proposal k3 di ruang radiologi revisi.docx

48
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam era globalisasi, tuntutan pengelolaan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) semakin tinggi karena pekerja, pengunjung, pasien dan masyarakat sekitar Rumah Sakit ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi sarana dan prasarana yang ada di Rumah Sakit yang tidak memenuhi standar. 1 Dengan berkembangnya konsep kesehatan pekerja (Workers’ Health) diharapkan dapat memberikan pengertian yang lebih luas dari kesehatan kerja (Occupational Health), maka tidak hanya masalah kesehatan yang berkaitan pekerjaan, tapi juga masalah kesehatan umum yang mempengaruhi produktivitas kerja. 1 Dalam Undang-Undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselanggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya 1

Upload: rheza-regobiez

Post on 22-Nov-2015

952 views

Category:

Documents


26 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

I.1. Latar BelakangDalam era globalisasi, tuntutan pengelolaan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) semakin tinggi karena pekerja, pengunjung, pasien dan masyarakat sekitar Rumah Sakit ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi sarana dan prasarana yang ada di Rumah Sakit yang tidak memenuhi standar.1Dengan berkembangnya konsep kesehatan pekerja (Workers Health) diharapkan dapat memberikan pengertian yang lebih luas dari kesehatan kerja (Occupational Health), maka tidak hanya masalah kesehatan yang berkaitan pekerjaan, tapi juga masalah kesehatan umum yang mempengaruhi produktivitas kerja.1Dalam Undang-Undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselanggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperlihatkan isi dari pasal di atas maka jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam criteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di RS tetapi juga pasien dan pengunjung RS. Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS menerapkan upaya-upaya K3 di Rumah Sakit.2Potensi bahaya di RS selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi kondisi dan situasi di Rumah Sakit, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan ynag berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cedera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya,gas-gas anastesi, gangguan psikososial, dan ergonomic. Semua potensi bahaya tersebut diatas jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi para karyawan di RS, para pasien maupun pengunjung yang ada di lingkungan RS.2Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 1988 menunjukkan terjadinya kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekrja di industry lain. Kasus yang sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang, tergores/terpotong, luka bakar, dan penyakit infeksi dan lain-lain. Sejumlah kasus dilaporkan mendapatkan kompensasi pada pekerja RS, yaitu sprains, strains : 52%; confusion, crushing, bruising: 11%; cuts, laceration, punctures: 10,8%; fractures: 5,6%; multiple injuries: 2,1%; thermal burns; 2% scratches, abrasions: 1,9%; infections:1,3%; dermatitis: 1,2%; dan lain-lain: 12,4% (US Department of Laboratorium, Bureau of Laboratorium Statistics 1983).2Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat maka tuntutan pengelolaan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) semakin tinggi karena Sumber Daya Manusia (SDM) Rumah Sakit, pengunjung/pengantar pasien, pasien dan masyarakat sekitar Rumah Sakit ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi sarana dan prasarana yang ada di Rumah Sakit yang tidak memenuhi standar.3 Di dunia Internasional, program K3 telah lama diterapkan di berbagai sektor industri (akhir abad 18), kecuali di sektor kesehatan. Perkembangan K3RS tertinggal dikarenakan fokus pada kegiatan kuratif, bukan preventif. Fokus pada kualitas pelayanan bagi pasien, tenaga profesi di bidang K3 masih terbatas, organisasi kesehatan yang dianggap pasti telah melindungi diri dalam bekerja.3Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Selain dituntut mampu memberikan pelayanan dan pengobatan yang bermutu, Rumah Sakit juga dituntut harus melaksanakan dan mengembangkan program K3 di Rumah Sakit (K3RS) seperti yang tercantum dalam buku Standar Pelayanan Rumah Sakit dan terdapat dalam instrumen akreditasi Rumah Sakit.3Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal 165 : Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja. Berdasarkan pasal di atas maka pengelola tempat kerja di Rumah Sakit mempunyai kewajiban untuk menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satunya adalah melalui upaya kesehatan kerja disamping keselamatan kerja. Rumah Sakit harus menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan atau pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya di Rumah Sakit. Oleh karena itu, Rumah Sakit dituntut untuk melaksanakan Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh sehingga risiko terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di Rumah Sakit dapat dihindari.3Pelayanan radiologi sebagai bagian yang terintergrasi dari pelayanan kesehatan secara menyeluruh merupakan bagian dari amanat Undang-Undang Dasar 1945 dimana kesehatan adalah hak fundamental setiap rakyat dan amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Bertolak dari hal tersebut serta makin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, maka pelayanan radiologi sudah selayaknya memberikan pelayanan yang berkualitas.4Penyelenggaraan pelayanan radiologi umumnya dan radiologi diagnostic khususnya telah dilaksanakan di berbagai sarana pelayanan kesehatan, mulai dari sarana pelayanan kesehatan sederhana, seperti puskesmas dan klinik-klinik swasta, maupun sarana pelayanan kesehatan yang berskala besar seperti rumah sakit kelas A. Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi dewasa ini telah memungkinkan berbagai penyakit dapat dideteksi dengan menggunakan fasilitas radiologi diagnostik yaitu pelayanan yang menggunakan radiasi pengion dan non pengion. Dengan berkembangnya waktu, radiologi diagnostik juga telah mengalami kemajuan yang cukup pesat, baik dari peralatan maupun metodanya.4Agar penyelenggaraan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) lebih efektif, efisien dan terpadu diperlukan sebuah manajemen K3 baik bagi pengelola maupun karyawan sehingga pada era globalisasi sangat diharapkan kontribusi mereka dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang akan tercermin dengan meningkatnya profesionalisme, kemandirian, etos kerja dan produktivitas kerja. Untuk mendukung itu semua diperlukan tenaga kerja dan lingkungan kerja yang sehat, selamat, nyaman dan menjamin peningkatan produktivitas kerja.6

I.2. Tujuan1.2.1. Tujuan UmumUntuk memanatu aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dengan metode Walk-through Survey terhadap petugas di Unit Radiologi Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar.

1.2.2. Tujuan Khusus1. Untuk mengetahui tentang faktor hazard yang dialami petugas di Unit Radiologi Rumah Sakit Ibnu Sina.a. Untuk mengetahui tentang faktor fisik di lingkungan kerja Unit Radiologi Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar.b. Untuk mengetahui tentang faktor Kimia di lingkungan kerja Unit Radiologi Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar.c. Untuk mengetahui tentang faktor Biologi di lingkungan kerja Unit Radiologi Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar.d. Untuk mengetahui tentang faktor Ergonomi di lingkungan kerja Unit Radiologi Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar.e. Untuk mengetahui tentang faktor Psikososial di lingkungan kerja Unit Radiologi Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar.2. Untuk mengetahui tentang alat kerja yang digunakan yang dapat mengganggu kesehatan petugas di Unit Radiologi Rumah Sakit Ibnu Sina3. Untuk mengetahui APD yang digunakan petugas di Unit Radiologi Rumah Sakit Ibnu Sina.4. Untuk mengetaui ketersediaan obat P3K di Unit Radiologi Rumah Sakit Ibnu Sina.5. Untuk mengetahui tentang pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai peraturan (sebelum kerja, berkala, berkala khusus) bagi petugas di Unit Radiologi Rumah Sakit Ibnu Sina.6. Untuk mengetahui tentang peraturan pimpinan rumah sakit tentang K3 di Unit Radiologi Rumah Sakit Ibnu Sina.7. Untuk mengetahui keluhan atau penyakit yang dialami berhubungan dengan pekerjaan pada petugas di Unit Radiologi Rumah Sakit Ibnu Sina.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

II.1. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan KerjaKesehatan kerja adalah ilmu yang mempelajari dua arah hubungan antara pekerjaan dan kesehatan.4 Menurut International Labour Organisation dan World Health Organisation Committee on Occupational Health pada tahun 1950, definisi dari kesehatan kerja adalah'Occupational Health should aim at the promotion and maintenance of the highest degree of physical, mental and social well being of workers in all occupations; the prevention among workers of departures from health caused by their working conditions; the protection of workers in their employment from risks resulting from factors adverse to health; placing and maintenance of a worker in an occupational environment adapted to his physiological and psychological equipment and, to summarise, the adaption of work to people and of each person to their job.7Definisi di atas jika diartikan adalah sebagai berikut: Keselamatan kerja merupakan suatu upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat kesejahtaraan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan penyimpangan kesehatan diantara pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang diadaptasikan dengan kapabilitas fisiologi dan psikologi; dan diringkaskan sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada jabatannya.8Dalam UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan pasal 23 mengenai kesehatan kerja disebutkan bahwa upaya kesehatan kerja wajib diselenggarakan pada setiap tempat kerja, khususnya tempat yang memiliki resiko bahaya kesehatan yang besar bagi pekerja agar pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya untuk memperoleh produktivitas kerja yang optimal sejalan dengan program perlindungan tenaga kerja.9Kerja merupakan aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu tempat kerja (perusahaan, pabrik, kantor, dsb). Dan yang menjadi pasien dari kesehatan kerja ialah masyarakat pekerja dan masyarakat sekitar perusahaan tersebut. Kesehatan kerja bertujuan untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. 8Tujuan akhir dari kesehatan kerja ini adalah untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Untuk mencapai tujuan ini diperlukan suatu prakondisi yang menguntungkan bagi masyarakat pekerja tersebut. Prakondisi inilah yang disebut sebagai determinan kesehatan kerja yang meliputi beban kerja, kapasitas kerja dan lingkungan kerja. 8

II.2. Prinsip Dasar Kesehatan KerjaII.2.1. Ruang Lingkup Kesehatan KerjaRuang lingkup kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan pekerja dan lingkungan kerjanya baik secara fisik maupun psikis dalam hal cara/metoda kerja, proses kerja dan kondisi kerja yang bertujuan untuk:10a. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di semua lapangan pekerjaan yang setinggi-tingginya baik secara fisik, mental maupun kesejahteraan sosialnya.b. Mencegah gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerjanya.c. Memberikan perlindungan bagi pekerja didalam pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh aktor-faktor yang membahayakan kesehatan.d. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaannya yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjaannya.II.2.2. Jenis Pelayanan Kesehatan KerjaPelayanan kesehatan kerja merupakan program pelayanan paripurna yang terdiri dari: pelayanan promotif, pelayanan preventif, pelayanan kuratif, pelayanan rehabilitatif yang dilaksanakan dlm suatu sistim terpadu.11Tabel 1. Jenis Pelayanan Kesehatan Kerja11PromotifPreventif

Pendidikan dan penyuluhan tentang kesehatan kerja Pemeliharaan berat badan ideal Perbaikan gizi, menu seimbang dan pemilihan makanan yang sehat dan aman Pemeliharaan lingkungan kerja yang sehat Olah raga dan rekreasi

Pemeriksaan kesehatan awal, berkala dan khusus. Imunisasi Kesehatan Lingkungan Kerja Perlindungan diri thd bahaya-bahaya pekerjaan Penyerasian manusia dgn mesin alat kerja (ergonomi) Pengendalian bahaya lingkungan kerja

KuratifRehabilitatif

Pelayanan diberikan pada pekerja yang sudah mengalami gangguan kesehatan. Pelayanan diberikan meliputi pengobatan terhadap penyakit umum maupun penyakit akibat pekerjaan Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan kemampuannya yang masih ada secara maksimal. Penempatan kembali pekerja yang cacat secara selektif sesuai kemampuannya

II.3. Aspek Kesehatan dan Keselamatan KerjaII.3.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan dan Keselamatan KerjaA. Faktor Fisik, yang merupakan hazard lingkungan kerja berupa: Noise (kebisingan) dapat diartikan sebagai suara yag tidak dikehendaki yaitu alam bentuk gelombang yang disalurkan melalui benda padat,cair dan gas. Bunyi dapat didengar oleh telinga karena adanya rangasangan getaran. Kualitas suara dapat ditentukan oleh dua faktor yaitu, frekuensi dan intensitas suara. Kebisingan ditempat kerja dapat muncul karena penggunaan peralatan produksi yang mengeluarkan suara, seperti mesin-mesin produksi. Pengaruh kebisingan terhadap karyawan yaitu berupa gangguan kenyamanan dan kesehatan yang menimbulkan ketulian. Adapun jenis-jenis kebisingan adalah: 11 Kebisingan continue, kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin yang berbunyi terus-menerus seperti generator dll Kebisingan intermitten, kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin yang tidak beroperasi secara terus-menerus seperti gurinda dll Kebisingan impulsive, kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin atau peralatan yang penggunaannya terjadi hentak-hentakan seperti mesin tumbuk dll. Fibrasi (getaran mekanik) terdapat benda yang menimbulkan getaran dimana getaran tersebut berakibat timbulnya resonansi pada alat-alat tubuh sehingga pengaruhnya bersifat mekanis. Biasanya pengaruhnya disalurkan melalui lantai, tempat duduk atau melalui alat tangan yang digunakan. Misalnya saat mengendarai mobil atau traktor. Adapun pengaruh getaran terhadap tubuh karyawan yaitu menimbulkan ketidaknyamanan, kelelahan dan bahaya bagi kesehatan.11,12 Radiasi, adalah hazard kesehatan dilingkungan tempat kerja dan dibagi menjadi 2 golongan yaitu radiasi mengion dan radiasi yang tidak mengion. Radiasi mengion, umumnya dapat ditemui ditempat kerja karena penggunaan alat yang menggunakan bahan radiasi, atau mempunyai inti yang tersusun dari proton dan neutron. Proton mempunyai muatan positif dan neutron muatan negative. Radiasi ini terbagi atas 5 jenis, radiasi sinar alfa, beta, gamma, sinar X dan neutron. Radiasi tidak mengion, Sinar adalah murni energy disebut sebagai energy elektromagnetik dan karena karakternya berbagai jenis sinar mengacu pada karakteristik gelombang. Energi sinar berkaitan dengan panjang gelombang dan panjang gelombang yang lebih pendek maka energinya lebih tinggi. Radiasi ini terdiri dari gelombang nikro (microwave), sinar laser, sinar inframerah dan sinar ultraviolet.Berbagai efek radiasi, yaitu sinar X dan gamma dapat menimbulkan luka bakar pada jaringan yang terkena. Sinar inframerah dapat menimbulkan katarak pada mata, sinar ultraviolet dapat menimbulkan konjungtivitis, dll.11,12 Temperatur yang ekstrim, suhu ekstrim merupakan hazard kesehatan ditempat kerja yang disebabkan karena suhu sangat rendah dan ringgi, keadaan ini bisa disebabkan karena iklim yang ada juga ditimbulkan karena dalam proses produksi memerlukan temperature yang ekstrim. Untuk mengidentifikasi adanya pengaruh temperature rendah maka dapat dilihat dari karyawan yang bekerja di pabrik freezer, pengepalan daging dan pertanian didekat kutub. Sedangkan temperature tinggi misalnya pada pengecoran batubara, ruang pembakaran dll yang operasinya memerlukan suhu tinggi. 13

B. Faktor KimiaIdentifikasi hazards kimia dan identifikasi bahwa di dalam udara tempat kerja terdapat hazards kimia, kita harus mengetahui bahan kimia yang digunakan sebagai raw materials, hasil produksi, dan hasil sampingannya (by-product). Informasi penting lainnya yang diperlukan dapat diperoleh dari Material Safety Data Sheet (MSDS), yaitu yang harus disuplai oleh pabrik atau importir bahan kimia tersebut.14Pembagian bahan kimia yang merupakan kontaminasi (pencemar) udara dapat digolongkan menjadi : Dust (Debu). Debu adalah partikel padat yang dihasilkan oleh perlakuan, penghancuran, pengendaraan, ledakan, dan pemecahan terhadap material organik dan anorganik. Debu yang mempunyai ukuran 5-10 mikrometer akan tertahan pada saluran pernapasan bagian atas. Partikel atau debu berukuran 3-5 mikrometer akan tertahan pada saluran pernapasan bagian tengah, sedangkan debu yang berukuran 1-3 mikrometer akan tertinggal pada permukaan alveoli paru-paru. Debu yang berukuran kurang dari 0,1 mikrometer akan bergerak keluar masuk alveoli. Fumes (uap cair). Fumes adalah partikel yang terbentuk dari kondensasi tahap gas, umumnya terjadi karena penguapan setelah benda terlebur dan diameter kurang dari 1,0 mikrometer. Smoke (asap). Asap terdiri dari unsur karbon atau partikel jelaga yang ukurannya kurang dari 0,1 mikrometer. Dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna dari benda yang mengandung karbon seperti batu bara dan minyak. Asap umumnya mengandung titik-titik (droplets) partikel kering. Mists (kabut). Kabut adalah titik-titik cairan halus (liquid droplets) yang terbentuk dari kondensasi uap kembali menjadi bentuk cair, atau pemecahan dari bentuk cair menjadi tingkat terdepresi, seperti proses deburan air (spashing, forming, pemecahan atom cairan/atomizing) Gas adalah bentuk zat yang tidak mempunyai bangun tersendiri, melainkan mengisi ruangan tertutup pada kondisi suhu dan tekanan normal. Bentuknya dapat berubah menjadi cair pada kondisi suhu dan tekanan yang tinggi. Vaspor (uap) adalah bentuk penguapan dari benda yang dalam keadaan normal dalam bentuk padat atau cair. Penguapan adalah proses dari suatu bentuk cair ke bentuk uap bercampur dengan udara sekitarnya. Dengan mengetahui bentuk dan ukuran-ukuran bahan pencemaran udara adalah penting dalam program kesehatan lingkungan kerja (pengenalan, evaluasi, pengendalian hazards) dan juga dalam menentukan pemilihan alat pelindung diri yang tepat. Terdapat 3 cara dimana bahan kimia dapat masuk ke dalam tubuh manusia, yaitu melalui:11,12 Saluran pernapasan Bahan kimia yang merupakan kontaminan udara dapat langsung terhirup melalui alat pernapasan. Bahan kimia yang masuk melalui paru-paru dapat langsung masuk ke dalam aliran darah, dan oleh darah tersebut terbawa ke seluruh tubuh. - Kulit juga merupakan pintu masuk bahan kimia ke dalam tubuh, yaitu melalui cara absorbsi. Beberapa bahan kimia dapat terserap oleh lubang rambut, terserap pada lemak dan minyak kulit seperti senyawa organik, pestisida organopirospate. Bahan kimia yang terabsorbsi melalui kulit tersebut dapat menimbulkan keracunan secara sistemik. Saluran pencernaanDi tempat kerja orang tidak sadar dan sengaja terminum atau termakan bahan kimia beracun. Oleh karena itu pekerja tidak diperkenankan makan, minum, atau merokok di tempat kerja. Sebelum makan dan minum diharuskan mencuci tangan dengan bersih. Bahan kimia beracun yang terserap melalui cairan alat pencernaan dapat masuk ke dalam darah melalui sistem saluran pencernaan tersebut.C. Faktor BiologiHazards biologis dapat berupa binatang, bakteri, jamur, dan virus. Hazards biologis yang berupa binatang dapat dikenali/diidentifikasi dengan adanya kehidupan binatang yang dapat dilihat, seperti binatang buas dan binatang penyebar penyakit (lalat, nyamuk, dan tikus). Akan tetapi untuk jenis-jenis bakteri, jamur dan virus tidak mudah dilakukan identifikasi terutama bagi kesehatan. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan observasi terhadap karyawan-karyawan yang sedang menderita penyakit. Mikroorganisme yang berbahaya ditempat kerja tergantung pada lingkungan tempat kerjanya. Di laboratorium, pekerja yang bekerja di laboratorium mempunyai risiko yang sangat besar untuk terinfeksi terutama jika laboratorium tersebut menangani organisme pathogen atau bahan yang mengandung organisme pathogen.11,12

D. Faktor PsikososialBeberapa contoh faktor psikososial di lingkungan kerja para petugas kasir yang dapat menyebabkan stress antara lain: 11,12 Pekerjaan seringkali bersifat emergensi dan menyangkut kepuasan seseorang. Untuk itu para petugas kasirdituntut memberikan pelayanan yang tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan dan keramahtamahan. Pekerjaan yang sangat monoton. Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau sesama teman kerja. Beban mental karena menjadi penanggung jawab atas sektor pelayanan dan penerimaan uang.

E. Faktor ErgonomiIstilah ergonomi pertama kali digunakan oleh sekelompok ilmuwan inggris pada tahun 1950, yang berasal dari dua kata Yunani, yaitu ergon dan nomos. Ergon berarti kerja sedangkan nomos berarti humum atau aturan. Secara keseluruha ergonomic berarti hukum atau aturan yang berkaitan dengan kerja.3Ergonomi merupakan ilmu berupaya untuk menyerasikan mesin dan pekerja, tanpa menganggap pekerja harus menyesuaikan diri dengan mesin dan lingkungan. Dalam hal ini, pengukuran keselarasan pekerjaan dengan pekerja meliputi pemeriksaan sejumlah faktor yaitu: pekerja, mesin, dan lingkungan.4International Labour Organization (ILO) mendefinisikan ergonomi sebagai penerapan ilmu biologi manusia sejalan dengan ilmu rekayasa untuk mencapai penyesuaian bersama antara pekerjaan dan manusia secara optimum dengan tujuan agar bermanfaat demi efisiensi dan kesejahteraan. Permasalahan yang berkaitan dengan faktor ergonomi umumnya disebabkan oleh adanya ketidak sesuaian antara pekerja dan lingkungan kerja secara menyeluruh termasuk peralatan kerja.5Dasar pokok keilmuan dari ergonomi adalah : 151. Anatomi : yaitu ilmu urai yang mencakup ukuran tubuh (antropometri) dan juga mempelajari aplikasi kekuatan yang termasuk biomekanik.2. Faal : yaitu faal kerja yang mempelajari pemakaian energi, ilmu faal lingkungan yang mempelajari lingkungan terhadap fungsi tubuh.3. Psikologis : yang meliputi ilmu tingkah laku yang dapat memperngaruhi keterampilan, motivasi, latihan, usaha dan lain-lain.Apabila dalam menyelesaikan pekerjaan orang tidak memerlukan peralatan, bukan berati ergonomi tidak berlaku. Dalam hal ini ergonomi dapat berlaku yakni bagaimana mengatur cara atau metode kerja sehingga meskipun hanya dengan menggunakan anggota tubuh saja pekerjaan itu dapat terselesaikan dengan efisien tanpa menimbulkan kelelahan.16Tujuan penggunaan ergonomi dapat disimpulkan sebagai berikut : 151. Mendapatkan derajat kesehatan tenaga kerja yang tinggi dengan produktivitas kerja yang maksimal.2. Mendapatkan derajat kesehatan lingkungan yang optimal3. Memperoleh lingkungan kerja dan penggunaan alat-alat yang nyaman, tidak membosankan, mengurangi kelelahan, mengurangi bahaya dan meningkatkan keselamatan kerja seoptimal mungkin.4. Dapat mengurangi beban kerja

Dalam ergonomi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : 161. Bagaimana orang mengerjakan pekerjaannya2. Bagaimana posisi dan gerakan tubuh yang digunakan ketika bekerja3. Peralatan apa yang mereka gunakan4. Apa efek dari faktor-faktor diatas bagi kesehatan dan kenyamanan pekerjaErgonomi mengandung 3 unsur yaitu : 151. Antropometri yang mempelajari tentang ukuran tubuh manusia.2. Biomekanikan yang mempelajari kerja hukum mekanika dalam tubuh manusia.3. Psikologi yang mempelajari aspek kejiwaan yang berkaitan dengan rekayasa dan rancang bangun.Antropometri berkaitan dengan ukuran tubuh manusia yang sangat bervariasi. Data-data mengenai ukuran tubuh manusia penting untuk desain ruang dan alat kerja. Ukuran tubuh manusia tergantung pada usia, jenis kelamin, keturunan, status gizi dan kesehatan.16Aplikasi atau penerapan ergonomi dalam Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah sebagai berikut : 171. Tempat kerjaBagaimana anda mengatur elemen atau komponen tempat kerja anda sehingga sesuai dengan kebutuhan merupakan faktor paling penting untuk mendapatkan kondisi kerja yang nyaman. Luangkan waktu beberapa menit sebelum anda berkerja, pikirkan dan tentukan bagaimana layout dan posisi terbaik perangkat kerja anda (komputer, telepon, dll) dan bagaimana tempat kerja anda dapat dimanfaatkan secara efektif. Langkah ini akan dapat menghemat waktu dan tenaga anda dalam menyelesaikan pekerjaan. Pastikan bahwa: Cukup tempat di meja anda untuk menata posisi yang paling nyaman untuk monitor, keyboard, dll Atur meja anda dengan mempertimbangkan bagaimana perangkat itu akan digunakan. Perangkat yang paling sering digunakan ditempatkan di posisi yang paling mudah dijangkau. Atur pencahayaan ruang kerja anda secara optimal, cahaya yang terlalu kuat mengakibatkan tampilan monitor tidak tajam, cahaya rendah potensi menyebabkan gangguan pada mata anda. Hindari lampu yang menyorot langsung ke monitor karena akan memunculkan pantulan di layar. Usahakan posisi sejajar terhadap jendela,jangan berhadapan atau membelakangi.

2. Postur KerjaPostur adalah posisi relative bagian tubuh tertentu pada saat bekerja yang ditentukan oleh ukuran tubuh, desain area kerja dan task requirements serta ukuran peralatan/benda lainnya yang digunakan saat bekerja. Postur dan pergerakan memegang peranan yang penting dalam ergonomi. Salah satu gangguan otot rangka adalah postur janggal (awkward posture).3Tabel 2. Postur-Postur Janggal dan Alokasi Kemungkinan Terjadinya PenyakitPostur JanggalAlokasi Kemungkinan Terjadinya Sakit dan Gejala lainnya

BerdiriPada kaki, region lumbal

Duduk tanpa dukungan lumbarPada region lumbar

Duduk tanpa dukungan punggungPada otot-otot punggung

Duduk tanpa tumpuan kaki yang baik dengan ketinggian yang sesuaiPada lutut, kaki, dan region lumbal

Duduk dengan mengistirahatkan bahu pada permukaan alat kerja yang terlalu tinggiPada bahu dan otot-otot leher

Tangan meraih sesuatu yang sulit terjangkau (jauh/tinggi)Pada bahu dan lengan bagian atas

Kepala mendongakPada region leher

Posisi membungkuk, punggung yang mengarah ke depanPada region lumbal dan otot-otot punggung

Posisi ekstrim yang terus-menerus pada setiap sendiPada semua sendi (karena semua sendi terlibat)

3. MejaTinggi permukaan meja yang sesuai dapat mengurangi tekanan pada tulang belakang, otot leher dan otot bahu, serta meningkatkan kenyamanan pada waktu bekerja. Meja yang dapat diatur ketinggiannya sangat dianjurkan untuk pekerjaan, duduk atau menggunakan monitor. Ukuran meja yang tidak bisa diatur ketinggiannya berukuran 51-66 cm dari lantai. Meja harus memiliki ruangan yang kosong di bawahnya untuk memberikan ruang pergerakan yang leluasa pada kedua kaki saat bekerja pada posisi duduk. Tinggi meja disesuaikan dengan sudut pinggang pada 90 derajat ketika tangan berada di atas keyboard.3

4. KursiKursi salah satu komponen penting di tempat kerja anda. Kursi yang baik akan mampu memberikan postur dan sirkulasi yangbaik dan akan membantu menghindari ketidaknyamanan. Pilih kursi yang nyaman, dapat diatur, dan memiliki penyangga punggung.6Aturlah kursi sebagai berikut sehingga paha anda dalam posisi horisontal dan punggung bagian bawah atau pinggang anda terdukung. Tanpa ini, punggung dan pinggang anda berpotensi mendapatkan gangguan. Bila kursi kurang dapat diatur, bagian bawah punggung dapat dibantu dengan diberi bantal. Telapak kaki anda harus dapat menumpu secara rata di lantai ketika duduk dan ketika menggunakan keyboard. Apabila tidak dapat maka kursi anda mungkin terlalu tinggi dan anda dapat manfaatkan penyangga kaki. Kadang-kadang ubahlah posisi duduk anda selama bekerja karena duduk dalam posisi tetap dalam jangka lama akan mempercepat ketidaknyamanan.3

Gambar 1. Posisi Kerja Ergonomis

5. KeyboardSebagai perangkat input, perangkat ini mutlak diperlukan dan selalu kita pegang ketika kita bekerja dengan komputer. Untuk pemakaian yang nyaman usahakan dalam posisi sebagai berikut: 18 Posisikan keyboard sehingga lengan anda dalam posisi relaks dan nyaman, dan lengan bagian depan dalam posisi horisontal Pundak anda dalam posisi relaks tidak tegang dan terangkat ke atas. Pergelangan tangan harus lurus, tidak menekuk ke atas atau kebawah. Ketika mengetik tangan harus ikut bergeser kekiri kanan sehingga jari tidak dipaksa meraih tombol-tombol yang dimaksud. Jangan memukul tombol, tekan tombol secara halus sehingga tangan dan jari anda tetap relaks. Perimbangkan untuk memanfaatkan keyboard ergonomik yang dirancang untuk dapat diatur sesuai ukuran jari dan posisi lengan.Agar operator tidak mengalami tekanan pada pergelangan tangan maka untuk penggunaan keyboard pada computer, posisi kerja netral yang dianjurkan adalah memenuhi prinsip 90-90-90, yang berarti 90 derajat sudut siku, 90 derajat sudut lutut, 90 derajat sudut pinggang, dan 90 derajat sudut pergelangan kaki.36. Layar MonitorBekerja dengan komputer ternyata dapat mengalami penyakit akibat kerja yang berasal dari layar monitor. Mata adalah organ tubuh yang paling mudah mengalami penyakit akibat kerja, karena terlalu sering memfokuskan bola mata ke layar monitor. Tampilan layar monitor yang terlalu terang dengan warna yang panas seperti warna merah, kuning, ungu, oranye akan lebih mempercepat kelelahan pada mata. Selain dari itu, pantulan cahaya (silau) pada layar monitor yang berasal dari sumber lain seperti jendela, lampu penerangan dan lain sebagainya, akan menambah beban mata. Pencahayaan ruangan kerja juga berpengaruh pada beban mata. Pemakaian layar monitor yang tidak ergonomis dapat menyebabkan keluhan pada mata. Berdasarkan hasil penelitian, 77 % para pemakai layar monitor akan mengalami keluhan pada mata, mulai dari rasa pegal dan nyeri pada mata, mata merah, mata berair, sampai pada iritasi mata bahkan kemungkinan katarak mata. Bila operator komputer menggunakan soft lens (lensa mata), kelelahan mata akan lebih cepat terasa, karena mata yang dalam keadaan memfokuskan ke layar monitor akan jarang berkedip sehingga bola mata cepat menjadi kering dan ini menyebabkan timbulnya gesekan antara lensa dan kelopak mata. Ruang berpendingin (AC) akan lebih memperparah gesekan tersebut, karena udara ruangan ber AC akan kering sehingga air mata akan ikut menguap. 6,18Akhir-akhir ini banyak dijual kaca filter untuk layar monitor yang dipromosikan sebagai filter radiasi yang keluar dari komputer. Menurut hasil penelitian yang penulis lakukan, untuk operator komputer yang bekerja 8 jam per hari terus menerus, ternyata radiasi yang keluar dari komputer (khususnya sinar-X) sangat rendah yaitu sekitar 0,01739 m Rem per tahun. Harga tersebut jauh lebih rendah dari pada radiasi yang berasal dari sinar kosmis dan dari radiasi bumi (terresterial radiation) yang berkisar 145 m Rem per tahun. Sedangkan laju dosis radiasi yang diizinkan untuk masyarakat umum adalah 500 m Rem per tahun. (20 Oleh karena itu operator komputer yang bekerja 8 jam per hari, tetap aman terhadap kemungkinan terkena bahaya radiasi yang mungkin timbul dari tabung layar monitor. Sehingga kaca filter yang dijual di pasaran lebih sesuai sebagai filter kesilauan (glare) dari cahaya layar komputer, bukan sebagai filter radiasi.6,18Untuk mengurangi keluhan pada mata, saran berikut ini akan sangat berrnanfaat bagi pengguna komputer dalam menata ruang kerja yang nyaman, yaitu: 6,17 Letakkan layar monitor sedemikian rupa sehingga tidak ada pantulan cahaya dari sumber cahaya lain seperti lampu ruang kerja dan jendela yang dapat menyebabkan kesilauan pada mata. Agar mata dapat membaca dengan nyaman, letakkan layar komputer lebih rendah dari garis horizontal mata dengan membentuk sudut hurang lebih 30 derjat. Keadaan ini dapat dicapai bila pusat layar monitor terlettak sekitar 25 cm dari garis horizontal mata sehingga mata akan mengarah ke bawah (ke layar monitor). Jarak layar monitor dengan mata sekitar 40 cm. Posisi demikian akan sangat mengurangi kelelahan pada mata. Buatlah cahaya latar layar komputer dengan warna yang dingin, misalnya putih keabu-abuan dengan warna huruf yang kontras. Hindari penggunaan font huruf yang terlalu kecil (kecuali terpaksa). Resolusi layar monitor sudah barang tentu sangat berpengaruh terhadap ketajaman huruf maupun gambar. Agar mata tidak kering, sering-seringlah berkedip dan sesekali pindahkan arah pandangan mata ke luar ruangan. Bila perlu usaplah kelopak mata secara lembut (memijit ringan bola mata).

BAB IIIBAHAN DAN CARA

III.1BahanBahan yang digunakan dalam melakukan survey ini yaitu:1. Denah lokasi survey2. Daftar alat dan bahan

III.2AlatAlat yang digunakan dalam melakukan survey ini yaitu:1. Alat tulis menulis2. Kamera untuk dokumentasi

III.3Cara Pengumpulan DataPengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung dan wawancara sehingga diperoleh data primer.

BAB IVJADWAL SURVEY

Survey ini akan dilakukan pada hari Selasa tanggal 17 Juni 2014 yang bertempat di Unit Radiologi Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar.

DAFTAR PUSTAKA1. Departemen Kesehatan RI (2009).Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432/MENKES/SK/IV/2007 tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit.3. Keputusan Menteri Kesehatan RepublikIindonesia nomor : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Standar Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Rumah Sakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Bina Kesehatan Kerja Tahun 2010.4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik Di Sarana Pelayanan Kesehatan Menteri Kesehatan Republik Indonesia5. U.S Department of Labor Occupational Safety and Hazard Administration. Job Hazard Analysis. 2002. [cited on April 10th 2012] [online]. Available from : http://www.osha.gov/Publications/osha3071.pdf6. WorkSafe Act Australia. Office of Regulatory Services. Updated 02 March 2012. [cited on April 10th 2012] [online]. Available from : http://www.worksafety.act.gov.au/page/view/1039#1.%20Identify%20the%20Hazard7. Health and Safety Programs. Canadian Centre for Occupational Health & Safety. Date Modified: 2008-05-29 [cited on April 10th 2012] [online]. Available from : http://www.ccohs.ca/oshanswers/hsprograms/job-haz.html?print 8. Roughton,J and Crutchfield,N (2008) "Job Hazard Analysis, A Guide for Voluntary Compliance and Beyond," Butterworth-Heinemann. ISBN 978-0-7506-8346-3

LAMPIRANCHECK LIST KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INSTALASI RADIOLOGI RS IBNU SINA

1. Faktor Resiko Hazard bagi petugas di Unit Radiologi Rumah Sakit Ibnu Sina.a. Faktor FisikNo.PERIHALYATIDAKKET

1.Pencahayaan ; Apakah ada pencahayaan cukup terang Apakah warna cahaya lampu yang sesuai Apakah warna dinding ruangan yang terang

2.Apakah ada sumber bising

3. Apakah ada sumber getaran

4. Apakah ada sumber radiasi

5.Apakah terdapat sumber listrik dengan kekuatan tinggi ?

b. Faktor KimiaNo.PERIHALYATIDAKKET

1.Bahan Kimia yang ada mempunyai label dan nama produk serta tanda-tanda bahaya yang dapat ditimbulkan

2.Tenaga kerja pernah mengikuti pelatihan/training mengenai penggunaan bahan kimia

3.Apakah dalam penggunaan bahan kimia tenaga kerja menggunakan APD

4.Apakah ventilasi tempat penyimpanan bahan kimia sudah cukup

5. Apakah seluruh bahan kimia disimpan dan ditangani secara baik

c. Faktor BiologiNo.PERIHALYATIDAKKET

1.Tersedia tempat sampah

2.Menggunakan APD saat bekerjaTidak semua

3.Tersedia desinfektan untuk cuci tangan

4.Tersedia tempat cuci tangan/washtafel

d. Faktor ErgonomiNo.PERIHALYATIDAKKET

1.Apakah ada posisi kerja yang menimbulkan kelelahan ?

2.Apakah Anda diharuskan mengangkat barang yang berat ?

3.Apakah terdapat barang atau peralatan yang disimpan di tempat yang sulit dijangkau ?

4.Apakah ruangan kerja diatur dengan baik sehingga pekerja dapat bergerak dengan mudah dan leluasa?

5.Apakah ada petugas yang telah mengikuti pelatihan tentang ergonomic (keserasian dalam bekerja) ?

6.Apakah peralatan yang digunakan memerlukan skill khusus ?

7.Apakah peralatan yang digunakan memerlukan posisi khusus agar dapat dioperasikan?

e. PsikososialNo.PERIHALYATIDAKKET

1.Apakah pekerja harus menggunakan konsentrasi penuh dalam jangka waktu yang panjang ?

2. Apakah terdapat jadwal kerja yang bergilir (pembagian shift kerja) ?

3.Apakah pembagian shift kerja sudah baik ?

4.Apakah terdapat jadwal istirahat bagi pekerja?

5.Apakah pekerja dituntut untuk memberikan pelayanan yang tepat dan cepat ?

6.Apakah ada pekerjaan yang bersifat emergensi?

7. Apakah ada interaksi sosial antara sesama pekerja ?

8.Apakah terdapat hubungan yang baik dengan pihak manajemen rumah sakit ?

2. Alat - Alat Kerja yang Berpotensi Mengganggu Kesehatan Petugas Petugasdi Unit Radiologi Rumah Sakit Ibnu Sina

No.Alat alat di Unit RadiologiYa TidakKet

1Jarum suntik

2Reagen/ Solvent/ Contras

3Mesin- mesin terkait

3. Alat Pelindung Diri (APD) yang Digunakan Petugasdi Unit Radiologi Rumah Sakit Ibnu SinaNo.Item APDYa TidakKet

1Tersedianya APD di tempat kerja

2Mengetahui fungsi/peranan APD

3Menggunakan proteksi mata dan wajah (misalnya pelindung muka, kaca mata pelindung)

4Menggunakan proteksi kepala dan rambut (misalnya helm dan kap)

5Menggunakan respirator (misalnya masker dengan filter)

6Menggunakan pakaian pelindung (misalnya baju atau jas yang tahan terhadap x-ray)

7Menggunakan proteksi kaki (misalnya sepatu tahan bahan kimia yang menutupi kaki hingga mata kaki)

8Menyimpan, memelihara dan merawat APD yang telah di gunakan pada tempat yang seharusnya

9Penggunaan APD tidak mengganggu aktifitas /nyaman dipakai

4. Pentingnya Ketersediaan Kotak Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) bagi Petugasdi Unit Radiologi Rumah Sakit Ibnu SinaNo.Ketersedian Kit P3KYa TidakKet

1Tersedianya Kotak P3K di tempat kerja

2Mengetahui peranan, isi dan fungsi kit P3K

3Menyimpan dan merawat kotak P3K dengan benar

5. Pentingnya Pemeriksaan Kesehatan (sebelum kerja, berkala, berkala khusus) bagi Petugasdi Unit Radiologi Rumah Sakit Ibnu SinaNo.Item Kontrol Pemeriksaan KesehatanYa TidakKet

1Mengetahui perenan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, berkala dan berkala khusus bagi petugas radiologi

2Apakah sebelum bekerja telah/pernah melakukan pemeriksaan kesehatan dengan lengkap

3Apakah selama bekerja telah/pernah menjalani pemeriksaan kesehatan berkala

4Apakah selama bekerja telah/pernah menjalani pemeriksaan kesehatan berkala khusus

6. Peraturan Pemerintah/Pimpinan Rumah Sakit tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di tempat kerjaNo.Peraturan Pemerintah tentang K3 di tempat kerjaYa TidakKet

1Adanya sosialisasi Peraturan Pemerintah tentang K3 di tempat kerja

2Mengetahui Peraturan Pemerintah tentang K3 di tempat kerja

3Dukungan RS terhadap peraturan K3 di tempat kerja

7. Keluhan/ Penyakit sehubungan dengan K3 Petugasdi Unit Radiologi Rumah Sakit Ibnu SinaNo.KeluhanYaTidak

Inhalasi

1Infeksi saluran napas (batuk, flu, alergi, sesak napas,dll)

Digestif

1Tertelan bahan-bahan yang telah terkontaminasi akibat gerakan yang tidak disadari dari tangan ke mulut (Diare, Penyakit infeksi terkait kontaminan, dll)

2Apakah ada keluhan mual dan muntah setelah melakukan pengambilan foto dengan menggunakan x-ray

Kulit dan selaput lendir

1Luka akibat tertusuk/tergores jarumsuntik

2Terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh dan reagen/kontras

30