perbandingan sistem hidroponik deep flow technique …
TRANSCRIPT
PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIKDEEP FLOW TECHNIQUE (DFT) DAN NUTRIENT FILM
TECHNIQUE (NFT) DALAM USAHA TANI SELADADI SPECTA FARM
Skripsi
Ahmad Dalhar1113092000009
PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS SAIN DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA2018 M/ 1439 H
PERBANDINGAN SISTEM HIDROPONIKDEEP FLOW TECHNIQUE (DFT) DAN NUTRIENT FILM
TECHNIQUE (NFT) DALAM USAHA TANI SELADADI SPECTA FARM
Ahmad Dalhar1113092000009
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian padaProgram Studi Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS SAIN DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA2018 M/ 1439 H
CURRICULLUM VITAE
Pendidikan Formal
2001-2002 : Taman Kanak-kanak Raudlatul Ulum Pati
2002-2008 : Madrasah Ibtidaiyah Raudlatul Ulum Pati
2008-2011 : Madrasah Tsanawiyah Shirotul Ulum Pati
2011-2013 : Madrasah Aliyah Salafiyah Pati
Riwayat Pekerjaan
2014 : Marketing Bus Pariwisata
2015 : Edukasi Urban Farming lembaga Rumah Zakat
2016 : Bisnis Perlengkapan Outdoor
2016 : Praktek Kerja Lapang di Specta Farm
Data Diri
Nama : Ahmad Dalhar
Tempat Tanggal Lahir : Pati, 23 Oktober 1994
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kewarganegaan : Indonesia
Agama : Islam
Status : Belum Kawin
Tinggi : 173 Cm
Berat : 55 Kg
Alamat Asal : Kertomulyo, RT 02/RW 04 Kec. Trangkil, Kab. Pati
Alamat Sekarang : Jln. Kemital Blok E/ 125 Ciputat Baru, Kp. sawah,
Tangerang Selatan
Handphone : 082310673266/085786444030
Email : [email protected]/ [email protected]
IPK : 3.40
2016 : Bisnis Hidroponik sekala Hobi & Industri
2017 : Workshop Hidroponik
Prestasi
2013- 2017 : Penerima Biasiswa Sinarmas
2016 : Menerima Penghargaan Sebagai Prtaktisi Hidroponik
2017 : Finalis Lomba Black Inovasi tingkat Nasional
(Smart Green House)
2017 : Pendanaan Wirausaha di Bidang Teknologi Pangan,
(Smart Agroponik) Sistem Otomasi Tanaman Budidaya
Hidroponik dan Internet Of Things (IOT). Kementrian
Riset. Teknologi dan Pendidikan Tinggi
(KEMRISTEKDIKTI)
2017 : Tim Riset Pengembangan Kebijaksanaan Intergrasi
Keilmuan (Dampak Realokasi Subsidi Pupuk Menjadi
Subsidi Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah
Terhadap Pendapatan Petani. di Pusat Penelitian dan
Penerbitan (PUSLITPEN) LP2M UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Riwayat Organisasi
2008 : Wakil Patroli Keamanan Madrasah (PKM) Mts.
Shirotul Ulum Pati
2009 : Wakil Ikatan Keluarga Shirotul Ulum (IKSU/OSIS) Mts.
Shirotul Ulum Pati
2010 : Pengurus Ikatan Putra Nahdlatul Ulama (IPNU) Ranting
Kertomulyo Pati
2010 : Pengurus Pramuka Bantara Madrasah Salafiyah Pati
2010 : Pengurus Pramuka Laksana Madrasah Salafiyah Pati
2011 : Pengurus Keluarga Pelajar Salafiyah (KPS/OSIS) di
Madrasah Salafiyah Pati
2011 : Ketua Pramuka Madrasah Salafiyah Pati
2011 : Pengurus pramuka Forum Kerukunan Umat Beragama
(FKUB) Ranting Cabang Kabupaten Pati
2013 : Pengurus Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)
2013 : Ketua Manajemen Organisasi Pergerakan Mahasiswa
Islam Indonesia
2013 : Anggota Ikatan Keluarga Alumni Raudlatul Ulum
JABODETABEK
2014 : Anggota Rohani & Sosial Himpunan Mahasiswa Jurusan
(HMJ) Agribisnis
2014 : Kordinator Kaderisasi Silaturrahmi Mahasiswa Pati
(SIMPATI) se-JABODEBEK
2014 : Volunter Lembaga Sosial Trust Fund UIN Jakarta
2014 : Volunter Lembaga Charity Store UIN Jakarta
2014 : Volunter Bungkesmas Tabungan Kesehatan Masyarakat
UIN Jakarta
2015 : Volunter Lembaga Rumah Zakat
2015 : Kordinator Lembaga Sosial Anak Peduli Bangsa, Jawa
Tengah wilayah Semarang
2015 : Anggota Keagamaan Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia (PMII)
2015 : Ketua Ikatan Keluarga Alumni Salafiyah (IKLAS) se-
JABODETABEK
2016 : Anggota Sosial Lingkungan Himpunan Mahasiswa
Jurusan (HMJ)
2016 : Kordinator Sosial Masyarakat Silaturrahmi Mahasiswa
Pati (SIMPATI) se-JABODETABEK
2017 : Anggota Pemuda Mandiri Membangun Desa (PMMD)
Kementrian Pemuda dan Olahraga
RINGKASAN
Ahmad Dalhar. 1113092000009. Perbandingan Sistem Hidroponik Deep FlowTechnique (DFT) dan Nutrient Film Technique (NFT) dalam Usaha Tani Selada diSpecta Farm. (Di bawah bimbingan Junaidi dan Akhmad Mahbubi)
Selada (Lactuca sativa L) merupakan salah satu komoditi hortikultura yangmemiliki prospek dan nilai komersial yang cukup baik. Semakin bertambahnyajumlah penduduk Indonesia serta meningkatnya kesadaran penduduk akan kebutuhangizi menyebabkan bertambahnya permintaan sayuran. kandungan gizi pada sayuranterutama vitamin dan meneral tidak dapat disubtitusi melalui makan pokok. Seladamengandung zat-zat yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Kandungan gizi dalamtiap 100 gr selada. Kalori: 15,00 kalori, Protein: 1,20 gr, Lemak: 0,20 gr,Karbohidrat: 2,90 gr, Kalsium (Ca): 22,00 mg, Fosfor (P): 25,00 mg, Zat Besi (Fe):0,50 mg, Vitamin A: 540,00 SI, Vitamin B1: 0,04 mg, Vitamin C: 8,00 mg, Air:94,80 gr. Menanam selada dapat menggunakan teknik budidaya konvensional(menggunakan tanah) maupun hidroponik. Teknik budidaya secara hidroponikmerupakan salah satu upaya intensifikasi yang pada akhirnya akan meningkatkanefisiensi dan efektivitas dalam penggunaan lahan dan penggunaan pupuk atau teknikbudidaya tanaman tanpa tanah yang menggunakan prinsip penyediaan larutan harasesuai dengan kebutuhan tanaman secara teratur, keuntungannya; pengunaan pupukdan air sangat efesien, hemat lahan dan produktivitas tanaman tinggi, sertapengelolaan tidak direpotkan dengan pengolahan tanah dan masalah gulma, sehinggapermintaan dalam jumlah besar dapat terpenuhi dan kontinuitas produk terjamin.dalam menerapkan budidaya sayuran hidroponik dikenal 8 teknik, dari teknik tersebutpenulis menjelaskan teknik Nutrient Film Technique (NFT) dan Deep FlowTechnique (DFT) karena dianggap perusahaan memiliki efisiensi dan efektifitastinggi dengan inovasi talang bertingkat. Kedua teknik hidroponik tersebut tidaktergantung pada kesuburan tanah sehingga bisa menjadi alternatif bagi petani seladauntuk menangani masalah lahan subur yang semakin berkurang. Namun biaya yangdiperlukan tinggi. Segmen pasar yang dituju umumnya kalangan ekonomi menengahke atas dan biasa di pasarkan supermarket, swalayan, hotel, dan restoran. Sehinggaharga jual sayuran hidroponik jauh mahal dibandingkan dengan harga sayur non-hidroponik karena jenis sayuran hidroponik yang dipasarkan biasanya merupakansayuran yang memiliki nilai jual tinggi (high value). Menjadi penting untukmempelajari struktur biaya, penerimaan, dan keuntungan usaha sayuran hidroponikdari tehnik Deep Flow Technique (DFT) dan Nutrient Film Technique (NFT) TalangBertingkat studi kasus pada Specta Farm, Ciapus, Bogor.
Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui biaya yang dikeluarkan padaselada hidroponik Sistem Deep Flow Technique (DFT) dan Sistem Nutrient FilmTechnique (NFT). 2. Mengetahui pendapatan yang diperoleh pada selada hidroponikSistem Deep Flow Technique (DFT) dan Sistem Nutrient Film Technique (NFT) 3.Mengetahui Perbedaan Pendapatan usaha selada Hidroponik Sistem Deep FlowTechnique (DFT) dan Sistem Nutrient Film Technique (NFT).
Penelitian ini dilakukan bulan Agustus 2017 sampai Februari 2018 dan dilakukan di Specta Farm Jl. Ciapus, Kampung Jamik, Desa Sukaluyu, KecamatanTamansari, Kabupaten Bogor, Provensi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukansecara sengaja (purposive), jenis data yang digunakan adalah data kualitatif dan datakuantitatif. Sumber data dalam penelitian mengunakan data primer diperoleh dari datalangsung perusahaan yang berupa hasil pengamatan langsung dan wawancara denganpimpinan dan kariawan Specta Farm sedangkan data sekunder diperoleh melaluiproses membaca, mempelajari, dan mengambil keterangan yang diperlukan daribuku-buku atau majalah, penelitian terdahulu, serta sumber-sumber data lainya yangberhubungan dengan masalah yanga akan di bahas.Analisis data yang digunakanpenulis analisis biaya usahatani, analisis penerimaan usahatani, analisis pendapatanusahatani, analisis penerimaan atas biaya (R/C Ratio), dan uji hipotesis perbedaan duarata-rata untuk membedakan tingkat pendapatan. Data yang diperoleh diolah secarakuantitatif diolah dengan alat bantu berupa kalkulator dan program Microsoft Excelsedangkan data kualitatif disajikan secara narasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : 1. Biaya yang dikeluarkan dalamusaha budidaya selada hidroponik Sistem Deep Flow Technique (DFT) adalah sebesarRp 21.032.363,- Sistem Nutrient Film Technique (NFT) adalah sebesar Rp22.395.613,-/ 7 bulan. Biaya yang dikeluarkan oleh Sistem Nutrient Filem Technique(NFT) lebih besar dibanding dengan Sistem Deep Flow Technique (DFT) dikarenakanoleh beberapa faktor antara lain : penggunaan listrik dan nutrisi yang lebih banyak 2.Besarnya jumlah pendapatan yang di peroleh dari hasil produksi selada hidroponikpada Sistem Deep Flow Technique (DFT) adalah sebesar Rp 35.751.000,- sedangkanpendapatan yang diperoleh dari hasil produksi selada hidroponik pada Sistem NutrientFilem Technique (NFT) lebih kecil yaitu sebesar Rp 33.847.000,- 3. Berdasarkan darihasil perhitungan uji perbedaan dua rata-rata dapat diketahui bahwa ada perbedaanpendapatan antara usaha budidaya selada hidroponik Sistem Deep Flow Technique(DFT) dan Sistem Nutrient Film Technique (NFT). Berdasarkan hasil perhitungan,besarnya nilai Zhit adalah senilai 4,19 oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa Zhit> Zα/2 dengan nilai 4,19 > 1,96.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrahim,
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Perbandingan Sistem Hidroponik Deep
Flow Technique (DFT) dan Nutrient Film Technique (NFT) dalam Usaha Tani
Selada di Specta Farm”. Penelitian ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
program studi Strata-1 di Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penulisan ini, penulis banyak mendapatkan bantuan baik berupa materil
dan moral yang sangat berarti dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan
ini, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, bapak Kasman dan Ibu Warkini yang tidak pernah letih
memberikan kasih sayang, doa, nasehat, motivasi, saran dan dorongan moril
maupun materil. Sesunguhnya ananda tidak akan pernah dapat membalas semua
itu, semoga Allah S.W.T selalu memberikan pahala, berkah, kasih sayang, ridho
dan perlindungan kepada bapak dan ibu atas perjuangannya, Amin.
2. Kakak-kakak tersayang, Jumi’ati, Abdurrahman Wahid, Dzurrotun Nik’mah
yang turut memberikan do’a, semangat dan motivasi. Semoga Allah S.W.T selalu
memberikan karunia-Nya. Amin.
3. Bapak Akhmad Riyadi Wastra dan Ibu Sri Purwanti yang turut memberikan do’a.
semangat dan motivasi. Semoga Allah S.W.T selalu memberikan pahala, berkah,
kasih sayang, ridho dan perlindungan kepada beliau atas perjuangannya, amin.
4. Dr. Agus Salim, M. Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Dr. Ir. Edmon Daris, MS selaku Ketua Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/
Agribisnis dan Dr. Iwan Aminudin, M. Si selaku Sekretaris Universitas Islam
Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ir. Junaidi, M. Si selaku Dosen Pembimbing 1 dan Akhmad Mahbubi, SP,
MM selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah membimbing, memberikan saran,
motivasi nasehat dan arahan sekaligus meluangkan waktu, tenaga dan pikiran
dalam penyusunan skripsi kepada penulis.
7. Dr. Akhmad Riyadi Wastra, MM selaku Dosen Penguji 1 dan Dewi Rohma Wati,
SP, M.Si selaku Dosen Penguji 2 dalam sidang munaqosah skripsi yang telah
memberikan saran, motivasi, nasehat dan arahan untuk kesempurnaan skripsi
kepada peneliti.
8. Seluruh dosen pengajar Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/ Agribisnis
yang tidak dapatkan satu persatu tanpa mengurangi rasa hormat atas segala ilmu
dan pelajaran dalam perkuliahan maupun di luar perkuliahan.
9. Bapak Zekky Bachry selaku Direktur, sluruh karyawan dan staff Specta Farm
untuk bimbingannya.
10. Perusahaan Sinarmas yang telah memberikan dukungan motivasi baik moril dan
materil selama perkuliahan dari pertama masuk sampe selesai perkuliahan,
semoga apa yang diberikan bermanfaat baik perusahaan maupun penulis.
11. Instansi Lembaga Social Trust Fund yang banyak memberikan ilmu dan
pengalaman, motivasi, nasehat kepada penulis untuk menjadi insan berdedikasih
sesama.
12. keluarga besar Compas Center yang banyak memberikan ilmu dan pengalaman,
motivasi, nasehat kepada penulis untuk menjadi insan berdedikasih sesama.
13. Sahabat Astrid Aisyah Hanani dan Faizal Abdurraman yang selalu memberikan
dukungan dan selalu ada dalam pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini.
14. Teman-teman Seperjuangan, Burhanudin Muhammad, Ade Fauzan, Lukman
Arya Yudhatama, Vikron Fahreza, Muhammad Reza Baehaqi, Syarif
Hidayatullah, atas motivasi, kebersamaan, kekeluargaan dan kecerian yang telah
kita ukir bersama semoga menjadi sejarah yang tidak pernah dilupakan.
15. Teman-teman Agribisnis 2013 atas kebersamaan, kekeluargaan dan keceriaan
yang telah kita ukir bersama semoga menjadi sejarah yang tidak pernah
dilupakan.
16. Keluarga besar Ikatan Keluarga Alumni Madrasah Salafiyah atas proses yang
turut mengantarkan penulis kedalam realita perjuangan dan kebersamaan untuk
bermanfaat.
17. Semua pihak yang telah membantu namun tidak penulis tuliskan satu per satu
tanpa mengurangi rasa hormat. Terimakasih banyak.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. kritik dan saran
yang membangun sangat diharapkan untuk menyempurnakan penelitian ini. Penulis
berharap semoga penulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Semoga Allah
S.W.T memberkahi kita semua. Aamin Ya Robbal Alamin, Barokallah.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Februari 2018
Ahmad Dalhar
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ..................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 6
2.1 Selada .................................................................................................. 6
2.2 Hidroponik ........................................................................................... 12
2.2.1 NFT (Nutrien Film Technique) .................................................. 13
2.2.2 DFT (Deep Flow Technique) ..................................................... 13
2.2.3 Talang Bertingkat ...................................................................... 14
2.2.4 Pengelolaan Air ......................................................................... 14
2.3 Pemupukan .......................................................................................... 16
2.4 Aplikasi Pupuk dan Air (Fertigasi) ...................................................... 19
2.5 Electrical Conductivity (EC) ................................................................ 21
2.6 Kemasaman (pH) Air ........................................................................... 21
2.7 Usahatani ............................................................................................. 23
2.7.1 Biaya Usahatani ........................................................................ 26
2.7.2 Penerimaan ................................................................................ 27
2.7.3 Pendapatan Usahatani ............................................................... 29
2.7.4 Analisis Rasio Penerimaan Atas Biaya (R/C Rasio) .................. 31
2.8 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 31
2.9 Kerangka Pemikiran ............................................................................ 33
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 36
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 36
3.2 Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 36
3.3 Metode Pengumpulan Data .................................................................. 37
3.4 Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis .................................... 37
3.4.1 Biaya Usahatani ........................................................................ 37
3.4.2 Penerimaan Usahatani ............................................................... 38
3.4.3 Pendapatan Usahatani ............................................................... 38
3.4.4 Rasio Penerimaan Atas Biaya (R/C Ratio) ................................ 39
3.4.5 Pengujian Hipotesis Perbedaan Dua Rata-rata ........................... 39
BAB IV GAMBARAN UMUM ........................................................................ 42
4.1 Sejarah Singkat Specta Farm ............................................................... 42
4.2 Letak Geografis ................................................................................... 43
4.3 Struktur Organisasi Specta Farm .......................................................... 43
4.4 Sarana dan Prasarana ........................................................................... 45
4.5 Tata Letak Bangunan ........................................................................... 46
BAB V PEMBAHASAN ................................................................................... 47
5.1 Biaya Usahatani Selada Hidroponik ..................................................... 47
5.1.1 Biaya Tetap dan Biaya Variabel Hidroponik Selada Sistem
Deep Flow Technique (DFT) .................................................. 47
5.1.2 Biaya Tetap dan Biaya Variabel Hidroponik Selada Sistem
Nutrien Film Technique (NFT) ............................................... 52
5.2 Analisis Pendapatan Usahatani Hidroponik Selada .............................. 57
5.2.1 Analisis Pendapatan Usahatani Hidroponik Selada Sistem
DFT ........................................................................................ 57
5.2.2 Analisis Pendapatan Usahatani Hidroponik Selada Sistem
Nutrient Film Technique (NFT) .............................................. 61
5.3 Perbedaan Pendapatan Usahatani Selada Hidroponik Sistem Deep Flow
Technique (DFT) dan Sistem Nutrient Film Technique (NFT) ............. 64
BAB VI PENUTUP ........................................................................................... 69
6.1 Kesimpulan .......................................................................................... 69
6.2 Saran .................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 71
LAMPIRAN ...................................................................................................... 74
iv
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Konsentrasi Unsur Hara dalam Larutan Hara yang Digunakan ................... 7
2. Komposisi Kimiawi per 100 g Tanaman Selada ......................................... 11
3. Konsentrasi Maksimum Ion Garam Terlarut dalam Air untuk .................... 16
4. Beberapa Jenis Pupuk untuk Formulasi Hara Tanaman pada ...................... 18
5. Jadwal Fertigasi Untuk Budidaya Tanaman Sayuran Secara
Hidroponik ................................................................................................. 20
6. Biaya Penyusutan Alat-alat Pertanian ......................................................... 54
7. Analisis Pendapatan Usahatani Hidroponik Selada Sistem DFT di
Specta Farm ................................................................................................ 58
8. Analisis Pendapatan Usahatani Hidroponik Selada Sistem NFT di
Specta Farm ................................................................................................ 62
v
DAFTAR GAMBAR
No. Hal.
1. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 35
2. Struktur Organisasi Specta Farm ................................................................ 44
3. Kurva Dua Rata-rata untuk Membedakan Tingkat Pendapatan .................. 67
vi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Tata Letak Bangunan .................................................................................... 74
2. Kuisioner Penelitian Selada Hidroponik Sistem Deep Flow Technique
(DFT) ............................................................................................................ 75
3. Kuisioner Penelitian Selada Hidroponik Sistem Nutrient Filem
Technique (NFT) .......................................................................................... 77
4. Hasil Kuisioner Selada Hidroponik Sistem Deep Flow Technique (DFT) .... 79
5. Hasil Kuisioner Selada Hidroponik Sistem Nutrient Film Technique
(NFT) ............................................................................................................ 81
6. Produksi, Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Usaha Tani
Selada Hidroponik Per Musim Panen Sistem Deep Flow Technique
(DFT) ............................................................................................................ 83
7. Produksi, Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Usaha Tani
Selada Hidroponik Per Musim Panen Sistem Nutrient Film Technique
(NFT) ............................................................................................................ 86
8. Perbedaan Pendapatan Usaha Tani Selada Hidroponik Sistem Deep Flow
Technique (DFT) dan Sistem Nutrient Film Technique (NFT) ..................... 89
9. Tabel Z Scor ................................................................................................. 91
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selada (Lactuca sativa L) merupakan salah satu komoditi hortikultura yang
memiliki prospek dan nilai komersial yang cukup baik. Semakin bertambahnya
jumlah penduduk Indonesia serta meningkatnya kesadaran penduduk akan
kebutuhan gizi menyebabkan bertambahnya permintaan sayuran. kandungan gizi
pada sayuran terutama vitamin dan meneral tidak dapat disubtitusi melalui makan
pokok (Mas’ud, 2009:131-136).
Selada memiliki beragam macam jenis, terdiri dari salada daun hijau dan
merah yang mana kedua jenis tersebut mengandung zat-zat yang bermanfaat bagi
kesehatan manusia (Grubben dalam Kosmas, 2012:1). Kandungan gizi dalam tiap
100 gr selada menurut Direktorat Gizi Depkes RI. Kalori: 15,00 kalori, Protein:
1,20 gr, Lemak: 0,20 gr, Karbohidrat: 2,90 gr, Kalsium (Ca): 22,00 mg, Fosfor
(P): 25,00 mg, Zat Besi (Fe): 0,50 mg, Vitamin A: 540,00 SI, Vitamin B1: 0,04
mg, Vitamin C: 8,00 mg, Air: 94,80 gr.
Menanam selada termasuk dalam kategori mudah, dapat di tanam di lahan
luas maupun sempit seperti dalam polybag, dapat menggunakan teknik budidaya
konvensional (menggunakan tanah) maupun hidroponik. Teknik budidaya secara
hidroponik merupakan salah satu upaya intensifikasi yang pada akhirnya akan
meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan lahan dan penggunaan
pupuk (Ardian, 2007:195-200). Hidroponik sebagai suatu teknik budidaya
tanaman tanpa tanah yang menggunakan prinsip penyediaan larutan hara sesuai
2
dengan kebutuhan tanaman secara teratur (Susila dan Koerniawati, 2004:16-21).
Berapa keuntungan hidroponik diantaranya pengunaan pupuk dan air sangat
efesien, hemat lahan tetapi produktivitas tanaman tinggi, serta pengelolaan tidak
direpotkan dengan pengolahan tanah dan masalah gulma (Lingga, 1999:89)
sehingga permintaan dalam jumlah besar dapat terpenuhi dan kontinuitas produk
terjamin.
Terdapat beberapa teknik dalam menerapkan budidaya sayuran secara
hidroponik, menurut Ferdian (2009:4), saat ini dikenal 8 macam teknik hidroponik
moderen, yaitu Nutrient Film Technique (NFT), Static Aerated Technique (SAT),
Ebb and Flow Technique (EFT), Deep Flow Technique (DFT), Aerated Flow
Technique (AFT), Drip Irrigation Technique (DIT), Root Mist Technique (RMT),
dan Fog Feed Technique (FFT). Dari teknik tersebut penulis akan menjelaskan
mengenai teknik Nutrien Film Technique (NFT) dan Deep Flow Technique
(DFT) karena dianggap perusahaan memiliki efisiensi dan efektifitas tinggi.
Salah satu perusahaan yang mengunakan inovasi instalasi hidroponik talang
bertingkat dengan sistem Nutrien Film Technique (NFT) dan Deep Flow
Technique (DFT) adalah Specta Farm. Specta Farm merupakan
perusahaan agribisnis yang bergerak dalam pelatihan atau traning, pembuatan
konstruksi instalasi hidroponik skala hobis maupun industry, dan budidaya
tanaman hidroponik.
Menurut Anas dkk, (2004:16), Nutrient Film Technique (NFT) merupakan
metode penanaman dimana akar berada dalam sirkulasi aliran air tipis yang
mengandung unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Sedangkan Deep Flow
3
Technique (DFT) merupakan metode budidaya tanaman hidroponik dengan
meletakkan akar tanaman pada lapisan air yang dalam, kedalaman berkisaran
antara 4-6 cm. Prinsip kerja mensirkulasikan larutan nutrisi tanaman secara terus
menerus selama 24 jam, (Wirawan dkk, 2005:64). Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan menyatakan bahwa tingkat efesiensi dilihat dari kedua teknik yang di
terapkan usahatani Specta Farm di duga teknik Nutrient Film Technique (NFT)
lebih efesien teknik menjadi salah satu pertimbangan yang kuat sebagai bahan
dugaan awal penelitian.
Kedua teknik hidroponik tersebut tidak bergantung pada kesuburan tanah
sehingga bisa menjadi alternatif bagi petani selada untuk menangani masalah
lahan subur yang semakin berkurang. Namun biaya yang diperlukan tinggi. Oleh
karena itu, segmen pasar yang dituju umumnya kalangan ekonomi menengah ke
atas dan biasa di pasarkan supermarket, swalayan, hotel, dan restoran. Sehingga
harga jual sayuran hidroponik jauh mahal dibandingkan dengan harga sayur non-
hidroponik karena jenis sayuran hidroponik yang dipasarkan biasanya merupakan
sayuran yang memiliki nilai jual tinggi (high value). Oleh karena itu, menjadi
penting untuk mempelajari struktur biaya, penerimaan, dan keuntungan usaha
sayuran hidroponik dari tehnik Deep Flow Technique (DFT) dan Nutrient Film
Technique (NFT) Talang Bertingkat studi kasus pada Specta Farm, Ciapus,
Bogor.
4
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di gambarkan oleh penulis budidaya
selada hidroponik Sistem Deep Flow Technique (DFT) dan Sistem Nutrient Film
Technique (NFT) Talang Bertingkat sebagai berikut :
1. Berapa biaya yang dikeluarkan dalam usaha budidaya selada hidroponik
Sistem Deep Flow Technique (DFT) dan Sistem Nutrient Film Technique
(NFT)?
2. Berapa pendapatan yang di peroleh usaha budidaya selada hidroponik Sistem
Deep Flow Technique (DFT) dan Sistem Nutrient Film Technique (NFT)?
3. Apakah ada perbedaan pendapatan yang signifikan antara usaha budidaya
selada hidroponik Sistem Deep Flow Technique (DFT) dan Sistem Nutrient
Film Technique (NFT)?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang penulis jelaskan maka tujuan penulis
melakukan penelitian sabagai berikut :
1. Mengetahui biaya yang dikeluarkan pada selada hidroponik Sistem Deep
Flow Technique (DFT) dan Sistem Nutrient Film Technique (NFT).
2. Mengetahui pendapatan yang diperoleh pada selada hidroponik Sistem Deep
Flow Technique (DFT) dan Sistem Nutrient Film Technique (NFT).
3. Mengetahui perbedaan pendapatan usaha selada hidroponik Sistem Deep
Flow Technique (DFT) dan Sistem Nutrient Film Technique (NFT).
5
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai sumber informasi dan pertimbangan petani hidroponik khususnya
untuk mengambil keputusan dalam perencanaan dan pelaksanaan produksi
agar memperoleh usaha yang efisien dan menguntungkan.
2. Sebagai peneliti, dapat menjadi tambahan wawasan ilmu khususnya dengan
penggunaan analisis usahatani selada hidroponik.
3. Sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut bagi penyusun lain yang
mengambil masalah yang sama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Selada
Tanaman selada diyakini dari Timur Tengah. tanaman dikenal sebagai
tanaman sayran dan bahan baku obat-obatan pada abad ke 4.500 sebelum masehi.
Tanaman ini sangat terkenal di Yunani dan Roma. Di Eropa Barat. Tanaman ini
secara ilmiah memiliki nama (Lactuca sativa L.) selada merupakan tanaman
sayuran daun yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Selada merupakan tanaman
yang cocok dibudidayakan secara hidroponik. Manipulasi aerasi zona perakaran
perlu dilakukan untuk mengatasi masalah kekurangan oksigen. Aerasi adalah
suatu hal yang esensial untuk mendukung aktifitas perakaran walapun hal ini
sangat beragam antar species tanaman, (Anas dkk. 2004: 17). Adapun klasifikasi
tanaman selada sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Campanulales
Famili : Compositae
Spesies : Lactuca sativa L. ( Resti. 2009:24).
Benih selada akan berkecambah dalam kurun waktu empat hari, bahkan
untuk benih yang viabel dapat berkecambah dalam waktu satu hari pada suhu 15-
25 0C. Tanaman selada tumbuh dengan baik pada suhu harian 15-20
0C dan suhu
malam 10 0C. Pembudidayaan selada di daerah tropis tumbuh dengan baik di
7
dataran tinggi. Pada budidaya selada konvensional, tanah yang cocok untuk
pertumbuhan selada yaitu jenis tanah dengan struktur yang bagus dan kesuburan
tinggi dan kurang bagus pada tanah alkali berpasir-lempung. Tanaman selada ini
tidak toleran tanah masam (pH < 6). Kebutuhan hara tanaman selada yaitu N 100
kg/ha, P2O5 100 kg/ha, K2O 80 kg/ha, dan pupuk organik 30 ton/ha.
Produktivitas selada jenis head di daerah tropis sebesar 5-10 ton/ha, sedangkan
jenis leaf sebesar 3-8 ton/ha, (Mas’ud, 2009: 133).
Budidaya selada hidroponik di dalam green house termasuk mudah di
kerjakan. Hal penting yag harus diperhatikan yaitu suhu di dalam green house.
Bolting, tipburn, warna daun pucat, dan rendahnya perkecambahan terjaadi jika
suhu udara diatas 25 0C. Selain itu juga komposisi larutan hara harus tepat,
misalnya kekurangan Ca dapat mengakibatkan tipburn. Konsentrasi unsur hara
dalam larutan hara yang biasa digunakan oleh beberapa petani selada hidroponik
tertera dalam Tabel 1.
Tabel 1. Konsentrasi Unsur Hara dalam Larutan Hara yang Digunakan
Beberapa Petani Selada Hidroponik
Unsur Hara Konsentrasi (mg/L)
Hara Makro
Netrogen (N)
Fosfor (P)
Kalsium (Ca)
Magnesium (Mg)
100-200
15-90
122-220
26-96
Hara Mikro
Boron (B)
Tembaga (Cu)
Besi (Fe)
Mangan (Mn)
Molibdenum (Mo)
Seng (Zn)
0.14-1,5
0,07-0,1
4-10
0,5-1.0
0,05-0,06
0,5-2,5 Sumber : Jones dalam Kosmas (2012: 4)
8
Selada sangat beragam jenisnya, merupakan tanaman herbal tahunan atau
dua musim, dan memiliki tinggi tanaman antara 30-70 cm. Susunan daun selada
beragam tergantung kultivarnya, ada yang membentuk krop dan tidak membentuk
krop. Tetapi ukuran dan warna daun pun berbeda-beda tergantung kultivarnya.
Menurut Zulkarnain (2013:98-99), mengemukakan lima tipe kultivar dari tanaman
selada, yaitu:
1. Kelompok kultivar selada Butterhead Lettuce (L. sativa var capitata L. nidus
tennerima Helm) memiliki kepala (krop) dengan daun-daun yang lembut dan
lunak dan di konsumsi dalam untuk segar (mentah). Jenis ini sangat populer
di Inggiris, Perancis, Belanda, dan di negara-negara Eropa bagian Barat dan
Tengah lainya.
2. Kelompok kultivar selada Crisphead Lettuce (L. sativa var. capitata L. nidus
jaggeri Helm) memiliki kepala (krop) dengan daun-daun tebal dan renyah,
susunan tulang daun menyerupai kipas, dan dikonsumsi dalam bentuk segar
(mentah). Selada jenis ini banyak di budidayakan di Amerika Serikat (Mikel
dalam Zulkarnain, 2013:98) dan dibelahan dunia lain, seperti negara-negara
Eropa bagian Barat dan Tengah yang meliputi Belanda, Inggris, Prancis,
Spanyol, Belgia, Jerman, Polandia, Ceko, Jepang, Cina dan Australia
(Lebeda dalam Zulkarnain, 2013:98).
3. Kelompok kultivar selada Los Lettuce atau Romaine Lettuce (L. sativa var.
longifolia Lam., var Romana Hort. in Bailey) memiliki kepala (krop) panjang
dan longgar (kadang-kadang menyatu), daun berbentuk bulat memanjang
(oblong) dengan tulang daun utamayang menojol sampai hampir ke ujung
9
daun, dan dikonsumsi dalam bentuk segar atau dimasak. Sebutan Cos (Kos)
berasal dari nama sebuah pulau di Yunani, dimana tanaman ini telah
dibudidayakan sejak lama. Selada ini banyak dibudidayakan di kawasan
Meditarania Eropa, Asia bagaian Barat dan Afrika Utara (Rayder dalam
Zulkarnain, 2013:98).
4. Kelompok kultivar selada Cutting Lettuca atau selada potong (L. sativa var.
acephala Alaf., syn. var. secalina Alif., syn. var. cripa L.) merupakan jenis
selada yang tidak membentuk kepala (krop), dapat dipanen utuh atau kadang-
kadan dipanen hanya daunya, dan dikonsumsi dalam bentuk segar (mentah).
Selada jenis ini sangat populer di Amerika Serikat, Italia, Prancis, Ceko, dan
Slowakia (Vries dalam Zulkarnain, 2013:99). Morfologi selada ini sangat
hetorogen, mulai dari hanya tepi daun yang kriting sebagaian sampai dengan
daun kriting seluruhnya, atau tepi daun yang kriting sebagaian sampai dengan
berlekuk daun. Bentuk daun yang memanjang atau melebar menyebabkan
efek saling menaungi sehingga menimbulkan warna hijau dengan berbagai
tingkatan, serta berbagai pola dan kadar antosisanin yang berbeda.
5. Kelompok kultivar Stalk (Asparagus) lettuce atau selada batang (L. sativa
var. anggustana Irish ex Bremer, syn. var. asparagiana Bailey, syn. L.
angustana Hort. in Vilm). memiliki batang yang membesar, yang dikonsumsi
dalam bentuk segar (mentah) atau masak terlebih dahulu seperti asparagus.
Menurut Lindqvist dalam Zulkarnain (2013:99), ada dua kultivar selada
batang yang dikenal, yaitu kultivar yang memiliki daun berwarna abu-abu
10
muda yang mirip daun selada Cos, dan kultivar yang memiliki daun yang
panjang dngan pangkal lebar dan ujungnya meruncing.
Kandungan gizi masing-masing jenis selada berbeda-beda. Selada jenis
head yang daunya berwarna hijau cerah memiliki lebih sedikit unsur mikro
dibandingkan dengan jenis leaf, daun yang berwarna hijau gelap memiliki bayak
karotan, besi, dan vitamin C. Jenis crisphead kandungan nutrisinya lebih rendah
daripada butterhead. Secara umum daun selada tiap 100 g mengandung air 94 g.
protein 1.2 g, lemak 0.2, serat 0.7 g, abu 0.7 g. Tanaman selada sangat rendah
karbohidrat, protein, dan lemak.
Nilai gizi dan manfaat sayuran selada rendah kalori dan sumber antioksidan,
serta vitamin K. Serta selain itu, selada memiliki kandunggan vitamin A dan C
yang tinggi, bahkan selada jenis romaine (varietas romana) dan selada mentega
(varietas capitata nidus tenerrima) mengandung vitamin C, 5-6 kali vitamin A, 5-
10 kali lebih tingggi lebih dibandingkan selada jenis criesphead (varietas capitata
nidus jagari). Selain mengandung vitamin C dan A yang tinggi, selada romaine
dan selada mentega juga merupakan sumber asam folat yang potensial.
Menurut Zulkarnain (2013:108-109), selada jenis roman lettuce sebanyak
100 g cukup untuk memenuhi 34% kebutuhan asam folat dalam tubuh. Nilai gizi
tanaman selada di sajikan pada Tabel 2.
11
Tabel 2. Komposisi Kimiawi per 100 g Tanaman Selada
Senyawa Kadar Nutrisi Air Kebutuhan
Harian %
Energi (Kalori) 15,00 1,00
Karbohidrat (g) 2,75 2,00
Protein (g) 1,36 2,00
Lemak (g) 0,15 0,50
Serat (g) 1,30 3,00
Folat (µg) 38,00 9,50
Niasin ( mg) 0,375 2,00
Asam pantotenat (mg) 0,135 2,50
Piridoksi (mg) 0,090 7,00
Riboflavin(mg) 0,080 6,00
Tiamin (mg) 0,070 6,00
Vitamin A (IU) 7,405,00 247,00
Vitamin C (mg) 9,20 15,00
Vitamin E (mg) 0,29 2,00
Vitamin K (µg) 126,30 105,00
Natrium (mg) 28,00 2,00
Kalium (mg) 194,00 4,00
Kalsium (mg) 36,00 3,50
Tembaga (mg) 0,029 3,00
Besi (mg) 0,86 10,00
Magnesium (mg) 13,00 3,00
Mangan (mg) 0,250 11,00
Fosfor (mg) 29,00 4,00
Seng (mg) 0,18 1,50
β-karoten 4,443,00 -
Lutein-zeasantin 1,730,00 - Sumber : Zulkarnain (2013:109)
Menurut Anas dkk (2004: 17). Umur panen selada berbeda-beda menurut
kultivar dan musim, berkisar antara 30 hari dan 85 hari setelah pindah tanam.
Bobot selada sangat beragam mulai dari 100 g sampai 400 g, bobot ini dapat di
capai pada budidaya di lahan terbuka dengan jarak tanam 20 cm antar tanam.
Menunda panen untuk mencapai bobot tanaman yang lebih tinggi menjadi lebih
semakin kurang menguntungkan, dan biasa menguntungkan untuk memulai daur
penanaman baru.
12
2.2 Hidroponik
Menurut Roidah (2014: 44) Istilah hydroponics berasal dari kata Yunani
hydro yaitu air dan ponos yaitu pengerjaan. Sehingga secara umum berarti syistem
budidaya pertanian tanpa mengunakan tanah tetapi mengunakan air yang berisi
larutan nutrisi.
Hidroponik budidaya tanaman tanpa mengunakan tanah, tetapi mengunakan
media inert seperti gravel, pasir, peat, vermikulit, pumice atau sawdust, yang
diberikan larutan hara yang mengandung semua elemen esensial yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan perkembangan normal tanaman (Poerwanto dan Susila,
2014:121).
Beberapa pakar hidroponik mengemukakan beberapa kelebihan dan
kekurangan sistem hidroponik dibandingkan dengan pertanian konvensional
(Rosliani dan Sumarni, 2005: 3).
Kelebihan sistem hidroponik antara lain adalah :
1. Penggunaan lahan lebih efisien,
2. Tanaman berproduksi tanpa menggunakan tanah,
3. Tidak ada resiko untuk penanaman terus menerus sepanjang tahun,
4. Ruantitas dan kualitas produksi lebih tinggi dan lebih bersih,
5. Penggunaan pupuk dan air lebih efisien,
6. Periode tanam lebih pendek, dan
7. Pengendalian hama dan penyakit lebih mudah.
Kekurangan sistem hidroponik, antara lain adalah :
1. Membutuhkan modal yang besar;
13
2. Pada “Close System” (nutrisi disirkulasi), jika ada tanaman yang terserang
patogen maka dalam waktu yang sangat singkat seluruh tanaman akan
terkena serangan tersebut; dan
3. Pada kultur substrat, kapasitas memegang air media substrat lebih kecil
daripada media tanah; sedangkan pada kultur air volume air dan jumlah
nutrisi sangat terbatas sehingga akan menyebabkan pelayuan tanaman yang
cepat dan stres yang serius.
2.2.1 NFT (Nutrien Film Technique)
Nutrient Film Technique adalah sistem hidroponik tanpa media tanam.
Tanaman ditanam dalam sikrulasi hara tipis pada talang-talang yang memanjang.
Persemean biasanya dilakukan di atas blok rockwool yang dibungkus plastik.
Sistem NFT pertama kali diperkenalkan oleh peneliti bernama Dr. Allen Cooper.
Sirkulasi larutan hara diperlukan dalam teknologi dalam priode waktu tertentu.
Hal ini dapat memisahkan komponen lingkungan perakaran yang “aqueous” dan
“gaseous” yang dapat meningkatkan serapan hara tanaman (Poerwanto dan
Susila, 2014:123).
Menurut Anas dkk, (2004:16), Nutrient Film Technique (NFT) merupakan
metode penanaman dimana akar berada dalam sirkulasi aliran air tipis yang
mengandung unsur-unsur yang diperlukan tanaman.
2.2.2 DFT (Deep Flow Technique)
Menurut Poerwanto dan Susila (2014:123), Deep Flow Technique sistem
hidroponik tanpa media, berupa kolam atau kontainer yang panjang dan dangkal
diisi dengan larutan hara dan diberi aerasi. Pada sistem ini tanaman di tanam di
14
atas panel tray (flat tray) yang terbuat dari bahan sterofoam, mengapung diatas
kolam dan perakaran berkembang di dalam larutan hara.
Deep Flow Technique (DFT) metode budidaya tanaman hidroponik dengan
meletakkan akar tanaman pada lapisan air yang dalam, kedalaman berkisaran
antara 4-6 cm. Prinsip kerja mensirkulasikan larutan nutrisi tanaman secara terus
menerus selama 24 jam, (Wirawan dkk, 2005:64).
2.2.3 Talang Bertingkat
Menurut Bachri (2016), sistem hidroponik talang bertingkat adalah
kaitannya dengan peningkatan kapasitas produksi dibandingkan dengan sistem
hidroponik dengan instalasi rak talang horizontal/datar. Melalui sistem ini, luasan
lahan yang sama akan memberikan hasil yang panen lebih banyak dibandingkan
dengan hidroponik horizontal. Artinya, pemanfaatan lahan yang digunakan
menjadi lebih maksimal.
Prinsip yang dijalankan perusahaan adalah seharusnya sistem hidroponik
harus bisa memiliki kelebihan dengan tanaman yang ditanam di tanah, selain dari
sisi kualitas sayuran yang dihasilkan karena pemberian nutrisi yang sesuai.
Menggunakan sistem instalasi talang bertingkat, perusahaan dapat meningkatkan
kapasitas produksi sayurannya hingga hampir tiga kali lipat dibandingkan sistem
hidroponik horizontal.
2.2.4 Pengelolaan Air
Kualitas air faktor utama yang perlu dipertimbangkan dalam budidaya
tanaman. Tanaman terdiri atas 80-90% air (Poerwanto dan Susila, 2014:243).
Kualitas air dapat di tentukan dari apa yang terkandung dari apa yang terkandung
15
sumbernya (sumur atau sungai), juga tingkat kemasamanya. Air adalah pelarut
yang dapat mengandung jumlah tertentu garam-garam terlarut. Salah satu garam
terlarut tersebut adalah pupuk. Untuk menyediakan sumber hara yang cukup bagi
tanaman, pupuk perlu dilarutkan di dalam air.
Kualitas air dapat ditentukan dengan keberadaan partikel fisik (pasir,
limestone, bahan organik), jumlah bahan terlarut (hara dan bahan kimia nonhara),
dan Ph air. Beberapa hal yang berhubungan dengan kualitas air dan perlu diteliti
di laboratorium adalah electrical conduktivity (EC), Ph, konsentrasi sulfat (SO4),
sodium (Na), besi (Fe), dan bikarbonat (HCO3). Keadaan air juga berhubungan
juga dengan kandungan Ca dan Mg yang juga perlu diperhitungkan dalam
perhitungan pupuk (Poerwanto dan Susila, 2014:243).
Maksimum konsentrasi yang diperlukan dalam part per millions (ppm)
garam-garam terlarut untuk budidaya tanaman di dalam green house disajikan
pada Tabel 3. Parts per million adalah satu satuan pengukuran jumlah ion terlarut
atau garam terlarut dan biasanya digunakan untuk mengukur konsentrasi garam-
garam pupuk didalam larutan hara. Tingkat konsentrasi ion terlarut dapat juga
dinyatakan dalam milligram/liter larutan. Terdapat hubungan antara
milligram/liter (mg/l) dan ppm, dimana 1 mh/l sama dengan 1 ppm.
Uji kualitas air juga meliputi pH atau tingkat kemasaman air. Sekalipun
suatu sumber air telah ditetapkan sebagai sumber air yang baik untuk produksi
tanaman, akan tetapi harus tetap dimonitor secara rutin untuk memastikan bahwa
terjadinya fluktuasi kualitas air tidak mempengaruhi produksi tanaman.
16
Tabel 3. Konsentrasi Maksimum Ion Garam Terlarut dalam Air untuk
Budidaya Tanaman
Elemen Konsentrasi Maksimum (ppm)
Nitrogen (NO3-N) 5
Fosfor (H2PO4-P) 5
Kalium (K+) 5
Kalsium (Ca++
) 120
Magnesium (Mg++
) 25
Klor (CI-) 100
Sulfat (SO4--) 200
Bikarbonat (HCO3-) 60
Natrium (Na++
) 30
Besi (Fe+++
) 5
Boron (B) 0,5
Seng (Zn++
) 0,5
Mangan (Mn++
) 1,0
Tembaga (Cu++
) 0,2
Molibdenum (Mo) 0,02
Flour (F) 1
Ph 75
E.C. 1 Sumber : Poerwanto dan Susila (2014: 244)
2.3 Pemupukan
Larutan hara untuk pemupukan tanaman hidroponik diformulasikan sesui
dengan kebutuhan tanaman mengunakan kombinasi garam-garam pupuk. Jumlah
yang diberikan di sesuikan dengan kebutuhan optimal tanaman. Program
pemupukan tanaman melalui hidroponik walapun kelihatanya sama untuk berbgai
jenis tanaman sayuran, tetapi terdapat perbedaan kebutuhan setiap tanaman
terhadap hara. Pupuk yang dapat digunakan dalam sistem hidroponik harus
mempunyai tingkat kelarutan yang tinggi.
Banyak diformulasikan berbagai macam larutan hara untuk hidroponik
akhir-akhir ini, tetapi pada dasarnya pengunaan hara standaruntuk tujuan
komersial tidak berubah banyak dari komposisi hara tanaman yang dideskripsikan
para ahli pada tahun 1800-an. Sebagaian besar tanaman hijau memperlukan total
17
16 elemen kimia untuk mempertahankan hidupnya. Dari total elemen ini hanya 13
yang dapat diberikan sebagai pupuk lewat perakaran tanaman, sedangkan 3 yang
lain (oksigen, karbor dan hidrogen) dapat dari udara dan air (Poerwanto dan
Susila, 2014:128).
Formulasi pupuk hidroponik untuk budidaya tanaman secara hidroponik
biasanya cukup rumit karena menyangkut berbagai macam unsur yang berasal
dari berbagai macam sumber pupuk. Beberapa garam pupuk tersebut ada yang
berbentuk tunggal maupun majemuk. Program computer “IFF SYSTEM” telah
dikembangkan untuk mempermudah penghitungan hara untuk budidaya sayuran
secara hidroponik berdasarkan kebutuhan hara tanaman dan kandungan analisis
air (Poerwanto dan Susila, 2014:132). Beberapa sumber pupuk yang dapat
digunakan dalam formulasi pupuk hiroponik disajikan dalam Tabel 4.
18
Tabel 4. Beberapa Jenis Pupuk untuk Formulasi Hara Tanaman pada
Program Budidaya Tanaman Sayuran Secara Hidroponik
Hara Pupuk Hara
Hara Makro
Nitrogen Kalsium nitrat
15,5-0-0
15,5% nitrogen (N03-N)
19% kalsium
Potasium pnitrate
13-0-44
13% netrogen (N03-N)
37% potasium
Ammonium nitrate
34-0-0
17% netrogen (N03-N)
17% netrogen (N04-N)
Phosphorus Monopotasium phosphate
0-53-44
23% phosphorus
29% potassium
Potassium Potassium nitrate
13-0-44
37% potassium
13% nitrogen (N03-N)
Potassium sulfar
0-0-50
41,5% potassium
17% sulfur
Monopotassium phosphate
0-53-44
23% phosphorus
29% potassium
Potassium chlorida
0-0-60
49% potassium
26% chlorine
Kalsium Kalsium nitrate
15,5-0-0
19% kalsium
15,5% (N03-N)
Kalsium chlorida
CaCl2-2H2O
27% kalsium
48% chlorine
Magnesium Magnesium sulfat
MgSO4-7H2O
10% magnesium
13% sulfar
Magnesium netrat
Mg (N03-N)2-6H2
10% magnesium
11% mitrogen (N03-N)
Sulfur Magnesium sulfat
MgSO4-7H2O
10% magnesium
13% sulfur
Potasium sulfur
0-0-50
41,5% potasium
17% sulfur
Clorine Kalsium chloride
CaCl2-2H2O
27% kalsium
48% chlorine
Potassium chlorida
0-0-60
49% potassium
26% chlorine
Hara Mikro
Iron Irone chelate 13% iron
Manganesa Manganese chelate 13% manganese
Copper Copper chelate 14% copper
Molybdenum Sodium molybdate 39% molybdenum
Boron Borox 15% boron Sumber : Poerwanto dan Susila (2014: 133)
19
2.4 Aplikasi Pupuk dan Air (Fertigasi)
Menurut Poerwanto dan Susila (2014: 135), air dan pupuk diberikan secara
bersamaan sebagai larutan hara. Jumlah air dan hara akan selalu berubah sesui
dengan umur dan pertumbuhan tanaman. Kebutuhan tanaman terhadap hara dan
terus meningkat sejak persemean sampai tanaman menghasilkan.
Secara umum lebih baik meningkatkan frekuansi penyiraman daripada
meningkatkan jumlah air yang diberikan pada tanaman yang mendekati masa
panen. Frekuensi pemberian air juga dapatuntuk mengatur keseimbangan fase
vegetatif/generatif tanaman. Pada jumlah volume yang tetap, semakin banyak
frekuansi penyiraman tanaman akan cenderung mengalami perubahan vegetatif,
sebaliknya semakin jarang frekuansi cenderung mendorong pertumbuhan
generatif.
Jadwal fertigasi untuk budidaya tanaman sayuran di dalam greenhouse
secara hidroponik serta kisaran pH masuk dan pH keluar disajikan pada Tabel 5.
Pengukuran EC larutan hara dapat dipakai sebagai ukuran tingkat pemberian hara
pada tanaman. EC larutan hara yang memiliki target netrogen 200 ppm, kira-kira
sebesar 2,5 mmhos. Tentu saja jumlah hara yang lain secara proposional
mengikuti jumlah netrogen. Monitoring EC dan pH dapat dilakukan pada EC
masuk (sebelum melewati media tanam) dan EC keluar (setelah melewati media
tanam). Hal ini dapat memantau kecukupan hara selama pertumbuhan tanaman.
Tingkat pH optimum adalah 5,8, aktivitas perakaran biasanya dapat menurunkan
pH sekitar perakaran. Untuk mengatasi hal tersebut perlu digunakan pupuk yang
tidak bersifat masam. Tidak direkomendasikan mengunakan pupuk masam pada
20
pH larutan 5,5, pengunaan amonium nitrat pada 2-5 ppm (NH4-N) akan
menurunkan pH perakaran karena pengaruh asam dari pupuk tersebut.
Tabel 5. Jadwal Fertigasi Untuk Budidaya Tanaman Sayuran Secara
Hidroponik
Umur Tanaman Waktu Pemberian
(WIB)
Vol.
(ml/tan)
EC (mS/cm)
Suhu <30
RH
>50%
Suhu >30
RH
<50%
Masuk Keluar
Fase Vag.I
(1-6 MST)
07.00 07.00 100 1,6-1,7 1,3-1,8
09.00 09.00 100 1,6-1,7 1,3-1,8
11.00 10.30 100 1,6-1,7 1,3-1,8
13.00 12.00 100 1,6-1,7 1,3-1,8
15.00 13.30 100 1,6-1,7 1,3-1,8
15.00 100 1,6-1,7 1,3-1,8
Fase Vag. II
(6-8 MST),
Berbunga dan
mulai berubah
07.00 07.00 150 1,8-1,9 2,0-2,1
09.00 09.00 150 1,8-1,9 2,0-2,1
11.00 10.30 150 1,8-1,9 2,0-2,1
13.00 12.00 150 1,8-1,9 2,0-2,1
15.00 13.30 150 1,8-1,9 2,0-2,1
15.00 150 1,8-1,9 2,0-2,1
Fase Gen.
(>8 MST)
Pematangan buah
07.00 07.00 250 2,0-2,1 2,1-2,2
09.00 09.00 250 2,0-2,1 2,1-2,2
11.00 10.30 250 2,0-2,1 2,1-2,2
13.00 12.00 250 2,0-2,1 2,1-2,2
15.00 13.30 250 2,0-2,1 2,1-2,2
15.00 250 2,0-2,1 2,1-2,2 Sumber : Poerwanto dan Susila (2014: 137)
Manajemen fertigasi merupakan cara yang fleksibel dalam pemberian pupuk
untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Pertani dapat dengan mudah menyesuaikan
jumlah dan jenis pupuk untuk memenuhi kebutuhan tanaman berdasarkan tingkat
perkembangan. Pemberian hara yang dapat sesuai dengan kebutuhan tanaman
adalah salah satu “keyword” dalam budidaya tanaman secara hidroponik,
sehingga kesuksesan dalam manajemen larutan hara merupakan juga kesuksesan
dalam berbisnis tanaman secara hidroponik.
21
2.5 Electrical Conductivity (EC)
Menurut Rosliani dan Sumarni (2005: 8), kunci utama pemberian nutrisi
atau pupuk pada sistem hidroponik adalah pengontrolan konduktivitas elektrik
atau electrical coductivity (EC) atau aliran listrik di dalam air dengan mengunakan
alat EC meter. EC ini untuk mengetahui cocok tidaknya larutan nutrisi untuk
tanaman, karena kualitas larutan nutrisi atau pupuk tergantung pada
konsentrasinya.
Hasil analisis air juga dilakukan terhadap Electrical Conductivity (EC).
Kemampuan air sebagai penghantar listrik dipengaruhi oleh jumlah ion atau
garam yang terlarut didalam air. Semakin banyak garam semakin tinggi daya
hantar listrik yang terjadi. Menurut Poerwanto dan Susila (2014:243), Electrical
Conductivity merupakan pengukuran tidak langsung terhadap konsentrasi garam
yang dapat digunakan untuk menentukan secara umum kesesuaian air untuk
budidaya tanaman dan untuk memonitor konsentrasi hara di zona perakaran yang
merupakan alat untuk menentukan pemberian larutan hara kepada tanaman.
Satuan pengukuran EC adalah millimhous per centimeter (mmhos/cm),
millisiemens per centimeter (mS/cm), atau micro-siemens per centimeter. Air yang
sesuai untuk budidaya tanaman di dalam greenhouse sebaiknya mempunyai EC
yang tidak melebihi 1,0 mmhos/cm (EC=1), (Poerwanto dan Susila, 2014:244).
2.6 Kemasaman (pH) Air
Menurut Poerwanto dan Susila (2014:245), kemasaman dan kebasaan dari
air dalam pH diukur dalam sekala 0 sampai 14. Angka yang semakin rendah
menunjukkan kondisi larutan yang semakin masam, sebaliknya semakin tinggi pH
22
semakin alkalin. Sekala pH adalah logaritmik, artinya peningkatan 1 angka,
misalnya 4 ke 5 menunjukkan 10 kali peningkat alkalinitasnya, demikian juga
sebaliknya.
Pada lokasi tertentu, pH air cukup alkalin dengan pH 7,0-7,5. Alkalinitas air
ini menigkat dengan bertambahnya konsentrasi Bikarbonat (HCO3). Pengukuran
pH mencerminkan reaksi kimia air dan larutan hara. Kondisi pH larutan hara
sangat menentukan tingkat kelarutan unsur hara dan ketersediaan hara bagi
tanaman (Poerwanto dan Susila, 2014:245).
Kondisi pH optimum larutan hara yang mencerminkan ketersediaan hara
bagi tanaman berkisar dari 5,5-6,0. pengaturan pH larutan dapat dilakukan
mengunakan larutan asam seperti asam fosfat dan asam nitrat. Ketika bahan-bahan
tersebut digunakan, kandungan N, P yang terikat harus diperhitungkan dalam
pemberian hara.
Jumlah yang diperlukan untuk mengatur pH biasanya bergantung
konsentrasi bikarbonat (HCO3) di dalam air. Jumlah ini diketahui dari analisis air
yang dinyatakan dalam ppm. Target pH larutan hara biasanya 5,8 atau setara
dengan 60 ppm konsentrasi bikarbonat. Bila kandungan air yang digunakan untuk
melarutkan hara mempunyai pH 8,1 dan bicarbonat 207 ppm, maka 200 ppm-60
ppm = 140 ppm bikarbonat yang perlu di netralkan untuk mengurangi pH dari 8,1
menjadi 5,8. Untuk menetralkan 61 ppm atau 1 miliequivalen bicarbonate
memerlukan kurang lebih 70 ml asam phosphat 85% atau 76 ml asam nitrat 67%
per 1.000 liter air, sehingga untuk menetralkan 140 bicarbonat diperlukan
beberapa hal sebagai berikut.
23
1. Mengunakan Asam Phosphat 85%
140/61 = 2,3 miliequivalen bicarbonate yang harus dinetralkan 2,3
miliequivalen x 70 ml asam phosphat 85% untuk setiap miliequivalen = 2,3 x
70 ml = 161 ml asam phosphat 85% untuk setiap 1.000 liter air.
2. Mengunakan Asam Nitrat 67%
miliequivalen bicarbonate yang harus dinetralkan. 2,3 miliequivalen x 76 ml
per milliequivalen = 2,3 x 76 ml = 174,8 ml Asam Nitrat 67% untuk setiap
1.000 liter air.
Perhitungan tersebut harus dilakukan untuk setiap sumber air sesuai dengan
hasil analisis kandungan bicarbonat. Asam mempunyai sifat yang korosif
sehingga harus ditangani secara hati-hari (Poerwanto dan Susila, 2014:246).
2.7 Usahatani
Menurut Soekartawi (2016:1), ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari
bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan
efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan
efektif bila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki sebaik-
baiknya, dan dapat dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut
mengeluarkan output yang melebihi input.
Usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang
mengusahakan dan mengkoordinir factor-faktor produksi berupa lahan dan alam
sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sabaik-baikny
(Suratiyah, 2009:8).
24
Produktivitas usahatani semakain tinggi bila petani atau produsen
mengalokasikan faktor produksi berdasarkan prinsip efesiensi teknis dan efesiensi
harga, (Shinta, 2011:35-55). Faktor produksi dalam usahatani memiliki
kemampuan terbatas untuk memproduksi dalam usahatani memiliki kemampuan
terbatas untuk berproduksi secara berkelanjutan, tetapi dapat ditingkatkan nilai
produktivitasnya melalui produktivitasnya yang tepat, misalnya faktor produksi
lahan. Berikut uraian dari masing-masing faktor produksi dalam usahatani.
1. Faktor Alam
Faktor alam dalam usahatani merupakan faktor penting, sehingga dalam batas
tertentu petani sebagai pelaku usahatani harus menyesuaikan kegiatan
usahataninya dengan kondisi alam. Hal ini disebabkan oleh karakteristik
usaha pertanian yang sangat peka terhadap pengaruh alam. Faktor alam
dibedakan menjadi dua, yaitu faktor lingkungan alam sekitarnya dan faktor
tanah. Faktor alam sekitar yaitu iklim yang berkaitan dengan ketersediaan air,
suhu dan lain sebagainya. Iklim menjadi faktor penentu komoditas yang
ditanam di suatu daerah karena setiap komoditas pertanian memiliki
spesifikasi yang berbeda untuk dapat tumbuh, salah satunya kecocokan
dengan iklim di lokasi usahtani. Selain itu, iklim juga berpengaruh terhadap
cara mengusahakan serta teknologi yang akan digunakan. Faktor alam yang
lain adalah tanah. Tanah juga merupakan faktor produksi yang penting karena
tanah merupakan tempat tumbuhnya tanaman, ternak, dan usahatani
keseluruhannya. Jenis-jenis tanah yang terkait dengan kesuburan, lokasi, luas,
25
dan kemiringan akan mempengaruhi produktivitas tanaman. Tentu saja faktor
tanah tidak terlepas dari pengaruh alam sekitarnya.
2. Faktor Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah energi yang dicurahkan dalam suatu proses kegiatan
untuk menghasilkan suatu produk. Tenaga kerja manusia (laki-laki,
perempuan dan anak-anak) bisa berasal dari dalam maupun luar keluarga.
Tenaga kerja luar keluarga diperoleh dengan cara upahan dan sambatan
(tolong-menolong, misalnya arisan dimana setiap peserta arisan akan
mengembalikan dalam bentuk tenaga kerja kepada anggota lainnya). Petani
adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau
seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi
usahatani pertanian, peternakan, perikanan dan pemungutan hasil laut.
3. Faktor Modal dan Peralatan Tanah serta alam sekitarnya dan tenaga kerja
adalah faktor produksi asli, sedangkan modal dan peralatan merupakan
substitusi faktor produksi tanah dan tenaga kerja. Dengan modal dan
peralatan, faktor produksi tanah dan tenaga kerja dapat memberikan manfaat
yang jauh lebih baik bagi manusia. Selain itu dengan modal dan peralatan,
penggunaan tanah dan tenaga kerja dapat dihemat.
4. Faktor Manajemen
Faktor produksi usahatani pada dasarnya adalah tanah dan alam sekitarnya,
tenaga kerja, modal, serta peralatan. Akan tetapi, harus ada yang mengatur
penggunaan faktor-faktor produksi tersebut agar dapat bersinergi dengan baik
sehingga mencapai tujuan usahatani. Manajemen sebenarnya melekat pada
26
tenaga kerja dan petani merupakan pihak yang berperan sebagai manajer.
Untuk meraih keberhasilan usahatani sangat ditentukan oleh pengambilan
keputusan yang berdasarkan pada tujuan-tujuan usahatani, permasalahan,
serta kondisi yang jelas, fakta dan data yang aktual, serta analisis yang tepat
dan akurat. Oleh karena itu, kemampuan, pengetahuan sedangkan modal dan
peralatan merupakan substitusi faktor produksi tanah dan tenaga kerja.
Dengan modal dan peralatan, faktor produksi tanah dan tenaga kerja dapat
memberikan manfaat yang jauh lebih baik bagi manusia. Selain itu,dengan
modal dan peralatan, penggunaan tanah dan tenaga kerja dapat dihemat.
2.7.1 Biaya Usahatani
Penggunaan input produksi akan berpengaruh pada besar kecilnya biaya
usahatani. Menurut Soekartawi (2016:56), biaya usahatani diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variabel cost).
Biaya tetap merupakan biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan
walaupun produksi yang diperoleh banyak ataupun sedikit. Jadi besarnya biaya
tetap tidak bergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Contoh biaya
tetap antara lain pajak, sewa tanah, alat pertanian, iuran irigasi dan listrik. Biaya
variabel merupakan biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang
diperoleh. Biasanya komponen yang termasuk biaya variabel adalah sarana
produksi, upah tenaga kerja dan biaya angkut. Jika biaya tetap dan biaya variabel
dijumlahkan maka akan didapatkan biaya total.
Menurut Soeharjo dan Patong (1973:14) definisi biaya usahatani atau
disebut juga pengeluaran usahatani adalah nilai semua masukan yang terpakai
27
atau dikeluarkan di dalam produksi. Biaya usahatani dapat berbentuk biaya tunai
dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dibayar dengan
uang seperti biaya pada pembeliaan sarana produksi dan biaya upah tenaga kerja.
Biaya yang diperhitungkan digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya
pendapatan kerja petani kalau modal milik petani sendiri (lahan). Modal yang
digunakan petani diperhitungkan sebagai modal pinjaman meskipun modal itu
milik sendiri karena modal tersebut dapat dialokasikan untuk beberapa alternatif
penggunaan, sehingga harus memperhitungkan juga jasa modal milik petani yang
dihitungkan berdasarkan harga pasar yang berlaku. Tenaga kerja keluarga dinilai
upah yang berlaku.
Biaya atau pengeluaran mencangkup juga penurunan inventaris usahatani.
Nilai inventaris berkurang apabila hilang, rusak atau terjadi penyusutan.
Penyusutan terjadi karena pengaruh umur atau karena dipakai. Tujuan utama dari
dari analisis pendapatan usahatani menurut Soeharjo dan Patong, (1973:23) adalah
mengambarkan tingkat keberhasilan kegiatan usahatani dan menggambarkan
keadaan yang akan datang dari perencanaan yang dibuat.
2.7.2 Penerimaan
Menurut Hernanto (1995:56), penerimaan usahatani adalah penerimaan
dari semua usahatani meliputi jumlah penambahan inventaris, nilai penjualan
hasil, dan nilai yang dikonsumsi. Penerimaan usahatani merupakan total
penerimaan dari kegiatan usahatani yang diterima pada akhir proses produksi.
Penerimaan usahatani dapat pula diartikan sebagai keuntungan material yang
28
diperoleh seorang petani atau bentuk imbalan jasa petani maupun keluarganya
sebagai pengelola usahatani maupun akibat pemakaian barang modal yang
dimilikinya.
Penerimaan usahatani dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penerimaan
bersih usahatani dan penerimaan kotor usahatani (gross income). Penerimaan
bersih usahatani adalah merupakan selisih antara penerimaan kotor usahatani
dengan pengeluaran total usahatani. Pengeluaran total usahatani adalah nilai
semua masukan yang habis terpakai dalam proses produksi, tidak termasuk tenaga
kerja dalam keluarga petani. Sedangkan penerimaan kotor usahatani adalah nilai
total produksi usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun
tidak dijual (Soerkartawi, 2016:85).
Penerimaan usahatani dipengaruhi oleh produksi fisik yang dihasilkan,
dimana produksi fisik adalah hasil fisik yang diperoleh dalam suatu proses
produksi dalam kegiatan usahatani selama satu musim tanam. Penerimaan
usahatani akan meningkat jika produksi yang dihasilkan bertambah dan
sebaliknya akan menurun bila produksi yang dihasilkan berkurang. Di samping
itu, bertambah atau berkurangnya produksi juga dipengaruhi oleh tingkat
penggunaan input pertanian. Menurut Soerkartawi (2016:87), penerimaan
usahatani adalah perkalian antara produksi dengan harga jual. Biaya usahatani
adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani dan
pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dengan pengeluaran
usahatani.
29
2.7.3 Pendapatan Usahatani
Menurut Soerkartawi (2006:54), pendapatan usahatani adalah perkalian
antara volume produksi yang di peroleh dari harga jual. Harga jual adalah harga
teransaksi antara petani (penjual) dan pembeli untuk setiap komoditas untuk
satuan tempat. Satuan yang digunakan seperti satuan yang lazim dipakai
pembeli/penjual secara partai besar, misalnya : kg, kwintal, ikat, dan sebagainya.
Menurut Soekartawi dalam Agustian (2016:11), pendapatan usahatani
dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekstern usahatani. Faktor intern
usahatani meliputi kesuburan tanah, luas tanah garapan, ketersediaan tenaga kerja
keluarga, ketersediaan modal, penggunaan teknologi, pola tanam, lokasi tanaman,
fragmentasi lahan, status penguasaan lahan, cara pemasaran output, efisiensi
penggunaan input serta tingkat pengetahuan dan keterampilan (petani dan tenaga
kerja). Sedangkan faktor ekstern usahatani meliputi sarana transportasi, sistem
tataniaga, penemuan teknologi baru, fasilitas irigasi, tingkat harga output dan
input, ketersediaan lembaga perkreditan, adat istiadat masyarakat serta kebijakan
pemerintah.
Beberapa definisi dikemukakan oleh Soekartawi dalam Agustian
(2016:11), berkaitan dengan pendapatan dan keuntungan yaitu:
1. Penerimaan tunai usahatani (farm receipt) adalah nilai uang yang diterima
dari penjualan produk usahatani. Penerimaan tunai usahatani tidak
mencakup pinjaman uang untuk keperluan usahatani.
30
2. Pengeluaran tunai (farm payment) adalah jumalh biaya yang dikeluarkan
untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani, dan tidak mencakup
bunga pinjaman dan jumlah pinjaman pokok.
3. Pendapatan tunai usahatani (farm net cash flow) adalah selisih antara
penerimaan tunai usahatani dengan pengeluaran tunai usahatani.
4. Penerimaan total usahatani (total farm revenue) adalah penerimaan dari
semua sumber usahatani yang meliputi jumlah penambahan inventaris,
nilai penjualan hasil dan nilai penggunaan untuk konsumsi keluarga.
5. Pengeluaran total usahatani (total farm expensive) adalah semua biaya-
biaya operasional dengan tanpa menghitung bunga dari modal usahatani
dan nilai kerja dari pengelolaan usahatani. Pengeluaran ini meliputi
pengeluaran tunai, penyusutan benda fisik, pengurangan nilai inventaris
dan nilai tenaga kerja yang tidak dibayar atau tenaga kerja keluarga.
Analisis pendapatan pada kegiatan usahatani dilakukan untuk menilai dua
hal, yaitu untuk menggambarkan keadaaan yang terjadi saat ini serta
menggambarkan keadaan di masa datang pada usahatani yang dijalankan.
Pendapatan usahatani dapat dijadikan sebagai ukuran keberhasilan usahatani yang
dijalankan (Soerkartawi dalam Agustian, 2016:12). Pendapatan usahatani
merupakan balas jasa terhadap penggunaan faktor-faktor produksi (lahan, modal,
tenaga kerja dan pengelolaan). Sedangkan keuntungan usahatani merupakan
selisih antara penerimaan usahatani dengan pengeluaran atau biaya produksi
usahatani. Penerimaan usahatani didapatkan melalui nilai produk yang dijual serta
kenaikan nilai inventaris. Sedangkan Pengeluaran usahatani terdiri dari biaya
31
produksi (biaya tetap dan biaya variabel), biaya tunai, biaya diperhitungkan,
penurunan nilai inventaris dan bunga modal.
2.7.4 Analisis Rasio Penerimaan Atas Biaya (R/C Rasio)
R/C Ratio adalah perbandingan antara total penerimaan dengan seluruh
biaya yang digunakan pada saat proses produksi sampai hasil. R/C ratio yang
semakin besar akan memberikan keuntungan semakin besar juga kepada petani
dalam melaksanakan usahataninya (Soerkartawi, 2016:85).
Selanjutnya menurut Soerkartawi (2016:87), komponen biaya dapat
dianalisis keuntungan usahatani dengan menggunakan analisis R/C Ratio. R/C
adalah singkatan dari (Revenue/Cost Ratio) atau dikenal sebagai perbandingan
antara penerimaan dan biaya. Analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah
usahatani itu menguntungkan atau tidak dan layak untuk dikembangkan. Jika hasil
R/C Ratio lebih dari satu maka usahatani tersebut menguntungkan, sedangkan jika
hasil R/C Ratio sama dengan satu maka usahatani tersebut dikatakan impas atau
tidak mengalami untung dan rugi dan apakah hasil R/C Ratio kurang dari satu
maka usahatani tersebut mengalami kerugian. Rasio penerimaan atas biaya
produksi dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan relatif kegiatan
usahatani, artinya dari angka rasio penerimaan atas biaya tersebut dapat diketahui
apakah usahatani menguntungkan atau tidak.
2.8 Penelitian Terdahulu
Sitanggang (2008), menganalisis pendapatan usahatani untuk menganalisis
tingkat pendapatan petani dari kegiatan usahatani organik dan anorganik dan
32
analisis perbandingan penerimaan dan biaya (R/C rasio) untuk mengukur tingkat
efesiensi masing-masing usahatani terhadap setiap pengunaan satu satuan unit
yang memberikan kelipatan atau rasio antara jumlah penerimaan dengan jumlah
biaya. Hasil Analisis pendapatan menunjukkan bahwa produksi rata-rata bawang
daun organik per luasan lahan rata-rata (0,3 ha) per musim tanam adalah 2,250 kg,
sehingga penerimaan yang diperoleh petani sebesar Rp 27.000.000,- sedangkan
produksi rata-rata bawang daun organik per hektar per musim tanam adalah
18.000 kg, sehingga penerimaan yang diperoleh petani sebesar Rp 216.000.000,-
Produksi rata-rata bawang daun anorganik per luasan lahan rata-rata (0,3ha) per
musim tanam adalah 2.812 kg, sehingga penerimaan yang diperoleh petani
sebesar Rp 16.872.000,- sedangkan produksi rata-rata bawang daun anorganik per
hektar per musim tanam adalah 22,500 kg, sehingga penerimaan yang diperoleh
petani sebesar Rp 135.000.000,-.
Kusumah (2004), analisisi perbandingan usahatani dan pemasaran antara
padi organik dan padi anorganik studi kasus Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan
Bogor Selatan, hasil analisis pendapatan atas biaya tunai petani organik lebih
rendah dari pendapatan atas biyaya tunai petani padi anorganik. Apabila dilihat
dari imbangan penerimaan dan biaya (R/C rasio) diketahui bahwa R/C rasio atas
biyaya tunai diperoleh petani padi organik (1,95) lebih rendah dari R/C rasio
yang diperoleh petani padi anorganik, yaitu 2,23. Hal ini berarti bahwa setiap 1
rupiah biyaya yang dikeluarkan oleh petani padi organik hanya akan memberikan
penerimaan sebesar Rp 1,95, lebih rendah dari penerimaan yang diperoleh petani
padi anorganik.
33
Selain itu, Poetryani (2011), menganalisis perbandingan efesiensi ushatani,
mengestimasi perbandingan pendapatan, serta mengetahui faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap biyaya produksi dan pendapatan usahatani organik dengan
anorganik. Hasil penelitian usahatani padi organik lebih efesien dari segi biaya
dan pendapatan dilihat dari R/C rasio atas biaya total usahatani padi organik
sebesar 5,87 artinya setiap Rp 1 dari biaya total yang dikeluarkan petani padi
organik akan memberikan penerimaan sebesar Rp 5,87, sedangkan R/C rasio atas
biaya total usaha tani padi anorganik sebesar 3,43 yang berarti bahwa setiap Rp 1
dari biaya total yang dikeluarkan oleh petani padi anorganik akan memberikan
penerimaan sebesar Rp 3,43. kemudian R/C rasio tunai usahatani organik adalah
sebesar 5,96, yang berarti bahwa setiap Rp 1 dari biaya tunai yang di keluarkan
oleh petani padi anorganik akan memberikan penerimaan sebesar Rp 3,47. hasil
anaisis pendapatan menunjukan endapatan total rata-rata usahatani padi organik
lebih besar dibandingkan usahatani padi anorganik, yaitu masing-masing sebesar
Rp 7,90 juta dan Rp 6,81 juta.
2.9 Kerangka Pemikiran
Adanya permasalahan dengan biaya produksi yang tinggi, pasar yang
belum terbuka secara luas perlu dilakuakan penelitian secara lebih mendalam
terhadap usahatani selada hidroponik yang sedang di kembangkan. Hal ini
dilakukan agar petani dapat memperoleh informasi yang lebih jelas dari usahatani
yang sedang dikembangkannya sehingga keputusan petani untuk melakukan
perubahan dalam sistem usahataninya tidak berdasarkan ikut-ikutan tetapi
berdasarkan perhitungan yang matang.
34
Oleh karena itu agar petani dapat mengambil keputusan yang tepat, maka
penelitian tentang usaha tani selada hidroponik sistem Deep Flow Technique
(DFT) dan Nutrient Film Techniqu (NFT) ini perlu dibandingkan. Dengan begitu
maka akan di ketahuai usaha tani selada mana yang lebih menguntungkan bila di
lihat dari pendapatan.
Adapun operasional penelitiannya, yaitu dengan cara membandingkan
tingkat pendapatan, R/C rasio yang diperoleh petani dari usahatani selada
hidroponik sistem Deep Flow Technique (DFT) dan Nutrient Film Techniqu
(NFT). Tingkat pendapatan yang dibandingkan terdiri dua komponen, yaitu
pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Untuk mengetahui
apakah tingkat pendapatan yang diperoleh petani tersebut berbeda nyata atau tidak
maka di lakukan pengujian beda nyata (pengujian hipotesis perbedaan dua mean)
dengan mengunakan alat stastistik.
Pada penelitian ini, selain komponen pendapatan terdapat juga komponen
lain yang dapat dibandingkan, yaitu komponen penenerimaan dan komponen
pengeluaran (tunai dan perhitungan). Berdasarkan perbandingan tersebut
diharapkan diperoleh suatu informasi yang dapat menjelaskan perubahan tingkat
pendapatan, nilai R/C rasio yang diperoleh petani selada hidroponik sistem Deep
Flow Technique (DFT) dan Nutrient Film Techniqu (NFT). Untuk lebih jelasnya
mengenai gambaran dari Penelitan yang akan di lakukan dapet dilihat pada
Gambar 1.
35
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Biaya Usaha Tani Hidroponik Tinggi
Adanya Inovasi Teknologi
NFT
DFT
Analisis Pendapatan
R/C ratio
Penerimaaan STRUKTUR BIAYA
Biaya Tetap
Biaya Variabel
Ada Perbedaan atau Tidak Sistem DFT dan NFT Usaha Selada
Hidroponik
Uji hipotesis Perbedaan Dua Rata-rata
untuk Membedakan Tingkat
BAB III
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang dilakukan adalah menggunakan kombinasi antara 2
metode, yaitu: riset eksploratif berupa studi kasus di Specta Farm dan riset
deskriptif berupa observasi lapang dan wawancara terstruktur dengan pengelola
Specta Farm.
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian di laksanakan Specta Farm Jl. Raya Ciapus, Kampung Jamik,
Desa Sukaluyu, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provensi Jawa Barat.
Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Waktu penelitian
dilakukan pada bulan Agustus 2017 hingga bulan September 2017. Dalam kurun
waktu tersebut digunakan untuk memperoleh data dan keterangan yang terkait
dengan penelitian.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif dan data kuantitatif.
Sumber data dalam penelitian ini adalah dengan mengunakan data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari data langsung perusahaan yang berupa hasil
pengamatan langsung dan wawancara dengan pimpinan dan karyawan Specta
Farm. Sedangkan data sekunder juga diperoleh melalui proses membaca,
mempelajari, dan mengambil keterangan yang diperlukan dari buku-buku atau
majalah, penelitian terdahulu, serta sumber-sumber data lainya yang berhubungan
dengan masalah yang akan di bahas.
37
3.3 Metode Pengumpulan Data
Penulis dalam mengumpulkan data dan keterangan-keterangan pada
penelitian ini melalui beberapa cara, yaitu observasi, wawancara, dan studi
literatur.
1. Observasi, yaitu dengan mengamati secara langsung obyek penelitian
sehingga diperoleh gambaran yang nyata dari keadaan atau kondisi tempat
penelitian.
2. Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang telah disusun (kuisioner) kepada direktur Specta Farm.
3. Studi literatur, yaitu pengumpulan data dengan mencari, membaca, dan
memahami informasi-informasi yang terkait denga penelitian seperti buku-
buku, jurnal, karya ilmiah, dan data lainnya.
3.4 Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Data yang diperoleh diolah secara kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif
disajikan secara narasi, sedangkan data kuantitatif diolah dengan mengunakan alat
bantu berupa kalkulator dan memulai program Microsoft Excel. Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu Analisis biaya usahatani, analisis penerimaan
usahatani, analisis pendaptan usahatani, analisis penerimaan atas biaya (R/C
Ratio), dan uji hipotesis perbedaan dua rata-rata untuk membedakan tingkat
pendapatan.
3.4.1 Biaya Usahatani
Menurut Soekartawi (2016:57), menjelaskan bahwa total biaya atau total
cost (TC) adalah jumlah dari biaya tetap atau fixed cost (FC) dan biaya tidak tetap
atau variable cost (VC). Pernyataan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.
38
TC = FC + VC
Dimana:
TC : total biaya usahatani hidroponik (total cost)
FC : biaya tetap usahatani hidroponik (fixed cost)
VC : biaya tidak tetap usahatani hidroponik (variable cost)
3.4.2 Penerimaan Usahatani
Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh
dengan harga jual Shinta (2011:83). Hal tersebut dapat dinyatakan dalam rumus
sebagai berikut:
TR = P x Q
Dimana:
TR : total penerimaan (total revenue)
Q : produksi yang diperoleh dalam usahatani hidroponik
P : harga jual selada hidroponik
3.4.3 Pendapatan Usahatani
Menurut Shinta (20011:88), pendapatan usaha adalah selisih antara
penerimaan dan seluruh biaya. Hal tersebut dapat dinyatakan dalam rumus sebagai
berikut :
π= TR – TC
Dimana:
π : pendapatan usahatani
TR : total penerimaan hidroponik (total revenue)
39
TC : total biaya hidroponik (total cost)
Menurut Shinta (2011:88), bila menggunakan analisis ekonomi, maka TC
biasanya lebih besar daripada menggunakan analisis finansial.
3.4.4 Rasio Penerimaan Atas Biaya (R/C Ratio)
Menurut Shinta (2011:107), analisis rasio penerimaan atas biaya (R/C ratio)
merupakan perbandingan (rasio atau nisbah) antara penerimaan (revenue) dan
biaya (cost). Analisis ini digunakan untuk melihat perbandingan total penerimaan
dengan total biaya usaha, dengan kriteria hasil :
1. R/C > 1 berarti usaha layak untuk dijalankan.
2. R/C = 1 berarti usaha yang dijalankan dalam kondisi titik impas.
3. R/C ratio < 1 usaha tidak menguntungkan dan tidak layak.
Secara sistematis R/C rasio dapat dirumuskan sebagai berikut :
R/C Ratio =
Analisis ini digunakan untuk melihat keuntungan dari usaha. Usaha tersebut
dikatakan menguntungkan jika nilai R/C rasio lebih besar dari satu (R/C > 1). Hal
ini menunjukan bahwa setiap nilai rupiah yang dikeluarkan dalam produksi akan
memberikan manfaat sejumlah nilai penerimaan yang diperoleh.
3.4.5 Pengujian Hipotesis Perbedaan Dua Rata-rata
Salah satu pengunaan stastistik adalah untuk menguji hipotesis tentang
perbedaan pendapatan. Menurut Supranto (2009:72) distribusi t digunakan untuk
menguji hipotesis mengenai nilai parameter, maksimal 2 populasi (jika lebih dari
2, harus digunakan F), dan dari sempel yang kecil misalnya n < 100, bahkan
40
sering kali n ≤ 30. Untuk n yang cukup besar (n ≥ 100, atau mungkin cukup n >
30) dapat digunaan distribusi normal, maksudnya tabel normal (tabel z) dapat
digunakan sebagai penganti tabel t.
Hipotesis setastistik yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut:
H0 : µ1 - µ2 = 0
H1 : µ1 - µ2 ≠ 0 (µ1 tidak sama dengan µ2, atau µ1 berbeda dari µ2)
Dimana :
H0 di terima : NFT sama dengan DFT
H0 di tolak : NFT berbeda dengan DFT
Sedangkan simpangan bakunya dapat dihitung dengan rumus:
√∑ X
Dimana :
Sd : Sampel Setandar Deviasi (simpangan baku sampel artinya rata-rata
penyimpangan skor sampel terhadap rata-rata sampel).
Nilai n > 30 (sampel besar)
X X
x
x
x
x
√
Dimana:
: simpangan baku
x 1 : kesalahan baku DFT
41
x 2 : kesalahan baku NFT
X 1 : Rata-rata DFT
X 2 : Rata-rata NFT
n1 : Jumlah data DFT
n2 : Jumlah data NFT
Dimana apabila dan
tak diketahui, dapat diestimasi dengan:
x
x
√
∑ X X
∑ X X
Dimana :
: Pendugaan DFT
: Pendugaan NFT
X 1 : Rata-rata DFT
X 2 : Rata-rata NFT
n1 : Jumlah data DFT
n2 : Jumlah data NFT
z0 mempunyai distribusi z dengan derajat ke bebasan sebesar n1 + n2 -2. Cara
pengujianya seperti yang sebelumnya, artinya Z0 dibandingkan dengan Z α’ Z α/2’
– Z α/2.
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Sejarah Singkat Specta Farm
Specta Farm adalah sebuah usaha tani yang dikelola oleh Zekky Bachri,
beliau adalah seseorang yang punya hobi di bidang pertanian dan
mengembangkannya dengan sungguh-sungguh. Perusahaan ini terletak di
Kampung Jamik, Desa Sukalayu, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor.
Sebagian besar warga Desa Sukalayu berprofesi sebagai petani, bekerja di Kota
Bogor.
Awal mula Zekky memulai usaha tersebut adalah seluas 5 Ha, lahan seluas
4,5 Ha ditanami jambu kristal, lemon, cabai, buncis dan sayuran lainnya, dan
sisanya sekitar 5000 m2 di manfaatkan sebagai lahan hidroponik. Keduanya
mendatangkan keuntungan besar bagi Specta Farm hanya saja hidroponik saat ini
lebih banyak mendatangkan keuntungan, sehingga saat ini Specta Farm lebih
terfokus kepada hidroponik.
Nama Zekky mulai viral di dunia maya sejak kesuksesannya menanam
kangkung secara hidroponik di lahan terbuka tanpa naungan. Hal ini
menyebabkan banyak orang ingin belajar ke Specta Farm agar mendapat kiat-kiat
supaya sukses bertanam hidroponik. Zekky mengaku mendapatkan ilmunya dari
berbagai referensi dengan belajar secara intens dan praktek yang terus-menerus,
meskipun disiplin ilmu beliau bukan pertanian. Lulusan Fisika Universitas
Indonesia ini memang dikenal nekad dan amat berani mengambil resiko melihat
43
peluang yang ada. Motto beliau, berani melakukan sesuatu hal dengan serius,
maka peluang dan kesempatan akan terbuka.
Sejak tahun 2013 Specta Farm mengalami kemajuan yang pesat dan
signifikan, meskipun masih tergolong baru di kancah pertanian Indonesia. Sampai
saat ini Specta Farm membuktikan eksistensinya dengan terus menerus
berproduksi, menghasilkan sayuran hidroponik berkualitas untuk pangsa pasar
perkotaan.
4.2 Letak Geografis
Secara astronomi Specta Fram terletak antara 540 - 1060 BT dan 60 - 410
LS dengan topografi yang berbukit-bukit, datar, miring dan terletak pada
ketinggian tempat antara 650-750 meter dpl. Secara geografis, Kampung Jamik,
Desa Sukalayu, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor.
4.3 Struktur Organisasi Specta Farm
Struktur organisasi merupakan komponen yang sangat penting, suatu bagian
yang mengatur jalannya pelaksanaan kegiatan operasional. Untuk lebih jelasnya
mengenai gambar struktur organisasi Specta Farm dapat dilihat pada Gambar 2.
44
Gambar 2. Struktur Organisasi Specta Farm
Tugas dan tanggung jawab, masing-masing personil, sebagai berikut :
1. Direktur mempunyai tugas pengambilan strategi dan segala aktivitas yang
terjadi di dalam perusahaan serta bertanggung jawab kepada komisaris
(pemilik perusahaan).
2. Mandor mempunyai tugas mendidik, membimbing serta mengarahkan
aktivitas yang harus dilakukan secara rutin.
3. Sekretariat atau Administratif bertugas memberikan informasi kepada
direktur dan mandor, serta membuat kearsipan perusahaan.
4. Divisi kontruksi mempunyai tugas mendisain dan menbuat bangunan
instalasi hidroponik.
5. Divisi Budidaya mempunyai tugas terkait budidaya tanaman dari persiapan
sampai panen.
Direktur
Sekretaris
Mandor
Kontruksi Pendidikan Budidaya
Kemitraan Pemasaran Perlengkapan dan
Akomodasi
45
6. Divisi Marketing dan Sales (pemasaran) bertugas memasarkan produk
dengan kualitas dan mutu yang diiinginkan pelanggan secara
berkelanjutan.
7. Divisi Farmer Support dan Sourching (kemitraan) yang bertugas
mengadakan pembelian semua sayuran yang diperlukan untuk di proses
dalam pemenuhan permintaan pelanggan.
8. Divisi Pendidikan bertugas untuk kegiatan penelitian, dan pengembangan,
dan memiliki kepentingan komersial dalam kaitannya dengan riset ilmiah
murni, dan pengembangan aplikatif di bidang teknologi.
9. Divisi Perlengkapan dan Akomodasi mempunyai tugas melengkapi
kekurangan dalam perusahaan dalam bentuk perlengkapan yang
dibutuhkan pegawai dan untuk pengiriman barang.
4.4 Sarana dan Prasarana
1. Transportasi
Armada transportasi digunakan untuk operasional bagian umum,
kemitraan, pengadaan, kantor, kebersihan dan pengiriman sayuran.
2. Green House
Specta Farm memiliki 3 buah Green House, sebagai sarana pembenihan
dengan ukuran 5 x 6 m2, sarana penyemaian 5 x 8 m
2, dan sarana
pendewasaan 5 x 8 m2 dalam membudidayakan beberapa komoditas
sayuran.
46
3. Mess
Specta Faram memiliki tempat istirahat yang dilengkapi 3 kamar mandi
dan toilet untuk pekerja yang tidak pulang, khususnya pekerja dari luar
daerah atau kota.
4. Instalasi Hidroponik Talang Bertingkat
Specta Fram memiliki 40 instalasi (rak hidroponik) terdiri dari 2 ukuran, 2
x 10 m2 sejumlah 20 instalasi (rak hidroponik) dan 20 instalasi (rak
hidroponik) dengan ukuran 2 x 12 m2 dilengkapi dengan pompa air,
sebagai sarana untuk budidaya beberapa komoditas sayuran.
5. Alat Pertukangan Instalasi
Pemotong besi/ chopshaw 3 buah, gerinda tangan 6 buah, mesin bor/ drill
9 buah, mata bor/ holsw 6 boks.
4.5 Tata Letak Bangunan
Tata letak bangunan adalah susunan letak fasilitas operasional, baik yang
ada di dalam bangunan maupun yang ada diluar bangunan. Tata letak bangunan
area Specta Farm terdiri dari beberapa bangunan antara lain Aula, mess dan
gudang barang, gudang pembenihan dan penyimpanan hasil panen. Aula
digunakan disaat ada pelatihan dengan fasilitas penunjang proyektor, TV LCD,
komputer, printer, laptop. Mess di fasilitasi 3 kamar mandi dan toilet, tempat
sholat, untuk para karyawan yang tinggal di Specta Fram. Gudang untuk
penyimpan sarana peralatan. Selain itu terdapat fasilitas lain seperti tiga Green
House, empat puluh instalasi. Tata Letak bangunan area Specta Fram dapat dilihat
pada lampiran 1.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Biaya Usahatani Selada Hidroponik
Sistem sarana produksi yang dibutuhkan untuk usahatani hidroponik selada
antara lain alat-alat pertanian, listrik, benih, media tanam, nutrisi, dan tenaga
kerja. Pada kasus Specta Farm, kedua sistem baik Sistem Deep Flow Technique
(DFT) maupun Sistem Nutrient Film Technique (NFT) disamakan kualitasnya,
yang berbeda hanya kuantitas/intensitas pemakaiannya saja.
5.1.1 Biaya Tetap dan Biaya Variabel Hidroponik Selada Sistem Deep Flow
Technique (DFT)
Biaya yang digunakan dalam usahatani terdiri dari biaya tetap dan biaya
variabel. Untuk usahatani hidroponik selada, yang termasuk ke dalam biaya tetap
berupa peralatan yang digunakan, sedangkan untuk biaya variabel seperti biaya
listrik, benih, biaya tanam, nutrisi dan tenaga kerja. berikut merupakan rincian
secara detail dari biaya tetap dan biaya variabel yang digunakan :
a. Alat-alat Pertanian
Alat-alat pertanian yang digunakan dalam budidaya hidroponik selada di
Specta Farm antara lain:
1. Instalasi pembibitan atau disebut dengan rak semai tahap I digunakan
menyemai sayuran selada hidroponik, rak ini berupa meja dengan ukuran 2 x
6 meter yang terbuat dari besi baja ringan, diatas meja semai diletakkan
talang-talang air sebanyak 10 buah dengan panjang masing-masing talang 6
48
meter. Talang-talang air ini berfungsi untuk meletakkan benih yang sudah
diletakkan pada potongan-potongan rockwool.
2. Instalasi talang bertingkat untuk penyemean tahap II fungsinya sebagai
instalasi hidroponik untuk menyemai tanaman setelah dipindahkan dari rak
semai tahap I. Bentuk dan ukuran rak talang bertingkat untuk penyemaian ini
sama dengan rak talang bertingkat untuk pembesaran. Bedanya pada rak
talang bertingkat untuk penyemaian tahap II jarak lubang tanamannya lebih
rapat yaitu 10 cm karena tanaman masih berukuran kecil.
3. Instalasi talang bertingkat tahap pembesaran atau disebut dengan tahap III
merupakan sarana utama hidropnik talang bertingkat karena merupakan
tempat tanaman dibesarkan. Dengan ukuran deameter 2,5 Inc panjang 4
batang pipa masing-masing berukuran 4 meter yang disambug menjadi satu,
12 tingkat disetiap sisinya, terdapat 24 tingkat pipa di kedua sisi rak.
Ketingian ini masih bisa dijangkau oleh rata-rata tinggi pekerja.
4. Net pot berfungsi layaknya pot pada budidaya sayuran. Net pot digunakan
untuk meletakkan bibit dan media tanam di instalasi hidroponik. Posisi net
pot tergantung di pipa-pipa hidroponik sehingga bagian akar tanaman dapat
menjular keluar dari net pot dan menyentuh larutan nutrisi.
5. Box panen atau disebut dengan kontainer plastik digunakan untuk
penyimpanan dan pendistribusian, memberikan kehalusan, perlindungan pada
pegangan tangan, keseimbangan yang bagus dan sirkulasi udara yang baik
jika diperlukan.
49
6. Baki bibit berfungsi untuk penyemaian benih tanaman hidroponik ke media
tanam rockwool sebelum di masukan ke instalasi atau rak hidroponik pada
tahap I.
7. Tong pupuk dan ember pupuk di gunakan untuk penyimpanan nutrisi
tanaman hidroponik atau persediaan nutrisi yang dibutuhkan setiap saat pada
tanaman.
8. Gelas ukur untuk mengukur kebutuhan nutrisi efisian dalam pengunaan
nutrisi, dikarenakan setiap pengunaan nutrisi di hitung serta di ukur sehingga
tidak boros dalam pengeluaran kebutuhan nutrisi.
9. Electrical Conductivity (EC Meter) digunakan untuk mengukur kepekatan
suatu larutan nutrisi hidroponik.
10. Timbangan digital untuk menimbang hasil dari panen selada hidroponik.
Penggunaan alat-alat untuk setiap sistem Deep Flow Technique dan Nutrient
Film Technique adalah sama. Berdasarkan Tabel 6. Total penyusutan peralatan
yang digunakan dalam usahatani hidroponik selada selama tujuh bulan adalah
sebesar Rp. 3.186.863,-.
b. Listrik
Listrik menggunaan daya sebesar 250 watt masing-masing tehnik atau
Sistem, pengunaan alur listrik berbeda dengan kebutuhan seperti Sistem Deep
Flow Technique (DFT) enam jam. Dengan perhitungan besar daya listrik pompa
250 watt dikalikan dengan pemakean 6 jam per hari selama tujuh bulan (210 hari)
menghasilkan daya sebesar 315 kilowatt, dengan asumsi tarif golongan dasar
listrik bisnis B-1/2200 (subsidi) sebesar Rp. 1.100,-/kWh, biaya yang di keluarkan
50
selama tujuh bulan adalah Rp. 346.500,- dengan demikian sistem Deep Flow
Technique (DFT) lebih rendah kebutuhanya dibandingkan dengan Sistem Nutrien
Film Technique (NFT) hal ini dipengaruhi oleh pengunaan mesin air dan irigasi
penyiraman sebesar sembilan jam per hari.
c. Benih
Pada umumnya benih yang biasa digunakan untuk penanaman selada adalah
merek New Day Seed dengan diskripsi produk Selada New Karina, berat 3 gram,
isi 2000 biji, daya tumbuh 80%, kemurnian 98% yang biasanya diperoleh dengan
harga Rp. 10.000,- per pack atau bungkus kebutuhan yang diperlukan dalam
bercocok tanam satu musim 1 pack dengan jumlah musim tanam 105 selama tujuh
bulan jumlah total biaya adalah Rp. 1.050.000,-
Jarak tanam yang digunakan oleh Specta Farm adalah 20 cm, maka untuk
satu instalasi atau rak dengan ukuran 2 x 12 m (nama tempat untuk hidroponik)
diasumsikan ke konvensional luas lahan 360 m2, jarak tanam 20 x 15 cm benih
yang dibutuhkan adalah 1 pack.
d. Media Tanam
Media tanam yang digunakan oleh Specta Farm rokwool pada saat
pembibitan, peremajaan sampe pembesaran. satu priode produksi membutuhkan 5
slab diameter panjang 100 cm, lebar 15 cm, dan ketebalan 7,5 cm, jumlah biaya
Rp. 325.000,- perbulan, total biaya yang dikeluarkan selama tujuh bulan adalah
Rp. 2.275.000,- dengan harga per 1 slab Rp. 65.000,-.
51
e. Nutrisi
Nutrisi yang digunakan adalah A dan B Mix, ada perbedaan dalam
kebutuhan nutrisi dari instalasi hidroponik, Sistem Nutrien Film Technique (NFT)
lebih banyak, karena faktor irigasi air yang terus berputar selama 9 jam, sehingga
mempengaruhi kebutuhan nutrisi 7 liter. Dibandingkan dengan Sistem Deep Flow
Technique (DFT), 6 jam irigasi air hidup selama 2 jam dalam 1 hari 3 kali,
sehingga kebutuhan nutrisi 5 liter dalam 1 bulan, dengan biaya sebesar Rp.
425.000,- jumlah biaya selama tujuh bulan adalaha Rp. 2.975.000,-
f. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dipekerjakan dalam usahatani hidroponik selada di
Specta Farm sebanyak dua orang. Dimana satu orang sebagai penanggung jawab
penanaman dan perawatan pembibitan dan nutrisi, persiapan pratanam,
penanaman, pemeliharaan tanaman, dengan gaji perbulan Rp. 850.000,- dan satu
orang pemanen yang bertanggung jawab dalam tahap pemanenan dan sortasi hasil
panen dengan gaji perbulan Rp.750.000,-. Waktu kerja yang diberlakukan dalam
usahatani hidroponik selada di Specta Farm adalah selama tujuh bulan untuk
sebagai penanggung jawab penanaman dan perawatan pembibitan dan nutrisi,
persiapan pratanam, penanaman, pemeliharaan tanaman adalah Rp. 5.950.000,-
dan tenaga kerja yang bertanggung jawab dalam tahap pemanenan dan sortasi
hasil panen Rp.5.250.000,-
52
5.1.2 Biaya Tetap dan Biaya Variabel Hidroponik Selada Sistem Nutrien
Film Technique (NFT)
Biaya yang digunakan dalam usahatani terdiri dari biaya tetap dan biaya
variabel. Untuk usahatani hidroponik selada, yang termasuk ke dalam biaya tetap
berupa peralatan yang digunakan, sedangkan untuk biaya variabel seperti biaya
listrik, benih, biaya tanam, nutrisi dan tenaga kerja. berikut merupakan rincian
secara detail dari biaya tetap dan biaya variabel yang digunakan :
a. Alat-alat Pertanian
Alat-alat pertanian yang digunakan dalam budidaya hidroponik selada di
Specta Farm antara lain;
1. Instalasi pembibitan atau disebut dengan rak semai tahap I digunakan
menyemai sayuran selada hidroponik, rak ini berupa meja dengan ukuran 2 x
6 meter yang terbuat dari besi baja ringan, diatas meja semai diletakkan
talang-talang air sebanyak 10 buah dengan panjang masing-masing talang 6
meter. Talang-talang air ini berfungsi untuk meletakkan benih yang sudah
diletakkan pada potongan-potongan rockwool.
2. Instalasi talang bertingkat untuk penyemean tahap II fungsinya sebagai
instalasi hidroponik untuk menyemai tanaman setelah dipindahkan dari rak
semai tahap I. Bentuk dan Ukuran rak talang bertingkat untuk penyemaian
ini sama dengan rak talang bertingkat untuk pembesaran. Bedanya pada rak
talang bertingkat untuk penyemaian tahap II jarak lubang tanamannya lebih
rapat yaitu 10 cm karena tanaman masih berukuran kecil.
53
3. Instalasi talang bertingkat tahap pembesaran atau disebut dengan tahap III
merupakan sarana utama hidropnik talang bertingkat karena merupakan
tempat tanaman dibesarkan. Dengan ukurant deameter 2,5 Inc panjang 4
batang pipa masing-masing berukuran 4 meter yang disambug menjadi satu,
12 tingkat disetiap sisinya terdapat 24 tingkat pipa di kedua sisi rak.
Ketingian ini masih bisa dijangkau oleh rata-rata tinggi pekerja.
4. Net pot berfungsi layaknya pot pada budidaya sayuran. Net pot digunakan
untuk meletakkan bibit dan media tanam di instalasi hidroponik. Posisi net
pot tergantung di pipa-pipa hidroponik sehingga bagian akar tanaman dapat
menjular keluar dari net pot dan menyentuh larutan nutrisi.
5. Box panen atau disebut dengan kontainer plastik digunakan untuk
penyimpanan dan pendistribusian, memberikan kehalusan, perlindungan pada
pegangan tangan, keseimbangan yang bagus dan sirkulasi udara yang baik
jika diperlukan.
6. Baki bibit berfunsi untuk penyemaian benih tanaman hidroponik ke media
tanam rockwool sebelum di masukan ke instalasi atau rak hidroponik pada
tahap I.
7. Tong pupuk dan ember pupuk di gunakan untuk penyimpanan nutrisi
tanaman hidroponik atau persediaan nutrisi yang dibutuhkan setiap saat pada
tanaman.
8. Gelas ukur untuk mengukur kebutuhan nutrisi efesian dalam pengunaan
nutrisi, dikarenakan setiap pengunaan nutrisi di hitung serta di ukur sehingga
tidak boros dalam pengeluaran kebutuhan nutrisi.
54
9. Electrical Conductivity (EC Meter) digunakan untuk mengukur kepekatan
suatu larutan nutrisi hidroponik.
10. Timbangan digital untuk menimbang hasil dari panen selada hidroponik.
Penggunaan alat-alat untuk setiap sistem Nutrient Filem Technique dan
Nutrient Film Technique adalah sama. Total penyusutan peralatan yang digunakan
dalam usahatani hidroponik selada adalah sebesar Rp. 3.185.863,- Penyusutan
dihitung dengan umur teknis dan residu alat 5% menggunakan metode garis lurus
dengan asumsi peralatan tersebut tidak dapat digunakan lagi setelah melewati
umur teknis. Nilai penyusutan peralatan yang digunakan pada kedua sistem
selama tujuh bulan adalah sebesar Rp. 6.371.727,- Berikut merupakan nilai
penyusutan yang tersaji pada Tabel 6.
Tabel 6. Biaya Penyusutan Alat-alat Pertanian Hidroponik Sistem Deep Flow
Technique (DFT) dan Sistem Nutrient Film Technique (NFT)
No Jenis Alat Jumlah
(Buah)
Harga (Rp) Nilai (Rp) Umur
Teknis
(Tahun)
Penyusutan
(Rp/7 Bulan)
Residu 5%
(Rp/7
Bulan)
1 Rak Pembibian 1 6.000.000 6.000.000 5 700.000 35.000
2 Rak Peremajaaan 1 8.000.000 8.000.000 5 933.333 46.667
3 Rak Pembesaran 1 12.000.000 12.000.000 5 1.400.000 70.000
4 Net pot 1440 8.00 1.152.000 5 134.400 6.720
5 Box Panen 4 100.000 400.000 5 46.667 2.333
6 Baki Bibit 5 7.000 35.000 3 6.806 204
7 Tong Pupuk 2 175.000 350.000 5 40.833 2.042
8 Ember Pupuk 2 25.000 50.000 5 5.833 292
9 Gelas Ukur 2 50.000 100.000 5 11.667 583
10 EC Meter 1 130.000 130.000 2 37.917 758
11 Timbangan
Digital 1 175.000 175.000 3 34.028 1.021
JUMLAH
3.351.483 165.620
3.185.863
Sumber: Data Primer, diolah 2017
55
b. Listrik
Listrik menggunaan daya sebesar 250 watt, pengunaan alur listrik Sistem
Nutrien Film Technique (NFT) sembilan jam. Dengan perhitungan besar daya
listrik pompa 250 watt dikalikan dengan pemakean 9 jam per hari selama tujuh
bulan (210 hari) menghasilkan daya sebesar 472.5 kilowatt, dengan asumsi tarif
golongan dasar listrik bisnis B-1/2200 (subsidi) sebesar Rp. 1.100,-/kWh, biaya
yang di keluarkan selama tujuh bulan adalah Rp. 519.750,- dengan demikian
sistem Deep Flow Technique (DFT) lebih rendah kebutuhanya, hal ini
dipengaruhi oleh pengunaan mesin air dan irigasi penyiraman sebesar sembilan
jam per hari.
c. Benih
Pada umumnya benih yang biasa digunakan untuk penanaman selada adalah
merek New Day Seed dengan diskripsi produk Selada New Karina, berat 3 gram,
isi 2.000 biji, daya tumbuh 80%, kemurnian 98% yang biasanya diperoleh dengan
harga Rp. 10.000,- per pack atau bungkus kebutuhan yang diperlukan dalam
bercocok tanam satu musim 1 pack dengan jumlah musim tanam 105 selama tujuh
bulan jumlah total biaya adalah Rp. 1.050.000,-
Jarak tanam yang digunakan oleh Specta Farm adalah 20 cm, maka untuk
satu instalasi atau rak dengan ukuran 2 x 12 m (nama tempat untuk hidroponik)
diasumsikan ke konvensional luas lahan 360 m2, jarak tanam 20 x 15 cm benih
yang dibutuhkan adalah 1 pack.
56
d. Media Tanam
Media tanam yang digunakan oleh Specta Farm rokwool pada saat
pembibitan, peremajaan sampe pembesaran. satu priode produksi membutuhkan 5
slab diameter panjang 100 cm, lebar 15 cm, dan ketebalan 7,5 cm, jumlah biaya
Rp. 325.000,- perbulan, total biaya yang dikeluarkan selama tujuh bulan adalah
Rp. 2.275.000,- dengan harga per 1 slab Rp. 65.000,-.
e. Nutrisi
Nutrisi yang digunakan adalah A dan B Mix, ada perbedaan dalam
kebutuhan nutrisi dari instalasi hidroponik, Sistem Nutrien Filem Technique
(NFT) lebih banyak, karena faktor irigasi air yang terus berputar selama 9 jam,
sehinnga mempengaruhi kebutuhan nutrisi 7 liter dengan haraga per liter Rp.
85,000,- biaya yang di keluarkan sebesar Rp. 595.000 dalam satu bulan, jumlah
biaya selama tujuh bulan Rp. 4.165.000,-. Dibandingkan dengan Sistem Deep
Flow Technique (DFT), 6 jam irigasi air hidup selama 2 jam dalam 1 hari 3 kali,
sehingga kebutuhan nutrisi 5 liter dalam 1 bulan.
f. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dipekerjakan dalam usahatani hidroponik selada di
Specta Farm sebanyak dua orang. Dimana satu orang sebagai penanggung jawab
penanaman dan perawatan pembibitan dan nutrisi, persiapan pratanam,
penanaman, pemeliharaan tanaman, dengan gaji perbulan Rp. 850.000,- dan satu
orang pemanen yang bertanggung jawab dalam tahap pemanenan dan sortasi hasil
panen dengan gaji perbulan Rp.750.000,-. Waktu kerja yang diberlakukan dalam
usahatani hidroponik selada di Specta Farm adalah selama tujuh bulan untuk
57
sebagai penanggung jawab penanaman dan perawatan pembibitan dan nutrisi,
persiapan pratanam, penanaman, pemeliharaan tanaman adalah Rp. 5.950.000,-
dan tenaga kerja yang bertanggung jawab dalam tahap pemanenan dan sortasi
hasil panen Rp.5.250.000,-
5.2 Analisis Pendapatan Usahatani Hidroponik Selada
Usahatani hidroponik selada pada perusahaan Specta Farm dapat dianalisis
berdasarkan besarnya penggunaan input-input produksi dan biaya-biaya yang
harus dikeluarkan selama proses usahatani berlangsung. Kegiatan usahatani ini
bertujuan agar menghasilkan pendapatan yang optimal, sebagai imbalan atas
usaha dan kerja yang dijalankan oleh perusahaan.
Beberapa input produksi yang dibutuhkan selama kegiatan usahatani
hidroponik selada baik menggunakan Sistem Deep Flow Technique (DFT)
maupun Sistem Nutrient Film Technique (NFT) meliputi; Listrik, benih, nutrisi
AB mix, rocwool, tenaga kerja. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini
dibedakan berdasarkan sistem alat, pemakaian listrik serta penggunaan nutrisi.
Kemudian dianalisis dan dilihat apakah penggunaan sistem tersebut akan
berpengaruh pada penggunaan input serta besarnya biaya-biaya yang harus
dikeluarkan.
5.2.1 Analisis Pendapatan Usahatani Hidroponik Selada Sistem DFT
Usahatani hidroponik selada pada Sistem Deep Flow Technique (DFT)
memperoleh penerimaan total sebesar Rp 35.751.000,-. dengan perhitungan total
produksi yang dihasilkan selama tujuh bulan dikalikan dengan harga jual selada
itu sendiri. Produksi rata-rata selada untuk Sistem Deep Flow Technique (DFT)
58
dalam 7 bulan per 15 kali panen sebanyak 2.103 kg. Produksi rata-rata selada
adalah sebanyak 20,03 kg.
Biaya yang harus dikeluarkan oleh Specta Farm terdiri atas biaya tetap dan
biaya variabel. Biaya tetap terbagi atas dua jenis yaitu biaya pembuatan alat
hidroponik dan biaya perlengkapan untuk kebutuhan penanaman selada. Untuk
biaya pembuatan alat terdiri atas instalasi rak pembibitan, rak peremajaan dan rak
pembesaran, sedangkan biaya perlengkapan terdiri atas box panen, baki bibit, tong
pupuk, ember pupuk, gelas ukur, EC meter, dan timbangan digital.
Sedangkan biaya yang termasuk ke dalam biaya variabel terdiri atas biaya
listrik, benih, nutrisi AB Mix, Rockwool, pestisida serta biaya tenaga kerja. Hasil
analisis pendapatan selada yang diperoleh dari Sistem Deep Flow Technique
(DFT) disajikan dalam tabel dibawah ini :
Tabel 7. Analisis Pendapatan Usahatani Hidroponik Selada Sistem Deep Flow
Technique (DFT) di Specta Farm
Uraian Jumlah
Fisik Nilai (Rp)
Nilai Setelah
Penyusutan
(1) (2) (3) (4)
Penerimaan :
Hasil Panen (Kg) 2.103 35.751.000,00 35.751.000,00
Total penerimaan (Kg) 2.103 35.751.000,00 35.751.000,00
Pengeluaran :
Biaya tetap :
Biaya Pembuatan
Hidroponik :
Rak Pembibitan (Unit) 1 6.000.000,00 665.000,00
Rak Peremajaan (Unit) 1 8.000.000,00 886.667,00
Rak Pembesaran (Unit) 1 12.000.000,00 1.330.000,00
Biaya Perlengkapan :
Net pot (Pcs) 1440 1.152.000,00 127.680,00
Box Panen (Box) 4 400.000,00 44.333,00
Baki Bibit (Buah) 5 35.000,00 6.601,00
Tong Pupuk (Buah) 2 350.000,00 38.792,00
Ember Pupuk (Buah) 2 50.000,00 5.542,00
59
(1) (2) (3) (4)
Gelas Ukur (Buah) 2 100.000,00 11.083,00
EC Meter (Buah) 1 130.000,00 37.158,00
Timbangan Digital (Buah) 1 175.000,00 33.007,00
Total Biaya Tetap 28.968.000,00 3.185.863,00
Biaya Variabel :
Listrik (Jam x Hari) 6 x 120 346.500,00 346.500,00
Benih (Pack) 105 10.000,00 1.050.000,00
Nutrisi AB Mix (Liter) 5 2.9750.000,00 2.975.000,00
Rockwool (Slob) 5 2.275.000,00 2.275.000,00
Pestisida
Tenaga Kerja (Orang) 2 11.200.000,00 11.200.000,00
Total Biaya Variabel 17.846.500,00
Biaya Total 21.032.363,00
Pendapatan 14.718.637,00
R/C rasio 1,7
Sumber: Data Primer, diolah 2017
Biaya terbesar yang dikeluarkan dalam produksi hidroponik selada untuk
biaya tetap bagian biaya pembuatan alat hidroponik adalah pada pembuatan rak
pembesaran yaitu sebesar Rp 12.000.000 setelah dikurangi dengan biaya
penyusutan selama tujuh bulan menjadi sebesar Rp 1.330.000,- dengan ukuran 2 x
12 m2 yang berfungsi untuk membesarkan bibit selada. Biaya terbesar kedua
adalah pembuatan rak peremajaan dengan mengeluarkan biaya sebesar Rp
8.000.000,- setelah dikurangi dengan biaya penyusutan tujuh bulan sebesar Rp
886.667,- dengan ukuran 2 x 8 m2 yang berfungsi untuk peremajaan dan biaya
terbesar ketiga adalah pada pembuatan hidroponik untuk rak pembibitan dengan
biaya sebesar Rp 6.000.000,- yang telah disusutkan dengan biaya penyusutan
selama tujuh bulan menjadi Rp 665.000,- dengan ukuran sebesar 2 x 6 m2.
Sedangkan untuk biaya perlengkapan, alokasi biaya tebesar pertama adalah
pada besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pembelian net pot dengan total biaya
Rp 1.152.000,- setelah di kurangi dengan penyusutan selama tujuh bulan Rp
60
127.680,- disusul oleh biaya box panen sebesar Rp 400.000,- biaya berubah
setelah di susutkan selama tujuh bulan menjadi Rp 44.333,- biaya tong pupuk
sebesar Rp 350.000,- setelah di sustkn selama tujuh bulan Rp 38.792,- timbangan
digitang dengan jumlah Rp 175.000,- setelah di susut selama tujuh bulan biaya
yang di keluarkan adalah Rp 33.007,- biaya Electrical Conductivity (EC meter)
sebesar Rp 130.000,- disusut selama tujuh bulan biaya yang dikeluarkan Rp
37.158,- selanjutnya gelas ukur biaya yang dikeluarkan Rp 100.000,- setelah di
susut selama tujuh bulan biayanya adalah Rp 11.083,- dan biaya perlengkapan
selanjutnya yang di keluarkan ember pupuk dan baki bibit adalah Rp 50.000,- dan
Rp 35.000,- total biaya penyusutan selama tujuh bulan adala Rp 5.542,- dan Rp
6.601,-. Biaya terbesar yang dikeluarkan untuk biaya variabel adalah pembelian
nutrisi AB Mix dan Rockwool dengan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp
2.975.000,- dan Rp 2.275.000,- berturut-turut.
Pada Tabel 8, terlihat bahwa harga jual selada hidroponik sebesar Rp.
17.000,-/Kg dengan rata-rata produksi 2.103 Kg/tujuh bulan, jumlah penerimaan
yang diperoleh hidroponik Sistem Deep Flow Technique (DFT) adalah Rp.
35.751.000,-. Hidroponik selada dengan Sistem Deep Flow Technique (DFT)
lebih banyak mendatangkan keuntungan dari segi ekonomi. Setiap rupiah yang
dikeluarkan sebagai biaya imbalan atas penerimaan yang lebih besar jika
dibandinkan dengan Sistem Nutrient Film Technique (NFT).
61
5.2.2 Analisis Pendapatan Usahatani Hidroponik Selada Sistem Nutrient Film
Technique (NFT)
Usahatani hidroponik selada pada Sistem Nutrient Film Technique (NFT)
memperoleh penerimaan total sebesar Rp 33.847.000,-. dengan perhitungan total
produksi yang dihasilkan selama tujuh bulan dikalikan dengan harga jual selada
itu sendiri sama seperti pada perhitungan yang diterapkan untuk Sistem Deep
Flow Technique (DFT). Produksi rata-rata selada untuk Sistem Nutrient Film
Technique (NFT) dalam 7 bulan per 15 kali panen sebanyak 1.991 kg. Produksi
rata-rata selada adalah sebanyak 18,96 kg.
Biaya yang harus dikeluarkan oleh Specta Farm masih sama dengan Sistem
Deep Flow Technique (DFT) terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya
tetap terbagi atas dua jenis yaitu biaya pembuatan alat hidroponik dan biaya
perlengkapan untuk kebutuhan penanaman selada. Untuk biaya pembuatan alat
terdiri atas instalasi rak pembibitan, rak peremajaan dan rak pembesaran,
sedangkan biaya perlengkapan terdiri atas box panen, baki bibit, tong pupuk,
ember pupuk, gelas ukur, EC meter, dan timbangan digital.
Biaya yang termasuk ke dalam biaya variabel terdiri atas biaya listrik, benih,
nutrisi AB Mix, Rockwool, pestisida serta biaya tenaga kerja. Hasil analisis
pendapatan selada yang diperoleh dari Sistem Nutrient Film Technique (NFT)
disajikan dalam tabel 8.
62
Tabel 8. Analisis Pendapatan Usahatani Hidroponik Selada Sistem Nutrient
Film Technique (NFT) di Specta Farm
Uraian Jumlah
Fisik Nilai (Rp)
Nilai Setelah
Penyusutan
Penerimaan :
Hasil Panen (Kg) 1.991 33.847.000,00 33.847.000,00
Total penerimaan (Kg) 1.991 33.847.000,00 33.847.000,00
Pengeluaran :
Biaya tetap :
Biaya Pembuatan
Hidroponik :
Rak Pembibitan (Unit) 1 6.000.000,00 665.000,00
Rak Peremajaan (Unit) 1 8.000.000,00 886.667,00
Rak Pembesaran (Unit) 1 12.000.000,00 1.330.000,00
Biaya Perlengkapan :
Net pot (Buah) 1440 1.152.000,00 127.680,00
Box Panen (Buah) 4 400.000,00 44.333,00
Baki Bibit (Buah) 5 35.000,00 6.601,00
Tong Pupuk (Buah) 2 350.000,00 38.792,00
Ember Pupuk (Buah) 2 50.000,00 5.542,00
Gelas Ukur (Buah) 2 100.000,00 11.083,00
EC Meter (Buah) 1 130.000,00 37.158,00
Timbangan Digital (Buah) 1 175.000,00 33.007,00
Total Biaya Tetap 28.968.000,00 3.185.863,00
Biaya Variabel :
Listrik (Jam x Hari) 9 x 210 519.750,00 519.750,00
Benih (Pack) 105 10.000,00 1.050.000,00
Nutrisi AB Mix (Liter) 7 4.165.000,00 4.165.000,00
Rockwool (Slob) 5 2.275.000,00 2.275.000,00
Pestisida
Tenaga Kerja (Orang) 2 11.200.000,00 11.200.000,00
Total Biaya Variabel 19.209.750,00
Biaya Total 22.395.613,00
Pendapatan 11.451.387,00
R/C rasio 1.5 Sumber: Data Primer, diolah 2017
Seperti halnya pada Sistem Deep Flow Technique (DFT), biaya terbesar
yang dikeluarkan dalam produksi hidroponik selada untuk biaya tetap bagian
biaya pembuatan alat hidroponik adalah pada pembuatan rak pembesaran yang
63
apabila setelah dihitung dengan biaya penyusutan selama tujuh bulan menjadi
sebesar Rp 1.330.000,- dengan ukuran 2 x 12 m2
yang berfungsi untuk
membesarkan bibit selada.
Biaya terbesar kedua adalah pembuatan rak peremajaan dengan
mengeluarkan biaya sebesar Rp 886.667,- biaya tersebut merupakan biaya hasil
dari penyusutan selama tujuh bulan dengan ukuran 2 x 8 m2, begitu pula dengan
biaya terbesar ketiga adalah pada pembuatan hidroponik untuk rak pembibitan
dengan biaya sebesar Rp 6.000.000,- yang setelah dihitung dengan penyusutan
selama tujuh bulan menghasilkan biaya sebesar Rp 665.000,- dengan ukuran
sebesar 2 x 6 m2.
Sedangkan untuk biaya perlengkapan, alokasi biaya tebesar pertama adalah
pada besarnya biaya yang dikeluarkan untuk pembelian net pot dengan total biaya
Rp 1.152.000,- setelah dihitung dengan penyusutannya berubah menjadi sebesar
Rp 127.680,- dan disusul oleh biaya box panen dengan harga awal sebesar Rp
400.000,- dimana setelah disusutkan berubah menjadi sebesar Rp 44.333,- biaya
tong pupuk sebesar Rp 350.000,- setelah di sustkn selama tujuh bulan Rp 38.792,-
timbangan digitang dengan jumlah Rp 175.000,- setelah di susut selama tujuh
bulan biaya yang di keluarkan adalah Rp 33.007,- biaya Electrical Conductivity
(EC meter) sebesar Rp 130.000,- disusut selama tujuh bulan biaya yang
dikeluarkan Rp 37.158,- selanjutnya gelas ukur biaya yang dikeluarkan Rp
100.000,- setelah di susut selama tujuh bulan biayanya adalah Rp 11.083,- dan
biaya perlengkapan selanjutnya yang di keluarkan ember pupuk dan baki bibit
adalah Rp 50.000,- dan Rp 35.000,- total biaya penyusutan selama tujuh bulan
64
adala Rp 5.542,- dan Rp 6.601,-. Biaya terbesar yang dikeluarkan untuk biaya
variabel adalah pembelian nutrisi AB Mix dan Rockwool dengan biaya yang
dikeluarkan sebesar Rp 4.165.000,- dan Rp 2.275.000,- berturut-turut.
Pada Tabel 9, terlihat bahwa harga jual selada hidroponik Sistem Deep Flow
Technique (DFT) berbeda dengan Sistem Nutrient Film Technique (NFT), hasil
analisis menunjukkan penerimaan yang di peroleh oleh Sistem Nutrient Film
Technique (NFT) lebih kecil dibanding dengan penerimaan yang diperoleh oleh
Sistem Deep Flow Technique (DFT), hal tersebut dikarenakan oleh faktor
produksi yang rendah dengan rata-rata/tujuh bulan 1.991 Kg, jumlah penerimaan
sebesar Rp. 33.847.000,- selain itu, dikarenakan oleh faktor penggunaan listrik
yang lebih banyak dibanding Sistem Deep Flow Technique (DFT) dan
mengharuskan penambahan komposisi nutrisi yang perlu ditambahkan, maka dari
itu biaya pengeluaran untuk Sistem Nutrient Film Technique (NFT) lebih besar
dari pada Sistem Deep Flow Technique (DFT) yang mengakibatkan jumlah
penerimaan yang diperoleh lebih rendah
5.3 Perbedaan Pendapatan Usahatani Selada Hidroponik Sistem Deep Flow
Technique (DFT) dan Sistem Nutrient Film Technique (NFT)
Usahatani hidroponik selada Sistem Deep Flow Technique (DFT) selain
menguntungkan dari segi ekonomi juga dapat dikatakan menguntungkan jika
dilihat dari hasil perbandingan antara jumlah penerimaan dengan jumlah biaya
yang dikeluarkan (R/C Rasio). R/C rasio atas biaya total yang diperoleh oleh
Specta Farm dalam 7 bulan dengan 105 kali panen adalah sebesar 3,0 yang berarti
setiap pengeluaran Specta Farm sebesar Rp 1,00 akan mendapatkan imbalan
penerimaan sebesar Rp 3,00. nilai R/C yang lebih dari satu ini menunjukkan
65
bahwa usahatani hidroponik selada ini efisien untuk diusahakan karena
penerimaan yang dihasilkan lebih daripada biaya yang dikeluarkan.
Sedangkan R/C rasio atas biaya total yang diperoleh dengan menggunakan
Sistem Deep Flow Technique (DFT) adalah sebesar 1,7 yang berarti setiap
pengeluaran Specta Farm sebesar Rp 1,00 akan mendapatkan imbalan penerimaan
sebesar Rp 1,7.
Sementara itu, nilai R/C rasio atas biaya tunai yang diperoleh oleh Sistem
Nutrient Film Technique (NFT) pada luasan lahan 2 x 12 m2 adalah 1,5 yang
berarti Specta Farm menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,5 untuk setiap Rp
1,00 yang dikeluarkan.
Perbandingan nilai R/C atas biaya total yang diperoleh oleh Sistem Deep
Flow Technique (DFT) lebih tinggi dibanding Sistem Nutrient Film Technique
(NFT), yaitu sebesar 1,7 berbanding 1,5 atau memiliki selisih sebesar 0,2. Hal ini
menunjukkan bahwa usahatani hidroponik selada Sistem Deep Flow Technique
(DFT) lebih menguntungkan untuk diusahakan bila dibandingkan dengan
usahatani hidroponik selada Sistem Nutrient Film Technique (NFT), yaitu setiap
rupiah yang dikeluarkan akan menghasilkan Rp 1,7 untuk budidaya hidroponik
selada Sistem Deep Flow Technique (DFT) dan Rp 1,5 untuk budidaya hidroponik
selada Sistem Nutrient Film Technique (NFT). Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa usahatani hidroponik selada yang lebih efisien untuk diusahakan adalah
usahatani selada dengan Sistem Deep Flow Technique (DFT).
66
Jika dihitung dengan pengujian hipotesis perbedaan dua rata-rata,
perbedaan pendapatan dengan jumlah sampel sebanyak 105 sampel yang dihitung
berdasarkan jumlah panen selama 7 bulan.
Berdasarkan hasil perhitungan pedapatan Sistem Nutrient Filem Technique
(NFT) yang dibandingkan dengan Sistem Deep Flow Technique (DFT) dapat
diketahui bahwa tingkat kesalahan baku dari kedua sistem adalah sebesar
0.25478478, jumlah yang di peroleh dalam perhitungan simpangan baku dalam
Sistem Deep Flow Technique 1.90372682 sedangkan Sistem Nutrient Film
Technique 1.78659710.
Taraf nyata adalah besarnya batas toleransi dalam menerima kesalhan hasil
hipotesis terhadap nilai parameter populasinya. Semakin tinggi taraf nyata yang
digunakan semakin tinggi pula penolakan hipotesis nol atau hipotesis yang diuji.
Besaran taraf nyata yang digunakan pada pengujian ini adalah 5% besarnya
kesalahan tersebut disebut sebagai daerah kritis pengujian atau daerah penolakan.
Nilai alfa yang dipakai sebagai taraf nyata digunakan untuk menentukan nilai
distribusi yang digunakan pada pengujian, dalam kasus ini mengunakan distribusi
normal (z). Agar lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 3, dibawah ini.
67
Daerah kritis (H0 ditolak) Daerah Daerah kritis (H0 ditolak)
2,5%
2,5%
-1.96
1.96
Gambar 3. Kurva Dua Rata-rata untuk Membedakan Tingkat Pendapatan
Berdasarkan gambar diatas karena mengunakan hipotesis dua arah, maka
taraf nyata atau α sebesar 5% atau 0,05 di bagi dua menghasilkan masing-masing
α/2 sebesar 0,025, setelah dilihat dan disesuaikan dengan z tabel, angka yang
sama atau mendekati 0,025 adalah sebesar 0,0250 dengan nilai z tabel sebesar -
1.96. Oleh karena itu, batas daerah kritis Zα/2 adalah -1.96 dan 1.96.
Jika dilihat parameternya, jika Zhit < -Zα/2 atau Zhit > Zα/2 maka Ho
ditolak. Berdasarkan hasil perhitungan, besarnya nilai Zhit adalah senilai 4.19,
oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa Zhit > Zα/2 dengan nilai 1,19 > 1,96
yang berarti bahwa terdapat perbedaan sistem yang digunakan yang berpengaruh
nyata terhadap pendapatan, dalam kasus Specta Farm besarnya biaya yang
dikeluarkan untuk Sistem Nutrient Film Technique (NFT) lebih besar
dibandingkan dengan Sistem Deep Flow Technique (DFT). Hal tersebut
disebabkan oleh besarnya biaya listrik yang dipakai oleh masing-masing sistem,
dimana Sistem Nutrient Film Tecnique (NFT) mengharuskan pemakaian listrik
selama 9 jam penuh sedangkan Sistem Deep Flow Technique (DFT) hanya
membutuhkan waktu selama 6 jam saja.
95%
68
Perbedaan dalam pemakaian listrik juga turut mempengaruhi dalam hal
penggunaan nutrisi, hal tersebut dikarenakan semakin sedikit waktu pemakaian
listrik mengakibatkan semakin sedikit pula nutrisi yang terserap serta sebagian
lainnya mengendap sehingga mengharuskan penambahan nutrisi ketika listrik
kembali digunakan.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pembahasan dan uraian mengenai “ Perbandingan
Pendapatan Selada Hidroponik Sistem Deep Flow Technique (DFT) dan Sistem
Nutrient Film Technique (NFT) di Specta Farm, maka dapat diberikan kesimpulan
sebagai berikut:
1. Biaya yang dikeluarkan dalam usaha budidaya selada hidroponik Sistem
Deep Flow Technique (DFT) adalah sebesar Rp 21.032.363,- sedangkan
untuk Sistem Nutrient Filem Technique (NFT) adalah sebesar Rp
22.395.613,-/ 7 bulan. Biaya yang dikeluarkan oleh Sistem Nutrient Film
Technique (NFT) lebih besar dibanding dengan Sistem Deep Flow
Technique (DFT) dikarenakan oleh beberapa faktor antara lain : penggunaan
listrik dan nutrisi yang lebih banyak.
2. Besarnya jumlah pendapatan yang di peroleh dari hasil produksi selada
hidroponik pada Sistem Deep Flow Technique (DFT) adalah sebesar Rp
35.751.000,- sedangkan pendapatan yang diperoleh dari hasil produksi
selada hidroponik pada Sistem Nutrient Film Technique (NFT) lebih kecil
yaitu sebesar Rp 33.847.000,-.
3. Berdasarkan dari hasil perhitungan uji perbedaan dua rata-rata dapat
diketahui bahwa ada perbedaan pendapatan antara usaha budidaya selada
hidroponik Sistem Deep Flow Technique (DFT) dan Sistem Nutrient Film
Technique (NFT). Berdasarkan hasil perhitungan, besarnya nilai Zhit adalah
70
senilai 4,19 oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa Zhit > Zα/2 dengan
nilai 4,19 > 1,96.
6.2 Saran
Berasarkan kesimpulan yang telah dikemukan diatas, saran yang diberikan
berkaitan perbandingan pendapatan selada hidroponik sistem deep flow technique
dan Nutrient film technique di Specta Farm sebagai berikut:
1. Biaya usaha selada hidroponik Sistem Deep Flow Technique (DFT) lebih
baik daripada Sistem Nutrient Film Technique (NFT) perlu dipertahankan
perusahaan.
2. Pengunaan Sistem Deep Flow Technique (DFT) lebih diutamakan karena
pendapatan lebih besar daripada Sistem Nutrient Film Technique (NFT).
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, T. 2016. Analisis Usahatani Lengkuas di Desa Bojang Nangka Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor.
Institut Pertanian Bogor
Anas D., Susila & Koernawati Y. Pengaruh Volume dan Jenis Media Tanaman
pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca Sativa) dalam
TeknologiHidroponik Sistem Terapung. Agron, 2004; (32) (3): 16-21.
Ardian. Pertumbuhan dan hasil tanaman cabai pada berbagai tipe emitter dan
formulasi nutrisi hidroponik. (Dinamika Pertanian, 2007)
Bachri, Z. interview. 2016. “Interview Hidroponik Talang Bertingkat”. Jl. Ciapus,
Bogor.
Direktorat Gizi Depertemen kesehatan RI. Daftar Komposisi Bahan Makanan.
(Jakarta: Bhatara Karya Aksara, 1981)
Ferdian, D.A. Analisis Keseimbangan Panas Pada Bak Penanaman dalam Sistem
Hidroponik Deep Flow Teechnique (DFT). [Skripsi]. Bogor: Institut
Pertanian Bogor, Fakultas Teknologi Pertanian Depertemen Teknik
Pertanian; 2009
Hernanto, F. 1995. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta
Hidroponikshop.com. “Hidroponik Sistem NFT dan DFT”. 06 Januari
2016.http://hidroponikshop.com/blog/hidroponik-sistem-nft-dan-dft, 17
Maret 20017, pk. 22.15 WIB.
Kosmas, S. Budidaya Selada Keriting, Selada Lolol Rosa, dan Selada Romaine
Secara Aeroponik di Amazing Farm, Lembang, Bandung. [Sekripsi]. Bogor:
Institut Pertanian Bogor. Fakultas Pertanian Depertemen Agronomi dan
Hortikultura; 2012
Kusumah, S.J. Analisis Perbandingan Usahatani dan Pemasaran Antara Padi
Organik dan Padi Anorganik. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor,
Fakultas Manajemen Agribisnis Depertemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi
Pertanian; 2004
Lanjar, S. Optimasi Konsentrasi Larutan Hara Pada Pertumbuhan dan Hasil
Selada (Lactuca Sativa L. Var. Grand Rapids) Dengan Teknologi
Hidroponik Sistem Terapung (THST). [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian
Bogor, Fakultas Pertanian Program Studi Hortikultura; 2007
72
Lingga, P. Hidoponik: Bercocok Tanam Tanpa Tanah. (Jakarta: Penebar
Swadaya, 1999)
Lingga, P. Hidroponik, Bercocok Tanam Tanpa Tanah. (Jakarta: Penebar
Swadaya, 2005)
Mas’ud, H. Sistem Hidroponik dengan Nutrisi dan Media Tanam Berbeda
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Selada. Media Litbang Sulteng, 2009; 2
(2): 131-136
Poerwanto, R. Susila, A.D. Teknologi Hortikultura. Ed ke-1 (Bogor: IPB Press,
2014)
Poetryani, A. Analisis Perbandingan Efisiensi Usaha Tani Padi Organik dengan
Anorganik. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Ekonomi
dan Manajemen Depertemen Agribisnis; 2011
Resti, D. Analisis Faktor-Faktor Produksi Selada Aeroponik di Parung Farm
Bogor. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian
Progam Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis; 2009
Roidah, I.S. Pemanfaatan Lahan dengan Mengunakan Sistem Hidroponik.
Bonorowo, 2014; 1 (2): 43-50
Rosliani, R. dan Sumarni, N. Budidaya Tanaman Sayuran Dengan Sistem Hidroponik. Ed ke-1 (Bandung: Balai Penelitian Tanaman Sayuran, 2005)
Shinta, A. Ilmu Usahatani. Ed ke-1 (Malang: UB Press, 2011)
Sitanggang, N.Y.R Analisis Usahatani Bawang Daun Organik dan Anorganik
Desa Batulayang Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor Jawa Barat
[Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanain; 2008
Soekartawi, Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian, Teori dan Aplikasi. Ed ke-3
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006)
Soekartawi, Soeharjo A, Dillon JL, dan Hardaker JB. Ilmu Usahatani dan
Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. (Jakarta: UI Press 2011)
Soekartawi, Soeharjo A, Dilion JL & Hardaker JB. Ilmu Usahatani. Ed ke-3
(Jakarta: UI Press, 1986)
Soekartawi. Analisis Usahatani. Ed ke- (Jakarta: UI Press, 2016)
Soeharjo dan Patong. Ilmu Usahatani (Bogor: Departemen Ilmu Ilmu Sosial
Ekonomi Institut Pertanian, 1973)
Supranto, M.I. Setatistik Teori dan Aplikasi. Ed ke-7 (Erlangga, 2009)
73
Suratiyah, Ken. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian Pengembangan Usaha Kecil
(Jakarta : UI Press, 2009)
Susila, A. D. dan Y. Koerniawati. Pengaruh volume dan jenis media tanam pada
pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa) dalam teknologi
hidroponik sistem terapung. [Sekripsi]. Bogor; Institut Pertanian Bogor;
Fakultas Pertanian Depertemen Agronomi dan Hortikultura; 2004
Tingkumung, R. www. Scribd.com. “ Peluang Pasar Selada”. 04 Maret 2017
https://www.scribd.com/document/340909040/PELUANG-PASAR-
SELADA-docx, 3 April 2017, pk. 20.00 WIB.
Tomi, A. Analisis Usahatani Lengkuas di Desa Nangka, Kecamatan Gunung
Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian
Bogor, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Depertemen Agribisnis; 2016
Wirawan, WA., Wirosonoedarmo R,. & Susanawati LD. Pengolahan Limbah Cair
Domestik Mengunakan Tanaman Kayu Apu (Pistia Stratiotes L.) dengan
Teknik Tanaman Hidroponik Sistem (Deep Flow Technique). Sumberdaya
Alam dan Lingkungan., 2005; 63-70.
Zulkarnain. Suryani (ed). Budidaya Tanaman Tropis. Ed ke-1 (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013)
74
LAMPIRAN
Lampiran 1 Tata Letak Bangunan
G
reen
huse
G
reen
huse
Gudan
g
mes
s S
erbag
una
Gre
en
huse
Par
kir
an
INST
ALA
SI T
ALA
NG
BER
TIN
GK
AT
INST
ALA
SI T
ALA
NG
BER
TIN
GK
AT
75
Lampiran 2 Kuisioner Penelitian Selada Hidroponik Sistem Deep Flow
Technique (DFT)
Assalamualaikum Wr. Wb.
Kuesioner ini digunakan sebagai bahan penyusunan
skripsi “PERBANDINGAN PENDAPATAN SELADA
HIDROPONIK SISTEM DEEP FLOW TECHNIQUE
(DFT) DAN SISTEM NUTRIENT FILM TECHNIQUE
(NFT) DI SPECTA FARM” oleh Ahmad Dalhar
(1113092000009) mahasiswa Program Studi Agribisnis,
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
No. HP 085786444040
KUESIONER USAHATANI SELADA HIDROPONIK SISTEM DEEP
FLOW TECHNIQUE (DFT)
Petunjuk Pengisian
1. Isilah jawaban pada kolom atau tempat yang tersedia sesuai dengan
kondisi yang sebenarnya
2. Hasil pengisian kuesioner ini hanya ditujukan untuk penelitian ilmiah
semata
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama Responden :……………………………………..……………..
2. Umur :………………………………………..…………..
3. No. Handphone :…………………………………………..………..
B. USAHATANI SELADA HIDROPONIK DFT
1. Luas Lahan :…………………………….………………………
2. Varietas :…………………………………………………….
3. Sumber Modal :…………………………………………………….
4. Status Kepemilikan Lahan : a). Sendiri. b). Sewa. c). Garap d). Gadai.
C. DATA BIAYA
76
1. Biaya Tetap
No. Komponen Biaya
Tetap
Kebutuhan Satuan Harga Jumlah
(Rp)
A. BIAYA
PEMBUATAN
HIDROPNIK DFT
1. Rak Pembibitan
2. Rak Peremajaan
3. Rak Pembesaran
B. BIAYA
PERLENGKAPAN
1 Net Pot
2 Box Panen
3 Baki Bibit
4 Tong Pupuk
5 Ember Pupuk
6 Gelas Ukur
7 EC Meter
8 Timbangan Digital
Total Biaya Tetap (Rp)
2. Biaya Variabel
No. Komponen Biaya
Variabel
Kebutuhan Satuan Harga Jumlah
(Rp)
1. Listrik
2. Benih
3. Nutrisi AB Mix
4. Rocwool
5. Pastisida
Tenaga Kerja
6. Penanaman
7. Perawatan
8. Pemanenan
9. Transportasi
Total Biaya Variabel (Rp)
Bogor,....Agustus 2017 M
(....................................................)
Petani Hidroponik Responden
77
Lampiran 3 Kuisioner Penelitian Selada Hidroponik Sistem Nutrient Filem
Technique (NFT)
Assalamualaikum Wr. Wb.
Kuesioner ini digunakan sebagai bahan penyusunan
skripsi “PERBANDINGAN PENDAPATAN SELADA
HIDROPONIK SISTEM DEEP FLOW TECHNIQUE
(DFT) DAN SISTEM NUTRIENT FILM TECHNIQUE
(NFT) DI SPECTA FARM” oleh Ahmad Dalhar
(1113092000009) mahasiswa Program Studi Agribisnis,
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
No. HP 085786444040
KUESIONER USAHATANI SELADA HIDROPONIK SISTEM NUTRIENT
FILM TECHNIQUE (NFT)
Petunjuk Pengisian
1. Isilah jawaban pada kolom atau tempat yang tersedia sesuai dengan
kondisi yang sebenarnya
2. Hasil pengisian kuesioner ini hanya ditujukan untuk penelitian ilmiah
semata
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama Responden :……………………………………..……………..
2. Umur :………………………………………..…………..
3. No. Handphone :…………………………………………..………..
B. USAHATANI SELADA HIDROPONIK NFT
1. Luas Lahan :…………………………….………………………
2. Varietas :…………………………………………………….
3. Sumber Modal :…………………………………………………….
4. Status Kepemilikan Lahan : a). Sendiri. b). Sewa. c). Garap d). Gadai.
C. DATA BIAYA
78
1. Biaya Tetap
No. Komponen Biaya
Tetap
Kebutuhan Satuan Harga Jumlah
(Rp)
A. BIAYA
PEMBUATAN
HIDROPNIK DFT
1. Rak Pembibitan
2. Rak Peremajaan
3. Rak Pembesaran
B. BIAYA
PERLENGKAPAN
1 Net Pot
2 Box Panen
3 Baki Bibit
4 Tong Pupuk
5 Ember Pupuk
6 Gelas Ukur
7 EC Meter
8 Timbangan Digital
Total Biaya Tetap (Rp)
2. Biaya Variabel
No. Komponen Biaya
Variabel
Kebutuhan Satuan Harga Jumlah
(Rp)
1. Listrik
2. Benih
3. Nutrisi AB Mix
4. Rocwool
5. Pastisida
Tenaga Kerja
6. Penanaman
7. Perawatan
8. Pemanenan
9. Transportasi
Total Biaya Variabel (Rp)
Bogor,....Agustus 2017 M
(....................................................)
Petani Hidroponik Responden
79
Lampiran 4 Hasil Kuisioner Selada Hidroponik Sistem Deep Flow Technique
(DFT)
Petunjuk Pengisian
1 Isilah jawaban pada kolom atau tempat yang tersedia sesuai dengan kondisi yang sebenarnya
2 Hasil pengisian kuesioner ini hanya ditujukan untuk penelitian ilmiah semata
A
.
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama Responden
2. Umur
3. No. Handphone
B
.
USAHATANI SELADA HIDROPONIK DFT
1. Luas Lahan
2. Varietas
3. Sumber Modal
4. Status Kepemilikan Lahan : a). Sendiri. b). Sewa. c). Garap d). Gadai.
C
.
DATA BIAYA
1. Biaya Tetap
No Komponen Biaya
Tetap
Kebutuhan Satuan Harga Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
A. BIAYA PEMBUATAN HIDROPONIK (DFT)
1 Rak Pembibitan 1 Instalasi 2 x 6 m2 6,000,000
2 Rak Peremajaan 1 Instalasi 2 x 8 m2 8,000,000
3 Rak Pembesaran 1 Instalasi 2 x 12 m2 12,000,000
B. BIAYA PERLENGKAPAN
1 Net pot 1440 Pcs 800 1,152,000
2 Box Panen 4 Unit 100,000 400,000
3 Baki Bibit 5 Pcs 7,000 35,000
4 Tong Pupuk 2 Unit 175,000 350,000
5 Ember Pupuk 2 Pcs 25,000 50,000
6 Gelas Ukur 2 Pcs 50,000 100,000
s7 EC Meter 1 Pcs 130,000 130,000
8 Timbangan Digital 1 Unit 175,000 175,000
JUMLAH 28,968,000
2. Biaya Variabel
No Komponen Biaya
Variabel
Kebutuhan Satuan Harga Jumlah
1 Listrik 6 Jam x 210 Hari
(250 W)
Watt 1,100 346,500
2 Benih 105 Pack 10,000 1,051,000
3 Nutrisi AB Mix 5 (A & B Mix) Liter 85,000 2,975,000
4 Rocwool 5 (100 x15x7,5 ) Slab 65,000 2,275,000
5 Pastisida
80
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Tenaga Kerja
6 Penanaman 1 Orang Bulan 850,000 5,950,000
7 Perawatan
8 Pemanenan 1 Orang Bulan 750,000 5,250,000
JUMLAH 17,846,500
81
Lampiran 5 Hasil Kuisioner Selada Hidroponik Sistem Nutrient Film
Technique (NFT)
Petunjuk Pengisian
1 Isilah jawaban pada kolom atau tempat yang tersedia sesuai dengan kondisi yang sebenarnya
2 Hasil pengisian kuesioner ini hanya ditujukan untuk penelitian ilmiah semata
A
.
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama Responden
2. Umur
3. No. Handphone
B. USAHATANI SELADA HIDROPONIK NFT
1. Luas Lahan
2. Varietas
3. Sumber Modal
4. Status Kepemilikan Lahan : a). Sendiri. b). Sewa. c). Garap d). Gadai.
C
.
DATA BIAYA
1. Biaya Tetap
No Komponen Biaya
Tetap
Kebutuhan Satuan Harga Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
A. BIAYA PEMBUATAN HIDROPONIK (DFT)
1 Rak Pembibitan 1 Instalasi 2 x 6 m2 6,000,000
2 Rak Peremajaan 1 Instalasi 2 x 8 m2 8,000,000
3 Rak Pembesaran 1 Instalasi 2 x 12 m2 12,000,000
B. BIAYA PERLENGKAPAN
1 Net pot 1440 Pcs 800 1,152,000
2 Box Panen 4 Unit 100,000 400,000
3 Baki Bibit 5 Pcs 7,000 35,000
4 Tong Pupuk 2 Unit 175,000 350,000
5 Ember Pupuk 2 Pcs 25,000 50,000
6 Gelas Ukur 2 Pcs 50,000 100,000
7 EC Meter 1 Pcs 130,000 130,000
8 Timbangan Digital 1 Unit 175,000 175,000
JUMLAH 28,968,000
2. Biaya Variabel
No Komponen Biaya
Variabel
Kebutuhan Satuan Harga Jumlah
1 Listrik 9 Jam x 210 Hari (250
W)
Watt 1,100 519,750
2 Benih 105 Pack 10,000 350,000
3 Nutrisi AB Mix 7 (A & B Mix) Liter 85,000 4,165,000
4 Rocwool 5 (100 x 15 x 7,5 ) Slab 65,000 2,275,000
5 Pastisida
82
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Tenaga Kerja
6 Penanaman 1 Orang Bulan 850,000 5,950,000
7 Perawatan
8 Pemanenan 1 Orang Bulan 750,000 5,250,000
JUMLAH 19,209,750
83
Lampiran 6 Produksi, Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Usaha
Tani Selada Hidroponik Per Musim Panen Sistem Deep Flow Technique
(DFT)
No LAHAN
(M2)
PROD
UKSI
(Kg)
BIAYA
PRODUKSI
(Rp)
HARGA
JUAL
(Rp/Kg)
PENERIMAAN PENDAPATAN
1 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
2 360 23 200,308 17,000 391,000 190,692
3 360 19 200,308 17,000 323,000 122,692
4 360 21 200,308 17,000 357,000 156,692
5 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
6 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
7 360 18 200,308 17,000 306,000 105,692
8 360 17 200,308 17,000 289,000 88,692
9 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
10 360 22 200,308 17,000 374,000 173,692
11 360 25 200,308 17,000 425,000 224,692
12 360 19 200,308 17,000 323,000 122,692
13 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
14 360 16 200,308 17,000 272,000 71,692
15 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
16 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
17 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
18 360 22 200,308 17,000 374,000 173,692
19 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
20 360 23 200,308 17,000 391,000 190,692
21 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
22 360 22 200,308 17,000 374,000 173,692
23 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
24 360 24 200,308 17,000 408,000 207,692
25 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
26 360 22 200,308 17,000 374,000 173,692
27 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
28 360 23 200,308 17,000 391,000 190,692
29 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
30 360 23 200,308 17,000 391,000 190,692
31 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
32 360 22 200,308 17,000 374,000 173,692
33 360 18 200,308 17,000 306,000 105,692
34 360 19 200,308 17,000 323,000 122,692
35 360 17 200,308 17,000 289,000 88,692
36 360 19 200,308 17,000 323,000 122,692
37 360 19 200,308 17,000 323,000 122,692
38 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
39 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
40 360 23 200,308 17,000 391,000 190,692
41 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
42 360 22 200,308 17,000 374,000 173,692
43 360 19 200,308 17,000 323,000 122,692
44 360 18 200,308 17,000 306,000 105,692
45 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
46 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
47 360 21 200,308 17,000 357,000 156,692
48 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
49 360 23 200,308 17,000 391,000 190,692
50 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
84
Lampiran 6 Produksi, Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Usaha
Tani Selada Hidroponik Per Musim Panen Sistem Deep Flow Technique
(DFT). (Lanjutan)
No LAHAN
(M2)
PROD
UKSI
(Kg)
BIAYA
PRODUKSI
(Rp)
HARGA
JUAL
(Rp/Kg)
PENERIMAAN PENDAPATAN
51 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
52 360 15 200,308 17,000 255,000 54,692
53 360 19 200,308 17,000 323,000 122,692
54 360 19 200,308 17,000 323,000 122,692
55 360 18 200,308 17,000 306,000 105,692
56 360 22 200,308 17,000 374,000 173,692
57 360 23 200,308 17,000 391,000 190,692
58 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
59 360 19 200,308 17,000 323,000 122,692
60 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
61 360 16 200,308 17,000 272,000 71,692
62 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
63 360 19 200,308 17,000 323,000 122,692
64 360 16 200,308 17,000 272,000 71,692
65 360 24 200,308 17,000 408,000 207,692
66 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
67 360 18 200,308 17,000 306,000 105,692
68 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
69 360 22 200,308 17,000 374,000 173,692
70 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
71 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
72 360 18 200,308 17,000 306,000 105,692
73 360 19 200,308 17,000 323,000 122,692
74 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
75 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
76 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
77 360 17 200,308 17,000 289,000 88,692
78 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
79 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
80 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
81 360 19 200,308 17,000 323,000 122,692
82 360 19 200,308 17,000 323,000 122,692
83 360 16 200,308 17,000 272,000 71,692
84 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
85 360 19 200,308 17,000 323,000 122,692
86 360 18 200,308 17,000 306,000 105,692
87 360 23 200,308 17,000 391,000 190,692
88 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
89 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
90 360 24 200,308 17,000 408,000 207,692
91 360 18 200,308 17,000 306,000 105,692
92 360 18 200,308 17,000 306,000 105,692
93 360 19 200,308 17,000 323,000 122,692
94 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
95 360 22 200,308 17,000 374,000 173,692
96 360 21 200,308 17,000 357,000 156,692
97 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
98 360 19 200,308 17,000 323,000 122,692
85
Lampiran 6 Produksi, Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Usaha
Tani Selada Hidroponik Per Musim Panen Sistem Deep Flow Technique
(DFT). (Lanjutan)
No LAHAN
(M2)
PROD
UKSI
(Kg)
BIAYA
PRODUKSI
(Rp)
HARGA
JUAL
(Rp/Kg)
PENERIMAAN PENDAPATAN
99 360 18 200,308 17,000 306,000 105,692
100 360 24 200,308 17,000 408,000 207,692
101 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
102 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
103 360 22 200,308 17,000 374,000 173,692
104 360 21 200,308 17,000 357,000 156,692
105 360 20 200,308 17,000 340,000 139,692
Total 37,800 2,103 21,032,363 1,785,000 35,751,000 14,718,637
Rata-
rata 360.00 20.03 200,308.22 17,000.00 340,485.71 140,177.50
BIAYA USAHA TANI
TC : FC + FC
FC : BIAYA TETAP USAHA TANI Rp 3,185,863
VC : BIAYA TIDAK TETAP Rp 17,846,500
TC : TOTAL USAHA TANI Rp 21,032,363
PENERIMAAN USAHA TANI
TR : P x Q
P : HARGA JUAL Rp 17,000
Q : PRODUKSI YANG DIPEROLEH Rp 2,103
TR : TOTAL PENERIMAAN Rp 35,751,000
PENDAPATAN USAHATANI
Π : TR – TC
TR : TOTAL PENERIMAAN Rp 35,751,000
TC : TOTAL BIAYA Rp 21,032,363
Π : PENDAPATAN USAHA TANI Rp 14,718,637
RASIO PENERIMAN ATAS BIAYA (R/C RATIO)
TOTAL PENERIMAAN BIAYA PENJUALAN Rp 35,751,000
TOTAL BIAYA Rp 21,032,363
Rp 1.7
86
Lampiran 7 Produksi, Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Usaha
Tani Selada Hidroponik Per Musim Panen Sistem Nutrient Film Technique
(NFT)
No LAHAN
(M2)
PROD
UKSI
(Kg)
BIAYA
PRODUKSI
(Rp)
HARGA
JUAL
(Rp/Kg)
PENERIMAAN PENDAPATAN
1 360 18 213,292 17,000 306,000 92,708
2 360 18 213,292 17,000 306,000 92,708
3 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708
4 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708
5 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708
6 360 17 213,292 17,000 289,000 75,708
7 360 16 213,292 17,000 272,000 58,708
8 360 18 213,292 17,000 306,000 92,708
9 360 19 213,292 17,000 323,000 109,708
10 360 17 213,292 17,000 289,000 75,708
11 360 18 213,292 17,000 306,000 92,708
12 360 15 213,292 17,000 255,000 41,708
13 360 19 213,292 17,000 323,000 109,708
14 360 18 213,292 17,000 306,000 92,708
15 360 19 213,292 17,000 323,000 109,708
16 360 17 213,292 17,000 289,000 75,708
17 360 19 213,292 17,000 323,000 109,708
18 360 16 213,292 17,000 272,000 58,708
19 360 19 213,292 17,000 323,000 109,708
20 360 19 213,292 17,000 323,000 109,708
21 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708
22 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708
23 360 21 213,292 17,000 357,000 143,708
24 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708
25 360 16 213,292 17,000 272,000 58,708
26 360 16 213,292 17,000 272,000 58,708
27 360 18 213,292 17,000 306,000 92,708
28 360 19 213,292 17,000 323,000 109,708
29 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708
30 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708
31 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708
32 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708
33 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708
34 360 18 213,292 17,000 306,000 92,708
35 360 18 213,292 17,000 306,000 92,708
36 360 18 213,292 17,000 306,000 92,708
37 360 18 213,292 17,000 306,000 92,708
38 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708
39 360 22 213,292 17,000 374,000 160,708
40 360 19 213,292 17,000 323,000 109,708
41 360 19 213,292 17,000 323,000 109,708
42 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708
43 360 19 213,292 17,000 323,000 109,708
44 360 18 213,292 17,000 306,000 92,708
45 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708
46 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708
47 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708
48 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708
49 360 24 213,292 17,000 408,000 194,708
87
Lampiran 7 Produksi, Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Usaha Tani Selada Hidroponik
Per Musim Panen Sistem Nutrient Film Technique (NFT). (Lanjutan)
No LAHAN
(M2)
PROD
UKSI
(Kg)
BIAYA
PRODUKSI
(Rp)
HARGA
JUAL
(Rp/Kg)
PENERIMAAN PENDAPATAN
50 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708
51 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708
52 360 22 213,292 17,000 374,000 160,708
53 360 21 213,292 17,000 357,000 143,708
54 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708
55 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708
56 360 15 213,292 17,000 255,000 41,708
57 360 18 213,292 17,000 306,000 92,708
58 360 18 213,292 17,000 306,000 92,708
59 360 19 213,292 17,000 323,000 109,708
60 360 21 213,292 17,000 357,000 143,708
61 360 23 213,292 17,000 391,000 177,708
2 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708
63 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708
64 360 17 213,292 17,000 289,000 75,708
65 360 19 213,292 17,000 323,000 109,708
66 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708
67 360 21 213,292 17,000 357,000 143,708
68 360 19 213,292 17,000 323,000 109,708
69 360 16 213,292 17,000 272,000 58,708
70 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708
71 360 15 213,292 17,000 255,000 41,708
72 360 18 213,292 17,000 306,000 92,708
73 360 19 213,292 17,000 323,000 109,708
74 360 19 213,292 17,000 323,000 109,708
75 360 19 213,292 17,000 323,000 109,708
76 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708
77 360 15 213,292 17,000 255,000 41,708
78 360 17 213,292 17,000 289,000 75,708
79 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708
80 360 22 213,292 17,000 374,000 160,708
81 360 17 213,292 17,000 289,000 75,708
82 360 18 213,292 17,000 306,000 92,708
83 360 21 213,292 17,000 357,000 143,708
84 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708
85 360 19 213,292 17,000 323,000 109,708
86 360 19 213,292 17,000 323,000 109,708
87 360 21 213,292 17,000 357,000 143,708
88 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708
89 360 21 213,292 17,000 357,000 143,708
90 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708
91 360 17 213,292 17,000 289,000 75,708
92 360 15 213,292 17,000 255,000 41,708
93 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708
94 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708
95 360 19 213,292 17,000 323,000 109,708
96 360 18 213,292 17,000 306,000 92,708
97 360 15 213,292 17,000 255,000 41,708
98 360 19 213,292 17,000 323,000 109,708
99 360 18 213,292 17,000 306,000 92,708
100 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708
88
Lampiran 7 Produksi, Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Usaha Tani Selada Hidroponik
Per Musim Panen Sistem Nutrient Film Technique (NFT). (Lanjutan)
No LAHAN
(M2)
PROD
UKSI
(Kg)
BIAYA
PRODUKSI
(Rp)
HARGA
JUAL
(Rp/Kg)
PENERIMAAN PENDAPATAN
101 360 22 213,292 17,000 374,000 160,708
102 360 20 213,292 17,000 340,000 126,708
103 360 18 213,292 17,000 306,000 92,708
104 360 19 213,292 17,000 323,000 109,708
105 360 17 213,292 17,000 289,000 75,708
Total 37,800 1,991 22,395,613 1,785,000 33,847,000 11,451,387
Rata-
rata 360.00 56.38 633,780.61 17,000.00 958,476.19 324,695.58
BIAYA USAHA TANI
TC : FC + FC
FC : BIAYA TETAP USAHA TANI Rp 3,185,863
VC : BIAYA TIDAK TETAP Rp 19,209,750
TC : TOTAL USAHA TANI Rp 22,395,613
PENERIMAAN USAHA TANI
TR : P x Q
P : HARGA JUAL Rp 17,000
Q : PRODUKSI YANG DIPEROLEH Rp 1,991
TR : TOTAL PENERIMAAN Rp 33,847,000
PENDAPATAN USAHATANI
Π : TR – TC
TR : TOTAL PENERIMAAN Rp 33,847,000
TC : TOTAL BIAYA Rp 22,395,613
Π : PENDAPATAN USAHA TANI Rp 11,451,387
RASIO PENERIMAN ATAS BIAYA (R/C RATIO)
TOTAL PENERIMAAN BIAYA PENJUALAN Rp 33,847,000
TOTAL BIAYA Rp 22,395,613
Rp 1.5
89
Lampiran 8 Perbedaan Pendapatan Usaha Tani Selada Hidroponik Sistem
Deep Flow Technique (DFT) dan Sistem Nutrient Film Technique (NFT)
ISTEM DEEP FLOW TECHNIQUE
SISTEM NUTRIENT FILM TECHNIQUE
NO PRODUKSI
(Kg) X - Xbar (X - Xbar)2
NO
PRODUKSI
(Kg) X - Xbar (X - Xbar)2
1 20 -0.028571 0.00081633
1 18 -0.961905 0.92526077
2 23 2.971429 8.82938776
2 18 -2.028571 4.11510204
3 19 -1.028571 1.05795918
3 20 -0.028571 0.00081633
4 21 0.971429 0.94367347
4 20 1.038095 1.07764172
5 20 -0.028571 0.00081633
5 20 1.038095 1.07764172
6 20 -0.028571 0.00081633
6 17 -1.961905 3.84907029
7 18 -2.028571 4.11510204
7 16 -2.961905 8.77287982
8 17 -3.028571 9.17224490
8 18 -0.961905 0.92526077
9 20 -0.028571 0.00081633
9 19 0.038095 0.00145125
10 22 1.971429 3.88653061
10 17 -1.961905 3.84907029
11 25 4.971429 24.71510204
11 18 -0.961905 0.92526077
12 19 -1.028571 1.05795918
12 15 -3.961905 15.69668934
13 20 -0.028571 0.00081633
13 19 0.038095 0.00145125
14 16 -4.028571 16.22938776
14 18 -0.961905 0.92526077
15 20 -0.028571 0.00081633
15 19 0.038095 0.00145125
16 20 -0.028571 0.00081633
16 17 -1.961905 3.84907029
17 20 -0.028571 0.00081633
17 19 0.038095 0.00145125
18 22 1.971429 3.88653061
18 16 -2.961905 8.77287982
19 20 -0.028571 0.00081633
19 19 0.038095 0.00145125
20 23 2.971429 8.82938776
20 19 0.038095 0.00145125
21 20 -0.028571 0.00081633
21 20 1.038095 1.07764172
22 22 1.971429 3.88653061
22 20 1.038095 1.07764172
23 20 -0.028571 0.00081633
23 21 2.038095 4.15383220
24 24 3.971429 15.77224490
24 20 1.038095 1.07764172
25 20 -0.028571 0.00081633
25 16 -2.961905 8.77287982
26 22 1.971429 3.88653061
26 16 -2.961905 8.77287982
27 20 -0.028571 0.00081633
27 18 -0.961905 0.92526077
28 23 2.971429 8.82938776
28 19 0.038095 0.00145125
29 20 -0.028571 0.00081633
29 20 1.038095 1.07764172
30 23 2.971429 8.82938776
30 20 1.038095 1.07764172
31 20 -0.028571 0.00081633
31 20 1.038095 1.07764172
32 22 1.971429 3.88653061
32 20 1.038095 1.07764172
33 18 -2.028571 4.11510204
33 20 1.038095 1.07764172
34 19 -1.028571 1.05795918
34 18 -0.961905 0.92526077
35 17 -3.028571 9.17224490
35 18 -0.961905 0.92526077
36 19 -1.028571 1.05795918
36 18 -0.961905 0.92526077
37 19 -1.028571 1.05795918
37 18 -0.961905 0.92526077
38 20 -0.028571 0.00081633
38 20 1.038095 1.07764172
39 20 -0.028571 0.00081633
39 22 3.038095 9.23002268
40 23 2.971429 8.82938776
40 19 0.038095 0.00145125
41 20 -0.028571 0.00081633
41 19 0.038095 0.00145125
42 22 1.971429 3.88653061
42 20 1.038095 1.07764172
43 19 -1.028571 1.05795918
43 19 0.038095 0.00145125
44 18 -2.028571 4.11510204
44 18 -0.961905 0.92526077
45 20 -0.028571 0.00081633
45 20 1.038095 1.07764172
46 20 -0.028571 0.00081633
46 20 1.038095 1.07764172
47 21 0.971429 0.94367347
47 20 1.038095 1.07764172
48 20 -0.028571 0.00081633
48 20 1.038095 1.07764172
49 23 2.971429 8.82938776
49 24 5.038095 25.38240363
50 20 -0.028571 0.00081633
50 20 1.038095 1.07764172
51 20 -0.028571 0.00081633
51 20 1.038095 1.07764172
52 15 -5.028571 25.28653061
52 22 3.038095 9.23002268
53 19 -1.028571 1.05795918
53 21 2.038095 4.15383220
54 19 -1.028571 1.05795918
54 20 1.038095 1.07764172
55 18 -2.028571 4.11510204
55 20 1.038095 1.07764172
56 22 1.971429 3.88653061
56 15 -3.961905 15.69668934
57 23 2.971429 8.82938776
57 18 -0.961905 0.92526077
58 20 -0.028571 0.00081633
58 18 -0.961905 0.92526077
90
Lampiran 8 Perbedaan Pendapatan Usaha Tani Selada Hidroponik Sistem
Deep Flow Technique (DFT) dan Sistem Nutrient Film Technique (NFT).
(Lanjutan)
ISTEM DEEP FLOW TECHNIQUE
SISTEM NUTRIENT FILM TECHNIQUE
NO PRODUKSI
(Kg) X - Xbar (X - Xbar)2
NO
PRODUKSI
(Kg) X - Xbar (X - Xbar)2
59 19 -1.028571 1.05795918
59 19 0.038095 0.00145125
60 20 -0.028571 0.00081633
60 21 2.038095 4.15383220
61 16 -4.028571 16.22938776
61 23 4.038095 16.30621315
62 20 -0.028571 0.00081633
62 20 1.038095 1.07764172
63 19 -1.028571 1.05795918
63 20 1.038095 1.07764172
64 16 -4.028571 16.22938776
64 17 -1.961905 3.84907029
65 24 3.971429 15.77224490
65 19 0.038095 0.00145125
66 20 -0.028571 0.00081633
66 20 1.038095 1.07764172
67 18 -2.028571 4.11510204
67 21 2.038095 4.15383220
68 20 -0.028571 0.00081633
68 19 0.038095 0.00145125
69 22 1.971429 3.88653061
69 16 -2.961905 8.77287982
70 20 -0.028571 0.00081633
70 20 1.038095 1.07764172
71 20 -0.028571 0.00081633
71 15 -3.961905 15.69668934
72 18 -2.028571 4.11510204
72 18 -0.961905 0.92526077
73 19 -1.028571 1.05795918
73 19 0.038095 0.00145125
74 20 -0.028571 0.00081633
74 19 0.038095 0.00145125
75 20 -0.028571 0.00081633
75 19 0.038095 0.00145125
76 20 -0.028571 0.00081633
76 20 1.038095 1.07764172
77 17 -3.028571 9.17224490
77 15 -3.961905 15.69668934
78 20 -0.028571 0.00081633
78 17 -1.961905 3.84907029
79 20 -0.028571 0.00081633
79 20 1.038095 1.07764172
80 20 -0.028571 0.00081633
80 22 3.038095 9.23002268
81 19 -1.028571 1.05795918
81 17 -1.961905 3.84907029
82 19 -1.028571 1.05795918
82 18 -0.961905 0.92526077
83 16 -4.028571 16.22938776
83 21 2.038095 4.15383220
84 20 -0.028571 0.00081633
84 20 1.038095 1.07764172
85 19 -1.028571 1.05795918
85 19 0.038095 0.00145125
86 18 -2.028571 4.11510204
86 19 0.038095 0.00145125
87 23 2.971429 8.82938776
87 21 2.038095 4.15383220
88 20 -0.028571 0.00081633
88 20 1.038095 1.07764172
89 20 -0.028571 0.00081633
89 21 2.038095 4.15383220
90 24 3.971429 15.77224490
90 20 1.038095 1.07764172
91 18 -2.028571 4.11510204
91 17 -1.961905 3.84907029
92 18 -2.028571 4.11510204
92 15 -3.961905 15.69668934
93 19 -1.028571 1.05795918
93 20 1.038095 1.07764172
94 20 -0.028571 0.00081633
94 20 1.038095 1.07764172
95 22 1.971429 3.88653061
95 19 0.038095 0.00145125
96 21 0.971429 0.94367347
96 18 -0.961905 0.92526077
97 20 -0.028571 0.00081633
97 15 -3.961905 15.69668934
98 19 -1.028571 1.05795918
98 19 0.038095 0.00145125
99 18 -2.028571 4.11510204
99 18 -0.961905 0.92526077
100 24 3.971429 15.77224490
100 20 1.038095 1.07764172
101 20 -0.028571 0.00081633
101 22 3.038095 9.23002268
102 20 -0.028571 0.00081633
102 20 1.038095 1.07764172
103 22 1.971429 3.88653061
103 18 -0.961905 0.92526077
104 21 0.971429 0.94367347
104 19 0.038095 0.00145125
105 20 -0.028571 0.00081633
105 17 -1.961905 3.84907029
Total 2,103 0.00000000 376.91428571
Total 1,991 2.13333333 331.96063492
Rata-
rata 20.03
Rata-
rata 18.96
Sd
1.90372682
Sd
1.78659710
Sd2
3.62417582
Sd2
3.19192918
KESALAHAN BAKU
0.25478478
Z
4.19
91
Lampiran 9 Tabel Z Scor
92