referat neuro
TRANSCRIPT
5/13/2018 referat neuro - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-neuro-55a7527dec13e 1/18
BAB I
PENDAHULUAN
Statistik dari negara-negara yang sudah maju menunjukkan bahwa cedera kepala
mencakup 26% dan jumlah segala macam kecelakaan yang mengakibatkan seorang tidak
bisa bekerja lebih dari satu hari sampai selama jangka panjang kurang lebih 33% kecelakaan
yang berakhir pada kematian menyangkut cedera kapitis. Di luar medan peperangan lebih
adri 50% dari cedera kapitis terjadi kaena kecelakaan lalu lintas, selebihnya dikarenakan
pukulan atau jatuh. Orang-orang yang mati karena kecelakaan antara 40% sampai 50%
meninggal sebelum mereka tiba di rumah sakit. Dan mereka yang dimasukkan dalam
keadaan masih hidup 40% meninggal dalam satu hari dan 35 % meninggal dalam satuminggu dalam perawatan.
(1)
Jika kita meneliti sebab dari kematian dan cacat yang menetap akibat cedera kapitis,
maka 50% ternyata disebabkan oleh cedera secara langsung dan 50% yang tersisa
disebabkan oleh gangguan peredaran darah sebagai komplikasi yang terkait secara tidak
langsung pada cedera. (2)
Cedera kepala baik terbuka maupun tertutup dapat mengganggu fungsi otak, yang
pada akhirnya mungkin dapat menyebabkan kematian atau meninggalkan kecacatan.(1,2)
Berbagai macam akibat dari cedera kepala telah dikenal, misalnya komosio serebri,
kontusio serebri, perdarahan epidura, perdarahan subdura, perdarahan intraserebral dan
laserasi serebri. Dengan isitilah komosio dan kontusio masalah gangguan kesadaran,
sedangkan bentuk-bentuk perdarahan menyangkutkan masalah massa yang pada
penanganannya nanti bila memang diperlukan akan melibatkan ahli bedah saraf.(1,2,3,4,5)
Dalam kaitannya dengan gangguan kesadaran ini, telah dikenal istilah-istilah
somnolen, sopor, koma dan sebagainya yang kesemuanya tadi adalah merupakan penilaian
yang bersifat kualitatif, sehingga masih memungkinkan terjadinya perbedaan penilaian
antara pemeriksa yang satu dengan yang lain. (2)
5/13/2018 referat neuro - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-neuro-55a7527dec13e 2/18
Dengan adanya Glasgow Coma Scale sebagai pengukur derajat gangguan kesadaran
yang telah dipakai sejak 20 tahun yang lalu dan bersifat kuantitatif, maka penilaian
gangguan kesadaran menjadi lebih obyektif. Dalam manajemen cedera kepala, penilaian
gangguan kesadaran dengan Glasgow Coma Scale ini memegang peran utama. (2)
Untuk keperluan klinis, berdasarkan skala ini cedera kepala dibedakan menjadi
cedera kepala ringan, sedang dan berat.(2)
5/13/2018 referat neuro - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-neuro-55a7527dec13e 3/18
BAB II
ISI
II.I Anatomi dan Fisiologi Kepala
II.I.1 Anatomi Kepala
A. Kulit Kepala
Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu; skin atau kulit,
connective tissue atau jaringan penyambung, aponeurosis atau galea aponeurotika,
loose conective tissue atau jaringan penunjang longgar dan pericranium(3,5).
Tulang tengkorak terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis kranii(2,7)
. Tulang
tengkorak terdiri dari beberapa tulang yaitu frontal, parietal, temporal dan oksipital
(5,8). Kalvaria khususnya diregio temporal adalah tipis, namun disini dilapisi oleh otot
temporalis. Basis cranii berbentuk tidak rata sehingga dapat melukai bagian dasar
otak saat bergerak akibat proses akselerasi dan deselerasi. Rongga tengkorak dasar
dibagi atas 3 fosa yaitu : fosa anterior tempat lobus frontalis, fosa media tempat
temporalis dan fosa posterior ruang bagi bagian bawah batang otak dan serebelum
(3).
C. Meningen
Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3 lapisan yaitu :1. Dura mater
Dura mater secara konvensional terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan
endosteal dan lapisan meningeal(5)
. Dura mater merupakan selaput yang keras,
terdiri atas jaringan ikat fibrisa yang melekat erat pada permukaan dalam dari
kranium. Karena tidak melekat pada selaput arachnoid di bawahnya, maka terdapat
suatu ruang potensial (ruang subdura) yang terletak antara dura mater dan
arachnoid, dimana sering dijumpai perdarahan subdural. Pada cedera otak,
pembuluh-pembuluh vena yang berjalan pada permukaan otak menuju sinus
sagitalis superior di garis tengah atau disebut Bridging Veins, dapat mengalami
robekan dan menyebabkan perdarahan subdural. Sinus sagitalis superior
mengalirkan darah vena ke sinus transversus dan sinus sigmoideus. Laserasi dari
sinus-sinus ini dapat mengakibatkan perdarahan hebat (3).
5/13/2018 referat neuro - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-neuro-55a7527dec13e 4/18
Arteri-arteri meningea terletak antara dura mater dan permukaan dalam dari
kranium (ruang epidural). Adanya fraktur dari tulang kepala dapat menyebabkan
laserasi pada arteri-arteri ini dan menyebabkan perdarahan epidural. Yang paling
sering mengalami cedera adalah arteri meningea media yang terletak pada fosa
temporalis (fosa media) (3).
2. Selaput Arakhnoid
Selaput arakhnoid merupakan lapisan yang tipis dan tembus pandang(3)
.
Selaput arakhnoid terletak antara pia mater sebelah dalam dan dura mater sebelah
luar yang meliputi otak. Selaput ini dipisahkan dari dura mater oleh ruang potensial,
disebut spatium subdural dan dari pia mater oleh spatium subarakhnoid yang terisi
oleh liquorserebrospinalis (5)
. Perdarahan sub arakhnoid umumnya disebabkan akibat
cedera kepala(3)
.
3. Pia mater
Pia mater melekat erat pada permukaan korteks serebri (3). Pia mater adarah
membrana vaskular yang dengan erat membungkus otak, meliputi gyri dan masuk
kedalam sulci yang paling dalam. Membrana ini membungkus saraf otak dan
menyatu dengan epineuriumnya. Arteri-arteri yang masuk kedalam substansi otak
juga diliputi oleh pia mater (5).
D. Otak
Otak merupakan suatu struktur gelatin yang mana berat pada orang dewasa
sekitar 14 kg(8)
. Otak terdiri dari beberapa bagian yaitu; Proensefalon (otak depan)
terdiri dari serebrum dan diensefalon, mesensefalon (otak tengah) dan
rhombensefalon (otak belakang) terdiri dari pons, medula oblongata dan serebellum
(5).
Fisura membagi otak menjadi beberapa lobus(8)
. Lobus frontal berkaitan
dengan fungsi emosi, fungsi motorik dan pusat ekspresi bicara. Lobus parietal
berhubungan dengan fungsi sensorik dan orientasi ruang. Lobus temporal mengatur
fungsi memori tertentu. Lobus oksipital bertanggungjawab dalam proses
penglihatan. Mesensefalon dan pons bagian atas berisi sistem aktivasi retikular yang
berfungsi dalam kesadaran dan kewapadaan. Pada medula oblongata terdapat pusat
kardiorespiratorik. Serebellum bertanggungjawab dalam fungsi koordinasi dan
keseimbangan (3,9).
5/13/2018 referat neuro - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-neuro-55a7527dec13e 5/18
Gambar 1. Anatomi otak ( diunduh dari
https://reader003.{domain}/reader003/html5/0215/5a847f68436f5/5a847f6aac7b3)
E. Cairan serebrospinalis
Cairan serebrospinal (CSS) dihasilkan oleh plexus khoroideus dengan
kecepatan produksi sebanyak 20 ml/jam. CSS mengalir dari dari ventrikel lateral
melalui foramen monro menuju ventrikel III, akuaduktus dari sylvius menuju
ventrikel IV. CSS akan direabsorbsi ke dalam sirkulasi vena melalui granulasio
arakhnoid yang terdapat pada sinus sagitalis superior. Adanya darah dalam CSS
dapat menyumbat granulasio arakhnoid sehingga mengganggu penyerapan CSS dan
menyebabkan kenaikan takanan intrakranial(3)
. Angka rata-rata pada kelompok
populasi dewasa volume CSS sekitar 150 ml dan dihasilkan sekitar 500 ml CSS per
hari(11)
.
F. Tentorium
Tentorium serebeli membagi rongga tengkorak menjadi ruang supratentorial
(terdiri dari fosa kranii anterior dan fosa kranii media) dan ruang infratentorial (berisi
fosa kranii posterior)(3)
.
G. Perdarahan Otak
Otak disuplai oleh dua arteri carotis interna dan dua arteri vertebralis.
Keempat arteri ini beranastomosis pada permukaan inferior otak dan membentuk
5/13/2018 referat neuro - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-neuro-55a7527dec13e 6/18
circulus Willisi. Vena-vena otak tidak mempunyai jaringan otot didalam dindingnya
yang sangat tipis dan tidak mempunyai katup. Vena tersebut keluar dari otak dan
bermuara ke dalam sinus venosus cranialis(5)
.
Gambar 2. Sirkulus willisi (diunduh dari http://3.bp.blogspot.com )
II.I.2 Fisiologi Kepala
Tekanan intrakranial (TIK) dipengaruhi oleh volume darah intrakranial, cairan
secebrospinal dan parenkim otak. Dalam keadaan normal TIK orang dewasa dalam
posisi terlentang sama dengan tekanan CSS yang diperoleh dari lumbal pungsi yaitu 4
10 mmHg (8). Kenaikan TIK dapat menurunkan perfusi otak dan menyebabkan atau
memperberat iskemia. Prognosis yang buruk terjadi pada penderita dengan TIK lebih
dari 20 mmHg, terutama bila menetap (3).
Pada saat cedera, segera terjadi massa seperti gumpalan darah dapat terus
bertambah sementara TIK masih dalam keadaan normal. Saat pengaliran CSS dan
darah intravaskuler mencapai titik dekompensasi maka TIK secara cepat akan
meningkat. Sebuah konsep sederhana dapat menerangkan tentang dinamika TIK.
Konsep utamanya adalah bahwa volume intrakranial harus selalu konstan, konsep ini
dikenal dengan Doktrin Monro-Kellie (3).
Otak memperoleh suplai darah yang besar yaitu sekitar 800ml/min atau 16%
dari cardiac output, untuk menyuplai oksigen dan glukosa yang cukup (8). Aliran
darah otak (ADO) normal ke dalam otak pada orang dewasa antara 50-55 ml per 100
5/13/2018 referat neuro - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-neuro-55a7527dec13e 7/18
gram jaringan otak per menit. Pada anak, ADO bisa lebih besar tergantung pada
usainya (3,12). ADO dapat menurun 50% dalam 6-12 jam pertama sejak cedera pada
keadaan cedera otak berat dan koma. ADO akan meningkat dalam 2-3 hari
berikutnya, tetapi pada penderita yang tetap koma ADO tetap di bawah normal
sampai beberapa hari atau minggu setelah cedera. Mempertahankan tekanan
perfusi otak/TPO (MAP-TIK) pada level 60-70 mmHg sangat rirekomendasikan untuk
meningkatkan ADO(3)
.
II.II. CEDERA KEPALA
1. Definisi
Cedera kepala adalah trauma mekanik pada kepala yang terjadi baik secara
langsung atau tidak langsung yang kemudian dapat berakibat kepada gangguan
fungsineurologis, fungsi fisik, kognitif, psikososial, bersifat temporer atau
permanent.1 Menurut Brain Injury Assosiation of America, cedera kepala adalah
suatu kerusakan pada kepala,bukan bersifat congenital ataupun degeneratif, tetapi
disebabkan oleh serangan/benturanfisik dari luar, yang dapat mengurangi atau
mengubah kesadaran yang mana menimbulkankerusakan kemampuan kognitif dan
fungsi fisik.2
2. Epidemiologi
Di Amerika Serikat, kejadian cedera kepala setiap tahunnya diperkirakan
mencapai 500.000 kasus. Dari jumlah tersebut, 10% meninggal sebelum tiba di
rumah sakit. Yang sampai di rumah sakit, 80% dikelompokkan sebagai cedera kepala
ringan (CKR), 10% termasuk cedera kepala sedang (CKS), dan 10% sisanya adalah
cedera kepala berat (CKB).3 Insiden cedera kepala terutama terjadi pada kelompok
usia produktif antara 15-44 tahun. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab 48%-
53% dari insiden cedera kepala, 20%-28% lainnya karena jatuh dan 3%-9% lainnya
disebabkan tindak kekerasan, kegiatan olahraga dan rekreasi.4
Data epidemiologi di Indonesia belum ada, tetapi data dari salah satu rumah
sakit di Jakarta, RS Cipto Mangunkusumo, untuk penderita rawat inap, terdapat 60%-
70% dengan CKR, 15%-20% CKS, dan sekitar 10% dengan CKB. Angka kematian
tertinggi sekitar 35%-50% akibat CKB, 5%-10% CKS, sedangkan untuk CKR tidak ada
yang meninggal.1
5/13/2018 referat neuro - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-neuro-55a7527dec13e 8/18
3. Klasifikasi
Cedera kepala bisa diklasifikasikan atas berbagai hal. Untuk kegunaan praktis,
tiga jenis klasifikasi akan sangat berguna, yaitu berdasar mekanisme, tingkat
beratnya cedera kepala serta berdasar morfologi.1
Klasifikasi cedera kepala:1
A. Berdasarkan mekanisme
1. Cedera kepala tumpul, dapat disebabkan oleh kecelakaan kendaraan
bermotor, jatuh, atau pukulan benda tumpul.
2. Cedera kepala tembus (penetrasi), disebabkan luka tembak atau pukulan
benda tumpul.
B. Berdasarkan beratnya
1. Ringan (GCS 14-15)
2. Sedang (GCS 9-13)
3. Berat (GCS 3-8)
C. Berdasarkan morfologi
1. Fraktura tengkorak
a. Kalvaria
1. Linear atau stelata
2. Depressed atau nondepressed
3. Terbuka atau tertutup
b. Dasar tengkorak
1. Dengan atau tanpa kebocoran CNS
2. Dengan atau tanpa paresis N VII
2. Lesi intrakranial
a. Fokal
1. Epidural
2. Subdural
3. Intraserebral
b. Difusa
1. Komosio ringan
2. Komosio klasik
3. Cedera aksonal difusa
5/13/2018 referat neuro - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-neuro-55a7527dec13e 9/18
4. Patofisiologi
Pada cedera kepala, kerusakan otak dapat terjadi dalam dua tahap yaitu
cedera primer dan cedera sekunder. Cedera primer merupakan cedera pada kepala
sebagai akibat langsung dari suatu ruda paksa, dapat disebabkan benturan langsung
kepala dengan suatu benda keras maupun oleh proses akselarasi-deselarasi gerakan
kepala.5
Dalam mekanisme cedera kepala dapat terjadi peristiwa coup dan
contrecoup. Cedera primer yang diakibatkan oleh adanya benturan pada tulang
tengkorak dan daerah sekitarnya disebut lesi coup. Pada daerah yang berlawanan
dengan tempat benturan akan terjadi lesi yang disebut contrecoup.1 Akselarasi-
deselarasi terjadi karena kepala bergerak dan berhenti secara mendadak dan kasar
saat terjadi trauma.
Perbedaan densitas antara tulang tengkorak (substansi solid) dan otak(substansi semisolid) menyebabkan tengkorak bergerak lebih cepat dari muatan
intrakranialnya. Bergeraknya isi dalam tengkorak memaksa otak membentur
permukaan dalam tengkorak pada tempat yang berlawanan dari benturan
(contrecoup).6
Gambar 3. Coup dan contercoup7
Cedera sekunder merupakan cedera yang terjadi akibat berbagai proses
patologis yang timbul sebagai tahap lanjutan dari kerusakan otak primer, berupa
5/13/2018 referat neuro - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-neuro-55a7527dec13e 10/18
perdarahan, edema otak, kerusakan neuron berkelanjutan, iskemia, peningkatan
tekanan intrakranial dan perubahan neurokimiawi.6
5. Patologi cedera kepala
a. Fraktura Tengkorak
Fraktur tengkorak dapat terjadi pada kalvaria atau basis. Pada fraktur kalvaria
ditentukan apakah terbuka atau tertutup, linear atau stelata, depressed atau
nondepressed . Fraktur tengkorak basal sulit tampak pada foto sinar-x polos dan
biasanya perlu CT scanndengan setelan jendela-tulang untuk memperlihatkan
lokasinya. Sebagai pegangan umum,depressed fragmen lebih dari ketebalan
tengkorak (> 1 tabula) memerlukan operasi elevasi. Fraktura tengkorak terbuka atau
compound berakibat hubungan langsung antara laserasinscalp dan permukaan
serebral karena duranya robek, dan fraktura ini memerlukan operasi perbaikan
segera.8
Frekuensi fraktura tengkorak bervariasi, lebih banyak fraktura ditemukan bila
penelitian dilakukan pada populasi yang lebih banyak mempunyai cedera berat.
Fraktura kalvaria linear mempertinggi risiko hematoma intrakranial sebesar 400 kali
pada pasien yang sadar dan 20 kali pada pasien yang tidak sadar. Fraktura kalvaria
linear mempertinggi risiko hematoma intrakranial sebesar 400 kali pada pasien yang
sadar dan 20 kali pada pasien yang tidak sadar. Untuk alasan ini, adanya fraktura
tengkorak mengharuskan pasien untuk dirawat dirumah sakit untuk pengamatan,
tidak peduli bagaimana baiknya tampak pasien tersebut.3
b. Lesi Intrakranial
Lesi intrakranial dapat diklasifikasikan sebagai fokal atau difusa, walau kedua
bentuk cedera ini sering terjadi bersamaan. Lesi fokal termasuk hematoma epidural,
hematoma subdural, dan kontusi (atau hematoma intraserebral). Pasien pada
kelompok cedera otak difusa, secara umum, menunjukkan CT scan normal namun
menunjukkan perubahan sensorium atau bahkan koma dalam. Basis selular cederaotak difusa menjadi lebih jelas pada tahun-tahun terakhir ini.
3
LESI DIFUSA
Cedera otak ini disebut dengan istilah difus oleh karena secara mikroskopis
tidak ditemukan adanya lesi yang dapat menimbulkan gangguan fungsi neurologik,
5/13/2018 referat neuro - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-neuro-55a7527dec13e 11/18
meskipun pada kenyataannya pasien mengalami amnesia atau penurunan kesadaran
bahkan sampai koma.
Penurunan kesadaran dan/atau kelainan neurologik tersebut diatas bukan
disebabkan oleh karena penekanan ataupun distorsi batang tak oleh massa yang
mendesak, tetapi lebih banyak disebabkan oleh kerusakan langsung pada batang
otak atau jaringan serebrum. Pemeriksaan patologis telah membuktikan adanya
kerusakan pada sejumlah besar akson mulai dari derajat yang ringan berupa
regangan sampai derajat yang lebih berat berupa disrupsi/putusnya akson.
Manifestasi klinisnya pada umumnya tergantung pada banyak sedikitnya akson yang
mengalami kerusakan.
Percobaan di laboratorium membuktikan bahwa benturan langsung (impact)
bukan merupakan syarat untuk terjadinya cedera difus ini, tetapi justru proses
ekselerasi-deselerasilah yang lebih banyak menyebabkan kerusakan difus pada
akson. Bukti-bukti yang terakhir menunjukkan bahwa nodus Renvier sebagai bagian
yang paling rawan pada struktur akson akan mengalami regangan (stretching) dan
puntiran (twisting) pada setiap proses ekselerasi-deselerasi. Keadaan ini selanjutnya
akan diikuti beberapa proses toksik yang pada akhirnya menyebabkan masuknya ion
Ca secara berlebihan. Kerusakan ini bersifat reversibel selama akson mampumengatasi influk ion Ca yang berlebihan ini. Regangan yang berlebihan juga akan
merusak sitoskeleton dan mengganggu transport yang bersifat menetap yang pada
akhirnya menyebabkan transport pada akson berhenti total. Pada pemeriksaan
patologi anatomis lesi ini akan terlihat sebagai axonal retraction ball yang tampak
sesudah 12-72 jam.
Pada keadaan yang berat proses ekselerasi dan deselerasi juga menyebabkan
kerusakan jaringan pembuluh darah, sehingga pada CT-scan sering tampak
gambaran bercak-bercak perdarahan di substansia alba mulai dari subkorteks,
korpus kalosum sampai ke batang otak serta edema di daerah yang mengalami
kerusakan. Jadi pada CT-scan hanya terlihat kerusakan yang seringkali menyertai
kerusakan difus pada akson yang berupa bercak-bercak perdarahan yang lebih
dikenal dengan istilah tissue tear hemorrages.(1)
5/13/2018 referat neuro - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-neuro-55a7527dec13e 12/18
Tergantung dari berat ringannya cedera otak difus ini, manifestasi klinisnya
dapat berupa (4,6) :
1. Komosio ringan
Pada keadaan ini didapatkan adanya gangguan fungsi neurologis yang
sifatnya sementara misalnya amnesia, sedang penderita tetap sadar. Karena
ringannya gambaran klinis yang ada, meskipun banyak terjadi, kerapkali luput dari
perhatian. Yang paling ringan berujud bingung (confuse) sedang pada yang lebih
berat berujud bingung dengan amnesia retrograd maupun amnesia post-cederatika.
2. Komosio klasik
Pada keadaan ini bisa terjadi penurunan kesadaran sampai koma, yang akan
membaik kembali dalam waktu kurang dari 6 jam.
Sebagian besar kasus tidak memberikan gejala sisa kecuali hanya berupa
amnesia yang berkaitan dengan cederanya, meskipun ada juga yang disertai defisit
neurologik yang sangat ringan.
3. Cedera Akson Difus (Diffuse Axonal Injury = DAI)
Keadaan ini ditandai dengan adanya koma yang berlangsung lebih dari 6 jam.
Pemeriksaan radiologis tidak menunjukkan adanya lesi fokal baik berupa massa
maupun daerah yang iskhemik. Koma disini disebabkan oleh karena kerusakan
langsung dari akson sehingga dipakai istilah cedera akson difus.
Untuk keperluan klinis dan penentuan prognosis, DAI dibagi menjadi :
a. DAI ringan. Di sini koma berlangsung selama 6-24 jam. Bisa disertai defisit
neurologik dan kognitif yang berlangsung cukup lama sampai permanen.
Jenis ini relatif jarang ditemukan.
b. DAI sedang. Koma berlangsung lebih dari 24 jam tanpa disertai gangguan
fungsi batang otak. Jenis inilah yang paling banyak ditemui, terdapat pada
5/13/2018 referat neuro - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-neuro-55a7527dec13e 13/18
45 % dari semua kasus DAI. Dengan terapi agresif angka kematiannya
adalah 20 %.
c. DAI berat. Koma berlangsung lebih dari 24 jam dan disertai disfungsi
batang otak tanpa adanya proses desak ruang yang berarti. Angka
kematiannya mencapai 57 % dan menyebabkan cacat neurologis yang
berat.
Lesi Fokal
Hematoma Epidural
Epidural hematom (EDH) adalah perdarahan yang terbentuk di ruang
potensial antara tabula interna dan duramater. Paling sering terletak diregio
temporal atau temporalparietal dan sering akibat robeknya pembuluh meningeal
media. Perdarahan biasanya dianggap berasal arterial, namun mungkin sekunder
dari perdarahan vena pada sepertiga kasus. Kadang-kadang, hematoma epidural
mungkin akibat robeknya sinus vena, terutama diregio parietal-oksipital atau fossa
posterior. Walau hematoma epidural relatif tidak terlalu sering (0.5% dari
keseluruhan atau 9% dari pasien koma cedera kepala), harus selalu diingat saat
menegakkan diagnosis dan ditindak segera. Bila ditindak segera, prognosis biasanya
baik karena cedera otak disekitarnya biasanya masih terbatas.O
utcome langsungbergantung pada status pasien sebelum operasi. Mortalitas dari hematoma epidural
sekitar 0% pada pasien tidak koma, 9% pada pasien obtundan, dan 20% pada pasien
koma dalam.6,8
Hematoma Subdural
Hematoma subdural (SDH) adalah perdarahan yang terjadi di antara
duramater dan arakhnoid. SDH lebih sering terjadi dibandingkan EDH, ditemukan
sekitar 30% penderita dengan cedera kepala berat. Terjadi paling sering akibat
robeknya vena bridging antara korteks serebral dan sinus draining. Namun ia juga
dapat berkaitan dengan laserasi permukaan atau substansi otak. Fraktura tengkorak
mungkin ada atau tidak. Selain itu, kerusakan otak yang mendasari hematoma
subdural akuta biasanya sangat lebih berat dan prognosisnya lebih buruk dari
5/13/2018 referat neuro - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-neuro-55a7527dec13e 14/18
hematoma epidural. Mortalitas umumnya 60%, namun mungkin diperkecil oleh
tindakan operasi yang sangat segera dan pengelolaan medis agresif.8
Kontusi dan hematoma intraserebral.
Kontusi serebral sejati terjadi cukup sering. Selanjutnya, kontusi otak hampir
selalu berkaitan dengan hematoma subdural. Majoritas terbesar kontusi terjadi
dilobus frontal dan temporal, walau dapat terjadi pada setiap tempat termasuk
serebelum dan batang otak. Perbedaan antara kontusi dan hematoma intraserebral
traumatika tidak jelas batasannya. Bagaimanapun, terdapat zona peralihan, dan
kontusi dapat secara lambat laun menjadi hematoma intraserebral dalam beberapa
hari.8
Hematoma intraserebri adalah perdarahan yang terjadi dalam jaringan
(parenkim) otak. Perdarahan terjadi akibat adanya laserasi atau kontusio jaringan
otak yang menyebabkan pecahnya pula pembuluh darah yang ada di dalam jaringan
otak tersebut. Lokasi yang paling sering adalah lobus frontalis dan temporalis. Lesi
perdarahan dapat terjadi pada sisi benturan (coup) atau pada sisi lainnya
(countrecoup). Defisit neurologi yang didapatkan sangat bervariasi dan tergantung
pada lokasi dan luas perdarahan.9
6. Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan klinis pada pasien cedera kepala secara umum meliputi
anamnesis, pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan neurologis dan pemeriksaan
radiologis. Pada anamnesis informasi penting yang harus ditanyakan adalah
mekanisme trauma. Pada pemeriksaan fisik secara lengkap dapat dilakukan
bersamaan dengan secondary survey. Pemeriksaan meliputi tanda vital dan sistem
organ.9 Penilaian GCS awal saat penderita datang ke rumah sakit sangat penting
untuk menilai derajat kegawatan cedera kepala.4
Pemeriksaan neurologis, selain
pemeriksaan GCS, perlu dilakukan lebih dalam, mencakup pemeriksaan fungsi
batang otak, saraf kranial, fungsi motorik, fungsi sensorik, dan refleksrefleks.
9
Tabel 1. Glasgow Coma Scale
3
Eye opening (E)
Spontaneous
To call
4
3
5/13/2018 referat neuro - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-neuro-55a7527dec13e 15/18
To pain
None
Motor response (M)
Obeys commands
Localizes pain
Normal f lexion
(withdr awal)
Abnorma f lexion
(decor aticate)
Extension (decerebr ate)
None (f laccid)
Verbal respons (V)
Or iented
Confused conversation
Ina ppropr iate wor ds
Incomprehensi ble sounds
None
2
1
6
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
Pemeriksaan radiologis yang paling sering dan mudah dilakukan adalah rontgen
kepala yang dilakukan dalam dua posisi, yaitu anteroposterior dan lateral.9 Idealnya
penderita cedera kepala diperiksa dengan CT Scan, terutama bila dijumpai adanya
kehilangan kesadaran yang cukup bermakna, amnesia, atau sakit kepala hebat.3 Indikasi
pemeriksaan CT Scan pada kasus cedera kepala adalah :9
1. bila secara klinis (penilaian GCS) didapatkan klasifikasi cedera kepala sedang
dan berat.
2. cedera kepala ringan yang disertai fraktur tengkorak
3. adanya kecurigaan dan tanda terjadinya fraktur basis kranii
5/13/2018 referat neuro - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-neuro-55a7527dec13e 16/18
4. adanya defisit neurologi, seperti kejang dan penurunan gangguan kesadaran
5. sakit kepala yang hebat
6. adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial atau herniasi jaringan
otak
7. kesulitan dalam mengeliminasi kemungkinan perdarahan intraserebral
7. TATA LAKSANA(1,2,3,5,6)
Penatalaksanaan cedera kepala pada garis besarnya ditujukan pada 2
masalah pokok yaitu :
1. Mengatasi cedera otak primer
2. Mencegah terjadinya komplikasi berupa cedera otak sekunder.
Berdasarkan gambaran klinisnya seperti yang telah diuraikan di atas, maka
penatalaksanaannya adalah sebagai berikut :
A. Penatalaksanaan cedera kepala ringan
1. Pemeriksaan umum untuk menyingkirkan kemungkinan adanya cedera sistemik.
2. Pemeriksaan neurologis.
3. Pemeriksaan darah untuk menentukan kadar alkohol, pemeriksaan urine.
4. Pemeriksaan x-foto kepala, untuk mengatahui
a. Ada tidaknya fraktur (linear, depresi)
b. Ada tidaknya fraktur facialis
c. Ada tidaknya pergeseran letak kelenjar pinealis (yang telah mengalami
perkapuran)
d. Permukaan udara-cairan dalam sinus
e. Ada tidaknya pneumosefalus
f. Ada tidaknya benda asing
5/13/2018 referat neuro - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-neuro-55a7527dec13e 17/18
Perlu diketahui bahwa fraktur pada kalvaria didapatkan tiga kali lebih banyak
daripada fraktur dasar tengkorak.
Fraktur dasar tengkorak sendiri jarang sekali terlihat pada foto polosnya,
sehingga diagnosisnya ditegakkan berdasarkan tanda-tanda yang ada berupa
hematom pada mata, rhinorrhea, otorrea, hemotimpanum.
5. Pemeriksaan x-foto vertebra servikal dan lain-lain bila memang diperlukan.
6. Pemeriksaan CT-scan
Idealnya dilakukan pada semua pasien.
Bila pada pemeriksaan awal tidak ditemukan kelainan, pada pemeriksaan ulangbeberapa jam kemudian adakalanya nampak gambaran suatu massa.
Tergantung pada hasil pemeriksaan yang didapat, pasien dengan cedera kepala
ringan dapat dipulangkan atau dapat pula dianjurkan untuk dirawat di rumah sakit.
Indikasi perawatan antara lain bila (1,2) :
1. Ada amnesia post-cederatika yang berlangsung lebih dari 1 jam.
2. Ada riwayat kehilangan kesadaran.
3. Ada fraktur kepala
4. Ada otorrhoea atau rhinorrhoea
5. Ada kelainan pada pemeriksaan CT-scan-nya.
Kepala pasien yang dapat dipulangkan, diberikan suatu lembaran peringatan
(warning sheet), yang didalamnya tercantum sejumlah gejala dan tanda yang bila
sewaktu-waktu nanti timbul hendaknya yang bersangkutan segera kembali ke dokter
atau ke rumah sakit.
5/13/2018 referat neuro - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/referat-neuro-55a7527dec13e 18/18
Gejala dan tanda-tanda tersebut antara lain adalah :
1. Ada mual dan muntah
2. Timbul sakit kepala yang hebat
3. Bila timbul kejang
4. Bila nadi sangat lambat atau sangat cepat
5. Bila keluar darah atau cairan dari hidung atau telinga.