perencanaan gizi seimbang melalui edukasi gizi berdasarkan pugs
TRANSCRIPT
Perencanaan Gizi Seimbang Melalui Edukasi Gizi
berdasarkan PUGS untuk Menuju Masyarakat Sehat
Husnul Hatimah
Bab I PendahuluanLatar Belakanag
Solusinya????
Akibat dari perlu
MASALAH GIZI
GANDA
PUGSPola makan
tidak seimbang
Gizi Lebih
Penyakit Degeneratif
KEP, Marasmus,
Kwashiorkor
Gizi Kurang
Mengapa harus PUGS?
Bagaimana perkembangan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) dalam berperan meningkatkan kesehatan gizi di masyarakat saat ini?
Bagaimana penerapan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) dalam berperan meningkatkan kesehatan gizi di masyarakat saat ini?
Bagaimana merencanakan program gizi seimbang melalui edukasi gizi berdasarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) untuk menuju masyarakat sehat di masa mendatang?
Rumusan Masalah
Tujuan Umum Merencanakan program gizi seimbang berdasarkan
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) yang berguna untuk membantu mengatasi permasalahan gizi agar dapat tercapai masyarakat yang sehat.
Tujuan Khusus Mengkaji perkembangan Pedoman Umum Gizi
Seimbang (PUGS) dalam berperan meningkatkan kesehatan gizi masyarakat saat ini.
Mengevaluasi penerapan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) dalam berperan meningkatkan kesehatan gizi di masyarakat hingga saat ini.
Merencanakan program gizi seimbang berdasarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) agar tercapai masyarakat yang sehat di masa mendatang.
Tujuan Penelitian
Mengetahui perkembangan dan penerapan program gizi seimbang berdasarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).
Mengetahui perencanaan program gizi yang tepat untuk masyarakat.
Dapat membantu mengatasi dan mengurangi permasalahan gizi agar tercapai masyarakat sehat dengan program gizi seimbang sesuai Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).
Manfaat Penelitian
Upaya membantu pemerintah, ahli gizi dan tenaga kesehatan lainnya dalam pelaksanaan program gizi seimbang.
Mengenalkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) kepada masyarakat agar dapat menerapkan gizi seimbang dengan baik.
Dapat menjadi bahan kajian untuk penelitian selanjutnya.
1. Perencanaan dan Intervensi Gizi Perencanaan Gizi : suatu proses dimana
masalah-masalah gizi didefinisikan, penyebab diidentifikasikan, ukuran-ukuran yang dapat digunakan sebagai pengendali pengalokasian sumber-sumber daya yang terbatas untuk perbaikan makanan, pencegahan gizi salah dan peningkatan kesehatan diseleksi (Suhardjo,1989)
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Intervensi gizi adalah suatu kegiatan yang terencana dengan tujuan memperbaiki gizi dari suatu grup populasi yang spesifik. Ada beberapa tipe intervensi, yaitu:
Produksi Pertanian Fortifikasi Makanan Formulasi Infrastruktur Pemasaran Subsidi Harga Pangan Dosis Tinggi Pemberian Makanan Tambahan Pendidikan Gizi Program Terpadu
WHO (1978), pendidikan gizi adalah usaha yang terencana untuk meningkatkan status gizi melalui perubahan perilaku. Perubahan dan modifikasi perilaku berhubungan dengan produksi pangan, persiapan makanan, distribusi makanan dalam keluarga, dan pencegahan penyakit gizi.
Bapak Gizi Indonesia, Poerwo Soedarmo (1995), menyatakan bahwa nutrition education merupakan tindakan penting dalam usaha memperbaiki makanan. Tujuan pendidikan gizi adalah membuat masyarakat nutrition-minded, agar masyarakat mengerti hubungan antara kesehatan dan makanan dan mengerti pula bagaimana menyusun makanan lengkap yang sesuai dengan kemampuannya.
Pengertian pendidikan gizi secara umum berdasarkan para pakar edukator gizi adalah suatu proses yang berdimensi luas untuk mengubah perilaku masyarakat sehingga kebiasaan makan yang baik dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Edukasi Gizi
Tujuan Pendidikan/ Edukasi Gizi
Menurut WHO, secara umum pendidikan gizi bertujuan mendorong terjadinya perubahan perilaku yang positif yang berhubungan denagn makanan dan gizi.
Dalam Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pada Bab VIII Pasal 141 menyatakan bahwa upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan mutu gizi perseorangan dan masyarakat. Peningkatan mutu gizi dilakukan melalui: 1) Perbaikan pola konsumsi makanan yang sesuai dengan gizi seimbang; 2) Perbaikan perilaku sadar gizi, aktivitas fisik, dan kesehatan; 3) Peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi yang sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi; 4) Peningkatan sistem kewaspadaan pangan dan gizi.
Ada lima langkah merencanakan pendidikan gizi, yaitu
1. identifikasi masalah, 2. diagnosis masyarakat, 3. penetapan tujuan,4. pengembangan rencana operasional, dan5. pengembangan kegiatan.
Berdasarkan fungsinya dalam tubuh, zat gizi digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu:
Zat energi (penghasil tenaga), yaitu karbohidrat, lemak, dan protein.
Zat pembangun, berupa protein dan mineral.
Zat pengatur, berupa protein, mineral, dan vitamin.
Gizi Seimbang
Gizi seimbang adalah anjuran susunan makanan yang sesuai kebutuhan gizi seseorang untuk hidup sehat, tumbuh, berkembang cerdas dan produktif berdasarkan pedoman umum gizi seimbang.
Susunan makanan sehari–hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memerhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan (BB) ideal.
Tahun 1950 : pedoman makan 4 Sehat 5 Sempurna yang dikenalkan oleh Prof. Poerwo Soedarmo
Tahun 1992 : Konferensi Gizi Internasional di Roma yang diadakan oleh FAO, dalam rangka menghadapi beban ganda masalah gizi di negara berkembang, antara lain ditetapkan agar semua negara berkembang yang semula menggunakan pedoman “Nutrition Guide for Balance Diet” dan merekomendasikan agar setiap negara menyusun Pedoman Gizi Seimbang (PGS) untuk mencapai dan memeliharan kesehatan dan kesejahteraan gizi (nutritional well-being).
Sejarah PUGS
Tahun 1993 : PUGS dibahas pertama kali dalam Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi V sebagai penyempurnaan slogan 4 sehat 5 sempurna.
Tahun 1995: Indonesia menerapkan keputusan FAO tersebut dalam kebijakan Repelita V tahun 1995 sebagai Pedoman Gizi Seimbang dan menjadi bagian dari program perbaikan gizi. Indonesia menyusun PGS tersebut dan menjabarkannya sebagai 13 pesan dasar yang disebut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). PUGS ini dikeluarkan oleh Direktorat Gizi, Depkes.
Tahun 2009: Secara resmi PGS diterima oleh masyarakat, sesuai dengan Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 yang menyebutkan secara eksplisit “Gizi Seimbang” dalam program perbaikan gizi.
Tujuan PUGS adalah memperbaiki perilaku hidup sehat dengan memahami dan mempraktekkan pedoman gizi seimbang dalam kehidupan sehari-hari. PUGS yang digunakan sebagai dietary guidelines Indonesia ini memiliki pesan universal membiasakan makan beraneka ragam dengan jenis dan porsi yang tepat. Pesan tersebut di antaranya adalah:
1. Makanlah beraneka ragam makanan. 2. Makanlah makanan untuk memenuhi
kecukupan energi. 3. Makanlah sumber karbohidrat setengah
dari kebutuhan energi. 4. Batasi konsumsi lemak dan minyak
seperempat dari kebutuhan energi.
5. Gunakan garam beryodium. 6. Makanlah makanan sumber
zat besi7. Berikan Air Susu Ibu (ASI) saja
(ASI Eksklusif) sampai bayi umur 6 bulan dan MP-ASI sesudahnya.
8. Biasakan makan pagi. 9. Minumlah air bersih dan aman yang cukup
10. Lakukan aktivitas fisik dan olahraga secara teratur.
11. Hindari minum minuman berakohol
12. Makanlah makanan yang aman
bagi kesehatan13. Bacalah label pada makanan yang
dikemas.
1. Pengembangan Pesan-Pesan Gizi Seimbang dalam PUGS yang Lebih Praktis Digunakan Petugas Gizi Lapangan
(Nurfi Afriansyah, Trintin T., Tjetjep S. Hidayat.,dkk. tahun 2003)
Modifikasi 13 pesan gizi seimbang dalam PUGS menghasilkan10 pesan gizi seimbang yang dianggap lebih tepat dan praktis digunakan oleh petugas gizi puskesmas setempat. Ke-10 pesan
gizi seimbang itu adalah: Makanlah aneka ragam makanan bergizi setiap hari; Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi; Batasilah makanan berlemak dan berminyak; Gunakanlah garam beriodium;
Penelitian terkait Gizi Seimbang dan PUGS
Makanlah makanan sumber zat besi; Berikanlah ASI saja sampai bayi berumur 4
bulan; Biasakanlah makan pagi; Konsumsilah makanan dan minuman yang
bersih, aman, dan sehat; Lakukanlah kegiatan fisik atau olahraga
secara teratur; Hindarilah minum minuman beralkohol dan
merokok.
(Esi Emilia, tahun 2003) Kelahiran PUGS pada dasarnya
merupakan suatu proses dinamisasi dan penjabaran secara operasional dari slogan empat sehat lima sempurna. Faktor-faktor yang diperhatikan sebagai dasar penyusunan PUGS adalah : a) Masalah gizi yang dihadapi, b) Keadaan sosial budaya, c) Penemuan-penemuan mutakhir dibidang gizi dan d) Slogan empat sehat lima sempurna.
Tiga Belas Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) sebagai Pedoman untuk Hidup Sehat
Kesimpulan dari penelitian ini dapat dikemukakan hal-hal berikut ini :
1) Dengan pergeseran gaya hidup dan perubahan perilaku makan telah menimbulkan masalah gizi ganda yaitu masalah gizi lebih dan gizi kurang.
2) 13 pesan Pedoman Umum Gizi Seimbang merupakan pedoman untuk berperilaku makan dan perilaku hidup sehat yang diharapkan dapat mencegah permasalahan gizi dan menghindari terjadinya penyakit yang menyertainya.
Penerapan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) dalam Pemeliharaan Kesehatan Jantung pada Ibu Peserta dan Bukan Peserta Klub Jantung Sehat di Kalurahan Pleret Bantul Yogyakarta
(Rizqie Auliana dan Hainur Fardatin tahun 2007)
Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan semua sampel penelitian baik kelompok senam maupun kelompok bukan senam telah menerapkan 13 pesan dasar PUGS dengan baik dalam kehidupan sehari-hari, hal ini bagi kelompok senam telah sesuai dengan teori perilaku bahwa pengetahuan yang baik merupakan dasar untuk melakukan suatu tindakan atau perilaku.
Perilaku Gizi Masyarakat Bidang Gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB Tentang Pesan-Pesan Pedoman Umum Gizi Seimbang
(Novika Tri Afianti tahun 2008)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa contoh yang mempraktekkan pesan-pesan PUGS dengan baik hanya terdapat 3.3%. Secara umum praktek contoh tentang pesan-pesan PUGS tergolong cukup dan kurang. Terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan contoh di perguruan tinggi, maka prakteknya tentang pesan-pesan PUGS akan semakin baik.
Hasil uji Regresi Logistik menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi praktek tentang pesan-pesan PUGS adalah pendidikan ayah, keikutsertaan contoh terhadap organisasi dan seminar/pelatihan bidang pangan dan gizi serta akses informasi pangan dan gizi.
Analisis Hubungan Penerapan Pesan Gizi Seimbang Keluarga dan Perilaku Keluarga Sadar Gizi dengan Status Gizi Balita di Provinsi Kalimantan Barat
(Didik Hariyadi tahun 2010)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Provinsi Kalimantan Barat menghadapi masalah gizi akut-kronis dengan indikasi tingginya prevalensi status gizi kurus dan sangat kurus (wasting) mencapai 17,0% (> 5%), balita pendek dan sangat pendek (stunting) sebesar 43,4% (> 20%) dan balita status gizi kurang dan buruk (underweight) sebesar 24,1% (> 10%). Tiga pesan gizi seimbang yang belum terpenuhi di masyarakat yaitu konsumsi lemak dan minyak ¼ dari kecukupan energi, makan makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi dan makan makanan untuk memenuhi energi.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kepustakaan. Desain penelitian yang dirancang adalah penelitian deskriptif dengan mengandalkan penelitian-penelitian terdahulu. Pengumpulan data yang didapat bersumber dari buku-buku dan media teknologi internet.
BAB III Metedologi Penelitian
1. Perkembangan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) dalam berperan meningkatkan kesehatan gizi di masyarakat saat ini
Perubahan Pesan 7 yang awalnya berbunyi, “Berikan ASI ekslusif kepada bayi sampai berumur 4 bulan MP-ASI sesudahnya” menjadi “Berikan ASI ekslusif kepada bayi sampai berumur 6 bulan MP-ASI sesudahnya”.
BAB IV Hasil dan Pembahasan
Dari sumber yang didapat yaitu website resmi Depkes Gizi (http://gizi.depkes.go.id/pugs/index.shtml) Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) yang awalnya terdiri dari 13 pesan gizi seimbang sekarang menjadi 12 pesan gizi seimbang dengan menghilangkan pesan ke-3 yaitu, “Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan sehari”.
2. Penerapan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) dalam berperan meningkatkan kesehatan gizi di masyarakat saat ini
Penerapan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) masih belum bisa diterapkan dengan baik dikarenakan kurangnya sosialisasi kepada masyarakat luas. Hal ini terbukti dari rendahnya pengetahuan masyarakat seperti yang tercantum pada penelitian Didik Hariyadi pada tahun 2010 dengan judul “Analisis Hubungan Penerapan Pesan Gizi Seimbang Keluarga dan Perilaku Keluarga Sadar Gizi dengan Status Gizi Balita di Provinsi Kalimantan Barat”.
3. Perencanaan program gizi seimbang melalui edukasi gizi berdasarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) untuk menuju masyarakat sehat di masa mendatang
Identifikasi MasalahPengkajian yang dilakukan adalah terhadap:
a. Keberadaan dan penyebab masalahb. Karakteristik populasic. Kondisi Geografis
Diagnosis MasyarakatDalam rangka perencanaan materi dan teknik
pendidikan, beberapa hal yang harus diketahui, yaitu:1. Pengetahuan, sikap dan keterampilan masyarakat.2. Perilaku spesifik yang berhubungan dengan masalah
gizi3. Masalah politik, sosial, budaya, ekonomi,
kependudukan, pendidikan dapat mempengaruhi teknik dan pendidikan gizi.
4. Organisasi sosial yang ada di masyarakat5. Tokoh masyarakat atau key person 6. Tenaga, keuangan, dan fasilitas yang tersedia.
Penetapan Tujuan Pengembangan Rencana OperasionalAda beberapa hal yang perlu dikembangkan
secara operasional, yaitu:1) Materi 2) Sasaran 3) Pendidik 4) Saluran5) Metode6) Evaluasi
Kesimpulan
1) Perubahan Pesan 7 yang awalnya berbunyi, “Berikan ASI ekslusif kepada bayi sampai berumur 4 bulan dan MP-ASI sesudahnya” menjadi “Berikan ASI ekslusif kepada bayi sampai berumur 6 bulan dan MP-ASI sesudahnya”.
2) Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) yang awalnya terdiri dari 13 pesan gizi seimbang sekarang menjadi 12 pesan gizi seimbang dengan menghilangkan pesan ke-3 yaitu, “Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan sehari”.
BAB V Penutup
3) Pada penelitian Didik Haryadi tahun 2010 dengan judul “Analisis Hubungan Penerapan Pesan Gizi Seimbang Keluarga dan Perilaku Keluarga Sadar Gizi dengan Status Gizi Balita di Provinsi Kalimantan Barat” tiga pesan gizi seimbang yang belum terpenuhi di masyarakat yaitu konsumsi lemak dan minyak ¼ dari kecukupan energi, makan makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi dan makan makanan untuk memenuhi energi.
4) Lima langkah dalam merencanakan pendidikan gizi berdasarkan PUGS, yaitu identifikasi masalah, diagnosis masyarakat, penetapan tujuan,pengembangan rencana operasional, dan pengembangan kegiatan.
1) Pada penelitian ini hanya mengandalkan penelitian kepustakaan sehingga penulis belum mengkaji lebih jauh mengenai pemahaman masyarakat tentang gizi seimbang berdasarkan PUGS di lapangan. Diharapkan untuk di masa mendatang peneliti lain dapat meneliti tentang pemahaman dan penerapan PUGS di masyarakat.
2) Peran serta pemerintah dan para ahli gizi diperlukan untuk mengembangkan PUGS agar lebih mudah dimengerti dan dapat diterapkan dengan baik oleh masyarakat.
3) Pemerintah khususnya Direktorat Bina Gizi seharusnya mengenalkan dan mensosialisasikan PUGS kepada masyarakat luas melalui edukasi gizi.
4) Perubahan PUGS harus diketahui oleh masyarakat secara umum dan ahli gizi secara khusus.
• Saran
TERIMA KASIH