peran generasi muda indonesia di era mea · pdf filepilar arus bebas barang terdapat...
TRANSCRIPT
1
Peran Generasi Muda Indonesia di era MEA
Karya tulis dalam rangka mengikuti “Kompetisi Karya Tulis Sampoerna
Corner 2015” UPT perpustakaan UNDIP & Putera Sampoerna Foundation,
2015
Disusun oleh:
Yasmine Permata Sari
14020113140111
ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2015
2
Pendahuluan
Latar Belakang
Di awal pembentukannya pada 8 Agustus 1967, ASEAN lebih ditujukan
pada kerja sama yang berorientasi politik guna pencapaian kedamaian dan
keamanan di kawasan Asia Tenggara. Kerja sama regional ini semakin diperkuat
dengan semangat stabilitas ekonomi dan sosial di kawasan Asia Tenggara, antara
lain melalui percepatan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan budaya dengan
tetap memperhatikan kesetaraan dan kemitraan, sehingga menjadi landasan untuk
mecapai kesejahteraan dan kedamaian1.
Seiring dengan berjalannya waktu dalam rangka menghadapi berbagai
tantangan kerja sama regional-para pimpinan negara ASEAN memformulasikan
“ASEAN Vision 2020” di Kuala Lumpur pada 15 Desember 1997. Rencana jangka
panjang pembentukan komunitas ASEAN ini tediri dari tiga pilar, yaitu ASEAN
Economic Community (Masyarakat Ekonomi ASEAN-MEA), ASEAN Security
Community (ASC), dan ASEAN Socio-cultural Community (ASCC)2.
Dalam perkembangan realisasi konsep MEA selanjutnya, dirumuskan
tujuan akhir integrasi ekonomi, yakni mewujudkan ASEAN Vision 2020, seluruh
negara ASEAN harus melakukan liberalisasi perdagangan barang, jasa, investasi,
tenaga kerja terampil secara bebas dan arus modal yang lebih bebas, sebagaimana
digariskan dalam AEC Blueprint.
Arus bebas tenaga kerja terampil dalam MEA akan menciptakan tantangan
dan peluang bagi masa depan pencari kerja, karena akan memberikan kesempatan
yang luas bagi para pekerja untuk mengisi lowongan pekerjaan keluar dan masuk
dari satu negara ke negara ASEAN lain tanpa hambatan yang berarti. Pertanyaan
yang muncul selanjutnya adalah: Bagaimana kondisi Indonesia dalam menghadapi
arus pasar bebas yang dilaksanakan di akhir 2015 ini? Bagaimana kesiapan
1 Bank Indonesia. Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015: Memperkuat Sinergi ASEAN di Tengah
Kompetisi Global. (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2008), hal 1
2 Ibid.
3
generasi muda Indonesia menjawab persaingan dan tantangan global dalam
menghadapi arus bebas tenaga kerja terampil di era MEA?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, dibuat karya tulis ini dengan tujuan
untuk memberikan jawaban dari kedua pertanyaan di atas. Peran Pemuda sangat
penting untuk pembangunan dan kemajuan bangsa. Sejarah bangsa telah
membuktikan bahwa Pemuda sangat berperan dalam pembentukan Negara
Kesatuan sejak awal. Diharapkan karya tulis ini dapat memberikan gambaran
kondisi Indonesia saat ini dan dapat menjawab peran generasi muda Indonesia pada
era MEA.
Pembahasan
Kondisi Indonesia Menghadapi Arus Pasar Bebas
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan konsep yang mulai
digunakan dalam Declaration of ASEAN Concord II di Bali. Untuk memantau
kemajuan implementasi MEA disusun ASEAN Baseline Report yang berperan
sebagai scorecard dengan indikator kinerja utama yang dilaporkan setiap tahunnya
oleh Sekjen ASEAN kepada Menteri dan Kepala Negara ASEAN. AEC Scorecard
disusun untuk mengukur dan menunjukkan kepada publik kemajuan yang telah
dicapai oleh ASEAN dalam mewujudkan komitmennya dan mewujudkan MEA
yang mencoba merangkum kemajuan dan hambatan pelaksanaan cetak biru MEA.
Sumber: Chairman’s Statement of the 25th ASEAN Summit
74,5883,33 80,37 82,57 82,24 85,05 80,19
93,5278,9
88,1387,6 88,2 85,5 84,7 88,6 84 89,4 90 89 90
0
20
40
60
80
100
AEC Scorecard
Sep-09 Nov-14 Linear (Sep-09)
4
Grafik diatas menunjukkan persentase capaian implementasi cetak biru
MEA di Indonesia mengalami kenaikan dalam kurun waktu 5 tahun sebesar 5,13%.
Meskipun begitu, hingga saat ini Indonesia masih berada pada peringkat ke 8
diantara negara ASEAN lainnya. Dengan melihat hasil AEC Scorecard kita harus
prihatin karena Indonesia belum memiliki kesiapan yang cukup dalam menghadapi
MEA dibanding 7 negara lain yang memiliki persentasi lebih tinggi.
Indonesia harus berkaca kembali kepada cetak biru MEA yang memuat
empat kerangka kerja atau empat pilar MEA, salah satunya ASEAN sebagai pasar
tunggal dan basis produksi internasional dengan elemen aliran bebas barang, jasa,
investasi, tenaga kerja terampil, dan aliran modal yang lebih bebas.
Pilar arus bebas barang terdapat liberalisasi tarif sehingga seluruh negara
ASEAN berkomitmen untuk menghapus tarif (0%) atas produk dalam Inclusion
List3, penghapusan hambatan non tarif dan ASEAN Single Window.
Arus bebas jasa memiliki 12 sektor prioritas yang diidentifikasi akan
berperan sebagai katalis integrasi ekonomi yang mencakup 7 goods dan 5 services,
dalam hal ini Indonesia menjadi negara koordinator untuk sektor otomotif dan
wood-based. Dari kedua sektor tersebut, hanya sektor otomotif yang mengalami
perkembangan cukup signifikan, sedangkan sektor wood-based mengalami
hambatan.
Pada arus bebas investasi, Indonesia merupakan salah satu tujuan investasi
potensial karena memiliki jumlah UMKM yang besar, tanah kaya yang subur,
jumlah penduduk yang besar, lokasi wilayah yang strategis dan regulasi penanaman
modal yang memadai.
Liberalisasi arus modal di ASEAN didasari dengan keyakinan bahwa
dengan lebih bebasnya aliran modal akan mendorong investasi dan perdagangan
internasional, namun ada potensi resiko seperti memusatnya penanaman modal
hanya pada satu negara atau penarikan modal jangka pendek. Berkaitan dengan
3 Inclusion List adalah daftar yang berisi produk-produk yang memenuhi kriteria sebagai berikut : 1) Jadwal penurunan tarif 2) Tidak ada pembatasan kuantitatif 3) Hambatan non-tarifnya harus dihapuskan dalam waktu 5 tahun.
5
liberalisasi arus modal di Indonesia, Bank Indonesia menerbitkan kebijakan
stabilisasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing dengan tujuan memperkuat
prosedur administrasi mata uang asing dan memperkuat sistem kehati-hatian
perbankan.
Dalam rangka memfasilitasi arus bebas tenaga kerja terampil, ASEAN telah
menyepakati beberapa MRA yang diharapkan dapat memfasilitasi pergerakan arus
tenaga kerja terampil secara bebas di wilayah ASEAN. Pada karya tulis ini akan
difokuskan kepada peran generasi muda menjawab persaingan & tantangan arus
bebas tenaga kerja terampil ini.
Dengan terwujudnya MEA pada akhir 2015 nanti, maka akan terbuka
dengan luas kesempatan kerja bagi warga negara ASEAN, para pencari kerja dapat
keluar dan masuk dari satu negara ke negara ASEAN lain tanpa hambatan yang
berarti. Pada cetak biru MEA hanya dibahas mengenai tenaga kerja terampil (skilled
labour) namun tidak ada pembahasan mengenai tenaga kerja tidak terampil
(unskilled labour) yang notabene jumlahnya sangat banyak di Indonesia.
Salah satu upaya untuk mendukung sektor jasa adalah pembentukan MRA
yang bertujuan untuk menciptakan prosedur dan mekanisme akreditasi mencapai
kesamaan/kesetaraan serta mengakui perbedaan antarnegara dalam hal pendidikan
dan pelatihan, pengalaman serta persyaratan lisensi untuk praktik profesi. Terdapat
delapan bidang profesi yang sudah mendapat MRA, yaitu insinyur, arsitek, tenaga
survei, dokter, dokter gigi, perawat, akuntan, dan tenaga pariwisata. Dari delapan
profesi tersebut, baru tenaga kerja pariwisata dan insiyur yang perangkat aturan
MRA-nya sudah disepakati. Bukan hal yang tidak mungkin pada era MEA nanti
perawat rumah sakit, dokter dan arsitek di sekitar kita adalah warga negara asing
dari kawasan ASEAN.
Meskipun sudah menandatangai MRA, hingga saat ini Indonesia belum
memiliki lembaga sertfikasi dan lembaga pendidkan yang memadai untuk bersaing
pada sektor teknik (insinyur), medis dan akuntansi. Dengan diciptakannya lembaga
sertifikasi ini, tenaga kerja dalam negeri tetap bisa bersaing dengan tenaga kerja
asing yang ada di Indonesia. Proses sertifikasi ini bisa menggandeng pihak swasta
yang lebih memiliki keahlian untuk menilai kapabilitas tenaga kerja.
6
Sebenarnya, untuk menghadapi ketidaksiapan tenaga tersebut, pemerintah
bisa saja mengeluarkan regulasi dalam negeri yang bertujuan untuk menghadang
banjir tenaga kerja asing ke Indonesia. Isi regulasi tersebut misalnya perlindungan
tenaga kerja lokal, pengaturan penggunaan tenaga kerja asing di dalam negeri,
persyaratan tenaga kerja asing harus bisa berbahasa Indonesia dan membuat sistem
kerja kontrak bagi tenaga kerja asing.
Kesiapan dan Peran Generasi muda Indonesia di era MEA
Aspek yang perlu disiapkan oleh bangsa ini adalah SDM yang kompeten.
Kualitas sumber daya manusia adalah salah satu faktor keberhasilan pembangunan
suatu bangsa. Tenaga kerja asing yang memiliki kompetensi kerja yag lebih tinggi
akan memenangkan pasar tenaga kerja dalam MEA. Maka, kita harus berusaha
untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi SDM Indonesia. Peningkatan kualitas
SDM harus diarahkan pada keterampilan, penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta jiwa kepemimpinan agar lebih kompetitif.
Senjata pamungkas yang kita miliki untuk memenangkan persaingan MEA
adalah generasi muda bangsa Indonesia. Dukungan dari generasi muda untuk
menghadapi MEA merupakan salah satu kekuatan Indonesia untuk dapat bertahan
dalam persaingan pasar bebas. Generasi muda perlu membuat berbagai kegiatan
diantaranya yaitu menciptakan usaha sendiri selagi mahasiswa, mensosialisasikan
MEA dan mengajak kaum muda lain untuk meningkatkan keahlian, inovasi dan
daya wirausaha sehingga usaha-usaha baru akan muncul dan bisa mempertahankan
perekonomian negara. Generasi muda merupakan salah satu tonggak keberhasilan
tujuan negara, karena kaum mudalah pemegang keberlanjutan negara.
Pemerintah Indonesia harus memberikan perhatian lebih untuk mendukung
potensi yang ada pada generasi muda bangsa ini. Daya saing Indonesia harus
ditingkatkan dengan cara menciptakan lebih banyak tenaga kerja terampil (skilled
labour) pada angkatan kerja yang nantinya akan menghadapi era MEA. Salah satu
solusinya yaitu dengan memanggil kembali para profesional atau SDM terampil
yang telah bekerja di luar negeri dan diberikan posisi strategis di industri maupun
pemerintahan Indonesia serta memberikan kesempatan pada generasi muda yang
7
memiliki potensi besar namun memilki keterbatasan ekonomi agar terus berkarya
dan kreatif.
Memiliki potensi besar dalam jumlah SDM terutama generasi muda, kita
sebagai generasi muda Indonesia harus mampu menjawab persaingan dan tantangan
di era MEA. Disadari atau tidak, era MEA ini adalah era milik kita sebagai generasi
penerus bangsa. Yang bisa kita lakukan saat ini adalah mengambil peran penting
dalam pembangunan dan kemajuan bangsa Indonesia. Bagaimana caranya? Penulis
merangkum beberapa alternatif jawaban bagi generasi muda untuk menjawab
persaingan dan tantangan di era MEA sebagai berikut:
1. Generasi muda bersertifikasi profesional
Indonesia harus mengejar kesiapa tenaga kerjanya dalam
menghadapi MEA. Proses sertifikasi tenaga kerja mutlak dilakukan, karena
merupakan alat untuk meningkatkan daya saing tenaga kerja Indonesia
dengan tenaga kerja terampil asal negara ASEAN. Untuk memperkuat
posisi Indonesia, Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BSNP) mencanangkan
percepatan sertifikasi dengan target 100.000 tenaga kerja tersertifikasi akhir
2015.4
Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia,
Kementerian Komunikasi dan Informatika, melalui Pusat Penelitian dan
Pengembangan Literasi dan Profesi Kominfo bekerjasama dengan Lembaga
Sertifikasi Profesi (LSP) TIK Indonesia –Surabaya menyelenggarakan ujian
Sertifikasi Nasional berbasis Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(SKKNI) untuk berbagai profesi berbasis komputer kepada angkatan kerja
muda terutama lulusan SMK. Kegiatan ini diadakan dalam rangka
akselerasi/percepatan penyiapan tenaga kerja terampil di bidang Kominfo
di Indonesia menjelang MEA5.
4 Ayuningtryas, Amalia, “Jelang MEA 2015, Sertifikasi Harus Lebih Masif”
https://www.selasar.com/ekonomi/jelang-mea-2015-sertifikasi-tenaga-kerja-harus-lebih-masif diakses pada 10 Mei 2015
5 Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, “Fasilitasi Sertifikasi Nasional Berbasis SKKNI Untuk Angkatan Kerja Muda” https://balitbang.kominfo.go.id/?p=7911 diakses pada 10 Mei 2015
8
Insinyur muda dan berbakat Indonesia sebenarnya hebat secara de
facto, tapi secara administrasi status insinyur Indonesia belum banyak yang
diakui ASEAN. Insinyur yang telah memenuhi standar MRA akan
mendapat sertifikat dari ASEAN Chartered Proessional Engineer (ACPE).
Saat ini baru ada 124 insinyur Indonesia yang memiliki kompetensi sesuai
standar MRA, namun didominasi angkatan tua. Disinilah poin yang menjadi
kesempatan besar karena Indonesia membutuhkan lebih banyak insinyur
muda dan berbakat untuk bisa dipromosikan lewat sertifikasi ACPE.
Apakah dengan memenuhi syarat kualifikasi yang ditetapkan
pemerintah yang tertera dalam MRA sudah menjadi modal yang cukup bagi
generasi muda yang menjad tenaga kerja Indonesia untuk bersaing dalam
MEA? Tentu saja belum cukup, pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan harus terus berkembang dan berubah degan cepat. Dengan
mengetahui permintaan pasar dan apa saja yang dibutuhkan nantinya untuk
dapat bersaing dalam MEA, generasi muda Indonesia siap dan mampu
menjadi tenaga kerja yang kompeten serta mampu bersaing di tingkat
regional maupun internasional. Ini merupakan tantangan sekaligus peluang
bagi generasi muda Indonesia. Jadi, daripada menyikapi arus bebas tenaga
kerja terampil pada era MEA nanti dengan cemas atau gusar, lebih baik kita
sebagai generasi muda menyikapinya sebagai peluang besar dan mulai
mempersiapkan diri dari sekarang.
2. Generasi muda sebagai duta pariwisata Indonesia
Tingkat pertumbuhan ekonomi dunia yang tinggi, pendapatan
masyarakat dunia yang semakin meningkat dan kemajuan teknologi
komunikasi, telah mendorong industri pariwisata dunia berkembang dengan
pesat. Peran industri pariwisata juga semakin meningkat dalam
perekonomian Indonesia, sehingga dapat menjadi salah satu motor
penggerak perekonomian yang tersermin dari sumbangannya terhadap
pariwisata terhadap perekonomian (PDB) nasional sebesar 4,01 %; devisa
yang dihasilkan oleh pariwisata sebesar US$ 10,69 miliar, jumlah tenaga
kerja di bidang pariwisata sebanyak 10,3 juta orang, dan daya saing
9
pariwisata Indonesia tahun 2013 berada di ranking 70 dunia menurut World
Economic Forum (WEF).6
Indonesia memiliki potensi yang luar biasa pada sektor pariwisata,
dengan besarnya luas wilayah yang dimiliki dibanding negara ASEAN lain,
banyak tempat yang bisa di eksplorasi sebagai tempat wisata alam maupun
wisata non alam (buatan). Kekayaan dan keragaman budaya lokal,
panorama alam pengunungan maupun pantai atau kelautan dan peninggalan
sejarah di Indonesia merupakan potensi pariwisata yang patut terus
dikembangkan.
Tantangan untuk mewujudkan potensi industri pariwisata tersebut
adalah bagaimana mengelola dan mempromosikan aset-aset pariwisata.
Permasalahan dalam pariwisata Indonesia adalah kurang optimalnya
pengelolaan aspek pemasaran, yang antara lain terlihat dari anggaran biaya
promosi dan jumlah pusat promosi wisata.
Sebagai generasi muda, hal yang bisa lakukan terkait melakukan
promosi kekayaan potensi wisata Indonesia adalah dengan melakukan
eksplorasi kekayaan wisata alam maupun non alam, membuat ulasan serta
menggunakan sarana sosial meda yang saat ini menjadi sarana promosi
paling efektif. Kita harus bangga dengan kekayaan alam Indonesia dengan
memilih berlibur di negeri sendiri, seperti naik gunung yang sedang menjadi
tren bagi mahasiswa saat ini, snorkling di pantai-pantai Indonesia, wisata
kuliner khas daerah dan sebagainya. Selain menikmati liburan di negeri
sendiri, kita juga harus mengenalkan potensi wisata Indonesia agar lebih
dikenal mancanegara dan tentu tetap menjaga kelestarian alam dan budaya
Indonesia.
6 Lina, “Menteri Pariwisata 2015 Targetkan 10 juta Wisatawan Mancanegara”
http://poskotanews.com/2014/12/26/pariwisata-2015-targetkan-10-juta-wisman/, diakses pada 9 Mei 2015
10
3. Generasi muda sebagai inovator
Di dalam penerapan MEA, satu negara akan mudah menjual barang
dan jasa di ASEAN. Keunggulan inovasi akan menjadi tolak ukur sebuah
negara yang mampu mengambil manfaat dari perdagangan bebas ini,
inovasi akan memberikan kemudahan dalam menjual dan mengembangkan
produk-produk baru7. Inovasi bukan hanya mengenai menciptakan produk
baru tetapi juga mengeksplorasi ide lebih maju dari para pesaingnya,
perlindungan hukum (paten), kemampuan memasarkan produk juga
keberhasilan mengalahkan kompetitor. Generasi muda harus
mengoptimalkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menghasilkan
inovasi kreasi baru.
Indonesia harus memiliki generasi inovator baru, berpemikiran baru.
Kemampuan inovasi sangat mutlak, generasi muda harus mampu mencuri
perhatian para investor untuk dikembangkan atau bahkan diproduksi secara
massal. Misalnya produk tongkat narsis atau di masyarakat biasa disingkat
dengan "tongsis" merupakan salah satu produk inovasi yang menyesuaikan
dengan perkembangan zaman ternyata diciptakan oleh wirausaha muda
Indonesia. Terlebih dari inovasi briliannya, harus ada penguatan produk
dalam bentuk paten agar ide “tongsis” tidak dengan mudah ditiru dan dijual
massal kembali sehingga tidak ada kekuatan mutlak pada inovasi tersebut.
Generasi muda Indonesia memiliki Program Kreativitas Mahasiswa
(PKM) sebagai wadah dalam memfasilitasi potensi yang dimiliki
mahasiswa Indonesia untuk mengkaji, mengembangkan, dan menerapkan
ilmu dan teknologi yang telah dipelajarinya di perkuliahan kepada
masyarakat luas. Banyak ide kreatif dan inovasi yang lahir dari PKM ini,
tidak menutup kemungkinan produk hasilnya dapat dkembangkan dan
diproduksi massal kelak.
7Indarto, Septo. “Keunggulan Inovasi dan Masyarakat Ekonomi ASEAN”
http://www.slideshare.net/SeptoIndarto1/keunggulan-inovasi-dan-mea-41439943, diakses pada 10 Mei 2015
11
4. Generasi muda sebagai entrepreneur
Tingginya angka pengangguran intelektual atau pengganguran
terdidik yang memiliki gelar sarjana adalah salah satu masalah generasi
muda Indonesia, hal ini dikarenakan banyaknya lulusan yang tercetak dari
perguruan tinggi namun tidak diimbangi dengan jumlah lapangan kerja yang
ada. Jawaban yang paling tepat untuk masalah tersebut adalah dengan
menjadi pengusaha atau entrepreneur muda. Sekarang bukan saatnya
generasi muda hanya ingin mengejar cita-cita bekerja kantoran atau menjadi
PNS saja.
Pengusaha properti terbesar indonesia Ir.Ciputra, dalam seminar
Enterpreneur di UGM mengemukakan bahwa “Dalam upaya mengatasi
kemiskinan dan pengangguran setidaknya diperlukan 2 persen saja dari
jumlah penduduk ini yang menjadi pengusaha atau sekitar 4juta pengusaha
baru”. Padahal pada saat ini bangsa Indonesia baru memiliki 400 ribu orang
atau 0,18 persen yang jadi pengusaha, sedangkan Amerika sudah 11,5
persen dan Singapura 7,2 persen”8.
Keuntungan menjadi entrepreneur adalah menjalankan bisnis sesuai
dengan keinginan, berpeluang mendapatkan keuntungan yang lebih besar,
tidak terikat waktu kerja dan banyak waktu luang dan yang paling penting
adalah dapat membuka lapangan pekerjaan baru yang bermanfaat bagi
orang lain, dengan menjadi entrepreneur muda kita bisa membantu
Indonesia mengatasi masalah pengangguran. Selain itu, dengan menjadi
entrepreneur muda Indonesia, akan menambah peluang untuk mengatasi
arus bebas tenaga kerja terampil pada era MEA.
Persaingan bisnis pada era pasar global, terutama menjelang
pemberlakukan pasar MEA, menjadi tantangan yang dihadapi entrepreneur
muda Indonesia. Entrepreneur muda Indonesia harus mampu menjadi
primadona dengan menciptakan produk dalam negeri yang berkualitas
dengan memiliki kualitas produk yang tidak kalah dengan produk luar.
8 Fithriyani, Fauziyah “Jurus Maut Menjadi Pengusaha Muda Sukses”
https://muhamaderwinyudistira.wordpress.com/review-5-jurus-maut-menjadi-pengusaha-muda-sukses/ dakses pada 10 Mei 2015
12
Kesimpulan
MEA adalah bentuk integrasi ekonomi regional yang dimulai akhir
2015 ini, dengan tujuan akhir mewujudkan ASEAN Vision 2020. Seluruh negara
ASEAN harus melakukan liberalisasi perdagangan barang, jasa, investasi, tenaga
kerja terampil secara bebas dan arus modal yang lebih bebas, sebagaimana
digariskan dalam AEC Blueprint. Namun dalam mewujudkan pencapaian tersebut
terdapat peluang dan tantangan yang akan dihadapi Indonesia diantaranya masalah
arus tenaga kerja terampil. Senjata utama Indonesia dalam menjawab tantangan di
era MEA ini adalah generasi muda. Generasi muda adalah pemegang peran penting
keberlanjutan konsep MEA ini. Peran yang bisa dimainkan generasi muda
Indonesia adalah sebagai tenaga kerja bersertifikat profesional, sebagai duta
pariwisata Indonesia, sebagai inovator dan sebagai entrepreneur muda sukses.
Dengan menjalankan peran-peran tersebut, diharapkan menjadi jawaban generasi
muda atas tantangan global di era MEA.
Daftar Pustaka
Bank Indonesia. 2008. Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015: Memperkuat
Sinergi ASEAN di Tengah Kompetisi Global. Jakarta, PT. Elex Media
Komputindo.
Ayuningtryas, Amalia. 2015. Jelang MEA 2015, Sertifikasi Harus Lebih Masif.
https://www.selasar.com/ekonomi/jelang-mea-2015-sertifikasi-tenaga-
kerja-harus-lebih-masif (10 Mei 2015)
Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. 2015. Fasilitasi
Sertifikasi Nasional Berbasis SKKNI Untuk Angkatan Kerja Muda.
https://balitbang.kominfo.go.id/?p=7911 (10 Mei 2015)
Lina. 2014 Menteri Pariwisata 2015 Targetkan 10 juta Wisatawan Mancanegara.
http://poskotanews.com/2014/12/26/pariwisata-2015-targetkan-10-juta-
wisman/, (9 Mei 2015) Indarto, Septo. 2013. Keunggulan Inovasi dan Masyarakat Ekonomi ASEAN.
http://www.slideshare.net/SeptoIndarto1/keunggulan-inovasi-dan-mea-
41439943, (10 Mei 2015)