referat konjungtivitis ayee

36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai macam gejala, salah satunya adalah mata merah. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, atau kontak dengan benda asing, misalnya kontak lensa. Konjungtivitis virus biasanya mengenai satu mata. Pada konjungtivitis ini, mata sangat berair. Kotoran mata ada, namun biasanya sedikit. Konjungtivitis bakteri biasanya mengenai kedua mata. Ciri khasnya adalah keluar kotoran mata dalam jumlah banyak, berwarna kuning kehijauan. Konjungtivitis alergi juga mengenai kedua mata. Tandanya, selain mata berwarna merah, mata juga akan terasa gatal. Gatal ini juga seringkali dirasakan dihidung. Produksi air mata juga berlebihan sehingga mata sangat berair. Konjungtivitis papiler raksasa adalah konjungtivitis yang disebabkan oleh intoleransi mata terhadap lensa kontak. Biasanya mengenai kedua mata, terasa gatal, banyak kotoran mata, air mata berlebih, dan 1

Upload: teguh-el-bahgie

Post on 30-Jun-2015

312 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih

mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya

berbagai macam gejala, salah satunya adalah mata merah. Konjungtivitis dapat

disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, atau kontak dengan benda asing, misalnya

kontak lensa.

Konjungtivitis virus biasanya mengenai satu mata. Pada konjungtivitis ini,

mata sangat berair. Kotoran mata ada, namun biasanya sedikit. Konjungtivitis bakteri

biasanya mengenai kedua mata. Ciri khasnya adalah keluar kotoran mata dalam

jumlah banyak, berwarna kuning kehijauan. Konjungtivitis alergi juga mengenai

kedua mata. Tandanya, selain mata berwarna merah, mata juga akan terasa gatal.

Gatal ini juga seringkali dirasakan dihidung. Produksi air mata juga berlebihan

sehingga mata sangat berair. Konjungtivitis papiler raksasa adalah konjungtivitis

yang disebabkan oleh intoleransi mata terhadap lensa kontak. Biasanya mengenai

kedua mata, terasa gatal, banyak kotoran mata, air mata berlebih, dan kadang muncul

benjolan di kelopak mata. Konjungtivitis virus biasanya tidak diobati, karena akan

sembuh sendiri dalam beberapa hari. Walaupun demikian, beberapa dokter tetap akan

memberikan larutan astringen agar mata senantiasa bersih sehingga infeksi sekunder

oleh bakteri tidak terjadi dan air mata buatan untuk mengatasi kekeringan dan rasa

tidak nyaman di mata.

Obat tetes atau salep antibiotik biasanya digunakan untuk mengobati

konjungtivitis bakteri. Antibiotik sistemik juga sering digunakan jika ada infeksi di

bagian tubuh lain. Pada konjungtivitis bakteri atau virus, dapat dilakukan kompres

1

Page 2: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

hangat di daerah mata untuk meringankan gejala. Tablet atau tetes mata antihistamin

cocok diberikan pada konjungtivitis alergi. Selain itu, air mata buatan juga dapat

diberikan agar mata terasa lebih nyaman, sekaligus melindungi mata dari paparan

alergen, atau mengencerkan alergen yang ada di lapisan air mata. Untuk

konjungtivitis papiler raksasa, pengobatan utama adalah menghentikan paparan

dengan benda yang diduga sebagai penyebab, misalnya berhenti menggunakan lensa

kontak. Selain itu dapat diberikan tetes mata yang berfungsi untuk mengurangi

peradangan dan rasa gatal di mata.

Pada dasarnya konjungtivitis adalah penyakit ringan, namun pada beberapa

kasus dapat berlanjut menjadi penyakit yang serius. Untuk itu tidak ada salahnya

berkonsultasi dengan dokter mata jika terkena konjungtivitis.

1.2 Tujuan Penulisan

1. Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan di bidang kedokteran

khususnya radiologi gastroenterology bagi penulis dan pembaca

2. Sebagai pemicu awal bagi penulis untuk memperdalam ilmu

kedokteran

3. Sebagai syarat kepaniteraan klinis senior di bagian Radiologi Fakultas

Kedokteran Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda

Aceh

2

Page 3: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva yang ditandai oleh dilatasi

vaskular, infiltrasi selular dan eksudasi.1, 3

2.2 Klasifikasi

A. Konjungtivitis Karena agen infeksi

B. Konjungtivitis Imunologik (Alergik)

C. Konjungtivitis Akibat Penyakit Autoimun

D. Konjungtivitis Kimia atau Iritatif

E. Konjungtivitis yang Penyebabnya tidak Diketahui

F. Konjungtivitis yang Berhubungan dengan Penyakit Sistemik

G. Konjungtivitis pada Dakriosistitis atau Kanalikulitis

3

Page 4: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

2.3 Konjungtivitis Karena agen infeksi

2.3.1 Konjungtivitis Bakterial

Terdapat dua bentuk konjungtivitis bacterial: akut (dan subakut) dan menahun.

Penyebab konjungtivitis bakteri paling sering adalah Staphylococcus,

Pneumococcus, dan Haemophilus. Konjungtivitis bacterial akut dapat sembuh

sendiri bila disebabkan mikroorganisme seperti Haemophilus influenza.

Lamanya penyakit dapat mencapai 2 minggu jika tidak diobati dengan

memadai.

Konjungtivitis akut dapat menjadi menahun. Pengobatan dengan salah satu dari

sekian antibacterial yang tersedia biasanya mengenai keadaan ini dalam

beberapa hari. Konjungtivitis purulen yang disebabkan Neisseria gonorroeae

atau Neisseria meningitides dapat menimbulkan komplikasi berat bila tidak

diobati secara dini

A. Tanda dan Gejala

- Iritasi mata,

- Mata merah,

- Sekret mata,

- Palpebra terasa lengket saat bangun tidur

- Kadang-kadang edema palpebra

4

Page 5: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

Infeksi biasanya mulai pada satu mata dan menular ke sebelah oleh

tangan. Infeksi dapat menyebar ke orang lain melalui bahan yang dapat

menyebarkan kuman seperti seprei, kain, dll.1,5

B. Pemeriksaan Laboratorium

Pada kebanyakan kasus konjungtivitis bacterial, organism dapat

diketahui dengan pemeriksaan mikroskopik terhadap kerokan konjungtiva

yang dipulas dengan pulasan Gram atau Giemsa; pemeriksaan ini

mengungkapkan banyak neutrofil polimorfonuklear.1,2,3 Kerokan

konjungtiva untuk pemeriksaan mikroskopik dan biakan disarankan untuk

semua kasus dan diharuskan jika penyakit itu purulen, bermembran atau

berpseudomembran. Studi sensitivitas antibiotika juga baik, namun

sebaiknya harus dimulai terapi antibiotika empiric. Bila hasil sensitifitas

antibiotika telah ada, tetapi antibiotika spesifik dapat diteruskan.

C. Komplikasi dan Sekuel

Blefaritis marginal menahun sering menyertai konjungtiva

stafilokokus kecuali pada pasien sangat muda yang bukan sasaran blefaritis.

Parut konjungtiva dapat terjadi pada konjungtivitis pseudomembranosa dan

pada kasus tertentu yang diikuti ulserasi kornea dan perforasi.

Ulserasi kornea marginal dapat terjadi pada infeksi N gonorroeae, N

konchii, N meningitides, H aegyptus, S gonorrhoeae berdifusi melalui

kornea masuk camera anterior, dapat timbul iritis toksik.1,3

D. Terapi

Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bacterial tergantung temuan

agen mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat

5

Page 6: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

mulai dengan terapi topical antimikroba. Pada setiap konjungtivitis purulen,

harus dipilih antibiotika yang cocok untuk mengobati infeksi N gonorroeae,

dan N meningitides. Terapi topical dan sistemik harus segera dilkasanakan

setelah materi untuk pemeriksaan laboratorium telah diperoleh.

Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen akut, saccus konjungtiva

harus dibilas dengan larutan garam agar dapat menghilangkan secret

konjungtiva. Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga

diminta memperhatikan secara khusus hygiene perorangan.

E. Perjalanan dan Prognosis

Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri, infeksi dapat

berlangsung selama 10-14 hari; jika diobati dengan memadai, 1-3 hari,

kecuali konjungtivitis stafilokokus (yang dapat berlanjut menjadi

blefarokonjungtivitis dan memasuki tahap mnehun) dan konjungtivitis

gonokokus (yang bila tidak diobati dapat berakibat perforasi kornea dan

endoftalmitis). Karena konjungtiva dapat menjadi gerbang masuk bagi

meningokokus ke dalam darah dan meninges, hasil akhir konjungtivitis

meningokokus adalah septicemia dan meningitis.1,4

Konjungtivitis bacterial menahun mungkin tidak dapat sembuh sendiri

dan menjadi masalah pengobatan yang menyulitkan.

6

Page 7: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

2.3.2 Konjungtivitis Virus

1. Konjungtivitis Folikuler Virus Akut

a). Demam Faringokonjungtival

Tanda dan gejala

Demam Faringokonjungtival ditandai oleh demam 38,3-40 ⁰C, sakit

tenggorokan, dan konjungtivitis folikuler pada satu atau dua mata.

Folikuler sering sangat mencolok pada kedua konjungtiva dan pada

mukosa faring. Mata merah dan berair mata sering terjadi, dan kadang-

kadang sedikit kekeruhan daerah subepitel. Yang khas adalah

limfadenopati preaurikuler (tidak nyeri tekan).1

Laboratorium

Demam faringokonjungtival umumnya disebabkan oleh adenovirus

tipe 3 dan kadang – kadang oleh tipe 4 dan 7. Virus itu dapat dibiakkan

dalam sel HeLa dan ditetapkan oleh tes netralisasi. Dengan

berkembangnya penyakit, virus ini dapat juga didiagnosis secara serologic

dengan meningkatnya titer antibody penetral virus. Diagnosis klinis

adalah hal mudah dan jelas lebih praktis.1,3,6

Kerokan konjungtiva terutama mengandung sel mononuclear, dan tak

ada bakteri yang tumbuh pada biakan. Keadaan ini lebih sering pada anak-

anak daripada orang dewasa dan sukar menular di kolam renang berchlor. 1,3,6

7

Page 8: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

Terapi

Tidak ada pengobatan spesifik. Konjungtivitisnya sembuh sendiri,

umumnya dalam sekitar 10 hari. 1

b). Keratokonjungtivitis Epidemika

Tanda dan gejala

Keratokonjungtivitis epidemika umumnya bilateral. Awalnya sering

pada satu mata saja, dan biasanya mata pertama lebih parah. Pada awalnya

pasien merasa ada infeksi dengan nyeri sedang dan berair mata, kemudian

diikuti dalam 5-14 hari oleh fotofobia, keratitis epitel, dan kekeruhan

subepitel bulat. Sensai kornea normal. Nodus preaurikuler yang nyeri

tekan adalah khas. Edema palpebra, kemosis, dan hyperemia konjungtiva

menandai fase akut. Folikel dan perdarahan konjungtiva sering muncul

dalam 48 jam. Dapat membentuk pseudomembran dan mungkin diikuti

parut datar atau pembentukan symblepharon. 1,3,4

Konjungtivitis berlangsung paling lama 3-4 minggu. Kekeruhan

subepitel terutama terdapat di pusat kornea, bukan di tepian, dan menetap

berbulan-bulan namun menyembuh tanpa meninggalkan parut. 1

Keratokonjungtiva epidemika pada orang dewasa terbatas pada bagian

luar mata. Namun, pada anak-anak mungkin terdapat gejala sistemik

infeksi virus seperti demam, sakit tenggorokan, otitis media, dan diare.

Laboratorium

Keratokonjungtiva epidemika disebabkan oleh adenovirus tipe 8, 19,

29, dan 37 (subgroub D dari adenovirus manusia). Virus-virus ini dapat

8

Page 9: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

diisolasi dalam biakan sel dan diidentifikasi dengan tes netralisasi.

Kerokan konjungtiva menampakkan reaksi radang mononuclear primer;

bila terbentuk pseudomembran, juga terdapat banyak neutrofil. 1

Penyebaran

Transmisi nosokomial selama pemeriksaan mata sangat sering terjadi

melalui jari-jari tangan dokter, alat-alat pemeriksaan mata yang kurang

steril, atau pemakaian larutan yang terkontaminasi. Larutan mata,

terutama anestetika topical, mungkin terkontaminasi saat ujung penetes

obat menyedot materi terinfeksi dari konjungtiva atau silia. Virus itu dapat

bertahan dalam larutan itu, yang menjadi sumber penyebaran. 1,3

Pencegahan

Bahaya kontaminasi botol larutan dapat dihindari dengan dengan

memakai penetes steril pribadi atau memakai tetes mata dengan kemasan

unit-dose. Cuci tangan secara teratur di antara pemeriksaan dan

pembersihan serta sterilisasi alat-alat yang menyentuh mata khususnya

tonometer juga suatu keharusan. Tonometer aplanasi harus dibersihkan

dengan alcohol atau hipoklorit, kemudian dibilas dengan air steril dan

dikeringkan dengan hati-hati. 4,6

Terapi

Sekarang ini belum ada terapi spesifik, namun kompres dingin akan

mengurangi beberapa gejala. kortikosteroid selama konjungtivitis akut

dapat memperpanjang keterlibatan kornea sehingga harus dihindari. Agen

antibakteri harus diberikan jika terjadi superinfeksi bacterial. 1

9

Page 10: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

c). Konjungtivitis Virus Herpes Simpleks

Tanda dan gejala

Konjungtivitis virus herpes simplex biasanya merupakan penyakit

anak kecil, adalah keadaan yang luar biasa yang ditandai pelebaran

pembuluh darah unilateral, iritasi, bertahi mata mukoid, sakit, dan

fotofobia ringan. Pada kornea tampak lesi-lesi epithelial tersendiri yang

umumnya menyatu membentuk satu ulkus atau ulkus-ulkus epithelial

yang bercabang banyak (dendritik). Konjungtivitisnya folikuler. Vesikel

herpes kadang-kadang muncul di palpebra dan tepian palpebra, disertai

edema hebat pada palpebra. Khas terdapat sebuah nodus preaurikuler

yang terasa nyeri jika ditekan. 1,3

Laboratorium

Tidak ditemukan bakteri di dalam kerokan atau dalam biakan. Jika

konjungtivitisnya folikuler, reaksi radangnya terutama mononuclear,

namun jika pseudomembran, reaksinya terutama polimorfonuklear akibat

kemotaksis dari tempat nekrosis. Inklusi intranuklear tampak dalam sel

konjungtiva dan kornea, jika dipakai fiksasi Bouin dan pulasan

Papanicolaou, tetapi tidak terlihat dengan pulasan Giemsa. Ditemukannya

sel – sel epithelial raksasa multinuclear mempunyai nilai diagnostic.3

Virus mudah diisolasi dengan mengusapkan sebuah aplikator berujung

kain kering di atas konjungtiva dan memindahkan sel-sel terinfeksi ke

jaringan biakan.3

10

Page 11: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

Terapi

Jika konjungtivitis terdapat pada anak di atas 1 tahun atau pada orang

dewasa, umunya sembuh sendiri dan mungkin tidak perlu terapi. Namun,

antivirus local maupun sistemik harus diberikan untuk mencegah

terkenanya kornea. Untuk ulkus kornea mungkin diperlukan debridemen

kornea dengan hati-hati yakni dengan mengusap ulkus dengan kain

kering, meneteskan obat antivirus, dan menutupkan mata selama 24 jam.

Antivirus topical sendiri harus diberikan 7 – 10 hari: trifluridine setiap 2

jam sewaktu bangun atau salep vida rabine lima kali sehari, atau

idoxuridine 0,1 %, 1 tetes setiap jam sewaktu bangun dan 1 tetes setiap 2

jam di waktu malam. Keratitis herpes dapat pula diobati dengan salep

acyclovir 3% lima kali sehari selama 10 hari atau dengan acyclovir oral,

400 mg lima kali sehari selama 7 hari.3

Untuk ulkus kornea, debridmen kornea dapat dilakukan. Lebih jarang

adalah pemakaian vidarabine atau idoxuridine. Antivirus topical harus

dipakai 7-10 hari. Penggunaan kortikosteroid dikontraindikasikan, karena

makin memperburuk infeksi herpes simplex dan mengkonversi penyakit

dari proses sembuh sendiri yang singkat menjadi infeksi yang sangat

panjang dan berat. 1,3

d). Konjungtivitis Hemoragika Akut

Epidemiologi

Semua benua dan kebanyakan pulau di dunia pernah mengalami

epidemic besar konjungtivitis konjungtivitis hemoregika akut ini. Pertama

kali diketahui di Ghana dalam tahun 1969. Konjungtivitis ini disebabkan

11

Page 12: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

oleh coxackie virus A24. Masa inkubasi virus ini pendek (8-48 jam) dan

berlangsung singkat (5-7 hari). 5

Tanda dan Gejala

Mata terasa sakit, fotofobia, sensasi benda asing, banyak

mengeluarkan air mata, merah, edema palpebra, dan hemoragi

subkonjungtival. Kadang-kadang terjadi kemosis. Hemoragi

subkonjungtiva umumnya difus, namun dapat berupa bintik-bintik pada

awalnya, dimulai di konjungtiva bulbi superior dan menyebar ke bawah.

Kebanyaka pasien mengalami limfadenopati preaurikuler, folikel

konjungtiva, dan keratitis epithelial. Uveitis anterior pernah dilaporkan,

demam, malaise, mialgia, umum pada 25% kasus. 1,5

Penyebaran

Virus ini ditularkan melalui kontak erat dari orang ke orang dan oleh

fomite seperti sprei, alat-alat optic yang terkontaminasi, dan air.

Penyembuhan terjadi dalam 5-7 hari

Terapi

Tidak ada pengobatan yang pasti.

2. Konjungtivitis Virus Menahun

a). Blefarokonjungtivitis

Molluscum Contagiosum

Sebuah nodul molluscum pada tepian atau kulit palpebra dan alis mata

dapat menimbulkan konjungtivitis folikuler menahun unilateral, keratitis

12

Page 13: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

superior, dan pannus superior, dan mungkin menyerupai trachoma. Reaksi

radang yang mononuclear (berbeda dengan reaksi pada trachoma), dengan

lesi bulat, berombak, putih mutiara, non-radang dengan bagian pusat,

adalah khas molluscum kontagiosum. Biopsy menampakkan inklusi

sitoplasma eosinofilik, yang memenuhi seluruh sitoplasma sel yang

membesar, mendesak inti ke satu sisi.3

Eksisi, insisi sederhana nodul yang memungkinkan darah tepi

memasukinya, atau krioterapi akan menyembuhkan konjungtivitisnya.

b). Blefarokonjungtivitis Varicella-Zoster

Tanda dan gejala

Hyperemia dan konjungtivitis infiltrate disertai dengan erupsi

vesikuler khas sepanjang penyebaran dermatom nervus trigeminus cabang

oftalmika adalah khas herpes zoster. Konjungtivitisnya biasanya papiler,

namun pernah ditemukan folikel, pseudomembran, dan vesikel temporer,

yang kemudian berulserasi. Limfonodus preaurikuler yang nyeri tekan

terdapat pada awal penyakit. parut pada palpebra, entropion, dan bulu

mata salah arah adalah sekuele. 1

Laboratorium

Pada zoster maupun varicella, kerokan dari vesikel palpebra

mengandung sel raksasa dan banyak leukosit polimorfonuklear; kerokan

konjungtiva pada varicella dan zoster mengandung sel raksasa dan

monosit. Virus dapat diperoleh dari biakan jaringan sel – sel embrio

manusia. 1

13

Page 14: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

Terapi

Acyclovir oral dosis tinggi (800 mg oral lima kali sehari selama 10

hari), jika diberi pada awal perjalanan penyakit, agaknya akan

mengurangi dan menghambat penyakit. 1

c). Keratokonjungtivitis Morbilli

Tanda dan gejala

Pada awal penyakit, konjungtiva tampak mirip kaca yang aneh, yang

dalam beberapa hari diikuti pembengkakan lipatan semiluner. Beberapa

hari sebelum erupsi kulit, timbul konjungtivitis eksudatif dengan secret

mukopurulen, dan saat muncul erupsi kulit, timbul bercak-bercak Koplik

pada konjungtiva dan kadang-kadang pada carunculus. 1,3

Pada pasien imunokompeten, keratokonjungtivitis campak hanya

meninggalkan sedikit atau sama sekali tanpa sekuel, namun pada pasien

kurang gizi atau imunokompeten, penyakit mata ini seringkali disertai

infeksi HSV atau infeksi bacterial sekunder oleh S pneumonia, H

influenza, dan organism lain. Agen ini dapat menimbulkan konjungtivitis

purulen yang disertai ulserasi kornea dan penurunan penglihatan yang

berat. Infeksi herpes dapat menimbulkan ulserasi kornea berat dengan

perforasi dan kehilangan penglihatan pada anak-anak kurang gizi di

Negara berkembang. 1,3

Kerokan konjungtivitis menunjukkan reaksi sel mononuclear, kecuali jika

ada pseudomembran atau infeksi sekunder. Sedian terpulas giemsa

mengandung sel-sel raksasa. Karena tidak ada terapi spesifik, hanya

14

Page 15: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

tindakan penunjang saja yang dilakukan, kecuali jika ada infeksi

sekunder. 1

2.4 Konjungtivitis Imunologik (Alergik)

Reaksi Hipersensitivitas Humoral Langsung

2.4.1 Konjungtivitis Demam Jerami (Hay Fever)

Tanda dan gejala

Radang konjungtivitis non-spesifik ringan umumnya menyertai demam

jerami (rhinitis alergika). Bianya ada riwayat alergi terhadap tepung sari,

rumput, bulu hewan, dan lainnya. Pasien mengeluh tentang gatal-gatal, berair

mata, mata merah, dan sering mengatakan bahwa matanya seakan-akan

“tenggelam dalam jaringan sekitarnya”. Terdapat sedikit penambahan

pembuluh pada palpebra dan konjungtiva bulbi, dan selama serangan akut

sering terdapat kemosis berat (yang menjadi sebab “tenggelamnya” tadi).

Mungkin terdapat sedikit tahi mata, khususnya jika pasien telah mengucek

matanya.

Laboratorium

Sulit ditemukan eosinofil dalam kerokan konjungtiva

Terapi

Meneteskan vasokonstriktor local pada tahap akut (epineprin, larutan

1:1000 yang diberikan secara topical, akan menghilangkan kemosis dan

gejalanya dalam 30 menit). Kompres dingin membantu mengatasi gatal-gatal

dan antihistamin hanya sedikit manfaatnya. Respon langsung terhadap

15

Page 16: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

pengobatan cukup baik, namun sering kambuh kecuali anti-gennya dapat

dihilangkan.

2.4.2 Konjungtivitis Vernalis

Definisi

Penyakit ini, juga dikenal sebagai “catarrh musim semi” dan

“konjungtivitis musiman” atau “konjungtivitis musim kemarau”, adalah

penyakit alergi bilateral yang jarang.1,3 Penyakit ini lebih jarang di daerah

beriklim sedang daripada di daerah dingin. Penyakit ini hamper selalu lebih

parah selama musim semi, musim panas dan musim gugur daripada musim

gugur.

Insiden

Biasanya mulai dalam tahun-tahun prapubertas dan berlangsung 5 – 10

tahun. Penyakit ini lebih banyak pada anak laki-laki daripada perempuan. 5

Tanda dan gejala

Pasien mengeluh gatal-gatal yang sangat dan bertahi mata berserat-serat.

Biasanya terdapat riwayat keluarga alergi (demam jerami, eczema, dan

lainnya). Konjungtiva tampak putih seperti susu, dan terdapat banyak papilla

halus di konjungtiva tarsalis inferior. Konjungtiva palpebra superior sering

memiliki papilla raksasa mirip batu kali. Setiap papilla raksasa berbentuk

polygonal, dengan atap rata, dan mengandung berkas kapiler. 1,2,3

`

16

Page 17: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

Laboratorium

Pada eksudat konjungtiva yang dipulas dengan Giemsa terdapat banyak

eosinofil dan granula eosinofilik bebas. 1

Terapi

Penyakit ini sembuh sendiri tetapi medikasi yang dipakai terhadap gejala

hanya member hasil jangka pendek, berbahaya jika dipakai untuk jangka

panjang. steroid sisremik, yang mengurangi rasa gatal, hanya sedikit

mempengharuhi penyakit kornea ini, dan efek sampingnya (glaucoma, katarak,

dan komplikasi lain) dapat sangat merugikan. Crmolyn topical adalah agen

profilaktik yang baik untuk kasus sedang sampai berat. Vasokonstriktor,

kompres dingin dan kompres es ada manfaatnya, dan tidur di tempat ber AC

sangat menyamankan pasien. Agaknya yang paling baik adalah pindah ke

tempat beriklim sejuk dan lembab. Pasien yang melakukan ini sangat tertolong

bahkan dapat sembuh total. 1,3

2.4.2 Konjungtivitis Atopik

Tanda dan gejala

Sensasi terbakar, bertahi mata berlendir, merah, dan fotofobia. Tepian

palpebra eritemosa, dan konjungtiva tampak putih seperti susu. Terdapat papilla

halus, namun papilla raksasa tidak berkembang seperti pada

keratokonjungtivitis vernal, dan lebih sering terdapat di tarsus inferior. Berbeda

dengan papilla raksasa pada keratokonjungtivitis vernal, yang terdapat di tarsus

superior. Tanda-tanda kornea yang berat muncul pada perjalanan lanjut

penyakit setelah eksaserbasi konjungtivitis terjadi berulangkali. Timbul keratitis

17

Page 18: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

perifer superficial yang diikuti dengan vaskularisasi. Pada kasus berat, seluruh

kornea tampak kabur dan bervaskularisasi, dan ketajaman penglihatan. 1,3

Biasanya ada riwayat alergi (demam jerami, asma, atau eczema) pada

pasien atau keluarganya. Kebanyakan pasien pernah menderita dermatitis atopic

sejak bayi. Parut pada lipatan-lipatan fleksura lipat siku dan pergelangan tangan

dan lutut sering ditemukan. Seperti dermatitisnya, keratokonjungtivitis atopic

berlangsung berlarut-larut dan sering mengalami eksaserbasi dan remisi. Seperti

keratokonjungtivitis vernal, penyakit ini cenderung kurang aktif bila pasien

telah berusia 50 tahun.

Laboratorium

Kerokan konjungtiva menampakkan eosinofil, meski tidak sebanyak yang

terlihat sebanyak pada keratokonjungtivitis vernal. 1

Terapi

Atihistamin oral termasuk terfenadine (60-120 mg 2x sehari), astemizole

(10 mg empat kali sehari), atau hydroxyzine (50 mg waktu tidur, dinaikkan

sampai 200 mg) ternyata bermanfaat. Obat-obat antiradang non-steroid yang

lebih baru, seperti ketorolac dan iodoxamid, ternyata dapat mengatasi gejala

pada pasien-pasien ini. Pada kasus berat, plasmaferesis merupakan terapi

tambahan. Pada kasus lanjut dengan komplikasi kornea berat, mungkin

diperlukan transplantasi kornea untuk mengembalikan ketajaman

penglihatannya. 1,3

18

Page 19: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

Reaksi Hipersensitivitas Tipe Lambat

2.5.1 Phlyctenulosis

Definisi

Keratokonjungtivitis phlcytenularis adalah respon hipersensitivitas lambat

terhadap protein mikroba, termasuk protein dari basil tuberkel, Staphylococcus

spp, Candida albicans, Coccidioides immitis, Haemophilus aegyptus, dan

Chlamydia trachomatis serotype L1, L2, dan L3. 1

Tanda dan Gejala

Phlyctenule konjungtiva mulai berupa lesi kecil yang keras, merah,

menimbul, dan dikelilingi zona hyperemia. Di limbus sering berbentuk segitiga,

dengan apeks mengarah ke kornea. Di sini terbentuk pusat putih kelabu, yang

segera menjadi ulkus dan mereda dalam 10-12 hari. Phlyctenule pertama pada

pasien dan pada kebanyakan kasus kambuh terjadi di limbus, namun ada juga

yang di kornea, bulbus, dan sangat jarang di tarsus. 1

Phlyctenule konjungtiva biasanya hanya menimbulkan iritasi dan air mata,

namun phlyctenule kornea dan limbus umumnya disertai fotofobia hebat.

Phlyctenulosis sering dipicu oleh blefaritis aktif, konjungtivitis bacterial akut,

dan defisiensi diet.

Terapi

Phlyctenulosis yang diinduksi oleh tuberkuloprotein dan protein dari

infeksi sistemik lain berespon secara dramatis terhadap kortikosteroid topical.

Terjadi reduksi sebagian besar gejala dalam 24 jam dan lesi hilang dalam 24

jam berikutnya. Antibiotika topical hendaknya ditambahkan untuk

19

Page 20: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

blefarikonjungtivitis stafilokokus aktif. Pengobatan hendaknya ditujukan

terhadap penyakit penyebab, dan steroid bila efektif, hendaknya hanya dipakai

untuk mengatasi gejala akut dan parut kornea yang menetap. Parut kornea berat

mungkin memerlukan tranplantasi. 1

2.5.2 Konjungtivitis Ringan Sekunder terhadap Blefaritis kontak

Blefaritis kontak yang disebabkan oleh atropine, neomycin, antibiotika

spectrum luas, dan medikasi topical lain sering diikuti oleh konjungtivitis

infiltrate ringan yang menimbukan hyperemia, hipertropi papiler ringan, bertahi

mata mukoid ringan, dan sedikit iritasi. Pemeriksaan kerokan berpulas giemsa

sering hanya menampakkan sedikit sel epitel matim, sedikit sel

polimorfonuklear dan mononuclear tanpa eosinofil. 1

Pengobatan diarahkan pada penemuan agen penyebab dan

menghilangkannya. Blefaritis kontak dengan cepat membaik dengan

kortikosteroid topical, namun pemakaiannya harus dibatasi. Penggunaan steroid

jangka panjang pada palpebra dapat menimbulkan glaucoma steroid dan atropi

kulit dengan telangiektasis yang menjelekkan.

2.6 Konjungtivitis Akibat Penyakit Autoim

2.6.1 Keratokonjungtivitis Sicca

Berkaitan dgn. Sindrom Sjorgen (trias: keratokonj. sika, xerostomia, artritis).

Gejala:

- khas: hiperemia konjungtivitis bulbi dan gejala iritasi yang tidak sebanding

dengan tanda-tanda radang.

20

Page 21: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

- Dimulai dengan konjungtivitis kataralis

- Pada pagi hari tidak ada atau hampir tidak ada rasa sakit, tetapi menjelang

siang atau malam hari rasa sakit semakin hebat.

- Lapisan air mata berkurang (uji Schirmer: abnormal)

- Pewarnaan Rose bengal Ù uji diagnostik.

Pengobatan:

- air mata buatan Ù vitamin A topikal

- obliterasi pungta lakrimal.

2.7 Konjungtivitis Kimia atau Iritatif

2.7.1 Konjungtivitis Iatrogenik Pemberian Obat Topikal

Konjungtivitis folikular toksik atau konjungtivitis non-spesifik

infiltrate, yang diikuti pembentukan parut, sering kali terjadi akibat pemberian

lama dipivefrin, miotika, idoxuridine, neomycin, dan obat-obat lain yang

disiapkan dalam bahanpengawet atau vehikel toksik atau yang menimbulakan

iritasi. Perak nitrat yang diteteskan ke dalam saccus conjingtiva saat lahir

sering menjadi penyebab konjungtivitis kimia ringan. Jika produksi air mata

berkurang akibat iritasi yang kontinyu, konjungtiva kemudian akan cedera

karena tidak ada pengenceran terhadap agen yang merusak saat diteteskan

kedalam saccus conjungtivae.

21

Page 22: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

Kerokan konjungtiva sering mengandung sel-sel epitel berkeratin,

beberapa neutrofil polimorfonuklear, dan sesekali ada sel berbentuk aneh.

Pengobatan terdiri atas menghentikan agen penyebab dan memakai tetesan

yang lembut atau lunak, atau sama sekali tanpa tetesan. Sering reaksi

konjungtiva menetap sampai berminggu-minggu atau berbulan-bulan lamanya

setelah penyebabnya dihilangkan.

2.7.2 Konjungtivitis Pekerjaan oleh Bahan Kimia dan Iritans

Asam, alkali, asap, angin, dan hamper setiap substansi iritan yang

masuk ke saccus conjungtiva dapat menimbulkan konjungtivitis. Beberapa

iritan umum adalah pupuk, sabun, deodorant, spray rambut, tembakau, bahan-

bahan make-up, dan berbagai asam dan alkali. Di daerah tertentu,asbut

(campuran asap dan kabut) menjadi penyebab utama konjungtivitis kimia

ringan. Iritan spesifik dalam asbut belum dapat ditetapkan secara positif, dan

pengobatannya non-spesifik. Tidak ada efek pada mata yang permanen,

namun mata yang terkena seringkali merah dan terasa mengganggu secara

menahun. 1

Pada luka karena asam, asam itu mengubah sifat protein jaringan dan

efek langsung. Alkali tidak mengubah sifat protein dan cenderung cepat

menyusup kedalam jaringan dan menetap di dalam jaringan konjungtiva.

Disini mereka terus menerus merusak selama berjam-jam atau berhari-hari

lamanya, tergantung konsentrasi molar alkali tersebut dan jumlah yang

masuk. Perlekatan antara konjungtiva bulbi dan palpebra dan leokoma kornea

lebih besar kemungkinan terjadi jika agen penyebabnya adalah alkali. Pada

kejadian manapun, gejala utama luka bahan kimia adalah sakit, pelebaran

pembuluh darah, fotofobia, dan blefarospasme. Riwayat kejadian pemicu

biasanya dapat diungkapkan.

22

Page 23: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

Pembilasan segera dan menyeluruh saccus conjungtivae dengan air

atau larutan garam sangat penting, dan setiap materi padat harus disingkirkan

secara mekanik. Jangan memakai antidotum kimiawi. Tindakan simtomatik

umum adalah kompres dingin selama 20 menit setiap jam, teteskan atropine

1% dua kali sehari, dan beri analgetika sistemik bila perlu. Konjungtivitis

bacterial dapat diobati dengan agen antibakteri yang cocok. Parut kornea

mungkin memerlukan transplantasi kornea, dan symblepharon mungkin

memerlukan bedah plastic terhadap konjungtiva. Luka bakar berat pada

kojungtiva dan kornea prognosisnya buruk meskipun dibedah. Namun jika

pengobatan memadai dimulai segera, parut yang terbentuk akan minim dan

prognosisnya lebih baik.

23

Page 24: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan, Daniel G. dkk. Oftalmologi Umum. Widya Medika. Jakarta. 2000

2. James, Brus, dkk. Lecture Notes Oftalmologi. Erlangga. Jakarta. 2005

3. Ilyas DSM, Sidarta,. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Jakarta. 1998

4. www.dcmsonline.org , tentang conjunctivitis

5. www.eyepathologisyt.com/disease

6. www.aafp.org/afp//AFPprinter/980215ap/morrow.html

24

Page 25: REFERAT KONJUNGTIVITIS AYEE

SUMBER GAMBAR

25