proposal csr pupuk 2012_bast1612_sangatta
DESCRIPTION
permohonan lokakaryaTRANSCRIPT
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
PROPOSAL
Program Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
I. LATAR BELAKANG
Kemakmuran yang menjadi tujuan akhir kegiatan ekonomi sudah saatnya dicapai melalui daya saing yang dicirikan oleh produktivitas jangka panjang. Sedangkan produktivitas harus dicapai melalui kapasitas inovatif yang tinggi. Sumber-sumber kemakmuran yang mengandalkan input tradisional sebagai bagian dari keunggulan komparatif, sudah menurun perannya pada persaingan yang lebih tinggi seperti di level nasional dan internasional. Sumber paling penting dari kemakmuran diciptakan oleh manusia, bukan didapat dari warisan.
Usaha skala kecil merupakan bagian dari kegiatan ekonomi yang melibatkan seluruh skala usaha, baik kecil, menengah atau besar. Sebagian besar usaha kecil yang masih berada dalam kondisi lemah perlu didorong menjadi lebih berperan dalam struktur ekonomi lokal, nasional maupun regional, bahkan internasional. Dengan demikian segenap kegiatan peningkatan kapasitas inovatif merupakan sasaran antara untuk mencapai produktivitas atau daya saing yang tinggi dan mengarah pada tercapainya kemakmuran. Gerakan peningkatan usaha kecil merupakan upaya afirmatif dalam konteks pembangunan daya saing.
Dalam lingkup perusahaan, upaya lebih kecil dalam pengembangan ekonomi bagi lingkungan sekitarnya adalah melalui program CSR (Corporate Social Responsibility). Dalam konsep triple bottom line (people, profit, dan planet) secara konkrit dapat diturunkan menjadi dua hal yaitu Memadukan Strategi dan Masyarakat (tujuan ekonomi dan tujuan sosial), sehingga terdapat irisan yang saling terhubung.
Apabila ini diterapkan oleh perusahaan maka diharapkan: Terdapat hubungan yang tak terelakkan antara dunia usaha dan
masyarakat.a) Daya saing perusahaan
bergantung pada komunitas sekeliling.
b) Tenaga kerja trampil.c) Kondisi kerja yang aman.d) Lingkungan bisnis yang
transparan dan bebas korupsi.
e) Perasaan memiliki kesempatan yang sama. Degradasi lingkungan yang rendah (pemanfaatan sumberdaya fisik secara
produktif). Kesehatan masyarakat bergantung pada perusahaan yang dapat
menciptakan kekayaan dan memberikan upah yang tinggi. Terdapat sinergi jangka panjang antara tujuan ekonomi dan tujuan sosial. Untuk memaksimalkan sinergi, keputusan bisnis dan kebijakan sosial harus
mengikuti kaidah shared value.
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 1
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
Daya saing perusahaan dan kondisi sosial harus bersama-sama mendapatkan manfaat.
Sinergi dan kolaborasi multi stakeholder dalam meningkatkan keterlibatan semua pihak perlu diwujudkan.
Adapun dampak dari dinamika yang terjadi dalam proses bisnis dan non bisnis dimana perusahaan beroperasi membawa pergeseran atau pertambahan peran dunia usaha terhadap isu sosial (CSR) antara lain : Mempertimbangkan kepentingan bersama (perusahaan dan masyarakat) Memberikan dampak sosial yang paling besar Memadukan strategi perusahaan dan masyarakat Serta fokus pada kegiatan/program yang memberikan dampak strategis
Secara internal perusahaan, upaya implementasi CSR diarahkan menjadi lebih strategis. Motif pelaksanaan CSR terus berubah kearah yang lebih strategis baik bagi peningkatan daya saing internal perusahaan maupun daya saing lingkungannya (berbagai bidang seperti kesehatan, pendidikan, lingkungan, dan ekonomi). Hingga pada akhirnya disadari bahwa CSR bukan semata program sosial yang menjadikan perusahaan sebagai sebuah “lembaga sedekah” ataupun “bagian dari departemen sosial milik pemerintah”, atau sekedar sebagai strategi menaikkan citra perusahaan. Implementasi CSR juga bukan sekedar penjabaran dan pembenaran dari kewajiban moral, keberlanjutan, ijin operasi, ataupun reputasi, melainkan bagaimana mengubah pola pikir “tanggung jawab sosial perusahaan”, menjadi “integrasi sosial perusahaan”.
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 2
Yang mana pelaksanaan CSR secara umum kedepannya dapat dikombinasikan menjadi bagian dari Shared Value (CSR Strategis) perusahaan, sehingga:
Hal yang penting dalam CSR yaitu berbuat baik akan bertransformasi menjadi memberikan manfaat ekonomi dan sosial, dan biaya yang mengikutinya relatif sesuai dengan capaian yang diharapkan.
Pelaksanaan CSR yang merupakan prinsip sebagai warganegara, kedermawanan, dan keberlanjutan bertambah melalui penciptaan value bersama antara perusahaan dan masyarakat.
Dulunya pelaksanaan CSR hanya merupakan pilihan atau respon terhadap tekanan dari eksternal, kedepan dapat dirubah terpadu dengan kegiatan bersaing atau kompetitif dalam konteks pendekatan bisnis misalnya.
Dahulu pelaksanaan CSR terpisah dari pemaksimalan laba perusahaan, dapat dirubah sehingga terpadu dengan pemaksimalan laba perusahaan. Sebagai catatan bahwa tipe perusahaan akan berbeda terutama bagi perusahaan ekstraktif / pertambangan.
Agenda kegiatan CSR ditentukan oleh laporan eksternal dan selera pribadi dari manajemen perusahaan, kedepannya agendanya lebih spesifik sesuai dengan karakteristik perusahaan dan dimunculkan dari dalam perusahaan berkolaborasi dengan lembaga jangkar seperti organisasi nirlaba yang kompeten dibidangnya.
Dan yang terakhir meskipun relatif tidak mudah adalah dampak dari pelaksanaan CSR dibatasi oleh jejak perusahaan dan anggaran CSRnya,
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
II. PENGEMBANGAN EKONOMI KONTEKS PENGENTASAN KEMISKINAN
Menurut data BPS Tahun 2010, di Indonesia kesenjangan dan kemiskinan masih merupakan masalah utama dimana angka kemiskinan masih relatif tinggi sebesar 13,3% (31 juta orang) meskipun turun dibanding tahun 2009 (14,14% atau 32,5 juta) dari total penduduk Indonesia.
Ada beberapa definisi tentang kemiskinan, salah satunya adalah suatu kondisi dimana terjadi ketidak cukupan akan kebutuhan dasar seperti air bersih, makanan bergizi, pelayanan kesehatan, pakaian, dan tempat tinggal. Keadaan ini sering disebut dengan kemiskinan absolut, sedangkan kemiskinan relatif berkaitan dengan kurangnya sumber daya atau pendapatan pada kelompok masyarakat tertentu dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainnya di suatu tempat atau negara, atau rata-rata pendapatan masyarakat di dunia. Secara khusus definisi kemiskinan dari World Bank mendefinisikan kemiskinan adalah kondisi terjadinya kekurangan pada taraf hidup manusia yang bisa berupa fisik dan sosial. Kekurangan fisik adalah ketidakcukupan kebutuhan dasar materi dan biologis (basic material and biological needs), termasuk kekurangan nutrisi, kesehatan, pendidikan, dan perumahan. Di sisi lain, ketidakcukupan sosial adalah adanya resiko kehidupan, kondisi ketergantungan, ketidakberdayaan, dan kepercayaan diri yang kurang.
Kemudian pendapat dari salah satu peraih Nobel Ekonomi, Amartya Sen mengatakan ada beberapa cara pendekatan untuk mengetahui apa itu kemiskinan. Sen menawarkan pendekatan melalui kelaparan atau akses seseorang terhadap pangan. Menurut Sen, Seseorang akan mendapatkan makanan jika dia dikenal secara sosial dan legal. Jadi, walaupun ketersediaan pangan melimpah, Sen berpendapat “Starvation is seen as the result of his inability to establish entitlement to enough food”. Kemudian selain itu, dalam bukunya Development as Freedom, Sen juga mengatakan bahwa kemiskinan erat kaitannya dengan Capability Deprivation, yaitu kemampuan untuk mengakses hak-hak dasar seperti kesehatan, pendidikan, pangan, dan perumahan. Sen mengatakan bahwa penyebab utama dari kemiskinan adalah karena orang tersebut memiliki akses yang terbatas terhadap pemenuhan hak-hak dasar mereka. Oleh karena itu, Sen mengatakan bahwa untuk memberantas kemiskinan adalah dengan memberikan kesempatan/akses kepada orang miskin terhadap kebutuhan-kebutuhan dasar mereka.
Menurut versi Badan Pusat Statistik (BPS), seseorang akan dikategorikan miskin oleh BPS jika memenuhi minimal 8 dari 14 kriteria/variabel seperti tabel 1 di bawah.
Tabel 1. Standar Kemiskinan Versi BPS (Maret 2010)
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 3
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
No Parameter Satuan
1 Pendapatan Rp.211.000,-/bulan/orang atau Rp.5.500,-/hari/orang. Pemenuhan non makanan Rp.155.615/bulan dan non makanan Rp.56.000/bulan
2 Rumah Kurang dari 8 m2; lantai tanah/bambu; dinding bambu/rumbia
3 Jamban/toilet Tidak ada
4 Penerangan Lampu templok (minyak), tanpa listrik
5 Sumber air Sumur/air hujan
6 Bahan bakar memasak Kayu/minyak tanah
7 Makan 1 atau maksimum 2 kali/hari
8 Konsumsi Daging/ayam/susu sebanyak 1 kali/minggu
9 Asupan kalori 2100 kalori/hari (setara Rp.5000)
10 Pakaian Membeli satu stel/tahun
11 Kesehatan Tidak sanggup membayar biaya pengobatan Puskesmas
12 Pendidikan tertinggi Sekolah Dasar (SD)
13 Sumber penghasilan kepala rumah tangga
Kurang dari ( < ) Rp.600.000,-/bulan
14 Tabungan Tidak ada
Indikator tersebut berbeda-beda setiap daerah, tertinggi adalah DKI Jakarta sebesar Rp.331 ribu, dan terendah adalah Sulawesi Selatan Rp.163,1 ribu. Sedangkan sebagai ukuran di Kaltim yaitu Balikpapan sebesar Rp.285,2 ribu. Angka pasti menurut BPS sebagai indikator kemiskinan di Indonesia yang menjadi acuan menghitung tingkat kemiskinan di Indonesia adalah pendapatan per hari setara dengan US$ 1.7.
Di Indonesia sudah banyak program yang ada di masyarakat terkait dalam usaha menurunkan angka kemiskinan, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun pihak lainnya. Secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
1. Program berbasis bantuan dan perlindungan sosial yang bertujuan untuk melakukan pemenuhuan hak dasar, pengurangan beban hidup, serta perbaikan kualitas hidup masyarakat miskin;
2. Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat yang terdiri atas program-program yang bertujuan untuk mengembangkan potensi dan memperkuat kapasitas kelompok masyarakat miskin; dan
3. Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil terdiri atas program-program yang bertujuan untuk memberikan akses dan penguatan ekonomi bagi pelaku usaha berskala mikro dan kecil.
Namun demikian, efektifitas dan impact dari setiap kelompok program akan berbeda dengan dinamika dan pendekatan yang bermacam-macam. Dalam konteks program CSR (peran dunia usaha selain pemerintah), isu tentang pengurangan kemiskinan menjadi hal yang cukup menarik namun juga menakutkan karena jika berhasil dilakukan impactnya akan signifikan bagi program dan masyarakat, dan sebaliknya jika tidak berhasil menemukenali
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 4
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
cara dan indikator yang tepat akan menjadi pemborosan. Apabila kita mengerti konteks spesifik mengenai karakteristik kemiskinan di suatu wilayah seperti tempat tinggal dan cara hidup mereka, dan mencari jalan untuk mengaitkan energi mereka sebagai pengusaha untuk meningkatkan pendapatan mereka, di situlah jalan untuk pemberantasan kemiskinan dapat dimulai, termasuk menentukan target pendapatan target groupnya (penerima manfaat dalam program).
III. INDIKATOR MAKRO KABUPATEN KUTAI TIMUR
Kabupaten Kutai Timur sebagai daerah yang memiliki keunggulan komparatif dalam hal bahan tambang dan keanekaragaman hayati perlu untuk meningkatkan kapasitas inovatif dalam mengelola sumber daya alam hayati dan mineral yang dimiliki. Adanya satu kondisi bahwa bahan tambang merupakan sumber daya yang sulit terbarukan perlu menjadi pemikiran bagi masyarakat di Kabupaten Kutai Timur. Saat ini dapat dikatakan bahwa potensi tambang batubara di Kabupaten Kutai Timur sangatlah besar, tapi suatu saat bahan tambang tersebut akan habis. Sehingga masyarakat di Kabupaten Kutai Timur perlu memikirkan kegiatan usaha berbasis keragaman hayati, yang sesuai dengan agroklimat Kabupaten Kutai Timur, market oriented serta memiliki nilai tambah yang cukup untuk memenuhi pendapatan masyarakat.
a. Struktur Perekonomian
Saat ini kontribusi terbesar bagi pendapatan daerah berasal dari sektor pertambangan dan yang sedang tumbuh sektor pertanian didalamnya terdapat subsektor perkebunan (dikelola oleh perusahaan besar). Pengembangan ekonomi yang berkelanjutan (sustainable development) mengarah pada sektor lain selain pertambangan. Dan dari tahun ke tahun sejak tahun 2003 hingga tahun 2010, PDRB di Kabupaten Kutai terus meningkat secara signifikan dan jumlah terakhir (2010) meningkat sebesar 16,3% dibanding tahun 2009.
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 5
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
7.450.347 6.991.177
6.385.508
9.868.319
12.315.298
16.264.633
18.099.220
24.391.455
28.614.179
34.179.896
-
10.000.000
20.000.000
30.000.000
40.000.000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
(6,6) (9,5)35,3
19,9
24,3
10,1
25,8
14,8
16,3
Gambar 1. Perkembangan Total PDRB Kab. Kutai Timur berdasarkan Harga Berlaku Tahun 2001-2010 (dalam ribu) - (Sumber: BPS Kab. Kutim 2010)
Apabila kita lihat kontribusi (share) terbesar dari 9 sektor PDRB masih berasal dari Sektor Pertambangan dan Penggalian mencapai 86,91% di tahun 2010, kemudian disusul Sektor Pertanian berada diurutan kedua dan terendah adalah Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih yang semuanya kontribusi terhadap total PDRB dibawah 5%.
85,49
76,78
74,69
81,59 82,48
84,47 84,23 85,89 85,97 86,91
-
25,00
50,00
75,00
100,00
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
1. PERTANIAN
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH
5. BANGUNAN
6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN
9. JASA-JASA
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 6
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
Gambar 2. Kontribusi PDRB Kab. Kutai Timur berdasarkan Sektor Tahun 2001-2010
Selanjutnya dengan memperbandingkan kecenderungan pertumbuhan (growth) sektor dan kontribusinya (share) di Kabupaten Kutai Timur selama 10 tahun terakhir terhadap perekonomian dapat diklasifikasi ke dalam 4 kategori sektor yaitu:
Di Kabupaten Kutai Timur, hanya terdapat satu Sektor Dominan yaitu Sektor Pertambangan dan Penggalian dimana sektor ini memiliki kontribusi dan pertumbuhan lebih tinggi dari rata-rata dengan Share 82,85% dan Growth 21,61%.
Sedangkan untuk Sektor Dominan Menurun di Kutai Timur tidak ada, karena tidak ada sektor yang memiliki kontribusi lebih tinggi dari rata-rata namun pertumbuhan lebih rendah dari rata-rata.
Kemudian hanya ada dua Sektor Potensial yaitu Sektor Jasa-jasa (S=0,95%; G=26,44%) dan Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (S=0,13%; G=23,55%) yang memiliki kontribusi lebih rendah dari rata-rata namun pertumbuhan lebih tinggi dari rata-rata.
Dan sebagian besr sektor di Kutai Timur adalah kelompok Sektor Kecil dimana sektor tersebut memiliki kontribusi dan pertumbuhan lebih rendah dari rata-rata antara lain terdiri dari Sektor Bangunan (S=3,06%; G=20,12%), Sektor Pertanian (S=5,50%; G=19,69%), Sektor Industri Pengolahan (S=0,45%; G=19,03%), Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (S=3,74%; G=19,56%), Sektor Pengangkutan dan Komunikasi (S=2,08%; G=18,24%) dan terendah adalah Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (S=1,25%; G=12,76%).
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 7
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
-
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
- 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00
Growth (%)
Share (%)
Average S=11,11dan G=20,11
9. Jasajasa
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 2. Pertambangan dan Penggalian
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran7. Pengangkutan
dan Komunikasi
5. Bangunan1. Pertanian
3. Industri Pengolahan
Gambar 3. Kontribusi dan Pertumbuhan Sektor di Kab. Kutai Timur Tahun 2001-2010
Semakin data tersebut berkumpul mendekati rata-rata maka sektor tersebut bisa dikatakan memiliki kontribusi dan pertumbuhan yang merata terhadap perekonomian daerah, namun jika sebaran data tersebut tidak teratur atau berpencar maka kondisi sektor ekonomi daerah tersebut tidak merata pertumbuhan dan kontribusinya (seperti kondisi di Kabupaten Kutai Timur).
b. Pembangunan Manusia
Pembangunan manusia merupakan paradigma pembangunan yang menempatkan manusia (penduduk) sebagai fokus dan sasaran akhir dari seluruh kegiatan pembangunan, yaitu tercapainya penguasaan atas sumber daya (pendapatan untuk mencapai hidup layak), peningkatan derajat kesehatan (usia hidup panjang dan sehat) dan meningkatkan pendidikan (kemampuan baca tulis dan keterampilan untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat dan kegiatan ekonomi). Lebih lanjut ukuran tersebut disebut Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Indeks komposit ini merupakan indikator makro untuk melihat bagaimana kondisi dari kesehatan, pendidikan dan ekonomi (daya beli) masyarakat. Di Kabupaten Kutai Timur, sejak tahun 2002 sampai 2010 angka IPM mengalami peningkatan dari 66,1 menjadi 74,76. Pertumbuhan yang signifikan terjadi di tahun 2009 ke tahun 2010 yaitu diatas 3 digit dari 71,27 menjadi 74,76.
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 8
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
66,1
69,169,3
69,8470,46
70,84 71,27
74,76
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
2002 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Sumber: Data BPS Kutai Timur 2010
Gambar 4. Perkembangan IPM Kab. Kutai Timur Tahun 2002-2010
Angka IPM kecamatan di Kabupaten Kutai Timur cukup bervariasi, antara 68,27 sampai 72,03. IPM tertinggi adalah Kecamatan Sangatta Utara yang relatif memiliki fasilitas dan sarana/prasarana lebih lengkap dibandingkan wilayah kecamatan lainnya, kemudian Kecamatan Sangatta Selatan sebesar 71,78. Sedangkan kecamatan dengan IPM terendah adalah Kecamatan Sandaran, yaitu sebesar 68,27.
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 9
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
Gambar 5. Indeks Pembangunan Manusia menurut Kecamatan di Kabupaten Kutai Timur Tahun 2009
Kondisi geografis kecamatan ternyata baik secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh tehadap pembangunan manusianya. Kecamatan Sandaran merupakan kecamatan yang relatif paling sulit dijangkau di Kabupaten Kutai Timur, kesulitan sarana transportasi inilah yang diperkirakan menjadi sebab tertinggalnya Sandaran dari kecamatan lain. Selain itu, secara umum kecamatan pemekaran cenderung memiliki angka IPM yang relatif lebih rendah, kecuali Kecamatan Kaliorang menduduki peringkat ke 5. Sebagai kecamatan yang terhitung baru, kondisi ini tentu saja dapat dimaklumi. Karena kecamatan-kecamatan tersebut masih dalam proses pembangunan. Namun ini tentu saja menjadi tantangan dan tanggung jawab yang sangat penting khususnya bagi pemerintah daerah untuk dapat mewujudkan pembangunan yang merata di wilayahnya.
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 10
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
Selanjutnya dapat kita lihat pencapaian angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2009 menurut kecamatan dengan angka pembentuknya secara garis besar dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah. Dari faktor pembentuk Indek Kesehatan yaitu Angka Harapan Hidup, yang tertinggi adalah Kecamatan Muara Wahau mencapai 69,46 tahun (diatas angka kabupaten), yang artinya bayi lahir baru akan memiliki harapan hidup lebih dari umur 69 tahun. Sedangkan yang terendah adalah Kecamatan Busang yaitu 67,21 tahun. Untuk faktor pembentuk Indek Pendidikan yaitu Angka Melek Huruf (AMH)tertinggi adalah Kecamatan Sangatta Utara mencapai 97,69% yang artinya hanya 2,31% orang yang tidak bisa membaca. Dan yang terendah angka AMH adalah Kecamatan Sandaran hanya 91,40%. Untuk Rata-rata Lama Sekolah (RLS) sebagian besar penduduk di Kutai Timur masih belum menamatkan pendidikan tingkat dasar 9 tahun, dan yang tertinggi RLS adalah Kecamatan Sangatta Utara mencapai 8,30 tahun dan terendah Kecamatan Karangan dan Sandaran yaitu 6,30 tahun. Tabel 2. Komponen IPM Kabupaten Kutai Timur Menurut Kecamatan Tahun
2009
Sumber: BPS Kutai Timur 2010
Belum membaiknya perekonomian masyarakat ternyata cukup berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan daya beli masyarakat Kabupaten Kutai Timur yang relatif lambat dan kurang mampu menunjang kontribusi positif bagi capaian angka IPM. Pada tahun 2009, kemampuan daya beli penduduk untuk memenuhi kebutuhan dasar secara minimal agar dapat hidup secara layak mencapai sebesar Rp. 621,34 ribu.
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 11
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
614,13
614,56
614,58
614,80
615,00
615,02
615,03
615,12
615,21
615,35
615,49
615,62
615,62
615,67
615,77
615,79
616,13
615,71
616,26
619,75
620,18
620,20
620,42
620,62
620,64
620,65
620,74
620,84
620,98
621,12
621,25
621,25
621,30
621,40
621,42
621,76
621,84
621,90
Teluk Pandan
Karangan
Sandaran
Busang
Kaubun
Muara Anclong
Batu Ampar
Long Mesangat
Rantau Pulung
Muara Bengkal
Kombeng
Bengalon
Sangkulirang
Telen
Kaliorang
Muara Wahau
Sangatta Selatan
Kutai Timur
Sangatta Utara
Gambar 6. Perbandingan Pengeluaran Riil Per Kapita Kecamatan di Kutai Timur Tahun 2007 dan 2009
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 12
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
IV. PRAKARSA PROGRAM CSR PT. KPC DAN INISIATIF LANJUTAN
Total populasi di wilayah Ring I PT. KPC (Kec. Sangatta Utara, Sangatta Selatan, Bengalon dan Rantaupulung) sebesar 47,61% (120.861 ribu jiwa) dari total populasi di Kab. Kutai Timur sebesar 253.847 jiwa dengan luas wilayah mencapai 22% (7.893 km2) dari total 35.747 km2. (Sumber: Data BPS Kab. Kutim Tahun 2010). Sebagai perusahaan, PT. Kaltim Prima Coal (KPC) yang merupakan tambang batubara terbesar yang melakukan eksplorasi pertambangan di Kabupaten Kutai Timur utamanya beroperasi di 4 kecamatan tersebut wajib berperan serta dalam peningkatan kesejahteraan masyarakatnya. Dan saat ini PT. KPC melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) telah, sedang dan akan melaksanakan berbagai kegiatan tanggung jawab sosial dan lingkungan (bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lingkungan hidup) di 4 kecamatan khususnya dan Kabupaten Kutai Timur pada umumnya. Pendekatan yang digunakan berbasis pada kearifan lokal, pemanfaatan sumber daya lokal (alam dan manusia) serta mengungkit potensi bagi pengembangan dan pertambahan added value yang tinggi bagi masyarakat.
Sebagai contoh, kegiatan pengembangan ekonomi lokal yang telah berjalan antara lain di sektor pertanian, peternakan, perikanan, pengolahan pangan, kerajinan, wisata, konservasi melalui pemberdayaan perempuan, komunitas dan Usaha Mikro dan Kecil (UMK). Kegiatan usaha masyarakat yang saat ini diprioritaskan pada wilayah Ring 1 dalam prosesnya akan berinteraksi dengan pelaku usaha di tempat lain baik dalam lingkup satu kabupaten (satuan kecamatan) bahkan di luar kabupaten. Kondisi ini merupakan suatu keniscayaan yang perlu dihadapi khususnya dalam membangun linkages (hubungan interdepence yang saling menguntungkan) baik bisnis maupun non bisnis. Dalam konteks perdagangan, para pelaku usaha akan bersaing dengan pelaku usaha dari luar Kabupaten Kutai Timur dalam menarik perhatian calon konsumen yang akan mengkonsumsi produk/jasa mereka. Sehingga dalam menghadapi persaingan, para pelaku usaha perlu dipersiapkan untuk dapat bersaing dengan para pelaku usaha dari daerah lain, namun juga perlu dibekali bagaimana berstrategi khususnya dalam konteks bekerjasama untuk meningkatkan usahanya. Dalam menyikapi persaingan tersebut, maka diperlukan peningkatan kapasitas inovasi para pelakunya (baca: berdaya saing).
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 13Secara khusus 4 (empat) kecamatan tersebut masuk dalam 7 bidang fokus Divisi Community Empowerment PT. KPC yaitu Agribisnis, Pendidikan, Kesehatan, Pengembangan UKM, Infrastruktur, Peningkatan Kapasitas Masyarakat dan Pemerintah, dan Peningkatan Lingkungan dan Budaya.
Secara khusus 4 (empat) kecamatan tersebut masuk dalam 7 bidang fokus Divisi Community Empowerment PT. KPC yaitu Agribisnis, Pendidikan, Kesehatan, Pengembangan UKM, Infrastruktur, Peningkatan Kapasitas Masyarakat dan Pemerintah, dan Peningkatan Lingkungan dan Budaya.
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
Dalam konteks pengembangan bidang ekonomi (Local Economic Development), untuk mendorong mesin inovasi agar dapat menghasilkan produk/jasa yang dapat bersaing, diperlukan suatu upaya yang lebih rinci, strategis dan komprehensif dalam melihat kondisi eksisting daerah melalui potensi yang ada serta dipicu dari pendekatan pasar (market oriented). Upaya rinci tersebut dilakukan dengan melihat keterkaitan antar sektor usaha yang saling beririsan serta irisan dalam rantai pasok kegiatan usaha di masing-masing sektor. Keragaman sektor usaha yang saat ini telah didampingi oleh divisi CSR PT. KPC merupakan modal dasar, karena akan mempererat linkage (hubungan/keterkaitan) para pelaku. Dalam upaya meningkatkan kapasitas produk/jasa yang sudah dihasilkan, diperlukan agenda bersama untuk dapat melihat sinergitas antar sektor serta titik ungkit yang paling optimal. Sinergitas tersebut akan melibatkan peran antar stakeholder (baik bisnis dan non bisnis) dan antar pelaku di masing-masing sektor usaha sehingga perlu sebuah agenda bersama untuk melakukan perluasan baik titik masuk (sektor usaha) maupun stakeholder yang terlibat.
Dalam usulan program LED (Local Economic Development), grand design pengembangan ekonomi bertujuan untuk mendukung penyiapan paska tambang perusahaan dan sebagian intervensi selaras dengan rantai nilai perusahaan PT. KPC. Dalam analisa PUPUK, ada dua cara untuk penyiapan paska tambang, pertama adalah reklamasi lahan dan kedua penyiapan masyarakat. Cara pertama menjadi fokus internal perusahaan, namun dalam perencanaan dan peruntukan kedepannya sangat dimungkinkan untuk melihat kondisi terakhir dari lingkungan sekitar serta isu terkait sustainable development. Cara yang kedua ini yang menjadi fokus dari pengembangan yang akan dilaksanakan oleh PUPUK sebagai partners PT. KPC dalam program pengembangan ekonomi masyarakat (UMK) yang berkelanjutan serta penguatan lingkungan usahanya (dimana masyarakat tersebut berada). Skema tersebut dapat dilihat pada gambar di samping, dan selanjutnya berdasarkan konsep ini maka diturunkan ke dalam pohon tujuan / Logical Framework (LFA) kegiatan selama 3 tahun.
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 14
Strategi perusahaan
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
Gambar 7. Tujuan Program Ekonomi adalah Mendukung Program Paska Tambang
V. TUJUAN DAN SASARAN PROGRAM CSR
a. Tujuan
Tujuan utama (main goal) dari Program Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal yang akan dilaksanakan oleh Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil (PUPUK) dibawah koordinasi Divisi Local Business Development (LBD) adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat (pelaku usaha) di 4 kecamatan Ring 1 PT. KPC di 8 sektor yaitu Pertanian, Peternakan, Perikanan, Perkebunan, Pangan Olahan, Kerajinan, Industri Wisata dan Perdagangan.
Tabel 3. Gambaran Sektor Menurut Lokasi Kerja
Sektor / Kecamatan
Sangatta Utara
Sangatta
Selatan
Bengalon
Rantau
Pulung
Pertanian v v vPerkebunan v v vPeternakan v v v vPerikanan v v Pangan Olahan
v v v v
Kerajinan v v v vIndustri Wisata
v v v
Perdagangan v v v v
Dari tujuan utama tersebut diturunkan menjadi lebih terukur lagi menjadi 3 Tujuan spesifik (specific goal) yaitu:
1. Meningkatnya serapan tenaga kerja 2. Meningkatnya transaksi (pendapatan) ekonomi masyarakat (UMK)3. Menciptakan lingkungan bisnis (business environment) yang berdaya
saing
Untuk mencapai tujuan di atas perlu proses iteratif dan berkesinambungan dengan kerangka waktu tertentu (3 tahun) dan intervensi yang komprehensif melalui metode, pendekatan yang inovatif sehingga hasil/capaian yang praktis serta strategis akan tercapai. Secara khusus kegiatan yang diusulkan
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 15
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
oleh PUPUK pada tahap permulaan (inception stage) memiliki perkiraan selama 3 tahun dengan karakteristik kegiatan di tingkat mikro, mezo dan makro. Untuk lebih jelas dan detilnya dapat dilihat dalam matriks program seperti tabel 4 di bawah.
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 16
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
Tabel 4.LOGICAL FRAME WORK PROGRAM LOCAL ECONOMIC DEVEOPMENT (LED) PT. KPC (3 TAHUN)
Hirarki Hasil Intervensi LogisIndikator Terukur Cara Mendapatkan
Indkator AsumsiTahun 1 Tahun 2 Tahun 3
1 2 3 4 5 6 7 8
Main Goal Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat di 4 Kecamatan
Specific Goal
1. Meningkatnya serapan tenaga kerja
■ Teridentifikasi beneficiaries langsung dan tidak langsung (data baseline)
■ Meningkat 1% dari beneficiaries langsung dan tidak langsung
■ Meningkat 2% dari beneficiaries langsung dan tidak langsung
■ Dokumen grand strategy
■ Pemangku kepentingan mamahami konsep dan proses implementasi ■ Stabilitas ekonomi, politik di tingkat lokal dan daerah
2. Meningkatnya transaksi ekonomi (pendapatan) masyarakat (pelaku usaha)
■ Total transaksi meningkat 5 % dari baseline awal kegiatan
■ Total transaksi meningkat 10% dari transaksi tahun 1
■ Total transaksi 10% dari transaksi tahun 2
■ Laporan kegiatan (dokumentasi proses)
■ Teridentifikasi beneficiaries langsung (data baseline)
■ Pendapatan per kapita per bulan (beneficiaries) diatas UMR Kutai Timur
■ Pendapatan per kapita per bulan (beneficiaries) diatas UMR Kutai Timur
■ Dokumen survey (baseline)
3. Menciptakan lingkungan bisnis (business environment) yang berdaya saing
■ Teridentifikasi lingkungan bisnis umum dan spesifik di wilayah sasaran
■ Adanya kebijakan daerah yang mendukung iklim bisnis secara spesifik
■ Adanya insentif bagi pengembangan ekonomi di daerah dari stakeholder
■ Data BPS dan dinas terkait
■ Adanya program pengembangan ekonomi yang berkesinambungan
■ Adanya keterlibatan stakeholder lain dalam program pengembangan ekonomi
■ Adanya keterlibatan stakeholder lain dalam program pengembangan ekonomi dan terjadi mekanisme pasar yang seimbang (fair)
Purposes (Outcome)
1.1. Tersedianya lapangan pekerjaan (mata pencaharian)
■ Teridentifikasi sektor dan komoditi potensi (baseline)
■ TK meningkat 1% dr total data baseline (tahun 1) di 5 sektor yaitu agribisnis, pangan olahan, kerajinan, jasa dan wisata.
■ TK meningkat 2% dr total data baseline (tahun 2) di 6 sektor yaitu agribisnis, pangan olahan, kerajinan, jaasa, wisata dan industri kreatif.
■ Konsep grand strategi ■ Dokumen survey (baseline) ■ Data pelaku usaha ■ Dokumentasi proses (laporan kegiatan) ■ Data BPS dan dinas terkait
■ Stabilitas ekonomi lokal dan makro ■ Kondisi bisnis tingkat lokal yang kondusif
■ Tersedianya data baseline UMK eksisting
■ Transaksi meningkat 10%
■ Transaksi meningkat 10%
■ Motivasi yang tinggi dari pelaku usaha
■ Tersedia data daya ■ Investasi tumbuh 5% ■ Investasi tumbuh 5% ■ Terselenggara
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 17
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
Hirarki Hasil Intervensi LogisIndikator Terukur Cara Mendapatkan
Indkator AsumsiTahun 1 Tahun 2 Tahun 3
1 2 3 4 5 6 7 8tarik atau peluang investasi sektor UMK
dari tahun 1 di 5 sektor dari tahun 2 di 6 sektor pameran produk unggulan
2.1. Kegiatan ekonomi masyarakat (UMK) meningkat (eksisting dan baru)
■ Teridentifikasi produk unggulan yang masuk pasar (data baseline)
■ Jumlah produk unggulan meningkat 10% dr tahun 1
■ Jumlah produk unggulan meningkat 10% dr tahun 2
■ Tersedia skema jasa keuangan
■ Teridentifikasi rantai pasok (supply chain) produk unggulan
■ Supply terjaga ■ Supply terjaga ■ Pemangku kepentingan mamahami konsep dan proses implementasi
■ Teridentifikasi teknologi bagi peningkatan usaha (produk dan jasa)
■ Pemanfaatan teknologi meningkat 5%
■ Pemanfaatan teknologi meningkat 5%
■ Adanya peran pemerintah
■ Akhir tahun pelaku usaha (UMK) menerapkan manajemen standar meningkat 5% berdasarkan data baseline (aspek legal, pembukuan, dll)
■ Tahun 2 pelaku usaha (UMK) menerapkan manajemen standar meningkat 10% (aspek legal, pembukuan, dll)
■ Tahun 3 pelaku usaha (UMK) menerapkan manajemen standar meningkat 10% (aspek legal, pembukuan, dll)
■ Akhir tahun sertifikasi produk pelaku usaha (UMK) meningkat 5% (PIRT, Halal, dll)
■ Tahun 2 produk pelaku usaha (UMK) meningkat 5% (PIRT, Halal, dll)
■ Tahun 3 sertifikasi produk pelaku usaha (UMK) meningkat 5% (PIRT, Halal, dll)
■ Linkage dengan pasar baru meningkat 5% (dari baseline)
■ Di tahun 2 linkage dengan pasar baru meningkat 5% dan transaksi meningkat
■ Di tahun 3 linkage dengan pasar baru meningkat 5% dan transaksi meningkat
■ Teridentifikasi pelaku usaha (UMK) potensi linkage dgn lembaga pembiayaan
■ Pelaku usaha (UMK) linkage dgn lembaga pembiayaan meningkat 10% dan NPL dibawah 10%
■ Pelaku usaha (UMK) linkage dgn lembaga pembiayaan meningkat 10% dan NPL dibawah 5%
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 18
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
Hirarki Hasil Intervensi LogisIndikator Terukur Cara Mendapatkan
Indkator AsumsiTahun 1 Tahun 2 Tahun 3
1 2 3 4 5 6 7 8 ■ Akhir tahun sudah
berdiri (set up) Rumah Kemas dan terjadi transaksi
■ Rumah Kemas eksis dan transaksi meningkat 20% dibanding akhir tahun 1
■ Rumah Kemas eksis dengan pengelolaan profesional dan mandiri dan transaksi meningkat 20% dibanding akhir tahun 2
■ Teridentifikasi supply dan demand energi terbarukan dan pemanfaatannya bagi komunitas dan UMK
■ Terinstal dan termanfaatkan energi terbarukan oleh komunitas dan UMK
■ Terinstal dan termanfaatkan energi terbarukan oleh komunitas dan UMK (meningkat 5%)
■ Teridentifikasi supply dan demand air bersih dan pemanfaatannya bagi komunitas dan UMK
■ Terinstal dan termanfaatkan air bersih oleh komunitas dan UMK
■ Terinstal dan termanfaatkan air bersih oleh komunitas dan UMK (meningkat 5%)
2.2. Potensi wisata (daya tarik dan destinasi) di 4 kecamatan terpasarkan
■ Promosi wisata dilakukan secara rutin baik parsial dan integratif setahun 2 kali
■ Promosi wisata dilakukan secara rutin baik parsial dan integratif setahun 4 kali
■ Promosi wisata dilakukan secara rutin baik parsial dan integratif secara mandiri
■ Teridentifikasi kebutuhan infrastruktur wisata spesifik lokasi
■ Terealisasi kebutuhan infrastruktur wisata spesifik lokasi dan termanfaatkan
■ Infrastruktur wisata sudah terintegrasi
■ Tersedia paket wisata masing-masing ODTW (Obyek dan Daya Tarik Wisata) dan terpasarkan
■ Operator wisata sudah memasarkan paket wisata secara mandiri dan tersedia paket wisata yg lebih spesifik
■ Operator wisata sudah memasarkan paket wisata secara mandiri dan tersedia paket wisata yg lebih spesifik
■ Tumbuhnya 1 operator wisata dan pengelola wisata masing-masing ODTW
■ Transaksi 1 operator wisata meningkat 10% dan kemampuan bisnis pengelola wisata (ODTW) meningkat
■ Transaksi 1 operator wisata meningkat 10% dan bekerjasama dgn stakeholders lain, pengelola wisata
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 19
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
Hirarki Hasil Intervensi LogisIndikator Terukur Cara Mendapatkan
Indkator AsumsiTahun 1 Tahun 2 Tahun 3
1 2 3 4 5 6 7 8(ODTW) mandiri
3.1. Penerapan konsep sistem inovasi dalam upaya peningkatan daya saing lokal
■ Terjadinya linkages (non bisnis) dengan 5 stakeholder lain selama program
■ Linkages (non bisnis) meningkat 20% selama program
■ Linkages (non bisnis) meningkat 20% selama program dan ada share program
3.2. Adanya program dan pendampingan yang berkelanjutan
■ Tersusun perencanaan program jangka menengah (3 tahun) dari stakeholder kunci (salah satunya melalui program CSR)
■ Implementasi kegiatan, monev rutin, keterlibatan pihak lain sesuai action plan, dan dukungan (finansial dan non finansial) dari stakeholder kunci
■ Implementasi kegiatan, monev rutin, keterlibatan pihak lain sesuai action plan, dan dukungan (finansial dan non finansial) dari stakeholder kunci
■ Terpilih pendamping program (implementor) yang kompeten
■ Terpilih pendamping program (implementor) yang kompeten
■ Terpilih pendamping program (implementor) yang kompeten
Result (Output)
1.1.1. Tumbuhnya pelaku usaha baru ■ Embrio pelaku usaha baru (start up business) tumbuh 10 usaha (UMK) dari 5 sektor
■ Pelaku usaha baru (tahun 1) eksis dan berkembang dan tumbuh pelaku usaha baru lainnya 5% dr tahun 1
■ Pelaku usaha baru (tahun 1 dan 2) eksis dan berkembang dan tumbuh pelaku usaha baru lainnya 5% dr tahun 2
■ Konsep grand strategi ■ Daftar partisipan ■ Laporan / proceeding ■ TOR / proposal ■ Kontrak ■ Logbook ■ Training material ■ Data BPS dan dinas terkait
■ Perhatian serius dari pemerintah ■ Tersedia support kebijakan dari pemerintah
1.1.2. Berkembangnya usaha di pelaku usaha (UMK) eksisting
■ Transaksi meningkat 5% pada akhir tahun 1
■ Transaksi meningkat 10%
■ Transaksi meningkat 10%
■ Motivasi yang tinggi dari pelaku usaha
1.1.3. Tumbuh dan berkembangnya investasi baru di berbagai sektor khususnya UMK
■ Teridentifikasi daya tarik dan peluang investasi sektor UMK
■ Investasi tumbuh 5% dari tahun 1 di 5 sektor
■ Investasi tumbuh 5% dari tahun 2 di 6 sektor
■ Pemangku kepentingan mamahami konsep dan proses implementasi
2.1.1. Kualitas produk sesuai permintaan (pasar) dan terjamin keberlanjutannya
■ Terpilih 10 produk/jasa unggulan dari 5 sektor
■ 10 produk/jasa unggulan dari 5 sektor eksis di pasar dan bertambah 20% produk/jasa unggulan baru
■ Produk/jasa unggulan sbelumnnya eksis di pasar dan bertambah 20% produk/jasa unggulan baru (bertambah dr sektor industri kreatif)
■ Stabilitas ekonomi, politik di tingkat lokal dan daerah
2.1.2. Tersedianya kuantitas produk ■ Supply terjaga ■ Supply awal terjaga ■ Supply awal terjaga
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 20
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
Hirarki Hasil Intervensi LogisIndikator Terukur Cara Mendapatkan
Indkator AsumsiTahun 1 Tahun 2 Tahun 3
1 2 3 4 5 6 7 8sesuai permintaan (pasar) dan meningkat sesuai
dgn demand (permintaan)
dan meningkat sesuai dgn demand (permintaan)
2.1.3. Teknologi yang mendukung usaha ditemukenali dan penggunaan teknologi yang sesuai bagi masyarakat (UMK)
■ Teridentifikasi kebutuhan teknologi bagi UMK (termasuk Teknologi Informasi dan Komunikasi)
■ Terinstall teknologi dan termanfaatkan, pemanfaatan teknologi meningkat 5%
■ Terinstall teknologi dan termanfaatkan, pemanfaatan teknologi meningkat 5%
2.1.4. Tersedianya SDM (spesifik) yang berkualitas untuk mendukung kegiatan dan pengembangan usaha
■ Terlaksana capacity building teknis (manajemen, market development, product development, kemasan, ICT, dll) dan non teknis (motivasi, lingkungan bisnis, dll).
■ Kemampuan target group (beneficiaries) meningkat sebesar 50% dan sudah terimplementasi dalam usahanya
■ Kemampuan target group (beneficiaries) meningkat sebesar 80%, sudah terimplementasi dalam usahanya, dan mentransfer kemampuannya ke yang lain
2.1.5. Kapasitas kelembagaan usaha (management standar) UMK meningkat
■ Penerapan management standar bagi UMK meningkat dan UMK yang memiliki aspek legal pada akhir tahun meningkat 5% (dari data baseline)
■ Penerapan management standar bagi UMK meningkat dan UMK yang memiliki aspek legal pada akhir tahun meningkat 5% di tahun 2
■ Penerapan management standar bagi UMK meningkat dan UMK yang memiliki aspek legal pada akhir tahun meningkat 5% di tahun 3
2.1.6. Sertifikasi produk/jasa UMK meningkat
■ Akhir tahun sertifikasi produk pelaku usaha (UMK) meningkat 5% (PIRT, Halal, dll)
■ Tahun 2 produk pelaku usaha (UMK) meningkat 5% (PIRT, Halal, dll)
■ Tahun 3 sertifikasi produk pelaku usaha (UMK) meningkat 5% (PIRT, Halal, dll)
2.1.7. Terbuka dan meningkatnya akses pasar pelaku usaha (UMK)
■ Terjadi linkage pelaku usaha (UMK) dengan pasar lokal (kecamatan)
■ Terjadi linkage pelaku usaha (UMK) dengan pasar lokal (kecamatan), luar kecamatan dan antar kecamatan (5% di tahun 2)
■ Terjadi linkage pelaku usaha (UMK) dengan pasar lokal (kecamatan), luar kecamatan dan antar kecamatan (5% di tahun 3)
2.1.8. Terbuka dan meningkatnya akses ■ 5% pelaku ■ 10% pelaku ■ 10% pelaku
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 21
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
Hirarki Hasil Intervensi LogisIndikator Terukur Cara Mendapatkan
Indkator AsumsiTahun 1 Tahun 2 Tahun 3
1 2 3 4 5 6 7 8permodalan bagi pelaku usaha (UMK)
usaha/UMK (target group) dalam program linkage dgn lembaga pembiayaan
usaha/UMK (target group) dalam program linkage dgn lembaga pembiayaan
usaha/UMK (target group) dalam program linkage dgn lembaga pembiayaan
2.1.9. Tersedia Rumah Kemas di Sangatta sebagai pemicu inovasi produk dan jasa serta pasar (kedepan akan diarahkan berfungsi juga sebagai trading house)
■ Terinisiasi Rumah Kemas (1 outlet utama) dan terjadi transaksi
■ Rumah Kemas eksis dan transaksi meningkat 20% dibanding akhir tahun 1. ■ Bertambah fungsi sebagai distributor
■ Rumah Kemas eksis dengan pengelolaan profesional dan mandiri dan transaksi meningkat 30% dibanding akhir tahun 2. ■ Berjejaring dengan 3 peritel
2.1.10. Optimalisasi penggunaan energi (energi terbarukan) bagi masyarakat (UMK)
■ Teridentifikasi kebutuhan energi alternatif (terbarukan) bagi UMK
■ Terinstal dan termanfaatkan energi terbarukan oleh komunitas dan UMK
■ Terinstal dan termanfaatkan energi terbarukan oleh komunitas dan UMK (meningkat 5%)
2.1.11. Tersedianya air bersih yang layak bagi masyarakat (UMK) untuk mendukung usahanya
■ Teridentifikasi kebutuhan air bersih bagi UMK
■ Terinstal dan termanfaatkan air bersih oleh komunitas dan UMK
■ Terinstal dan termanfaatkan air bersih oleh komunitas dan UMK (meningkat 5%)
2.2.1. Promosi wisata meningkat ■ Tersedia 1 media promosi wisata (brosur/leaflet) dan 1 kali event promosi (lokal)
■ Tersedia 2 media promosi wisata (leaflet, website/blog) dan 2 kali event promosi (Kutim dan Provinsi)
■ Tersedia lebih dari 2 media promosi wisata dan beberapa kali event promosi dilokal maupun nasional
2.2.2. Infrastruktur wisata tersedia (spesifik lokasi)
■ Teridentifikasi sarana dan prasarana (fisik dan non fisik) spesifik lokasi destinasi wisata
■ Terealisasi kebutuhan infrastruktur wisata spesifik lokasi dan termanfaatkan
■ Infrastruktur wisata sudah terintegrasi
2.2.3. Tersedia produk atau paket wisata yang layak
■ Tersedia paket wisata masing-masing ODTW
■ Tersedia paket wisata masing-masing ODTW dan paket lebih spesifik
■ Tersedia paket wisata masing-masing ODTW dan paket lebih spesifik
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 22
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
Hirarki Hasil Intervensi LogisIndikator Terukur Cara Mendapatkan
Indkator AsumsiTahun 1 Tahun 2 Tahun 3
1 2 3 4 5 6 7 8 2.2.4. Tersedia pengelola wisata di
masing-masing ODTW■ Pengelola wisata mampu menjalankan usahanya
■ Transaksi wisata meningkat 10% dibanding akhir tahun 1
■ Transaksi wisata meningkat 10% dibanding akhir tahun 2
2.2.5. Tersedianya operator wisata lokal ■ Tumbuh 1 operator wisata dan terjadi transaksi di tahun 1
■ Kemampuan bisnis operator wisata meningkat dan transaksi meningkat 20% di tahun 2
■ Kemampuan bisnis operator wisata meningkat dan transaksi meningkat 20% di tahun 3
2.2.6. Terjadinya linkage bisnis antara operator wisata dengan supplier dan buyers (wisatawan)
■ Terjalin linkage (kerjasama) operator wisata dgn 4 ODTW dan wisatawan lokal
■ Terjalin linkage (kerjasama) operator wisata dgn 4 ODTW dan transaksi meningkat
■ Terjalin linkage (kerjasama) operator wisata dgn 4 ODTW dan transaksi meningkat
2.2.7. Kampanye sadar wisata ■ Hospitality di lokasi ODTW meningkat
■ Hospitality di lokasi ODTW dan masyarakat sekitar (lingkungan) meningkat
■ Hospitality di lokasi ODTW dan masyarakat sekitar (lingkungan) meningkat
3.1.1. Teridentifikasinya lingkungan/iklim usaha (business environment) penentu daya saing di 4 kecamatan
■ Dihasilkannya dokumen lingkungan usaha umum dan spesifik (competitiveness) di 4 kecamatan
■ Dihasilkannya dokumen rantai nilai produk/jasa unggulan di 4 kecamatan (per sektor)
■ Dihasilkannya dokumen rantai nilai produk/jasa unggulan di 4 kecamatan (per sektor)
3.2.1. Kapasitas sumber daya (dana, SDM, metode, tools, dll) program dan pelaksana program yang baik
■ Kecukupan dan keberlanjutan dana program serta kapasitas pelaksana program yang optimal
■ Kecukupan dan keberlanjutan dana program serta kapasitas pelaksana program yang optimal
■ Kecukupan dan keberlanjutan dana program serta kapasitas pelaksana program yang optimal
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 23
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
Rincian Kegiatan Kegiatan / Tahun Pelaksanaan Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Keterangan
Activities 1.1.1.1. Mendorong adanya skema pembiayaan bagi usaha baru √ √
Sarana: 1.1.1.2. Dukungan perizinan bagi usaha
baru (insentif) √ √■ Personel
1.1.1.3. Kegiatan inkubasi bisnis bagi
wirausaha baru (melalui kompetisi bisnis, training, magang, mentoring, dll)
√ √
■ Rencana aktivitas ■ Laporan aktivitas
1.1.1.4. Set up lembaga inkubasi
(inkubator bisnis) √ √■ Perlengkapan komunikasi / media
1.1.2.1. Studi banding pengembangan usaha
√ √ √■ Data monitoring, laporan evaluasi dan
1.1.2.2. Market development (branding) √ √ √ laporan akhir 1.1.2.3. Product development √ √ √ 1.1.3.1. Membuat profil daya tarik dan
peluang investasi √ Biaya:
1.1.3.2. Identifikasi lingkungan usaha umum dan spesifik √
■ Biaya langsung aktivitas1.1.3.3. Melakukan RIA (Regulatory Impact
Assessment) - advokasi √ √■ Biaya operasional
1.1.3.4. Advokasi - Penyederhanaan perizinan usaha √ √
■ Biaya personel 1.1.2.5. Promosi investasi sektor potensial √ √ (sesuai dengan break down budget2.1.1.1. Memperbaiki kemasan produk √ √ √ rencana kegiatan) 2.1.1.2. Melakukan upaya diversifikasi
produk√ √ √
2.1.1.3. Identifikasi kebutuhan bahan baku√ √ √
Cara Mendapatkan Indikator:
2.1.2.1. Menumbuhkan pemasok lokal √ √ √ ■ Proposal proyek 2.1.2.2. Membangun kerjasama bisnis
antara pemasok dan produsen √ √ √■ Action Plan
2.1.3.1. Identifikasi ketersediaan teknologi√
2.1.3.2. Pengenalan teknologi baru √ √ Asumsi:
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 24
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
Kegiatan / Tahun Pelaksanaan Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Keterangan2.1.3.3. Identifikasi kebutuhan teknologi
√ ■ Tersedia sumber daya manusia yang di-
2.1.4.1. Pelatihan teknik produksi√ √ √
butuhkan sesuai kompetensi
2.1.4.2. Pelatihan design√ √ √
■ Aliran dana program lancar sesuai
2.1.4.3. Pelatihan kemasan √ √ √ dengan rencana (plan)2.1.5.1. Pelatihan manajemen usaha √ √ √ ■ Stabilitas dan keamanan sosial, politik2.1.5.2. Pelatihan manajemen produksi √ √ √ dan ekonomi di tingkat lokal dan daerah2.1.5.3. Pelatihan manajemen keuangan √ √ √ 2.1.5.4. Fasilitasi pengurusan legalisasi
(aspek legal) perusahaan √ √ √
2.1.6.1. Fasilitasi sertifikasi produk (PIRT,
Halal, dll) √ √ √
2.1.7.1. Riset anatomi pasar √ √ 2.1.7.2. Mengikuti kegiatan pameran √ √ √ 2.1.7.3. Melakukan temu bisnis √ √ √ 2.1.7.4. Membuat media online promosi
dan penjualan produk √ √ √
2.1.7.5. Membuat outlet penjualan produk
khas √ √
2.1.7.6. Membuat sub terminal agro di Kec.
Rantaupulung √
2.1.7.7. Membangun jaringan pemasaran
produk dan jasa √ √
2.1.8.1. Pelatihan dan asistensi
penyusunan rencana bisnis (Business Plan)
√ √ √
2.1.8.2. Temu bisnis dengan lembaga
pembiayaan √ √ √
2.1.8.3. Menumbuhkan lembaga
pembiayaan alternatif √ √
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 25
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
Kegiatan / Tahun Pelaksanaan Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Keterangan2.1.9.1. Set up fisik Rumah Kemas
(pengadaan display, alat kerja, ATK, dll)
√
2.1.9.2. Seleksi SDM pengelola
(management dan staff) Rumah Kemas
√
2.1.9.3. Peningkatan kapasitas (training)
SDM pengelola (management) Rumah Kemas
√ √
2.1.9.4. Peningkatan kapasitas (training)
staff (teknis) Rumah Kemas √ √
2.1.9.5. Studi banding pengelola Rumah
Kemas di Jawa dan daerah lainnya √ √ √
2.1.9.6. Pemetaan rantai pasok (supply
chain) dan rantai nilai (value chain) Rumah Kemas untuk membangun basis usaha/bisnis
√
2.1.10.1. Identifikasi kebutuhan energi
alternatif energi terbarukan) dan skalanya bagi UMK
√
2.1.10.2. Pembuatan dan instalasi alat
energi yang sesuai dengan kebutuhan
√ √
2.1.11.1. Identifikasi kebutuhan air bersih
dan skalanya bagi UMK √
2.1.11.2. Pembuatan dan instalasi air bersih
yang sesuai dengan kebutuhan √ √
2.2.1.1. Pembuatan media promosi
(brosur/leaflet, website/blog, dll) √ √ √
2.2.1.2. Mengikuti/menyelenggarakan
pameran wisata √ √ √
2.2.1.3. Pelatihan manajemen dan
pengelolaan wisata bagi komunitas dan pengelola wisata
√ √ √
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 26
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
Kegiatan / Tahun Pelaksanaan Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Keterangan2.2.1.4. Melakukan branding green
tourisme√ √ √
2.2.2.1. Melengkapi sarana dan prasarana wisata √ √
2.2.2.2. Identifikasi fasilitas pendukung
wisata yang ada √
2.2.3.1. Pembuatan paket-paket wisata
spesifik √ √ √
2.2.3.2. Pembuatan souvenir produk
spesifik√ √ √
2.2.5.1. Kegiatan penumbuhan dan pendampingan operator wisata baru
√ √
2.2.5.2. Pelatihan manajemen dan
pengelolaan wisata operator wisata
√ √
2.2.5.3. Mengikuti pameran wisata dan
melaksanakan temu bisnis dengan buyer (wisatawan)
√ √
2.2.7.1. Sosialisasi sadar wisata
(hospitality) kepada komunitas/masyarakat di masing-masing ODTW
√ √
3.1.1.1. Melaksanakan seminar tentang
daya saing lokal √ √ √
3.1.1.2. Melaksanakan inisiasi klaster
industri spesifik √ √ √
3.1.2.1. Survey/workshop identifikasi
lingkungan usaha spesifik penentu daya saing di 4 kecamatan
√ √ √
3.1.2.2. Pendataan (dan update) rantai
nilai produk/jasa unggulan sektor di 4 kecamatan
√ √ √
3.2.1.1. Peningkatan kapasitas (training)
pendamping UMK √ √ √
3.2.1.2. Pendampingan dan fasilitasi √ √ √
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 27
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
Kegiatan / Tahun Pelaksanaan Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Keteranganprogram
3.2.1.3. Studi banding tentang program pengembangan ekonomi lokal (local economic development)
√ √ √
3.2.1.4. Publikasi program secara reguler √ √ √
Keterangan: ■ Locus : ■ Sektor : ■ Komoditi (Produk / Jasa) :
1. Kec. Rantau Pulung 1. Pertanian - Amplang ikan - Batik Jawa - Pangan olahan pisang
2. Kec. Bengalon 2. Perkebunan - Ikan air tawar - BUMDES air & listrik - PO singkong
3. Kec. Sangatta Utara 3. Peternakan - Anyaman rotan - Kerajinan bahan alam - Desa wisata
4. Kec. Sangatta Selatan 4. Perikanan - Jahe olahan - Ukiran tana toraja - Batik Banjar
5. Kab. Kutai Timur 5. Pangan Olahan - Buah durian dan jeruk - Wisata Edutainment - Limbah daur ulang
6. Kerajinan - Tenun ATBM Timor - Danau buatan - Sapi
7. Industri Wisata8. Perdagangan
- Padi gunung - dll
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 28
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
b. Sasaran
Terdapat dua sasaran (target group) program yaitu langsung dan tidak langsung. Sasaran langsung atau penerima manfaat (beneficiaries) dari Program Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC) adalah:
- Para pelaku usaha (UMK) dalam rantai pasok masing-masing sektor (produk/jasa) mulai dari supplier, processor (inti), buyer lokal baik yang sudah eksis maupun baru, individu maupun kelompok (komunitas).
- Para pelaku usaha sebagai pendukung (lembaga pembiayaan, perusahaan lokal, industri jasa dan non-jasa lainnya) sektor (produk/jasa).
Sedangkan sasaran tidak langsung program antara lain:- Lembaga pendukung seperti asosiasi, perguruan tinggi, LSM lokal yang
relevan, lembaga riset, dll.- Stakeholder kunci yaitu pemerintah melalui dinas terkait- Perusahaan yang menerapkan CSR dan lembaga lainnya yang memiliki
visi yang sama dalam hal pemberdayaan
VI. STRATEGI IMPLEMENTASI DAN METODOLOGI
a. Strategi
Lingkup dan strategi program pengembangan ekonomi lokal (LED) di wilayah Ring 1 PT. KPC secara umum mengikuti metoda generik pelaksanaan program CSR sebagai satu kesatuan dengan proses bertahap. Jika kita lihat dari tahapan yang sudah dan sedang dilaksanakan oleh PUPUK dan Divisi CE PT. KPC adalah masuk tahap proses perencanaan dengan kegiatan antara lain:
Diskusi sinkronisasi visi, misi dan arah program Melakukan studi/kajian Penetapan metode dan isu-isu utama yang diangkat Menyusun kerangka program besar (grand design) Serta memulai prakarsa kerjasama untuk penetapan rencana kerja (3
tahun) Tahapan berikutnya adalah implementasi, dimana ada dua bentuk yaitu kegiatan langsung dan kegiatan tidak langsung. Dalam proses implementasi sasaran utama dari dua kegiatan adalah target group/beneficiaries yang sudah ditentukan sehingga hasilnya adalah menjadi mandiri atau berdaya (unggul). Dalam proses implementasi juga akan dilakukan monitoring berkala kemudian evaluasi di akhir kurun waktu dan selanjutnya siklus program akan berulang setiap tahunnya dengan kegiatan dan capaian/target yang berbeda pula (sesuai tingkatan). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 8 dibawah.
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 29
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
Menyusun Kerangka Program (grand Design)
Penetapan Rencana Kerja (3 Tahun)
Isu utama Metode
PE
RE
NC
AN
AA
N
Diskusi sinkronisasi visi dan misi(arah program dengan PT. KPC)
Pengembangan Kelompok Usaha
(UKM,)
IMP
LE
ME
NT
AS
I
Kegiatan Langsung
LAPORAN AKHIR – Siklus Berlanjut ke Tahap Berikutnya
BERDAYA/MANDIRI
Penyediaan SDM berbasis
Kompetensi
Fasilitasi AksesPasar
Sosialisasi Konsep
Motivasi kewirausahaan
Pelat. Teknik Produksi
Pelat Disain & kemasan
Pelat. Manajemen Usaha
Trading House, Rmh Kemas
Pemasaran Khusus
Rintisan Pasar Retail
Pameran, advertising
Evaluasi
Fasilitasi R&D
Mediasi dengan lembaga keuangan
Rekomendasi
Bim
bin
ga
nT
ek
nis
Intermediasi antar stakeholders
Kegiatan Tidak Langsung
Pengembangan Isu Strategis Lain
Audiensi
Membangun komunitas ekonomi
Workshop dan fasilitasi HAKI
Workshop Tema Spesifik (Klaster
Industri)
Konsultasi Tenaga Ahli
Diseminasi
MO
NIT
OR
ING
Studi
Managemen organisasi
Cap. Building, Magang, dll
Fasilitasi AksesPembiayaan
Fasilitasi Sertifikasi HAKI, standar, dll
PIRT, Halaal, dll
Mediasi dan katalis
TARGET GROUP
R and D
Eksperimen
Forum Komunitas
Legalisasi Lembagaa Intermediasi
Industri Wisata (Eko Wisata)
Energi terbarukan (alternatif(
Gambar 8. Tahapan Kegiatan Program CSR 3 Tahun
Pengembangan ekonomi masyarakat dengan pendekatan ini menekankan pada optimalisasi segala potensi yang ada pada stakeholders masyarakat lokal melalui perencanaan bersama. Prasyarat utama adalah aspek partisipatoris seluruh stakeholders agar potensi sumberdaya lokal yang ada dapat diinventarisir dan dimobilisasi sesuai dengan konteks pengembangan ekonomi lokal. Program perkuatan ekonomi selain dilakukan terhadap kelompok usaha yang melakukan proses produksi maupun jasa sehingga meningkat kapasitas usahanya, juga intervensi pada wirausaha baru bertujuan untuk meningkatkan serapan tenaga kerja yang signifikan.
Dengan demikian kelompok usaha, dan wirausaha baru adalah target yang strategis dalam konteks LED melalui program CSR. Melihat fokus pemberdayaan pada usaha mikro kecil, maka intervensi dilakukan secara langsung (program langsung) maupun tidak langsung (program tidak langsung). Layanan program langsung merupakan kegiatan yang didisain dan direncanakan sesuai kebutuhan target group, dilaksanakan dengan menyentuh/ melibatkan target group secara langsung dan hasilnya dapat segera dirasakan oleh target group. Sedangkan layanan program tidak langsung adalah kegiatan yang didisain dan direncanakan untuk mendukung
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 30
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
upaya pengembangan target group dan upaya mencapai target proyek, namun didalam implementasinya tidak secara langsung menyentuh/ melibatkan target group.
Model strategi implementasi kegiatan yang rencananya akan dilaksanakan oleh PUPUK (warna kuning) dan lembaga lainnya, secara diagram dapat dilihat pada Gambar 9 di bawah. Program didukung pendanaannya oleh CSR PT. KPC melalui kegiatan langsung berupa dukungan finansial maupun non finansial kepada target group (beneficiaries) kepada UMK (Usaha Mikro dan Kecil) individual dan berbasis kelompok. Peran PUPUK dalam program akan melaksanakan pendekatan yang komprehensif dengan pendekatan rantai nilai, klaster industri, terintegrasi dari hulu hingga hilir. Kegiatan langsung dibeberapa sektor seperti agribisnis (integrated), industri pengolahan dan jasa, serta industri pengungkit di sisi hilir dan lembaga pembiayaannya akan bergerak dalam konteks bisnis (linkages) secara paralel. Mekanisme yang dibangun juga merangsang pelaku usaha untuk bergerak melakukan inovasi produk/jasa sehingga terjadi komersialisasi. Namun demikian upaya strategis juga perlu dilakukan supaya tercipta lingkungan bisnis yang kondusif bagi pelaku usaha dengan melakukan advokasi atau linkages non bisnis kepada pemerintah lokal untuk ikut berkontribusi secara tepat.
advokasi PROGRAM CSR PT. KPC
INDUSTRI PENGOLAHAN
DAN JASA
INDUSTRI WISATA
INTEGRATED AGRIBISNIS
LK - MFI -BMT
PUPUK
Financialsupport
Non Financial support
TRADING HOUSE
Non Financialsupport
BUYER
PARTNERS
LEMBAGA PENDUKUNG
Terget Group : UMK Indiv &
kelompok
• Terbentuk MFI• Skema
pembiayaan spesifik
• Simpan Pinjam (SIPA)
Kegiatan langsung
Kegiatan langsung
Lingkages
End User
1. Out let oleh-oleh2. Jasa kemasan3. Distributor
Terget Group : UMK Indiv &
kelompok
Gambar 9. Model Strategi Implementasi Program CSR
Tentunya misi PUPUK dalam menjalankan intervensinya sedapat mungkin mensinergikan antara kepentingan pengembangan ekonomi masyarakat
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 31
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
setempat dan kepentingan perusahaan (PT. KPC) yang diwujudkan dalam bentuk agenda kolaboratif dan skema bisnis, agar tercapai keberlanjutannya.
b. Metodologi
Salah satu prasyarat dalam melaksanakan program pengembangan ekonomi lokal adalah perlu adanya kolaborasi dan ko-operasi antara industri, bisnis, universitas dan lembaga riset dan pemerintah. Kolaborasi dan ko-operasi tersebut akan melahirkan budaya inovasi dimana ada 3 aspek yang harus dipenuhi seingga saling berinteraksi satu dengan lainnya yaitu adanya pemicu inovasi, terjadi komersialisasi dan prasyarat. Untuk lebih detilnya kerangka inovasi dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Kerangka Inovasi
komersialisasi prasyarat
Pemicuinovasi
Kreativitas & Imajinasi
Pendidikan
Tenaga Kerja Trampil
Aset Intelektual, pajakdll
Infrastruktur
Gagasan
Komunikasi
Penghargaan
Dana
pembimbing
entrepreneurship
Ktrampilan mnajemen(Kesiapan investasi)
Riset
i
Kolaborasi dan ko-operasi antara industri, bisnis, universitas & lembaga riset dan pemerintah
i = budaya inovasi
*) Queensland Innovation Council
Gambar 10. Kerangka Inovasi
Secara generik terdapat banyak model atau solusi dalam program penanggulangan kemiskinan, namun banyak juga model tersebut tidak berkelanjutan. Untuk itu perlu kita temu kenali terlebih dahulu model tradisional dan model baru dalam konteks pengentasan kemiskinan.
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 32
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
Mengurangi kemiskinan
Fokus pada kelemahan masyarakat
Kebutuhan: pelayanan sosial
Cakupan geografis: kumpulan jamaah tingkat desa
Pemimpin: pemerintah
Menciptakan lapanganpekerjaan, penghasilan danharta
Fokus pada keunggulan kompetitif
Kebutuhan: investasi bisnis
Cakupan geografis: wilayah
Pemimpin: sektor swasta
Model tradisional Model baru
Gambar 11. Model Baru Solusi Pengentasan Kemiskinan yang Berkelanjutan
Pendekatan Rantai Nilai
Definisi "Rantai Nilai" adalah urutan proses produktif (fungsi) dari penyediaan input spesifik untuk produk tertentu dalam produksi primer, transformasi, pemasaran dan sampai konsumsi akhir. Dan juga pengaturan hubungan (linkages) dan koordinasi lembaga antara produsen, pengolah (processor), pedagang dan distributor dari produk tertentu.
Sedangkan Rantai Nilai dalam sistem ekonomi terdiri dari: Pada tingkat mikro : rantai operator, operasional penyedia layanan dan
hubungan mereka (linkages). Tingkat meso dan makro : berbagai layanan pendukung aktor (pelaku
usaha).
Contoh urutan dasar (basic sequence) fungsi-fungsi dalam rantai nilai agribisnis.
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 33
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
Gambar 12. Fungsi Dasar Pendekatan rantai Nilai
Sedangkan gambar di bawah adalah contoh kategori operator dalam rantai nilai dan hubungannya.
Gambar 13. Pelaku atau Operator dalam Rantai Nilai
Dalam implementasi kegiatan, ada beberapa tahapan yang akan dijalankan seperti yang terjadi dalam siklus proyek. Namun dalam pendekatan rantai nilai akan diterapkan metode Value Links dalam implementasinya seperti kotak di bawah yaitu implementasi kegiatan di level yang berbeda.
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 34
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
Gambar 14. Value Links (Keterkaitan Nilai dan Intervensinya) dalam Rantai Nilai
Hubungan Rantai Nilai dan Sustainable Economic Development
Ada tiga faktor yang esensial dalam Pengembangan Ekonomi yang Berkelanjutan (Sustainable Economic Development) yaitu :1. Sektor swasta yang kompetitif. Merupakan kunci untuk pertumbuhan
ekonomi, pendapatan dan tenaga kerja.2. Mendukung ekonomi pedesaan. Merupakan kunci utk meraih sebagian
besar penduduk miskin yang pada umumnya berada di daerah terpencil (remote locations).
3. Manajemen sumber daya alam yang berkelanjutan (Sustainable Natural Resources Management). Mata pencaharian masyarakat miskin lebih banyak bergantung pada sumber daya alam. SNRM juga merupakan kondisi awal untuk bisnis/usaha yang berkelanjutan.
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 35
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
Sektor swasta yang kompetitif. Merupakan kunci untuk pertumbuhan ekonomi, pendapatan dan tenaga kerja. Ada beberapa penjelasan mengenai hal tersebut antara lain:
Mendukung sektor swasta dan memperkuat daya saing adalah salah satu tujuan yang harus dicapai oleh pemerintah.
Sektor swasta yang kuat akan mengarah pada lebih banyak peluang pekerjaan, penghasilan yang baik, sehingga memberikan kontribusi bagi pengentasan kemiskinan.
Hal ini dianggap sebagai mesin untuk pertumbuhan di masa depan
Mendukung ekonomi pedesaan. Merupakan kunci utk meraih sebagian besar penduduk miskin yang pada umumnya berada di daerah terpencil (remote locations).
Menyediakan pekerjaan dan peluang pendapatan di daerah pedesaan sangat penting untuk pengembangan ekonomi berkelanjutan.
Hal ini untuk mengimbangi dampak negatif dari kesenjangan antara pertumbuhan yang cepat di daerah perkotaan dan daerah pedesaan tertinggal.
Manajemen sumber daya alam yang berkelanjutan (Sustainable Natural Resources Management). Mata pencaharian masyarakat miskin lebih banyak bergantung pada sumber daya alam. SNRM juga merupakan kondisi awal untuk bisnis/usaha yang berkelanjutan.
Masyarakat cenderung untuk mengelola sumber daya lebih baik bila mereka bisa mendapatkan keuntungan dari hal tersebut. Tetapi, eksploitasi yang berlebihan dari sumber daya tersebut dapat menyebabkan masalah lingkungan dan sosial.
Perusahaan dapat berkontribusi terhadap pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dengan meningkatkan cara mereka membeli, proses dan memasarkan produknya (trade).
Mereka melakukan ini karena tekanan dari pemerintah, LSM atau hanya sebagai pilihan strategis bagi pertumbuhan jangka panjang atau profitabilitas.
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 36
Pendekatan rantai nilai merupakan instrumen penting untuk mendorong daya saing sektor swasta.
Pendekatan rantai nilai merupakan instrumen penting untuk mendorong daya saing sektor swasta.
Pendekatan rantai nilai adalah kendaraan yang baik untuk memperkuat sektor ekonomi pedesaan.
Pendekatan rantai nilai adalah kendaraan yang baik untuk memperkuat sektor ekonomi pedesaan.
Hal yang penting adalah bahwa pendekatan Rantai Nilai dapat membantu mengembangkan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.
Hal yang penting adalah bahwa pendekatan Rantai Nilai dapat membantu mengembangkan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
Jadi, pertumbuhan ekonomi yang pro terhadap pengentasan kemiskinan sama dengan masyarakat miskin memiliki mata pencaharian (serapan tenaga kerja) dan pendapatan meningkat.
Gambar 15. Skema Program Pengentasan Kemiskinan
Landasan Daya Saing (Competitiveness) dan Klaster Industri
Kemakmuran yang menjadi tujuan akhir kegiatan ekonomi sudah saatnya dicapai melalui daya saing yang dicirikan oleh produktivitas jangka panjang. Sedangkan produktivitas harus dicapai melalui kapasitas inovatif yang tinggi. Sumber-sumber kemakmuran yang mengandalkan input tradisional sebagai bagian dari keunggulan komparatif, sudah menurun perannya pada persaingan internasional. Sumber paling penting dari kemakmuran diciptakan oleh manusia, bukan didapat dari warisan.
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 37
Pro-poor growth=
Pendapatan dan serapan tenaga kerja
meningkat
Pro-poor growth=
Pendapatan dan serapan tenaga kerja
meningkat
Economic GrowthVolume transaksi
meningkat dan nilai produk lebih tinggi (“Kue Bertambah”)
Economic GrowthVolume transaksi
meningkat dan nilai produk lebih tinggi (“Kue Bertambah”)
Poverty AlleviationMasyarakat miskin
menerima manfaat dari pendapatan. (Mereka
memperoleh dari pembagian Kue”)
Poverty AlleviationMasyarakat miskin
menerima manfaat dari pendapatan. (Mereka
memperoleh dari pembagian Kue”)
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
Kemakmuran
DayaSaing(Produktivitas)
KapasitasInovatif
Platform Klaster / Rumpun Industri
Adalah tingkat kesejahteraan yang dicerminkan oleh a.l tingkatpendapatan dan penyerapanlapangan kerja
Produktivitas dalam waktuyg panjang merupakanindikator daya saing yang mudah di ukur
Kemampuan untukmenciptakan danmengkomersialkaninvensi
Sekumpulan perusahaan, lembagapendukung danterkait yang salingbersaingdan berkolaborasi dalamhubungan khusus
Gambar 16. Kerangka Berfikir Pendekatan Program yang Sistematis
Usaha skala kecil merupakan bagian dari kegiatan ekonomi yang melibatkan seluruh skala usaha, baik kecil, menengah atau besar. Sebagian besar usaha kecil yang masih berada dalam kondisi lemah perlu didorong menjadi lebih berperan dalam struktur ekonomi nasional maupun regional, bahkan internasional. Dengan demikian segenap kegiatan peningkatan kapasitas inovatif merupakan sasaran antara untuk mencapai produktivitas atau daya saing yang tinggi dan mengarah pada tercapainya kemakmuran. Gerakan peningkatan usaha kecil merupakan upaya afirmatif dalam konteks pembangunan daya saing nasional, lingkup lebih kecil lagi di tingkat lokal.
Peran lokasi dalam era informasi yang nyaris menghilangkan sekat-sekat negara dan bangsa, perusahaan dengan mudah mengakses sumberdaya di tempat yang jauh. Hubungan dengan konsumen yang berada di lokasi yang jauh juga dengan mudah dapat dilakukan. Dapat dikatakan bahwa perusahaan dapat memilih lokasi di mana saja di dunia tanpa kehilangan akses dengan siapapun, sehingga seolah-olah lokasi kehilangan arti.
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 38
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
Produk berdaya saing
Perusahaan berdaya saing
Klaster industri berdaya saing
Daerah berdaya saing
Perusahaan yang mampu mengatasi perubahan dan persaingan pasar dalam memperbesar atau mempertahankan keuntungan, pangsa pasar dan skala usahanya.
Sehimpunan perusahaan yang saling terkait dalam hal khusus yang menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi daripada himpunan perusahaan yang lain.
Daerah yang mampu memberikan iklim paling produktif bagi dunia usaha.
Produk berupa barang atau jasa yang mampu selalu menjadi pilihan konsumen untuk membeli.
Gambar 17. Tahapan Proses Menciptakan Daya Saing (Unggul)
Namun pada kenyataannya, terdapat beberapa lokasi di dunia yang melahirkan perusahaan dengan daya saing yang tinggi. Hal ini menimbulkan pertanyaan, apa gerangan yang menyebabkannya?. Produk berupa barang atau jasa yang unggul, dihasilkan oleh perusahaan yang unggul. Perusahaan yang unggul berada pada kerumunan perusahaan dan lembaga yang unggul, sedangkan kerumunan yang unggul tadi berada dalam lokasi yang unggul. Artinya, daerah yang unggul adalah lokasi yang dapat memberikan iklim paling produktif bagi dunia usaha di wilayahnya. Produk unggul, perusahaan unggul, kerumunan unggul dan lokasi unggul (tingkatan mikro, meso dan makro) memiliki pengertian yang berbeda namun saling berkaitan. Ternyata lokasi masih memiliki peran penting dalam daya saing, walaupun dengan pengertian yang berbeda. Berangkat dari pemahaman inilah kemudian segala upaya untuk meningkatkan daya saing dimulai dari peningkatan kapasitas inovatif suatu wilayah dengan segala perangkatnya.
Produktivitas jangka panjang dihasilkan oleh adanya kapasitas inovatif. Kapasitas inovatif adalah ukuran tingkat invensi dan potensi inovasi pada suatu negara, area geografis atau aktivitas ekonomi. Invensi adalah penemuan atau gagasan baru yang telah dipatenkan. Manakala temuan-temuan ini digunakan untuk maksud ekonomi atau sosial, maka ia menjadi inovasi. Inovasi adalah sumber teknologi baru. Biasanya, dengan naiknya tingkat invensi, maka diharapkan akan lebih banyak inovasi dan teknologi baru. Oleh karenanya, ukuran tingkat invensi memberikan indikator penting bagi kapasitas atau potensi inovasi dan pengenalan teknologi baru. Kapasitas Inovasi Nasional adalah kemampuan suatu negara untuk membuat dan mengkomersilkan suatu aliran teknologi inovatif dalam jangka panjang. Kapasitas Inovasi Nasional bergantung pada kekuatan infrastruktur inovasi umum suatu bangsa (lintas faktor yang berkontribusi secara luas kepada keinovatifan di seluruh kegiatan ekonomi), lingkungan inovasi yang
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 39
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
menggerakkan klaster industri, dan kekuatan hubungan (linkages) antara kedua wilayah ini.
Infrastruktur inovasi umum terdiri atas: Sumberdaya inovasi Persediaan pengetahuan Kebijakan inovasi
Sedangkan lingkungan inovasi yang menggerakkan kerumunan industri dan lembaga spesifik adalah:
Kondisi faktor Strategi perusahaan dan struktur persaingan Lapis-lapis Industri pendukung dan terkait Konteks permintaan lokal
Gambar 18. Empat Aspek Lingkungan Usaha Penentu Daya Saing (Diamond Porter).
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 40
Demand Conditions
Demand Conditions
PersainganBersaing sengit dengan
perusahaan lokalPerundangan anti monopoliTerbuka terhadap pesaing impor
atau investasi asing.
KerjasamaKerjasama antar perusahaan lokalAsosiasi (lokal) pada Industri IntiHubungan antara partisipan
klasterStrategi dan StrukturStrategi lokal yg unik
Faktor Umum :Lokasi geografisBiaya Input Produksi ( upah
dll)Infrastruktur fisik (jalan,
pelabuhan, bandara, telekomunikasi)
Pasar modal lokal (terbuka untuk usaha menengah dan baru)
Kondisi makro ekonomi seperti nilai tukar (dampak pada biaya, harga dll)
Infrastruktur administratif (kebijakan)
Faktor Khusus (Klaster Spesifik)SDA (bahan baku, energi)SDM (pekerja trampil)sumber alih pengetahuan
(pendidikan ketrampilan, pelatihan, perguruan tinggi)
Infrastruktur ilmiah (lembaga riset, lab pengujian)
Besarnya permintaan lokal
Konsumsi per kapitaPermintaan Swasta (lokal)
Prosentase penjualan klaster
Kualitas permintaan lokal
Peraturan tentang standar (produk, keamanan, lingkungan)
Aturan tentang info bagi konsumen
Belanja pemerintah
PemasokTingkat sumberdaya lokalPemasok material & komponen lokalPemasok peralatan lokalPemasok jasa lokalKeterbukaan terhadap pasokan impor.
Industri terkaitMenggunakan input/skill/
technology yg samaIndustri terkait
komplementer
Pemerintah
Peluang
Context for Firm Strategy and Rivalry
Context for Firm Strategy and Rivalry
Related and Supporting Industries
Related and Supporting Industries
Factor (Input) Conditions
Factor (Input) Conditions
Meningkatkan produktivitas dan efisiensi
Merangsang munculnya
inovasi
Memfasilitasi terjadinya
komersialisasi
K LASTER
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
Hasil pengamatan pada pengaruh lokasi pada produktivitas dan pertumbuhan produktivitas digambarkan dalam sebuah model empat pengaruh yang saling berkaitan berbentuk “diamond”. Empat pengaruh tadi disebut lingkungan usaha penentu daya saing. Faktor input atau kondisi faktor (mencakup infrastruktur fisik, informasi, sistem legal, serta lembaga riset perguruan tinggi) yang digunakan oleh seluruh perusahaan dalam bersaing. Untuk meningkatkan produktivitas, faktor input harus diperbaiki dalam hal efisiensi, kualitas dan pada akhirnya spesialisasi pada area khusus klaster. Faktor terspesialisasi, terutama yang terpadu dengan inovasi dan perbaikan kondisi (mis. Lembaga riset perguruan tinggi), tidak hanya untuk mencapai produktivitas tinggi, namun juga karena sulit disediakan oleh daerah lain. Bergerak ke arah ekonomi yang lebih maju membutuhkan pengembangan persaingan lokal yang lebih besar. Persaingan harus bergeser dari upah rendah kepada biaya total rendah, yang mem-butuhkan peningkatan efisien-si, dari proses pengolahan dan pelayanan jasa.
Pada akhirnya, persaingan juga harus berkembang ke arah diferensiasi. Persaingan harus bergeser dari kegiatan meniru ke inovasi dan dari investasi rendah ke investasi tinggi, tidak saja untuk aset fisik, melainkan juga untuk intangible asset (ketrampilan, teknologi). Perlu suatu cara pandang baru terhadap him-punan perusahaan/ industri, yang lebih merangsang inovasi. Klaster memegang peran penting dalam transisi ini. Klaster adalah perwujudan dari “diamond” yang bekerja (berfungsi). Kedekatan (proximity), bermula dari kehadiran pada lokasi yang sama dari perusahaan, konsumen, pemasok dan lembaga lain, memperbesar tekanan untuk berinovasi dan meningkatkan diri. Klaster melibatkan lembaga pemerintah dan lembaga lain (perguruan tinggi, think-tanks, penyedia latihan ketrampilan, lembaga standard, asosiasi dagang) yang menyediakan pelatihan, pendidikan, informasi, riset, dan dukungan teknis. Banyak juga klaster yang melibatkan asosiasi dagang, dan badan kolektif lain yang melibatkan anggota klaster. Perusahaan asing juga dapat dan merupakan bagian dari klaster, tetapi hanya jika mereka melakukan investasi permanen serta hadir secara signifikan di lokasi.
Klaster mempengaruhi persaingan dalam tiga cara, yaitu: Meningkatkan produktivitas para konstituen klaster, meningkatkan inovasi dan pertumbuhan produktivitas partisipan klaster dan merangsang formasi bisnis baru yang mendukung inovasi dan memperluas klaster.
Setiap pengaruh klaster terhadap persaingan, pada kondisi tertentu, bergantung pada hubungan personal, komunikasi tatap muka serta jaringan individu dan lembaga yang berinteraksi. Walaupun eksistensi klaster memungkinkan terbangunnya hubungan-hubungan dan menjadi efektif, hal itu tidak terjadi secara otomatis. Mekanisme pengorganisasian secara formal atau informal
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 41
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
serta norma-norma budaya, seringkali berperan dalam memfungsikan dan mengembangkan klaster.
Gambar 19. Tiga Hal yang Muncul dari Pendekatan Klaster Industri
Isu penting dalam membangun kapasitas inovatif memerlukan agenda beragam dengan tujuan antara terbentuknya beberapa elemen pendukung sistem inovasi. Namun untuk memulainya perlu dimunculkan beberapa isu prioritas yang dianggap mampu menjaga dan mendorong terciptanya prakarsa lanjutan peningkatan daya saing daerah. Isu-isu tersebut adalah seperti digambarkan pada diagram berikut.
Gambar 20. Isu Strategis dalam Meningkatkan Daya Saing Daerah
Contoh Implementasi
a. Identifikasi Peta Pelaku
Proses penentuan peta pelaku (gambar di bawah) dalam suatu komoditi sangat diperlukan, baik itu peta pelaku eksisting maupun potensi. Peta pelaku terdiri dari 6 kelompok yaitu industri pemasok, industri inti, pembeli, industri pendukung, industri terkait dan lembaga pendukung. Peta pelaku eksisting berguna untuk melihat kondisi yang terjadi saat ini, bagaimana hubungan antar pelaku tersebut (linkages), supply chain-nya. Sedangkan peta pelaku
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 42
Pelaku Usaha Skala Kecil
• Usaha Kecil tidak terisolasi dari lingkungan bisnis di antara skala usaha dan lembaga lainnya
• Pemihakan kepada Usaha kecil adalah memberikan prioritas untuk mengantarkannya menjadi lebih berdaya saing
Regionalisasi
• Daerah tidak dapat dilepaskan keterkaitannya dengan daerah di sekelilingnya
• Kolaborasi lintas daerah merupakan pendukung daya saing nasional
Pijakan Klaster Industri
• Keberadaan lapisan pemasok, industri pendukung dan terkait merupakan landasan formasi klaster industri
• Perkuatan hubungan bisnis (linkage) merupakan agenda prioritas
Instrumen Kebijakan
• Agenda kolaborasi, strategi dan prioritas pengembangan perlu dituangkan dalam instrumen kebijakan yang mendukung
• Koherensi kebijakan pusat-daerah merupakan isu penting untuk menjamin sinergi antar tingkat wilayah
Lembaga Kolaborasi
• Diperlukan kelembagaan yang dapat mengawal agenda peningkatan daya saing.
• Jika lembaga yang sudah ada tidak mencukupi, dibutuhkan dibentuknya lembaga baru
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
potensi adalah potensi perluasan/pengembangan komoditi tersebut, dimana rantai atau aliran yang dapat ditingkatkan.
Industri inti
Pemasok
Pembeli
Industri pendukung
Industri terkait
Lembaga pendukung
Gambar 21. Gambar Peta Pelaku Klaster Industri Spesifik
b. Penerapan Paradigma Baru
Sehingga dalam implementasi program diperlukan suatu pendekatan baru yang lebih komprehensif namun sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Pada gambar pertama kita lihat pendekatan lama, dimana intervensi dilihat secara parsial sesuai dengan identifikasi kelemahan dan kekuatan entitas bisnis tersebut dengan sudut pandang bahwa usaha kecil (UKM) dianggap lemah.
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 43
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
Identifikasi kelemahan (dan kekuatan) entitas bisnis
peralatan uang
metoda
`
pendampingan
• Intervensi dilakukan oleh pihak yang tidak tepat
Identifikasi dilakukan thd pihak yang “diduga” lemah, mis.: usaha kecil
Gambar 22. Pendekatan Lama Terkait Perkuatan Usaha KecilPendekatan lama tidak cukup, untuk itu diperlukan pendekatan yang seperti disebutkan pada halaman sebelumnya dengan melakukan identifikasi lingkungan usaha (business environment) penentu daya saing, dilihat dari keterkaitan 4 perspektif dan adanya peran aktif pemerintah serta melihat peluang.
Identifikasi lingkungan bisnis penentu daya saing
`
• Merangsang tumbuhnya lapis-lapis pelaku bisnis• Memacu peningkatan posisi tawar pelaku bisnis• Menguatkan hubungan (linkage) antar pelaku bisnis• Menguatkan peran industri pendukung
Identifikasi dilakukan terhadap lingkungan yang mendukung dan menghambat daya saing
Gambar 23. Pendekatan Baru Terkait Perkuatan Usaha Kecil
c. Linkages dan Komersialisasi
Lebih rinci dan teknis lagi, setelah melakukan identifikasi akan kebutuhan hubungan (linkage) antar pelaku usaha, sebut entitas 1 dan entitas 2, perlu agenda membangun linkage. Intervensi dilakukan pada kebutuhan linkage itu sendiri (penyesuaian) seperti bisnis matching yang dikawal secara intensif hingga terjadi transaksi, juga perkuatan pada 2 entitas tersebut seperti
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 44
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
peningkatan kapasitas (training, coaching, studi banding, dll), serta jika dianggap mengungkit perlu dukungan kebijakan terhadap percepatan/memperlancar proses linkage (lebih besar lagi konteks perdagangan).
Entitas 1 Entitas 2
Identifikasi kebutuhan
‘linkage’Entitas 1 Entitas 2
• Peningkatan kapasitas• Penyesuaian
• Dukungan kebijakan
Agenda membangun
‘linkage’ dalam konteks daya saing
Gambar 24. Agenda dalam Membangun Linkages
VII. RENCANA ANGGARAN BIAYA
Total rencana anggaran untuk kegiatan LED PT. KPC di 4 kecamatan pada tahun 1 (2012) adalah sebesar Rp. 3.428.715.000,- (tiga milyar empat ratus dua puluh delapan juta tujuh ratus lima belas ribu rupiah). Sedangkan perkiraan total selama 3 tahun adalah adalah Rp. 9.850.715.000,- (sembilan milyar delapan ratus lima puluh juta tujuh ratus lima belas ribu rupiah). Untuk lebih rincinya RAB dapat dilihat pada lampiran.
VIII. PENUTUP
Demikian proposal usulan untuk Program Pengembangan Ekonomi Lokal (LED) di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC) ini dibuat semata-mata untuk peningkatan daya saing semua pihak yang terlibat.
Terima Kasih
Bastian A. Saputra, ST
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 45
PROPOSALProgram Pengembangan Ekonomi Lokal di Wilayah Ring-1 PT. Kaltim Prima Coal (KPC)
Direktur Eksekutif Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil (PUPUK) Bandung
Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil Page | 46