakaian bahan bakar 33 ml selama 5
menit pengujian atau 6,6 ml per menit
sedangkan untuk putaran 3000 rpm
konsumsi bahan bakar 41,6 ml selama 5
menit pengujian atau 8,32 per menit dan
putaran motor 4000 rpm pemakaian bahan
bakar 52, 3 ml selama 5 menit pengujian atau
10,4 per menit.
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa
semakin tinggi putaran mesin konsumsi
bahan bakar semakin banyak, hal ini terjadi
karena sistem pengapian sendiri memiliki
pengaruh kuat pada proses pembakaran atau
pengaktifan pada busi. Bila api yang
dihasilkan busi kecil karena pengapian
bermasalah maka pembakaran akan ikut
terganggu , ini akan menyebabkan mesin
kurang bertenaga, dimana pemakaian bahan
bakar sendiri memiliki selisih yang berbeda
pada setiap pengujian yang berbeda didalam
putaran mesin 2000 rpm, 3000 rpm dan 4000
rpm. Selisih pemakaian bahan bakar tersebut
adalah
a. Untuk pemakaian bahan bakar pada rpm
2000 diambil dari rata – rata konsumsi
bahan bakar adalah terdapat bahan bakar
pada posisi standard yaitu 30,3 ml
kemudian bahan bakar yang di konsumsi
pada posisi maju 1,05° yaitu 33 ml,
Sedangkan pemakaian bahan bakar pada
posisi maju 2,1° yaitu 34,6 mm dan
pemakaian bahan bakar pada posisi maju
3,15 ° yaitu 37 ml. Maka selisih
pemakaian bahan bakar dari standard ke
posisi maju 1,05° memiliki selisih bahan
bakar sebanyak 2,7 ml, kemudian selisih
pemakaian bahan bakar dari posisi maju
1,05° ke posisi maju 2,1° memiliki selisih
bahan bakar sebanyak 1,6 ml, Sedangkan
9
Jurnal Sistem Informasi Kaputama (JSIK), Vol. 5, No. 1, Januari 2021 P - ISSN : 2548-9712
E - ISSN : 2685-5232
9
dari posisi maju 2,1° ke posisi maju 3,15
° memiliki selisih bahan bakar sebanyak
2,4 ml. Perbedaan selisih tersebut terjadi
karena semakin tinggi putaran mesin
maka pemasukan bahan bakar ke ruang
bakar juga semakin cepat mengakibatkan
pemakaian bahan bakar semakin boros.
b. Untuk pemakaian bahan bakar pada rpm
3000 diambil dari rata – rata konsumsi
bahan bakar adalah terdapat bahan bakar
pada posisi standard yaitu 32,3 ml
kemudian bahan bakar yang di konsumsi
pada posisi maju 1,05° yaitu 41,6 ml,
Sedangkan pemakaian bahan bakar pada
posisi maju 2,1° yaitu 42,6 mm dan
pemakaian bahan bakar pada posisi maju
3,15 ° yaitu 48 ml. Maka selisih
pemakaian bahan bakar dari standard ke
posisi maju 1,05° memiliki selisih bahan
bakar sebanyak 9,4 ml, kemudian selisih
pemakaian bahan bakar dari posisi maju
1,05° ke posisi maju 2,1° memiliki selisih
bahan bakar sebanyak 1 ml, Sedangkan
dari posisi maju 2,1° ke posisi maju 3,15
° memiliki selisih bahan bakar sebanyak
5,4 ml. Perbedaan selisih tersebut terjadi
karena semakin tinggi putaran mesin
maka pemasukan bahan bakar ke ruang
bakar juga semakin cepat mengakibatkan
pemakaian bahan bakar semakin boros.
c. Untuk pemakaian bahan bakar pada rpm
4000 diambil dari rata – rata konsumsi
bahan bakar adalah terdapat bahan bakar
pada posisi standard yaitu 42,3 ml
kemudian bahan bakar yang di konsumsi
pada posisi maju 1,05° yaitu 52,3 ml,
Sedangkan pemakaian bahan bakar pada
posisi maju 2,1° yaitu 53,3 ml dan
pemakaian bahan bakar pada posisi maju
3,15 ° yaitu 57,3 ml. Maka selisih
pemakaian bahan bakar dari standard ke
posisi maju 1,05° memiliki selisih bahan
bakar sebanyak 10 ml, kemudian selisih
pemakaian bahan bakar dari posisi maju
1,05° ke posisi maju 2,1° memiliki selisih
bahan bakar sebanyak 1 ml, Sedangkan
dari posisi maju 2,1° ke posisi maju 3,15
° memiliki selisih bahan bakar sebanyak 4
ml. Perbedaan selisih tersebut terjadi
karena semakin tinggi putaran mesin
maka pemasukan bahan bakar ke ruang
bakar juga semakin cepat mengakibatkan
pemakaian bahan bakar semakin boros.
1. Dari hasil penelitian sesuai dengan grafik
4.1saat pemajuan pick up coil 2,1°maka
dapat dilihat sebagai berikut :
Untuk posisi putaran motor 2000 rpm
pemakaian bahan bakar 34,6 ml selama 5
menit pengujian atau 6,92 ml per menit
sedangkan untuk putaran 3000 rpm
konsumsi bahan bakar 42,6 ml selama 5
menit pengujian atau 8,52 per menit dan
putaran motor 4000 rpm pemakaian bahan
bakar 53,3 ml selama 5 menit pengujian atau
10.66 per menit. Dari data tersebut dapat
dilihat bahwa semakin tinggi putaran mesin
konsumsi bahan bakar semakin banyak.
Adapun selisih bahan bakar yang terdapat di
bawah ini adalah
a. Untuk pemakaian bahan bakar pada rpm
2000 diambil dari rata – rata konsumsi
bahan bakar adalah terdapat bahan bakar
pada posisi standard yaitu 30,3 ml
kemudian bahan bakar yang di konsumsi
pada posisi maju 1,05° yaitu 33 ml,
Sedangkan pemakaian bahan bakar pada
posisi maju 2,1° yaitu 34,6 mm dan
pemakaian bahan bakar pada posisi maju
3,15 ° yaitu 37 ml. Maka selisih pemakaian
bahan bakar dari standard ke posisi maju
1,05° memiliki selisih bahan bakar
sebanyak 2,7 ml, kemudian selisih
pemakaian bahan bakar dari posisi maju
1,05° ke posisi maju 2,1° memiliki selisih
bahan bakar sebanyak 1,6 ml, Sedangkan
dari posisi maju 2,1° ke posisi maju 3,15 ° memiliki selisih bahan bakar sebanyak 2,4
ml. Perbedaan selisih tersebut terjadi
karena semakin tinggi putaran mesin maka
pemasukan bahan bakar ke ruang bakar
10
Jurnal Sistem Informasi Kaputama (JSIK), Vol. 5, No. 1, Januari 2021 P - ISSN : 2548-9712
E - ISSN : 2685-5232
10
juga semakin cepat mengakibatkan
pemakaian bahan bakar semakin boros.
b.Untuk pemakaian bahan bakar pada rpm
3000 diambil dari rata – rata konsumsi
bahan bakar adalah terdapat bahan bakar
pada posisi standard yaitu 32,3 ml
kemudian bahan bakar yang di konsumsi
pada posisi maju 1,05° yaitu 41,6 ml,
Sedangkan pemakaian bahan bakar pada
posisi maju 2,1° yaitu 42,6 mm dan
pemakaian bahan bakar pada posisi maju
3,15 ° yaitu 48 ml. Maka selisih pemakaian
bahan bakar dari standard ke posisi maju
1,05° memiliki selisih bahan bakar
sebanyak 9,3 ml, kemudian selisih
pemakaian bahan bakar dari posisi maju
1,05° ke posisi maju 2,1° memiliki selisih
bahan bakar sebanyak 1 ml, Sedangkan
dari posisi maju 2,1° ke posisi maju 3,15 ° memiliki selisih bahan bakar sebanyak 5,4
ml. Perbedaan selisih tersebut terjadi
karena semakin tinggi putaran mesin maka
pemasukan bahan bakar ke ruang bakar
juga semakin cepat mengakibatkan
pemakaian bahan bakar semakin boros.
c. Untuk pemakaian bahan bakar pada rpm
4000 diambil dari rata – rata konsumsi
bahan bakar adalah terdapat bahan bakar
pada posisi standard yaitu 42,3 ml
kemudian bahan bakar yang di konsumsi
pada posisi maju 1,05° yaitu 52,3 ml,
Sedangkan pemakaian bahan bakar pada
posisi maju 2,1° yaitu 53,3 ml dan
pemakaian bahan bakar pada posisi maju
3,15 ° yaitu 57,3 ml. Maka selisih
pemakaian bahan bakar dari standard ke
posisi maju 1,05° memiliki selisih bahan
bakar sebanyak 10 ml, kemudian selisih
pemakaian bahan bakar dari posisi maju
1,05° ke posisi maju 2,1° memiliki selisih
bahan bakar sebanyak 1 ml, Sedangkan
dari posisi maju 2,1° ke posisi maju 3,15 ° memiliki selisih bahan bakar sebanyak 4
ml. Perbedaan selisih tersebut terjadi
karena semakin tinggi putaran mesin maka
pemasukan bahan bakar ke ruang bakar
juga semakin cepat mengakibatkan
pemakaian bahan bakar semakin boros.
2.Dari hasil penelitian sesuai dengan grafik
4.1saat pemajuan pick up coil 3,15°maka
dapat dilihat sebagai berikut :
Untuk posisi putaran motor 2000 rpm
pemakaian bahan bakar 37 ml per 5 menit
atau 7,4 ml per menit sedangkan untuk
putaran 3000 rpm konsumsi bahan bakar
48 ml/ 5 menit atau 9,6 per menit dan
putaran motor 4000 rpm pemakaian bahan
bakar 57,3 ml/5 menit atau 11,46 per
menit. Dari data tersebut dapat dilihat
bahwa semakin tinggi putaran mesin
konsumsi bahan bakar semakin banyak,
hal ini terjadi karena penyetelan pengapian
tidak benar.
a. Untuk pemakaian bahan bakar pada rpm
2000 diambil dari rata – rata konsumsi
bahan bakar adalah terdapat bahan bakar
pada posisi standard yaitu 30,3 ml
kemudian bahan bakar yang di konsumsi
pada posisi maju 1,05° yaitu 33 ml,
Sedangkan pemakaian bahan bakar pada
posisi maju 2,1° yaitu 34,6 mm dan
pemakaian bahan bakar pada posisi maju
3,15 ° yaitu 37 ml. Maka selisih pemakaian
bahan bakar dari standard ke posisi maju
1,05° memiliki selisih bahan bakar
sebanyak 2,7 ml, kemudian selisih
pemakaian bahan bakar dari posisi maju
1,05° ke posisi maju 2,1° memiliki selisih
bahan bakar sebanyak 1,6 ml, Sedangkan
dari posisi maju 2,1° ke posisi maju 3,15 ° memiliki selisih bahan bakar sebanyak 2,4
ml. Perbedaan selisih tersebut terjadi
karena semakin tinggi putaran mesin maka
pemasukan bahan bakar ke ruang bakar
juga semakin cepat mengakibatkan
pemakaian bahan bakar semakin boros.
b. Untuk pemakaian bahan bakar pada rpm
3000 diambil dari rata – rata konsumsi
bahan bakar adalah terdapat bahan bakar
pada posisi standard yaitu 32,3 ml
11
Jurnal Sistem Informasi Kaputama (JSIK), Vol. 5, No. 1, Januari 2021 P - ISSN : 2548-9712
E - ISSN : 2685-5232
11
kemudian bahan bakar yang di konsumsi
pada posisi maju 1,05° yaitu 41,6 ml,
Sedangkan pemakaian bahan bakar pada
posisi maju 2,1° yaitu 42,6 mm dan
pemakaian bahan bakar pada posisi maju
3,15 ° yaitu 48 ml. Maka selisih pemakaian
bahan bakar dari standard ke posisi maju
1,05° memiliki selisih bahan bakar
sebanyak 9,4 ml, kemudian selisih
pemakaian bahan bakar dari posisi maju
1,05° ke posisi maju 2,1° memiliki selisih
bahan bakar sebanyak 1 ml, Sedangkan
dari posisi maju 2,1° ke posisi maju 3,15 ° memiliki selisih bahan bakar sebanyak 5,4
ml. Perbedaan selisih tersebut terjadi
karena semakin tinggi putaran mesin maka
pemasukan bahan bakar ke ruang bakar
juga semakin cepat mengakibatkan
pemakaian bahan bakar semakin boros.
c. Untuk pemakaian bahan bakar pada rpm
4000 diambil dari rata – rata konsumsi
bahan bakar adalah terdapat bahan bakar
pada posisi standard yaitu 42,3 ml
kemudian bahan bakar yang di konsumsi
pada posisi maju 1,05° yaitu 52,3 ml,
Sedangkan pemakaian bahan bakar pada
posisi maju 2,1° yaitu 53,3 ml dan
pemakaian bahan bakar pada posisi maju
3,15 ° yaitu 57,3 ml. Maka selisih
pemakaian bahan bakar dari standard ke
posisi maju 1,05° memiliki selisih bahan
bakar sebanyak 10 ml, kemudian selisih
pemakaian bahan bakar dari posisi maju
1,05° ke posisi maju 2,1° memiliki selisih
bahan bakar sebanyak 1 ml, Sedangkan
dari posisi maju 2,1° ke posisi maju 3,15 ° memiliki selisih bahan bakar sebanyak 4
ml. Perbedaan selisih tersebut terjadi
karena semakin tinggi putaran mesin maka
pemasukan bahan bakar ke ruang bakar
juga semakin cepat mengakibatkan
pemakaian bahan bakar semakin boros.
4. KESIMPULAN
Dari hasil hasil penelitian yang telah
dilakukan sesuai dengan judul pengaruh
posisi pick up coil dengan putaran mesin
terhadap konsumsi bahan bakar pada mesin
150 cc. Maka ada beberapa kesimpulan yaitu
:
1.Bahanbakar yang dikonsumsi pada posisi
pick up coil maju1,05° sebanyak 6,6 ml per
menit dan pemakain bahan bakar pada
posisi mundur 1,05°sebanyak 4,52 ml
permenit, kemudianpemakaianbahanbakar
yang digunakanpadaposisi pick up coil
maju2,1°sebanyak 6,92 ml per
menitdanpemakaianbahanbakar yang
digunakanuntukposisi pick up coil
padaposisimundur2,1°sebanyak 6,44 ml per
menitsedangkanpemakaianbahanbakar
yang digunkanpadaposisi pick up coil
maju3,15° sebanyak 7,4 ml per menit dan
pemakaian bahanbakarpadaposisi pick up
coil mundur3,15° sebanyak 7,1 ml per
menit.
2.Konsumsibahanbakar yang digunakanpada
2000 rpm denganposisi pick up coil
standard adalah 6,06 ml, maju1,05° adalah
6,6 ml, 2,1°adalah 6,92 ml dan3,15° adalah
7,4ml.konsumsibahanbakar yang
digunkanpadaposisi pick up coil standard
adalah 6,06 ml,mundur1,05° adalah 4,52
ml, 2,1°adalah 6,44 ml dan3,15° adalah
7,1ml.
Konsumsi bahan bakar yang digunakan pada
3000 rpm dengan posisi pick up coil standard
adalah 6,46 ml, maju1,05° adalah 8,32 ml,
2,1°adalah 8,52 ml dan3,15° adalah 9,6 ml.
konsumsi bahan bakar yang digunkan pada
posisi pick up coil standard adalah 6,46 ml,
mundur1,05° adalah 6,4 ml, 2,1°adalah 8 ml
dan3,15° adalah 8,4 ml.
Konsumsi bahan bakar yang digunakan pada
4000 rpm dengan posisi pick up coil standard
adalah 8,46 ml,maju1,05° adalah 10,46 ml,
2,1° adalah 10,66 nml dan 3,15° adalah 11,46
ml. konsumsi bahan bakar yang digunkan
pada posisi pick up coil standard adalah 8,46
12
Jurnal Sistem Informasi Kaputama (JSIK), Vol. 5, No. 1, Januari 2021 P - ISSN : 2548-9712
E - ISSN : 2685-5232
12
ml,mundur1,05° adalah 7,4 ml, 2,1°adalah
8,46 ml dan3,15° adalah 9,06 ml.
5. SARAN
Peneliti memberikan saran yang
hendak diperhatikan oleh pembaca sebagai
bahan untuk melakukan perbaikan atau
pergantian pada pick up coil. Adapun saran
yang diberikan penulis adalah sebagai berikut
:
1.Gunakanlah komponen – komponen yang
telah ditentukan oleh pabrik pembuat mesin
dengan standard yang diijinkan dan
utamakanlah keselamatan kerja saat
melakukan penelitian.
2.Untuk mencapai kerja yang optimal pada
pembakaran maka hal – hal yang harus
dilakukan adalah melakukan perawatan,
pemeriksaan secara rutin dan mencari
penyebab – penyebab gangguan pada
sistem pengapian khususnya pick up coil (
pulser )
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Arif hidayatulah S.Pd, 2011, Sistem
Kelistrikan Mesin Pada Sepeda
Motor, Anggota IKAPI Nomor : 080
[2]. PT.Astra Honda Motor. 2003. Pedoman
Pemilik Sepeda Motor, Jakarta
[3]. Julius, 2009, Buku Kelistrikan Sepeda
Motor, Jakarta
[4]. https://id.scribd.com/doc/255659875 /
Pemeliharaan - Kelistrikan-Sepeda-
Motor
[5]. http://freecharz. blogspot. Com / 2014 /
01/ pengaruh-diameter-kawat-spul-
motor.html
[6]. http:// staffnew. uny.ac.id /upload/
132310888/ pendidikan /Modul
+Teknologi +Sepeda+
Motor+(OTO225-02)-+Pengisian.pdf
[7]. http:// teguhpati. blogspot.com /2012/09/
rumus - menentukan-diameter-
kabel.html