potensi investasi provinsi sulawesi barat 2011

Upload: andik-setiawan

Post on 16-Oct-2015

106 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Buku yang menerangkan dan menjelaskan tentang potensi-potensi investasi di sumbar

TRANSCRIPT

  • Potensi InvestasiProvinsi Sulawesi Barat

    BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

    2011

    BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

    2011

  • KONDISI UMUM

    LETAK DAN LUAS

    Sulawesi Barat secara astronomis terletak

    pada 1188'59"-11955'06 Bujur Timur

    dan 045'59"-0334'01" Lintang Selatan.

    Provinsi ini berada di antara Provinsi

    Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, dan

    Sulawesi Tengah yang disebut sebagai

    posisi "Segi Tiga Emas", karena memiliki

    nilai tambah untuk pengembangan sosial

    ekonomi di masa depan.

    Sulawesi Barat memiliki luas 16.937,16

    km2 yang meliputi 5 kabupaten.

    K a b u p a t e n M a m u j u m e r u p a k a n

    kabupaten terluas yaitu 8.014,06 km2 atau

    47,32 % dari seluruh wilayah Sulawesi

    Barat. Batas wilayah Provinsi Sulawesi

    Barat adalah:

    Sebelah utara : Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah

    Sebelah timur : Kabupaten Tanah Toraja dan Kabupaten Pinrang,

    Provinsi Sulawesi Selatan

    Sebelah selatan : Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi Selatan dan

    Teluk Mandar

    Sebelah barat : Selat Makassar.

    Tabel Pembagian Wilayah Administratif di Provinsi Sulawesi Barat

    KONDISI FISIK

    A.Topografi

    Wilayah Provinsi Sulawesi Barat bervariasi dari datar, berbukit hingga

    bergunung. Wilayah topografi datar sebagian besar berada di Kabupaten

    Polewali Mandar dan Mamuju Utara, sedangkan Mamuju, Majene dan

    Mamasa memiliki topografi berbukit sampai bergunung.

    Terdapat 8 sungai di wilayah Sulawesi Barat, dengan jumlah terbanyak di

    Kabupaten Polewali Mandar yaitu 5 sungai. Dua sungai terpanjang adalah

    No. Kabupaten/Kota Ibu kota

    1 Kabupaten Majene Majene

    2 Kabupaten Mamasa

    Mamasa

    3 Kabupaten Mamuju

    Mamuju

    4 Kabupaten Mamuju Utara

    Pasangkayu

    5 Kabupaten Polewali Mandar

    Polewali

  • Sungai Saddang di wilayah Kabupaten Tanah Toraja, Enrekang, Pinrang

    (masing-masing terdapat di wilayah Sulawesi Selatan), dan Kabupaten

    Polewali Mandar (Polman); dan Sungai Karama di Kabupaten Mamuju.

    Panjang kedua sungai tersebut masing-masing 150 km.

    Selain itu, di provinsi ini juga terdapat 2 gunung dengan ketinggian lebih

    dari 2.500 m. Gunung tertinggi adalah Ganda Dewata dengan ketinggian

    3.074 mdpl yang terletak di wilayah Kabupaten Mamuju Puncak Mandala

    (4.700 m).

    B.Iklim

    Provinsi Sulawesi Barat seperti umumnya

    daerah-daerah lain di Indonesia, memiliki

    iklim dengan dua musim yaitu musim kering

    dan musim hujan. Kelembapan di wilayah ini

    termasuk relatif tinggi yaitu antara 76,5 persen

    hingga 84,2 persen. Pada tahun 2008 suhu

    udara maksimum yang tercatat di Stasiun

    Meteorologi Kabupaten Majene adalah 34,2C, sedangkan suhu udara

    minimum 22,4C. Kecepatan angin hampir di seluruh kabupaten di

    Sulawesi Barat umumnya merata setiap bulannya, yaitu berkisar 5 km/jam

    hingga 14 km/jam.

    C. Jenis Tanah

    Jenis tanah di Provinsi Sulawesi Barat

    didominasi oleh batuan sedimen dari

    berbagai formasi, seperti Formasi

    Latimojong, Formasi Toraja, Anggota

    Rantepao, Formasi Toraja, Formasi Mapi,

    Formasi Mandar (Mamuju), Anggota

    Tapalang, Formasi Mamuju, Batuan

    Gunungapi Adang, Formasi Sekala, Napal

    Pambuang dan Endapan Aluvial dan Pantai.

    Sementara itu, bahan galian non logam yang terdapat di Sulawesi Barat

    adalah dasit, batu gamping, lempung bentonitan, lempung, sirtu, dan zeolit.

    Hasil analisis data sekunder menunjukan adanya batu bara, indikasi emas,

    dan indikasi tembaga. Bahan galian non logam yang terdapat di daerah

    Kabupaten Mamuju adalah andesit porfiri, batugamping granit, lempung,

    marmer, sirtu, mika, dan feldsfar.

    PENGGUNAAN LAHAN

    Pemanfaatan lahan di Provinsi Sulawesi

    Barat terdiri dari pertanian, perkebunan,

    kehutanan, serta perikanan dan kelautan. Di

    provinsi ini terdapat lahan sawah beririgasi

  • teknis dengan luas 11.366 ha, sawah beririgasi setengah teknis 2.813 ha,

    sawah beririgasi non teknis atau sederhana seluas 15.254 ha, dan lahan

    sawah tadah hujan 26.012 ha. Panjang saluran irigasi secara keseluruhan

    29.433 km.

    Sementara itu, lahan palawija seluas 11.441 ha dan lahan hortikultura serta

    sayur-mayur 5.220.363 ha. Hutan di Sulawesi Barat sekitar 1.120.583 ha

    atau 67% dari total luas wilayah provinsi ini. Lahan hutan terdiri dari hutan

    lindung seluas 700.020 ha, hutan terbatas 341.904 ha dan hutan tetap

    78.659 ha. Di samping itu, terdapat areal budidaya rumput laut seluas

    20.337 ha dan areal budidaya tambak seluas 13.662 ha. Lahan perkebunan

    seluas 342.917 ha, terbagi dalam perkebunan rakyat 278.014 ha dan

    perkebunan besar swasta 64.903 ha.

    Tabel Penggunaan Lahan di Provinsi Sulawesi Barat

    KEPENDUDUKAN DAN TENAGA KERJA

    Penduduk Provinsi Sulawesi Barat

    pada tahun 2010 mencapai 969.429

    orang atau 0,44% dari total

    penduduk Indonesia dengan

    k e p a d a t a n p e n d u d u k 5 7 , 7 5

    orang/km2. Dari jumlah tersebut,

    penduduk usia kerja berdasarkan

    pendidikan dan jenis kelamin

    disajikan dalam Tabel berikut.

    Tabel .Angkatan Kerja di Provinsi

    No. Penggunaan Lahan Luas (ha)

    1 Pertanian :

    - Sawah

    -

    Palawija

    -

    Hortikultura

    55.445

    11.441

    5.220.363

    2 Hutan :

    -

    Hutan lindung

    -

    Hutan terbatas

    -

    Hutan tetap

    700.020

    341.904

    78.659

    3 Perkebunan

    -

    Perkebunan rakyat

    - Perkebunan besar swasta

    342.917

    278.014

    64.903

    4 Perikanan dan kelautan

    - Budidaya rumput laut

    - Budidaya tambak

    20.337

    13.662

  • Sulawesi Barat Menurut Pendidikan dan Jenis Kelamin Februari 2011

    Sumber: BPS, Survey Angkatan Kerja Nasional Februari 2011 diolah Pusdatinaker

    PEREKONOMIAN DAERAH

    Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Barat

    tahun 2009 yang diukur dari kenaikan

    Produk Domestik Regional Bruto

    ( P D R B ) m e n i n g k a t s e b e s a r

    6,03%terhadap tahun 2008. Pada tahun

    seluruh sektor ekonomi di Sulawesi

    Barat mengalami pertumbuhan positif,

    dengan pertumbuhan tertinggi di sektor

    pertambangan dan penggalian yang

    tumbuh mencapai 17,62%dan terendah di

    sektor pertanian yang hanya tumbuh 2,90%.

    Besaran PDRB Sulawesi Barat pada tahun 2009 atas dasar harga berlaku

    mencapai Rp 8,671,82 milyar sedangkan atas dasar harga konstan 2000

    mencapai Rp 4,106,02 milyar, sehingga tingkat inflasi pada level harga

    produsen sebesar 5,18%. Sedangkan PDRB per-kapita atas dasar harga

    berlaku pada tahun 2009 mencapai Rp 8,29 juta, lebih tinggi dibandingkan

    dengan tahun 2008 yang sebesar Rp 7,53 juta. Tiga sektor utama pengerak

    ekonomi di Sulawesi Barat adalah sektor pertanian; sektor jasa-jasa; dan

    sektor perdagangan, hotel, dan restoran secara bersama-sama berperan

    sebesar 78,79% tahun 2009. sektor pertanian memberi kontribusi 48,39%,

    sektor jasa-jasa 17,34%, dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran

    13,06%.

    SARANA DAN PRASARANA

    Salah satu fasilitas umum di Provinsi Sulawesi Barat yaitu hotel, yang

    berjumlah enam unit. Hotel-hotel itu adalah Hotel Mamuju Beach, Hotel

    Tipalayo, Hotel Grand Mutiara, Hotel Marannu Golden, dan Hotel

    Srikandi.

    Tabel Jumlah Bangunan Rumah Tempat Tinggal Di Provinsi Sulawesi

    Barat Tahun 2010 :

    PendidikanJenis Kelamin

    JumlahLaki-laki

    Perempuan

    Jumlah 326.756

    247.134 573.890

    SD 183.809

    138.288 322.097

    SMTP 56.731

    43.054 99.785

    SMTA Umum 45.717

    27.323 73.040

    SMTA Kejuruan 19.584 13.240 32.824Diploma I/II/III/Akademi 7.003 12.029 19.032Universitas 13.912 13.200 27.112

  • POTENSI INVESTASI DI PROVINSI SULAWESI BARAT

    Gambar . Peta Sebaran Potensi Investrasi di Provinsi Sulawesi Barat

    BIDANG PANGAN

    A.Kelautan/Perikanan ( tangkap dan budidaya) dan Pengembangan

    Industri Olahan

    Subsektor perikanan dapat menjadi bagian

    usaha yang dapat dipertimbangkan oleh

    i n v e s t o r , k a r e n a p e r k e m b a n g a n

    penangkapan ikan laut sangat terbuka di

    Selat Makassar yang memiliki jumlah dan

    keanekaragaman biota laut ekonomis

    menguntungkan.

    Wilayah pesisir Provinsi Sulawesi Barat sangat potensial untuk

    No.

    Kabupaten

    Jumlah (unit)

    1

    Mamuju

    75.754

    2

    Polewali Mandar

    87.948

    3

    Majene

    31.080

    4 Mamasa 32.119

    5 Mamuju Utara 31.682

    Total 258.583

  • dikembangkan ditinjau dari panjangnya garis pantai provinsi yang

    membentang dari utara ke selatan pantai barat Pulau Sulawesi sepanjang

    639 km. Potensi sumberdaya pesisir ini terdapat di empat kabupaten yakni

    Mamuju Utara, Mamuju (275 km), Majene, dan Kabupaten Polman (89

    km) (RTRW Provinsi Sulbar, 2007).

    Potensi pengembangan perikanan laut terdapat di Kabupaten Mamuju yang

    memiliki bentang garis pantai terpanjang di Provinsi Sulawesi Barat.

    Perikanan tangkap masih mendominasi produksi perikanan Provinsi

    Sulawesi Barat dengan produksi (2008) sebesar 36.088 ton, sedangkan

    produksi perikanan tambak sebesar 14.323 ton dan hasil perikanan darat

    sebesar 49.778 ton. Potensi perikanan yang begitu besar perlu untuk

    dipertahankan kelangsungannya sehingga dapat ditingkatkan produksinya

    tanpa mengganggu keseimbangan ekologis.

    Pengelolaan budidaya tambak dilakukan pada areal sekitar wilayah pantai

    yang landai. Produksi perikanan tambak dan perikanan darat Provinsi

    Sulawesi Barat tahun 2009 masing-masing mencapai 14.323 ton dan

    49.778 ton, menunjukkan bahwa budidaya perikanan tambak sangat

    potensil untuk dikembangkan di sini.

    Kawasan-kawasan pengembangan pertambakan rakyat yang telah ada

    perlu ditingkatkan sistem prasarana pendukungnya seperti akses jalan ke

    lokasi pertambakan dan penyediaan sarana saluran irigasi dan drainase.

    Pengembangan pertambakan banyak terdapat di DAS Mapilli, Malunda,

    Mamuju, Budong Budong, Karossa dan DAS Lariang. Pengembangan

    wilayah pertambakan di sepanjang jalur pantai adalah untuk memanfaatkan

    lahan-lahan pantai di mana memungkinkan untuk pertambakan.

    B.Pengolahan Industri Turunan Rumput Laut di Majene

    Air laut yang berpotensi rumput laut

    dan kerambah apung, terdapat pada

    pemetaaan kita sekitar 20.300 hektar.

    Kemudian pada budidaya air payau

    terdapat sekitar 30.000 hektar,

    sedangkan untuk air tawar itu terdapat

    sekitar 25.000 hektar. Namun

    demikian, pengelolaan budidaya ini

    masih sangat minim, yaitu baru sekitar

    9% saja.

    Rumput laut akan bernilai ekonomis

    setelah mendapat penanganan lebih

    lanjut. Pada umumnya penanganan pascapanen rumput laut oleh petani di

    Majene hanya sampai pada pengeringan saja. Rumput laut kering masih

    merupakan bahan baku yang harus diolah lagi. Pengolahan rumput laut

    kering dapat menghasilkan agar-agar, keraginan atau algin tergantung

    kandungan yang terdapat di dalam rumput laut. Pengolahan ini kebanyakan

  • dilakukan oleh pabrik namun sebenarnya dapat juga oleh petani. Melalui

    pengolahan tersebut maka akan dapat berkontribusi dalam meningkatkan

    pendapatan daerah.

    C.Pengembangan Industri Turunan CPO

    Hasil perkebunan seperti minyak sawit (CPO) yang pada tahun 2008

    mencapai sebesar 186.607 ton dari tahun 2007 sebesar 171.412 ton, dan

    untuk biji sawit pada tahun 2008 mencapai 31.484 ton dari tahun

    sebelumnya sebesar 42.102 ton.

    D.Pengembangan Industri Turunan Komoditas Pertanian (padi,

    jagung, kacang hijau, kedele, kacang tanah, ubi kayu, jeruk)

    Provinsi Sulawesi Barat yang

    memiliki keunggulan komparatif

    melalui pengusahaan komoditas

    perkebunan kakao, kelapa sawit,

    kopi, jeruk, serta komoditas lainnya.

    Transformasi sektoral sangat

    d i h a r a p k a n s e j a l a n d e n g a n

    keunggulan komparatif tersebut.

    Industri pengolahan produk kakao, industri minyak goreng (CPO), industri

    produk bahan bakar dan turunannya, industri kopi olahan, industri

    minuman markisa, maupun industri minuman jeruk dapat menjadi industri-

    industri yang menarik minat investor. Hadirnya investor sangat dibutuhkan

    karena rendahnya pembentukan modal pada ruang lingkup lokal.

    Tabel .Luas Lahan dan Komoditas Unggulan Provinsi Sulawesi Barat

    Komoditas Luas (ha) di Kabupaten: Total

    Sulbar (ha)Mamuju Matra Polman Majene Mamasa

    Kakao 100.515 29.471 44.318 6.239 17.461 198.003

    Sawit 60.231 51.736 - - - 111.967

    Kelapa 13.540 9.399 799 3.144 - 26.881

    Jeruk dan/atau Kakao

    57.749 39.813 -

    -

    - 97.562

    Kelapa dan/atau Kakao

    14.785 1.456 4.566 12.924 - 33.731

    Kopi Arabika, Teh,

    Hortikultura Dataran

    Tinggi

    17.003 4.720 1.032 1.318 20.833 44.906

    Hortikultura/Sayuran

    Dataran Tinggi

    -

    -

    -

    -

    5.684 5.684

    Sawah (padi sawah)

    4.228 11.182 18.818 -

    - 34.228

    Sawah (padi-

    palawija/tanaman

    pangan)

    31.157 17.350 3.716 2.462 - 54.685

    Pertanian tanaman

    pangan lahan kering dan

    peternakan

    7.647 839 21.117 4.047 294 33.944

    Tambak (ikan dan

    udang)

    3.342 4.347 3.970 310 - 11.969

    Kawasan lindung dan

    Kawasan budidaya

    nonkomoditas

    476.245 119.245 86.598 61.229 273.010 1.016.327

  • Sumber: RTRW Sulbar 2008-2007.

    E.Pengembangan Peternakan (ternak besar, kecil dan unggas) dan

    Industri Pengolahan

    Permintaan kulit sebagai bahan baku

    aneka kerajianan bahan asesoris

    pakaian memilki kecenderungan yang

    terus meningkat. Ada beberapa

    pengrajin kulit misalnya, terpaksa

    gulung t ikar karena kesul i tan

    memperoleh kulit sebagai bahan baku

    usahanya.

    Penungkatan jumlah ternak yang dipelihara diharapkan secara nyata akan

    meningkatkan pendapatan. Di samping itu, dengan skala usaha yang

    optimum sesuai dengan daya dukung alam dan kemapuan petani,

    diharapkan dapat merubah sikap petani terhadap tipologi usahatani dari

    yang han ya usaha sambilan menjadi suatu cabang usaha maupun usaha

    pokok, sehingga dapat menghidupkan keluarga petani.

    Memelihara hewan ternak salah satunya sapi potong sangat

    menguntungkan, karena tidak hanya menghasilkan daging dan susu, tetapi

    juga menghasilkan pupuk kandang dan sebagai tenaga kerja . sapi juga

    dapat digunakan menarik gerobak, kotoran sapi juga mempunyai nilai

    ekonomis, karena termasuk pupuk organik yang dibutuhkan oleh semua

    jenis tumbuhan.

    BIDANG ENERGI

    A. Pengembangan Energi Biomassa Kelapa

    Kementrian Kehutanan (Kemenhut) merealisasikan minat investasi

    perusahaan asal Korea Selatan (Korsel) di bidang kehutanan untuk

    pengembangan energi biomassa (wood pellet energy) dengan permintaan

    lahan Hutan Tanaman Industri (HTI) seluas 200 ribu hektare di Sulawesi

    Barat (Sulbar).

    B. Pengembangan Industri Turunan Bahan Galian C

    Bahan galian nonlogam yang terdapat di Sulawesi Barat adalah dasit,

    batugamping, lempung bentonitan, lempung, sirtu, dan zeolit. Hasil

    analisis data sekunder menunjukan adanya batu bara, indikasi emas, dan

    indikasi tembaga. Bahan galian nonlogam yang terdapat di daerah

    Kabupaten Mamuju adalah andesit porfiri, batu gamping, granit, lempung,

    marmer, sirtu, mika, dan feldspar.

    C. Industri Turunan Minyak Bumi dan Gas

  • Potensi minyak dan gas bumi di Provinsi Sulawesi Barat terindikasi pada

    pesisir pantai barat Selat Makassar yang berada pada wilayah Kabupaten

    Polman, Majene, Mamuju, dan Mamuju Utara. Sedangkan yang berada

    pada wilayah daratan terdapat di Kabupaten Mamuju dan Mamuju Utara.

    Telah ada 7 perusahaan migas (9 blok) yang telah melakukan aktivitas dan

    sampai saat ini masih dalam survei seismik hingga tahap eksplorasi

    pengeboran. Adapun perusahaan migas tersebut masing-masing adalah

    Exxon Mobile, Pearl Oil, Marathon International, Conoco Philips, Statoil

    Hydro, Tately, Ptt EP Thailand.

    Potensi energi listrik di Provinsi Sulawesi Barat, baik energi tak terbarukan

    seperti minyak bumi, batu bara dan panas bumi maupun energi terbarukan

    seperti energi air, surya, angin, ombak dan biomassa belum dimanfaatkan

    secara optimal. Sementara itu, potensi air yang dapat dimanfaatkan untuk

    membangun pembangkit listrik antara lain adalah potensi air PLTA dengan

    kapasitas sebesar 5.095 MW (dari berbagai sungai besar). Khusus untuk

    Sungai Karama potensi air untuk PLTA memiliki kapasitas 1.850 MW

    untuk pembangunan tiga tahap. Potensi air untuk PLTM dengan kapasitas

    sebesar 67.709 MW dan potensi air untuk PLTMH terdapat 140 desa yang

    memiliki potensi air dan 40 desa yang sudah dialiri listrik dengan PLTMH

    dan potensi air sebagai pembangkit listrik efektif dikembangkan pada desa-

    desa terpencil yang jauh dari jangkauan listrik PLN.

    BIDANG INFRASTRUKTUR

    Untuk mendukung sektor industri pengolahan, pemerintah provinsi dan

    kabupaten di Sulawesi Barat perlu mempersiapkan platform yang cukup

    bagi investasi di daerahnya masing-masing. Untuk menciptakan iklim

    investasi yang baik yang dapat mendorong terjadinya investasi skala besar,

    maka ketersediaan infrastruktur di daerah perlu menjadi prioritas kebijakan

    baik oleh pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten.

    Perkembangan angkutan darat untuk penumpang, barang dan hasil

    pertanian, perkebunan dari berbagai daerah di Sulawesi Selatan mengalami

    pertumbuhan yang cukup pesat. Hal ini disebabkan karena kondisi jalan di

    Kabupaten Mamuju yang merupakan jalur Trans Sulawesi keadaannya

    semakin membaik. Jaringan jalan sepanjang 1.631,62 km yang terdiri atas

    jalan negara sepanjang 372 km, jalan provinsi sepanjang 150,6 km dan

    jalan kabupaten antarkota dalam provinsi maupun antarkota luar provinsi

    setiap saat melintasi daerah ini sepanjang 1.109,09 km.

    Kondisi jalan di Kabupaten Mamuju terdiri dari jalan kondisi baik

    sepanjang 476,73 km, kondisi sedang sepanjang 474,99 km dan rusak

    sepanjang 310,49 km. Sarana dan prasarana perhubungan darat seperti

    mobil angkutan penumpang dan barang cukup mendukung kelancaran arus

    penumpang dan barang. Sarana tersebut menghubungkan kota-kota di

    Provinsi Sulawesi Barat dengan Provinsi Sulawesi Selatan serta Sulawesi

    Tengah. Prasarana pendukung berupa terminal induk juga telah tersedia

  • demikian pula terminal lokal yang terdapat di beberapa kecamatan dalam

    wilayah Kabupaten Mamuju.

    Di samping itu, kesibukan di Bandara Tampa Padang, Kecamatan Kalukku

    akan bertambah ramai dengan dibukanya rute penerbangan Makassar-

    Mamuju-Balikpapan setiap hari p.p mulai 1 Juli 2009. Pada tahun 2011,

    bukan lagi hanya pesawat berbadan kecil yang dapat mendarat di Bandar

    Tampa Padang Mamuju. Melalui adanya penambahan landasan pacu

    (runway) bandara, pesawat Boeing 737 serta pesawat Fokker juga layak

    beroperasi melayani jasa penerbangan dari dan ke Mamuju.

    Kabupaten Mamuju memiliki posisi strategis karena berbatasan langsung

    dengan Selat Makassar yang merupakan jalur lalu lintas pelayaran menuju

    Pulau Kalimantan, Jawa, dan Bali. Sarana perhubungan laut di Kabupaten

    Mamuju berupa pelabuhan, seperti pelabuhan Ferry yang terletak di

    Kecamatan Simboro dan kepulauan. Pelabuhan ini melayani angkutan

    penumpang dan barang untuk rute Mamuju-Balikpapan yang dilayani oleh

    2 (dua) perusahaan angkutan dengan frekuensi pelayaran setiap hari.

    Di samping itu juga terdapat Pelabuhan Samudra Belang-Belang yang

    terletak di Desa Belang-Belang, Kecamatan Kalukku yang berjarak sekitar

    40 km dari Kota Mamuju. Pelabuhan ini pada waktu yang lalu disinggahi

    oleh Kapal Pelni "KM Awu" yang melayani rute pelayanan Mamuju-

    Balikpapan-Surabaya, namun saat ini pelabuhan ini banyak dimanfaatkan

    oleh kapal kayu dengan rute Mamuju-Balikpapan untuk angkutan barang

    berupa hasil bumi. Selain itu juga terdapat Pelabuhan Mamuju yang

    letaknya di pusat Kota Mamuju, Pelabuhan ini banyak difungsikan oleh

    nelayan dan sesekali disinggahi kapal perintis antarpulau.

  • Potensi Investasi

  • BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

    2011

    BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

    2011