sensasi somatic

24
SENSASI SOMATIC RASA GELI DAN GATAL 1. Indera Somatik Indera somatik adalah mekanisme saraf yang mengumpulkan informasi sensorik dari tubuh. Sensasi ini berlawanan denan indera khusus,yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan keseimbangan. Indera somatik dapat diklasifikasikan menjadi tiga tipe fisiologis yaitu: 1. Indera somatik mekanoreseptif, yang meliputi sensasi taktil dan posisi (proprioseptif) yang dapat dirangsang oleh pemindahan secara mekanis berbarapa jaringan tubuh. 2. Indera termoreseptif, yang berguna untuk mengetahui atau mendeteksi peningkatan atau penurunan suhu. 3. Indera rasa nyeri, yang berguna untuk mendeteksi jaringan atau pelepasa molekul-moekul perantara nyeri. Indera taktil meliputi indera raba, tekan , getaran, dan gatal, sedangkan indera posisi meliputi indera posisi statis dan kecepatan pergerakan. Klasifikasi lain sensasi somatik. Sensasi somatik juga sering dikelompokkan bersama dalam kelas lain yang tidak saling terpisah satu sama lain, yakni sebagai berikut:

Upload: ilhamul-laila

Post on 04-Aug-2015

561 views

Category:

Documents


53 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sensasi Somatic

SENSASI SOMATIC

RASA GELI DAN GATAL

1. Indera Somatik

Indera somatik adalah mekanisme saraf yang mengumpulkan informasi

sensorik dari tubuh. Sensasi ini berlawanan denan indera khusus,yaitu indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan keseimbangan. Indera somatik

dapat diklasifikasikan menjadi tiga tipe fisiologis yaitu:

1. Indera somatik mekanoreseptif, yang meliputi sensasi taktil dan posisi

(proprioseptif) yang dapat dirangsang oleh pemindahan secara mekanis

berbarapa jaringan tubuh.

2. Indera termoreseptif, yang berguna untuk mengetahui atau mendeteksi

peningkatan atau penurunan suhu.

3. Indera rasa nyeri, yang berguna untuk mendeteksi jaringan atau pelepasa

molekul-moekul perantara nyeri.

Indera taktil meliputi indera raba, tekan , getaran, dan gatal, sedangkan

indera posisi meliputi indera posisi statis dan kecepatan pergerakan. Klasifikasi

lain sensasi somatik. Sensasi somatik juga sering dikelompokkan bersama dalam

kelas lain yang tidak saling terpisah satu sama lain, yakni sebagai berikut:

1. Sensasi eksteroreseptif yaitu sensasi yang berasal dari permukaan tubuh

atau stimulasi terhadap struktur permukaan tubuh , misanya kulit dan

jaringan subkutis, serta struktur yang lebih dalam termasuk otot, fasia dan

tendon.

2. Sensai propioseptif yang berhubungan dengan keadan fisik tubuh, meliputi

modalitas sensorik yang disalurkan mencakup perabaan diskriminatif

(halus, terlokalisasi secara jelas), perabaan kasar (lokalisasi kurang jelas),

tekanan, getaran,sensasi posisi, sensasi tendon dan otot, sensasi tekan yang

berasal dari tapak kaki, dan sensasi keseimbangan tubuh, yang umumnya

ditentukan sebagai suatu sensasi “khusus” dari pada suatu sensai somatik.

3. Sensasi viseral yaitu sensasi yang berasal dari rgan visera tubuh, secara

khusus istilah ini sering dipakai untuk menyatakan sensas yang berasal

dari organ dalam (struktur yang berasal dari endoderm).

Page 2: Sensasi Somatic

4. Sensasi dalam yaitu sensasi yang berasal dari organ-organ dalam seperti

fasia, otot dan tulang. Sensasi ini terutama meliputi takanan “dalam” rasa

nyeri dan getaran.

2. Deteksi dan Penjalaran Sensai Taktil

Walaupun sensasi raba, tekan dan getaran seringkali digolongkan secara

terpisah, namun semua sensasi ini dapat dideteksi oleh jenis reseptor yang sama.

Terdapat tiga prinsip yang berbeda diantara ketiganya yaitu:

1. Sensasi raba, umumnya disebabkan oleh perangsangan reseptor taktil yang

terdapat di kulit.

2. Sensasi tekan, umumnya disebabkan oleh adanya perubahan pada jaringan

yang lebih dalam.

3. Sensasi getaran, umumnya disebabkan oleh sinyal sensorik yang datang

berulang-ulang, tapi beberapa dari reseptor yang sama digunakan juga

untuk rasa raba dan tekan, khususnya jenis reseptor yang beradaptasi

cepat.

Dari semua jenis reseptor taktil, paling sedikit dikenal enam jenis reseptor

(mekanoreseptor), tapi sebenarnya masih banyak reseptor taktil yang serupa.

Beberapa sifat-sifat khususnya adalah sebagai berikut:

1. Ujung saraf bebas (free nerve endings), yang dapat dijumpai di semua

bagian kulit dan jaringan-jaringan lainya, dapat mendeteksi rabaan dan

tekanan. Conthnya, kontak dengan cahaya pada kornea mata, yang tidak

mengandung jenis ujung saraf lain kecuali ujung saraf bebas, namun

demikian dapat merasakan sensasi raba dan sensasi tekan.

2. Badan Meissner merupakan juluran saraf bermielin yang dapat

merangsang serabut saraf besar bermielin (jenisAβ). Didalam selaput ini

terdapat banyak percabangan ujung flament saraf. Badan Meissner adalah

reseptor berkapsul yang dapat beradaptasi dan ditemukan dibagian kulit

tak berambut (glabrosa) misalnya ujung jari dan bibir yang merupakan

bagian-bagian yang sangat peka bahkan terhadap ransang sentuh yang

paling ringan, serta daerah kulit lain sehingga orang mampu membedakan

Page 3: Sensasi Somatic

sifat-sifat ruang dari sensasi raba yang sangat berkembang. Badan

Meissner dapat beradaptasi dalam waktu seperdetik sesudah dirangsang,

yang berarti bahwa reseptor ini terutama sekali peka terhadap gerakan

objek yang sangat sedikit di atas permukaan kulit, seperti juga terhadap

getaran berfrekuensi randah.

3. Diskus Merkel (yang dikenal sebagai expanded tip receptor) merupakan

reseptor taktil yang ujungnya meluas atau melebar. Bagian kulit yang

berambut juga mengandug cukup banyak ujung reseptor yang melebar,

walaupun bagian kulit ini hampir sama sekali tak mengandung badam

meissner. Jenis reseptor ini berbeda dengan badan meissner karena jenis

reeptor ini menjalarkan sinyal yang pada mulanya kuat namun daya

adaptasinya hanya sebagian, dan untuk senjutnya sinyal yang dijalarkan itu

lebih lemah namun daya adaptasinya lambat. Oleh karena itu, reseptor ini

berperab dalam menjalarkan sinyal tetap yang dapat menyebabkan orang

dapat terusmenerus menentukan macam perabaan suatu objek pada

kulitnya. Diskus merkel sering dikelompokkan bersama-sama dalam suatu

organ reseptor tunggal yang disebut reseptor berbentuk kubah Iggo, yang

mennjol ke atas sampai di bawah epitel kulit. Keadaan ini

menyebabkanepitel di titik ini menonjol keluar, sehingga membentuksuatu

kubah dan memberi rasa sensitif yang ekstrem. Perhatikan juga bahwa

seluruh kelompok diskus merkel dipersarafi oleh satu jenis serabut saraf

tunggal besar bermielin (jenia Aβ). Reseptor ini, bersama dengan badan

meissner, sanagat berperan penting dalam melokalisasi sensasi raba di

daerah permukaan tubuh yang spesifik dan menentukan bentuk apa yang ia

rasakan.

4. Organ ujung rambut (Hair end-oragan / ujung peritrichium), pada reseptor

ini jika da pergerakan sedikit saja pada setiap rambut tubuh akan

merangsang serabut saraf yang pangkalnya melilit. Jadi, setiap rambut dan

bagian dasar serabut saraf juga merupakan reseptor raba. Reseptor ini

dapat segera beradaptasi, oleh karena itu seperti badan meissner, reseptor

terutama mendeteksi pergerakan objek pada permukaan tubuh atau kontak

awal dengan tubuh.

Page 4: Sensasi Somatic

5. Ujung organ Ruffini (End-organ Ruffini), dimana ujung saraf berkapsul

yang terletak di kulit dan jarigan yang lebih dalam, ujung organ ruffini

bercabang banyak, ujungnya bermielin. Adaptasi organ ini sangat kecil,

sehingga reseptor ini berguna untuk menjalarkan sinyal perubahan bentuk

kulit dan jaringan yang lebih dalam yang datang terus-menerus, misalnya

sinyal raba dan tekan yang besar dan datang terus-menerus. Reseptor ini

juga dapat dijumpai pada selaput sendi dan membantu menjalarkan sinyal

tentang besar derajat rotasi sendi.

6. Badan Paccini, terletak tepat di bawah kulit dan juga di jaringan fasia

tubuh. Reseptor ini hanya dapat diransang oleh pergerakan jaringan yang

cepat karena reseptor ini dapat beradaptasi dalam waktu sepersekian ratus

detik. Oleh karena itu, reseptor ini terutama berguna untuk mendeteksi

getaran jaringan atau perubahan mekanis yang cepat pada jaringan.

Hampir semua reseptor sensorik yang khusus, seperti badan Meissner,

reseptor berbentuk kubah Iggo, reseptor rambut, badan paccini, dan ujung-ujung

ruffini, menjalarkan sinyalnya melalui serabut saraf jenia Aβ yang mempunyai

kecepatan penjalaran 30 sampai 70 m/detik. Sebaliknya, reseptor taktil ujung saraf

bebas terutama menjalarkan sinyalnya melaui serabut saraf kecil bermielin yang

mempunyai kecepatan penjalaran 5 sampai 30 m/detik. Beberapa ujung saraf

bebas (untuk rasa taktil) menjalarkan sinyalny melalui serabut saraf jenis C tak

bermielin yang mempunyai kecepatan penjalaran seperbeberapa meter sampai 2

m/detik; serabut saraf ini mengirimkan sinyal ke medula spinalis dan batang otak

bagian bawah, yang terutama mungkin untuk menjalarkan sensasi gatal. Jadi, jenis

sinyal sensorik yang sifatnya lebih kritis, yakni yang membantu menentukan

tempat yang tepat di kulit, derajat intensitas yang sangat minim, atau perubahan

intensitas sinyal sensorik yang cepatsemua ini dijalankan melalui jenis serabut

saraf sensorik yang penjalaranya cepat. Sebaliknya sinyal yang bersifat lebih

kasar, seperti tekanan kasar, rasa raba yang kurang dilokalisir tempat perabaanya,

dan khususnya rasa gatal, diajalarkan melalui serabut saraf sangat kecil yang jauh

lebih lambat yang membutuhkan ruang lebih sedikit dalam kumpulan saraf

ketimbang serabut yang lebih cepat.

Page 5: Sensasi Somatic

3. Deteksi Getaran

Semua jenis reseptor taktil ikut berperan dalam mendeteksi getaran,

walupun bermacam-macam frekuensi getaran. Bada paccini dapat menerima

sinyal getaran dengan kecepatan 30 sampai 800 getaran per detik karena reseptor

dengan sangat cepat berespons terhadap perubahan bentuk jaringan yang cepat

dan kecil, dan reseptor ini juga dapat menjalarkan sinyalnya melalui,serabut saraf

jenis Aβ,yang dapat menjalarkan lebih dari 1000 impuls per detik. Sebailknya,

getaran berfrekuensi rendah sampai 80 getaran per detik, akan merangsang

reseptor taktil lainya, terutama badan Meissner, yang adaptasinya lebih lambat

daripada adaptasi badan paccini.

4. Rasa Geli dan Gatal

Penelitian neurofisiologi telah mendemonstrasikan adanya ujung saraf

bebas mekanoreseptif yang sangat peka dan beadaptasi cepat hanya menerima

sensasi geli dan sensasi gatal. Selanjutnya, ujung serabut saraf ini dapat dijumapai

banyak sekali pada lapisan superfisial kulit,yang juga merupakan satu-satunya

jaringan yang biasanya dapat menerima rangsang gatal dan geli. Sensasi ini

dijalarkan melalui serabut saraf C kecil yang tak bermielin seperti serabut saraf

yang digunakan untuk menjalarkan rasa nyeri tipe lambat. Rasa gatal dapat diatasi

dengan menggaruk jika tindakan ini dapat mengangkat bahan iritan atau jika

garukan cukup kuat untuk menimbulkan rasa nyeri. Sinyal nyeri ini dianggap

dapat menekan sinyal gatal dalam medula spinalis dengan cara penghambatan

lateral.

5. Jaras Sensoris Untuk Menjalarkan Sinyal Somatik ke Sistem Saraf Pusat

Hampir seluruh informasi sensorik yang berasal dari segmen somatik

tubuh memasuki medula spinalis melalui saraf-saraf spinal pada radiks dorsalis

(dengan pengecualian beberapa serabut kecil dengan kepentingan yang masih

dipertanyakan yang memasuki radiks ventaralis). Biarpun begitu, dari titik masuk

pada medula spinalis ini dan kemudian ke otak, sinyal sensorik akan dibawa

memalui salah satu dari dua jaras sensorik bolak balik yaitu sistem kolumna

dorsalis-lemniskus medialis dan sistem anterolateral. Kedua sistem ini akan

Page 6: Sensasi Somatic

bersilangan lagi di setinggi thalamus. Sistem kolumna dorsalis-lemniskus

medialis, sesuai dengan namanya, terutama menjalarkan sinyal dalam kolumna

dorsalis medula spinalis dan selanjutnya, setelah bersinaps dan menyilang ke sisi

berlawanan dalam medula akan naik melalui lemniskus medialis di batang otak

menuju talamus.

Sebaliknya,sinyal dalam sistem anterolateral, setelah keluar dari radiks

dorsalis substansiagrisea medula spinalis, akan menyilang ke sisi yang berlawanan

dan naik melaluisubstansia alba anterior dan lateral medula spinalis untuk

berakhir pada batangotak disemua ketinggian dan juga di talamus. Sistem

kolumna dorsalis-lemniskus medialis terdiri atas serabut-serabut saraf besar

bermielin yang menjalarkan sinyal ke otak dengan kecepatan 30 sampai 110

m/detik, sedangkan sistem anterolateral terdiri atas serabut saraf bermielin yang

lebih kecil yang akan menjalarkan sinyal dengan kecepatan beberapa meter per

detik sampai 40 m/detik. Perbedaan lain antara kedua sistem ini adalah bahwa

serabut-serabut saraf dalam sistem kolumna dorsalis-lemniskus medialis

mempunyai sifat orientasi ruang yang sangat tinggi sesuai dengan asal serabut

saraf itu, sedangkan sistem anterolateral mempunyai sifat orientasi ruang yang

jauh lebih kecil. Perbedaaan ini akan mempengaruhi jenis informasi sensorik apa

yang dapat dijalarkan oleh kedua sistem di atas. Yakni informasi sensorik yang

harus dijalarkan dengan cepat dan dalam waktu yang singkat terutama akan

dijalarkannya oleh sistem kolumna dorsalis-lemniskus medialis, sedangkan

informasi yang tak perlu dijalarkan dengan cepat atau dengan tempo yang lama

terutama dijalarkan oleh sistem anterolateral. Sistem anterolateral mempunyai

kemampuan khusus yang tidak dimiliki oleh sistem dorsalis, yakni kemampuan

untuk menjalarkan modalitas sensasi yang sangat luas, misalnya ensasi nyeri,

hangat, dingin dan taktil yang kasar. Jenis-jenis sensasi yang dapat dijalarkan oleh

kedua sistem tersebut antara lain:

Page 7: Sensasi Somatic

SENSASI SOMATIC

NYERI

Nyeri merupakan mekanisme untuk melindungi tubuh terhadap suatu

gangguan dan kerusakan di jaringan seperti peradangan, infeksi jasad renik dan

kejang otot dengan pembebasan mediator nyeri yang meliputi prostaglandin,

bradikinin, serotonin, histamine, ion kalsium dan asetilkolin (Tjay dan Rahardja,

2002). Menurut International Assosiation for The Study of Pain (IASP), nyeri

didefinisikan sebagai sensasi yang tidak mengenakkan dan biasanya diikuti oleh

pengalaman tertentu yang erat kaitannya dengan derajat kerusakan. Nyeri

seringkali dikatakan sebagai respon terhadap stimulus yang merusak jaringan

(misalnya: trauma fisik, mekanik, kimiawi, termal) dan kemudian menimbulkan

aktivasi reseptor nyeri (nosiseptor) (Sujatno, 1998).

Reseptor nyeri (Nosiseptor)

Seperti telah disebutkan, rangsang yang cukup menimbulkan rasa nyeri

adalah kerusakan jaringan atau gangguan metabolisme jaringan. Disini senyawa

tubuh sendiri dibebaskan dari sel-sel yang rusak, yang disebut zat nyeri (mediator

nyeri), yang menyebabkan perangsangan reseptor nyeri.

Reseptor Nyeri

Page 8: Sensasi Somatic

Yang termasuk zat nyeri yang potensialnya kecil adalah ion hydrogen.

Pada penurunan nilai pH dibawah 6 selalu terjadi rasa nyeri yang meningkat pada

kenaikan konsentrasi ion H+ lebih lanjut. Kerja lemah yang mirip dipunyai juga

oleh ion kalium yang keluar dari ruang intrasel setelah terjadi kerusakan jaringan

dan dalam interstisium pada konsentrasi > 20 mmol/liter menimbulkan rasa nyeri.

Demikian pula berbagai neurotransmitter dapat bekerja sebagai zat nyeri pada

kerusakan jaringan. Histamine pada konsentrasi relative tinggi (10-8 g/L) terbukti

sebagai zat nyeri. Asetilkolin pada konsentrasi rendah menstabilisasi reseptor

nyeri terhadap zat nyeri lain, sehingga senyawa ini bersama-sama dalam senyawa

yang dalam konsentrasi yang sesuai secara sendirinya tidak berkhasiat, dapat

menimbulkan nyeri yang paling efektif dari kelompok transmitter.

Sebagai kelompok senyawa penting lain dalam hubungan ini adalah kinin,

khususnya bradikinin, yang termasuk senyawa penyebab nyeri terkuat.

Prostaglandin yang dibentuk lebih banyak dalam peristiwa nyeri, mensensibilisasi

reseptor nyeri dan di samping itu menjadi penentu dalam nyeri dalam.

Nosiseptor berupa akhiran saraf bebas tersebar di kulit, periosteum,

dinding arteri, permukaan sendi, falk dan tentorium, rongga kranium. Nosiseptor

mempunyai sifat tidak beradaptasi terhadap rangsang sehingga reseptor tetap

dapat memberitahukan kepada individu tersebut akan adanya rangsang yang

merusak (Mutchler, 1991). Ternyata, pada beberapa kondisi, eksitasi serabut rasa

nyeri semakin bertambah secara progresif, terutama pada nyeri lambat, karena

stimulus rasa nyeri berlangsung terus-menerus. Keadaan ini dapat meningkatkan

sensitifitas reseptor rasa nyeri yang disebut hiperalgesia. Reseptor nyeri

kebanyakan sensitif terhadap lebih dari satu stimulus walaupun ada beberapa

reseptor nyeri yang hanya sensitif terhadap satu jenis stimulus (Guyton, 2000).

Menurut Mutchler (1991) reseptor sensorik secara fungsional dibedakan

menjadi:

1. Kemoreseptor, reseptor ini peka terhadap rangsang kimiawi dan impulsnya

diteruskan melalui serabut C.

2. Mekanoreseptor dan termoreseptor, reseptor ini peka terhadap rangsang

mekanik dan termal impulsnya diteruskan melalui serabut saraf A delta.

Page 9: Sensasi Somatic

Transmisi impuls dari nosiseptor dilakukan melalui serabut aferen A delta

dan serabut aferen C (Ganong, 2000). Serabut A delta merupakan serabut

bermielin, besar, konduksi cepat, menghasilkan nyeri yang jelas, tajam dan

terlokalisasi. Sedangkan serabut aferen C merupakan serabut yang tidak

bermielin, kecil, konduksi lambat dan menghasilkan nyeri yang tumpul, persisten.

Stimulus yang dapat menimbulkan rasa nyeri diantaranya adalah fisis,

kimia, mekanik dan elektrik. Stimulus tersebut dapat berupa pemotongan,

peregangan, kompresi, iskemi atau dapat berasal dari zat kimiawi seperti asam,

basa dan garam. Termal yang menyebabkan nyeri sebesar 450C , sebanding

dengan kerusakan jaringan. Nyeri oleh karena kimiawi juga dapat disebabkan

penyuntikan bradikinin, ion K, dan enzim proteolitik dibawah kulit. Adanya

stimulus-stimulus tersebut akan menyebabkan keluarnya mediator nyeri yakni

prostaglandin (Kasper, 2005).

Prostaglandin adalah semua kelompok yang diturunkan dari asam lemak

20-karbon tak jenuh, terutama asam arakidonat melalui jalur siklooksigenase;

prostaglandin terlibat dalam berbagai proses fisiologis (Dorland, 2005).

Prostaglandin akan merangsang akhiran saraf dan diteruskan ke pusat sensasi

nyeri oleh apparatus nyeri yang berupa jaringan serabut saraf sensorik hingga

timbul sensasi nyeri (Kasper, 2005).

Biosintesis prostaglandin dimulai dari rangsang yang berupa kimiawi dan

termik yang menyebabkan kerusakan membran sel, sehingga akan mengaktifkan

enzim fosfolipase yang merubah fosfolipid dalam membran sel menjadi asam

arakidonat yang selanjutnya akan disiklasi menjadi prostaglandin endoperoksida

siklik dalam bentuk PGG2 (satu rantai peroksida) yang merupakan zat awal

pembentukan semua senyawa prostaglandin dengan bantuan enzim

siklooksigenase. Peroksida dari PGG2 ini melepaskan radikal bebas oksigen yang

juga berperan pada timbulnya rasa nyeri. PGG2 kemudian akan diubah menjadi

PGH2 (satu rantai samping hidroksil) dengan bantuan enzim endoperoksida

isomerase dan peroksidase. Dari PGH2 ini akan dibentuk secara langsung

prostaglandin primer yaitu PGE2, PGF2a dan PGD2. Perubahan PGH2 menjadi

PGE2 dibantu oleh enzim PGE2 isomerase. Enzim PGF2a reduktase dan

peroksidase mengkatalisis perubahan PGH2 menjadi PGF2a dan enzim PGD2

Page 10: Sensasi Somatic

isomerase mengubah PGH2 menjadi PGD2. Dari PGE terbentuk prostaglandin A,

B, dan C. Dalam trombosit PGG2 dapat diubah menjadi tromboksan A2 oleh

tromboksan sintase. Tromboksan A2 yang tidak stabil diubah menjadi tromboksan

B2 yang stabil dan tidak aktif. Zat lain yang dibentuk oleh PGG2 adalah

prostasiklin (PGI1) yang disintesis di dinding pembuluh darah dengan bantuan

enzim prostasiklin sintase (Mutchler, 1991).

Secara invitro terbukti bahwa PGE2 dan PGI1 dalam jumlah nanogram

menimbulkan eritem, vasodilatasi dan peningkatan aliran darah local. Histamin

dan bradikinin dapat meningkatkan permeabilitas vaskular, tetapi efek

vasodilatasinya tidak besar. Dengan penambahan sedikit PG, efek eksudasi

histamin plasma dan bradikinin menjadi lebih jelas. Migrasi leukosit ke jaringan

radang merupakan aspek penting dalam proses inflamasi. PG tidak bersifat

kemotaktik tetapi produk lain dari asam arakidonat yakni leukotrien B4

merupakan zat kemotaktik yang sangat poten (Wilmana, 1995)

Rangsang nyeri yang berupa kimiawi dan termik akan menyebabkan

kerusakan jaringan yang akan diikuti oleh pelepasan mediator nyeri yang akan

merangsang reseptor nyeri. Rangsang ini lalu diteruskan ke radix dorsalis medulla

spinalis melalui serabut saraf aferen. Serabut-serabut saraf aferen berakhir di

formasio retikularis. Dari formasio retikularis ini, impuls nyeri dihantarkan ke

thalamus opticus, kemudian ke korteks serebri (untuk mengetahui lokasi nyeri),

dari sini impuls juga akan dikirimkan ke serebellum. Serebrum dan Serebellum

bersama-sama melakukan reaksi pertahanan dan perlindungan yang terkoordinasi

(Mutchler, 1991).

Wilmana (1995) menyebutkan mekanisme penghambatan PG dengan

penghambatan kerja enzim siklooksigenase yang berfungsi mengubah asam

arakidonat menjadi endoperoksida sehingga sintesa PG dihambat. Obat analgesic

yang efektif dalam memblok biosintesis prostaglandin ini misalnya aspirin. Obat

ini merupakan golongan obat analgesic nonopioid yang dapat dipakai dalam

menilai efek obat sejenis.

Karena sistem persarafan rasa nyeri ini bersifat rangkap, maka stimulus

rasa nyeri yang hebat dan datangnya mendadak akan menimbulkan sensasi nyeri

yang sifatnya “rangkap” : rasa nyeri tajam yang dijalarkan ke otak oleh jaras

Page 11: Sensasi Somatic

serabut A-delta, yang selanjutnya akan diikuti oleh sedetik atau lebih rasa nyeri

lambat yang dijalarkan oleh jaras serabut C.

Sewaktu memasuki medulla spinalis dari radiks spinalis dorsalis, sinyal

rasa nyeri melewati dua jaras ke otak, melalui tractus neospino-talamikus dan

melalui tractus paleospinotalamicus.

Tractus neospinotalamikus untuk rasa nyeri cepat. Serabut tipe A-delta

berakhir pada lamina I (lamina marginalis) pada kornu dorsalis dan merangsang

neuron pengantar kedua dari tractus neospinotalamikus. Neuron ini akan

mengirimkan sinyal ke serabut panjang yang terletak di sisi lain medulla spinalis

dalam komisura anterior dan selanjutnya naik ke otak dalam kolumna

anterolateralis. Beberapa serabut tractus neospinotalamikus berakhir didaerah

retikularis batang otak, tetapi sebagian besar melewati semua jalur ketalamus

berakhir di komplek ventrobasal disepanjang kolumna dorsalis tractus lemniscus

medialis untuk sensasi raba. Dari sini sinyal akan dijalarkan ke daerah lain pada

basal otak dan juga ke korteks somatosensoris.

Jaras paleospinotalamicus untuk menjalarkan nyeri lambat. Serabut nyeri

tipe C di perifer hamper seluruhnya berakhir di lamina II dan III kornu dorsalis,

yang bersama-sama disebut substantia gelatinosa. Sebagian besar sinyal kemudian

melewati satu atau lebih neuron-neuron serabut pendek tambahan didalam kornu

dorsalisnya sebelum memasuki lamina V melalui lamina VII, juga dikornu

dorsalis. Dari percobaan penelitian diduga ujung serabut nyeri tioe C yang

memasuki medulla spinalis mungkin mengeluarkan transmiter glutamate dan

transmiter substansi P. Transmiter glutamate bekerja secara segera dan dan hanya

berlangsung berapa milidetik saja. Sebaliknya substansi P dilepaskan jauh lebih

lambat, mencapai pemekatan dalam waktu berapa detik bahkan menit.

Kenyataannya ada dua nyeri “ganda” yang dirasakan seseorang setelah tusukan

jarum (pinprick).

Jaras paleospinotalamicus berakhir secara luas dalam batang otak. Hanya

sepersepuluh sampai seperempat serabut yang melewati seluruh jalur ke thalamus.

Namun demilian, secara prinsip, serabut-serabut ini berakhir disatu dari tiga

daerah berikut ini :

1. Nukleus Retikularis medulla, pons dan mesensefalon.

Page 12: Sensasi Somatic

2. Area tektal dari mesensefalon dalam sampai kolikuli superior dan inferior.

3. Daerah substantia abu-abu periaquaductal yang mengelilingi aqueductus

sylvius.

Daerah yang lebih rendah dari batang otak ini tampaknya penting dalam

mengapresiasikan rasa sakit dari nyeri. Dari area nyeri batang otak, banyak

neuron-neuron serabut pendek yang memancarkan sinyal nyeri naik ke intra

laminar dan nucleus lateral pusat dari thalamus dan kedalam bagian tertentu

hipotalamus dan daerah lain yang berdekatan didasar otak.

Derajat reaksi seseorang terhadap rasa nyeri (pain suppression) sangat

bervariasi. Keadaan ini disebabkan oleh kemampuan otak dalam menekan /

menahan besarnya sinyal nyeri yang masuk ke dalam system saraf, yaitu dengan

mengaktifkan system pengatur rasa nyeri atau system analgesia. Sistem analgesia

terdiri dari 3 komponen:

1. Periaqaeductal grisea dan periventrikuler : dari mesensefalon dan bagian

atas pons yang mengelilingi aquaductus sylvius dan bagian yang

berdekatan dengan ventrikel 3 dan 4 signal dari neuron-neuron dikirim ke

2. Nukleus rafe magnus (di bagian bawah pons dan bagian atas medula) dan

nucleus reticularis paragigantoselularis. diteruskan turun ke

3. Kompleks penghambat rasa nyeri di kornu dorsalis medula spinalis

Rangsang elektrik: dibawa ke periaqaeduct dan nukleus rafe magnus dapat

menekan signal sakit (kuat) pada waktu masuk ke dorsal spinal roots.

Periaqaeduct, periventrikuler menekan sakit tidak terlalu kuat. Kemudian

neurotransmitter yang terlibat dalam system analgesia menekan rasa sakit yaitu :

Enkefalin dan Serotonin.

Nuklei periventrikuler dan periaqaeduct mensekresikan enkefalin, juga

rafe magnus mensekresikan enkefalin. Serabut-serabut yang berasal dari nuklei ini

dan berakhir di kornu dorsalis medula spinalis mensekresikan serotonin pada

ujung-ujungnya. Serotonin secara setempat merangsang sekresi enkefalin. Pada

serabut-serabut sakit tipe A dan C sinapsnya di kornu dorsalis dengan cara

presinaps inhibisi dan memblok kanal ion Ca, maka ion Ca melepas transmiter di

sinaps dan memblok presinaps inhibisi. Sistem ini bekerja dalam hitungan menit

Page 13: Sensasi Somatic

sampai jam. Selain itu sistem analgesia dapat menghambat transmisi sakit di

perjalanan di nuklei retikuler, batang otak, dan thalamus.

Menurut kualitasnya, nyeri dibedakan menjadi 2 yaitu:

1. Nyeri cepat (nyeri akut, tajam, tertusuk), sinyal nyeri ini dijalarkan melalui

saraf perifer menuju ke medula spinalis oleh saraf tipe A delta pada

kecepatan penjalaran antara 6-30 m/dtk.

2. Nyeri lambat (nyeri kronik, terbakar, pegal), Sinyal nyeri ini dijalarkan

serabut saraf tipe C dengan kecepatan penjalaran antara 0,5-2m/dtk

(Guyton, 2000)

Menurut tempat terjadinya, nyeri dibagi atas nyeri somatik dan visceral.

Nyeri somatik dibagi menjadi nyeri permukaan dan nyeri dalam. Nyeri

permukaan adalah nyeri yang dirasakan dalam kulit, tulang dan jaringan ikat.

Nyeri visceral terjadi antara lain karena ketegangan organ perut, kejang otot polos,

aliran darah kurang atau penyakit yang menyebabkan radang (Mutchler, 1991).

Page 14: Sensasi Somatic

SENSASI SOMATIC

SUHU, RESEPTOR SUHU DAN PERANGSANGANNYA

Pada dasarnya manusia dapat merasakan bermacam-macam gradiasi panas

dan dingin, yakni mulai dari suhu yang paling dingin lalu suhu dingin sampai

suhu yang sejuk, selanjutnya dari suhu hangat sampai panas dan akhirnya sampai

panas yang menyengat. Gradiasi termal dapat dibedakan oleh paling sedikit tiga

macam reseptor sensorik, reseptor dingin, reseptor hangat dan reseptor nyeri.

Reseptor rasa nyeri hanya dirangsang oleh gradiasi panas atau dingin yang

ekstrem, karena itu bersama reseptor dingin dan reseptor hangat bertanggung

jawab terhadap terjadinya sensasi “sangat dingin” (freezing cold) dan sensasi

“panas yang menyengat” (burning hot). Reseptor dingin dan reseptor hangat

terletak tepat di bawah kulit, yakni pada titik-titik yang berbeda dan terpisahpisah

dengan diameter perangsangan kira0kira 1 mm. Pada sebagian besar daerah tubuh,

jumlah reseptor dingin kira-kira tiga sampai sepuluh kali reseptor hangat, dan

pada berbagai daerah tubuh jumlah reseptor bervariasi, 15 sampai 25 titik dingin

persentimeter persegi pada bibir, 3 sampai 5 titik dingin pada jari-jari, dan kurang

dari 1 titik dingin per sentimeter persegi pada daerah permukaan dada yang luas.

Sedangkan jumlah titik hangatnya lebih sedikit.

Walaupun dengan tes psikologik telah terbukti adanya ujung serabut saraf

yang berbeda, namun hal ini belum dapat diidentifikasi secara histolgik. Ujung

serabut saraf ini dianggap ujung saraf bebas karena sinyal terutama dijalarkan

pada serabut saraf tipe C pada kecepatan penjalaran hanya 0,4 samapai 2 m/detik.

Sebaliknya, reseptor dingin telah dapat diidentifikasi dengan pasti. Ujung saraf

tipe Aδ yang bermielin, khusus, dan kecil yang bercabang beberapa kali, ujungnya

menembus ke permukaan dasar sel-sel epidermis basal. Sinyal dari

reseptorreseptor ini akan dijalarkan melalui serabut saraf delta tipe A yang

berkecepatan lebih dari 20 meter per detik. Sebagian sensasi dingin juga

dijalarkan melalui serabut saraf tipe C, yang diduga merupakan ujung serabut

saraf bebas yang mungkin juga berfungsi sebagai reseptor dingin. Suhu dibawah

7°C dan diatas 50°C mengaktifkan reseptor nyeri, dan kedua suhu ekstrem ini

dirasakan sama seperti rangsang nyeri, bukan dingin atau hangat.

Page 15: Sensasi Somatic

Suhu puncak untuk pengaktifan reseptor dingin adalah sekitar 24°C dan

reseptor hangat aktif maksimal pada suhu sekitar 45°C. reseptor dingin dan hangat

dapat dirangsang oleh suhu daam kisaran 31°C samapai 43°C. Jika terpajan ke

penurunan suhu mendadak, pada awalnya reseptor dingin akan terangsang secara

kuat tetapi kemudian setelah beberapa detik pertama, pembentukan potensial aksi

turun drastis. Namun, dalam sekitar 30 menit kemudian penurunan potensial aksi

ini menjadi lebih lambat. Hal ini berarti bahwa reseptor dingin dan hangat

berespon terhadap suhu keadaan mantap serta perubahan suhu. Hal ini

menjelaskan mengapa suhu dingin di luar rumah terasa jauh lebih dingin sewaktu

pertama kali seseroang berpindah dari lingkungan yang hangat.

Mekanisme simulatorik dalam reseptor suhu diperkirakan berkaitan

dengan perubahan laju metabolik di serat saraf yang dipicu oleh perubahan suhu.

Telah dibuktikan bahwa untuk setiap perubahan 10°C terjadi perubahan 2 kali

lipat laju reaksi kimia intraseluler. Reseptor suhu di permukaan kulit relatif tidak

terlalu padat. Karena itu, perubahan suhu yang hanya terpapar pada sebagian kecil

kulit tidak terlalu efektif terdeteksi dibandingkan dengan perubahan suhu yang

terpapar pada kulit yang lebih luas. Jika seluruh tubuh terangsang, perubahan suhu

sekecil 0,01°C pn sudah dapat dideteksi. Sinyal termal dislurkan ke susunan saraf

pusat sejajar dengan sinyal nyeri.