perbedaan profil disolusi kurkumin dalam sistem … · “pengaruh pembawa terhadap profil disolusi...
TRANSCRIPT
-
PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM
DISPERSI PADAT EKSTRAK KUNYIT DENGAN VARIASI RASIO
POLOXAMER 407 / MANITOL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Antonia Puji Widiastuti
NIM : 148114117
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
i
HALAMAN JUDUL
PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM
DISPERSI PADAT EKSTRAK KUNYIT DENGAN VARIASI RASIO
POLOXAMER 407 / MANITOL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Antonia Puji Widiastuti
NIM : 148114117
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada :
Tuhan Yesus sumber kekuatan dan pengharapanku
Orang tua serta keluarga yang kukasihi
Sahabat-sahabat
dan Almamater tercinta Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vii
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, kasih dan
penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Perbedaan Profil Disolusi Kurkumin dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak
Kunyit dengan Variasi Rasio Poloxamer 407 / Manitol” guna memenuhi salah
satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Farmasi (S. Farm.) Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi ini merupakan bagian dari
penelitian Ibu Dr. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt. Yang berjudul “Pengaruh
Pembawa terhadap Profil Disolusi Kurkumin dalam Dispersi Padat Ekstrak
Kunyit dengan Berbagai Pembawa dan Kajian Stabilitas Kurkumin” berdasar SK
No. Far/055/V/2018/ST/D.
Penulis menyadari bahwa dalam melaksanakan penelitian sampai
penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis hendak mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Aris Widayati, M.Si., PhD., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Dr. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt. selaku dosen pembimbing utama
atas segala bimbingan, kritik, dan saran mulai dari penyusunan
proposal, proses penelitian, hingga penyusunan naskah skripsi serta
dukungan dalam bentuk penyediaan alat dan bahan dalam penelitian.
3. Dr. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt. selaku dosen pembimbing utama
yang telah mengizinkan untuk mengikuti penelitian payung
“Pengaruh Pembawa terhadap Profil Disolusi Kurkumin dalam
Dispersi Padat Ekstrak Kunyit dengan Berbagai Pembawa dan Kajian
Stabilitas Kurkumin”.
4. Beti Pudyastuti, M.Sc., Apt. selaku dosen penguji atas segala
bantuan, kritik dan saran selama proses penyusunan proposal dan
naskah skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
viii
5. Dr. Agatha Budi Susiana Lestari, Apt. selaku dosen penguji atas
segala bantuan, kritik dan saran selama proses penyusunan proposal
dan naskah skripsi.
6. Seluruh dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma atas
semua bimbingan, pengajaran, serta ilmu yang telah diberikan kepada
penulis selama masa perkuliahan.
7. Mas Bima Widura, Bapak Wagiran, Bapak Musrifin, Mas Bimo
Putranto, Pak Parlan, Mas Kunto, Mas Agung dan seluruh laboran
yang telah membantu dan mendukung penulis selama proses
penelitian.
8. PT. Phytochemindo Reksa sebagai supplier ekstrak kunyit.
9. Keluarga tercinta Bapak Dalija, Ibu Yuliana, Mba Ria, Mas Adi, Mas
Siswono, Mba Sasa, Kenzie, Keyla, dan Evan sebagai penghibur,
pendoa, pendengar, dan penyemangat bagi penulis.
10. Teman-teman seperjuangan dalam penelitian, Astrid, Retta, Christine,
Venty, Fafa, Billy, Indrie, Ayu, dan Sastira yang saling membantu
dan menguatkan satu sama lain dalam suka maupun duka.
11. Teman-teman FSM 2014 terutama keluarga FSM C 2014 untuk cerita
dan cintanya.
Penulis menyadari bahwa naskah skripsi ini masih belum sempurna
sehingga penulis memohon maaf atas segala kekurangan tersebut dan
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna mengembangkan karya
yang lebih baik lagi. Akhir kata, penulis berharap agar karya penelitian ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Yogyakarta, 8 Mei 2018
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
ix
“PERBEDAAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM SISTEM
DISPERSI PADAT EKSTRAK KUNYIT DENGAN VARIASI RASIO
POLOXAMER 407 / MANITOL”
Antonia Puji Widiastuti
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia
ABSTRAK
Kurkumin merupakan salah satu senyawa utama yang berasal dari
ekstrak kunyit (Curcuma longa L.) yang memiliki banyak manfaat dalam industri
makanan dan memiliki aktifitas farmakologis seperti anti inflamasi, anti depresan,
anti poliferatif, dan antioksidan. Kurkumin termasuk dalam obat BCS kelas II
yang memiliki kelarutan rendah tetapi permeabilitas yang tinggi. Disolusi obat
merupakan rate limiting step dari bioavailabilitas obat BCS kelas II. Oleh karena
itu perlu adanya upaya untuk meningkatkan disolusi agar bioavailabilitas obat
meningkat yaitu dengan metode dispersi padat (DP).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan profil disolusi
kurkumin dalam DP ekstrak kunyit dengan berbagai rasio poloxamer 407 /
manitol. DP ekstrak kunyit / poloxamer 407 / manitol dibuat dengan proporsi
ekstrak kunyit sebesar 30% (1:9; 2:8; 3:7) dengan metode penguapan pelarut
menggunakan rotary evaporator dan oven. Hasil penelitian ini menunjukan
formulasi DP ekstrak kunyit / poloxamer 407 / manitol dapat meningkatkan
disolusi kurkumin dibandingkan dengan campuran fisik dan terdapat perbedaan
nilai disolusi efisiensi (DE) antar formula DP (p value < 0,05). DP dengan rasio
poloxamer 407: manitol sebesar 3:7 menunjukkan DE180 paling tinggi yaitu 45,5 ±
0,8 %. Semakin besar rasio poloxamer 407 terhadap manitol, maka semakin besar
disolusi kurkuminnya.
Kata kunci : kurkumin, dispersi padat, manitol, poloxamer 407, disolusi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
x
THE DIFFERENCES OF CURCUMIN DISSOLUTION PROFILE IN
TUMERIC EXTRACT SOLID DISPERSION SYSTEM WITH
VARIANCE OF POLOXAMER 407/MANNITOL RATIOS
Antonia Puji Widiastuti
Faculty of Pharmacy, University of Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia
ABSTRACT
Curcumin is one of the main compounds derived from turmeric extract
(Curcuma longa L.) that has many benefits in the food industry and
pharmacological activities such as anti-inflammatory, anti-depressant, anti-
poliferative, and antioxidant. Curcumin belongs to BCS class II drugs that is
poorly water-soluble but high permeability. Drug dissolution is the rate limiting
step of bioavailability BCS class II drug. Therefore, the enhancement of
dissolution rate is required for improved drug bioavailability. Among several
methods, solid dispersion (SD) is one of the methods to increase curcumin
dissolution.
This study aims to determine the difference of curcumin dissolution
profile in SD of turmeric extract with various ratios among poloxamer 407 and
mannitol. SD turmeric extract / poloxamer 407 / mannitol was prepared with the
proportion of tumeric extract of 30% (1:9; 2:8; 3:7) by solvent evaporation
method using rotary evaporator and oven. The results of this study showed that
the formulation of SD extract of turmeric / poloxamer 407 / mannitol can increase
the curcumin dissolution compared to the physical mixture and there is difference
of dissolution efficiency (DE) value between SD formulas (p value
-
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... ii
PENGESAHAN SKRIPSI BERJUDUL ...............................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................... vi
PRAKATA ........................................................................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................................ ix
ABSTRACT ........................................................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ..............................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv
PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
METODE PENELITIAN ....................................................................................... 3
Alat dan Bahan .................................................................................................. 3
Pembuatan Larutan Baku Kurkumin ................................................................. 3
Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum ........................................ 4
Pembuatan Kurva Baku Kurkumin ................................................................... 4
Verifikasi Metode Analisis ................................................................................ 5
Pembuatan Dispersi Padat ................................................................................. 5
Pembuatan Campuran Fisik ............................................................................... 6
Pembuatan Medium Disolusi ............................................................................ 7
Uji Drug Load ................................................................................................... 7
Uji Kelarutan ..................................................................................................... 7
Uji Disolusi ........................................................................................................ 7
Analisis Data .................................................................................................... 8
HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 8
Verifikasi Metode Analisis ................................................................................ 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xii
Uji Drug Load ................................................................................................. 11
Uji Kelarutan ................................................................................................... 11
Uji Disolusi ...................................................................................................... 13
KESIMPULAN .................................................................................................... 15
SARAN ................................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17
LAMPIRAN ......................................................................................................... 21
BIOGRAFI PENULIS ......................................................................................... 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Perbandingan Formula Dispersi Padat...................................................... 6
Tabel II. Data Akurasi dan Presisi ....................................................................... 10
Tabel III. Data Hasil Uji Drug Load CF dan DP ................................................. 11
Tabel IV. Data Hasil Uji Kelarutan CF dan DP ................................................... 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kurva Baku Kurkumin dalam Medium Disolusi ................................. 9
Gambar 2. Kurva Rata - Rata Persen Terdisolusi vs Waktu ................................ 13
Gambar 3. Grafik Perbandingan DE Menit ke-180 ............................................. 14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Certificate of Analysis (CoA) Ekstrak Kunyit ...................................... 21
Lampiran 2. Product Information Standar Kurkumin ........................................ 22
Lampiran 3. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum .................................... 23
Lampiran 4. Summary Output Regression Statistic Kurva Baku Medium .......... 27
Lampiran 5. Kurva Baku Kurkumin dalam Metanol ........................................... 27
Lampiran 6. Summary Output Regression Statistic Kurva Baku Metanol........... 27
Lampiran 7. Tabel Association of Official Analytical Chemist (AOAC) ............ 28
Lampiran 8. Penetapan Kadar Kurkuminoid pada Serbuk Ekstrak Kunyit ........ 28
Lampiran 9. Penimbangan Kapsul Uji Disolusi ................................................... 29
Lampiran 10. Perhitungan Rendemen .................................................................. 29
Lampiran 11. Data Disolusi DP dan CF............................................................... 29
Lampiran 12. Parameter Uji Disolusi................................................................... 30
Lampiran 13. Statistika Kelarutan........................................................................ 31
Lampiran 14. Statistika DE menit ke 180 CF dan DP ......................................... 35
Lampiran 15. Dokumentasi Uji Disolusi CF dan DP .......................................... 39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
1
PENDAHULUAN
Kurkuminoid yang terkandung dalam kunyit (Curcuma longa L.) terdiri
dari kurkumin (60-80%), demetoksikurkumin (15-30%), dan bis-
demetoksikurkumin (2-6%) (Rohman, 2012). Beberapa penelitian secara in vitro
dan in vivo menunjukan bahwa kurkumin memiliki beberapa manfaat kesehatan
seperti anti inflamasi (Teixeira et al., 2016), anti depresan (Mendonça et al. 2015),
anti poliferatif (Yue et al., 2011), dan antioksidan (Naama et al., 2013). Kurkumin
termasuk dalam klasifikasi obat Biopharmaceutics Classification System (BCS)
kelas II yang memiliki kelarutan yang rendah dalam air namun memiliki
permeabilitas yang tinggi (Wan et al., 2012). Rendahnya kelarutan kurkumin
menyebabkan kurangnya disolusi dan rendahnya bioavailabilitas (Modasiya and
Patel, 2012; Mendonca et al., 2015). Berdasarkan permasalahan tersebut,
beberapa metode telah dikembangkan untuk meningkatkan kelarutan serta
biovailabilitas seperti formasi garam, mikronisasi, penambahan pelarut, atau
surfaktan dan dispersi padat (Modasiya and Patel, 2012; Mogal et al., 2012),
nanokristal, emulsi, liposome, self-assemblies, dan nanogels (Jager et al., 2014).
Pada penelitian ini dilakukan formulasi dispersi padat yang diharapkan
dapat meningkatkan kelarutan dan bioavailabilitas kurkumin. Menurut Chiou dan
Reigelman, dispersi padat merupakan suatu dispersi dari satu atau lebih zat aktif
dalam suatu pembawa hidrofilik inert atau matriks padat yang dipreparasi dengan
menggunakan metode pemanasan (fusion), pelarutan, atau metode pemanasan-
pelarutan (Krishnamoorthy, Priya and Prasad, 2012; Bhowmik et al., 2013).
Konsep dispersi padat telah berhasil diaplikasikan pada formulasi oral yang
mengandung obat dengan kecenderungan memiliki kristalisasi tinggi (Baghel,
Cathcart and Reilly, 2016).
Dalam pembuatan dispersi padat perlu dilakukan pemilihan pembawa
untuk meningkatkan stabilitasnya (Huang and Dai, 2014). Berdasarkan hasil
penelitian Kakran (2013) menyatakan bahwa sistem ternary dispersi padat
menggunakan pembawa PEG, PVP dan poloxamer 407 memiliki peningkatan
disolusi lebih tinggi dibandingkan dengan sistem dispersi binary (Kakran et al.,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
2
2013). Oleh karena itu digunakan manitol sebagai pembawa hidrofilik dan
poloxamer 407 sebagai surfaktan yang dapat meningkatkan disolusi kurkumin.
Manitol merupakan salah satu senyawa turunan gula, berfungsi sebagai
pembawa hidrofilik yang telah diteliti dapat meningkatkan disolusi dan
bioavailabilitas dari suatu obat dengan kelarutan rendah dalam air (Nikghalb et
al., 2012; Hana et al., 2017). Pada penelitian Magdulkar et al, dilakukan
pembuatan dispersi padat dengan beberapa gula (manitol, fruktosa, dekstrosa dan
maltosa) sebagai matriks untuk meningkatkan disolusi dari Clotrimazole yang
termasuk BCS kelas II, dan hasilnya menunjukan bahwa manitol mampu
meningkatkan disolusi hingga 806 kali lipat dibandingkan dengan matriks yang
lain (Madgulkar et al., 2015). Manitol sebagai pembawa hidrofilik berperan
meningkatkan pembasahan dari obat hidrofobik (Song, Cha and Choi, 2016;
Zaini, Umar and Firdaus, 2017).
Dispersi padat dengan menggunakan pembawa kristalin seperti gula
(manitol) ini termasuk pada dispersi padat generasi pertama yang memiliki
kekurangan yaitu adanya pembentukan kristalin yang secara termodinamik lebih
stabil dan pelepasan obat tidak secepat dalam bentuk amorf. Oleh karena itu
digunakan dispersi padat generasi ketiga dengan menggunakan surfaktan yang
bertujuan untuk meningkatkan bioavailabilitas obat dan untuk menstabilkan
dispersi padat serta menghindari obat dari rekristalisasi (Vasconcelos, Sarmento
and Costa, 2007). Penggunaan surfaktan poloxamer 407 efektif dalam
polymorphic purity dan meningkatkan bioavailabilitas in vivo (Vasconcelos,
Sarmento and Costa, 2007). Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Luciana (2016) tentang formulasi ekstrak kunyit dalam sistem dispersi padat
manitol pada proporsi ekstrak kunyit 30%, didapatkan hasil presentase disolusi
hanya sebesar 35,95±1,22 % (Luciana, 2016). Oleh karena itu, pada penelitian ini
penambahan surfaktan diharapkan dapat meningkatkan disolusi kurkuminnya.
Metode pada penelitian ini adalah metode penguapan pelarut yang memiliki
kelebihan yaitu mengurangi resiko dekomposisi obat atau pembawa karena
penguapan cukup menggunakan suhu rendah (Savjani, Gajjar and Savjani, 2012;
Kumar, Mishra and Singh, 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
3
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan profil disolusi
kurkumin dalam dispersi padat ekstrak kunyit dengan berbagai rasio poloxamer
407/ manitol.
Hipotesis
Terdapat perbedaan profil disolusi kurkumin dalam sistem dispersi padat
ekstrak kunyit pada berbagai rasio poloxamer 407 – manitol. Semakin besar rasio
poloxamer 407/manitol (1:9, 2:8, 3:7), maka semakin besar profil disolusi
kurkumin.
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik (Mettler
Toledo), mortar dan stemper, shaker (Innova 2000), mikropipet (Socorex),
makropipet disolusi (Socorex), alat uji disolusi (Guoming RC-6D Dissolustion
Tester), ayakan nomer mesh 50, rotary evaporator, oven, alat-alat gelas (Pyrex
Iwaki Glass®), yellowtip dan bluetip, stainless steel spoon, centrifuge (Gemmy
Industrial Cprp. PLC-05), tabung centrifuge, spektrofotometer UV-Visibel
(Shimadzu UV-1800), hotplate magnetic stirrer (Wilten & Co), pH – meter
(Wissenschaflich-Technische Werkstaten), desikator.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah standar kurkumin
(Nacalai Tesque, Inc. Jepang), ekstrak kunyit terstandar (PT. Phytochemindo
Reksa) yang mengandung kurkumin sebesar 84,675% (ditetapkan dengan
spektrofotometer di Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma),
metanol p.a. (Merck), etanol 96%, akuades, cangkang kapsul keras ukuran 00
(Kapsulindo Nusantara), filter paper nomer 1 (WhatmanTM), alumiunium foil,
manitol PEARLITOL 25 C (very fine grade) (Department of Pharmaceutical
Technology and Biopharmacy, University of Groningen), Poloxamer 407 (PT
Konimex), Sodium Lauryl Suphate (SLS) (Merck) dan sodium dihydrogen
phosphate dehydrate/NaH2PO4 (Merck).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
4
Pembuatan Larutan Baku Kurkumin
1. Larutan Stok Kurkumin (Konsentrasi 1000 µg/ml)
Standar kurkumin ditimbang seksama kurang lebih 1,0 mg dilarutkan
dalam metanol sebanyak 1 mL dalam wadah terlindung cahaya.
2. Larutan Intermediet (Konsentrasi 10 µg/ml )
Larutan stok kurkumin diambil sebanyak 0,1 mL kemudian dilarutkan
dengan 10,0 mL metanol dalam wadah terlindung cahaya.
Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum (λ Maksimum)
1. Panjang Gelombang Serapan Maksimum Kurkumin dengan Pelarut Medium
Disolusi
Larutan intermediet kurkumin diambil sebanyak 0,25 mL; 1,5 mL; dan 3,0
mL, lalu masing-masing dimasukkan ke dalam labu takar 10,0 ml kemudian
diencerkan dengan medium disolusi (dapar fosfat pH 6,0 dan SLS 0,5 %).
Larutan ini diukur dengan menggunakan spektrofotometer visible pada panjang
gelombang antara 400-600 nm.
2. Panjang Gelombang Serapan Maksimum Kurkumin dengan Pelarut Metanol
Larutan intermediet kurkumin diambil sebanyak 0,25 mL; 1,5 mL; dan 3,0
mL, lalu masing-masing dimasukkan ke dalam labu takar 10,0 ml kemudian
diencerkan dengan metanol. Larutan ini diukur dengan menggunakan
spektrofotometer visible pada panjang gelombang antara 400-600 nm.
Pembuatan Kurva Baku Kurkumin
1. Pembuatan Kurva Baku Kurkumin dalam Medium Disolusi
Larutan intermediet kurkumin dibuat seri konsentrasi yaitu 0,011; 0,021;
0,043; 0,085; 0,173; 0,214; 0,416; 0,538; 1,08; 2,078; 3,232; 4,365; 5,384;
6,444 µg/mL dalam labu takar 5,0 mL dengan pelarut medium disolusi.
Replikasi sebanyak tiga kali. Larutan ini diukur absorbansinya pada λ
maksimum. Persamaan kurva baku didapat dengan menghitung regresi linear.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
5
2. Pembuatan Kurva Baku Kurkumin dalam Metanol
Larutan intermediet kurkumin dibuat seri konsentrasi yaitu 0,538; 1,080;
2,078; 3,232; 4,365; 5,384 µg/mL dalam labu takar 5,0 mL dengan pelarut
metanol. Replikasi sebanyak tiga kali. Larutan ini diukur absorbansinya pada λ
maksimum. Persamaan kurva baku didapat dengan menghitung regresi linear.
Verifikasi Metode Analisis
Verifikasi metode analisis dilakukan dengan penetapan parameter
akurasi, presisi, dan linearitas. Akurasi dihitung dari nilai persen perolehan
kembali (% recovery), presisi dinyatakan dengan nilai koefisien variasi (KV),
sementara linearitas ditentukan dengan nilai koefisien korelasi (r) persamaan
regresi linear dari tiga replikasi kurva baku.
3. Linearitas
Larutan seri baku dibuat dengan rentang konsentrasi 0,011; 0,021; 0,043;
0,085; 0,173; 0,214; 0,416; 0,538; 1,080; 2,078; 3,232; 4,365; 5,384; 6,444
µg/mL dalam labu takar 5,0 mL dengan medium disolusi. Replikasi dilakukkan
sebanyak tiga kali. Serapan diukur pada λ maksimum, lalu dianalisis dengan
Least Square Analysis.
4. Penetapan Akurasi dan Presisi
Larutan intermediet kurkumin dibuat larutan seri dengan konsentrasi
0,538; 3,232; 5,384 µg/mL dalam labu takar 5,0 mL dengan pelarut medium
disolusi. Replikasi dilakukan sebanyak tiga kali, lalu dihitung nilai % recovery
dan KV-nya.
Pembuatan Dispersi Padat Ekstrak Kunyit dengan Variasi Rasio Poloxamer
407 / Manitol
Dalam pembuatan formula Dispersi Padat (DP) menggunakan beberapa
perbandingan pembawa poloxamer 407 dan manitol dengan proporsi ekstrak
kunyit 30%. kurkumin. Ekstrak kunyit, Poloxamer 407, dan manitol ditimbang
masing-masing sesuai formula. Ekstrak kunyit dan poloxamer 407 masing-masing
dilarutkan dengan etanol. Dalam wadah lain manitol dilarutkan dalam akuades.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
6
Larutan ekstrak kunyit dan poloxamer 407 kemudian didispersikan dengan larutan
manitol menjadi satu fase. Pelarut dihilangkan menggunakan rotary evaporator
sampai didapatkan cairan kental kemudian dikeringkan di oven dengan suhu 50oC.
Padatan yang didapat dimasukkan ke dalam desikator (RH < 50%) hingga
memiliki bobot tetap, setelah itu ditimbang untuk dihitung hasil perolehan
kembali (rendemen). Padatan digerus dan diayak dengan mesh no.50 dan
disimpan didalam desikator.
Tabel I. Perbandingan Formula Dispersi Padat Kurkumin / Poloxamer 407 /
Manitol
BAHAN FORMULA
I II III
Ekstrak Kunyit (g) 1,5 1,5 1,5
Poloxamer 407 (g) 0,35 0,7 1,05
Manitol (g) 3,15 2,8 2,45
Perbandingan pembawa
poloxamer 407 : manitol 1:9 2:8 3:7
Proporsi Ekstrak Kunyit 30% 30% 30%
Pembuatan Campuran Fisik Ekstrak Kunyit dengan Variasi Rasio
Poloxamer 407 / Manitol
Campuran Fisik (CF) dibuat sebagai kontrol dengan cara mencampurkan
sejumlah ekstrak kunyit, poloxamer 407 dan manitol hingga homogen sesuai
formula. CF dibuat dengan pengadukan ringan dalam mortar, kemudian diayak
dengan mesh no.50.
Pembuatan Medium Disolusi
Medium disolusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dapar fosfat
pH 6,0 (NaH2PO4 dan NaOH) ditambah dengan 0,5% Sodium Lauril Sulfat (SLS).
Uji Drug Load
DP dan CF sebanyak 10,0 mg dilarutkan dengan 10 mL metanol dan diaduk
menggunakan magnetic stirrer kemudian di-vortex sampai larut. Replikasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
7
dilakukan sebanyak tiga kali. Sampel dianalisis dengan menggunakan
spektrofotometer visible pada λ maksimum.
Uji Kelarutan
DP dan CF sebanyak 20,0 mg dilarutkan dalam 20 mL dapar fosfat pH 6
tanpa SLS 0,5% hingga jenuh di dalam erlenmeyer, diaduk menggunakan shaker
dengan kecepatan 75 rpm selama 48 jam pada suhu ruangan (Thirupathaiah and
Shyam Sunder, 2016) dan terlindung dari cahaya. Sampel kemudian disaring
dengan kertas saring Whatman no.1 dan diukur pada λ maksimum dengan
spektrofotometer visible. Pengujian dilakukan sebanyak tiga kali.
Uji Disolusi
Uji disolusi dilakukan terhadap DP dan CF menggunakan alat disolusi
tipe dayung dengan kecepatan putar 75 rpm dan suhu 37±0,5oC (Thirupathaiah
and Shyam Sunder, 2016). Medium disolusi menggunakan 500 mL dapar fosfat
pH 6,0 serta SLS 0,5% (USP, 1995). Sebanyak 5 mL cuplikan diambil setiap
interval waktu yaitu pada menit ke-10, 15, 30, 45, 60, 90, 120, 150 dan 180.
Setiap pengambilan cuplikan medium disolusi harus diganti dengan medium yang
baru dengan jumlah dan suhu yang sama dengan yang diambil. Cuplikan yang
telah diambil sebanyak 5 mL kemudian di sentrifugasi dengan kecepatan 6000
rpm selama 5 menit. Pengujian dilakukan sebanyak tiga kali. Cuplikan diukur
absorbansinya menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada λ maksimum. Kadar
kurkumin dihitung dengan persamaan kurva baku dalam medium disolusi yang
kemudian dinyatakan sebagai presentase kurkumin terdisolusi.
Analisis Data
Data hasil uji disolusi dan uji kelarutan DP dan CF dianalisis
menggunakan program Real Statistic dari Microsoft Excel. Uji normalitas
dilakukan antara CF dan DP dengan Shapiro-Wilk Test. Apabila data yang
dihasilkan normal, dilanjutkan dengan uji signifikansi menggunakan uji statistik
parametrik (ANOVA) untuk lebih dari dua data atau uji T untuk dua data. Namun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
8
apabila data tidak normal, pengujian dilanjutkan dengan uji statistik non-
parametrik (Kruskal-Wallis Test) untuk lebih dari dua data atau Mann-Whitney
untuk dua data. Pada penelitian ini, berdasarkan hasil Shapiro Wilk Test pada uji
kelarutan dan disolusi antar CF dan DP menyatakan bahwa data tidak terdistribusi
normal sehingga dilanjutkan uji signifikansi Mann Whitney. Pada uji kelarutan
antar DP menghasilkan data terdistribusi normal sehingga dilanjutkan dengan
Single Factor ANOVA, sedangkan pada uji disolusi antar DP data tidak
terdistribusi normal sehingga dilanjutkan Kruskal Wallis Test, taraf kepercayaan
95%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan profil disolusi
kurkumin dalam dispersi padat ekstrak kunyit pada berbagai rasio poloxamer
407/manitol. Dalam penelitian ini dibuat dispersi padat sistem ternary terdiri dari
kurkumin (bahan aktif), manitol (pembawa), dan poloxamer 407 (surfaktan) yang
bertujuan mengatasi permasalahan kelarutan pada kurkumin. Kurkumin akan sulit
untuk mencapai efikasi terapetik obat karena bioavailabilitas didasarkan oleh
kelarutan kurkumin yang kecil di dalam air (Sharma, Kapoor and Bhargava,
2012). Proporsi ekstrak kunyit yang digunakan cukup besar yaitu 30%, hal ini
diharapkan agar lebih efisien untuk mencapai efek terapetiknya.
Sistem dispersi padat ekstrak kunyit - poloxamer 407 - manitol dibuat
dengan menggunakan metode penguapan pelarut. Metode ini memiliki kelebihan
yaitu mengurangi resiko dekomposisi obat atau pembawa karena penguapan
cukup menggunakan suhu rendah (Savjani, Gajjar and Savjani, 2012; Kumar,
Mishra and Singh, 2015). Pada penelitian ini dilakukan perhitungan rendemen
untuk melihat adanya kehilangan bahan selama proses pembuatan dispersi padat
dengan menggunakan metode penguapan pelarut menggunakan rotary evaporator
dan oven. Rendemen yang diperoleh sebesar 97,09– 99,72%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
9
Verifikasi Metode Analisis
Verifikasi metode dilakukan dengan tujuan untuk memastikan metode
yang digunakan dalam penelitian ini valid. Parameter yang digunakan yaitu
linearitas, akurasi, dan presisi. Pada awal penelitian dilakukan penentuan panjang
gelombang maksimum yang akan digunakan, yaitu λ 424 nm pada pelarut metanol
dan 430 nm pada pelarut medium disolusi.
1. Linearitas
Linearitas adalah kemampuan suatu metode untuk mendapatkan hasil uji
yang secara langsung proporsional dengan konsentrasi analit pada kisaran yang
diberikan yang selanjutnya dapat ditentukan slope, intersep, dan koefisien
korelasinya (Gandjar dan Rohman, 2007).
Gambar 1. Kurva Baku Kurkumin dalam Medium Disolusi
Pada penelitian ini didapatkan persamaan kurva baku y = 0,1352x +
0,0095 dengan koefisien korelasi (r) yaitu 0,9969 (R2 = 0,9939) (Gambar 1).
Persyaratan data liniearitas yang bisa diterima yaitu jika memenuhi nilai
koefisien korelasi 𝑟 > 0,99 (AOAC, 2002). Oleh karena itu dapat dikatakan
bahwa metode memiliki linearitas yang baik.
2. Akurasi dan Presisi
Akurasi adalah kedekatan antara nilai terukur dengan nilai yang diterima,
baik nilai konvensi, nilai sebenarnya, atau nilai rujukan. ICH
merekomendasikan dilakukan 9 kali penetapan kadar dengan 3 konsentrasi (3
konsentrasi 3 replikasi) dan dinyatakan sebagai persentase perolehan kembali
y = 0,1352x + 0,0095
R² = 0,9939
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
0 1 2 3 4 5 6 7
Ab
sorb
an
siλ4
30
Konsentrasi kurkumin (µg/mL)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
10
(% recovery) (Gandjar dan Rohman, 2007). Metode dapat dinyatakan akurat
apabila % recovery untuk kadar sampel 1 µg/ml – 10 µg/ml sebesar 80-110%
(AOAC, 2016). Sedangkan, presisi adalah ukuran keterulangan metode
analisis yang diekspresikan sebagai simpangan baku relatif dari sejumlah
sampel yang berbeda signifikan secara statistik (Gandjar dan Rohman, 2007).
Presisi dinyatakan dalam Koefisien Variasi (KV). Metode dapat dinyatakan
presisi apabila nilai koefisien variasi untuk kadar sampel 1 µg/ml sebesar 11%
(AOAC, 2016). Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, parameter
akurasi dan presisi telah memenuhi ketentuan dari Association of Official
Analytical Chemist (AOAC) (Tabel II). Oleh karena itu, berdasarkan nilai
linearitas, akurasi, dan presisi yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa
metode yang digunakan telah valid.
Tabel II. Data Akurasi dan Presisi
Keterangan Konsentrasi
teoritis (µg/mL)
Konsentrasi yang
didapatkan (µg/mL)
%
recovery
KV
(%)
Rendah Rep 1
0,54
0,51 95,55
1,46 Rep 2 0,50 92,80
Rep 3 0,51 94,17
Sedang Rep 1
3,23
3,13 96,69
0,36 Rep 2 3,12 96,46
Rep 3 3,10 96,00
Tinggi Rep 1
5,38
5,32 98,84
3,26 Rep 2 4,99 92,66
Rep 3 5,12 95,13
Uji Drug Load
Uji drug load bertujuan untuk menetapkan jumlah kandungan zat aktif
(obat) serta mengetahui adanya kehilangan obat selama proses preparasi. Pada
penelitian ini semua formula CF dan DP dibuat dengan proporsi ekstrak kunyit
30%. Hasil uji drug load ditunjukkan pada Tabel III. Nilai KV yang didapat < 4
% sehingga dapat dikatakan CF dan DP yang dibuat homogen (Corazza, Markman
and Rosa, 2015), sedangkan nilai % recovery drug load yang didapat sebesar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
11
91,16 – 100,53 %. Hal ini masih dapat ditoleransi karena rentang % recovery yang
digunakan ± 10%. Berdasarkan hasil yang didapat, % recovery pada DP lebih
besar dibandingkan dengan CF. Hal ini mungkin dikarenakan adanya perbedaan
proses pembuatan nya, dimana pada dispersi padat terdapat proses pelarutan
sehingga terjadi pengecilan ukuran partikel yang dapat meningkatkan kelarutan
dalam metanol. Sedangkan pada CF pencampuran dilakukan hanya dengan
pengadukan ringan.
Tabel III. Data Hasil Uji Drug Load CF dan DP
Sampel
(n=3)
CF 1
(1:9)
CF 2
(2:8)
CF 3
(3:7)
DP 1
(1:9)
DP 2
(2:8)
DP 3
(3:7)
Rep 1 (%) 25,32 23,11 23,94 25,28 25,86 25,20
Rep 2 (%) 24,12 22,94 25,25 25,55 25,42 25,76
Rep 3 (%) 24,41 23,43 23,55 24,88 24,73 25,70
Rata-rata drug
load ±SD (%)
24,62 ±
0,63
23,16 ±
0,25
24,25 ±
0,89
25,24 ±
0,34
25,34 ±
0,57
25,55 ±
0,31
Drug load
teoritis (%)
25,40 25,41 25,40 25,41 25,40 25,41
Rata – rata %
recovery
96,91 91,16 95,46 99,31 99,75 100,53
KV (%) 2,47 0,98 3,52 1,32 2,24 1,20
Uji Kelarutan
Uji kelarutan bertujuan untuk melihat kelarutan murni antara CF dan DP
dalam medium disolusi. Oleh karena itu digunakan medium disolusi tanpa SLS
0,5% sebagai agen peningkat kelarutan. SLS tidak mempengaruhi pengukuran
absorbansi pada panjang gelombang diatas 240 nm dengan Spektrofotometer UV-
Vis (Wang, Ma and Higgins, 2006). Hasil uji kelarutan ditunjukkan pada Tabel
IV. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat peningkatan kelarutan secara signifikan
(p
-
12
Dispersi padat dapat meningkatkan kelarutan karena partikel dapat
terdispersi dalam campuran eutektik padat (Chiou and Riegelmant, 1971;
Serajuddin, 1999) serta peningkatan kontak antara zat padat dengan pembawanya
akibat luas permukaan yang lebih besar. Manitol merupakan pembawa yang dapat
membuat suatu lingkungan hidrofilik di sekitar obat sehingga dapat meningkatkan
pembasahan yang mengarah ke peningkatan kelarutan (Madgulkar et al., 2015).
Selain itu, adanya surfaktan dalam dispersi padat ternary dapat meningkatkan
interaksi intermolekuler antara obat dengan pembawa sehingga dapat
meningkatkan dispersi obat dalam pembawa, mengurangi ukuran partikel obat,
mengurangi tegangan permukaan dan meningkatkan pembasahan yang dapat
meningkatkan kelarutan dan disolusi dispersi dapat ternary (Kakran et al., 2013).
CF memiliki kelarutan rendah, hal ini dapat terjadi karena pada CF tidak
mengalami proses pendispersian sehingga tidak terjadi pengecilan ukuran partikel.
Pada persamaan Noyes-Whitney, luas kontak muka zat aktif - medium (S) dan
kelarutan jenuh obat dilapisan difusi (Cs) sebanding dengan kecepatan disolusi zat
aktif (dW/dt). Hal ini menunjukan bahwa adanya proses pengecilan ukuran
partikel menyebabkan luas kontak muka semakin besar serta peningkatan
kelarutan jenuh pada lapisan difusi sehingga akan berpengaruh terhadap
peningkatan disolusinya. Semakin besar kelarutan sistem dispersi padat maka
akan semakin besar disolusinya (Nikghalb et al., 2012).
Tabel IV. Data Hasil Uji Kelarutan CF dan DP
Sampel
(n=3)
CF 1
(1:9)
DP 1
(1:9)
CF 2
(2:8)
DP 2
(2:8)
CF 3
(3:7)
DP 3
(3:7)
Rep 1 µg/mL 0,68 9,34 1,07 11,56 0,98 12,67
Rep 2 µg/mL 0,78 8,41 0,86 10,63 1,09 11,74
Rep 3 µg/mL 0,64 9,52 0,98 10,45 1,10 12,67
x ± SD µg/mL 0,70 ±
0,07
9,09 ±
0,59
0,97 ±
0,10
10,88 ±
0,59
0,97 ±
0,10
12,36 ±
0,53
Peningkatan 13,01 kali 11,21 kali 11,70 kali
Uji Disolusi
Uji disolusi bertujuan untuk mengetahui jumlah kurkumin terlarut dalam
medium disolusi sebagai fungsi waktu. Medium disolusi yang digunakan terdiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
13
dari 0,5 % b/v SLS dalam sodium phosphate buffer pH 6,0. Penggunaan dapar
fosfat pH 6,0 dikarenakan kurkumin paling stabil pada pH tersebut (Wang et al.,
1997). Menurut British Pharmacopeia (2011), untuk obat golongan BCS kelas II
disarankan menggunakan surfaktan. SLS sebagai surfaktan digunakan untuk
mengkondisikan medium disolusi agar mencerminkan kondisi fisiologis manusia
yang memiliki surfaktan alami (garam empedu) pada saluran gastrointestinal
(Gurusamy and Nath, 2006). Pemilihan SLS 0,5% didasarkan oleh penelitian
Rahman et al. (2009) yang menyatakan bahwa dari beberapa konsentrasi SLS (0,1
– 3%) konsentrasi 0,5% merupakan konsentrasi efektif pada disolusi kurkumin
yang juga sudah melebihi nilai Critical Micelle Concentration (CMC) SLS
(Rahman et al., 2009). Metode uji disolusi yang digunakan adalah metode dayung
dengan volume medium disolusi sebanyak 500 mL, suhu 37 ± 0,5oC.
Gambar 2. Kurva Waktu (Menit) VS Rata - Rata Persen Terdisolusi (%)
Awal mula proses disolusi ditandai dengan pecahnya kapsul yang terjadi
kurang dari 3 menit, yang kemudian diamati sampai menit ke-180. Profil disolusi
yang dihasilkan menunjukkan terjadi peningkatan % terdisolusi secara signifikan
(p
-
14
Pada Gambar 2, terlihat penurunan disolusi pada CF dan DP (1:9),
sementara pada CF dan DP (2:8) dan (3:7) tergolong meningkat. Hal ini
menggambarkan konsep spring and parachute. Awalnya obat terlarut bersama
dengan pembawa menghasilkan larutan supersaturasi (spring) kemudian diikuti
menurunnya konsentrasi obat pada media yang disebabkan oleh penyerapan atau
pengendapan (parachute) (Baghel, Cathcart and Reilly, 2016). Dalam hal ini
kurkumin dapat mengalami rekristalisasi. Hal ini terjadi karena konsentrasi obat
bebas dalam larutan menurun, mengakibatkan penurunan kelarutan dan
disolusinya (Huang and Dai, 2014). Peningkatan % terdisolusi pada rasio (2:8)
dan (3:7) dapat terjadi dikarenakan proporsi poloxamer 407 yang semakin
meningkat. Gabungan dari surfaktan (poloxamer 407) dan pembawa gula
(manitol) dapat meningkatkan karakteristik disolusi dan stabilitas termodinamik
kurkumin (Singh, Chhabra and Pathak, 2011), serta menghindari obat dari
rekristalisasi (Vasconcelos, Sarmento and Costa, 2007).
Gambar 3. Grafik Perbandingan DE Menit ke-180
Untuk mengungkapkan hasil pengamatan kecepatan disolusi kurkumin
dalam medium digunakan nilai Dissolution Efficiency (DE). DE dinyatakan dalam
kurun waktu pengamatan tertentu, semakin besar waktu semakin banyak titik-titik
pada kurva yang terhitung (Fudholi, 2013). Oleh karena itu, digunakan DE180 agar
mendapat gambaran profil disolusi yang lebih baik. Berdasarkan nilai DE yang
20,15 19,22 20,32
38,0340,02
45,52
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
(1:9) (2:8) (3:7)
Dis
solu
tio
n E
ffic
ien
cy (
%)
Formula
Campuran Fisik
Dispersi Padat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
15
diperoleh (Gambar 3) dapat dilihat bahwa formulasi DP ekstrak kunyit dengan
poloxamer 407/manitol mampu meningkatkan disolusi kurkumin dibandingkan
dengan CF secara signifikan (p < 0,05) yang diuji dengan menggunakan Uji
Mann-Whitney. Pada formula DP (1:9), (2:8), dan (3:7) secara berturut-turut
mengalami peningkatan disolusi yang signifikan dengan nilai p sebesar 0,027
(p 0,05). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa perubahan komposisi
(rasio poloxamer 407 : manitol) tidak mengakibatkan perubahan disolusi tanpa
diberikan suatu metode, dalam hal ini dispersi padat.
Pada penelitian Luciana (2016) yang meneliti sistem dispersi padat
binary ekstrak kunyit-manitol pada proporsi ekstrak kunyit 30% nilai DE120
sebesar 35,95±1,22 %. Sedangkan pada penelitian ini, sistem dispersi padat
ternary ekstrak kunyit-poloxamer 407-manitol pada proporsi ekstrak kunyit 30%
(3:7) didapatkan nilai DE120 sebesar 41,894 ± 0,8%. Berdasarkan hasil kedua
penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa dispersi padat sistem ternary dapat
meningkatkan disolusi lebih besar dibandingkan pada sistem biner. Hal ini sesuai
dengan penelitian Bhowmik et al (2013) yang menyatakan bahwa sistem dispersi
ternary memiliki peningkatan disolusi lebih tinggi dibandingkan dengan sistem
dispersi binary (Bhowmik et al., 2013). Peningkatan disolusi tersebut dapat
disebabkan karena poloxamer 407 sebagai surfaktan membantu terdispersinya
kurkumin dalam manitol dan meningkatkan stabilitas kurkumin.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa formulasi dispersi
padat ekstrak kunyit dengan poloxamer 407 dan manitol mampu meningkatkan
kelarutan dan disolusi kurkumin dibandingkan dengan campuran fisik secara
signifikan (p < 0,05). Hasil kelarutan kurkumin berbanding lurus dengan hasil
disolusinya, dimana terjadi peningkatan kelarutan kurkumin dan DE180 secara
signifikan pada peningkatan rasio poloxamer 407/manitol. DP dengan rasio
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
16
poloxamer 407 / manitol sebesar 3:7 memiliki nilai DE180 yang paling besar yaitu
45,52 ± 0,8%.
SARAN
Pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan percobaan untuk mencari
hubungan rasio pembawa terhadap profil disolusi. Selain itu perlu penelitian lebih
lanjut mengenai karakteristik dispersi padat seperti Fourier Transform Infrared
Spectroscopy (FTIR) untuk mengidentifikasi interaksi antara obat dan pembawa
dalam sistem dispersi padat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
17
DAFTAR PUSTAKA
AOAC (2002) ‘AOAC Guidelines for Single Laboratory Validation of Chemical
Methods for Dietary Supplements and Botanicals’, pp. 1–38.
AOAC (2016) ‘Guidelines for Standard Method Performance Requirements’,
AOAC International, pp. 1–18.
Baghel, S., Cathcart, H. and Reilly, N. J. O. (2016) ‘Polymeric Amorphous Solid
Dispersions : A Review of Amorphization, Crystallization, Stabilization,
Solid-State Characterization, and Aqueous Solubilization of
Biopharmaceutical Classification System Class II Drugs’, Journal of
Pharmaceutical Sciences. Elsevier Ltd, pp. 1–18. doi:
10.1016/j.xphs.2015.10.008.
Bhowmik, D. et al. (2013) ‘Solid Dispersion – A Approach To Enhance The
Dissolution Rate of Poorly Water Soluble Drugs’, 1(12).
Chiou, W. I. N. L. and Riegelmant, S. (1971) ‘Pharmaceutical sciences
Pharmaceutical Applications of Solid’, Journal of Pharmaceutical
Sciences, 60(9), pp. 1281–1302.
Corazza, F. G., Markman, B. E. O. and Rosa, P. C. P. (2015) ‘Physicochemical
quality evaluation of amoxicillin capsules produced in compounding
pharmacies at Diadema, São Paulo, Brazil’, Journal of Applied
Pharmaceutical Science, 5(12), pp. 29–34. doi:
10.7324/JAPS.2015.501205.
Gurusamy, S. Vi. K. and Nath, D. M. (2006) ‘Preparation, Characterization and in
Vitro Dissolution Studies of Solid Systems of Valdecoxib with Chitosan’,
Chem. Pharm. Bull., 54(8), pp. 1102–1106.
Hana, Y. K. et al. (2017) ‘Physicochemical characterization of physical mixture
and solid dispersion of diclofenac potassium with mannitol’, Journal of
Applied Pharmaceutical Science, 7(1), pp. 204–208. doi:
10.7324/JAPS.2017.70130.
Huang, Y. and Dai, W. (2014) ‘Fundamental aspects of solid dispersion
technology for poorly soluble drugs’, Acta Pharmaceutica Sinica B.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
18
Elsevier, 4(1), pp. 18–25. doi: 10.1016/j.apsb.2013.11.001.
Jäger, R. et al. (2014) ‘Comparative absorption of curcumin formulations’, pp. 1–
8. doi: 10.1186/1475-2891-13-11.
Kakran, M. et al. (2013) ‘Ternary dispersions to enhance solubility of poorly
water soluble antioxidants’, Colloids and Surfaces A: Physicochemical
and Engineering Aspects. Elsevier B.V., 433, pp. 111–121. doi:
10.1016/j.colsurfa.2013.05.021.
Krishnamoorthy, V., Priya, V. and Prasad, R. (2012) ‘Physicochemical
characterization and in vitro dissolution behavior of olanzapine-mannitol
solid dispersions’, Brazilian Journal of Pharmaceutical Sciences, 48.
Kumar, S., Mishra, D. N. and Singh, S. K. (2015) ‘Enhancement of dissolution
and bioavailability of fenofibrate by solid dispersion with sodium citrate,
HPMC and sugar derivatives’, Der Pharmacia Lettre, 7(3), pp. 162–173.
Luciana, N. O. (2016) ‘Pengaruh Formulasi Ekstrak Kunyit dalam Sistem Dispersi
Padat Manitol terhadap Disolusi Kurkumin’, Sanata Dharma University,
pp. 14–15.
Madgulkar, A. et al. (2015) ‘Sugars as solid dispersion carrier to improve
solubility and dissolution of the BCS class II drug: clotrimazole.’, Drug
development and industrial pharmacy. Informa Healthcare USA, Inc, 0(0),
pp. 1–11. doi: 10.3109/03639045.2015.1024683.
Mendonça, L. M. et al. (2015) ‘Comparative study of curcumin and curcumin
formulated in a solid dispersion : Evaluation of their antigenotoxic effects’,
Genetics and Molecular Biology, 38(4), pp. 490–498.
Modasiya, M. K. and Patel, V. M. (2012) ‘Studies on solubility of curcumin’,
International Journal of Pharmacy & Life Sciences, 3(3), pp. 1490–1497.
Mogal, S. A. et al. (2012) ‘Solid dispersion technique for improving solubility of
some poorly soluble drugs’, Der Pharmacia Lettre, 4(5), pp. 1574–1586.
Naama, J. H. et al. (2013) ‘Curcuminoids as antioxidants and theoretical study of
stability of curcumin isomers in gaseous state’, Research on Chemical
Intermediates, 39(9), pp. 4047–4059. doi: 10.1007/s11164-012-0921-2.
Nikghalb, L. A. et al. (2012) ‘Solid Dispersion: Methods and Polymers to increase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
19
the solubility of poorly soluble drugs’, Journal of Applied Pharmaceutical
Science, 2(10), pp. 170–175. doi: 10.7324/JAPS.2012.21031.
Rahman, S. M. H. et al. (2009) ‘Role of Surfactant and pH in Dissolution of
Curcumin.’, Indian journal of pharmaceutical sciences, 71(2), pp. 139–
142. doi: 10.4103/0250-474X.54280.
Rohman, A. (2012) ‘Analysis of curcuminoids in food and pharmaceutical
products’, International Food Research Journal, 19(1), pp. 19–27.
Savjani, K. T., Gajjar, A. K. and Savjani, J. K. (2012) ‘Drug solubility:
importance and enhancement techniques.’, ISRN pharmaceutics, 2012(100
mL), p. 195727. doi: 10.5402/2012/195727.
Serajuddin, A. T. M. (1999) ‘Solid Dispersion of Poorly Water-Soluble Drugs :
Early Promises , Subsequent Problems , and Recent Breakthroughs’,
Journal of Pharmaceutical Sciences, 88(10), pp. 1058–1066.
Sharma, P., Kapoor, A. and Bhargava, S. (2012) ‘Sciences A Review on :
Solubility Enhancement by Implementing Solid Dispersion Technique for
Poorly Water Soluble Drug’, Research Journal of Pharmaceutical,
Biological and Chemical Sciences, 3(1), pp. 847–859.
Singh, G., Chhabra, G. and Pathak, K. (2011) ‘Dissolution behavior and
thermodynamic stability of fused-sugar dispersions of a poorly water-
soluble drug’, Dissolution Technologies, 18(3), pp. 62–70. doi:
dx.doi.org/10.14227/DT180311P62.
Song, I. S., Cha, J. S. and Choi, M. K. (2016) ‘Characterization, in Vivo and in
Vitro Evaluation of Solid Dispersion of Curcumin Containing D-α-
Tocopheryl Polyethylene Glycol 1000 Succinate and Mannitol’, MDPI,
21, pp. 1–16. doi: 10.3390/molecules21101386.
Teixeira, C. C. C. et al. (2016) ‘Microparticles Containing Curcumin Solid
Dispersion : Stability , Bioavailability and Anti-Inflammatory Activity’,
American Association of Pharmaceutical Scientists, 17(2), pp. 252–261.
doi: 10.1208/s12249-015-0337-6.
Thirupathaiah, A. and Shyam Sunder, R. (2016) ‘Formulation and Evaluation of
Simvastatin Solid Dispersions by Solvent Evaporation Method’, Research
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
20
Journal of Pharmaceutical , Biological and Chemical Sciences For, 7(4),
pp. 2516–2528.
Vasconcelos, T., Sarmento, B. and Costa, P. (2007) ‘Solid dispersions as strategy
to improve oral bioavailability of poor water soluble drugs’, Drug
Discovery Today, 12(December). doi: 10.1016/j.drudis.2007.09.005.
Wan, S. et al. (2012) ‘Improved Bioavailability of Poorly Water-Soluble Drug
Curcumin in Cellulose Acetate Solid Dispersion’, AAPS America
Association of Pharmaceutical Scientists, 13(1), pp. 159–166. doi:
10.1208/s12249-011-9732-9.
Wang, Q., Ma, D. and Higgins, J. P. (2006) ‘Drug Product Dissolution Testing’,
(August), pp. 6–13.
Wang, Y. J. et al. (1997) ‘Stability of curcumin in buffer solutions and
characterization of its degradation products’, Journal of Pharmaceutical
and Biomedical Analysis, 15(12), pp. 1867–1876. doi: 10.1016/S0731-
7085(96)02024-9.
Yue, G. G. L. et al. (2011) ‘Evaluation of In vitro Anti-poliferative and
Immunomodulatory Activities of Compound Isolated from Curc’, Food
and Chemical Toxicology, 48(8–9), pp. 1–23. doi:
10.1016/j.fct.2010.04.039.Evaluation.
Zaini, E., Umar, S. and Firdaus, N. (2017) ‘Improvement of Dissolution Rate of
Valsartan By Solid Dispersion System Using D ( − ) Mannitol’, Asian
Journal of Pharmaceutical and Clinical Research, 10(3), pp. 288–290.
doi: 10.22159/ajpcr.2017.v10i3.16171.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
21
LAMPIRAN
Lampiran 1. Certificate of Analysis (CoA) Ekstrak Kunyit dari PT
Phytochemindo Reksa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
22
Lampiran 2. Product Information Standar Kurkumin dari Nacalai. Inc
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
23
Lampiran 3. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Overlay Spectrum Scanning Lamda Maksimum Kurkumin dalam Medium
Disolusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
24
1. Scanning Panjang Gelombang Maksimum Konsentrasi Rendah dalam
Medium Disolusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
25
2. Scanning Panjang Gelombang Maksimum Konsentrasi Sedang dalam
Medium Disolusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
26
3. Scanning Panjang Gelombang Maksimum Konsentrasi Tinggi dalam Medium
Disolusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
27
Lampiran 4. Summary Output Regression Statistic Kurva Baku Medium
Disolusi
Lampiran 5. Kurva Baku Kurkumin dalam Metanol
Lampiran 6. Summary Output Regression Statistic Kurva Baku Metanol
y = 0,1349x + 0,0035
R² = 0,9944
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0 1 2 3 4 5 6
ab
s
konsentrasi (µg/mL)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
28
Lampiran 7. Tabel Association of Official Analytical Chemist (AOAC)
a. Presisi
b. Akurasi
Lampiran 8. Penetapan Kadar Kurkuminoid pada Serbuk Ekstrak Kunyit
Sampel Kadar (%) Rata-rata
Kadar (%) SD CV
Rep 1 81,710
84,675 2,60 3,07 Rep 2 86,584
Rep 3 85,732
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
29
Lampiran 9. Penimbangan Kapsul Uji Disolusi
Sampel
(Campuran Fisik)
Berat
(mg)
Rata-rata
Berat (mg)
Sampel
(Dispersi Padat)
Berat
(mg)
Rata-rata
Berat (mg)
CF 1
(1:9)
Rep 1 499,1
499,6 DP 1
(1:9)
Rep 1 500,5
500,4 Rep 2 499,9 Rep 2 500,4
Rep 3 499,9 Rep 3 500,4
CF 2
(2:8)
Rep 1 499,7
500 DP 2
(2:8)
Rep 1 500
499,9 Rep 2 500,1 Rep 2 499,8
Rep 3 500,1 Rep 3 499,9
CF 3
(3:7)
Rep 1 500,3
500 DP 3
(3:7)
Rep 1 499,9
500,2 Rep 2 500,2 Rep 2 500,4
Rep 3 499,6 Rep 3 500,4
Lampiran 10. Perhitungan Rendemen
% 𝑹𝒆𝒏𝒅𝒆𝒎𝒆𝒏 =𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒑𝒆𝒓𝒐𝒍𝒆𝒉
𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒕𝒆𝒐𝒓𝒊𝒕𝒊𝒔 × 𝟏𝟎𝟎%
Bahan Formula
I (1:9) II (2:8) III (3:7)
Berat yang diperoleh (gram) 4,907 4,9865 4,8549
Berat teoritis (gram) 5,0011 5,0001 5,0002
% rendemen 98,11 99,72 97,09
Lampiran 11. Data Disolusi DP dan CF
Tabel 1. Data Disolusi CF 3
Menit
R1 R2 R3 R1 R2 R3 Rata-
rata
%D C
(µg/ml)
C
(µg/ml)
C
(µg/ml) %D %D %D
0 0 0 0 0 0 0 0
10 37,722 37,722 37,722 14,841 14,844 14,862 14,849
15 40,680 39,201 37,722 16,005 15,426 14,862 15,431
30 40,680 37,722 39,201 16,005 14,844 15,445 15,431
45 42,160 46,598 45,118 16,587 18,337 17,776 17,567
60 55,473 56,953 49,556 21,825 22,412 19,524 21,254
90 52,515 55,473 52,515 20,661 21,830 20,690 21,060
120 58,432 65,828 56,953 22,989 25,904 22,439 23,777
150 56,953 52,515 62,870 22,407 20,665 24,770 22,614
180 65,828 68,787 65,828 25,899 27,069 25,936 26,301
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
30
Tabel 2. Data Disolusi DP 3
Menit
R1 R2 R3 R1 R2 R3 Rata-
rata
%D C
(µg/ml)
C
(µg/ml)
C
(µg/ml) %D %D %D
0 0 0 0 0 0 0 0
10 77,663 76,183 88,018 30,580 29,967 34,622 31,723
15 104,290 96,893 96,893 41,064 38,114 38,114 39,097
30 92,456 93,935 93,935 36,404 36,950 36,950 36,768
45 117,604 117,604 114,645 46,306 46,260 45,096 45,888
60 125,000 123,521 119,083 49,219 48,588 46,842 48,216
90 117,604 111,686 111,686 46,306 43,933 43,933 44,724
120 117,604 127,959 126,479 46,306 50,333 49,751 48,797
150 132,396 126,479 113,166 52,131 49,751 44,514 48,799
180 169,379 159,024 164,941 66,693 62,553 64,881 64,709
Lampiran 12. Parameter Uji Disolusi
a. Perhitungan Area Under Curve (AUC) didapatkan dengan metode trapezoid.
b. Perhitungan nilai Dissolution Efficiency (DE) menggunakan rumus sebagai
berikut :
𝐷𝐸𝑡 = ∫ (𝑌𝑑𝑡
𝑌100𝑡) 𝑥100%
𝑡
0
)
𝐷𝐸𝑡 : Dissolution efficiency pada saat t
Ydt : Luas di bawah kurva zat aktif terlarut pada saat t
Y100 : Luas segiempat 100% zat aktif larut dalam medium untuk waktu t
Tabel 1. Hasil Perhitungan AUC dan DE CF 3
Menit
R1 R2 R3 R1 R2 R3 Rata-
rata
DE(%) AUC AUC AUC
DE
(%)
DE
(%)
DE
(%)
0 0 0 0 0 0 0 0
10 74,206 74,220 74,310 7,421 7,422 7,431 7,425
15 77,116 75,676 74,310 10,088 9,993 9,908 9,996
30 240,077 227,027 227,300 13,047 12,564 12,531 12,714
45 244,442 248,857 249,156 14,130 13,906 13,891 13,976
60 288,092 305,614 279,754 15,399 15,523 15,080 15,334
90 637,295 663,618 603,219 17,347 17,722 16,756 17,275
120 654,755 716,009 646,931 18,467 19,259 17,958 18,561
150 680,946 698,545 708,127 19,313 20,064 19,087 19,488
180 724,596 716,009 760,581 20,120 20,698 20,132 20,316
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
31
Tabel 2. Hasil Perhitungan AUC dan DE DP 3
Menit
R1 R2 R3 R1 R2 R3 Rata-
rata
DE (%) AUC AUC AUC
DE
(%)
DE
(%)
DE
(%)
0 0 0 0 0 0 0 0
10 152,899 149,836 173,112 15,290 14,984 17,311 15,862
15 179,110 170,202 181,840 22,134 21,336 23,663 22,378
30 581,014 562,977 562,977 30,434 29,434 30,598 30,155
45 620,331 624,075 615,347 34,075 33,491 34,073 33,879
60 716,439 711,359 689,538 37,497 36,974 37,047 37,173
90 1432,878 1387,804 1361,619 40,919 40,069 39,827 40,272
120 1389,192 1413,989 1405,261 42,266 41,835 41,581 41,894
150 1476,563 1501,272 1413,989 43,656 43,477 42,691 43,275
180 1782,360 1684,567 1640,926 46,282 45,589 44,692 45,521
Lampiran 13. Statistika Kelarutan
1. Uji Normalitas Kelarutan
a. Uji Normalitas (Shapiro-Wilk test) Formula I
b. Uji Normalitas (Shapiro-Wilk test) Formula II
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
32
c. Uji Normalitas (Shapiro-Wilk test) Formula III
Berdasarkan uji normalitas formula menghasilkan data yang tidak normal
sehingga dilanjutkan dengan Uji Signifikansi Mann Whitney.
2. Uji Signifikansi Kelarutan
3. Uji Signifikansi (Mann Whitney test) Formula I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
33
4. Uji Signifikansi (Mann Whitney test) Formula II
5. Uji Signifikansi (Mann Whitney test) Formula III
Setelah itu dilakukan Uji Statistika antar DP.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
34
6. Uji Normalitas Kelarutan Antar DP
7. Uji Signifikansi Kelarutan Antar DP
8. Grafik Perbandingan Kelarutan DP dan CF
Formula 1
(1:9)
Formula 2
(2:8)
Formula 3
(3:7)
Campuran Fisik (µg/mL) 0,70 0,97 1,06
Dispersi Padat (µg/mL) 9,09 10,88 12,36
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
Kad
arK
urk
um
in T
erla
rut
(µg
/mL
) Grafik Perbandingan Kelarutan DP dan CF
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
35
Lampiran 14. Statistika DE menit ke 180 CF dan DP
1. Uji Normalitas Disolusi
a. Uji Normalitas DE 180 Formula I
b. Uji Normalitas DE 180 Formula II
c. Uji Normalitas DE 180 Formula III
Berdasarkan uji normalitas DE180 semua formula menghasilkan data yang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
36
normal sehingga dilanjutkan dengan Uji Signifikansi Mann Whitney.
2. Uji Signifikansi Disolusi
a. Uji Signifikansi (Mann Whitney test) Formula I
b. Uji Signifikansi (Mann Whitney test) Formula II
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
37
c. Uji Signifikansi (Mann Whitney test) Formula III
Setelah itu dilakukan uji statistika disolusi antar DP.
3. Uji Normalitas Disolusi Antar DP
4. Uji Signifikansi Disolusi Antar DP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
38
5. Uji Normalitas Disolusi Antar CF
6. Uji Signifikansi Antar CF
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
39
Lampiran 15. Dokumentasi Uji Disolusi CF dan DP Ekstrak Kunyit-
Poloxamer 407-Manitol
a)
b)
Gambar 1. Sampel Ekstrak Kunyit-Poloxamer 407-manitol : (a) CF dan (b)
DP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
40
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi berjudul “Perbedaan Profil
Disolusi Kurkumin dalam Sistem Dispersi Padat Ekstrak
Kunyit dengan Variasi Rasio Poloxamer 407 / Manitol”
memiliki nama lengkap Antonia Puji Widiastuti yang
lahir di Banjarnegara, 20 Juni 1996. Penulis merupakan
anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan
Andrianus Dalija dan Yuliana Wasriyani.
Penulis menyelesaikan pendidikan formal di TK
Pertiwi (2001-2002), SD Negeri 2 Purwanegara (2003-
2008), SMP Santo Borromeus Purbalingga (2008-2011), SMA Negeri 1
Banjarnegara (2011-2014), dan melanjutkan pendidikan S1 di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama menjadi mahasiswa, penulis
pernah menjadi asisten praktikum Peracikan Obat 2016, serta aktif dalam kegiatan
kemahasiswaan seperti TITRASI 2015 sebagai anggota divisi hubungan
masyarakat, TITRASI 2016 sebagai koordinator divisi hubungan masyarakat,
Pharmacy 3on3 and dance Competition 2016 sebagai koordinator divisi publikasi
dan dokumentasi. Selain itu penulis juga aktif dalam organisasi FKMKKP periode
2015/2016 sebagai sekretaris II dan periode 2016/2017 sebagai sekretaris I .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI