perbedaan ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial ditinjau dari dasar

32
Tugas Makalah Kelompok PERBEDAAN ILMU-ILMU ALAM DAN ILMU-ILMU SOSIAL DITINJAU DARI DASAR ONTOLOGI DAN EPISTEMOLOGI Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah FILSAFAT ILMU Doses Pengampu: Prof. SAMSI, M.Pd Disusun Oleh: 1. SUCIYATI (NIM 12155140016) 2. MUJIYATI (NIM 12155140026) 3. ZUKY IRIANI (NIM 12155140037) 4. DISEN WANIMBO (NIM 12155140038)

Upload: meilana-sapta-d

Post on 04-Feb-2016

102 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Filsafat

TRANSCRIPT

Page 1: Perbedaan Ilmu-ilmu Alam Dan Ilmu-ilmu Sosial Ditinjau Dari Dasar

Tugas Makalah Kelompok

PERBEDAAN ILMU-ILMU ALAM DAN ILMU-ILMU

SOSIAL DITINJAU DARI DASAR

ONTOLOGI DAN EPISTEMOLOGI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

FILSAFAT ILMU

Doses Pengampu: Prof. SAMSI, M.Pd

Disusun Oleh:

1. SUCIYATI (NIM 12155140016)

2. MUJIYATI (NIM 12155140026)

3. ZUKY IRIANI (NIM 12155140037)

4. DISEN WANIMBO (NIM 12155140038)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

2012

Page 2: Perbedaan Ilmu-ilmu Alam Dan Ilmu-ilmu Sosial Ditinjau Dari Dasar

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Era modernisasi ditandai dengan perkembangan ilmu yang sedemikian

cepat. Awalnya secara garis besar terdapat dua bidang pembagian ilmu

pengetahuan, yakni ilmu alam dan ilmu sosial. Dinamika perkembangan

masyarakat telah memunculkan bidang ilmu yang lain, seperti ilmu

humaniora. Perkembangan ilmu alam, ilmu sosial, dan ilmu humaniora juga

mengalami percepatan dan kemajuan. Hal ini tidak lepas dari perdebatan

antara para ilmuwan mengenai bidang ilmu mana yang lebih cepat mengalami

kemajuan. Para ilmuwan sepakat bahwa dibanding ilmu-ilmu alam, seperti

fisika, kimia, biologi, astronomi, geologi, dan sejenisnya, ilmu-ulmu sosial

seperti sosiologi, psikologi, ekonomi, politik, sejarah, antropologi, dan

seterusnya, dan juga ilmu-ilmu humaniora seperti bahasa, sastra, dan seni

dianggap jauh tertinggal. Bahkan ada yang berpendapat lebih ekstrim, bahwa

ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu humaniora tidak akan mampu mengejar

kemajuan ilmu-ilmu alam. Sebab, ketika ilmu-ilmu sosial mencoba

mengejarnya, ilmu-ilmu alam sudah melompat sedemikian jauh.

Ada pula yang berpendapat bahwa lambat laun ilmu-ilmu sosial akan

mampu mengejar ketertinggalannya dengan ilmu-ilmu alam. Ini karena gejala

sosial yang menjadi kajian utama dalam ilmu-ilmu sosial berkembang sangat

pesat. Dilain sisi gejala alam yang menjadi kajian utama ilmu-ilmu alam

relatif tetap. Kalaupun berubah, perubahan tersebut tidak secepat gejala

sosial. Bisa saja anggapan tersebut benar, tetapi bisa juga salah.

Mengkontraskan ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial, bukan berarti

menempatkan yang satu lebih tinggi atau lebih rendah dari yang lain, atau

yang satu lebih bermanfaat dari yang lain.

Dalam kajian ilmu pengetahuan ada fakta sosial dan ada definisi sosial.

Ilmu alam bertugas mengkaji fakta sosial yang empirik, sedangkan ilmu

sosial dan ilmu humaniora bertugas mengkaji definisi sosial yang abstrak dan

Page 3: Perbedaan Ilmu-ilmu Alam Dan Ilmu-ilmu Sosial Ditinjau Dari Dasar

simbolik. Perbedaan objek material antara ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu

sosial juga berbada, sehingga berbeda pula dalam metode dan cara

memperoleh ilmunya. Dalam filsafat ilmu bisa dikatakan bahwa, jika

ontologinya berbeda, maka epistemologinya pasti berbeda.

Terlepas dari perdebatan mengenai bidang ilmu mana yang lebih cepat

berkembang dan lebih maju, baik ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial tetap

dibutuhkan manusia dalam kehidupan ini. Dilihat dari landasan berpikir,

objek material, kajian, dan fungsinya yang berbeda, seharusnya baik ilmu

alam maupun ilmu sosial mampu saling mendukung. Penjelasan mengenai

perbedaan keduanya dimaksudkan untuk menunjukkan batas keduanya dan

menunjukkan adanya hubungan yang saling mempengaruhi dalam suatu

hubungan timbal balik yang sepadan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan ilmu alam dan ilmu sosial?

2. Bagaimana perbedaan ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial dilihat

dari dasar ontologi?

3. Bagaimana perbedaan ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial dilihat

dari dasar epistemologi?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penulisan

makalah ini adalah untuk:

1. Mengetahui pengertian tentang ilmu alam dan ilmu sosial.

2. Mengetahui perbedaan ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial dilihat

dari dasar ontologi.

3. Mengetahui perbedaan ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial dilihat

dari dasar epistemologi.

Page 4: Perbedaan Ilmu-ilmu Alam Dan Ilmu-ilmu Sosial Ditinjau Dari Dasar

D. Manfaat

Penulisan makalah ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik

secara teoritis maupun praktis. Manfaat teoritis dari penulisan makalah ini

adalah, agar dapat menjadi masukan bagi penulisan makalah dengan topik

yang sama. Sedangkan manfaat praktisnya, atara lain:

1. Sebagai pengkaji pemula, agar kelompok penulis mengerti tentang konsep

dasar ontologi dan epistemologi kaitannya dengan perbedaan ilmu alam

dan ilmu sosial.

2. Diharapkan agar mahasiswa lebih memahami mengenai perbedaan ilmu-

ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial dilihat dari dasar ontologi dan

epistemologi.

3. Membekali mahasiswa dengan kemampuan berpikir metodologis yang

tepat dalam mengkaji ilmu pengetahuan, baik untuk mengkaji gejala alam,

sosial, dan kemanusiaan dalam upaya menjelaskan dan mengekplorasi

setiap peristiwa.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Alam dan Ilmu Sosial.

Sebelum membahas mengenai perbedaan ilmu-ilmu alam dan imu-

ilmu sosial dilihat dari dasar ontologi dan epistemologi, terlebih dahulu akan

dibahas mengenai pengertian ilmu alam dan ilmu sosial.

1. Ilmu Alam.

Ilmu alam, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah

natural science, atau ilmu pengetahuan alam adalah istilah yang digunakan

yang merujuk pada rumpun ilmu dimana obyeknya adalah benda-benda

alam dengan hukum-hukum yang pasti dan umum, berlaku kapan pun

dimana pun. Ilmu alam mempelajari aspek-aspek fisik dan nonmanusia

tentang Bumi dan alam sekitarnya. Ilmu-ilmu alam membentuk landasan

bagi ilmu terapan, yang keduanya dibedakan dari ilmu sosial, humaniora,

teologi, dan seni.

Page 5: Perbedaan Ilmu-ilmu Alam Dan Ilmu-ilmu Sosial Ditinjau Dari Dasar

Matematika tidak dianggap sebagai ilmu alam, akan tetapi

digunakan sebagai penyedia alat/perangkat dan kerangka kerja yang

digunakan dalam ilmu-ilmu alam. Istilah ilmu alam juga digunakan untuk

mengenali “ilmu” sebagai disiplin yang mengikuti metode ilmiah, berbeda

dengan filsafat alam. Di sekolah, ilmu alam dipelajari secara umum di

mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam(biasa disingkat IPA).

Tingkat kepastian ilmu alam relatif tinggi mengingat obyeknya

yang kongkrit, karena hal ini ilmu alam lazim juga disebut ilmu pasti. Di

samping penggunaan secara tradisional di atas, saat ini istilah “ilmu alam”

kadang digunakan mendekati arti yang lebih cocok dalam pengertian

sehari-hari. Dari sudut ini, “ilmu alam” dapat menjadi arti alternatif bagi

biologi, terlibat dalam proses-proses biologis, dan dibedakan dari ilmu

fisik (terkait dengan hukum-hukum fisika dan kimia yang mendasari alam

semesta). Cabang-cabang utama dari ilmu alam, antara laing: Astronomi,

Biologi, Ekologi, Fisika, Geologi, Geografi fisik berbasis ilmu, Ilmu bumi,

dan Kimia.

2. Ilmu Sosial.

Ilmu sosial (Inggris: social science) atau ilmu pengetahuan sosial

adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang

berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. Ilmu ini berbeda

dengan seni dan humaniora karena menekankan penggunaan metode

ilmiah dalam mempelajari manusia, termasuk metoda kuantitatif dan

kualitatif.

Ilmu sosial, dalam mempelajari aspek-aspek masyarakat secara

subjektif, inter-subjektif, dan objektif atau struktural, sebelumnya

dianggap kurang ilmiah bila dibanding dengan ilmu alam. Namun

sekarang, beberapa bagian dari ilmu sosial telah banyak menggunakan

metoda kuantitatif. Demikian pula, pendekatan interdisiplin dan lintas-

disiplin dalam penelitian sosial terhadap perilaku manusia serta faktor

sosial dan 1ingkungan yang mempengaruhinya telah membuat banyak

peneliti ilmu alam tertarik pada beberapa aspek dalam metodologi ilmu

Page 6: Perbedaan Ilmu-ilmu Alam Dan Ilmu-ilmu Sosial Ditinjau Dari Dasar

sosial. Penggunaan metoda kuantitatif dan kualitatif telah makin banyak

diintegrasikan dalam studi tentang tindakan manusia serta implikasi dan

konsekuensinya.

Ilmu-ilmu sosial selama bertahun-tahun telah menjadi arena

sejumlah kritik. Ilmu sosial secara garis besar dianggap sebagai ‘ilmu yang

tidak mungkin’. Argumentasi yang ada melihat bahwa gejala sosial adalah

terlalu rumit untuk diselidiki. Ilmu sosial, yang membahas mengenai

seluruh seluk beluk kehidupan manusia, dianggap tak mampu menangkap

ke-kompleksitas-annya. Manusia memiliki gejala dan perilaku yang selalu

berubah-ubah, inilah yang mendasari munculnya argumentasi tersebut.

Namun, pandangan ini muncul disebabkan oleh kesalahan pada

pemahaman tentang hakekat ilmu.

B. Perbedaan Ilmu-ilmu Alam dengan Ilmu-ilmu Sosial Dilihat dari Dasar

Ontologi.

Persoalan-persoalan metafisis dibedakan menjadi tiga persoalan,

yaitu:  persoalan ontologi, persoalan kosmologi dan persoalan antropologi.

Ahli metafisika berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia

mengenai dunia, termasuk keberadaan, kebendaan, sifat, ruang, waktu,

hubungan sebab akibat, dan kemungkinan. Namun di lapangan, penggunaan

istilah “metafisika” telah berkembang untuk merujuk pada “hal-hal yang di

luar dunia fisika”. “Toko buku metafisika”, sebagai contoh, bukanlah menjual

buku mengenai ontologi, melainkan lebih kepada buku-buku mengenai ilmu

gaib, pengobatan alternatif, dan hal-hal sejenisnya.

Dengan demikian maka metafisika keilmuan yang berdasarkan

kenyataan yang sebagaimana adanya (das Sein) menyebabkan ilmu menolak

premis moral yang bersifat seharusnya (das Sollen). Ilmu justru merupakan

pengetahuan yang biasa dijadikan alat untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang

mencerminkan das Sollen dengan jalan mempelajari das Sein agar dapat

menjelaskan, meramalkan, serta mengontrol gejala alam. Kecenderungan

untuk memaksakan-meramalkan nilai moral secara dogmatik ke dalam

Page 7: Perbedaan Ilmu-ilmu Alam Dan Ilmu-ilmu Sosial Ditinjau Dari Dasar

argumentasi ilmiah akan mendorong ilmu surut ke belakang ke jaman pra-

Copernicus dan mengundang kemungkinan berlangsungnya Inquisisi ala

Galileo pada jaman modern. Namun hal ini jangan ditafsirkan bahwa dalam

menelaah das Sein ilmu terlepas sama sekali dari das Sollen. Kaidah moral ini

menyebutkan bahwa dalam menetapkan objek telaah, kegiatan keilmuwan

tidak boleh melakukan upaya yang bersifat mengubah kodrat manusia,

merendahkan martabat manusia, dan mencampuri permasalahan kehidupan.

Di samping itu, metafisika juga, merupakan suatu kajian tentang

hakikat keberadaan zat, hakikat pikiran, dan hakikat kaitan zat dengan

pikiran. Objek metafisika menurut Aristoteles, ada dua yakni :

1. Ada sebagai yang ada; pengetahuan  yang mengkaji  yang ada itu dalam

bentuk semurni-murninya, bahwa suatu benda itu sungguh-sungguh ada

dalam arti kata tidak terkena perubahan, yang bisa ditangkap panca

indera.

2. Ada sebagai yang illahi; keberadaan yang mutlak, yang tidak bergantung

pada yang lain, yakni Tuhan (illahi berarti yang tidak dapat ditangkap

oleh panca indera).

Sebelum membahas mengenai perbedaan ilmu-ilmu alam dan ilmu-

ilmu sosial dilihat dari dasar ontologi, perlu dideskripsikan terlebih dahulu

mengenai ontologi itu sendiri. Cabang utama metafisika adalah ontologi.

Ontologi merupakan studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan

hubungan antara satu dan lainnya. Istilah “ontologi” berasal dari kata Yunani

‘onta’ yang berarti “yang ada secara nyata”, atau “kenyataan yang

sesungguhnya”. Sedangkan istilah “logi” beasal dari kata Yunani ‘logos’

yang berarti “studi tentang” atau “uraian tentang”.

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno

dan berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang

bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat

ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles. Pada masanya,

kebanyakan orang belum membedakan antara penampakan dengan

kenyataan.

Page 8: Perbedaan Ilmu-ilmu Alam Dan Ilmu-ilmu Sosial Ditinjau Dari Dasar

Ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang

ada. Dalam kaitan dengan ilmu, landasan ontologi mempertanyakan tentang

objek yang ditelaah oleh ilmu, bagaimana wujud hakikinya, serta bagaimana

hubungannya dengan daya tangkap manusia yang berupa berpikir, merasa,

dan meng-indera yang membuahkan pengetahuan. Objek telaah Ontologi

tersebut adalah yang tidak terlihat pada satu perwujudan tertentu, yang

membahas tentang yang ada secara universal, yaitu berusaha mencari inti

yang dimuat setiap kenyataan yang meliputi segala realitas dalam semua

bentuknya.

Adanya segala sesuatu merupakan suatu segi dari kenyataan yang

mengatasi semua perbedaan antara benda-benda dan makhluk hidup, antara

jenis-jenis dan individu-individu. Dari pembahasannya memunculkan

beberapa pandangan yang dikelompokkan dalam beberapa aliran berpikir,

yaitu:

1. Materialisme;

Aliran yang mengatakan bahwa hakikat dari segala sesuatu yang ada itu

adalah materi. Sesuatu yang ada (yaitu materi) hanya mungkin lahir dari

yang ada.

2. Idealisme (Spiritualisme);

Aliran ini menjawab kelemahan dari materialisme, yang mengatakan

bahwa hakikat pengada itu justru rohani (spiritual). Rohani adalah dunia

ide yang lebih hakiki dibanding materi.

3. Dualisme;

Aliran ini ingin mempersatukan antara materi dan ide, yang berpendapat

bahwa hakikat pengada (kenyataan) dalam alam semesta ini terdiri dari

dua sumber tersebut, yaitu materi dan rohani.

4. Agnotisisme;

Aliran ini merupakan pendapat para filsuf yang mengambil sikap skeptis,

yaitu ragu atas setiap jawaban yang mungkin benar dan mungkin pula

tidak.

Page 9: Perbedaan Ilmu-ilmu Alam Dan Ilmu-ilmu Sosial Ditinjau Dari Dasar

Bebarapa pertanyaan sekitar persoalan-persoalan ontologis di

antaranya adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan ada, keberadaan atau eksistensi itu ?

2. Bagaimanakah penggolongan dari ada, keberadaan, atau eksistensi ?

3. Apa sifat dasar (nature) kenyataan atau keberadaan ?

Selanjutnya bagaimana dengan ontologi ilmu atau pengetahuan

ilmiah? Ontologi Ilmu adalah mengkaji apa hakikat ilmu atau pengetahuan

ilmiah  yang seringkali secara populer banyak orang menyebutnya dengan

ilmu pengetahuan, apa hakikat kebenaran rasional atau  kebenaran deduktif

dan kenyataan  empiris  yang tidak terlepas dari persepsi  ilmu  tentang apa

dan bagaimana (yang) “Ada” itu (being Sein, het zijn) (diunduh dari

http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ontologi&action, diakses pada

Kamis, 27 September 2012).

Ontologi ilmu membatasi diri pada ruang kajian  keilmuan yang bisa

dipikirkan manusia secara rasional dan yang bisa diamati melalui panca

indera manusia.  Wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan pengetahuan

ilmiah manusia. Sementara kajian objek penelaah yang berada dalam batas

prapengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pasca pengalaman (seperti

surga dan neraka)  menjadi ontologi dari pengetahuan lainnya di luar ilmu.

Ilmu adalah bagian kecil dari serangkaian  pengetahuan yang dapat

ditemukan dan dipelajari serta dibutuhkan dalam mengatasi berbagai dilema

dunia  dan isinya. Dengan kata lain ilmu  yang banyak orang mengatakan

dengan sebutan pengetahuan ilmiah, hanya merupakan salah satu

pengetahuan dari sekian banyak pengetahuan yang mencoba menelaah

kehidupan, dengan melakukan berbagai penafsiran tentang hakikat realitas

dari objek ontologi (diunduh dari http://id.wikipedia.org/w/index.php?

title=Ontologi&action, diakses pada Kamis, 27 September 2012).

Hakekat kenyataan atau realitas memang bisa didekati ontologi

dengan dua macam sudut pandang, yakni:

1. Kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal

atau jamak.

Page 10: Perbedaan Ilmu-ilmu Alam Dan Ilmu-ilmu Sosial Ditinjau Dari Dasar

2. Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas)

tersebut memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki

warna kehijauan, bunga mawar yang berbau harum.

Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang

mempelajari realitas atau kenyataan konkret secara kritis. Dalam mengkaji

ilmu dapat berpangkal dari beberapa aliran dalam bidang ontologi, yakni

realisme, naturalisme, empirisme. Ilmu merupakan pengetahuan yang

mencoba menafsirkan alam ini sebagaimana adanya.

Menganalisis tentang masalah perbedaan ilmu-ilmu alam dengan

ilmu-ilmu sosial ditinjau dari segi ontologi, perlu diwacanakan tentang

kriteria ilmu sebagai latar dari kajian. Ilmu merupakan pengetahuan yang

diatur secara sistematis dan langkah-langkah pencapaiannya

dipertanggungjawabkan secara teoritis. Ilmu pengetahuan juag memiliki ciri-

ciri yang umum yaitu memiliki objek, metode, sistematis, dan kriteria

kebenaran. Kajian ontologi dalam filsafat ilmu berhubungan dengan telaah

terhadap ilmu yang menyelidiki landasan suatu ilmu yang menanyakan apa

asumsi ilmu terhadap objek material dan objek formal, baik bersifat fisik atau

kejiwaan.

Ilmu berkembang pesat seiring dengan penambahan jumlah cabang-

cabangnya. Hasrat untuk menspesialisasikan diri pada satu bidang telaah yang

memungkinkan analisis yang makin cermat dan seksama, menyebabkan objek

formal dari disiplin keilmuan menjadi kian terbatas. Pada dasarnya cabang-

cabang ilmu tersebutberkembangd ari dua cabang utama, yakni filsafat alam

yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam (the natural sciences) dan

filsafat moral yang kemudian berkembang kedalam cabang ilmu-ilmu sosial

atau the sosial sciences (Jujun S. Suriasumantri, 2005: 93).

Ilmu-ilmu alam membagi diri dalam dua kelompok lagi, yakni ilmu

alam (the physical sciences) dan ilmu hayat (the biological sciences). Ilmu

alam bertujuan mempelajari zat yang membentuk alam semesta, sedangkan

ilmu alam kemudian bercabang lagi menjadi fisika (mempelajari massa dan

energi); kimia (mempelajari substansi zat); astronomi (mempelajari benda-

Page 11: Perbedaan Ilmu-ilmu Alam Dan Ilmu-ilmu Sosial Ditinjau Dari Dasar

benda langit); ilmu bumi yang mempelajari bumi (Jujun S. Suriasumantri,

2005: 93). Tiap-tiap cabang kemudian membuat ranting-ranting baru, seperti

fisika berkembang menjadi mekanika, hidrodinamika, kelistrikan, fisika

nuklir, dan kimia fisik.

Jujun S. Suria sumantri menyatakan (2005: 94), ilmu murni

merupakan kumpulan teori-teori ilmiah yang bersifat dasar dan teoritis, yang

belum dikaitkan dnegan masalah-masalah kehidupan yang bersifat praktis.

Ilmu terapan merupakan aplikasi ilmu murni kepada masalah-masalah

kehidupan yang mempunyai manfaat praktis.

Ilmu-ilmu sosial berkembang agak lambat dibanding dnegan ilmu-

ilmu alam. Pada pokoknya terdapat cabang utama ilmu-ilmu sosial, antara

lain:

a. Antropologi, yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis

tertentu.

b. Ekonomi, yang mempelajari produksi dan pembagian kekayaan dalam

masyarakat.

c. Geografi, yang mempelajari lokasi dan variasi keruangan atas fenomena

fisik dan manusia di atas permukaan bumi.

d. Hukum, yang mempelajari sistem aturan yang telah dilembagakan.

e. Linguistik, yang mempelajari aspek kognitif dan sosial dari bahasa.

f. Pendidikan, yang mempelajari masalah yang berkaitan dengan belajar,

pembelajaran, serta pembentukan karakter dan moral.

g. Politik, yang mempelajari pemerintahan sekelompok manusia (termasuk

negara).

h. Psikologi, yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.

i. Sejarah, yang mempelajari masa lalu yang berhubungan dengan umat

manusia.

j. Sosiologi, yang mempelajari masyarakat dan hubungan antar manusia

didalamnya.

Cabang utama ilmu-ilmu sosial ini kemudian mempunyai cabang-

cabang lain, sebagai contoh antropologi, terpecah menjadi lima, yakni:

Page 12: Perbedaan Ilmu-ilmu Alam Dan Ilmu-ilmu Sosial Ditinjau Dari Dasar

arkeologi, antropologi fisik, linguistik, etnologi, dan antropologi

sosial/kultural.

C. Perbedaan Ilmu-ilmu Alam dengan Ilmu-ilmu Sosial Dilihat dari Dasar

Epistemologi.

Objek telaah epistemologi adalah mempertanyakan bagaimana

sesuatu itu datang dan bagaimana mengetahuinya, bagaimana membedakan

dengan yang lain. Jadi berkenaan dengan situasi dan kondisi ruang serta

waktu tentang sesuatu hal. Landasan epistemologi adalah proses apa yang

memungkinkan mendapatkan pengetahuan logika, etika, estetika, bagaimana

cara dan prosedur memperoleh kebenaran ilmiah, kebaikan moral dan

keindahan seni, serta apa definisinya. Epistemologi moral menelaah evaluasi

epistemik tentang keputusan moral dan teori-teori moral. Dalam epistemologi

muncul beberapa aliran berpikir, yaitu:

1. Empirisme;

Yang berarti pengalaman (empeiria), dimana pengetahuan manusia

diperoleh dari pengalaman inderawi.

2. Rasionalisme;

Tanpa menolak besarnya manfaat pengalaman indera dalam kehidupan

manusia, namun persepsi inderawi hanya digunakan untuk merangsang

kerja akal. Jadi akal berada diatas pengalaman inderawi dan menekankan

pada metode deduktif.

3. Positivisme;

Merupakan sistesis dari empirisme dan rasionalisme. Dengan mengambil

titik tolak dari empirisme, namun harus dipertajam dengan eksperimen,

yang mampu secara objektif menentukan validitas dan reliabilitas

pengetahuan.

4. Intuisionisme;

Intuisi tidak sama dengan perasaan, namun merupakan hasil evolusi

pemahaman yang tinggi yang hanya dimiliki manusia. Kemampuan ini

yang dapat memahami kebenaran yang utuh, yang tetap dan unik.

Page 13: Perbedaan Ilmu-ilmu Alam Dan Ilmu-ilmu Sosial Ditinjau Dari Dasar

Epistemologi atau teori pengetahuanmembahas secara mendalam

segenap proses yang terlibat dalam usaha untuk memperoleh pengetahuan.

Ilmu merupakan pengetahuan yang didapat melalui proses tertentu yang

dinamakan metode keilmuan. Metode inilah yang membedakan ilmu dnegan

buah pemikiran yang lainnya (Jujun S. Suriasumantri, 2006: 9).

Munculnya persoalan epistemologi bukan mengenai suatu prosedur

penyelidikan ilmiah, tetapi dengan mempertanyakan “mengapa prosedur ini,

bukan yang lain”. Dalam konteks ilmu sosial, filsafat mempertanyakan

metode dan prosedur yang dipergunakan peneliti sosial, dari disiplin ilmu

sosial. Ilmu alam memang terkait secara pokok dalam positivistik,

mempelajari sesuatu yang obyektif, tidak hidup , dan dunia fisik. Kajian

masyarakat, hasil akal manusia, adalh subjektif, emotif bersifat subjektif.

Tingkah laku masyarakat adalah selalu mengandung nilai, dan pengetahuan

reliabel tentang kebudayaan, hanya dapat digapai dengan cara mengisolasi

ide-ide umum, opini atau tujuan khusus masyarakat. Hal tersebut membuat

tindakan sosial adalah penuh makna subjektif.

Alat untuk memperoleh pengetahuan sangat tergantung dari asumsi

terhadap objek. Demikian juga telaah dalam filsafat ilmu, sarana dan lat untuk

memproses ilmu harus konsisten dengan karakter objek material ilmu.

Berdasarkan kondisi tersebut terdapat perbedaan paradigma yang disebabkan

oleh karakter objek yang berbeda. Misalnya antara ilmu alam dan ilmu

sosialyang terdapat perbedaan metode dan sarana yang dipakai. Objek

material adalah bahan yang dijadikan sasaran penyelidikan (misalnya: ilmu

kedokteran, ilmu sastra, psikologi), sedangkan objek formal adalah sudut

pandang tertentu terhadap objek materialnya, misalnya ilmu kedokteran,

objek formalnya keadaan fisik manusia.

Keabsahan yang merupakan bukti bahwa suatu ilmu adalah benar

secara epistemologis bukanlah sesuatu yang didatangkan dari luar, melainkan

hasil penyelidikan. Oleh karena itu masalah keabsahan apakah ukurannya

cocok, tergantung pada metode dan karakter objek, sehingga jenis ilmu yang

Page 14: Perbedaan Ilmu-ilmu Alam Dan Ilmu-ilmu Sosial Ditinjau Dari Dasar

satu dan lainnya tidak sama. Dengan kata lain, seseorang tidak bisa menguji

metode dan hasil ilmu yang satu dengan menggunakan ilmu yang lainnya.

Kajian tersebut dapat menjadi dasar perbedaan ilmu-ilmu alam dan

sosial berdasarkan perspektif epistemologi, yaitu:

1. Ilmu-Ilmu Alam.

Ilmu alam merupakan ilmu yang mempelajari objek-objek

empiris di alam semesta ini. Ilmu alam mempelajari berbagai gejala dan

peristiwa yang mempunyai manfaat bagi kehidupan manusia. Berdasarkan

objek telaahnya, maka ilmu dapat disebut sebagai pengetahuan empiris.

Objek-objek yang berada di luar jangkauan pengalaman manusia tidak

termasuk bidang penalaahan ilmu (Yuyun S, 1981: 6).

Ilmu alam mempunyai asumsi mengenai objek, antara lain:

a. Menganggap objek-objek tertentu mempunyai keserupaan satu sama

lain, yaitu dalam hal bentuk struktur dan sifat, sehingga ilmu tidak

berbicara mengenai kasus individual, melainkan suatu kelas tertentu.

b. Menganggap bahwa suatu benda tidak mungkin mengalami

perubahan dalam jangka waktu tertentu. Kelestarianrelatif dalam

jangka waktu tertentu ini memungkinkan dilakukan pendekatan

keilmuan terhadap objek yang sedang diselidiki.

c. Menganggap tiap gejala bukan merupakan suatu kejadian yang

bersifat kebetulan, tiap gejala mempunyai pola tertentu yang bersifat

tetap dan urut-urtan kejadian yang sama (Yuyun S, 1981: 7).

Dalam pandangan empirisme ilmu tidak menuntut adanya

hubungan kausalitas yang mutlak, sehingga suatu kejadian tertentu harus

diikuti oleh kejadian yang lain. Ilmu tentang objek empiris pada dasarnya

merupakan abstraksi yang disederhanakan. Hal ini perlu karena kejadian

alam sangat kompleks. Kegiatan yang dilakukan dalam ilmu alam tidak

merupakan objek penelitian ilmu alam, sebab praktik ilmu alam

merupakan suatu aktivitas manusia yang khas. Manusia memang dapat

terlibat sebagai subjek dan sebagai objek. Ini artinya, manusia

memprakteki dan diprakteki.

Page 15: Perbedaan Ilmu-ilmu Alam Dan Ilmu-ilmu Sosial Ditinjau Dari Dasar

2. Ilmu-Ilmu Sosial.

Ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari manusia dalam segala

aspek hidupnya, ciri khasnya, tingkah lakunya, baik perseorangan maupun

bersama, dalm lingkup kecil maupun basar. Objek ilmu sosial lain sama

sekali dengan objek material ilmu alam. Onjek material dalam ilmu sosial

adalah berupa tingkah laku dalam tindakan yang khas manusia, bebas, dan

tidak deterministik.

Kajian yang berbeda-beda terhadap ilmu, merupakan konsekuensi

dari perbedaan objek formal. Objek ilmu sosial yaitu manusia sebagai

keseluruhan. Penelitian dalam ilmu sosial juga meimbulkan perbedaan

pendekatan. Dalam ilmu sosial, praktek ilmiah sebagai aktivitas

manusiawi merupakan juga objek penelitian manusia, misalnya

psikologi, sosiologi, dan sejarah. Klaim terhadap ilmu-ilmu sosial kadang

dinilai gagal dalam menangkap kekomplekan gejala, didasarkan pada

kegagalan dalam membedakan antara pernyataan beserta sistematika yang

dipakai, dengan gejala sosial yang dinyatakan oleh pernyataan tersebut.

Tidak senua argumentasi tentang kerumitan gejala sosial, yang

menyebabkan ketidakmungkinan ilmu-ilmu sosial. Rangkaian

argumentasi yang lain, didasarkan pada tuduhan bahwa metode keilmuan

tidak mampu untuk menangkap “keunikan” gejala sosial dan manusiawi.

Penelaahna ssosial tertarik pada keunikantiap-tiap kejadian sosial, padahal

metode keilmuan hanya mampu mensitematikakan berdasarkan

genaralisasi, maka keadaan ini menyebabkan harus ditetapkannya metode

yang lain dalam ilmu-ilmu sosial (Jujun S. Suriasumantri, 2006: 143).

Objek penelaahan ilmu sosial mempunyai karakter (Jujun S.

Suriasumantri, 2006: 134), sebagai berikut:

a. Objek penelaahan yang kompleks.

Gejala sosial lebih kompleks dibandingkan dnegan gejala

alam. Ahli ilmu alam berhubungan dengan satu jenis gejala, yakni

gejala yang bersifat fisik. Gejala sosial juga mempelajari karakter

fisik, namun diperlukan penjelasan yang lebih dalam untuk mampu

Page 16: Perbedaan Ilmu-ilmu Alam Dan Ilmu-ilmu Sosial Ditinjau Dari Dasar

menerangkan gejala tersebut. Guna menjelaskan hal ini berdasarkan

hukum-hukum seperti yang terdapat dalam ilmu alam, tidaklah

cukup.

Ahli ilmu alam berhubungan dengan gejala fisik yang

bersifat umum. Penelaahannya meliputi beberapa variabel dalam

jumlah yang relatif kecil, yang dapat diukur secara tepat. Ilmu-ilmu

sosial mempelajari manusia selaku perseorangan maupun selaku

anggota dari suatu kelompok sosial yang menyebabkan situasi yang

bertambah rumit. Variabel dalam penelaahan sosial adalah relatif

banyak, terkadang membimbingkan peneliti.

Apabila seorang ahli kimia mencampurkan dua buah zat

kimia dan meledak, hal itu dapat dijelaskan dnegan tepat dalam ilmu

alam. Namun apabila terjadi kejahatan, maka kajiannya terdapat

faktoryang banyak sekali untuk dijelaskan. Tingkat-timgkat kejadian

suatu peristiwa sosial selalu menyulitkan ahli ilmu sosial untuk

menetapkan aspek-aspek apa saja yang terlibat, pola pendekatan

mana yang paling tepat, dan variabel-variabel apa saja yang termasuk

didalamnya.

b. Kesukaran dalam pengamatan.

Pengamatan langsung gejala sosial lebih sulit dibandingkan

dengan gejal ilmu-ilmu alam. Ahli ilmu sosial tidak mungkin melihat,

mendengar, meraba, mencium, atau mengecap gejala yang sudah

terjadi di masa lalu. Seorang ahli pendidikan yang sedang

mempelajari sistem persekolahan di jaman penjajahan, tidak dapat

melihat sendiri kejadian-kejadian pada masa tersebut. Keadaan ini

berbeda dengan seoramng ahli kimia yang bisa mengulang kejadian

yang sama setiap waktu dan mengamati suatu kejadian tertentu secara

langsung.

c. Objek penelaahan yang tidak terulang.

Gejala fisik pada umumnya bersifat seragam, dan gejala

tersebut dapat diamati sekarang. Gejala sosial banyak yang bersifat

Page 17: Perbedaan Ilmu-ilmu Alam Dan Ilmu-ilmu Sosial Ditinjau Dari Dasar

unik dan sukar untu terulang kembali. Abstraksi secara tepat dapat

dilakukan terhadap gejal fisik melalui perumusan kuantitatif dan

hukum yang berlaku umum. Masalah sosial sering kali bersifat

spesifik dan konteks historis tertentu. Kejadian tersebut bersifat

mandiri. Bervariasinya kejadian-kejadian sosial, ditambah dnegan

sulitnya pengamatan secara langsung waktu penelaahan dilaksanakan

menyebabkan sukarnya mengembangkan dan menguji hukum-hukum

sosial.

d. Hubungan antara ahli dan objek penelaahan sosial.

Gejala fisik seperti unsur kimia bukanlah suatu individu,

melainkan barang mati. Ahli imu alam tidak perlu memperhitungkan

tujuan atau motif dari planet. Ahli sosial mempelajari manusia yang

merupakan makhluk yang penuh tujuan dalam tingkah laku. Manusia

bertindak sesuai dengan keinginannya dan mempunyai kemampuan

untuk melakukan pilihan atas tindakan yang akan diambilnya. Hal ini

menyebabkan manusia dapat melakukan perubahan dalam

tindakannya. Kondisi ini menyebabkan objek penelaahan ilmu sosial

sangat dipengaruhi oleh keinginan dan pilihan manusia, maka gejala

sosial berubah secara tetap sesuai dengan tindakan manusia yang

didasari keinginan dan pilihan tersebut.

Ahli ilmu alam menyelidiki proses alami dan menyusun

hukum yang bersifat umum mengenai proses. Ahli alam tidak

bermaksud untuk mengubah alam atau harus setuju dengan proses

tersebut. Ahli ilmu alam hanya berharap bahwa pengetahuan

mengenai gejala fisik dan alam akan memungkinkan manusia untuk

memanfaatkan proses alam. Ahli ilmu soaisl tidaklah bersikap

sebagai penonton yang menyaksikan suatu proses kejadian sosial.

Ahli ilmu alam mempelajari fakta dan memusatkan

perhatiaanya pada keadaan yang terjadi pada alam. Ahli ilmu sosial

juga mempelajari fakta, umpamanya mengenai kondisi-kondisi yang

terdapat dalam suatu masyarakat. Namun demikian, terkadang

Page 18: Perbedaan Ilmu-ilmu Alam Dan Ilmu-ilmu Sosial Ditinjau Dari Dasar

peneliti mengembangakan materi berdasarkan penemuannya tersebut,

untuk dapat diaplikasikan kepada masyarakat.

Perbedaan-perbedaan secara epistemologi tersebut dapat dijadikan

asumsi bahwa pada pengkajian ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial tidak

dapat disamakan. Metode dalam pengkajian ilmu-ilmu alam berbeda

objeknya, sehingga akan menyebabkan perbedaan cara pengkajian.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ditinjau dari perspektif ontologi, perbedaan ilmu- ilmu alam dan

sosial yakni, ilmu-ilmu alam merupakan cabang dari filsafat alam (the

natural sciences), sedangkan ilmu-ilmu sosial merupakan cabang dari

filasafat moral (the social sciences). Ilmu-ilmu alam kemudia terbagi

menjadi ilmu alam dan ilmu hayat. Ilmu alam terbagi lagi menjadi fisika,

kimia, astronomi, dan ilmu bumi. Ilmu-ilmu sosial terbagi menjadi

antropologi, psikologi, ekonomi, sosiologi, dan ilmu politik.

Ditinjau dari perspektif epistemologi, perbedaan ilmu-ilmu alam

dan sosial terletak pada penggunaan prosedur ilmiah. Ilmu alam terkait

secara pokok dengan positivistik, mempelajari yang objektif, tidak hidup,

dan dunia fisik. Objek ilmu alam dianggap serupa, tidak mengalami

perubahan dalam jangka tertentu, dan setiap gejala terpola. Ilmu-ilmu

sosial merupakan hasil akal manusia, subjektif, dan emotif. Objek material

ilmu sosial ialah tingkah laku khas manusia dan tidak deterninistik.

B. Implikasi

Pengetahuan tentang perbedaan ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu

sosial ditinjau dari aspek ontologis, memberi pemahaman bahwa ilmu

alam dan ilmu soisal tersegmentasi dalam karakter yang sama. Perbedaan

secara ontologis menjadikan kejelasan batasan mengenai karakter ilmu

yang lebih bersifat ilmu alam atau ilmu sosial.

Page 19: Perbedaan Ilmu-ilmu Alam Dan Ilmu-ilmu Sosial Ditinjau Dari Dasar

Tinjauan epistemologi tentang perbedaan ilmu-ilmu alam dan

sosial, memberikan wacana tentang metode yang digunakan dalam

mengkaji masalah ilmu alam dan ilmu sosial. Metode yang digunakan

harus disesuaikan dengan karakter objeknya, baik ilmu alam maupun ilmu

sosial. Ketepatan metode menjadikan ilmu dapat dikaji secara benar.

C. Saran

Pemahaman secara ontologis antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-

ilmu sosial penting dilakukanoleh berbagai pihak, karena dengan kajian

tersebut dapat memberi penjelasan batasan-batasan antara keduanya. Di

lain sisi, pengetahuan tantang batasan epistemologi juga perlu dipahami,

oleh berbagai pihak agar tidak salah dalam menganalisis ilmu-ilmu alam

dan ilmu-ilmu sosial dengan penggunaan metode yang tidak tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Jujun S. Suriasuamantri. 2005. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan.

___________________. 2006. Ilmu Dalam Perspektif Sebuah Kumpulan dan

Karangan tentang Hakekat Ilmu. Yogyakarta: Liberty.

Yuyun S. 1981. Ilmu dalam perspektif. Yogyakarta: Gramedia.

Sumber Internet:

Supri Hartanto. Pembedaan IPA dan IPS dalam Perspektif Ontologi dan

Epistemologi. 2010. Diunduh dari

http://mkalahmu.wordpress.com/2010/11/03/perbedaan-ipa-dan-ips-

epistemologi.html, diakses pada Senin, 29 Oktober 2012.

Page 20: Perbedaan Ilmu-ilmu Alam Dan Ilmu-ilmu Sosial Ditinjau Dari Dasar

Nadiroh. Modul Filsafat Ilmu. 2011. Diunduh dari

http://profnadiroh.wordpress.com/2011/04/11/ontologi-epistemologi-

dan-aksiologi/, diakses pada Senin, 29 Oktober 2012.

Wikipedia. Epistemologi dan Ontologi. 2012. Diunduh dari

http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Epistemologi&action,

diakses pada Senin, 29 Oktober 2012.

Wibowo. Pengertian Ilmu, Alsiologi, Nilai, dan Etika. 2009. Diunduh dari

http://mswibowo.blogspot.com/2009/01/aksiologi-nilai-dan-etika.htm,

diakses pada Senin, 29 Oktober 2012.

Anonim. Pengantar Filsafat Ilmu. 2010. Diunduh dari

http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/1871556-

pengantar-filsafat/, diakses pada Selasa, 30 Oktober 2012.

Dewi Firmayanti. Filsafat Ilmu. 2011. Diunduh dari

http://dewifirmayanti.blogdetik.com/2011/12/20/filsafat-ilmu/, diakses

pada Selasa, 30 Oktober 2012.