plagiat merupakan tindakan tidak terpuji - core.ac.uk · siklus hidup hiv di dalam sel inang ......
TRANSCRIPT
EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPS)
PADA PENGOBATAN PASIEN HIV DENGAN KANDIDIASIS
DI RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA
PERIODE JANUARI 2010 – JUNI 2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Vincentia Ganesi Madita
NIM: 118114154
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPS)
PADA PENGOBATAN PASIEN HIV DENGAN KANDIDIASIS
DI RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA
PERIODE JANUARI 2010 – JUNI 2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Vincentia Ganesi Madita
NIM: 118114154
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini kupersembahkanuntuk
Allah Bapa, TuhanYesus Kristus, dan Bunda Maria di surga
Keluargaku tersayang, Papa, Mama, Gabby, dan Evan
Yang teristimewa, Albert
Sahabat dan teman-temanku
Serta Almamaterku…
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat, bimbingan dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi dengan judul “Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada
Pengobatan Pasien HIV dengan Kandidiasis di Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Januari 2010-Juni 2014” sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) program studi Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan,
doa, dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril, spiritual, maupun materiil.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Direktur Utama Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta yang telah memberikan
izin untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.
2. Ibu Ir. Valentina Dwi Yuli Siswianti, M. Kes. Sebagai Direktur Pelayanan
Kesehatan dan Infrastruktur Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta.
3. Kepala Bidang Pengelola Pelayan Kesehatan Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
4. Kepala Instalasi Rekam Medis dan seluruh staff bagian Rekam Medis Rumah
Sakit Panti Rapih Yogyakarta yang telah memberikan izin dan bantuan dalam
proses analisis situasi sampai dengan pengambilan data.
5. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph. D., Apt. sebagai Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma dan Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
memberikan kesabaran, motivasi, bimbingan dan saran yang membangun
selama proses penulisan skripsi.
6. Gregorius Widiartana dan Maria Lucia Lusi Nilawati, papa dan mama
tersayang, yang telah banyak memberikan kasih, doa, dukungan dan
semangat sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
7. Adik-adikku tersayang, Gabriella Leoda Benita dan Emmanuel Evan
Sebastian, yang telah memberikan inspirasi, kecerian, penghiburan, dan
motivasi kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi.
8. Budhe-ku tersayang, Theresia Henny Puriwati, dan keluarga kecilku di
Semarang, Theodorus Sony Sudarmadi, Aquilina Ediana K., dan Emmanuel
Axel Muliadharma, yang tak henti-hentinya memberikan doa dan dukungan
kepada penulis.
9. Seseorang yang kuharap menjadi teman hidupku untuk selamanya, Gregorius
Albert Anky Wibowo, yang telah memberikan kasih sayang, dukungan,
bantuan,semangat dan kesabaran kepada penulis dari awal hingga akhir
penulisan skripsi.
10. Eyang Uti dan Eyang Akung tersayang, yang telah memberikan doa yang
indah dari surga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
11. Sahabat-sahabatku, Valla Mareta Prameshwari dan Laksmi Nareshwari, yang
telah memberikan canda tawa dan semangat selama penulisan skripsi.
12. Sahabat-sahabat seperjuangan #DeRealPrincesses, Jessica Christy Sitio,
Adelia Desti Indah Sari, dan Caroline Lulik Tafsia, yang telah memberikan
semangat, dukungan, kerjasama, informasi, dan yang paling penting
keceriaan selama proses awal penyusunan skripsi hingga penyelesaian skripsi.
13. Teman-teman dekatku, Pascalis Nika Putri Winahyu, Marselina Crescentia
Tisera, Jessica Christy Sitio dan Gregoria Novalia Ambarani yang telah
banyak menemani, memberi semangat dan dukungan selama proses penulisan
skripsi.
14. Teman-teman FSM D 2011, FKK B 2011, dan seluruh angkatan 2011, yang
telah memberikan kebersamaan yang tak ternilai.
15. Semua pihak, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang ikut serta
memberikan bantuan sehingga penulisan skripsi dapat berjalan dengan lancar.
“Tidak ada gading yang tak retak”, begitu pula dengan skripsi ini.Penulis
menyadari bahwa karya yang telah penulis selesaikan masih belum sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
perbaikan karya ini. Semoga karya ini bermanfaat bagi semua pihak pada
umumnya dan berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam
bidang kefarmasian.
Yogyakarta, 21 Juli 2015
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI…………….....…......v
PRAKATA..............................................................................................................vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.................................................................ix
DAFTAR ISI............................................................................................................x
DAFTAR TABEL.................................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xvii
INTISARI...........................................................................................................xviii
ABSTRACT............................................................................................................xix
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang.............................................................................................1
1. Rumusan Masalah..................................................................................3
2. Keaslian Penelitian.................................................................................4
3. Manfaat Penelitian.................................................................................6
a. Manfaat Teoritis...............................................................................6
b. Manfaat Praktis................................................................................7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
B. Tujuan Penelitian.........................................................................................6
1. Tujuan Umum........................................................................................6
2. Tujuan Khusus.......................................................................................6
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. HIV/AIDS....................................................................................................8
B. Penatalaksanaan Terapi..............................................................................18
C. Drug Related Problems (DRPs).................................................................24
D. Keterangan Empiris....................................................................................25
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian.................................................................26
B. Variabel Penelitian.....................................................................................26
C. Definisi Operasional...................................................................................27
D. Subjek Penelitian........................................................................................28
E. Bahan Penelitian.........................................................................................29
F. Instrumen Penelitian...................................................................................30
G. Lokasi Penelitian........................................................................................30
H. Jalannya Penelitian.....................................................................................30
I. Tata Cara Analisis Hasil.............................................................................32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakterisitik Pasien..................................................................................35
B. Pola Pengobatan.........................................................................................40
C. Evaluasi Drug Related Problems (DRPs)..................................................49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan................................................................................................61
B. Saran...........................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................63
LAMPIRAN...........................................................................................................66
BIOGRAFI PENULIS………………………………………………….............120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Stadium HIV/AIDS berdasarkan gejala klinis.............................9
Tabel II. Tingkat keparahan imunodefisiensi berdasarkan jumlah sel
CD4............................................................................................10
Tabel III. Kriteria stadium klinik dan jumlah CD4 untuk memulai
ART..........................................................................................10
Tabel IV. Resiko transmisi HIV melalui hubungan vaginal tiap hubungan
seksual........................................................................................11
Tabel V. Resiko transmisi HIV melalui hubungan anal tiap hubungan
seksual........................................................................................11
Tabel VI. Pemberian kotrimoksasol sebagai profilaksis primer................20
Tabel VII. Regimen lini pertama ART…………………………..............21
Tabel VIII. Regimen lini pertama pada pasien yang belum pernah mendapat
ART...........................................................................................21
Tabel IX. Pilihan terapi untuk kandidiasis pada pasien HIV.....................22
Tabel X. Lanjutan.....................................................................................23
Tabel XI. Cakupan masalah dalam Drug Related Problem.......................24
Tabel XII. Lanjutan.....................................................................................25
Tabel XIII. Pola pengobatan pasien berdasarkan kelas terapi obat..............41
Tabel XIV. Penggunaan antiinfeksi pada pasien HIV dengan kandidiasis di
Instalansi Rawat Inap RS Panti Rapih Yogyakarta periode
Januari 2010-Juni 2014..............................................................43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
Tabel XV. Penggunaan obat yang bekerja pada sistem gastrointestinal dan
hepatobilier pada pasien HIV dengan kandidiasis di Instalansi
Rawat Inap RS Panti Rapih Yogyakarta periode Januari 2010-
Juni 2014....................................................................................45
Tabel XVI. Penggunaan obat yang bekerja pada sistem syaraf pusat pada
pasien HIV dengan kandidiasis di Instalansi Rawat Inap RS
Panti Rapih Yogyakarta periode Januari 2010-Juni 2014.........46
Tabel XVII. Penggunaan obat vitamin dan mineral padapasien HIV dengan
kandidiasis di Instalansi Rawat Inap RS Panti Rapih
Yogyakarta periode Januari 2010-Juni 2014.............................47
Tabel XVIII. Penggunaan obat lain-lain pada pasien HIV dengankandidiasis
di Instalansi Rawat Inap RS Panti Rapih Yogyakarta periode
Januari 2010-Juni 2014..............................................................48
Tabel XIX. Penggunaan obat berdasarkan rute pemberian pada pasien HIV
dengan kandidiasis di Instalansi Rawat Inap RS Panti Rapih
Yogyakarta periode Januari 2010-Juni 2014.............................49
Tabel XX. Gambaran DRPs pada pengobatan pasien HIV dengan
kandidiasis di Instalansi Rawat Inap RS Panti Rapih Yogyakarta
periode Januari 2010-Juni 2014.................................................50
Tabel XXI. Kejadian DRPs obat yang tidak diperlukan pada pengobatan
pasien HIV dengan kandidiasis di Instalansi Rawat Inap RS
Panti Rapih Yogyakarta periode Januari 2010-Juni 2014.........52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
Tabel XXII. Kejadian DRPs membutuhkan obat tambahan pada pengobatan
pasien HIV dengan kandidiasis di Instalansi Rawat Inap RS
Panti Rapih Yogyakarta periode Januari 2010-Juni 2014.........54
Tabel XXIII. Kejadian DRPs dosis obat terlalu tinggi pada pengobatan pasien
HIV dengan kandidiasis di Instalansi Rawat Inap RS Panti
Rapih Yogyakarta periode Januari 2010-Juni 2014...................56
Tabel XXIV. Kejadian DRPs efek samping obat pada pengobatan pasien HIV
dengan kandidiasis di Instalansi Rawat Inap RS Panti Rapih
Yogyakarta periode Januari 2010-Juni 2014.............................58
Tabel XXV. Kejadian DRPs dosis obat terlalu rendah pada pengobatan
pasien HIV dengan kandidiasis di Instalansi Rawat Inap RS
Panti Rapih Yogyakarta periode Januari 2010-Juni 2014.........60
Tabel XXVI. Kejadian DRPs obat kurang efektif pada pengobatan pasien HIV
dengan kandidiasis di Instalansi Rawat Inap RS Panti Rapih
Yogyakarta periode Januari 2010-Juni 2014.............................61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Human Immunodeficiency Virus......................................13
Gambar 2. Siklus hidup HIV di dalam sel inang..............................................14
Gambar 3. Proses infeksi Candida albicans....................................................18
Gambar 4. Skema pemilihan subjek penelitian di Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta periode Januari 2010-Juni 2014..................................29
Gambar 5. Diagram distribusi pasien berdasarkan kelompok umur................36
Gambar 6. Diagram distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin....................37
Gambar 7. Diagram distribusi pasien berdasarkan stadium HIV.....................38
Gambar 8. Diagram distribusi pasien berdasarkan lokasi infeksi
kandidiasis......................................................................................39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Evaluasi kasus Drug Related Problems.........................................67
Lampiran 2. Nilai rujukan pemeriksaan laboratorium Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta...................................................................................118
Lampiran 3. Izin penelitian dan pengambilan data di Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta...................................................................................119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs)
PADA PENGOBATAN PASIEN HIV DENGAN KANDIDIASIS
DI RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA
PERIODE JANUARI 2010– JUNI 2014
INTISARI
Penyakit HIV merupakan penyakit kronis dengan prevalensi yang
meningkat tiap tahunnya. Selama 4 tahun terakhir, prevalensi HIV mencapai
35.000.000 orang di dunia dengan berbagai macam infeksi oportunistik salah
satunya kandidiasis. Selama penatalaksanaan terapi, drug related problems
(DRPs) dapat ditemui mengingat banyaknya obat-obatan yang dikonsumsi pasien
HIV dengan kandidiasis dan rendahnya system imunitas tubuh mereka. Penelitian
ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi DRPs pengobatan pasien
HIV dengan kandidiasis yang menjalani rawat inap.
Penelitian ini termasuk penelitian observasional dengan rancangan case
series. Data diperoleh secara retrospektif berdasarkan rekam medis pasien dengan
diagnosis HIV dengan kandidiasis yang menjalani rawat inap di RS Panti Rapih
Yogyakarta periode Januari 2010-Juni 2014. Analisis data dilakukan secara
deskriptif evaluative dengan metode SOAP (subjective, objective, assessment,
plan/recommendation) untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi DRPs. Hasil
penelitian disajikan dalam bentuk diagram dan tabel disertai pembahasan.
Terdapat 16 kasus yang memenuhi kriteria inklusi penelitian dan
ditemukan DRPs yang bersifat potensial 37,5% obat tidak diperlukan, 75% efek
samping obat, 56,2% dosis obat terlalu tinggi, dan 31,2% dosis obat terlalu rendah
sedangkan DRPs yang bersifat aktual meliputi 43,7% obat tidak diperlukan, 50%
membutuhkan obat tambahan, 56,2% dosis obat terlalu tinggi, 31,2% efek
samping obat, 12,5% dosis terlalu rendah dan 6,2% obat kurang efektif.
Kata kunci: drug related problems, HIV, kandidiasis, terapi farmakologis, rawat
inap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPS)
PADA PENGOBATAN PASIEN HIV DENGAN KANDIDIASIS
DI RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA
PERIODE JANUARI 2010– JUNI 2014
ABSTRACT
Human Immunodeficiency Virus is chronic infection and it prevalence
has increased every year in the world. Over past last 4 years, HIV prevalence get
up to 35.000.000 individuals in the world with many opportunistic infection
including candidiasis. Drug Related Problems (DRPs) can occur during drug
therapy especially in individual whose get many medicines with
immunodeficiency condition. The aim of this study is to identify and evaluate
DRPs in patients hospitalized with HIV infection and candidiasis.
This study is an observational with case series design. Data collection
was done retrospectively on medical record of hospitalized HIV infection and
candidiasis patients in RS PantiRapih Yogyakarta during January 2010-Juny
2014. The data obtained then were analyzed descriptively and evalutively using
SOAP (subjective, objective, assessment, plan/recommendation) method. The
result present in diagrams and tables followed with discussion.
There are 16 cases who met the inclusion criteria. The DRPs that found
in this study consist of potential DRPs including 37,5% unnecessary drug, 75%
adverse drug reaction, 56,2% dosage too high, and 31,2% dosage too low, and
also actual DRPs including 50% need additional drug, 56,2% dosage too high,
31,2% adverse drug reaction, 12,5% dosage too low, 6,2% less effective drug and
43,7% unnecessary drug.
Key word: drug related problems, HIV, candidiasis, drug therapy, hospitalization
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Kandidiasis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh spesies Candida,
terutama C. albicans. Infeksi ini dapat terjadi hanya pada membran mukosa pasien
atau berkembang menjadi infeksi invasif. Patogenesis dan prognosis dari
kandidiasis dipengaruhi dua hal yaitu penyebaran infeksi dan status imun dari
pasien itu sendiri (Dabas, 2013).
Pasien HIV memiliki kondisi yang jauh lebih rentan dan lebih parah
dalam terpapar infeksi jamur sebagai salah satu infeksi oportunistik dimana
sebagian besar infeksi jamur oportunistik yang diderita pasien HIV adalah
kandidiasis.Infeksi ini dapat membatasi asupan makanan pada pasien HIV
sehingga menyebabkan penurunan berat badan dan berpotensi mengancam
kualitas hidup pasien (Shah, Chaturvedi, dan Pandya, 2014).
Prevalensi infeksi HIV di dunia terus meningkat tiap tahunnya. Pada
tahun 2010 dan 2011 sebanyak 68.000.000 orang terinfeksi HIV, angka kejadian
infeksi HIV kemudian meningkat menjadi 70.000.000 orang pada tahun 2012 dan
2013. Berdasarkan data terakhir pada tahun 2013, kawasan Asia dan Pasifik
menyumbang prevalensi infeksi HIV sebanyak 4.800.000 juta dengan 210.000
orang di antaranya adalah anak-anak, jumlah insidensi mencapai 350.000 orang,
dan angka kematian akibat AIDS mencapai 250.000 orang (World Health
Organization, 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Indonesia memiliki jumlah kumulatif infeksi HIV yang meningkat tajam
dari 7,195 orang pada tahun 2006 menjadi 76,876 orang pada tahun 2011
(Indonesian National AIDS Comission, 2012). Berdasarkan data statistika kasus
HIV/AIDS di Indonesia, pada bulan Januari 2014 sampai 30 Juni 2014 terdapat
15.534 orang terinfeksi HIV dan 1.700 orang mengalami AIDS. Yogyakarta
sebagai salah satu provinsi di Indonesia juga menyumbang jumlah kasus
HIV/AIDS sebanyak 3.387 kasus sampai pada bulan Juni 2014 (Direktur Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2014).
Rumah Sakit Panti Rapih merupakan salah satu rumah sakit di
Yogyakarta yang melayani pemeriksaan dan pengobatan HIV/AIDS (Direktur
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011). Selama
tahun 2010 sampai 2014 terdapat 23 pasien HIV yang menderita kandidiasis.
Selama rentang tahun tersebut maupun pada tahun-tahun yang lalu, belum pernah
ada penelitian terkait pengobatan pasien HIV dengan kandidiasis di rumah sakit
ini sehingga dirasa perlu untuk melakukan penelitian di rumah sakit ini.
Permasalahan yang dapat muncul pada pengobatan pasien HIV dengan
kandidiasis sehingga mengganggu tujuan terapi yang ingin dicapai adalah
kompleksnya pemberian Anti Retrovirus Terapi (ART) pada pasien, adanya
interaksi obat antiretrovirus (ARV) dengan obat antijamur, resistensi pasien
terhadap obat ARV maupun obat antijamur, adanya kemungkinan toksisitas
penggunaan obat ARV dalam jangka waktu lama, dan komplikasi lain yang
diderita oleh pasien yang kemudian mempengaruhi pengobatannya (Anderson dan
Carver, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Kompleksnya terapi yang diberikan kepada pasien dan permasalahan
pengobatan yang ada menjadi alasan perlunya penelitian tentang evaluasi drug
related problems pada pengobatan pasien HIV dengan kandidiasis. Melalui
penelitian ini, diharapkan pemilihan obat yang tepat untuk mengatasi HIV dengan
kandidiasis dapat ditingkatkan untuk mencegah timbulnya infeksi yang lebih
parah, memperkecil angka morbiditas dan mortalitas pasien, serta meningkatkan
pelayanan kepada pasien. Hasil penelitian diharapkan pula dapat menjadi sumber
pembelajaran dan pengetahuan mengenai drug related problems (DRPs) pada
pengobatan HIV dengan kandidiasis dan menjadi evaluasi bagi rumah sakit
sehingga dapat meningkatkan pelayanan pengobatan infeksiHIV dengan
kandidiasis.
1. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, rumusan masalah
mengenai evaluasi drug related problems (DRPs) pada pengobatan pasien HIV
dengan kandidiasis di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari
2010-Juni 2014 antara lain:
a. Seperti apa karakteristik pasien HIV dengan kandidiasis di Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta periode Januari 2010-Juni 2014?
b. Seperti apa pola pengobatan pasien HIV dengan kandidiasis di Rumah
Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari 2010-Juni 2014?
c. Apakah terdapat drug related problems (DRPs) pada pasien HIV dengan
kandidiasis di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari 2010-
Juni 2014?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
2. Keaslian Penelitian
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan antara lain:
a. Karakteristik Pasien HIV/AIDS Dengan Kandidiasis Orofaringeal di
RSUP Dr. Kariadi Semarang yang dilakukan oleh Angita (2011).
Penelitian tersebut mengidentifikasi karakteristik pasien HIV/AIDS yang
menderita kandidiasis orofaringeal berdasarkan jumlah sel CD4 dan
spesies jamur yang menyebabkan infeksi orofaringeal melalui kultur. Hasil
dari penelitian ini adalah pasien HIV/AIDS yang menderita kandidiasis
orofaringeal sebagian besar memiliki sel CD4< 50 sel/mikroliter dan hasil
kultur mikrobiologi menunjukkan sebanyak 45% sampel kultur sputum
pasien merupakan koloni muda candida dan 55% merupakan spesies non
C. albicans.
b. Pengobatan Kandidiasis Oral Dengan Flukonazol Pada Pasien Penderita
HIV/AIDS Dihubungkan Dengan Spesies dan Bentuk Klinis yang
Dijumpai yang dilakukan oleh Sitorus(2011). Penelitian tersebut
mengevaluasi efektivitas flukonazol dalam pengobatan kandidiasis oral
terhadap 5 spesies candida yang berbeda (Candida albicans, Candida
tropicalis, Candida krusei, Candida lusitaniae dan Candidakefyr).
Penelitian ini juga mengevaluasi efektivitas flukonazol berdasarkan tingkat
kesembuhan pasien dari bentuk klinis kandidiasis oral yang diderita yaitu
lesi pseudomembran, atrofi/aritema disertai kheilosis dan hiperplastik.
Hasil dari penelitian ini adalah efektivitas flukanazol pada spesies C.
albicans sebesar 90%, pada spesies C. tropicalis sebesar 60%, pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
spesies C. krusei, C. lusitaniae, dan C. kefyr tidak efektif, kesembuhan
pasien dengan lesi pseudomembran sebesar 100%, dengan atrofi/aritema
disertai khelosis sebesar 40%, dan dengan hiperplastik sebesar 0,0%.
c. Prevalensi Oral Kandidiasis Pada Pasien HIV/AIDS di UPIPI RSUD Dr.
Soetomo yang dilakukan oleh Sukoco (2011). Penelitian tersebut
mengidentifikasi angka kejadian kandidiasis oral pada pasien HIV/AIDS
berdasarkan bentuk klinis kandidiasis oral yang diderita oleh pasien. Hasil
penelitian ini adalah sebanyak 20 pasien menderita Pseudomembrane
Candidiasis, 2 pasien menderita Erythematous Candidiasis, 9 pasien
menderita Angular Cheilitis, dan 4 pasien menderita Chronic Hyperplastic
Candidiasis.
d. Identifikasi Spesies Candida Pada Rongga Mulut Orang Dengan
HIV/AIDS (ODHA) Di Yayasan Peduli Kelompok Dukungan Sebaya
Makassar yang dilakukan oleh Wahab (2012). Penelitian tersebut
mengidentifikasi spesies candida yang terdapat di dalam rongga mulut
pasien HIV/AIDS. Penelitian ini berhasil mengidentifikasi Candida
albicanspada 14.3% pasien, Candida tropicalis pada 14.3% pasien,
Candida krusei pada 7.1% pasien, dan Candida rugosa pada 7.1% pasien.
Penelitian mengenai Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada
Pengobatan Pasien HIV dengan Kandidiasis di Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta periode Januari 2010-Juni 2014 belum pernah dilakukan
sebelumnya. Penelitian ini mengidentifikasi karakteristik pasien HIV dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
kandidiasis dan pola pengobatan yang diterima oleh pasien, serta mengevaluasi
pengobatan yang diterima oleh pasien berdasarkan 6 kategori DRPs.
3. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
a. Secara teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi tambahan informasi dan sumber
pembelajaran lebih dalam mengenai DPRs pada pengobatan HIV dengan
kandidiasis.
b. Secara praktis bagi rumah sakit tempat penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi evaluasi dan bahan masukan
bagi Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta dalam peningkatan pelayanan
pengobatan terutama pada kasus HIV dengan kandidiasis.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengevaluasi drug related problems (DRPs) pada pengobatan
pasien HIV dengan kandidiasis di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
periode Januari 2010-Juni 2014.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi karakteristik pasien HIV dengan kandidiasis di
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari 2010-Juni 2014.
b. Untuk mengidentifikasi pola pengobatan pasien HIV dengan kandidiasis di
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari 2010-Juni 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
c. Untuk mengidentifikasi drug related problems (DRPs) yang terjadi pada
pasien HIV dengan kandidiasis di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
periode Januari 2010-Juni 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. HIV/AIDS
1. Definisi dan Stadium
Acquired ImmunoDeficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu
kondisi dimana seseorang tidak dapat melawan penyakit yang menyerang
tubuhnya, sehingga tubuh dapat terpapar oleh lebih dari satu macam infeksi
atau bahkan kanker. Sindrom ini disebabkan oleh infeksi suatu virus yang
disebut HIV, yang menyerang sel darah putih tertentu terutama sel CD4 dan
monosit atau makrofag. Sel CD4 dan makrofag memiliki peran yang penting
dalam sistem imunitas manusia sehingga adanya kerusakan sel-sel tersebut
dapat membuat seseorang mencapai suatu kondisi imunodefisiensi yang
disebut AIDS. Virus ini juga menginfeksi dan menyebabkan kerusakan
langsung pada tipe sel lain seperti sel lining usus sehingga pasien mengalami
penurunan berat badan maupun sel saraf yang menyebabkan pasien mengalami
permasalahan sistem saraf. Pasien dengan infeksi HIV dapat dikatakan tidak
menderita AIDS jika bebas gejala atau memiliki gejala yang tidak termasuk
dalam AIDS dan memiliki jumlah sel CD4 lebih dari 200 sel/mm3 (Pinsky dan
Douglas, 2009).
Berdasarkan gejala yang muncul, stadium HIV/AIDS dapat dibagi
menjadi 4, yaitu stadium infeksi HIV primer, stadium 2, stadium 3 dan stadium
4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Tabel I. Stadium HIV/AIDS Berdasarkan Gejala Klinis (WHO, 2007)
Stadium HIV/AIDS Keterangan Gejala HIV/AIDS
Stadium 1 Asimtomatik
Pembengkakan kelenjar getah bening yang persisten
Stadium 2 Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan (<10% berat
badan yang terukur)
Infeksi saluran pernafasan (sinusitis, tonsillitis, otitis media,
faringitis)
Herpes zoster
Angular cheilitis, ulserasi oral
Papular pruritic eruption
Infeksi jamur pada kuku
Dermatitis seboroik
Stadium 3 Penurunan berat badan yang parah (>10% berat badan yang terukur)
Diare kronik yang tidak diketahui penyebabnya selama lebih dari 1
bulan
Demam yang tidak diketahui penyebabnya dan terjadi secara
persisten selama lebih dari 1 bulan
Kandidiasis oral yang persisten
Oral hairy leukoplakia
Tuberkulosis paru
Infeksi bakteri parah (pneumonia, empyema, pyomyositis, infeksi
pada tulang atau persendian, meningitis, bakteraemia)
Acute necrotizing ulcerative stomatitis, gingivitis atau perionsitis
Anemia yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya (<8 g/dl),
neutropenia (<0,5 x 109/l), dan/atau trombositopenia kronik (<50 x
109/l)
Stadium 4 Sindrom HIV berupa kelelahan
Pneumonia pneumositis, penumonia bakteri yang parah
Infeksi herpes simpleks kronik (orolabial, genital, atau anorektal
selama lebih dari 1 bulan)
Kandidiasis esophageal (atau kandidiasis pada trakea, bronki atau
paru-paru)
Tuberkulosis ekstraparu
Kaposi’s sarcoma
Infeksi sitomegalovirus (renitis atau infeksi pada organ lain)
Toksoplasmosis pada sistem saraf pusat
HIV enchepalopathy
Kriptokokis ekstraparu, termasuk meningitis
Toksoplasma pada CNS
Infeksi mikobakteri nontuberkulus
Multifokal leukoensefalopati yang progresif
Kriptosporidiosis kronik, isosporiasis kronik
Mikosis (histoplasmosis ekstraparu, kokidiodomikosis)
Limfoma
HIV simpomatik-nefropati atau kardiomiopati
Septicaemia
Karsinoma sekviks invasive
Leishmaniasis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Stadium klinik dapat digunakan secara efektif tanpa memeriksa
jumlah sel CD4 atau pemeriksaan laboratorium lain tetapi jumah sel CD4
sangat penting untuk menentukan tingkat imunokompromi pasien dan
mendukung pembuatan keputusan klinik terkait kondisi pasien (Direktur
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011).
Tabel II. Tingkat Keparahan Imunodefisiensi Berdasarkan Jumlah Sel
CD4 (WHO, 2005)
Tingkat Keparahan Imunosupresan Jumlah sel CD4
Imunodefisiensi tidak signifikan >500/mm3
Imunodefisiensi ringan 350-499/mm3
Imunodefisiensi sedang 200-349/mm3
Imunodefisiensi parah <200/mm3
Data jumlah sel CD4 pada pasien yang terinfeksi HIV dapat
digunakan sebagai pertimbangan penetapan stadium HIV/AIDS. Bersama
dengan data gejala klinis yang diderita pasien, data jumlah sel CD4 dapat pula
digunakan sebagai pertimbangan dalam memulai ART (Direktur Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011).
Tabel III. Kriteria Stadium Klinik dan Jumlah CD4 untuk Memulai ART
(WHO, 2005)
Stadium Klinik ART
4 Pemberian ART
3 Mulai dipertimbangkan untuk pemberian ART: jumlah CD4
dapat digunakan sebagai pedoman urgensi memulai ART
1 atau 2 Hanya jika jumlah CD4<200 sel/mm3
Di Indonesia, saat memulai terapi pada pasien dewasa adalah pasien
dengan stadium klinis 3 dan 4 berapapun jumlah sel CD4, sedangkan pada
pasien dengan stadium klinis 1 dan 2 saat memulai terapi dilakukan jika jumlah
sel CD4 kurang dari 350 sel/mm3(Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan, 2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
2. Etiologi dan Faktor Resiko
Infeksi HIV muncul melalui 3 tranmisi primer yaitu seksual,
parenteral, dan perinatal. Tranmisi seksual terutama melalui hubungan vaginal
dan anal merupakan cara utama infeksi HIV dapat ditularkan. Tranmisi HIV
melalui hubungan seksual muncul karena pembuahan oleh semen yang
terinfeksi HIV. Kemungkinan tranmisi HIV dari penerima hubungan anorektal
tiap kali hubungan seksual dilakukan mencapai 0,1-3% sedangkan untuk
penerima hubungan vaginal mencapai 0,1-0,2%. Resiko dari pemberi
hubungan seksual lebih kecil untuk terinfeksi HIV yaitu antara 0,01-0,4%
untuk pemberi hubungan anal, dan 0,05-0,1% untuk pemberi hubungan
vaginal.
Tabel IV. Resiko Tranmisi HIV Melalui Hubungan Vaginal tiap
Hubungan Seksual (Boily,2009) Resiko seorang wanita
berhubungan seksual dengan
pria positif HIV
Resiko seorang pria berhubungan
seksual dengan wanita positif HIV
Negara maju 0,08% (1 dari 1250) 0,04% (1 dari 2500)
Negara
berkembang
0,30% (1 dari 333) 0,38% (1 dari 263)
Tabel V. Resiko Tranmisi HIV Melalui Hubungan Anal tiap Hubungan
Seksual (Jin, 2010) Probabilitas tiap hubungan seksual
Resiko pemberi hubungan (disunat) 0,11% (1 dari 909)
Resiko pemberi hubungan (tidak disunat) 0,62% (1 dari 161)
Resiko penerima hubungan (tanpa ejakulasi) 0,65% (1 dari 154)
Resiko penerima hubungan (dengan ejakulasi) 1,43% (1 dari 70)
Tranmisi HIV melalui parenteral dapat terjadi karena adanya
kontaminasi darah pada jarum suntik, penggunaan injeksi intravena dengan
jarum, menerima donor darah dan transplantasi organ. Penggunaan jarum yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
terkontaminasi HIV merupakan penyebab utama tranmisi HIV melalui
parenteral. Resiko infeksi HIV melalui penggunaan bersama jarum suntik
dapat mencapai 0,67% tiap jarum digunakan.Infeksi HIV melalui transmisi
perinatal merupakan penyebab utama infeksi HIV pada pediatri. Sebagian
besar infeksi HIV pada pediatri muncul pada waktu dekat masa melahirkan
atau pada saat melahirkan. Resiko tranmisi ibu-anak dapat mencapai 25%
tanpa pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan ART. Pada 6 bulan pertama usia
pediatri, resiko infeksi HIV dapat muncul melalui pemberian ASI sebesar
16,2% (Anderson,et al., 2008).
3. Patogenesis
Infeksi HIV hanya dapat ditularkan melalui 3 rute yaitu adanya kontak
dengan darah, cairan semen dan cairan vagina yang terinfeksi HIV mendapat
injeksi darah yang terinfeksi atau produk darah lain yang terinfeksi; dan yang
terakhir adalah melalui transmisi perinatal (dari ibu yang terinfeksi kepada
janinnya dan dari ibu kepada bayi melalui ASI). Kulit yang tidak luka atau
rusak tidak dapat ditembus oleh HIV, tetapi HIV dapat masuk melalui
membran mukosa yang terdapat pada bagian vagina, rektal, uretra, bahkan
mulut. Adanya luka atau kerusakan pada membran mukosa dapat
meningkatkan resiko terjadinya transmisi HIV ke dalam tubuh (Pinsky, et al.,
2009).
Human Immunodeficiency Virus memiliki diameter 100 nm.Virus ini
memiliki bagian yang disebut lipid envelope, dimana pada bagian ini terdapat
glikoprotein gp41 transmembran tempat permukaan glikoprotein gp120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
menempel. Kedua protein ini bertanggung jawab terhadap tahap penempelan
virus dengan sel inang dan pembentukkannya dikode oleh gen env. Di bawah
envelope, terdapat protein matriks p17, protein inti p24 dan p6, serta protein
nukleokapsid p7 (berikatan dengan Ribonucleid Acid), dimana semua protein
ini dikode oleh gen gag. Di dalam lapisan protein inti, terdapat 2 RNA kopi
virus, bersama dengan enzim protease, intregase dan reverse transcriptase.
Ketiga enzim ini dikode oleh gen pol (Mandell, Bennet, dan Dolin, 2005).
Gambar 1.Struktur Human Immunodeficiency Virus (Mandell, Bennet,
dan Dolin, 2005)
Ketika HIV memasuki tubuh manusia, glikoprotein virus yang paling
luar yaitu gp160 akan berikatan dengan salah satu sel yang memiliki reseptor
CD4. Ikatan ini akan diperkuat oleh kemokin co-receptor HIV yaitu CCR5 dan
CXCR4. Penempelan co-receptor dari HIV akan mengawali terjadinya fusi
membran, dimana tahap ini dimediasi oleh gp41, dan akhirnya mencapai tahap
masuknya materi genetik virus dan enzim yang diperlukan untuk replikasi
virus. Setelah semua materi genetik virus masuk ke dalam sel inang, protein
virus yang mengelilingi asam nukelat masuk ke dalam kondisi uncoated untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
persiapan replikasi virus. Enzim reverse transcriptase HIV pertama kali akan
mensintesis DNA komplemen menggunakan RNA virus sebagai template,
DNA virus yang telah terbentuk kemudian bermigrasi ke dalam nukleus dan
berintegrasi dengan kromosom sel inang dengan bantuan enzim integrase yang
dimiliki HIV. Setelah tahap integrasi selesai, HIV dapat bereplikasi. Aktivasi
replikasi HIV dilakukan oleh antigen, sitokin, atau faktor lain yang
menstimulasi sel untuk memproduksi faktor nuclear kappa B, sebuah
enhancer-binding protein. Secara normal, faktor nuclear kappa B meregulasi
ekspresi gen limfosit T termasuk pertumbuhannya sehingga secara tidak
sengaja dapat mengaktifkan replikasi HIV. Setelah seluruh bagian-bagian virus
direplikasi dan dikemas, virion kemudian bergerak menembus membran
plasma sehingga memperoleh karakteristik lipid bilayer sel inang. Setelah
virion terbentuk, proses pematangan dimulai. Di dalam virion, enzim protease
akan mulai memotong prekursor polipeptida (gag-pol) menjadi protein
fungsional yang diperlukan untuk memproduksi virus yang lengkap (Dipiro, et
al., 2011).
Gambar 2. Siklus hidup HIV di dalam sel inang (Anderson, et al., 2008)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
4. Gejala dan Tanda Klinis
Gejala dan tanda klinis yang dapat diduga infeksi HIV antara lain
(Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011):
a. Keadaan umum:
1) Kehilangan berat badan lebih dari 10% dari berat badan dasar
2) Demam secara terus menerus atau intermiten, suhu oral lebih dari
37,5º C dalam waktu lebih dari satu bulan
3) Diare secara terus menerus atau intermiten selama lebih dari satu bulan
4) Pembengkakan kelenjar limfa meluas
b. Kulit
1) Kulit kering meluas
2) Adanya kutil genital, radang folikel rambut, dan penyakit kulit kronik
yang ditandai dengan pengelupasan dan inflamasi pada kulit
c. Infeksi
1) Adanya infeksi jamur seperti kandidiasis oral, peradangan pada bagian
kulit yang banyak memiliki kelenjar minyak, atau kandidiasis vagina
berulang
2) Adanya infeksi viral seperti herpes zoster (berulang atau melibatkan
lebih dari satu dermatom), herpes genital secara berulang, infeksi kulit
yang disebabkan oleh virus, dan kutil kelamin.
d. Gangguan pernafasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
1) Batuk lebih dari satu bulan
2) Sesak nafas
3) Tuberkulosis
4) Pneumonia berulang
5) Sinusitis kronis atau berulang
e. Gejala Neurologis
1) Nyeri kepala yang semakin parah (terus menerus dan tidak jelas
penyebabnya)
2) Kejang demam dan menurunnya fungsi kognitif
5. Kandidiasis Sebagai Infeksi Oportunistik HIV
Candida adalah organisme yang terdapat baik pada orang sehat
maupun pada orang yang sakit. Candida dapat ditemukan pada kulit atau di
dalam rongga mulut, dan tidak selalu menunjukkan bahwa terjadi infeksi dalam
bagian tersebut. Pasien AIDS kerap mendapat diagnosis klinik berupa
kandidiasis oral jika ditemukan plak berwarna putih susu pada permukaan
mukosa mulut. Adanya depresi progresif dan disregulasi sel Langerhans yang
berada di membran mukosa oleh karena infeksi HIV dapat menurunkan
pertahanan tubuh terhadap antigen candida, ditambah dengan adanya
penurunan yang progresif dari jumlah limfosit CD4, maka imunitas adaptif
terhadap candida akan semakin menurun pula. Karakteristik yang dapat
ditemukan pada permukaan mukosa atau rongga mulut, faring, trakea, bronki,
esofagus, atau vagina jika terinfeksi candida adalah munculnya kandidiasis
pseudomembran, kandidiasis eriematosus, angular cheilitis, atau kandidiasis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
hiperplastik. Bentuk pseudomembran sebagian besar berwarna putih,
membentuk plak pada permukaan mukosa, dan terkadang muncul bercak
seperti keju. Pada bentuk eritematosus, muncul bercak merah pada kulit,
sedangkan pada bentuk hiperplastik muncul plak putih yang dapat dihilangkan,
dan angular cheilitis akan muncul pada sudut mulut (Klatt, 2013).
Infeksi candida terbagi menjadi 4 tahap yaitu masuk dan
menempelnya candida ke dalam jaringan sel inang; invasi candida ke dalam
jaringan sel inang; multiplikasi, kolonisasi, dan penyebaran candida pada
jaringan; dan yang terakhir adalah penyingkiran sistem imun sel inang dan
perusakan jaringan. Penyakit oleh jamur muncul ketika spora jamur
berpenetrasi menembus barier sel inang ketika terjadi defiensi imunitas atau
kondisi lain yang dapat membuat jamur dapat masuk dan tumbuh di dalam
tubuh. Infeksi candida pada sel inang diawali dengan menempelnya candida
pada permukaan sel epitel dan penyebaran yang lebih luas pada bagian lain sel
inang. Setelah candida menempel dan menyebar pada sel inang, candidaakan
mengubah komponen lingkungan untuk membuat lingkungan yang dapat
mendukung kelangsungan hidupnya. Setelah candida memperoleh lingkungan
yang sesuai,candidaakan membentuk pseudohifa dan hifa di dalam jaringan sel
inang untuk meningkatkan virulensinya. Pada sel inang, ion karbon dan metal
terdapat dengan jumlah yang amat sedikit sehingga menghasilkan lingkungan
iron-limited. Untuk bertahan hidup, jamur akan mengode mekanisme tertentu
dengan perantaraan siderophores, sebuah kelator besi dengan afinitas yang
tinggi, untuk secara efisien mengikat besi ke dalam sitolasma jamur. Setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
berhasil beradaptasi dengan lingkungan sel inang, candida akan menyebar di
dalam tubuh inang ketika terjadi defisiensi sistem imun. Candida yang telah
berkolonisasi dan menyebar juga akan menghancurkan sistem imun dan
menyebar ke organ lain melalui berbagai macam mekanisme (Khan, et
al.,2010).
Gambar 3. Proses infeksi Candida albicans (Gow, Veerdonk, Brown, dan
Netea, 2012)
B. Penatalaksanaan Terapi
1. Tujuan Terapi
Tujuan terapi infeksi HIVdengan kandidiasis adalah mengurangi laju
penularan di masyarakat, memulihkan dan/atau memelihara fungsi imunologis
(stabilitas peningkatan sel CD4), menurunkan komplikasi akibat HIV,
menekan replikasi virus secara maksimal dan secara terus menerus,
menurunkan angka kesakitan dan kematian yang berhubungan dengan HIV,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
dan mengeliminasi tanda klinik dan gejala dari kandidiasis (Dipiro,et al., 2011,
Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik dan Ditjen Bina Kefarmasian
Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2006). Walaupun pasien tidak
mengalami gejala, penting untuk memberikan terapi awal antijamur untuk
mencegah progresi dan perparahan penyakit sehingga kualitas hidup pasien
dengan immunocompromised dapat ditingkatkan (Dipiro,et al., 2011).
2. Strategi Terapi Farmakologi
a. Terapi profilaksis
Pemberian terapi profilaksisditujukan sebagai pencegahan infeksi
oportunistik, mengkaji kepatuhan pasien minum obat dan mengeliminasi
kemungkinan efek samping tumpang tindih antara kotrimoksasol dan ARV.
Terdapat 2 macam terapi profilaksis yaitu terapi profilaksis primer untuk
mencegah suatu infeksi yang belum pernah diderita danterapi profilaksis
sekunder untuk mencegah berulangnya suatu infeksi yang pernah diderita
sebelumnya (Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, 2011).
Pemberian kotrimoksasol untuk mencegah PCP dan toksoplasma
dianjurkan untuk pasien yang bergejala (stadium klinis 2, 3 dan 4) termasuk
perempuan hamil, dan pasien dengan jumlah CD4 di bawah 200 sel/mm3.
Pasien yang akan memulai terapi ARV dengan CD4 di bawah 200 sel/mm3
dianjurkan untuk mendapatkan kotrimoksasol 2 minggu sebelum ARV,
kotrimoksasol untuk pencegahan sekunder diberikan setelah terapi PCP atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
toksoplasma selesai dan diberikan selama 1 tahun (Direktur Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011).
Tabel VI.Pemberian kotrimoksasol sebagai profilaksis primer (Direktur
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011)
Indikasi Saat penghentian Dosis Pemantauan
Semua pasien
diberikan
kotrimoksasol
setelah dinyatakan
positif HIV
2 tahun setelah
penggunaan
kotrimoksasol jika
mendapatkan ARV
960 mg/hari
dosis tunggal
Efek Samping Obat:
hipersensitivitas
seperti demam, ruam
kemerahan pada
kulit, sindrom
Steven Johnson,
tanda penekanan
sumsum tulang
seperti anemia,
trombositopenia,
lekopenia, dan
pansitopenia.
Kotrimoksasol
diberikan pada
pasien dengan
jumlah sel CD4 <
200 sel/mm3
Bila sel CD4 naik >
200 sel/mm3 pada
2 kali pemeriksaan
dengan interval 6
bulan berturut-turut
jika mendapatkan
ARV
b. Terapi antiretrovirus
Golongan obat-obat HIV dibagi menjadi 6 berdasarkan mekanisme
kerjanya antara lain entry inhibitors (EI); integrase inhibitors (INSTI);
nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NRTI); non- nucleoside reverse
transcriptase inhibitors (NNRTI); nucleotide reverse transcriptase
inhibitors (NtRTI); dan protease inhibitors (PI) (America’s
Biopharmaceutical Research Companies, 2014).
Bagi terapi awal pasien dengan infeksi HIV, regimen yang
direkomendasikan adalah 2 obat ARV golongan NRTI dan 1 obat ARV
golongan NNRTI, golongan PI, atau golongan INSTI (US. Department of
Health and Human Service, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Rekomendasi terapi lini pertama yang dianjurkan oleh WHO adalah
regimen obat yang terdiri atas tenofoir, lamivudine atau emtricitabine, dan
efavirenz. Jika regimen lini pertama tersebut tidak tersedia atau pasien
mengalami kontraindikasi, maka regimen alternatif yang direkomendasikan
adalah zidovudine, lamivudine dan efavirenz; zidovudine, lamivudine dan
nevirapine; tenofoir, lamivudine atau emtricitabine, dan nevirapine (WHO,
2013). Di Indonesia, terapi lini pertama yang dianjurkan juga meliputi 2
NRTI ditambah dengan 1 NNRTI.
Tabel VII.Regimen lini pertama ART (Direktur Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011)
Regimen ART Keterangan
AZT + 3TC + NVP Zidovudine + Lamivudine + Nevirapine
AZT + 3TC + EFV Zidovudine + Lamivudine + Efavirenz
TDF + 3TC (atau FTC) + NVP Tenofovir + Lamivudine (atau Emtricitabine)
+ Nevirapine
TDF + 3TC (atau FTC) + EFV Tenofovir + Lamivudine (atau Emtricitabine)
+ Efavirenz
Tabel VIII.Regimen lini pertama pada pasien yang belum pernah
mendapat ART (Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, 2011)
Populasi Target Rekomendasi pilihan Catatan
Dewasa dan anak AZT atau TDF + 3TC (atau
FTC) + EFV atau NVP
Sesuai untuk sebagian besar pasien, gunakan
FDC jika tersedia
Perempuan hamil AZT + 3TC + EFV + atau
NVP
EFV tidak boleh digunakan pada trimester
pertama, TDF dapat digunakan sebagai
pilihan terapi
Ko-infeksi HIV/TB AZT atau TDF + 3TC
(FTC) + EFV
Terapi ARV dimulai setelah terapi TB dapat
ditoleransi (2-8 minggu), gunakan NVP atau
triple NRTI jika EFV tidak dapat digunakan
Ko-infeksi
HIV/Hepatitis B
kronik aktif
TDF + 3TC (FTC) + EFV
atau NVP
Monitoring HBsAg jika TDF digunakan
sebagai lini pertama, gunakan 2 ARV yang
memiliki aktivitas anti hepatitis B Keterangan tabel
AZT : Zidovudine
TDF : Tenofoir
3TC : Lamivudine
FTC : Emtricitabine
EFV : Efavirenz
NVP : Nevirapine
FDC :Fix Dose Combination
Triple NRTI :Regimen antiretrovirus yang
terdiri dari zidovudine, lamivudine dan
tenofoir
HBsAg : Antigen permukaan virus
hepatitis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Obat ARV golongan PI tidak dianjurkan untuk terapi lini pertama.
Penggunaan PI pada lini pertama hanya bila pasien benar-benar mengalami
intoleransi terhadap golongan NNRTI yaitu efavirenz atau nevirapine
(Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan,
2011). Penggunaan ARV golongan PI dapat diperkuat oleh ritonavir, seperti
lopinavir, saquinavir atau indinavir. Golongan PI yang diperkuat dengan
ritonavir lebih kuat daripada nelfinavir saja (Direktorat Bina Farmasi
Komunitas Dan Klinik dan Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan RI, 2006).
c. Terapi antijamur
Terapi antijamur untuk kandidiasis yang dianjurkan pada pasien
HIV adalah terapi oral dengan catatan antifungal golongan azole tidak
direkomendasikan kepada pasien hamil. Jika pasien tidak dapat menerima
terapi oral, maka terapi topikal dapat menjadi alternatif dimana terapi ini
aman digunakan selama kehamilan dan efektif untuk infeksi jamur dengan
tingkat keaparahan ringan sampai sedang(US.Department of Health and
Human Service, 2014).
Tabel IX.Pilihan Terapi Kandidiasis pada Pasien HIV (US.Department of
Health and Human Service, 2014).
Terapi oral Terapi topikal Terapi oral
alternatif
Terapi
topikal
alternative
Lama
terapi
Kandidiasis Orofaringeal
Flukonazol 100
mg/hari
Klotrimazol troches
10 mg 5x/hari
Mikonazol 50
mg/hari
Itrakonazol 200 mg
perhari
Posakonazol 400 mg,
2x/hari untuk hari
pertama, lalu
lanjutkan 400 mg/hari
Suspesi oral
nystatin 4-6
ml, 4x/hari
7-14 hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Tabel X. Lanjutan
Kandidiasis Esofageal
Flukonazol 100
mg, 4x/hari
Solutio itrakonazol
200 mg 4x/hari
- Vorikonazol 200 mg
Posakonazol 400 mg,
2x/hari
(Jika terapi oral tidak
dapat diberikan,
berikan terapi IV
dengan echinocandin
atau amfoterisin)
- 14-21 hari
Kandidiasis Orofaringeal / Esofageal yang parah
Posakonazol 400
mg, 2xhari
Solutio itrakonazol
≥ 200 mg, 4x/hari
Echinocandin 50
mg 4x/hari
Mikafungin 150
mg 4x/hari
Anidulafungin 100
mg untuk dosis
pertama, lalu
lanjutkan 50 mg
4x/hari
- - -
Kandidiasis Vulvovaginal
Flukonazol 150
mg/hari
Butokonazol
Kotrimazol
Mikonazol
Nystatin
Terkonazol
Tiokonazol
Solutio itrakonazol
200 mg 4x/rhari
- 3-7 hari
Kandidiasis Vulvovaginal yang parah
Flukonazol 100-
200 mg 4x/hari
- - - ≥ 7 hari
Di Indonesia, untuk mengatasi kandidiasis oral pada pasien HIV,
terapi yang dianjurkan adalah tablet nystatin 100.000 IU dihisap setiap 4 jam
selama 7 hari atau suspensi oral nystatin 3-5 cc dikumur 3 kali sehari selama
7 hari. Terapi yang dianjurkan untuk mengatasi kandidiasis esophageal
adalah flukonazol 200 mg perhari, itrakonazol 400 mg perhari, atau
ketokonazol 200 mg perhari dan lama terapi yang dibutuhkan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
mengatasi kandidiasis esophageal pada pasien HIV adalah 14 hari (Direktur
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011).
C. Drug Related Problems (DRPs)
Drug Related Problems (DRPs) adalah suatu kondisi tidak diinginkan
yang dialami oleh pasien yang melibatkan terapi pengobatan, dan baik secara
aktual atau potensial menghalangi tercapainya tujuan terapi. Terdapat 7 kategori
DRPs yaitu pasien membutuhkan obat tambahan, obat kurang efektif, dosis obat
yang diberikan untuk pasien terlalu kecil, dosis obat yang diberikan untuk pasien
terlalu besar, pasien mengalami efek samping dari obat yang diterima, obat tidak
diperlukan, dan ketidakpatuhan obat (Cipolle, Strand, dan Morley, 2004).
Berikut adalah cakupan masalah dalam drug related problems (DRPs):
Tabel XI. Cakupan Masalah dalam Drug Related Problem (Cipolle, et.al.,
2004)
Drug Related Problems
(DRPs)
Cakupan Masalah
Membutuhkan obat
tambahan
Pasien tidak menerima obat untuk diagnosis utama
Pasien tidak menerima obat untuk komplikasi diagnosis utama
yang diderita
Pasien tidak mendapatkan terapi profilaksis yang diperlukan
Pasien tidak mendapatkan kombinasi obat yang diperlukan
Obat kurang efektif Obat yang diberikan bukan yang paling efektif untuk kondisi
pasien
Bentuk sediaan obat tidak sesuai
Kondisi pasien sukar atau tidak dapat disembuhkan dengan obat
yang diberikan
Dosis terlalu rendah Dosis terlalu rendah untuk mendapatkan efek
Frekuensi pemberian kurang
Durasi terapi obat yang diberikan terlalu pendek untuk
mendapatkan efek
Interaksi obat yang mengurangi jumlah obat dalam bentuk aktif
Dosis terlalu tinggi Dosis terlalu tinggi sehingga menimbulkan efek berlebihan
Frekuensi pemberian terlalu banyak
Durasi terapi obat yang diberikan terlalu panjang
Interaksi obat yang menyebabkan reaksi toksisitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Tabel XII. Lanjutan
Drug Related Problems
(DRPs)
Cakupan Masalah
Efek samping obat Muncul efek lain selain efek farmakologis tetapi tidak ada
kaitannya dengan dosis
Interaksi obat yang menyebabkan reaksi tak diinginkan
Obat tidak aman
Pasien memiliki alergi dan kontraindikasi terhadap obat
Obat tidak diperlukan Penggunaan obat tunggal atau kombinasi yang tidak diperlukan
pasien
Kondisi medis dapat diatasi dengan terapi nonfarmakologi
Terapi efek samping yang dapat diatasi dengan obat lain
Penyalahgunaan obat
Ketidakpatuhan Pasien tidak paham aturan pemakaian obat
Pasien tidak suka menggunakan obat
Pasien lupa menggunakan obat
Obat tidak ekonomis bagi pasien
Pasien tidak dapat meminum obat
Obat tidak tersedia bagi pasien
D. Keterangan Empiris
Infeksi HIV adalah infeksi yang disebabkan oleh retrovirus yang dapat
merusak atau menekan sistem imun seseorang sehingga seseorang menjadi rentan
terkena infeksi oportunistik salah satunya kandidiasis, dimana terapi yang
diberikan harus disesuaikan dengan kondisi pasien HIV. Berdasarkan
kompleksnya terapi, terdapat drug related problems (DRPs) pada pasien HIV
dengan kandidiasis di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari 2010-
Juni 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian mengenai evaluasi drug related problems (DRPs) pada
pengobatan pasien HIV dengan kandidiasis di Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta periode Januari 2010-Juni 2014 merupakan jenis penelitian
observasional dengan rancangan case seriesyang bersifat retrospektif. Penelitian
ini merupakan penelitian observasional karena tidak ada perlakuan, manipulasi
ataupun intervensi yang diberikan, subjek penelitian diamati apa adanya di lokasi
penelitian. Rancangan penelitian ini adalah case series karena evaluasi dilakukan
pada sekumpulan kasus infeksi HIV dengan kandidiasis pada lokasi dan periode
penelitian yang telah ditentukan (Strom and Kimmel, 2006). Penelitian bersifat
retrospektif karena data yang diperoleh berasal dari rekam medis pasien HIV
dengan kandidiasis di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode yang telah
lampau sebelum proses pengambilan data yaitu Januari 2010-Juni 2014.
B. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah pola pengobatan yang diterima
pasien HIV dengan kandidiasis di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode
Januari 2010-Juni 2014dan drug related problems (DRPs) yang muncul dari pola
pengobatan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
C. Definisi Operasional
1. Karakteristik pasien HIV dengan kandidiasis di Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta periode Januari 2010-Juni 2014 meliputi umur, jenis kelamin,
stadium infeksi HIV dan jenis kandidiasis yang diderita.
2. Pola pengobatan infeksi HIV dengan kandidiasis yang diterima oleh pasien
selama menjalani perawatan di instalasi rawat inap rumah sakit terbagi
menjadi kelas terapi obat berdasarkan MIMS Indonesia 2013/2014, jenis obat,
golongan obat dan rute pemberian obat.
3. Evaluasi DRPs yang dibahas dalam peneitian ini adalah evaluasi DRPs
terhadap pengobatan infeksi HIV dan kandidiasis sebagai infeksi oportunistik
HIV, serta gejala-gejala penyakit yang berhubungan dengan HIV dan
kandidiasis.
4. DRPs yang dievaluasi pada penelitian ini meliputi 6 kategori yaitu
membutuhkan obat tambahan, obat tidak diperlukan, obat kurang efektif,
dosis obat terlalu rendah, dosis obat terlalu tinggi dan efek samping obat.
5. DRPs yang ditemukan dalam dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 2
jenis yaitu DRPs potensial dan aktual. DRPs potensial adalah kondisi tidak
diinginkan yang dimungkinkan terjadi pada pasien akibat terapi yang diterima
yang dapat diketahui dari berbagai pustaka mengenai pengobatan yang
diterima oleh pasien. DRPs aktual adalah kondisi tidak diinginkan yang
terjadi pada pasien akibat terapi yang diterima dimana kondisi tersebut dapat
ditemukan tercatat pada lembar rekam medis pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
6. Outcome atau status keluar pasien adalah kondisi terakhir pasien setelah
selesai menjalani pengobatan (pulang karena sembuh atau membaik, dirujuk
ke rumah sakit lain, atau meninggal dunia) di instalasi rawat inap rumah sakit.
7. Jumlah pasien HIV dengan kandidiasis yang ditemukan dalam penelitian ini
adalah 23 pasien, dimana jumlah tersebut merupakan hasil pencarian oleh
petugas pada komputer yang berada di instalasi rekam medis rumah sakit.
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah semua pasien yang terdiagnosis HIV dengan
kandidiasisdan menerima terapi farmakologi di instalasi rawat inap Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta periode Januari 2010-Juni 2014. Kriteria inklusi meliputi
pasien dengan jenis kelamin perempuan maupun laki-laki, telah menjalani uji
laboratorium terkait infeksi HIV, dan menerima terapi farmakologi. Kriteria
eksklusi dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap dengan hasil rekam medis
yang tidak lengkap yaitu tidak ada hasil pemeriksaan laboratorium dan tidak ada
data jumlah sel CD4 ketika pasien menjalani rawat inap, tidak ada status keluar
pasien setelah menjalani rawat inap, tidak ada pemeriksaan tanda vital, serta
rekam medis tidak dapat dibaca walaupun telah dilakukan tanya jawab kepada
petugas di instalasi rekam medis dan tidak dapat diakses.
Pemilihan subjek penelitian dilakukan sesuai dengan kriteria inklusi dan
kriteria eksklusi yang telah ditetapkan. Di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
periode Januari 2010-Juni 2014, populasi pasien HIV yang menjalani rawat inap
sebanyak 197 pasien dan sebanyak 23 pasien merupakan pasien HIV dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
kandidiasis. Dari 23 pasien tersebut, pasien yang termasuk dalam kriteria inklusi
sebanyak 13 pasien. Jumlah kasus yang diperoleh dari 13 pasien tersebut
sebanyak 16 kasus dimana pada kasus nomor 3, 5, dan 13 pasien terdiagnosa HIV
dengan kandidiasis dan menjalani rawat inap di rumah sakit sebanyak masing-
masing 2 kali. Sebanyak 10 pasien tidak dimasukkan ke dalam penelitian
disebabkan karena 1 rekam medis pasien tidak lengkap yaitu tidak ada hasil
pemeriksaan tanda vital dan catatan keperawatan tidak jelas, serta 9rekam medis
pasien tidak dapat diakses.
Gambar 4. Skema pemilihan subjek penelitian di Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta periode Januari 2010-Juni 2014
E. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar rekam medis
pasien rawat inap di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta yang memiliki kriteria
inklusi seperti di atas. Lembar rekam medis adalah catatan yang diisi oleh dokter
maupun perawat yang berisi identitas pasien (nama, umur dan jenis kelamin),
riwayat alergi dan penyakit pasien, keluhan utama dan perjalanan penyakit
197 populasi pasien HIV
yang menjalani rawat inap
23 pasien HIV
dengan kandidiasis
Inklusi 13
pasien
Eksklusi
10 pasien
9 rekam medis
pasien tidak
dapat diakses
1 rekam
medis pasien
tidak lengkap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
sebelum pasien menjalani rawat inap, lama pasien menjalani rawat inap, diagnosa
utama, keluhan pasien dalam asuhan keperawatan, pemeriksaan tanda vital,
laboratorium, foto rotgen, USG atau CT Scan, terapi farmakologi yang diberikan,
dan status keluar pasien.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah form pengambilan
data yang digunakan untuk mencatat data subjektif, objektif dan pengobatan yang
diterima pasien HIV dengan kandidiasis yang menjalani rawat inap di Rumah
Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Januari 2010-Juni 2014.
G. Lokasi Penelitian
Tempat pengambilan data berada di instalasi rekam medis Rumah Sakit
Panti Rapih, Jalan Cik Di Tiro nomor 30 Yogyakarta.
H. Jalannya Penelitian
1. Pengurusan Izin Penelitian
Penelitian dimulai dengan melakukan pengurusan izin penelitian ke
lokasi penelitian untuk dapat mengambil data yang diperlukan. Surat pengantar
permohonan ijin penelitian didapat dari Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta dan ijin penelitian diperoleh dari pihak rumah sakit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
2. Analisis Situasi
Analisis situasi pada penelitian ini dilakukan dengan mencari nomor
rekam medis pasien yang menjadi subjek penelitian dan mengidentifikasi
sistematika pengambilan data rekam medis di lokasi penelitian. Pencarian
nomor rekam medis dilakukan di komputer instalasi rekam medis oleh petugas
rumah sakit. Dari hasil analisis situasi diperoleh 23 nomor rekam medis dan
untuk dapat memperoleh data rekam medis pasien perlu dilakukan pencatatan
nomor rekam medis dan nama pasien dalam buku peminjaman rekam medis
sehari sebelum peminjaman rekam medis tersebut.
3. Pengambilan Data
Subjek penelitian yang diperoleh dari hasil analisis situasi dipilih
berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yang telah ditentukan. Jika
terdapat data rekam medis yang tidak jelas, dilakukan tanya jawab kepada
petugas instalasi rekam medis untuk mendapatkan data yang diperlukan. Data
penelitian yang dicatat meliputi seluruh data yang tercantum dalam form
pengambilan data. Pengumpulan data dari rekam medis tersebut dilakukan
tanpa mengganggu aktivitas petugas rekam medis di rumah sakit tersebut.
4. Pengolahan Data dan Analisis Hasil
Pengolahan data dan analisis hasil dilakukan secara deskriptif
evaluatif dengan menggambarkan secara jelas karakteristik pasien, pola
pengobatan yang diterima oleh pasien dan evaluasi DRPs dilakukan pada pola
pengobatan pasien tersebut berdasarkan riwayat alergi dan penyakit pasien,
diagnosa utama dan komplikasi, keluhan yang tertulis dalam asuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
keperawatan selama pasien menjalani rawat inap di rumah sakit, hasil
pemeriksaan tanda vital dan hasil pemeriksaan laboratorium.
I. Tata Cara Analisis Hasil
1. Karakteristik pasien
a. Distribusi pasien berdasarkan kelompok umur dibagi menjadi 3 kelompok
yaitu pediatri, dewasa, dan geriatri dengan menghitung jumlah kasus pada
tiap kelompok umur dibagi dengan jumlah seluruh kasus lalu dikali 100%.
b. Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin dibagi menjadi 2 yaitu laki-
laki dan perempuan dengan menghitung jumlah kasus pada tiap kelompok
jenis kelamin dibagi dengan jumlah seluruh kasus lalu dikali 100%.
c. Distribusi pasien berdasarkan stadium HIV yang diderita dibagi menjadi 4
yaitu stadium 1, stadium 2, stadium 3, dan stadium 4 dengan menghitung
jumlah kasus pada tiap stadium HIV dibagi dengan jumlah seluruh kasus
lalu dikali 100%.
d. Distribusi pasien berdasarkan jenis kandidiasis yang diderita dibagi
menjadi 7 yaitu kandidiasis oral, kandidiasis faring atau orofaring,
kandidiasis pada trakea, kandidiasis pada bronki, kandidiasis esofageal,
kandidiasis pada vagina, dan kandidemia dengan menghitung jumlah
kasus pada tiap kelompok jenis kandidiasis dibagi dengan jumlah seluruh
kasus lalu dikali 100%.
Seluruh pembagian karakteristik pasien di atas disajikan dalam bentuk diagram
pie.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
2. Pola pengobatan yang diterima oleh pasien
a. Persentase kelas terapi obat yang diberikan pada pasien HIV dengan
kandidiasis diperoleh dengan menghitung jumlah kasus pada tiap kelas
terapi obat berdasarkan MIMS Indonesia 2013-2014, dibagi dengan
jumlah seluruh kasus lalu dikali 100%.
b. Persentase golongan obat yang diberikan pada pasien HIV dengan
kandidiasis diperoleh dengan menghitung jumlah kasus pada tiap golongan
obat, dibagi dengan jumlah seluruh kasus lalu dikali 100%.
c. Persentase jenis obat yang diberikan pada pasien HIV dengan kandidiasis
diperoleh dengan menghitung jumlah kasus pada tiap jenis obat, dibagi
dengan jumlah seluruh kasus lalu dikali 100%.
d. Persentase rute pemberian obat yang diberikan pada pasien HIV dengan
kandidiasis diperoleh dengan menghitung jumlah kasus pada tiap rute
pemberian obat, dibagi dengan jumlah seluruh kasus lalu dikali 100%.
Seluruh pembagian pola pengobatan pasien di atas disajikan dalam bentuk
tabel.
3. Evaluasi Drug Related Problems (DRPs)
Evaluasi DRPs yang dilakukan meliputi 6 kategori yaitu
membutuhkan obat tambahan, obat tidak diperlukan, obat kurang efektif, dosis
obat terlalu rendah, dosis obat terlalu tinggi, dan efek samping obat.
Evaluasi DRPs dilakukan dengan metode SOAP (subjective, objective,
assessment, dan plan/recommendation). Subjektif meliputi umur, jenis
kelamin, berat badan, riwayat alergi dan penyakit, keluhan utama, perjalanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
penyakit pasien sebelum menjalani rawat inap, lama dirawat, keluhan pasien
dalam asuhan keperawatan, dan status keluar. Objektif meliputi diagnosa
masuk dan keluar, hasil pemeriksaan tanda vital, hasil pemeriksaan
laboratorium, dan pengobatan yang diterima oleh pasien.Assesment merupakan
penilaian dan evaluasi terhadap adanya DRPs pada pengobatan yang diterima
oleh pasien. Plan/recommendation merupakan saran atau rekomendasiuntuk
mengatasi atau meminimalkan DRPs pada pengobatan pasien berdasarkan
acuan yang akan digunakan yaitu, Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis
Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral Pada Orang Dewasa (Direktur Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011), Pedoman
Pelayanan Kefarmasian untuk Orang dengan HIV/AIDS (Direktorat Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik dan Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2006), Pedoman Terapi Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta, Guide for HIV/AIDS Clinical Care (U.S Department
of Health and Human Services, 2014) dan Consolidated Guidelines on the Use
of Antriretroviral Drugs for Treating and Preventing HIV Infection(World
Health Organization, 2013).
Acuan utama yang digunakan sebagai dasar evaluasi DRPs adalah
acuan Indonesia kemudian disesuaikan lebih lanjut dengan acuan internasional.
Hasil evaluasi kemudian dikelompokkan ke dalam 6 kategori DRPs dan dicari
persentasenya dengan menghitung jumlah kasus pada tiap kategori DRPs
dibagi dengan jumlah seluruh kasus lalu dikali 100%. Pengelompokkan DRPs
yang terjadi disajikan dalam bentuk diagram pie.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian mengenai Drug Related Problems (DRPs) Pada Pengobatan
Pasien HIV Dengan Kandidiasis Di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode
Januari 2010-Juni 2014 dilakukan dengan menelurusi rekam medis pasien-pasien
yang termasuk dalam kriteria inklusi penelitian. Dari 13 pasien yang termasuk
dalam kriteria inklusi penelitian, diperoleh 16 kasus yang memiliki data rekam
medis lengkap meliputi jenis kelamin, diagnosa utama dan komplikasi, lama rawat
inap, status keluar, terdapat data hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
tanda vital, serta data pengobatan yang diperoleh pasien selama menjalani rawat
inap.
A. Karakteristik Pasien
1. Distribusi Pasien Berdasarkan Kelompok Umur
Pasien yang telah masuk dalam kriteria inkluasi penelitian
dikelompokkan berdasarkan 3 kelompok umur yaitudi bawah 18 tahun yang
disebut pasien anak dan remaja, umur 18-64 tahun yang disebut pasien
dewasa, dan 65 tahun ke atas yang disebut pasien lansia (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2009). Distribusi pasien HIV dengan
kandidiasis yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Panti Rapih
berdasarkan kelompok umur menunjukkan bahwa sebanyak 100% merupakan
pasien dewasa yaitu pasien dengan umur 18-64 tahun. Dari 16 kasus dengan
pasien dewasa, distribusi pasien dapat dibedakan kembali menjadi 5 kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
umur yaitu pasien remaja akhir ( 17-25 tahun) sebesar 12,5%, dewasa awal
(26-35 tahun) sebesar 25%, dewasa akhir (36-45 tahun) sebesar 31,2%, lansia
awal (46-55 tahun) sebesar 18,7%, serta lansia akhir (56-65 tahun) sebesar
12,5% (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009). Pengelompokkan
lebih lanjut ini bertujuan agar distribusi pasien berdasarkan kelompok umur
terutama pada pasien dewasa menjadi lebih jelas dan terperinci.
Gambar 5. Diagram Distribusi Pasien Berdasarkan Kelompok Umur (n = 16)
Resiko terjadinya infeksi HIV tidak meningkat seiring dengan
bertambahnya usia, oleh karena itu usia bukanlah faktor resiko penyakit ini.
Infeksi HIV hanya dapat bertransmisi melalui 3 hal yaitu transmisi seksual,
parenteral, dan perinatal dimana transmisi ini dapat terjadi pada usia
berapapun (Public Health Agency of Canada, 2012). Kandidiasis sebagai
infeksi oportunistik infeksi HIV juga tidak meningkat seiring dengan
bertambahnya usia tetapi meningkat seiring dengan tingkat keparahan infeksi
HIV yang diderita oleh pasien (Klatt, 2013). Distribusi pasien HIV dengan
kandidiasis di Rumah Sakit Panti Rapih menunjukkan bahwa persentasi
kejadian penyakit paling banyak terdapat pada pasien dengan umur 25-
12.5%
25%
31.2%
18.7%
12.5%Remaja akhir (17-25 tahun)
Dewasa awal (26-35 tahun)
Dewasa akhir (36-45 tahun)
Lansia awal (46-55 tahun)
Lansia akhir (56-65 tahun)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
45tahun tepatnya pada pasien dewasa awal sampai dewasa akhir yaitu sebesar
56,2%.
2. Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin
Distribusi pasien HIV dengan kandidiasis di Rumah Sakit Panti
Rapih dilihat pula berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan.
Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa pasien laki-
laki sebanyak 87,5% dan pasien perempuan sebanyak 12,5%.
Gambar 6. Diagram Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin (n = 16)
Berdasarkan distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin di atas, dapat
dilihat bahwa sebagian besar pasien HIV dengan kandidiasis yang ditemukan
dalam penelitian ini adalah laki-laki. Hal ini sesuai dengan fakta yang terjadi
di Indonesia dimana kasus HIV/AIDS paling banyak terjadi pada laki-laki
(Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2014).
3. Distribusi Pasien Berdasarkan Stadium HIV
Selain berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin, pasien juga
didistribusikan berdasarkan stadium HIV. Distribusi pasien berdasarkan
stadium HIV dilihat berdasarkan gejala klinik, hal ini disebabkan karena
87.5%
12.5%
Laki-laki
Perempuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
gejala klinik dapat digunakan secara efektif untuk menentukan stadium HIV
(WHO, 2005). Berdasarkan gejala klinik, stadium HIV dibagi menjadi 4 yaitu
stadium 1, stadium 2, stadium 3, dan stadium 4. Distribusi pasien HIV dengan
kandidiasis yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta menunjukkan bahwa tidak ada pasien HIV dengan stadium 1 dan
2, pasien HIV dengan stadium 3 sebanyak 81,2%, dan pasien dengan stadium
4 sebanyak 18,7%.
Gambar 7. Diagram Distribusi Pasien Berdasarkan Stadium HIV (n = 16)
4. Distribusi Pasien Berdasarkan Lokasi Infeksi Kandidiasis
Distribusi pasien berdasarkan lokasi infeksi kandidiasis dibagi
menjadi 4 yaitu kandidiasis oral/orofaringeal atau kandidiasis pada mukosa
mulut dan orofaring, kandidiasis vulvovaginal atau kandidiasis pada vagina,
kandidiasis kutan atau kandidiasis pada kuku dan kulit, dan kandidemia atau
kandidiasis pada pembuluh darah sistemik (Dabas, 2013). Distribusi pasien
HIV dengan kandidiasis yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta menunjukkan bahwa kandidiasis pada mukosa mulut
81.2%
18.7%
Stadium 3
Stadium 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
diderita oleh 75%, pasien dan kandidiasis pada mukosa orofaring diderita oleh
25% pasien.
Gambar 8. Diagram Distribusi Pasien Berdasarkan Lokasi Infeksi
Kandidiasis (n = 16)
Perkembangan kandidiasis pada pasien HIV yang termasuk dalam
kriteria inklusi penelitian dapat dilihat tiap tahunnya. Penurunan angka
kejadian kandidiasis terjadi pada tahun 2010 sampai 2012. Angka kejadian
kandidiasis pada tahun 2010 adalah 4 kasus dari 16 kasus, dimana dari
keempat kasus tersebut, 3 kasus terdiagnosa kandidiasis oral dan 1 kasus
terdiagnosa kandidiasis orofaring, 3 kasus memperoleh pengobatan tunggal
dengan fluconazole tablet dan 1 kasus tidak memperoleh pengobatan
antijamur. Angka kejadian kandidiasis pada tahun 2011 menurun menjadi 3
kasus dari 16 kasus, dimana ketiga kasus tersebut terdiagnosa kandidiasis
orofaring dan seluruhnya memperoleh pengobatan tunggal dengan fluconazole
tablet. Angka kejadian kandidiasis pada tahun 2012 juga menurun menjadi 2
kasus dari 16 kasus, dimana kedua kasus tersebut terdiagnosa kandidiasis oral,
75%
25%
Kandidiasis oral
Kandidiasis orofaring
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
1 kasus memperoleh pengobatan tunggal dengan fluconazole injeksi dan 1
kasus memperoleh pengobatan tunggal dengan fluconazole tablet.
Pada tahun 2013 sampai Juni 2014, terjadi peningkatan angka
kejadian kandidiasis. Angka kejadian kandidiasis pada tahun 2013 adalah 3
kasus dari 16 kasus, dimana ketiga kasus tersebut terdiagnosa kandidiasis oral,
1 kasus memperoleh pengobatan kombinasi suspensi oral nystatin dan
fluconazole tablet, dan 2 kasus memperoleh pengobatan tunggal dengan
fluconazole. Angka kejadian kandidiasis meningkat pada Januari 2014-Juni
2014 menjadi 4 kasus dari 16 kasus, dimana keempat kasus tersebut
terdiagnosa kandidiasis oral, 3 kasus memperoleh pengobatan tunggal dengan
fluconazole tablet dan 1 kasus tidak memperoleh pengobatan antijamur.
B. Pola Pengobatan Pasien
Pola pengobatan pasien adalah adalah gambaran pengobatan yang
diterima oleh pasien selama menjalani rawat inap di Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta.Pola pengobatan pasien meliputi kelas terapi obat, golongan obat jenis
obat dan rute pemberian obat.
1. Kelas Terapi Obat
Gambaran distribusi penggunaan obat pada pasien berdasarkan kelas
terapi menurut MIMS Indonesia 2013/2014 disajikan dalam tabel di bawah
ini. Penggunaan obat terbanyak ada pada kelas terapi antiinfeksi, obat yang
bekerja pada sistem gastrointestinal, analgesik dan antipiretik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Tabel XIII. Pola Pengobatan Pasien Berdasarkan Kelas Terapi Obat
Kelas Terapi Obat Jumlah Kasus
(n = 16)
Persentase
(%)
Antiinfeksi 16 100
Sistem gastrointestinal dan hepatobilier 13 81,2
Sistem saraf pusat 12 75
Vitamin dan mineral 6 37,5
Lain-lain
Sistem pernafasan 6 37,5
Alergi dan sistem imun 2 12,5
Kulit 1 6,2
2. Jenis dan Golongan Obat
a. Antiinfeksi
Pada pasien HIV dengan kandidiasis yang menjalani rawat inap,
antiinfeksi merupakan pengobatan yang paling banyak diterima diantara
kelas terapi yang lain. Hal ini sesuai dengan pengobatan yang seharusnya
diterima oleh pasien HIV dengan kandidiasis dimana antiinfeksi berperan
dalam membatasi infeksi HIV lebih jauh, mengatasi atau mencegah
infeksi bakteri yang mungkin muncul, serta mengatasi kandidiasis
sebagai infeksi oportunistik infeksi HIV (Direktur Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011).
Antiinfeksi yang digunakan meliputi sefalosporin, makrolida,
kuinolon, sulfonamida, antibiotika golongan lain, antivirus, antijamur,
obat anti tuberkulosis, dan antimalaria. Antiinfeksi selain antibiotika
golongan lain, antivirus dan antijamur digunakan untuk mengatasi infeksi
oportunistik selain kandidiasis yang diderita oleh pasien. Pada penelitian
ini, pemberian antibiotika sefalosporin ditujukan kepadapasien suspek
bronkitis, antibiotika makrolida digunakan untuk mengatasi influenza
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
oleh karena H. influenzae (Hauser, 2013), antibiotika kuinolon ditujukan
kepada pasien yang menderita penyakit paru kronik, suspek sinusitis, dan
infeksi saluran kemih, pemberian antibiotika sulfonamida dan antimalaria
ditujukan kepada pasien yang menderita toksoplasma dan obat anti
tuberkulosis digunakan untuk mengatasi infeksi tuberkulosis yang
diderita pasien.
Antibiotika golongan lain yang paling banyak digunakan adalah
kotrimoksasol, karena antibiotika ini merupakan terapi profilaksis yang
penting pada pasien HIV (Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan, 2011). Pada pasien HIV remaja dan dewasa,
terapi profilaksis kotrimoksasol terbukti efektif dalam mengurangi
mortalitas dan morbiditas, tidak hanya pada pasien dengan HIV stadium
1 dan 2, tetapi juga pada pasien dengan HIV stadium 3 dan 4, dengan
atau tanpa infeksi tuberkulosis (Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan, 2011).
Antiretroviral merupakan obat yang penting pada pasien HIV
karena dapat meningkatkan kesehatan pasien dan tingkat bertahan hidup,
menyelamatkan hidup pasien, meningkatkan sistem imun, mengurangi
resiko komplikasi HIV, dan mengurangi resiko transmisi HIV
(US.Department of Health and Human Service, 2014). Antiretroviral
yang digunakan adalah antiretroviral golongan NNRTI dan NRTI.
Antiretroviral golongan NNRTI dan NRTI merupakan terapi lini pertama
bagi pasien HIV, dimana kombinasi yang dianjurkan adalah 1 NNRTI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
dan 2 NRTI (WHO, 2013). Penggunaan kombinasi ini dianjurkan karena
dapat mengurangi efek toksik dan efek samping yang parah dari
antiretroviral, serta memiliki respon virologikal yang baik (WHO, 2013).
Antijamur yang digunakan adalah flukonazol dan nystatin.
Flukonazol merupakan standart terapi untuk kandidiasis orofaringeal dan
di antara golongan azole yang lain flukonazol memiliki penetrasi yang
lebih baik ke dalam tubuh (Pappas, et.al., 2009). Nystatin merupakan
antifungi yang dapat digunakan untuk mengatasi kandidiasis
oral(Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, 2011). Gambaran penggunaan antiinfeksi disajikan dalam
tabel dibawah ini:
Tabel XIV. Penggunaan antiinfeksi pada pasien HIV dengan kandidiasis di
Instalansi Rawat Inap RS Panti Rapih Yogyakarta
periode Januari 2010-Juni 2014
Golongan
obat
Jenis Obat Jumlah Kasus
(n = 16)
Persentase
(%)
Sefalosporin Cefixime 5 31,2
Cefotaxime 2 12,5
Makrolida Azithromycin 2 12,5
Kuinolon Levofloxacin 6 37,5
Sulfonamida Sulfadiazin 1 6,2
Antibiotika
golongan lain
Kotrimoksasol 9 56,2
Fosfomycin 1 6,2
Metronidazole 1 6,2
Antivirus Kombinasi NRTI dan NNRTI 13 81,2
Antijamur Flukonazol 13 81,2
Kombinasi flukonazol dan nystatin 1 6,2
Obat anti
tuberculosis
Kombinasi rifampisin, isoniazid,
pirazinamid, dan etambutol
4 25
Isoniazid 2 12,5
Kombinasi isoniazid dan vitamin B6 1 6,2
Antimalaria Pyrimethamine 3 18,7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
b. Sistem gastrointestinal dan hepatobilier
Obat yang bekerja pada sistem gastrointestinal dan hepatobilier
yang diberikan pada pasien meliputi antasida, obat antirefluks, dan
antiulserasi, regulator gastrointestinal, antiflatulen, dan antiinflamasi,
serta antiemetika. Pada penelitian ini, sebagian besar obat-obat tersebut
diberikan untuk mencegah gejala intoleransi gastrointestinal yang
disebabkan oleh ARV.
Antasida, obat antirefluks, dan antiulserasi yang digunakan
adalah pantoprazole, Plantacid®, omeprazole dan lanzoprazole.
Pantoprazole, omeprazole, dan lansoplazole adalah proton pump
imhibitor (PPI) yang dapat menghambat produksi asam dalam lambung
(Chubineh dan Birk, 2012).PPI dan Plantacid® yang mengandung
antasida digunakan untuk mengatasi tukak lambung dan mengurangi
gejala kelebihan asam lambung.
Regulator gastrointestinal, antiflatulen, dan antiinflamasi yang
digunakan adalah metoklopramid dan domperidone. Metoklopramid
digunakan untuk antimual. Metoklopramid juga dapat merangsang
pengosongan lambung (Nugroho, 2012). Pemberian domperidone juga
ditujukan untuk merangasang pengosongan lambung sehingga dapat
digunakan sebagai obat antimuntah.
Antiemetika yang digunakan adalah ondansetron. Ondansetron
digunakan sebagai obat antimuntah (Nugroho, 2012). Gambaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
penggunaan obat yang bekerja pada sistem gastrointestinal dan
hepatobilier disajikan dalam tabel dibawah ini:
Tabel XV. Penggunaan obat yang bekerja pada sistem gastrointestinal dan
hepatobilier pada pasien HIV dengan kandidiasis di Instalansi Rawat Inap
RS Panti Rapih Yogyakarta periode Januari 2010-Juni 2014
Golongan Obat Jenis Obat Jumlah
Kasus
(n = 16)
Persentase
(%)
Antasida, obat
antirefluks, dan
antiulserasi
Plantacid® 3 18,7
Omeprazole 1 6,2
Lansoplazole 1 6,2
Pantoprazole 4 25
Regulator
gastrointestinal,
antiflatulen, dan
antiinflamasi
Metoklopramida 4 25
Domperidone 6 37,5
Antiemetika Ondansetron 6 37,5
c. Sistem Saraf Pusat
Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat yang diberikan
kepada pasien meliputi ansiolitik, antidepresan, antipsikotik, obat
antivertigo, analgesik (non opiat) dan antipiretik, serta obat anti inflamasi
non steroid. Pada penelitian ini, obat-obat tersebut sebagian besar
diberikan untuk mencegah gejala sistem saraf pusat yang disebabkan oleh
ARV.
Ansiolitik yang digunakan adalah diazepam dan alprazolam.
Kelompok ansiolitik diberikan kepada pasien untuk mengurangi
kecemasan dan agresivitas yang dialami pasien selama menjalani rawat
inap. Antidepresan yang digunakan adalah sertalin. Sertalin digunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
sebagai penanganan depresi menengah (Nugroho, 2012). Antipsikotik
yang digunakan adalah chlorpromazine dimana chlorpromazine ini
diresepkan membantu mengontrol mual dan muntah, dan mengontrol
gangguan perilaku sebagai gejala psikosis.
Antivertigo yang digunakan adalah betahistine mestylate dimana
obat ini diresepkan untuk meringankan serta mengatasi gejala vertigo
yang dialami pasien seperti pusing, limbung, mual, dan muntah.
Analgesik (non opiat) dan antipiretik yang digunakan adalah
paracetamol. Paracetamol memiliki aktivitas antiinflamasi yang lemah,
tetapi menunjukkan efek antipiretik dan analgesik (Nugroho, 2012).Obat
antiinflamasi non steroid yang digunakan adalah metamizole dimana obat
ini diresepkan untuk mengurangi atau mengatasi rasa nyeri sedang
sampai berat, dan sakit kepala karena faktor psikis. Gambaran
penggunaan obat yang bekerja pada sistem syaraf pusat disajikan dalam
tabel dibawah ini:
Tabel XVI. Penggunaan obat yang bekerja pada sistem syaraf pusat pada
pasien HIV dengan kandidiasis di Instalansi Rawat Inap RS Panti Rapih
Yogyakarta periode Januari 2010-Juni 2014
Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Kasus
(n = 16)
Persentase
(%)
Ansiolitik Diazepam 1 6,2
Alprazolam 5 31,2
Antidepresan Sertaline 1 6,2
Antipsikotik Chlorpromazine 1 6,2
Antivertigo Betahistine
mestylate
1 6,2
Analgesik (non opiat) dan
antipiretik
Paracetamol 9 56,2
Obat anti inflamasi nonsteroid Metamizole 4 25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
d. Vitamin dan mineral
Vitamin dan mineral yang diberikan kepada pasien meliputi
vitamin dan/mineral serta vitamin B kompleks. Vitamin dan/mineral
yang digunakan adalah Lysmin® dan vitamin B kompleks yang
digunakan adalah Grahabion®. Lysmin® diresepkan sebagai suplemen
nutrisi dan vitamin dalam masa penyembuhan sedangkan Grahabion®
diresepkan untuk mengatasi defisiensi vitamin BI, B6, dan B12 seperti
polineuritis. Gambaran penggunaan vitamin dan mineral disajikan dalam
tabel dibawah ini:
Tabel XVII. Penggunaan obat vitamin dan mineral pada pasien HIV dengan
kandidiasis di Instalansi Rawat Inap RS Panti Rapih Yogyakarta periode
Januari 2010-Juni 2014
Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Kasus
(n = 16)
Persentase (%)
Vitamin
dan/mineral
Lysmin® 4 25
Vitamin B
kompleks
Grahabion® 2 12,5
e. Lain-lain
Kelas terapi obat yang termasuk ke dalam kategori ini adalah
kelas terapi sistem pernafasan, alergi dan sistem imun, serta kulit.
Gambaran penggunaan ketiga kelas terapi obat tersebut disajikan dalam
tabel berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Tabel XVIII.Penggunaan obat lain-lain pada pasien HIV dengan kandidiasis
di Instalansi Rawat Inap RS Panti Rapih Yogyakarta
periode Januari 2010-Juni 2014
Golongan Obat Jenis Obat Jumlah Kasus
(n = 16)
Persentase (%)
Obat batuk dan
pilek
Tremenza® 2 12,5
Silex® 5 31,2
Ambroksol HCl 1 6,2
Antihistamin dan
antialergi
Cetirizine HCl 1 6,2
Antijamur dan
antiparasit topikal
Scabimite® 1 6,2
3. Rute Pemberian Obat
Gambaran umum penggunaan obat berdasarkan rute pemberian obat
disajikan dalam tabel di bawah ini. Seluruh kasus yang ditemukan pada
penelitian ini memperoleh obat dengan rute pemberian enteral dan parenteral,
dan 1 kasus memperoleh obat topikal.Obat yang diberikan secara enteral pada
umumnya merupakan obat antivirus yang dan antifungi yang digunakan untuk
mengatasi HIV dan kandidiasis dimana obat tersebut diberikan secara per
oral. Obat yang diberikan secara parenteral pada umumnya adalah obat
antiemetika ondansetron untuk mengatasi mual muntah dan infus Asering®
untuk mengganti cairan yang hilang secara akut. Obat parenteral digunakan
pada pasien yang membutuhkan efek cepat, dan obat intravena diberikan
kepada pasien untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien. Obat yang diberikan
secara topikal adalah obat kulit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Tabel XIX. Penggunaan obat berdasarkan rute pemberian pada pasien HIV
dengan kandidiasis di Instalasi Rawat Inap RS Panti Rapih Yogyakarta
periode Januari 2010-Juni 2014
Rute Pemberian Jumlah Kasus (n = 16) Persentase (%)
Enteral 16 100
Parenteral
Topikal
16
1
100
6,2
C. Evaluasi Drug Related Problems (DRPs)
Pada penelitian ini, identifikasi Drug Related Problems dilakukan dengan
mengevaluasi pengobatan yang diterima pasien melalui metode SOAP. Drug
Related Problems yang teridentifikasi kemudian dikelompokkan dalam 6 kategori
antara lain obat tidak diperlukan, membutuhkan obat tambahan, obat kurang
efektif, dosis obat terlalu rendah, dosis obat terlalu tinggi, dan efek samping obat.
Dalam penelitian ini ditemukan 16 kasus DRPs dari 13 pasien yang
termasuk dalam kriteria inklusi penelitian. Kasus DRPs yang teridentifikasi antara
lain obat tidak dibutuhkan sebanyak 68,7%, membutuhkan obat tambahan
sebanyak 50%, dosis obat terlalu tinggi sebanyak 81,2%, efek samping obat
sebanyak 81,2%, dosis obat terlalu rendah sebanyak 43,7%, dan obat kurang
efektif sebanyak 6,2%. Pada umumnya, 1 kasus memiliki lebih dari 1 DRPs.
Gambaran DRPs yang ditemui pada pengobatan pasien HIV dengan kandidiasis
dalam penelitian ini disajikan pada tabel dibawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Tabel XX. Gambaran DRPs pada pengobatan pasien HIV dengan
kandidiasis di Instalasi Rawat Inap RS Panti Rapih Yogyakarta
periode Januari 2010-Juni 2014
No Jenis DRPs Nomor kasus
(seperti lampiran)
Jumlah Kasus
(n=16)
Persentase
(%)
1 Obat tidak diperlukan 1, 2, 4, 5a, 5b, 6, 7, 8,
9, 10, 13a
11 68,7
2 Membutuhkan obat
tambahan
3a, 3b, 4, 5a, 6, 8, 12,
13a
8 50
3 Dosis obat terlalu
tinggi
1, 3a, 4, 5a, 5b, 6, 7, 8,
9, 10, 11, 12, 13b
13 81,2
4 Efek samping obat 1, 2, 3a, 5a, 5b, 6, 7, 9,
10, 11, 12, 13a, 13b
13 81,2
5 Dosis obat terlalu
rendah
2, 3a, 4, 5a, 5b, 6, 9 7 43,7
6 Obat kurang efektif 3a 1 6,2
Catatan: Penilaian DRPs dilakukan berdasarkan data dalam lembaran rekam medis
yang tidak dikonfirmasi dengan dokter penulis resep maupun perawat yang merawat
pasien. Pembahasan lebih lanjut tiap kasus dapat dilihat pada Lampiran
1. Obat tidak diperlukan
Kategori DRPs obat tidak diperlukan yang ditemukan pada
penelitian ini sebanyak 68,7%, terjadi pada 11 kasus dari 16 kasus. Pada
kasus nomor 1, 6, 8, dan 10 pasien memperoleh obat yang bekerja pada
sistem gastrointestinal tanpa memiliki indikasi untuk obat tersebut sedangkan
pada kasus nomor 2, 5a, 6, 7 dan 9 pasien memperoleh obat-obat dengan
indikasi sama. Pada pasien HIV, gejala-gejala seperti nyeri ulu hati, mual dan
muntah pada umumnya dirasakan sebagai efek samping dari obat-obat
antiretroviral, adanya kemungkinan infeksi kandidiasis esofageal, dan adanya
kemungkinan riwayat penyakit berupa Gastrointestinal Disease atau GERD
(US. Department of Health and Human Service, 2014). Berdasarkan hasil
wawancara dengan salah satu perawat, gejala-gejala tersebut mungkin saja
tidak tercatat dalam catatan keperawatan pasien sehingga data yang diperoleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
adalah pasien memperoleh obat yang bekerja pada sistem gastrointestinal dan
hepatobilier tanpa adanya indikasi yang membutuhkan obat tersebut.
Pada kasus nomor 13a pasien mendapatkan obat yang bekerja pada
sistem saraf tanpa memiliki indikasi sedangkan pada kasus nomor 2, 4, 5b
dan 6 pasien mendapatkan obat-obat dengan indikasi sama. Obat yang
diterima adalah obat golongan ansiolitik, antipsikotik, analgesik (non opiat)
dan antipiretik, serta obat antiinflamasi non steroid. Obat-obat tersebut
dimaksudkan untuk mengatasi gejala-gejala seperti kecemasan, kegelisahan,
sulit tidur, nyeri, dan demam. Pada pasien HIV, gejala-gejala seperti nyeri
atau sakit kepala dan demam disebabkan karena adanya kemungkinan infeksi
atau kondisi lain yang dapat menyebabkan munculnya gejala tersebut (US.
Department of Health and Human Service, 2014). Berdasarkan hasil
wawancara dengan salah satu perawat, pemberian obat yang bekerja pada
sistem syaraf tanpa adanya indikasi untuk obat tersebut mungkin saja
disebabkan karena tidak tercatatnya gejala-gejala kecemasan, kegelisahan,
sulit tidur dan nyeri pada catatan keperawatan atau suhu badan pasien pada
data tanda vital.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Tabel XXI. Kejadian DRPs obat tidak diperlukan pada pengobatan pasien
HIV dengan kandidiasis di Instalasi Rawat Inap RS Panti Rapih Yogyakarta
periode Januari 2010-Juni 2014
No. Kasus Assessment Jenis DRPs Recommendation
1, 10 Pemberian pantoprazole
tanpa indikasi
Potensial 1. Pertimbangkan untuk
menghentikan pemberian
obat
2. Perlu dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut
terkait kemungkinan
kondisi yang menyebabkan
gejala pada sistem
gastrointestinal
1 Pemberian ondansetron
tanpa indikasi
Potensial
5a, 7, 9 Pemberian ondansetron
bersamaan dengan obat
berindikasi sama
Aktual
2 Pemberian Plantacid F®
dan Plantacid ® bersamaan
dengan obat berindikasi
sama
Aktual
6, 8 Pemberian Plantacid®
tanpa indikasi
Potensial
6, 10 Pemberian metoklopramida
tanpa indikasi
Potensial
13a Pemberian paracetamol
tanpa indikasi
Potensial 1. Pertimbangkan untuk
menghentikan pemberian
obat
2. Perlu dilakukan monitoring
terhadap suhu badan dan
derajat nyeri yang
dirasakan pasien
2 Pemberian paracetamol
dengan obat berindikasi
sama
Aktual
6 Pemberian metamizole
dengan obat berindikasi
sama
Aktual
4 Pemberian klorpromazine
dengan obat berindikasi
sama
Aktual
5b Pemberian alprazolam
dengan obat berindikasi
sama
Aktual
2. Membutuhkan obat tambahan
Kategori DRPs membutuhkan obat tambahan yang ditemukan pada
penelitian ini sebanyak 50%, terjadi pada 8 kasus dari 16 kasus. Pada kasus
nomor 3bdan 4 pasien terdiagnos infeksi HIV, dan pada kasus nomor 5a, 12
dan 13a pasien mendapatkan diagnosa kandidiasis tetapi tidak mendapatkan
terapi untuk kondisi tersebut. Kondisi-kondisi tersebut sebaiknya diatasi
dengan pemberian terapi profilaksis kotrimoksasol dan obat antiretroviral
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
yaitu kombinasi 2 antiretroviral NRTI dan 1 obat antiretroviral NNRTI yang
berada dalam regimen lini pertama (Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan, 2011) dan antijamur yaitu flukonazol(Gotzsche
dan Johansen, 2011).
Pada kasus nomor 3a, 6 dan 12 pasien tidak mendapatkan terapi
untuk mengatasi demam sedangkan kasus nomor 4 dan 8 tidak mendapatkan
terapi untuk mengatasi nyeri. Kondisi ini sebaiknya diatasi dengan pemberian
antipiretik paracetamol dan analgesik sesuai dengan derajat nyeri yang
dialami oleh pasien. Kategori DRPs membutuhkan obat tambahan yang
ditemukan pada penelitian ini seluruhnya merupakan jenis DRPs aktual.
Tabel XXII. Kejadian DRPs membutuhkan obat tambahan pada pasien HIV
dengan kandidiasis di Instalasi Rawat Inap RS Panti Rapih Yogyakarta
periode Januari 2010-Juni 2014
No. Kasus Assessment Jenis DRPs Recommendation
3b, 4 Tidak memperoleh
terapi untuk infeksi
HIV
Aktual 1. Pertimbangkan pemberian
terapi profilaksis infeksi HIV
atau kombinasi antiretroviral
pada regimen lini pertama
2. Perlu dilakukan pemantauan
jumlah sel CD4 pasien dan
perkembangan infeksi
oportunistik
5a, 12, 13a Tidak memperoleh
terapi untuk
kandidiasis
Aktual
3a, 6, 12 Tidak memperoleh
terapi untuk demam
Aktual 1. Pertimbangkan pemberian
paracetamol
2. Diperlukan pemantauan pada
suhu badan pasien
4, 8 Tidak memperoleh
terapi untuk nyeri
Aktual
3. Dosis obat terlalu tinggi
Kategori DRPs dosis obat terlalu tinggi yang ditemukan pada
penelitian ini sebanyak 75%, terjadi pada 12 kasus dari 16 kasus. Kasus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
DRPs dosis obat terlalu tinggi yang terjadi pada pasien sebagian besar
dikarenakan adanya interaksi antara antiretroviral dengan antijamur yang
diterima pasien selama menjalani rawat inap. Selain karena adanya interaksi
yang meningkatkan dosis obat, kasus DRPs ini juga terjadi karena dosis
pemberian obat yang melebihi dosis maksimal.
Pada kasus nomor 1,3a, 5a, 5b, 8, 10 dan 11, pasien menerima
terapi profilaksis kotrimoksasol dengan dosis 960 mg, 2 kali sehari. Dosis
kotrimoksasol yang dianjurkan sebagai terapi profilaksis infeksi HIV adalah
960 mg, 1 kali sehari sehingga pada kasus di atas pasien mendapatkan
kotrimoksasol dalam frekuensi pemberian yang terlalu banyak. Pemberian
kotrimoksasol dalam dosis yang melebihi dosis maksimal dapat
meningkatkan efek samping kotrimoksasol seperti reaksi hipersensitivitas,
anemia, trombositopenia, lekopenia, dan pansitopenia (Direktur Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011).
Pada kasus nomor 4, pasien menerima metoklopramide dalam 2
merk yang berbeda dimana masing-masing merk metoklopramide diberikan
dengan dosis 10 mg, 3 kali sehari. Dosis metoklopramide yang dianjurkan
adalah 10 mg, 3 kali sehari tetapi pada kasus ini pasien mendapatkan dosis
20 mg, 3 kali sehari. Pada kasus nomor 13b, pasien memperoleh nevirapine
dengan dosis 200 mg, 3 kali sehari. Dosis nevirapine yang dianjurkan untuk
dosis pemeliharaan adalah 200 mg, 2 kali sehari (Direktur Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Kategori DRPs dosis obat berlebih yang muncul karena adanya
interaksi obat terjadi pada kasus nomor 1, 5b, 6, 7, 9, 10, 11, 12 dan 13b.
Pada kasus-kasus tersebut, terjadi interaksi antara flukonazol dengan
zidovudine yang menyebabkan meningkatnya nilai AUC zidovudine
(Baxter, 2010). Adanya interaksi ini berpotensi dalam menjadikan kadar
zidovudine dalam tubuh pasien lebih tinggi sehingga perlu dilakukan
monitoring terhadap munculnya efek toksisitas zidovudine.
Tabel XXIII. Kejadian DRPs dosis obat terlalu tinggi pada pasien HIV
dengan kandidiasis di Instalasi Rawat Inap RS Panti Rapih Yogyakarta
periode Januari 2010-Juni 2014
No. Kasus Assessment Jenis DRPs Recommendation
1, 3a, 5a, 5b,
8, 10 dan 11
Pemberian kotrimoksasol
dengan dosis berlebih
Aktual
Pertimbangkan penurunan
frekuensi pemberian
kotrimoksasol
4 Pemberian metoklopramide
dengan dosis berlebih
Aktual Pertimbangkan pemberian
metoklopramide dengan 1
merk saja
13b Pemberian nevirapine
dengan dosis berlebih
Aktual Pertimbangkan penurunan
frekuensi pemberian
nevirapine
1, 5b, 6, 7, 9,
10, 11, 12
dan 13b
Interaksi antara flukonazole
dengan zidovudine
menyebabkan
meningkatnya AUC
zidovudine
Potensial Perlu dilakukan
pemantauan terhadap efek
toksisitas dan kadar
zidovudine dalam tubuh
pasien
4. Efek samping obat
Kategori DRPs efek samping obat yang ditemukan pada penelitian
ini sebanyak 81,2%, terjadi pada 13 kasus dari 16 kasus. Pada kasus nomor
2, 3a, 5a, 5b, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13a dan 13b pasien memperoleh obat
antiretroviral NNRTI yaitu nevirapine dan evafirenz, dan obat antiretroviral
NRTI yaitu lamivudine, zidovudine dan stavudine. Efek samping umum
obat antiretroviral NNRTI adalah hepatotoksisitas dan ruam kemerahan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
kulit sedangkan efek samping umum obat antiretroviral NRTI adalah
hepatotoksisitas dan laktat asidosis (Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan
Klinik Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan dan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2006). Efek samping obat antiretroviral
NNRTI dan NRTI ini merupakan DPRs potensial, oleh karena itu diperlukan
pemantauan fungsi hati pasien, monitoring pH darah dan gejala laktat
asidosis.
Efek samping obat yang bersifat aktual terjadi pada kasus nomor 1,
5a, 9, 10 dan 11. Pada kasus-kasus tersebut terjadi penggunaan obat yang
tidak aman dimana pada kasus nomor 1 pasien memiliki alergi terhadap
nevirapine tetapi pada saat pasien menjalani rawat inap pasien memperoleh
nevirapine sebagai obat antiretroviral, pada kasus nomor 5a pasien dengan
kadar SGOT dan SGPT yang tinggi memperoleh nevirapine yang memiliki
efek samping berupa hepatotoksisitas. Pada kasus nomor 9, 10 dan 11 pasien
memiliki kadar hemoglobin yang rendah tetapi pasien mendapatkan
zidovudine sebagai obat antiretroviral yang memiliki efek sampinng salah
satunya berupa anemia sehingga pemberian zidovudine dapat beresiko
menurunkan kadar hemoglobin pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Tabel XXIV. Kejadian DRPs efek samping obat pada pasien HIV dengan
kandidiasis di Instalasi Rawat Inap RS Panti Rapih Yogyakarta
periode Januari 2010-Juni 2014 No. Kasus Assessment Jenis DRPs Recommendation
2, 3a, 5a, 5b,
6, 7, 9, 10,
11, 12, 13a,
dan 13 b
Pemberian obat antiretroviral
NNRTI dan NRTI dapat
menyebabkan hepatotoksik,
laktat asidosis dan ruam kulit
Potensial 1. Pemantauan fungsi
hati pasien, gejala
laktat asidosis dan
ruam kulit
2. Pemantauan kadar
obat dalam darah
2 Interaksi paracetamol dan
OAINS dapat menyebabkan
pendarahan gastrointestinal
Potensial 1. Pertimbangkan
pemilihan salah satu
analgesik untuk
mengatasi nyeri
pasien
2. Diperlukan
monitoring gejala
pendarahan
gastrointestinal
1 Pemberian nevirapine pada
pasien uyang memiliki alergi
nevirapine
Aktual Pertimbangkan
penggantian nevirapien
dengan obat antiretroviral
NNRTI yang lain
5a Pemberian nevirapine pada
pasien dengan kadar SGOT dan
SGPT melebihi normal
Aktual 1. Pertimbangkan untuk
mengganti nevirapine
dengan efavirenz, jika
kadar SGOT dan
SGPT terus
meningkat
pertimbangkan
penggunaan regimen
alternatif
2. Diperlukan
pemantaun fungsi hati
pasien
9, 10, 11 Pemberian zidovudine pada
pasien dengan kadar hemoglobin
rendah
Aktual 1. Pertimbangkan
penggantian
zidovudine dengan
obat antiretroviral
NRTI yang lain
2. Diperlukan
pemantauan jumlah
hemoglobin pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
5. Dosis obat terlalu rendah
Kategori DRPs dosis obat terlalu rendah yang ditemukan pada
penelitian ini sebanyak 50%, terjadi pada 8 kasus dari 16 kasus. Kasus DRPs
dosis obat terlalu rendah yang terjadi pada pasien sebagian besar
dikarenakan adanya interaksi antara antiretroviral dengan obat lain dan
antifungal dengan obat lain yang diterima pasien selama menjalani rawat
inap.
Pada kasus nomor 2 dan 4 terjadi kategori DRPs dosis obat terlalu
rendah yang disebabkan oleh dosis pemberian di bawah dosis yang
dianjurkan. Pada kasus nomor 2, pasien mendapatkan nevirapine dengan
dosis 200 mg, 1 kali sehari. Dosis nevirapine yang dianjurkan untuk dosis
pemeliharaan adalah 200 mg, 2 kali sehari (Direktur Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011). Pada kasus nomor 4, pasien
memperoleh suspensi oral nystatin 1 cc, 2 kali sehari. Dosis suspensi oral
nystatin yang dianjurkan adalah 3-5 cc, 3 kali sehari (Direktur Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011).
Pada kasus nomor 3a, 5a, 5b, 6 dan 9, terjadi kategori DRPs dosis
obat terlalu rendah yang disebabkan oleh interaksi obat. Pada kasus nomor
3a, 5b dan 6, terjadi interaksi antara rifampisin dengan flukonazol yang
menyebabkan meningkatnya klirens flukonazol sehingga berpotensi untuk
mengurangi jumlah obat yang aktif di dalam tubuh pasien dengan lebih
cepat (Baxter, 2010). Pada kasus nomor 3a dan 5a, terjadi interaksi antara
rifampisin dengan efavirenz yang menyebabkan menurunnya AUC efavirenz
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
sehingga berpotensi menurunkan dosis yang diperlukan pasien untuk
mendapatkan efek (Baxter, 2010).
Tabel XXV. Kejadian DRPs dosis obat terlalu rendah pada pasien HIV
dengan kandidiasis di Instalasi Rawat Inap RS Panti Rapih Yogyakarta
periode Januari 2010-Juni 2014
No. Kasus Assessment Jenis DRPs Recommendation
2 Pemberian nevirapine
dengan dosis kurang
Aktual Pertimbangkan untuk meningkatkan
frekuensi pemberian nevirapine menjadi 2
kali sehari
4 Pemberian nystatin dengan
dosis kurang
Aktual Pertimbangkan untuk meningkatkan dosis
nystatin menjadi 3-5 cc, 3 kali sehari
3a, 5b, 6 Interaksi antara rifampisin
dan flukonazole yang
menyebabkan peningkatan
klirens flukonazole
Potensial 1. Pertimbangkan jeda waktu antara
pemberian rifampisin dan flukonazol
agar tidak terjadi interaksi
2. Diperlukan pemantauan efek dan
kadar flukonazol dalam tuuh pasien
jika jeda waktu tidak memungkinkan
3a, 5a Interaksi antara rifampisin
dan efavirenz menyebabkan
menurunnya AUC
efavirenz
Potensial 1. Pertimbangkan jeda waktu antara
pemberian rifampisin dan efavirenz
agar tidak terjadi interaksi
2. Diperlukan pemantauan efek dan
kadar efavirenz dalam tuuh pasien jika
jeda waktu tidak memungkinkan
9 Interaksi antara rifampisin
dan nevirapine
menyebabkan menurunnya
AUC nevirapine
Potensial 1. Pertimbangkan jeda waktu antara
pemberian rifampisin dan nevirapine
agar tidak terjadi interaksi
2. Diperlukan pemantauan efek dan
kadar nevirapine dalam tuuh pasien
jika jeda waktu tidak memungkinkan
6. Obat kurang efektif
Kategori DRPs obat kurang efektif yang ditemukan pada penelitian
ini sebanyak 6,2%, terjadi pada 1 kasus dari 16 kasus. Kasus DRPs obat
kurang efektif yang terjadi pada pasien disebabkan oleh pemberian obat
yang bukan paling efektif untuk mengatasi kondisi pasien.
Pada kasus nomor 3a, pasien memperoleh stavudine sebagai obat
antiretrovirus. Pada kasus ini, pasien tidak memiliki kondisi apapun yang
menimbulkan kontraindikasi terhadap penggunaan zidovudine. Zidovudine
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
adalah obat antiretroviral NRTI yang menjadi salah satu lini pertama dalam
regimen terapi (Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, 2011), sehingga penggunaan stavudine bukanlah penggunaan
obat yang efektif sebagai obat antiretroviral.
Tabel XXVI. Kejadian DRPs obat kurang efektif pada pasien HIV dengan
kandidiasis di Instalasi Rawat Inap RS Panti Rapih Yogyakarta
periode Januari 2010-Juni 2014
No. Kasus Assessment Jenis DRPs Recommendation
3a Pemberian stavudine kurang
efektif
Aktual Pertimbangkan penggantian
obat dengan zidovudine
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari penelitian “Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) Pada
Pengobatan Pasien HIV Dengan Kandidiasis Di Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta Periode Januari 2010-Juni 2014” diperoleh hasil:
1. Penyakit HIV dengan kandidiasis paling banyak terjadi pada kelompok usia
36-45 tahun (31,2%) dan pasien dengan jenis kelamin laki-laki (87,5%),
stadium HIV serta kandidiasis yang paling banyak diterima adalah HIV
stadium 3 (81,2%) dan kandidiasis oral (75%).
2. Peresepan obat pada pasien HIV dengan kandidiasis yang paling banyak
adalah obat antiinfeksi (100%), obat yang bekerja pada sistem
gastrointestinal dan hepatobilier (81,2%), dan obat yang bekerja pada sistem
syaraf pusat (75%) dengan rute pemberian obat paling banyak melalui
enteral maupun parenteral (100%).
3. Drug Related Problems yang terjadi pada pasien yaituDRPs yang bersifat
potensial meliputi 37,5% obat tidak diperlukan, 75% efek samping obat,
56,2% dosis obat terlalu tinggi, dan 31,2% dosis obat terlalu rendah
sedangkan DRPs yang bersifat aktual meliputi 43,7% obat tidak diperlukan,
50% membutuhkan obat tambahan, 56,2% dosis obat terlalu tinggi, 31,2%
efek samping obat, 12,5% dosis terlalu rendah dan 6,2% obat kurang efektif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
B. Saran
1. Untuk Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta sebaiknya dilakukan:
a. Diperlukan pemantauan lebih lanjut terkait jumlah sel CD4 pasien agar
dapat ditentukan terapi selanjutnya yang benar bagi pasien
b. Pertimbangan perbaikan waktu pemberian obat agar antara obat satu
dengan obat yang lain tidak menimbulkan interaksi yang signifikan
c. Diperlukan pemantauan efek samping obat secara potensial maupun
aktual dialami oleh pasien mengingat banyaknya obat-obatnya yang
harus dikonsumsi oleh pasien
d. Diperlukan kedisiplinan dalam penulisan reka medis, mengenai
kelengkapan data pasien dan perbaikan tulisan yang tidak dapat terbaca
supaya tidak terjadi kesalahan dalam membaca sehingga penatalaksaan
terapi dapat berjalan dengan optimal.
2. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan:
a. Perlu pencarian data lebih lanjut terkait demografi pasien HIV di Rumah
Sakit Panti Rapih Yogyakarta.
b. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut secara prospektif mengenai
pengobatan pasien HIV dengan kandidiasis agar dapat dilihat kajian
kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat dengan menggunakan acuan
terbaru untuk mengevaluasi DRPs yang dialami oleh pasien.
c. Dapat dilakukan penelitian yang sama di rumah sakit yang berbeda agar
dapat diketahui jumlah kasus HIV dengan kandidiasis di tempat lain dan
gambaran pola pengobatan sehingga dapat dijadikan perbandingan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
DAFTAR PUSTAKA
American Pharmacitsts Association, 2009, Drug Information Handbook, 17th
ed.,
Lexi-Comp Inc., Ohio.
Anderson P.L., Kakuda, T.N., Fletcher, C.V., 2008, Pharmacotherapy: A
Pathophysiologic Approach, 7th
ed., The McGraw-Hill Companies.
Inc., U.S.A., pp. 2065-2081.
Balsamo, R., Lanata, L., Ega, C.G., 2010, Mucoactive Drugs, Eur Respir Rev,
19:116, pp.127-133.
Baxter, K., 2010, Stockley’s Drug Interactions, Pharmaceutical Press, London.
Boily, M.C., Baggaley, R.B., Wang, L., Masse, B., White, R.G., Hayes, R.J., et
al., 2009, Heterosexual Risk of HIV-1 Infection per Sexual Act:
Systematic Review and Meta-Analysis of Observational Studies, THE
LANCET Infectious Diseases, 9, 118-129.
Chubineh, S., Birk, J., 2012, Proton Pump Inhibitors: The Good, The Bad, and the
Unwanted, Southern Medical Journal, 105, 613-614.
Cipolle, R.J., Syrand, L.M., Morley, P.C., Ramsey, R., Lamsam, G.D., 2004,
Pharmaceutical Care Practice: The Clinician’s Guide, The McGraw-
Hill Companies, Inc., U.S.A., pp. 172-178.
Dabas, P.S., 2013, An Approach to Etiology, Diagnosis and Management of
Different Types of Candidiasis, Journal of Yeast and Fungal
Research, 4 (6), 63-74.
Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M.,
2011, Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 8th
ed., The
McGraw-Hill Companies. Inc., U.S.A.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik dan Ditjen Bina Kefarmasian Dan
Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2006, Pedoman Pelayanan
Kefarmasian Untuk Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA), Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 18-40.
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011,
Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi
Antiretroviral Pada Orang Dewasa, Direktur Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, pp. 10-20.
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2014,
Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia, Direktur Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta.
Gotzsche, P.C., Johansen, H.K., 2011, Nystatin Prophylaxis and Treatment in
Severely Immunodepressed Patients,
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/14651858.CD002033/abstr
act;jsessionid=04E2927CD5DC6EB88CEF5225E6E55090.f02t04?de
niedAccessCustomisedMessage=&userIsAuthenticated=false, diakses
tanggal 3 Maret 2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Gow, N.A.R., van de Veerdonk, F.L., Brown, A.J.P., Netea, M.G., 2012, Candida
albicans Morphogenesis and Host Defence: Discriminating Invasion
from Colonization, Nature Review Microbiology, 10, 112-122.
Hauser, A.R., 2013, Antibiotic Basic For Clinicians: The ABCs of Choosing the
Right Antibacterial Agent, 2nd
ed., Lippincott Williams & Wilkins,
Philadelphia.
Indonesian National AIDS Commision, 2012, Republic of Indonesia Country
Report on the Follow up to the Declaration of Commitment On
HIV/AIDS (UNGASS): Reporting Periode 2010-2011, National AIDS
Commision, Indonesia.
Jin, F., Jansson, J., Law, M., Prestage G.P., Zablotska, I., Imrie, J.C., et al., Per-
Contact Probability of HIV Transmission in Homosexual Men in
Sydney in the Era Of HAART,
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20139750, diakses tanggal 10
Maret 2015.
Khan, M.S.A., Ahmad, I., Aqil, F., Owais, M., Shahid, M., Musarrat, J., 2010,
Combating Fungal Infections, Springer-Verlag Berlin Heidelberg,
Berlin, pp. 24-26, 28.
Klatt, E.C., 2013, Pathology of AIDS, Mencer University, Savannah, pp. 210-211.
Mandell, G.L., Bennet J.E., Dolin, R., (Eds), 2005, Principles and Practice of
Infectious Diseases, 6th
ed., Churchil Livingstone, Philadelphia, pp.
2119-2133.
Nugroho, A.E., 2012, Farmakologi: Obat-obat Penting dalam Pembelajaran Ilmu
Farmasi dan Dunia Kesehatan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Pappas, P.G., Kauffman, C.A., Andes, D., Benjamin Jr, D.K.,Calandra, T.F.,
Edwards, J.E., et al., 2009, Clinical Practice Guidelines for the
Management of Candidiasis: 2009 Update by the Infectious Diseases
Society of America, Clinical Infectious Disease, 48, 503-535.
Pedoman Terapi Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Pinsky L., Douglas, P.H., 2009, The Columbia University Handbook On HIV and
AIDS, Columbia University, Columbia, pp.5-7.
Pramudianto, A., Evaria, (Eds.), 2013, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi,
Edisi 2013/2014, PT. Buana Ilmu Populer, Jakarta.
Public Health Agency of Canada, 2012, HIV Transmission Risk: A Summary of
the Evidence, Public Heath of Canada, Canada.
Shah, R., Chaturvedi, P., Pandya, H.P., 2014e, Prevalence of Candida from
Sputum in HIV Infected Patients of Gujarat, India, International
Journal of Current Microbiology and Applied Sciences,
Int.J.Curr.Microbiol.App.Sci., 3 (8), 345-346.
Strom, B.L., Kimmel, S.E., 2006, Textbook of Pharmacoepidemiology, John
Wiley & Sons Ltd., England, pp.18.
United States Department of Health and Human Service, 2014, Guide for
HIV/AIDS Clinical Care, Health Resources and Service
Administration, Rockville, pp. 207, 281, 292, 305, 309, 317, 469, 511.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
World Health Organization, 2013, Consolidated Guidelines On The Use of
Antiretroviral Drugs for Treating and Preventing HIV Infection,
World Health Organization, Switzerland, pp. 113, 230-231.
World Health Organization, 2013, Global Situation and Trends,
http://www.who.int/gho/hiv/en/, diakses tanggal 5 Oktober 2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Lampiran 1.
Kasus 1
Subjektif
Umur / Jenis kelamin: 52 tahun / laki-laki Lama rawat inap: 15/12/2012 – 05/01/2013
Berat badan / Tinggi badan: 45 kg / 160 cm Keluhan utama: Bibir agak kering, sariawan
Riwayat alergi: Neviral® Perjalanan penyakit: Diare dan kelainan pada lidah ± 1 bulan, sudah
berobat ke puskesmas 2 kali tetapi tidak membaik, lidah mati rasa
Diagnosa akhir: AIDS (CD4: 21) dan kandidiasis oral
Riwayat penyakit:HIV, BAB cair ± 1 minggu, nafsu makan berkurang, lemas,
penurunan BB banyak
Komplikasi: psoriasis vulgaris pada kulit
Status keluar: Membaik
Objektif
Pemeriksaan
Laboratorium
Tanggal 15/02/12
Hg: 12,9 (R)
Eusinofil: 6,7 (T)
Basofil: 0,5 (R)
Limfosit: 18,7 (R)
Anti HIV: reactive
Tanggal 17/02/12
CD4 absolute count: 21
(R)
Tanggal 23/02/12
Hg: 12,3 (R)
Leukosit: 3,3 (R)
Hmt: 37,9 (R)
Eusinofil: 13,5 (T)
Basofil: 0,9 (R)
Sgot: 45,3 (T)
Sgpt: 68,8 (T)
Tanggal 26/02/12
Hg: 11,9 (R)
Leukosit: 2,7 (R)
Hmt: 32,5 (R)
Eusinofil: 12,9 (T)
Monosit: 12,9 (T)
Sgot: 48 (T)
Sgpt: 108 (T)
Tanggal 28/02/12
Hg: 11,5 (R)
Leukosit: 2,2 (R)
Hmt: 35,6 (R)
Eusinofil: 15,9 (T)
Basofil: 0,5 (R)
Monosit: 11,4 (T)
Tanggal 30/02/12
Hg: 11,1 (R)
Leukosit: 2,7 (R)
Eritrosit: 4,47 (R)
Hmt: 34,7 (R)
Eusinofil: 16,9 (T)
Basofil: 0,7 (R)
Monosit: 10,1 (T)
Sgot: 41,6 (T)
Sgpt: 90 (T)
Tanggal 03/01/13
Hg: 12,5 (R)
Leukosit: 3 (R)
Eusinofil: 16,7
(T)
Netrofil: 28,1 (R)
Basofil: 0,3 (R)
Monosit: 15,4 (T)
Sgot: 68 (T)
Sgpt: 120 (T)
Tanggal 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Pemeriksaan
tanda vital
TD (mmHg) 130/80;
120/80
130/80 120/80;
130/70;
130/70
110/80;
100/80;
110/80;
120/80
110/70;
130/90;
130/90;
130/80
120/80;
100/80;
120/80;
120/70
120/80;
110/80;
110/70
100/80;
100/70
100/60;
110/80;
110/80;
110/70;
120/80
120/90;
120/90;
110/80;
120/80
Nadi (x/menit) 86 82 84; 83;
92
64 84; 86 80 88;88 80 80 84 94; 90;
78
Suhu badan
(ºC)
36,5 36,5 36; 36,8;
36
36,4;
36,4
36,4;
36,5;
36,8
36,9 36,5;
36,5
36,5;
36
35,6; 36 36,5;
36
36;
36,1; 37
RR (x/menit) 20;24 20,24 18 - - - - - - - -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Keluhan
diare,
nafsu
makan
kurang,
lemas
sariawan sariawan batuk,
perut
agak
sakit,
nyeri
telan
batuk pilek Mual mual mual,
mulut
pahit
mual sulit
tidur,
lemas,
pusing
Tatalaksana
Obat
Azithromycin
500mg 1x/hari
v v v v v v v v v v v
Fluconazole
150 mg 1x/hari
v v v v v v v v v v
v
Domperidone
10 mg, 3x/hari
v v v v v v v v v v v
Cotrimoxazole
960 mg, 2x/hari
v v v v v v v v
Duviral®
2x/hari
v v v v v v v
Nevirapine 200
mg 2x/hari
v v v v v
Efavirenz 600
mg 1x/hari
v v
Ondansetron
4mg 1x/hari
v
Pantoprazole
IV 40 mg/hari
v
Tanggal 26 27 28 29 30 31 1 2 3 4 5
Pemeriksaan
Tanda Vital
TD (mmHg) 120/70;
130/90;
140/90;
110/70
- 120/90;
130/90
120/80;
160/90
140/100;
120/80
140/100;
120/80
110/70;
140/90
120/70;
130/80
- 130/80;
120/80
-
Nadi (x/menit) 80; 85; 85 - 36.,6; 36;
36,9
88; 74;
94
95 98 87 82 84; 80 - -
Suhu badan
(ºC)
36,4; 36,8 - 36,6; 36;
36,9
36 37 36,6;
36,6
36,6;
36,4
36,2 36,2 37,2 -
RR (x/menit) - - - - 20 21 - - 20 - -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Keluhan pilek,
pusing
- sulit tidur - gerah,
panas
- - - - - -
Tatalaksana
Obat
Azithromycin
500 mg
1x/hari
v v
Fluconazole
150mg 1x/hari
v v v v v v v v v v
Cotrimoxazole
960 mg
2x/hari
v v v v v v v v v v
Duviral®
2x/hari
v v v v v v v v v v
Efavirenz
600mg 1x/hari
v v v v v v v v v v
Tremenza®
1 tab 2x/hari
v v
Cetirizine 10
mg 1x/hari
v v v v v v v
Pehadoxin®
400mg 1x/hari
v v v v v v v
Domperidone
10 mg 3x/hari
v v v v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Assessment
- Fluconazole adalah antijamur yang memiliki efikasi baik dalam mencegah dan kolonisasi jamur dan infeksi jamur untuk berkembang menjadi infeksi
jamur sistemik sehingga dapat diberikan kepada pasien dengan kandidiasis oral (Gotzsche dan Johansen, 2011) pemberian fluconazole sudah tepat
- Salah satu efek samping zidovudine adalah intoleransi gastrointestinal, flukonazol dan kotrimoksasol memiliki efek samping mual muntah(Direktur
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011). Domperidone merupakan obat antimuntah (Nugroho, 2012) pemberian
domperidone untuk mengantisipasi terjadinya efek samping zidovudine, flukonazol dan kotrimoksasol sudah tepat
- Kepada semua pasien yang dinyatakan positif HIV, kotrimoksasol merupakan terapi profilaksis yang wajib diberikan dengan dosis 960 mg, 1x/hari
(Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011). Dosis yang diperoleh pasien pada kasus ini adalah 960 mg, 2x/hari
Dosis berlebih (aktual)
- Duviral® adalah fix dose combination yang mengandung lamivudine dan zidovudine. Antiretroviral NRTI yang menjadi regimen lini pertama infeksi
HIV adalah lamivudine dan zidovudine (Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik dan Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan RI, 2006) pemberian lamivudine dan zidovudine sudah tepat
- Nevirapine adalah antiretroviral NNRTI yang menjadi lini pertama pengobatan infeksi HIV (Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, 2011), tetapi pasien memiliki riwayat alergi terhadap nevirapine pemberian nevirapine tidak aman. Efek samping obat (aktual)
- Efavirenz adalah antiretroviral golongan NNRTI yang dapat digunakan sebagai pengganti nevirapine dalam regimen pengobatan infeksi HIV (Direktur
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011) pemberian efavirenz sudah tepat
- Ondansetron merupakan antagonis reseptor 5-HT3 yang digunakan sebagai obat antimual (Nugroho, 2012). Pasien memperoleh ondansetron pada hari
pertama rawat inap tanpa adanya keluhan mual atau muntah pemberian ondansetron kurang tepat. Obat tidak diperlukan
- Pantoprazole adalah PPI yang digunakan untuk mengatasi tukak lambung dan mengurangi gejala kelebihan asam lambung (Nugroho, 2012). Pasien
mendapatkan pantoprazole pada hari pertama tanpa adanya gejala tukak lambung dan kelebihan asam lambung pemberian pantoprazole kurang
tepat. Obat tidak diperlukan
- Penggunaan bersama flukonazol dengan zidovudine dapat meningkatkan AUC zidovudine sehingga berpotensi terjadi toksisitas zidovudine (Baxter,
2010)Dosis berlebih (potensial)
- Efek samping umum obat antiretroviral NNRTI adalah hepatotoksisitas dan ruam kemerahan pada kulit, dan obat antiretroviral golongan NRTI adalah
laktat asidosis dan hepatotoksisitas(Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik dan Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen
Kesehatan RI, 2006). Pada kasus ini, pasien telah menunjukkan adanya gejala hepatoksisitas dengan meningkatnya kadar SGOT dan SGPT Efek
samping obat (potensial)
Plan/Recommendation
- Pertimbangkan untuk tidak memberikan nevirapine pada pasien yang memiliki alergi terhadap nevirapine
- Pertimbangkan untuk mengurangi frekuensi pemberian kotrimoksasol menjadi 1 kali sehari
- Pertimbangkan untuk tidak memberikan ondansetron dan pantoprazole pada pasien yang tidak memiliki indikasi untuk pengobatan tersebut
- Dibutuhkan monitoring efek toksisitas zidovudine
- Dibutuhkan monitoring fungsi hati pasien, gejala laktat asidosis dan gejala ruam pada kulit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Kasus 2
Subjektif
Umur / Jenis kelamin: 28 tahun / laki-laki Lama rawat inap: 29/07/2012-05/08/2012
Berat badan / Tinggi badan: - Keluhan utama: nyeri ulu hati
Riwayat alergi: - Perjalanan penyakit: -
Riwayat penyakit: HIV Diagnosa akhir: AIDS (CD 4: 14) dan kandidiasis oral
Komplikasi: -
Status keluar: Membaik
Objektif
Pemeriksaan
Laboratorium
Tanggal 29/07/2012
Hg: 8,2 (R)
Eritrosit: 3,2 (R)
Hmt: 25,4 (R)
Monosit: 18,4 (T)
Tanggal 30/07/2012
CD4 absolute count: 14
CD4 percentage of lymps: 5
Gambaran darah tepi:
anemia dengan hemolitik
dan defisiensi besi
Tanggal 01/08/2012
Hg: 9,3 (R)
Eritrosit: 3,53 (R)
Hmt: 29,1 (R)
Tanggal 05/08/2012
Hg: 9,3 (R)
Eritrosit: 3,53 (R)
Hmt: 29,0 (R)
Monosit: 13,3 (T)
Tanggal 29 30 31 1 2 3 4 5
Pemeriksaan tanda
vital
TD (mmHg) 110/70 110/70;
120/70
- - 90/60 - 110/70;
120/80
115/80
Nadi (x/menit) 97 80 - - 70 - 79 80
Suhu badan
(ºC)
36,3 38,2; 38,5 - - 36,8 - 36,3; 37,6 36,6
Napas
(x/menit)
22 - - - - - - -
Keluhan nyeri ulu
hati
nyeri ulu
hati, pilek
batuk batuk nyeri ulu
hati
- nyeri ulu hati -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Tatalaksana
Obat
Stavudine 30
mg 2x/hari
v v v v v v
Lamivudin e
150 mg
2x/hari
v v v v v v
Nevirapine
200 mg
1x/hari
v v v v v v
Plantacid F®
5cc 3x/hari
v
Plantacid®
10cc 3x/hari
v
Fluconazole
IV 200mg/24
jam
v v v v v v
Pantoprazole
Na 40 mg
1amp/24 jam
v v v v v v
Ondansteron
IV 4mg/hari
v v v v v v v
Metamizole
Na 500 mg
3x1amp/hari
v v v v v v v
Paracetamol
500 mg
3x/hari
v v v v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Assessments
- Stavudine adalah antiretroviral golongan NRTI dimana antiretroviral NRTI merupakan lini pertama pengobatan infeksi HIV (Direktur Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011) pemberian stavudine sudah tepat
- Antiretroviral NRTI yang menjadi regimen lini pertama infeksi HIV salah satunya adalah lamivudine (Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik
dan Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2006) pemberian lamivudine sudah tepat
- Dosis nevirapine yang dianjurkan sebagai obat NNRTI lini pertama adalah nevirapine 200 mg, 2x/hari (Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik
dan Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2006) dosis pemberian nevirapine kurang tepat. Dosis kurang
- Fluconazole adalah antijamur yang memiliki efikasi baik dalam mencegah dan kolonisasi jamur dan infeksi jamur untuk berkembang menjadi infeksi
jamur sistemik sehingga dapat diberikan kepada pasien dengan kandidiasis oral (Gotzsche dan Johansen, 2011) pemberian fluconazole sudah tepat
- Plantacid F ® diindikasikan untuk mengatasi gejala asamlambung berlebih salah satunya nyeri ulu hati dimana kondisi ini sudah diatasi dengan
pantoprazole pemberian Plantacid F® kurang tepat.Obat tidak diperlukan
- Plantacid® diindikasikan untuk mengatasi gejala asam lambung berlebih salah satunya nyeri ulu hati dimana pasien tidak mengalami mual muntah
pada hari pertama rawat inap pemberian Plantacid® kurang tepat. Obat tidak diperlukan
- Pantoprazole adalah PPI yang digunakan untuk mengatasi tukak lambung dan mengurangi gejala kelebihan asam lambung (Nugroho, 2012)
pemberian pantoprazole sudah tepat
- Salah satu efek samping fluconazole adalah mual muntah (Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011).
Ondansetronmerupakan antagonis reseptor 5-HT3 yang digunakan sebagai obat antimual (Nugroho, 2012). Pada kasus ini, pasien mendapatkan
ondansetron sebagai antisipasi efek samping flukonazole pemberian ondansetronesudah tepat
- Metamizole adalah OAINS yang ditujukan untuk mengurangi nyeri sedang sampai berat pemberian metamizole sudah tepat
- Paracetamol digunakan sebagai obat antipiretik dan analgesik (Nugroho, 2012), penggunaan paracetamol kurang tepat karena demam dan nyeri yang
dirasakan pasien sudah diatasi dengan metamizole Obat tidak diperlukan
- Penggunaan bersama OAINS dan paracetamol dapat menyebabkan pendarahan gastrointestinal (Baxter, 2010) Efek samping obat (potensial)
- Efek samping umum obat antiretroviral NNRTI adalah hepatotoksisitas dan ruam kemerahan pada kulit, dan obat antiretroviral golongan NRTI adalah
laktat asidosis dan hepatotoksisitas (Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik dan Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen
Kesehatan RI, 2006) Efek samping obat (potensial)
Plan/Recommendation
- Pertimbangkan peningkatan frekuensi pemberian nevirapine menjadi 2 kali sehari
- Pertimbangkan untuk tidak memberikan Plantacid F® dan Plantacid ® karena pasien telah mendapatkan pantoprazole
- Pertimbangkan untuk penghentian pemberian paracetamol
- Dibutuhkan monitoring fungsi hati pasien, gejala laktat asidosis dan ruam pada kulit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Kasus 3a
Subjektif
Umur / Jenis kelamin: 30 tahun / laki-laki Lama rawat inap: 18/03/2011-28/03/2011
Berat badan / Tinggi badan: - Keluhan utama: lemas, batuk, diare
Riwayat alergi: - Perjalanan penyakit: -
Riwayat penyakit: - Diagnosa akhir: AIDS (CD 4: 16) dan kandidiasis orofaring
Komplikasi: suspek abdominal TB, diare akut, NAFLD
Status keluar: Membaik
Objektif
Pemeriksaan
Laboratorium
Tanggal 03/03/2011
Bahan: sekret tenggorok
Pemeriksaan: cultur and sensitivity
test
Hasil: tumbuh jamur
Tanggal 11/03/2011
Hasil pemeriksaan jamur:
biakan Candida sp.
Hasil sensitivity test:
Ketokonazol, itrakonazol,
flukonazol, terbinafin
Tanggal 18/03/2011
Hg: 10,2 (R)
Eritrosit 3,7 (R)
Hmt: 29,6 (R)
Trombosit: 502 (T)
Limfosit: 7,0 (R)
Tanggal 20/03/2011
Urinalisa
Protein/albumin: +-
Epotel polygonal:
13,0 (T)
Tanggal 23/03/2011
USG abdomen:
pembesaran kelenjar
limfe, TB
Tanggal 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Pemeriksaan
tanda vital
TD (mmHg) 100/70;
130/80
130/90;
110/70;
100/70
130/80;
150/80;
130/80;
110/70
120/80 120/80;
120/80;
110/70
110/70;
116/70;
100/80
130/90;
120/80;
110/70;
120/80
120/80;
120/80;
120/80;
130/80
120/80;
120/80
110/80 -
Nadi (x/menit) 80; 88;
110
102;
88;
100; 92
104;
102;
102; 92
88; 89;
92; 90;
88
84;
100;
98; 92
88; 80;
80; 76
72; 72 80; 88;
88; 126
108; 88 96; 84;
88
-
Suhu badan
(ºC)
36,7;
38,3;
38,8
38;
36,5;
39; 38
38;
38,3;
36,5;
37,2;
38,5
37;
39,2;
37,4;
38,4;
37,2
37,2;
38,9;
36,9;
37,4
36; 36;
36
36; 36 37,4;
36,7;
37; 38
38,2;
37,8;
37,1; 36
37,1; 36 -
Napas
(x/menit)
- 20 28 - - - - - - 20; 20 -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Keluhan batuk,
lemas
lemas,
badan
panas,
diare
batuk,
nyeri
perut
batuk,
mual
batuk batuk,
lemas
lemas badan
sakit
semua,
batuk
tidak
enak
badan
- -
Tatalaksana
Obat
Paracetamol
500 mg 3x/hari
(jika perlu)
v
Cotrimoxazole
960 mg 2x/hari
v v v v v v v v v v
Azithromycin
500mg 1x/hari
v v v v v v v v v v
Silex® sirup
3x10cc/hari
v v v v v v v v v v
Fluconazole
150mg 1x/hari
v v v v v v v v v v
Stavudine 30
mg 2x/hari
v v v v v v v v v v
Lamivudine
150 mg 2x/hari
v v v v v v v v v v
Efavirenz
600mg 1x/hari
v v v v v v v v v v
Lysmin® sirup
2x10cc/hari
v v v v v v v v v v
Metamizole
500 mg 3x/hari
v
4FDC
1x4 tab/hari
v
Fosfomycin IV
2x1gram/hari
v v v v
Metronidazole
IV 3x500mg
v v v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Assessments
- Paracetamol digunakan sebagai obat antipiretik dan analgesik (Nugroho, 2012) pemberian paracetamol sudah tepat
- Kepada semua pasien yang dinyatakan positif HIV, kotrimoksasol merupakan terapi profilaksis yang wajib diberikan dengan dosis 960 mg, 1x/hari
(Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011). Dosis yang diperoleh pasien pada kasus ini adalah 960 mg, 2x/hari
Dosis berlebih
- Fluconazole adalah antijamur yang digunakan untuk mengatasi kandidiasis orofaring (US. Department of Health and Human Service, 2014).
pemberian flukonazole sudah tepat pemberian fluconazole sudah tepat
- Stavudine adalah obat antiretroviral golongan NRTI (Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik dan Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat
Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2006). Walaupun stavudine dapat digunakan sebagai pengobatan infeksi HIV, tetapi obat antiretroviral NRTI
yang lebih efektif sebagai lini pertama adalah zidovudine (Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011) pemberian
stavudine kurang tepat. Obat kurang efektif
- Antiretroviral NRTI yang menjadi regimen lini pertama infeksi HIV salah satunya adalah lamivudine (Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik
dan Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2006) pemberian lamivudine sudah tepat
- Lysmin® adalah multivitamin yang dapat digunakan untuk memelihara sistem imun pasien pemberian Lysmin® sudah tepat
- Metamizole adalah OAINS yang ditujukan untuk mengurangi nyeri sedang sampai berat pemberian metamizole sudah tepat.
- Pada tanggal 19-22 suhu badan pasien menunjukkan pasien demam tetapi pasien tidak mendapatkan terapi untuk kondisi tersebut Membutuhkan
obat tambahan - Penggunaan bersama rifampisin dan fluconazole dapat meningkatkan klirens fluconazole (Baxter, 2010) Dosis kurang (potensial)
- Penggunaan bersama efavirens dan rifampicin dapat menurunkan AUC dan level efavirenz (Baxter, 2010) Dosis kurang (potensial)
- Efek samping umum obat antiretroviral NNRTI adalah hepatotoksisitas dan ruam kemerahan pada kulit, dan obat antiretroviral golongan NRTI adalah
laktat asidosis dan hepatotoksisitas (Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik dan Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen
Kesehatan RI, 2006) Efek samping obat (potensial)
Plan/Recommendation
- Pertimbangkan penurunan frekuensi pemberian kotrimoksasol menjadi 1 kali sehari
- Pertimbangkan penggantian stavudine menjadi obat antiretroviral NRTI yang lebih efektif sebagai regimen terapi infeksi HIV yaitu zidovudine
- Pertimbangkan pemberian paracetamol kepada pasien untuk mengatasi demam pada tanggal 19-22
- Diperlukan monitoring efek dan kadar flukonazole dan efavirenz pada tubuh pasien
- Diperlukan monitoring fungsi hati pasien, gejala laktat asidosis dan ruam pada kulit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Kasus 3b
Subjektif
Umur / Jenis kelamin: 30 tahun / laki-laki Lama rawat inap: 09/10/2010-15/10/2010
Berat badan / Tinggi badan: - Keluhan utama: diare dan sesak nafas
Riwayat alergi: - Perjalanan penyakit: datang ke UGD dengan kondisi AIDS, diare kronik, dan kandidiasis oral
Riwayat penyakit: HIV Diagnosa akhir: AIDS (CD 4: 19) dan kandidiasis oral
Komplikasi: -
Status keluar: Membaik
Objektif
Pemeriksaan
Laboratorium
Tanggal 08/10/2010
Hg: 11,9 (R)
Hmt: 34,4 (R)
Limfosit: 10,6 (R)
Sgot: 65,4 (T)
Sgpt: 56,8 (T)
Kretainin: 0,63 (R)
Tanggal 11/10/2010
CD4 absolute count: 19 (R)
CD4 percentage of Lymph: 2% (R)
Tanggal 12/10/2010
USG abdomen: pembesaran
kelenjar limfe pada
pankreas
Tanggal 9 10 11 12 13 14 15
Pemeriksaan tanda
vital
TD (mmHg) 120/70;
120/70;
120/80;
120/80;
110/70
120/70;
120/80
110/70;
110/70
106/70;
100/60;
115/80
100/80;
100/60;
100/60;
110/70
110/80;
110/70;
120/70;
120/80
130/80;
110/70
Nadi (x/menit) 88; 80; 96;
88; 84; 80;
105
88 84; 80; 84;
96; 88
88; 100; 76 60; 100; 92 92; 88; 84 80
Suhu badan (ºC) 36,3; 37,5;
36,4; 38,6;
37,8; 38,4;
38,6
36,6; 38,6 36,4; 37,3;
38,2; 38,7
37; 37; 36,4 36; 36,1; 36 36,5; 36,5;
36,3
36
Napas (x/menit) 21 - - - - - -
Keluhan diare, demam nyeri perut,
feses coklat
kemerahan
diare, badan
hangat
batuk, lemas - mual mual.
muntah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Tatalaksana
Obat
Fluconazole
150mg 1x/hari
v v v v v v v
Metronidazole
500 mg 3x/hari
v v v v v v
Silex® sirup
3x10cc/hari
v v v v v v v
Lysmin® sirup
2x10cc/hari
v v v v v v v
Paracetamol 500
mg 3x/hari (jika
perlu)
v v
Levofloxacin IV
1x500 mg /hari
v v v v v
Assessment
- Fluconazole adalah antijamur yang memiliki efikasi baik dalam mencegah kolonisasi jamur dan infeksi jamur untuk berkembang menjadi infeksi jamur
sistemik sehingga dapat diberikan kepada pasien dengan kandidiasis oral (Gotzsche dan Johansen, 2011) pemberian fluconazole sudah tepat
- Lysmin® adalah multivitamin yang dapat digunakan untuk memelihara sistem imun pasien pemberian Lysmin® sudah tepat
- Paracetamol digunakan sebagai obat antipiretik dan analgesik (Nugroho, 2012) pemberian paracetamol sudah tepat
- Pada kasus di atas, pasien HIV tidak memperoleh obat antiretroviral Membutuhkan obat tambahan
Plan/Recommendation
Pertimbangkan untuk memberikan obat antiretroviral kepada pasien yaitu 1 NNRTI dan 2 NRTI (lini pertama yang dianjurkan adalah zidovudine,
lamivudine, dan efavirenz) untuk membatasi infeksi HIV yang dialami oleh pasien (Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, 2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Kasus 4
Subjektif
Umur / Jenis kelamin: - / laki-laki Lama rawat inap: 02/12/2013-04/12/2013
Berat badan / Tinggi badan: - Keluhan utama: badan panas dingin, nafsu makan berkurang
Riwayat alergi: - Perjalanan penyakit: mulut ada jamur ± 2minggu, nyeri telan skala 7,
badan panas dingin dalam 3 bulan, berat badan turun 10 kg dalam 3
bulan, nafsu makan berkurang
Riwayat penyakit: opname dengan keluhan lambung ± 3 bulan, ketika pulang
kondisi tubuh semakin parah, badan panas dingin
Diagnosa akhir: AIDS (CD 4: 16) dan kandidiasis oral
Komplikasi: -
Status keluar: Membaik
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 02/12/2013
Hg: 11,7 (R)
Leukosit: 3,0 (R)
Hmt: 35,5 (R)
Trombosit: 79 (R)
Eusinofil: 0,4 (R)
Basofil: 0,4 (R)
Netrofil: 83,3 (T)
Limfosit: 10,2 (R)
Tanggal 03/12/2013
Anti HIV I: reactive
Anti HIV II: reactive
Anti HIV III: reactive
Tanggal 04/12/2013
Foto toraks: suspek bronkitis
Tanggal 2 3
Pemeriksaan tanda vital TD (mmHg) 100/60 120/80; 110/70; 110/70; 110/80
Nadi (x/menit) 88; 84; 105; 92 98; 84; 88; 92; 88
Suhu badan (ºC) 37 35,8; 37
Napas (x/menit) - 20; 18; 18; 18
Keluhan tidak nafsu makan mual, lemas, tidak nafsu makan,
tenggorokan sakit
Tatalaksana Obat Nystatin drop 2x1cc/hari v v
Chlorpomazine 12,5mg 3x/hari v v
Cefixime 200 mg 2x/hari v v
Fluconazole 150mg 1x/hari v v
Metoclopramide 10 mg 3x/hari v v
Metocloprarmide 10 mg 3x1amp/hari v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Assessments
- Suspensi oral nystatin merupakan antijamur yang digunakan untuk mengatasi kandidiasis oral, dosis pemberian yang dianjurkan adalah 3-5 cc, 3 kali
sehari selama 7 hari (Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011).Pada kasus ini, pasien hanya memperoleh nyistatin
dengan dosis 1 cc, 2 kali sehari pemberian nystatin kurang tepat. Dosis kurang (aktual)
- Chlorpromazine adalah antipsikotik yang diindikasikan untuk mengontrol mual muntah dan mengatasi gejala psikotik. Pada kasus ini, pasien tidak
menunjukkan gejala psikotikdan pasien telah mendapatkan metoklopramide untuk sebagai antimual pemberian chlorpromazine kurang tepat. Obat
tidak diperlukan
- Fluconazole adalah antijamur yang memiliki efikasi baik dalam mencegah dan kolonisasi jamur dan infeksi jamur untuk berkembang menjadi infeksi
jamur sistemik sehingga dapat diberikan kepada pasien dengan kandidiasis oral (Gotzsche dan Johansen, 2011) pemberian fluconazole sudah tepat
- Metoclopramide merupakan obat regulator gastrointestinal, antifaltulen, dan antiinflamasi yang digunakan sebagai obat antimual (Nugroho, 2012).
Dosis metoklopramide yang dianjurkan adalah 10 mg, 3 kali sehari. Pada kasus ini, pasien memperoleh metoklopramide dalam bentuk 2 sediaan yang
berbeda pemberian metoklopramide dalam 2 sediaan yang berbeda kurang tepat. Dosis berlebih (aktual)
- Pasien tidak memperoleh analgesik untuk mengatasi nyeri telan (skala 7) yang diderita oleh pasien Membutuhkan obat tambahan
- Pasien tidak memperoleh terapi profilaksis kotrimoksasol Membutuhkan obat tambahan
Plan/Recommendation
- Pertimbangkan untuk menghentikan pemberian chlorpromazine
- Pertimbangkan untuk memperbaiki dosis nystatin menjadi 3-5 cc, 3 kali sehari
- Pertimbangkan untuk memberikan metoklopramide kepada pasien ketika pasien mengalami mual dalam 1 bentuk sediaan
- Pertimbangkan untuk memberikan analgesik yang dapat mengatasi nyeri sedang sampai berat yaitu metamizole dengan dosis 500 mg, 3 kali sehari
- Pertimbangkan untuk memberikan terapi profilaksis kotrimoksasol 960 mg, 1 kali sehari kepada pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Kasus 5
Subjektif
Umur / Jenis kelamin: 40 tahun / laki-laki Lama rawat inap: 24/05/2010-26/06/2010
Berat badan / Tinggi badan: - Keluhan utama: demam, muntah
Riwayat alergi: - Perjalanan penyakit: rujukan poli dengan kondisi demam dan muntah
Riwayat penyakit: HIV Diagnosa akhir: AIDS (CD 4: 11) dan kandidiasis oral
Komplikasi: chronic lung disease, NAFLD
Status keluar: Membaik
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 24/05/2010
Hg: 12,4 (R)
Lekosit: 1,8 (R)
Eritrosit: 4,02 (R)
Hmt: 34,5 (R)
Monosit: 13,7 (T)
Sgot: 292,3 (T)
Sgpt: 188,7 (T)
Tanggal 24 25 26
Pemeriksaan tanda vital TD (mmHg) 110/70; 110/70 110/80 -
Nadi (x/menit) 88 92; 88; 84 -
Suhu badan (ºC) 37,6 37,5; 36; 36 -
Napas (x/menit) - - -
Keluhan mual, demam, tidak dapat
tidur
- -
Tatalaksana Obat Domperidone 10 mg 3x/hari v v
OndansetronIV 4 mg/hari
(jika perlu)
v v
Levofloxacin IV 750 mg/hari v v
Cotrimoxazole 960 mg
2x/hari
v v
Duviral® 2x/hari v v
Nevirapine 200 mg 2x/hari v v
Efavirenz 600mg 1x/hari v v
4FDC 1 tab 4x/hari v v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Assessments
- Domperidone diberikan sebagai obat antimuntah (Nugroho, 2012) pemberian domperidone sudah tepat
- Ondansetron merupakan antagonis reseptor 5-HT3 yang digunakan sebagai obat antimual (Nugroho, 2012). Pada kasus ini, pasien telah mendapatkan
obat antinuntah yaitu domperidone pemberian ondansetron kurang tepat. Obat tidak diperlukan
- Kepada semua pasien yang dinyatakan positif HIV, kotrimoksasol merupakan terapi profilaksis yang wajib diberikan dengan dosis 960 mg, 1x/hari
(Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011). Dosis yang diperoleh pasien pada kasus ini adalah 960 mg, 2x/hari
Dosis berlebih (aktual)
- Duviral® adalah fix dose combination yang mengandung lamivudine dan zidovudine. Antiretroviral NRTI yang menjadi regimen lini pertama infeksi
HIV adalah lamivudine dan zidovudine (Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik dan Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan RI, 2006) pemberian lamivudine dan zidovudne sudah tepat
- Pada kasus ini, pasien memperoleh nevirapine sebagai obat antiretroviral NNRTI dalam regimen obat untuk mengatasi infeksi HIV. Nevrapine
memiliki efek samping hepatotoksik (Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik dan Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen
Kesehatan RI, 2006), sehingga pemberian nevirapine pada pasien yang memiliki kadar sgot dan sgpt yang tinggi tidak aman pemberian nevirapine
kurang tepat. Efek samping obat (aktual)
- Efavirenz adalah obat antiretroviral NNRTI yang dapat diberikan jika pasien tidak dapat memperoleh nevirapine (Direktur Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011) pemberian efavirenz sudah tepat
- Pasien tidak memperoleh obat antijamur untuk mengatasi kandidiasis oral Membutuhkan obat tambahan
- Penggunaan bersama efavirens dan rifampicin dapat menurunkan AUC dan level efavirenz (Baxter, 2010)Dosis kurang (potensial)
- Efek samping umum obat antiretroviral NNRTI adalah hepatotoksisitas dan ruam kemerahan pada kulit, dan obat antiretroviral golongan NRTI adalah
laktat asidosis dan hepatotoksisitas (Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik dan Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen
Kesehatan RI, 2006) Efek samping obat (potensial)
Plan/Recommendation
- Pertimbangkan untuk menghentikan pemberian ondansetron dan nevirapie
- Pertimbangkan untuk menurunkan dosis kotrimoksasol menjadi 960 mg, 1 kali sehari
- Diperlukan monitoring fungsi hati pasien, jika pemberian efavirenz tetap menimbulkan hepatotoksik pertimbangkan untuk diganti dengan obat
antiretroviral golongan PI
- Pertimbangan untuk memberikan terapi antijamur yaitu fluconazole
- Dibutuhkan monitoring kadar efavirenz dalam t ubuh pasien, fungsi hati pasien, gejala laktat asidosis dan ruam pada kulit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Kasus 5b
Subjektif
Umur / Jenis kelamin: 40 tahun / laki-laki Lama rawat inap: 06/05/2010-19/05/2010
Berat badan / Tinggi badan: - Keluhan utama: demam
Riwayat alergi: - Perjalanan penyakit: rujukan poli dengan kondisi demam
Riwayat penyakit: batuk selama 1 minggu, HIV Diagnosa akhir: AIDS (CD 4: 11) dan kandidiasis oral
Komplikasi: chronic lung disease, NAFLD
Status keluar: Membaik
Objektif
Pemeriksaan
Laboratorium
Tanggal 18/05/2010
Hg: 11,7 (R)
Lekosit: 2,8 (R)
Eritrosit: 4,0 (R)
Hmt: 33,5 (R)
Monosit: 13,7 (T)
Sgot: 42,4 (T)
Sgpt: 51,0 (T)
Tanggal 07/05/2010
CD4 absolute count: 11
(R)
CD4 percentage of
Lymph: 11% (R)
Tanggal 11/05/2010
Foto toraks: gambaran bronchitis dengan
infiltrate peribronkial
Tanggal 06/05/2010
Hg: 12,8 (R)
Lekosit: 5,1 (R)
Eritrosit: 4,47 (R)
Hmt: 37,8 (R)
Sgot: 116,2 (T)
Sgpt: 86,5 (T)
Kreatinin: 0,68 (R)
Tanggal 6 7 8 9 10 11 12 13
Pemeriksaan
tanda vital
TD (mmHg) 120/80 110/80;
110/80
120/90;
110/70;
110/70
110/80;
110/80
110/70;
110/80;
110/80;
110/70;
110/70
110/80;
110/70;
110/80
110/70;
110/70
110/80;
110/90;
110/70
Nadi (x/menit) 84 100; 80 80; 88; 88 62; 100 72; 76; 84;
84; 84
110; 80 78; 80 82; 86;
137; 122
Suhu badan
(ºC)
37 36; 36 36,9; 37,1;
37,3
36; 37,6;
37,8
36,2; 36,3;
36; 37,2
36; 36 37; 36,5 39
Napas
(x/menit)
- - - - - 24 20 -
Keluhan batuk - - meriang,
tidak dapat
tidur
- - terkadang
batuk, perut
tidak
nyaman
batuk
setelah
minum
ARV,
batuk sesak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Tatalaksana Obat Duviral®
2x/hari
v v
Nevirapine
200 mg
2x/hari
v v
Cotrimoxazole
960 mg
2x/hari
v v v v v v v v
Diazepam 5
mg 1x/hari
v v v v v v v v
Fluconazole
150 mg
1x/hari
v v v v v v v v
Silex® sirup
3x10cc/hari
v v v v v v v v
Ambroxol
3x10cc/ hari
v
Sistenol® 1
tab 3x/hari
v
Alprazolam
0,25mg
3x/hari
v
Domperidone
10 mg 3x/hari
v v v v v v v v
Tanggal 14 15 16 17 18 19
Pemeriksaan tanda
vital
TD (mmHg) 110/80; 110/60 100/70; 110/80;
110/70
110/70; 110/70 110/80; 120/80 110/80; 120/80 -
Nadi (x/menit) 116; 94 116; 80; 96; 100 80; 98; 100 104; 108 84 -
Suhu badan (ºC) 36; 36 36; 36,8; 36 36,3; 36,9; 36,5 36,3; 36,6 - -
Napas (x/menit) 20; 20; 20 - - 20 - -
Keluhan mual muntah mual, batuk mual muntah - - -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Tatalaksana Obat Duviral® 2x/hari v v v v v v
Nevirapine 200
mg 2x/hari
v v v v v v
Cotrimoxazole
960 mg 2x/hari
v v v v v v
Diazepam 5mg
1x/hari
v v v v v v
Fluconazole
150mg 1x/hari
v v v v v v
Isoniazid 300 mg
1x/hari
v v
Rifampisin
450 mg 1x/hari
v v
Silex® sirup
3x10cc/hari
v v v v v
Domperidone
10 mg 3x/hari
v v v v v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Assessments
- Kepada semua pasien yang dinyatakan positif HIV, kotrimoksasol merupakan terapi profilaksis yang wajib diberikan dengan dosis 960 mg, 1x/hari
(Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011). Dosis yang diperoleh pasien pada kasus ini adalah 960 mg, 2x/hari
Dosis berlebih
- Duviral® adalah fix dose combination yang mengandung lamivudine dan zidovudine. Antiretroviral NRTI yang menjadi regimen lini pertama infeksi
HIV adalah lamivudine dan zidovudine (Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik dan Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan RI, 2006) pemberian lamivudine dan zidovudne sudah tepat
- Nevirapine adalah antiretroviral NNRTI yang menjadi lini pertama pengobatan infeksi HIV (Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan) pemberian nevirapine sudah tepat
- Salah satu efek samping zidovudine adalah sukar tidur (Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011). Diazepam
merupakan benzodiazepine yang digunakan untuk mengatasi kecemasan atau sebagai antikonvulsan dimana salah satugejala kecemasan adalah sukar
tidur (Nugroho, 2012) pemberian diazepam untuk mengantisipasi efek samping zidovudine sudah tepat.
- Fluconazole adalah antijamur yang memiliki efikasi baik dalam mencegah dan kolonisasi jamur dan infeksi jamur untuk berkembang menjadi infeksi
jamur sistemik sehingga dapat diberikan kepada pasien dengan kandidiasis oral (Gotzsche dan Johansen, 2011) pemberian fluconazole sudah tepat
- Sistenol® mengandung paracetamol yang memiliki efek analgesik dan antipiretik (Nugroho, 2012) pemberian Sistenol® sudah tepat
- Alprazolam merupakan benzodiazepine yang digunakan untuk mengatasi kecemasan (Nugroho, 2012). Pada kasus ini, pasien memperoleh 2
benzodiazepine yang berbeda pada tanggal 9 pasien rawat inap pemberian alprazolam kurang tepat. Obat tidak diperlukan
- Salah satu efek samping zidovudine adalah intoleransi gastrointestinal, dan flukonazol memiliki efek samping mual muntah (Direktur Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011). Domperidone merupakan obat antimuntah (Nugroho, 2012) pemberian domperidone
untuk mengantisipasi terjadinya efek samping zidovudine dan flukonazol, serta m,engatasi keluhan mual muntah pasien sudah tepat
- Penggunaan bersama rifampisin dan fluconazole dapat meningkatkan klirens fluconazole (Baxter, 2010) Dosis kurang (potensial)
- Penggunaan bersama flukonazol dan zidovudine dapat meningkatkan AUC zidovudine (Baxter, 2010)Dosis berlebih (potensial)
- Efek samping umum obat antiretroviral NNRTI adalah hepatotoksisitas dan ruam kemerahan pada kulit, dan obat antiretroviral golongan NRTI adalah
laktat asidosis dan hepatotoksisitas (Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik dan Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen
Kesehatan RI, 2006) Efek samping obat (potensial)
Plan/Recommendation
- Pertimbangkan untuk menurunkan frekuensi pemberian kotrimoksasol menjadi 1 kali sehari
- Pertimbangkan untuk menghentikan pemberian alprazolam
- Diperlukan monitoring efek toksisitas zidovudine
- Pertimbangkan untuk memberikan antibiotika cefixime kepada pasien dengan dosis 200 mg, 2 kali sehari untuk mengatasi bronkitis
- Diperlukan monitoring fungsi hati pasien, gejala laktat asidosis dan ruam pada kulit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Kasus 6
Subjektif
Umur / Jenis kelamin: 30 tahun / laki-laki Lama rawat inap: 27/01/2010-16/02/2010
Berat badan / Tinggi badan: - Keluhan utama: pusing
Riwayat alergi: - Perjalanan penyakit: datang dari IGD dengan kondisi pusing, muntah,
keringat dingin dan tangan kanan lemas
Riwayat penyakit: sering pusing ± 2 tahun, HIV Diagnosa akhir: AIDS (CD 4: 16) dan kandidiasis orofaring
Komplikasi: active toxoplasmoisis cerebri, cerebral TB
Status keluar: Membaik
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 01/02/2010
CD4 absolute count: 16 (R)
CD4 percentage of Lymph: 3% (R)
Tanggal 10/02/2010
Lekosit: 3,1 (R)
Monosit: 13,9 (T)
Tanggal 13/02/2010
Lekosit: 2,2 (R)
Eritrosit: 4,48 (R)
Hmt: 38,2 (R)
Monosit: 12,7 (T)
Tanggal 27 28 29 30 31 1 2 3 4 5 6
Pemeriksaan
tanda vital
TD (mmHg) 110/70;
120/90;
110/70;
110/70
120/75;
130/70;
110/75;
120/80;
120/80
140/90;
110/80;
120/80
140/90;
110/70;
120/90
135/80;
110/80
120/80;
120/70;
110/80;
110/70
130/80;
110/70
110/70;
120/80;
110/70;
120/80
120/70;
120/80
130/70;
120/80
130/90;
130/80;
130/80
Nadi (x/menit) 61; 118 90; 64;
68; 60
80; 92 80; 84;
76
- 80; 80;
84
88; 90;
72
88; 84;
80
84 70; 88;
80
84
Suhu badan (ºC) 36,5 37; 36;
36,3
37; 36 36,9;
36,5;
36,6
- 36,5;
37; 36,3
37; 37 36,8;
35,6;
36,3
36,5 36,5;
37,3;
36,5
36,7
Napas (x/menit) 20 22; 22 22 - - - - 21 20 - -
Keluhan sakit
kepala
sakit
kepala
berkura
ng
sakit
kepala
jika
duduk
mata
tidak
fokus,
sakit
kepala
jika
duduk
sakit
kepala
jika
duduk
sakit
kepala,
mulas
dan
muntah
hebat
pusing
dan
mual
berkura
ng
sedikit
pusing
sakit
kepala
jika
duduk
- lemas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Tatalaksana
Obat
Paracetamol IV
3x100 cc/hari
(habis dalam 1,5
jam)
v v v
Pyrimethamine
25mg 3x/hari
v v v v v v v v
Ondansetron IV
4mg/hari (jika
perlu)
v
Metoclopramide IV
3x10 mg/hari
v
Metamizole Na IV
3x500 mg/hari
v
Sulfadiazin 500mg
3x/hari
v v v v v v v v
4FDC 1 tab 4x/hari v v v v v v v v
Metoclopramide
10 mg 3x/hari
v
Lysmin® sirup
2x10cc/hari
v v v v
Duviral®1 tab
2x/hari
v
Nevirapine 200 mg
2x/hari
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Tanggal 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Pemeriksaan
tanda vital
TD (mmHg) 110/70;
120/80
110/70;
110/70;
120/70
- 120/70;
120/80
110/80 130/80;
110/70
- 130/80;
110/80;
120/80
- 125/85
Nadi (x/menit) 82; 76 82; 84;
80
80 80; 82;
80
80 80 - 80; 80 84 75
Suhu badan (ºC) 36,7;
36,2
36,6; 37;
36
- 36,8;
36,5;
36,8
37 36,5 - 36,5;
36,5
37,2 36,2
Napas (x/menit) - - - - - - - - - -
Keluhan - - sedikit
pusing,
sariawan
lemas,
sariawan
terkadang
mual
mual
berkurang
lemas mual mual,
nyeri
perut
-
Tatalaksana Obat Pyrimethamine
25mg 4x/hari
v v v v v v v v v v
Sulfadiazin
500mg 3x/hari
v v v v v v v v v v
4FDC 1 tab
4x/hari
v v v v v v v v v v
Lysmin® sirup
2x10cc/hari
v
Duviral® 1tab
2X/hari
v v v v v v v v v v
Nevirapine 200
mg 2x/hari
v v v v v v v v v
Fluconazole
150 mg 1x/hari
v v v v v v v v
Omeprazole IV
2x20mg/hari
v v v v v
Plantacid®
3x10cc/hari
v v v v v
Metoclopramide
10 mg 3x1/hari
v v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Assessments
- Paracetamol memiliki efek sebagai antipiretik dan analgesik (Nugroho, 2012). Pada kasus ini, pasien mendapatkan paracetamol pada 3 hari pertama
rawat inap untuk mengatasi sakit kepala yang diderita pasien. Sakit kepala masih dikeluhkan oleh pasien sampai pada tanggal 4 pasien rawat inap
tetapi pasien tidak mendapatkan analgesik Membutuhkan obat tambahan
- Ondansetron merupakan antagonis reseptor 5-HT3 yang digunakan sebagai obat antimual (Nugroho, 2012). Pada kasus ini, pasien mendapatkan
ondansetron untuk mengatasi muntah hebat yang diderita pemberian ondansetron sudah tepat
- Metoclopramide merupakan obat regulator gastrointestinal, antifaltulen, dan antiinflamasi yang digunakan sebagai obat antimual (Nugroho, 2012).
Pada kasus ini pasien memperoleh metoklopramide tanpa ada keluhan mual pada hari pertama, pada hari dimana pasien telah mendapatkan
ondansetron untuk mengatasi muntah hebat dan pada hari dimana pasien mendapatkan omeprazole untuk mengatasi asam lambung berlebih
pemberian metoklopramide kurang tepat. Obat tidak diperlukan
- Metamizole adalah OAINS yang ditujukan untuk mengurangi nyeri sedang sampai berat. Pada kasus ini, pasien telah memperoleh analgesik pada hari
pertama untuk mengatasi sakit kepala pemberian metamizole kurang tepat. Obat tidak diperlukan
- Lysmin® adalah multivitamin yang dapat digunakan untuk memelihara sistem imun pasien pemberian Lysmin® sudah tepat
- Duviral® adalah fix dose combination yang mengandung lamivudine dan zidovudine. Antiretroviral NRTI yang menjadi regimen lini pertama infeksi
HIV adalah lamivudine dan zidovudine (Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik dan Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan RI, 2006) pemberian lamivudine dan zidovudine sudah tepat
- Nevirapine adalah antiretroviral NNRTI yang menjadi lini pertama pengobatan infeksi HIV (Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan) pemberian nevirapine sudah tepat
- Fluconazole adalah antijamur yang digunakan untuk mengatasi kandidiasis orofaring (US. Department of Health and Human Service, 2014).
pemberian flukonazole sudah tepat
- Omeprazol edalah proton pump imhibitor (PPI) yang digunakan untuk menghambat produksi asam dalam lambung (Chubineh dan Birk, 2012)
pemberian omeprazole sudah tepat
- Plantacid® diindikasikan untuk mengurangi asam lambung berlebih. Pada kasus ini, pasien telah memperole omeprazole untuk mengatasi asam
lambung berlebih pemberian Plantacid® kurang tepat. Obat tidak diperlukan
- Penggunaan bersama rifampisin dan fluconazole dapat meningkatkan klirens fluconazole (Baxter, 2010) Dosis kurang (potensial)
- Penggunaan bersama flukonazol dengan zidovudine dapat meningkatkan AUC zidovudine (Baxter, 2010)Dosis berlebih (potensial)
- Efek samping umum obat antiretroviral NNRTI adalah hepatotoksisitas dan ruam kemerahan pada kulit, dan obat antiretroviral golongan NRTI adalah
laktat asidosis dan hepatotoksisitas (Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik dan Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen
Kesehatan RI, 2006) Efek samping obat (potensial)
Plan/Recommendation
- Pertimbangkan untuk memberikan analgesik kepada pasien sampai pada tanggal 4 pasien rawat inap untuk mengatasi nyeri kepala pasien
- Pertimbangkan untuk menghentikan pemberian metoklopramide, metamizole, dan Plantacid®
- Diperlukan monitoring kadar flukonazole dalam tubuh pasien
- Diperlukanmonitoring efek toksisitas zidovudine
- Diperlukan monitoring fungsi hati pasien, gejala laktat asidosis dan ruam pada kulit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Kasus 7
Subjektif
Umur / Jenis kelamin: 41 tahun / perempuan Lama rawat inap: 25/10/2013-11/11/2013
Berat badan / Tinggi badan: - Keluhan utama: lemas
Riwayat alergi: - Perjalanan penyakit: selama ± 2 bulan mudah lelah, sering demam,
sariawan, kulit berbintik-bintik hitam
Riwayat penyakit: - Diagnosa akhir: AIDS (CD 4: 23) dan kandidiasis oral
Komplikasi: vertigo, anorexis
Status keluar: Membaik
Objektif
Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 28/10/2013
Urinalisa
Lekosit esterase: 25 (T)
Sedimen urine
Eritrosit: 4,1
Lekosit: 11,9
Sel epitel: 9,6
Silinder hyaline: 0,7
Bakteri: 26,7
Epitel polygonal: 3,6
Tanggal 11/11/2013
Hg: 9,6 (R)
Eritrosit: 3,26 (R)
Hmt: 273 (R)
Eusinofil: 8,3 (T)
Basofil: 0,6 (R)
Monosit: 11,4 (T)
Sgpt: 350 (T)
Tanggal 25 26 27 28 29 30 31 1 2 3 4
Pemeriksaan
tanda vital
TD (mmHg) 110/80 110/70 110/70 110/80 - 110/70;
100/70;
120/80;
110/80
- 110/70 110/70;
120/70;
100/60;
120/70
- -
Nadi (x/menit) - - 80 - - 80 - - 76; 88;
80; 80
- -
Suhu badan (ºC) - - 37 36,4 - 36,5;
36,6;
35,6
- - 36,2;
36;
35,9;
36;
36,9
- -
Napas (x/menit) - - - - - - - - - - -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Keluhan sariawan
perih
pinggang
pegal
tengkuk
kaku,
sakit
kepala
mual - mengant
uk terus
- - - - -
Tatalaksana
Obat
Vitamin B
kompleks 1 tab
1x/hari
v v v v v v v v v v v
Levofloxacin
500mg 1x/hari
v v v v v v v v v v v
Alprazolam
0,5mg 1x/hari
v v v v v v v v v v v
Duviral® 1 tab
2x/hari
v v v v v v v v v v v
Nevirapine 200
mg 2x/hari
v v v v v v v v v v v
Cotrimoxazole
960 mg 1x/hari
v v v v v v v v v v v
Isoniazid
300 mg 1x/hari
v v v v v v v v v v v
Fluconazole
150mg 1x/hari
v v v v v v v v v v v
Cefixime
200 mg 2x/hari
v v v v v v v v
Domperidone
10 mg 3x/hari
v v
Lysmin® sirup
2x10cc/hari
v v v v v v v v v v v
Ondansetron IV
4mg/hari (bila
perlu)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Tanggal 5 6 7 8 9 10 11
Pemeriksaan tanda
vital
TD (mmHg) 110/80;
110/65;
100/70;
110/70
110/70;
100/70;
110/60;
110/80
- 110/70;
110/80;
120/80
110/70;
100/70
110/70;
100/70
110/70;
110/75;
100/80;
100/60
Nadi (x/menit) 72; 74; 83;
77; 84
69; 85; 82;
84
- 90; 72; 88;
76; 96; 80; 78
88; 96 96; 88 93; 88
Suhu badan (ºC) 36,5; 36,3 37,2; 37; 36 - 36,5; 36,9; 36 36,7; 37; 36,3 37; 36,3 36
Napas (x/menit) - - - - - -
Keluhan - - - - - -
Tatalaksana Obat Alprazolam
0,5mg 1x/hari
v v v v v v v
Duviral® 2x/hari v v v v v v v
Nevirapine
200 mg 2x/hari
v v v v v v v
Cotrimoxazole
960 mg 1x/hari
v v v v v v v
Isoniazid 300
mg 1x/hari
v v v v v v v
Fluconazole
150mg 1x/hari
v v v v v v v
Cefixime
200mg 2x/hari
v v v v v v v
Lysmin® sirup
2x10cc/hari
v v v v v v v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Assessments
- Salah satu efek samping zidovudine adalah sukar tidur (Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011). Alprazolam
merupakan benzodiazepine yang digunakan untuk mengatasi kecemasan, dimana salah satugejala kecemasan adalah sukar tidur (Nugroho, 2012)
pemberian alprazolam untuk mengantisipasi efek samping zidovudine sudah tepat
- Duviral® adalah fix dose combination yang mengandung lamivudine dan zidovudine. Antiretroviral NRTI yang menjadi regimen lini pertama infeksi
HIV adalah lamivudine dan zidovudine (Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik dan Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan RI, 2006) pemberian lamivudine dan zidovudne sudah tepat
- Nevirapine adalah antiretroviral NNRTI yang menjadi lini pertama pengobatan infeksi HIV (Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan) pemberian nevirapine sudah tepat
- Kepada semua pasien yang dinyatakan positif HIV, kotrimoksasol merupakan terapi profilaksis yang wajib diberikan dengan dosis 960 mg, 1x/hari
(Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011) pemberian kotrimoksasol sudah tepat
- Fluconazole adalah antijamur yang memiliki efikasi baik dalam mencegah dan kolonisasi jamur dan infeksi jamur untuk berkembang menjadi infeksi
jamur sistemik sehingga dapat diberikan kepada pasien dengan kandidiasis oral (Gotzsche dan Johansen, 2011) pemberian fluconazole sudah tepat
- Domperidone diberikan sebagai obat antimuntah (Nugroho, 2012) pemberian domperidone sudah tepat
- Lysmin® adalah multivitamin yang dapat digunakan untuk memelihara sistem imun pasien pemberian Lysmin® sudah tepat
- Ondansetron merupakan antagonis reseptor 5-HT3 yang digunakan sebagai obat antimual (Nugroho, 2012). Pada kasus ini, pasien telah mendapatkan
obat antinuntah yaitu domperidone pemberian ondansetron kurang tepat. Obat tidak diperlukan
- Penggunaan bersama flukonazol dengan zidovudine dapat meningkatkan AUC zidovudine (Baxter, 2010)Dosis berlebih (potensial)
- Efek samping umum obat antiretroviral NNRTI adalah hepatotoksisitas dan ruam kemerahan pada kulit, dan obat antiretroviral golongan NRTI adalah
laktat asidosis dan hepatotoksisitas (Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik dan Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen
Kesehatan RI, 2006) Efek samping obat (potensial)
Plan/Recommendation
- Pertimbangkan untuk menghentikan pemberian ondansetron
- Diperlukan monitoring efek toksisitas zidovudine
- Diperlukan monitoring fungsi hati pasien, gejala laktat asidosis dan ruam pada kulit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Kasus 8
Subjektif
Umur / Jenis kelamin: 59 tahun / laki-laki Lama rawat inap: 24/12/2013-28/12-2013
Berat badan / Tinggi badan: - Keluhan utama: kaki mati rasa, nyeri
Riwayat alergi: - Perjalanan penyakit: sudah lebih dari 5 bulan kaki terasa nyeri
Riwayat penyakit: Positif HIV pada tanggal 16/12/2013 Diagnosa akhir: AIDS dan kandidiasis oral
Komplikasi: klamidiasis
Status keluar: Membaik
Objektif
Pemeriksaan
labroratorium
Tanggal 24/12/2013
Hg: 12,00 (R)
Eritrosit: 4,27 (R)
Hmt: 32,7 (R)
Eusinofil: 0,8 (R)
Basofil: 0,3 (R)
Sgot: 82,3 (T)
Foto thorax: broncopneumonia duplex
Tanggal 26/12/2013
Sedimen urine
Eritrosit: 27,5 (T)
Bakteri: 171,6 (T)
Kmia gas darah
Ph: 7,53 (T)
PCO2: 23,8 (R)
PO2: 57,1 (R)
HCO3: 20,2 (R)
O2 sat: 71,6 (R)
TCO2: 20,9 (R)
Tanggal 28/12/2013
Kimia gas darah
Ph: 7,53 (T)
PCO2: 19,7 (R)
PO2: 36,2 (R)
HCO3: 17,4 (R)
O2 sat: 59,8 (R)
TCO2: 17,9 (R)
Tanggal 24 25 26 27 28
Pemeriksaan tanda
vital
TD (mmHg) - 120/80; 130/80;
120/90
140/100 - 160/100; 130/90;
160/95; 150/90
Nadi (x/menit) - 96; 100; 120; 85;
110; 76
134; 112 110; 116; 120; 120 120; 120; 115; 106
Suhu badan (ºC) - 36,7; 36,5; 38,9;
37,9; 37,4; 38,5
39; 39,5; 36,9 37,6; 38; 39,6;
37,2; 37,4; 38,8
38,4; 37,8; 37,6;
36,4
Napas (x/menit) - - - - -
Keluhan nyeri kedua kaki sesak, kedua kaki
terasa panas dan
nyeri
sesak, kaki terasa
sakit dan panas
badan nyeri,
panas, dan lemas
sesak berkurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Tatalaksana Obat Cotrimoxazole 960
mg 2x/hari
v v v v v
Silex® sirup
3x10cc/hari
v v v v v
Fluconazole 150 mg
1x/hari
v v v
Fluconazole 150 mg
2x/hari
v v v
Levofloxacin IV
1x500 mg/hari
v v v
Paracetamol IV
500 mg 3x/hari
v v
Paracetamol 500 mg
3x/hari (jika perlu)
v
Plantacid®
3x10cc/hari
v
Metamizole 500 mg
3x1amp/hari
v
Assessments
- Kepada semua pasien yang dinyatakan positif HIV, kotrimoksasol merupakan terapi profilaksis yang wajib diberikan dengan dosis 960 mg, 1x/hari
(Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011). Dosis yang diperoleh pasien pada kasus ini adalah 960 mg, 2x/hari
Dosis berlebih
- Fluconazole adalah antijamur yang memiliki efikasi baik dalam mencegah dan kolonisasi jamur dan infeksi jamur untuk berkembang menjadi infeksi
jamur sistemik sehingga dapat diberikan kepada pasien dengan kandidiasis oral (Gotzsche dan Johansen, 2011) pemberian fluconazole sudah tepat
- Paracetamol digunakan sebagai obat antipiretik dan analgesik (Nugroho, 2012) pemberian paracetamol sudah tepat
- Plantacid® diindikasikan untuk mengatasi gejala asam lambung berlebih. Pada kasus ini, pasien tidak menunjukkan adanya gejala asam lambung
berlebih pemberian Plantacid® kurang tepat. Obat tidak diperlukan
- Metamizole adalah OAINS yang ditujukan untuk mengurangi nyeri sedang sampai berat pemberian metamizole sudah tepat
- Pasien tidak mendapatkan obat analgesik untuk mengatasi nyeri yang diderita pada hari pertama dan kedua rawat inap Membutuhkan obat
tambahan
Plan/Recommendation
- Pertimbangan untuk menurunkan dosis kotrimoksasol menjadi 960 mg, 1 kali sehari
- Pertimbangkan untuk menghentikan pemberian Silex®
- Pertimbangkan untuk mengehentikan pemberian Plantacid®
- Pertimbangkan untuk memberikan obat analgesik pada hari pertama dan ke-2 pasien rawat inap untuk mengatasi nyeri yang diderita oleh pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Kasus 9
Subjektif
Umur / Jenis kelamin: 46 tahun / perempuan Lama rawat inap: 11/07/2011-28/07/2011
Berat badan / Tinggi badan: - Keluhan utama: sakit kepala, gemetar
Riwayat alergi: - Perjalanan penyakit: -
Riwayat penyakit: HIV Diagnosa akhir: AIDS (CD 4: 166) dan kandidiasis orofaring
Komplikasi: chronic toxoplamoisis, suspek cerebral TB, depressive anxiety
Status keluar: Membaik
Objektif
Pemeriksaan
laboratorium
Tanggal 11/07/2011
Hg: 10,7 (R)
Hmt: 32,2 (R)
Trombosit: 122 (R)
Tanggal
12/07/2011
Hmt: 29,2 (R)
Trombosit: 95 (R)
Tanggal
14/07/2011
Hg: 9,5 (R)
Eritrosit: 3,70 (R)
Hmt: 28,9 (R)
Trombosit: 96 (R)
Tanggal
19/07/2011
Hg: 10,4 (R)
Lekosit: 3,6 (R)
Hmt: 30,8 (R)
Tanggal 21/07/2011
Hg: 9,6 (R)
Lekosit: 3,5 (R)
Hmt: 28,5 (R)
Limfosit: 49,2 (T)
Tanggal
26/07/2011
Hg: 9,9 (R)
Lekosit: 3,5 (R)
Eritrosit: 3,09 (R)
Tanggal 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Pemeriksaan
tanda vital
TD (mmHg) 120/80;
110/70
120/70;
120/80;
118/60;
120/80;
110/70
140/85;
110/70
140/90;
120/90;
120/80;
130/90
130/90;
110/70;
120/80;
140/80
125/80;
120/80;
130/80
130/80;
135/80;
140/90;
150/90
130/100;
110/80;
120/80;
140/100
150/100
;
140/90;
130/80;
120/80
130/90;
120/70
150/90;
130/80;
160/100
Nadi (x/menit) 80; 86 86; 88;
90; 79
76; 80;
84
80; 72;
100; 76
70; 80;
80; 80
88; 88;
80; 80;
80; 86
86; 80;
84; 84
88; 96;
84; 80;
88
80; 84;
80
58; 62;
76
80; 78;
92; 88;
80
Suhu badan
(ºC)
37 36,3;
36;
36,8;
37,3
36,7;
37;
37,2; 37
37;
36,9;
37; 36,6
37 37,3;
37;
37,4;
37,5;
37,2
37;
36,9;
36,8;
37,4
36,5;
37,2
37;
36,3; 37
37;
36,7;
37
36,6;
36,4;
36,3;
36,8;
36,8
Napas
(x/menit)
- 22; 20 - - - 20; 20 20 20; 20 24 - -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Keluhan sakit
kepala,
tangan
gemetar
pusing,
gemetar,
leher
sakit,
tangan
kaku
dan
kesemut
an, tidak
kuat
mengge
nggam
mual,
pusing
agak
pusing
mual,
pusing,
tangan
kanan
kaku
pusing pusing,
mual,
tangan
kanan
lemas
mual,
perut
kembung
pusing,
mual
nyeri
ulu
hati,
muntah
mual,
pusing
Tatalaksana
Obat
Pyrimethamine
25 mg 3x/hari
v v v v v v v v v v
Fluconazole
150mg 1x/hari
v v v v v v v v v v v
Alprazolam
0,25mg 1x/hari
v
Sertraline HCl
50mg 1x/hari
v v v v v v v v v v
Alprazolam
0,5mg 1x/hari
v v v v v v v v v
Betahistine
mestylate 6 mg
3x/hari
v v v v v v v
Domperidone
10 mg 3x/hari
v v v v v v v
Duviral® 1 tab
2x/hari
v v v v
Neverapine
200 mg 2x/hari
v v v v v v
Stavudine 30
mg 2x/hari
v v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Lamivudine
150 2x/hari
v
Lansoprazole
30 mg 1x/hari
v
Ondansetron
IV 4 mg/hari
v v v
4FDC 1 tab
4x/hari
v v
Tanggal 22 23 24 25 26 27 28
Pemeriksaan
tanda vital
TD (mmHg) 120/80 120/80;
130/85;
140/80;
140/90
130/80;
130/90;
130/80;
130/90
130/90;
140/80;
140/80;
145/95
155/100;
130;/80;
130/80;
130/80
130/80;
120/80;
130/90;
130/80
130/80;
125/80
Nadi (x/menit) 88; 80; 88;
80
84; 84; 88;
84
88; 88; 80; 80 78; 80; 96; 80 84; 100 80; 80; 90; 80;
84
88; 80; 84
Suhu badan
(ºC)
36,7; 36,9;
37; 37
36,8; 37; 37 36,2; 36,8; 37;
36,4
36,9; 36,5; 37 36; 36,6 37; 36,8; 36,8;
37
37; 36,8;
36,8
Napas
(x/menit)
- - - - - - -
Keluhan mual mual
berkurang
pusing
berkurang,
mual
pusing, mual gusi bengkak
dan nyeri
gusi nyeri,
gigi berlubang
-
Tatalaksana Obat Alprazolam
0,5mg 2x/hari
v v v v v v v
Betahistine
Mestylate 6
mg 3x/hari
v v v v v v
Domperidone
10 mg 3x/hari
v v v v
Nevirapine
200 mg 2x/hari
v v v v v v v
Stavudine
30 mg 2x/hari
v v v v v v v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Lamivudine
150 mg 2x/hari
v v v v v v v
Lanzoprazole
30 mg 1x/hari
v v v v
Fluconazole
150mg 1x/hari
v v v v
Sertraline HCl
50mg 1 x/hari
v v v v v v
Pyrimethamine
25 mg 1x/hari
v v v v v v v
Cefixime
200mg 2x/hari
v v
Lysmin® sirup
2x10cc/hari
v v
Assessments
- Fluconazole adalah antijamur yang digunakan untuk mengatasi kandidiasis orofaring (US. Department of Health and Human Service, 2014).
pemberian flukonazole sudah tepat
- Domperidone diberikan sebagai obat antimuntah (Nugroho, 2012) pemberian domperidone sudah tepat
- Duviral® adalah fix dose combination yang mengandung zidovudine dan lamivudine. Pada kasus ini, pasien telah mengalami mual sejak hari kertiga
pasien menjalani rawat inap. Zidovudine memiliki efek samping salah satunya berupa intoleransi gastrointestinal sehingga memberikan zidovudine
pada pasien yang mengalami mual menjadi tidak aman pemberian zidovudine kurang tepat. Efek samping obat (aktual)
- Nevirapine adalah antiretroviral NNRTI yang menjadi lini pertama pengobatan infeksi HIV (Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan) pemberian nevirapine sudah tepat
- Stavudine adalah antiretroviral golongan NRTI dimana antiretroviral NRTI merupakan lini pertama pengobatan infeksi HIV (Direktur Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011) pemberian stavudine sudah tepat
- Antiretroviral NRTI yang menjadi regimen lini pertama infeksi HIV salah satunya adalah lamivudine (Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik
dan Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2006) pemberian lamivudine sudah tepat
- Lansoprazole adalah proton pump imhibitor (PPI) yang digunakan untuk menghambat produksi asam dalam lambung (Chubineh dan Birk, 2012)
pemberian lansoprazole sudah tepat
- Ondansetron merupakan antagonis reseptor 5-HT3 yang digunakan sebagai obat antimual (Nugroho, 2012). Pada kasus ini, pasien telah mendapatkan
obat antinuntah yaitu domperidone pemberian ondansetron kurang tepat. Obat tidak diperlukan
- Lysmin® adalah multivitamin yang dapat digunakan untuk memelihara sistem imun pasien pemberian Lysmin® sudah tepat
- Penggunaan bersama rifampicin dan nevirapine dapat menurunkan AUC nevirapine (Baxter, 2010)Dosis kurang (potensial)
- Penggunaan fluconazole bersama dengan zidovudine dapat meningkatkan AUC zidovudine (Baxter, 2010)Dosis berlebih (potensial)
- Efek samping umum obat antiretroviral NNRTI adalah hepatotoksisitas dan ruam kemerahan pada kulit, dan obat antiretroviral golongan NRTI adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
laktat asidosis dan hepatotoksisitas (Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik dan Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen
Kesehatan RI, 2006) Efek samping obat (potensial)
Plan/Recommendation
- Pertimbangkan untuk menghentikan pemberian alprazolam, ondansetron, cefixime, dan Duviral®
- Pertimbangkan untuk memberikan obat antituberkulosis sejak hari pertama pasien menjalani rawat inap
- Diperlukan monitoring kadar nevirapine dalam tubuh pasien pasien
- Diperlukan monitoring efek toksisitas zidovudine
- Pertimbangkan untuk memberikan antibiotika sulfadiazine kepada pasien dengan dosis 500 mg, 3 kali sehari dan asam folinat 10-25 mg, 2-4 kali
sehari
- Pertimbangkan untuk monitoring fungsi hati pasien, gejala laktat asidosis dan ruam pada kulit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Kasus 10
Subjektif
Umur / Jenis kelamin: 41 tahun / laki-laki Lama rawat inap: 06/05/2014-22/05/2014
Berat badan / Tinggi badan: 35 kg / - Keluhan utama: diare ± 1 minggu, sariawan, sulit makan, lemas, BB turun
dari 77 kg menjadi 35 kg dalam 1 bulan
Riwayat alergi: - Perjalanan penyakit: datang ke IGD dengan keluhan selama 1 minggu
diare, sulit makan, dan badan tidak enak
Riwayat penyakit: HIV, pernah opname dengan keluhan diare, BB turun, lemas,
dan susah tidur
Diagnosa akhir: AIDS (CD 4: 85) dan kandidiasis oral
Komplikasi: hepatopathy karena nevirapine
Status keluar: Membaik
Objektif
Pemeriksaan
Laboratorium
Tanggal 06/05/2014
Lekosit: 23,6 (T)
Eusinofil: 0,1 (R)
Basofil: 0k,1 (R)
Neutrofil: 83,3 (T)
Limfosit: 9,0 (R)
Sgot: 109,2 (T)
Sgpt: 138,6 (T)
Tanggal 09/05/2014
Hg: 10,3 (R)
Lekosit: 11,9 (R)
Eritrosit: 3,7 (R)
Hmt: 31,6 (R)
Eusinofil: 0,2 (T)
Basofil: 0,1 (R)
Limfosit: 16,7 (R)
Monosit: 12,0 (T
Sgot: 77,1 (T)
Sgpt: 88,9 (T)
Tanggal
14/05/2014
Hg: 2,76 (R)
Eritrosit: 2,76 (R)
Hmt: 20,1 (R)
Basofil: 0,3 (R)
Limfosit: 18,2 (R)
Monosit: 11,5 (T)
Sgot: 100,1 (T)
Sgpt: 95,7 (T)
Tanggal
16/05/2014
Sgot: 101,2 (T)
Sgpt: 109,3 (T)
Hg: 7,4 (R)
Eritrosit: 2,6 (R)
Hmt: 19,8 (R)
Basofil: 0,1 (R)
Tanggal
19/05/2014
Hg: 11 (R)
Eritorsit: 3,81 (R)
Hmt: 32 (R)
Eusinofil: 0,8 (R)
Basofil: 0,1 (R)
Neutrofil: 80,6 (T)
Limfosit: 12,2 (R)
Tanggal 20/05/2014
Sgot: 188 (T)
Sgpt: 141 (T)
Tanggal 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Pemeriksaan
tanda vital
TD (mmHg) 100/70 120/70;
110/80;
90/70;
110/80;
100/70;
120/70;
110/70;
110/70
120/80;
120/80;
110/70;
110/70;
100/90
100/60;
120/80;
110/80
110/70;
130/80;
180/70
110/70;
130/80;
180/70
120/70;
130/80;
110/80
110/80;
120/80;
100/80
Nadi (x/menit) 70 64; 81;
81; 82
84; 80;
72; 72
80; 78;
80; 80;
72
70; 64,
84; 80;
84
80; 90;
82
82; 90;
88; 90
80; 82;
98;
120;
104
80; 82;
98; 120;
104
96; 94;
90; 89;
116
92; 114;
80; 92
Suhu badan (ºC) 36 36; 35,8;
36,8; 36,3
36 36,6;
36;
36,7;
36,7
36,7;
36;
36,3;
37
36,8;
36,9;
36,8
36,7;
36,3;
37;
37,6; 37
36,9;
36,7;
37; 36;
37,1
36,9;
36,7;
37; 36;
37,1
36,6;
37,3;
36,5;
37,2
36; 37;
36,4; 37,4
Napas (x/menit) - - - - - - 20; 18 - - - -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Keluhan - mual,
lemas
lemas,
badan
kaku
badan
kaku,
batuk
badan
lemas,
batuk
mual lemas,
mual
lemas,
mual
lemas,
BB naik
menjadi
9 kg
(BB: 44
kg)
susah
tidur
susah
tidur
Tatalaksana
Obat
Fluconazole
150 mg 2x/hari
v v v v v v v v v
Cefixime
200 mg 2x/hari
v
Cotrimoxazole
960 mg 2x/hari
v v v v v v v v v
Pehadoxin®
1tab 1x/hari
v v v v v v v v v
Domperidone
10 mg 3x/hari
v v v v v v v v v
Alprazolam
0,5mg 1x/hari
v v v v v v v v v
Duviral® 1 tab
2x/hari
v v v v v v
Efavirenz
600mg 1x/hari
(malam)
v v v v v v v
Lamivudine 150
mg 2x/hari
v
Stavudine 30
mg 2x/hari
v
Cefotaxime IV
2x1 gram/hari
v v v v v v
Pantoprazole IV
40 mg/hari
v
Metoclopramide
IV 3x10
mg/hari
v
Transfusi darah v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Tanggal 17 18 19 20 21 22
Pemeriksaan
tanda vital
TD (mmHg) 110/70;
110/70;
110/80;
110/80; 110/80;
120/80; 110/80;
130/90
130/80; 130/90; 130/70; 130/90;
130/80
120/70; 120/80;
130/90
-
Nadi (x/menit) 92; 84; 96; 100 100; 92; 114;
78; 80
104; 114; 110 80; 108; 108;
112
82; 80; 88; 92 -
Suhu badan (ºC) 36,3; 36,7;
37,1; 36,5
36,2; 36,4; 36,6;
37
36,3; 36,4 36,7; 37,4; 37,4;
37,3
37,1; 37,1; 36,7;
37,2
-
Napas (x/menit) - - - 18 - -
Keluhan pegal, lemas tangan kaku,
perut kembung
susah tidur,
pinggang panas,
lemas
- - -
Tatalaksana Obat Fluconazole 150
mg 2x/hari
v v v v v
Cotrimoxazole
960 mg 2x/hari
v v v v v
Pehadoxin® 1tab
1x/hari
v v v
Domperidone
10 mg 3x/hari
v v v v v
Alprazolam
0,5mg 1x/hari
v v v v v
Efavirenz 600mg
1x/hari (malam)
v v v v v
Lamivudine 150
mg 2x/hari
v v v v v
Stavudine 30 mg
2x/hari
v v v v v
Sistenol® 1 tab
3x/hari
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Assessments
- Fluconazole adalah antijamur yang memiliki efikasi baik dalam mencegah dan kolonisasi jamur dan infeksi jamur untuk berkembang menjadi infeksi
jamur sistemik sehingga dapat diberikan kepada pasien dengan kandidiasis oral (Gotzsche dan Johansen, 2011) pemberian fluconazole sudah tepat
- Kepada semua pasien yang dinyatakan positif HIV, kotrimoksasol merupakan terapi profilaksis yang wajib diberikan dengan dosis 960 mg, 1x/hari
(Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011). Dosis yang diperoleh pasien pada kasus ini adalah 960 mg, 2x/hari
Dosis berlebih (aktual)
- Salah satu efek samping zidovudine adalah intoleransi gastrointestinal, flukonazol dan kotrimoksasol memiliki efek samping mual muntah (Direktur
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011). Domperidone merupakan obat antimuntah (Nugroho, 2012) pemberian
domperidone untuk mengantisipasi terjadinya efek samping zidovudine, flukonazol dan kotrimoksasol sudah tepat
- Salah satu efek samping zidovudine adalah sukar tidur, dan efavirens memiliki efek samping berupa gejala sistem saraf pusat (Direktur Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011).Alprazolam merupakan benzodiazepine yang digunakan untuk mengatasi kecemasan
(Nugroho, 2012) pemberian alprazolam untuk mengantisipasi efek samping zidovudine dan efavirens, serta untuk mengatasi gejala kecemasan
yang dirasakan pasien sudah tepat
- Duviral® adalah fix dose combination yang mengandung zidovudine dan lamivudine. Pada kasus ini, pasien telah mengalami mual sejak hari kedua
pasien menjalani rawat inap. Zidovudine memiliki efek samping salah satunya berupa intoleransi gastrointestinal sehingga memberikan zidovudine
pada pasien yang mengalami mual menjadi tidak aman pemberian zidovudine kurang tepat. Efek samping obat (aktual)
- Efavirenz adalah antiretroviral golongan NNRTI yang dapat digunakan sebagai pengganti nevirapine dalam regimen pengobatan infeksi HIV (Direktur
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011) pemberian efavirenz sudah tepat
- Antiretroviral NRTI yang menjadi regimen lini pertama infeksi HIV salah satunya adalah lamivudine (Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik
dan Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2006) pemberian lamivudine sudah tepat
- Stavudine adalah antiretroviral golongan NRTI dimana antiretroviral NRTI merupakan lini pertama pengobatan infeksi HIV (Direktur Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011) pemberian stavudine sudah tepat
- Pantoprazole adalah proton pump imhibitor (PPI) yang digunakan untuk menghambat produksi asam dalam lambung (Chubineh dan Birk, 2012). Pada
kasus ini, pasien mendapatkan pantoprazole tanpa adanya gejala asam lambung berlebih pemberian pantoprazole kurang tepat. Obat tidak
diperlukan - Metoclopramide merupakan obat regulator gastrointestinal, antifaltulen, dan antiinflamasi yang digunakan sebagai obat antimual (Nugroho, 2012).
Pada kasus ini, pasien memperoleh metoklopramide tanpa ada keluhan mual dari pasien pemberian metoklopramide kurang tepat. Obat tidak
diperlukan
- Sistenol® mengandung paracetamol yang memiliki efek sebagai antipiretik dan analgesik (Nugroho, 2012). Pada kasus ini, pasien memperoleh
Sistenol® untuk mengatasi sakit pada pinggang yang diderita oleh pasien pemberian Sistenol® sudah tepat
- Penggunaan bersama fluconazole dan zidovudine dapat meningkatkan AUC zidovudine (Baxter, 2010) Dosis berlebih (potensial)
- Efek samping umum obat antiretroviral NNRTI adalah hepatotoksisitas dan ruam kemerahan pada kulit, dan obat antiretroviral golongan NRTI adalah
laktat asidosis dan hepatotoksisitas (Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik dan Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen
Kesehatan RI, 2006) Efek samping obat (potensial)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Plan/Recommendation
- Pertimbangkan untuk mengehentikan pemberian cefixime, Pehadoxin®, cefotaxime, pantoprazole dan metoklopramide
- Pertimbangkan untuk menurunkan frekuensi pemberian kotrimoksasol mejadi 1 kali sehari
- Pertimbangkan untuk menghentikan pemberian Duviral®
- Diperlukan monitoring efek toksistas zidovudine
- Diperlukan monitoring fungsi hati pasien, gejala laktat asidosis dan ruam pada kulit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Kasus 11
Subjektif
Umur / Jenis kelamin: 43 tahun / laki-laki Lama rawat inap: 12/08/2014-19/08/2014
Berat badan / Tinggi badan: 62 kg / 175 cm Keluhan utama: pusing, mual
Riwayat alergi: - Perjalanan penyakit: datang ke IGD dengan keluhan pusing, mual,
muntah, tidak nafsu makan selama 1 minggu
Riwayat penyakit: HIV Diagnosa akhir: AIDS (CD 4: 129) dan kandidiasis oral
Komplikasi:leucopenia, anemia
Status keluar: Membaik
Objektif
Pemeriksaan
Laboratorium
Tanggal 13/08/2014
Hg: 10,6 (R)
Lekosit: 3,4 (R)
Eritrosit: 3,87 (R)
Hmt: 31,1 (R)
Basofil: 0,3 (R)
Monosit: 11,4 (T)
Ig G antitoxo: 196 (reactive)
Tanggal 14/08/2014
CD4 absolute count: 129 (R)
CD4 percentage of Lymph: 17% (R)
Tanggal 19/08/2014
Hg: 11,1 (R)
Lekosit: 3,4 (R)
Eritrosit: 4,09 (R)
Hmt: 33 (R)
Basofil: 0 (R)
Monosit: 11,1 (T)
Tanggal 12 13 14 15 16 17 18 19
Pemeriksaan
tanda vital
TD (mmHg) 130/80 120/70;
130/80;
120/80;
130/80
130/90;
130/80;
130/90;
130/90
150/90;
120/80;
120/80
120/80;
110/80;
120/80
120/80 120/80;
110/70;
130/80
110/80;
120/70;
130/80
Nadi (x/menit) 80 72; 80 86; 72; 90 80; 86; 84 84; 76; 80;
80
78; 84; 80;
82; 82
90; 80; 84 86; 88
Suhu badan
(ºC)
37 36; 35,9;
36
36; 36,5;
36,3
36; 36,6;
36,4
36; 36,3;
36,4; 36,8
36,3; 36;
37; 36,5;
36,7
36,2; 36,5;
36,8
36,8
Napas
(x/menit)
- - - - - - - 22; 20
Keluhan mual,
pusing
mual,
pusing
mual,
pusing
mual agak pusing pusing pusing pusing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Tatalaksana Obat Nevirapine 200
mg 2x/hari
v v v
Metoklopramid
10 mg 3x/hari
v v v v v v v
Cotrimoxazole
960 mg 2tab
2x/hari
v v v v v v v v
Stavudine
30 mg 2x/hari
v v v v v
Lamivudine
150 mg 2x/hari
v v v v v
Evafirenz 600
mg 1x/hari
(malam)
v v v v v
Cefixime
100 mg 2x/hari
v v v v v v
Levofloxacin
500mg 1x/hari
v v v v v v v
Vitamin B
kompleks 1 tab
1x/hari
v v v v
Fluconazole
150mg 2x/hari
v v v v v v v v
Duviral®
2x/hari
v v v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Assessments
- Duviral® adalah fix dose combination yang mengandung lamivudine dan zidovudine. Antiretroviral NRTI yang menjadi regimen lini pertama infeksi
HIV adalah lamivudine dan zidovudine, dimana efek samping zidovudine salah satunya adalah supresi sumsum tulang berupa anemia dan netropenia
(Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik dan Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2006). Pada kasus ini,
pasien menderita anemia sehingga pemberian zidovudine tidak aman Efek samping obat (aktual)
- Nevirapine adalah obat antiretroviral NNRTI lini pertama dalam regimen pengobatan infeksi HIV (Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan, 2011) pemberian nevirapine sudah tepat
- Stavudine adalah antiretroviral golongan NRTI dimana antiretroviral NRTI merupakan lini pertama pengobatan infeksi HIV, stavudine dapat
digunakan jika pasien tidak dapat diberikan zidovudine(Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik dan Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat
Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2006) pemberian stavudine sudah tepat
- Antiretroviral NRTI yang menjadi regimen lini pertama infeksi HIV salah satunya adalah lamivudine (Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan
Klinik dan Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2006) pemberian lamivudine sudah tepat
- Efavirenzadalah antiretroviral golongan NNRTI yang dapat digunakan apabila regimen obat dengan nevirapine tidak dapat digunakan dalam
pengobatan infeksi HIV (Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011) pemberian efavirenz sudah tepat
- Kepada semua pasien yang dinyatakan positif HIV, kotrimoksasol merupakan terapi profilaksis yang wajib diberikan dengan dosis 960 mg, 1x/hari
(Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011). Dosis yang diperoleh pasien pada kasus ini adalah 960 mg, 2x/hari
Dosis berlebih (aktual)
- Metoclopramide merupakan obat regulator gastrointestinal, antifaltulen, dan antiinflamasi yang digunakan sebagai obat antimual (Nugroho, 2012)
pemberian metoklopramide sudah tepat
- Fluconazole adalah antijamur yang memiliki efikasi baik dalam mencegah dan kolonisasi jamur dan infeksi jamur untuk berkembang menjadi infeksi
jamur sistemik sehingga dapat diberikan kepada pasien dengan kandidiasis oral (Gotzsche dan Johansen, 2011) pemberian fluconazole sudah tepat
- Penggunaan bersama fluconazole dan zidovudine dapat meningkatkan AUC zidovudine (Baxter, 2010) Dosis berlebih (potensial)
- Efek samping umum obat antiretroviral NNRTI adalah hepatotoksisitas dan ruam kemerahan pada kulit, dan obat antiretroviral golongan NRTI
adalah laktat asidosis dan hepatotoksisitas (Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik dan Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan RI, 2006) Efek samping obat (potensial)
Plan/Recommendation
- Pertimbangkan untuk menurunkan frekuensi pemberian kotrimoksasol menjadi 1 kali sehari
- Pertimbangkan untuk menghentikan pemberian cefixime dan levofloksasin
- Pertimbangkan untuk mengganti fluconazole dengan nystatin tablet atau nystatin suspensi
- Diperlukan monitoring efek toksisitas zidovudine
- Diperlukan monitoring fungsi hati pasien, gejala laktat asidosis dan ruam pada kulit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Kasus 12
Subjektif
Umur / Jenis kelamin: 64 tahun / laki-laki Lama rawat inap: 12/06/2011-20/06/2011
Berat badan / Tinggi badan: - Keluhan utama: sesak nafas, bibir kering, sulit makan (sariawan)
Riwayat alergi: - Perjalanan penyakit: datang ke IGD dengan keluhan utama selama kurang
lebih 6 bulan disertai abses pada paha kiri dengan diameter 2 cm
Riwayat penyakit: - Diagnosa akhir: AIDS (CD 4: 11) dan kandidiasis orofaring
Komplikasi: UTI
Status keluar: Meninggal dunia
Objektif
Pemeriksaan
Laboratorium
Tanggal 25/05/2011
Anti HIV rapid: reactive
Anti HIV elisa: reactive
Anti HIV alfa: reactive
Tanggal 27/05/2011
CD4 absolute count:
11 (R)
CD4 percentage of
lymphs: 2% (R)
Tanggal 12/06/2011
Hg: 12,4 (R)
Hmt: 36.9 (R)
Eusinofil: 18,5 (T)
Kreatinin: 0,69 (R)
Tanggal 13/06/2011
Urinalisa
Darah: +-
Protein/albumin: +
Glukosa/reduks:i +3
Sedimen urine
Bakteri 647,6 (T)
Tanggal 19/06/2011
Hg: 11,9 (R) Eritrosit:32 (R) Hmt: 53,3 (R) Limfosit: 2,6 (R)
Tanggal 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Pemeriksaan
tanda vital
TD (mmHg) 120/90;
120/80;
140/90;
130/90;
130/80;
130/80
100/70;
130/80;
130/80;
140/80
150/100;
140/90;
150/100
130/90;
140/90;
140/100;
140/100
160/100;
150/90
130/90;
140/90;
120/70;
130/70
150/90;
140/90;
130/80;
140/90
150/90;
130/70;
140/100;
120/80;
120/80
140/100;
124/48
Nadi (x/menit) 112; 98;
96; 64; 90
90; 100;
100; 100;
100; 96; 90
92; 90; 86;
88
80; 84; 92 92;88 88; 90; 88 80; 90;
96; 84
80; 80; 80;
82; 96
86; 140
Suhu badan
(ºC)
36,5; 36,4;
36; 36; 38
37,3; 37,5;
36,6; 38,5;
37,5; 37,8
39; 37,8;
37,5; 36,5
36; 36 36,2; 36 37; 36,5;
36,4
36,5;
36,7;
36,8
37; 36,8;
37,3; 38
38,5; 40
Napas
(x/menit)
30; 30; 22;
28
30; 30; 36;
30; 30;24
28; 24; 24;
26
20; 24; 20 - - - - 50; 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Keluhan sesak
nafas,
tidak mau
makan,
lemas,
sariawan
sariawan,
nyeri telan,
pusing,
sesak
nafas,
lemas
mulut
sakit tidak
dapat
makan,
pusing,
leher
kanan
sakit dan
bengkak,
tidak
dapat tidur
lemas,
sariawan,
leher sakit,
batuk,
dahak sulit
keluar,
nyeri telan
tenggorok
an sakit,
nyeri
telan,
batuk,
sariawan,
lemas
lemas,
mulut
sakit,
gelisah
lemas,
terkadang
pusing
lemas,
pusing
-
Tatalaksana
Obat
Duviral® 1 tab
2x/hari (pagi
dan malam)
v v v v v v v
Nevirapine 200
mg 1x/hari
(pagi)
v v v v v v v
Paracetamol
500 mg 3x/hari
(jika perlu)
v v
Fluconazole
200 mg 1x/hari
v v v v v
Levofloxacin
IV 500mg/24
jam
v v v v v v
Alprazolam
0,25 mg 1x/hari
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Assesments
- Duviral® adalah fix dose combination yang mengandung lamivudine dan zidovudine. Antiretroviral NRTI yang menjadi regimen lini pertama infeksi
HIV adalah lamivudine dan zidovudine (Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik dan Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan RI, 2006) pemberian lamivudine dan zidovudine sudah tepat
- Nevirapine adalah antiretroviral NNRTI yang menjadi lini pertama pengobatan infeksi HIV (Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan). Dosis yang dianjurkan sebagai dosis awal adalah 200 mg, 1 kali sehari (Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik dan Ditjen Bina
Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2006) pemberian nevirapine sudah tepat
- Paracetamol digunakan sebagai obat antipiretik dan analgesik (Nugroho, 2012). Pada kasus ini, pasien mendapatkan paracetamol pada hari kedua dan
ketiga rawat inap untuk mengatasi demam dan nyeri, tetapi pada hari keempat sampai keenam pasien tidak mendapatkan analgesik untuk mengatasi
nyeri Membutuhkan obat tambahan
- Fluconazole adalah antijamur yang digunakan untuk mengatasi kandidiasis orofaring (US. Department of Health and Human Service, 2014).
pemberian flukonazole sudah tepat
- Alprazolam merupakan benzodiazepine yang digunakan untuk mengatasi kecemasan (Nugroho, 2012). Pada kasus ini, pasien mendapatkan alprazolam
untuk mengatasi kegelisahan pemberian alprazolam sudah tepat
- Penggunaan bersama fluconazole dan zidovudine dapat meningkatkan AUC zidovudine (Baxter, 2010) Dosis berlebih (potensial)
- Efek samping umum obat antiretroviral NNRTI adalah hepatotoksisitas dan ruam kemerahan pada kulit, dan obat antiretroviral golongan NRTI adalah
laktat asidosis dan hepatotoksisitas (Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik dan Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen
Kesehatan RI, 2006) Efek samping obat (potensial)
Plan/Recommendation
- Pertimbangkan untuk memberikan obat analgesik kepada pasien untuk mengatasi nyeri pada hari keempat sampai keenam
- Diperlukan monitoring efek toksisitas zidovudine
- Diperlukan monitoring fungsi hati pasien, gejala laktat asidosis dan ruam pada kulit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Kasus 13
Subjektif
Umur / Jenis kelamin: 19 tahun / laki-laki Lama rawat inap: 29/08/2014-01/09/2014
Berat badan / Tinggi badan: - Keluhan utama: batuk
Riwayat alergi: - Perjalanan penyakit: rujukan poli dengan keluhan utama
Riwayat penyakit: HIV Diagnosa akhir: AIDS dan kandidiasis oral
Komplikasi: UTI
Status keluar: membaik
Objektif
Pemeriksaan
Laboratorium
Tanggal 29/08/2014
Hasil foto Spn: suspek sinusitis
Tanggal 30/08/2014
Jenis kuman: gram negative batang vitex
Hasil biakan: vibrioflufialis
Hasil uji sensitivitas: ampicillin sulbactam dan levofloxacin
Tanggal 29 30 31 1
Pemeriksaan tanda vital TD (mmHg) 120/80 130/80; 130/80; 120/80;
110/70
120/70; 120/80; 120/80;
110/70; 120/80
130/80
Nadi (x/menit) 82; 90 80; 80; 80; 78; 77 72; 76; 80; 80; 88 72; 80
Suhu badan (ºC) - - 36; 36; 36; 36,2; 35,9 35,8
Napas (x/menit) 22 - - -
Keluhan batuk batuk batuk batuk
Penatalaksanaan Obat Duviral®1 tab 2x/hari v v v v
Nevirapine 200 mg
2x/hari
v v v v
Paracetamol 500 mg
3x/hari (jika perlu)
v v v v
Tremenza® 3x10cc/hari v v v v
Silex® sirup
3x10cc/hari
v v v v
Cefotaxime 1 gram/hari v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Assessments
- Duviral® adalah fix dose combination yang mengandung lamivudine dan zidovudine. Antiretroviral NRTI yang menjadi regimen lini pertama infeksi
HIV adalah lamivudine dan zidovudine (Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik dan Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan RI, 2006) pemberian lamivudine dan zidovudine sudah tepat
- Nevirapine adalah obat antiretroviral NNRTI lini pertama dalam regimen pengobatan infeksi HIV (Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan, 2011) pemberian nevirapine sudah tepat
- Paracetamol digunakan sebagai obat antipiretik dan analgesik (Nugroho, 2012). Pada kasus ini, pasien tidak menunjukkan adanya gejala nyeri maupun
demam pemberian paracetamol kurang tepat. Obat tidak diperlukan
- Pasien tidak memperoleh antijamur untuk mengatasi kandidiasis oral yang diderita Membutuhkan obat tambahan
- Efek samping umum obat antiretroviral NNRTI adalah hepatotoksisitas dan ruam kemerahan pada kulit, dan obat antiretroviral golongan NRTI adalah
laktat asidosis dan hepatotoksisitas (Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik dan Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen
Kesehatan RI, 2006) Efek samping obat (potensial)
Plan/Recommendation
- Pertimbangkan untuk menghentikan pemberian paracetamol
- Pertimbangkan untuk memberikan antijamur nystatin tablet atau nystatin suspense, atau flukonazole
- Diperlukan monitoring fungsi hati pasien, gejala laktat asidosis dan ruam pada kulit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Kasus 13b
Subjektif
Umur / Jenis kelamin: 19 tahun / laki-laki Lama rawat inap: 19/03/2014-28/03/2014
Berat badan / Tinggi badan: - Keluhan utama: nyeri kaki kanan, febris
Riwayat alergi: - Perjalanan penyakit: datang ke IGD dengan keluhan utama
Riwayat penyakit: HIV Diagnosa akhir: AIDS dan kandidiasis oral
Komplikasi: UTI
Status keluar: membaik
Objektif
Pemeriksaan
Laboratorium
Tanggal 19/03/2014
Basofil: 0,5 (R)
Tanggal 18/03/2014
Lekosit: 11,6 (R)
Eusinofil: 0,1 (R)
Basofil: 0,3 (R)
Netrofil: 82,7 (R)
Limfosit: 10,5 (R)
Urinalisa
Protein/albumin: +1
Eritrosit: 52,9 (T)
Lekosit: 44,5 (T)
Silinder hyaline: 8,6 (T)
Epitel polygonal: 26 (T)
Silinder patologis: 3,9 (T)
Tanggal 24/03/2014
Basofil: 0,7 (R)
Tanggal 27/03/2014
Basofil: 0,7 (R)
Limfosit: 40,7 (T)
Tanggal 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Pemeriksaan
tanda vital
TD (mmHg) 110/80 130/90;
120/80;
110/70
120/80;110/80 110/80;
120/80;
120/70
110/70;120/80;
110/70;
120/70;
110/80;
110/70;
120/80;
120/70;
- 120/80;
110/70;
110/80
-
Nadi (x/menit) 75 80; 78;
82; 80;
80
80; 76; 78;
80; 88
80; 78;
80; 80;
78
88; 78; 88; 89;
82; 82
80; 76;
80; 76;
80; 80
80; 80;
76; 80
70; 88 72; 88
80
Suhu badan
(ºC)
36,6 36,8;
37,6;
36,5;
36,4
36,5; 36,3;
36,9; 36,5;
36,2
36,3;
36,4;
36,3
36,4; 37; 36,4;
36,2
37;
36,5;
36,3
36; 36,6 36,6 36,4 36,6
Napas
(x/menit)
- - - - - - - - - -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Keluhan nyeri
kaki
kanan
skala 3-
4
nyeri
kaki
skala 3
kaki kanan
nyeri bila
digerakkan
nyeri
kaki
kanan
nyeri kaki
kanan
nyeri
kaki
kanan
skala 2
nyeri
kaki
kanan
tetapi
sudah
dapat
berjalan
nyeri
kaki
kanan
tetapi
sudah
dapat
berjalan
- -
Tatalaksana
Obat
Fluconazole
150 mg
1x/hari
v v v v v v v v v v
Domperidone
10 mg 3x/hari
v v v v v v v v v v
Duviral® 1
tab 2x/hari
v v v v v v v v v v
Nevirapine
200 mg
3x/hari
v v v v v v v v v v
Meloksikam
7,5 mg 1x/hari
v v v v v v v v
Cotrimoxazole
960 mg
2x/hari
v v v v v v v v v v
Scabimite
cream
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Assessments
- Fluconazole adalah antijamur yang memiliki efikasi baik dalam mencegah dan kolonisasi jamur dan infeksi jamur untuk berkembang menjadi infeksi
jamur sistemik sehingga dapat diberikan kepada pasien dengan kandidiasis oral (Gotzsche dan Johansen, 2011) pemberian fluconazole sudah tepat
- Salah satu efek samping zidovudine adalah intoleransi gastrointestinal, flukonazol dan kotrimoksasol memiliki efek samping mual muntah (Direktur
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011). Domperidone merupakan obat antimuntah (Nugroho, 2012) pemberian
domperidone untuk mengantisipasi terjadinya efek samping zidovudine, flukonazol dan kotrimoksasolsudah tepat
- Duviral® adalah fix dose combination yang mengandung lamivudine dan zidovudine. Antiretroviral NRTI yang menjadi regimen lini pertama infeksi
HIV adalah lamivudine dan zidovudine (Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik dan Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan RI, 2006) pemberian lamivudine dan zidovudne sudah tepat
- Nevirapine adalah antiretroviral NNRTI yang menjadi lini pertama pengobatan infeksi HIV (Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan). Dosis yang dianjurkan adalah 200 mg, 2 kali sehari (Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik dan Ditjen Bina Kefarmasian Dan
Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2006). Pada kasus ini, pasien mendapatkan nevirapine dengan dosis 200 mg, 3 kali sehari pemberian
nevirapine kurang tepat. Dosis berlebih (aktual)
- Meloksikam adalah obat NSAID yang celektif terhadap COX-2 sehingga digunakan untuk mengatasi manifestasi inflamasi berupa vasodilatasi,
edema, dan nyeri (Nugroho, 2012). pemberian meloksikam sudah tepat
- Kepada semua pasien yang dinyatakan positif HIV, kotrimoksasol merupakan terapi profilaksis yang wajib diberikan dengan dosis 960 mg, 1x/hari
(Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2011). Dosis yang diperoleh pasien pada kasus ini adalah 960 mg, 2x/hari
Dosis berlebih (aktual)
- Penggunaan bersama fluconazole dan zidovudine dapat meningkatkan AUC zidovudine (Baxter, 2010)Dosis berlebih (potensial)
- Efek samping umum obat antiretroviral NNRTI adalah hepatotoksisitas dan ruam kemerahan pada kulit, dan obat antiretroviral golongan NRTI adalah
laktat asidosis dan hepatotoksisitas (Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik dan Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen
Kesehatan RI, 2006) Efek samping obat (potensial)
Plan/Recommendation
- Pertimbangkan untuk menurunkan frekuensi pemberian nevirapine menjadi 2 kali sehari
- Pertimbangkan untuk menurunkan frekuensi pemberian kotrimoksasol menjadi 1 kali sehari
- Dibutuhkan monitoring efek toksisitas zidovudine
- Diperlukan monitoring fungsi hati pasien, gejala laktat asidosis dan ruam pada kulit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Lampiran 2.
Nilai rujukan pemeriksaan laboratorium Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Pemeriksaan NilaiRujukan
Hematologi
Hemoglobin
Leukosit
Eritrosit
Hematokrit
Trombosit
13.0-18.0
4.0-11.0
4.5-6.5
40.0-54.0
150-450
Leukosit
Eusinofil
Basofil
Neutrofil
Limfosit
Monosit
0-9.5
0-2.5
35.0-88.7
12.0-44.0
0-11.2
FungsiHati
SGOT
SGPT
0-38.0
0-41.0
FungsiGinjal
Ureum
Kreatinin
10-50
0.7-1.2
Gas Darah
pH
pCO2
pO2
HCO3
O2 saturasi
TCO2
7.350-45.0
35.0-45.0
75.0-100.0
22.0-26.0
96.0-97.0
23.0-27.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Lampiran 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
BIOGRAFI PENULIS
Vincentia Ganesi Madita merupakan putri pertama dari
tiga bersaudara dari pasangan Gregorius Widiartana dan
Maria Lucia Lusi Nilawati yang dilahirkan di Yogyakarta
pada 22 September 1993. Penulis menjalani penddikan di
TK Tarakanita Bumijo Yogyakarta (1998-1999), SD
Tarakanita Bumijo Yogyakarta (1999-2000), SD
Kanisius Demangan Baru Yogyakarta (2000-2005), SMP Stella Duce 1
Yogyakarta (2005-2008), SMA Stella Duce 1 Yogyakarta (2008-2011). Penulis
melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta (20011-2015).
Semasa kuliah penulis aktif di kegiatan donor darah pada tahun 2012, dengan
berperan serta sebagai seksi dana dan usaha, dan pelepasan wisuda pada tahun
2013 sebagai koordinator kesekretariatan. Penulis aktif bergabung dalam anggota
UKF dance DNA Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pada
tahun 2014 penulis mengikuti kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa di bidang
pengadian kepada masyarakat dan mengikuti PIMNAS di Semarang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI