referat final somatik

38
Gangguan Depresi Dengan Gejala Somatik Queencia Editha Morin (406148027) Lois T. Kezia S. (406148028) Steven Herbert (406148057) Pembimbing : dr. Ira Savitri Tanjung, SpKJ(K)

Upload: steven-herbert

Post on 26-Sep-2015

28 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

.

TRANSCRIPT

  • Gangguan Depresi Dengan Gejala Somatik Queencia Editha Morin (406148027)Lois T. Kezia S. (406148028)Steven Herbert (406148057)Pembimbing : dr. Ira Savitri Tanjung, SpKJ(K)

  • PembahasanDefinisiEpidemiologiPatofisiologiFaktor ResikoKlasifikasi Manifestasi DepresiDiagnosis BandingTatalaksana terhadap DepresiPrognosisKomplikasiPencegahan

  • Latar BelakangGangguan jiwa adalah perubahan fungsi jiwa yang menunjukkan sindroma atau perilaku yang secara klinis bermakna dan dapat menimbulkan penderitaan atau hambatan di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusiaAspek yang dinilai dalam segi perilaku, psikologik, atau biologikBerdasarkan PPDGJ3 gangguan gangguan ini dibedakan mulai dari F0 F99. Prevalensi gangguan depresif pada populasi dunia adalah 3-8% dengan 50 % kasus terjadi pada usia produktif yaitu 20-50 tahun Terapi antidepresi dan terapi psikososial

  • TujuanTujuan UmumUntuk melengkapi tugas kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Jiwa di RSKJ Dharma Graha, Serpong. Selain itu, untuk menambah pengetahuan penulis dan pembaca tentang terapi pada gangguan depresi.Tujuan KhususDapat mengenal lebih jelas penderita gangguan depresi, gambaran klinis dan kriteria diagnostik, serta tatalaksana farmakologi dan non-farmakologi pada pasien dengan gangguan depresi sesuai praktek kedokteran jaman ini pada masyarakat luas.

  • ManfaatBagi RSKJ Dharma Graha, BSD TangerangBagi masyarakatBagi penyusun

  • DefinisiDepresi merupakan salah satu gangguan mood / mood disorder. Gejala Utama:Afek depresifKehilangan minat dan kegembiraanBerkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.

    Gejala lainnya : Konsentrasi dan perhatian berkurang Harga diri dan kepercayaan diri berkurang Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak bergunaPandangan masa depan yang suram dan pesimistisGagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diriTidur tergangguNafsu makan berkurang

  • Terdapat tiga variasi episode : ringan, sedang, dan berat.Penegakan diagnosis dibutuhkan waktu paling sedikit 2 minggu.Kelompok diagnosis ini hanya untuk episode afektif yang pertama saja.

  • Epidemiologi2009, ACHA-NCH: 30% mahasiswa mengalami gangguan depresi Awal gejala depresi muncul : awal tahun perkuliahan4 penyebab utama : masalah akademik, ekonomi, kesendirian, dan kesulitan dalam bersosialisasiWHO3 8 % dari populasi dunia 50 % kasus terjadi pada usia produktif yaitu 20 50 tahun. Urutan ke-4 penyakit di dunia. Tahun 2020 penderita gangguan depresif me urutan kedua penyakit di dunia.

  • Perubahan biologis CNSNeurotransmiters yang berperan :Serotonin (5-HT)Norepinephrine (NE)Dopamine (DA)

  • Patofisiologi Depresi

    Model Diatesis Stress [Faktor Biologis & Faktor Psikologis] + Faktor Resiko/ Stressor [Pengangguran, Perceraian, Sosiokultural]

  • Faktor Resiko

  • KlasifikasiDepresi mayor termasuk di dalam Gangguan Mood yang menurut PPDGJ III Termasuk dalam bagian F30-F33, yakni:

    F32 Episode depresif F32.0 Episode depresif ringan Tanpa gejala somatikDengan gejala somatikF32.1 Episode depresif sedang Tanpa gejala somatikDengan gejala somatikF32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotikF32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotikF32.8 Episode depresif lainnyaF32.9 Episode depresif YTT

  • F33 Gangguan depresif berulangF33.0 Gangguan depresif berulang, episode kini ringanTanpa gejala somatikDengan gejala somatikF33.1 Gangguan depresif berulang, episode kini sedangTanpa gejala somatikDengan gejala somatikF33.2 Gangguan depresif berulang, episode kini berat tanpa gejala psikotikF33.3 Gangguan depresif berulang, episode kini berat dengan gejala psikotikF33.4 Ganguan depresif berulang ,sekarang dalam remisiF33.8 Gangguan depresif berulang lainnyaF33.9 Gangguan depresif berulang YTT

  • F32.0Episode Depresif RinganSekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut diatas ;Ditambah sekurang kurangnya 2 dari gejala lainnya: (a) sampai dengan (g).Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranyaLamanya seluruh episode berlangsung sekurang kurangnya sekitar 2 minggu.Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannya.

  • F32.1 Episode Depresif SedangSekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti pada episode depresi ringan (F30.0)Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya.Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 mingguMenghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga.

  • F32.2 Episode Depresif Berat tanpa Gejala PsikotikSemua 3 gejala depresi harus ada.Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa diantaranya harus berintensitas berat.Bila ada gejala penting ( misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci.Dalam hal demikian , penilaiann secara menyeluruh terhadap episode depresif berat masih dapat dibenarkan.Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat maka masih dibenarkan untuk menegakan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu.Sangat tidak mungkin pasien akan mamou meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.

  • F32.3 Episode Depresif Berat dengan Gejala PsikotikEpisode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut F.32.2 tersebut diatas ;Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa bertanggunng jawab akan hal itu. Halusinasi auditorik atau olfaktorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor. Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan afek(mood congruent)

  • Klasifikasi DSM IV

    1. Gangguan Depresi Mayor :Gejala-gejala dari gangguan depresi mayor berupa perubahan dari nafsu makan dan berat badan, perubahan pola tidur aktivitas, kekurangan energi, perasaan bersalah dan pikiran untuk bunuh diri yang berlangsung setidaknya kurang lebih 2 minggu.2. Gangguan Dysthmic :Dysthmia bersifat ringan tetapi kronis (berlangsung lama). Gejala-gejala dysthmia berlangsung lama dari gangguan depresi mayor yaitu selama 2 tahun atau lebih, gejala yang khas adalah persaan tidak adekuat, bersalah, iritabilitas serta kemarahan ; penarikan diri dari masyarakat, hilang minat, serta inaktivitas dan tidak produktif.

  • 3. Gangguan Depresi Minor :Gejala gejala dari depresi minor mirip dengan gangguan depresi mayor dan dysthmia, tetapi gangguan ini bersifat lebih ringan dan atau berlangsung lebih singkat.

    4. Gangguan Depresi Psikotik :Gangguan depresi berat yang ditandai dengan gejala-gejala seperti halusinasi dan delusi

    5. Gangguan depresi musiman :Gangguan depresi yang muncul pada saat musim dingin dan menghilang pada musim semi dan musim panas.

  • Manifestasi Klinis Ada 3 gejala utama pada penderita depresif yaitu Afek depresif, Kehilangan minat dan kegembiraan, juga Berkurangnya energi yang meningkatkan rasa mudah lelah dan penurunan aktivitas.

    Depresi juga disertai gejala tambahan seperti :Konsentrasi dan perhatian berkurangHarga diri dan kepercayaan berkurang, Gagasan tentang rasa bersalah dan tak berguna, Pandangan masa depan suram dan pesimistis, Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri, Tidur terganggu Nafsu makan berkurang

  • Gejala Somatik Pada Depresikehilangan minat pada kegiatan yang disukai, tidak ada reaksi emosional terhadap lingkungan atau peristiwa yang biasanya menyenangkan, bangun pagi lebih awal 2 jam atau lebih dari biasanya, depresi parah pada pagi hari, kehilangan nafsu makan secara mencolok sehingga terjadi penurunan berat badan 5% atau lebih dari berat badan terakhir, dan kehilangan libido mencolok

  • Diagnosis Banding1.Gangguan SkizofreniaTerutama katatonik, tetapi tiap jenis skizofrenia dapat terlihat atau menjadi depresi selama atau setelah satu episode. Adanya penyesuaian premorbid yang buruk, gangguan proses pikir formal dengan waham yang tersusun baik dan halusinasi yang komplek, tidak ada riwayat siklik, dan tidak ada riwayat keluarga yang mengalami gangguan afektif, menyokong dugaan suatu skizofrenia.2.Gangguan Skizoafektif Suatu gangguan psikotik yang memenuhi kriteria skizofrenia, tetapi beberapa saat bertumpang tindih dengan gejala gejala mood mayor.3.Gangguan Cemas MenyeluruhPertama terlihat ansietas yang sangat menonjol. Pasien dengan cemas hendaknya selalu dipertimbangkan kemungkinan adanya depresi.23

  • Tatalaksana DepresiTujuan utama pengobatan pasien pada gangguan mood terutama depresif adalah keselamatan pasien harus terjamin, evaluasi diagnostik lengkap pasien diperlukan dan rencana pengobatan tidak hanya untuk gejala tetapi juga untuk kesejahteraan pasien. Indikasi untuk rawat inap adalah risiko bunuh diri atau pembunuhan, pasien sulit untuk mendapatkan makanan dan tempat tinggal, prosedur diagnostik, riwayat gejala yang berkembang cepat dan kurangnya dukungan dari lingkungan sekitar untuk pasien.

  • Terapi Psikososial

  • PrognosisGangguan depresi mayor cenderung menjadi kronis, dan pasien cenderung kambuh. Pasien yang telah dirawat di rumah sakit untuk episode pertama gangguan depresi mayor memiliki kesempatan sekitar 50% untuk sembuh pada tahun pertama. Namun persentase berkurang pada pasien rawat inap yang sering berulang. Pasien yang tidak sembuh sering menjadi gangguan distimik. Sekitar 25% pasien mengalami kekambuhan pada depresi mayor dalam 6 bulan pertama setelah sembuh dari rumah sakit, sekitar 30% sampai 50% dalam 2 tahun berikutnya, dan sekitar 50% sampai 75% dalam 5 tahun. Insiden kambuh lebih rendah pada pasien yang melanjutkan pengobatan fisikofarmakologikal profilaksis dan pada pasien yang hanya memiliki satu atau dua episode depresi.

  • KomplikasiPeningkatan disabilitas, Gangguan kognitif, Penurunan kualitas hidup, Peningkatan resiko untuk bunuh diri

  • PencegahanBeberapa penelitian menerapkan terapi kognitif perilaku dan terapi interpersonal yang dimana dapat mencegah onset awal dari terjadinya gangguan depresi pada individu-individu yang mempunyai faktor resiko tinggi untuk mengalami gangguan depresi; sebagai contoh: terapi kognitif-perilaku dapat digunakan untuk mencegah gangguan depresi pada individu-individu dengan pendapatan yang rendah, yang terpapar dengan stressor-stressor yang ada.Terapi ini berfungsi untuk membantu mereka menangani cara berpikir mereka yang negatif dan untuk mempelajari cara belajar yang efektif

  • KesimpulanPenderita depresi dengan gejala somatik biasanya tidak mencari bantuan terhadap gangguan mood mereka. Fokus mereka lebih terhadap masalah somatik seperti keluhan gastrointestinal, kelelahan, atau sakit kepala. Untuk menegakkan diagnosis depresi diperlukan adanya beberapa gejala utama seperti afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, juga berkurangnya energi yang meningkatkan rasa mudah lelah dan penurunan aktivitas. Selain gejala utama, depresi juga disertai gejala tambahan seperti konsentrasi dan perhatian berkurang, harga diri dan kepercayaan berkurang, gagasan tentang rasa bersalah dan tak berguna, pandangan masa depan suram dan pesimistis, gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu dan nafsu makan berkurang

  • Upaya untuk mengobati keadaan depresi dengan gejala somatik dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti pengaturan dosis yang lebih lama dari biasanya, dosis yang lebih tinggi dari antidepressant tertentu, bahkan terkadang terdapat pergantian kelas antidepresan yang diperlukan untuk mencapai tujan yang diinginkan. Kombinasi dari pendekatan farmakologis dan psikoterapi dapat meningkatkan hasil pengobatan yang optimal pada pasien depresi

  • Daftar Pustaka1. Maslim, R..Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III, Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya, Jakarta: 2001. 2. Maj, Mario; Sartorius, Norman. Depressive Disorders. Second Edition. 20023. Depkes, RI , 2007. Pharmaceutical Care Untuk Penderita Gangguan Depresif. Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian.4. Kaplan, H.I., Sadock, B.J. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Penerjemah (W.M. Roan). Jakarta: Widya Medika.5. National Institute of Mental Health, 20106. Furr, et al, 2001

  • 7. USA TODAY, 20018. Price et al, 20069. Sadock ,Benjamin James Sadock, Virginia Alcott. 2010. Gangguan Mood. Dalam:Kaplan & Sadock buku ajar psikiatri klinis. Ed Ke- 2. EGC : Jakarta.10. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta : 199311. Nunn KP. Psychotic in Young People. Child & Adolescent Mental Health Statewide Network (CAMHSNET) : p 19-2512. American Psychological association (www.apa.org)13. The changing rate of major depression. Cross-national comparisons. Cross-National Collaborative Group (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1433741)14. Ruzik K, Knez R, Grahovac T, Hero ED, Graovac M. Integrative Approch to Treatment of Patient With Psychotic Depression. Psychiatria Danubina, 2010; 22 (2) : 370372. 15. Rothschild AJ. Unipolar Major Depression with Psychotic Features: Acute Treatment. 2012.16. Maslim R. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi ke 3. FK Atmajaya: 2007

  • 17. Wijakstra J, Lijmer J, Balk FJ, Geddes JR, Nolen WA. Pharmacological treatment for unipolar psychotic depression: Systematic review and meta-analysis.BJP 2006, 188:410-41518. Schatzberg AF. New Approaches to Managing Psychostic Depression. J Clin Psychiatry 2003; 64 : 19-23.19. Crane R. Mindfulness-Based Cognitive Therapy. 2009: p 15-21.20. Blagg N.R., Yule W. (1984) The behavioural treatment of school refusal a comparative study.Behav. Res. Ther., 22: 119 12721. Henriksson M.M., Marttunen M.J., Isomets a E.T., Heikkinen M.E., Aro H.M.,Kuoppasalmi K.I., L onnqvist J.K. (1995) Mental disorders in elderly suicides.Int. Psychogeriatrics,7: 275286.22. Bleu 1er M.Die Depressionen in der Aiigemeinpraxis. 2nd d. Basel, Switzerland: Schwabe.1943:1011.]23. David A. Tomb: Buku Saku Psikiatri Edisi 6, Penerbit EGC

  • PertanyaanJohan: Pergantian Kelas gol. Antidepresi?Winda: Evaluasi dari Hasil Terapi ?Fri Ekawati: Indikasi Terapi Profilaksis untuk yg rekuren dan yg belom pernah mengalami episode depresi?Hanum: Gejala depresi Memburuk pada pagi hari?Resty: Pengaturan dosis antidepresan

    American College Health Association-National College Health Assesment (ACHA-NCHA) *Dunlop BW, Nemeroff CB. The role of dopamine in the pathophysiology of depression.Arch Gen Psychiatry. Mar 2007;64(3):327-37.

    *Gangguan Depresi Minor

    *Penilaian Depresi*

    Indikatorpremorbid(pra-sakit): kecurigaan, eksentrik, penarikan diri, dan/atau impulsivitas.*