penyakit bulai pada tanaman jagung

7
Penyakit Bulai Pada Tanaman Jagung a. Penyebab Penyakit Penyebab penyakit bulai di Indonesia ada tiga jenis spesis yaitu Peronosclerospora maydis, P. phillipinensis dan P. sorghi (Gambar 1). Lokasi penyebaran dan identifikasi sepsis Peronosclerospora spp. P. maydid umumnya menyerang tanaman jagung di Pulau Jawa seperti Jawa Timur, Jawa Tengah dan DIY. P.philipinensis banyak menyerang tanaman jagung di Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan sampai Sulawesi Utara, sedangkan p. sorghi banyak ditemukan di Tanah Karo Sumatera Utara dan Bati-Malang. b. Sifaf Patogen Parasit fakultatif c. Siklus Penyakit Penyakit Polisiklik, dimana hanya dapat hidup dan berkembang pada tanaman yang masih hidup, tidak dapat hidup di dalam tanah. Sehingga kalau tanaman sudah mati atau panen maka jamur ini juga ikut mati atau tidak dapat lagi melanjutkan kehidupan dan perkembangannya. Penyebarannya terjadi cepat karena dibantu oleh angin dalam penyebaran dan dapat menyerang tumbuhan sekitar seperti gulma. d. Cara Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan metode diagonal, Pengambilan sampel dilakukan dengan cara menempelkan selotip di bawah permukaan daun tanaman jagung yang terserangbulai

Upload: aurora-vivi-valentina

Post on 12-Jan-2016

39 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Rangkuman penyakit bulai

TRANSCRIPT

Page 1: Penyakit Bulai Pada Tanaman Jagung

Penyakit Bulai Pada Tanaman Jagung

a. Penyebab Penyakit

Penyebab penyakit bulai di Indonesia ada tiga jenis spesis yaitu

Peronosclerospora maydis, P. phillipinensis dan P. sorghi (Gambar 1). Lokasi

penyebaran dan identifikasi sepsis Peronosclerospora spp. P. maydid umumnya

menyerang tanaman jagung di Pulau Jawa seperti Jawa Timur, Jawa Tengah dan DIY.

P.philipinensis banyak menyerang tanaman jagung di Sulawesi Selatan, Kalimantan

Selatan sampai Sulawesi Utara, sedangkan p. sorghi banyak ditemukan di Tanah Karo

Sumatera Utara dan Bati-Malang.

b. Sifaf Patogen

Parasit fakultatif

c. Siklus Penyakit

Penyakit Polisiklik, dimana hanya dapat hidup dan berkembang pada tanaman

yang masih hidup, tidak dapat hidup di dalam tanah. Sehingga kalau tanaman sudah mati

atau panen maka jamur ini juga ikut mati atau tidak dapat lagi melanjutkan kehidupan

dan perkembangannya. Penyebarannya terjadi cepat karena dibantu oleh angin dalam

penyebaran dan dapat menyerang tumbuhan sekitar seperti gulma.

d. Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode diagonal, Pengambilan sampel

dilakukan dengan cara menempelkan selotip di bawah permukaan daun tanaman jagung

yang terserangbulai kemudian selotip tersebut ditempelkan ke glass slide dandiberi label

yang meliputi lokasi dan tanggal pengambilan sampel.Pengambilan sampel ini dilakukan

beberapa kali di setiap lokasi

e. Perhitungan Intensitas Penyakit

Skoring penyakit bulai dengan skala 1-5, di-amati pada umur 21, 28, dan 35 hari setelah

tanam.

Page 2: Penyakit Bulai Pada Tanaman Jagung

f. Siklus Penyakit / Tahap Patogenesis

Proses sporulasi organ reproduksi P.maydis telah dilaporkan oleh Masdiar et al.

(1981), dimulai pada tengah malam yaitu ditandai dengan munculnya bakal tangkai

konidia dari mulut daun, kemudian tangkai-tangkai konidia tersebut semakin memanjang

dan membentuk cabang-cabang. Selanjutnya terbentuk bakal konidia pada masing-

masing ujung ranting konidia, akhirnya tangkai dan bakal konidia semakin membesar

sampai mencapai pertumbuhan maksimal, kemudian menjadi masak dan lepas dari

tangkai-tangkai konidianya.

Proses infeksi cendawan Peronosclerospora sp (Gambar 2) di mulai dari konidia

yang terlepas pada tangkai konidia (konidiofor), kemudian disebarkan oleh angin dan

jatuh pada permukaan daun jagung berumur muda. Selanjutnya konidia akan

berkecambah dengan membentuk apressoria, lalu masuk kedalam jaringan tanaman

melalui stomata. Kecepatan infeksi cendawan ini sangat ditentukan oleh tingkat

ketahanan varietas, ketersediaan sumber inokolum (konidia) bulai, kondisi lingkungan

terutama suhu dan kelembaban serta adanya air guttasi pada corong tanaman jagung.

Selanjutnya akan terjadi lesion lokal dan berkembang sampai pada titik tumbuh,

yang menyebabkan infeksi sistemik keseluruh bagian daun tanaman jagung, sehingga

terbentuk gejala khas yaitu terjadinya khlorotik dipermukaan dan bawah daun.

g. Lingkungan yang mendukung pada setiap tahap

Perkembangan penyakit bulai pada tanaman jagung sangat dipengaruhi oleh

adanya sumber inokulum dengan kondisi lingkungan yang sesuai terutama suhu

dankelembaban. Pelepasan konidia dari tangkainya biasanya terjadi di pagi hari,

kemudian oleh angin konidia bulai disebarkan kepertanaman jagung disekitarnya

sehingga terjadilah infeksi.

Konidia cendawan Peronosclerospora sp. berkembang pada permukaan daun

jagung menghendaki air guttasi, lingkungan gelap, suhu tertentu dan saat berkecambah

akan keluar melalui stomata daun jagung di malam hari. Menurut Wakman dan

Page 3: Penyakit Bulai Pada Tanaman Jagung

Burhanuddin (2007) cendawan P.maydis P. phillipinesis, P.sorgi, P.sacchari, P.rayssiae,

S.graminicola dan S.macrospora menghendaki suhu untuk berkecambah masing-masing

240C, 21-260C, 24-260C, 20-250C, 20-220C, 17-340C dan 24-280C.

Tingkat serangan penyakit bulai juga dipengaruhi oleh waktu tanam. Menurut

Subandi et al. (1996), bahwa infeksi penyakit bulai sangat rendah bahkan sering tidak

ditemukan serangan pada jagung yang ditanam pada bulan Juli sampai September dan

serangan bulai yang berat terjadi pada jagung yang ditanam pada bulan Oktober sampai

Nopember. Demikian pula halnya dengan pada pananaman jagung setelah jagung atau

penanaman yang terlambat dari pertanaman jagung lainnya akan mendapat serangan bulai

yang tinggi (Triharso et al. 1976)

h. Pengendalian

Dengan diketahuinya bahwa telah terjadi resistensi P. Maydis terhadap

fungisdametalaksil di Bengkayang Kalimantan Barat maka perlu komponen pengendalian

lainnyauntuk mengatasi penyakit bulai di daerah tersebut. Alternatif komponen

pengendalian yangdapat dilakukanantara lain :

1. Menanam varietas unggul tahan bulai.

Menanam varietas unggul tahan bulai untuk mengendalikan penyakit bulai adalah

cara pengendalian yang mudah dilakukan, murah, dan ramah terhadap lingkungan.

Varietas jagung yang mempunyai ketahanan terhadap penyakit bulai lebih tinggi dari

varietas lainnya adalah : BISI 816, BMD 2, BIMA 3 Bantimurung, Lagaligo, Motor

GTO, dan BISMA (Wakman et al., 2009). Untuk menentukan varietas mana dari varietas

tersebut di atas yang paling beradaptasi baik dan memberikan hasil tertinggi di

Bengkayang Kalimantan Timur maka perlu diuji adaptasi terlebih dahulu.

2. Menanam pada waktu yang tepat.

Fase pertumbuhan tanaman jagung sangat peka terhadap serangan penyakit bulai

mulai saat berkecambah sampai umur empat minggu atau satu bulan setelah tanam.

Menurut Khaeruni (2009) penyakit bulai biasanya berkembang pada saat terjadi peralihan

musim, dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya dari musim hujan ke musim

kemarau. Oleh karena itu upayakan tanaman jagung yang ditanam telah berumur lebih

satu bulan pada saat terjadi peralihan musim.

Page 4: Penyakit Bulai Pada Tanaman Jagung

3. Menanam secara serempak.

Jamur penyebab penyakit bulai hanya dapat hidup dan berkembang pada tanaman

yang masih hidup, tidak dapat hidup di dalam tanah. Sehingga kalau tanaman sudah mati

atau panen maka jamur ini juga ikut mati atau tidak dapat lagi melanjutkan kehidupan

dan perkembangannya. Oleh karena itu menanam jagung secara serempak pada areal

yang luas, maka serangan penyakit bulai dapat ditekan karena fase pertumbuhan tanaman

relatif sama (Khareuni, 2009). Namun menurut metode pengendalian dengan menanam

secara serempak pada areal yang luas agak sulit diterapkan di Kalimantan Barat karena

memiliki iklim basah dengan curah hujan merata sepanjang tahun (Wakman et al., 2009).

4. Eradikasi tanaman terinfeksi bulai

Eradikasi atau menghilangkan tanaman jagung yang terinfeksi bulai bertujuan

untuk menghilangkan sumber inokulum penyakit sehingga penyebaran penyakit dapat

ditekan. Apabila ditemukan tanaman yang memperlihatkan gejala penyakit bulai di antara

pertanaman jagung maka segera dicabut kemudian dibakar atau dibenamkan ke dalam

tanah. Jangan hanya dibuang saja disekitar pertanaman karena akan menjadi sumber

inokulum penyakit ke pertanaman yang masih ada. Menurut Wakman et al. (2009)

Page 5: Penyakit Bulai Pada Tanaman Jagung

DAFTAR PUSTAKAHaris A. 2013. Status Penyekit Bulai Pada Tanaman Jagung dan Pengendaliannya.

Seminar nasional inovasi teknologi pertanian. Balai Penelitian Tanaman Serealia.

Khaeruni, A. 2009. Penyakit bulai sang penyebar terror hingga radius belasan kilometer. Majalah Pertanian Abdi Tani, Wahana Informasi Pertanian. Vol. 10 No. 3 Edisi XXXVI, Juli-September 2009. Hal. 12-14

Subandi, M. Sudjadi, dan D. Pasaribu. 1996. Laporan hasil pemantauan penyakit bulai dan benih palsu pada pertanaman jagung hibrida di Lampung

Triharso, T. Martorejo, and L. Kusdiarti. 1979. Recent problems and studies on downy mildew of maize in Indonesia. The Kasetsart Journal. Vol. 10, No.2:101-105. Thailand.

Wakman dan Burhanuddin. 2007. Jagung, Teknik Produksi dan Pengembangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Hlm.305-335.

Wakman, W., A.H. Talanca, Surtikanti, dan Azri. 2009. Efektifitas fungisida saromil yang berbahan aktif metalaksil dalam pengendalian penyakit bulai pada jagung di Kabupaten Bengkayang Propinsi Kalbar. Laporan Hasil Penelitian Kelti Hama Penyakit. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros