peran gender dalam serial novel the twilight saga …

23
155 PERAN GENDER DALAM SERIAL NOVEL THE TWILIGHT SAGA KARYA STEPHANIE MEYER: SEBUAH KAJIAN FEMINIS (Gender Role in Stephanie Meyer’s Novel Series The Twilight Saga: a Feminist Criticsm) Marliza Yeni, Edria Sandika Prodi Sastra Inggris, Universitas Andalas Kampus Unand Limau Manis, Padang Telp: 0751 21227 [email protected], [email protected] (Naskah diterima: 27April 2014, Disetujui: 25 November 2014) Abstract Literary works are often chosen by feminists as a medium to promote gender equality between men and women. Many women writers portray their female characters as intelligent and independent women and give them equal gender role with the male characters. This article applies feminist approach to analyze the construction of gender role in The Twilight Saga series (2005-2008) written by Stephanie Meyer to see how Meyer, as a woman writer, constructs gender role through her main characters of the novel series. The writers apply Helene Cixous’s theory of patriarchal binary thought which dichotomizes man and woman as two different poles. The analysis shows that the series of four novels represent a hierarchical dichotomous gender role: man is described as subject and centre while woman is the object and margin. Such gender role is evidently a decline in the long struggle of gender equality that has been fought by many women. Keywords: gender role, subject, object, center, margin Abstrak Karya sastra sering dipilih oleh kaum feminis sebagai media untuk memperjuangkan kesetaraan gender antara pria dan wanita. Banyak penulis wanita menampilkan tokoh-tokoh wanita yang cerdas dan mandiri dan memberikan mereka posisi yang setara dengan tokoh pria. Artikel ini memakai pendekatan feminisme untuk menganalisis konstruksi peran gender dalam serial novel The Twilight Saga (2005-2008) yang ditulis oleh Stephanie Meyer untuk melihat bagaimana Meyer, sebagai penulis wanita, menampilkan peran gender melalui tokoh-tokoh utama dalam serial novel ini. Artikel ini menggunakan teori Helene Cixous tentang pola biner patriarki yang membedakan pria dan wanita sebagai dua kutub yang berbeda. Hasil analisis menunjukkan bahwa serial yang terdiri atas empat novel tersebut menampilkan konstruksi gender yang hirarkis dikotomis antara pria dan wanita: pria digambarkan sebagai subjek dan pusat, sementara wanita adalah objek dan margin. Konstruksi gender yang menempatkan perempuan diposisi yang rendah dan lemah ini dapat dilihat sebagai sebuah langkah mundur dalam perjuangan persamaan hak dan kesetaraan gender antara pria dan wanita yang selama ini diperjuangkan kaum feminis. Kata kunci: peran gender, subjek, objek, pusat, margin 1. Pendahuluan The Twilight Saga adalah serial novel yang sangat terkenal di kalangan penikmat novel populer belakangan ini. Serial yang ditulis oleh Stephanie Meyer ini terdiri atas empat novel, yaitu: Twilight (2005) , New Moon (2006), Eclipse (2007), dan Breaking Dawn (2008). Keempatnya sudah pula diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan dijual di toko-toko buku ternama di Indonesia. Serial novel bergenre roman ini berkisah tentang perjalanan cinta dua orang tokoh utamanya, yaitu Isabella “Bella” Swan, seorang gadis remaja yang berasal dari SALINGKA, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume 11 Nomor 2 Edisi Desember 2014 (155—162)

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERAN GENDER DALAM SERIAL NOVEL THE TWILIGHT SAGA …

155

PERAN GENDER DALAM SERIAL NOVEL THE TWILIGHT SAGA KARYASTEPHANIE MEYER: SEBUAH KAJIAN FEMINIS

(Gender Role in Stephanie Meyer’s Novel Series The Twilight Saga:a Feminist Criticsm)

Marliza Yeni, Edria SandikaProdi Sastra Inggris, Universitas Andalas

Kampus Unand Limau Manis, Padang Telp: 0751 [email protected], [email protected]

(Naskah diterima: 27April 2014, Disetujui: 25 November 2014)

AbstractLiterary works are often chosen by feminists as a medium to promote gender equality betweenmen and women. Many women writers portray their female characters as intelligent andindependent women and give them equal gender role with the male characters. This articleapplies feminist approach to analyze the construction of gender role in The Twilight Sagaseries (2005-2008) written by Stephanie Meyer to see how Meyer, as a woman writer, constructsgender role through her main characters of the novel series. The writers apply Helene Cixous’stheory of patriarchal binary thought which dichotomizes man and woman as two differentpoles. The analysis shows that the series of four novels represent a hierarchical dichotomousgender role: man is described as subject and centre while woman is the object and margin.Such gender role is evidently a decline in the long struggle of gender equality that has beenfought by many women.Keywords: gender role, subject, object, center, margin

AbstrakKarya sastra sering dipilih oleh kaum feminis sebagai media untuk memperjuangkan kesetaraangender antara pria dan wanita. Banyak penulis wanita menampilkan tokoh-tokoh wanita yangcerdas dan mandiri dan memberikan mereka posisi yang setara dengan tokoh pria. Artikel inimemakai pendekatan feminisme untuk menganalisis konstruksi peran gender dalam serial novelThe Twilight Saga (2005-2008) yang ditulis oleh Stephanie Meyer untuk melihat bagaimanaMeyer, sebagai penulis wanita, menampilkan peran gender melalui tokoh-tokoh utama dalamserial novel ini. Artikel ini menggunakan teori Helene Cixous tentang pola biner patriarki yangmembedakan pria dan wanita sebagai dua kutub yang berbeda. Hasil analisis menunjukkanbahwa serial yang terdiri atas empat novel tersebut menampilkan konstruksi gender yanghirarkis dikotomis antara pria dan wanita: pria digambarkan sebagai subjek dan pusat, sementarawanita adalah objek dan margin. Konstruksi gender yang menempatkan perempuan diposisiyang rendah dan lemah ini dapat dilihat sebagai sebuah langkah mundur dalam perjuanganpersamaan hak dan kesetaraan gender antara pria dan wanita yang selama ini diperjuangkankaum feminis.Kata kunci: peran gender, subjek, objek, pusat, margin

1. PendahuluanThe Twilight Saga adalah serial novel

yang sangat terkenal di kalangan penikmatnovel populer belakangan ini. Serial yangditulis oleh Stephanie Meyer ini terdiri atasempat novel, yaitu: Twilight (2005), NewMoon (2006), Eclipse (2007), dan Breaking

Dawn (2008). Keempatnya sudah puladiterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dandijual di toko-toko buku ternama di Indonesia.Serial novel bergenre roman ini berkisahtentang perjalanan cinta dua orang tokohutamanya, yaitu Isabella “Bella” Swan,seorang gadis remaja yang berasal dari

SALINGKA, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume 11 Nomor 2 Edisi Desember 2014 (155—162)

Page 2: PERAN GENDER DALAM SERIAL NOVEL THE TWILIGHT SAGA …

156

keluarga “broken home”, dan Edward Cullen,pria vampir berusia 104 tahun. Dalamperjalanan kisah mereka terdapat konflik cintasegitiga yang melibatkan Jacobs Black yangmerupakan seorang manusia serigala. Selainitu, serial ini juga menghadirkan berbagaikonflik yang melibatkan sekelompok vampirpredator.

Romantika yang dialami oleh Bella danEdward di awal cerita menawarkan polaketertarikan seorang wanita muda pada sosokpria misterius. Penokohan Bella yang kurangpercaya diri, lemah, dan menganggap dirinyasebagai sumber masalah bagi orang lainsangatlah dekat dengan masalah pencarian jatidiri yang dialami remaja pada masa pubertas.Serial novel ini sangat jelas menampilkan sosokpria sebagai figur sentral. Edward Cullen sangvampir digambarkan sebagai sosok pemudatampan yang sangat misterius. Ia jugaditampilkan sebagai wujud figur laki-laki idealyang digilai banyak remaja putri karena iadigambarkan sebagai sosok pahlawan yangmampu melindungi orang yang dicintainyadengan segala kemampuan dan kekuatan yangmereka miliki.

The Twilight Saga, berdasarkan faktabahwa serial novel ini (begitu juga filmnya)laku keras di pasaran, tentu saja akan memberipengaruh pada pembacanya yang rata-rataadalah remaja putri berusia belasan tahun.Marta Brockenbrough berpendapat bahwatokoh Edward Cullen menjadi ‘obsesi pararemaja putri’. Mereka kemudian menjadisangat ingin mendapatkan figur laki-lakiseperti Edward dengan segala ciri yangmelekat padanya (2009). Serial novel inimenciptakan sensasi dan kontroversi pada saatbersamaan. Banyak yang beranggapan kalauserial novel ini hanya menceritakan figur Bellayang senang dengan hubungan percintaan yangjustru membuat dirinya sendiri menderita. Disisi lain serial ini dipuji karena berhasilmengangkat secara sempurna kondisikegalauan psikologis seorang remaja putripada usia belasan. Berkat sensasi dankontroversinya, The Twilight Saga pun

menjadi sangat populer di Indonesia bahkansampai memiliki grup di sebuah jejaring sosial.

Jessica Taylor melalui artikel berjudul“Romance and the Female Gaze ObscuringGendered Violence in The Twilight Saga”(2014) menyatakan bahwa serial inisesungguhnya mengandung kekerasan gender,baik secara fisik maupun emosional danpsikologis, yang disalurkan melalui kontrolkeras yang dilakukan oleh tokoh laki-lakiterhadap tokoh perempuan. Semua bentukkekerasan tersebut tersamar dibalik kemasangenre roman yang membuatnya menjadi seolahtidak lagi menakutkan. Selanjutnya, tokoh laki-laki, seperti Edward Cullen, Jacobs Black danSam Uley, yang penuh kekerasan dan seringmenimbulkan rasa cemas dalam diri tokoh-tokoh perempuan dalam novel ini, ditampilkansebagai sosok yang penuh kendali, baik atasdirinya maupun atas lingkungannya, termasukpara wanita disekelilingnya. Akibatnya, semuabentuk kekerasan pun menjadi samar dan tidaklagi mengkhawatirkan selama para wanita(dalam novel ini) bisa hidup bersama pria yangmereka dambakan.

Pengutamaan tokoh pria sebagaipemegang kendali dan kekuasaan sejak lamatelah ditampilkan oleh para penulis, terutamapenulis laki-laki. Sementara tokoh wanitahanya menjadi ornamen pelengkap – danseringkali menjadi objek seksual pasif – dalamsetiap karya penulis laki-laki (Millet 1969). Halini menggambarkan peran gender dalamperspektif masyarakat patriarki. Sejak lama,sistem patriarki telah membangun sebuahideologi bahwa laki-laki adalah makhluknomor satu dan lebih baik dari perempuan.Simone de Beauvoir mengatakan bahwa “He[laki-laki] is the Subject, he is the Absolute—she is the Other” (1949:xviii-xix). Artinya,laki-laki dalam ideologi patriarki adalah subjekdan absolut, sementara perempuan adalahliyan. Selain itu, Adrienne Rich dalam OfWoman Born: Motherhood as Experience andInstitution juga menyampaikan bahwa sistempatriarki ibarat kekuasaan seorang ayah. Iaadalah sebuah sistem sosial kekeluargaan,

SALINGKA, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume 11 Nomor 2 Edisi Desember 2014 (155—162)

Page 3: PERAN GENDER DALAM SERIAL NOVEL THE TWILIGHT SAGA …

157

ideologi dan politik dimana laki-laki – baik darisegi kekuatan, maupun melalui ritual, tradisi,hukum, bahasa, kebiasaan, etiket, pendidikan,dan ketenagakerjaan – menentukan bagianmana yang boleh dan tidak boleh bagi kaumperempuan, dan dalam sistem patriarkiperempuan selamanya tunduk di bawahkekuasaan laki-laki (1976:57-58).

Helene Cixous (dalam Moi, 1985:104)memperjelas bagaimana laki-laki danperempuan dibedakan secara biner dalamperspektif patriarki sebagai berikut:

Activity / Passivity;Sun / Moon;Culture / Nature;Day / Night;Father / Mother;Head / Emotions;Intelligible / Sensitive;Logos/Pathos

Dalam oposisi biner diatas, gender priadan wanita dibedakan seperti dua kutub yangberjauhan dan bertentangan satu sama lain.Kata-kata: aktif, matahari, budaya, siang, ayah,rasional, tegas, dan logos mewakili genderpria. Sementara kaum wanita diwakili olehkata-kata pasif, bulan, alam, malam, ibu,emosional, sensitif, dan pathos. Oposisi binerini membuat seolah-olah sifat laki-laki danperempuan tersebut adalah perbedaan yangnyata dan tidak akan pernah dapatdinegosiasikan satu sama lain. Terkias darioposisi biner ini adalah dominasi laki-laki atasperempuan.

Seiring berkembangnya semangatkesetaraan gender, oposisi biner tersebut mulaidilebur. Banyak karya sastra ikut sertamempromosikan kesetaraan gender dengancara menampilkan tokoh perempuan yangmemiliki sifat aktif, rasional dan tegas, tidaksemata-mata pasif, emosional dan sensitif. Halini terutama dilakukan oleh penulis wanita.Namun, serial novel The Twilight Saga karyaStephanie Meyer ini, justru kembalimenampilkan dominasi pria terhadap wanita.Untuk itu, artikel ini menjelaskan lebih detilbagaimana serial novel ini menyajikan peran

dan hubungan gender yang timpang antaratokoh laki-laki dan perempuan, khususnyamelalui hubungan Bella dan Edward, dalambentuk hubungan subjek/objek dan pusat/margin.

2. Hasil dan PembahasanHasil analisis terhadap serial novel ini

menunjukkan bahwa Meyer membangun perandan hubungan gender yang dikotomis bagitokoh Bella dan Edward. Seperti oposisi bineryang dipaparkan oleh Cixous diatas, laki-lakiadalah Activity-Sun-Culture-Day-Father-Head-Intelligible-Logos, atau keaktifan-matahari-budaya-siang-ayah-kepala-logika-logos. Sementara perempuan adalah Passivity-Moon-Nature-Night-Mother-Emotions-Sensitive-Pathos, atau kepasifan-bulan-alam-malam-ibu-emosi-sensitif-pathos. Setiap katadalam kedua kelompok oposisi inisesungguhnya mewakili makna yang kuranglebih sama. Matahari, budaya, siang, ayah,kepala, logika dan logos menggambarkankeaktifan atau sifat seorang subjek dan pusat.Sementara itu bulan, ibu, emosi, sensitif danpathos mewakili kepasifan atau sifat objek danmargin. Matahari, misalnya, memiliki sinarnyasendiri sementara bulan hanya memantulkankembali cahaya matahari di malam hari. Kepalamenunjukkan kemampuan berpikir logissementara emosi mengaburkan kejernihanlogika. Menilik peran gender antara Bella danEdward, didapatkan bahwa Bella diposisikansebagai objek dan margin sementara Edwardadalah subjek dan pusat.

2.1 Subjek/ObjekPenulis melihat bahwa sosok Bela sebagai

perempuan dalam serial novel ini seringkalidiobjektifikasi. Kata objektifikasi pertama kalidigunakan pada tahun 1970an pada analisisfilm, seni, dan media popular untuk menggaliperlakuan terhadap perempuan, atau seringdikenal dengan istilah “image of women”, yanglebih sering menampilkan perempuan sebagaisosok objek gender yang pasif (untukdiidamkan, dieksploitasi dan disakiti) daripadasebagai subjek manusia seutuhnya (Code

Marliza Yeni, Edria Sandika: Peran Gender dalam Serial Novel The Twilight SagaKarya Stephanie Meyer: Sebuah Kajian Feminis

Page 4: PERAN GENDER DALAM SERIAL NOVEL THE TWILIGHT SAGA …

158

2000:367). Pada sebuah proses objektifikasiperempuan, biasanya figur laki-laki menjadisubjek atau pelaku ketika ia dilengkapi sifat-sifat rasional, logis dan aktif seperti yangdisampaikan oleh Cixous di atas.

Bella adalah representasi perempuan yangdiobjektifikasi tersebut. Ia ditampilkan dengansikap penurut dan emosional. Hal ini tergambarketika Bella menyadari bahwa ia tidak mungkinterus bersama Edward karena Edward adalahvampir yang secara naluriah memilikikeinginan untuk menghisap darah manusia.Dibutakan oleh perasaannya pada Edward,Bella menyatakan ketidaksanggupannya untukjauh dari Edward, seperti dalam kutipanberikut: “You can have my soul. I don’t wantit without you – it’s yours already” (New: 44).Kalimat Bella terdengar sangat klise; seorangperempuan memasrahkan diri dan jiwanyakepada laki-laki yang dicintainya. Hal inimenunjukkan sisi emosional (emotion) seorangwanita yang melampau sisi rasionalnya (head).Ia berucap dan bertindak hanya denganmempertimbangkan emosinya, padahal ia tahubetul bahwa menyerahkan diri pada Edwardberarti ia tidak akan menjadi manusia fana lagi;ia akan menjadi vampir. Aksi Bella dalammenyerahkan diri dan jiwanya pada Edwardmenunjukkan penolakan Bella untuk menjadisubjek atas dirinya. Secara langsung iamemposisikan dirinya sebagai objek eksploitasibagi Edward.

Sebaliknya Edward ditampilkan sebagaisosok yang mampu memahami situasi; bahwaia adalah vampir dan akan sulit bagi merekaberdua untuk menjalin hubungan. Maka ia puntidak segan mengatakan ‘tidak’ pada Bellameskipun ia juga mencintai Bella. Edwardbersikap rasional (head) dan logis(intelligible). Meyer memposisikan Edwardsebagai subjek; ia adalah pelaku dan pengambilkeputusan. Ia mampu mengenyampingkanperasaannya dan menegaskan posisinya kepadaBella, bahwa ia adalah vampir dan ia tidak mauterus menerus berpura-pura tidak berminatpada Bella yang memiliki darah segar untukdihisap (New:44).

Sebagai pria muda, Edward jugadigambarkan sebagai sosok gentleman. Iadikonstruksi oleh Meyer sebagai sosok priayang tahu apa yang harus ia lakukan bagi gadisyang ia cintai. Ia melindungi Bella danmengambil segala keputusan dan tindakanuntuk keselamatan Bella; menegaskan bahwaBella sendiri tidak mampu berbuat atas namadirinya sendiri. Sejak buku pertama, Twilight(2005), Edward sudah digambarkan sebagaipribadi yang matang dan mempesona. Ketikamelakukan perjalanan dengan teman-temansekolah mereka, Edward mendapatkankesempatan untuk menunjukkan sikap sebagaigentleman kepada Bella: “Ladies first,partner?”Edward asked. I looked up to seehis smiling a crooked smile so beautiful that Icould only stare at him like an idiot”(Twilight:23). Bella memandangi Edwardseperti orang bodoh, padahal Edward hanyamengatakan sepotong kalimat yang sebenarnyatidak terlalu istimewa. Sikap ini mewakilikategori matahari (sun) bagi Edward. Iamemancarkan sinar; ia sumber dan ia subjek.Sementara Bella adalah bulan (moon) yangpasif dan hanya menerima imbas sinar/sikapEdward.

Salah satu peran subjek yang nyata dalamdiri Edward adalah sifatnya yang protektif.Edward adalah figur yang akan segeramengambil tindakan jika Bella terancambahaya. Ketika Bella diserang oleh JasperCullen yang ingin sekali menghisap darahnya,Edward segera bertindak sebagai protektor:“Edward’s face was whiter than bone as hewheeled to crouch over me, taking a clearlydefensive position. A low warning growl slidfrom between his clenched teeth. I could tellthat he wasn’t breathing (New:18). Laludilanjutkan dengan: “Edward stood over me,still protective, still not breathing (19) yangmenunjukkan bahwa Edward tidak mauberdiam diri saja melihat Bella dalam bahaya.Ia bahkan siap berhadapan dengan Jasper yangsudah menjadi saudaranya selama ratusantahun demi melindungi Bella.

SALINGKA, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume 11 Nomor 2 Edisi Desember 2014 (155—162)

Page 5: PERAN GENDER DALAM SERIAL NOVEL THE TWILIGHT SAGA …

159

Terlepas dari bahaya, Edward dan Bellaakan memiliki kesempatan untuk bermesraan.Namun hubungan mereka memang sangatpenuh tantangan karena Edward sebenarnyamasih harus sangat berhati-hati terhadap Bellaagar ia tidak tergoda untuk menjadikan Bellasantapannya. Namun Bella justru tidak pedulidengan hal tersebut. Ketika Edwardmenciumnya, ia menginginkannya lagi: “No, Iwant you to kiss me again” (New:32) danEdward harus mengingatkan Bella denganmengatakan: “You’re overestimating my self-control” lalu “He [Edward] kiss my foreheadagain before he shut the door on me”(New:35). Tindakan Edward menunjukkankemampuan kontrol diri yang baik, sebuah sifatyang harus dimiliki oleh sosok subjek,terutama seorang pemimpin. Ia tahu betulbahwa kemampuannya dalam menahan diriuntuk tidak memangsa dan mengubah Bellamenjadi vampir ada batasnya. Oleh karena ituia tidak mau bermesraan terlalu dalam. NamunBella justru tidak mempedulikan hal tersebut.Ia larut dalam perasaannya terhadap Edwarddan tidak memedulikan keselamatannya. Atasnama cinta, Bella menghambakan dirinya padaEdward. Secara emosional dan tidak rasionalia menyediakan diri untuk menjadi objekeksploitasi bagi Edward, baik bagi sisikelelakiannya maupun bagi sisikepredatorannya sebagai vampir. SementaraEdward justru sebaliknya: rasional dan logis.Sikap rasional dan logis Edward memberi iaperan sebagai subjek karena hanya denganrasionalitas dan kelogisan maka seseorangdapat mengendalikan situasi dan menjadisubjek pelaku dan pengambil keputusan dalamsituasi yang dihadapinya. Sebaliknya Belladengan sifat tidak rasional dan emosionalnyahanya akan menjadi sosok pasif, objek yangtidak mampu mengambil sikap yang benar,bahkan terkait nasibnya sendiri. Hal ini menjadilebih nyata melalui cara Meyer memakai Bellasebagai narator; Bella lebih banyak menjadipengamat dan memposisikan dirinya sebagaiobjek pasif di hadapan Edward.

Karakter Edward dikonstruksisedemikian rupa. Sebagai vampir ia menawan

secara fisik, dingin, cekatan - bahkan sangatcepat sehingga mampu melakukan hal-hal yangorang lain, terutama perempuan, tidak mampulakukan - dan juga sangat kuat. SementaraBella adalah gadis cantik yang lembut, naif,rapuh dan pasrah. Keduanya menjadirepresentasi konstruksi gender dalam ideologipatriarki yang sangat kental; representasisubjek dan objek yang sempurna. Ketika padabuku keempat, Breaking Dawn, Belladisebutkan hamil dan akan segera melahirkanseorang anak yang mortal atau abadi, pada saatinilah Bella melengkapi fungsi gendernyasebagai perempuan dengan peran reproduksi.

2.2 Pusat/MarginDalam pendekatan pascakolonial, oposisi

biner antara pusat dan margin (centre/margin)adalah analogi hubungan barat dan timur.Negara-negara imperial Eropa didefinisikansebagai pusat, dimana sebuah kekuatan dankekuasan berasal. Sebaliknya, semua yangberada di luar pusat, adalah margin/pinggiran,baik secara budaya, kekuasaan dan perabadan(Ashcroft, Griffiths dan Tiffin 2000:36-37).Hubungan gender antara Edward Cullen danBella Swan dalam serial novel inimerefleksikan hubungan penjajah dan terjajahdalam oposisi biner pusat vs margin.

Seperti disampaikan oleh de Beauvoir,laki-laki dalam pandangan masyarakatpatriarki adalah sebuah keniscayaan, sebuahabsolut. Ia adalah jenis kelamin manusiapertama yang diciptakan Tuhan di muka bumi.Sementara perempuan hanyalah other, liyan,bayangan, pengikut. Perempuan bukan sebabutama, sehingga ia tidak pernah menempatiposisi pertama. Laki-laki sebagai sosok absolutselalu menempati peran dominan. Ia adalahpenentu dan pengambil keputusan, sementaraperempuan diposisikan sebagai subordinat;lebih rendah dan lebih lemah.

Novel ini pun menggambarkan BellaSwan sebagai sosok liyan yang berada dipinggir: sosok bayangan bagi pusat. Iamemandang Edward Cullen dengan penuhkekaguman seperti manusia memandangimatahari sebagai sumber utama kehidupan.

Marliza Yeni, Edria Sandika: Peran Gender dalam Serial Novel The Twilight SagaKarya Stephanie Meyer: Sebuah Kajian Feminis

Page 6: PERAN GENDER DALAM SERIAL NOVEL THE TWILIGHT SAGA …

160

Seperti kutipan berikut: “I [Bella] glancedsideways at a beautiful boy, who was lookingat his tray now, picking a bagel to pieces withlong, pale fingers. His mouth was moving veryquickly, his perfect lip barely opening” yangkemudian dilanjutkan dengan keteranganteman sekelas Bella tentang Edward: “That’sEdward. He’s gorgeous, of course, but don’twaste your time. He doesn’t date. Apparentlynone of the girls here are good-lookingenough for him” (Twilight:10-11). KetikaBella melihat Edward, ia langsungmenganggapnya sebagai sosok yang sangattampan (beautiful) dan ketampanannya ituadalah sebuah barang mahal; ia tidak kencandengan sembarang orang, bahkan digambarkansebagai sosok yang tidak dapat didekati danhanya bisa dikagumi dari jauh. Gambaranseperti ini konsisten dengan perumpamaanlaki-laki sebagai matahari yang disetujuisebagai berkah dan dipuja oleh semua makhlukhidup di muka bumi. Edward adalah sebuahfigur utama dan penentu yang kehadirannyamembawa pengaruh bagi orang-orang disekelilingnya.

Potret Edward yang sangat berkharismamembuat Bella tergila-gila. Pada satu titik iamalah menjadi sangat naif dan tenggelamdalam khayalannya. Ia tersenyum sendiri dalamimajinasinya dan berpikir Edward jugamemandang dan tersenyum kepadanya, lalumenjadi gugup ketika mereka betul-betulbertatap mata.

Cerita pertemuan awal kedua remaja inisebenarnya adalah cerita biasa dan jamakterjadi dalam realita. Namun, Meyermenggambarkan Edward sebagai sosokmisterius dengan daya tarik luar biasa yangmampu membuat Bella terpesona. Sementaradari sisi Bella ia diceritakan gugup, gelagapandan tidak mampu membuang Edward daripikirannya bahkan ketika ia sedang belajar dikelas sekalipun. Edward tetap ditampilkansebagai sosok yang dingin dan mampumenahan diri, meskipun sebenarnya ia jugamenaruh perhatian kepada Bella. Darigambaran yang demikian, dapat dilihatkonstruksi gender yang tidak seimbang.Edward adalah sosok absolut yang dominan

dan penuh kekuasaan, sementara Bella adalahsosok bayangan yang lemah, tidak memilikikuasa atas dirinya dan orang lain.

Meyer menampilkan Edward sebagaisosok yang sempurna secara fisik. Ia memilikisegala yang bisa membuat kaum wanitaterpesona. Ia memancarkan pesona yangmengendalikan, terutama terhadap Bella.Bahkan kedua matanya pun mampumenghipnotis Bella: His dark gold eyesconfused me, I answered without thinking”(Twilight:25). Kutipan ini menjelaskankekuatan karakter Edward yang mampumenyihir Bella sebagai sosok liyan yangpenggugup, sebagaimana bangsa kulit putih(penjajah) mampu menampilkan diri merekasebagai penguasa atas bangsa kulit berwarna.Meyer tidak hanya menampilkan sosokEdward sebagai sebuah karakter absolut yangkokoh tanpa keraguan, tapi juga melengkapikonstruksi gender ini dengan menampilkanBella sebagai karakter bayangan yang tidakmemiliki identitas diri. Dalam kutipan berikutdapat dilihat bagaimana Bella berpikir bahwadirinya bukan siapa-siapa tanpa Edward. Olehkarenanya ia sangat ketakutan ketika Edwardharus pergi: “Don’t leave me”, I cried, anirrational surge of panic flooding throughme. I couldn’t let him go – he might disappearfrom me again” (Twilight 267), dan dalamkutipan berikut: “His cool hands were on myface; I stared at him with wild eyes. Shhhh,Bella, calm down,” Don’t leave me,” Ibegged in a broken voice” (271). Nampakjelas bahwa dalam serial ini Bella memangdiciptakan oleh Meyer sebagai sosok yangtidak berdaya jauh dari kekuasaan, tidakmampu berdiri sendiri dan menggantungkanhidupnya pada sosok absolut laki-laki yangdominan.

Pada bagian lain novel Twilightdiceritakan Bella mencoba meyakinkanEdward bahwa ia sangat mencintai Edward:“I touched his face. “Look” I said. “I loveyou more than everything else in the worldcombined. Isn’t that enough?” (Twilight288). Bahkan ketika pada akhirnya Bella bisamemikirkan sebuah keputusan terkait masa

SALINGKA, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume 11 Nomor 2 Edisi Desember 2014 (155—162)

Page 7: PERAN GENDER DALAM SERIAL NOVEL THE TWILIGHT SAGA …

161

depannya, eksekusi akhir pun tetap berada ditangan Edward. Bella menyatakankeinginannya untuk selamanya bersamaEdward dan keluarga Cullen lainnya. Hanyadengan satu alasan, bahwa ia mencintaiEdward melebihi apapun. Bella memintaEdward untuk mengubahnya menjadi vampir.Bagian ini menunjukkan bahwa Bella yangtadinya tidak memiliki karakter yang kuat,pada akhirnya mampu mengambil sebuahkeputusan sendiri untuk hidupnya, sebuahkeputusan yang cukup penting yang akanmengubah hidupnya selamanya. Namun,keputusan Bella tersebut tidak serta mertadapat terwujud. Keinginannya untuk menjadivampir hanya bisa terjadi kalau Edward setujudan mau menghisap darahnya. Nampak jelasdalam buku pertama ini bahwa Belladitampilkan lemah dan sangat dikuasai olehsosok Edward yang dominan yang bahkan jugamendominasi hidup dan masa depan Bella.

Bella memilih sendiri posisinya sebagaimargin, sementara Edward mewakili pusat.Dalam buku Post-Colonial Studies. The KeyConcepts, Ashcroft, Griffith dan Tiffinmengatakan bahwa negara-negara imperialEropa disebut sebagai ‘pusat’ dan segalasesuatu diluar pusat adalah margin ataupinggiran budaya, kekuasan dan peradaban.Maka misi penjajahan adalah membawa margintersebut menuju pusat untuk mendapatpencerahan. Demikianlah kemudian penjajahandimulai (2000:36-37). Bella secara langsungtelah menempatkan dirinya sebagai marginyang tidak tahu apa-apa dan menyerahkan diriuntuk masuk kedalam kekuasan Edward sangpusat. Ia meyakinkan dirinya bahwa hidupdalam kendali kuasa Edward akan menjadikanhidupnya lebh tercerahkan.

Dari sudut pandang feminis, karya sastradengan konstruksi gender dikotomis hirarkisseperti ini tentu saja dipandang negatif karenakurang mendorong kaum perempuan untukbersikap mandiri dan tidak merefleksikansemangat kesetaraan gender yang selama inidiperjuangkan kaum feminis. Bella tidakmampu berpikir logis karena ia adalah ‘emosi’,

bukan ‘kepala’. Ia adalah ‘bulan’, bukan‘matahari.’ Bella, melalui keseluruhan serialnovel ini, ditampilkan sebagai pengikutEdward. Ia pasif dan tidak rasional.

Penjelasan tentang peran gender Bellayang tergambar sebagai objek dan margin sertaEdward sebagai subjek dan pusat menjelaskanargumen Jessica Taylor tentang kekerasangender yang tersamar dalam serial ini. Meyermenampilkan sosok laki-laki sebagaipemegang kekuasaan dan perempuan sebagaiobjek. Sosok perempuan, seperti Bella, bahkanmendamba untuk dikuasai dan secara langsungmenyerahkan diri sebagai objek eksploitasi.Melalui peran gender yang timpang inilahkekerasan gender tersebut terjadi.

3. Simpulan dan SaranMelalui analisis kritik sastra feminis, dapat

disimpulkan bahwa serial novel The TwilightSaga yang ditulis oleh Stephanie Meyer yangditerbitkan dari tahun 2005 sampai 2008menampilkan konstruksi peran gender yangtimpang antara pria dan wanita. Bella, tokohutama wanita, hanya ditampilkan sebagaisosok objek dan margin yang pasif, tidak logis,dan emosional. Ia menghambakan dirinya padaEdward. Berulang kali Bella menyatakanketidakmampuannya menjalani hidup tanpaEdward dan berulang kali pula Bellamembahayakan nyawanya yang membuktikanketidakmampuannya dalam menjadi subjekatas dirinya sendiri. Sebaliknya, Edwardmemiliki segala kemampuan subjek dan pusat.Ia aktif, logis dan rasional. Ia bertindak sebagaipenjaga keselamatan Bella, pengambilkeputusan dan sumber kehidupan bagi Bella.

Setelah menyelesaikan analisis ini, penulismenyimpulkan bahwa pembaca serial novel ini,terutama remaja putri, butuh diberikanpemahaman tentang adanya kesenjangan perangender dalam keempat novel ini. Hal inidiperlukan agar pembaca tidak menerimakonstruksi gender yang dikotomis dan hirarkisyang menempatkan perempuan pada posisiyang rendah dan lemah ini sebagai sebuahkewajaran. Jika hubungan Bella dan Edward

Marliza Yeni, Edria Sandika: Peran Gender dalam Serial Novel The Twilight SagaKarya Stephanie Meyer: Sebuah Kajian Feminis

Page 8: PERAN GENDER DALAM SERIAL NOVEL THE TWILIGHT SAGA …

162

diterima sebagai sesuatu yang wajar, makadapat dipastikan bahwa telah terjadikemunduran dalam perjuangan kesetaraangender.

Daftar PustakaAshcroft, Bill, Gareth Griffiths and Helen

Tiffin. Post-Colonial Studies. The KeyConcepts. 2000, London: Routledge.

Abrams, M. H. A Glossary of Literary Terms(Ninth Edition). 2009, Boston:Wadsworth Cengage Learning.

Brockenbrough, Martha. “Does ‘Twilight’Suck the Brains Out of Teens?”. MSNMovies. 1 Jan. 2009.

Cixous, Helene dalam Toril Moi. Sexual/Textual Politics: Feminist LiteraryTheory. 1985, London and New York:Methuen. (102-126).

Code, Lorraine (ed). Encyclopedia of FeministTheories. 2000, London: Routledge.

De Beauvoir, Simone. The Second Sex. H. M.Parshley (Trans.). 1989, UK: Vintage

Eliot, Simons and W. R. Owens. A Handbookto Literary Research. 1998, New York:Routletdge

Lovely, Marissa. “Women’s Stereotype andMen’s Domination in Stephanie Meyer’sThe Twilight Series.” 2012, Skripsi.Universitas Andalas.

Meyer, Stephanie. Twilight. 2005, New York:Little, Brown and Company.

_______. New Moon. 2006, New York: Little,Brown and Company

_______. Eclipse. 2007, New York: Little,Brown and Company.

_______. Breaking Dawn. 2008, New York:Little, Brown and Company.

Rich, Adriene. Of Woman Born: Motherhoodas Experience and Institution. 1995, NewYork: W. W. Norton and Company.

Selden, Raman. Peter Widdowson, and PeterBrooker. A Reader’s Guide toContemporary Literary Theory. (Edisike-5). 2005, Edinburgh: PearsonEducation Limited.

Showalter, Elaine. A Literature of Their Own.1998, US: Princeton University Press.

Stewart, Dodai. “Twilight’s Hero Is Abusive,Which Makes Him All The MoreRomantic”. 2009, Jezebel <http://jezebel.com/5415325/twilights-hero-is-abusive-which-makes-him-all-the-more-romantic> (Diakses 28 Januari 2013)

Taylor, Jessica. (2014). “Romance and theFemale Gaze Obscuring GenderedViolence in The Twilight Saga”. FeministMedia Studies, 14:3, 338-402, DOI:10.1080/14680777.2012.740493

SALINGKA, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume 11 Nomor 2 Edisi Desember 2014 (155—162)

Page 9: PERAN GENDER DALAM SERIAL NOVEL THE TWILIGHT SAGA …

163

SIGNIFIKASI TANDA DALAM IKLAN ROKOK A MILD:Analisis Denotasi dan Konotasi pada Teori Roland Barthes

(The Signification of Sign in A Mild Cigarettes Advertisement, Denotativeand Connotative Meaning Analysis based on Roland Barthes Theory)

Nidya FitriSTKIP Dharmasraya

Jalan Lintas Sumatera Km. 18 Koto Padang, DharmasrayaPonsel 085263411188, Po-sel: [email protected](Naskah diterima: 16 April 2014, Disetujui: 11 Oktober 2014)

AbstractThis research was aim at describing form, function, and meaning of sign in A Mild cigaretteadvertisement. The problems of this research were what were form, function, and meaning ofsign in A Mild cigarette advertisement. The designs of research were descriptive approachand qualitative approach. Research data was sign in A Mild cigarette advertisement on verballanguage and nonverbal language. The sources of data in this research were on television,internet, and billboard of the cigarette advertisement. This research was conducted in SumateraBarat because heterogeneity crossing center society and one of sign is MinangkabauInternational Airport (BIM), more accessible, it takes time relatively short, and also LintasSumatera Road Padang-Jambi because transportation tools as link of three provinces areJambi, Riau, and Padang. The method used non-participant observation method, which wasfollowed by non-participant observation technique. The non-participant observation methodalso was followed by note taking and recording. Analysis method used unified method withsorting decisive unsure technique and sorting reverential. The presentation of the data researchresult used formal method and informal method. The function of sign was described andexplained by Searle’s theory. Then, meaning of sign was elaborated by Barthes’ theory. Theresult of analysis was concluded by three problems indication; first, it found sign in verballanguage and nonverbal language. Second, it found four from five functions stated by Searle,(1) representative function includes speculation, report, showing, and saying; (2) directivefunction includes persuasion, suggestion, and influence; (3) expressive function includescritic, blame and disappoint; (4) commissive function includes threaten and capable. Third,there is one meaning of sign produced includes superlative meaningKeywords: sign, advertisement, and superlative meaning

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan wujud, fungsi, dan maknatanda dalam iklan rokok A Mild. Masalah dalam penelitian ini adalah apakah wujud tanda,fungsi tanda, dan makna tanda dalam iklan rokok A Mild. Jenis penelitian ini adalah deskriptifdengan pendekatan kualitatif. Data penelitian adalah tanda yang terdapat dalam iklan rokok AMild dalam wujud bahasa verbal dan bahasa nonverbal. Sumber data penelitian adalah mediatelevisi, internet, dan baliho. Penelitian dilakukan di Sumatera Barat karena pusat perlintasanheterogenitas masyarakat Sumatera Barat, salah satunya ditandai adanya BIM (BandaraInternational Minangkabau), lebih mudah dijangkau, waktu yang diperlukan relatif lebih pendek,dan juga Jalan Lintas Sumatera Padang-Jambi karena jalan merupakan alat transportasi sebagaipenghubung tiga provinsi, yaitu Jambi, Riau, dan Sumatera Barat. Metode yang digunakanadalah metode simak yang diwujudkan dengan teknik simak bebas libat cakap (TSBLC). DalamTSBLC digunakan alat perekam dan pencatat. Metode analisis yang digunakan adalah metodepadan dengan teknik pilah unsur penentu dan daya pilah bersifat referensial. Penyajian hasilanalisis data menggunakan metode formal dan metode informal. Fungsi tanda dideskripsikan

SALINGKA, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume 11 Nomor 2 Edisi Desember 2014 (163—177)

Page 10: PERAN GENDER DALAM SERIAL NOVEL THE TWILIGHT SAGA …

164

1. PendahuluanTanda adalah sesuatu yang memiliki

penanda (signifier) dan tinanda (signified).Ada tanda yang memiliki satu penanda, tetapimemiliki banyak tinandanya. Sebaliknya adatanda yang memiliki banyak penanda, tetapimemiliki satu tinandanya. Salah saturepresentasi penanda dan tinanda adalahbahasa verbal dan bahasa nonverbal. MenurutKamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI,1989:1260), bahasa verbal adalah unsur-unsurlingual yang diucapkan secara lisan melaluiartikulasi setiap manusia, baik berupa bunyimaupun tulisan yang dapat dimengerti olehsetiap lawan tutur. Selain itu, bahasa nonverbaldapat berupa gambar, lambang, dan logo.Kajian seputar hal ikhwal tanda dibahas dalamsebuah disiplin ilmu yang disebut semiotik.Kata semiotik telah digunakan pertama kalinyaoleh ahli filsafat Jerman Lambert pada abadXVIII (Sudjiman dan Zoest, 1992:2). Semiotikadalah usaha untuk menganalisis signifikasitanda-tanda. Salah satu refleksi signifikasitanda adalah iklan. Signifikasi tanda digunakanuntuk menyampaikan pesan kepada pembacaatau penonton.

Tanda juga memiliki fungsi, salah satunyadapat digunakan untuk berdusta (Piliang,2003:43). Menurut kamus Oxford AdvancedLearner’s (2008:25), kata dusta (lie) adalahketidaksesuaian antara sesuatu yang dikatakanatau yang ditulis dengan realitas yangdipresentasikan. Salah satunya terdapat padabahasa-bahasa dan tanda-tanda pada iklan.

Media iklan antara lain sering ditayangkandi media cetak dan media elektronik. Seiringdengan perkembangan zaman, baik mediaelektronik maupun media cetak seakan-akansudah menjadi kebutuhan masyarakat luas.

Media-media tersebut tidak hanya dianggapsebagai penyampai informasi, tetapi jugamenawarkan produk mereka.

Untuk menghindari kebosanan penontondan pembaca, aneka iklan biasanya disajikan.Para produser iklan menyuguhkan tanda-tandakreatifnya, baik dalam bahasa verbal maupunbahasa nonverbal. Tujuan pengiklansesungguhnya tidak hanya sekadar untukmenjual produk, tetapi juga untukmempengaruhi pola pikir penonton danpembaca. Menurut Nababan (1979:32), kataiklan berasal dari bahasa Arab yaitu i’lan yangberarti ’pemberitahuan’ dan ’advertensi’.Dengan demikian, iklan memuat aneka tandabaik berupa bahasa verbal maupun bahasanonverbal yang berisi informasi mengenaisuatu produk atau jasa yang ditawarkan padakhalayak ramai.

Salah satu iklan yang sering ditayangkandalam media cetak dan elektronik adalah iklanrokok A Mild. Iklan rokok A Mild tersebutditelaah dalam penelitian ini. Ada beberapaalasan yang melatari mengapa iklan rokoktersebut perlu diteliti. Pertama, rokok A Mildadalah salah satu merek rokok terkenal diIndonesia. Rokok A Mild adalah salah satumerek produk dari PT HM Sampoerna Tbk.Perusahaan tersebut merupakan salah satuperusahaan terbesar di Indonesia. Dalamsitusnya, perusahan tersebut disejajarkannyadengan perusahaan Dji Sam Soe, Avolution,dan Sampoerna Hijau (www.amild.com).

Kedua, iklan rokok A Mild meraihbeberapa penghargaan atas ide-ide kreatifnyamenghubungkan tanda dengan anekafenomena sosial. Salah satu penghargaan yangdiperoleh rokok A Mild adalah merek terbaikkategori iklan “Rokok A Mild Solo Best Brand

SALINGKA, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume 11 Nomor 2 Edisi Desember 2014 (163—177)

dan dijelaskan dengan menggunakan teori Searle. Kemudian, makna tanda dielaborasi denganmenggunakan teori Barthes. Hasil analisis disimpulkan sesuai dengan tiga indikasi permasalahanyang dikaji, yaitu pertama ditemukan tanda menggunakan wujud tanda dalam bahasa verbaldan bahasa nonverbal. Kedua, ditemukan empat fungsi tanda dari lima yang dikemukakan olehSearle yaitu, (1) fungsi representatif, yakni berspekulasi, melaporkan, menunjukkan, danmenyatakan; (2) fungsi direktif, yakni mengajak, menyarankan, dan mempengaruhi; (3) fungsiekspresif, yakni mengkritik, menyalahkan, dan mengeluh; dan (4) fungsi komisif meliputimengancam dan menyatakan kesanggupan. Ketiga, adanya makna tanda ekstrem dihasilkandari iklan rokok A Mild.Kata kunci: Tanda, iklan, dan tanda ekstrim

Page 11: PERAN GENDER DALAM SERIAL NOVEL THE TWILIGHT SAGA …

165

Index” (www.amild.com). Melalui idekreatifnya, di dalam iklan rokok A Mild banyakterdapat tanda-tanda berupa bahasa verbal danbahasa nonverbal. Tanda-tanda tersebutmemiliki makna tersembunyi dan tidak disadarioleh pembaca atau penonton.

Berdasarkan uraian pada latar belakang,beberapa permasalahan dapat diformulasikansebagai berikut, pertama, apakah wujud tandayang terdapat dalam iklan rokok A Mild.Kedua, apakah fungsi tanda dalam iklan rokokA Mild. Ketiga, apakah makna tanda dalamiklan rokok A Mild. Seiring dengan tigapermasalahan yang diutarakan maka tujuanpenelitian ini adalah mengeksplorasi wujudtanda, fungsi tanda, dan makna tanda dalamiklan rokok A Mild.

Selanjutnya, untuk mengkaji tigapermasalahan dalam latar belakang di atas,diperlukan kajian teoretis dan kajian pustakayang relevan dengan penelitian ini. Efendi(2001) dalam tesisnya mengulas pesan verbaliklan di televisi. Penelitian Efendi itumenggambarkan bahwa pesan verbal dalamiklan untuk penetapan khalayak sasaran padaanak, remaja, orang tua, dan semua umur.Pendekatan yang digunakan oleh Efendi adalahilmu komunikasi. Subjek penelitiannya adalahiklan yang ditayangkan di RCTI pada jamtayang utama. Penelitian dilakukan selama duabulan dengan tiga puluh tujuh hari efektif padajam tayang utama. Analisis dari penelitiannyaadalah unit sintaksis. Unit sintaksis tersebutdigunakan untuk mengidentifikasi data berupaaspek kebahasaan yaitu, kata, frasa, kalimat,paragraf, dan wacana. Aspek kebahasaan itusesuai dengan struktur iklan yakni, promise ofbenefit, amplification, proof, dan action.

Berdasarkan pengumpulan data yangdilakukan sesuai dengan konstruksi kategoriisi pesan verbal, yakni informasi(informational), emosional (emotional), dancitraan (image), sedangkan menurut kategorigaya pesan, yaitu ceramah (lecture) dandramatis (dramatize). Selanjutnya dari hasilpenelitian, Efendi menyimpulkan bahwasetelah dilakukan pengujian statistik tidakterbukti adanya perbedaan isi pesan verbal dan

gaya pesan verbal pada iklan yang ditayangkandi RCTI antara anak, remaja, orang tua, dansemua umur. Selain itu, penataan dan penyajianisi pesan verbal dan gaya pesan verbal yangditayangkan di RCTI kurang memperhatikankarakteristik khalayak sasaran.

Mayhew (2006) melakukan penelitianberjudul “Language Fashion”. Di dalampenelitiannya menggunakan teori Barthes danmenjelaskan struktur semiotik di balik visualbudaya (gambar, musik, dan teks), mitos, danrepresentasi makna dalam masyarakat.Penelitian ini menjelaskan lebih lanjut tentangtanda dipengaruhi oleh budaya. Pada dasarnyaperbedaan tampilan gaya meningkatkankepercayaan diri bagi pemakainya.Kepercayaan itu membangun tanda dalamsetiap representasi makna bagi siapa yangmelihatnya. Hal itu juga membangun nilaiestetika budaya dalam berpakaian. Dalamjurnal ini, analisis semiotik Barthes terfokuskepada gambar dan teks supaya pembaca lebihmudah memahami melalui audio visual yangditampilkan.

Pada tahun yang sama, Santoso (2006)dalam disertasinya membahas wacana iklankomersial. Hasil penelitian itu antara lainwacana iklan komersial (WIK) di TV secaraverbal memiliki tiga bagian, yaitu butir utama,tubuh, dan penutup. Santoso menyebutkandalam iklan terdapat sepuluh tipe, tipe yangpaling banyak digunakan menurut Santosoadalah tipe yang menonjolkan kehebatanproduk dengan atau tanpa perintah langsung,menonjolkan emosi, dan menonjolkan citraperusahaan.

Secara verbal, dari keseluruhan hasilanalisis data bahwa WIK di TV memiliki ciri-ciri khas, yaitu (1) secara ortografis, WIK diTV memanfaatkan jenis huruf (fontorthography) dan ukuran huruf (font size),variasi, warna, dan caranya muncul di layarTV. (2) dari aspek fonologis, WIK di TVterdapat permainan bunyi dan kata (play onword), seperti rima, aliterasi, asonansi,tekanan, dan nada tertentu. (3) dari aspekmorfologis, WIK di TV memanfaatkanmorfem /-in/ (bahasa Indonesia dialek Jakarta)

Nidya Fitri: Signifikasi Tanda dalam Iklan Rokok A Mild…

Page 12: PERAN GENDER DALAM SERIAL NOVEL THE TWILIGHT SAGA …

166

pada predikat, kata tanya, dan pemanfaatkanmetaplasme. (4) dari aspek leksikal adalahbanyaknya pemanfaatan kata klise, frasa klise,klausa klise, kata-kata emotif-positif yangmenyenangkan, kata aksi, dan bentuk-bentukkolokial (colloquial form). (5) dari aspeksintaksis, WIK di TV memiliki struktur kalimatbebas (seperti struktur lisan), kalimat pendek-pendek, berklausa dan takberklausa, dan daristruktur gramatikal wacananya memanfaatkanstruktur klimaks, antiklimaks, paralelisme,antitesis, dan repitisi. (6) dari aspek semantisyang menonjol adalah hiponimi “khusus” yangbersifat ‘egoistis’ dan sinonimi. Dikatakanegoistis karena WIK direkayasa untuk tujuanpropoganda sehingga produk yang satu inginlebih menonjolkan (unggul) daripada produkyang lainnya. (7) dari aspek gaya bahasanya(style), WIK memanfaatkan gaya bahasaretoris dan gaya bahasa klasan. (8) dilihat daripilihan kodenya, WIK di TV menggunakankode utama bahasa Indonesia ragam santai, disamping bahasa Inggris, bahasa Jawa, danbahasa Indonesia dialek Jakarta. (9) secarasemiotis, pesan-pesan WIK muncul dalamaneka wujud citra (images) yang dikontruksilewat tanda-tanda (penanda-tinanda) yanghidup di dalam masyarakat pemiliknya.

Penelitian lain yang terkait dengan kajiantanda dilakukan oleh Sawirman (2009) denganteori yang diciptakannya sendiri yang disebutdengan e135. Dalam penelitiannya, Sawirmanantara lain membuktikan bahwa denganmodifikasi tiga pendekatan, yakni wacanakritis, posmodernis, dan cultural studies.

Dalam disertasi berjudul “Simbol LingualTeks Politik Tan Malaka: Elaborasi,Signifikasi, dan Transfigurasi Interteks”.Sawirman merangkul tiga paradigma, yaitu (1)konstruksi (kontruksionis/penganut teorisistem), (2) rekonstruksi (rekontruksionis/penganut teori kritis), dan (3) dekonstruksi(dekontruksionis/pengikut posmodernis).Ketiga konstruksi tersebut dipadukannyauntuk pencarian kebenaran sebuah wacana dantanda. Setiap tahapan mengalami transfigurasisecara berkelanjutan. Tahapan konstruksiditransfigurasi dengan hermeneutika analitis,

tahapan rekonstruksi ditransfigurasi denganhermeneutika psikososial, dan tahapandekonstruksi ditransfigurasi denganhermeneutika ontologisme (Sawirman,2005:89-90). Dari ketiga paradigm di atas,menurut Sawirman, proses dialektikakompleks dan proses pemaknaan analisisinterpretasi makna tanda dapat mengungkapbudaya, bahasa dan ideologi secaraberkesinambungan.

Pada tahun yang sama, Ladyanna danWijana (2008) dalam artikelnya menelitibentuk aspek kebahasaan. Dari penelitianmereka ditemukan beberapa bentukpenggunaan aspek kebahasaan, yaitu repetisi,singkatan, kronim, campur kode, sinekdoktotum pro parte, eufemisme, pepatah adat, danbahasa daerah. Penelitian tersebut belum dapatmenarik perhatian masyarakat karena tidaksemua masyarakat mengerti bahasa Indonesiayang digunakan dalam iklan.

Zahid (2009) dalam artikelnya membahasbatas hubungan bentuk tanda dan referen. Daripenelitian Zahid menjelaskan tentang kepekaanmasyarakat Melayu yang dulunya tidakpercaya pada tanda yang mengandung pesantertentu. Selain itu, faktor sosio budaya danagama berperan penting dalam membentukhubungan tanda dan referen. Penelitiannyamembuktikan bahwa konsep tanda tidakbersifat konvensional (arbitrari), tetapi bersifatfitrah (Nasir (dalam Zahid, 2009:120)). Sifatfitrah dari tanda tersebut adalah konseparbitrari digantikan dengan konsep fitrah.Padahal, aras hubungan semua sistem tandadalam bahasa bersifat ikon atau indeks yangdihubungkan dengan bentuk tanda danreferennya. Teori yang digunakan dalampenelitian Zahid adalah semiotik Peirce. Subjekpenelitiannya adalah puisi pribahasa Melayu.Penelitian Zahid belum menjelaskan maknametafora dalam analisis datanya.

Sejalan dengan kajian pustaka di atas,kajian teori juga diperlukan untuk membahasdan menjawab permasalahan dalam iklanrokok A Mild. Pada tahapan pertama dimulaidengan analisis perwujudan tanda, tahapan inimelibatkan wujud tanda dalam bahasa verbal

SALINGKA, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume 11 Nomor 2 Edisi Desember 2014 (163—177)

Page 13: PERAN GENDER DALAM SERIAL NOVEL THE TWILIGHT SAGA …

167

dan bahasa nonverbal. Wujud tanda dalambahasa verbal meliputi bahasa lisan dan bahasatulisan, sedangkan wujud tanda dalam bahasanonverbal meliputi gambar, lambang, dan logo.Kemudian, tahapan kedua dengan analisisfungsi tanda menggunakan teori tindak tuturSearle (1976) (dalam Lavinson, 1994:161).Dalam teori tindak tutur, Searle membagi limafungsi bahasa, antara lain: pertama fungsirepresentatif, yaitu tindak tutur yang mengikatpenuturnya akan kebenaran atas apa yangdiujarkan, menyatakan, menuntut, mengakui,melaporkan, menunjukkan, menyebutkan,memberikan kesaksian, berspekulasi, dansebagainya. Kedua fungsi direktif, yaitu tindaktutur yang dimaksudkan penuturnya agar mitratutur melakukan tindakan yang disebutkan didalam tuturan itu, seperti memaksa, mengajak,menyuruh, menagih, mendesak, memohon,menyarankan, memerintah, memberikan aba-aba, dan menantang. Ketiga fungsi ekspresif,yaitu tindak tutur yang dimaksudkanpenuturnya agar ujarannya diartikan sebagaievaluasi tentang hal yang disebutkan di dalamtuturan itu, seperti memuji, mengucapkanterima kasih, mengkritik, mengeluh,menyalahkan, mengucapkan selamat, danmenyanjung. Keempat fungsi komisif, yaknitindak tutur yang mengikat penuturnya untukmelaksanakan apa yang disebutkan di dalamtuturannya, seperti berjanji, bersumpah,mengancam, dan menyatakan kesanggupan.Kelima fungsi deklaratif, yakni tindak tuturyang dimaksudkan penuturnya untukmenciptakan hal (status, keadaan, dansebagainya), seperti mengesahkan,memutuskan, membatalkan, melarang,mengizinkan, mengabulkan, menggolongkan,dan mengampuni.

Selanjutnya, pada tahapan tiga, kajian inimenggunakan teori semiotik Barthes untukmenelaah makna tanda yang di dalamnyaterdapat tahapan signifikasi tanda, yaitutahapan signifikasi pertama disebut denganmakna denotasi dan tahapan signifikasi keduadisebut dengan makna konotasi. Dari tahapansignifikasi pertama dan tahapan signifikasi

kedua di atas, dapat diperoleh mitos danideologi yang terbentuk dari konsep berpikirmasyarakat.

Untuk membedakan istilah-istilah yangdipakai dalam semiotik tingkat pertama,Barthes menggunakan tiga istilah yangberbeda, yaitu form , concept, dansignification. Berarti signifier=form ,signified=concept, sign=signification.Sebagai sistem semiotik tingkat dua, mitosmengambil sistem semiotik tingkat pertamasebagai landasan. Dengan demikian, mitosadalah sistem yang terdiri atas gabungan sistemlinguistik dan sistem semiotik (Sunardi,2002:104) dalam masyarakat. Semiotika tahappertama (denotasi) tanda denotatifnya(denotative sign) terdiri atas signifier dansignified, sedangkan semiotika tahap keduanya(konotasi) tanda konotatif terdiri atasconnotative signifier dan connotativesignified. Dalam denotatif dapat melihatgambar atau foto begitu saja, tanpa adapemaknaan di balik gambar (foto) itu.Denotatif kemudian menjadi landasan (pijakan)bagi semiotika tingkat kedua (konotasi danmitos) konotasi memang dibangun di atasdenotasi. Dalam konotasi diuraikan makna apayang ada dibalik foto itu, kemudian dapatditarik mitos, dan setelah diketahui mitosnyaapa, maka dapat ditentukan ideologinya.

Menurut Barthes (dalam Sawirman,2005:115) tahapan signifikasi pertama(denotasi) adalah makna tanda, sedangkantahapan signifikasi kedua (konotasi) adalahmakna yang bersifat subjektif atauintersubjektif, misalnya kata penyuapandengan uang pelicin. Tabel 1 berikut dapatdigunakan dalam menganalisis data.

Nidya Fitri: Signifikasi Tanda dalam Iklan Rokok A Mild…

Page 14: PERAN GENDER DALAM SERIAL NOVEL THE TWILIGHT SAGA …

168

Tabel 1. Tahapan Signifikasi Barthes

1Signifier 2Signified Makna Denotasi

3Tanda

II. Signified

I. Signifier

III. Tanda Makna

Konotasi

Seperti yang sudah di uraikan di atas,metode untuk menganalisis dan menjawabpermasalahan dalam iklan rokok A Milddiperlukan. Berikut beberapa jenis dan metodeyang digunakan dalam penelitian ini.

Jenis penelitian ini menggunakanpenelitian deskriptif dengan pendekatankualitatif. Penelitian ini bertujuan untukmendeskripsikan wujud atau bentuk verbal danbentuk nonverbal, fungsi, dan makna tandayang terdapat dalam iklan rokok A Mild. Selainitu, penelitian deskriptif dapat melihatpermasalahan berdasarkan fenomena danfakta, hasil yang diperoleh dapat dikatakanbersifat potret, yakni paparan seperti apaadanya (Sudaryanto, 1993:20).

Data penelitian ini adalah tanda yangterdapat dalam iklan rokok A Mild, baik dalambentuk verbal dan bentuk nonverbal. Sumberdata penelitian adalah berasal dari mediaelektronik, yakni televisi, internet (http:/amoyepai.blog.com), dan media cetak, yaitubaliho. Penelitian dilakukan di Kota PadangSumatera Barat karena dengan menggunakanmedia elektronik penulis tidak secara langsungmengambil data di tempat iklan diterbitkanatau ditayangkan. Selain itu, penulismengambil data dari baliho di daerah sekitarSumatera Barat, khususnya Kota Padangmerupakan ibu kota provinsi Sumatera Baratdan pusat kota yang memiliki kemajemukanmasyarakat dan baliho iklan rokok A Mild.

Pengumpulan data dilakukan denganmenggunakan metode simak. Metode simakdigunakan untuk menyimak bentuk verbal danbentuk nonverbal dalam iklan rokok A Mild.Teknik yang digunakan adalah teknik simak

bebas libat cakap (TSBLC) karena penulishanya merekam dan mencatat langsung datadari sumber data dan tidak terlibat langsungdi dalam percakapan (Sudaryanto, 1993:134).Selain itu, penulis menggunakan metode padansebagai teknik analisis data untuk memadankanantara bentuk verbal dan bentuk nonverbaldalam iklan rokok A Mild dengan fakta danfenomena yang terjadi di luar iklan rokok AMild.

2. Hasil Penelitian dan PembahasanBerikut beberapa analisis tanda yang

ditemukan di dalam iklan rokok A Mild,internet, dan baliho. Analisis tanda ini ditelaahlebih lanjut dengan semiotik Barthes.

SALINGKA, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume 11 Nomor 2 Edisi Desember 2014 (163—177)

Page 15: PERAN GENDER DALAM SERIAL NOVEL THE TWILIGHT SAGA …

169

Gambar 1. Data I Data 1: Iklan rokok A Mild versi dingin vs panas

Tanda lingual Kalo gue yang dingin, kenapa loe yang panas? ‘Kalau saya yang dingin, kenapa kamu yang panas?’

Iklan rokok A Mild versi dingin vs panas Sumber (http://www.amild.com)

Wujud tanda pada gambar 1 dalam bahasa

verbal yang terdapat dalam iklan adalah “Kalogue yang dingin, kenapa loe yang panas?”.Wujud tanda dalam bahasa verbal di atasberkaitan dengan wujud tanda dalam bahasanonverbal, yaitu gambar empat ekor dombayang memiliki banyak bulu dengan seekordomba lagi yang tidak memiliki bulu samasekali cenderung menginterpretasikan rakyatyang memiliki banyak uang dan tidak samasekali. Kemudian, rumput warna hijaumelambangkan makanan domba sehinggamengakibatkan domba terlihat gemuk. Hal iniadalah sebagai efek dari rakyat yang memilikibanyak uang namun domba seekornya lagiberbanding terbalik karena sudah berada di atasrumput warna hijau tetapi tetap terlihat tidakmemiliki bulu sama sekali.

Meskipun demikian, domba terlihat tidakmemiliki bulu menandakan tidak dapatmenikmati rumput warna hijau tersebut. Selainitu, representasi gambar juga memberikanpesan bahwa ketimpangan sosial yangmenimbulkan rasa ketidakadilan, yaitu empatekor domba terlihat memiliki banyak uanguntuk menutup mulut para pejabat hukumsupaya mendapat hukuman ringan, sementaraitu seekor domba satu lagi tidak memilikicukup uang untuk menutup mulut para pejabat

hukum. Akibatnya, mereka yang tidak memilikicukup uang mendapat hukuman lebih beratdaripada mereka yang tidak memiliki cukupuang, walaupun masalah hukum yang dihadapirakyat yang miliki banyak uang lebih beratdaripada rakyat yang tidak memiliki cukupuang, seperti masalah korupsi dan malingayam. Setelah itu, mata keempat ekor dombatidak saling berhadapan satu sama lainmerefleksikan meskipun mereka memilikibanyak uang, namun mereka lebih memilihuntuk menghadapi masalah mereka masing-masing. Lalu, langit biru warna biru merupakanwarna latar yang digunakan pengiklan. Warnabiru adalah warna cerah yang melambangkanmasa depan negara Indonesia karena masihbanyak jalan keluar untuk menyelesaikanmasalah-masalah tertunda secara baik-baik danmelihat kedepan untuk menjalankan kehidupanselanjutnya.

Fungsi tanda dilihat dari wujud tandadalam bahasa verbal dan bahasa nonverbal,pada gambar iklan itu terdapat beberapafungsi, yaitu pertama fungsi representatifterlihat pengiklan menyatakan danmempertanyakan realitas masalah sosial yangsedang terjadi melalui wujud bahasa nonverbalyang berbanding terbalik. Kedua fungsidirektif, pengiklan menyarankan dengan

Nidya Fitri: Signifikasi Tanda dalam Iklan Rokok A Mild…

Page 16: PERAN GENDER DALAM SERIAL NOVEL THE TWILIGHT SAGA …

170

realitas sebenarnya terjadi namun denganmenggunakan logo huruf “A” dan tulisan Milddapat memberikan suatu solusi baru untukmengalihkan pandangan pembaca ataupenonton untuk selalu bersikap optimisterhadap masalah sedang dihadapi. Ketigafungsi ekspresif, yaitu pengiklan mengkritikmasalah yang sedang terjadi diserahkankembali pada pemerintah sebagi pihak yangpaling bertanggung jawab atas semua masalah.Terdapat pembentukan makna dan pesan yangingin disampaikan pengiklan melalui gambardi dalam teks iklan dan realitas sosial di luarteks iklan.

Pembentukan makna di mulai prosessimulasi adalah sebuah proses pembentukanmakna untuk menciptakan realitas kedua yangmenghadirkan ekstrimitas makna atau tandaekstrim (superlative sign) lebih menonjoldaripada realitas sesungguhnya. Tanda ekstrimtersebut menghasilkan tanda hiperrealitas yang

menimbulkan efek gambar dalam iklan rokokA Mild berbanding terbalik dengan refleksirealitas sosial di luar teks iklan, yaituketimpangan sosial yang sedang di alami olehmasyarakat. Kedua, pendekatan hermeneutikamerupakan suatu pendekatan yang digunakanpengiklan untuk menafsirkan makna dalamteks iklan sesuai dengan penciptaanketimpangan sosial yang terjadi di luar teksiklan. Selain itu, tujuan dari pendekatanhermeneutika adalah untuk menghasilkanmitos supaya dapat mengambil hati pembacadan penonton sehingga tanpa mereka sadarimereka percaya akan kualitas rokok tersebut.Apabila pembentukan mitos berhasil direduksipengiklan melalui pikiran pembaca ataupenonton, maka melahirkan sebuah ideologisehingga membuat mereka tidakmemperdulikan lagi akibat dan efek negatifyang ditimbulkan oleh rokok.

Gambar 2. Data 2 Data 2: Iklan rokok A Mild versi pilihan vs milih

Tanda lingual Makin banyak pilihannya, makin bingung ( ) Benar sekali ( )Benar tapi gak yakin ( ) Benar-benar salah ( )Setuju sama yang diatas ( ) Salah satunya benar ( )Setuju sama yang dibawah ( ) Rag-ragu ( )Benar tapi dipaksa ( ) Gak salah gak benar ( )Saya ikut jawaban atasan saja ( ) Gak salah-salah benar ( )Saya titip jawaban ke bawahan

saja ( ) Salah tapi gak yakin ( )Menurut lo ‘Semakin banyak pilihannya, semakin bingung’ ( ) Benar sekali ( ) Benar tapi tidak yakin ( ) Benar-benar salah ( ) Setuju dengan yang di atas ( ) Salah satunya benar ( ) Setuju dengan yang di bawah ( ) Ragu-ragu ( ) Benar tapi dipaksa ( ) Tidak salah tidak benar ( ) Saya ikut jawaban atasan saja ( ) Tidak salah-salah benar ( ) Saya titip jawaban ke

bawahan saja ( ) Salah tapi tidak yakin ( ) Menurut saja

Iklan rokok A Mild versi pilihan vs milih

Sumber (http://www.amild.com)

SALINGKA, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume 11 Nomor 2 Edisi Desember 2014 (163—177)

Page 17: PERAN GENDER DALAM SERIAL NOVEL THE TWILIGHT SAGA …

171

Pada gambar 2, “Makin banyakpilihannya, makin bingung milihnya” wujudtanda dalam bahasa verbal ini memberikansuatu pesan bahwa pengiklan mewakilipendapat yang sama atas banyaknya calonpresiden dan calon wakil presiden dari setiappartai politik. Bahasa verbal dalam gambar teksiklan tampak menggunakan bahasa ragamJakarta, yakni makin dan milihnya. Wujudtanda dalam bahasa nonverbal dalam gambariklan, yaitu gambar seorang pria muda terlihatsedang meletakkan tangannya di dagu danekspresi wajah yang mengerutkan alisnyamenandakan pria itu dalam kebingunganmemikirkan pilihan yang tersedia cenderungmenginterpretasi generasi muda yang bingung,baik laki-laki maupun perempuan daribanyaknya partai politik mencalonkan dirisebagai presiden dan wakil presiden.Akibatnya, generasi muda ragu memilih manayang paling tepat dan calon dari partai politiksiapa yang paling memenuhi syarat untukdijadikan seorang pemimpin.

Lalu, banyaknya pilihan yang ditawarkanoleh pengiklan dalam gambar mewakilibanyaknya merek produk rokok lain yangmerupakan saingan dengan iklan rokok A Mild.Tambahan pula, tujuan pengiklanmenggunakan papan yang berisi banyak pilihanwarna hijau di dalam gambar iklan adalahmemperjelas dan menegaskan tulisan warnaputih dalam papan bukan berarti warna hijaumewakili warna simbol warna partai, tetapitidak lain adalah merek produk rokok A Mildlaris di pasaran. Kemudian, warna latar dalamgambar adalah warna biru merupakan warnacerah dan melambangkan masa depanIndonesia, bukan tergantung dari banyakpilihan yang tersedia dan berasal dari berbagaipartai politik, tetapi siapa yang sudah

memenuhi kualifikasi dan pantas dijadikanseorang pemimpin.

Fungsi tanda yang terkandung dalamgambar iklan pada data 2, yaitu pertama fungsirepresentatif, pengiklan berspekulasi bahwawarna hijau pada papan dalam gambar teksiklan bertujuan untuk menegaskan wujudbahasa verbal di dalamnya. Kedua fungsidirektif, yaitu pengiklan menyarankan padapembaca atau penonton untuk memilih merekrokok A Mild dengan penggunaan warna hijaupada papan dalam gambar iklan. Terdapatfungsi ekspresif dalam gambar iklan bahwapengiklan mengkritik realitas yang sedangterjadi di luar teks iklan dengan teks di dalamiklan bahwa negara Indonesia menganut sistemdemokrasi dan keheterogenan jumlah partaipolitik di Indonesia.

Proses terbentuknya makna yang diawalimelalui proses simulasi merupakan penciptaanrealitas yang tidak lagi mengacu pada realitassebenarnya sebagai referensinya, tetapi sudahmenjadi realitas kedua, yaitu tanda ekstrem(superlative sign) yang menciptakan tandahiperrealitas, untuk menghubungkan maknayang direpresentasi melalui wujud tanda dalambahasa verbal dan bahasa nonverbal. Kedua,pendekatan hermeneutika dipakai pengiklanuntuk menyelaraskan makna yang disampaikanpengiklan melalui gambar dalam teks iklandengan realitas yang sedang terjadi di luar teksiklan. Setelah itu, muncul mitos untukmempengaruhi dan membuat pembaca ataupenonton percaya pada keunggulan dankualitas rokok itu. Kemudian, setelah mitosberada dalam pikiran pembaca atau penontonterbentuklah sebuah ideologi yang berbentukprilaku untuk mengonsumsi rokok tersebutsehingga mereka tidak memikirkan lagi akibatdari bahaya rokok itu sendiri.

Nidya Fitri: Signifikasi Tanda dalam Iklan Rokok A Mild…

Page 18: PERAN GENDER DALAM SERIAL NOVEL THE TWILIGHT SAGA …

172

Gambar 3. Data 3 Data 3.Iklan rokok A Mild versi pacar vs bini

Tanda lingual Siapa gonta-ganti pacar belum tentu gonta-ganti bini ‘Siapa yang sering mengganti pacar belum tentu sering mengganti isteri’

Gambar 3 Iklan rokok A Mild versi pacar vs bini

Sumber (http://www.amild.com)

Data 3 menampilkan kalimat “Siapa

gonta-ganti pacar belum tentu gonta-gantibini”. Wujud tanda dalam bahasa verbal dalamgambar memberikan suatu pilihan antara pacardan istri, namun pacar cenderung tidakmemiliki sebuah ikatan sakral. Sebaliknya,untuk memiliki seorang calon istri, calon suamidiharuskan menjalani proses ikatan yang sakralyang tidak bisa diganggu gugat karenapernikahan juga mempunyai kekuatan hukum.Tambahan pula, bahasa verbal di atas terlihatmenggunakan bahasa ragam Jakarta, yaitugonta-ganti. Wujud tanda dalam bahasanonverbal dalam gambar iklan, yakni seseorangini dapat dikatakan laki-laki karena seseorangitu memakai celana panjang warna putih dansepatu seperti laki-laki. Selain itu, seseorangdengan kepalanya seperti baut besar dan adacincin yang melingkarinya cenderungmengartikan dapat mewakili setiap laki-laki,baik yang memiliki pacar maupun memilikiistri. Kemudian, gambar cincin yang melingkaribaut seolah-olah menginterpretasikan suatuikatan, baik berupa sakral dalam bentukpernikahan maupun dalam bentuk hubunganpacaran.

Fungsi tanda yang diusung oleh pengiklanmelalui gambar dalam teks iklan, yaituPertama, dalam fungsi representatif, pengiklanberspekulasi untuk menjalin sebuah hubungandengan ikatan yang sakral supaya terhindar

dari pergaulan bebas. Kedua fungsi direktif,pengiklan menyarankan kepada penonton ataupembaca untuk ganti pacar daripada ganti istrikarena sebuah ikatan sakral dan memilikikekuatan hukum yang tidak dapatdipermainkan, sedangkan ganti pacar tidakmemiliki ikatan sakral dan kekuatan hukum.Walaupun demikian, bukan berarti pengiklanmenyuruh pembaca atau penonton untuksering ganti pacar ataupun ganti istri. Hal inijuga didasarkan pada norma-norma yangberlaku dan negara Indonesia adalah salah satunegara yang menganut kentalnya budaya timur.

Pembentukan makna dimulai denganproses simulasi merupakan penciptaan realitasyang tidak lagi mengacu pada realitas di dunianyata sebagai referensinya dan menjelmamenjadi realitas kedua serta acuannya adalahdirinya sendiri. Jelamaan dari realitas keduatersebut berubah menjadi tanda ekstremsehingga intensifikasi realitas antara teks didalam gambar iklan dan konteks situasi di luarteks iklan terlihat ekstrem. Lalu, setelah tandaekstrem terbentuk, maka terbentuklah mitosyang membuat pembaca atau penontonpercaya pada rasa dan kualitas rokok terebut.Setelah itu, makna ideologis muncul untukmenanamkan sebuah sistem nilai yangmembentuk sebuah tindakan ketergantunganterhadap rokok A Mild.

SALINGKA, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume 11 Nomor 2 Edisi Desember 2014 (163—177)

Page 19: PERAN GENDER DALAM SERIAL NOVEL THE TWILIGHT SAGA …

173

Gambar 4. Data 4

Data 4. Iklan rokok A Mild Go Ahead versi perangkap vs keju tikus

Tanda lingual Go Ahead ‘Lanjutkan”

Gambar 4 Iklan rokok A Mild Go Ahead versi

perangkap vs tikus

Sumber gambar: baliho Simpang Kampus Unand Baypas-Padang

Data 4 menampilkan frasa Go ahead.Menurut Oxford Advanced Learner’sDictionary (2008:36), go ahead artinya adalah‘lanjutkan’. Melalui wujud tanda dalam bahasaverbal ini, pengiklan memberikan suatu solusiuntuk meneruskan kehidupan yang sudahdijalani sebelumnya. Wujud tanda dalambahasa nonverbal dalam gambar iklan, yaitutergambar dalam sebuah ruangan yang berisibanyak perangkap tikus. Selain itu, padaperangkap tikus terdapat tulisan go aheadsebagai keju untuk menangkap tikus.Gambaran dalam sebuah ruangan seolah-olahmengartikan kondisi negara Indonesia yangditimpa bencana alam yang berkepanjangan.Sementara itu, perangkap tikus dalam gambariklan diibaratkan sebagai bencana-bencanaalam yang sedang terjadi. Dengan adanyatulisan go ahead terbuat dari keju di antarabanyaknya perangkap tikus dan digunakanuntuk menangkap tikus cenderungmenginterpretasi suatu solusi yang diberikanpengiklan, yakni dengan membeli rokok A Mildmasalah yang sedang terjadi dapat terlupakanuntuk sementara.

Terdapat fungsi tanda dalam iklan rokokA Mild, yaitu fungsi direktif. Gambar 4 iklanbaliho di atas, pengiklan menyarankan kepadapembaca atau penonton untuk tidakmenyesalkan atas bencana alam yang diberikanSang Pencipta karena semua yang terjadi ada

hikmah yang dapat diambil dari itu semua.Gambar iklan itu juga menyelipkan makna

yang hendak disampaikan pengiklan. Prosessimulasi adalah sebuah proses dalammenciptakan model realitas kedua miripdengan realitas sesungguhnya sedang terjadisehingga menghasilkan tanda ekstrem. Tandaekstrim dalam gambar iklan memilikiekstremitas makna.

Nidya Fitri: Signifikasi Tanda dalam Iklan Rokok A Mild…

Page 20: PERAN GENDER DALAM SERIAL NOVEL THE TWILIGHT SAGA …

174

Gambar 5. Data 5

Data 5. Iklan rokok A Mild Go Ahead versi dua orang pria yang sedang bermain sketboard

Tanda lingual Go Ahead ‘Lanjutkan’

Iklan rokok A Mild Go Ahead versi dua

orang pria yang sedang bermain sketboard

Sumber gambar: baliho Simpang Kampus Unand Baypas-Padang

Wujud tanda dalam bahasa nonverbaldalam gambar 5, yaitu dua orang pria bermaindi sebuah papan sketboard menandakansuasana kontroversial yang diakibatkan olehmasalah pada saat korupsi Bank Century.Kemudian, pria di sebelah kiri menggunakanbaju warna putih dan celana warna coklat,sedangkan pria di sebelah kanan menggunakanbaju warna coklat dan celana warna hitamcenderung diinterpretasikan banyaknyaprasangka dan tudingan yang ditimbulkan olehmasalah Bank Century. Walaupun, dua priatersebut sedang bermain sketboard, namunsudah membuat suatu tulisan”go ahead”melambangkan supaya penonton atau pembacatidak terfokus pada masalah bank Centuryyang sedang terjadi karena masih banyakkegiatan-kegiatan lain yang lebih bermanfaatdilakukan.

Dalam gambar iklan (data 5) juga terdapatfungsi tanda dalam iklan yang ingindisampaikan pengiklan. Pertama, fungsidirektif adalah pengiklan menyarankan kepadapembaca atau penonton untuk selalu berpikiranpositif terhadap masalah Bank Century yangsedang marak diperbincangkan. Kedua, fungsi

komisif adalah pengiklan menyatakankesanggupan pada masyarakat Indonesiasupaya mereka meneruskan kehidupan merekaseperti sebelum masalah Bank Centurymuncul. Fungsi komisif ini dibantu dengantulisan go ahead pada papan sketboard dalamiklan baliho rokok A Mild.

Untuk menemukan makna di balikgambar iklan maka ada beberapa pembentukanrangkaian makna sehingga pesan yangdisampaikan utuh diterima oleh pembaca ataupengiklan. Proses simulasi merupakan prosesyang tidak lagi merujuk pada realitassebenarnya melainkan realitas kedua danmenciptakan tanda ekstrem. Tanda ekstremtimbul karena adanya intensifikasi realitas padawujud tanda dalam bahasa nonverbal dalamgambar teks iklan.

SALINGKA, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume 11 Nomor 2 Edisi Desember 2014 (163—177)

Page 21: PERAN GENDER DALAM SERIAL NOVEL THE TWILIGHT SAGA …

175

Gambar 6. Data 6

Data 6. Iklan rokok A Mild Go Ahead versi dua orang wanita yang memamerkan rambutnya

Tanda lingual

Go Ahead ‘Lanjutkan’

Gambar 6 Iklan rokok A Mild Go Ahead versi dua orang wanita yang memamerkan rambutnya

Sumber gambar: baliho Jalan Lintas Sumatera Padang-Jambi

Wujud tanda dalam bahasa nonverbaldalam gambar iklan 6, yaitu ada dua orangwanita dengan gaya rambut arah ke atasterlihat ekstrem. Wujud bahasa nonverbal inijuga diinterpretasikan keekstreman maknapada kata terorisme itu sendiri yang sesuaidengan representasikan realitas yang sedangterjadi di luar teks iklan, yaitu orang yangmenggunakan kekerasan untuk menimbulkanrasa takut, biasanya untuk tujuan politik(KBBI, 1989:939). Selanjutnya, Wanita disebelah bawah menggunakan baju “yukensi”warna putih, sedangkan wanita di sebelah atasjuga menggunakan baju “yukensi” warnaputih. Warna putih digunakan pengiklan untukmenonjolkan gaya rambut dua orang wanitaterlihat ekstrem dan logo huruf “A” warnamerah.

Terdapat beberapa fungsi tanda yangdiusung pengiklan dalam gambar iklan.Pertama, fungsi direktif adalah pengiklanmenyarankan kepada pembaca atau penontonagar tetap tenang dan selalu waspada terhadapancaman yang ditimbulkan oleh masalahterorisme. Kedua fungsi komisif, yaitupengiklan berkeyakinan agar pembaca atau

penonton sanggup menjalani masalah yangsedang terjadi, meskipun mengancamkeselamatan hidup masyarakat Indonesia.

Terdapat pula pembentukan makna.Proses simulasi merupakan proses penciptaanbentuk nyata melalui referensi realitasnyamenjadi realitas kedua sehingga menghasilkantanda ekstrem untuk meningkatkan efekekstrem terhadap realitas sebenarnya yangsedang terjadi, yaitu masalah terorisme.

Nidya Fitri: Signifikasi Tanda dalam Iklan Rokok A Mild…

Page 22: PERAN GENDER DALAM SERIAL NOVEL THE TWILIGHT SAGA …

176

Gambar 7. Data 7

Data 7. Iklan rokok A Mild Go Ahead versi di air

Tanda lingual Go Ahead ‘Lanjutkan’

Gambar 7 Iklan rokok A Mild Go Ahead versi di air

Sumber gambar: baliho Jalan Lintas Sumatera Padang-Jambi

Wujud tanda dalam bahasa nonverbal dalamgambar iklan 7, yaitu sekelompok orang memakaialat perlengkapan menyelam yang berada dalamair. Sekelompok orang memakai perlengkapanmenyelam menginterpretasikan pejabatpemerintah yang berwenang dalam menanganimasalah perairan Indonesia. Selanjutnya, suasanadalam air berarti mengacu pada masalahketidakjelasan perbatasan perairan antara negaraIndonesia dan Malaysia.

Terdapat beberapa fungsi tanda yangdisampaikan pengiklan dalam gambar iklan.Pertama, fungsi direktif adalah pengiklanmenyarankan kepada pembaca atau penontonagar tetap bersikap optimis dalam menghadapiapapun masalah yang sedang melanda negaraIndonesia. Kedua fungsi komisif, yaitu pengiklanberkeyakinan agar pembaca atau penontonsanggup menjalani masalah yang sedang terjadi,meskipun sampai sekarang belum menemukantitik temu dan kejelasan tentang perbatasanperairan negara Indonesia-Malaysia.

Beberapa rangkaian makna, yaitu prosessimulasi adalah sebuah proses penciptaan realitasyang mengacu di luar realitas di dunia nyata

sebagai referensinya menjadi realitas keduadan menghasilkan tanda ekstrim dankehilangan kontak dengan realitassebenarnya. Hal ini disebabkan olehrekayasa media melalui perpaduan wujudbahasa verbal dan wujud bahasanonverbalnya.

3. Simpulan dan SaranBerdasarkan hasil dan pembahasan

penelitian di atas, beberapa hal berikut dapatdapat disimpulkan. Pertama, Wujud tandadalam iklan rokok A Mild dapat dibagi didalam dua kategori, yaitu wujud tandadalam bahasa verbal dalam bentuk tulisandan wujud tanda dalam bahasa nonverbal,seperti gambar, lambing, dan logo. Kedua,dalam iklan rokok A Mild ditemukan empatfungsi bahasa dari lima fungsi bahasa yangdikemukakan oleh Searle, yaitu fungsirepresentatif, fungsi direktif, fungsiekspresif, dan fungsi komisif. Ketiga, iklanrokok A Mild terdapat makna ekstrimberasal dari tanda ekstrim yangmenimbulkan efek melampui batas dalam

SALINGKA, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume 11 Nomor 2 Edisi Desember 2014 (163—177)

Page 23: PERAN GENDER DALAM SERIAL NOVEL THE TWILIGHT SAGA …

177

pikiran pembaca atau penonton, kemudianberubah menjadi mitos dan makna ideologi.

Berikut beberapa saran yang dapatdikemukakan untuk mengurangi dampaknegatif dari iklan, khususnya adalah iklanrokok. Pertama, penonton dan pembaca agarberhati-hati dalam melihat ataupunmenyaksikan iklan, baik secara langsungberupa iklan tampilan video pendek maupuntidak langsung berupa iklan baliho dan spanduksehingga filterisasi iklan dapat dikurangi.Kedua, agar peran keluarga, lingkungan, danpemerintah diikutsertakan dapat mengontroldan mengawasi tayangan-tayangan yang dapatmembawa para penonton dan pembaca ke arahyang lebih baik.

Daftar PustakaBarthes, Roland. 1976. Mythology. London:

Paladin Book.Efendi, Anwar. 2001. “Pesan Verbal Iklan di

Televisi (Analisis Isi Perbedaan PenyajianPesan Verbal Iklan Anak-anak, Remaja,Orang tua dan Semua Umur di RCTI)”.Tesis, Universitas Padjadjaran.

Hornby, A.S. 2008. Oxford AdvancedLearner’s Dictionary of Current English.Oxford: Oxford University Press.

Ladyanna, S., Wijana. 2008. “Bentuk AspekKebahasaan dalam Iklan LayananMasyarakat di Kota Padang” dalamJurnal Linguistik Sastra BerdimensiCultural Studies Padang: UniversitasAndalas. hlm. 19-28.

Lavinson, SC. 1994. Pragmatics. Cambridge:Cambridge University Press.

Mayhew, Margaret. 2006. “Roland Barthes:The Language Fashion”. Pdf. ISBN

0909952337 (Http: /www.scribd.com,diakses 22 December, 2009).

Nababan, P.W.J. 1979. “SosiolinguistikSelayang Pandang” dalam MajalahBahasa dan Sastra . Jakarta: PusatPembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Piliang, Amir Y. 2003. Hipersemiotika: TafsirUltural Studies atas Matinya Makna.Bandung: Jala Sutra.

Sawirman. 2005. “Simbol Lingual Teks PolitikTan Malaka: Eksplorasi, Siginifikasi, danTransfigurasi Interteks”. Disertasi,Universitas Udayana.

Sawirman. 2009. “E135: Menuju TeoriLinguistik Terapan dan Haki”. Makalahyang dipresentasikan di Forum nominasiUnand Award di Basco Hotel, Padang,27 September 2010.

Santoso, Joko, B. Wahyudi. 2006. “WacanaIklan Komersial Berbahasa Indonesia diTelevisi”. Disertasi, Universitas GadjahMada.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka TeknikAnalisis Bahasa. Jakarta: Duta WacanaUniversity Press.

Sudjiman, P., Aart Van Zoest, et.al. 1992.Serba-serbi Semiotika. Jakarta: PTGramedia Pustaka Utama.

Sunardi, ST. 2002. Semiotika Negativa.Yoyakarta: Perpustakaan Nasional RI.

Zahid, Indirawati. 2009. “Aras HubunganBentuk Tanda dan Referen dalam PuisiMelayu Tradisional”. Jurnal BahasaNegara Brunei Darussalam: DewanBahasa & Pustaka KementrianKebudayaan, Belia dan Sedian, LapanganTerbang Lama. Volume 16:25—42.

Nidya Fitri: Signifikasi Tanda dalam Iklan Rokok A Mild…