referat bronchiolitis

25
BRONCHIOLITIS I. Pendahuluan Bronchiolitis adalah peradangan pada bronchiolus biasanya terjadi pada anak-anak kurang dari 2 tahun disebabkan karena infeksi virus (saluran pernafasan kecil dan merupakan bagian akhir yang dilalui udara sebelum memasuki alveoli) yang menyebabkan kesulitan bernafas pada pasien terutama pada saat ekspirasi. Kesulitan bernafas terjadi sebagai akibat dari penebalan dinding bronchiolus, hasil-hasil proses peradangan seperti mukus ataupun debris seluller (eksudat) yang kemudian menutupi lumen dari bronchiolus dan menghambat aliran udara masuk - keluar paru. 1,2 Walaupun dapat disebabkan oleh banyak faktor, peradangan pada penyakit ini didominasi oleh infeksi, terutama infeksi virus. Virus yang tersering menyebabkan bronchiolitis adalah Respiratory syncytial virus (RSV). 3,4 Umumnya penyakit ini bersifat Self limiting disease sehingga hanya memerlukan pengobatan simptomatik, namun pada beberapa kasus resiko tinggi (seperti BBLR yang premature, sosiolekonomi rendah, anomali pada saluran pernafasan, bayi-bayi ditempat penitipan dan lingkungan ramai) gejala dapat menjadi berat dan menyebabkan 1

Upload: dinawati-amaliah

Post on 24-Oct-2015

80 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Referat Bronchiolitis

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Bronchiolitis

BRONCHIOLITIS

I. Pendahuluan

Bronchiolitis adalah peradangan pada bronchiolus biasanya terjadi pada

anak-anak kurang dari 2 tahun disebabkan karena infeksi virus (saluran

pernafasan kecil dan merupakan bagian akhir yang dilalui udara sebelum

memasuki alveoli) yang menyebabkan kesulitan bernafas pada pasien terutama

pada saat ekspirasi. Kesulitan bernafas terjadi sebagai akibat dari penebalan

dinding bronchiolus, hasil-hasil proses peradangan seperti mukus ataupun debris

seluller (eksudat) yang kemudian menutupi lumen dari bronchiolus dan

menghambat aliran udara masuk - keluar paru. 1,2

Walaupun dapat disebabkan oleh banyak faktor, peradangan pada penyakit

ini didominasi oleh infeksi, terutama infeksi virus. Virus yang tersering

menyebabkan bronchiolitis adalah Respiratory syncytial virus (RSV).3,4

Umumnya penyakit ini bersifat Self limiting disease sehingga hanya

memerlukan pengobatan simptomatik, namun pada beberapa kasus resiko tinggi

(seperti BBLR yang premature, sosiolekonomi rendah, anomali pada saluran

pernafasan, bayi-bayi ditempat penitipan dan lingkungan ramai) gejala dapat

menjadi berat dan menyebabkan kematian. Kematian terutama disebabkan oleh

dehidrasi dan kegagalan pernafasan.5

II. Insiden

Di Amerika Serikat, kira-kira 50.000-80.000 anak usia < 1 tahun yang

dirawat di rumah sakit setiap tahunnya diakibatkan bronchiolitis dan angka

kematiannya mencapai 200-500 tiap tahunnya. Data lain menunjukkan

bronchiolitis mengenai 11 dari setiap 100 anak dalam populasi. 6,7

III. Epidemiologi

Penyakit ini relatif jarang ditemukan pada usia dewasa dan lebih sering pada

anak usia < 2 tahun serta bayi < 6 bulan, dengan puncak insiden terjadi pada usia

2-3 bulan. Lebih banyak pada laki-laki 1,25 kali dibandingkan perempuan, yang

tidak mendapatkan ASI dan yang tinggal dilingkungan padat penduduk. Keluarga

1

Page 2: Referat Bronchiolitis

yang lebih tua sering menjadi sumber penularan walaupun mereka hanya memiliki

gejala gangguan respirasi ringan. Bronchiolitis lebih sering menjadi epidemik

pada musim semi, akhir musim gugur dan awal musim dingin namun jarang di

temukan kasusnya selama musim panas. 6,7,8,9,10,11

IV. Etiologi

Bronchiolitis terutama disebabkan oleh infeksi virus Respiratory syncytial

virus (RSV) bertanggung jawab > 50 % kasus dan yang paling sering

menyebabkan bayi yang terinfeksi memerlukan perawatan rumah sakit, selain itu

Parainfluenza virus, adenovirus & rhinovirus merupakan penyebab penyakit ini

(pada 20% kasus). Kadang kala Human metapneumo virus juga dapat

menginfeksi sebagai RSV. Agen infeksi lain seperti bakteri (H. Influenza,

Pneumococci atau Streptococcus Hemolityc), eaton agent (Mycoplasma

Pneumoni) dan Legionella Pneumophilla (terutama pada anak yang lebih tua dan

orang dewasa), Chlamydia, ureplasma serta pneumocytis Cranii. Selain agen

infeksi, pada beberapa kasus bronchiolitis dapat terjadi sebagai akibat dari reaksi

alergi, menghirup gas iritan seperti sulfur dioxide, ammonia, nitrodioxide dan

asap beracun hasil industri atau pencemaran lingkungan.6,7,8,9,10,11,12

V. Anatomi

Secara anatomi saluran penghantar udara mulai dari cavum nasi yang

dilanjutkan ke faring melalui nasofaring, kemudian dari faring dilanjutkan ke

struktur laring yang terbenruk dari rangkaian cincin tulang rawan, dihubungkan

dengan otot-otot dan mengandung pita suara (Plica Vocalis). Setelah melewati

laring, udara akan mengalir sepanjang struktur yang disokong oleh tulang rawan

hialin (Cartilage trakhealis) berbentuk sepatu kuda /U yang membuka ke arah

posterior dimana antar ujung posterior yang satu dengan yang lain dijembatani

oleh serat-serat otot polos(m. trakhealis ). Struktur tersebut diatas dikenal dengan

nama trakhea (Gambar 1)1,2,3

2

Page 3: Referat Bronchiolitis

Gambar 2 Trakhea & Bronchus, Proyeksinya pada dinding dada depan

(dikutip dari kepustakaan 4)

Pada gambar 2 tampak bahwa Trachea bercabang menjadi bronchus

principalis dextra dan bronkus principalis sinistra. bronchus principalis dextra

bercabang lagi menjadi 3 bagian yaitu lobaris superior dextra, bronchus lobaris

medius dextra, dan bronchus lobaris inferior dextra. Sedangkan bronchus

principalis sinistra hanya akan bercabang menjadi dua yaitu bronchus lobaris

superior sinistra dan bronchus lobaris inferior sinistra. Setiap bronchus lobaris

akan bercabang menjadi bronchus Segmentalis yang pada bagian kanan berjumlah

10 cabang dan kiri 10 cabang. Selanjutnya bronchus Segmentalis akan bercabang

3

Page 4: Referat Bronchiolitis

lagi menjadi cabang-cabang yang disebut bronchiolus. bagian dari bronchiolus

yang lebih mikroskopik disebut bronchiolus terminalis, dan merupakan saluran

pernafasan bagian akhir yang dilalui udara sebelum memasuki alveoli yang

merupakan tempat pertukaran gas nantinya.4,5

Gambar 3. Bronchi; foto Rontgen-AP; Bronchografi paru kiri, pembesaran

menggambarkan Bronchus, Bronchiolus dan alveoli.

(di kutip dari kepustakaan 4,5)

4

Page 5: Referat Bronchiolitis

VI. Patofisiologi

Paru-paru merupakan struktur elastis yang dapat mengembang seperti balon

saat inspirasi dan mengeluarkan semua udaranya saat ekspirasi bila tidak terdapat

kekuatan untuk mempertahankan paru-paru tersebut untuk tetap mengembang.10

Tekanan yang memungkinkan pergerakan seperti tersebut diatas dapat

dibagi menjadi tiga bagian yaitu :

Tekanan pleura

Tekanan ini ada oleh karena tekanan cairan dalam ruangan sempit antara

pleura paru (pleura viselaris) dan pleura dinding dada (pleura parietalis)

Normal tekanan pleura adalah sekitar -5 cm H2O yang merupakan nilai isap

untuk dapat mempertahankan paru tetap mengembang hingga pergerakan

rangka dada akan menarik paru hingga tekanan meningkat lebih negative(-7

cm H2O).tekanan yang lebih negatif ini kemudian mampu meningkatkan

volume paru sebanyak 0,5 liter.

Tekanan alveolar

Merupakan tekanan udara yang berada didalam alveoli. Normalnya untuk

melakukan inspirasi yang tenang dibutuhkan tekanan alveolar -1 cm H^O

yang memungkinkan 0,5 udara yang memasuki paru 2 detik. Saat ekspirasi

normal tekanan alveolar akan menjadi + 1 cm t^O yang memungkinkan 0,5

udara keluar dari paru dalam 2-3 detik.

Tekanan transpulmonal

Merupakan nilai perbedaan antara alveoli dengan tekanan di permukaan paru

yang disebut juga nilai daya elastis yang cenderung mengempiskan paru pada

setiap pernafasan.

Dengan adanya pengaturan tekanan negatif (-) dan positif (+) ini, pada

pernafasan normal udara akan sangat mudah mengalir melalui saluran pernafasan,

walau demikian bukan berarti tidak terjadi tahanan udara pada jalan nafas. nilai

tahanan udara terbesar normalnya berada pada bronchus bukan pada bronchiolus

terminalis. hal ini terjadi karena jumlah bronchiolus terminalis yang banyak

(65.000 cabang) sedangkan jumlah bronchus yang relatif sedikit. 10,11

5

Page 6: Referat Bronchiolitis

Pada keadaan sakit peran bronchiolus terminalis dalam menyebabkan

resistensi udara menjadi lebih besar dari bronchus oleh karena lumen bronchiolus

terminalis lebih kecil dan mudah tersumbat. patofisiologi dari sumbatan ini terjadi

tergantung dari penyebabnya. Pada kasus bronchiolitis yang disebabkan agen

infeksi masalah utama penyebab sumbatan adalah hasil dari reaksi peradangan

seperti eksudasi yang kental sehingga memicu munculnya fibrosis dan

penyempitan aliran udara. Mekanisme penyumbatan berbeda pada bronchiolitis

yang disebabkan alergi. Reaksi alergi terutama menyebabkan pelepasan histamin

dan substansi anafilaktik tipe lambat sehingga menyebabkan konstriksi

bronchiolus. Sumbatan juga dapat terjadi sebagai akibat refleks konstriksi yang di

pacu oleh inhalan iritan seperti debu, asap rokok serta gas-gas beracun. 10,12,13

Walaupun penebalan dinding bronchus tidak signifikan, akan tetap

berpengaruh terhadap aliran udara pada saluran nafas, oleh karena nilai resistensi

aliran udara berkebalikan dengan radius pangkat empat dari saluran bronchiolus. 10,12,13

Resistensi aliran udara pada saluran nafas kecil meningkat pada fase

inspirasi maupun ekspirasi. Tetapi, oleh karena radius pada saluran nafas lebih

kecil yang memungkinkan udara yang masuk terperangkap dan menimbulkan

hiperinflasi.10,12,13

VII. Diagnosis

1. Manifestasi Klinik

Pada anak manifestasi klinik dimulai dengan gejala-gejala flu seperti hidung

beringus, bersin-bersin, demam ringan dan sedikit batuk Setelah beberapa hari

anak akan tampak kesulitan bernafas disertai batuk yang semakin bertambah

parah serta terdengar bunyi mengik saat ekspirasi, walaupun mungkin juga

tampak dinding dada yang retraksi dan sianotik namun gagal nafas jarang

ditemukan. Pada kebanyakan bayi gejala tampak ringan, walau demikian

pernafasan akan sedikit cepat namun bayi tetap sadar, senang dan makan dengan

baik. Pada beberapa kasus berat, bayi tampak bernafas dengan lebih cepat,

dangkal dan kesulitan bernafas tampak lebih jelas, oleh karena pernafasan yang

6

Page 7: Referat Bronchiolitis

TOXICFUME

EXPOSURE

Mild

Moderate

Severe

cepat mungkin akan mengganggu asupan cairan akibat kesulitan minum sehingga

tanda-tanda dehidrasi harus diperhatikan.6,7

Pada kasus-kasus bronchiolitis oleh karena gas beracun ataupun inhalan

yang iritatif akan memperlihatkan gejala akut seperti batuk, dyspneu, cyanosis,

hempotitis, hypoxemia dan penurunan kesadaran. Gejala-gejala tersebut akan

hilang dalam hitungan jam atau menetap selama beberapa minggu sebelum

akhirnya sembuh. Bagi penderita yang terpapar pada konsentrasi tinggi, edema

pulmonal dan syndrome distress pernafasan akut yang berat dapat segera tampak

atau pada periode yang lambat tampak 3-30 jam kemudian. Walaupun pada

kebanyakan pasien dapat sembuh , kematian tetap bisa terjadi. Pada akhirnya

beberapa pasien mengalami obstruksi saluran pernafasan yang ireversibel

(bronchiolitis obliterans) dalam 2-8 minggu setelah paparan awal.7,8

No Syptoms Bronchiolitis obliterans

BrohiolitisHours = days

RecoveryDays = weeks

Bronchiolitis obliterans2 – 8 weeks

Pulmonary edemaARDS

3 – 30 hours

RecoveryDays = weeks

Bronchiolitis obliterans2 – 8 weeks

Gambar 5. Diagram Perjalanan Penyakit Bronchiolitis kasus gas beracun.

(di kutip dari kepustakaan 11)

7

Page 8: Referat Bronchiolitis

2. Gambaran Radiologi

a. Foto Thoras.

Gambaran paru menunjukkan

Gambar 6. Foto Thorax, tampak Hiperaerasi dari paru dengan diafragma

yang datar dan atelektasis bilateral pada apex paru kanan serta basal paru

kiri pada pasien bayi 16 hari dengan bronchiolitis berat.(di kutip dari

kepustakaan.14)

Gambar 7 Bronkhiolitis Bayi usia 7 hari, tampak kedua paru emfisematous

dengan infirat kecil-kecil di perihiler dan parakardial (Di kutip dari

kepustakaan 14)

8

Page 9: Referat Bronchiolitis

Gambar 8. Pola radiologi dari Viral Pneumonia.

(di kutip dari kepustakaan 11)

b. CT Scan.

Gambar 9. CT. Scan, Diffuse Ground glass opacities non spesifik pada

infeksi virus.

(di kutip dari kepustakaan 16)

9

Page 10: Referat Bronchiolitis

Gambar 10 : CT thorax segmen superior dari lobus bawah paru dextra,

scan gambar A diambil pada hari ke S. gambaran A menunjukkan adanya

perselubungan yang menggambarkan ground glass app yaitu BOOP.

Gambaran B diambil pada hari ke 54.

(di kutip dari pustakaan 14)

3. Pemeriksaan Laboratorium.

- Pemeriksaan rutin tidak bisa membantu menegakkan diagnosis.

- Pemantauan analisis gas darah untuk melihat adanya tanda – tanda saturasi

oksigen darah yang menurun. Hipercapnia sebagai tanda asidosis

metabolic atau asidosis respiratorik.

- Pemeriksaan urin untuk melihat keseimbangan cairan maupun tanda-tanda

dehidrasi.

- Apusan nasofaring yang menggunakan rapid immunosorbent assay &

kultur dapat mengkonfimasi penyebab infeksi.

10

Page 11: Referat Bronchiolitis

VIII. Diagnosis Banding

1. Pneumonia

Gambar pada Pneumonia pada foto thorax konvensional yang

membedakanya dengan bronkiolotis adalah adanya konsolidasi sedangkan pada

bronchiolitis yang paling umum tampak adalah overaerasi (lusen).16

Gambar 11 Lobar pneumonia Anak usia 2 tahun, perselubungan di lobus

paru kiri atas

(di kutip dari kepustakaan 16)

Gambar 12 Aspirasi pneumonia Perselubungan dan infirat terutama di

apeks paru kanan (di kutip dari kepustakaan 16)

11

Page 12: Referat Bronchiolitis

2. Brochitis

Menifestasi klinis yang nampak pada awal terjadinya infeksi pada bronchus

sama dengan yang tampak pada bronchiolotis yaitu gejala flu. Namun pada

Bronchitis batuk yang disertai mucus menjadi penanda utama.

Gambaran foto thorax menunjukkan corakan broncho vascular yang kasar,

berbeda dengan bronchiolitis yang gambaran utamanya hanya operaerasi.15,16

Gambar 13 Corakan Bronchovaskular kasar, lebih dari 2/3 medial pada

kedua lapangan paru. bronchovaskuler non spesifik

(di kutip dari kepustakaan 14)

IX. Penatalaksanaan

Umumnya bronchiolitis dapat sembuh dengan sendirinya dalam beberapa

hari (3-5) atau minggu, namun pada beberapa kasus untuk memperbaiki gejala

perlu diberikan terapi oksigen dengan kadar 30-40% (1-2 L/Menit) menggunakan

masker. Untuk kasus yang disertai dehidrasi perlu terapi dengan pemberian cairan

secara I.V untuk Neonatotus, dextrose 10% : Nacl 0,9% = 3:1, ditambahkan

dengan KCI 1-2 mEq/KgBB/hari. Sedangkan untuk bayi > 1 bulan pemberian

komposisi cairannya adalah dextrose 10% : Nacl 0,9% = 3:1 ditambahkan dengan

KCL 10 mEq/500 ml cairan. Perlu diperhatikan bahwa jumlah cairan disesuaikan

dengan berat badan pasien, kenaikan suhu dan derajat dehidrasi. Pengobatan

dengan bronchodilator dan kortikosteroid inhaler hams dibatasi penggunaannya

12

Page 13: Referat Bronchiolitis

pada rencana terapi, tapi juga dipertimbangkan penggunaannya pada gejala yang

menetap. Penelitian pada bayi-bayi yang terinfeksi RSV menunjukkan adanya

keuntungan pada penggunaan ribavirin inhalan. Pemberian antibiotik harus

merujuk pada hasil kultur apusan nasofharing. Untuk pasien-pasien depresi nafas

penggunaan ventilator sebagai alat bantu pernafasan dapat dipertimbangkan.15,16,17

X. Prognosis

Bronchiolitis merupakan Self limiting disease yang biasanya akan membaik

dalam waktu 3-5 hari atau seminggu sedangkan kesulitan bernafas akan membaik

setelah 3 hari. Case fatality rate untuk penyakit ini adalah < 1 % dengan kematian

yang disebabkan apneu, asidosis respiratory yang tidak dikoreksi serta dehidrasi

berat.17

13

Page 14: Referat Bronchiolitis

DAFTAR PUSTAKA

1. Borland, W.A Newman Eds in : Kamus Kedokteran Borland Ed 29 Jakarta EGC,2002. Hal 301

2. Price, Sylvia. A. Lorraine M. Wilson Eds In : Patofisologi : Konsep Klinis proses-proses penyakit Jilid 2 Ed 2 Ed Djakarta : EGC; 2006. Hal 737-8

3. Craigmyle.MB.L Eds In : Atlas berwarna Histoogi Ed 2 Jakarta : EGC; 1993. Hal 351

4. Putz, R, R Pabts Eds In : Atlas Anatomi Manusia Sobotta jilid 2 Ed 22 Jakarta : EGC : 2007 Hal. 90-1,93

5. Netter, Frank H. Netter's Atlas of Human Anatomy. USA : Elseveir saunders; 2006 Hal:92

6. Beers, Mark H. et.al Merkis Manual of Medical Information 2 Home Edition. Usa. Pocket Boook: 2003 Hal. 1433

7. Copstead, Lee-ellen C, Jacquelin L. Pathopysyology 3rd Ed. China Elseveir saunders;2005 Hal 602-4

8. Kasper dennis L. et al. harrison's Principles of internal medicine 16 th Ed USA : McGraw-Hill;2005. Hal 1062-3

9. Grosfeld, jay L. et al . Pediatric surgery volume 1 6th Ed, USA: Mosby; 2006. Hal 1004-5

10. Kliengman, Robert M. et al : Nelson;s text Box ofpediatric 17th Ed USA Elseveir: 2007. Hal 1773-7

11. Weissieder, Raiph et al. Primer diagnostic imaging 4 Ed. USA : Mosby Elseveir : 2007 . Hal 833-4

12. Mason, Robert J,et al. Murry and Nadels Text book of respiratory Medicine4th Ed. USA : Elseveir Saunders, 2005, Hal 1296-7

13. Guyton Arthur C. John E, Hall Eds In : Buku ajar Fisiologi Kedokteran Grypton & Hall Ed 11 Jakarta: EGC;2007. Hal 503-4

14. Denicola, Lucian k [2013]. [cited 2013 ]. Pediatrics, Bronchiolitis. Available from : URL http://emedicine, medscape.com/article/961963-overview.

15. Gurney, Jud W.Helen T Winer-Muran. Pocker Radiologist1"1 chest top 100 diagnoses.china: Amirsys; 2002. Hal 33-4

16. Ekayuda, Iwan. Radiologi Diagnostic Ed 2. Jakarta : FK - UI; 2008. Hal 402-3 IT.Mansjoer, Arif, Suprohaita, et al. kapita selekta jilid 2 ed 3. Jakarta: Media Aesculapius FK-UI;2007 Hal 468-9

14

Page 15: Referat Bronchiolitis

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. MUHAMMADIYAH MAKASSAR

BRONHIOLITIS

OLEH :ACHMAD FAUZY ABDULLAH, S. Ked.

PEMBIMBING :dr.ZAKARIA MUSTARI, Sp.PD.

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIKBAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2013

15

REFERATNOVEMBER 2013

Page 16: Referat Bronchiolitis

HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Achmad Fauzy Abdullah

NIM : 10542 0149 09

Judul Referat : Abses Hepar

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu

Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, September 2013

Pembimbing Mahasiswa

dr. Zakaria Mustari, Sp. PD. Achmad Fauzy Abdullah

16

ii

Page 17: Referat Bronchiolitis

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena segala limpahan rahmat dan

hidayah-Nya serta segala kemudahan yang diberikan dalam setiap kesulitan

hamba-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan referat ini dengan judul Abses

Hepar. Syukur Alhamdulillah ya Allah. Tugas ini ditulis sebagai salah satu syarat

dalam menyelesaikan Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Dalam.

Berbagai hambatan dialami dalam penyusunan tugas referat dan laporan

kasus ini. Namun berkat bantuan saran, kritikan, dan motivasi dari pembimbing

serta teman-teman sehingga tugas ini dapat terselesaikan.

Secara khusus penulis sampaikan rasa hormat dan terima kasih yang

mendalam kepada dr. Zakaria Mustari, Sp. PD. selaku pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu dengan tekun dan sabar dalam membimbing,

memberikan arahan dan koreksi selama proses penyusunan tugas ini hingga

selesai.

Penulis menyadari bahwa refarat ini masih jauh dari yang diharapan oleh

karena itu dengan kerendahan hati penulis akan senang menerima kritik dan saran

demi perbaikan dan kesempurnaan tugas ini.

Semoga refarat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis secara

khusus.

Makassar, September 2013

Penulis

17iii

Page 18: Referat Bronchiolitis

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

BAB II ABSES HEPAR ................................................................................... 3

A. Defenisi ................................................................................................. 3

B. Etiologi ................................................................................................. 3

C. Pathogenesis.......................................................................................... 4

D. Manifestasi Klinis ................................................................................. 6

E. Pemeriksaan Penunjang......................................................................... 7

F. Diagnosis .............................................................................................. 8

G. Komplikasi ........................................................................................... 9

H. Penatalaksanaan .................................................................................... 10

I. Prognosis .............................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 13

18iv