penyakit pada tenggorokan
DESCRIPTION
not fix yetTRANSCRIPT
Penyakit-penyakit pada Tenggorokan
Kelainan pada Orofaring
Trauma Alkali/Korosif pada faring
a. Etiologi• Secara tidak sengaja menelan cairan yang sangat panas dapat menyebabkan kerusakan pada mukosa bibir, rongga mulut,
dan orofaring• Trauma korosif biasanya disebabkan karena mengkonsumsi cairan yang bersifat kaustik (pada kasus rencana bunuh diri)
b. Gejala Klinis
Gejala klinis dominan adalah nyeri yang hebat terutama katika menelan dan hipersalivasi
c. Diagnosis• Mukosa faring eritematous, dapat timbul vesikel diikuti dengan pembentukan lapisan fibrin berwarna putih• Tes tambahan diperlukan untuk mengevaluasi kerusakan lebih lanjut pada saluran cerna dan mediastinum• Perlu dilakukan x-ray endoskopi untuk menilai kelainan esofagus
d. Tatalaksana• Terapi awal adalah bilas rongga mulut dengan air dingin• Jika zat korosif mengenai bibir, maka harus diterapi dengan ointment yang mengandung kortikosteroid• Pasien dengan kerusakan yang berat dapat diterapi dengan kortikosteroid sistemik, antibiotic, dan analgesik• Pada pasien dengan disfagiaberat yang tidak dapat menelan, perlu dilakukan pemasangan NGT
Benda Asing dalam orofaring• benda asing orofaring biasanya sering terdapat di tonsil dan pada dasar lidah• benda asing orofaringyang sering ditemukan adalah tulang ikan dan pecahan tulang (terdapat riwayat menelan tulang ikan),
maupun penjepit kertas (terutama pada pasien yang mengkonsumsi nasi bungkus)• kebanyakan pasien mengeluhkan nyeri saat menelan yang terlokalisir• penatalaksanaan : mengeluarkan benda asing secepat mungkin karena sangat beresiko menyebabkan infeksi
Faringitis Akuta. Definisi
• Peradangan akut dari mukosa faring
b. Etiologi• Virus : Rhinovirus, influenza, parainfluenza, campak• Bakteri : Streptococcus Haemolyticus, Pneumoococcus, Haemolyticus Influenza• Faktor Lingkungan: Iritasi Rokok
c. Gejala Klinis• Gejala klinis bergantung dari tingkat keparahan :• Infeksi ringan : tidak nyaman pada tenggorokan, lemas, dan sedikit demam. Faring mengalami kongesti & hiperemis
namun tidak ada limfadenopati• Infeksi sedang-berat : nyeri tenggorokan, disfagi, nyeri kepala, malaise, dan demam tinggi. Faring terlihat eritema,
terdapat eksudat, pembesaran tonsil dan kelenjar limfoid pada dinding posterior faring. Terdapat pembesaran kelenjar limfe
d. Diagnosis• Faringoskopi : Mukosa faring hiperemis dan edema kultur dan usap tenggorokan
e. Diagnosa Banding• Mononukleosis infeksiosa, abses peritonsilar
f. Tatalaksana• Kausal : Antibiotik• Simptomatik : Analgetik/Antipiretik
g. Komplikasi• Lokal : Otits media, sinusitis, abses retrofaring, abses peritonsilar• Sistemik : Nefritis, demam rematik, septikemia
Faringitis Kronika. Definisi
• Peradangan kronik dari mukosa faring
b. Etiologi• Infeksi pada mukosa faring yang berulang• Paparan lama terhadap berbagai macam iritan seperti alcohol, rokok• Infeksi yang meluas dari hidung atau tonsil (sinusitis dan tonsillitis)
c. Gejala Klinis• Tenggorokan terasa tidak enak, kering, dan gatal• Lender kental• Rasa seperti ada benda asing
d. Diagnosis
Faringoskopi :
Mukosa faring mengalami kongesti disertai lender yang melekat pada mukosa faring (hipersekresi) jika disertai hipertrofi jaringan limfoid di dinding posterior mukosa faring (faringitis kronik hipertrofikans). Jika mukosa faring kering, tipis, dan tidak mengkilat (faringitis atrofikans/ pharyngitis sicca)
e. Tatalaksana• Menghilangkan penyebab atau kausa (alcohol, rokok)• Jaringan limfoid yang hipertrofi dikaustik dengan larutan AgNO3 10%• Obat kumur dan tablet hisap, hanya mengurangi rasa kering dan tidak enak pada kerongkongan
Tonsillitis Akuta. Definisi
• Peradangan akut dari tonsila palatina
b. Etiologi• Streptococcus beta hemolyticus grup A• Gejala Klinis• Demam• Disfagi/Odinofagi• Faetor ex ore• Tanda airway obstruction seperti pernapasan mulut, snoring• Malaise• Nyeri alih, otalgia.
c. Diagnosis
Faringoskopi :
Tonsil terlihat hiperemis dan edematous disertai detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang mati, dan epitel yang mengalami deskuamasi
d. Diagnosa Banding• Tumor tonsil, abses peritonsilar
e. Tatalaksana• Antibiotik• Simptomatik : analgetik/antipiretik, kortikosteroid
f. Komplikasi• Lokal : Abses peritonsillar, abses retrofaring, otits media akut, tonsillitis kronik• Sistemik : Septikemia, endokarditis, glomerulonefritis akut, poliartritis rematik
Tonsilitis Kronik
a. Definisi• Peradangan kronik dari tonsila palatine yang merupakan kelanjutan dari tonsillitis akut yang tidak sembuh
b. Etiologi• Streptococcus B-Hemolyticus
c. Gejala Klinis
Disfagia, Tenggorokan kering, Napas berbau
d. Diagnosis
Faringoskopi :• Tonsil membesar dengan permukaan tidak rata (berbenjol-benjol) dan hiperemis. Jika kripte ditekan keluar pus• Kripte melebar, akibat proses penyembuhan jaringan limfoid yang diganti oleh jaringan parut
e. Tatalaksana
Tonsilektomi • Indikasi tonsilektomi (absolut) :
Timbulnya kor pulmonal akibat sumbatan jalan napas Hipertrofi tonsil/adenoid dengan sindrom apnea waktu tidur Hipertrofi berlebihan yang menyebabkan disfagia dengan penurunan berat badan Biopsi eksisi yang dicurigai keganasan Abses peritonsilar berulang/ abses yang meluas pada jaringan sekitarnya
• Indikasi tonsilektomi (relatif) Serangan tonsillitis berulang (4-5x/tahun) walaupun pemberian terapi telah adekuat Tonsillitis carier misalnya tonsillitis difteri Hyperplasia tonsil dengan obstruksi fungsional(misalnya menelan) Riwayat demam rematik dengan kerusakan jantung yang berhubungan dengan tonsillitis yang berulang Hipertrofi tonsil/adenoid Tonsillitis kronik menetap, respon penatalaksanaan medis tidak berhasil Tonsillitis kronis yang berhubungan dengan adenopati servikal persisten
f. Komplikasi• Lokal : Abses peritonsilar, abses retrofaring, otitis media akut• Sistemik : Septikemia, endokarditis, glomerulonefritis akut, poliartritis rematik
Abses Peritonsilara. Definisi
Penyakit yang merupakan komplikasi dari tonsilitis akut yang terjadi karena infeksi yang menjalar dari tonsil sehingga timbul infiltrat di sebelah medial dari m.constrictor pharyngis superior lalu menjadi abses (biasanya unilateral)
b. Etiologi
stretococcus beta hemolyticus grup A
c. Gejala Klinis• Demam, sakit kepala.• Odinofagi hebat• Foetor ex ore• Trismus iritasi dari m.pterygoideus internus• Sakit kerongkongan
d. Diagnosis
Faringoskopi :• Daerah sekitar tonsil (palatum olle) edema dan hiperemis• Tonsil terdorong ke tengah, depan dan bawah• Uvula bengkak dan terdorong ke sisi kontralateral
e. Tatalaksana• Antibiotik• Simptomatik : analgetik/antipiretik• Abses insisi untuk mengeluarkan nanah• Insisi dilakukan pada garis yang menghubungkan dasar uvula dengan geraham atas terakhir pada sisi yang sakit• Tonsilektomi + drainase abses tonsilektomi achaud
Tonsilektomi + drainase abses 3-4 hari setelah tonsilektomi tonsilektomi a tiede
Tonsilektomi + drainase abses 4-6 minggu setelah tonsilektomi tonsilektom a froid• Abses pecah pus masuk ke saluran pernapasan obstruksi jalan napas bahaya asfiksia
Hipertrofi Adenoida. Definisi
pembesaran dari kelenjar adenoid
b. Gejala Klinis• Obstruksi nasi• Pernapasan mulut (mouth breathing)• Snoring• Gangguan tidur (sleep disturbances)• Facies adenoid
b. Diagnosis
Direct• Transoral melihat langsung ke nasofaring setelah pallatum mole diretraksi• Rinoskopi anterior
d. Tatalaksana
Laringitis Akuta. Definisi
Suatu peradangan akut dari laring yang menyebabkan mukosa laring hiperemis dan edema
b. Etiologi• Infeksi : Virus, infeksi sekunder (Haemophilus influenza, pneumococcus, streptococcus haemolyticus,
staphylococcus haemoliticus)• Non infeksi: gas inhalasi, alegi, polutan, vocal abuse, latrogenik
c. Gejala Klinis• Suara serak• Rasa tidak enak dan sakit ditenggorokan• Demam• Batuk ( secret sedikit tapi kental)
d. Diagnosis• Laringoskopi indirek atau laringoskopi direk : tampak mukosa laring dan plika vokalis hiperemis dan edema.
e. Tatalaksana• Istirahat vocal (vocal rest)• Medikamentosa : antibiotic, kortikosteroid, antipiretik• Menghindari rokok
Laringitis Kronika. Definisi
• Suatu peradangan kronik dari laring yang menyebabkan mukosa laring hiperemis dan edema
b. Etiologi• Infeksi :
Eksogen Endogen : adenoiditis kronik, sinusitis kronik, TB, bronkiektaktasis, rhinitis, GERD
• Non infeksi:• Penggunaan suara berlebihan• Paparan terhadap rokok dalam waktu lama• Pernapasan melalui mulut• Minum alkohol• Pekerjaan yang berhubungan dengan gas inhalan yang bersifat iritan dan debu
c. Gejala Klinis• Suara serak• Rasa tidak enak dan sakit ditenggorokan• Batuk kering dan rasa gatal• Berdehem terus-menerus
d. Diagnosis
Laringoskopi : hiperemis difus, secret kental pada plika vokalis sehingga selalu berdehem
e. Diagnosis Banding• Karsinoma laring• Laryngitis TB
f. Tatalaksana• Istirahat vocal (vocal rest)• Medikamentosa : antibiotik, kortikosteroid• Menghindari rokok dan alkohol
Vokal Nodula. Definisi
Nodul pada pita suara
b. Etiologi
Penyalahgunaan suara dalam waktu yang lama. Biasanya didapatkan pada profesi guru dan penyanyi
c. Gejala Klinis• Suara parau• Kadang disertai batuk
c. Diagnosis
Laringoskopi indirek : Terdapat nodul di pita suara (unilateral / bilateral)
Laringoskopi direk : Terdapat nodul di pita suara (unilateral / bilateral)
d. Tatalaksana• Voice rest• Voice therapy (speech therapy)• Jika rekuren, bedah mikro laring (microlaryngoscopic surgery)
Ludwig Anginaa. Definisi
Infeksi pada ruang submandibular yang terdiri dari dua kompartemen pada dasar mulut yaitu sublingual space pada bagian superior dan submaxillary space pada bagian inferior. Penyakit ini merupakan salah satu kegawatdaruratan pada THT karena penyakit ini dapat menyebabkan obstruksi jalan napas
b. Etiologi• Infeksi odontogenik (pada gigi M2 / M3) penyebab utama. Bakteri yang menyebabkan adalah Streptococcus,
Staphylococcus, Bacteroides, Pseudomonas, H. influenza, E.Coli• Fraktur Mandibula• Trauma pada daerah leher• Sialadenitis (inflamasi pada kelenjar liur)• Neoplasma• Berbagai tindakan non steril seperti tindik lidah
c. Gejala Klinis• Sakit gigi, nyeri pada daerah leher, disfonia, disfagia, disartria, < 1/3 pasien datang dengan distress pernapasan (dispnea,
takipnea, dapat terdengar suara stridor)
d. Diagnosis
Anamnesis : • Terdapat tanda dan gejala klinis• Riwayat infeksi pada gigi• Terdapat riwayat melakukan tindakan bedah mulut
Pemeriksaan fisik :• Pembengkakan bilateral pada daerah submandibular disertai tanda-tanda radang disekitarnya• Lidah yang menonjol (evated or protruding tongue)
c. Tatalaksana
Medikamentosa :• Antibiotik sistemik sprektum luas
kombinasi antibiotik yang sering digunakan adalah penisilin, klindamisin, dan metronidazole• Kortikosteroid
Bedah • Insisi dan drainase dari abses• Trakeostomi atau intubasi orotrakeal jika terdapat gangguan jalan napas (emergensi)
Karsinoma Nasofaringa. Definisi
Tumor ganas yang menyerang daerah nasofaring
b. Etiologi• Infeksi Epstein Barr virus• Genetik• Lingkungan
c. Gejala Klinis• Hidung : epistaksis, obstruksi nasi, blood stained rhinore• Telinga : tinnitus, rasa penuh, otalgia• Mata dan saraf : diplopia, neuralgia trigeminus• Leher : benjolan (tumor colli)
Tiga dari empat gejala diagnosa KNF
d. Diagnosis
Rinoskopi Anterior : ada massa atau tidak, Fenomena Pallatum Molle (FPM) negatif
Rinoskopi Posterior : ada massa atau tidak
Nasoendoskopi
e. Pemeriksaan Penunjang• CT Scan sinus paranasalis potongan axial• Foto Thoraks untuk menilai metastasis• USG Abdomen untuk menilai metastasis• Boney Survey untuk menilai metastasis
e. Staging
f. Tatalaksana
Karsinoma nasofaring merupakan kanker yang sensitif terhadap radioterapi dan kemoterapi