sensasi indra fikk

Upload: mh

Post on 04-Oct-2015

85 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

anatomi fisiologi manusia

TRANSCRIPT

A. Tujuan PraktikumTujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:1. Mengetahui sensasi indra umum yang meliputi reseptor jalur sederhana yaitu sensasi taktil (sentuhan, tekanan), sensasi sakit, dan sensasi propioseptif 2. Mengetahui sensasi indra khusus yang meliputi sensasi olfaktori (pembau), sensasi gustatory (pengecap), sensasi visual (pengelihatan), sensasi auditori (pengengaran), sensasi equilibrium (orientasi tubuh)B. Dasar Teori Persepsi terhadap lingkungan eksternal ditentukan oleh mekanisme fisiologis yang terlibat dalam pemrosesan informasi yang dtransmisikan oleh serabut saraf ke otak dari berbagai reseptor yang terletak di seluruh tubuh (Anderson, 1996). Menurut soewolo (2003) sensasi merupakan interpretasi otak terhadap impuls yang datang dari saraf sensorik. Sensasi indera pada manusia diekspresikan dan dikendalika oleh pusat sensori tubuh secara konstan. Sensasi yang ada sangat diperlukan untuk menanggapi atau merespon rangsangan yang ada di lingkungan.Sensasi berdasarkan jalur saraf dan reseptornya yang terlibat dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu jalur sederhana dan jalur kompleks. Sensasi umum melibatkan reseptor dan jalur saraf sederhana misalnya sensasi taktil (sentuhan), sensasi termoreseptif, sensasi sakit, dan sensasi poprioseptik (kesadaran akan aktivitas otot). Sensasi khusus melibatkan reseptor dan jalur saraf kompleks, misalnya sensasi olfaktori, gustatori, visual, auditori, dan sensasi equilibrium (basoeki, 1999).Kulit memiliki reseptor yang tersebar tidak merata di permukaan tubuh, beberapa bagian kulit memiliki reseptor yang padat dan bagian lain hanya sedikit atau jarang. Permukaan tubuh yang memiliki sedikit reseptor cenderung tidak peka, sedangkan permukaan dengan banyak reseptor sangat peka (basoeki, 1999).

Sistem olfactori (pembau) dan gustatori (perasa) disebut sensasi kimiawi karena fungsinya memonitor substansi-substansi kimiawi dari lingkungan diluar tubuh. Tanggungjawab sistem pembau adalah mengindikasikan molekul-molekul kimia yang dilepaskan di udara yang mengakibatkan bau. Molekul kimia diudara dapat dideteksi bila ia masuk ke reseptor olfactory epithelia melalui proses penghirupan. sistem gustation adalah merespon molekul-molekul kimia yang ada di dalam mulut yang meningkatkan reseptor rasa tertentu di lidah dan di rongga mulut. Saat individu makan, organ pembau dan perasa bereaksi secara selaras. Molekul makanan menstimulasi reseptor perasa dan pembau dan memproduksi impresi terintegrasi yang disebut dengan aromaljlavor (Asiah, Tanpa tahun) .

Alat pembau atau sistem olfaction biasa juga disebut dengan Organon Olfaktus, dapat menerima stimulus benda-benda kimia sehingga reseptomya disebut pula chemoreceptor. Organon olfaktus terdapat pada hidung bagian atas, yaitu pada concha superior dan membran ini hanya menerima rangsang benda-benda yang dapat menguap dan berwujud gas. Reseptor organon olfactory terdapat di bagian atas hidung, menempel pada lapisan jaringan yang diselaputi lendir dan disebut olfactory muscosa. Selaput lendir tersebut berfungsi untuk melembabkan udara. Sistem gustatory atau organon gustus adalah indera pengecap yang terdapat pada lidah dan memiliki 4 daerah yaitu Manis, pada puncak lidah, dapat diselidiki dengan meletakkan gula di lidah. Asin ,pada puncak dan tepi lidah, dapat diselidiki dengan meletakkan garam di lidah Asam, pada tepi lidah, dapat dibuktikan dengan meletakkan asam sitrun di lidah. Pahit, pada pangkal lidah, dapat dibuktikan dengan meletakkan kina di lidah (Asiah, Tanpa tahun)Reseptor indra visual (pengelihatan) merupakan mata. Untuk dapat melihat, stimulus (cahaya) harus jatuh di reseptor dalam retina kemudian diteruskan ke pusat penglihatan (fovea centralis). fovea penting untuk menerima rangsang cahaya kuat dan rangsang warna karaena dalam fovea terdapat reseptor penglihatan berupa sel-sel conus (sel kerucut) dan basilus (sel batang). Penglihatan tiga dimensi merupakan persepsi kedalaman pada alat visual yang dapat berfungsi untuk menentukan jarak. Penentuan jarak dengan penglihatan tiga dimensi memerlukan penglihatan binokuler, yaitu suatu penglihatan optimal yang terjadi bila bayangan yang diterima mata sangat jelas pada kedua fovea centralis, yang secara simultan dikirim ke susunan saraf pusat, kemudian diolah menjadi suatu sensasi berupa bayangan tunggal. Syarat penglihatan binokuler adalah visus yang baik, kerja otot otot ekstrinsik yang normal, dan susunan saraf pusat yang tidak ada kelainan. Dengan penglihatan binokuler, seseorang dapat menentukan atau merasakan jarak.Indra pendengaran adalah telinga yang berfungsi sebagai pengindera bunyi. Reseptornya adalah Organum Spirale pada Organum Vestibulo Cochlearis (sebagaimekanoreseptor atau interoceptive sensory system yang merupakan lawan dari exteroceptive sensory system). Bentuk reseptornya berupa sel-sel indera yang ujungnya berbulu, dan ujung lainnya berupa dendrit bipoler. Sel-sel indera yang menyebar di sepanjang membrane basiliaris memiliki kepekaan yang berbeda beda. Sistem pendengaran ini mengacu pada konsep tonotopic yaitu bahwa neuron yang paling besar berperan dalam pembentukan struktur pendengaran, berkumpul di bagian yang paling responsif. Cara kerja sel-sel reseptor itu adalah bila membrane basiliaris bergerak ke atas (ke membrana tectoria) karena desakan perilymphe, maka sel-sel indera atau rambut tertahan oleh membrana tectoria sehingga membengkok. Bengkokan ini menimbulkan aliran listrik yang disebut aliran mikrofon yang bekerja sebagai potensial generator sehingga terjadi impuls dalam dendrit neuron bipoler itu. Sistem vestibular merupakan dasar tonus otot, keseimbangan, dan koordinasi bilateral Sistem vestibular terletak pada telinga dalam (kanal semisirkular) dan mendeteksi gerakan serta perubahan posisi kepala (Waiman dkk, 2011)Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan equilibrium baik statis maupun dinamis tubuh ketika di tempatkan pada berbagai posisi (Delitto, 2003). Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan pusat gravitasi atas dasar dukungan, biasanya ketika dalam posisi tegak. Keseimbangan terbagi menjadi 2 yaitu statis dan dinamis (soewolo, 2003). Keseimbangan merupakan integrasi yang kompleks dari system somatosensorik (visual, vestibular, proprioceptive) dan motorik (musculoskeletal, otot, sendi jaringan lunak) yang keseluruhan kerjanya diatur oleh otak terhadap respon atau pengaruh internal dan eksternal tubuh. Bagian otak yang mengatur meliputi, basal ganglia, Cerebellum, area assosiasi (Batson, 2009). Equilibrium adalah sebuah bagian penting dari pergerakan tubuh dalam menjaga tubuh tetap stabil sehingga manusia tidak jatuh walaupun tubuh berubah posisi. Statis Equlibrium yaitu kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan pada posisi diam seperti pada waktu berdiri dengan satu kaki, berdiri diatas balance board. Dinamik Equilibrium adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan posis pada waktu bergerak. keseimbangan bukanlah kualitas yang terisolasi, namun mendasari kapasitas kita untuk melakukan berbagai kegiatan yang merupakan kehidupan kegiatan normal sehari-hari.

Banyak komponen fisiologis dari tubuh manusia memungkinkan kita untuk melakukan reaksi keseimbangan. Bagian paling penting adalah proprioception yang menjaga keseimbangan. Kemampuan untuk merasakan posisi bagian sendi atau tubuh dalam gerak (Brown et al., 2006). Keseimbangan tubuh dipengaruhi oleh system indera yang terdapat di tubuh manusia bekerja secara bersamaan jika salah satu system mengalami gangguan maka akan terjadi gangguan keseimbangan pada tubuh (imbalance), system indera yang mengatur/mengontrol keseimbangan seperti visual, vestibular, dan somatosensoris (tactile & proprioceptive).

C. Alat dan BahanAlat yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut ijuk penggaris meteran pensil pinset jarum pentul batang pengaduk timer tabung reaksi gelas ukur pisau spidol

kursi putar

Bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah sebagia berikut: kertas manila air gula pasir laturan kina larutan garam dapur wortel

kentang

bawang merah larutan nutrisari

D. Langkah kerja Langkah kerja dalam pengamatan ini adalah sebagai berikut:

1. Uji Pembeda Dua Titik

2. Menentukan Reseptor Sentuh

3. Menentukan Reseptor Sakit

4. Menentukan Propioreseptor

5. Bintik Buta

6. Proyeksi Binokular

7. Pentingnya Pengelihatan Binokuler

8. Dominansi Mata

9. Adaptasi olfaktori

10. Reseptor Gustatori (Pengecap)/ Mengenali zona Pengecap

11. Pengecap dan Pembau

12. Ketajaman Pendengaran terhadap Sumber Bunyi

13. Penghantaran Suara

14. Kelelahan Pendengaran

15. Keseimbangan

16. Tes Romberg

17. Kanalis Semisirkularis

18. Aparatus Vestibular

E. Data Hasil Pengamatan

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut

Tabel 1. Uji Pembeda Dua Titik

DaerahSentuhanJarak terpendek jarum yang dirasakan

1 jarum pentul2 jarum pentul

Ujung jari-0,11

Sisi hidung-0,11

Punggung lengan-0,14

Belakang leher-0,31,5

Tabel 2. Dan 3 Menentukan Reseptor Sentuh dan reseptor SakitPetak reseptor sentuhan

12345

678910

1112131415

1617181920

2122232425

12345

678910

1112131415

1617181920

2122232425

Keterangan:

= reseptor yang dapat merasakan sentuhan (1,3,6,14,19,23)

= reseptor yang dapat merasakan sakit(1,3,6,7,9,10,14,16,19,23,24,25) Kesimpulanya reseptor rasa sakit dan sentuhan identik

Tabel 4. Menentukan Propioreseptor

Jarak dari XKeberhasilan menujuk jariKebrehasilan menunjuk hidung

U1U2U3TepatTidak tepattepatTidak tepat

2,312,83764

Tabel 5. Bintik Buta

PerlakuanJarak ketika O menghilang dari pandangan

Mata Kanan X , O disisi kanan (X,O)5 cm

Mata kanan tetap X dengan posisi X bawah , O atas

O

X11 cm

Mata Kanan X , O disisi kIRI (O,X)(tetap terlihat)

Mata kanan tetap X dengan posisi X atas, O bawah

X

O(tetap terlihat)

Tabel 6. Binokular

PerlakuanHasil yang tampak

Salah satu mata ditutupHanya tampak satu lubang

Jarak anatar pupil 6 cm

Tabel 7. Pentingnya Pengelihatan Binokuler

UlanganHasil

1X

2X

3X

4X

5X

6

7X

8X

9X

10X

Keberhasilan memasukkan pensil dalam tabung reaksi 10%

Tabel 8. Dominansi MataPerlakuanPandangan yang tampak

Mata kiri ditutupBergeser ke kanan 2cm

Mata kanan ditutupBergeser ke kiri 2cm

Tabel 9. Adaptasi olfaktori

PerlakuanWaktu yang diperlukan hingga aroma hilang

Subjek bernafas denagn satu nostril dan menghembuskan nafas melalui mulut3,40 detik

Tabel 10. Reseptor Gustatori (Pengecap)/ Mengenali zona Pengecap

PerlakuanBagian lidahWatu mulai merasakan sensasi rasaWaktu yang diperlukan hingga rasa hilang

Butiran gulaUjung lidah2 detik13 detik

Tetesan larutan gulaUjung lidah1 detik9 detik

KinaUjung lidah1 detik13 detik

Garam dapurUjung lidah1 detik23 detik

NutrisariUjung lidah2 detik7 detik

Sisi samping lidah0 detik2 detik

Tabel 11. Pengecap dan Pembau

PerlakuanNostril tertutupNostril terbuka

wortelDapat merasakan (benar)Dapat merasakan (benar)

kentangDapat merasakan (benar)Dapat merasakan (benar)

Bawang merahDapat merasakan (benar)Dapat merasakan (benar)

Tabel 12. Ketajaman Pendengaran terhadap Sumber Bunyi

JarakHasil

Jarak terjauh bunyi terdengar7,4 meter

Jarak terjauh bunyi mulai terdengar7,4 meter

Tabel 13. Penghantaran Suara

PerlakuanSumber uuara

Tangkai pada kepala/ antara dua gigi atas-bawahDari atas kepala

salah satu telinga di tutup Telinga kiri ditutup sumber dari kanan

kedua telinga ditutup Tidak terdengar

Garpu tala dipindah kedekat telingaTerdengar

Tabel 14. Kelelahan Pendengaran

PerlakuanTelinga kananTelinga kiri

Garputala yang bergetar didekatkan ke telingaTerdengar selama 12 detikTerdengar selama 10 detik

Suara tidak terdengar dijauhkan dari telinga--

Garpu tala didekatkan lagi ke telingaTerdengar selama 2 detikTerdengar selama 1 detik

Tabael 15. KeseimbanganPerlakuanKemampuan bertahan pada posisi awal saat mata terbukaKemampuan bertahan pada posisi awal saat mata tertutup

Berdiri tegak dengan salah satu kakai diangkat selama 2 menitBertahan Tidak bertahan lama

Tabel 16. Tes Romberg

PerlakuanGoyangan tubuh ssaat mata terbukaGoyangan tubuh ssaat mata tertutup

Berdiri tegak dengan kedua kaki meraapat dan kedua tanagn disamping tubuhTidak bergoyang pada awalnya tetapi pada menit terakhir bergoyangBergoyang sejak awal

Tabael 17.Kanalis Semisirkularis

PerlakuanSensasi yang dialami

Kursi belum diputarKursi diputar lalu dihentikan tiba-tiba

Duduk diatas kursi putas dengan kaki bertumpu pada sandaran kakinormalpusing

Tabel 18. Aparatus Vestibular

PerlakuanKeadaan saat subjek berjalan lurus kedepan

Subyek berdiri tegak denagn kaki rapatdan mata tertutupTubuh seimbang

Tubuh subyek diputar ke kanan 10 kaliTidak dapat seimbang

Mata subyek dibuka dan pengamat mengamati mata subyekMata tidak focus, berkedip-kedip

Subyek berjalan lurus kedepansempoyongan

F. Analisis DataUji Pembeda Dua Titik

Percobaan uji pembeda dua titik ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sensitivitas dari beberapa bagian tubuh manusia. Percobaan pertama dilakukan pada ujung jari. Jarak terpendek pertama yang diambil sebagai acuan adalah 0,1 cm. Pada jarak ini kedua jarum masih dirasakan seperti satu jarum. Kemudian, jarak tersebut ditambah beberapa kali hingga jarak 1 cm. pada jarak ini, kedua jarum pertama kali dirasakan oleh ujung jari. Berdasarkan percobaan didapatkan hasil, jarak terpendek ujung jari merasakan dua ujung jarum (titik) adalah 1cm.Selanjutnya ujung kedua jarum tersebut dikenakan pada sisi hidung. Dalam hal ini juga menggunakan jarak pertama 0,1 cm untuk kedua ujung jarum. Demikian halnya dengan ujung jari, jarak terdekat sisi hidung merasakan dua ujung jarum pada jarak 1 cm. Kemudian, percobaan dilakukan pada punggung lengan, dan jarak terdekat punggung lengan dapat merasakan kedua ujung jarum adalah pada jarak 4 cm. Berbeda dengan percobaan yang dilakukan pada punggung lengan, pada belakang leher jarak terdekat kedua ujung jarum dirasakan adalah pada jarak 1,5 cm.Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum sensasi indera bagian uji pembeda dua titik diketahui bahwa daerah yang penempatan ujung jarumnya lebih dekat namun tetap terasa terpisah merupakan area yang lebih sensitif. Berdasarkan percobaan dapat diurutkan daerah yang kepekaannya paling tinggi hingga yang paling rendah sebagai berikut, ujung jari, sisi hidung, belakang leher, dan yang terakhir punggung lenganPenentuan reseptor sentuhanPenentuan reseptor sentuh dilakukan dengan menggambar 25 petak yang dibuat pada punggung lengan, subyek mengalami sensasi sentuhan pada beberapa petak. Hal ini menunjukkan bahwa pada petak-petak yang dibuat tersebut terdapat reseptor sentuhan yang memang letaknya tersebar.Penentuan reseptor sakitPenentuan reseptor sentuh dilakukan dengan menggambar 25 petak yang dibuat pada punggung lengan, subyek mengalami sensasi sentuhan pada beberapa petak. Hal ini menunjukkan bahwa pada petak-petak yang dibuat tersebut terdapat reseptor sentuhan yang memang letaknya tersebar.Penentuan proprioreseptorBerdasarkan hasil pengamatan, setelah menuliskan huruf X pada papan tulis kemudian menutup mata dan membuat titik yang sedekat mungkin dengan bagian tengah huruf X pada ulangan 1 adalah 2,3 cm, pada ulangan 2 adalah 1 cm, dan pada ulangan ketiga adalah 2,8 cm. Persentase atau tingkat keberhasilan subyek menunjuk jari tengah adalah 30% dan keberhasilan subyek menunjuk hidung dengan mata tertutup adalah 60%. Bintik buta

Berdasarkan pengamatan bintik buta yang dilakukan didapatkan data bahwa pada berbagai perlakuan didapatkan hasil yang berbeda. Mata subyek secara perlahan didekatkan dengan kertas yang bertuliskan huruf X O dengan berbagai posisi yaitu mendatar, mendatar terbalik, tegak, dan tegak terbalik. Hasilnya jarak tanda O menghilang dari pandangan subyek pada posisi mendatar X O yaitu 5 cm. Ketika berada pada posisi mendatar terbalik yaitu O X, tanda O tidak hilang dari pandangan walaupun pada jarak terdekat. Pada pengamatan dengan posisi tegak yaitu O X pada jarak 11 cm tanda O menghilang, dan pada posisi tegak terbalik yaitu X O tanda O tidak hilang walaupun berada pada jarak terdekat.

Proyeksi binokular

Pada pengamatan proyeksi binokular, berdasarkan pengamatan ketika salah satu mata ditutup dengan jarak antar pupil 6 cm hal yang terjadi adalah tampak lubang sebelah kanan saat mata kiri ditutup. Pada pengamatan selanjutnya yaitu pentingnya penglihatan binokular ketika subyek menutup salah satu mata sambil memegang sebatang pensil lalu memasukkan tabung reaksi hasilnya hanya satu kali subyek berhasil memasukkan pensil kedalam tabung reaksi. Jadi peluang yang didapatkan dalam 10 kali ulangan hanya 10%.

Dominansi mata

Pada perlakuan dominansi mata, ketika sebuah pensil diletakkan segaris dengan obyek pandang yang cukup jauh kemudian mata kiri tertutup, hal yang terjadi yaitu kenampakan yang terlihat bergeser 2 cm ke kanan, dan ketika mata kanan ditutup obyek pandang bergeser ke kiri. Adaptasi olfaktori

Subyek diberi perlakuan dengan cara bernafas menggunakan satu nostril dan menghembuskan napas lewat mulut, ketika subyek diberi aroma maka aromanya menghilang pada 3.40 detik.

Reseptor gustatory

Ketika unjung lidah subyek diberi butiran gula, waktu yang di butuhkan untuk mengecap adalah 2-13 detik sedangkan ketika diberi setetes larutan gula waktunya 1-9 detik. Jika diberi larutan kina waktu untuk mengecap sekitar 1-13 detik, dan garam dapur 1-23 detik. Namun, ketika diberi nutrisari pada ujung lidah waktu untuk mengecap adalah 2-7 detik dan jika diberi nutrisari disisi lidah waktunya 0-2 detik. Jadi kesimpulan sementara yang bisa diambil yaitu bahwa pada ujung lidah memiliki reseptor pengecap manis, sehingga ketika diberi gula sensasi manis yang dirasakan cukup lama, dan ketika diberi kina dan garam dapur sensasi yang dirasakan hanya sebentar. Demikian juga ketika diberi nutrisari pada ujung lidah waktunya hanya sebentar dibandingkan ketika diberi pada sisi lidah karena pada sisi lidah merupakan reseptor pengecap asam.

Pengecap dan pembau

Ketika subyek diberi perlakuan dengan nostril tertutup dan diperintahkan untuk mengunyah dan merasakan bahan berupa wortel, bawang merah, kentang, dan apel subyek masih bisa merasakannya dengan tepat sama seperti ketika nostril terbuka. Hal ini menunjukkan bahwa reseptor indera pengecap tidak berhubungan dengan indera penciuman.

Ketajaman pendengaran

Selanjutnya untuk praktikum ketajaman pendengaran terhadap bunyi dengan cara memukul garpu tala menggunakan subyek mampu mendengar bunyi sampai sejauh 7.4 meter. Hal ini menunjukkan telinga subyek masih normal dan kemampuan mendengar bunyi berbeda-beda tergantung individunya.

Lalu saat praktikum pengahantaran suara dilakukan ketika tangkai garpu tala diletakkan diantara dua gigi atas bawah, sumber suara berasal dari atas. Untuk perlakuan salah satu telinga yang di tutup, sumber bunyi berasal dari kiri apabila telinga kanan yang ditutup. Jika kedua telinga yang di tutup maka tidak terdengar sumber bunyi dari manapun, dan jika garpu tala didekatkan pada telinga maka bunyi akan terdengar dengan jelas. Hal ini menunjukkan bahwa sumber suara akan cepat dihantarkan ke reseptor pendengaran melalui udara sesuai tempat asal suara sehingga ketika telinga dibuka suara akan terdengar jelas.Kelelahan pendengaran

Ketika garpu tala didekatkan ke telinga praktikan, maka suara akan terdengar selama 12 detik (kanan) dan 10 detik (kiri). Jika garpu tala dijauhkan dari telinga tidak akan terdengar apapun. Setelah itu garpu tala didekatkan lagi ke telinga praktikan, ternyata bunyi hanya terdengar selama 10 detik.

Keseimbangan

Pada uji kesetimbangan ini subyek berdiri tegak dengan mata terbuka subyek tetap bertahan pada posisi awal, sedangkan saat mata subyek tertutup keseimbangan tubuhnya berkurang dan subyek berpindah dari posisi awal.

Tes RombergUji selanjutnya yaitu tes Romberg. Subyek dalam tes ini berdiri tegak dengan kedua kaki merapat dan tangan di samping tubuh. Kemudian diamati goyangan tubuh dari subyek. Berdasarkan pengamatan, diketahui pada beberapa saat, awalnya tubuh subyek masih seimbang dan belum ada goyangan. Namun, beberapa saat kemudian tubuh subyek bergoyang dengan intensitas yang sangat rendah.Setelah subyek diistirahatkan sejenak, uji dilanjutkan dengan subyek menutup mata, kedua kaki merapat, dan tangan di samping tubuh. Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa dari awal perlakuan subyek sudah hilang keseimbangannya dan tubuhnya bergoyang dengan intensitas yang lebih tinggi daripada saat mata subyek terbuka.

Kanalis semisirkularis

Pada pengamatan kanalis semisirkularis, sensasi yang terjadi pada subyek setelah diberi perlakuan pemutaran kursi kemudian dihentikan tiba-tiba dengan posisi duduk diatas kursi dengan kaki bertumpu di sandaran kaki berturut-turut normal dan pusing.

Apparatus vestibular

Pada pengamatan apparatus vestibular dilakukan beberapa perlakuan. Pertama subyek berdiri tegak dengan kaki rapat dan mata tertutup, pada saat ini keadaan tubuh subyek yang diamati dalam keadaan seimbang. Kedua tubuh subyek diputar ke kanan 10 kali, hasilnya tubuh subyek mulai tidak seimbang, kemudian mata subyek dibuka perlahan dan diamati hasilnya mata tidak bisa fokus lurus kedepan, dan terakhir subyek dimunta berjalan lurus kedapan dan hasilnya subyek berjalan sempoyongan

G. Pembahasan Uji beda dua titikBerdasarkan hasil pengamatan pada praktikum sensasi indera bagian uji pembeda dua titik diketahui bahwa daerah yang penempatan ujung jarumnya lebih dekat namun tetap terasa terpisah merupakan area yang lebih sensitif. Berdasarkan percobaan dapat diurutkan daerah yang kepekaannya paling tinggi hingga yang paling rendah sebagai berikut, ujung jari, sisi hidung, belakang leher, dan yang terakhir punggung lengan.

Hal ini menunjukkan bahwa pada pada keempat daerah tersebut peka terhadap stimulus berupa sentuhan. Berdasarkan keempat daerah yang diuji tersebut diketahui bahwa ujung jari memiliki kepekaan atau sensitivitas paling tinggi terhadap rangsang sentuhan. Tortora (1984) menyatakan bahwa sensasi tersebut merupakan sensasi yang memiliki reseptor sederhana. Reseptor ini terdiri dari dendrite dari neuron sensoris yang terbungkus kapsul dari epithelium atau jaringan konektif. Reseptor ini terdiri dari dendrite dari neuron sensoris yang terbungkus kapsul. Badan meissner ini terletak di dalam dermis tepat di bawah epidermis dan diduga merupakan mekanosreseptor yang merespon terhadap sentuhan ringan. Sebab di semua bagian tubuh yang sangat sensitif terhadap sentuhan ringan banyak dijumpai badan meissner.

Dua titik yang dirasakan itu diakibatkan stimulus yang diberikan hanya satu yang tepat mengenai reseptor. Apabila jarak dua titik yang terdeteksi pendek berarti jarak antara dua reseptor juga pendek. hal ini menunjukkan bahwa pada daerah tersebut mengandung banyak reseptor sehingga sensitifitasnya tinggi. Sebaliknya, jika jarak dua titik yang terdeteksi jauh berarti jarak antara dua reseptor juga jauh. Sehingga rangsangan yang diterima hanya terasa satu titik saja. Hal ini menunjukkan bahwa pada daerah tersebut mengandung reseptor yang sedikit sehingga sensitifitasnya rendah.

Penentuan reseptor sentuh

Penentuan reseptor sentuh dilakukan dengan menggambar 25 petak yang dibuat pada punggung lengan, subyek mengalami sensasi sentuhan pada beberapa petak. Hal ini menunjukkan bahwa pada petak-petak yang dibuat tersebut terdapat reseptor sentuhan yang memang letaknya tersebar. Menurut Basoeki (2000), untuk terjadi sensasi harus ada rangsang harus ada reseptor, impuls harus dihantarkan sepanjang jalur saraf dari sensori ke otak, bagian otak yang menerima harus menerjemahkan impuls untuk menjadi sensasi. Apabila salah satu dari itu tidak ada, maka stimulus tidak akan dirasakan. Adanya beberapa petak yang tidak dirasakan stimulusnya kemungkinan disebabkan stimulus yang diberikan kurang, sehingga sensasi sentuhan kurang terasa.

Penentuan Reseptor Sakit

Dari data diketahui bahwa dari 25 petak bagian yang mengalami sensasi sakit mirip dengan sensasi sentuhan. Reseptor sakit bekerja di setiap jaringan tubuh. Reseptor ini distimulasi oleh berbagai stimulus. Menurut Tortora (1984) rasa sakit somatic merupakan rasa sakit dengan daerah stimulus terdapat di kulit yang biasa disebut superficial somatic pain atau reseptor terdapat di otot tendon yang disebut deep somatic pain. Data yang diperoleh menunjukkan ada beberapa petak yang tidak merasakan sensasi sakit, titik tersebut kemungkinan tidak terbentuk karena tidak tepat mengenai superficial somatic pain.

Penentuan proprioreseptor

Berdasarkan hasil pengamatan, setelah menuliskan huruf X pada papan tulis kemudian menutup mata dan membuat titik yang sedekat mungkin dengan bagian tengah huruf X pada ulangan 1 adalah 2,3 cm, pada ulangan 2 adalah 1 cm, dan pada ulangan ketiga adalah 2,8 cm. Persentase atau tingkat keberhasilan subyek menunjuk jari tengah adalah 30% dan keberhasilan subyek menunjuk hidung dengan mata tertutup adalah 60%.

Keberhasilan subyek menyentuh jari tengah dan ujung hidung dipengaruhi oleh propioreseptor. Propioreseptor mengatur aktivitas otot, tendon, dan sendi. Propioreseptor menyebabkan bisa mengetahui posisi dan perpindahan anggota badan tanpa melihat, sehingga meskipun subyek dalam keadaan mata tertutup subyek masih dapat menunjuk sesuatu dengan tepat (Anthony, 1983). Dengan demikian Percobaan ini menunjukkan bahwa sensasi kinestetik memudahkan pengulangan kegiatan tertentu yang melibatkan koordinasi perototan.

Bintik Buta

Benda yang terkena cahaya akan membiaskan cahayanya melalui kornea dan diteruskan ke aqeus humor, pupil, lensa mata, vitrous humor, kemudian retina. Cahaya yang masuk ke bagian bintik kuning retina akan mengenai sel-sel batang dan kerucut. Sel kerucut sebagai fotoreseptor yang peka cahaya akan menangkap rangsang dan mengubahnya menjadi impuls yang dihantarkan ke saraf optik ke otak besar bagian belakang (lobus oksipitalis). Pada lobus oksipitalis ini terjadi asosiasi berupa kesan melihat bendaPembiasan cahaya dari suatu benda akan membentuk bayangan benda jika cahaya tersebut jatuh di bagian bintik kuning pada retina, karena cahaya yang jatuh pada bagian ini akan mengenai sel-sel batang dan kerucut yang meneruskannya ke saraf optik dan saraf optik meneruskannya ke otak sehingga terjadi kesan melihat. Sebaliknya, bayangan suatu benda akan tidak nampak, jika pembiasan cahaya dari suatu benda tersebut jatuh di bagian bintik buta pada retina (Tortora, 1984).Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terdapat perbedaan jarak hilangnya tanda lingkaran pada waktu pengamatan. Hal ini dikarenakan bayangan suatu benda tidak nampak pada jarak tertentu, karena pembiasan cahaya dari suatu benda tersebut jatuh di bagian bintik buta pada retina. Bayangan akan nampak jika pembiasan cahaya dari suatu benda tersebut jatuh di bagian bintik kuning pada retina(Tortora, 1984).Proyeksi Binokular

Manusia pada saat melihat suatu benda, kedua bola matanya akan terfokus pada satu benda tersebut. Keadaan demikian disebut single binocular vision. Single binocular vision adalah kemampuan mengarahkan cahaya dari suatu benda agar jatuh pada titik-titik sesuai pada retina kedua mata. Bila kita melihat benda yang relatif jauh, maka cahaya yang datang melewati pupil akan dapat langsung sampai ke titik sesuai pada kedua retina mata tanpa menggerakkan kedua bola mata ke medial sebab cahaya yang datang relatif sejajar. Bila benda kita dekatkan ke mata, agar bayangan jatuh pada titik sesuai, maka kedua bola mata harus diputar ke arah medial (konvergensi bola mata) (Soewolo, 2005).Percobaan binokuler dilakukan dengan melihat 2 lubang yang dibuat pada karton dengan jarak antar lubang sama dengan jarak kedua pupil. Kemudian karton didekatkan perlahan-lahan pada mata dan dari hasil pengamatan, pada jarak 6 cm lubang terlihat 1. Jarak kedua pupil juga 6 cm. Dari hasil pengamatan, saat mata kanan ditutup lubang terlihat 1 tetapi pada saat mata kiri ditutup, lubang yang terlihat tetap 2. Penggunaan salah satu mata pada proses penglihatan dapat menyebabkan daya akomodasi berlebih dan bayangan tidak bisa terfokuskan pada retina, serta terjadi Perbedaan kelainan refraksi antara mata kanan dan kiri bisa ringan sampai (Tortora, 1984). Untuk dapat melakukan penglihatan binokuler harus dengan syarat di antaranya: tidak terdapat kelainan posisi bolamata (Deviasi Manifes), tidak terjadi perbedaan magnifikasi pada retina, tidak terdapat kelainan akomodasi, tidak terdapat kelainan patologis.

Pentingnya Penglihatan BinokularPada pengamatan selanjutnya yaitu pentingnya penglihatan binokular ketika subyek menutup salah satu mata sambil memegang sebatang pensil lalu memasukkan tabung reaksi hasilnya hanya satu kali subyek berhasil memasukkan pensil kedalam tabung reaksi. Jadi peluang yang didapatkan dalam 10 kali ulangan hanya 10%. Menurut Basoeki (1988), hal ini, terjadi karena pada waktu mata subyek ditutup salah satu, maka permukaan refraktif mempunyai daya bias yang kurang memadai untuk membelokkan cahaya yang tingkatannya mencukupi untuk memfokuskannya sebagai titik yang jelas pada retina, sehingga focus penglihatan subyek menjadi berkurang. Selain itu, mata akan lebih cepat mengalami kelelahan dalam melihat bila dibandingkan kedua mata terbuka. Penglihatan binokuler bertujuan untuk mempertajam obyek yang dilihat mata, untuk mendapatkan satu kesatuan dari kedua mata, karena mata normal memiliki permukaan refraktif daya bias yang memadai untuk membelokkan cahaya yang tingkatannya mencukupi untuk memfokuskannya sebagai titik yang jelas pada retina.

Dominansi MataPada praktikum dominansi mata, subjek diminta memandang sebuah obyek pandang yang jauh, kemudian teman yang lain meletakkan sebuah pensil antara obyek pandang dengan mata sehingga mata, pensil dan obyek pandang berada pada satu garis lurus. Pada hasil pengamatan ini, saat kedua mata terbuka tampak pensil dan obyek pandang terletak pada satu garis lurus. Setelah menutup mata kiri, obyek pandang terlihat miring ke kanan sejauh 2 cm, sedangkan pada saat mata kiri dibuka dan mata kanan ditutup obyek pandang terlihat 2 cm miring ke kiri sedangkan pensil terlihat berada di samping kanan obyek. Hal ini berarti dominansi mata terletak pada kedua mata, karena baik mata kiri dan kanan dapat menfokuskan pada bintik kuning tanpa harus dilakukan bersamaan. Jika salah satu mata dominan hasilnya ketika salah mat tertutup hanya salah satu mata yang dapat difokuskan untuk melihat obyek pandang hal ini sesuai dengan Tortora, (1984) bahwa bergesernya obyek saat munutup salah satu mata disebabkan adanya dominansi mata cahaya jatuh pada mata sebelah kanan akan tampak pada setengah temporal dari retina pada mata kanan dan setengahnya pada setengah nasal dari retina pada mata kiri. Sedangkan apabila cahaya jatuh pada sebelah kiri akan nampak setengah temporal dari retina pada mata kiri dan setengahnya pada setengah nasal dari retina pada mata kanan.

Selain itu hal ini dikarenakan pembentukan bayangan pada retina yang bersangkutan dengan pemfokusan cahaya. Bila cahaya merambat dari medium transparan misalnya udara ke medium transparan kedua yang kerapatannya berbeda, misalnya air maka cahaya akan dibelokkan. Dalm keadaan demikian dikatakan cahaya mengalami refraksi. Mata memiliki 4 media lurus dari udara yang masuk mata akan direfraksi pada titik berikut: 1. Pada permukaan anterior kornea, begitu cahaya berpindah dari udara yang lebih renggang ke kornea yang lebih rapa;2. Pada permukaan posterior kornea, begitu cahaya berpindah dari kornea ke aqueus humor yang kurang rapat; 3. Pada permukaan anterior lensa, begitu cahaya berpindah dari kornea ke aqueus humor ke lensa yang lebih rapat; 4. Pada permukaan poterior lensa, begitu cahaya berpindah dari lensa ke vitreus humor ke lensa yang kurang rapat (Soewolo, 2005)Dalam praktikum pembau (Adaptasi Olfaktori), praktikan menghitung berapa waktu yang dibutuhkan oleh praktikan mengalami ketidak pekaan (kelelahan) pembau atau yang disebut dengan Olfactor Fatigue Times (OFT) dan waktu yang dibutuhkan oleh praktikan untuk kesembuhan pembau atau yang disebut Olfactor Recovery Times (ORT) (Subowo.1992). Sumber bau yang digunakan berasal dari minyak angin freshcare. Hasil praktikum menunjukkan praktikan mengalami OFT pada 3.40 detik. Jika dibandingkan, waktu yang dihasilkan untuk menghilangkan bau berbeda-beda pada setiap praktikan. Hal ini disebabkan karena kepekaan indera pembau pada tiap orang berbeda.

Benda kimia yang dapat menstimulasi sel saraf dalam hidung adalah substansi yang dapat larut dalam zat cair (lendir) yang terdapat pada cilia yang menutupi sel tersebut. Makin berbau suatu substansi, maka hal tersebut menunjukkan bahwa makin banyak molekul yang dapat larut dalam air dan lemak (konsentrasi penguapannya tinggi) (Campbell.2004).

Reseptor olfaktori hanya mampu berfungsi selama 35 hari. Bila mati, baik karena sebab yang alami, maupun karena kerusakan fisik, maka reseptor tersebut akan digantikan oleh reseptor-reseptor baru yang axonnya akan berkembang ke lapisanolfactory bulbsyang akan dituju, dan bila telah sampai pada lapisan yang dimaksud, mereka akan memulihkan koneksi sinapsis yang terputus (Puspiwati,1999).

Dalam percobaan indra pengecap, letak rasa pada lidah sebagian tidak sesuai dengan teori, karena disebabkan oleh beberapa factor, antara lain kondisi tubuh yang kurang sehat (sakit) sehingga biasanya semua rasa akan terasa pahit, dan sisa rasa makanan yang sebelumnya masih tertinggal dilidah sehingga rasa bercampur dengan rasa makanan sebelumnya. Kuncup rasa manis, asam, asin, gurih, pahit memang ada disemua bagian lidah, tapi intensitasnya banyaknya kuncup rasa berberda-beda. Dalam percobaan ini kuncup rasa pada lidah praktikan yang paling banyak adalah kuncup rasa manis. Kuncup pengecap tergolong kemoreseptor yang menerima rangsangan zat-zat kimia dalam makanan yang kita makan. Zat-zat kimia tersebut mencapai kuncup pengecap melalui pori pengecap (taste pores). Kuncup pengecap akan merespon kepada empat dasar yaitu: manis, asam, pahit, dan asin. Permukaan lidah terbagi atas empat daerah yaitu pangkal lidah sensitif terhadap pahit, bagian kanan dan kiri sensitif terhadap asam, bagian depan sensitif terhadap asin, dan bagian unjung lidah sensitif terhadap rasa manis (Soewolo,dkk.2003).

Dalam percobaan pengecap dan pembau, ketika sebelum dan sesudah ditutup hidungnya lalu diperintahkan untuk mengunyah bahan berupa wortel, bawang merah, kentang, dan apel praktikan masih bisa menebak rasa bahan yang dicobakan. Praktikan tidak bisa membau jenis makanan tersebut, tapi bisa merasakannya. Hal ini mungkin dikarenakan sedang sakit dan bahan yang dipakai sebagai percobaan baunya kurang menyengat.

Menurut Soewolo,dkk (2003) pembau dan pengecap saling bekerja sama, sebab rangsangan bau dari makanan dalam rongga mulut dapat mencapai rongga hidung dan diterima oleh reseptor olfaktori. Keadaan ini akan terganggu ketika kita sakit pilek, di mana hubungan antara rongga hidung dan rongga mulut terganggu, sehingga uap makanan dari makanan di mulut tidak dapat mencapai rongga hidung dan makanan seakan-akan kehilangan rasanya.

Pada praktikum ketajaman pendengaran terhadap sumber bunyi, jarak terjauh bunyi yang dapat didengarkan adalah pada jarak 7.4 meter. Berdasarkan teori tempat, setiap frekuensi akan mengaktivasi membran basilar pada sel-sel rambut yang ada dalam satu lokasi. Membran basilaisr bekerja layaknya dawai-dawai piano (Dellmann.1992). Berarti membrane basilaris pada telinga praktikan mampu menerima frekuensi bunyi pada jarak 7.40 meter, dan kemampuan ini berbeda-beda pada tiap praktikan. Selanjutnya pada praktikum penghantaran suara, ketika praktikan diberikan sumber suara dari getaran garpu tala yang diletakkan di sebelah atas kepala maka sumber bunyi berasal dari atas. Begitu juga ketika ketika salah satu telinga (kiri) di tutup, maka sumber bunyi berasal dari kanan, dan ketika telinga ditutup tidak terdengar apapun. Apabila sumber bunyi didekatkan pada telinga akan terdengar jelas. Dalam praktikum ini praktikan agak kesulitan menemukan sumber bunyi.

Teori mengenal sumber bunyi menyatakan bahwa bunyi yang datang dari suatu sumber yang ada didalam bidang meridian yang melalui tubuh manusia dan terdapat dimuka, diatas, ataupun dibelakangnya akan mencapai telinga dalam waktu bersamaan. Apabila sumber bunyi berada disebelah kiri, maka telinga kiri yang dahulu mendengarnya. Oleh karena itu timbul kesan bahwa sumber bunyi itu datang secara terus menerus pada waktu yang sama pada kedua tellinga kita, kita akan kesulitan menentukan sumber bunyi (Dellman.1992).

Pada percobaan ini menggunakan garpu tala sebagai alat untuk membuktikan bahwa transmisi melalui udara lebih baik daripada melalui tulang. Semakin berat garpu tala akan semakin jelas terdengar bunyinya. Penghantaran lewat udara lebih baik daripada lewat tulang. Penghantaran lewat udara dinamakan aerotymponal sedangkan penghantaran lewat tulang dinamakan craniotymponal (Wijaya.2007).

Berikutnya pada praktikum kelelahan pendengaran ketika garpu tala didekatkan ke telinga praktikan, maka suara akan terdengar selama 12 detik (kanan) dan 10 detik (kiri). Jika garpu tala dijauhkan dari telinga tidak akan terdengar apapun. Setelah itu garpu tala didekatkan lagi ke telinga praktikan, ternyata bunyi hanya terdengar selama 10 detik. Hal ini terjadi karena telinga mengalami suatu kelelahan.

Sumber bunyi mempunyai frekuensi getaran berbeda-beda mulai dari frekuensi rendah sampai tinggi. Pada telinga terdapat membrane basilaris yang menerima bunyi dengan getaran yang bervariasi. Pada membran basilaris di dekat jendela lonjong berfungsi menerima dan merespon getaran frekuensi tinggi. Di bagian tengah berfungsi menerima getaran frekuensi sedang, dan yang paling ujung berfungsi menerima getaran rendah (Soewolo,dkk.2003).

Suara pelan hanya mengaktivasi beberapa neuron, sedangkan suara yang kencang dapat mengaktivasi lebih banyak neuron. Oleh karena itu, pada frekuensi rendah, impuls frekuensinya akan menandakan tinggi nada dan jumlah penembakan neuron akan menandakan kenyaringannya (Bevelander.1988). Sehingga ketika telinga mendengar suara yang jelas, kemudian suara rendah, dan diberi suara tinggi lagi telinga akan sulit mendengar suara karena membran basilaris telinga lelah akibat pergantian bunyi yang mendadak sehingga neuron yang diaktifkan hanya sedikit. 15. KeseimbanganPada uji kesetimbangan ini subyek berdiri tegak dengan mata terbuka subyek tetap bertahan pada posisi awal, sedangkan saat mata subyek tertutup keseimbangan tubuhnya berkurang dan subyek berpindah dari posisi awal. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada saat subyek memejamkan mata, keseimbangan subyek berkurang. Tortora (1984) dan Soewolo (2003) menyebutkan bahwa saat kita diam alat keseimbangan yang berfungsi adalah alat keseimbangan statis yang berupa macula akustika yang terletak di dalam sakulus dan utrikulus. Soewolo (2003) bila seseorang dalam posisi tegak, maka rambut sel reseptor dalam utrikulus berorientasi vertical dan rambut sel reseptor dalam sakulus berorientasi horizontal. Alat keseimbangan inilah yang memberikan informasi tentang posisi kepala pada saat diam. Apabila salah satu mata dari subyek ditutup maka orientasi sel reseptor dalam utrikulus dan sakulus akan terganggu dan akan berubah arah sehingga mengakibatkan posisi tubuh tidak seimbang.Tes Romberg

Uji selanjutnya yaitu tes Romberg. Subyek dalam tes ini berdiri tegak dengan kedua kaki merapat dan tangan di samping tubuh. Kemudian diamati goyangan tubuh dari subyek. Berdasarkan pengamatan, diketahui pada beberapa saat, awalnya tubuh subyek masih seimbang dan belum ada goyangan. Namun, beberapa saat kemudian tubuh subyek bergoyang dengan intensitas yang sangat rendah.

Setelah subyek diistirahatkan sejenak, uji dilanjutkan dengan subyek menutup mata, kedua kaki merapat, dan tangan di samping tubuh. Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa dari awal perlakuan subyek sudah hilang keseimbangannya dan tubuhnya bergoyang dengan intensitas yang lebih tinggi daripada saat mata subyek terbuka.Uji ini demikian halnya dengan uji keseimbangan sebelumnya saat diam alat keseimbangan yang berperan adalah alat keseimbangan statis. Alat keseimbangan inilah yang memberikan informasi tentang posisi kepala pada saat diam. Apabila salah satu mata dari subyek ditutup maka orientasi sel reseptor dalam utrikulus dan sakulus akan terganggu dan akan berubah arah sehingga mengakibatkan tubuh subyek tidak seimbangKanalis semisirkularis dan apparatus vestibular

Pada pengamatan dengan memberikan sensasi untu merangsang kanalis semisirkularis dan apparatus vestibular berpengaruh pada keseimbangan tubuh. Kedua perlakuan yang diberikan mengakibatkan keseimbangan tubuh berkurang atau bisa dikatakan tidak seimbang. Berdasarkan Sistem keseimbangan manusia bergantung kepada telinga dalam, mata, dan otot dan sendi untuk menyampaikan informasi yang dapat dipercaya tentang pergerakan dan orientasi tubuh di dalam ruang. Jika telinga dalam atau elemen sistem keseimbangan lainnya rusak, dapat menyebabkan vertigo, pusing, ketidakseimbangan dan gejala lainnya (Soepardi, 2008). Rasa keseimbangan kita dikontrol oleh sinyal ke otak dari 3 sistem sensoris:

1. Mata

2. Sensor pergerakan di kulit, otot dan sendi

3. Telinga dalam (sistem vestibuler): organ keseimbangan pada telinga dalam yang disebut sistem verstibuler. Termasuk diantaranya 3 kanalis semisirkularis yang bereaksi terhadap rotasi kepala. Dekat dengan kanalis semisirkularis adalah utrikulus dan sakulus yang mendeteksi gravitasi dan gerak maju mundur (Ballenger, 1997).

Keseimbangan yang baik bergantung pada setidaknya dua dari tiga sistem sensoris yang bekerja dengan baik. Jika satu sistem tidak bekerja, sinyal dari input dua sensoris lainnya menjaga kita tetap seimbang. Bagaimanapun, jika otak tidak dapat memproses sinyal dari semua sistem-sistem ini, atau jika pesan-pesan kontradiksi atau tidak berfungsi semestinya, kita akan merasakan perasaan kehilangan keseimbangan. Pada kedua pengamatan ini ketidakseimbangan terjadi karena sensasi yang diberikan pada apparatus vestibular dan kanalis semisirkularis mempengaruhi keadaan mata sehingga mata tidak dapat menyampaikan informasi akibatnya mata tidak bisa fokus ketika diamati dalam keadaan telah diberi perlakuan sensasi dengan memutar kursi kemudian dihentikan dan diputar tubuhnya dengan posisi berdiri.

H. Kesimpulan Berdasarkan keempat daerah yang diuji tersebut diketahui bahwa ujung jari memiliki kepekaan atau sensitivitas paling tinggi terhadap rangsang sentuhan.

Berdasarkan uji penentuan reseptor sentuh, diketahui bahwa bahwa pada petak-petak yang dibuat tersebut terdapat reseptor sentuhan yang letaknya tersebar.

Berdasarkan uji penentuan reseptor sakit diketahui bahwa reseptor sakit bekerja di setiap jaringan tubuh

Berdasarkan uji propioreseptor diketahui bahwa propioreseptor berperan dalam aktivitas otot, tendon, dan sendi. Propioreseptor menyebabkan bisa mengetahui posisi dan perpindahan anggota badan tanpa melihat, dan sensasi kinestetik memudahkan pengulangan kegiatan tertentu yang melibatkan koordinasi perototan. Ketika hidung diberi stimulus bau terus menerus, maka kepekaan hidung akan berkurang dan bahkan tidak dapat mencium bau. Hal ini disebabkan karena reseptor olfaktori pada hidung mengalami kelelahan atau yang disebut Olfactor Fatigue Times (OFT). Setelah hidung diistirahatkan baru hidung mendapat kesembuhan pembau atau yang disebut Olfactor Recovery Times (ORT). Kuncup pengecap pada lidah mampu merasakan empat rasa yaitu: manis, asam, pahit, dan asin. Permukaan lidah terbagi atas empat daerah yaitu pangkal lidah mengecap pahit, bagian kanan dan kiri mengecap asam, bagian depan mengecap asin, dan bagian ujung mengecap rasa manis. Keadaan dimana tidak sesuai dengan aslinya dikarenakan subyek yang sedang sakit atau kurang sehat. Pembau dan pengecap saling bekerja sama, sebab rangsangan bau dari makanan dalam rongga mulut dapat mencapai rongga hidung dan diterima oleh reseptor olfaktori. Keadaan ini akan terganggu ketika kita sakit pilek. Membran basilaris pada telinga mampu menerima frekuensi bunyi pada jarak tertentu, dan kemampuan ini berbeda-beda pada tiap orang. Sumber bunyi yang berasal dari manapun akan terdengar hampir sama, tergantung dari mana tempat terdekat bunyi tersebut dirambatkan.

Bunyi lebih cepat dihantarkan melalui udara daripada lewat tulang (benda padat)

Ketika telinga diberi getaran yang tinggi, lalu diberi getaran rendah, dan diberi getaran tinggi lagi kepekaan telinga akan berkurang. Hal ini terjadi karena telinga mengalami kelelahan

Berdasarkan uji keseimbangan yang dilakukan diketahui bahwa saat diam, tubuh dijaga keseimbangannya oelh alat keseimbangan statis. Namun, alat ini akan terganggu fungsinya jika mata tertutup, Demikian halnya dengan uji keseimbangan ini tes Romberg juga untuk mengetahui bahwa mata yang tertutup juga mempengaruhi keseimbangan.

Daftar referensiAnthony, Chaterine P, dan Gary A.T. 1983. Anatomy And Physiology. London: The C.V Mosby Company.

Asiah, Soesi. Tanpa tahun. Mekanisme SensorisdanPersepsi SertaAnatomOi rgan-organ sensoris. Online http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul /psikologi_faal/bab6_mekanisme_sensoris_dan_persepsi_serta_anatomi_ organ_organ_sensoris.pdf diakses pada 20 September 2014Ballenger, JJ.1997.Fisiologi Sistem Auditori dan Vestibuler; Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. J. Jakarta: Binarupa Aksara

Basoeki, S. 2000. Petunjuk Praktikum Anatomi Dan Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Negeri Malang.

Bevelander, Gerrit & Judith A. Ramaley. 1988.Dasar-Dasar Histologi. Ed ke-8 Terjemahan Wisnu Gunarso. Jakarta: Erlangga.Champbell. 2004.Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta : Penerbit ErlanggaDellmann, Dieter & Esther M. Brown. 1992.Buku Teks Histologi Veteriner. Ed ke-3.Terjemahan Hartono. Jakarta: Universitas Indonesia Press.Puspitawati, Ira. 1999.Psikologi Faal. Jakarta:Penerbit Gunadarma.Soepardi, EA dkk.2008.Gangguan Keseimbangan dan Kelumpuhan Nervus Fasialis; Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher, edisi keenam. Jakarta : Balai Penerbit FK-UISoepardi, EA dkk.2008.Gangguan Keseimbangan dan Kelumpuhan Nervus Fasialis; Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher, edisi keenam. Jakarta : Balai Penerbit FK-UISoewolo. 2003. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas Negeri Malang.

Subowo. 1992.Histologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara.Tortora, Gerald, Dan Nicholas. P.A. 1984. Principles Of Anatomy And Physiology. New York: D Van Nostran Company.

Waiman, E., Soedjatmiko, Gunardi, H., Sekartini, R., dan Endyarni B. 2011. Sensori integrasi: Dasar dan Efektifitas Terapi. Sari Pediatri 2011;13(2):129-36.

Wijaya, Jati. 2007.Aktif Biologi 2A. Jakarta : Penerbit Ganeca ExactLampiran Data Sementara.