presentasi organologam
DESCRIPTION
yesTRANSCRIPT
Tugas kelompok
Kegunaan senyawa organologam
Disusun oleh:
Kel 4:
Diski rahman hakim
Elvarida susanti
Lelani
Selvia amir
Helvitiasuri
Linda lismawati
Mary rumiris.S
Arvirano amenda
Rianova siboro
Rudi rahmadi
Dosen pembimbing:
Drs. Emrizal Mahidin Tambusai, M. Si
Halida Sophia, M. Si
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2012
1
Kegunaan Senyawa Organologam
Kompleks etilena platina
kompleks etilena platina yang disebut dengan garam Zeise, K[PtCl3(C2H4)],
tetrakarbonilnikel, Ni(CO)4, dan pentakarboniliron, Fe(CO)5, yang kini
diklasifikasikan senyawa organologam, telah dipreparasi di abad ke-19, ikatan dan
strukturnya waktu itu belum dikeahui. Riset W. Hieber dkk pada senyawa karbonil
logam merupakan penanda penting di tahun 1930-an, tetapi hasil-hasil studi ini sangat
terbatas karena analisis struktur yang belum berkembang pada waktu itu.
Penemuan ferosen, Fe(C5H5)2, di tahun 1951 merupakan fenomena penting
dalam kimia organologam. Modus ikatan yang sangat unik dalam senyawa ini
menjadi sangat jelas terlihat dengan hasil analisis struktural kristal tunggal sinar-X,
spektrum NMR, spektrum IR, dsb; dan merupakan titik awal perkembangan
selanjutnya di bidang ini. Merupakan penemuan besar bahwa ferosen menunjukkan
kestabilan termal yang tinggi walaupun ada anggapan umum ikatan logam transisi-
karbon akan sangat tidak stabil. Namun dengan jelas ditunjukkan bahwa senyawa ini
memiliki struktur berlapis dengan lima atom karbon gugus siklopentadienil terikat
secara simultan pada atom besi.
Ikatan ligan hidrokarbon akhirnya ditemukan satu demi satu, aplikasi industri
senyawa organologam logam transisi meningkat dengan penemuan katalis
polimerisasi olefin (katalis Ziegler), katalis hidrogenasi homogen (katalis Wilkinson),
dan katalis sintetik asimetrik. Hadiah Nobel dianugerahkan pada Ziegler dan Natta
(1963), E. O. Fischer, dan G. Wilkinson (1973) sebagai penghargaan atas pentingnya
penemuan-penemuan ini. Berdasarkan definisi, dalam senyawa organologam, paling
tidak ada satu ikatan logam-karbon, tetapi kompleks CN dan sebagainya biasanya
dianggap bukan senyawa organologam. Senyawa logam karbonil merupakan senyawa
organologam; dalam berbagai aspek ikatan, struktur dan reaksi, dan senyawa-
senyawa ini merupakan sistem model yang baik untuk memahami esensi kimia
organologam logam transisi.
2
A. Senyawa karbonil logam
Senyawa karbonil logam yang terdiri atas logam dan ligan CO biasanya
dipreparasi dengan reaksi langsung serbuk logam yang kereaktifannya tinggi dengan
karbon monoksida, atau dengan reduksi garam logam ke valensi nol diikuti dengan
reaksi dengan karbon monoksida tekanan tinggi. Namun, tetrakarbonilnikel,
ditemukan pertamakali di akhir abad 19, terbentuk dengan reaksi logam nikel dan
karbon monoksida pada suhu kamar dan tekanan atmosfer. Preparasi senyawa
karbonil logam yang lain, di pihak lain memerlukan suhu dan tekanan tinggi.
Senyawa karbonil logam mononuklir memiliki struktur koordinasi polihedral
yang bersimetri tinggi. Kromium, molibdenum, dan tungsten heksakarbonil, M(CO)6,
mempunyai struktur oktahedral reguler, penta-koordinat pentakarbonilbesi, Fe(CO)5,
berstruktur segitiga bipiramid, dan tetrakarbonilnikel, Ni(CO)4, memiliki koordinasi
tetrahedral reguler (Gambar 6.14). Atom karbon ligan karbonil berkoordinasi dengan
logam, dan lingkungan CO berorientasi searah dengan sumbu logam-karbon.
Karbonil logam binuklir Mn2(CO)10 memiliki ikatan Mn-Mn yang menghubungkan
dua piramida bujur sangkar Mn(CO)5. Dalam Fe2(CO)9, dua sub satuan Fe(CO)3
dijembatani tiga ligan CO, dan dalam Co2(CO)8, dua satuan Co(CO)3 digubungkan
dengan tiga jembatan CO dan sebuah ikatan Co-Co.
3
B. Donasi balik
Senyawa karbonil logam terdiri dari karbon monoksida yang terkoordinasi
pada logam bervalensi nol. Untuk waktu yang lama, orang tidak dapat menjelaskan
mengapa ikatan semacam itu mungkin terjadi, dan apalagi ikatannya stabil.
Kepercayaan bahwa ikatan koordinasi normal dibentuk dengan donasi elektron dari
ligan yang sangat basa kepada logam merupakan dasar teori koordinasi A. Werner.
Karena kebasaan karbon monoksida sangat rendah ikatan logam-karbon biasanya
tidak stabil, oleh karena itu penjeasan yang cocok untuk kestabilan senyawa karbonil
logam perlu dicari. Bila bentuk dan simetri orbital d logam dan orbital π (anti ikatan)
CO untuk ikatan karbon-oksigen bond cocok untuk tumpang tindih, interaksi ikatan
antara logam dan karbon diharapkan dapat dibentuk. Skema ikatannya ditunjukkan di
Gambar 6.15 berdasarkan pandangan ini. Mekanisme elektron didonasikan ke orbital
π* karbon monoksida yang kosong dari orbital d logam disebut donasi balik. Karena
akumulasi elektron yang terlalu banyak dalam logam yang berbilangan oksidasi
rendah dihindari, donasi balik menghasilkan stabilisasi ikatan M-C.
Peningkatan dalam orde ikatan logam-karbon direfleksikan dalam peningkatan
frekuensi ulur M-C dan penurunan frekuensi ulur C-O dalam spektrum vibrasinya.
Spektrum IR sangat bermanfaat sebab frekuensi karbonil sangat mudah dideteksi.
Penurunan bilangan oksidasi logam dengan aliran muatan negatif dari ligan yang
terkoordinasi tercerminkan dalam penurunan frekuensi ulur C-O.
4
Kompleks Hidrokarbon
Senyawa organologam adalah senyawa yang memiliki ikatan logam-karbon,
dan antara satu sampai delapan atom karbon dalam ligan hidrokarbon terikat ke
logam. Haptisitas mendeskripsikan jumlah atom dalam ligan yang mempunyai
interaksi koordinatif dengan logamnya dan jumlah ini ditambahkan ke simbol η.
Sebagai contoh η5 (pentahapto)-siklopentadienil (Tabel 6.5). Sebuah ligan yang
mendonasikan sejumlah bilangan ganjil elektron pada logam secara formal adalah
radikal dan radikal akan distabilkan dengan ikatannya pada logam. Sebuah ligan yang
mendonasikan sejumlah genap elektron pada logam biasanya molekul netral dan ligan
ini stabil bahkan tanpa dengan terikat pada logam. Ligan karben atau karbin
merupakan kekecualian. Rumus kimia senyawa organologam diungkapkan dalam
banyak kasus dengan menggunakan kurung siku [ ] seperti untuk senyawa kompleks,
dan dalam buku ini akan diikuti konvensi ini.
Ligan Alkil
Senyawa logam transisi alkil atau aril memiliki ikatan M-C tunggal. Walaupun telah
banyak usaha dilakukan untuk mencoba mempreparasi senyawa ini, isolasi senyawa
alkil dan aril logam transisi selalu menemui kegagalan. Baru tahun 1950 senyawa
kompleks alkil yang stabil dapat diisolasi. Cp2ZrCl(Pr),
WMe6,CpFeMe(CO)2,CoMe(py)(dmg)2,(dmg=dimetilglooksimato), IrCl(X)(Et)(CO)
(PPh3)2, NiEt2(bipy), PtCl(Et)(PEt3)2 merupakan senyawa-senyawa khas alkil logam.
5
Dari berbagai proses sintesis yang dikembangkan selama ini, reaksi senyawa yang
mengandung ikatan M-halogen dengan senyawa alkil logam golongan utama, seperti
reagen Grignard atau senyawa organolitium, merupakan rute sintesis yang umum.
Khususnya vitamin B12, yang karena menentukan struktur ini D. Hodgkin (hadiah
Nobel 1964) diketahui memiliki ikatan Co-C yang sangat stabil. Senyawa alkil
logam yang hanya memiliki ligan alkil seperti WMe6, disebut alkil homoleptik.
Secara perlahan kemudian diterima pendapat bahwa penyebab utama
ketakstabilan kompleks alkil adalah rendahnya energi aktivasi dekomposisinya bukan
karena rendahnya energi ikatan M-C. Rute dekomposisi yang paling umum adalah
eliminasi β. Yakni interaksi ligan hidrokarbon dan logam cenderung menghasilkan
hidrida logam dan olefin. Interaksi semacam ini disebut dengan interaksi agostik.
Walaupun ligan alkil dan aril adalah ligan 1-elektron, alkil dan aril dianggap anion
bila bilangan oksidasi logamnya dihitung. Dalam hal ini ligan hidrida, H, mirip
dengan ligan alkil.
Kompleks alil π
Bila suatu gugus alil, CH2=CH-CH2-, diikat pada logam melalui atom karbon,
alil ini akan merupakan ligan 1 elektron mirip dengan alkil. Bila ikatan rangkapnya
terdelokalisasi, tiga atom karbon akan terikat pada logam secara serentak sebagai
ligan 3 elektron. Jadi, ini juga merupakan ligan berelektron ganjil dan secara formal
berupa anion dan distabilkan dengan berkoordinasi dengan logam. Pd(C3H5)(Ac)
(PPh3), Co(C3H5), dsb adalah contoh-contoh yang dikenal baik. Karena modus
koordinasi η1, η2, dan η3 mungkin terjadi dalam reaksi katalisis senyawa hidrokarbon
tak jenuh, berbagai reaksi dapat terjadi.
6