perilaku bullying pada remaja ditinjau dari pola asuh …eprints.ums.ac.id/50119/8/naskah...

19
PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH OTORITER ORANGTUA DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Gelar Sarjana (S-1) Psikologi HALAMAN DEPAN Diajukan Oleh : FARAH CARIMA F100120244 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

Upload: phamkiet

Post on 27-May-2019

237 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH …eprints.ums.ac.id/50119/8/Naskah Publikasi.pdf · 2017-02-14 · PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH OTORITER

PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH

OTORITER ORANGTUA DAN JENIS KELAMIN

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam

Mencapai Derajat Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

HALAMAN DEPAN

Diajukan Oleh :

FARAH CARIMA

F100120244

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

Page 2: PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH …eprints.ums.ac.id/50119/8/Naskah Publikasi.pdf · 2017-02-14 · PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH OTORITER
Page 3: PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH …eprints.ums.ac.id/50119/8/Naskah Publikasi.pdf · 2017-02-14 · PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH OTORITER
Page 4: PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH …eprints.ums.ac.id/50119/8/Naskah Publikasi.pdf · 2017-02-14 · PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH OTORITER
Page 5: PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH …eprints.ums.ac.id/50119/8/Naskah Publikasi.pdf · 2017-02-14 · PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH OTORITER

1

PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH

OTORITER ORANGTUA DAN JENIS KELAMIN

Farah Carima, Juliani Prasetyaningrum

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

[email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku bullying pada

remaja dengan pola asuh otoriter orangtua, serta untuk mengetahui perbedaan

perilaku bullying ditinjau dari jenis kelamin. Penelitian ini dilakukan di salah satu

SMP di kota Surakarta. Subjek penelitian atau responden pada penelitian ini

adalah 89 subjek yang terdiri dari 47 remaja putra dan 42 remaja putri.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan alat ukur

berupa skala perilaku bullying dan skala pola asuh otoriter orangtua. Teknik

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi Product Moment

dari Pearson dan analisis dengan menggunakan t-test. Berdasarkan hasil analisis

data dengan korelasi product moment diperoleh nilai koefisien korelasi (rxy)=

0,452 dengan taraf signifikansi = 0,000 (p < 0,01) yang berarti ada hubungan

positif antara pola asuh otoriter orangtua dengan perilaku bullying pada remaja.

Variabel perilaku bullying dan pola asuh otoriter orangtua termasuk dalam

kategori rendah. Selain itu dari hasil pengujian independent sampel t-test

diperoleh nilai uji-t sebesar t = 2,822 dengan taraf sig 0,006= (p<0,05) yang

berarti ada perbedaan perilaku bullying pada remaja putra dan remaja putri.

Dalam penelitian ini remaja putra lebih sering melakukan perilaku bullying

dibandingkan remaja putri.

Kata kunci: perilaku bullying , pola asuh otoriter orangtua, jenis kelamin

ABSTRACT

This research aims to know corellation between bullying behavior in students with

authoritarian parenting parents, and to show the difference in behavior of

bullying be reviewedfrom gender. This research was conducted in one of the first

high schools in the city of Surakarta. The subject in this research amounts to 89

people consisting 47 students are male and 42 students are female. Sampling is

done with cluster random sampling techniques. The methods used in this research

is quantitative methods with a measuring instrument in the form of scale of

bullying behavior and scale of authoritarian parenting parents. Technique of data

analysis with correlation Product Moment from Pearson and analysis with t-test.

Based on the results of data analysis with the correlation product moment

obtained coefisien correlation value (rxy) = 0.452 with taraf significance = 0.000

(p < 0.01) it means there is a positive corelation between authoritarian parenting

parents with bullying behavior on students. Bullying behavior variable and

Page 6: PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH …eprints.ums.ac.id/50119/8/Naskah Publikasi.pdf · 2017-02-14 · PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH OTORITER

2

authoritarian parenting parents included in low categories. Beside in addition to

that of the results with either using independent sample t-test obtained the value

t-test is 2.822 with taraf sig = 0.006 (p < 0.05) it means there is a difference

bullying behavior between male students and female students. This research

shows that male students more often do bullying behavior than female students

Keywords: bullying behavior, authoritarian parenting parents, gender

1. PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan masa terjadinya krisis identitas atau pencarian

identitas diri. Pada masa ini remaja diharapkan dapat menyelesaikan tugas-tugas

perkembangannya dengan baik, sehingga remaja sudah mampu menentukan

pilihan untuk masa depannya dan sudah dapat mengatasi permasalahan yang ada

pada dirinya serta remaja dapat berperilaku mengikuti nilai dan aturan yang

berlaku dilingkungan sekitarnya (Levianti, 2008). Namun kenyataannya

karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini sering

menimbulkan masalah pada diri remaja (Erickson dalam Maya, 2015). Pencarian

identitas di masa remaja dapat mengarah kepada perilaku yang positif serta negatif

(Levianti, 2008). Perilaku negatif yang banyak dilakukan oleh remaja salah

satunya adalah perilaku bullying, perilaku ini marak terjadi dilingkup sekolah.

Perilaku bullying ini sendiri diartikan sebagai bentuk penindasan terhadap korban

yang lemah dengan melakukan hal-hal yang tidak disukai serta dilakukan secara

berulang (Halimah, Khumas & Zainudin, 2015). Perilaku tersebut bisa terjadi

diberbagai setting seperti di sekolah, di rumah, di pondok pesantren, di tempat

penitipan anak, di tempat kursus, kantor, diarea bermain dan lain sebagainya.

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Nansel (dalam Yahaya, Ramli,

Hashim, Ibrahim & Rahman, 2009) dari 8,4 persen anak-anak terdapat 20 persen

dari anak-anak di Negara Amerika bahwa mereka menjadi korban perilaku

bullying yang dilakukan setidaknya satu kali dalam seminggu. Haynie (dalam

Yahaya dkk, 2009) ada 24,4 persen menjadi 44,6 persen anak-anak mengalami

bullying berulang kali didalam lingkungannya. Perilaku bullying merupakan

masalah yang serius dan merupakan perilaku kekerasan yang mengiriskan

Page 7: PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH …eprints.ums.ac.id/50119/8/Naskah Publikasi.pdf · 2017-02-14 · PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH OTORITER

3

sehingga dapat mempengaruhi mereka hingga 25 persen menjadi 50 persen anak

di sekolah.

Penelitian tentang fenomena bullying yang dilakukan oleh Huneck (dalam

Nurhayanti, Novotasari & Natalia, 2013) mengungkapkan bahwa 10-60 % siswa

Indonesia melaporkan mendapat ejekan, cemoohan, pengucilan, pemukulan,

tendangan, ataupun dorongan, setidaknya sekali dalam seminggu. Penelitian yang

juga dilakukan oleh Sejiwa (dalam Nurhayanti, Novotasari & Natalia, 2013) pada

tahun 2008 tentang perilaku bullying di tiga kota besar di Indonesia yaitu

Yogyakarta, Surabaya dan Jakarta mencatat terjadinya tingkat bullying sebesar

67,5% ditingkat sekolah menengah atas (SMA) dan 66.1% ditingkat sekolah

lanjutan pertama (SMP), bullying yang dilakukan sesama siswa, tercatat sebesar

41,2% untuk tingkat SMP dan 43,7% untuk tingkat SMA dengan kategori

tertinggi bullying psikologis berupa mengucilkan. Peringkat kedua ditempati

bullying verbal (mengejek) dan terakhir bullying fisik (memukul). Gambaran

kekerasan di SMP di tiga kota besar yaitu : Yogya:77,5% (mengakui ada

bullying), 22,5% (mengakui tidak ada bullying), Surabaya: 59,8 % (ada bullying),

Jakarta: 61,1% (ada bullying)

Ditemukan juga bahwa kasus bullying lebih banyak dilakukan oleh remaja

putra dibandingkan oleh remaja putri, seperti survei yang telah dilakukan di Malta

menemukan bahwa 15-24% anak laki-laki setiap tahun mengatakan bahwa mereka

sering melakukan perilaku bullying, dibandingkan dengan 8 – 13% anak

perempuan. Sedangkan 60% pelaku bullying laki-laki mengaku lebih sering

melakukan perilaku bullying fisik dibandingkan dengan 30% anak perempuan

Borg (dalam Saifullah, 2016). Selain itu dikemukakan juga oleh Scheithauer

(dalam Saifullah, 2016) bahwa anak laki-laki lebih banyak melakukan bullying

berupa tindakan agresif dibandingkan anak perempuan, namun anak perempuan

terlibat dalam bullying tidak langsung. Dikatakan juga bahwa anak laki-laki

memiliki lebih banyak kebebasan untuk mengekspresikan perilaku agresif mereka

sedangkan anak perempuan diharapkan tidak agresif agar sesuai dengan stereotip

mereka bahwa anak perempuan cenderung ramah dan lemah lembut (Turkel

dalam Hertinjung & Karyani, 2015). Selain itu didapatkan juga bahwa remaja

Page 8: PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH …eprints.ums.ac.id/50119/8/Naskah Publikasi.pdf · 2017-02-14 · PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH OTORITER

4

laki-laki lebih banyak terlibat aksi bullying dibandingkan dengan remaja putri, hal

tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh adila (dalam Saifullah,

2016) yang menyatakan bahwa pelajar laki-laki lebih sering menggunakan

tindakan bullying terhadap pelajar lain baik secara langsung maupun tidak

langsung dibandingkan dengan pelajar perempuan.

Dari data hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan oleh

peneliti pada tanggal 16 Mei 2016 bertempat disalah satu Sekolah Menengah

Pertama Swasta di kota Surakarta yang dilakukan kepada kepala sekolah, guru

dan didapatkan temuan mengenai perilaku bullying yang terjadi di sekolah

tersebut. Dari pihak kepala sekolah diperoleh informasi bahwa terdapat siswa-

siswinya terlibat dalam kasus bullying di sekolah, kepala sekolah juga

menjelaskan perilaku bullying yang sering terjadi di sekolah berbentuk bullying

verbal, seperti adanya siswa atau siswi yang seringkali mendapatkan ejekan atau

julukan oleh teman-temannya. Selain itu salah satu guru wali kelas VIII.C yang

diwawancarai juga menyatakan bahwa pada saat jam pelajaran berlangsung salah

satu anak di kelas tersebut kerap meganggu teman yang duduk disampingnya

dengan memukul kepala temannya itu, hingga anak tersebut sering mendapatkan

panggilan dari guru Bimbingan Konseling untuk mendapatkan pengarahan. Guru

BK di sekolah tersebut juga menyatakan bahwa sering menangani siswa atau siswi

yang kerap mengganggu teman yang lain saat di sekolah, pihak guru BK juga

pernah memberikan konseling kepada siswa yang tidak mau masuk sekolah

karena perilaku bullying yang diterimanya di sekolah. Salah satu siswa di sekolah

tersebut juga mengatakan bahwa teman-teman sekelasnya sering memanggilnya

“botak”, siswi lain yang diwawancarai juga mengatakan seringkali diacuhkan oleh

teman-temannya di sekolah. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh

peneliti mulai pukul ± 09.00 WIB- ± 09.30 WIB didapatkan hasil saat jam

istirahat salah satu siswa di bully oleh temannya ia dipukul dan sempat didorong-

dorong oleh temannya. Maka dapat disimpulkan bahwa di sekolah tersebut terjadi

perilaku bullying, perilaku bullying yang terjadi meliputi bullying secara verbal

seperti mengejek, memberikan julukan, bullying secara fisik seperti memukul dan

mendorong serta bullying serta psikologis seperti mendiamkan dan mengacuhkan.

Page 9: PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH …eprints.ums.ac.id/50119/8/Naskah Publikasi.pdf · 2017-02-14 · PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH OTORITER

5

Tis’ina dan Suroso (2015) menemukan bahwa bullying yang dilakukan

seorang siswa disekolah dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu faktor keluarga,

sekolah dan teman sebaya. Salah satu faktor yang dapat memunculkan pelaku

bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah. Terdapat faktor lain

yang mendorong terjadinya perilaku bully menurut Tis’ina dan Suroso (2015)

yaitu: pola asuh otoriter orangtua, regulasi emosi, perilaku asertif, konformitas,

religiusitas, komunikasi, peran kelompok sebaya, tipe atau peran kepribadian, dan

kontrol sosial. Serta menurut Wiyani (dalam Nurhayanti, Novotasari & Natalia,

2013) yaitu: anak- anak yang dari pola asuh orangtua otoriter, anak-anak yang

sering berperilaku kasar, serta orangtua yang permisif terhadap perilaku agresif

anak.

Jika fungsi didalam keluarga tidak berjalan dengan baik, seperti pola asuh

yang tidak sesuai, tentu perilaku negatif seperti bullying akan muncul dari dalam

diri remaja, hal tersebut sejalan dengan yang dikatakan Santrock (2005) bahwa

pola asuh otoriter dapat diartikan sebagai orangtua yang membatasi dan bersifat

menghukum yang mendesak remaja untuk mengikuti petunjuk orangtua, serta

membuat batasan dan kendali yang tegas dan hanya melakukan sedikit

komunikasi verbal, sehingga anak tidak mampu mengungkapkan perasaan yang

ada didalam dirinya. Tekanan didalam diri anak yang tidak terselesaikan karena

orangtua yang otoriter dapat menyebabkan munculnya pelampiasan perilaku kesal

anak di luar rumahnya, seperti diungkapkan oleh Sarwono (2012) yang

menyatakan anak yang merasakan tekanan didalam dirinya namun tidak mampu

menyelesaikan dengan baik akan cenderung melampiaskan permasalahannya

dalam bentuk perilaku bullying.

Hal ini sesuai dengan Pohan (dalam Suastini, 2011) yang menyatakan

bahwa perbuatan negatif anak terjadi karena anak sudah terbiasa melihat atau

menonton perbuatan-perbuatan negatif yang dilakukan orangtuanya. Selain itu

peran orangtua juga sebagai model anak-anaknya dapat dilakukan dengan

memberikan contoh buruk kepada anak–anaknya bagaimana seharusnya anak-

anak bertindak dan apa yang sebaiknya dilakukan anak. Jika orang tua berlaku

Page 10: PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH …eprints.ums.ac.id/50119/8/Naskah Publikasi.pdf · 2017-02-14 · PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH OTORITER

6

demikian kepada anaknya, itu berarti ia menyediakan model terhadap anak untuk

meniru perilaku tersebut (Hartuti dalam Suastini, 2011).

Hasil temuan penelitian Georgiou dan Olweus (dalam Hasan & Ee, 2015)

yang menunjukkan bahwa pelaku bullying lebih cenderung berasal dari keluarga

di mana orangtua membesarkan anak dari pola asuh orangtua otoriter. Dikatakan

oleh Vernonbeck (dalam Evangelista, Mendoza & Malabanan, 2014)

menambahkan pola asuh otoriter dapat mempengaruhi perilaku anak-anak. Hal ini

menyebabkan, anak-anak akan berperilaku buruk di sekolah dan tidak mampu

berkomunikasi dengan orangtua. Orangtua juga memiliki kesulitan berkomunikasi

dengan anak. Sejak pengasuhan pola asuh otoriter yang dialami oleh anak-anak,

maka anak-anak mungkin meniru atau melakukan hal yang sama dengan perilaku

yang dilakukan oleh orangtuanya atau meluapkan perilaku negatif diluar

lingkungan rumahnya.

Georgiou (dalam Nikivorou, Georgiou & Stavrinides, 2013) menyatakan

bahwa semakin tinggi pola asuh orangtua otoriter maka akan tinggi tingkat

perilaku bullying. Para peneliti yang sama juga menemukan bahwa orangtua yang

sering merasa marah dengan anak-anak mereka maka anak-anak cenderung

memiliki perilaku bullying dikarenakan anak meniru orangtua. Tis’ina dan Suroso

(2015) juga telah melakukan penelitian yang menyatakan bahwa semakin tinggi

pola asuh otoriter yang diterapkan orangtua maka bullying anak disekolah

semakin tinggi, sebaliknya semakin rendah pola asuh otoriter yang diterapkan

orangtua maka bullying anak disekolah juga akan semakin rendah.

Pendapat lain menurut Egan dalam Damantari (2011) bullying dan

victimization lebih sering terjadi pada anak laki-laki. Hal yang sama juga

disebutkan bahwa perilaku bullying lebih menonjol terjadi pada kalangan laki-laki

daripada perempuan. Selain itu dikatakan pula bahwa jenis kelamin turut berperan

menjadi salah satu faktor perilaku bullying, bahwa siswa laki-laki cenderung

setuju dengan perilaku bullying, namun bukan berarti bahwa perempuan tidak

setuju dengan bullying. Hal tersebut sejalan dengan yang dikatakan oleh Usman

(dalam Putri, Nauli & Novayelinda, 2015) yaitu: jenis kelamin, tipe kepribadian

Page 11: PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH …eprints.ums.ac.id/50119/8/Naskah Publikasi.pdf · 2017-02-14 · PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH OTORITER

7

anak, kepercayaan diri, iklim sekolah, peranan kelompok atau teman sebaya.

Perilaku bullying juga dipengaruhi oleh faktor yang lain seperti jenis kelamin.

Hasil penelitian lain juga mengungkap adanya perbedaan perilaku bullying

pada remaja putra dan putri bahwa 31 orang (66,0 %) laki-laki yang terlibat kasus

bullying dan sebanyak 11 orang (30,6 %) adalah remaja putri, dan dari penemuan

tersebut disimpulkan bahwa mayoritas remaja putra lebih banyak terlibat dalam

perilaku bullying dibandingkan dengan remaja putri (Putri, Nauli & Novayelinda,

2015).

Berdasarkan uraian di atas penulis ingin membuktikan hipotesis yaitu: ada

hubungan positif antara perilaku bullying pada remaja dengan pola asuh otoriter

orangtua. Semakin tinggi pola asuh otoriter orangtua maka semakin tinggi

perilaku bullying pada remaja dan sebaliknya semakin rendah pola asuh otoriter

orangtua maka semakin rendah perilaku bullying pada remaja. Selain itu penulis

juga ingin mengetahui perbedaan perilaku bullying pada remaja putra dan putri

yakni remaja putra lebih sering melakukan tindakan bullying dibandingkan

dengan remaja putri

2. METODE

Penelitian ini terdiri atas variabel tergantung yaitu perilaku bullying dan

variabel bebas yaitu pola asuh otoriter orangtua dan jenis kelamin. Populasi

penelitian sebanyak 172 orang yang terdiri dari siswa-siswi kelas VII dan VIII di

salah satu Sekolah Menengah Pertama Swasta di Kota Surakarta, peneliti

mengambil sampel dengan menggunakan teknik cluster random sampling yang

mana dari masing-masing jenjang kelas VII dan VIII terdapat 4 kelas yaitu A, B,

C, dan D kemudian dipilihlah 2 kelas dari masing-masing jenjang secara random

(acak), terpilihlah kelas VII.C dan VII.D serta VIII.C dan VIII.D dengan jumlah

keseluruhan sampel sebanyak 89 subjek.

Pengumpulan data menggunakan skala perilaku bullying yang telah disusun

oleh Astuti (2015) berdasarkan aspek-aspek bullying fisik, bullying verbal, dan

bullying psikologis. Sedangkan skala pola asuh otoriter orangtua merupakan skala

Page 12: PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH …eprints.ums.ac.id/50119/8/Naskah Publikasi.pdf · 2017-02-14 · PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH OTORITER

8

yang telah disusun oleh Prameswari (2014) berdasarkan aspek pemberian disiplin,

komunikasi, pemenuhan kebutuhan dan pandangan terhadap remaja.

Skala yang digunakan tersebut telah memenuhi kriteria valid dan reliabel.

Uji validitas skala menggunakan validitas konstruk (construct validity) yang

menyatakan bahwa setiap butir dalam instrumen itu valid atau tidak dapat

diketahui dengan cara mengkorelasikan antara skor butir dengan skor total,

pengujian validitas seluruh butir instrumen dalam satu variabel dapat dilakukan

dengan mencari daya beda skor tiap aitem hal ini dilakukan dengan meilihat nilai r

hitung dan r tabel (r hitung> r tabel) (Sugiyono, 2015). Daya beda untuk skala

bullying berkisar (0,220-0,562) sedangkan untuk skala pola asuh otoriter orangtua

berkisar (0,214-0,591). Reliabilitas skala dihitung dengan teknik cronbach aplha

untuk mengetahui koefisien reliabilitas (α) kedua skala tergolong reliabel dengan

nilai (α) perilaku bullying = 0,891 (32 aitem) dan nilai (α) pola asuh otoriter

orangtua = 0,876 (31 aitem). Teknik analisis data menggunakan teknik product

moment dari pearson dan independent sample t-test yang keduanya dilakukan

dengan bantuan program SPPS. 16.0 for windows.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis korelasi product moment dari Pearson diperoleh

nilai koefisien korelasi (r) sebesar = 0,452 (p) = 0,000 (p< 0,01) artinya ada

hubungan positif yang signifikan antara pola asuh otoriter dengan perilaku

bullying pada remaja, maka dari itu hipotesis peneliti dinyatakan diterima.

Terbukti dengan hipotesis yang diajukan oleh peneliti yaitu adanya hubungan

positif yang signifikan menjelaskan bahwa semakin tinggi pola asuh otoriter

orangtua maka semakin tinggi perilaku bullying pada remaja, sebaliknya semakin

rendah pola asuh otoriter orangtua maka semakin rendah perilaku bullyingnya,

pola asuh otoriter orangtua turut mempengaruhi perilaku bullying pada

remaja.Tingkat pola asuh otoriter orangtua dan perilaku bullying dalam penelitian

ini termasuk dalam kategori rendah.

Remaja yang tidak diasuh dengan pola asuh otoriter akan memiliki

perilaku bullying yang rendah. Hal ini disebabkan karena remaja yang tidak

Page 13: PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH …eprints.ums.ac.id/50119/8/Naskah Publikasi.pdf · 2017-02-14 · PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH OTORITER

9

diasuh dengan pola asuh otoriter orangtua akan mendapatkan kebutuhan afeksi

yang lebih baik melalui hubungan penuh kasih sayang dengan orangtuanya,

adanya sikap terbuka, serta penanaman sikap dan moral sehingga anak tersebut

memiliki kecenderungan untuk berperilaku positif (Fatchurahman & Praktiko

2012). Sedangkan remaja yang memiliki pola asuh otoriter orangtua yang tinggi

akan cenderung melampiaskan permasalahannya dalam bentuk perilaku bullying,

hal ini disebabkan karena munculnya perilaku bullying pada remaja karena

terdapat tekanan didalam diri anak yang tidak terselesaikan menyebabkan

munculnya pelampiasan perilaku kesal anak diluar rumahnya (Sarwono, 2012).

Pelampiasan dapat muncul dikarenakan sikap otoriter orangtua dirumah, dimana

orangtua membatasi anak dan bersifat menghukum yang mendesak anak untuk

mengikuti petunjuk orangtua serta membuat batasan dan kendali yang tegas dan

hanya melakukan sedikit komunikasi verbal, sehingga anak tidak dapat

menyampaikan ide, gagasan, ataupun perasaan kepada orangtuanya (Santrock,

2005).

Pola asuh otoriter orangtua yang tinggi akan membuat anak terbiasa

dengan perilaku-perilaku negatif yang dilakukan oleh orangtuanya di rumah,

sehingga anak akan lebih mudah melakukan perilaku negatif di luar rumah seperti

perilaku bullying (Georgio & Olweus dalam Hasan & Ee, 2015). Sesuai yang

diungkapkan oleh Loeber dan Stouthamer (dalam Efobi & Nwokolo, 2014) yang

menyatakan gaya pengasuhan otoriter yang dilakukan oleh orang tua, yaitu

dengan cara mendidik anak dengan cara tidak konsisten serta sering memberikan

hukuman terhadap anak tanpa penjelasan, hal ini menyebabkan anak berperilaku

negatif.

Pohan (dalam Suastini, 2011) menambahkan bahwa seseorang yang pada

masa remaja memiliki pola asuh otoriter orangtua yang tinggi atau negatif maka

remaja tersebut akan cenderung memiliki perilaku-perilaku yang juga negatif, hal

tersebut dikarenakan anak menjadikan perilaku atau perbuatan negatif yang

dilakukan orangtuanya sebagai model. Proses modelling dimulai dari tahap

seorang anak yang memperhatikan orangtuanya, kemudian perilaku tersebut

disimpan oleh anak dalam ingatannya, setelah itu informasi yang diterima dan

Page 14: PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH …eprints.ums.ac.id/50119/8/Naskah Publikasi.pdf · 2017-02-14 · PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH OTORITER

10

telah tersimpan didalam memori diproduksi kembali lalu perilaku tersebut

mendapatkan penguatan (reinforcement) sehingga perilaku tersebut muncul

(Bandura dalam Laila,2006).

Sumbangan efektif (SE) variabel pola asuh otoriter orangtua terhadap

perilaku bullying sebesar 20% ditunjukkan dengan koefisien determinasi sebesar

(r2) = 0,452. Masih terdapat 80% faktor lain yang mempengaruhi perilaku

bullying. Hasil tersebut diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Tis’ina

dan suroso (2015) yang menyatakan bahwa pola asuh otoriter orangtua menjadi

salah satu faktor munculnya perilaku bullying, semakin tinggi pola asuh otoriter

yang diterapkan orang tua maka bullying anak disekolah semakin tinggi,

sebaliknya semakin rendah pola asuh otoriter yang diterapkan orangtua maka

bullying anak disekolah juga akan semakin rendah.Namun terdapat faktor lain

yang mempengaruhi perilaku bullying yaitu regulasi emosi, perilaku asertif,

konformitas, religiusitas, komunikasi, peran kelompok sebaya, tipe atau peran

kepribadian, dan kontrol sosial.

Hasil analisis variabel pola asuh otoriter orangtua diketahui bahwa rerata

empirik (RE) sebesar 66,42 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 77,5 yang berarti

bahwa variabel pola asuh otoriter orangtua termasuk kedalam kategori rendah.

Berdasarkan kategori skala pola asuh otoriter orangtua diketahui bahwa 8%

(7orang) memiliki pola asuh otoriter orangtua yang tergolong sangat rendah; 54%

(48 orang) memiliki pola asuh otoriter orangtua yang rendah; 29% (26 orang)

memiliki pola asuh otoriter orangtua yang sedang; dan 9% (8 orang) memiliki

pola asuh otoriter orangtua yang sedang dari data tersebut menunjukkan bahwa

prosentase dari jumlah terbanyak berada pada posisi rendah. Hal ini dikarenakan

sekolah tersebut adalah sekolah yang bernuansa islami, artinya di sekolah tersebut

juga terdapat penanaman nilai-nilai keislaman, selain itu pihak sekolah telah

melakukan upaya prevensi yang meliputi: 1). Terdapat mata pelajaran khusus di

bidang agama islam salah satunya aqidah ahklak yang mana materi yang ada

didalamnya mencakup adab-adab atau aturan dalam berinteraksi dengan orang

lain, diantaranya berbicara dengan tutur kata yang baik, tidak menyakiti perasaan

orang lain, bersikap sopan, menghargai sesama muslim, saling tolong menolong

Page 15: PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH …eprints.ums.ac.id/50119/8/Naskah Publikasi.pdf · 2017-02-14 · PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH OTORITER

11

dalam kebaikan, mengucapkan salam ketika bertemu dan mengajarkan juga

konsep islam yaitu dosa dan pahala yang mana perbuatan buruk yang dilakukan

akan mendapatkan dosa dan balasan pahala bagi yang melakukan perbuatan baik,

2). Terdapat mading dan pamflet yang memberikan penjelasan, peringatan dan

informasi mengenai dampak dan bahaya bullying. Selain upaya pencegahan pihak

sekolah telah melakukan upaya penanganan yakni dengan adanya guru BK di

sekolah yang berperan aktif menangani anak-anak yang bermasalah dengan

memanggil anak tersebut untuk diberikan konseling, dengan langkah tersebut

sekolah telah meminimalisir perilaku bullying.

Hasil analisis variabel perilaku bullying diketahui bahwa rerata empirik

sebesar 59,07 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 80 bahwa variabel perilaku

bullying termasuk kedalam kategori rendah. 32,6% (29 orang) memiliki perilaku

bullying yang tergolong sangat rendah; 46% (41 orang) memiliki perilaku bullying

yang tergolong rendah; 18% (16 orang) memiliki perilaku bullying yang

tergolong sedang; dan 3,4% (3 orang) memiliki perilaku bullying yang tergolong

tinggi. Ini menunjukkan bahwa prosentase dari jumlah terbanyak berada pada

posisi rendah

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji t-test dapat diartikan

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan perilaku bullying antara remaja putra

dan remaja putri. Prosentase mean yang diperoleh dari kelompok remaja putra

sebesar 63,19 sedangkan dari kelompok remaja putri sebesar 54,45. Seperti pada

penelitian yang dilakukan oleh Borg (dalam Saifullah, 2016) didapatkan bahwa

kasus bullying lebih banyak dilakukan oleh remaja putra dibandingkan oleh

remaja putri, survei yang telah dilakukan di Malta, menemukan bahwa 15-24 %

remaja putra setiap tahun mengatakan bahwa mereka sering melakukan perilaku

bullying, dibandingkan dengan 8 – 13% remaja putri. Sedangkan 60 % pelaku

bullying remaja putra mengaku lebih sering melakukan perilaku bullying fisik

dibandingkan dengan 30 % remaja putri.

Hal serupa juga mengatakan bahwa sebanyak 83 responden yang dijadikan

sampel didalam penelitianterdapat 31 orang (66,0 %) remaja putra yang terlibat

kasus bullying dan sebanyak 11 orang (30,6 %) adalah remaja putri, dan dari

Page 16: PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH …eprints.ums.ac.id/50119/8/Naskah Publikasi.pdf · 2017-02-14 · PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH OTORITER

12

penemuan tersebut disimpulkan bahwa remaja putra lebih banyak terlibat dalam

perilaku bullying dibandingkan dengan remaja putri (Putri, Nauli & Novayelinda,

2015).

Selain itu bentuk bullying pada laki-laki dan perempuan juga berbeda ,

laki-laki lebih dominan ke bentuk fisik, hal ini terlihat dari hasil wawancara yang

terhadap subjek laki-laki yang menyatakan subjek pernah memukul teman serta

meneriakinya ketika terdapat teman di sekolah yang menantangnya (w.no baris

35-37, hal1) kemudian pada subjek ke dua yang di wawancara juga menyatakan

bahwa ia pernah didorong oleh temannya (w.no baris 67-69, hal 6)

Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa anak laki-laki cenderung lebih

agresif, kasar, tidak peka terhadap perasaan oranglain, lebih suka melakukan

tindakan agresif secara fisik, terlihat dari hasil wawancara diatas bahwa anak laki-

laki cenderung mudah melakukan dan menerima bentuk bullying yang bersifat

fisik seperti pukulan.

Dari hasil wawancara peneliti kepada subjek perempuan yang menyatakan

bahwa ia sering mengejek teman yang tidak pintar dikelas (w.no baris 108-114,

hal 12) serta juga pernah menertawakan temannya yang tidak dapat mengerjakan

tugas didepan kelas (w.no baris 147-151,hal 13). Sedangkan subjek lain mengaku

bahwa ia sering menjadi bahan pembicaraan atau digosipkan oleh teman-

temannya yang iri dengannya (w.no baris 149-157, hal 17). Dari hasil wawancara

diatas juga terlihat bahwa remaja perempuan cenderung melakukan bullying

secara verbal. Selain itu juga tampak dari hasil wawancara pada subjek

perempuan ynag berinisial FN yang juga menunjukkan bahwa perilaku bullying

pada perempuan lebih bersifat verbal.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan tersebut adalah adanya

hubungan positif antara pola asuh otoriter orangtua dengan perilaku bullying. Hal

ini menunjukkan bahwa variabel pola asuh otoriter orangtua dapat digunakan

sebagai prediktor untuk mengukur tingkat perilaku bullying. Setiap penelitian

pasti memiliki kelemahan, adapun kelemahan dalam penelitian akan peneliti

masukan ke dalam saran penelitian pada bab selanjutnya.

Page 17: PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH …eprints.ums.ac.id/50119/8/Naskah Publikasi.pdf · 2017-02-14 · PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH OTORITER

13

4. PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan

sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa: 1) Ada hubungan positif antara pola asuh

otoriter orangtua dengan hubungan perilaku bullying pada remaja, artinya semakin

tinggi perilaku bullying maka semakin tinggi pola asuh otoriter orangtua dan

sebaliknya. 2) Subjek penelitian memiliki perilaku bullying yang tergolong rendah.

3) Subjek penelitian memiliki pola asuh otoriter orangtua yang tergolong rendah.

4)Terdapat perbedaan perilaku bullyiing ditinjau dari jenis kelamin. 5) Perilaku

bullying pada laki-laki sebesar 64,47 sedangkan perempuan sebesar 55,64. Jadi

sebagian besar perilaku bullying lebih sering dilakukan oleh laki-laki dibanding

perempuan.

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan yang diperoleh

penulis selama pelaksanaan penelitian, maka penulis memberikan sumbangan

saran yang diharapkan dapat bermanfaat, yaitu: Berdasarkan hasil penelitian,

pembahasan, dan kesimpulan yang diperoleh penulis selama pelaksanaan

penelitian, maka penulis memberikan sumbangan saran yang diharapkan dapat

bermanfaat, yaitu:1) bagi siswa, Agar siswa terhindar dari perilaku bullying

karena siswa seharusnya mencontoh kedisplinan serta perilaku-perilaku positif

yang dilakukan oleh orangtua di rumah. 2) bagi orangtua, Agar orang tua dapat

menerapkan pola asuh yang sesuai untuk anak-anaknya, dengan menjalin

komunkasi yang baik dan memberikan kesempatan anak untuk mengungkapkan

pendapatnya, dengan sehingga anak akan terhindar perilaku bullying. 3).bagi

peneliti lain, Jika tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik yang sama,

disarankan untuk menambah variabel-variabel lain serta juga dapat memilih

subjek dengan kriteria yang berbeda serta lokasi yang berbeda dari penelitian ini.

PERSANTUNAN

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Mama

tercinta Aminah dan Abi tercinta Muhammad Yunus Babher yang telah senantiasa

mendoakan tanpa lelah untuk penulis. Suamiku Ali Baladraf serta ketiga

Saudaraku Sarah, Amira dan Fahira yang selalu memberikan semangat tiada henti

Page 18: PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH …eprints.ums.ac.id/50119/8/Naskah Publikasi.pdf · 2017-02-14 · PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH OTORITER

14

serta sahabatku yang selalu mendukung penulis. Serta ibu Dra. Juliani

Prasetyaningrum, M.Si., Psi. yang telah memberikan semangat dan bimbingan

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, A. N. (2015). Hubungan Antara Inferioritas Dan Perilaku Bullying

Remaja Di SMP Pangudi Luhur St. Vincentius Sedayu (Skripsi tidak

dipublikasikan). Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta.

Damantari. (2011). Perilaku Bullying Pada Remaja di Sekolah Ditinjau dari Jenis

Kelamin (Skripsi tidak dipublikasikan). Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah, Surakarta.

Efobi, A., & Nwokolo, C. (2014). Relationship beetwen parenting styles and

tendency to bullying behaviour among adolescents. Journal of Education

and Human Development, 3(1), 507-521. Diunduh dari

www.aripd.org/jehd

Evangelista, K. D., Mendoza, R. A., & Malabanan. M. G. A. (2014). Parental

authority and its effects on the agression of children. Journal of Education,

Arts and Sciences, 1(3), 78-80. Diunduh dari www.apjeas.apjmr.com

Fatchurahman, M., & Praktiko, H. (2012). Kepercayaan diri, kematangan emosi,

pola asuh orangtua demokratis dan kenakalan remaja. Jurnal Psikologi

Indonesia, 1(2), 77-87

Halimah, A., Khumas, A.,& Zainuddin, K. (2015). Persepsi pada bystander

terhadap intensitas bullying pada siswa SMP. Jurnal Psikologi, 42(2), 129-

140

Hassan, N. C., & Ee. (2015). Relationship beetwen bully’s behaviour and

parenting styles amongst elementary school students. Journal of Education

and Training, 1(1), 1-12. Diunduh dari http://www.injet.upm.edu.my

Hertinjung, W. S., & Karyani, U. (2015). Profil pelaku dan korban bullying di

sekolah dasar (University Reaserach Coloqium). Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah, Surakarta.

Laila, N. Q. (2015). Pemikiran pendidikan moral albert bandura. Jurnal

Pendidikan, 3(1), 21-36

Page 19: PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH …eprints.ums.ac.id/50119/8/Naskah Publikasi.pdf · 2017-02-14 · PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH OTORITER

15

Levianti. (2008). Konformitas dan bullying pada siswa. Jurnal Psikologi, 6(1), 1-9

Maya, N. (2015). Fenomena cyberbullying di kalangan pelajar. Jurnal Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, 4(3), 443-450

Nikivorou, M., Georgiou, S., & Stavrinides, P. (2013). Attachment to parents and

peers as a parameter of bullying and victimization. Journal of

Criminology, 9, 1-9. doi:10.1155/.org.2013.484871

Nurhayanti, R., Novotasari, D., & Natalia. (2013). Tipe pola asuh orang tua yang

berhubungan dengan perilaku bullying di SMA Kabupaten Semarang.

Jurnal Keperawatan Jiwa, 1(1), 49-59

Prameswari, N. L. D.A. (2014). Hubungan antara Pola Asuh Otoriter dan

Ketakutan Akan Kegagalan dengan Motivasi Berprestasi (Skripsi tidak

dipublikasikan). Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret,

Surakarta.

Putri, H. N., Nauli, F. A., & Novayelinda, R. (2015). Faktor-faktor yang

berhubungan dengan perilaku bullying pada remaja. Jurnal JOM, 2(2),

1149-1159

Saifullah, F. (2016). Hubungan antara konsep diri dengan bullying pada siswa-

siswi smp. Journal Psikologi, 4(2), 200-204

Santrock, J. W. (2005). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: PT. Gelora

Aksara Pratama.

Sarwono, S. W. (2012). Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Suastini, N. (2011). Hubungan antara pola asuh orang tua otoriter dengan

agresivitas remaja. Jurnal JP3, 1(1), 97-108

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Tindakan Komprehensif. Bandung:

ALFABETA.

Tis’ina, N. A., & Suroso. (2015). Pola asuh otoriter, konformitas dan perilaku

school bullying. Jurnal Psikologi Indonesia, 4(2), 153-161

Yahaya, A., Ramli, J., Hashim, S., Ibrahim, M., & Rahman, R. (2009). Teachers

and students perception towards bullying in Batu Pahat District secondary

school. European of Social Sciences, 11(4), 543-658. Diunduh dari

https://www.researchgate.net