proposal nova.docx

38
I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemanasan global berdampak besar terhadap ketersediaan air, akibat dari pemanasan global membuat musim kemarau yang panjang dan sangat kering sehingga terjadi kekeringan serta musim penghujan yang singkat dan ekstrim sehingga mengakibatkan banjir. Kondisi yang demikian menyebabkan ketersediaan bahan pangan terutama beras menjadi terganggu, karena budidaya tanaman padi yang dilakukan oleh petani banyak mengalami kegagalan akibat kekeringan. Kondisi tersebut menuntut pemerintah untuk melakukan diversifikasi pangan, yaitu dengan menaman tanaman yang tahan terhadap kekeringan (Aguilar et al, 2006). Sorgum merupakan salah satu tanaman penghasil bahan pangan berupa biji-bijian yang dapat dibudidayakan dilahan kering dan kekurangan air atau di lahan sawah di musim kemarau. Disamping itu tanaman sorgum dapat 1

Upload: faisal-ansiska

Post on 25-Oct-2015

61 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

m,m

TRANSCRIPT

Page 1: proposal nova.docx

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Pemanasan global berdampak besar terhadap ketersediaan air, akibat dari

pemanasan global membuat musim kemarau yang panjang dan sangat kering

sehingga terjadi kekeringan serta musim penghujan yang singkat dan ekstrim

sehingga mengakibatkan banjir. Kondisi yang demikian menyebabkan

ketersediaan bahan pangan terutama beras menjadi terganggu, karena budidaya

tanaman padi yang dilakukan oleh petani banyak mengalami kegagalan akibat

kekeringan. Kondisi tersebut menuntut pemerintah untuk melakukan diversifikasi

pangan, yaitu dengan menaman tanaman yang tahan terhadap kekeringan (Aguilar

et al, 2006).

Sorgum merupakan salah satu tanaman penghasil bahan pangan berupa biji-bijian

yang dapat dibudidayakan dilahan kering dan kekurangan air atau di lahan sawah

di musim kemarau. Disamping itu tanaman sorgum dapat tumbuh dan

berproduksi di lahan-lahan yang kurang subur atau miskin unsur hara. Budidaya

tanaman sorgum tidak membutuhkan input yang besar, dan sorgum bermanfaat

sebagai sumber bahan pangan, pakan ternak, energi (bioethanol), dan media jamur

merang. Sorgum sebagai pangan dunia menududuki urutan ke 5 setelah gandum,

padi, jagung dan barley, tetapi di USA sorgum menduduki urutan ke 3 setelah

gandum dan barley. Kandungan gizi sorgum cukup baik, pangan olahan sorgum

juga bermacam-macam seperti nasi sorgum, kue kering dan basah, bubur,

berondong, flake (emping sorgum), dan lain-lain (Supriyanto, 2011).

1

Page 2: proposal nova.docx

Secara lengkap kandungan gizi sorgum terdapat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Kandungan gizi sorgum, beras, singkong, jagung dan kedelai dalam 100 gram bahan

No.

UnsurKandungan per 100 gram

Sorgum Beras Singkong Jagung Kedelai1. Kalori (Cal) 342,0 360,0 146 361 286

2. Protein (g) 10,0 6,8 12 8,7 30,2

3. Lemak (g) 3,7 0,7 0,3 4,5 15,6

4. Karbohidrat (g) 72,7 78,9 34,7 72,4 30,1

5. Kalsium (mg) 22 6,0 33 9,0 196

6. Besi (mg) 3,8 0,8 0,7 4,6 6,9

7. Posfor (mg) 242 140 40 380 506

8. Vitamin B1 (mg) 0,38 0,12 0,06 0,27 0,93Sumber : Departemen Kesehatan (1992)

Pertumbuhan tanaman secara langsung dipengaruhi oleh jenis tanah tempat

tanaman tumbuh. Sebagian besar tanaman tergantung pada tanah untuk

menyediakan nutrisi, dukungan fisik (yaitu tempat berpegangnya akar), air dan

udara (Mason, 2003).

Salah satu alternatif untuk mempertahankan kualitas tanah yaitu dengan

memanfaatkan bahan organik. Bahan organik adalah bahan-bahan yang berasal

dari sisa-sisa tanaman, sampah dapur, kotoran ternak dan manusia. Bahan organik

memberikan pengaruh yang menguntungkan bukan hanya pada sifat kimia, tetapi

juga sifat fisik dan biologi tanah (Sutejo dan Kartasapoetra, 1988 dan Hairiah et

al., 2000).

Penggunaan pupuk kotoran ternak disamping dapat memperbaiki kesuburan tanah

juga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk anorganik, sehingga

2

Page 3: proposal nova.docx

mempercepat perumbuhan tanaman. Kandungan hara N, P dan K dalam pupuk

kandang rendah, tetapi pupuk kotoran ternak dapat memperbaiki permeabilitas

tanah, porositas, struktur tanah, daya menahan air, dan kandungan kation tanah.

Penggunaan pupuk kotoran ternak tidak menimbulkan efek buruk bagi kesehatan

tanaman juga manusia yang mengkonsumsi tanaman tersebut, karena bahan

dasarnya alamiah ( Sumekto, 2006 ).

Peranan bahan organik yang sangat dibutuhkan adalah untuk menambah unsur

hara dan meningkatkan kapasitas tukar kation. Meningkatnya kapasitas tukar

kation tanah ini dapat mengurangi kehilangan unsur hara yang ditambahkan

melalui pemupukan, sehingga dapat meningkatkan efisiensi pemupukan.

Penambahan bahan organik pada tanah-tanah Ultisols berpasir di Pakuan Ratu

ternyata dapat meningkatkan daya menahan air tanah. Bahan organik mampu

mengikat air dalam jumlah yang besar, sehingga dapat mengurangi jumlah air

yang hilang. Tingginya kandungan bahan organik tanah dapat mempertahankan

kualitas sifat fisik tanah sehingga membantu perkembangan akar tanaman dan

kelancaran siklus air tanah antara lain melalui pembentukan pori tanah dan

kemantapan agregat tanah. Dengan demikian jumlah air hujan yang dapat masuk

ke dalam tanah (infiltrasi) semakin meningkat sehingga mengurangi aliran

permukaan dan erosi. Bahan organik tanah juga memberikan manfaat biologi

melalui penyediaaan energi bagi berlangsungnya aktivitas organisma, sehingga

meningkatkan kegiatan organisma mikro maupun makro di dalam tanah

(Susanto, 2005).

3

Page 4: proposal nova.docx

Bio-charcoal adalah arang yang dibuat dari material biologis atau bahan organik

apapun yang diolah melalui proses pirolisis (pembakaran dengan suplai oksigen

yang minimal). Bio-charcoal telah digunakan untuk kegiatan pertanian dalam

rangka meningkatkan produktifitas lahan dalam pembangunan pertanian yang

berkelanjutan sejak suku Indian Maya menggunakan teknik tebang, cincang dan

bakar (Steiner et al., 2004).

Steiner (2007) menyatakan bahwa kunci keberhasilan pembuatan bio-charcoal

adalah bagaimana caranya mengembangkan bio-energi dengan menggunakan

material biologis melalui teknik produksi arang yang aman dan ramah lingkungan

(menghasilkan emisi asap yang rendah). Arang (bio-charcoal) yang dihasilkan

dapat digunakan untuk pertanian. Fungsi dari penambahan bio-charcoal tersebut

di dalam tanah adalah untuk meningkatkan kesuburan tanah (pembenah tanah)

dan menurunkan emisi karbon ke udara. Lehman (2007) telah menunjukkan hasil

penelitiannya bahwa bio-charcoal dapat digunakan untuk meningkatkan struktur

dan kesuburan tanah yang pada gilirannya meningkatkan produksi biomassa, bio-

charcoal tidak hanya meningkatkan retensi air dan mineral sehingga efesiensi

pupuk tetapi juga dapat menurunkan aliran permukaan nutrisi. Dengan demikian

teknologi bio-charcoal merupakan salah satu sistem konservasi tanah dan air

(Supriyanto, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian Harsono (2011) bahwa pemberian pupuk kotoran

ternak sebanyak 4 ton/Ha dikombinasikan dengan bio-charcoal sebanyak 1,5

4

Page 5: proposal nova.docx

ton/Ha dilahan kering vertisol memberikan hasil terbaik yaitu dengan bobot segar

tanaman sorgum sebanyak 40 ton/Ha.

Menurut Beti et al. (1990) dalam Sirappa (2003) , luas areal sorgum dunia sekitar

50 juta hektar setiap tahun dengan total produksi 68,40 juta ton dan rata-rata

produktivitas 1,30 t/ha.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitan

“ Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sorghum ( Sorghum bicolor )

Terhadap Pemberian Arang (Bio-charcoal ) dan Pupuk Kotoran Ternak”.

I.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan

dan produksi tanaman Sorgum ( Sorhum bicolor ) terhadap pemberian arang

(Bio-charcoal) dan pupuk kotoran ternak.

1.3. Hipotesis

1. Diduga pemberian arang ( Bio-charcoal ) sebanyak 1,5 ton/Ha (C1) akan

memberikan respon yang terbaik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman

sorgum (Sorghum bicolor).

2. Diduga pemberian pupuk kotoran ternak sebanyak 4 ton/Ha (D2) akan

memberikan respon terbaik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman

sorgum (Sorghum bicolor).

3. Diduga interaksi pemberian arang ( Bio-charcoal ) sebanyak 1,5 ton/Ha dan

pemberian pupuk kotoran ternak sebanyak 4 ton/Ha (D2C1) akan

5

Page 6: proposal nova.docx

memberikan respon terbaik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman

sorgum (Sorghum bicolor).

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistematika dan Botani Tanaman

Klasifikasi ilmiah tanaman sorgum menurut USDA (United States Departement of

Agriculture) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Class : Monocotyledoneae

Ordo : Cyperales

Famili : Poaceae

Genus : Sorghum

Species : Sorghum bicolor

Bentuk tanaman ini secara umum hampir mirip dengan tanaman jagung yang

membedakan adalah tipe bunga dimana jagung memiliki bunga tidak sempurna

sedangkan sorgum bunga sempurna. Akar tanaman sorgum memiliki akar serabut,

batang tanaman memiliki batang tunggal yang terdiri atas ruas-ruas, daun terdiri

atas lamina (blade leaf) dan auricle, rangkaian bunga sorgum yang nantinya akan

menjadi butir-butir sorgum.Tanaman sorgum termasuk tanaman pangan (biji-

6

Page 7: proposal nova.docx

bijian), tetapi lebih banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak (livestock fodder).

Tanaman sorgum manis sering disebut sebagai bahan baku industri bersih (clean

industry) karena hampir semua komponen biomasa dapat dimanfaatkan untuk

berbagai keperluan industri. Pemanfaatan sorgum manis secara umum diperoleh

dari hasil-hasil utama (batang dan biji) serta limbah (daun) dan hasil ikutannya

(ampas/bagasse) (Sumantri. et. Al, 1996).

2.2. Syarat Tumbuh

Tanaman sorgum dapat berproduksi walaupun dibudidayakan dilahan kurang

subur dengan air yang terbatas dan masukan (input) yang rendah, bahkan dilahan

berpasir pun sorgum bapat dibudidayakan. Tanaman sorgum akan tumbuh baik di

Indonesia pada ketinggian 100-500 m di atas permukaan laut. Tanaman ini umur

panennya lebih lama ketika ditanam lebih dari 500 m diatas permukaan laut.

Curah hujan yang dibutuhkan tanaman ini adalah 600 mm/th, optimum pada 375-

425 mm/th. Batas suhu minimum tanaman ini hidup adalah pada suhu 8,3°C dan

optimum pada kisaran suhu 230-300 C, kelembaban relatif 20-40% dan PH tanah

berkisar 5,5 sampai 7,5.

Tanaman sorgum sebaiknya jangan ditanam ditanah podzolik merah kuning yang

mengandung asam, namun untuk memperoleh pertumbuhan dan produksi yang

optimal perlu dipilih tanah ringan atau sedang yang mengandung pasir dan bahan

organik yang cukup.

2.3. Peranan Pupuk Kotoran Ternak

7

Page 8: proposal nova.docx

Aktivitas pertanian modern yang (masukan tinggi) untuk mengejar produksi

secara tidak langsung telah merusak lingkungan terutama tanah sebagai lahan

pertanian, dimana fungsi bahan organik seperti penyangga hara, penahan air,

perbaikan struktur tanah dan pengendali hama dan penyakit, dapat dimanipulasi

dengan teknologi pemupukan.

Menurut Mason (2003), pertumbuhan tanaman secara langsung dipengaruhi oleh

jenis tanah tempat tanaman tumbuh. Sebagian besar tanaman tergantung pada

tanah untuk menyediakan nutrisi, dukungan fisik (yaitu tempat berpegangnya

akar), air dan udara.

Salah satu alternatif untuk mempertahankan kualitas tanah yaitu dengan

memanfaatkan bahan organik. Bahan organik adalah bahan-bahan yang berasal

dari sisa-sisa tanaman, sampah dapur, kotoran ternak dan manusia. Bahan organik

memberikan pengaruh yang menguntungkan bukan hanya pada sifat kimia, tetapi

juga sifat fisik dan biologi tanah (Sutejo dan Kartasapoetra, 1988 dan Hairiah et

al., 2000).

Peranan bahan organik yang sangat dibutuhkan adalah untuk menambah unsur

hara dan meningkatkan kapasitas tukar kation (penyangga hara = buffer).

Meningkatnya kapasitas tukar kation tanah ini dapat mengurangi kehilangan unsur

hara yang ditambahkan melalui pemupukan, sehingga dapat meningkatkan

efisiensi pemupukan. Penambahan bahan organik pada tanah-tanah Ultisols

berpasir dapat meningkatkan daya menahan air tanah. Bahan organik mampu

8

Page 9: proposal nova.docx

mengikat air dalam jumlah yang besar, sehingga dapat mengurangi jumlah air

yang hilang.

Tingginya kandungan bahan organik tanah dapat mempertahankan kualitas sifat

fisik tanah sehingga membantu perkembangan akar tanaman dan kelancaran siklus

air tanah antara lain melalui pembentukan pori tanah dan kemantapan agregat

tanah. Dengan demikian jumlah air hujan yang dapat masuk ke dalam tanah

(infiltrasi) semakin meningkat sehingga mengurangi aliran permukaan dan erosi.

Bahan organik tanah juga memberikan manfaat biologi melalui penyediaaan

energi bagi berlangsungnya aktivitas organisma, sehingga meningkatkan kegiatan

organisma mikro maupun makro di dalam tanah (Susanto, 2005).

Pupuk kotoran ternak adalah pupuk yang berasal dari kandang ternak, baik berupa

kotoran padat (feses) yang tercampur dengan sisa makanan maupun urin. Pupuk

kotoran ternak terdiri dari dua jenis, yaitu padat dan cair. Tetapi yang banyak

digunakan adalah pupuk kotoran ternak yang berasal dari feses. Kandungan hara

pupuk kotoran ternak berbeda-beda, karena masing-masing ternak mempunyai

sifat khas tersendiri. Makanan masing-masing ternak berbeda, padahal makanan

sangat menentukan kadar hara pupuk yang dihasilkan (Lingga dan Marsono,

2003).

Pupuk kotoran ternak dapat mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah

melalui perbaikan tanah seperti sifat kimia, fisika dan bilogi tanah, mengurangi

erosi dan mengurangi penyerapan pupuk oleh logam-logam tertentu dalam tanah

(Tisdale et all., 1985). Ditambahkan oleh Samekto (2006), bahwa penggunaan

9

Page 10: proposal nova.docx

pupuk kotoran ternak disamping dapat memperbaiki kesuburan tanah juga dapat

meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk anorganik, sehingga mempercepat

perumbuhan tanaman. Kandungan hara N, P dan K dalam pupuk kotoran ternak

rendah, tetapi pupuk kotoran ternak dapat memperbaiki permeabilitas tanah,

porositas, struktur tanah, daya menahan air, dan kandungan kation tanah.

Berdasarkan sifatnya pupuk dibedakan menjadi dua yaitu pupuk panas dan pupuk

dingin. Pupuk panas merupakan pupuk yang penguraiannya berjalan sangat cepat

sehingga terbentuk panas, kelemahan pupuk panas yaitu mudah menguap karena

bahan organiknya tidak terurai secara sempurna sehingga banyak yang berubah

menjadi gas contohnya adalah pupuk kotoran kuda, kambing dan domba.

Sedangkan pupuk dingin merupakan pupuk yang penguraiannya berjalan sangat

lambat sehingga tidak terbentuk panas contohnya pupuk kompos (Marsono dan

Lingga 2003).

Pupuk kotoran ternak mempunyai kadar serat yang tertinggi seperti selulosa

diantara pupuk kandang jenis lain, hal ini terbukti dari hasil pengukuran parameter

C/N rasio yang cukup tinggi > 40. Tingginya kadar C dalam pupuk kotoran

ternak menghambat penggunaan langsung ke lahan pertanian karena akan

menekan pertumbuhan tanaman utama. Penekanan pertumbuhan terjadi karena

mikroba dekomposer akan menggunakan N yang tersedia untuk mendekomposisi

bahan organik tersebut sehingga tanaman utama akan kekurangan N. Untuk

memaksimalkan penggunaan pupuk kotoran ternak harus dilakukan pengomposan

yang sempurna agar menjadi kompos pupuk kandang dengan rasio C/N di bawah

10

Page 11: proposal nova.docx

20. Selain itu kandang mempunyai kadar air yang tinggi sehingga disebut pupuk

dingin (Hartatik dan Widowati, 2009).

2.4. Bio-Charcoal

Bio-charcoal adalah arang yang dibuat dari material biologis atau bahan organik

apapun yang diolah melalui proses pirolisis (pembakaran dengan suplai oksigen

yang minimal). Bio-charcoal telah digunakan untuk kegiatan pertanian dalam

rangka meningkatkan produktifitas lahan dalam pembangunan pertanian yang

berkelanjutan sejak suku Indian Maya menggunakan teknik tebang, cincang dan

bakar (Steiner et al., 2004). Baru-baru ini, telah diteliti oleh banyak peneliti

bahwa bio-charcoal mampu menurunkan emisi gas rumah kaca dari tanah dan

dapat meningkatkan produksi padi (IRRI), jagung (University of Georgia di

Atlanta, Singkong (Terra Pretta, Brazil), karena bio-charcoal dapat berfungsi

sebagai pembenah tanah. Di Indonesia teknologi bio-charcoal juga telah

digunakan pada system peladangan berpindah, namun teknik tersebut hanya

menghasilkan 2% arang karena dibakar dengan suplai oksigen yang berlebihan

(tempat terbuka). Produksi bio-charcoal dalam skala kecil dan aman dalam

system pertanian yang berkelanjutan perlu dipromosikan (Steiner, 2007).

Bio-charcoal tidak hanya meningkatkan retensi air dan mineral sehingga terjadi

efisiensi pupuk, tetapi bio-charcoal juga dapat menurunkan aliran permukaan

11

Page 12: proposal nova.docx

nutrisi. Disisi lain “ Bio-charcoal memiliki kesempatan untuk menurunkan emisi

carbon di udara sebagai bentuk emisi carbon yang negatif (Supriyanto, 2011).

Steiner (2007) menyatakan bahwa kunci keberhasilan pembuatan bio-charcoal

adalah bagaimana caranya mengembangkan bio-energi dengan menggunakan

material biologis melalui teknik produksi arang yang aman dan ramah lingkungan

(menghasilkan emisi asap yang rendah). Arang (bio-charcoal) yang dihasilkan

dapat digunakan untuk amandemen tanah di pertanian. Fungsi dari penambahan

bio-charcoal tersebut di dalam tanah adalah untuk meningkatkan kesuburan tanah

(pembenah tanah) dan menurunkan emisi karbon ke udara. Lehman (2007) telah

menunjukkan hasil penelitiannya bahwa bio-charcoal dapat digunakan untuk

meningkatkan struktur dan kesuburan tanah yang pada gilirannya meningkatkan

produksi biomassa.

12

Page 13: proposal nova.docx

III. PELAKSANAAN PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian

Universitas Musi Rawas Lubuklinggau dengan jenis tanah Ultisol. Waktu

pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan November 2012 sampai Maret 2013.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah; 1). Benih sorgum varietas

Numbuh dari Seameo Biotrop Bogor, 2). Bio-charcoal atau arang kayu, 3). Pupuk

kotoran ternak sapi, 4). Pestisida organik, 5). Pupuk N dan TSP, 6). Label nama.

Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini adalah; 1). Cangkul, 2). Parang,

3). Sabit, 4). Meteran, 5). Timbangan, 6). Alat tulis, 7). Tugal, 8). Jaring.

3.3. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak

Kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial, yang terdiri dari dua faktor

13

Page 14: proposal nova.docx

perlakuan dan diulang tiga kali sebagai blok. Adapun faktor perlakuan adalah

sebagai berikut :

1. Dosis Bio-carcoal ( D ) terdiri dari 3 taraf yaitu ;

Do : Kontrol

D1 : 2,0 ton/Ha setara dengan 1,0 kg/petakan

D2 ; 4,0 ton/Ha setara dengan 2,0 kg/petakan

D ; 6,0 ton/Ha setara dengan 3,0 kg/petakan

2. Dosis Pupuk Kotoran Ternak (C) terdiri dari 4 taraf ;

Co : Kontrol

C1 : 1,5 ton/Ha setara dengan 0,75 kg/petakan

C2 : 3,0 ton/Ha setara dengan 1,5 kg/petakan

Kombinasi perlakuan adalah biocharcoal (2 taraf + 1 kontrol) dan pupuk kotoran

ternak (3 taraf + 1 kontrol), yang masing-masing diulang tiga kali, dengan

demikian terdapat 36 unit percobaan. Model matematika yang digunakan dalam

pengolahan data adalah sebagai berikut :

Y = m + K + τ (a + b + ab) + e

Dimana :

Y = Manfaat perlakuan

m = Rata-rata umum

K = Pengaruh faktor kelompok

τ = Pengaruh perlakuan

14

Page 15: proposal nova.docx

a = Pengaruh dosis pupuk kotoran ternak

b = Pengaruh dosis bio-charcoal

ab = Pengaruh interaksi dosis bio-charcoal dan pupuk kotoran ternak

e = Pengaruh galat

Hasil pengamatan dianilisis secara statistik dengan menggunakan analisis

keragaman Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial seperti pada Tabel 2.1

Tabel 2.1. Analisis Keragaman Rancangan Acak Kelompok FaktorialSumberKeragaman

DerajatBebas

JumlahKwadrat

KwadratTengah

F-Hitung F-Tabel

5% 1%

Kelompok KPerlakuan P- Pukan (D)- Biochacoal (C)-Interaksi (D X C)Galat (G)

3-1 = 212-1 = 114-1 = 33-1 = 211-3-2 = 635-2-11 = 22

JKKJKPJKSJKBJKIJKG

JKK/V1JKP/V2JKS/V3JKB/V4JKI/V5JKG/V6

KTK/KTGKTP/KTGKTS/KTGKTB/KTGKTI/KTG-

Total (4.3.3)-1 = 35 JKT - - Sumber : Gomez dan Gomez, 1995

Untuk mengetahui tingkat ketelitian ditentukan dari nilai Koefisien Keragaman

(KK) yang diperoleh dengan rumus :

KK =

√KTGy x 100%

Dimana :

KK = Koefisien Keragaman

KTG = Kuadrat Tengah Galat

15

Page 16: proposal nova.docx

y = Nilai rata-rata total perlakuan atau rerata umum

Untuk mengetahui pengaruh masing-masing perlakuan terhadap peubah yang

diamati dilakukan dengan cara membandingkan antara nila F-Hitung dengan nilai

F-Tabel dengan ketentuan apabila :

a. Perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata apabila F-Hitung lebih

kecil dari F-Tabel 5%.

b. Perlakuan memberikan pengaruh nyata apabila F-Hitung lebih besar

dari 5% tetapi lebih kecil dari F-Tabel 1 %.

c. Perlakuan memberikan pengaruh sangat nyata apabila F-Hitung lebih

besar dari F-Tabel 1%.

Apabila perlakuan menunjukkan pengaruh yang nyata dan sangat nyata, maka

akan dilanjutkan dengan uji lanjut. Uji lanjut yang dipakai adalah uji Duncan’s

Multiple Range Test method ( DMRT ) taraf signifikansi 5% untuk melihat

perbedaan antar perlakuan.

3.4. Cara Kerja

3.4.1. Persiapan lahan

Lahan yang akan digunakan lokasi penelitian dibersihkan dari semak dan tanaman

pengganggu dengan menggunakan cangkul kemudian tanah diratakan.

Selanjutnya lahan dibuat 3 bedengan, tiap bedeng akan dibagi menjadi 12 petakan

berukuran 1 x 5 m, jarak antar petakan 50 cm dan jarak antar bedengan 50 cm.

16

Page 17: proposal nova.docx

Petakan yang dibuat sebanyak 36 unit, lalu disekeliling lokasi di pasang pagar

menggunakan jaring.

3.4.2. Aplikasi Pupuk Kotoran Ternak dan Bio-charcol.

Pupuk yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk kotoran ternak sapi

yang diberikan dua minggu sebelum tanam dengan dosis sesuai perlakuan yaitu

tanpa pupuk kotoran ternak, 1,0 kg/petakan, 2,0 kg/petakan dan 3,0 kg/petakan

dan pada waktu yang sama juga diaplikasi bio-charcoal sesuai perlakuan yaitu

tanpa bio-charcoal, 0,75 kg/petakan, dan 1,50 kg/petakan. Pupuk kotoran ternak

dan bio-charcoal dibenamkan di bagian tengah guludan dengan membuat galian di

bagian tengah sepanjang guludan selebar 25 cm dan kedalaman 20 cm. Pupuk

anorganik yang diberikan adalah pupuk 100 kg Urea/Ha dan 50 kg TSP/Ha atau

0,05 Urea kg/petakan dan 0,03 TSP kg/petakan saat pembuatan petakan sebelum

tanam.

3.4.3. Penanaman

Benih sorgum ditanam dengan cara tugal sedalam 3 cm, masing-masing lobang

tanam dimasukkan 3-4 biji sorgum kemudian lubang tanam ditutup dengan

campuran pupuk kotoran ternak dan abu gosok perbandingan 1 : 1. Jarak tanam

yang digunakan adalah 60 X 25 cm, jarak antar barisan 60 cm dan antar tanaman

25 cm. Benih yang telah tumbuh dilakukan penjarangan saat 7 hari setelah tanam

dan setiap rumpun disisakan satu tanaman yang paling baik.

3.4.4. Pemeliharaan

3.4.4.1. Penyiraman

17

Page 18: proposal nova.docx

Penyiraman dilakukan setiap hari pagi dan sore hari atau sesuai dengan kondisi

lapangan.

3.4.4.2. Penyiangan

Penyiangan dilakukan 21 hst dan 45 hst, dengan cara melakukan pencabut gulma

yang tumbuh disekitar tanaman.

3.4.4.3. Pengendalian hama dan penyakit

Pencegahan serangan hama dan penyakit akan dilakukan secara fisik dan

menggunakan pestisida nabati.

3.4.5. Panen

Panen dilakukan setelah biji masak optimal yang ditandai dengan daun

menguning dan biji akan pecah ketika digigit. Panen dilakukan dengan cara

memangkas 10-15 cm batang dibawah malai.

3.4.6. Akhir penelitian

Akhir penelitian atau panen dilakukan setelah tanaman berumur 105 hari setelah

tanam dengan cara mencabut semua tanaman sampel ketika tanaman siap untuk

dipanen.

3.5. Peubah yang diamati

3.5.1. Tinggi tanaman (cm)

18

Page 19: proposal nova.docx

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur dari leher akar

sampai ujung daun tertinggi yang diluruskan ke atas sejajar batang. Pengukuran

menggunakan meteran dan pelaksanaan pengukuran pada saat tanaman berbunga.

3.5.2. Berat segar per rumpun (g)

Berat segar per rumpun diukur dengan cara menimbang seluruh bagian batang dan

daun tanaman sampel pada saat panen.

3.5.3. Berat kering per rumpun (g)

Pengukuran berat kering per rumpun dilakukan dengan cara menimbang seluruh

bagian batang dan daun tanaman yang telah dikeringkan. Pengeringan batang

dilakukan dengan cara membelah batang menjadi beberapa bagian kemudian

batang dan daun dimasukkan ke dalam amplop dan diberi tanda sesuai perlakuan.

Biomassa dikeringkan dengan oven bersuhu 75-80 oC selama 2x24 jam.

3.5.4. Jumlah daun (helai)

Daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka penuh pada tanaman

sampel, jumlah daun yang diamati pada saat tanaman berbunga.

3.5.5. Berat segar akar

Pengamatan berat segar akar dilakukan dengan cara menimbang akar tanaman

sampel pada akhir penelitian.

3.5.6. Umur berbunga (hari)

19

Page 20: proposal nova.docx

Umur berbunga diamati dengan cara setiap tanaman sampel pada petak percobaan.

3.5.7. Panjang malai (cm)

Panjang malai diukur dari bagian pangkal sampai ujung malai dengan

menggunakan penggaris pada saat panen.

3.5.8. Bobot 1000 biji pertanaman (g)

Berat 1000 biji kering diambil dari produksi tanaman sampel setiap petak.

Pengeringan dilakukan dengan cara menjemur biji dibawah sinar matahari selama

2-3 hari.

III.5.9.Bobot biji perpetak (g)

Produksi perpetak di peroleh dengan cara menimbang berat biji kering yang

dihasilkan pada setiap petak penelitian.

20

Page 21: proposal nova.docx

DAFTAR PUSTAKA

Ardiwinata, A.N. 2011. Manfaat Arang. http://bp4kpedes.blogspot.com (Diakses pada 01 April 2011).

Atmojo, S.W. 2003. Peranan Bahan Organik terhadap Kesuburan Tanah dan Upaya Pengelolaannya. Sebelas Maret University Press, Surakarta.

Aguilar, F.J., P. Gonzalez, J. Revilla, J. J. De Leon, and O. Porcel. 2006. Agricultural use of municipal solid waste on tree and bush crops. J. Agric. Engng Res.No 67:73-79

Foth, H.D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Diterjemahkan oleh Soenartono Adisoemarto. Erlangga, Jakarta.

Harsono, P. 2011. Pemanfaatan Arang-Bio dan Pupuk Kandang dalam Budidaya Sorgum dilahan Kering Vertisol Kabupaten Sukoharjo. Makalah workshop sorgum, SEAMEO-BIOTROP Bogor.

Hairiah, K., Widianto, S. R. Utami, D. Suprayogo, Sunaryo, SM Sitompul, B. Lusiana, R. Mulia, M. van Noordwijk dan G. Cadisch. Pengelolaan Tanah Masam secara Biologi. SMT Grafika Desa Putera, Jakarta.

Lehmann, J. 2006. Black is a new green, Nature Vol.442.

. 2007. A handful of carbon, Nature Vol.447

21

Page 22: proposal nova.docx

Mason, J. 2003. Sustainable Agriculture. Landlinks Press, Australia.

Saptana dan Ashari. 2007. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Melalui Kemitraan Usaha. Jurnal Litbang Pertanian, 26(4).

Sirappa, M.P. 2003. Prospek Pengembangan Sorgum Di Indonesia Sebagai Komoditas Alternatif Untuk Pangan, Pakan, Dan Industri. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. Sulawesi Selatan.

Steiner, C., W.G.Teixiera and W.Zech,2004. Slash and charc: an alternative to slash and burn practised in Amazon Basin. Springer Verlag, Berlin, Heidelberg, New York.

Steiner C.2007. Charcoal as soil amendment: Carbon negative energy and soil restoration, UNFCC, Bali

Sudirja, R. 2008. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Berbasis Sistem Pertanian Organik. Disampaikan pada acara Penyuluhan Pertanian, KKNM UNPAD Desa Sawit Kec. Darangdan Kab. Purwakarta.

Supriyanto. 2010. Pengembangan Sorgum di Lahan Kering untuk Memenuhi Kebutuhan Pangan, Pakan, Energi dan Industri. Disampaikan pada Simposium Nasional; Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif.

Supriyanto, 2011. Prospek budidaya sorgum di Indonesia. Makalah Pelatihan II Budidaya Sorgum untuk Menunjang Kebutuhan Pangan, Pakan, Energi dan Industri. 28 Nopmber-2 Desember 2011. Biotrop. Bogor

Sutejo, M.M., dan A.G. Kartasapoetra. 1988. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bina Aksara. Jakarta.

USDA, 2001. Agrometeorology. FAO/SADC Regional Remote Sensing Project SADC FANR.

22

Page 23: proposal nova.docx

Lampiran 1. Denah Penelitian di Lapangan

Kelompok I Kelompok II Kelompok III

D3C1 D0C1 D1C2

D2C2 D3C1 D3C2

D1C1 D1C0 D0C1 U

D1C0 D3C2 D1C0

D0C1 D2C0 D2C1

D3C0 D2C2 D0C0

D0C2 D0C2 D1C1

D2C0 D1C2 D2C0 S

D1C2 D0C0 D0C2

D2C1 D2C1 D2C2

23

Page 24: proposal nova.docx

D0C0 D3C0 D3C0

D3C2 D1C1 D3C1

Keterangan :

Faktor Dosis Pupuk Kotoran ternak (D)

D0 : 0 ton.ha-1, D1 : 2 ton.ha-1, D2 : 4 ton.ha-1

, dan D3 : 6 ton.ha-1

Faktor Dosis Bio-charcoal (C)

C0 : 0 ton.ha-1, C1 : 1,5 ton.ha-1, dan D2 : 3 ton.ha-1

Jarak antar petakan : 50 cm

Jarak antar blok : 75 cm

Lampiran 2. Deskripsi Sorgum Varietas Numbuh

Umur : 100 – 105 hari

Tinggi tanaman : lebih kurang 187 cm

Panjang malai : 22 – 23 cm

Warna biji : krem

Hasil biji : lebih kurang 3,11 t/ha

Bobot 1000 biji : 36 -37 g

Kadar protein : 9,12 %

Kadar lemak : 3,94 %

Kadar karbohidrat : 84,5 %

Keterangan : Tahan terhadap penyakit karat, bercak daun, dan hama

24

Page 25: proposal nova.docx

alphis dapat ditanam dilahan sawah dan tegalan.

Proposal berjudul

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SORGUM

(Sorghum bicolor) TERHADAP PEMBERIAN ARANG (Bio-charcoal) DAN

PUPUK KOTORAN TERNAK

Oleh

DWI NOVAYANTO

NPM. 01010900039

Telah diterima sebagai salah satu syarat untuk

melaksanakan penelitian

Lubuklinggau, Maret 2013Pembimbing I Program Studi Agroteknologi

25

Page 26: proposal nova.docx

Fakultas Pertanian Universitas Musi Rawas KetuaIr. Haris Kriswantoro, M.Si

Ir. Haris Kriswantoro, M.SiPembimbing II

Hermanto., Sp, M.Si

26