revisi hasil laporan vaksin

15
Laporan Praktikum ke-5 Hari/Tanggal: Senin/23 Maret 2015 m.k Manajemen Kesehatan Kelompok : II Organisme Akuakultur Asisten : Mulyati Hasanah VAKSIN Disusun oleh: Salsabila C14120087 DIAMETER 2,5 cm !

Upload: muhammad-sapta

Post on 14-Nov-2015

272 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

dasda

TRANSCRIPT

Laporan Praktikum ke-5

Hari/Tanggal: Senin/23 Maret 2015m.k Manajemen Kesehatan Kelompok : IIOrganisme Akuakultur Asisten

: Mulyati HasanahVAKSINDisusun oleh:

SalsabilaC14120087

DIAMETER 2,5 cm !DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTANINSTITUT PERTANIAN BOGOR2015I. PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangDarah merupakan suatu jaringan cair, yang terdiri dari sel-sel yang terdapat dalam medium yang bersifat seperti air (plasma darah. Darah dalam tubuh memiliki fungsi sebagai pengangkut berbagai senyawa dan zat-zat yang diperlukan tubuh, sebagai alat pertahanan tubuh terhadap ancaman dari luar, serta menjaga kestabilan suhu tubuh (Bastiawan et al. 2001).Gambaran darah dapat mengindikasikan adanya penyakit yang menyerang dilihat dari perubahan kondisi tubuh yang normal menjadi abnormal. Darah menjadi salah satu parameter untuk melihat kelainan yang terjadi pada suatu makhluk hidup, baik karena faktor penyakit atau keadaan lingkungan, sehingga melalui gambaran darah, kondisi kesehatan suatu makhluk hidup dapat diketahui (Lestari 2001).

Mengetahui kesehatan organisme budidaya akuatik bersifat sangat penting, dalam praktikum ini jenis komoditas yang diamati adalah lobster air tawar (Cherax sp.) dan kijing (Perna viridis). Darah pada kedua komoditas tersebut disebut dengan hemolim serta sel fagosit yang disebut dengan hemosit yang terdiri dari hialin, sel granular, dan semi granular. Salah satu teknik mendiagnosa penyakit adalah dengan memeriksa gambaran hemolim untuk mengetahui jalannya suatu penyakit, menentukan prognosa, mengetahui efek pengobatan, meneliti sistem imun, serta mengetahui status kesehatan dari komoditas lobster air tawar dan kijing. Salah satu komponen yang termasuk dalam gambaran hemolim adalah THC (Total Haemocyte Count) dan DHC (Diferensial Haemocyte Count) (Purwanto 2006). 1.2 TujuanPraktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat membuat vaksin dari bakteri dan mengaplikasikannya untuk meningkatkan sistem ketahanan humoral pada ikan.II. METODOLOGI2.1 Waktu dan Tempat

Praktikum gambaran darah crustacea dan mollusca dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 9 Maret 2015 pukul 15.00-18.00 WIB, bertempat di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

2.2 Alat dan BahanAlat-alat yang digunakan adalah pemantik api, pembakar bunsen, syringe ukuran 2 ml, gelas objek, cover glass, microtube, haemacytometer, mikroskop, kain lap, dan baki. Bahan-bahan yang digunakan adalah lobster air tawar (Cherax sp.), kijing (Perna viridis), larutan antikoagulan, methanol, giemsa, dan alkohol 70%.2.3 Prosedur2.3.1 Heat Killed Cell (HKC)HKC merupakan blablabla kjakdhkahdkandka jakjskaskanska nandjahdjana jkdajkdnkadan.2.3.1.1 Pembuatan Heat Killed Cell (HKC)2.3.1.2 Uji Viabilitas Heat Killed Cell (HKC)

2.3.2 Formaline Killed Cell (FKC)

FKC merupakan metode untuk blablablanjaskajska naskjaksnaknskansa smansna.2.3.2.1 Pembuatan Formaline Killed Cell (FKC)

2.3.2.2 Uji Viabilitas Formaline Killed Cell (FKC) 2.3.3 Extract Celluler Product (ECP)ECP merupakan metode untuk blablbablak jsahsjhakjdhajknkandanjdhajdkanka.

2.3.3.1 Pembuatan Extract Celluler Product (ECP)III. HASIL DAN PEMBAHASAN3.1 HasilBerikut merupakan hasil pengamatan gambaran darah lobster air tawar (Cherax sp.) yang meliputi THC (Total Haemocyte Count) dan DHC (Diferensial Haemocyte Count) serta THC (Total Haemocyte Count) pada kijing (Perna viridis).Tabel 1. Kjdakjdaja kjsaksjaijdiadja kjaijdajdoakdla kajkdjkajdkajdkjakdjkajjjjKelompokJenis VaksinUji ViabilitasFoto

1HKC-

2HKC+

3FKC+

4FKC+

5FKC+

6HKC+

7ECPTidak Dilakukan Uji ViabilitasTidak Dilakukan Uji Viabilitas

8FKC+

KelompokJenis VaksinUji ViabilitasFoto

9FKC+

10ECPTidak Dilakukan Uji ViabilitasTidak Dilakukan Uji Viabilitas

11ECPTidak Dilakukan Uji ViabilitasTidak Dilakukan Uji Viabilitas

12ECPTidak Dilakukan Uji ViabilitasTidak Dilakukan Uji Viabilitas

Keterangan : + = Tumbuh bakteri

= Tidak tumbuh bakteri

Berdasarkan data hasil pengamatan gambaran darah pada lobster air tawar dan kijing, diketahui bahwa THC lobster tertinggi terdapat pada kelompok 8 sebanyak 11,90 x 103 sel/mm3, terendah terdapat pada kelompok 4 dengan total hemosit sebanyak 0,70 x 103 sel/mm3. THC kijing tertinggi terdapat pada kelompok 12 sebanyak 3,40 x 103 sel/mm3, terendah pada kelompok 3 sebanyak 0,30 x 103 sel/mm3. Total hialin tertinggi terdapat pada kelompok 9 sebesar 83,44% , terendah terdapat pada kelompok 7 sebesar 18%. Total granula tertinggi terdapat pada kelompok 7 sebesar 82%, terendah pada kelompok 9 sebesar 16,56%.3.2 PembahasanLobster air tawar (Cherax sp.) merupakan spesies yang potensial untuk dibudidayakan. Hewan ini memiliki beberapa keunggulan sebagai organism budidaya, yaitu dapat dipelihara dalam padat penebaran yang tinggi, pertumbuhan cepat, reproduksinya mudah, dan dapat bertahan pada kondisi kualitas air yang buruk seperti kandungan oksigen terlarut yang rendah. Lobster air tawar sudah banyak dibudidayakan di beberapa negara, dengan demikian semakin berkembangnya budidaya ke arah intensifikasi akan meningkatkan stree pada hewan yang selanjutnya akan menyebabkan munculnya masalah penyakit. Penyimpangan fisiologis ikan atau udang akibat terserang penyakit dapat menyebabkan komponen darah mengalami perubahan strukturnya (Arifuddin et al. 2004).Sistem peredaran darah pada lobster air tawar merupakan sistem peredaran darah terbuka, melalui sistem ini lobster air tawar tidak memiliki arteri atau vena untuk mengalirkan darahnya. Darah yang mengandung oksigen dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh. Darah lobster air tawar tidak mengandung hemoglobin, melainkan hemosianin yang memiliki daya ikan dengan oksigen sangat rendah (Lukito 2007).

Imunostimulasi merupakan strategi alternatif untuk mensiagakan atau menyiapkan sistem pertahanan (imun) lobster sehingga dapat meningkatkan resistensi melawan bakteri patogen. Sistem imun pada crustacean meliputi reaksi selular dan humoral yang terkait dengan hemolim. Salah satu parameter imun yang berhubungan dengan hemolim yaitu perhitungan total hemosit (THC) dan total diferensial hemosit (DHC) telah digunakan untuk evaluasi pengaruh imunostimulator pada crustacea (Syahailatua 2009).

Hemosit merupakan sel darah udang yang memiliki fungsi sama seperti sel darah putih pada hewan vertebrata. Hemosit pada udang dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu hialin, semi granular, dan granular. Ketiga tipe hemosit tersebut memiliki peranan penting dalam sistem imun udang melalui fagositosis, enkapsulasi, cytotoxicity, dan melanisasi (Effendi et al. 2004).

Hemosit pada crustacea dan mollusca berperan dalam innate immunity secara selular dan humoral. Komposisi hemosit terdiri dari sel hialin, semi granular, dan large granular. Ketiga sel tersebut digunakan untuk mengantisipasi masuknya organisme patogen ke dalam tubuh. Sel hialin memiliki fungsi untuk memfagositosis bakteri maupun virus yang masuk ke dalam tubuh. Sel semi granular memiliki ciri-ciri lebih besar dari hialin, berbentuk oval emmanjang dengan jumlah yang jarang dan menyebar. Sel granular memiliki ciri-ciri berbentuk bulat, oval, dengan kisaran ukuran 132,5 mm, mukleus bulat ditengah, sitoplasma berisi granular yang padat dan sangat refraktif dengan jumlah granular eosinophilic yang tinggi, sel granular berfungsi membentuk kekebalan tubuh terhadap penyakit, sama dengan fungsi sel hialin dan sel semigranular. Ketiga sel tersebut membentuk suatu sistem kekebalan melalui mekanisme kerja tertentu dalam tubuh (Meade dan Watts 1995).

Berdasarkan hasil pengukuran nilai THC dalam praktikum diperoleh nilai THC pada lobster air tawar tertinggi terdapat pada kelompok 8 sebanyak 11,90 x 103 sel/mm3, terendah terdapat pada kelompok 4 dengan total hemosit sebanyak 0,70 x 103 sel/mm3. Rata-rata kisaran nilai THC lobster dalam praktikum ini tidak sesuai dengan literatur, kisaran normal THC pada lobster berkisar antara 10,53 x 103-11,10 x 104 sel/mm3 (Effendi et al. 2004). Penurunan jumlah hemosit diduga karena faktor stress pada lobster, total hemosit yang rendah sangat mempengaruhi kerentanan udang terhadap serangan patogen (Syahailatua 2009), sedangkan peningkatan jumlah hemosit diduga disebabkan lobster yang diamati dalam keadaan tidak normal, apabila terjadi infeksi oleh patogen maka akan terjadi peningkatan total hemosit, karena meningkatnya total haemosit tersebut menunjukkan adanya fase infeksi. Peningkatan hemosit tersebut dapat meningkatkan peluang terbentuknya sel-sel fagositik yang sangat berperan dalam mengendalikan serangan mikroorganisme, beberapa faktor yang dapat mempengaruhi total hemosit meliputi intervensi patogen, mekanisme molting dan kondisi lingkungan (Mahasri 2008).DHC (Diferensial Haemocyte Count) merupakan jumlah sel hemosit hialin dan ganular yang diyatakan dalam persen. Berdasarkan hasil pengamatan, lobster yang diamati pada setiap kelompok memiliki DH yang berbeda-beda. Persentase sel hialin yang diperoleh pada hasil pengamatan berkisar antara 18% hingga 83,44% dan persentasi granula berkisar antara 16,56% hingga 82%. Rata-rata persentase sel hialin dan granular berada di kisaran normal, meskipun terdapat beberapa lobster uji yang memiliki persentase sel hialin dan granular di atas ataupun di bawah kisaran normal. Persentase sel hialin berkisar antara 31-81% dan persentase sel granular berkisar 6-42% (Syahailatua 2009). Peningkatan sel hialin, semi granular dan granular dalam hemosit merupakan salah satu parameter peningkatan status kesehatan atau ketahanan tubuh lobster atau crustasea lainnya, sehingga dapat diketahui keadaan sehat atau tidaknya lobster. Kijing atau kerang hijau (Perna viridis) merupakan binatang lunak (mollusca) yang hidup di laut terutama pada daerah litoral,memiliki sepasang cangkang (bivalia), berwarna hijau agak kebiruan. Insangnya memiliki beberapa lapisan (Lamelii branchia) dan berkaki kapak (Pelecypoda) serta memiliki benang byssus. Kijing adalah suspension feeder, dapat berpindah-pindah tempat dengan menggunakan kaki dan benang (byssus), hidup dengan baik dalam perairan dengan kisaran kedalaman 1-7 meter, memiliki toleransi terhadap perubahan salinitas antara 27-35 per mil. Sistem peredaran darah pada mollusca adalah sistem peredaran darah terbuka, (POWER et al. 2004).

Berdasarkan hasil pengukuran nilai THC dalam praktikum diperoleh nilai THC yang berkisar antara 0,30 x 103 sel/mm3 hingga 3,40 x 103 sel/mm3. Rata-rata kisaran nilai THC kijing dalam praktikum ini tidak sesuai dengan literatur, hal tersebut menandakan kijing dalam keadaan tidak normal. Kisaran normal THC pada kijing adalah 2,99 (0,63) x 102 sel/mm3 (Effendi et al. 2004). IV. KESIMPULAN DAN SARAN4.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa praktikan dapat mengetahui gambaran darah pada lobster dan kijing, yang meliputi pengamatan THC (Total Haemocyte Count) dan DHC (Diferensial Haemocyte Count). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa THC pada lobster air tawar yang diperoleh berkisar antara 0,70 x 103 sel/mm3 hingga 11,90 x 103 sel/mm3, sedangkan DHC pada lobster yang meliputi hialin berkisar antara 18% hingga 83,44% dan granula berkisar antara 16,56% hingga 82%. Nilai THC pada kijing berkisar antara 0,30 x 103 sel/mm3 hingga 3,40 x 103 sel/mm3. Nilai THC pada kedua komoditas tersebut mengindikasikan bahwa dalam keadaan tidak normal. Hal tersebut diduga dikarenakan faktor stress ataupun dalam keadaan tidak sehat. 4.2 Saran

Praktikum selanjutnya disarankan tidak hanya mengamati komoditas lobster air tawar dan kijing, sebaiknya dilakukan pula pengamatan gambaran darah crustacea dan mollusca lain, sehingga dapat dibandingkan antara keduanya. DAFTAR PUSTAKAArifuddin et al. 2004. Pengaruh Bahan Aktif Hidrokuinon dari Buah Sonneratia caseolaris terhadap Parameter Hemolimph Udang Windu, Paneus monodon FAB., yang Diinfeksi secara Buatan dengan Vibrio harveyi. Jurnal Akuakultur Indonesia, 3 (1): 23-28

Bastiawan,D; A. Wahid; M. Alifudin, dan I. Agustiawan. 2001. Gambaran Darah Lele Dumbo (Clarias spp.) yang Diinfeksi Cendawan Aphanomyces sp. pada pH yang Berbeda. Jurnal Penelitian Indonesia 7(3) : 44-47.Effendi et al. 2004. Peningkatan Hematokrit Benur Udang Windu (Panaeus monodon) Pasca-Perendaman Ekstrak Ragi Roti (Saccharomyces cerevisae) pada Konsentrasi yang Berbeda. Jurnal Sains dan Teknologi, 14 (2) :46-53.Kimball,W. John. 2002. Biology Jilid 1 dan 2. IPB. Erlangga: Bogor.

Lestari A.S. 2001. Studi Karakteristik dan Patologi Aeromonas hydrophila pada Ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus). Makalah Falsafah Sains. Program Pasca Sarjana. IPB . Bogor.Lukito A. dan S. Prayogo. 2007. Lobster Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta 291 hal

Mahasri Gunanti. 2008. Respon imun udang windu (Penaeus monodon Fabricus) yang diimunisasi dengan protein membran imunogenik MP 38 dari Zoothamnium penaei [Makalah]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Unuversitas Brawijaya.

Meade ME dan Watts SA. 1995. Weight Gain and Survival of Junvenile Australian Crayfish Cherax quadricarinaruts fed formulated feeds. Journal of the World Aquaculture Society, Vol 26 : 469-474.

Mulyani S. 2006. Gambaran Darah Ikan Gurame Osphronemus gouramy yang Terinfeksi Cendawan Achlya sp. pada Kepadatan 320 dan 720 spora per ml. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Departemen Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor.

POWER A.J.; R.L. WALKER; K. PAYNE and D. HURLEY 2004. First occurrence of the nonindigenous green mussel, Perna viridis in coastal Georgia, United States. Journal of Shellfish Research 23:741-744.Purwanto A. 2006. Gambaran Darah Ikan Mas Cyprinus carpio yang terinfeksi Koi Herpes Virus.[Skripsi]. Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.Syahailatua DY. 2009. Seleksi Bakteri Probiotik sebagai Stimulator Sistem Imun pada Udang Vaname Litpenaeus vannamei [Tesis]. Program Studi Ilmu Perairan. Institut Pertanian Bogor.