roti tepung terigu dan tepung mocaf

34
i i LAPORAN SMALL PROJECT BASE LEARNING MATA KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN DAN HASIL PERTANIAN PERBEDAAN KARAKTERISTIK FISIK DAN ORGANOLEPTIK ROTI DENGAN BAHAN DASAR TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG MOCAF oleh : Keompok 2 Kelas THP-B Carolina Hendra (141710101014) Langit Biru Udhidewa (141710101053) Icha Atika Putri (141710101011) Yanuar Gusti (141710101035) Fita Ning Tias (141710101065) JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER 2015

Upload: langit-biru

Post on 14-Sep-2015

195 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

  • i

    i

    LAPORAN SMALL PROJECT BASE LEARNING

    MATA KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN DAN HASIL PERTANIAN

    PERBEDAAN KARAKTERISTIK FISIK DAN ORGANOLEPTIK ROTI

    DENGAN BAHAN DASAR

    TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG MOCAF

    oleh :

    Keompok 2

    Kelas THP-B

    Carolina Hendra (141710101014)

    Langit Biru Udhidewa (141710101053)

    Icha Atika Putri (141710101011)

    Yanuar Gusti (141710101035)

    Fita Ning Tias (141710101065)

    JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    UNIVERSITAS JEMBER

    2015

  • ii

    RINGKASAN

    Roti adalah makanan yang terbuat dari tepung terigu, air, dan ragi yang

    pembuatannya melalui tahap pengadonan, fermentasi (pengembangan), dan

    pemanggangan dalam oven. Seiring dengan perkembangan zaman dan

    perubahan pola konsumsi masyarakat, roti semakin digemari oleh masyarakat di

    Indonesia. Tepung terigu adalah tepung yang biasanya dijadikan bahan baku

    utama pembuat roti. Pembuatan roti juga bisa meggunakan jenis-jenis tepung

    yang lainnya seperti tepung mocaf untuk mendapatkan variasi roti yang berbeda.

    Selain itu, penggunaan tepung mocaf mampu mengurangi ketergantungan

    terhadap pemakaian tepung terigu. Modified Cassava Flour (MOCAF)

    merupakan produk turunan dari tepung ubi kayu yang menggunakan prinsip

    modifikasi sel ubi kayu secara fermentasi dimana mikroba BAL (Bakteri Asam

    Laktat) mendominasi selama fermentasi tepung ubi kayu ini (Subagio, 2007).

    Diadakannya penelitian ini bermaksud untuk membandingkan kualitas roti

    berbahan dasar tepung terigu dan tepung mocaf.

    Dalam pembuatan roti dalam penelitian ini menggunakan dua

    jenis tepung yang berbeda untuk mengetahui karakteristik fisik antara lain

    warna, tekstur roti dan organoleptik dengan bahan baku utama yang berbeda .

    Pembuatan varian roti ini menggunakan 3 macam formula yaitu 100% tepung

    terigu, 50%tepung mocaf : 50 % tepung terigu dan 100% tepung mocaf.

    Penelitian ini dilakukan di Teaching Factory SMKN 5 Jember pada tanggal 30

    Mei 2015 dan di Laboratorium RPHP 2 Fakultas Teknologi Pertanian Universitas

    Jember pada tanggal 1 Juni 2015. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan

    diketahui bahwa penggunaan tepung mocaf sebanyak 50 % sampai100 % tidak

    dapat dijadikan bahan utama pembuatan roti. Hal ini dikarnakan tepung mocaf

    memiliki kandungan gluten yang sangat sedikit sehingga tidak cocok dijadikan

    bahan utama pembuatan roti. .

  • iii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

    RINGKASAN ........................................................................................... ii

    DAFTAR ISI ............................................................................................ iii

    DAFTAR GRAFIK .................................................................................... iv

    DAFTAR TABEL ..................................................................................... iv

    BAB 1. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 1

    1.3 Tujuan ...................................................................................... 2

    1.4 Luaran ..................................................................................... 2

    1.5 Manfaat ..................................................................................... 2

    BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Roti dan Komposisi Roti ........................................................ 3

    2.2 Bahan Pembuat Roti ............................................................. 3

    2.3 Tepung Mocaf ....................................................................... 13

    BAB 3. METODOLOGI PELAKSANAAN

    3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ........................................... 15

    3.2 Alat dan Bahan ...................................................................... 15

    3.3 Rancangan Kerja ................................................................... 18

    3.4 Diagram Alir ........................................................................... 19

    3.5 Prosedur Kerja ....................................................................... 20

    3.6 Parameter Pengamatan ......................................................... 20

    3.7 Prosedur Pengamatan ........................................................... 20

    BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Pengamatan ................................................................ 22

    4.2 Pembahasan.......................................................................... 23

    BAB 5. PENUTUP

    5.1 Kesimpulan ............................................................................ 26

    5.2 Saran ..................................................................................... 26

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 27

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    Lampiran 1. Bukti Kegiatan ..................................................................... 28

  • iv

    Lampiran 2. Hasil Pengamatan ................................................................ 29

    DAFTAR GRAFIK

    Grafik 1. Tekstur dan Warna .................................................................... 22

    Grafik 2. Aroma, Kenampakan, dan Rasa ................................................ 22

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Komposisi Roti Tawar ............................................................... 3

    Tabel 2. Komposisi kimia tepung terigu per 100 gram bahan .................. 4

    Tabel 3. Komposisi kimia telur ayam dalam 100 g bahan ....................... 8

    Tabel 4. Sifat-sifat shortening .................................................................. 9

    Tabel 5 Resep roti bahan dasar tepung terigu. ........................................ 17

    Tabel 6. Resep roti bahan dasar tepung Mocaf ....................................... 17

    Tabel 7. Resep roti bahan dasar tepung terigu dan mocaf ....................... 18

    Tabel 8. Rancangan Kerja ....................................................................... 18

    Tabel 9. Hasil Panelis .............................................................................. 29

    Tabel 10. Uji Organoleptik ....................................................................... 29

    Tabel 11. Tekstur dan Warna................................................................... 30

  • 1

    BAB 1. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Roti adalah makanan yang terbuat dari tepung terigu, air, dan ragi yang

    pembuatannya melalui tahap pengadonan, fermentasi (pengembangan), dan

    pemanggangan dalam oven. Roti dijadikan sebagai makanan alternatif yang

    mengandung karbohidrat dan semakin berkembang di Indonesia. Roti mampu

    memenuhi kecukupan gizi dengan cara yang singkat dan mudah didapat sehingga

    disukai oleh masyarakat di era globalisasi ini. Berdasarkan penelitian yang telah

    dilakukan mengenai Analisis Strategi Pemasaran Roti Unyil pada Perusahaan Roti

    Venus di Kota Bogor, meningkatnya pertumbuhan ekonomi, teknologi, dan

    aktifitas pembangunan di berbagai bidang membawa segala sesuatu ke arah yang

    lebih praktis dan efisiensi termasuk dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan. Hal

    tersebut berdampak pada adanya perubahan konsumsi masyarakat dimana jenis

    makanan instan dan siap saji menjadi alternatif yang dipilih. Perubahan konsumsi yang

    terjadi salah satunya adalah peningkatan konsumsi makanan yang diolah dari tepung

    terigu, yaitu roti. Menurut data yang diperoleh dari Direktorat Gizi Departemen

    Kesehatan Republik Indonesia, diketahui bahwa dibandigkan dengan 100 gram nasi

    putih atau mie basah, maka 100 gram roti akan memberikan energi, karbohidrat,

    protein, kalsium, fosfor, dan besi yang lebih banyak.

    Tepung merupakan bahan baku utama pembuat roti. Tepung yang biasa

    digunakan untuk roti adalah tepung gandum, jagung, dan havermouth. Pada tepung

    terigu terkandung glutein didalamnya. Glutein inilah yang dapat membuat roti

    mengembang selama proses pembuatan. Selain tepung yang telah dipaparkan

    sebelumnya, pembuatan roti juga bisa meggunakan jenis-jenis tepung yang lainnya

    seperti tepung mocaf untuk mendapatkan variasi roti yang berbeda. Akhir-akhir ini roti

    dengan bahan baku tepung terigu dirasa sudah menjadi hal yang membosankan bagi

    msyarakat. Oleh sebab itu perlu dilakukan inovasi terhadap bahan baku roti. Salah

    satu inovasi tersebut adalah penggunaan tepung mocaf. Selain itu, penggunaan

    tepung mocav mampu mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian tepung terigu.

    Diadakannya penelitian ini bermaksud untuk membandingkan kualitas roti berbahan

    dasar tepung terigu dan tepung mocaf.

    1.2 Rumusan Masalah

    Dalam pembuatan roti digunakan dua jenis tepung yang berbeda untuk

    mengetahui karakteristik fisik roti dan organoleptik dengan bahan yang berbeda antara

  • 2

    lain warna, tekstur. Sehingga dengan jenis bahan yang berbeda maka dapat diketahui

    perbedaan karakteristik fisik dan organoleptiknya. Oleh karena itu perlu dilakukan

    penelitian ini untuk mengetahui karakteristik fisik da organoleptik roti dengan jenis

    bahan yang berbeda.

    1.3 Tujuan

    Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah:

    1. Untuk mengetahui perbedaan karakteristik fisik dan organoleptik pada roti

    dengan bahan dasar tepung terigu dan tepung mocaf.

    2. Mengetahui cara pengolahan roti dengan bahan dasar tepung terigu dan

    tepung mocaf.

    1.4 Luaran

    1. Untuk mengetahui perbedaan karakteristik fisik dan organoleptik pada roti

    dengan bahan dasar tepung terigu dan tepung mocaf.

    2. Mengetahui cara pengolahan roti dengan bahan dasar tepung terigu dan

    tepung mocaf.

    1.5 Manfaat

    Manfaat datri penelitian ini adalah untuk memberikan alternatif komposisi bahan

    yang digunakan untuk membuat roti dengan kualitas yang diinginkan

  • 3

    BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Roti dan Komposisi Roti

    Roti adalah makanan yang terbuat dari tepung terigu ,air,dan ragi yang

    pembuatannya melalui tahap pengadonan,fermentasi(pengembangan),dan

    pemanggangan dalam oven. Dilihat dari cara pengolahanakhirnya roti dapat dibedakan

    menjadi tiga macam yaitu roti yang dikukus,dipanggang dan yang digoreng. Bakpao

    adalah contoh roti yang dikukus. Donat merupakan contoh roti yang digoreng.

    Sedangkan aneka roti tawar,roti manis,dan baquette adalah roti yang dipanggang.

    Bahan bahan pembuat roti antara lain tepung terigu,air,garam dapur,ragi

    riti,mentega,susu,telur. Bahan bahan pembuat roti tersebut memenuhi nutrisi pangan

    yang dibutuhkan oleh tubuh kita (Sufi,1999)

    Komposisi roti tawar dapat dilihat di table 1

    Komposisi roti tawar dalam 100 gram roti Jumlah

    Protein(g)

    Karbohidrat(g)

    Lemak(g)

    Air(g)

    Vitamin dan mineral(g)

    8,0

    50,0

    1,5

    39,0

    1,5

    Tabel 1. Komposisi Roti Tawar

    Sumber:Gaman dan Sherington(1992)

    2.2 Bahan Pembuat Roti

    2.2.1 Tepung terigu

    Tepung merupakan bahan baku utama roti. Tepung yang biasa digunakan

    untuk roti adalah tepung gandum, jagung, dan havermouth. Pada tepung terigu

    terkandung glutein didalamnya. Glutein inilah yang dapat membuat roti mengembang

    selama proses pembuatan. Jaringan sel-sel ini juga cukup kuat untuk menahan gas

    yang dibuat oleh ragi sehingga adonan tidak mengempis kembali (Sufi, 1999).

    Widyaningsih dan Murtini (2006) menyatakan bahwa tepung terigu yang digunakan

    sebaiknya yang mengandung glutein 8 12%.Glutein adalah protein yang terdapat

    pada terigu. Glutein bersifat elastis sehingga akan mempengaruhi sifat elastisitas dan

    tekstur roti yang dihasilkan. Komposisi lemak dalam 100 gram tepung terigu adalah

    sebesar 1,3 gram (Departemen Kesehatan RI, 1996). Gluten terbentuk ketika tepung

    terigu dicampurkan dengan air.

  • 4

    Gluten terbentuk dari dua komplek yang dikenal sebagai gliadin dan

    glutenin.Glutenin membantu terbentuknya kekuatan dan kekerasan adonan.Gliadin

    lebih lembut dan mempengaruhi perpaduan dan elastisitas adonan. Glutenin

    mengandung lebih banyak lipida dalam tepung terigu dalam bentuk lipoprotein

    (Widianto dkk., 2002).

    Komposisi Jumlah

    Air

    Energi

    Protein

    Total lemak

    Karbohidrat

    Serat

    Ampas

    10,42 gram

    340,00 gram

    10,69 gram

    1,99 gram

    75,36 gram

    12,70 gram

    1,54 gram

    Tabel 2. Komposisi kimia tepung terigu per 100 gram bahan.

    Sumber:Astawan 1999

    Tepung terigu yang beredar dipasaran masing masing memiliki karakteristik dan fungsi

    yang berlainan .Tepung terigu tersebut antara lain:

    1. Hard Wheat (Terigu Protein Tinggi) Tepung ini diperoleh dari gandum keras

    (hard wheat). Kandungan proteinnya 11-13%.Tingginya protein terkandung menjadikan

    sifatnya mudah dicampur, difermentasikan, daya serap airnya tinggi, elastis dan mudah

    digiling. Karakteristik ini menjadikan tepung terigu hard wheat sangat cocok untuk

    bahan baku roti, mie dan pasta karena sifatnya elastis dan mudah difermentasikan.

    2. Medium Wheat (Terigu Protein Sedang) jenis terigu medium wheat

    mengandung 10%-11%. Sebagian orang mengenalnya dengan sebutan all purpose

    flour atau tepung serba guna. Dibuat dari campuran tepungterigu hard wheat dan soft

    wheat sehingga karakteristiknya diantara kedua jenis tepung tersebut. Tepung ini

    cocok untuk membuat adonan fermentasi dengan tingkat pengembangan sedang,

    seperti donat, bakpau, bapel, panada atau aneka cake dan muffin.

    3. Soft Wheat (Terigu Protein Rendah) Tepung ini dibuat dari gandum lunak

    dengan kandungan protein 8%-9%. Sifatnya memiliki daya serap air yang rendah

    sehingga akan menghasilkan adonan yang sukar diuleni, tidak elastis, lengket dan

    daya pengembangannya rendah. Cocok untuk membuat kue kering, biscuit, pastel dan

    kue-kue yang tidak memerlukan proses fermentasi.

    4. Self Raising Flour Jenis tepung terigu yang sudah ditambahkan bahan

    pengembang dan garam. Penambahan ini menjadikan sifat tepung lebih stabil dan

  • 5

    tidak perlu menambahkan pengembang lagi ke dalam adonan. Self raising flour sangat

    cocok untuk membuat cake, muffin, dan kue kering.

    5. Enriched Flour Adalah tepung terigu yang disubstitusi dengan beragam

    vitamin atau mineral dengan tujuan memperbaiki nilai gizi terkandung. Biasanya

    harganya relatif lebih mahal.Cocok untuk kue kering dan bolu.

    6. Whole Meal Flour Tepung ini biasanya dibuat dari biji gandum utuh termasuk

    dedak dan lembaganya sehingga warna tepung lebih gelap/cream. Terigu whole meal

    sangat cocok untuk makanan kesehatan dan menu diet karena kandungan serat (fiber)

    dan proteinya sangat tinggi (Budi, 2006).

    2.2.2 Garam dapur

    Pengolahan bahan makanan yang dilakukan dengan pemberian garam NaCl

    atau gula pada konsentrasi tinggi, dapat mencegah kerusakan bahan pangan. Pada

    konsentrasi NaCl sebesar 2 - 5% yang dikombinasikan pada suhu rendah, cukup untuk

    mencegah pertumbuhan mikroba psikrofilik. Pada pembuatan roti, garam memiliki

    fungsi penambah rasa gurih, pembangkit rasa bahan-bahan lainnya, serta pengontrol

    waktu fermentasi dari adonan beragi. Garam juga memiliki astringent effect, yakni

    memperkecil pori-pori roti. Pemakaian garam dalam keadaan normal berkisar 1,5-2%.

    Pemakaian garam lebih rendah dari 1,5% akan memberi rasa hambar, sedangkan

    pemakaian lebih dari 2% akan menghambat laju fermentasi

    Fungsi dari penambahan garam dalam produksi bakeri antara lain adalah :

    Memberi rasa supaya tidak hambar

    Memperkuat cita rasa bahan lain, rasa manis gula akan lebih terasa jika ada garam

    Mengontrol perkembangan khamir (ragi) untuk produk yang dikembangkan dengan

    ragi

    Memperkuat keliatan gluten ( daya regang) dalam adonan

    Membantu mencegah pertumbuhan bakteri yang tidak dikehendaki

    Meningkatkan daya absorpsi air dari tepung.

    Salah satu bahan pengeras, bila adonan tidak memakai garam, adonan agak

    basah

    Mengatur warna kulit roti

    Kesalahan penanganan garam juga bisa membuat masalah dalam fermentasi,

    misalnya jika ragi dilarutkan dalam air yang telah ditambah garam, maka

    pertumbuhannya ragi akan terhambat hal ini bisa mengakibatkan fermentasi yang

    lambat dan cita rasa produk yang kurang baik.

  • 6

    Penimbangan garam harus dilakukan seteliti mungkin jangan memakai sendok

    atau alat-alat sebagai takaran karena akan sangat besar pengaruhnya terhadap proses

    fermentasi. Selisih pemakaian garam lebih dari 1 % sudah menghambat proses

    fermentasi. Selain itu, pada waktu penimbangan bahan-bahan jangan mencampur

    garam dengan yeast bersama-sama karena garam merupakan racun bagi yeast.

    Penambahan jumlah garam yang terlalu banyak akan menurunkan kemampuan

    gluten dalam menahan gas, sebaliknya jika terlalu sedikit garam yang digunakan akan

    menyebabkan adonan menjadi hambar dan akan mengurangi volume adonan, karena

    gluten tidak mempunyai daya regang yang cukup. Jika tidak ada garam yang

    ditambahkan kedalam adonan maka hasilnya adalah kulit akan terlihat sangat pucat

    dan terjadi pengerutan pada roti dan rasanya tidak akan memuaskan (Sulastri dan

    Wahyudi,2005).

    2.2.3 Gula

    Gula adalah salah satu produk hasil perkebunan dari tebu yang banyak

    dikembangkan. Mudjajanto dan Yulianti (2004) menjelaskan bahwa fungsi

    penambahan gula dalam suatu produk pangan antara lain yaitu untuk memberikan

    aroma, rasa manis sebagai pengawet, dan untuk memperoleh tekstur tertentu. Gula

    ditambahkan pada jenis roti tertentu untuk melengkapi karbohidrat yang ada untuk

    proses fermentasi dan untuk memberikan rasa manis pada roti. Akan tetapi gula lebih

    banyak dipakai dalam pembuatan biskuit dan kue, dimana selain memberikan rasa

    manis gula juga mempengaruhi tekstur (Buckle et al., 1987). Gula sangat penting

    peranannya dalam pembuatan roti, diantaranya sebagai makanan ragi, memberi rasa,

    mengatur fermentasi, memperpanjang umur roti, 10 menambah kandungan gizi,

    membuat tekstur roti menjadi lebih empuk, dan memberikan warna cokelat yang

    menarik pada roti (Mudjajanto dan Yulianti, 2004). Gula dalam pembuatan roti

    berfungsi sebagai sumber energi bagi ragi. Residu gula yang tidak habis dalam proses

    fermentasi akan memberikan rasa manis dan warna kecoklatan (golden brown) pada

    roti. Gula juga berperan pada proses pewarnaan kulit (karamelisasi gula) pada

    pembakaran di oven. Pemakaian gula lebih dari 8% pada roti tawar akan memberikan

    sifat empuk yang berlebihan sehingga bentuk roti tidak tegar, sedangkan pada roti

    manis sifat empuk terjadi pada kadar gula 15% ke atas. Peningkatan jumlah gula

    dalam adonan harus diimbangi dengan penambahan jumlah ragi agar proses

    fermentasi tidak terganggu.

    Dalam pembuatan bakeri proses penambahan gula juga perlu diperhatikan

    dalam adonan gula dapat menyerap air dan membuat adonan lebih encer atau lengket

  • 7

    sehingga perlu diperhatikan dalam penambahan atau pengurangan air agar

    menghasilkan produk yang baik.

    Penambahan gula ke dalam adonan bervariasi jumlahnya yaitu 5-20% dari

    berat tepung.Gula dapat memperlambat aktivitas ragi karena gula meningkatkan

    tekanan osmotik dari adonan sehigga perlu dilakukan penambahan ragi untuk

    menjamin kecukupan gas yang diproduksi. Pada proses mixing, pencampuran gula

    harus merata. Pencampuran gula yang tidak merata akan menyebaban bintik-bintik

    hitam pada kulit roti dan membentuk lubang besar atau kantong udara pada produk roti

    (Sulastri dan Wahyudi ,2005).

    2.2.4 Air

    Dalam pembuatan roti,air berfungsi sebagai penyebab terbentuknya gluten

    serta pengontrol kepadatan dan suhu adonan .Selain itu air berperan sebagai pelarut

    garam,penyebar dan pelarut bahan bahan bukan tepung secara seragam dan

    memungkinkan adanya aktivitas enzim (mudjajanto dan yulianti,2004).Air berfungsi

    sebagai media gluten dengan karbohidrat ,larutan garam,dan membentuk sifat kenyal

    gluten .Air yang digunakan sebaiknya memiliki pH 6-9 . makin tinggi pH air maka roti

    yang dihasilkan baik karena absorbs air meningkat dengan meningkatnya pH .Selain

    pH ,air yang digunakan harus air yang memenuhi persyaratan sebagai air minum

    ,diantaranya tidak berwarna,tidak berbau dan tidak berasa(Astawan,2006). Air yang

    digunakan dalam industry makanan pada umumnya harus memenuhi persyaratan tidak

    berwarna,tidak berbau,jernih,tidak mempunyai rasa dan tidak mengganggu

    kesehatan.Apabila air yang digunakan tidak memenuhi persyaratan dalam

    pembentukan pati atau tepung maka dapat meningkatkan kadar abunya sehingga

    mutu pati menurun (Syarief dan Irawati,1998).

    2.2.5 Telur

    Roti yang lunak dapat diperoleh dengan penggunaan kuning telur yang lebih

    banyak.Kuning telur banyak mengandung lesitin (emulsifier). Bentuknya padat, tetapi

    kadar air sekitar 50 %. Sementara putih telur kadar airnya 86 %. Putih telur memiliki

    daya creaming yang lebih baik dibandingkan kuning telur (Mudjajanto dan Yulianti,

    2004).Telur adalah sumber makanan zat protein hewani yang bernilai zat gizi

    tinggi.Untuk dunia kuliner telur sangat penting peranannya, karena telur banyak

    kegunaannya di dalam masak-memasak.Fungsi telur dalam penyelenggaraan gizi

    kuliner sebagai pengental, perekat atau pengikat (Tarwotjo, 1998).Peranan utama telur

    atau protein dalam pengolahan pada umumnya adalah memberikan fasilitas terjadinya

  • 8

    koagulasi, pembentukan gel, emulsi dan pembentukan struktur.Telur banyak

    digunakan untuk mengentalkan berbagai saus dan custard karena protein

    terkoagualasi pada suhu 62 C (Winarno, 1993).

    Komposisi kimia telur ayam dalam 100 g bahan ditampilkan pada table berikut

    Komposisi Jumlah

    Kalori (kal)

    Protein(gr)

    Lemak (gr)

    Karbohidrat(gr)

    Kalsium(mg)

    Fosfor (mg)

    Besi(mg)

    Vitamin A (SI)

    Vitamin B1(mg)

    Vitamin C(mg)

    Air (gr)

    BDD(%)

    162

    12,8

    11,5

    0,7

    54

    180

    2,7

    900

    0,10

    0

    74,0

    90,0

    Tabel 3. Komposisi kimia telur ayam dalam 100 g bahan.

    Sumber :Departemen Kesehatan RI (1996)

    2.2.6 Mentega

    Shortening adalah lemak padat yang memiliki sifat plastis dan kestabilan

    tertentu, umumnya berwarna putih sehingga sering disebut mentega putih. Bahan ini

    diperoleh dari pencampuran dua atau lebih lemak, atau dengan cara hidrogenase.

    Mentega putih ini banyak digunakan dalam bahan pangan terutama dalam pembuatan

    cake dan kue yang dipanggang.Fungsinya adalah untuk memperbaiki citarasa,

    struktur, tekstur, keempukan, dan memperbesar volume roti atau kue (Winarno, 1997).

    Mentega dapat dibuat dari lemak susu yang manis atau yang asam. Mentega dari

    lemak yang asam memiliki citarasa yang kuat. Lemak susu dapat dibiarkan menjadi

    asam secara spontan atau dapat dimasamkan dengan penambahan pupukan murni

    bakteri asam laktat pada lemak susu yang manis yang telah dipasteurisasikan,

    sehingga memungkinkan terjadinya fermentasi (Winarno, 1997). Mentega berfungsi

    sebagai pelumas untuk memperbaiki remah roti, memperbaiki sifat pemotongan roti,

    memberikan kulit roti lebih lunak, dan dapat menahan air sehingga shelf life lebih

  • 9

    lama.Selain itu lemak juga bergizi, memberikan rasa lezat, mengempukkan, dan

    membantu pengembangan susunan fisik roti (Mudjajanto dan Yulianti, 2004).

    Fungsi penambahan mentega ( shortening ) dalam pembuatan roti antara lain

    adalah:

    Memperkaya gizi dan memperbaiki tekstur/pori-pori (crumb)

    Meningkatkan kelezatan dan keempukan (softess)

    Memperbaiki aerasi sehingga produk bisa mengembang,

    Memperbaiki cita rasa (terutama mentega atau margarin) untuk pembentukan

    lapisan lapisan pada produk pastry

    Sebagai pengemulsi untuk mempertahankan kelembaban.

    Memperbaiki kehalusan kulit (crust)

    Sifat-sifat shortening yang biasa digunakan dalam proses baking seperti pada

    table berikut:

    Jenis lemak Sumber Warna Konsistensi Kandungan

    lemak(%)

    Vegetable

    shortening

    Vegetable oil Putih Padat 100

    Butter Animal (milk) Kuning Padat 80

    Oil Vegetable Netral-kuning Cair 10

    Lard Animal Putih Padat 98

    Margarine Animal

    vegetable

    Putih-kuning Padat 80-85

    Puff paste Animal

    vegetable

    Putih Padat 80-85

    Cocoa butter Vegetable(cocoa

    been)

    Kuning Padat 92

    Tabel 4. Sifat-sifat shortening yang biasa digunakan dalam proses baking.

    (Sulastri dan wahyudi 2005)

  • 10

    2.2.7 Ragi Roti

    Dalam pembuatan roti, ragi/yeast dibutuhkan agar adonan bisa

    mengembang.Ragi/yeast biasanya ditambahkan setelah tepung terigu ditambah air lalu

    diaduk-aduk merata, setelah itu selanjutnya adonan dibiarkan beberapa

    waktu.Ragi/yeast sendiri sebetulnya mikroorganisme, suatu mahluk hidup berukuran

    kecil, biasanya dari jenis Saccharomyces cerevisiae yang digunakan dalam pembuatan

    roti ini. Pada kondisi air yang cukup dan adanya makanan bagi ragi/yeast, khususnya

    gula, maka yeast akan tumbuh dengan mengubah gula menjadi gas karbondioksida

    dan senyawa beraroma. Gas karbondioksida yang terbentuk kemudian ditahan oleh

    adonan sehingga adonan menjadi mengembang (Halalguide.info, 2008).Untuk

    pembuatan roti, sebagian besar ragi berasal dari mikroba jenis Saccharomyces

    cerevisiae. Agar mikroba dapat beraktivitas optimal maka beberapa persyaratan harus

    dipenuhi diantaranya sebagai berikut : 1. Adanya keseimbangan gula, garam, terigu

    dan air. 2. Agar mikroba tumbuh baik maka pH diatur berkisar 2,0 4,5, oksigen cukup

    tersedia karena mikroba yang hidup bersifat aerob dan suhu pengolahan sekitar 30 C.

    (Mudjajanto dan Yulianti, 2004)

    Dalam proses produksi roti Saccharomyces cerevisiae, berkembang biak

    melalui cara membelah diri atau budding. Yeast memfermentasikan adonan sehingga

    menghasilkan gas karbondioksida yang akan mengembangkan adonan. Jika proses

    fermentasi terkendali dengan baik, maka akan menghasilkan produk bakeri seperti roti

    dan donat yang baik, dalam arti mempunyai volume dan tekstur yang baik serta cita

    rasa yang enak. Selama proses fermentasi akan terbentuk CO2 dan ethyl alkohol.

    Gula-gula sederhana seperti glukosa dan fruktosa digunakan sebagai substrat

    penghasil CO2.Gas CO2 yang terbentuk menyebabkan adonan roti mengembang dan

    alkohol berkontribusi dalam membentuk aroma roti.Kondisi fermentasi yang ideal pada

    temperatur 30-38 C dan kelembaban 75-80%. Kondisi untuk ragi yang penting dalam

    pengembangan membelah diri adalah tersedianya air, subtrat (glukosa), suhu 26-28 C

    dan tersedianya oksigen.Suhu ideal absolut fermentasi adalah 38 C pada kelembaban

    relatif 80 %.

    Proses fermentasi oleh ragi juga berhubungan dengan aktivitas enzim yang

    terdapat pada ragi. Enzim yang terdapat pada ragi adalah invertase, maltase dan

    zymase.Gula pasir atau sukrosa tidak difermentasi secara langsung oleh ragi.

  • 11

    Invertase mengubah sukrosa menjadi invert sugar (glukosa dan fruktosa) yang

    difermentasi secara langsung oleh ragi. Sukrosa dalam adonan akan diubah

    menjadi glukosa pada tahap akhir mixing.

    Maltase mengubah malt sugar atau maltosa yang ada pada malt syrup menjadi

    dekstrosa. Dekstrosa difermentasi secara langsung oleh ragi.

    Zymase mengubah invert sugar dan dekstrosa menjadi gas karbondioksida yang

    akan menyebabkan adonan menjadi mengembang dan terbentuk alkohol.

    Reaksi yang dihasilkan dari aktivitas enzim ini adalah ;

    C12H22O11 + H2O 2 C6H12O6

    Sukrosa + air invert sugar

    C6H12O6 2 C2H5OH + 2 CO2

    Dekstrosa etil alkohol + karbondioksida

    Ada dua jenis ragi komersial, yaitu ragi segar yang telah dipres membentuk

    lempengan atau balok, dan ragi kering yang berbentuk granula. Ragi kering ada yang

    berbentuk butiran kasar, ada juga yang berbentuk pelet-pelet halus. Ragi yang

    berbentuk kasar biasanya tidak mudah larut dan tidak cepat tumbuh sehingga perlu

    dilarutkan dulu dalam air pada waktu penggunaannya. Demikian juga ragi segar yang

    dipres, perlu dilarutkan dalam air sebelum dicampurkan supaya mudah menyebar

    dalam adonan.

    2.2.8 Susu

    Tujuan pemakaian susu dalam pembuatan produk bakeri adalah :

    Memperbaiki gizi karena susu mengandung protein (kasein), gula laktosa dan

    kalsium.

    Memberikan pengaruh terhadap warna kulit (terjadi pencoklatan protein dan gula),

    Digunakan untuk mengoles permukaan roti

    Memperkuat gluten karena kandungan kalsiumnya

    Menghasilkan kulit yang enak dan crispy serta bau aromatik (aromatic smell)

    Jenis susu yang banyak digunakan dalam proses bakeri adalah susu bubuk,

    skim dan krim. Krim mengandung lemak yang tinggi sehingga memberikan kelembutan

  • 12

    dan aroma yang menyenangkan. Susu skim banyak mengandung protein (kasein)

    yanng cenderung meningkatkan penyerapan dan daya menahan air, sehingga

    mengeraskan adonan dan memperlambat proses fermentasi adonan roti.

    Susu yang digunakan untuk pembuatan roti pada umumnya dalam bentuk

    bubuk (powder). Hal ini disebabkan alasan kemudahan penyimpanan dan mempunyai

    umur simpan yang lebih panjang dari pada susu segar. Susu bubuk yang biasa

    digunakan adalah susu skim atau susu krim. Keuntungan susu skim adalah kandungan

    air dan kandungan lemaknya rendah sehingga dapat disimpan lebih lama dan tidak

    cepat tengik. Kada air susu skim adalah 2,5% dan kandungan lemaknya 1,1%.

    Sebaiknya penyimpanan susu bubuk senantiasa dijaga agar tetap kering, hal ini

    dilakukan karena susu bubuk bersifat sangat rentan terhadap kerusakan dari

    lingkungan terutama air.(Sulastri dan Wahyudi,2005)

    2.2.9 Improver dan Bahan Pengembang Kimia

    Improver biasa disebut juga pengembang, namun sebenarnya berbeda dengan

    bahan pengembang kimia (chemical leavening agents).Improver memang berfungsi

    membantu pengembangan terutama roti dan donat, tetapi tidak menghasilkan gas

    pengembang karena senyawa atau bahan yang mengembangkan produk tersebut

    adalah gas yang dihasilkan oleh ragi (yeast).Bahan pengembang kimia dapat

    menghasilkan gas dalam adonan sehingga membuat adonan mengembang tanpa

    perlu bantuan ragi. Bahan tambahan yang sering digunakan untuk membantu

    pengembangan roti maupun donat atau biasa disebut improver antara lain Dimodan,

    Serrol-500, Supermix, Bakers Bonus, Puratos dan CA-50.

    Tujuan penggunaan improver adalah :

    Berfungsi melengkapi zat makanan yang dibutuhkan ragi, sehingga ragi tumbuh

    sempurna

    Menghasilkan gas serta prekursor flavor pada produk

    Merupakan penstabil (buffer) agar kondisi adonan tetap sesuai untuk

    perkembangan ragi

    Penguat gluten.

    Memperbaiki warna kulit dan remah (crumb)

    Meningkatkan volume

    Memperpanjang masa simpan

  • 13

    Ada dua kelompok bahan pengembang yang sering dijumpai di pasaran yaitu

    baking Powder dan Soda kue (Baking soda).Baking powder terdiri dari sodium

    bikarbonat dan bahan yang bereaksi asam serta tepung. Bahan yang bereaksi asam

    sangat menentukan kecepatan pembentukan gas, adonan yang ditambahkan baking

    powder jenis ini harus segera dipanggang, karena gas yang terbentuk bisa

    hilang.(Sulastri dan Wahyudi 2005)

    2.2.10. Bahan Pengisi

    Bahan pengisi digunakan sebagai bahan pembantu dalam produk roti manis

    dan donat untuk meningkatkan cita rasa dan variasi produk yang dihasilkan. Bahan

    pengisi yang sering digunakan dalam pembuatan roti manis dan donat antara lain keju,

    cokelat, kismis, selai nenas, strawbery, pisang, mentega kacang, kacang hijau dan

    kelapa.(Sulastri dan Wahyudi 2005)

    2.3 Tepung Mocaf

    Modified Cassava Flour (MOCAF) merupakan produk turunan dari tepung ubi

    kayu yang menggunakan prinsip modifikasi sel ubi kayu secara fermentasi dimana

    mikroba BAL (Bakteri Asam Laktat) mendominasi selama fermentasi tepung ubi kayu

    ini (Subagio, 2007). Secara teknis, cara pengolahan MOCAF sangat sederhana, mirip

    dengan pengolahan tepung ubi kayu biasa, namun disertai dengan proses fermentasi.

    Ubi kayu dibuang kulitnya, dikerok lendirnya, dan dicuci bersih, kemudian dilakukan

    pengecilan ukuran ubi kayu dilanjutkan dengan tahap fermentasi selama 12-72 jam.

    Setelah fermentasi, ubi kayu tersebut dikeringkan kemudian ditepungkan sehingga

    dihasilkan produk tepung ubi kayu termodifikasi (Subagio, 2007).

    Mikroba yang tumbuh pada ubi kayu akan menghasilkan enzim pektinolitik dan

    selulolitik yang dapat menghancurkan dinding sel ubi kayu sedemikian rupa sehingga

    terjadi pembebasan granula pati. Mikroba tersebut juga menghasilkan enzim-enzim

    yang menghidrolisis pati menjadi gula dan selanjutnya mengubahnya menjadi asam-

    asam organik, terutama asam laktat. Proses pembebasan granula pati ini akan

    menyebabkan perubahan karakteristik dari tepung yang dihasilkan berupa naiknya

    viskositas, kemampuan gelasi, daya rehidrasi, dan kemudahan melarut. Selanjutnya

    granula pati tersebut akan mengalami hidrolisis menghasilkan monosakarida sebagai

    bahan baku untuk menghasilkan asam-asam organik. Senyawa asam ini akan

    bercampur dengan tepung sehinggga ketika tepung tersebut diolah akan menghasilkan

    aroma dan cita rasa khas yang dapat menutupi aroma dan cita rasa singkong yang

  • 14

    cenderung tidak disukai konsumen, cita rasa MOCAF menjadi netral dengan menutupi

    cita rasa ubi kayu sampai 70% (Subagio, 2007).

    Selama proses fermentasi terjadi penghilangan komponen penimbul warna,

    seperti pigmen (khususnya pada ubi kayu kuning) dan protein yang dapat

    menyebabkan warna coklat ketika pemanasan. Dampaknya adalah warna MOCAF

    yang dihasilkan lebih putih jika dibandingkan dengan warna tepung ubi kayu biasa dan

    juga berbau netral (tidak berbau apek khas). Selain itu proses ini akan menghasilkan

    tepung yang secara karakteristik dan kualitas hampir menyerupai tepung dari terigu,

    sehingga produk MOCAF sangat cocok untuk menggantikan bahan terigu untuk

    kebutuhan industri makanan (Subagio, 2005). Walaupun dari komposisi kimianya tidak

    jauh berbeda, MOCAF mempunyai karakteristik fisik dan organoleptik yang spesifik jika

    dibandingkan dengan tepung ubi kayu pada umumnya. Kandungan nitrogen MOCAF

    lebih rendah dibandingkan tepung ubi kayu, dimana senyawa ini dapat menyebabkan

    warna coklat ketika pengeringan atau pemanasan. Dampaknya adalah warna MOCAF

    yang dihasilkan lebih putih jika dibandingkan dengan warna tepung ubi kayu biasa

    (Subagio, 2007).

    Hasil uji coba menunjukkan bahwa MOCAF dapat digunakan sebagai bahan

    baku, baik substitusi maupun seluruhnya, dari berbagai jenis produk bakery seperti kue

    kering (cookies, nastar, dan kaastengel dll), kue basah (cake, kue lapis, brownies,

    spongy), dan roti tawar. Selain itu tepung MOCAF juga dapat digunakan dalam

    pembuatan bihun, dan campuran produk lain berbahan baku gandum atau tepung

    beras. Hasil produk berbahan mocaf ini tidak jauh berbeda dengan produk yang

    menggunakan bahan tepung terigu maupun tepung beras. Disamping itu, telah juga

    dilakukan uji coba substitusi tepung terigu dengan MOCAF dalam skala pabrik yang

    menunjukkan bahwa untuk menghasilkan mie mutu baik dapat digunakan tepung

    MOCAF hingga 15% untuk mensubstitusi tepung terigu, sedangkan untuk

    menghasilkan mie kualitas rendah, tepung terigu dapat disubstitusi dengan tepung

    MOCAF hingga kadar 25% ( Subagio, 2005).

  • 15

    BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

    Praktikum dilakukan di Teaching Factory SMKN 5 Jember pada hari Sabtu, 30 Mei

    2015 dan Laboratorium Rekayasa Produk Pangan Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi

    Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember pada hari Senin, 1

    Juni 2015.

    3.2 Alat dan Bahan

    3.2.1 Alat

    1. Mixer

    2. Alat pembagi adonan (dough devider)

    3. Oven

    4. Loyang (pan alumunium)

    5. Proffing box

    6. Mangkuk

    7. Pengoles

    8. Roller

    9. Timbangan (top loading balance)

    10. Sarung tangan (oven gloves)

    11. Working table stainless steel (SS)

    Adapun alat lain yang membantu dalam proses pembuatan roti manis sebagai

    berikut :

    a. Oven Roti Manis

    a. Fungsi : Untuk menghilangkan kadar air sehingga berat roti berkurang

    dan apabila oven ini di pakai oleh roti tawar maka rotinya akan gosong

    dan tidak bisa di pasarkan

    b. Mixer

  • 16

    a. Fungsi : Untuk mencampurkan semua bahan yang ada agar menjadi

    adonan kalis sehingga adonan siap di bulatkan.

    c. Dought Divider

    a. Fungsi : Untuk memotong adonan roti manis sehingga bentuknya

    menjadi seragam dan masuk kriteria .

    d. Proofing

    Fungsi : Untuk mengembangkan suatu adonan yang sudah di bulatkan atau di

    bentuk agar mengembang di dalam proofing kira-kira selama 30 menit

    3.2.2 Bahan

    Bahan baku yang digunakan dalam praktikum ini ialah tepung terigu protein tinggi

    (cakra) dan tepung mocaf Mr.Te. Selanjutnya untuk proses pembuatan roti dilakukan

    penambahan gula, ragi instan, air es, garam, margarin (palmia spesial), bread

    improver, dan telur sebagai bahan tambahannya.

  • 17

    3.2.3 Formulasi Roti

    a).FORMULA 1 ( Resep roti bahan dasar tepung terigu )

    No Nama Bahan Jumlah Satuan

    1. Tepung terigu (cakra) 1500 gr

    2. Ragi Instan 18 gr

    3. Air es 750 ml

    4. Garam 15 gr

    5. Gula 300 gr

    6. Margarin (palmia spesial) 180 gr

    7 Bread improver 7,5 gr

    8 Telur ayam ras 2 butir

    9 Susu cair 500 ml

    Tabel 5. Resep roti bahan dasar tepung terigu.

    b).FORMULA 2 ( Resep roti bahan dasar tepung mocaf )

    No Nama Bahan Jumlah Satuan

    1. Mocaf (Mr.Te) 1500 gr

    2. Ragi Instan 18 gr

    3. Air es 750 ml

    4. Garam 15 gr

    5. Gula 300 gr

    6. Margarin (palmia spesial) 180 gr

    7 Bread improver 7,5 gr

    8 Telur ayam ras 2 butir

    9 Susu cair 500 ml

    Tabel 6. Resep roti bahan dasar tepung mocaf.

  • 18

    c). FORMULA 3 ( Resep roti bahan dasar tepung terigu dan mocaf )

    No Nama Bahan Jumlah Satuan

    1. Mocaf (Mr.Te) 750 gr

    2. Tepung terigu (cakra) 750 gr

    3. Ragi Instan 18 gr

    4. Air es 750 ml

    5. Garam 15 gr

    6. Gula 300 gr

    7. Margarin (palmia spesial) 180 gr

    8. Bread improver 7,5 gr

    9. Telur ayam ras 2 butir

    10. Susu cair 500 ml

    Tabel 7. Resep roti bahan dasar tepung terigu dan mocaf.

    3.3 Rancangan Kerja

    Rancangan dasar praktikum yang digunakan adalah metode deskripsi untuk

    mengetahui perbedaan karakteristik fisik dan organoleptik roti manis dengan tepung

    terigu, tepung mocaf, dan tepung mocaf dan tepung mocaf.

    Tanggal Kegiatan Tugas

    30 Mei 2015 Memeriksa alat dan

    bahan praktikum

    bersama asisten dosen

    dan teknisi laboratorium

    Mencatat kesiapan

    praktikum

    30 Mei 2015 Pelaksanaan praktikum,

    pembuatan roti dan

    pengamatan karakteristik

    fisik dan organoleptik

    Mencatat hasil

    praktikum

    1 Juni 2015 Pengamatan karakteristik

    fisik dan organoleptik

    Mencatat hasil

    pengamatan

    Tabel 8 . Rancangan Kerja

  • 19

    Penimbangan

    bahan

    Mixing hingga kalis

    Istirahatkan selama 10-

    15 menit

    Bagi adonan dan

    dibulatkan

    Tepung, BE,

    Ragi, Gula, Telur Pencampuran

    Pengadukan hingga

    homogen

    + garam,susu

    segar secara

    bertahap

    Istirahatkan selama 10-15 menit

    Profin box selama 75

    menit

    Oven 180 C, 15 menit

    Letakkan pada cooling tray Pengamatan

    Formula 1

    (tepung terigu)

    Formula 2

    (tepung mocaf)

    Formula 3 (T.terigu

    dan T.mocaf)

    3.4 Diagram alir

  • 20

    3.5 Prosedur kerja

    1. Timbang bahan sesuai kebutuhan.

    2. Campurkan semua bahan kering, lalu tambahkan telur dan aduk.

    3. Tambahkan air dan susu segar sedikit demi sedikit , hingga adonan menyatu.

    4. Tambahkan margarin dan garam.

    5. Aduk terus dengan kecepatan yang sedang hingga adonan kalis.

    6. Istirahatkan di meja 10-15 menit.

    7. Bagi adonan dengan 40 gram lalu di bulatkan , istirahatkan lagi selama 10

    menit.

    8. Letakkan yang sudah di oles dengan mentega putih atur dengan jarak

    tertentu agar roti tidak berdempetan.

    9. Oles permukaan roti dengan margarin.

    10. Masukkan ke dalam profin box selama 75 menit hingga adonan

    mengembang , taburi atasnya dengan isi sesuai selera.

    11. oven dengan suhu 180 derajat celcius selama 15 menit.

    12. Angkat adonan dari Oven angkat dan dinginkan di atas cooling tray.

    13. Amati karakteristik roti dan organoleptilknya.

    3.6 Parameter Pengamatan

    1.5.1 Parameter Fisik

    1. Warna

    2. Tekstur

    1.5.2 Parameter Organoleptik

    1. Kenampakan

    2. Aroma

    3. Rasa

    3.7 Prosedur Pengamatan

    3.7.1 Parameter Fisik

    1. Warna

    Warna roti yang dihasilkan dengan variasi tepung terigu dan mocaf

    ditentukan oleh colour reader. Hal yang diamati dalam menentukan warna roti

    dengan colour reader adalah kecerahannya saja (lightness).

    2. Tekstur

    Tekstur roti yang dihasilkan dengan variasi tepung terigu dan mocaf

    ditentukan oleh alat pnetrometer dengan cara mencatat data yang tertera pada

    layar setelah dilakukan pengujianan.

  • 21

    3.7.2 Parameter Organoleptik

    1. Aroma

    Aroma roti yang dihasilkan dapat diidentifikasi dengan alat indra

    praktikan dan dideskripsikan dengan pemberian tanda (+), dimana semakin

    rendah nilai (+) roti maka roti berbau apek, tengik, bau cendawan, asam atau

    polos..

    2. Kenampakan

    Kenampakan roti yang dihasilkan dapat diidentifikasi dengan alat indra

    praktikan dan dideskripsikan dengan pemberian tanda (+), dimana semakin

    rendah nilai (+) roti maka roti makin besar volume roti, makin lembut rotinya bila

    diremas. Roti yang volumenya terlalu besar, poripori terbuka dan tekstur

    lunak. Sedangkan semakin roti yang volumenya rendah, poripori kasar dan

    berlubang lubang.

    3. Rasa

    Rasa roti yang dihasilkan dapat diidentifikasi dengan alat indra praktikan

    dan dideskripsikan dengan pemberian tanda (+), dimana semakin tinggi nilai

    (+) maka rasanya semakin baik, dan sebaliknya.

  • 22

    0

    100

    200

    300

    400

    500

    600

    700

    800

    900

    1000

    Roti 100% terigu Roti 50% Mocaf : 50%

    TeriguRoti 100% Mocaf

    Tekstur

    Warna

    BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Pengamatan

    4.1.1 Grafik Tektur dan Warna

    Grafik 1. Tekstur dan Warna

    4.1.1 Grafik Aroma, Rasa dan Kenampakan

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    16

    18

    20

    100% Terigu 50% Mocaf : 50% Terigu 100% mocaf

    aroma

    kenampakan

    rasa

    Grafik 2. Aroma, Kenampakan, dan Rasa

  • 23

    4.2 Pembahasan

    4.2.1 Warna

    Roti adalah makanan yang terbuat dari tepung terigu ,air,dan ragi yang

    pembuatannya melalui tahap pengadonan,fermentasi(pengembangan),dan

    pemanggangan dalam oven. (Sufi,1999). Produk roti mempunyai struktur berongga-

    ronga dan dikembangkan dengan ragi roti dan produk akhirnya bersifat plastis, elastis

    karena kadar airnya relatif tinggi. Kualitas roti secara umum disebabkan karena variasi

    dalam penggunaan bahan baku dan proses pembuatannya. Jika bahan baku yang

    digunakan mempunyai kualitas yang baik dan proses pembuatannya benar maka roti

    yang dihasilkan akan mempunyai kualitas yang baik pula. Jenis dan mutu produk

    bakeri sangat bervariasi tergantung jenis bahan-bahan dan formulasi yang digunakan

    dalam pembuatannya. (Sulastri, 2005).

    Dalam praktikum ini pembuatan roti manis dilakukan dengan

    menggunakan 100% tepung terigu, 50% tepung terigu : 50 % tepung mocaf, dan 100

    % tepung mocaf. Hal ini bertujuan untuk mengetahui karakteristi dari roti dengan

    perbedaan formulasi bahan dasar tepung tersebut. Berdasarkan data pengamatan

    serta grafik yang ada dapat diketahui bahwa dari segi warna tidak terlalu ada

    perbedaan yang yang mencolok. Hal ini dikarnan hal-hal yang mempengaruhi warna

    roti diantaranya adalah lama proses pemanggangan dan warna dari bahan yang

    digunakan Hal tersebut didukung oleh literatur yang menyatakan bahwa Jenis dan

    mutu produk bakeri sangat bervariasi tergantung jenis bahan-bahan dan formulasi

    yang digunakan dalam pembuatannya. (Sulastri, 2005) . Adanya gula dalam komposisi

    pembuatan roti merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi warna dari roti yag

    dihasilkan karna adanya pemanggangan akan membuat karamelisasi pada roti sehingga

    roti menjadi kecoklatan. Emakin lama proses pemanggangan maka roti yang dihasilkan

    akan semakin coklat. Hal ini sesuai dengan literatur dari Siska (2013) yang menyatakan

    bahwa gula juga berperan sebagai pewarna kulit ( Karamelisasi Gula ) pada pembakaran

    di Oven 150 derajat celcius. Lama proses pemanggangan yang digunakan untuk roti

    100% tepung terigu dan 100% mocaf tersebut sama yaitu 15 menit sehingga perbedaan

    warna tidak terlalu nampak sedangkan pada roti 50 % tepung terigu : 50% tepung mocaf

    memiliki warna yang lebih gelap karna pada proes pemanggangan waktu yang

    digunakan sedikit lebih lama.

  • 24

    4.2.2 Tekstur

    Pengamatan tektur roti dilakukan dengan menggunakan Rheoteks.

    Berdasarkan data dari segi tekstur ke-3 jenis sampel diketahui bahwa terdapat

    perbedaan yang sangat signifikan. Nilai untuk tepung terigu 100% yaitu 32, 50% Mocaf

    : 50% Terigu adalah 212,3 , dan 100 % mocaf adalah 902. Hal ini menunjukkan bahwa

    roti yang terbuat dari tepung terigu memiliki tekstur yang lebih empuk dari pada roti

    yang menggunakan mocaf. Semakin banyak jumlah mocaf yang digunakan maka

    emakin keras pula tektur roti tersebut. Hal ini disebabkan oleh kompoisi dari tepung

    mocaf dan tepung terigu yang berbeda. Kandungan dari tepung yang paling

    mempengaruhi terhadap tekstur produk akhir roti adalah Gluten. Glutein adalah protein

    yang terdapat pada terigu. Glutein bersifat elastis sehingga akan mempengaruhi sifat

    elastisitas dan tekstur roti yang dihasilkan. Gluten terbentuk ketika tepung terigu

    dicampurkan dengan air.

    Gluten terbentuk dari dua komplek yang dikenal sebagai gliadin dan

    glutenin.Glutenin membantu terbentuknya kekuatan dan kekerasan adonan.Gliadin

    lebih lembut dan mempengaruhi perpaduan dan elastisitas adonan. Glutenin

    mengandung lebih banyak lipida dalam tepung terigu dalam bentuk lipoprotein

    (Widianto dkk., 2002). Pada tepung terigu terkandung glutein didalamnya sedangkan

    pada mocaf tidak. Glutein inilah yang dapat membuat roti mengembang selama proses

    pembuatan. Jaringan sel-mengempis kembali (Sufi, 1999). Sedangkan pada tepung

    mocaf tidak mengandung gluten sehingga pada aat dilakukakan proes fermentasi

    karna tidak adanya gluten sehingga CO2 yang dihasilkan oleh Saccharomyces

    cerevisiae keluarke udara dan tidak tertahandi dalamnya sehingga roti menjadi keras.

    Pada tepung terigu gluen mampu menahan CO2 yang dihasilkan oleh Saccharomyces

    cerevisiae sehingga tercipta rongga- rongga roti dan membuat tekstur roti menjadi

    empuk.

    4.2.3 Aroma

    Dari segi aroma yang paling disukai oleh panelis adalah aroma dari roti yang

    mendapat campuran tepung mocaf. Aroma khas dari singgkong yang merupakan

    bahan dasar pembuatan tepung mocaf rupanya masih menjadi daya tarik terendiri bagi

    masyarakat Indonesia yang memang mayoritas menyukai singkong. Hal ini didukung

    oleh pernyataan dari Subagio (2007) yang menyatakan bahwa Modified Cassava Flour

    (MOCAF) merupakan produk turunan dari tepung ubi kayu yang menggunakan prinsip

    modifikasi sel ubi kayu secara fermentasi dimana mikroba BAL (Bakteri Asam Laktat)

  • 25

    mendominasi selama fermentasi tepung ubi kayu ini (Subagio, 2007). Akibatnya Mocaf

    memiliki khas singgkong yang terfermentasi.

    4.2.4 Rasa dan Kenampakan

    Sedangkan dari segi rasa yang paling disukai adalah roti dari tepung terigu.

    Semakin tinggi jumlah mocaf dari roti tersebut maka semakin rendah pula tingkat

    kesukaan konsumen terhadap roti tersebut. Hal ini dikarakan selama ini masyarakat

    terbiasa untuk mengkonsumsi roti dengan bahan dasar utama berupa tepung terigu .

    Akibatnya Roti dengan bahan dasar Mocaf masih terasa asing di lidah konsumen.

    Sedanglkan dari egi kenampakan roti yang menggunakan tepung mocaf kurang disukai

    oleh konsumen. Karna mocaf tidak memilki gluten yang cukup untuk menahan CO2

    yang dihasilkan oleh Sacharomyces cerevisiae mengakibatkan roti yang dihasilkan

    oleh tepung mocaf tidak mengembang dan tidak memenuhi kriteria roti biasanya.

    Akibatnya dari segi kenampakan roti yang ditambahkan mocaf kurang disukai oleh

    konsumen.

  • 26

    BAB 5. PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Berdasarkan small project yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan

    sebagai berikut :

    1. Warna roti dipengaruhi oleh lama proses pemanggangan, formulasi bahan

    dan jeni bahn yang digunakan.

    2. Kadar gluten yang ada pada mocaf sangat sedikit sehingga tidak cocok untuk

    dibuat produk roti yang berbasis fermentasi menggunakan ragi.

    3. Tektur dan kenampakan produk roti yang paling baik adalah roti dengan

    menggunakan 100% terigu, karna terigu mengandung gluten yang cukup

    banyak yaitu 8-12 % gluten.

    4. Glutein adalah protein yang terdapat pada terigu. Glutein bersifat elastis

    sehingga akan mempengaruhi sifat elastisitas dan tekstur roti yang dihasilkan.

    5. Aroma dan rasa roti yang paling banyak disukai adalah roti dengan 50%

    Mocaf : 50% Terigu dan 100 % mocaf.

    6. Aroma dan rasa dari roti yang menggunakan tepung mocaf lebih diukai karna

    masih memiliki khas dari singkong yang merupakan bahan dasar pembuatan

    tepung mocaf yang menjadi daya tarik terendiri.

    5.2 Saran

    Saran untuk pembuatan produk roti selanjutnya hal - hal yang perlu

    diperhatikan antara lain adalah komposisi bahan, lama pemanggangan dan prosedur

    kerja yang sesuai. Selain itu dalam pemberian bahan subtitusi pembuatan roti

    kandungan gluten merupakan faktor utama yang perlu diperhatikan karna merupakan

    faktor yang mempengaruhi hasil akhir dari roti yang dibuat.

  • 27

    DAFTAR PUSTAKA

    Asrtawan M .2006. Membuat Mie dan Bahan Untuk Industri Pertanian. Jakarta

    :Mediyatama Sarana Perkasa .

    Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI .1996.Komposisi Bahan Makanan .

    Jakarta :Bhratara KaryaAksara .

    Gaman dan Sherington.1992.Ilmu Pangan,Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan

    Mikrobiologi Edisi ke 2. Yogyakarta : UGM .Press .

    Halal Guide .2008.Rag/Yeast (Gist) http/// www Halal guide info.com (25 April

    2014)

    Mudjajanto dan Yuliani .2004.Membuat Aneka Roti . Bogor :Penebar Swadaya .

    Siska.2013. Laporan praktik kerja industri (prakerin) Pengolahan roti manis dan roti

    tawar. Jember : SMK NEGERI 5 JEMBER

    Sufi.1999.Kreasi Roti . Jakarta :Gramedia Pustaka Umum .

    Syarief R dan A Irawati .1998.Pengelolahan Bahan Untuk Industri Peranian . Jakarta

    :MediyatamaSarana Perkasa .

    Subagio,A.2005.Mocaf ,Inovasi dan Peluang Baru Agribisnis.www.Trubus

    online.com

    Subagio A.2007. Industrialisasi Modified Cassava Flour (MOCAF) sebagai

    Bahan Baku Industri Pangan untuk Menunjang Diversifikasi Pangan

    Pokok Nasional. Jember : Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas

    Jember

    Sulastri dan Wahyudi.2005.Modul Pembuatan Roti. Jember: Direktorat Pendidikan

    Menengah kejuruan .

    Tarwotjo, C.S., 1998. Dasar-Dasar Gizi Kuliner. Jakarta.:Grasindo

    Winarno F,G.1993.Pangan,Gizi,Teknologi dan Konsumen. Jakarta :Gramedia Pustaka

    Umum.

    Winarno,F,G.1997.Kimia Gizi dan Pangan . Jakarta : Gramedia Karya Aksara

  • 28

    LAMPIRAN LAMPIRAN

    Lampiran 2. Bukti Kegiatan

    * Bahan kering *Adonan Setelah dibentuk

    ( tepung, Ragi, gula dan Bread Improver )

    * Adonan setelah difermentasikan *Roti setelah di oven

  • 29

    Lampiran 2. Hasil Pengamatan

    Panelis 1

    Parameter 100% Terigu 50% Mocaf : 50% Terigu

    100% Mocaf

    Aroma 3 2 1

    Kenampakan 3 2 1

    Rasa 3 2 1

    Panelis 2

    Parameter 100% Terigu 50% Mocaf : 50% Terigu

    100% Mocaf

    Aroma 1 3 4

    Kenampakan 4 3 1

    Rasa 3 1 3

    Panelis 3

    Parameter 100% Terigu 50% Mocaf : 50% Terigu

    100% Mocaf

    Aroma 2 3 3

    Kenampakan 4 3 1

    Rasa 3 4 3

    Panelis 4

    Parameter 100% Terigu 50% Mocaf : 50% Terigu

    100% Mocaf

    Aroma 2 3 4

    Kenampakan 4 3 2

    Rasa 2 1 1

    Panelis 5

    Parameter 100% Terigu 50% Mocaf : 50% Terigu

    100% Mocaf

    Aroma 3 2 1

    Kenampakan 3 2 1

    Rasa 3 2 1

    Tabel 9. Hasil Panelis

    Parameter 100% Terigu 50% Mocaf : 50%

    Terigu

    100% Mocaf

    Aroma 11 13 13

    Kenampakan 18 13 6

    Rasa 14 10 9

    Tabel 10. Uji Organoleptik

  • 30

    Tabel 11. Tekstur dan Warna

    Parameter 100% Terigu 50% Mocaf : 50%

    Terigu

    100% Mocaf

    Tekstur 32 212,3 902

    Warna 40,26 34,96 42,2