pengaruh reward and punishment terhadap …digilib.unila.ac.id/54908/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENGARUH REWARD AND PUNISHMENT TERHADAP PENCEGAHAN
FRAUD (WHISTLEBLOWING) DENGAN MOTIVASI SEBAGAI
VARIABEL INTERVENING
(Skripsi)
Oleh:
VECTRY TIFFANY
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2018
ABSTRACT
INFLUENCE OF REWARD AND PUNISHMENT ON PREVENTION
FRAUD (WHISTLEBLOWING) WITH MOTIVATION AS AN
INTERVENING VARIABLE
By
Vectry Tiffany
This study aims to examine the effect of reward and punishment on prevention
fraud (whistleblowing) with motivation as an intervening variable. The
independent variable used in this study is reward and punishment. While the
dependent variable used in this study is prevention fraud. This research also use
motivation as an intervening variable.
The population in this study is the manufactur companies in Lampung province.
Data collection techniques that used in this study was the questionnaire and
distributed to the participans of the study. The size of the sample of this study were
150 sample. Responden in this study were permanent employee in the finance
department companies of PT. Central Pertiwi Bahari and PT. Indolatex Jaya
Abadi. In this study, data analysis is used Structural Equation Modelling (SEM)
with based on variance Partial Least Square (PLS).
The results of this study showed that the variable of reward and punishment has
signifficant to the variable of prevention fraud which is not fully intervening by
motivation. Motivation greatly affects the reward and punishment given to the
employees to prevent fraud in a company and motivation cannot intervene in all the
variables.
Keywords : Reward and Punishment, Prevention Fraud, Whistleblowing,
Motivation.
ABSTRAK
PENGARUH REWARD AND PUNISHMENT TERHADAP PENCEGAHAN
FRAUD (WHISTLEBLOWING) DENGAN MOTIVASI SEBAGAI
VARIABEL INTERVENING
Oleh
Vectry Tiffany
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh reward dan punishment terhadap
pencegahan fraud (whistleblowing) dengan motivasi sebagai variabel intervening.
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah reward dan
punishment. Sedangkan variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pencegahan fraud. Penelitian ini juga menggunakan variabel intervening
yaitu motivasi.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang ada di provinsi
Lampung. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan kuesioner yang disebarkan kepada partisipan penelitian. Total sampel
dalam penelitian ini sebanyak 150 sampel. Responden dalam penelitian ini adalah
karyawan tetap bagian keuangan perusahaan PT. Central Pertiwi Bahari dan PT.
Indolatex Jaya Abadi. Pada penelitian ini, analisis data yang digunakan yaitu model
persamaan struktural (SEM) berbasis varians (PLS).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel reward dan punishment
berpengaruh terhadap variabel pencegahan fraud yang di intervening tidak secara
penuh oleh motivasi. Motivasi sangat mempengaruhi reward dan punihment yang
diberikan kepada karyawan untuk mencegah terjadinya fraud dalam suatu
perusahaan dan motivasi tidak dapat mengintervening keseluruhan variabelnya.
Kata Kunci: Reward and Punishment, Pencegahan Fraud, Whistleblowing,
Motivasi.
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Vectry Tiffany
NPM : 1341031051
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ PENGARUH REWARD
AND PUNISHMENT TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD
(WHISTLEBLOWING) DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL
INTERVENING” telah ditulis dengan sungguh-sungguh dan merupakan hasil
karya sendiri. Dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan
orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk
rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukan gagasan atau pendapat atau
pemikiran dari penulis lain yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan yang saya
salin, atau saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan penulis
aslinya. Acuan dari skripsi ini secara tertulis disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya
sanggup menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.
Bandar Lampung, 5 Desember 2018
Penulis
Vectry Tiffany
NPM 1341031051
PENGARUH REWARD AND PUNISHMENT TERHADAP PENCEGAHAN
FRAUD (WHISTLEBLOWING) DENGAN MOTIVASI SEBAGAI
VARIABEL INTERVENING
Oleh
VECTRY TIFFANY
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Vectry Tiffany lahir di Pondok Gede, Bekasi pada tanggal 18
Maret 1995, merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan
Maruahal Lumban Gaol dan Pesta Christiana Simare-mare. Penulis memulai
pendidikan Sekolah Dasar SDN Wachyuni Mandira dan tamat pada tahun 2006,
semasa SD penulis aktif dalam kegiatan di bidang tari dan menyanyi. Kemudian
pada tahun selanjutnya penulis meneruskan pendidikannya di SMP Xaverius 4
Way Halim dan selesai pada tahun 2009. Selanjutnya pada tahun 2009 sampai
tahun 2013 penulis menempuh pendidikan di SMA Fransisikus. Selama SMA,
penulis aktif dalam organisasi akuntansi.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SBMPTN) pada tahun 2013. Penulis mengikuti kegiatan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) periode Januari 2016 di Desa Penawar Rejo, Kecamatan Banjar
Margo, Tulang Bawang. Selama menjalani perkuliahan, penulis terdaftar menjadi
anggota aktif HIMAKTA.
PERSEMBAHAN
Karya ini ku persembahkan kepada :
Kedua orang tua yang saya cintai dan sayangi Maruahal Lumban Gaol dan Pesta
Christiana Simare-mare yang selalu penuh kasih dan cinta dalam membesarkan
saya. Terimakasih sudah berjuang menyekolahkan saya hingga perguruan tinggi.
Terimakasih atas doa, nasihat, semangat dan motivasi yang selalu diberikan tanpa
henti untuk saya. Terimakasih kepada adik saya Armando Nathaniel Marsusun
Lumban Gaol yang selalu mendoakan kesuksesan saya. Terimakasih untuk
keluarga kecil saya Akhsanul Akhlak dan anakku Daud Zion Immanuel yang
selalu memberikan semangat dan kebahagiaan. I will not be able to achieve all of
this without your support.. Almamater saya tercinta, Jurusan Akuntansi, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung.
MOTTO
“Lakukanlah kewajibanmu dengan setia terhadap Tuhan, Allahmu,
dengan hidp menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, dan dengan tetap
mengikuti segala ketetapan, perintah, peraturan dan ketentuan-Nya,
seperti yang tertulis dalam hukum Musa, supaya engkau beruntung
dalam segala yang kaulakukan dan dalam segala yang kautuju.”
(1 Raja-Raja 2:3)
“Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab daripada-Nya lah
harapanku”
(Mazmur 62:5)
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat dan
kesempatan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“PENGARUH REWARD AND PUNISHMENT TERHADAP
PENCEGAHAN FRAUD (WHISTLEBLOWING) DENGAN MOTIVASI
SEBAGAI VARIABEL INTERVENING” sebagai salah satu syarat mencapai
gelar Sarjana Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung.
Dalam proses penyelesaian skripsi, penulis mendapat bimbingan dan arahan dari
berbagai pihak. Sehingga pada kesempatan ini penulis dengan kerendahan hati
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E, M.si. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Farichah, S.E., M.Si., Akt. selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung.
3. Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E., M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung.
4. Bapak Yuliansyah, S.E, M.S.A, Ph.D, Akt. selaku Dosen Pembimbing
Utama atas kesediaan waktu, bimbingan, saran, nasihat dan pengalaman
untuk pembelajaran diri yang telah diberikan selama proses penyelesaian
skripsi ini.
5. Ibu Yenni Agustina, S.E., M.Si., Akt. selaku Dosen Pembimbing Kedua
atas kesediaan waktu, bimbingan, saran, nasihat dan pengalaman untuk
pembelajaran diri yang telah diberikan selama proses penyelesaian skripsi
ini.
6. Bapak Kiagus Andi, S.E., M.Si., Akt. CA. selaku Dosen Penguji Utama
yang telah memberikan masukan, nasihat, saran yang membangun serta
disukusi yang bermanfaat mengenai pengetahuan untuk penyempurnaan
skripsi ini.
7. Bapak Pigo Nauli, S.E., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberikan bimbingan, masukan, arahan dan nasihat yang diberikan
selama masa perkuliahan.
8. Seluruh Bapak/Ibu Dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan, serta
pembelajaran selama penulis menempuh pendidikan di Universitas
Lampung.
9. Seluruh staff karyawan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung, Mbak Tina, Pak Sobari, Mas Ferry, Mpok Nurul Aini, Mba
Diana, Mas Nanang, Mas Yana, Mas Yogi, Mas Ruli, Mas Leman dan
Kiyay atas bantuan dan pelayanannya selama penulis menempuh
pendidikan di Universitas Lampung.
10. Kedua orangtua yang ku kasihi dan cintai, Bapak Maruahal Lumban Gaol
dan Ibu Pesta Christiana Simare-mare, terimakasih atas semua kasih dan
sayang serta perjuangan yang tiada henti dalam menyekolahkan saya
hingga ke perguruan tinggi.
11. Untuk adikku tersayang Armando Nathaniel Marsusun Lumban Gaol yang
selalu mendoakan kesuksesan saya dalam menyusun skripsi ini.
12. Keluarga kecilku yang sangat ku cintai, suamiku Akhsanul Akhlak dan
anakku tersayang Daud Zion Immanuel.
13. Sahabat-sahabat yang ku sayangi “Baby Bala-bala”, Marie Rebecca,
Kartini Elizabeth, Tan Yohanna dan teruntuk Tessa Theresia terimakasih
atas waktu dan doa yang diberikan dalam penyusunan skripsi ini. See you
on top guys;
14. Sahabat-sahabat tercinta “CCS”, Diska Amalia, Lathifa Meisya dan Ratu
Derry Yusrina Sari yang selalu memberikan tawa dan canda serta
semangat dalam menyusun skripsi ini. Me love you so much;
15. Teman-teman Akuntansi 2013 yang tidak dapat disebutkan namanya satu
persatu, terimakasih selama ini telah mendukung penulis dengan hadir
dalam seminar dan sidang yang dihadapi oleh penulis.
Demikianlah, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat sebagai sumber
informasi dan literatur bagi penulisan karya ilmiah selanjutnya.
Bandar Lampung, 18 Desember 2018
Penulis,
Vectry Tiffany
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .............................................................................. ...............................i
DAFTAR TABEL ..................................................................... ...............................v
DAFTAR GAMBAR .................................................................... ..........................vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................ .............................vii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................5
C. Tujuan Penelitian..............................................................................................6
D. Manfaat Penelitian............................................................................................6
II. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................8
A. Landasan Teori.................................................................................................8
1. Reward.........................................................................................................8
2. Punishment.................................................................................................10
3. Pencegahan Fraud.....................................................................................12
4. Whistleblowing...........................................................................................16
5. Motivasi.....................................................................................................18
6. Teori Pengukuhan (Reinforcement)...........................................................22
B. Penelitian Terdahulu.......................................................................................24
ii
C. Kerangka Pemikiran.....................................................................................26
D. Hipotesis Penelitian......................................................................................27
1. Hubungan Reward terhadap Pencegahan Fraud......................................27
2. Hubungan Punishment terhadap Pencegahan Fraud...............................28
3. Hubungan Reward terhadap Motivasi......................................................29
4. Hubungan Punishment terhadap Motivasi.............................................29
5. Hubungan Motivasi memediasi Reward and Punishment
terhadap Pencegahan Fraud.......................................................................30
III. METODOLOGI PENELITIAN..................................................................31
A. Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................................31
B. Populasi dan Sampel.....................................................................................31
1. Populasi....................................................................................................31
2. Sampel......................................................................................................32
C. Jenis dan Sumber Data..................................................................................32
1. Jenis Data.................................................................................................32
2. Sumber Data.............................................................................................32
D. Definisi Operasional.....................................................................................33
1. Variabel Independen ................................................................................34
2. Variabel Dependen...................................................................................34
3. Variabel Intervening................................................................................34
E. Instrumen Penelitian.....................................................................................35
F. Metode Analisis Data...................................................................................36
1. Pengujian Kualitas Data...........................................................................37
a. Uji Validitas.......................................................................................37
iii
b. Uji Reabilitas.....................................................................................38
2. Pengukuran Struktural Model..................................................................38
3. Pengujian Hipotesis.................................................................................38
IV. PEMBAHASAN..........................................................................................40
A. Analisis Deskriptif Data dan Responden......................................................40
B. Demografi Responden..................................................................................41
C. Analisis Data.................................................................................................42
1. Model Pengukuran...................................................................................42
2. Uji Reabilitas...........................................................................................42
3. Uji Validitas.............................................................................................43
a. Uji Validitas Konvergen....................................................................43
b. Uji Validitas Diskriminan..................................................................43
4. Pengukuran Struktural Model..................................................................45
D. Pengujian Hipotesis......................................................................................47
1. Hipotesis 1...............................................................................................47
2. Hipotesis 2...............................................................................................48
3. Hipotesis 3...............................................................................................49
4. Hipotesis 4...............................................................................................50
5. Hipotesis 5...............................................................................................51
V. KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................54
A. Simpulan.......................................................................................................54
B. Implikasi.......................................................................................................55
iv
C. Keterbatasan Penelitian................................................................................55
D. Saran.............................................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Skor Skala Likert dengan Pertanyaan Positif....................................................35
2. Skor Skala Likert dengan Pertanyaan negatif...................................................35
3. Kisi – kisi Instrumen Penelitian........................................................................36
4. Persentase Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner......................................40
5. Deskriptif Data..................................................................................................40
6. Deskriptif Responden........................................................................................41
7. Parameter Model Pengukuran Data menggunakan PLS...................................42
8. Quality Criteria.................................................................................................42
9. Quality Criteria (AVE).....................................................................................43
10. Cross Loading...................................................................................................43
11. Fornell – Larcker Correlation..........................................................................45
12. Pengukuran Struktural Model...........................................................................46
13. Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values)..................................................46
14. Rangkuman Hasil Hipotesis..............................................................................53
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Model Kerangka Pemikiran...............................................................................27
2. Path Analysis.....................................................................................................45
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran 1: Kuesioner Penelitian
Lampiran 2: Model dan Indikator dengan PLS Algoritma sebelum RUN
Lampiran 3: Construct Reability dan Validity
Lampiran 4: Model Pengukuran dan Indikator dengan PLS Algoritma setelah
RUN
Lampiran 5: Model Pengukuran dan Indikator dengan PLS Algoritma setelah
Boothstrapping
Lampiran 6: Surat Izin Penelitian di PT. Indolatex Jaya Abadi dari Universitas
Lampung Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Lampiran 7: Surat Izin Penelitian di PT. Centralpertiwi Bahari dari Universitas
Lampung Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Lampiran 8: Surat balasan dari PT. Indolatex Jaya Abadi
Lampiran 9: Surat balasan dari PT. Central Pertiwi Bahari
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecurangan (Fraud) selalu saja terjadi di berbagai belahan dunia. Dalam dunia
akuntansi kecurangan tentunya juga dapat terjadi. Dunia akuntansi yang kian
berkembang tidak hanya membawa pengaruh yang baik untuk masyarakat, namun
juga membawa pengaruh yang buruk, seperti masalah kecurangan yang semakin
merajalela di berbagai sendi kehidupan. Kecurangan dalam dunia akuntansi sendiri
pada umumnya disebabkan oleh adanya dorongan untuk memanfaatkan
kesempatan. Tetapi tidak banyak pula kecurangan terjadi atas adanya tekanan dari
berbagai pihak untuk melakukan kecurangan yang terstruktur.
Fraud sendiri merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara sengaja dan hal
tersebut dilakukan untuk tujuan pribadi atau orang lain yang menyebabkan
kerugian kepada lingkungan sekitarnya. Kecurangan mencakup tindakan illegal
yang sengaja dilakukan, lalu disembunyikan, dan memperoleh manfaat dengan
melakukan pengubahan bentuk menjadi uang kas atau barang berharga lainnya.
Tindakan ini dilakukan baik secara internal maupun eksternal, secara sengaja dan
disembunyikan.
2
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI, 2007) menyatakan
bahwa kecurangan akuntansi adalah suatu tindakan yang secara sengaja dilakukan
meski bertentangan dengan hukum yang berbentuk penipuan pada pihak lain guna
memperoleh suatu hasil tertentu.
Kasus-kasus kecurangan akuntansi yang mendunia seperti skandal Enron,
Worldcom, dan KPMG di Amerika Serikat pada abad ke-21 telah mempengaruhi
persepsi para pengguna terhadap keandalan laporan keuangan (Merdikawati, 2012).
Dalam kasus-kasus tersebut sudah terbukti bahwa kunci permasalahan terletak pada
profesi akuntan. Salah satu kasus yang berdampak besar untuk masyarakat adalah
kasus Enron. Kasus ini terjadi pada tahun 2001, Enron yang merupakan perusahaan
terkemuka dibidang listrik, gas alam, bubur kertas, kertas, dan komunikasi di
Amerika Serikat terbukti melakukan Window Dressing atau memanipulasi angka-
angka laporan keuangan dengan tujuan untuk memanipulasi kinerja perusahaan.
Kasus kecurangan di Indonesia sendiri paling banyak terdapat dalam perusahaan
manufaktur. Kasus tersebut terjadi pada PT. Ades Alfindo, dimana perusahaan
tersebut ditemukan karena adanya inkonsistensi pencatatan atas penjualan periode
2001-2004. Sebelumnya pada Juni 2004 terjadi perubahan manajemen di PT. Ades
dengan masuknya Warer Partners Bottling Co. (perusahaan gabungan The Coca-
Cola Company dengan Nestle SA) dengan kepemilikan saham sebesar 65,07%.
Pemilik baru inilah yang berhasil menemukan inkonsistensi pencatatan dalam
laporan keuangan periode 2001-2004 yang dilakukan oleh manajemen lama.
Kemudian kasus kecurangan lain terjadi pada PT. Kimia Farma Tbk. Dimana kasus
ini dapat terjadi karena dimotivasi oleh keinginan pihak direksi untuk menaikkan
laba. Kasus ini bermula dari penyelidikan oleh Bapepam yang kemudian
3
menemukan adanya kesalahan dalam penyajian laporan keuangannya, yaitu berupa
kesalahan dalam penilaian persediaan barang jadi dan kesalahan pencatatan
penjualan. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa informasi kandungan laba yang
disajikan PT. Kimia Farma Tbk. pada saat itu berkualitas rendah.Beberapa kasus
diatas menunjukkan bahwa praktik manipulasi yang terjadi di perusahaan bukanlah
hal yang baru.
Merdikawati (2012) menyebutkan bahwa terdapat tiga faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya Fraud, yaitu :
1. Tekanan situasional (situational pressures) adalah tekanan dari pihak
manajemen untuk melakukan kecurangan.
2. Kesempatan untuk melakukan Fraud (oppurtunities to commit fraud)yang
berarti terdapat situasi di dalam suatu perusahaan untuk melakukan
kecurangan.
3. Integritas personal (personal intergrity/character) yaitu bahwa para pelaku
Kecurangan Akuntansi dapat merasionalisasikan aksi ketidakjujuran
mereka dengan menganggap perbuatannya masih dapat diterima.
Di indonesia kecurangan akuntansi ini juga banyak terjadi dalam level perusahaan.
Dengan semakin maraknya kasus Fraud dalam suatu organisasi atau perusahaan,
maka tentu saja akan tercipta lingkungan kerja yang tidak kondusif dan sangat
merugikan pihak – pihak tertentu. Oleh sebab itu harus adanya tindakan untuk
menghindari atau mengurangi terjadinya tindakan Fraud ini. Buruknya sistem
manajemen dalam suatu perusahaan juga tentunya mempunyai pengaruh yang
besar terhadap kecurangan. Kegagalan mencegah dan mendeteksi kecurangan
mempunyai konsekuensi serius bagi suatu perusahaan. Kerugian dari kecurangan
4
akuntansi sendiri juga membuat turunnya akuntabilitas manajemen. Dimana hal
tersebut menyebabkan para pemegang saham meningkatkan biaya monitoring
terhadap manajemen.
Adanya pengendalian sistem manajemen yang tepat diharapkan peneliti dapat
membuat dampak baik bagi perusahaan dengan mengurangnya kecurangan yang
terjadi dalam suatu perusahaan. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Yuniarti dan Apandi, 2011). Menurut mereka diperlukannya
dukungan oleh manajemen puncak untuk melakukan pembahasan isu – isu yang
dapat digunakan sebagai alat atau upaya dalam pencegahan Fraud. Shanikat, dkk.
(2014) juga menyatakan terdapat 16 tindakan untuk mencegah Fraud. Salah
satunya dalam penelitian ini nantinya akan memasukan penerapan Reward and
Punishment yang tepat dalam suatu organisasi atau perusahaan.
Defenisi Reward and Punishment sendiri adalah merupakan feed back atau
pembalasan dari apa yang seorang karyawan lakukan. Seperti halnya seorang
karyawan akan mendapatkan hadiah, komisi, atau bonus ketika melakukan sebuah
prestasi. Begitupun sebaliknya apabila seorang karyawan melakukan tindakan yang
dapat merugikan perusahaan, maka karyawan tersebut akan mendapat sanksi
ataupun hukuman dari perusahaan sesuai kebijakan yang mereka berikan.
Kecurangan dapat terjadi dikarenakan adanya motivasi dalam diri mereka
(Albrecht, dkk. 1984). Hal tersebut dikarenakan adanya perangsang untuk
melakukan kecurangan, rasionaliasi membenarkan perilaku curang tersebut, dan
adanya peluang untuk melakukan kecurangan.
5
Untuk memotivasi karyawan agar dapat meningkatkan produktifitasdan dapat
memotivasi kerja para karyawan dibutuhkan sebuah reward. Namun juga terdapat
karyawan yang tidak terlecut dengan adanya reward namun mereka akan
termotivasi setelah mendapat sebuah punishment berkat dia yang telah melakukan
kesalahan ringan maupun berat (Pratama, 2008).
Disamping itu, perusahaan manufaktur dipilih sebagai objek dalam penelitian ini
dikarenakan sesuai dengan fakta yang dijelaskan bahwa perusahaan manufaktur
cenderung memiliki tingkat kecurangan yang tinggi dari kasus – kasus yang ada.
Perusahaan manufaktur lebih mendominasi kecurangan dibandingkan dengan
perusahaan lain.
Dengan itu penulis bermaksud melakukan penelitian mengenai pengaruh
penanaman Reward and Punishment dalam suatu organisasi dengan judul :
Pengaruh Reward and Punishment Terhadap Pencegahan Fraud
(Whistleblowing) dengan Motivasi sebagai Variabel Intervening.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti dapat merumuskan
beberapa masalah yaitu sebagai berikut :
1. Bagimana pengaruh Reward terhadap Pencegahan Kecurangan (Fraud)?
2. Bagaimana pengaruh Punishment terhadap Pencegahan Kecurangan (Fraud)?
3. Bagaimana pengaruh Motivasi terhadap Pencegahan Kecurangan (Fraud)?
4. Bagaimana Motivasi memediasi pengaruh Reward and Punishment terhadap
Pencegahan Kecurangan (Fraud)?
6
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris yaitu
mengenai :
1. Untuk mengetahui pengaruh Reward terhadap Pencegahan Fraud.
2. Untuk mengetahui pengaruh Punishment terhadap Pencegahan Fraud.
3. Untuk mengetahui pengaruh Reward and Punishment terhadap Pencegahan
Fraud yang dimediasi oleh Motivasi.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber referensi dan sebagai sumbangan
konseptual bagi penelitian selanjutnya khususnya di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Lampung.
b. Hasil penelitian dapat memperkuat penelitian sebelumnya yang berkaitan
dengan masalah Kecurangan Akuntansi (Fraud).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Lembaga Pendidikan
Sebagai bahan evaluasi dan pertimbangan dalam mengajarkan norma –
norma ataupun etika profesi. Sehingga untuk kedepannya kecurangan dapat
terhindari guna membentuk budaya anak didik untuk lebih baik
kedepannya.
7
b. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam menyikapi
kasus Kecurangan Akuntansi serta sebagai sarana untuk menambah
pengetahuan akuntansi.
c. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan mahasiswa dalam
penelitian selanjutnya serta membantu mahasiswa dalam meningkatkan
pemahamannya berkaitan dengan ilmu akuntansi dan penerapannya dalam
kasus – kasus yang terjadi.
d. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan untuk lebih
memperhatikan pengendalian manajemen dalam perusahaan mereka agar
Kecurangan Akuntansi dapat dicegah, yaitu salah satunya dengan
menerapkan Reward and Punishment.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Reward
Reward merupakan sebagai bentuk apresiasi usaha untuk mendapatkan tenaga kerja
yang profesional sesuai dengan tuntutan jabatan diperlukan suatu pembinaan yang
berkesimbangan, yaitu suatu usaha kegiatan perencanaan, pegorganisasian,
penggunaan, dan pemeliharaan tenaga kerja agar mampu melaksanakan tugas
dengan efektif dan tentunya efesien.
Menurut Nurmayati (2011) reward adalah ganjaran, hadiah, penghargaan, atau
imbalan. Sedangkan Handoko (2000) berpendapat bahwa terdapat beberapa fungsi
reward yaitu memperkuat motivasi untuk memacu diri agar mencapai prestasi,
memberikan tanda bagi seseorang yang memiliki kemampuan lebih, dan bersifat
universal.
Reward manajemen ialah mengenai bagaimana orang – orang diberi penghargaan
sesuai dengan nilai – nilai mereka dalam suatu organisasi. Retnowati (2001)
menyatakan bentuk dari strategi reward dapat berupa financial reward dan
nonfinancial reward. Reward yang diberikan suatu organisasi kepada karyawan
9
merupakan kebijakan organisasi tersebut, yang proses pembuatan dan prakteknya
terhadap karyawan dibuat sesuai dengan nilai – nilai kontirbusi, skill, dan
kompetensi mereka terhadap organisasi. Financial reward meliputi gaji tetap dan
komponen gaji lain serta benefit, yang keduanya diberikan seluruhnya dalam
pembayaran. Sedangkan nonfinancial reward merupakan bentuk penghargaan,
pemberian wewenang, juga kesempatan untuk berkembang, serta peningkatan
kemampuan berupa pelatihan dan pengembangan melalui sekolah kembali.
Ivancevich, dkk. (2007:227) mengemukakan bahwa dalam mengembangkan dan
mendistribusikan sebuah penghargaan (reward) diperlukannya beberapa
pertimbangan yaitu :
1. Penghargaan yang tersedia harus mencukupi kebutuhan dasar manusia yaitu
mencakup makanan, tempat tinggal, dan pakaian.
2. Individu akan cenderung membandingkan penghargaan yang diterima oleh
orang lain. Proses pembandingan ini merupakan upaya individu dalam
mepersepsikan keadilan dalam memperoleh penghargaan.
3. Proses dimana penghargaan didistribusikan seharusnya dipersepsikan sebagai
proses yang adil. Hal ini akan meminimalkan persepsi bias dalam mensistem
penghargaan.
4. Manajer yang mendistribusikan penghargaan harus memahami perbedaan setiap
individu yang dibawahinya. Tujuannya agar penghargaan diberikan secara
efektif.
Reward menjadi salah satu motivasi pekerja dalam melakukan pekerjaannya.
Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Cleland menyatakan bahwa motivasi
dasar manusia ada tiga yaitu: kebutuhan akan kekuasaan, kebutuhan akan
10
berafiliasi, dan kebutuhan akan berprestasi (Nurmiyati, 2011). Berikut merupakan
instrumen dari reward :
1) Promosi Jabatan
2) Pengembangan Karir
3) Kompensasi dan Imbalan
4) Insentif
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Yuliansyah, dkk. (2018) mengatakan bahwa
karyawan yang selalu dihargai dan diberikan penghargaan akan merasa siap untuk
menghabiskan waktu, kemampuan dan keterampilan yang dia miliki untuk
perusahaan. Sehingga dapat dinyatakan bahwa adanya dorongan motivasi
karyawan apabila suatu perusahaan tersebut lebih menghargai kinerja dan
memberikan penghargaan terhadap karyawan yang berprilaku baik.
2. Punishment
Punishment adalah hukuman yang diberikan karena adanya pelanggaran terhadap
yang berlaku, dalam kata lain punishment juga dapat diartikan sebagai penderitaan
yang ditimbulkan atau diberikan dengan sengaja oleh seseorang sesudah terjadi
suatu pelanggaran, kejahatan, atau kesalahan (Purwanto, 1993:186). Sanksi atau
punishment dapat diberikan berupa teguran, surat peringatan, skorsing, dan bahkan
pemberhentian atau pemutusan hubungan kerja.
Ivancevich, dkk. (2007:224) berpendapat bahwa punishment merupakan suatu
konsekuensi yang tidak menyenangkan atau tidak diinginkan yang diberikan oleh
atasan atas suatu perilaku tertentu yang telah dilakukan, dengan kata lain
punishment jika digunakan secara efektif dapat menekan perilaku karywan dalam
organisasi atau perusahaan. Tujuan dari diterapkannya sebuah punishment kepada
11
karyawan dalam perusahaan adalah untuk menimbulkan rasa yang tidak
menyenangkan dalam perasaan seseorang agar seseorang tersebut tidak membuat
suatu hal yang jahat.
Mangkunegaran (2013:131) berpendapat bahwa pelaksanaan sanki atau punishment
terhadap seorang karyawan yang melakukan pelanggaran yaitu dengan memberikan
peringatan, harus segera, konsisten, dan impersonal.
1) Pemberian peringatan
Pegawai yang melakukan pelanggaran harus diberikan surat peringatan.
Pemberian surat peringatan ini bertujuan agar pegawai tersebut menyadari
perbuatannnya dan dan dapat pula sebagai bahan pertimbangan dalam
penilaian pegawai.
2) Pemberian sanski harus segera
Pegawai yang melakukan pelanggaran harus segera diberika sanksi oleh
organisasi sesuai dengan peraturan yang telah dibuat. Tujuannya adalah agar
pelanggar mengetahui sanksi pelanggaran yang berlaku, karena apabila
perusahaan lalai dalam memeberikan sanksi ini maka akan memperlemah
kedisiplinan yang ada dan dapat memberikan peluang bagi pelanggar untuk
mengabaikan peraturan yang ada.
3) Pemberian sanksi harus konsisten
Tujuan dari kekonsistenan pemeberian sanksi ini adalah agar pegawai
menghargai dan menyadari peraturan – peraturan yang ada di dalam
perusahaan. Inkonsistensi pemeberian sanksi nantinya akan mengakibatkan
perasaan diskriminasi, ringannya sanksi, dan pengabaian disiplin.
12
4) Pemberian sanksi harus impersonal
Setiap pelanggaran harus diberikan sanksi sesuai dengan peraturan perusahaan
tanpa membeda – bedakan setiap pegawai. Tujuannya agar pegawai menyadari
bahwa peraturan dalam perusahaan berlaku untuk semua pegawai.
Rivai dan Sagala (2009:831) menyatakan terdapat beberapa tingkat dan jenis
punishment yang umumnya berlaku dalam sebuah perusahaan atau organisasi
adalah :
1) Hukuman ringan, dengan jenis :
a) Teguran lisan kepada pegawai yang bersangkutan
b) Teguran tertulis
c) Pernyataan tidak puas secara tidak tertulis
2) Hukuman sedang, dengan jenis :
a) Penundaan kenaikan gaji
b) Penurunan gaji
c) Penundaan kenaikan pangkat
3) Hukuman berat, dengan jenis :
a) Penurunan pangkat atau demosi
b) Pembebasan dari jabatan
c) Pemberhentian
d) Pemecatan
3. Pencegahan Fraud
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) berpendapat bahwa Fraud
merupakan perbuatan melawan hukum yang dilakukan secara sengaja dengan
tujuan tertentu seperti mainpulasi, memberikan laporan yang keliru atau bentuk
perbuatan lain yang dilakukan oleh pihak tertentu baik dari dalam organisasi
maupun yang dari luar organisasi.
13
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) dalam Tuanakotta (2007)
menggambarkan occupational fraud dalam bentuk fraud tee. Occupational Fraud
mempunyai tiga cabang utama yaitu :
a. Korupsi (Corruption)
Sumarwani (2011) menyatakan korupsi adalah kerusakan atau kebobrokan,
yang artinya menunjukkan keadaan atau perbuatan buruk dan disangkutkan
pada ketidakjujuran seseorang terhadap keuangan. Korupsi dalam konteks
pembahasan ini adalah konflik kepentingan, suap, pemberian ilegal, dan
pemerasan.
1. Konflik kepentingan terjadi ketika karyawan, manajer, dan eksekutif suatu
organisasi atau perusahaan memiliki kepentingan pribadi terhadap
transasksi yang bertujuan untuk menambah keuntungan pribadi dan
berdampak merugikan terhadap perusahaan.
2. Suap merupakan penawaran, pemberian, penerimaan/permohonan sesuatu
dengan tujuan untuk mempengaruhi pembuat keputusan dalam membuat
keputusan bisnis yang berdampak pada keuntungan pribadi.
3. Pemberian ilegal hampir sama dengan suap, tetapi pemberian ilegal ini
bukan untuk mempengaruhi keputusan bisnis, melainkan hanya sebuah
permainan. Orang yang memiliki pengaruh akan diberikan hadiah yang
mahal atas pengaruh yang dia berikan dalam kesepakatan bisnis. Hadiah ini
akan diberikan setelah kesepakatan selesai.
4. Pemerasan dalam hal ini adalah pemerasan secara ekonomi, yang pada
dasarnya merupakan lawan dari suap. Contohnya, penjual menawarkan
untuk memberi suap/hadiah pada pembeli yang memesan produk dari
perusahaan.
14
b. Penyalahgunaan Aset
Maksud dari penyalah gunaan aset adalah pengambilan aset perusahaan secara
ilegal atau tidak sah dan melawan hukum. Fraud dalam penyalahgunaan aset
dapat berupa :
1) Lapping, merupakan perbuatan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan
dengan menggunakan uang yang didapatkan dari hasil tagihan piutang. Uang
tersebut tidak disetorkan pada perusahaan terlebih dahulu namun digunakan
untuk kepentingan pribadi karyawan. Pada saat ada pembayaran piutang
berikutnya, uang akan disetorkan kepada perusahaan seakan-akan merupakan
hasil pembayaran dari piutang sebelumnya.
2) Kitting atau penggelapan dana, dimana adanya bentuk penggelembungan
dana, atau adanya dana mengambang. Dana mengambang adalah dana yang
ditarik dari suatu bank, kemudian disetorkan ke bank lainnya, ditarik lagi dan
disetorkan lagi, begitu dan seterusnya. Bergerak dan terus menerus bergerak
sehingga tidak berhenti pada satu bank saja. Dana yang dimaksud dalam
kecurangan ini adalah dana perusahaan.
3) Skimming atau penjarahan, dimana uang dijarah sebelum dicatatdalam
pembkuan perusahaan. Dengan kata lain, dana diambil sebelum adanya
pembukuan.
c. Kecurangan Laporan Keuangan
Fraud laporan keuangan adalah bentuk kecurangan yang dilakukan oleh
manajemen dalam bentuk salah saji material laporan keuangan yang
merugikan investor dan kreditor. Pembuatan laporan keuangan dilakukan oleh
manajemen perusahaan. Hal ini dapat menyebabkan adanya dorongan untuk
menyajikan laporan keuangan yang sengaja dibuat terlihat baik untuk
15
mendapatkan sinyal positif dari investor dan kreditor sehingga tertarik
menanamkan modal. Menurut Gusnardi (2013) kecurangan jenis ini dapat
dikategorikan dalam :
1) Timing difference, mencatat waktu transaski berbeda atau lebih awal dari
waktu transaksi yang sebenarnya.
2) Fictitious revenues, menciptakan pendapatan yang sebenarnya tidak terjadi.
3) Cancealed liabilities and expense, yaitu menyembunyikan kewajiban-
kewajiban perusahaan agar laporan keuangan perusahaan tersebut terlihat
bagus.
4) Improper disclosure, yaitu perusahaan tidak melakukan pengungkapan atas
laporan keuangan secara cukup dengan maksud menyembunyikan
kecurangan-kecurangan yang terjadi.
5) Improper asset valuation, penilaian yang tidak wajar atau tidak sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berterima umum atas aset perusahaan dengan
tujuan untuk meningkatkan pendapatan dan menurunkan biaya.
Santoso dan Pambelum (2008) menyatakan ada beberapa tujuan dan cara
pencegahan Fraud yaitu dengan menghilangkan sebab – sebab munculnya
kecurangan, yaitu kecurangan akan terjadi apabila :
1) Pengendalian intern tidak ada atau lemah atau dilakukan dengan longgar atau
tidak efektif.
2) Pegawai dipekerjakan tanpa memikirkan kejujuran dan integritas mereka.
3) Pegawai diatur, dieksploitasi dengan tidak baik, disalahgunakan atau
ditempatkan dengan tekanan yang besar untuk mencapai sasaran dan tujuan
keuangan.
16
4) Model manajemen melakukan kecurangan, tidak efesien atau tidak efektif serta
tidak taat kepada hukum dan peraturan yang berlaku.
5) Pegawai yang dipercaya memiliki masalah pribadi yang harus dipecahkan,
biasanya masalah keuangan, masalah kesehatan keluarga, dan gaya hidup yang
berlebihan.
6) Industri dimana perusahaan menjadi bagiannya memiliki tradisi atau sejarah
kecurangan.
Pencegahan kecurangan pada umumnya berupa aktivitas yang dilaksanakan oleh
pihak-pihak manajemen dalam hal penerapan kebijakan, sistem dan prosedur yang
membantu meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan sudah dilakukan dewan
komisaris, manajemen, dan personil lain perusahaan untuk dapat memberikan
keyakinan yang memadai.
Santoso dan Pambelum (2008) menyatakan terdapat tiga tujuan pokok untuk
mencegah Fraud, yaitu :
1) Keadaan laporan keuangan
2) Efektivitas dan efesiensi operasional
3) Kepatuhan terhadap hukum dan ketentuan yang berlaku
Kecurangan yang terjadi harus dicegah antara lain dengan cara – cara seperti
membangun struktur kebijakan dan peraturan yang baik agar dapat memanajemen
karyawan, sehingga peningkatan kecurangan juga dapat dihindari.
4. Whistleblowing
Whistleblowing adalah pengungkapan tindakan pelanggaran atau pengungkapan
pengungkapan perbuatan yang melawan hukum, perbuatan tidak etis/tidak
bermoral atau perbuatan lain yang dapat merugikan organisasi maupun pemangku
17
kepentingan, yang dilakukan oleh karyawan atau pimpinan organisasi atau lembaga
lain yang dapat mengambil tindakan atas pelanggaran tersebut. Pengungkapan ini
harus dilakukan dengan itikad baikdan bukan merupakan suatu keluhan pribadi atas
suatu kebijakan perusahaan tertentu ataupun didasari kehendak buruk/fitnah
(KNKG, 2008).
Elias (2008) dalam penelitiannya menambahkan bahwa whistleblowing dapat
terjadi dari dalam (Internal) maupun luar (Eksternal). Internal Whistleblowing
terjadi ketika seorang karyawan mengetahui kecurangan yang dilakukan karyawan
lainnya kemudian melaporkan kecurangan tersebut kepada atasannya. Sedangkan
Eksternal Whistleblowing terjadi ketika seorang karyawan mengetahui kecurangan
yang dilakukan perusahaan lalu memberitahukannya kepada masyarakat karena
kecurangan tersebut dapat merugikan masyarakat.
Sedangkan whistleblower adalah orang yang melaporkan tindakan di suatu
organisasi kepada orang lain. Seorang whistleblower bisa saja merupakan dari
dalam organisasi tersebut atau bahkan juga dari luar organisasi tersebut. Dalam PP
No. 71 Tahun 2000, whistleblower merupakan orang yang memberi suatu
informasi kepada penegak hukum atau komisi mengenai terjadinya suatu tindak
pidana korupsi dan bukan pelapor.
Tuanakotta (2007) menyatakan adapun manfaat dari Whistleblowing System adalah
sebagai berikut :
1. Tersedianya cara penyampaian informasi pentingdan kritis bagi perusahaan
kepada pihak yang harus segera menangani secara aman.
18
2. Timbulnya keengganan untuk melakukan pelanggaran, dengan semakin
meningkatnya kesediaan untuk melaporkan terjadi pelanggaran, karena
kepercayaan terhadap sistem pelaporan yang efektif.
3. Tersedianya mekanisme deteksi dini (early warning system) atas kemungkinan
terjadinya masalah akibat suatu pelanggaran.
4. Tersedianya kesempatan untuk menangani masalah pelanggaran secara internal
terlebih dahulu, sebelum meluas menjadi masalah pelanggaran yang bersifat
publik.
5. Mengurangi resiko yang dihadapi organisasi, akibat dari pelanggaran baik segi
keuangan, operasi, hukum, keselamatan kerja, dan reputasi.
6. Mengurangi biaya dalam menangani akibat dari terjadinya pelanggaran.
7. Meningkatnya reputasi perusahaan di mata pemangku kepentingan
(stakeholders), regulator, dan masyarakat umum.
8. Memberikan masukkan kepada organisasi untuk melihat lebih jauh area
kritikal dan proses kerja yang memiliki kelemahan pengendalian internal, serta
untuk merancang tindakan perbaikan yang diperlukan.
5. Motivasi
Perilaku manusia sebenarnya hanyalah cerminan yang paling sederhana. Perilaku
manusia ditimbulkan atau dimulai dengan adanya motivasi. Agar perilaku sesuai
dengan tujuan organisasi, maka harus ada perpaduan antara motivasi akan
pemenuhan kebutuhan mereka sendiri dan permintaan organisasi. Untuk
memotivasi karyawan agar dapat meningkatkan produktifitas dan dapat memotivasi
kerja para karyawan dibutuhkan sebuah reward. Terdapat karyawan yang
termotivasi kerjanya jika diberi sebuah penghargaan dari atasan atau perusahaan.
Namun juga ada karyawan yang tidak terlecut dengan adanya reward namun
19
mereka akan termotivasi setelah mendapatkan punishment akibat dari kesalahan
baik ringan maupun berat yang dia buat. (Pratama, dkk, 2016).
Motivasi dasar bagi individu untuk bekerja cenderung lebih didasarkan kepada
kepentingan mereka untuk mendapatkan kekayaan dan kesenangan. Teori psikologi
telah banyak membahas kaitan antara tugas karyawan dengan pemberian reward itu
sendiri. Hasilnya bahwa dengan pemberian reward merangsang karyawan untuk
melakukan tugas yang telah direnacanakan oleh perusahaan (Yuliansyah, Bui dan
Mohamed, 2016). Dalam hal ini dapat dipastikan bahwa dengan adanya penanaman
reward pada suatu perusahaan akan meningkatkan kedisiplinan karyawan dalam
perencanaan tugas oleh perusahaan.
George dan Jones menjelaskan bahwa unsur motivasi terbagi menjadi tiga bagian,
yaitu (Kusuma, 2014) :
1. Arah prilaku (direction of behavior), dimana hal tersebut mengacu pada
perilaku yang dipilih seseorang dalam bekerja dari banyak pilihan perilaku
yang dapat mereka jalankan, baik tepat maupun tidak.
2. Tingkat usaha, berbicara mengenai seberapa keras usaha seseorang untuk
bekerja sesuai dengan perilaku yang dipilih. Dalam bekerja, seorang karyawan
tidak cukup jika hanya memilih arah perilaku yang fungsional bagi pencapaian
tujuan perusahaan. Namun juga harus memiliki usaha untuk bekerja keras
dalam menjalankan perilaku yang dipilih.
3. Tingkat kegigihan, mengacu pada motivasi karyawan ketika dihadapkan pada
suatu masalah, rintangan atau halangan dalam bekerja, seberapa keras seorang
karyawan tersebut berusaha untuk menjalankan perilaku yang dipilih.
20
Indikator yang digunakan untuk variabel motivasi menurut Pratama, dkk. (2016)
terbagi atas :
1. Kebutuhan Fisiologis, kebutuhan akan bahan sandang, pangan, dan papan yang
diberikan perusahaan melalui pembayaran gaji, kenaikan gaji ataupun bonus
yang di dapatkan.
2. Kebutuhan Akan Rasa Aman, kebutuhan akan pengawasan dan perlindungan
dari perusahaan itu sendiri.
3. Kebutuhan Sosial, kebutuhan akan rasa percaya dalam sesama pekerja itu
sendiri, dan dalam lingkungan pekerjaan terciptanya hubungan harmonis antar
satu karyawan dengan karyawan lain.
4. Kebutuhan Akan Penghargaan, kebutuhan akan pujian dan prestasi ataupun
penghargaan yang diberikan kepada karyawan untuk menumbuhkan rasa
percaya diri dan semakin termotivasi untuk meningkatkan kinerja dalam
perusahaan itu sendiri.
Sedangkan Hartanto, dkk. (2018) berpendapat bahwa motivasi seorang karyawan
untuk bekerja biasanya merupakan hal yang rumit, karena motivasi itu melibatkan
indikator – indikator individual dan indikator – indikator organisasional. Yang
tergolong indikator individual adalah kebutuhan – kebutuhan (needs), tujuan
(goals), sikap (attitudes), dan kemampuan (abilities). Sedangkan yang tergolong
dalam indikator organisasional adalah pembayaran atau gaji (pays), keamanan
pekerjaan (job security), sesama pekerja (co-worker), pengawasan (supervision),
pujian (prise) dan pekerjaan itu sendiri (job it self).
Adapun tujuan motivasi menurut Hasibuan (2013) adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan
21
2. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan
3. Meningkatkan kedisiplinan kerja karyawan
4. Mempertahankan kestabilan kerja karyawan
5. Mengefektivitaskan pengadaan karyawan
6. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik
7. Meningkatkan loyalitas, kreatifitas dan partisipasi karyawan
8. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan
9. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas – tugas nya
10. Meningkatkan efisiensi pengguanaan alat – alat bahan baku
Di dalam bukunya, Mangkunegara (2011) memaparkan satu persatu prinsip dalam
memotivasi pegawai, yaitu :
a. Prinsip partisipasi
Dalam upaya memotivasi kerja, pegawai perlu diberikan kesempatan ikut
berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pemimpin.
b. Prinsip komunikasi
Pemimpin mengkomunikasian segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha
pencapaian tujuan dengan informasi yang jelas, pegawai akan lebih mudah
dimotivasikan kerjanya.
c. Prinsip mengakui andil bawahan
Pemimpin mengakui bahwa bawahan (pegawai) mempunyai andil didalam
usaha mencapai tujuan. Dengan pengakuan tersebut pegawai akan termotivasi
untuk berdedikasi lebih tinggi dalam pekerjaannya.
22
d. Prinsip pendelegasian wewenang
Pemimpin yang memberikan otoritas atau wewenang kepada pegawai sewaktu
– waktu dapat mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang dilakukannya,
akan membuat pegawai yang bersangkutan menjadi termotivasi dalam bekerja.
e. Prinsip memberi perhatian
Pemimpin memberikan perhatian kepada pegawai bawahan dalam berkerja
dengan memberikan apa yang diinginkan pegawai tersebut untuk menunjang
pekerjaannya. Hal tersebut akan memotivasi pegawai dalam bekerja.
Berdasarkan beberapa pengertian dan penelitian dari motivasi diatas maka dapat
disimpulkan bahwa motivasi akan timbul dari diri sendiri untuk dapat mencapai
tujuan tertentu yang dimana juga bisa dikarenakan timbul motivasi dari dorongan
sekitar. Tetapi akan lebih baik jika motivasi itu timbul dari dalam diri sendiri tanpa
adanya paksaan dan setiap individu memiliki motivasi yang berbeda untuk
mencapai tujuannya.
6. Teori Pengukuhan (Reinforcement)
Teori ini didasarkan atas hubungan sebab dan akibat dari perilaku dengan
pemberian konpensasi. Misalnya promosi seorang karyawan itu tergantung dari
prestasi yang selalu dapat dipertahankan. Sifat ketergantungan tersebut bertautan
dengan hubungan antara perilaku dan kejadian yang mengikuti perilaku tersebut.
Teori pengukuhan ini terdiri dari dua jenis, yaitu :
1. Pengukuhan Positif (Positive Reinforcement), yaitu bertambahnya frekuensi
perilaku, terjadi jika pengukuh positif diterapkan secara bersyarat.
2. Pengukuhan Negatif (Negative Reinforcement), yaitu bertambahnya frekuensi
perilaku, terjadi jika pengukuhan negatif dihilangkan secara bersyarat.
23
Sifat ketergantungan tersebut bertautan dengan hubungan antara perilaku dan
kejadian yang mengikuti perilaku tersebut. Terdapat dua jenis hukuman dalam teori
pengukuhan, yaitu :
1. Hukuman dengan pemadaman, yaitu upaya untuk menurunkan perilaku yang
tidak diharapkan.
2. Hukuman dengan penghilangan (removal), Terjadi apabila suatu pengukuhan
positif dihilangkan secara bersyarat atau membuat perilaku yang tidak
diharapkan agar tidak muncul kembali.
Sifat imbalan atau hukuman dan bagaimana kedua hal itu dilaksanakan sangat
mempengaruhi perilaku pegawai. Manager perlu sekali mengatur waktu secara
tepat dalam penggunaan imbalan dan hukuman dalam organisasi. Dalam teori
pengukuhan sendiri terdapat juga beberapa implikasi praktis, yaitu :
1. Penguatan itu dilakukan untuk menstabilkan dan meningkatkan perilaku
yang diharapkan.
2. Penguatan bisa dilakukan engan reward dan hukuman (punishment).
3. Bisa juga memadamkan dan menghilangkan perilau yang tidak sesuai.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Yuliansyah dan Selvina (2015)
mengungkapkan bahwa teori reinforcement contingency adalah sistem kontrol yang
dirancang untuk memperkuat kemampuan organisasi agar dapat mengendalikan
prilaku individu melalui tiga prinsip dasar, yaitu :
1. Reward untuk meningkatkan prilaku individu yang diinginkan
2. Punishment untuk mengurangi prilaku individu yang tidak diinginkan
3. Konsekuensi nol, yaitu tanpa reward ataupun punishment untuk memadamkan
prilaku.
24
Jadi prinsip pengukuhan selalu berhubungan dengan bertambahnya frekuensi dan
tanggapan, apabila diikuti oleh stimulus yang bersyarat. Demikian juga prinsip
hukuman (Punishment) selalu berhubungan dengan berkurangnya frekuensi
tanggapan, apabila tanggapan (response) itu diikuti oleh rangsangan yang
bersyarat.
B. Penelitian Terdahulu
1. Holtfreter, dkk. (2008), melakukan penelitian dengan judul “And justice for
All? Investigators’ Perception of Punishment for Fraud Perpetator”. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menguji persepsi dari 663 fraud investigators
dan memperluas penelitian dengan mempertimbangkan pengaruh karakteristik
investigator, kontek organisasi (ukuran, seting, kontrol internal, dan kapasitas
sumber daya), karakteristik kasus (tipe, kerugian keuangan, dan sanksi) dan
karakteristik pelanggar dilihat dari hukum profesional umum serta persepsi
hukuman yang spesifik. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa hubungan
persepsi mengenai punishment baik secara umum maupun spesifik ditemukan
adanya perbedaan yaitu pada konteks pemerintahan mempengaruhi persepsi
umum tetapi tidak spesifik. Persepsi mengenai peningkatan Fraud dan sanksi
yang mencakup penahanan masing-masing berpengaruh positif secara
signifikan terhadap persepsi mengenai punishment. Perbedaan dengan
penelitian yang dilakukan peneliti yaitu peneliti tidak mengukur persepsi
mengenai punishment melainkan apakah punishment yang diterapkan dalam
sebuah perusahaan akan dapat mengurangi tindakan Fraud.
2. Putri (2012), melakukan penelitian dengan judul “Pengujian Keefektifan Jalur
Pelaporan Pada Structural Model dan Reward model dalam mendorong
Whistleblowing”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memeriksa
25
keefektifan model whistleblowing dalam mendorong seseorang untuk
melaporkan perbuatan yang salah atau kecurangan (Fraud). Dari penelitian
tersebut menunjukkan bahwa jalur pelaporan anonymous pada structural model
lebih efektif dibandingkan dengan jalur pelaporan non-anonymous, sedangkan
pada reward model menunjukkan hasil yang sebaliknya jalur pelaporan non-
anonymous lebih efektif dibandingkan dengan jalur pelaporan anonymous.
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Caesar Marga Putri dibandingkan
dengan penelitian ini adalah pada penelitian yang dilakukan peneliti tidak
menguji jenis pelaporan yang paling efektif pada reward model dan structural
terhadap whistleblowing, melainkan menguji apakah reward yang diberikan
kepada karyawan akan mempengaruhi tindakan Fraud.
3. Shanikat, dkk. (2014), melakukan penelitian dengan judul “Occupational
Fraud Prevention Mechanism: Jordanian Companies Experience”. Penelitian
ini bertujuan untuk memahami mengenai Occupational Fraud dan meninjau
mekanisme pencegahan Fraud yang paling efektif dalam mengurangi
Occupational Fraud. Mereka melakukan penelitian di negara Jordania dan
menggunakan 5 karakteristik subjek penelitian yaitu berdasarkan sektor usaha,
pendidikan, sektor profesional yang dimiliki, posisi pekerjaan dan pengalaman
bekerja.
Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa 16 mekanisme pencegahan Fraud
dinyatakan efektif. Dilihat dari tingkat keefektifannya yaitu : (1) management
review of internal control, (2) independen audit committee, (3) management of
certification control of financial statements, (4) anti-fraud policy, (5) internal audit
or fraud examination department, (6) job rotation/mandatory vacation, (7) code of
conduct, (8) external audit of financial statement, (9) surprise audit, (10) external
26
audit, (11) formal fraud risk assessment, (12) fraud training for employees, (13)
fraud training for manager, (14) employee support programs, (15) rewards for
whistle-blowers, dan (16) fraud hotlines. Perbedaan dengan penelitian ini adalah
untuk melihat pengaruh sistem reward and punishment terhadap fraud. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Mohammed Shanikat dkk adalah melihat
keefektifan mekanisme pencegahan Fraudyang dilakukan dengan berbagai macam
subjek penelitian.
C. Kerangka Pemikiran
Reward and Punishment adalah sebuah bentuk feedback atas sebuah tindakan yang
dilakukan oleh seseorang. Dalam penelitian ini nantinya akan dilihat pengaruh
ditanamkannya reward and punishment dalam suatu perusahaan untuk mencegah
terjadinya fraud, yang dalam hal ini dapat memungkinkan munculnya
whistleblowing. Dengan adanya bentuk feedback dari penerapan Reward and
Punishment akan menyebabkan seorang karyawan dalam sebuah perusahaan akan
mempertimbangkan setiap kelakuan dan perilaku mereka dalam berkerja di
perusahaan tersebut. Reward and Punishment ini akan membuat seorang karyawan
merasa bahwa setiap tindakan yang dilakukannya akan mendapat feedback yang
setimpal, sehingga seorang karyawan harus berfikir atas setiap tindakan yang akan
diambilnya.
Christian (2003) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa ada delapan tindakan
yang dapat dilakukan guna mencegah terjadinya Fraud, salah satu dari tindakan
tersebut adalah dengan menerapkan Reward and Punishment. Xu dan Ziegenfuss
(2003) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa reward memberikan efek positif
dalam mengungkapkan company’s wrongdoing atau bahkan Fraud. Selain reward
27
penting juga bagi perusahaan untuk menanamkan sistem punishment guna
mendisiplikan karyawan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Amrizal (2004) penegakan kedisiplinan dalam perusahaan akan membuat karyawan
bertindak lebih disiplin dan dapat mengurangi perbuatan curang.
Motivasi ini nantinya akan masuk sebagai variabel intervening dalam penelitian ini.
Hal ini merupakan pengembangan penelitian yang baru dari penelitian yang ada
sebelumnya, karena dalam penelitian ini memasukkan Motivasi sebagai variabel
intervening.
Gambar 1 Model kerangka pemikiran
D. Hipotesis Penelitian
1. Hubungan Reward terhadap Pencegahan Fraud
Hasil penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Shanikat, dkk. (2014)
mengungkapkan bahwa dari 16 mekanisme Pencegahan Fraud, Reward
berpengaruh positif. Dengan hal itu kita dapat mengetahui bahwa semakin
tingginya Reward, maka semakin tinggi pula kecenderungan seorang karyawan
untuk melakukan Whistleblowing. Begitupun sebaliknya, semakin rendah
Reward yang diberikan oleh suatu perusahaan, maka semakin rendah pula
kecenderungan karyawan untuk melakukan Whistleblowing.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Xu dan Ziegenfuss (2003) yang juga
menunjukkan bahwa Reward memberikan efek positif dalam mengungkapkan
H5
H2
H4
H3
3
H1
Reward (X1)
Punishment (X2)
Motivasi (Z)
Pencegahan Fraud (Y)
28
company’s wrongdoing atau bahkan Fraud. Dalam hal ini tentu saja seorang
karyawan dapat menilai dan mengambil keputusan dengan adanya Reward
sebagai imbalan atas hasil kerja mereka yang baik.
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah :
H1 : Reward berpengaruh signifikan terhadap pencegahan fraud.
2. Hubungan Punishment terhadap Pencegahan Fraud
Hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Holtfreter, dkk. (2008)
menunjukkan adanya persepsi dari 663 fraud investigators yang secara umum
menyatakan bahwa Punishment berpengaruh positif terhadap Pencegahan
Fraud.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Amrizal (2004) bahwa penegakan
kedisiplinan dalam perusahaan akan membuat karyawan bertindak lebih
disiplin dan dapat mengurangi perbuatan curang. Pemberian Punishment ini
merupakan salah satu upaya perusahaan dalam menegakan kedisiplinan.
Pemberian Punishment ini harus diberikan saat menemukan Fraud, meskipun
kerugian akibat Fraud tersebut tidaklah besar. Hal ini akan memberikan efek
jera bagi karyawan yang berbuat curang.
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan pada penelitian ini
adalah :
H2 : Punishment berpengaruh signifikan terhadap pencegahan
fraud.
29
3. Hubungan Reward terhadap Motivasi
Hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Dalmy (2009)
mengungkapkan bahwa Motivasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
Reward. Hal itu dikarenakan dengan semakin tingginya Reward dalam suatu
perusahaan maka tentu saja timbul Motivasi dalam individu karyawan untuk
mendapatkan penghargaan tersebut.
Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Jayanti dan Rasmini (2013)
menjelaskan bahwa terdapat faktor Motivasi dalam penanaman Reward di
suatu perusahaan. Reward itu sendiri adalah hasil dari sebuah kerja keras yang
didorong oleh Motivasi dalam mencapai suatu tujuan.
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan pada penelitian ini
adalah :
H3 : Reward berpengaruh signifikan terhadap motivasi.
4. Hubungan Punishment terhadap Motivasi
Hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Rahmadiyanti (2013)
mengungkapkan adanya pengaruh positif Motivasi dalam penanaman
Punishment dalam suatu manajemen. Dengan adanya penegakan Punishment
tentu saja akan membuat individu karyawan termotivasi agar tidak melakukan
kecurangan dalam suatu perusahaan.
Hal tersebut juga dapat meningkatkan disiplin individu karyawan. Adanya
ketegasan dalam memanajemen karyawan tentunya akan membuat seorang
karyawan untuk bertindak hati – hati dan selalu berfikir dalam mengambil
keputusan.
30
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan pada penelitian ini
adalah :
H4 : Punishment berpengaruh signifikan terhadap motivasi.
5. Hubungan Motivasi Memediasi Reward and Punishment terhadap
Pencegahan Fraud
Motivasi merupakan penghubung karyawan dalam melakukan pekerjaannya.
Berbagai tekanan stres sosial dapat menjadi alasan bagi karyawan sehingga
tidak termotivasi dalam pekerjaannya. Target dan harapan perusahaan yang
tinggi membuat karyawan menganggapnya sebagai tekanan peraturan yang
wajib dilaksanakan. Karyawan cenderung menganggap pencegahan
kecurangan adalah suatu hal yang wajib untuk dijalankan ada atau tanpa
adanya motivasi.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susiani (2017) yang
menyatakan adanya ketidaksignifikan antara Motivasi dalam mengintervening
Reward and Punishment, dijelaskan dalam hasil hipotesis penelitiannya bahwa
hasil pengujian langsung dan tidak langsung, motivasi kerja bukan variabel
intervening yang tepat dalam memediasi reward and punishment sebab
besarnya pengaruh langsung lebih kecil daripada pengaruh tidak langsung
dalam hasil data yang diolah. Dalam kata lain untuk penelitian ini motivasi
tidak memiliki pengaruh sama sekali sebagai mediasi reward and punishment
terhadap pencegahan fraud (whistleblowing).
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan pada penelitian ini
adalah :
H5 : Motivasi mengintervening reward and punishment terhadap
pencegahan fraud tidak berpengaruh signifikan.
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada dua perusahaan manufaktur yang ada di Provinsi
Lampung. Perusahaan manufaktur dipilih menjadi objek penelitian dikarenakan
banyaknya kasus kecurangan yang terjadi pada perusahaan manufaktur di
Indonesia. Banyak terjadi kasus kecurangan disebabkan salah satunya adalah
kecurangan pada laporan keuangan perusahaan dan beberapa kasus penyuapan.
Oleh sebab itu penelitian ini nantinya berjalan dengan memperoleh data dari
responden karyawan yang menjadi pegawai tetap pada PT. Central Pertiwi Bahari
dan PT. Indolatex Jaya Abadi dengan membagikan kuisioner.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas sekelompok orang,
kejadian, atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Lubis,
2011). Sedangkan populasi menurut Indriantoro dan Supomo (1999) adalah
sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu hal yang memiliki
karakteristik tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan
32
perusahaan manufaktur di Provinsi Lampung yaitu PT. Central Pertiwi Bahari
dan PT. Indolatex Jaya Abadi.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah maupun karakteristik yang dimiliki populasi
dan dipilih secara hati-hati dari populasi tersebut (Lubis, 2011). Sedangkan
sampel menurut Indriantoro dan Supomo (1999) adalah sebagian dari populasi
yang digunakan sebagai subyek penelitian. Penelitian ini akan mengambil
sampel secara purposive samping yaitu dilakukan dengan cara mengambil
sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu (Hartono, 2005:98).
Kriteria yang diambil dalam sampel pada penelitian ini adalah:
a) Karyawan yang menjadi pegawai tetap di tiga perusahaan manufaktur di
Provinsi Lampung yaitu PT. Central Pertiwi Bahari dan PT. Indolatex Jaya
Abadi.
b) Karyawan yang bekerja dibagian keuangan dalam perusahaan.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Data dan informasi yang akan diperlukan dalam penelitian ini berdasarkan dari
sumber yaitu data primer. Data primer adalah data yang langsung diambil oleh
peneliti dari responden penelitian melalui angket penelitian (Sari, 2013).
2. Sumber Data
a) Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Merupakan landasan teori yang diperoleh melalui data-data dari berbagai
buku bacaan, literatur dan artikel yang berhubungan langsung dengan
33
masalah yang akan diteliti (Sari, 2013). Hal ini dimaksudkan agar penulis
memiliki landasan teori yang cukup kuat dalam menarik kesimpulan.
b) Penelitian Lapangan (Field Research)
Data dikumpulkan melalui survey dengan menyebarkan kuesioner kepada
responden baik melalui perantara maupun diberikan secara langsung pada
individu yang bersangkutan.Penyebaran kuesioner dilakukan dengan
mendatangi calon responden dan menanyakan kesediaannya untuk
mengisi kuesioner. Penyebaran kuesioner dilakukan oleh peneliti dengan
dibantu oleh rekan peneliti (Suprianto dan Harryoga, 2015).
c) Penelitian Wawancara (Interview)
Wawancara (interview) adalah komunikasi dua arah untuk mendapatkan
data responden. Wawancara dapat berupa waawancara personal,
wawancara intersep dan wawancara telepon (Hartono, 2015). Dalam
penelitian ini dilakukan wawancara personal, dimana peneliti langsung
menemui bagian yang dituju dengan memberikan sejumlah pertanyaan
berupa kuesioner.
D. Defenisi Operasional
Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel yaitu variabel dependen dan variabel
independen Variabel independen pada penelitian ini adalah Reward (X1) dan
Punishment (X2), sedangkan variabel dependen (Y) pada penelitian ini adalah
Pencegahan Fraud dan variabel intervening dalam penelitian ini adalah Motivasi
(Z).
34
Penjelasan mengenai variabel – variabel dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut, yaitu :
1. Variabel Independen (X)
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi
atau menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (Sugiyono,
2002). Dalam penelitian ini Reward and Punishment menjadi variabel
independen yang merupakan feedback dari organisasi atas tindakan yang
seorang karyawan lakukan di perusahaan. Bentuk feedback positif (reward)
akan diberikan apabila seorang karyawan mematuhi setiap aturan dalam
organisasi, sedangan bentuk feedback negatif (punishment) akan diberikan
apabila seorang karyawan melanggar aturan yang di berikan oleh organisasi.
2. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas atau variabel independen
(Sugiyono, 2002). Variabel ini merupakan fokus utama dalam penelitian ini.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Pencegahan Fraud. Dimana
nanti Reward and Punishment dan Motivasi akan dinilai memiliki pengaruh
terhadap Pencegahan Fraud atau tidak.
3. Variabel Intervening (Z)
Variabel intervening adalah variabel yang mempengaruhi hubungan dependen
dan independen menjadi hubungan langsung dan tidak langsung yang dapat
diamati dan diukur (Ghozali, 2005). Dalam penelitian ini Motivasi akan
menjadi variabel intervening. Dengan adanya pemberian dorongan dari
Reward and Punishment diharapkan dapat membuat individu karyawan untuk
35
termotivasi melakukan Whistleblowing, sehingga pencegahan kecurangan
dapat dihindari.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan kuesioner.
Kuesioner atau daftar pertanyaan ini berisi tentang variabel independen (reward
and punishment), variabel dependen (pencegahan fraud), dan varibel mediasi
(motivasi) yang menggunakan skala sikap model likert. Skala sikap ini nantinya
akan digunakan untuk mengetahui penilaian seseorang terhadap suatu hal.
Dalam skala sikap ini, responden menyakan persetujuannya dan
ketidaksetujuannya terhadap sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan obyek
yang diteliti. Di dalam instrumen penelitian, peneliti menggunakan 5 skor Skala
Likert untuk mengetahui Pengaruh Reward and Punishment terhadap Pencegahan
Fraud yang di mediasi oleh Motivasi, yaitu: sangat setuju, setuju, kurang setuju,
dan tidak setuju.
Tabel 1 Skor Skala Likert dengan pertanyaan positif
Tabel 2 Skor Skala Likert dengan pertanyaan negatif
No. Alternatif jawaban Skor jawaban
1. Sangat Tidak Setuju 1
2. Tidak Setuju 2
3. Kurang Setuju 3
4. Setuju 4
5. Sangat setuju 5
No. Alternatif jawaban Skor jawaban
1. Sangat Tidak Setuju 5
2. Tidak Setuju 4
3. Kurang Setuju 3
4. Setuju 2
5. Sangat setuju 1
36
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Penelitian No Variabel Sumber Indikator No. Butir
1. Reward X1
(Independen)
Nurmiyati (2011) Reward bersifat materiil :
1. Gaji
2. Insentif
3. Bonus
Reward bersifat non
materiil :
1. Penghargaan
2. Pelatihan dan
Pengembangan
3. Pujian
1,2
3
4
5,6
7,8
9,10
2. Punishment
X2
(Independen)
Nurmiyati (2011) Teguran
Skorsing
Surat peringatan
1,2,3,4
5,6
7,8
3. Pencegahan
Fraud Y
(Dependen)
Nugroho (2015) Korupsi
Penyalahgunaan Aset
Kecurangan Laporan
Keuangan
1*,2*,3*,
4*
5*,6*,7*
8*,9*,10
*,11*
4. Motivasi Z
(Intervening)
George and Jones
(2005) Arah Prilaku
Tingkat Usaha
Tingkat Kegigihan
1,2,3
4,5,6
7,8,9,10
(* ) Pertanyaan Negatif
F. Metode Analisis Data
Data dalam penelitian ini dianalisis menggunakan model Struktural Equation
Modeling (SEM).Metode SEM sendiri ada dua yaitu berbasis varians dan
kovarians. Dalam penelitian ini digunakan metode berbasis varians atau dikenal
dengan Partial Least Square (PLS). Peneliti memilih menggunakan PLS untuk
menganalisis data dikarenakan PLS dianggap sofware yang sangat efektif untuk
digunakan karena PLS tidak memerlukan banyak asumsi seperti kenormalan data
dan jumlah sampel yang banyak (Fitriani dan Otok, 2013). Peneliti memilih
menggunakan PLS untuk menganalisis data dikarenakan PLS memiliki beberapa
keuntungan diantaranya PLS memiliki batasan yang lebih sedikit dalam hal skala
pengukuran asumsi, dan PLS juga sangat sesuai digunakan untuk mengukur sampel
dengan jumlah yang sedikit (Yuliansyah dkk., 2015).
37
Penggunaan PLS dalam penelitian ini didasarkan dengan adanya beberapa
pertimbangan yaitu (Wibowo dan Sutanto, 2013) :
1. PLS dapat digunakan untuk menguji efek prediksi hubungan antar variabel
laten.
2. PLS tidak mensyaratkan data terdistribusi normal (indikator dengan skala
kategori, ordinal, interval sampai ratio dapat digunakan pada model yang
sama), sampel tidak harus besar.
1. Pengujian Kualitas Data
a. Uji Validitas
Dalam penelitian ini pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan
Partial Least Square (PLS) dengan menguji convergentvalidity dan
discriminantvalidity. Convergent validity bertujuan untuk mengetahui
validitas setiap hubungan antara indikator dengan variabel latennya. Wibowo
dan Susanto (2013) menyatakan bahwa dalam pengujian convergent validity,
indikator dikatakan sahih apabila nilai loading indikator terhadap variabelnya
melebihi angka 0,5 yang artinya bahwa indikator tersebut dapat digunakan
untuk mengukur variabel yang digunakan dalam penelitian. Jika nilai loading
indikator tidak mencapai angka 0,5 maka indikator tersebut akan dikeluarkan
dari model penelitian karena dinilai tidak dapat digunakan untuk mengukur
variabel yang digunakan dalam penelitian. Sedangkan pengujian discriminant
validity dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan nilai loading
indikator terhadap masing-masing variabelnya dengan cross loading terhadap
variabel lain. Hasil uji kesahihan menggunakan discriminant validity dikatakan
sahih apabila nilai loading indikator terhadap variabelnya lebih tinggi
dibandingkan nilai cross loading indikator terhadap variabel lain.
38
Validitas dinilai berdasarkan korelasi antara skor item atau component score
dengan skor variabel laten atau loading score yang dihitung dengan PLS.
Kelayakan sebuah model dapat dilihat dari nilai t-statistiknya, dengan syarat t-
statistik harus lebih besar dari t-hitung. Discriminant validity digunakan untuk
membuktikan bahwa konstruk laten memprediksi ukuran pada blok. Selain
menggunakan tabel cross validity pengujian discriminant validity juga dapat
dilakukan dengan melihat akar kuadrat dari AVE. Model memiliki validitas
diskriminan yang baik jika akar kuadrat AVE untuk setiap konstruk lebih besar
dari korelasi antara dua konstruk di dalam model. AVE yang baik, disyaratkan
memiliki nilai lebih besar dari 0,50 (Fitriani dan Otok, 2013).
b. Uji Reliabilitas
Dalam penelitian ini pengujian reliabilitas dilakukan dengan Partial Least
Square (PLS). Uji reliabilitas dilakukan dengan melihat nilai composite
reliabilityyang dihasilkan dengan perhitungan PLS untuk masing-masing
konstruk. Nilai suatu konstruk dikatakan reliabel jika memberikan nilai
composite reliability>0,7 (Fitriani dan Otok, 2013).
2. Pengukuran Struktural Model
Dalam menilai model struktural dengan PLS dimulai dengan melihat R-square
untuk setiap variabel laten dependen. Dalam model struktural memiliki hasil
>0,5 hal ini mengindikasikan bahwa model yang didapat “baik” (Fitriani
dan Otok, 2013).
3. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis mediasi dapat dilakukan dengan uji jalur atau analisis
jalur.Uji jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk menaksir hubungan
39
kausalitas antar variabel yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori
(Pratami, 2015).
Di dalam penelitian ini terdapat variabel intervening yaitu Motivasi. Untuk
pengujian pengaruh variabel intervening dengan menggunakan product of
coefficient, yang menguji signifikansi pengaruh tak langsung atau indirect
effect. Uji signifikansi indirect effect ab dilakukan berdasarkan rasio antara
koefisien ab dengan standard error-nya yang akan menghasilkan nilai z
statistik (z-value). Untuk mendapatkan nilai z-value didapatkan dengan rumus
sobel test Baron and Kenny (1986). (Hartanto, 2014).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Penanaman reward dan punishment dalam suatu perusahaan diharapkan dapat
mencegah fraud, agar dalam perusahaan itu sendiri dapat mengurangi dampak
negatif yang diakibatkan oleh kecurangan. Proses penanaman reward dan
punishment dilakukan untuk membantu perusahaan agar membuat karyawan
mampu memberikan kontribusi yang maksimal terhadap perusahaan. Maka
perusahaan harus mampu memberikan tindakan tegas dalam penegakkan peraturan,
sehingga tingkat kecurangan dalam perusahaan juga berkurang. Seperti yang kita
ketahui, kecurangan tidak dapat dihindari dalam suatu organisasi. Adanya tawaran
yang menjanjikan membuat sebagian karyawan tertarik untuk melakukan
kecurangan, sehingga dengan adanya reward dan punishment akan menurunkan
fraud atau kecurangan yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas perusahaan.
Untuk menjawab tujuan penelitian, penulis melakukan survei pada karyawan tetap
yang bekerja di dua perusahaan manufaktur di Provinsi Lampung. Berdasarkan 150
kuesioner yang dibagikan, penulis memperoleh 70 (47%) tanggapan yang valid
yang telah di uji menggunakan SmartPLS 3.0.
55
Berdasarkan hasil statistik dengan menggunakan alat analisis SmartPLS 3.0,
ditemukan bahwa reward dan punishment secara langsung dapat memotivasi
karyawan untuk mencegah fraud. Sedangkan hubungan pada motivasi terhadap
pencegahan fraud sendiri memiliki hubungan yang tidak signifikan terhadap
karyawan. Hal ini dapat terlihat dari nilai t statistik dimana hubungan antara
variabel independen terhadap variabel dependen sangat signifikan, sedangkan
hubungan antara variabel independen dan dependen melalui variabel intervening
lemah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa reward dan punishment dapat
mencegah kecurangan yang di intervening tidak secara penuh oleh motivasi.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahawa reward dan punihment sangat
diperlukan dalam suatu perusahaan, karena hal tersebut akan mengurangi terjadinya
fraud. Dalam penegakkan peraturan di perusahaan sendiri harus tegas. Hal ini akan
membantu karyawan untuk lebih bertindak hati – hati dalam setiap pengambilan
keputusan. Adanya kedisiplinan dalam suatu perusahaan membuat karyawan lebih
giat bekerja dan takut untuk melanggar peraturan perusahaan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konttribusi dan menjadi masukan
untuk penelitian-penelitian selanjutnya, serta memberikan informasi bagi
perusahaan manufaktur di Provinsi Lampung, khususnya bagi pemilik perusahaan.
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu :
1. Pengambilan sampel dalam penelitian ini hanya 2 perusahaan manufaktur di
Provinsi Lampung yang kurang mampu menggambarkan keadaan perusahaan
yang sebenarnya secara menyeluruh.
56
2. Variabel intervening yang digunakan dalam penelitian ini hanya motivasi,
sehingga belum dapat menggambarkan secara utuh mengenai faktor apa saja
yang dapat mengintervensi reward dan punishment terhadap pencegahan
fraud.
D. Saran
Untuk penelitian selanjutnya berdasarkan temuan di atas maka penulis
menyarankan agar peneliti selanjutnya :
1. Memperluas wilayah penelitian di tempat lain, lebih memperbanyak sampel
perusahaan yang akan diteliti. Sehingga dapat dilihat bagaimana reward dan
punishment terhadap pencegahan fraud dalam suatu perusahaan.
2. Menambah variabel penelitian unuk mengetahui variabel apa saja yang dapat
berpengaruh terhadap reward dan punishment dalam pencegahan fraud.
3. Memperjelas pertanyaan dalam angket survey agar mendapatkan banyak data
yang valid.
DAFTAR PUSTAKA
Albrecht, W.Steve. 2014. “Iconic Fraud Triangle Endure”. Fraud Magazine.h. 3-5.
Amrizal. 2004. Membangun Kultur dan Etika Organisasi yang Anti
Kecurangan.Pengendali Teknis Direktorat Investigasi BUMN dan BUMD.
Associations of Certified Fraud Eximinations (ACFE). 2014. Report to the Nations
onOccupatuional Fraud and Abuse – 2014 Global Study Fraud. USA
:Association of Certified Fraud Examiners, Inc.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI). 2007. Peraturan Badan
PemeriksaKeuangan No. 01 Tahun 2007 : Standar Pemeriksaan
KeuanganNegara. Jakarta : Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia.
Christian, Carry. 2003. Preventing Fraud in The Work Place. Diambil
dari:http://www.peakconsultinginc.com/Articles/preventing_fraud_in_the_
workplace.htm pada tanggal 24 Oktober 2016, pukul 15.10 WIB.
Elias, Rafik. 2008. Auditing Student’s Professional Commitmen and Anticipatory
Socialization and Their Relationship To
Whistleblowing.“ManagerialAuditing Journal, Vol.23, No.3, h.283-294.
Fitriani, Ari dan Otok, Bambang Widjanarko. 2013. Pengembangan Indikator
danPenentuan Rumah Tangga Miskin di Provinsi Jawa Timur
Menggunakan SpatialStructural Equation Modeling. Jurnal Sains Dan
Seni Pomits Vol.2, No.1.Hal 83-88.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS Edisi
3.Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Handoko, T Hani. 2000. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia,Edisi
Kedua. Yogyakarta: Penerbit BPFE.
Hartanto, dkk. 2018. Analisis Pengaruh Kondisi Kerja, Motivasi Kerja, dan
Disiplin Kerja terhadap Kinerja Pegawai Kantor Wilayah Direktorat
Jendral Kekayaan Negara Riau, Sumatra Barat dan Kepulauan Riau.
Jurnal Tepak Manajemen Bisnis, Vol.X, No.2, h.228-229.
Hartanto, Irvan. 2014. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transaksional Terhadap
Kinerja Karyawan dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening
pada CV. Timur Jaya. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol. 2, No.
1: hal 3.
Hartono, Jogiyanto. 2005. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta.
Hartono, Jogiyanto. 2015. Metode Penelitian Bisnis : Salah Kaprah dan
Pengalaman – Pengalaman. Edisi 6. Yogyakarta, Indonesia: BPFE UGM.
Hasibuan, Malayu S.P. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Herzberg, F. 1972. Motivation-hygiene profiles. Organizational Dynamics, 3(2) hal
18-29.
Holtfreter, Kristy dkk. 2008. And Justice for All? Investigators’ Perception of
Punishment for Fraud Perpetator. Crime Law Soc Change.
Indiantoro, Nur. dan Supomo, B. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk
Akuntansi &Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
Ivancevich, Konopaske & Matteson. 2007. Perilaku Manajemen dan Organisasi:
alihBahasa Gina Gania. Jakarta: Erlangga.
Jayanti, N.P.I & Rasmini, N.K. 2013. Pengaruh Pengendalian Intern, Motivasi,
dan Reward Manajemen pada Prilaku Etis Konsultan. Jurnal FEB
Universitas Udayana.
KNKG. 2008. Pedoman Sistem Pelaporan Pelanggaran – SPP (Whistleblowing
System – WBS). Jakarta: KNKG.
Kusuma, Lingga Sakti. 2014. Pengaruh Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja
terhadap Organizational Citizenship Behavior Pegawai RRI
Yogyakarta.Yogyakarta: JurnalUniversitas Negeri Yogyakarta.
Lubis, Arfan Ikhsan. 2011. Akuntansi Keprilakuan. Jakarta : Salemba Empat.
Mangkunegaran, Anwar Prabu. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan, Edisi Revisi cetakan kesepuuluh. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Offset.
Mangkunegaran, Anwar Prabu. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan. Bandung: Remaja Rodakarya.
Merdikawati, Risty. 2012. Hubungan Komitmen Profesi dan Sosialisasi Antisipatif
Mahasiswa Akuntansi Dengan Niat Whistleblowing. Semarang:Jurnal
FEBUniversitas Diponegoro.
Murphy, P.R & Dacin, M.T. 2011. Psychological Pathways to Fraud:
Understanding and Preventing Fraud. Journal of Business Ethics (2011)
101:601-618.
Nugroho, Vredy Octaviari. 2015. Pengaruh Persepsi Karyawan Mengenai
Whisteblowing System terhadap Pencegahan Fraud dengan Perilaku Etis
Sebagai Variabel Intervening Pada PT. Pagilaran. Yogyakarta: Jurnal
Fakultas EkonomiUniversitas Negeri Yogyakarta.
Nurmayati, Eni. 2011. Hubungan Pemberian Reward and Punishment dengan
KinerjaKaryawan pada BPRS Harta Insan Karimah. Jakarta: Jurnal
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah.
Pratama, Reno. 2008. Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Senjangan
Anggaran dengan Komitmen Organisasi dan Motivasi sebagai
Pemoderasi. Padang: JurnalUniversitas Negeri Padang.
Pratami, Rizki Rahma. 2015. Pengaruh Jalur Seleksi Masuk,Lingkungan Keluarga,
Dan Motivasi Belajar Sebagai Variabel Intervening Terhadap Prestasi
BelajarMahasiswa Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi
UniversitasNegeri Semarang Tahun 2014. Semarang: Jurnal Universitas
Negeri Semarang.
Purwanto, Ngalim. 1993. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:
Remadja Karya.
Putri, Caesar Marga. 2012. Pengujian Keefektifan Model Whistleblowing:
PendekatanEksperimen. Yogyakarta: JurnalFakultasEkonomi Universitas
Gajah Mada.
Rahmadiyanti, Gina. 2013. Pengaruh Reward dan Punishment Terhadap Motivasi
Belajar Siswa Pada Kompetensi Dasar Mencatat Transaksi Dokumen ke
Dalam Jurnal Umum: Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPS SMA
Angkasa Lanud Husein Sastranegara Tahun Ajaran 2013/2014.
Bandung:JurnalUniversitas Pendidikan Indonesia.
Retnowati, Elais. 2001. Persepsi Terhadap Sistem Reward, Kepuasan Kerja dan
Motivasi Kerja Dosen menurut Gender di Universitas Negeri Jakarta.
Student Jurnal Universitas Indonesia.
Rivai, Veithzal & Sagala, E.J. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk
Perusahaan: Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Santoso, Urip & Pambelum, Y.J. 2008. Pengaruh Penerapan Akuntansi Sektor
Publik terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dalam
Mencegah Fraud. Jurnal Administrasi Bisnis, Vol. 4, No 1: hal. 14-33,
FISIP Universitas Katolik Parahiyangan.
Sari, Yora Komala. 2013. Pengaruh Pengendalian Diri Dan Perilaku Belajar
TerhadapTingkat Pemahaman Pengantar Akuntansi. Fakultas Ekonomi
UniversitasNegeri Padang. Jurnal Ekonomi dan Bisnis.
Shanikat, Mohammed, dkk. 2014. Occupational Fraud Prevention of Punishment
Mechanism: Jordan Companies Experience. Research Journal of Finance
and Accounting. Vol. 5, No 1.
Sugiono. 2002. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
Suprianto, Edy dan Harryoga, Septian. 2015. Faktor-Faktor Penentu
TingkatPemahaman Akuntansi. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol XVIII No
3, Desember2015.Hal 75-90.
Susiani. 2017. Dampak pemberian Reward dan Punishment terhadap Kinerja
Karyawan melalui Variabel Intervening Motivasi kerja. Semarang: Jurnal
Universitas Islam Sultan Agung.
Tuanakotta, Theodorus. M. 2007. Akuntansi Forensik dan Audit Insvestigatif.
SeriDepartemen Akuntansi : FEUI.
Wibowo, N.C & Sutanto, E.M. 2013. Pengaruh Kualitas Leader Member
Exchange (LMX) Terhadap Produktifitas Kerja Melalui Kepuasan Kerja
Komitmen Organisasional pada PT. Nutrifood Surabaya. Jurnal
Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 1, No. 2: hal 32-39.
Xu, Yin, & Douglas E. Ziegenfuss, D. 2008. Reward Systems, Moral Reasoning ,
andInternal Auditors’ Whistle-Blowing Wrongdoing Behavior. Journal of
Business Psychologhy. Vol. 22.
Yuliansyah, Bui & Mohamed. 2016. How Managers Use PMS to Induce
Behavioural Change in Enhancing Governance. IJEM.
Yuliansyah, Gurd, Bruce&Mohamed, Nafsiah. 2017. The Significant Of Business
Strategy In Improving Organizational Performance. Jurnal
EmeraldHumanomics Vol 33 No. 1, 2017, pp 56-74,65
Yuliansyah, Yuliansyah & Selvina, Mia. 2015. Realtionship between Budgetary
Paticipation and Organizational Commitment: Mediated by
Reinforcement Contigency. International Research Journal of Business
Studies. Vol. 8, No.02.
Yuliansyah, Yuliansyah, dkk. 2018. Four Possible Rewards (or Punishment) for
Inovation – Their Effect on The Employee. Journal of Problems and
Perspective in Management. Vol. 16, No.2.
Yuniarti, R.D & Apandi, N.N. 2013. Gejala Fraud dan Peran Auditor Internal
dalamPendeteksian Fraud di Lingkungan Perguruan Tinggi (Studi
Kualitatif).Jurnal Universitas Pendidikan Indonesia.