profesionalisme guru pada film taare zameen...
TRANSCRIPT
PROFESIONALISME GURU PADA FILM TAARE ZAMEEN PAR
Skripsi ini Diajukan Sebagai Syarat Melakukan Kewajiban Studi Strata Satu
Program Studi Pendidikan Agama Islam
Ade Firda Mas’ud
(1111011000082)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2016 M / 1437 H
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Profesionalisme Guru Pada Film Taare Zameen Par disusun
oleh Ade Firda Mas’ud, NIM. 1111011000082, Jurusan Pendidikan Agama
Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya
ilmiah yang berhak untuk diujikan pada siding munaqasah sesuai ketentuan yang
ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 13 April 2016
Yang mengesahkan,
i
ABSTRAK
Ade Firda Mas’ud, NIM 1111011000082. Profesionalisme dan Kompetensi
Guru pada Film Taare Zameen Par Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profesionalisme dan kompetensi
guru pada film Taare Zameen Par. Subjek penelitian ini dilakukan pada film
Taare Zameen Par. Penelitian dapat memberikan manfaat, yaitu untuk
memperkaya khazanah keilmuan bagi para pendidik.
Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah Library research (penelitian
kepustakaan) yakni suatu jenis penelitian yang mengacu pada khazanah
kepustakaan seperti buku-buku, artikel, atau dokumen-dokumen lainnya. Teknik
pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan metode observasi dan
dokumentasi. Dalam melakukan analisis terhadap penelitian ini metode yang
digunakan adalah metode deskriptif. Yaitu dengan cara membahas objek
penelitian secara apa adanya berdasarkan data-data yang diperoleh.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa profesionalisme dan kompetensi guru
yang ada pada film Taare Zameen Par terlihat jelas kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional dimiliki
oleh guru. Sehingga guru mampu memberikan motivasi yang baik kepada peserta
didik.
Kata kunci: Profesionalisme, Kompetensi guru
ii
ABSTRACT
Ade Firda Mas'ud, NIM 1111011000082. The Professionalism and
competence in the film Taare Zameen Par Thesis Department of Islamic
Religious Education, Faculty of Tarbiya and Teaching, Syarif Hidayatullah State
Islamic University Jakarta.
This study aims to determine the professionalism and competence of teachers in
the film Taare Zameen Par. This research subject in the film Taare Zameen Par.
Research can provide benefits, which is to enrich the wealth of knowledge for
educators.
The type of research is library research (library research) which is a type of
research that refers to the treasury of literature such as books, articles, or other
documents. Data collection techniques in this study conducted by the method of
observation and documentation. In an analysis of this research method used is
descriptive method. That is by discussing the research object as it is based on the
data obtained.
The results showed that the professionalism and competence of teachers that
exist in the film Taare Zameen Par obvious pedagogical competence, personal
competence, social competence, and professional competence possessed by the
teachers. So that teachers are able to provide a good motivation to learners.
Keywords: Professionalism, competence teacher
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah yang mendalam pada Allah SWT, yang
telah melimpahkan rahmat, taufik hidayah serta inayah-Nya sehingga penulisan
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpahkan pada Nabi Muhammad SAW, yang telah mengajarkan kebaikan
sebagai petunjuk umat kepada cahaya kebenaran yang diridhoi Allah, dan kepada
keluarga, sahabat dan pengikutnya yaitu orang-orang yang membawa ke arah
kebesaran Islam dan yang telah mempertahankan pendidikan Al-Qur’an sampai
kiamat.
Berbagai hal, tantangan, kesulitan, telah penulis lalui dalam proses
penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari masih sangat banyak kekurangan
dalam penulisan ini dan masih jauh dari kata sempurna sebagaimana yang
diharapkan. Namun Berkat, petunjuk, pertolongan dan rahmat dari Allah SWT,
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, secara khusus
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku dekan fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan.
2. Dr. H. Abdul Majid Khon dan Hj. Marhamah Saleh, Lc, MA, selaku Ketua
dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.
3. Prof. Dr. Armai Arief, M.Ag, selaku dosen pembimbing skripsi yang sabar
membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Fauzan, MA, selaku dosen penasehat akademik yang telah mengarahkan
penulis semasa kuliah.
5. Para dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan ilmu yang sangat
bermanfaat hingga penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
6. Kedua orang tua penulis, Ayahanda tercinta Alm. Drs. Mas’ud dan Ummi
tercinta Umyanah yang telah merawat, mendidik putra-putrinya dengan tulus,
ikhlas serta membimbing, memotivasi dan mendo’akan penulis dalam
menempuh langkah hidup didunia ini.
7. Adik-adik penulis yang sangat penulis sayangi. Dhihya Fajri, Fathurrahman
Jamil dan Khoirunnisa Sa’baniyyah. Terima kasih atas motivasi dan
bantuannya kepada penulis sehingga penulis dapat lebih semangat dalam
menyelasaikan studi ini.
8. Kanda terkasih Choirul Umam, S.IK, terima kasih support, kesabaran
menunggu dan pertanyaannya untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
9. Untuk sahabat-sahabat tercinta penulis Atik Ulfah Adawiyah, Mustika
Wenny, Syifa Aulia, Ima Malia, Desni Purwanti, Resty Wahyu Susanti,
Rif’ah Awaliyah, Uswatun Hasanah, Choirul Imam, Yazid Awlawi, Ka dede,
Nila, Fanny Mutiah Sari, Abdi Wina Utami yang telah memotivasi dan
memberi semangat kepada penulis.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Jakarta, 12 April 2016
Penulis
Ade Firda Mas’ud
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING
SURAT PERNYATAN KARYA SENDIRI
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
ABSTRAK ...................................................................................................................... …….i
ABSTRACT .................................................................................................................... ……ii
KATA PENGANTAR .................................................................................................... …...iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... …...vi
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................................ ……1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................. ……1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................................ ……6
C. Pembatasan Masalah ....................................................................................... ……7
D. Perumusan Masalah ......................................................................................... ……7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................................ ……7
BAB II : KERANGKA TEORI .................................................................................... ……9
A. Profesionalisme dan Kompetensi Guru ............................................................ ……9
B. Syarat Profesionalisme Guru ............................................................................ …...12
C. Macam-Macam Kompetensi Guru ................................................................... …...13
D. Pendidikan ........................................................................................................ …...17
E. Tinjauan Tentang Film........................................................................................... 19
F. Hasil Penelitian Yang Relevan ............................................................................. 21
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ……………………………………………….24
A. Waktu Penelitian .............................................................................................. …...24
B. Sumber Penelitian............................................................................................. …...24
C. Prosedur Penelitian ........................................................................................... …...24
D. Metode Penelitian ............................................................................................. …...25
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................... 25
F. Teknik Analisis Data ............................................................................................. 26
G. Pedoman Penulisan ................................................................................................ 27
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................ …...28
A. Deskripsi Film .................................................................................................. …...28
1. Profil Film ........................................................................................................ 28
2. Sinopsis Film .................................................................................................. 28
3. Pemain dalam Film Taare Zameen Par ........................................................... 32
4. Penghargaan Film Taare Zameen Par ............................................................ 33
B. Temuan Penelitian dan Pembahasan Profesionalisme dan Kompetensi Guru Yang
Ada Pada Film Taare Zameen Par ................................................................... …...34
1. Kompetensi Profesional ................................................................................... 36
2. Kompetensi Sosial ........................................................................................... 39
3. Kompetensi Pedagogik ................................................................................... 46
4. Kompetensi Kepribadian ................................................................................ 53
BAB V : PENUTUP ........................................................................................................ .…..58
A. Kesimpulan ...................................................................................................... …...58
B. Implikasi .......................................................................................................... …...58
C. Saran ................................................................................................................ …...60
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... …...61
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakangMasalah
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun
2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
Untuk memenuhi kebutuhan akanpendidikan tersebut manusia memasuki
dunia pendidikan melalui proses belajar, dalam proses tersebut muncul
pengaruh yang dapat membawa perubahan sikapatas manusia yang
dipengaruhinya. Seiring dengan pengembangan ilmupengetahuan dan
teknologi menurut setiap orang untuk membekali dirinya lebihbaik sehingga
mampu membekali diri dengan perkembangan yang ada. Salah satu carauntuk
membekali diri adalah dengan pendidikan, baik formal maupun non formal.
Melalui pendidikan yang terstruktur seseorang akan memiliki
dayapemikiran yang berbeda dari sejak pendidikan dasar, menengah
sampaiperguruan tinggi. Begitupun pengaruhnya pada peserta didik yang
memiliki orang tua berlatar belakang pendidikan formal mereka pastimemiliki
sikap, moral dan perilaku yang berbeda dalam kehidupan keseharian termasuk
pendidikan dirumah untuk keluarganya.
2
Sekolah adalah suatu lembaga profesional. Sekolah bertujuan membentuk
peserta didik menjadi manusia dewasa yang berkepribadian matang dan
tangguh, yang dapat dipertanggung jawabkan dan bertanggung jawab terhadap
masyarakat dan terhadap dirinya. 1
Setiap peserta didik memiliki keterampilan yang unik, kemampuan dan
impian. cepat atau lambat mereka semua akan belajar, namun dengan
kecepatannya masing-masing. Every child is special. Seperti yang ada di
dalam Al-Qur’an. Manusia adalah ciptaan Allah yang sebaik-baiknya, Firman
Allah: “Telah Kami ciptakan dalam bentuk
sebaik-baiknya. (QS At-Tin 95: 4).2 Maka ketika ada peserta didik yang
mempunyai kendala dalam keterlambatan berpikir dari peserta didik seusianya
jangan di marahi. Arahkan mereka sesuai bidang yang mereka sukai, karena
itu akan menjadi kunci keberhasilan membimbing peserta didik.
Guru profesional akan dapat menyelenggarakan proses pembelajaran,
penilaian dan pemilihan model pembelajaran yang tepat dan menyenangkan
bagi peserta didik dan guru, sehingga dapat mendorong tumbuhnya
kreativitas, minat dan partisipasi belajar pada diri peserta didik.3
Jadi guru profesional bukan hanya sekedar memberikan pelajaran saja
akan tetapi harus dapat menyelenggarakan, penilaian dan pemilihan model
yang tepat dan menyenangkan agar peserta didik nyaman dan mudah
menerima pelajaran. Seperti yang ada di Film Taare Zameen Par ini terlihat
jelas perbedaan guru yang hanya sekedar memberikan pelajaran tanpa proses
memilih model pelajaran yang tepat dengan guru yang meyiapkan memilih
model pelajaran yang tapat serta menyenangkan untuk peserta didik.
Teliti saat bekerja merupakan salah satu ciri profesionalitas. Demikian
juga Al-Qur’an menuntut kita agar bekerja dengan penuh kesungguhan, apik,
ulet dan bukan asal jadi. Dalam QS. Al-An’am (6): 135 dinyatakan:
1Oemar Hamalik, PENDIDIKAN GURU Berdasarkan Pendekatan Kompetensi (Jakarta: PT. Bumi
Aksara), h. 6. 2 Muhamad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional (Yogyakarta: Prisma Sophie), h. 49.
3 Pupuh Fathurrohman dan Aa Suryana, Guru Profesional (Bandung: PT. Refika Aditama), Cet. 1,
h. 40.
3
Katakanlah: “Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu,
sesungguhnya aku pun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui,
siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik di dunia
ini. Sesungguhnya, orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan
keberuntungan.”4
Melihat penjelasan diatas penulis menyimpulkan ketika seorang guru
sudah memiliki sifat profesional maka dia akan mengetahui dan menguasai
kompetensi guru sehingga dapat langsung di aplikasikan di lingkungannya.
Dan guru yang sudah memiliki profesionalitas tinggi dia akan mengerjakan
tugasnya dengan penuh kesungguhan serta memiliki rasa tanggung jawab
dengan apa yang dia telah kerjakan.
Walaupun kedudukan guru sangat strategis dalam sistem pendidikan
nasional dan karenanya pembinaan profesioanlisme guru penting untuk
dilakukan secara terus-menerus baik oleh guru itu sendiri, organisasi profesi
guru, pemerintahan, dan pemimpin lembaga pendidikan dimana guru
berkiprah, namun kenyataannya sampai saat ini masih terdapat guru yang
kemampuan profesionalnya belum sesuai dengan standar minimal yang
diharapkan.
Seorang guru harus mengembangkan kompetensinya melalui belajar. Dan
pembelajaran untuk menjadi seorang guru yang profesional bukan hanya dari
buku-buku saja, namun bisa dari berbagai macam sumber. Salah satunya
pembelajaran dari makna Film edukasi. Film bisa dijadikan sebagai potret
kehidupan masyarakat yang bisa dijadikan panutan dalam kehidupan sehari-
hari.
Perkembangan film di dunia saat ini merupakan suatu perkembangan
yang pesat,Profesionalisme berkembang sesuai dengan kemajuan masyarakat
4 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan Dan Sumber Belajar Teori Dan
Praktik (Jakarta: Kencana, 2011), cet.1, h. 1
4
modern. Hal ini menuntut beraneka ragam spesialisasi yang sangat diperlukan
daalam masyarakat yang semakin kompleks.
“Film adalah alat yang ampuh sekali di tangan orang yang
mempergunakannya secara efektif untuk sesuatu maksud terutama sekali
terhadap masyarakat kebanyakan dan juga anak-anak yang memang lebih
banyak menggunakan aspek rasionalitasnya. Itulah rahasia sukses sebuah
film yang sanggup mendobrak pertahanan rasionalitas dan langsung bicara
ke dalam hati sanubari penonton secara meyakinkan.”5
Film berunsur pendidikan sudah banyak di dunia. Salah satu film yang
mendidik dan bermanfaat adalah film India yang berjudul Taare Zameen Par,
film yang diangkat dari kisah nyata. Layaknya film India pada umumnya,
film ini juga disertai beberapa lagu yang menjadi penguat alur cerita film ini.
Film ini dibintangi sekaligus disutradarai oleh Aamir Khan dan diperankan
oleh beberapa artis bolywood ternama seperti Vipin Sharma, Tisca Chopra
dan Darsheel Safary.
Film ini banyak mengajarkan moral yang baik dan menceritakan
mengenai nilai-nilai pendidikan untuk guru maupun peserta didik disekolah.
Saya ceritakan sedikit bahwasanya tokoh utama pada film ini adalah seorang
anak yang mempunyai kebutuhan khusus. Disaat orang tua nya tidak
mengerti pola belajar yang seharusnya di terapkan ke anaknya namun ada
seorang guru yang mempunyai cara sendiri untuk menyampaikan pelajaran ke
dia.
Pada film Taare Zameen Par ada seorang anak laki-laki yang memiliki
keistimewaan, ketika dia masuk ke sekolah pertama, ia tidak menemukan
guru yang bisa melihat bakat terpendam yang dimiliki. Guru di sekolah itu
hanya menganggap ia bodoh, nakal dan malas. Awal ia masuk ke asrama
situasi di sekolah ini sama dengan sekolah ia yang lama, namun setelah
beberapa hari kemudian masuklah guru baru ke sekolah tersebut. Dan guru
baru inilah yang dapat menemukan dan menggali bakat seni yang Ishaan
miliki.
5 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h. 114-115
5
Film ini mengandung banyak unsur kehidupan, diantaranya adalah
pendidikan anak di sekolah, pendidikan anak dirumah, pendidikan anak
Disabble dan pendidikan untuk guru. Nilai-nilai pendidikan untuk seorang
guru pada film ini sangat baik dijadikan referensi dalam kehidupan kita ketika
menghadapi peserta didik yang memiliki keistimewaan. film edukasi ini
ditujukan kepada seluruh orang tua dan guru yang ada di seluruh negara yang
menyaksikan film ini.
Masing-masing dari kita diciptakan dengan sifat positif. Sebagai pendidik
hebat, penting kita mengidentifikasikan kualitas tiap peserta didik dan
menciptakan situasi yang akan memperkuat kualitas baik dan melanjutkan
perkembangan kualitas yang membutuhkan perbaikan. Ketika anda memiliki
peserta didik yang kekerungan dalam bidang tertentu, usahakan berfokus
pada sisi positif terlebih dulu, kemudian bantulah mereka pada apa yang perlu
perbaikan. Usaha ini menghilangkan perasaan negatif dan kemarahan antara
siswa dengan guru, dan kemungkinan meningkatkan tim kerja antara
keduanya.6
Di lembaga-lembaga pendidikan sekarang ini, biasanya guru hanya fokus
menilai keburukan peserta didik tanpa mengidentifikasi latar belakangnya.
dengan alasan terlalu banyak pekerjaan jika harus mengidentifikasi tiap
peserta didik. Seperti halnya ketika saya mengajar di sebuah sekolah,
beberapa guru senior yang merasa sudah banyak pengalaman sehingga ketika
mendapatkan peserta didik yang perilakunya buruk mereka menganggap
sudah biasa dari sananya dan hal itu tidak ada pendekatan secara berkala
dengan peserta didik yang bermasalah itu. Sehingga kejadian itu terus
berulang-ulang. Dan pada akhirnya guru juga yang merasa keletihan
menghadapi perilaku peserta didik yang buruk atau bermasalah.
Guru bermutu adalah guru yang menguasai ilmu yang diajarkan sekaligus
menguasai keterampilan mengajar. Guru berkualitas hampir tidak mungkin
dilahirkan apabila lembaga pendidikan gurunya tidak berkualitas dan
mahasiswanya kelas dua. Masalah itu kait-mengait dan akhirnnya bermuara
6 Anita Moultrie Turner, Resep Pengajaran Hebat, (Jakarta:PT. Indeks, 2008), h.29
6
pada sejauh mana bangsa ini menghargai profesi guru. “Alangkah sulitnya
membenahi profesi guru” di negara yang telah merdeka selama 61 tahun
lebih.7 Maka kalau bukan kita generasi terbaru calon guru yang memperbaiki
dunia pendidikan siapa lagi.
Profesionalisme berkembang sesuai dengan kemajuan masyarakat
modern. Hal ini menuntut beraneka ragam spesialisasi yang sangat diperlukan
dalam masyarakat yang semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan
sampai sekarang masih banyak diperbincangkan, baik dikalangan pendidikan
maupun di luar pendidikan.8Semakin berkembangnya suatu masyarakat maka
akan semakin membutuhkan seorang guru yang profesional untuk
membangun masyarakat yang semakin modern.
Rasa cinta dan kepedulian pada suatu profesi ialah modal utama
kesuksesan pada suatu profesi, Termasuk profesi guru.“Anda harus mencintai
siswa anda. Ya, saya tahu, saya tahu ... kadang-kadang mereka dapat
menjengkelkan. Tetapi guru yang hebat dapat mencintai anak tanpa harus
mencintai sejumlah perilaku yang tidak produktif yang dia perlihatkan di
kelas. Sebagai guru kita harus melihat kebaikan di setiap siswa. Tidak ada
anak yang buruk; kita tidak diciptakan buruk”9
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini
akan dikaji lebih jauh dan dituangkan ke dalam karya ilmiah (Skripsi) dengan
judul “PROFESIONALISME GURU PADA FILM TAREE ZAAMEN
PAR.
B. IdentifikasiMasalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat
diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Belum semua guru yang mempunyai sikap Profesionalisme.
7Syamsul Bachri Thalib, Psikolog Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif, (Jakarta:
Kencana, 2010), cet. Ke-1 h. 281 8Oemar Hamalik, op. Cit., h. 1
9 Anita Moultrie Turner, op. Cit., h.3-4
7
2. Kurangnya kemauan guru untuk mengidentifikasi kemampuan setiap
peserta didik.
3. Adanya kendala yang dialami guru ketika ingin menyelesaikan masalah
peserta didik.
4. Kurangnya pemahaman orangtua terhadap kebutuhan anak pada masa
perkembangan.
C. PembatasanMasalah
Untuk lebih fokus dalam penelitian ini, maka penulis membatasi
permasalahan pada profesionalisme dan kompetensi guru pada film Taree
Zaamen Par.
D. PerumusanMasalah
Untuk memberikan gambaran permasalahan yang terkandung dalam penelitian
ini penulis merasa perlu mengemukakan perumusan masalah. Adapunmasalah
pokok dalam penelitian ini adalah berkenaan dengan:
1. Bagaimana profesionalisme guru pada filmTaree Zaamen Par?
2. Bagaimana kompetensi guru pada film Taare Zaamen Par?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui profesionalisme dan kompetensi guru pada film Taree
Zaamen Par dalam kriteria guru pada pendidikan Islam.
b. Memberikan contoh konkrit bagaimana sikap serta sifat kompetensi
yang harus dimiliki seorang guru.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini di adakan ialah:
a. SecaraTeoritis
8
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik
sebagai Kajian ilmiah maupun sebagai bentuk aplikasi langsung
terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan, menambah ilmu peneliti
setelah meneliti dan dapat menyelesaikan masalah secara teoritis.
b. Praktis
Diharapkandapatmemberikanmasukan yang bersifatkonstruktifbagi para
guru profesional terutamadalammeningkatkankinerja mengajar agar
peserta didik yang di hasilkan semakin berkualitas dan bermutu.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Profesionalisme dan Kompetensi Guru
Profesi secara etimologis adalah profesi yang dalam bahasa inggris adalah
profession, sama artinya dengan vocation, occupation, job. Kata tersebut jika
diterjemahkan memiliki arti: profesi, pekerjaan, jabatan. Dalam Kamus Bahasa
Indonesia, profesi diartikan sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan,
keahlian tertentu.1
Menurut Sudarwan, Secara etimologi profesi berasal dari bahasa Inggris
profession atau bahasa Latin profecus. Artinya, mengakui, pengakuan,
menyatakan mampu, atau ahli dalam melaksanakan pekerjaan tertentu yang
disertai dengan bukti riil, bahwa ia mampu melaksanakan keahliannya. Secara
terminologi, profesi dapat diartikan suatu pekerjaan yang mempersyarakatkan
pendidikan tinggi bagi pelakunya dengan titik tekan pada pekerjaan mental, bukan
pekerjaan manual. Maksud dari kemampuan mental disini adalah ada persyaratan
pengetahuan teoretis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis.
sedangkan profesionalisme adalah merupakan suatu kelakuan, tujuan, nilai atau
kualitas yang mencirikan profesi.2
Sedangkan Menurut Kunandar, guru yang profesional adalah guru yang
memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan
1 Rugaiyah dan Atiek Sismiati, Profesi Kependidikan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011) Cet-1,
h. 5
2 Sudarwan Danim, Pengembangan Profesi Guru: Dari Pra-Jabatan, Idnuksi, Ke Profesional
Madani, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 101-102
10
pengajaran. Kompetensi disini meliputi pengetahuan, sikap, dan ketrampilan
profesional, baik yang bersifat pribadi, sosial, maupun akademis.3
Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen (UU.RI.No. 14 Th. 2005),
profesional adalah “pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan
menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran,
atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi”.4
Profesionalisme menunjukkan kepada komitmen/teori/paham para anggota
suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus-menerus
mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan
yang sesuai dengan profesinya.5
Dengan jiwa profesionalisme guru, guru mencintai pekerjaannya dan
melaksanakannya dengan penuh dedikasi dan tanggung jawab. Tuntunan
profesionalisme bagi guru pendidikan agama Islam memiliki nilai lebih dibanding
dengan guru-guru lain, bukan saja kepada kepala sekolah atau orang yang
memberinya tugas mengajar, melainkan bertanggung jawab juga kepada sang
pencipta yaitu Allah Swt.6
Dari pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa profesionalisme
berasal dari kata profesi yang artinya suatu pekerjaan. Sedangkan profesionalisme
itu sendiri adalah suatu komitmen yang tumbuh dengan sendirinya dari diri para
profesi untuk meningkatkan terus kemampuan profesionalnya atau sifat, perilaku
guru yang profesional serta berkualitas, yang mempunyai keahlian dan
keterampilan khusus dalam bidang keguruan sehingga dia dapat menjalankan
tugas dengan tanggung jawab yang baik.
3 Kunandar, Guru Profesional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dan Sukses dalam sertifikasi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2007), h. 46
4 UU RI No. 14 Th. 2005, Tentang Undang-Undang Guru dan Dosen, (Jakarta: Sinar Grafika,
2006), Cet. I, h. 3
5 Ali Mudlofir,Pendidik Profesional, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h.17
6 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam: Berbasis Integrasi dan
Kompetensi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 178 & 179
11
Dapat dikatakan bahwa profesi apapun terlebih guru sebagai pendidik tetap
dituntut adanya profesionalitas yang tinggi dalam menjalankan tugasnya. Hal ini
sebagaimana firman Allah swt:
“dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggung jawabnya.” (Qs. Al-Israa‟: 36)7
Kompetensi berasal dari bahasa Inggris “competence” yang artinya
kecakapan, kemampuan, dan keterampilan. Dalam hal ini guru juga harus
memiliki kemampuan tersendiri, agar mencapai harapan yang kita cita-citakan
dalam melaksanakan pendidikan pada umumnya dan proses belajar mengajar pada
khususnya.8
Kompetensi menurut Undang-undang Guru dan Dosen No 14 Tahun 2005,
“Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang
harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan
tugas keprofesionalannya.9
Kompetensi dapat diartikan sebagai suatu tugas yang memadai atas
kepemilikan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dituntut oleh
jabatan seseorang. Dalam pembahasan ini dititik beratkan pada tugas guru saat
mengajar.10
Kompetensi menurut Abdul Majid adalah “seperangkat tindakan intelegen
penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk
dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu.”11
Kompetensi adalah kumpulan pengetahuan, perilaku, dan keterampilan yang
harus dimiliki guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan.
Kompetensi diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan belajar mandiri dengan
memanfaatkan sumber belajar. Dan kompetensi juga terkait dengan kemampuan
7 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, h. 285
8 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2013), cet.1,h.1
9 Martinis Yamin, Sertifikasi Keguruan di Indonesia, (Jakarta: Gaung Persada Prees, 2006),
Cet ke-1, h. 210
10 Roestiyah N.K, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), Cet. 3, h. 4
11
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), h.5
12
beradaptasi terhadap lingkungan kerja baru, di mana seseorang dapat menjalankan
tugasnya dengan baik berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.12
Jika pengertian kompetensi guru tersebut dikaitkan dengan Pendidikan
Agama Islam yakni pendidikan yang sangat penting bagi kehidupan manusia,
terutama dalam mencapai ketentraman bathin dan kesehatan mental pada
umumnya.13
Melihat dari beberapa pendapat yang dikemukakan, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa kompetensi adalah kemampuan atau keahlian guru dalam
menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Kemampuan atau keahlian tersebut
mempunyai konsekuensinya sehingga ada pendidikan khusus yang harus
ditempuhnya agar lebih kompeten sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
Dengan demikian kompetensi menjadi tuntutan dasar bagi seorang guru.
B. Syarat Profesionalisme Guru
Guru profesional selalu mengembangkan dirinya terhadap pengetahuan dan
mendalami keahliannya, kemudian guru profesional rajin membaca literatur-
literatur, dengan tidak merasa rugi membeli buku-buku yang berhubungan dengan
pengetahuan yang digelutinya.14
Kompetensi guru berkaitan dengan
profesionalisme, yaitu guru yang profesional adalah guru yang memiliki keahlian
sehingga kompetensi profesional guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan
tanggung jawab guru dalam menjalankan profesi keguruannya. Pengertian
tersebut sejalan dengan Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen yang menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas
mendidik, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan
pendidikan menengah.15
12 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan Dan Sumber Belajar Teori
Dan Praktik (Jakarta: Kencana, 2011), cet.1,h.27
13 Zakiyah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: Ruhama, 1995),
cet. 2, h. 95
14 Yamin Martinis, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta: Gaung Persada Press
2006), h. 23
15 Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 tahun 2005, op. Cit., h. 2
13
Menurut pendapat Ngalim Purwanto tentang persyaratan khusus menjadi guru
yang baik, sebagai berikut:
1. Berijazah
2. Sehat jasmani
3. Takwa kepada Tuhan YME dan berkelakuan baik
4. Bertanggung jawab
5. Berjiwa nasional16
Lebih lanjut Moh. Ali, sebagaimana dikutip Uzer, menjelaskan persyaratan
khusus profesional, yaitu sebagai berikut:
1. Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep teori ilmu
pengetahuan yang mendalam.
2. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan
profesinya.
3. Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai.
4. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan di pekerjaan yangg
dilaksanakannya.
5. Memungkinkan perkembangan sejalan dinamika kehidupan.17
Berdasarkan penjabaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
profesionalisme guru adalah suatu pandangan mengenai orang yang memiliki
kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga mampu
melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan yang
maksimal.
C. Macam-macam Kompetensi Guru
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 16 Tahun 2007
tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru. Pasal 1: “Setiap guru
waib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku
secara nasional”.
16 M. Purwanto Ngalim, MP. Ilmu Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1998) Cet.ke-10, h.138
17 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998)
Cet.ke-1, h. 10
14
Kompetensi pendidik itu meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi
pedagogik, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi. Ke empat kompetensi tersebut adalah sebagai
berikut:18
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam
pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya
meliputi: Pemahaman wawasan dan landasan pendidikan, pemahaman
terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum/silabus, perencanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan lainnya.19
Menurut Martinis Yamin dan Maisah, kompetensi pedagogik meliputi
pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.20
Sedangkan menurut Trianton dan Titik, Kompetensi pedagogik yaitu
kemampuan guru atau dosen dalam mengelola proses pembelajaran peserta
didik dan menguasai bidang studi tertentu, ilmu pendidikan, baik metode
pembelajaran, maupun pendekatan pembelajaran.dan juga ditunjukkan
dalam kemampuan guru untuk membantu, membimbing, dan memimpin.21
Dari tiga pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa kompetensi
pedagogik adalahs kemampuan pemahaman seorang pendidik meliputi
peserta didik, metode pembelajaran, perencanaan pembelajaran hingga
evaluasi pembelajarannya untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
peserta didik.
2. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian atau personal, adalah kemampuan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi
18 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005) Cet.5, h. 62
19
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta:
Kencana, 2008), Cet. Ke-3
20 Martinis Yamin dan Maisah, op. Cit., h. 8
21
Trianton dan Titik Triwulan Tutik, Tinjauan Yuridis Hak serta Kewajiban Pendidik Menurut
UU Guru dan Dosen, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006), Cet.1, h.63
15
teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. (SNP, penjelasan Pasal 28
ayat 3 butir b). Artinya guru memiliki sikap kepribadian yang mantap,
sehingga mampu menjadi sumber inspirasi bagi peserta didik. Dengan kata
lain, guru harus memiliki kepribadian yang patut diteladani, sehingga
mampu melaksanakan tri-pusat yang dikemukakan oleh Ki Hadjar
Dewantoro, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut
Wuri Handayani. (di depan guru memberi teladan/contoh, di tengah
memberi karsa, dan di belakang memberi dorongan/motivasi).22
Menurut Akmal Hawi dalam bukunya, kompetensi kepribadian
mencakup: a) Mengembangkan kepribadian, b) Berinteraksi dan
berkomunikasi, c) Melaksanakan bimbingan penyuluhan, d) Melaksanakan
administrasi sekolah, e) Melaksanakan penelitian sederhana untuk
keperluan pengajaran.23
Menurut E. Mulyasa kompetensi kepribadian adalah kemampuan
pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan
bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.24
Kompetensi kepribadian menurut Zakiah Daradjat, merupakan
perasaan dan emosi guru yang mempunyai kepribadian terpadu tampak
stabil, optimis dan menyenangkan, dia dapat memikat hati peserta
didiknya, karena setiap peserta didik merasa diterima dan disayang oleh
guru, betapapun sikap dan tingkah lakunya.25
Kompetensi kepribadian merupakan kemapuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi
secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
22 Rusman. MODEL-MODEL PEMBELAJARAN, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011),
cet. Ke-3 h. 22
23 Akmal Hawi, op. Cit., h.6
24
E.Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (PT. Remaja Rosda Karya: Bandung,
2008), Cet. 3, h.75
25 Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, (Yogyakarta: Bulan Bintang, 2005), Cet. IV, h. 9-10
16
orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini
memiliki subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut:
a. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik.
Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara
efektif dengan peserta didik.
b. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama
pendidik dan tenaga kependidikan.
c. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang
tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
Perlu dijelaskan bahwa sebenernya keempat kompetensi (kepribadian,
pedagogis, profesional, dan sosial) tersebut dalam praktiknya merupakan
satu kesatuan yang utuh. 26
Dalam konsep Islam, kompetensi sosial religious seorang pendidik
dinyatakan dalam bentuk kepedulian terhadap masalah-masalah sosial
yang selaras dengan Islam contohnya sikap gotong royong, suka
menolong, toleransi dan masih banyak lainnya yang harus dimiliki
pendidik agar dapat diwujudkan dalam proses pendidikan.27
4. Kompetensi Profesional
Dalam Standar Nasional Pendidikan, Pasal 28 ayat (3) butir c
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional
adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi
standar kompetensi yang diterapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
Kompetensi profesional merupakan penguasaan subtansi keilmuan
yang terkait dengan bidang studi yang diajarkan, penguasaan struktur
metode keilmuan, dan menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian
26Syamsul Bachri Thalib, Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif, (Jakarta:
Kencana, 2010), cet. Ke-1 h. 273-276
27 Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2006), h. 121
17
kritis untuk memperdalam pengetahuan atau metode bidang studi yang
diajarkan.28
Kompetensi profesional yang harus dimiliki seorang guru antara lain
adalah: a) kemampuan penguasaan materi bidang studi, b) kemampuan
mengelola program pembelajaran, c) kemampuan mengelola kelas, d)
kemampuan menilai prestasi belajar peserta didik, e) kemampuan
memahami karakteristik peserta didik.29
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum
mata pelajaran di sekolah dan subtansi keilmuan yang menaungi
materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi
keilmuannya. Setiap subkompetensi tersebut memiliki indikator esensial:
a. Subkompetensi menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan
bidang studi memiliki indikator esensial: memahami materi ajar yang
ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep dan metode
keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; memahami
hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-
konsep keilmuan dalamn kehidupan sehari-hari.
b. Subkompetensi menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki
indikator esensial: menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian
kritis untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.
Kompetensi profesional merupakan kemampuan memahami konsep,
D. Pendidikan
Pendidikan adalah “proses interaksi manusiawi yang ditandai keseimbangan
kedaulatan subjek didik dan kewajiban pendidik” (T. Raka Joni). Sedangkan
28 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta:
Kencana, 2008), Cet. Ke-3
29 Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru, (Jakarta: Gaung
Persada, 2011), Cet. Ke-3, h. 57-61
18
Driyakarya menjelaskan pendidikan adalah “proses memanusiakan manusia
muda”.30
Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia
untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan
kebudayaannya. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie
berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang
dewasa agar ia menjadi dewasa.31
Menurut Muzayyin Arifin pendidikan ialah usaha membina dan
mengembangkan pribadi manusia, baik aspek jasmani maupun rohani dan
berlangsung secara bertahap. Karena tidak ada satu pun makhluk ciptaan Tuhan di
atas bumi yang dapat mencapai kesempurnaan atau kematangan hidup tanpa
melalui suatu proses.32
Pendidikan dalam bahasa arab biasa disebut dengan istilah Tarbiyah yang
berasal dari kata kerja Rabba, sedang pengajaran dalam bahasa arab disebut
dengan ta‟lim yang berasal dari kata kerja „Allama. Pendidikan Islam sama
dengan Tarbiyah Islamiyah.33
Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh
seseorang atau sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat
hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.34
Beberapa ahli yang lain mengartikan pendidikan sebagai berikut :
1. Lengeveld: Mendidik ialah mempengaruhi anak dalam upaya
membimbingnya agar menjadi dewasa. Usaha membimbing haruslah isaha
yang disadari dan dilaksanakan dengan sengaja. Oleh karena itu pendidikan
hanya terdapat dalam pergaulan yang disengaja antara orang dewasa dengan
anak yang diarahkan kepada tujuan pendidikan.
30 Rugaiyah dan Atiek Sismiati, op. Cit., h. 6
31
Dewasa di sini dimaksudkan adalah dapat bertanggung jawab terhadap diri sendiri secara
biologis, psikologis, paedagogis dan sosiologis.
32 Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), Ed.
Revisi, h. 12
33 Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Lkis Printing Cemerlang, 2009), h. 14
34 Hasbullah, Dasar-dasar ilmu pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), Ed.
Revisi 6 h. 1
19
2. Hoogveld: Mendidik membantu anak supaya ia cukup cakap
menyelenggarakan tugas hidupnya atas tanggung jawabnya sendiri.
3. SA. Branata, dkk: Pendidikan ialah usaha yang sengaja diadakan, baik
langsung maupun dengan cara yang tidak langsung, untuk membantu anak
dalam perkembangannya mencapai kedewasaan.
4. Ki Hajar Dewantara: Mendidik ialah menuntun segala kekuatan kodrat yang
ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai
5. anggota msyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya.35
Dari beberapa pendapat tentang pendidikan penulis menarik kesimpulan
bahwa pendidikan adalah suatu usaha sadar seseorang untuk mendapat tingkat
hidup yang lebih baik serta mencapai kedewasaan mental yang baik dan
pengembangan potensi yang tersembunyi.
“Menurut Arifin pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikan yang
mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah,
sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan
manusia, baik duniawi maupun ukhrawi.”36
Pendidikan Islam adalah usaha dalam mengembangkan fitrah manusia dengan
ajaran Islam, agar mendapat kehidupan yang bahagia.37
E. Tinjauan Tentang Film
1. Sejarah dan Perkembangan
Sejarah film pertama kali terjadi di Perancis, tepatnya pada 28
Desember 1895, ketika Lumiere bersaudara telah membuat dunia
“terkejut”. Mereka telah melakukan pemutaran film pertama kalinya di
depan public, yakni di Cafѐ de Paris. Film-film buatan Lumiere yang
35 Alisuf Sabri, PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005),
cet. Ke-1 h. 6
36 H.M. Arifin, ILMU PENDIDIKAN Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), cet. Ke-1 h. 8
37 Syahminan Zaini, PRINSIP-PRINSIP DASAR KONSEP ISLAMI, (Jakarta: Kalam
Mulia, 1986), cet. Ke-1 h. 4
20
diputar pada pertunjukkan pertama itu adalah tentang laki-laki dan wanita
pekerja di pabrik Lumiere, kedatangan kereta api di Stasiun La Ciota, bayi
yang sedang makan siang dan kapal-kapal yang meninggalkan pelabuhan.
Salah satu kejadian unik, yaitu saat pertunjukkan lokomotif yang
kelihatannya menuju kearah penonton, banyak yang lari ke bawah bangku.
Teknologi temuan Lumiere ini kemudian mendunia dengan cepat karena
juga didukung oleh teknologi proyektor berfilm inci yang lebih
unggul keluaran The American Biograph, yang diciptakan Herman Casler
pada 1896.38
2. Pengertian Film
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indoensia (KBBI: 2003), film
diartikan sebagai: (1) Selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat
gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif
(yang akan dimainkan di bioskop); (2) Lakon (cerita) gambar hidup.39
Film merupakan teknologi hiburan massa yang dimanfaatkan untuk
menyebarluaskan informasi dan berbagai pesan dalam skala luas di
samping pers, radio dan televisi. Film dimasukkan dalam kelompok
komukasi massa yang mengandung aspek hiburan, juga memuat aspek
edukatif. Namun aspek kontrol sosialnya tidak sekuat pada surat kabar,
majalah serta televisi yang menyiarkan berita berdasarkan fakta yang
terjadi. Fakta film ditampilkan secara abstrak dimana tema cerita bertolak
dari fenomena yang terjadi di tengah masyarakat. Bahkan dari itu, dalam
film cerita dibuat imajinatif.40
Kemudian menurut UU No. 23 tahun 2009 pasal 1 tentang perfilman
yang dikutip oleh Teguh Trianton menyebutkan bahwa film adalah karya
seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa
38 Misbach Yusa Miran, Sejarah Film 1900-1959, (Jakarta: Komunitas Bambu, 2009), h. xv
39
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2002), Edisi ke-3, h. 316
40 William L. Rivers-Jay W. Jensen, Theodore Peterson, Media Massa dan Masyarakat
Modern(Jakarta:Kencana,2004), h.6
21
yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan
dapat diperjuntukkan.41
Dari beberapa pengertian film di atas, dapat penulis simpulkan bahwa
film adalah alat komunikasi paling dinamis di era sekarang. Apa yang
terlihat oleh mata dan terdengar oleh telinga, masih lebih cepat dan mudah
masuk akal dari pada apa yang hanya dibaca dan memerlukan lagi
penghayalan.
3. Fungsi Film
Film adalah sebuah media hiburan sebab fungsinya menghibur. Tetapi
film tidak hanya sebagai media hiburan semata. Teguh Trianton mengutip
buku berjudul Mass Communication karangan Wright atau Charles Wright
halaman 16, bahwa fungsi film tidak dapat dilepas dari aspek sejarahnya.
Film adalah media penyampaian warisan budaya dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Secara umum fungsi film dibagi empat yaitu (a) alat
hiburan, (b) sumber informasi, (c) alat pendidikan, dan (d) pencerminan
nilai-nilai sosial dan budaya suatu bangsa.42
Fungsi edukasi dapat tercapai apabila film nasional memproduksi
film-film sejarah yang obyektif, atau film documenter dan film yang
diangkat dari kehidupan sehari-hari secara berimbang.43
F. Hasil Penelitian yang Relevan
Sepanjang penelitian yang penulis lakukan, ada beberapa tulisan yang
berkaitan dengan skripsi yang penulis tulis, diantaranya adalah:
1. Skripsi yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Film
OMAR Umar bin Khattab yang ditulis oleh Ulfa Iwanda Herlina dari
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan pada Tahun 2013. Dalam skripsi
tersebut, penulis menggunakan pendekatan kualitatif, melalui
41 Teguh Trianton, Film Sebagai Media Belajar, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), hal. 13
42
Teguh Trianton, op.cit., h. 3
43 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT Citra Aditya
Bajkti, 2003), h. 211-216
22
penelusuran data-data kepustakaan atau Library research, yaitu dengan
melakukan serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode
pengumpulan data dan pustaka, membaca, menonton dan mencatat
serta mengolah bahan penelitian sebagaimana yang berlaku dalam
penulisan ilmiah. Analisis wacana dalam skripsi menggunakan metode
deskriptif. Hasil penelitian tersebut membahas tentang: menunjukkan
bahwa nilai pendidikan akhlak yang terdapat pada film OMAR Umar
bin Khattab ini terdapat beberapa hal, yaitu nilai pendidikan akhlak
kepada Allah yang dalam film ini berkaitan dengan bertaubat, berdoa
serta bertanggung jawab kepada pemimpin. Akhlak kepada kedua
orang tua dan keluarga diperlihatkan ketika hormat dan sayang kepada
kedua orang tua dan akhlak terhadap anggota keluarga. akhlak kepada
sesama manusia yang diperlihatkan ketika sedang berlaku adil serta
tolong-menolong dan pemaaf. akhlak pada diri sendiri diperlihatkan
dalam film ini tentang amanah, keikhlasan, kesabaran, bentuk zuhud,
serta bersyukur. dan akhlak kepada makhluk ciptaan Allah ketika
Umar memperlakukan binatang unta dengan baik.
2. Skripsi yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Novel
Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El-Shirazy yang ditulis oleh
Rian Martini dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan pada Tahun
2013. Dalam skripsi ini menggunakan jenis kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dalam
penelitian lapangan menggunakan penelitian riset kepustakaan atau
Library research, yaitu buku-buku tentang pendidikan yang berada
diperpustakaan yang isinya bersangkutan dengan novel Ayat-ayat
Cinta. Adapun sumber primer adalah wawancara langsung dengan
penulis novel Habiburrahman el-Shirazy serta novel Ayat-ayat Cinta
itu sendiri. Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode
deskriptif, yaitu metode yang membahas obyek penelitian secara apa
adanya sesuai dengan data-data yang diperoleh. Hasil penelitian
23
tersebut tentang: dalam lingkup nilai-nilai pendidikan akhlak tersebut
meliputi akhlak terhadap Allah dan Rasul-Nya, bentuk perilaku yang
ditampilkan adalah takwa, syukur, sabar dalam taat kepada Allah Swt,
memelihara kesucian diri menghargai waktu, ikhlas, tawaduk. Dalam
lingkup nilai-nilai pendidikan terhadap keluarga
3. Skripsi yang berjudul Analisis Semiotika Film Taare Zameen Par yang
ditulis oleh Abdillah Hafied dari Fakultas Dakwah dan komunikasi
pada Tahun 2013. Dalam skripsi tersebut menggunakan metode
pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif analisis, yaitu penelitian
yang memberikan gambaran secara objektif, dengan menggambarkan
pesan-pesan secara simbolis dalam film Taare Zameen Par. Hasil
penelitian tersebut adalah: Penulis mendapatkan makna denotasi pada
fil Taare Zameen Par adalah tentang seorang anak yang menderita
penyakit disleksia. Makna konotasi pada film Taare Zameen Par
adalah hubungan komunikasi ayah dengan keluarga yang tidak
berjalan dengan baik. Makna mitos pada film Taare Zameen Par
adalah gambaran dari dinamika keluarga Asia secara umum. Dimana
masing-masing subsistem berperan sebagaimana mestinya, dan secara
tradisional masih bersandarkan pada jenis kelamin. Ayah sebagai
kepala keluarga bekerja di luar rumah guna menghidupi keluarga. Ibu
berperan sebagai isteri yang siap melayani suami dan memenuhi
seluruh kebutuhan anak, membimbing dan mengajari, serta berperan
sebagai pihak yang mengontrol semua urusan anak.
Dari beberapa skripsi di atas, terdapat perbedaan dalam pembuatan
skripsi yang penulis akan tulis. Skripsi di atas terfokus pada analisis
wacana pesan moral dan analisis semiotika sedangkan skripsi yang
penulis tulis terfokus pada Profesionalisme guru yang terdapat pada
sebuah film.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu Penelitian
Yang menjadi obyek pada penelitian ini adalah film “Taare Zameen
Par”. Yang di sutradarai oleh Amir Khan. Di Produksi di India.
Adapun waktu yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data
yang berhubungan dengan obyek penelitian ini dari awal Januari 2015.
B. Sumber Penelitian
Sumber penelitian dalam skripsi ini adalah menggunakan film Taare
Zameen Par di dukung oleh buku-buku yang berhubungan dengan
pendidikan.
C. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini, peneliti mengadakan kunjungan perpustakaan dalam
rangka pengumpulan data. Penelitian pustaka atau library research,
yaitu dengan melakukan serangkaian kegiatan yang berkenaan
dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca, menonton
dan mencatat serta mengolah bahan penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan data dari sumber-sumber
yang diperoleh dari perpustakaan dan internet.
3. Tahap Penyelesaian
25
Dalam tahap ini peneliti berusaha menyimpulkan hasil observasi
dan kemudian menafsirkan serta menyusun data dalam bentuk hasil
penelitian (laporan).
D. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan
pendekatan kualitatif. Sedangkan metode yang digunakan adalah
metode deskriptif.Pendekatan kualitatif yaitu menekankan analisis
proses dari proses berpikir secara induktif yang berkaitan dengan
dinamika hubungan antarfenomena yang diamati, dan senantiasa
menggunakan logika ilmiah serta menekankan pada kedalaman
berpikir formal dari peneliti dalam menjawab permasalahan yang
dihadapi.1
Penelitian ini bersifat kualitatif karena penelitian ini bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik,
dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, dan
dengan suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan
berbagai metode ilmiah.2yang memberikan gamabaran secara objektif,
dengan menggambarkan pesan-pesan secara simbolis dalam film
Taare Zameen Par.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan beberapa
teknik untuk mengumpulkan data sesuai dengan permasalahan yang
sudah ada. Adapun teknik pengumpulan data tersebut berupa:
1. Observasi
1 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara,
2013), hal. 80
2Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rosda Karya, 2006), h. 6
26
Observasi berasal dari bahasa Latin yang artinya memerhatikan,
melihat dan mengamati. Observasi adalah kegiatan mencari data
yang digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan. Serta
terdapat perilaku yang tampak dan mempunyai tujuan yang ingin
dicapai.3
Tekhnik observasi yang digunakan ialah observasi tidak
langsung. Observasi tidak langsung ini dilakukan dengan cara
mengamati dialog-dialog peradegan film tersebut lewat DVD film
Taare Zameen Par sebagai metode ilmiah observasi. Kemudian
mencatat, memilih serta menganalisis sesuai dengan model
penelitian yang digunakan.
2. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan cara
melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh
subjek atau orang lain tentang subjek untuk mendapatkan
gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis
dan dokumen lainnya.4
F. Teknik Analisis Data
Dalam melakukan analisis terhadap penelitian ini maka metode yang
digunakan adalah metode deskriptif. Yaitu dengan cara membahas
objek penelitian secara apa adanya berdasarkan data-data yang
diperoleh.5 Dengan analisis ini akan diperoleh gambaran sistematik
mengenai suatu dokumen. Dokumen tersebut diteliti isinya, kemudian
diklasifikasikan menurut kriteria atau pola tertentu. Yang hendak
3Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba
Humanika, 2012), h. 131 4 Haris Herdiansyah, ibid., h. 143
5 Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Roneka Cipta,
2006), h. 231
27
dicapai dalam analisis ini adalah menjelaskan pokok-pokok yang
penting dalam sebuah manuskrip atau dokumen.
G. Pedoman Penulisan
Teknik penulisan yang digunakan dalam penelitian ini berpedoman
pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Film
1. Profil Film
Film asal India yang berjudulTaare Zameen Paryang artinya “Seperti
Bintang-Bintang di Bumi”. Untuk versi luarnya judul film ini Like Stars on
Earth. Film yang dirilis pada 21 Desember 2007 ini berdurasi 140 menit. Film
ini di sutradai oleh Aamir Khan yang di dalam film ini ikut serta menjadi
aktornya.
Film India ini berbeda dari film India biasanya, tidak banyak goyang-
goyangan seronok di dalam film ini. Film ini bergenre drama edukasi.
Sehingga di dalamnya banyak pesan edukasi untuk pendidik, peserta didik dan
orang tua.
Film Taare Zameen Par ini telah memperoleh 13 penghargaan dan
dinominasikan dalam 15 kategori. Rating 8,5 cukup jadi bukti kualitas film
Taare Zameen Par sebagai salah satu film terbaik dari India, meskipun belum
termasuk Top 250 Film versi IMDB.
2. Sinopsis Film
Film yang di awali dengan adegan ada seorang anak kecil yang sedang asik
melihat ikan di saluran pembuangan, mungkin yang terlihat oleh kita sebagai
29
penonton pada awalnya akan berkomentar bahwa anak ini nakal dan jorok.
Film ini menceritakan tentang seorang anak laki-laki yang gemar bermain
bernama Ishaan Nandkishore Awasthi. Dia berumur sembilan tahun dan
menderita penyakit disleksia, yaitu kesulitan membaca pada anak. Samuel
Torrey Orton membuat istilah strephosymbolia, yang artinya secara harfiah
adalah simbol-simbol yang berputarbalik, untuk menjelaskan kondisi yang
dialami oleh anak disleksia.1 Ibunya bernama Maya Awasthi sedangkan
ayahnya bernama Nandkishore Awasthi dan kakaknya bernama Yohaan
Awasthi.
Pada usianya yang sembilan tahun Ishaan belum lancar membaca,
menulis dan berhitung. Sehingga dia masih duduk dibangku kelas 3 setingkat
SD. Ia gemar bermain, berjalan-jalan sambil memperhatikan keadaan sekitar.
Nilai-nilainya disekolah sangat buruk dan tidak ada peningkatan selama 2
tahun. Ishaan menganggap sekolah adalah tempat yang paling menakutkan,
karena disana dia dijadikan bahan ejekan oleh guru maupun teman-temannya
atas ketidakmampuannya yang berbeda dari teman-teman sekelasnya. Namun,
dibalik ketidakmampuannya dalam mengikuti pelajaran, Ishaan memiliki daya
imajinasi yang tinggi dan sangat berbakat dibidang seni, terutama seni lukis.
Di rumah pun dia merasa tertekan terhadap sikap orang tuanya, terutama
oleh ayahnya yang selalu beranggapan bahwa dia anak yang nakal, anak yang
tidak mau nurut dan banyak lagi. Hal ini jauh berbeda dengan kakak Ishaan
(Yohaan) yang selalu mendapatkan prestasi di sekolahnya dan selalu menuruti
perintah orang tuanya. Sehingga ayahnya selalu membanding-bandingkan
antara Ishaan dengan Yohaan. Ayahnya selalu menekan Ishaan belajar sesuai
dengan orang normal lainnya. Saat itu ayahnya belum mengetahui kondisi
yang terjadi pada Ishaan.
Maya Awasthi (Ibu) pun merasa bingung ketika dia mengajari Ishaan di
rumah. Ishaan selalu melakukan kesalahan yang serupa ketika menulis,
membaca maupun berhitung. Seperti ketika ibunya meminta Ishaan menulis
1J. David Smith., INKLUSI, Sekolah Ranah untuk Semua, (Bandung: Nuansa, 2006), cet. 1, h. 70
30
Table ia menulisnya dengan tabl kemudian ia menulisnya dengan tabel.
Ibunya merasa sedih karena di usia sembilan tahun anaknya belum bisa
melakukan hal tersebut tidak seperti anak seusianya yang dengan mudah
melakukan hal tersebut. Selain itu, Ishaan sering menunjukkan perilaku
bermasalah; terlibat perkelahian, berpura-pura sakit, bolos sekolah dan tidak
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
Karena seringnya Ishaan melakukan masalah, ayahnya memutuskan untuk
mengirim Ishaan ke sekolah asrama yang cukup jauh dari tempat tinggal
mereka. Ketika mengetahui niat itu, Ishaan menunjukkan sikap penolakkan
kepada ayahnya. Tak lupa dia meminta tolong dengan ibunya, agar
membatalkan niat ayahnya. Namun usaha yang Ishaan lakukan tidak berhasil
membatalkan niat ayahnya membawa Ishaan ke asrama dan berpisah dengan
keluarganya.
Ishaan beranggapan bahwa sekolah di asrama merupakan hukuman yang
diberikan oleh orang tua untuk anak-anak yang nakal dan tidak mau menurut
kepadanya. Anggapan Ishaan semakin kuat setelah melalui hari pertamanya di
asrama. Sikap dan gaya mengajar guru di sekolah yang cenderung keras
dengan alasan untuk menegakkan kedisiplinan peserta didik. Suasana kelas
dan kegiatan asrama yang sama sekali tidak dapat dinikmati oleh Ishaan, dan
semua guru di asrama tetap menganggap dia sebagai siswa yang bodoh. Ishaan
tetap mendapatkan hukuman keluar kelas seperti di sekolah sebelumnya,
nilainya pun masih dibawah rata-rata. Berbagai hukuman pun dia terima
sebagai bentuk konsekuensinya. Bahkan ia juga mengalami hukuman dipukul
menggunakan penggaris oleh guru mata pelajaran seni yang bernama Holkar.
Tekanan demi tekanan semakin ia dapatkan di asrama. Ishaan menjadi
sangat takut dan sedih, dia merasa sangat sendiri karena tidak ada seorang pun
yang peduli dengan dia. Hal itu membuat Ishaan tidak bersemangat dan tidak
mau melakukan apapun termasuk melukis yang selama ini menjadi aktifitas
yang Ia gemari.
Keadaan seperti itu terus berlangsung sampai datangnya guru seni
pengganti yang bernama Ram Shankar Nikumbh (Aamir Khan). Ram
31
mempunyai cara mendidik yang baru, tidak seperti guru lain. Ram membuat
peserta didik berpikir keluar dari buku-buku, di luar empat dinding kelas dan
imajinasi mereka. Seluruh anak dikelas merespon dengan antusiasme yang
besar kecuali Ishaan. Ishaan hanya termenung diam tidak ada ekspresi.
Sebab itulah, Ram mencoba mengamati dan mencari tahu masalah yang
dihadapi Ishaan. Ram menyadari kondisi Ishaan karena dulunya ia pun
mengalami gejala disleksia. Kemudian dia mencari tau tentang Ishaan kepada
siswanya di kelas, guru-guru yang mengajar Ishaan, termasuk tanggapan
orang tua Ishaan tentang keadaanyaa, akhirnya dia mengetahui bahwa Ishaan
adalah anak yang mengalami Disleksia. Walaupun pada mulanya kedua orang
tua Ishaan tidak dapat menerima apa yang telah dikatakan oleh Nikumbh,
namun setelah ia menunjukkan hasil lukisan Ishaan, mereka baru menyadari
bahwa yang diutarakan oleh Nikumbh tersebut adalah benar. Nikumbh
terkejut melihat semua hasil karya Ishaan yang ternyata bakat seninya sangat
luar biasa melebihi imajinasi anak seumurnya, imajinasi seorang anak seperti
Ishaan dicurahkan kepada gambar-gambar dan lukisan-lukisan yang sangat
indah. Ram pun mengerti apa yang harus dia lakukan terhadap cara mendidik
Ishaan.
Nikumbh memberi pemahaman kepada orang tua dan guru lainnya,
bahwa Ishaan bukan abnak yang abnormal, tetapi anak yang sangat khusus
dengan bakat sendiri. Seiring waktu, kesabaran dan perawatan, Nikumbh
berhasil meningkatkan kepercayaan Ishaan. Dia membantu Ishaan untuk
mengatasi permasalahan pelajaran dan menemukan kembali kepercayaannya
yang hilang, serta dia dapat membuat Ishaan mau kembali aktif dalam
menuangkan imajinasinya dalam lukisan-lukisan yang selama ini menjadi
dunianya. Sedikit demi sedikit Ram mengajari Ishaan menulis, membaca dan
berhitung. Dan akhirnya Ishaan pun dapat menulis, membaca dan berhitung
seperti teman-temannya.
Pada suatu hari Ram mengadakan perlombaan melukis yang diikuti oleh
seluruh anggota sekolah. Baik siswa maupun guru. Pada saat detik-detik
perlombaan ingin dimulai Ishaan belum terlihat. Namun pada akhirnya Ram
32
melihat dimana Ishaan duduk. Tibalah saat pengumuman lomba. Ishaan
mendapatkan juara I, mengalahkan Ram sendiri yang guru seninya. hasil
lukisannya dan karya Ram dipakai sebagai sampul buku tahunan sekolah.
Orang tua, guru-guru, dan orang disekitar Ishaan menyadari bahwa Ishaan
bukan anak abnormal, tetapi anak yang khusus dengan bakat seni yang luar
biasa. Akhirnya Ishaan menjadi anak periang dan bisa bergaul dengan teman-
teman lainnya.
3. Pemain dalam Film Taare Zameen Par
Para pemain dalam film Taare Zameen Par adalah sebagai berikut:
a. Aamir Khan (Ram Shankar Nikumbh): Ram berperan menjadi guru
pengganti kesenian. Ia bisa dikatakan sosok guru profesional pada
film ini. Ram sosok yang ramah, ia berbeda dari guru lainnya. Ia yang
membantu Ishaan memecahkan permasalahan belajar. Ia tidak ingin
langsung melebelkan peserta didik dengan kata-kata yang akan
mengecewakan hatinya.
b. Darsheel Safary (Ishaan Awasthi): Ishaan adalah anak umur sembilan
tahun yang duduk di kelas 3 setingkat SD. Namun ia belum bisa
CALISTUNG serta belum bisa mencerna banyak kata yang
dibicarakan orang kepadanya. Sebenarnya Ishaan mampu melakukan
semua aktifitas normal seperti anak seusianya. Akan tetapi pada saat
itu ia belum menemukan orang yang tepat untuk membantunya
berubah dan mengontrol dirinya. Ishaan mengidap penyakit disleksia.
Dimana penderitanya kesulitan mengatur huruf atau angka.
c. Tisca Chopra (Maya Awasthi): Maya adalah sosok ibu rumah tangga
yang sabar, penuh kasih sayang dan hangat. Ia mempunyai 2 orang
anak yang sifatnya berbeda. dan ia sosok istri yang patuh terhadap
suaminya. Seperti ketika suaminya memutuskan untuk membawa
Ishaan ke asrama ia tidak membantah suaminya walaupun ia sedih
karena jauh dari anaknya.
33
d. Vipin Sharma (Nandkishore Awasthi): Nandkishore adalah suami
Maya dan selaku ayah dari Yohaan dan Ishaan. Ia sosok yang
ambisius, komperatif, kurang berperasaan, tangguh, dominan dalam
menentukkan keputusan, keras dan kaku.
e. Sachet Engineer (Yohaan Awasthi): Yohaan adalah kakak dari
Ishaan. Ia sosok kakak yang rajin, penurut, dan penolong. Selalu
mendapat peringkat di sekolah. Suka mengikuti pertandingan bulu
tangkis serta sederet kebanggaan lainnya. Walaupun adiknya
mempunyai kekurangan namun ia sayang sekali dengan adiknya.
f. Lalita Lajmi (Juri kompetisi menggambar): sosok yang adil dan
mengerti seni lukis.
g. Tanay Chheda sebagai Rajan Damodran: teman yang baik dan
cerdas. Selalu memberi motivasi kepada Ishaan. Tidak pilih-pilih
teman.
4. Penghargaan Film Taare Zameen Par
a. 2008 Filmfare Awards2
1) Pemenang:Best Movie- Aamir Khan (producer)
2) Pemenang:Best Director - Aamir Khan
3) Pemenang:Best Story - Amole Gupte
4) Pemenang: Critics Award Best Performance - Darsheel Safary
5) Pemenang: Best Lyricist - Prasoon Joshi
6) Nominasi: Best actor in a leading role (male) - Darsheel Safary
7) Nominasi: Best actor in a supporting role (male) - Aamir Khan
8) Nominasi: Best actor in a supporting role (female) - Tisca Chopra
b. 2008 Star Screen Awards
1) Pemenang:Best Director - Aamir Khan (shared with Shimit Amin
for Chak De India)
2https://id.wikipedia.org/wiki/Taare_Zameen_Par, 20Juni2016
34
2) Pemenang: Best Debut Director - Aamir Khan
3) Pemenang:Best Supporting Actor - Aamir Khan
4) Pemenang:Special Jury Award - Darsheel Safary
5) Pemenang:Best Child Artist - Darsheel Safary
6) Pemenang:Best Story - Amole Gupte
7) Pemenang:Best Dialogue - Amole Gupte
8) Pemenang:Best Lyricist - Prasoon Joshi
9) Nominasi:i Best film
10) Nominasi: Best actor in a supporting role (female) - Tisca Chopra
11) Nominasi: Best playback singer (male) - Shankar Mahadevan (title
song and Maa)
12) Nominasi: Best background music - Shankar-Ehsaan-Loy
13) Nominasi: Best music - Shankar-Ehsaan-Loy
14) Nominasi: Best screenplay - Amole Gupte
15) Nominasi: Best special effects - Tata Elxsi
c. 2008 V. Shantaram Awards
1) Pemenang:Best Film (Gold)
2) Pemenang:Best Director (Silver) - Aamir Khan
3) Pemenang:Best Actor in a lead role - Darsheel Safary
4) Pemenang:Best Writer - Amole Gupte [2]
5) Nominasi: Best artist in a supporting role - Tisca Chopra
6) Nominasi: Best music - Shankar-Ehsaan-Loy
7) Nominasi: Best debut director - Aamir Khan
8) Nominasi: Best debut artist in a leading role - Darsheel Safary
B. Temuan Penelitian dan Pembahasan profesionalisme guru
yang ada pada film Taare Zameen Par
Profesionalisme guru pada film Taare Zameen Par ini adalah kemampuan
guru untuk melakukan tugas pokoknya sebagai pendidik dan pengajar meliputi
35
kemampuan merencanakan, melakukan, dan melaksanakan evaluasi
pembelajaran. Hal ini dicontohkan oleh pemeran Aamir Khan sebagai Ram
Shankar Nikumbh. Ia mampu merencanakan pembelajaran untuk peserta
didiknya seperti pada adegan ketika ia merencanakan pembelajaran yang
cocok untuk Ishaan. Kemudian ia juga melakukan kegiatan pembelajaran
dengan aktif, kreatif, inovatif dan adil. Ia juga melaksanakan evaluasi
pembelajaran seperti adegan ketika ia sudah beberapi kali membimbing Ishaan
untuk menulis dan membaca pada hari itu Nikumbh mencoba mendikte
bacaan ke Ishaan kemudian Ishaan menulisnya secara benar di buku.
Seorang guru yang profesional harus memenuhi empat kompetensi guru
yang telah ditetapkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Yaitu :Kompetensi profesional,
kompetensi sosial, kompetensi pedagogik, dan kompetensi kepribadian.
Adapun pembagian 4 kompetensi yang terdapat pada film Taare Zameen Par
ini adalah:
No Dialog Kompetensi Guru
1. Pada durasi menit ke 1:12:04 ketika Nikumbh
memulai mata pelajaran seni dengan
memainkan seruling sambil menyanyi dan
menari. Ia mengajak semua peserta didik yang
ada di kelas itu untuk ikut menyanyi dan
menari. Nikumbh mampu mengembangkan
materi pembelajaran yang diampu secara
kreatif.
Kompetensi
Profesional
2. Pada durasi menit ke 1:23:10 ketika istirahat
terjadi percakapan di ruang kantor guru.
Nikumbh sebagai guru pengganti tetap
berusaha membaur dengan mereka guru lama
di sekolah tersebut. Ketika cara mengajar
Nikumbh di kritik negatif oleh guru-guru. Ia
Kompetensi
Sosial
36
mampu bersosialisasi dengan guru-guru
terdahulu.
3. Pada durasi menit ke 1:17:29 Nikumbh
meminta anak-anak untuk membuat gambar
sesuai dengan imajinasi mereka masing-
masing. Ketika ada seorang anak bertanya apa
yang harus ia gambar padahal di depan meja
gurunya itu tidak ada apa-apa. Maka
Nikumbh menjawab meja ini terlalu kecil
dibandingkan dengan imajinasi kalian. Disini
Nikumbh membiarkan peserta didik
berkembannguntuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.
Kompetensi
Pedagogik
4. Nikumbh orang yang dapat mengatur emosi
dan dapat menyalurkan emosinya ke kegiatan
positif. Seperti ketika ia datang kerumah
Ishaan untuk membantu menyelesaikan
masalah yang dialami Ishaan. namun bapak
Ishaan seakan tidak menerima maksud dari
Nikumbh. Akan tetapi Nikumbh dapat
mengontrol emosinya dan kemudian
Nikumbh dapat membuktikan usahanya
membimbing Ishaan dalam hal akademik.
Kompetensi
Kepribadian
1. Kompetensi Profesional
a. Pada film Taare Zameen Par menit ke 1:12:04 Nikumbh muncul
setelah ia memainkan sedikit nada dengan serulingnya kemudian ia
memasuki kelas menggunakan kostum badutnya sambil melompat
atau salto ke arah anak-anak yang sedang bingung dengan
kedatangan seorang badut yang ternyata guru seni, pengganti pak
37
holkar. Lalu Ram mengajak anak-anak mengajak anak-anak
menyanyi dan menari di dalam kelas.
b. Pada durasi menit ke 1:49:20 Nikumbh menunjukan kepada Ishaan
buku kecil merah yang didalamnya ada gambar-gambar hasil karya
Ishaan sebelum mulai belajar. Kemudian Nikumbh membuka kelas
dengan berkata “Teman-teman, hari ini aku akan bercerita, tentang
seorang anak laki-laki”. Nikumbh pun bercerita Pada suatu hari ada
seorang anak laki-laki, jangan tanya aku dimana...yang tidak bisa
membaca dan menulis.Walaupun sulit tapi dia tetap mencoba, dia
tidak bisa ingat kalau setelah huruf x adalah y. kata-kata adalah
musuhnya. Jika ia melihat huruf, maka huruf-huruf itu menari-nari,
menakuti dan menyiksa dia. Belajar melelahkan bagi dia, tapi Siapa
yang mau berbagi kesengsaraan dengan dia? Otaknya penuh, tidak
masuk akal. Alfabet menari-nari seperti disko. Suatu hari, bocah
malang itu selalu gagal dalam pelajarannya. Setiap orang tertawa,
tapi dia tetap memasang wajah berani. Dan suatu hari, dia
mendapatkan emas. Dunia tercengang ketika teorinya diceritakan.
Tebak siapa dia?. Wajah Ishaan nampak ketakutan. Ia takut di
permalukan kembali oleh gurunya seperti yang sudah-sudah. Tiba-
tiba ram mengeluarkan gambar dan ada seorang murid menjawab
Albert Einstein. Ishaan langsung mengangkat kepalanya dan mencari
siapa yang menjawab. Ternyata bukan dirinya yang di ceritakan oleh
Nikumbh. Nikumbh berkata : Benar, Rajan. Albert Einstein. Seorang
ilmuwan besar. Pria yang menghebohkan dunia dengan teori
relativitasnya. Gerak brownan, fotoelektrik. Dia mendapatkan
penghargaan Nobel pada tahun 1921. Sekarang.. Apa ini?(Ram
mengeluarkan gambar helikopter. Dan ada anak yang menjawab
helikopter) Bukan helikopter biasa, yang ini. Karya penemu besar
Leonardo da vinci. Nikumbh meminta peserta didik untuk
mengulangnya. Maka merekapun mengulangnya. Setelah itu ia
menceritakan siapa Leonardo da Vinci ini. Dan kelas ditutup dengan
38
Nikumbh berkata “Jadi, mari kita simpan mereka di pikiran kita.
Keluar dan ciptakan sesuatu yang berbeda.. di luar apapun yang kita
temukan itu menarik. batu, tongkat ataupun sampah. Ayo kita ke
kolam kecil! (anak-anak langsung berlari keluar menuju kolam kecil.
Ishaan dan Rajan jalan terakhir.
c. Pada durasi menit ke 1:54:21 Nikumbh mengajak peserta didik ke
kolam kecil dekat sekolah. Untuk mengembangkan kreatifitas
peserta didiknya. Mereka ada yang bermain air, ada yang bermain di
ilalang dan permainan alam lainnya.
Berdasarkan kisah cerita film Taaren Zameen Par di atas pada durasi
1:12:04 dan durasi menit ke 1:49:20 film ini menceritakan tentang
kompetensi profesional yang di contohkan oleh Ram Shankar Nikumbh.
Dari cerita ini di atas jelas bahwa seorang guru yang profesional harus
mempunyai kemampuan menguasai materi pembelajaran secara luas dan
mendalam serta mampu membuat peserta didik belajar secara optimal.
Menurut Mukhlas Samani yang dikutip oleh Fachruddin Saudagar yang
dimaksud dengan kompetensi profesional ialah kemampuan menguasai
pengetahuan bidang ilmu, teknologi, dan seni yang diampunya meliputi
penguasaan; Materi pelajaran secara luas serta mendalam dan konsep-
konsep atau metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan
yang secara konseptual menaungi dengan program satuan pendidikan,
mata pelajaran, dan kelompok mata pelajaran yang diampunya.3
Pada durasi 1:49:20 dan 1:54:21 pada film Taare Zameen Par
menunjukkan salah satu aspek kompetensi profesional guru ialah
mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif. Di sini
Nikumbh sebagai guru mengajak anak-anak ke kolam kecil dekat sekolah
saat jam pelajaran seni untuk mengembangkan kreatifitas peserta didik.
Menurut Sudarwan Danim, kompetensi profesional terdiri dari dua
ranah subkompetensi:
3 Fachruddin Saudagar, Pengembangan Profesionalitas Guru, (Jakarta: Gaung Persada, 2011), h.
49
39
1) Menguasai substansi keilmuan terkait dengan bidang studi, memahami
materi ajar yang ada dalam kurikulum;
2) Menguasai struktur dan metode keilmuan untuk memperdalam
pengetahuan/materi bidang studi.4
Guru yang bermutu niscaya mampu melaksanakan pendidikan,
pengajaran serta pelatihan yang efektif dan efisien. Dan guru yang
profesional diyakini mampu memotivasi peserta didik untuk
mengoptimalkan potensinya dalam kerangka pencapaian standar
pendidikan yang ditetapkan.5
Pada film Taare Zameen Par ini Nikumbh mampu melaksanakan
pendidikan, pengajaran di kelas maupun di luar kelas. Di dalam kelas
dapat di lihat saat durasi menit ke 1:12:04 Nikumbh mampu menarik
perhatian peserta didik dan membuat mereka bahagia. Sehingga ketika
mereka di minta untukn menggambar mereka langsung membuatnya dan
tidak ada kegaduhan.
Nikumbh pun mampu memotivasi peserta didiknya. Seperti durasi
menit ke 1:49:25 ia memotivasi peserta didiknya dengan cara bercerita.
Ia tahu bahwa anak seusia mereka akan lebih masuk di motivasi oleh
orang lain dengan cerita yang menarik atau menggunakan tokoh-tokoh
yang mereka kenal.
2. Kompetensi Sosial
a. Pada film Taare Zameen Par menit 1:23:10 sedang berlangsung jam
istirahat dan guru-guru pun berkumpul di kantor. Terjadilah
percakapan di antara mereka.
Guru 1 : apa yang kamu taruh di sana Ram?
Pak Nikumbh : kerjaan anak-anak pak.
4 Sudarwan Damin, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, (Bandung: CV Alfabeta, 2013), cet.
3, h.24 5 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung: CV
Alfabeta, 2013), cet. 4, h. 41
40
Guru 2 : ngapain? Holkar tidak pernah menggunakan ruang itu untuk
buku. (Holkar adalah pengganti Ram).
Pak Nikumbh : lalu dimana saya harus menyimpannya?
Guru 2 : kembalikan ke anak-anak. Toh, akan digunakan buat apa?
Guru 3 : kegaduhan apa yang mereka buat di kelasmu, Nikumbh?
Seperti pasar ikan.
Pak Nikumbh : mereka anak-anak, wajarlah. Dan jika anak-anak
tidak meluapkan emosinya di kelas seni, dimana mereka akan
melakukannya?
Guru 1 : bisa juga, tapi kepala sekolah menyukai disiplin.
Guru 3 : saya yakin kamu yang menyanyi dalam kelas kemarin dan
memainkan seruling.
Pak Nikumbh : Ya, aku yang menyanyi, bermain seruling. Anak-
anak senang. Aku pun senang.
Guru 1 : tapi murid-murid ku tidak seperti anak-anak itu!
Pak Nikumbh : apa maksudmu?
Guru 1 : kamu mengajar di sekolah tulip kan?
Keterbelakangan mental, anak-anak abnormal?
Di sekolah itu, eksperimenmu banyak disukai.
Pak Nikumbh : apa bedanya?
Guru 1 : mereka tidak punya masa depan. Jangan terlalu serius
Nikumbh.
Guru 2 : ini sekolahan formal. Gaya menari dan menyanyimu tidak
akan efektif disini. Disini, kami mempersiapkan anak-anak untuk
hidup bersaing.
Guru 1 : anak-anak harus berkompetisi, sukses, mempunyai masa
depan. Moto sekolah kami adalah tertib, disiplin, dan bersaing. Tiga
kunci kesuksesan. Sebuah pondasi pendidikan yang lengkap.
Pak Nikumbh : ia menjawab menggunakan bahasa jerman sambil
memberikan isyarat “siap laksanakan”.
41
Selama perbincangan itu Nikumbh tidak terlihat marah ia tetap terlihat
santai menanggapi semua tanggapan negatif guru-guru tentang cara
mengajarnya. pada percakapan ini menunjukkan bahwa Nikumbh sebagai
guru pengganti baru ia mampu berkomunikasi dan bergaul secara aktif
dengan tenaga pendidik lainnya.
b. Pada menit ke 1:19:40 Nikumbh berkeliling kelas melihat gambar
peserta didiknya sambil sesekali bersendau-gurau dengan mereka.
c. Pada menit ke 1:34:48 Ram pergi menggunakan bus angkutan
umum. Di dalam ram duduk bersama seorang ibu yang membawa
anak bayi. Ketika sang ibu ingin menggantikan popok anaknya, ram
membantunya.
d. Pada menit ke 1:36:30 Tibalah Nikumbh dirumah Ishaan. Ibu Ishaan
yang membukakan pintu untuk Nikumbh. Ia memperkenalkan diri
“Hai, namaku Ram Shankar Nikumbh. Aku mengajar di sekolah era
baru Panchgani”. Lalu Ibu Ishaan berkata “Masuk”. Setelah masuk
Nikumbh meminta tolong kepada kakak Ishaan untuk mengeluarkan
buku-buku adiknya yang masih ada di rumah. Maka Kakak Ishaan
membawakan buku-buku Ishaan ke Nikumbh. Nikumbh berkata
“Apakah ini buku-buku kelas 3 nya?”Ibu Ishaan berkata “Ya”.
Ketika Nikumbh sedang membuka buku Ishaan tiba-tiba ada sebuah
kertas terjatuh dari cela buku tersebut. Ketika Nikumbh melihat
kertas tersebut, ternyata ada sebuah gambar. Nikumbh berkata
“Siapa yang menggerjakan ini?”Ibu Ishaan berkata “Ishaan”.
Nikumbh berkata “Ishaan melukisnya?” (Nikumbh menunjukan raut
wajah bingung). Ibu Ishaan berkata “Ya, dia senang melukis”.
Nikumbh melihat kedalam kamar Ishaan, terdapat banyak lukisan
disana. Nikumbh melihat buku flip kecil warna merah, ketika buku
itu dibuka ternyata gambar tersebut merupakan gambar terusan.
Gambar itu seperti mewakili perasaan Ishaan. Nikumbh berkata
“Kenapa kalian mengirimnya ke asrama? Kenapa?”. Bapak Ishaan
berkata “Tidak ada pilihan lain. Tahun lalu ia gagal pada kelas 3.
42
Anda percaya itu? dan tidak ada tanda-tanda perubahan. Anak
pertama saya selalu juara di kelasnya juara semua mata pelajaran.
Dan anak saya yang kedua”. Nikumbh berkata “Anda pikir apa
masalahnya?”. Bapak Ishaan berkata “Tingkah laku, lalu apalagi?
Terutama pada belajarnya dan semuanya..Selalu, susah...tidak
patuh”. Nikumbh berkata “Saya mau tahu masalahnya. Anda hanya
memberikan tanda-tandanya saja. Anda bilang, Anak itu sakit
demam.Saya tahu itu. Saya ingin tahu kenapa? ada apa
masalahnya?” Bapak Ishaan berkata “Kenapa Anda tidak
memberitahu kami? Lanjutkan”. Nikumbh berkata “Apakah Anda
memperhatikan bentuk kesalahannya? Ada kesalahan yang dia
ulangi?”Bapak Ishaan berkata “kesalahan bentuk? Kesalahan bentuk
apa? Hanya kesalahan”. Nikumbh berkata “Anda tidak
mengetahuinya?” Nikumbh mengeluarkan buku tulis Ishaan dan
menunjukan kepada bapak dan ibu Ishaan dan Nikumbh berkata
“Lihat" Nikumbh berkata “b' menjadi 'd' dan 'd' jadi 'b'. Dia bingung
dengan bentuk tulisan yang mirip. "S" dan 'R' terbalik. seperti yang
lainnya. lihat..'h' and 't'. bayangan cermin. Binatang, tiga pengucapan
yang berbeda pada halaman yang sama. Jadi, Bukannya dia tidak
belajar, tapi ada yang salah pada ejaannya. Dan yang ini,
menggabungkan kata-kata yang mirip. 'T-o-p' jadi 'P-o-t'. 'S-o-l-i-d'
jadi 'S-o-i-l-e-d'. Kenapa dia lakukan ini? apa dia bodoh? malas?”
Nikumbh berkata “Tidak..Menurutku, dia memiliki kesulitan dalam
mengenal huruf. Ketika kamu baca 'a-p-e-l', maka yang ada di
pikiranmu adalah apel. lshaan tidak bisa baca kata-kata itu, jadi dia
tidak tahu artinya apa. Dalam hal membaca dan menulis, itu penting.
Menghubungkan suara-suara dengan simbol-simbol, untuk
mengetahui artinya lshaan belum mampu memenuhi kemampuan
dasarnya. Bapak Ishaan berkata “Omong kosong. Itu hanya alasan
dia agar tidak belajar”. Nikumbh bangkit dari tempat duduk nya dan
mengambil kardus mainan yang terdapat tulisan cina nya. Lalu
43
Nikumbh meminta bapaknya Ishaan untuk membaca tulisan tersebut.
Nikumbh berkata “Coba baca ini”. Bapak Ishaan berkata
“Bagaimana aku bisa? Ini bahasa Cina”. Nikumbh berkata “ayo,
konsentrasi”.Bapak Ishaan berkata “Apa-apaan ini, Bagaimana bisa
aku baca ini?” Nikumbh berkata “Anda kurang ajar. Sikap Anda
tidak sopan. Anda malas”.(Bapak Ishaan terdiam dan berusaha
memahami apa yang dimaksud ram) Nikumbh berkata “Itulah
kesulitan Ishaan. Tidak mampu mengenali huruf. Ini adalah kesulitan
dalam membaca dan menulis yang biasa disebut dyslexia.
Terkadang, anak-anak bisa mempunyai masalah-masalah lain.
Seperti, kesulitan mengikuti beberapa instruksi. Kembali ke halaman
65, Bab 9, Paragraf 4, Baris ke 2 atau, kelemahan dalam
menggunakan kemampuan motoriknya”. Nikumbh berkata “Apakah
Ishaan mempunyai kesulitan untuk mengancingkan bajunya? atau
mengikat tali sepatu?”Ibu Ishaan berkata “Ya”. Nikumbh berkata
“Jika kamu melempar bola, apakah dia bisa menangkapnya?” Kakak
Ishaan berkata “Dia tidak pernah menangkapnya”. Nikumbh berkata
“Karena dia tidak bisa menghubungkan ukuran, jarak, dan
kecepatan. Berapa ukurannya, berapa jaraknya, melaju dengan
kecepatan berapa. Pada saat dia melakukannya, sudah telat. Coba
pikir, Seorang anak kecil, berumur 8 atau 9 tahun, belum bisa
membaca dan menulis. Tidak dapat melakukan hal-hal yang biasa.
Tidak bisa melakukan semua hal yang biasanya anak-anak
seumurannya bisa melakukannya dengan mudah. Apa yang harus dia
hadapi? Kepercayaan dirinya telah hancur. Menyembunyikan
ketidakmampuannya pada ketidakpatuhan. dia telah mementingkan
bermain, membuat kekacauan. Mengapa aku tidak bisa mengakui,
dan lebih baik berkata, ''aku tidak mau.'' Nikumbh berkata “Tidak
ada bedanya dengan orang dewasa. Sekarang, sifat pemberontaknya
juga telah hancur di sana. Maaf kalau aku mengatakan, dia telah
benar-benar berhenti melukis. Sangat disayangkan”.Ibu Ishaan
44
berkata “Ada apa dengan lshaan?” Nikumbh berkata “Belum ada
jawaban untuk itu. Itu bisa terjadi pada siapa saja. Terkadang itu
faktor turunan. Sederhana saja, ada gangguan kecil di otaknya, itu
saja”. Bapak Ishaan berkata “Jadi kamu mau mengatakan kalau anak
saya abnormal, keterbelakangan mental?” Nikumbh berkata “Anda
orang yang aneh. Lihat ini (memperlihatkan lukisan Ishaan Ishaan
kepada bapak Ishaan) Ini pemikiran yang tajam dengan imajinasi
yang luar biasa. Kemampuan yang jauh lebih hebat dibandingkan
anda dan aku”. Bapak Ishaan berkata “apa keuntungannya?”
Nikumbh berkata “mengapa anda mencari keuntungan?” Bapak
Ishaan berkata “Apa lagi yang harus aku cari? Mau jadi apa dia?
Bagaimana dia bisa bersaing? Apa aku harus memberinya makan
seumur hidupnya?” Nikumbh berkata “Aku mengerti. Di luar sana,
ada sebuah persaingan dunia, yang tidak kenal ampun. Dimana
setiap orang ingin menjadi juara dan pangkat yang tertinggi. Setiap
orang menginginkan nilai tinggi. Ilmu kedokteran, insinyur,
manager, apapun yang tidak bisa ditolerir. 95.5.. 95.6.. 95.7 persen.
Kurang dari itu sangat memalukan, benar? Ya ampun..cobalah
pikir..setiap anak mempunyai kemampuan dan mimpi-mimpi yang
unik. Tapi tidak, bakat setiap anak telah ditarik dan direngganggkan
agar setiap jarinya panjang. Silahkan tarik. Bahkan sampai jari-
jarinya patah”.
Pada percakapan di atas, menunjukkan bagaimana cara seorang guru
berkomunikasi dengan rekan pendidik di sekolah, dengan peserta didik di
kelas, dan dengan orang tua peserta didik di rumah.
Kemampuan guru berinteraksi sosial melalui komunikasi. Guru
harus bisa berkomunkasi dengan sesama guru, peserta didik, orang tua
peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Pada durasi menit ke 1:23:10 menunjukkan interaksi sosial yang
dengan sesama pendidik. Walaupun dirinya direndahkan Nikumbh tetap
45
tersenyum dan menerima dengan lapang dada. Sehingga tidak sampai
terjadi perdebatan yang panjang.
Pada durasi menit ke 1:19:40 menunjukkan komunikasi seorang guru
dengan peserta didiknya. Seorang guru yang tidak sungkan bercengkrama
dengan peserta didiknya namun masih dalam batas wajar dan tidak
mengajarkan peserta didiknya ketidak sopanan dengan gurunya.
Sedangkan Pada durasi menit ke 1:36:30 dan 1:34:48 menunjukkan
bagaimana seorang guru komunikasi dengan orang tua peserta didik dan
masyarakat. Ketika sampai di rumah Ishaan Nikumbh menjelaskan
bahwa ia pengajar di sekolah Ishaan karena ia belum pernah bertemu
dengan orang tua Ishaan. Nikumbh mengunjungi rumah Ishaan untuk
memberikan pertanyaan positif mengenai anak dan mendorong orang tua
Ishaan untuk bermitra dengannya guna memperoleh solusi dan strategi
bagi peningkatan yang dibutuhkan anak mereka.
Ketiga durasi di atas menunjukkan sikap kompetensi sosial. Seperti
menurut Mukhlas Samani yang dikutip oleh Fachruddin Saudagar yang
dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan individu sebagai
bagian dari masyrakat yang mencakup kemampuan untuk:
a)berkomunkasi lisan, tulisan dan isyarat, b)bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan
pendidikan, orang tua peserta didik, c)bergaul secara santun dengan
masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang
berlaku.6
Sedangkan menurut Jejen Musfah tentang “kompetensi sosial
merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk:
(a) berkomunikasi lisan dan tulisan; (b) menggunakan teknologi
komunikasi dan informasi secara fungsional; (c) bergaul secara efektif
dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang
6Fachruddin Saudagar, op. Cit., h. 65
46
tua/wali peserta didik; dan (d) bergaul secara santun dengan masyarakat
sekitar”.7
Guru profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan
tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua,
masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya.
Kompetensi sosial terkait dengan kemampuan guru sebagai makhluk
sosial dalam berinteraksi dengan orang lain dan dimana pun. Sebagai
makhluk sosial guru berperilaku santun, mampu berkomunikasi dan
berinteraksi dengan lingkungan secara efektif dan menarik mempunyai
rasa empati terhadap orang lain.8
Sesuai dengan potongan durasi di atas yang menunjukkan Nikumbh
mempunyai kompetensi sosial yang baik. Nikumbh dapat berinteraksi
sosial dengan semua kalangan, tidak sombong ataupun merasa jijik
terhadap kaum yang di bawahnya.
3. Kompetensi Pedagogik
a. Pada durasi menit ke 1:12:04 Nikumbh memulai pelajaran dengan
menggunakan kostum badut sambil menyanyi dan menari. Peserta
didik pun bersemangat mengikuti gerakan Nikumbh.
b. Pada durasi menit ke1:17:29 pada film Taare Zameen Par
Nikumbh membagikan kertas kosong kepada semua murid di
kelas. Ia berkata “Gambar, tulis, lakukan apa yang kalian suka”.
Kemudian ada seorang murid bertanya, “lalu apa yang kita
gambar? Tidak ada apa-apa di atas meja itu” sambil menunjuk
meja guru. “Meja ini? Meja ini terlalu kecil untuk imajinasi indah
kalian. Masuki pikiranmu dan keluarkan imajinasimu lalu
tuangkan dikertas itu. Bersenang-senanglah. Kalian bebas disini”
jawab Nikumbh.
7Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru melalui pelatihan dan Sumber belajar teori dan
praktik, (Jakarta: Prenada Group, 2012), cet. 2, h. 52-53 8Syaiful Sagala, op. Cit, h. 38
47
c. Pada durasi 1:18:06 Ishaan termenung, ia belum memulai
melukis. Durasi 1:18:30 Nikumbh mulai berkeliling kelas melihat
dan memantau anak-anak yang sedang melukis.ketika Nikumbh
sampai di meja Ishaan, ia melihat kertas yang ada di atas meja
Ishaan masih bersih, belum terlihat goresan dari tangan Ishaan.
Nikumbh bertanya kepada Ishaan,tersesat kawan? Sedang
mencari inspirasi? Nikumbh tersenyum. Namun Ishaan tidak
menjawab bahkan tidak menoleh ke arah gurunya. Melihat reaksi
Ishaan seperti itu ia berkata lagi “tidak apa-apa, jangan terburu-
buru nak”.
d. Pada durasi menit ke 1:19:40 Nikumbh mulai berkeliling kelas
kembali, sambil sesekali bersendau gurau dengan murid-
muridnya. Dan ketika Ram sampai lagi di meja Ishaan. Kali ini
Ram menunjukkan reaksi wajah kebingungan melihat kertas yang
ada di meja Ishaan masih belum juga ada goresan dan Ishaan pun
masih diam tanpa kata.
e. Durasi 1:20:10 Nikumbh bertanya kepada Ishaan, “ada apa nak?
Kamu tidak suka melukis? Siapa namamu nak?” Ishaan tetap
diam. tiba-tiba ada teman Ishaan menjawab “Pak namanya Ishaan
Awasthi”. Ketika itu Nikumbh tidak marah karena pertanyaannya
tidak pernah dijawab oleh Ishaan. Justru Ram berfikir mengapa
muridnya yang satu ini berbeda dengan yang lain.
f. Pada durasi menit ke 1:24:56 ketika Nikumbh sedang berkeliling
lorong kelas, Ia melihat Ishaan di depan kelas. Terlihat seperti
Ishaan sedang mendapat hukuman keluar kelas. Nikumbh
mendekatinya dan ketika ia hendak bertanya kepada Ishaan
nampaknya Ishaan sangat ketakutan. Melihat respon Ishaan yang
ketakutan, maka Nikumbhmundur dan memberi isyarat kepada
Ishaan bahwa ia tidak akan mengganggunya. Nikumbh pun
melanjutkan perjalanannya. Ketika Nikumbh menoleh kembali ke
arah Ishaan, ia sudah tidak nampak di depan kelas.
48
g. Durasi menit ke 1:26:40 Nikumbh langsung memeriksa buku-
buku Ishaan yang ada di lokernya. Ia memperhatikan lembar demi
lembar buku Ishaan. Nikumbh juga memperhatikan baik-baik
kesalahan yang ditulis oleh Ishaan.
h. Pada durasi 1:28:23 Nikumbh bermain bersama muridnya yang
disekolah tulip. Disini Nikumbh bukan hanya ikut bermain saja
akan tetapi sambil memperhatikan perkembangan motorik anak
didiknya yang berkebutuhan khusus.
i. Pada durasi menit ke 1:49:20 Nikumbh menunjukan kedalam
buku kecil merah yang didalamnya ada gambar-gambar hasil
karya Ishaan. Nikumbh menyerukan : Teman-teman, hari ini aku
akan bercerita, tentang seorang anak laki-laki. Pada suatu hari ada
seorang anak laki-laki, jangan tanya aku dimana...yang tidak bisa
membaca dan menulis.Walaupun sulit tapi dia tetap mencoba, dia
tidak bisa ingat kalau setelah huruf x adalah y. kata-kata adalah
musuhnya. Jika ia melihat huruf, maka huruf-huruf itu menari-
nari, menakuti dan menyiksa dia. Belajar melelahkan bagi dia,
tapi Siapa yang mau berbagi kesengsaraan dengan dia? Otaknya
penuh, tidak masuk akal. Alfabet menari-nari seperti disko. Suatu
hari, bocah malang itu selalu gagal dalam pelajarannya. Setiap
orang tertawa, tapi dia tetap memasang wajah berani. Dan suatu
hari, dia mendapatkan emas. Dunia tercengang ketika teorinya
diceritakan. Tebak siapa dia?. Wajah Ishaan nampak ketakutan.
Tiba-tiba Nikumbh mengeluarkan gambar dan ada seorang murid
menjawab Albert Einstein. Ishaan langsung mengangkat
kepalanya dan mencari siapa yang menjawab. Nikumbh berkata :
Benar, Rajan. Albert Einstein. Seorang ilmuwan besar. Pria yang
menghebohkan dunia dengan teori relativitasnya. Gerak brownan,
fotoelektrik. Dia mendapatkan penghargaan Nobel pada tahun
1921. Sekarang, Apa ini?(Nikumbh mengeluarkan gambar
helikopter. Dan ada anak yang menjawab helikopter) Bukan
49
helikopter biasa, yang ini. Karya penemu besar Leonardo da
vinci.. Siapa?Peserta Didik berkata : Leonardo da vinci. Nikumbh
berkata : Ya. dia yang menciptakan ini. Sebuah sketsa
Helikopter.Tapi kapan? Pada abad ke 15.400 tahun sebelum
pesawat pertama kali diterbangkan. Kamu tahu, Leonardo da
vinci memiliki kesulitan dalam membaca dan menulis. Dia
menulis seperti ini... Kalian bisa baca ini?Peserta Didik berkata :
Tidak. Nikumbh memiringkan papan tulis kemudian mengambil
kaca dan menghadapkan ke papan tulis.Anak-anak membaca
bersama-sama “MY NAME IS RAM NIKUMBH” anak-anak
bersorak-sorak dan bertepuk tangan karena berhasil membaca
yang ram tulis. Nikumbh meminta tolong kepada Ishaan untuk
menyalakan lampu. (Ishan pun segera menyalakan lampunya)
Nikumbh berkata “Siapa yang menerangkan dunia dengan
lampunya?” Ishaan menjawab “Thomas Alva Edison”. Nikumbh
berkata “Tepat sekali. Dia juga tidak bisa membaca dan menulis
dengan benar. Duduklah”. Saat itu Ishaan hendak mematikan
lampu. Akan tetapi ram langsung berkata “Biarkan lampunya
menyala. Mari kita bersenang-senang dengan cahaya Edison.”
Ketika duduk nampak dari wajah Ishaan sudah mulai ada
kepercayaan diri. Nikumbh berkata “setiap orang kenal pria ini.
(sambil memegang gambar)”. Peserta Didik menjawab “Abhishek
Bachchan” (Ram tertawa senang karena semua peserta didiknya
mengetahui siapa nama tokoh yang terdapat pada gambar
tersebut. Nikumbh berkata “Semasa kecilnya, dia memiliki
kesulitan dalam membaca dan menulis. Sekarang dia terkenal!”
(Anak-anak tertawa, Ishaan pun ikut tertawa). Nikumbh berkata
“Dan masih ada lagi... Pablo Piccaso. Pelukis terkenal, Dia tidak
pernah mengerti angka 7. (Dia sambil membuat angka 7 di papan
tulis) Dia bilang, itu hidung paman saya yang terbalik. (Dan ram
pun membuat angka 7 terbalik)(Anak-anak kembali tertawa).
50
(Kemudian ram bertanya lagi ) Siapa bapak mickey
mouse?(seorang anak menjawab “Walt Disney”)”. Nikumbh
berkata “benar. Walt Disney. Bermasalah dengan huruf, dia
menuangkan hidupnya ke dalam kartun. Neil Diamond, penyanyi
populer. Dia meluapkan rasa malunya dalam lagu. Agatha
christie, penulis buku misteri terkenal. Bayangkan seorang
penulis yang tidak bisa baca dan tulis sewaktu kecilnya?Lalu,
kenapa aku menceritakan semua ini kepada kalian? Untuk
menujukkan bahwa ada permata seperti itu diantara kita, yang
mengubah dunia. karena mereka bisa melihat dunia dengan cara
yang berbeda. Pemikiran mereka unik dan tidak setiap orang bisa
mengerti mereka. Mereka menentang. Sekarang mereka muncul
sebagai pemenang dan dunia dibuat terkejut. Mari kita
mendedikasikan kelas seni hari ini untuk orang-orang aneh yang
terkenal”. Nikumbh berkata “Jadi, mari kita simpan mereka di
pikiran kita. Keluar dan ciptakan sesuatu yang berbeda.. di luar
apapun yang kita temukan itu menarik.. batu, tongkat, sampah.
Ayo kita ke kolam kecil! (anak-anak langsung berlari keluar
menuju kolam kecil. Ishaan dan Rajan jalan terakhir)”
j. Pada durasi menit ke 1:57:20 ketika sedang di kolam kecil
bersama teman-temannya Ishaan mulai mengeluarkan ide-idenya
dengan merakit perahu. Ishaan mencoba menjalankan perahunya
di air dan ternyata berhasil. Nikumbh berteriak sambil menunjuk
kearah perahu yang Ishaan buat “Lihat itu! Bergerak.” Dan anak-
anak pun mendekati Ishaan. Nikumbh bertepuk tangan dan anak-
anak bertepuk tangan pula sebagai apresiasi kepada Ishaan yang
yang telah berhasil membuat perahu kayu. Namun Ishaan sedikit
sedih, ketika teman-temannya bertepuk tangan untuk dirinya, ia
justru pergi. Ram langsung mengambil perahu hasil karya Ishaan.
k. Pada durasi menit ke 1:59:21 Nikumbh datang kekantor kepala
sekolah untuk menjelaskan tentang Ishaan. Ia menjelaskan bahwa
51
Ishaan memiliki kesulitan membaca dan menulis karena dyslexia.
Kepala berkata akhirnya ia mempunyai alasan kepada orang tua
Ishaan untuk memindahkan Ishaan ke sekolah abnormal. Namun
Nikumbh menentangnya. Ia memberi penjelasan bahwa Ishaan
hanya membutuhkan sedikit pertolongan dari gurunya. Dan
semua anak mempunyai hak untuk sekolah dimana saja.
Kemudian kepala sekolah berkata “Dimana para guru memiliki
waktu? Mengajari satu anak satu kelas? sampai empat puluh
anak? Ayolah Nikumbh. Itu tidak mungkin. Maka Nikumbh
menjawab bahwa ia bersedia memberikan waktunya untuk
membantu Ishaan dalam mengatasi masalahnya.
l. Pada durasi 2:03:06 Ram mulai membimbing Ishaan dikelas
hanya berdua. Ishaan belajar menulis diatas pasir bersama Ram.
Ram menulis huruf “a” kemudian Ishaan mengulanginya. Ishaan
belajar menulis diatas kulit tangannya. Ram menulis di tangan
Ishaan dengan kondisi Ishaan menutup mata kemudian Ishaan
menebak huruf apa yang ditulis Nikumbh. Ishaan menulis huruf
sambil melukis menggunakan cat warna-warni perlahan namun
pasti. Ishaan membuat huruf-huruf dari play dow, di sela-sela itu
tiba-tiba Ram memberikan bentuk gajah dan berlanjut membuat
kartun-kartun lainnya. Ram menulis di papan tulis kemudian
Ishaan membacanya. Ishaan sedang menulis angka 8 diatas papan
tulis kotak-kotak. Ishaan menyusun mainan bersama Ram. Ishaan
mulai belajar menulis buku. Ram sedang mendikte Ishaan dan
Ishaan menulis dibukunya. Ishaan sedang belajar membaca
menggunakan Tape Recorder diatas kasur. Ishaan menulis di
papan tulis sambil di bimbing oleh ram. Ishaan sudah mulai
lancar membaca tulisan yang ada dibuku. Ishaan belajar angka.
Ram membuat urutan angka di setiap tangga. Dan Ishaan
melompat ketika mendapat intruksi dari ram. Disini ram juga
mengajari penambahan angka menggunakan media tangga yang
52
sudah dituliskan angka-angka. Ram berkata : Dimana kamu
sekarang. Ishaan berkata : Diangka 7. Ram berkata : Sekarang
kurangi 11. Ishaan menulis angka 8 diatas papan tulis kotak-kotak
lagi, namun kotaknya lebih kecil dari hari kemarin. Nikumbh dan
Ishaan bermain game di komputer bersama-sama. Pada durasi
2:06:15 ini tulisan Ishaan sudah terlihat rapih dan bisa dibaca.
Ishaan menulis angka 8 di atas papan tulis kotak-kotak lagi dan
kali ini hanya dalam satu kotak kecil. Ketika berhasil, Nikumbh
dan Ishaan melakukan high five.
Kemampuan pedagogik bagi guru bukanlah hal yang sederhana,
karena guru harus mampu mengelola peserta didik. Guru menguasai
karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, kultural, emosional, dan
intelektual.9 Seperti halnya pada durasi 1:17:29, 1:18:06 dan 1:19:40
Nikumbh dapat mengembangkan dan menguasai karakteristik peserta
didik dengan baik. Ia mempersilahkan peserta didik mengembangkan diri
masing-masing di pelajaran seni.
Kegiatan pembelajaran ialah suatu bentuk komunikasi. Sehingga
ketika pembelajaran berlangsung seorang guru harus bisa berkomunikasi
dengan santun secara efektif dengan peserta didik agar pembelajaran dapat
mudah dipahami.10
Seperti durasi menit ke 1:19:40 ketika Nikumbh berusaha bertanya
Ishaan namun ia tetap diam dan tidak menjawab pertanyaan gurunya. Saat
itu Nikumbh tetap santun berbicara dengan peserta didiknya. Ia justru
berpikir apa yang salah dengan pengajarannya.
Seorang guru yang mempunyai kemampuan pedagogik maka ia
mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik dengan suasana
dialogis dan interaktif. Sehingga pelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan.11
9 Marselus R. Payong, Sertifikasi Profesi Guru, (Jakarta: PT Indeks, 2011), h. 29
10Marselus R. Payong, ibid., h. 39
11Syaiful Sagala, op. Cit., h. 29
53
Sikap Ini di tunjukkan oleh Nikumbh pada durasi menit ke
1:12:04Nikumbh memulai pelajaran dengan cara inovatif, kreatif serta
menyenangkan. Peserta didik seneng dan mereka menjadi aktif. Mereka
mengikuti gerakan Nikumbh. Sedangkan pada menit ke 1:49:20
menunjukkan Nikumbh membuat pembelajaran di kelas menjadi aktif dan
kondusif.
Pada durasi menit ke 1:59:21 Nikumbh mengembangkan peserta
didiknya dengan meminta izin ke kepala sekolah untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi peserta didiknya. Baik potensi
akademik maupun nonakademik.
Pada durasi menit ke 2:03:06 setelah Nikumbh mengetahui bahwa
Ishaan mempunyai potensi akademik yang baik maka Nikumbh,
memfasilitasi peserta didik nya untuk pengembangan berbagai potensi
akademik12
. Ia memberikan waktu luang untuk memberikan pelajaran
tambahan kepada Ishaan. Agar Ishaan dapat mengikuti pelajaran bersama
teman-temannya di kelas.
4. Kompetensi Kepribadian
Pada film Taare Zameen Par menit 1:23:10 sedang berlangsung jam
istirahat dan guru-guru pun berkumpul di kantor. Terjadilah
percakapan di antara mereka. Di dalam percakapan ini guru senior
memberi kritik mengenai cara mengajar Nikumbh di kelas. Nikumbh
pun menerima kritikan tersebut.
a. Pada menit ke 1:28:15 Di pasar, ketika ram sedang berjalan
ditengah pasar, ada sayuran milik pedagang yang jatuh, Nikumbh
mengambilnya dan menaruh kembali ketempatnya semula. Sosok
Nikumbh yang peduli dimana saja ia berada. Contohnya seperti
pada menit di atas. Ia tidak membiarkan sayuran yang jatuh itu di
bawah, akan tetapi ia segera mengambilnya dan meletakkannya
seperti semula.
12
Sudarwan Darmin, op. Cit., h. 26
54
b. Pada durasi 1:34:48 Ram pergi menggunakan bus angkutan
umum. Di dalam ram duduk bersama seorang ibu yang membawa
anak bayi. Ketika sang ibu ingin menggantikan popok anaknya,
ram membantunya. Dan pada menit ke 1:35:51 Ram berhenti di
suatu warung, ia duduk dan memesan susu. Ketika sedang minum
ia melihat ada seorang anak kecil yang sedang sibuk merapihkan
piring dan gelas. Ram memanggil anak itu, dan mengajak anak
tadi minum susu sambil makan biskuit bersama dengannya. Pada
menit ini Nikumbh menunjukkan sikap kedermawanan dan
penolong. Seorang guru profesional sangat diharapkan bisa
menjadi panutan para peserta didiknya. Baik di sekolah maupun
di luar lingkungan sekolah.
c. Pada durasi menit ke 1:29:13 Nikumbh duduk sambil termenung
dan tanpa disadari air matanya sudah membasahi pelupuk
matanya. Tiba-tiba ada teman mengajarnya yang bernama Jabeen
bertanya “menjadi emosional, ya?”, Nikumbh pun mengusap air
matanya. Nikumbh berkata “Pria adalah ....” Jabeen berkata
“Seorang yang kejam, tidak sensitif, aku tahu”. Nikumbh berkata
“dan buta. Buta akan kecantikan, buta akan perasaan”. Jabeen
berkata “Siapa yang kau maksud?” Nikumbh berkata “Diri ku
sendiri. Seperti melihat diri sendiri di kaca” Jabeen berkata “Itu
bukan kesalahanmu. Kamu lumayan untuk dilihat”. Nikumbh
berkata “Jabeen, dia dalam bahaya” Jabeen berkata “Siapa? Siapa
ram?” Nikumbh berkata “Anak laki-laki di sekolah itu, sekitar 8
atau 9 tahun tidak pernah berkata sepatah kata pun. Selalu depresi
ketakutan. Matanya, seolah berteriak minta tolong. Aku takut dia
akan tenggelam”.
d. Pada durasi menit ke 1:46:31 Nikumbh berbincang dengan
temannya sambil menanam bibit. Nikumbh berkata : Tidak ada
pilihan lain, dia bilang ...Nikumbh berkata : Jika kamu suka
bersaing, peliharalah kuda balap jangan anak-anak. Memaksa
55
anak-anakmu menang bgung beban atas ambisimu. ltu lebih
buruk dibandingkan mempekerjakan anak. Dan jika anaknya tidak
mampu menanggung bebannya? Apa mereka mau mengerti?
Setiap anak berbeda, Cepat atau lambat mereka akan belajar. Di
setiap langkahnya. Pada lima jari yang tidak rata menjadi sebuah
tangan. Dan di sini lah mimpi itu akan diwujudkan, sedikit demi
sedikit.
e. Pada durasi menit ke 2:00:28 Nikumbh meminta izin kepada
kepala sekolah untuk memberikan bimbingan belajar kepada
Ishaan diluar jam belajar di kelas. Dan kepala sekolah menyetujui
permintaan Nikumbh.
Berdasarkan durasi kisah cerita film Taaren Zameen Par di atas,film
ini menceritakan tentang kompetensi profesional yang di contohkan oleh
Ram Shankar. Dari cerita ini di atas jelas bahwa seorang guru harus
menjadi panutan di dalam sekolah maupun di luar sekolah.
Seperti Firman Allah dalam Surat Al-Ahzab:21 yaitu:
لقد كان لكم في رسول الله أسوة حسنة لمه كان يرجو الله واليوم الآخر
وذكر الله كثيرا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
“Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara
hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan, dan kebiasaan yang menyatu,
membentuk suatu kesatuan tindak akhlak yang dihayati dalam kenyataan
hidup keseharian”.13
Pada durasi menit ke 1:23:10 menunjukkan bahwa Nikumbh
mempunyai kepribadian yang berwibawa. Seorang guru idealnya mampu
bersikap terbuka, karena guru yang bersikap terbuka mempunyai
13
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h.10.
56
kemahiran mendengar dan mempertimbangkan pendapat orang lain,
termasuk pendapat yang berisi saran atau keritikan.
Seperti Firman Allah dalam Surat Al-Mujaddalah:11 yaitu:
“Allah akan meninggikan orang-orang beriman diantaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Padadurasi menit ke 1:28:15, 1:34:48 dan 1:29:13 Nikumbh
menunjukkan pribadi yang santun kepada semua orang. Ia tidak membeda-
bedakan dalam semua hal. Terbukti ketika ia mengajak anak kecil yang
sedang bekerja di warung untuk duduk bersama sambil minum susu serta
ketika ia di dalam bus ia menolong penumpang lain.
Setiap guru memiliki kepribadiannya masing-masing yang unik. Jadi
pribadi keguruan itu pun unik juga dan perlu dikembangkan secara terus-
menerus agar guru itu terampil dalam:
1. Mengenal dan mengakui harkat dan potensi dari setiap individu atau
peserta didik yang diajarnya,
2. Membina suasana sosial yang meliputi interaksi belajar-mengajar
sehingga amat bersifat menunjang secara moral (bathiniah) terhadap
peserta didik bagi terciptanya kesepahaman dan kesamaan arah dalam
pikiran serta perbuatan murid dan guru.
3) Membina suatu perasaan saling menghormati, saling bertanggung
jawab dan saling mempercayai antara guru dan peserta didik.14
Pada durasi menit ke 1:29:13Nikumbh menunjukkan rasa tanggung jawab
terhadap peserta didiknya yang bernama Ishaan. Ia merasa simpati atas
sikap Ishaan yang berbeda dari peserta didik lain.
Menjadi pribadi yang matang secara emosional berarti guru haruslah
mampu mengendalikan diri, hawa nafsu, dan kecendrungan-kecendrungan
14
Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995),
h. 263-264
57
tertentu yang dimilikinya. Tidak jarang memang ditemukan bahwa ada
guru yang tidak dapat menahan emosinya berhadapan dengan peserta didik
yang nakal, bandel, tidak disiplin, bahkan peserta didik yang mungkin
memiliki keterbatasan kemampuan sehingga lamban dalam belajar.15
Pada durasi menit ke 1:46:31 Nikumbh meluapkan amarahnya setelah
bertemu dengan orang tua Ishaan dengan cara yang positif yaitu menanam
pohon. Ini menunjukkan bahwa ia dapat mengontrol dan mengalihkan
emosinya dengan baik. Ia tidak meluapkan kepada peserta didik ataupun
orang lain.
Pada durasi menit ke 2:00:28 Nikumbh meminta izin kepada kepala
sekolah untuk memberi bimbingan belajar kepada Ishaan dan kepala
sekolah menyetujui. Dengan rasa tanggung jawab Nikumbh
melaksanakannya. Dan pada durasi ke 2:06:08 rasa tanggung jawabnya
terbayarkan dengan kemampuan menulis Ishaan.
Kemualiaan hati seorang guru diwujudkan dalam kehidupan sehari-
harinya. Guru secara nyata dapat berbagi dengan peserta didiknya. Guru
yang memiliki daya kalbu yang tinggi yang menampilkan kepribadian
paripurna. Ketulusan hati terdiri dari daya spiritual, emosional, moral, rasa
kasih sayang, kesopanan, toleransi, kejujuran, disiplin diri, harga diri,
tanggung jawab, keberanian moral, kerajinan, komitmen, estetika dan
etika.
15
Marselus R. Payong, Sertifikasi Profesi Guru, (Jakarta: PT Indeks, 2011), h. 39
58
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dipaparkan beberapa
kesimpulan bahwa terdapat profesionalisme dan kompetensi guru pada film
Taare Zameen Par.Profesionalisme guru pada film Taare Zameen Par ini
adalah kemampuan guru untuk melakukan tugas pokoknya sebagai pendidik
dan pengajar meliputi kemampuan merencanakan, melakukan, dan
melaksanakan evaluasi pembelajaran. Namun belum semua guru
profesionalisme dan dapat melaksanakan kompetensi guru. Ram Shankar
Nikumbh yang diperankan oleh Aamir Khan di film ini berperan sebagai
sosok guru yang profesional.
Pada film Taare Zameen Par penulis melihat guru profesional dari empat
kompetensi guru yaitu : Kompetensi profesional, kompetensi sosial,
kompetensi pedagogik dan komptensi kepribadian yang terdapat di dalam
film ini.
1. Kompetensi Pedagogik
Nikumbh mampu memahami peserta didik secara mendalam,
melaksanakan pembelajaran, serta mengembangkan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensinya.
2. Kompetensi Kepribadian
Nikumbh mempunyai kepribadian yang dewasa, peduli sosial, adil,
santundan dapat menjadi teladan untuk peserta didiknya.
59
3. Kompetensi Sosial
Nikumbh mampu berinteraksi sosial dengan sesama tenaga pendidik,
peserta didik, orang tua peserta didik dan dengan masyarakat. Ia tidak
membedakan perlakuannya terhadap satu sama lainnya.
4. Kompetensi Profesional
Nikumbh mampu menguasai materi pembelajaran yang mendalam
dan luas. Serta ia mampu mengembangkan materi pembelajaran dengan
kreatif Dan indikator kompetensi profesional lainnya.
B. Implikasi
Penelitian ini memiliki implikasi terhadap aspek lain yang relevan dan
mempunyai hubungan yang positif. Implikasi tersebut dijelaskan sebagai
berikut:
1. Implikasi teoritis
a. Membuka wawasan akan beragamnya film yang mengandung akhlak
dapat digunakan sebagai media pembelajaran.
b. Membuka peluang dilakukan penelitian-penelitian tentang
profesionalisme guru.
2. Implikasi pedagogis
Film Taare Zameen Par yang disutradai oleh Aamir Khan yang
terlibat langsung sebagai pemeran utamanya ini digunakan sebagai media
pembelajaran film yang isi ceritanya banyak mengandung nilai-nilai
pendidikan untuk peserta didik, orang tua dan pendidik.
3. Implikasi praktis
a. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
penelitian profesionalisme guru, sehingga peneliti lain akan
termotivasi untuk melakukan penelitian yang nantinya dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Penelitian ini dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk lebih
mencermati dalam memilih tontonan film.
60
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan/hasil penelitian yang telah diperoleh, peneliti dapat
memberikan saran yaitu:
1. Hendaknya film-film di dunia lebih mengedepankan film yang
menceritakan profil seseorang yang dapat memberikan contoh sehingga
dapat diteladani dan dapat ditonton oleh semua lapisan masyarakat.
2. Untuk para produser film hendaklah perbanyak memproduksi film-film
bergenre edukasi,
3. Hendaklah sekolah-sekolah dapat menjadikan film ini sebagai sumber
belajar dan motivasi untuk peserta didik dan pendidik untuk
meningkatkan profesionalisme
61
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Muzayyin, FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM, Jakarta: PT Bumi Aksara,
2010, Ed. Revisi.
Arifin, H.M., ILMU PENDIDIKAN Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003, cet. Ke-1.
Arikunto, Suharismi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:
Roneka Cipta, 2006.
Danim Sudarwan, Pengembangan Profesi Guru: Dari Pra-Jabatan, Idnuksi, Ke
Profesional Madani, Jakarta: Kencana, 2011.
---------------------, Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru, Bandung: CV
Alfabeta, 2013, cet. 3.
Daradjat, Zakiyah, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta:
Ruhama, 1995, cet. 2.
----------------------, Kepribadian Guru, Yogyakarta: Bulan Bintang, 2005, Cet. IV,
----------------------, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta: Bumi
Aksara, 1996.
----------------------, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi
Aksara, 1995.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 2002, Edisi ke-3.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan.
Effendy, Onong Uchjana, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, Bandung: PT
Citra Aditya Bajkti, 2003.
Fathurohmah, Pupuh dan Aa Suryana, Guru Profesional, Bandung: PT. Refika
Aditama, Cet. 1.
Gunawan, Imam, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, Jakarta: Bumi
Aksara, 2013
62
Hamalik, Oemar, PENDIDIKAN GURU Berdasarkan Pendekatan Kompetensi,
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Hasbullah. Dasar-dasar ilmu pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008,
Ed. Revisi 6.
Hawi, Akmal, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2013, cet.1.
Herdiansyah, Haris, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial,
Jakarta: Salemba Humanika, 2012.
Jensen, William L. Rivers-Jay W, Theodore Peterson, Media Massa dan
Masyarakat Modern, Jakarta:Kencana,2004.
Kunandar, Guru Profesional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam sertifikasi Guru, Jakarta: Rajawali Pers, 2007.
Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Martinis Yamin dan Maisah, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, Jakarta:
Gaung Persada Press, 2006, Cet.1.
Miran, Misbach Yusa, Sejarah Film 1900-1959, Jakarta: Komunitas Bambu,
2009,
Moloeng, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rosda Karya, 2006.
Mudlofir, Ali, Pendidik Profesional, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012.
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2004.
Mulyasa, E, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, PT. Remaja Rosda Karya:
Bandung, 2008, Cet. 3.
Musfah, Jejen, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan Dan Sumber
Belajar Teori Dan Praktik Jakarta: Kencana, 2011, cet.1.
Munadi, Yudhi, Media Pembelajaran, Jakarta: Gaung Persada Press, 2008.
Ngalim, M. Purwanto, MP. Ilmu Teoritis dan Praktis, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1998, Cet.ke-10.
Nurdin, Muhamad, Kiat Menjadi Guru Profesional, Yogyakarta: Prisma Sophie.
Payong, Marselus R., Sertifikasi Profesi Guru, Jakarta: PT Indeks, 2011.
63
Pratista, Himawan, Memahami Film, Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008, Cet.
Ke-1.
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005
Cet.5.
Rugaiyah dan Atiek Sismiati, Profesi Kependidikan, Bogor: Ghalia Indonesia,
2011 Cet-1.
Rusman, MODEL-MODEL PEMBELAJARAN, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2011, cet. Ke-3.
Roestiyah N.K, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Jakarta: Bina Aksara, 1989,
Cet. 3.
Roqib, Moh, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Lkis Printing Cemerlang, 2009
Sabri, Alisuf, PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN, Jakarta: UIN Jakarta Press,
2005, cet. Ke-1.
Sagala, Syaiful, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan,
Bandung: CV Alfabeta, 2013, cet. 4.
Saudagar, Fachruddin dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru,
Jakarta: Gaung Persada, 2011, Cet. Ke-3.
Sanjaya, Wina, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Jakarta: Kencana, 2008, Cet. Ke-3
Smith, J. David, INKLUSI, Sekolah Ranah untuk Semua, Bandung: Nuansa, 2006,
cet. 1,
Suharto, Toto, Filsafat Pendidikan Islam, Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2006.
Trianton dan Titik Triwulan Tutik, Tinjauan Yuridis Hak serta Kewajiban
Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006,
Cet.1.
Trianton, Teguh, Film Sebagai Media Belajar, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013.
Turner, Anita Moultrie, Resep Pengajaran Hebat, Jakarta:PT. Indeks, 2008.
Thalib, Syamsul Bachri, Psikolog Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif,
Jakarta: Kencana, 2010, cet. Ke-1.
--------------------, PENDIDIKAN GURU Berdasarkan Pendekatan Kompetensi,
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
64
-------------------, Resep Pengajaran Hebat, Jakarta:PT. Indeks, 2008.
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam: Berbasis Integrasi
dan Kompetensi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.
UU RI No. 14 Th. 2005, Tentang Undang-Undang Guru dan Dosen, Jakarta:
Sinar Grafika, 2006, Cet. I.
Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 tahun 2005.
Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005. Cet. 1.
Yamin, Martinis, Sertifikasi Keguruan di Indonesia, Jakarta: Gaung Persada
Prees, 2006, Cet ke-1.
Zaini, Syahminan, PRINSIP-PRINSIP DASAR KONSEP ISLAMI, Jakarta: Kalam
Mulia, 1986, cet. Ke-1.
Lampiran
Ketika pertama kali Nikumbh masuk kelas pengganti guru seni
dan memakai kostum badut bernyanyi dan menari sebagai ice
breaking sebelum mulai belajar. Anak-anak terlihat bergembira
dan antusias mengikutinya.
Ketika Nikumbh sedang menjelaskan masalah yang dialami
oleh Ishaan kepada kedua orang tuanya di rumah Ishaan.
Ketika Nikumbh membantu seorang ibu yang sedang
menggantikan baju anaknya di dalam bus.
Ketika Nikumbh memberikan motivasi kepada anak didiknya.
Ketika Nikumbh
membimbing Ishaan dalam
mengenalkan
Ketika Ishaan ingin menaruh perahu buatannya di danau
belakang sekolah.
Ishaan mulai percaya diri.
Ketika Nikumbh meminta izin kepada kepala sekolah
untuk membantu Ishaan belajar. Dengan cara memberikan
pelajaran
Ketika lomba melukis. Di ikuti oleh semua
peserta didik dan guru-guru.
LBMBAR UJI REFERENSI
Nama : Ade Firda Mas'ud-
NIM : tr 111011000082
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul : Profesionalisme Dan Kompetensi Guru Pada Film Turee
Zuamen Par.
No Judul Buku No.Footnote
HalamanSkrinsi
ParafPembimbine
BAB II Muhaimin, Paradigma
P endidikan Islam, (Bandung:PT. Remaja Rosda Karya,2004),h.37.
1
M
2 Oemar Hamalik, P endidikanGuru B er das ar kan P e nde knt an
Kompetensi, (lakarta: PT. BumiAksara), h. 6.
2 2
M
J Muhamad Nurdin, Kiat MenjadiGuru Pr ofe sional, (Yogyakarta:Prisma Sophie), h. 49
1J 2////
4 Pupuh Fathurrohman dan AaSuryana, Guru Profesional(Bandung: PT. Refika Aditama),cet I. h. 40
4 2///r
5 Jejen Musfah, P eningkatanKompetensi Guru MelaluiPelatihan Dan Sumber BelojarTeori Dan Praktik, (Jakarta:
Kencana, 20lI), cet I, h. 1
5aJ
M
6 Yudhi Munadi, MediaP emb e I aj ar an, (J akarta: Gaung
Persada Press, 2008), h. 1 14-1 15
6 4 M7 Anita Moultrie Turner, Resep
P engaj ar an He b at, (Jakarta:PT.
Indeks, 2008),h.29
7 5//v1
8 Syamsul Bachri Thalib.P sikolo gi P endidikan B erb as is
Analisis Empiris Aplikatif,(Jakarta: Kencana, 2010), cet.
Ke-1 h.281
8 6
M
9 Oemar Hamalik, Pendidiknn
Guru Berdasarkan Pendekatan
Kompetensi, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara), h. 1.
9 6
M
10 Anita Moultrie Turner, Resep
P engaj aran He b at, (Jakarta:PT.
Indeks, 2008), h.3-4
i0 6
//
BAB II1t Rugaiyah dan Atiek Sismiati,
207 7, Pr ofe si Kependidikan,(Bogor: Ghalia Indonesia, 20ll)Cet-l, h. 5
11 9
//v/
12 Sudarwan Danim,P engembangan Profesi Guru :
Dari Pra-Jabatan, Idnuksi, KeP r ofe s i o nal Mad ani, (Jakarta:
Kencana, 2011),h. 101-102
t2 9
,{
l3 Kunandar, Guru Profesional,Itnplementasi Kurikulum TingkatSatuan Pendidikan (KTSP) dan
Sukses dalam sertifikasi Guru,(Jakarta: Rajawali Pers, 2007),h.46
l3 9
ffl4 UU RI No. 14 Th. 2005,
Tentang Undang-Undang Gurudan Dosen, (Jakarta: SinarGraflrka, 2006), Cet. I, h. 3
t4 10
N/
15 Ali Mudlofir,PENDIDIKP RO F ES I ONA L, (J akarta: Raj a
Grafindo Persada, 2012), h.l7
15 l0//
16 Tohirin, Psikologi P embelai aranP endidikan Agama Islam :
Berbasis Integrasi danKompetensi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006), h" 178
& 179
T6 l0
,v
l1lt Departemen Agama P.I, Al-Our'an dan Teriemahan,h" 285
17 1l Vl,/
18 Akmal Hawi, Kompetensi GuruPendidikan Agama Islam(Jakarta: PT. Raj aGrafindoPersada, 2013), cet. 1,h. I
18 11
M19 Martinis Yamin, Sertifikasi
Keguruan di Indonesia, (lakarta:Gaung Persada Prees, 2006), Cetke-1. h.210
t9 1l{/u/
20 Roestiyah N.K, Masalah-masalah llmu Keguruan,(Jakarta: Bina Aksara, 1989),
Cet. 3. h. 4
20 t1{/
21 Abdul Majid, PerencanaanP e mb el aj ar an, PT Remaj a
Rosdakarya.Bandung, h. 5
21 l1,{
22 Jejen Musfah, P eningkatanKompete snsi Guru MelaluiPelatihan Dan Sumber BelajarTeori Dan Praktik, (Jakarla:
Kencana, 201 1), cet.l,h.2J
22 T2 ,au/
23 Zakiy ah D ar adj at, P e n d i d i ka n
Islam dalam Keluarga dan
Sekolah, (Jakarta: Ruhama,1995), cet.2,h.95
23 l2
,(
24 Yamin Martinis, SertifikasiProfesi Keguruan di Indonesia,(Jakarta: Gaung Persada Press
2006\.h.23
24 12
*
25 Undang-Undang Guru danDosen No. l4 tahun 2005...., h. 2
25 l3 tr26 M. Purwanto Ngalim, MP. Ilmu
Teoritis dan Praktis, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 1998)
Cet.ke-10, h.138
26 13 ///r
21 h1ch. Uzer Usman. l'4enlatli( iur u {'r of e s i on al, (Banclung:
?T'. Remaja Rosda Kar-va" 2005).cet. XVII.
27 13
M28 Ramayulis, Metodologi
P endidikan Agama Islam,(Jakarta: Kalam Mulia, 2005)Cet. 5.h.62
28 14,//t'/
29 Rusman. Model-ModelPembelajaran, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), cet"
Ke-3 h.22.
29 l4
M
30 Akmal Hawi, KomPetensi GuruPendidikan Agama Islam(Jakarta: PT. Raj aGrafindoPersada, 2013), cet. 1, h.6
30 t4
M
31 E.Mulyasa, St andar Ko mP et ens idan Sertifikasi Guru, (PT.Remaia Rosda KarYa: Bandung,
2008), cet.3,h.75
31 l4,//
32 Zakiah D arudj at, Ke P r i b a d i a n
Guru, (Yogyakarta: BulanBintang, 2005), Cet. IV, h. 9-10
32 15 ,r1aJJ Wina Sanjaya, P embelaj aran
dalam Implementasi KurikulumB e r b {)s i s Ko mP et e ns i, (J akatta:
Kencana, 2008), Cet. Ke-3
-
11JJ 15
//
34 Martinis Yamin dan Maisah,
Sertifikasi Profesi Keguruan di
Indonesia, (Jakarta: Gaung
Persada Press, 2006), Cet'1, h. 8
34 15 ,./r/rr
35 Trianton dan Titik TriwulanTutik, Tinjauan Yuridis Hakserta Kewaj iban P endidikMenurut UU Guru dan Dosen,
(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006),
Cet. l, h.63
35 15
'//t/f
36 Wina Sanjaya, P embelaj arandal am Implementas i KurikulumB e r b as i s Ko mP e t e ns i, (J akarta:
Kencana, 2008), Cet. Ke-3
36 t6 v37 Fachruddin Saudagar dan Ali
Idrus, PengembanganP r ofe s i o nal i t a s Gur u, (Jakarta :
Gaung Persada, 2011), Cet' Ke-
3.h.57-61
37 16
M
38 Syamsul Bachri Thalib.P sikolo gi P endidikan B erbasis
Analisis EmPiris APlikatif,(Jakarla: Kencana, 2010), cet.
Ke-1 h. 273'276
38 17
IL//
39 Toto Suharto, FilsafatP endidikan I s I am, (Jogi akarta:
Ar-R:trzz,2006),h. 121
39 t7^//_tr
40 Rugaiyah dan Atiek Sismiati.
Profesi Kependidikan, (Bogor:
Ghalia Indonesia, 20Il), h. 6
40 18 ,v!/
4I Dewasa di sini dimaksudkan 4l 18
adalah dapat bertanggung jawab
terhadap diri sendiri secara
biologis, psikologis, paedago gis
dan sosiologis.42 Muzayyin Arifin, Filsafat
Pendidikan Islam, (Jakarta: PTBumi Aksara, 2010), Ed.Revisi, h. 12
42 t8
Nl
43 Moh. Roqib, Ilmu PendidikanIslam, (Yogyakarta: LkisPrintins Cemerlang, 2009), h. 14
43 l8//
44 Hasbullah. Dasar-Dasar llmuP endidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), Ed.
Revisi 6 h. 1
44 l8 our
45 Alisuf Sabri, Pengantar llmuP endidikan, (Jakarta: UINJakarta Press, 2005), cet. Ke-1 h.
6
45 t9
Y46 H.M. Arifi n, Ilmu P endidikan
Tinjauan Teoritis Dan PraktisB erdas arkan P endekatanInt e r di s ipl iner, (J akafia: PTBumi Aksara, 2003), cet. Ke-lh.8
46 t9
,//
47 Syahminan Zaini, P r ins ip-Prinsip Dasar Konsep Islami,(Jakarla: Kalam Mulia, 1986),
cet. Ke-i h. 4
47 t9
w48 J. David Smith, Inklusi, Sekolah
Ranah Untuk Semua, (Bandung:Nrransa, 2006), cet. 1, h. 70
48 21 v49 Misbach Yusa Miran, Sejarah
Film I 9 00- I 9 5 9, (Jakarta:
Komunitas Bambu, 2009), h. Xv
49 2l ,a,/
50 Departemen PendidikanNasional, Kamus Besar BahasaIndonesia, (Jakarta: BalaiPustaka, 2002), Edisi ke-3, h.
316
50 22
#51 William L. Rivers-Jay W.
Jensen, Theodore Peterson,
Media Massa dan MasyarakatModern, (Jakarta: Kencana,2004),h.6
51 22 {
52 Teeuh Trianton, Film Sebagai 52,53 )) )7 M
Mt dru B rlaj ar, (Y o gYakarta: --1-^ rt*,, ,)nl?\ hal 15\Jl4rr6r LtLLLv) Lv LJ,/) '
54 L3W-//54 Onong Uchjana l:tlendY, ttmu'
Teort, dan Filsafot Komunikasi'
leT*rq^lJStl',',o*?'IJalKrl, lvvJ)) rt- /'
I
55 23
M55 Himawan Pratista, Memanamt
F i I m, (Y o gY akatta: Homerian
Pustaka, 2008), Cet' Ke-1'
56
BA B IITl-"- G""a*an, Metode
Penelitian Kualitatif Teori dan
Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara'
56 28 ,1//r57 28 //57 Lexy J. Moloeng, Metodologr
P e ne I i t i an Kuali t at if, (Jakarta:1 r/^---,^ lnnA\ h 6
ItUSua r\cu _Y q.,|l!)l!j:1ji__t-
58 29
//58 Haris HerdiansYah, Metoao to gt
Penelitian Kualitatif untuk llmu-
ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba'r ^n1a\ L 121
numalllKa, Lv rL)) tr'59 29 ,//
t/1'//59 Haris HerdiansYah, Met o do togt
Penelitian Kualitatif untuk llmu-
ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba:1-^ .n 1a\ l" 1/.1
nUlllallr\4, Lv LL.l) 'L'60 29 ,///r60 Suharismi Arikunto. l'rosedur
I
Penelitian Suatu Pendekalan I
Praktik, (Jakarta: Roneka CiPta' I
1oool. rr.'zl r I
AB IVE w60 J. D""id Smith, Inklusi, Sekolah
Ranah (Jntuk Semua, (Bandung:1L?n
60 31
Ntl2flS8. zuuur. ut-t' t. "' ' "
Fachruddin Saudagar.
P e n ge mb angan P r ofe s i o nal it as
Gui, (Gaung Persada: J akarta',n1t'\ cet Ke-3- h.65
60 46
M57
50 -r6158 Marselus R. PaYong, JertutKast
Profesi Guru, (lakarta: PT Indeks'
201 1), h. 39