skrips_bab1-4 kurniawan edit1.doc

90
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal menjalankan dua fungsi yang penting bagi perekonomian suatu negara, yang pertama sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari investor. Kedua, menjadi sarana investasi bagi masyarakat dalam bentuk saham, obligasi, reksa dana, dan lain- lain. Pasar modal juga dapat dijadikan leading indicator perekonomian, jika memiliki kondisi yang baik atau terus berkembang, maka ekonomi negara tersebut dapat dikatakan juga akan baik walau tidak secara mutlak. Para pelaku di pasar modal telah menyadari bahwa perdagangan efek dapat memberikan return yang cukup baik bagi mereka, dan sekaligus memberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan perekonomian negara. Banyak industri dan perusahaan yang menggunakan institusi pasar modal sebagai media untuk menyerap investasi dan media untuk memperkuat posisi keuangannya. Melihat

Upload: jatmiko-f-irnendi

Post on 05-Dec-2015

45 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pasar modal menjalankan dua fungsi yang penting bagi perekonomian suatu

negara, yang pertama sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana

dari investor. Kedua, menjadi sarana investasi bagi masyarakat dalam bentuk

saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Pasar modal juga dapat dijadikan

leading indicator perekonomian, jika memiliki kondisi yang baik atau terus

berkembang, maka ekonomi negara tersebut dapat dikatakan juga akan baik walau

tidak secara mutlak.

Para pelaku di pasar modal telah menyadari bahwa perdagangan efek dapat

memberikan return yang cukup baik bagi mereka, dan sekaligus memberikan

kontribusi yang besar bagi perkembangan perekonomian negara. Banyak industri

dan perusahaan yang menggunakan institusi pasar modal sebagai media untuk

menyerap investasi dan media untuk memperkuat posisi keuangannya. Melihat

jumlah uang yang terhimpun dalam pasar modal kita dan kemajuannya yang

berdampak pada pengakuan negara kita sebagai negara tujuan investasi, dapat

dikatakan bahwa perbaikan pada pasar modal harus dilakukan secara terus

menerus, karena menyangkut kepentingan publik yang sangat luas bahkan tidak

hanya bagi masyarakat kita tetapi sudah menyangkut nama negara karena

melibatkan investor internasional.

TOSHIBA, 04/08/14,
Beri referensi, 1 haltdk mgkn semua ide penulis)
Page 2: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

Disamping menerapkan prinsip tata kelola perusahaan (corporate

governance). Salah satu ciri perusahaan yang dikelola dengan baik adalah

menyampaikan informasi dengan lebih cepat, akurat, dan lengkap (Arifin, 2003).

Oleh kerena itu, guna mencegah masalah yang akan merugikan kepentingan

publik, maka perusahaan yang listing di BEI perlu menyampaikan laporan

keuangan bagi para pihak di luar perusahaan. Sebagaimana telah diatur oleh

BAPEPAM dalam KEP-134/BL/2006 tentang kewajiban penyampaian laporan

keuangan, yang juga mengatur bentuk dan isi laporan tahunan yang harus

diungkapkan pada laporan keuangan.

Hal ini juga dilakukan guna mengurangi kemungkinan terjadinya asimetri

informasi, yang sering timbul pada perusahaan dengan two tier board system.

Sebagaimana telah ditegaskan Jensen dan Meckling (1976) yang memandang

baik principal dan agent memiliki keepentingan untuk memaksimumkan

kesejahteraan, baik untuk kesejahteraan para pemegang saham dari sisi principal /

investor serta kesejahteraan pribadi para agent / manajer di sisi lain. Sehingga ada

kemungkinan besar bahwa agen tidak selalu bertindak demi kepentingan terbaik

principal.

Yayasan Pendidikan Pasar Modal Indonesia (YPPMI) dan Sinergy

Communication (2002) dalam Cety (2010) juga menekankan konsep utama tata

kelola perusahaan adalah pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh

informasi dengan benar dan tepat pada waktunya serta kewajiban perusahaan

untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat tepat pada waktunya

dan transparansi mengenai semua hal yang berkaitan dengan performance

TOSHIBA, 04/08/14,
Kata sambung jgn di depan kalimat termasuk sedangakan, dan, dll.
Page 3: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

perusahaan. Sebuah informasi dapat dikatakan informatif, jika informasi tersebut

dapat merubah keyakinan para pengambil keputusan. Adanya suatu informasi

tambahan akan mempengaruhi keyakinan para investor. Beberapa penelitian

sebelumnya mengenai pengumuman laba dari perusahaan menunjukkan terdapat

asimetri informasi yang tinggi sebelum pengumuman. Pada saat pengumuman

laba para investor yang notabene telah memiliki informasi ataupun belum, akan

melakukan reaksi sebagai respon atas stimulus yang dilakukan oleh perusahaan.

Karena tiap-tiap komponen dalam pasar modal beranggapan akan ada informasi

penting yang disampaikan ke pasar (Chae, 2002).

Penelitian-penelitian sebelumnya (Ajinkya et al., 2005; Karamanou dan

Vafeas, 2005; Klein, 2002; dalam Kanagaretnam, 2007) mengindikasikan bahwa

dewan komisaris yang memonitor manajemen akan lebih meningkatkan kualitas

dan frekuensi informasi yang dirilis oleh manajemen. Dimana yang dimaksud

dalam hal ini bukan hanya informasi laba perusahaan tetapi termasuk

penyampaian voluntary disclosure pada laporan tahunan yang akan menurunkan

asimetri informasi. Penelitian Kanagaretnam et al. (2007) yang menguji

mengenai pengaruh komponen good corporate governance ini memiliki hasil

signifikan pada penurunan asimetri informasi di sekitar pengumuman laba

triwulanan (window event).

Sementara itu Akhtaruddin et al. (2009) telah menemukan hubungan antara

good corporate governace dan pengungkapan sukarela di malaysia. Dimana aspek

good corporate governance yang digunakan adalah ukuran dewan, independensi

dewan, kepemilikan publik, family control dan komite audit. Hasil penelitian

TOSHIBA, 04/08/14,
Ini jg
TOSHIBA, 04/08/14,
Kata2 ini dihindari
Page 4: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

Akhtaruddin et al. (2009) menunjukan bahwa ukuran dewan komisaris memiliki

hubungan positif dengan tingkat pengungkapan voluntary, hal ini

mengindikasikan bahwa dewan komisaris memang berfungsi sebagai pengawas

kinerja perusahaan, termasuk dalam memastikan tata kelola perusahaan telah

dilaksanakan dengan baik untuk upaya mengurangi asimetri informasi.

Berdasar penjelasan tersebut, penelitian ini mencoba mereplikasi dan

memadukan antara penelitian yang telah dilakukan oleh Kanagaretnam et al.

(2007) dengan penelitian yang dilakukan oleh Akhtaruddin et al. (2009). Dengan

berfokus pada pengungkapan (disclosure) , peneliti ingin menguji apakah dewan

komisaris dapat menjadi moderasi hubungan pengungkapan tersebut terhadap

asimetri informasi. Ada beberapa hal yang menyebabkan penelitian ini berbeda

dengan penelitian sebelumnya. Pertama, penelitian ini menggunakan sampel

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010 – 2011.

Kedua, variabel independen adalah item pengunggkapan aset tetap baik

mandatory maupun voluntary yang telah disesuaikan dengan PSAK No. 16 tahun

2009 (belum IFRS) dan peraturan Bapepam LK No. 134/BL/2006. Ketiga, proksi

untuk asimetri informasi adalah nilai ask bid spread sebagaimana yang dilakukan

dalam penelitian Kanagaretnam et al. (2007).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, permasalahan dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh antara pengungkapan aset tetap terhadap asimetri

informasi di perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?

TOSHIBA, 04/08/14,
Di sbg kata depan jd dipisahkan
Page 5: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

2. Apakah ukuran dewan komisaris dapat memoderasi pengaruh antara

pengungkapan perolehan aset tetap (baik voluntary maupun mandatory)

terhadap asimetri informasi di perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji seberapa besar pengaruh

pengungkapan aset tetap terhadap asimetri informasi pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di BEI serta apakah ukuran dewan komisaris dapat memperkuat

hubungan tersebut.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak,

diantaranya yaitu :

1. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dan

masukan kepada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk

mempertimbangkan penerapan good corporate governance sehingga pihak

yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan dapat terlindungi.

2. Bagi investor, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

untuk memilih perusahaan yang telah menerapkan good corporate

governance dalam keputusan investasi yang diambil.

3. Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini mampu merumuskan bagaimana

strategi untuk meningkatkan penurunan asimetri informasi, hubungannya

dengan good corporate governance dan pengungkapan aset tetap sehingga

mampu memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pasar modal.

TOSHIBA, 04/08/14,
Tujuan bukan menguji tp mengetahui atau memberikan bukti empiris
TOSHIBA, 04/08/14,
Kata2 asing dicetak miring, berlaku semua tdk hanya yg saya beri catatan ini
Page 6: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengungkapan

Kata pengungkapan (disclosure) dapat diartikan sebagai suatu proses atau

cara untuk menerangkan dengan jelas. Apabila dikaitkan dengan informasi,

pengungkapan berarti memberikan keseluruhan data yang bermanfaat kepada

pihak yang memerlukan tanpa menutupi atau menyembunyikan sesuatu.

Sedangkan jika dikaitkan dengan laporan keuangan, pengungkapan mengandung

arti bahwa laporan keuangan harus memberikan penjelasan yang memadai

mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha. Dengan demikian, informasi tersebut

harus lengkap, jelas dan dapat menggambarkan secara tepat kejadian-kejadian

ekonomi yang berpengaruh terhadap hasil operasi unit usaha tersebut.

Pengungkapan (disclosure) merupakan upaya transparansi perusahaan atau

entitas dalam menyajikan informasi baik keuangan maupun non keuangan kepada

para user. User dalam hal ini adalah para pengguna dari informasi tersebut dalam

entitas swasta (private) tentu saja yang menjadi user adalah para kreditor,

investor, manajer, karyawan, dan bahkan pemerintah. Suwardjono (2005)

mengungkapkan bahwa pengungkapan bagian integral dari pelaporan keuangan

dan langkah akhir dalam proses akuntasi yaitu penyajian informasi dalam

seperangkat penuh laporan keuangan. Dengan tujuan menyediakan informasi yang

memadai bagi para pengguna untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam

pengambilan keputusan.

TOSHIBA, 04/08/14,
Kata sambung
Page 7: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

Perlu diperhatikan perbedaan mendasar antara laporan keuangan tahunan

dengan laporan tahunan. Laporan keuangan tahunan hanya menyajikan informasi

yang bersifat financial dalam satu tahun buku sedangkan laporan tahunan

mencakup semua informasi keuangan maupun non keuangan perusahaan sesuai

dengan batasan-batasan tertentu dalam satu tahun buku. sehingga laporan

keuangan tahunan sudah menjadi bagian dari laporan tahunan perusahaan.

Subiyantoro dan Hatane (2007), mendefinisikan pengungkapan dalam arti

luas yaitu:

“Pengungkapan berkenaan dengan informasi yang disajikan baik dalam bentuk laporan keuangan maupun media komunikasi pendukung lainnya seperti: catatan kaki, peristiwa sesudah tanggal laporan, analisis manajemen mengenai operasi pada tahun yang akan datang, peramalan keuangan dan operasi, laporan keuangan tambahan mengenai segmental disclosure serta informasi lain di luar historical cost”

Menurut Hendriksen (1994:204) dalam Subiyantoro dan Hatane (2007) 

konsep pengungkapan yang umumnya diusulkan ada tiga, yaitu cukup (adequate),

wajar (fair), dan lengkap (full). Pada praktiknya pengungkapan cukup adalah yang

paling lazim dipergunakan, dimana hanya mencakup informasi minimal tapi dapat

digunakan untuk membuat laporan yang tidak menyesatkan. Sedangkan dalam

pengungkapan wajar dan lengkap memiliki konsep yang lebih positif, dimana

pengungkapan yang wajar secara tak langsung merupakan tujuan etis dari

manajemen agar memberikan perlakuan yang sama bagi semua user yang

berkepentingan dengan perusahaan. Pengungkapan yang lengkap mencerminkan

penyajian semua informasi yang relevan. Oleh karena itu, pengungkapan yang

Page 8: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

layak mengenai informasi yang signifikan bagi para investor dan pihak lainnya

hendaknya cukup, wajar dan lengkap. 

Pengungkapan dapat dikelompokkan sebagai pengungkapan wajib

(mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure).

Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan yang diatur dalam peraturan yang

berlaku sedangkan pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan yang tidak

diatur dalam peraturan yang berlaku. Signaling theory yang melandasi

pengungkapan sukarela ini, Suwardjono (2005). Dengan mengungkapkan

informasi yang bersifat private yang tidak diwajibkan, manajemen berharap

informasi tersebut merupakan good news bagi investor atau pemegang saham dan

merupakan bentuk kredibilitas manajemen. Namun pada dasarnya, tingkat

pengungkapan yang tepat tetap harus memperhatikan cost and benefit, karena

belum tentu tingginya cost yang dikeluarkan untuk menghasilkan informasi akan

seiring dengan besarnya benefit yang diterima oleh perusahaan.

Wolk et al. (1991) dalam Subroto (2004) menyatakan bahwa alasan

pentingnya pengungkapan pada masa mendatang adalah karena lingkungan bisnis

tumbuh kian kompleks dan pasar modal mampu menyerap dan mencerminkan

informasi baru dalam harga saham secara cepat. Prinsip ini dipenuhi dengan cara

menyajikan data tang terdapat pada laporan keuangan dan informasi pada catatan

atas laporan keuangan utama. Contoh informasi tersebut dalam banyak kasus

adalah suatu ringkasan dari kebijakan akuntansi yang signifikan, misalnya metode

inventory costing yang digunakan perusahaan, depresiasi dari aktiva perusahaan

dan amortisasi dari intangible assets.

Page 9: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

SFAS 105 (paragraf 71-86) yang dikeluarkan oleh FASB dalam Johnson

(1992) menyebutkan adanya empat tujuan dari disclosure, yakni:

Menggambarkan item yang diakui dan menyediakan pengukuran yang

relevan untuk item itu dalam laporan keuangan

Menggambarkan item yang tidak diakui dan menyediakan pengukuran

yang berguna untuk item tersebut

Menyediakan informasi yang dapat me=mbantu investor dan kreditur

dalam mempertimbangkan resiko dan potensi dari item yang diakui dan

tidak diakui

Menyediakan informasi intern yang penting disaat isu-isu akuntansi

lainnya masih sedang dipelajari secara lebih mendalam

Subekti (2001) membagi item pengungkapan berdasar persyaratan yang

ditetapkan pengungkapan dibedakan menjadi dua jenis;

1. Pengungkapan wajib-merupakan pengungk apan yang wajib dikemukakan

oleh perusahaan, khususnya perusahaan publik pada masyarakat. Peraturan

tentang stadar pengungkapan informasi bagi perusahaan yang telah

melakukan penawaran umum dan perusahaan publik antara lain adaklah:

a. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor

Kep-06/PM/2000 tentang Perubahan Peraturan Nomor VIII.G.7

tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan

b. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor

Kep-134/BL/2006 tentang Kewajiban penyampaian Laporan

tahunan Bagi Emiten atau perusahaan publik

TOSHIBA, 04/08/14,
Buletin dihindari, gunakan numbering
Page 10: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

c. Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor No.SE-

02/PM/2002 tentang Pedoman penyajian dan Pengungkapan

laporan keuangan oleh emiten atau perusahaan publik industri

manufaktur.

2. Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure)

Pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan butir-butir yang

dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan

yang berlaku. Hal ini sesuai dengan PSAK nomor 1 yang menyatakan

sebagai berikut:

“informasi lain atau informasi tambahan (telaahan keuangan yang menjelaskan karakteristik utama yang mempengaruhi kinerja perusahaan, posisi keuangan perusahaan, kondisi ketidakpastian, laporan mengenai lingkungan hidup, dan laporan nilai tambah) adalah merupakan pengungkapan yang dianjurkan (tidak diharuskan) dan diperlukan dalam rangka memberikan penyajian yang wajar dan relevan dengan kebutuhan pemakai” (Subekti. 2001).

Sedangkan Mardiyah (2002) menyatakan bahwa disclosure untuk pasar

modal terdiri dari dua aspek, yakni protective dislosure yang merupakan usaha

badan pengawas pasar modal untuk melindungi investor dari perlakuanyang tidak

wajar oleh emiten. Dan informative disclosure yang disajikan dalam keterbukaan

emiten untuk tujuan analisis investasi

B. Keuntungan dan kerugian pengungkapan

Disclosure membawa sejumlah konsekuensi dalam pelaksanaannya, baik

yang bersifat menguntungkan maupun merugikan. Berikut sejumlah keuntungan

dari dilakukan disclosure, yaitu

TOSHIBA, 04/08/14,
Miring mas
TOSHIBA, 04/08/14,
Cetak miring
Page 11: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

1. Keuntungan terjadi apabila pengungkapan rinci mengenai produk baru

dapat digunakan untuk menyampaikan prospek perusahaan di masa yang

akan datang kepada para pemegang saham (Darrough, 1993)

2. Dalam dunia investasi dapat berperan sebagai public relation bagi

perusahaan yang berhubungan dengan komunitas investasi setiap saat,

sehingga melalui disclosure masyarakat investasi dapat mengetahui

keeradaan sebuah perusahaan (Elliott dan Jacobson, 1994)

3. Disclosure dapat mengurangi resiko timbulnya biaya litigasi bagi

perusahaan (Elliott dan Jacobson, 1994)

4. Perbaikan likuiditas saham, voluntary dislosure akan mengurangi asimetri

informasi diantara informed dan uninformed investor, sehingga untuk

perusahaan dengan tingkat disclosure yang tinggi akan meningkatkan

likuiditas saham perusahaan tersebut (Diamond dan Verrechia, 1991; Kim

dan Verrechia, 1994 dalam dahlan, 2003; Elliott dan Jacobson, 1994)

5. Disclosure dapat mengurangi risiko investasi untuk investor luar, sehingga

terdapat rasa aman dalam berinvestasi (Elliott dan Jacobson, 1994)

6. Disclosure dapat meningkatkan likuiditas pasar modal nasional secara

keseluruhan (Elliot dan Jacobson, 1994)

7. Disclosure yang dibuat perusahaan dapat meningkatkan pemakaian jasa

intermediasi finansial, seperti jasa analis sekuritas (Dahlan, 2003).

Adapun sejumlah kerugian dengan adanya disclosure, diantaranya:

Page 12: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

1. Pelaksanaan disclosure dapat mengungkapkan strategi perusahaan

terhadap para pesaing, sehingga mungkin menurunkan keunggulan

kompetitif suatu perusahaan (Darrough, 1993)

2. Menurunnya keunggulan kompetitif perusahaan. Pada umumnya

perusahaan publik sangat sensitif dalam mengungkapkan jenis

informasi yang mungkin menurunkan daya saing perusahaan. Jenis

informasi tersebut meliputi: a) informasi mengenai teknologi dan

inovasi menjerial, b) informasi mengenai strategi, rencana, dan taktik,

c) informasi mengenai operasi perusahaan (Elliot dan Jacobson, 1994)

3. Adanya biaya yang harus dikeluarkan untuk membuat disclosure,

semnetara itu pihak-pihak yang mengambil manfaat dari disclosure

bisanya tidak mau membayar karena mereka beranggapan bahwa

laporan keuangan perusahaan merupakan public goods. Hal ini

menimbulkan peningkatan harga jual (dengan kata lain konsumenlah

yang membayar). Peningkatan harga jual berpengaruh terhadap jumlah

sehingga akan mempengaruhi kinerja perusahaan secara keseluruhan

(Elliott dan Jacobson, 1994).

C. Penelitian empiris tentang pentingnya pengungkapan

Sejumlah penelitian telah memberikan bukti empiris bahwa disclosure

mempunyai hubungan yang signifikan dengan asimetri informasi dalam hal

kemampuannya untuk mengurangi asimetri informasi. Diamond dan Verrecchia

(1991) dalam Khomsiyah dan Susanti (2003) menyatakan bahwa pengungkapan

akan mengurangi asimetri informasi. pernyataan ini didukung oleh Greenstein dan

Page 13: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

Sami (1994) dalam Mardiyah (2002), yakni informasi asimetris berkurang dengan

adanya pengungkapan. Sedangkan Walker (1995) dalam Khomsiyah dan Susanti

(2003) mengemukakan adanya hubungan yang signifikan antara pengungkapan

dengan informasi asimetris.

Lev (1988) dalam penelitiannya berpendapat bahwa pengukuran yang

dapat diamati dari likuiditas pasar digunakan untuk mengidentifikasi level

asimetri informasi dalam menghadapi partisipan di pasar modal. Lev menyatakan

bahwa pengungkapan penuh (full disclosure) seharusnya mengurangi

ketidakadilan diantara para investor karena adanya penurunan asimetri informasi

melalui akses yang sama terhadap informasi.

Healy dan Palepu (1993) menyatakan bahwa pengungkapan merupakan

salah satu cara untuk mengurangi asimetri informasi. Dalam penelitiannya, Healy

dan Palepu menemukan bahwa proses pelaporan keuangan yang seharusnya

merupakan mekanisme yang berguna bagi manjer untuk berkomunikasi dengan

investor ternyata tidak efektif ketidaksempurnaan proses tersebut diantaranya

disebabkan olehkeunggulan informasi yang dimiliki oleh manajer (hal ini dapat

menimbulkan asimetri informasi). Berkaitan dengan hal tersebut, manajer dapat

meningkatkan komunikasinya dengan investor dalam mengembangkan strategi

disclosure, terlebih voluntary disclosure.

Hal tersebut dapat membantu investor memahami strategi bisnis dari

manajer, sehingga investor dapat mengukur tingkat risiko yang mungkin terjadi.

Akibatnya investor mungkin akan tidak terlalu banyak menuntut terhadap

manajer, karena adanya risiko asimetri informasi telah dianggap teratasi. Lang

Page 14: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

dan Lundholm (1996) secara tidak langsung menyatakan bahwa pengungkapan

yang informatif dapat mengurangi asimetri informasi. Dalam penelitiannya,

mereka membuktikan bahwa pengungkapan informasi yang lebih banyak akan

diikuti oleh analisis yang lebih besar, tingkat akurasi analisis yang lebih besar,

tingkat akurasi analisi yang lebih baik, dispersi analisis yang lebih kecil diantara

analis individual, dan memiliki tingkat volatilitas revisi hasil analisis yang lebih

kecil. Dispersi dan tingkat volatilitas hasil analisis dari analis menunjukkan

pengukuran yang tepat bagi asimetri informasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Gonedes (1980) dalam Khomsiyah dan

Susanti (2003) berhasil membuktikan bahwa regulasi pengungkapan informasi

mempunyai potensi untuk mengurangi asimetri informasi.

Komalasari dan Baridwan (2001) menyatakan bahwa dalam upaya

meningkatkan nilai perusahaan, manajemen dapat memberikan sinyal informasi

akuntansi kepada pemegang saham sehingga upaya untuk mengurangi adanya

informasi asimetris dalam bentuk pengungkapan. Glosten dan Milgrom (1985)

dalam Lobo dan Zou (2001) dalam Irfan (2002) Membuat suatu model untuk

hubungan antara pengungkapan oleh perusahaan dengan asimetri informasi, yang

menunjukkan bahwa informasi asimetris menjadi berkurang dengan peningkatan

corporate disclosure. Sementara itu, Dahlan (2003) menyatakan bahwa disclosure

merupakan salah satu poin utama mencapai good corporate governance mengingat

informasi asimetris yang timbul akibat adanya hubungan prinsipal-agen antara

manajemen dengan stakeholders bisa dipecahkan melalui disclosure yang efektif.

Page 15: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

Seluruh penelitian empiris tersebut menyatakan bahwa pengungkapan dapat

digunakan untuk mengatasi asimetri informasi.

D. Asimetri informasi

Teori keagenan mengasumsikan hubungan keagenan yang merupakan

suatu kontrak, dimana pihak prinsipal yang terdiri dari satu atau lebih orang

mengikat perjanjian dengan pihak agen untuk melaksanakan sejumlah jasa atas

nama prinsipal yang mencakup pendelegasian sejumlah kekuasaan untuk

membuat keputusan kepada pihak agen. Hubungan tersebut memberi konsekuensi,

bahwa manajemen yang telah diberi otorisasi dalam pengambilan keputusan

secara sadar harus bertindak dalam konteks yang memberi keuntungan principal.

Tetapi dalam pelaksananya timbul permasalahan dimana terdapat

ketidakseimbangan penerimaan informasi karena satu pihak dalam hal ini agen

memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan prinsipal dan pihak agen

tidak mau mengungkapkan seluruh informasi yang dimilikinya untuk keuntungan

pribadinya.

Laporan akuntansi dimaksudkan untuk digunakan oleh berbagai pihak

termasuk manajemen perusahaan. Namun yang paling berkepentingan dengannya

adalah pada pengguna eksternal, karena kelompok ini berada dalam kondisi yang

paling besar ketidakpastiannya. Para pengguna internal (pihak manajemen)

memiliki kontak langsung dengan entitas atau perusahaanya dan mengetahui

peristiwa-peristiwa signifikan yang terjadi sehingga tingkat ketergantungannya

terhadap informasi akuntansi tidak sebesar para pengguna eksternal. Situasi ini

akan memicu munculnya suatu kondisi yang disebut asimetri informasi.

Page 16: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

Scott (2008) dengan tegas menyatakan bahwa asimetri informasi

merupakan suatu kondisi dalam transaksi bisnis dimana salah satu pihak yang

terlibat dalam transaksi itu memiliki keunggulan dan kelebihan informasi

dibandingkan dengan pihak lain. Dengan kata lain, dalam asimetri informasi

terdapat ketidakseimbangan penerimaan informasi karena satu pihak memiliki

informasi yang lebih. Asimetri informasi juga dapat terjadi karena manajer lebih

mengetahui informasi perusahaan dibandingkan dengan pemilik atau pemegang

saham, sehingga manajemen akan berusaha memanipulasi kinerja perusahaan

yang dilaporkan untuk kepentingannya sendiri (Herawaty, 2008).

Teori keagenan mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara

manajer sebagai agen dengan pemilik (dalam hal ini adalah pemegang saham)

sebagai prinsipal (Komalasari dan Baridwan, 2001). Hal tersebut diperkuat oleh

Watts dan Zimmerman (1986) yang menyatakan bahwa masalah yang timbul

dalam hubungan keagenan biasanya dikarenakan salah satu pihak mempunyai

informasi lebih terhadap transaksi potensial dibandingkan pihak lainnya, yang

disebut sebagai asimetri informasi. menurut Healy dan Palepu (1993), ada tiga

kondisi yang menyebabkan komunikiasi melalui laporan keuangan tidak

sempurna dan tidak transparan yaitu, (1) manajer memiliki informasi lebih banyak

tentang strategi dan operasi bisnis yang dikelolanya dibandingkan dengan

investor; (2) kepentingan manajer tidak selalu selaras dengan kepentingan

investor; (3) ketidaksempurnaan dari aturan akuntansi dan audit. Sedangkan Irfan

(2002) menyatakan bahwa hubungan antara prinsipal dan agen, biasanya juga

memasuki wilayah (ketidakseimbangan informasi) asymetric information karena

Page 17: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

agen berada pada posisi yang memiliki informasi lebih banyak tentang perusahaan

dibandingkan dengan principal.

Masalah yang timbul dari latar agency relationship ini sebenarnya bermula

dari adanya hasrat pihak manajemen untuk tidak bertindak demi kepentingan

terbaik prinsipal. Contoh klasik dari fenomena ini dimana pemilik dari perusahaan

menyewa atau mempekerjakan seorang manajer untuk mengoprasikan

perusahaannyadan menginginkan manajemen untuk membuat keputusan-

keputusan yang memberi nilai tambah bagi kekayaan pemilik, tetapi manajemen

malah tidak bertindak seperti yang diinginkan oleh prinsipal. Manajemen

seringkali membuat keputusan yang memaksimalkan kekayaan diri manajemen

daripada untuk memaksimalkan kekayaan principal. Ada dua bentuk asimetri

informasi menurut Scott (2003), yakni:

- Adverse selection, terjadi karena beberapa orang seperti manajer perusahaan

dan para pihak dalam (insiders) lainnya lebih mengetahui kondisi dan prospek

ke depan suatu perusahaan daripada investor luar.

- Moral hazard, terjadi karena adanya pemisahaan pemilikan dengan pengendalian

yang merupakan karakteristik kebanyakan perusahaan besar.

Adverse selection memiliki kesamaan dengan moral hazard dalam hal

adanya unsur kesengajaan, namun berbeda dalam hal perencanaan. Dalam

adverse, pada awalnya terdapat indikasi untuk memberikan informasi tetapi

karena pihak lain tidak tahu atau dianggap tidak tahu maka informasi tidak jadi

diberikan. Sedangkan pada moral hazard, sejak awal sudah terdapat indikasi untuk

tidak memberikan informasi tersebut kepada pihak lain. Menurut Subekti dan

Page 18: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

Suprapti (2002), adverse selection lebih terkait pada tiddak adanya pengungkapan

yang harus dipublikasikan oleh pihak manajemen perusahaan. Sedangkan moral

hazard terletak pada masalah motivasi dan usaha manajemen untuk bertindak

yang lebih mengutamakan diri sendiri

E. Hubungan antara Pengungkapan dan Asimetri Informasi Asimetri

informasi dan Bid-ask spreads

Informasi akuntansi yang berkualitas dapat berguna bagi investor untuk

menurunkan asimetri informasi ketika asimetri informasi muncul, keputusan

pengungkapan yang dibuat oleh manajer dapat mempengaruhi harga saham sebab

asimetri informasi antara investor yang lebih terinformasi dan investor kurang

terinformasi menimbulkan biaya transaksi dan mengurangi likuiditas yang

diharapkan dalam pasar untuk saham-saham perusahaan (Komalasari, 2000).

Hubungan antara asimetri informasi, likuiditas perdagangan dan harga saham

telah dikembangkan dalam penelitian (Demsetz, 1968; Epps, 1976; Copeland &

Galai, 1983; Glosten dan Milgrom, 1985; Diamond & Verrecchia, 1991). Lang &

Lundlolm (1996) mengemukakakn bahwa keuntungan potensial terhadap

pengungkapan, termasuk meningkatnya investor yang mengikutinya, mengurangi

estimasi resiko dan mengurangi asimetri informasi yang masing-masing

menunjukkan pengurangan cost of equity capital perusahaan dalam penelitian

teoritikal. Gonedes (1980) berpendapat bahwa pengungkapan memiliki potensi

mengurangi asimetri informasi. Penurunan asimetri informasi akan menyebabkan

pengurangan dalam biaya transaksi, dimana biaya transaksi diwakili oleh bid-ask

spreads.

TOSHIBA, 04/08/14,
Kedobelen tho
Page 19: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

Komalasari (2000) meneliti hubungan antara asimetri informasi dan cost

of equity capital dimana asimetri informasi diukur dengan menggunakan bid-ask

spread. Hasil menunjukkan bahwaada hubungan positif anatara asimetri informasi

dan cost of equity capital. Hal ini berarti semakin kecil asimetri informasi yang

terjadi di antara partisipan pasar modal maka semakin kecil kos modal sendiri

yang ditanggung oleh perusahaan.

Komalasari dan Baridwan (2001) menyatakan bahwa salah satu masalah

yang dihadapi ketika mengukur asimetri informasi adalah tingkat asimetri

informasi diantara partisipan pasar tidak dapat diamati secara langsung. Untuk itu,

biasanya dipakai proksi untuk menggambarkan asimetri informasi. Menurut

Mardiyah (2002) pengukuran terhadap saimetri informasi seringkali diproksikan

dengan bid-ask spread disebabkan asimetri informasi tidak dapat diobservasi

secara langsung.

Bid-ask spread merupakan selisih harga beli tertinggi dengan harga jual

terendah saham trader. Stoll (1989) dalam Mardiyah (2002) menyatakan bahwa

bid-ask spread merupakan fungsi dari tiga komponen biaya yang berasal dari (1)

pemilikan saham (inventory holding), (2) pemerosesan pesanan (order

processing), dan (3) informas asimetris. Biaya pemilikan menunjukkan trade-off

antara memiliki terlalu banyak saham dan memiliki terlalu banyak saham dan

memiliki terlalu sedikit saham. Atas biaya pemilikan saham tersebut akan

menimbulkan opportinity costs. Biaya pemrosesan pesanan meliputi biaya

administrasi, pelaporan, proses komputer, telepon, dan lainnya. Sedangkan biaya

asimetri informasi lahir karena adanya dua pihak trader yang tidak sama dalam

Page 20: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

memilikidan mengakses informasi. pihak pertama adalah informed trader yang

memiliki informasi superior dan pihak lain yaitu uninformed trader yang tidak

memiliki informasi. ketidakseimbangan informasi tersebut menyebabkan

munculnya perilaku adverse selection dan moral hazard dalam perdagangan

saham antara trader. Jika kedua belah pihak bertransaksi, maka uninformed trader

menghadapi resiko rugi jika bertransaksi.

Berdasarkan hal-hal di atas, secara sederhana dapat dikatakan bahwa

disclosure mempunyai hubungan dengan asimetri informasi, yakni disclosure

dapat digunakan untuk mengatasi atau meminimalisasi asimetri informasi. Hal ini

dapat dijelaskan sebagai berikut: melalui publikasi laporan keuangan yang

didalamnya termasuk disclosure, pasar dapat menilai sejauh mana perusahaan

telah mengungkapkan semua informasi relevan. Jika semua informasi relevan

telah diungkapkan, berarti asimetri informasi seharusnya berkurang. Berkurang

nya asimetri informasi dapat diketahuidari bid-ask spread. Semakin kecil bid-ask

spread juga mencerminkan respon positif pasar terhadap informasi yang

terkandung dalam publikasi laporan keuangan, termasuk disclosurenya.

F. Teori bid-ask spread

Menurut Subali dan Diana Zuhroh (2002) Bid-ask spread adalah selisih

antara harga beli tertinggi (bid) yang menyebabkan investor bersedia untuk

membeli saham tertentu dengan harga jual (ask) terendah yang menyebabkan

investor bersedia untuk menjual sahamnya. Bid-ask spread yang merupakan

fungsi dari transaction cost mempengaruhi perdagangan dan mem=nyebabkan

Page 21: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

investor mengharapkan untuk menahan lebih panjang / pendek asset yang

memiliki biaya transaksi yang lebih tinggi / rendah.

Jika seorang investor ingin membeli atau menjual suatu saham atau

sekuritas lain di pasar modal, dia biasanya melakukan transaksi melalui

broker/dealer yang memiliki spesialisasi dalam suatu sekuritas. Broker/dealer

inilah yang siap untuk menjual pada investor untuk harga ask jika investor ingin

membeli suatu sekuritas. Jika investor sudah mempunyai suatu sekuritas dan ingin

menjualnya, maka broker/dealer ini yang akan membeli sekuritas dengan harga

bid. Perbedaan antara harga bid dan ask ini adalah spread. Jadi bid-ask spread

merupakan selisih harga beli tertinggi bagi broker/ dealer bersedia untuk membeli

suatu saham dan harga jual dimana broker/dealer bersedia menjual saham

tersebut.

Penggunaan bid-ask spread sebagai proksi dari asimetri informasi menurut

Komalasari (2001) dikarenakan dalam mekanisme pasar modal, pelaku pasar

modal juga menghadapi masalah keagenan. Partisispan pasar saling berinteraksi di

pasar modal guna mewujudkan tujuannya yaitu membeli atau menjual

sekuritasnya, sehingga aktivitas yang mereka lakukan dipengaruhi oleh informasi

yang diterima baik secara langsung (laporan publik) maupun tidak langsung

(insider trading). Dealers atau market-makers memiliki daya pikir terbatas

terhadap presepsi masa depan dan menghadapi potensi kerugian ketika

berhadapan dengan informed traders. Hal inilah yang menimbulkan adverse

selection yang mendorong dealers untuk menutupi kerugian dari pedagang

terinformasi dengan meningkatkan spread-nya terhadap pedagang likuid. Jadi

Page 22: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

dapat dikatakan bahwa asimetri informasi yang terjadi antara dealer dan pedagang

terinformasi tercermin pada spread yang ditentukannya (Komalasari, 2001)

Terdapat tiga komponen cost dalam menetapkan bid-ask spread menurut

Krinsky dan Lee (1996) dalam Rahmawati, et al. (2006) menyatakan bahwa :

1. Kos pemrosesan pesanan (Order Processing Cost) kos yang

dikeluarkan untuk mengatur transaksi, mencatat serta melakukan

pembukuan.

2. Kos Pemilikan saham (Inventory Holding Cost) kos oportunitas

dan resiko saham yang berkaitan dengan pemilikan saham

3. Kos Adverse Selection – terjasi karena informasi terdistribusi

secara asimetris diantara partisipan pasar modal, oleh karena itu

broker/dealer menghadapi masalah adverse selection karena ia

melakuakan transaksi dengan investor yang memiliki informasi

yang superior.

G. Teori Keagenan & Good Corporate Governance

Teori keagenan lahir sekitar tahun 1970an, berawal dari adanya bentuk

koorporasi yang memisahkan dengan tegas antara kepemilikan perusahaan dan

kontrol, dengan kata lain bisa dikatakan bahwa ada pemisahaan yang jelas antara

pemilik perusahaan dengan pihak manajemen. Semakin rumit dan besarnya suatu

perusahaan membuat pemilik tidak bisa secara intensif mengelola perusahaanya

sehingga meminta pihak manajemen untuk mengelola kelangsungan hidup

perusahaan dalam usahanya mendapatkan profit. Selanjutnya manajemen

dianggap sebagai agen dan pemilik dianggap sebagai principal. Hubungan

Page 23: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

tersebut tersebut oleh banyak ahli kemudian disebut dengan hubungan keagenan

(agency relationship)

Menurut Scott (2003), teori keagenan merupakan versi game theory yang

memodelkan proses kontrak antara dua orang atau lebih dan masing-masing pihak

yang terlibat dalam kontrak mencoba mendapatkan yang terbaik bagi dirinya.

Jensen & Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan

merupakan suatu kontrak, dimana pihak principal yang terdiri dari satu atau lebih

orang mengikat perjanjian dengan pihak agen untuk melaksanakan sejumlah jasa

atas nama prinsipal yang mencakup pendelegasian sejumlah kekuasaan untuk

membuat keputusan kepada pihak agen. Hubungan tersebut memberikan

konsekuensi, bahwa manajemen yang telah diberi otorisasi dalam pengambilan

keputusan secara sadar harus bertindak dalam konteks yang memberikan

keuntungan kepada prinsipal.

Eisenhardt (1989) dalam Mardiyah (2002) menyatakan bahwa teori

keagenan menggunakan tiga asumsi sifat manusia, yaitu :

1) Manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest)

2) Manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai npresepsi masa datang

(bounded-rationality)

3) Manisua selalu menghindari resiko (risk averse)

Agency theory inilah merupakan dasar yang dapat digunkaan untuk

memahami corporate governance, dimana isu corporate governance muncul

karena terjadi pemisahan antara kepemilikan (di pihak investor/ principal) dengan

pengelolaan (manajer/ agent) suatu perusahaan, yang dapat menimbulkan masalah

Page 24: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

keagenan (agency problem). Permasalahan corporate governance dapat

dikembangkan dari agency theory yang mencoba menjelaskan bagaimana pihak-

pihak yang terlibat dalam perusahaan akan berperilaku, sebab mereka pada

dasarnya memiliki kepentingan yang berbeda.

Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi

internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik

(pemegang saham). Manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi

perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui

pengungkapan informasi akuntansi seperti pengumuman dividen.

Prinsip signaling ini mengajarkan bahwa setiap tindakan mengandung

informasi. Menurut teori sinyal, terdapat asimetri informasi antara manajer dan

investor. Manajer mengetahui prospek perusahaan di masa depan, sedangkan

investor tidak.

Gelb (1994) dalam Setiawan dan Subekti (2005) membuktikan bahwa

dividen merupakan suatu sinyal yang baik untuk menyampaikan maksud

perusahaan kepada investor. Pengumuman dividen dapat digunakan investor

untuk memperkecil asimetri informasi dengan manajer, sehingga pengumuman

dividen merupakan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan. Oleh

karena itu, pengumuman dividen mempunyai kandungan informasi yang berguna

bagi investor. Demikian pula dengan laporan yang dipublikasikan lainnya,

misalnya laporan laba.

Keputusan-keputusan investasi seperti perolehan aset tetap maupun

pengeluaran untuk biaya riset dan pengembangan melibatkan jumlah uang yang

Page 25: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

sangat besar dan secara akuntansi dikatakan sebagai transaksi yang material.

Keputusan-keputusan semacam ini memerlukan persetujuan manajer puncak dan

melibatkan dewan komisaris. Keputusan pendanaan yang besar mempunyai

konsekuensi kelangsungan usaha. Informasi seperti semestinya menjadi informasi

penting bagi investor. Apabila terdapat asimetri informasi ini maka keputusan

investasi yang diambil mungkin tidak tepat.

Menurut teori sinyal, terdapat asimetri informasi antara manajer dan

investor. Manajer mengetahui prospek perusahaan di masa depan, sedangkan

investor tidak. Beberapa peneliti setuju bahwa pengungkapan voluntary yang

menyangkut sumber-sumber tidak berujud akan memperbaiki kepercayaan dan

komitment karyawan, memberikan legitimasi ekternal terhadap kegiatan

manajemen, menarik partner terbaik, dan secara umum memperbaiki reputasi

perusahaan (Epstein 2000, KPMG 1999, Elkington 1997, Hesket 1997 dalam

Boessso, 2003).

Corporate governance yang merupakan konsep mendasar pada teori

keagenan, diharapkan mampu berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan

kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah

mereka investasikan. Corporate governance berkaitan dengan bagaimana para

investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin

bahwa manajer tidak akan mencuri atau menginvestasikan ke dalam proyek-

proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana/kapital yang telah

ditanamkan oleh investor, dan berkaitan dengan bagaimana para investor

Page 26: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

mengontrol para manajer (Shleifer dan Vishny, 1997 dalam Ujiyantho dan

Pramuka, 2007).

Friedman et al. (2000) memberikan bukti bahwa rendahnya kualitas

corporate governance dalam suatu negara berdampak negatif terhadap pasar

saham dan nilai tukar mata uang negara yang bersangkutan pada masa krisis di

Asia.

Johnson et al.., (2000) memberikan bukti bahwa rendahnya kualitas

corporate governance dalam suatu negara berdampak negatif terhadap pasar

saham dan nilai tukar mata uang negara yang bersangkutan pada masa krisis di

Asia. Johnson, et al.. mendefinisikan corporate governance sebagai efektivitas

mekanisme yang bertujuan meminimasi konflik keagenan, dengan penekanan

khusus pada mekanisme legal yang mencegah dilakukannya ekspropria/si atas

pemegang saham minoritas.

Berdasar teori sinyal, terdapat asimetri informasi antara manajer dan

investor. Manajer mengetahui prospek perusahaan di masa mendatang, sedangkan

investor tidak. [kutipan untuk memperkuat bahwa pengungkapan merupakan

sinyal yang baik untuk menyampaikan maksud perusahaan kepada investor,

sehingga dapat memperkecil atau mempengaruhi asimetri informasi]

Krisis finansial global yang terjadi di tahun 2008 berdampak luar biasa

tidak hanya pada sektor finansial tetapi juga sektor riil. Krisis perbankan

kemudian menjalar pada nasabah-nasabahnya mereka (mahalnya atau hilangnya

kredit bank), sehingga masalah sektor keuangan langsung menjalar ke sektor riil

(kegiatan konsumsi , produksi, perdagangan dan investasi). Pasar modal Indonesia

Page 27: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

mengalami gejolak luar biasa akibat krisis ini. Krisis finansial global yang

melanda dunia merupakan akumulasi dari ulah korporat yang tidak mengindahkan

rambu-rambu bisnis yang sehat yaitu good corporate governance, dalam bentuk

kurangnya transparansi oleh pihak manajemen terhadap para stakeholders (Dewi,

2011). Kurangnya transparansi ini menyebabkan munculnya kesenjangan

informasi atau asimetri informasi antara manajemen dan stakeholders.

Selama periode krisis perusahaan dituntut untuk melakukan pengungkapan

lebih dalam rangka memberikan informasi dan mengurangi ketidakpastian

investor atas kopndisi perusahaan. Pengungkapan yang dilakukan manajer harus

didukung dengan adanya corporate governance yang baik, untuk menjamin

meratanya distribusi informasi yang relevan dan handal. Pernyataan ini didukung

oleh temuan Khomsiyah (2003) yang menyatakan bahwa semakin baik

implementasi corporate governance, maka semakin banyak pula informasi yang

diungkapkan oleh perusahaan. Hal ini menjadikan corporate governance sebagai

mekanisme yang penting dalam mengurangi asimetri informasi selama krisis

finansial global.

Peran corporate governance secara langsung dapat menurunkan asimetri

informasi. Kanagaretnam et al (2007); dan Meilani (2009) berhasil membuktikan

bahwa corporate governance mempengaruhi asimetri informasi disekitar

pengumuman laba. Karena pada saat melakukan pengumuman laba, corporate

governace diharapkan menjamin keseimbangan distribusi informasi, sehingga

tidak ada informasi private yang terjadi.

Page 28: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

Pengungkapan merupakan atribut yang penting dari corporate governance,

terutama yang berhubungan dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas

(Sutrisno et al, 2009; Arifin, 2005). Pengungkapan adalah salah satu cara yang

dilakukan oleh perusahaan untuk mengurangi tingkat asimetri informasi (Brown

dan Hiilegeist, 2006; Khomsiyah, 2003) terutama selama krisis finansial global.

Pengungkapan yang dilakuaka perusahaan cenderung merupakan peraturan wajib

yang diisyaratkan oleh regulasi. Perusahaan enggan melakukan pengungkapan

karena mahalnya biaya untuk melakukan pengungkapan dan ketakutan pesaing

akan mengetahui strategi perusahaan (Hendriksen dan Brenda, 2001). Di sisi lain,

Sunder (2002); Li (2009); Chang et al. (2008); Baek et al. (2009) menyatakan

bahwa asimetr informasi dapat dikurangi dengan adanya pengungkapan sukarela

yang dilakukan perusahaan. Hal ini menunjukkan semakin kuasnya pengungkapan

sukarela yang dilakukan mengindikasikan informasi terdistribusi secara merata.

Pengungkapan sukarela yang dilakukan olewh perusahaan dipengaruhi oleh

banyak faktor, baik faktor keuangn dan non keuangan (Zubaidah dan Zulfikar,

2005). Fitria (2006) meneliti bahwa kinerja perusahaan terbukti berpengaruh

positif pada luas pe ngungkapan sukarela. Munculnya gejolak ekonomi turut

berpengaruh pada kinerja perusahaan publik (Machfoedz ,1999); Setiawan dan

Subekti (2005). Penurunan kinerja selama krisis mengindikasikan adanya

penurunan pengungkapan sukarela selama krisis, hal ini didukung dengan

penelitian Jhon dan Weiss (2009). Disisi lain, corporate governance terbukti

mampu secara efektif meningkatkan pengungkapan sukarela (Achmad, 2007).

Sutrisno et al (2009); Fitria (2006); Zubaidah, siti dan Zulfikar (2005) dengan

Page 29: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

model penelitian yang berbeda pada perusahaan di Indonesia berhasil

membuktikan hipotesis, bahwa corporate governance mampu meningkatkan

pengungkapan sukarela.

H. Pengembangan Hipotesis

Di Indonesia, sebagaimana diatur dalam UU No. 1 Tahan 1995 tentang

perseroan terbatas menjadikan kebanyakan perusahaan-perusahaan di Indonesia

menggunakan two tier board system. Dengan tegas dalam model two tier system

secara konseptual memisahkan keanggotaan dewan komisaris sebagai pengawas

dan dewan direksi sebagai eksekusi korporasi. Berkaitan dengan hal tersebut, I

Nyoman Tjager (2003) menyebutkan bahwa pengaruh pemegang saham dalam

two tier board system dapat dijalankan melalui dewan komisaris, sehingga tidak

harus mengganggu aktivitas normal manajemen dan memungkinkan pemegang

saham meningkatkan pengaruhnya tanpa harus menunggu terjadinya skandal

publik atau ketidaksepakatan publik.

Pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap kinerja perusahaan sendiri

memiliki hasil yang beragam. Salah satu argumen menyatakan bahwa makin

banyaknya personel yang menjadi dewan komisaris dapat berakibat pada

memburuknya kinerja perusahaan itu sendiri (Yermack 1996, Eisenberg,

Sundgren, dan Wells 1998, dan Jensen 1993). Hal ini masih memiliki hubungan

dengan agency theory, lebih tepatnya dengan agency problems. Yakni dengan

makin banyaknya anggota dewan komisaris maka badan ini akan mengalami

kesulitan melaksanakan fungsinya, mulai masalah dalam berkomunikasi dan

mengkoordinir kerja dari tiap-tiap anggota dewan itu sendiri, sulitnya

Page 30: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

mengendalikan dan mengawasi tindakan manajemen perusahaan, serta sulitnya

menentukan keputusan yang berguna bagi perusahaan (Yermack 1996, Jensen

1993). Dengan beragam kesulitan yang dimiliki oleh perusahaan dengan anggota

dewan komisaris yang banyak tersebut berdampak pada kinerja perusahaan

semakin menurun (Yermack 1996, Eisenberg, Sundgren, dan Wells 1998).

Beberapa hasil menunjukkan bahwa adanya pengaruh ukuran dewan dalam

kegiatan perusahaan. Chen dan Jaggi (2000) dalam Akhtarudin et al. (2009)

menyatakan bahwa semakin besar ukuran dewan maka akan semakin mengurangi

asimetri informasi yangterjadi antara pemilik dan manajemen. Msalah

ketidakpastian dan kekurangan informasi dapat diminimalisir dengan ukuran

dewan yang lebih besar (Bimbaum, 1984 dalam Akhtaruddin et al., 2009).

Penelitian oleh Erwansyah (2009) secara statistik menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh antara ukuran dewan komisaris terhadap pengungkapan informasi

pertanggungjawaban sosial pada perusahaan2 manufaktur yang terdaftar di BEI

pada 2006-2007. Penelitian Akhtaruddin et al. (2009), menunjukkan bahwa

ukuran dewan komisaris berpengaruh positif dan signifikan terhadap luas

pengungkapan sukarela. Ukuran dewan komisaris yang besar akan meningkatkan

kemampuan dewan dalam memonitor proses informasi manajemen.

Kemampuan dewan komisaris dalam mengawasi akan lebih meningkat

mengikuti pertambahan anggota dewan komisaris. Semakin besar ukuran dewan

komisaris, maka pengalaman dan kompetensi kolektif dewan komisaris akan

bertambah, sehingga informasi yang diungkapkan oleh manajemen akan lebih

luas, selain itu ukuran dewan komisaris yang lebih besar dipandang sebagai

Page 31: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

mekanisme good corporate governace yang efektif untuk mendorong transparansi

dan pengungkapan (Akhtaruddin et al. 2009).

Penelitian Kanagaretman et al. (2007) menunjukkan perusahaan yang

semakin besar prosentase komisaris independennya, rata-rata kenaikan ask-bid

spreadnya secara signifikan semakin mengecil di sekitar pengumuman laba.

Secara umum penelitian ini menyimpulkan bahwa kualitas good corporate

governance menurunkan asimetri informasi di sekitar pengumuman laba.

Mengingat pentingnya informasi bagi principal untuk pengambilan keputusan

yang optimal, maka untuk mengatasi asimetri informasi tersebut diperlukan

adanya pengungkapan terhadap laporan keuangan perusahaan.

Berdasar penjelasan tersebut di atas, hipotesis yang diajukan adalah

berikut ini.

H1 : Ukuran dewan komisaris memperkuat pengaruh antara pengungkapan

aset tetap mandatory terhadap asimetri informasi

H2 : Ukuran dewan komisaris memperkuat pengaruh antara pengungkapan

aset tetap voluntary terhadap asimetri informasi

I. Kerangka Pemikiran

Berdasar uarian diatas, maka dapat digambarkan kerangka pikir dari model

penelitian ini satu arah ini dengan diagram skematik sebagai berikut:

TOSHIBA, 04/08/14,
Kok sama?
Page 32: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

Gambar 2.1Kerangka Teoritis

Variabel Kontrol

Variabel Independen

H1

Variabel Dependen

H2

Variabel Moderasi

Pengungkapan Aset Tetap

(Mandatory / Voluntary)

Ukuran Dewan Komisaris

Asimetri Informasi

Total Aset

Page 33: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian uji hipotesis (hypothesis

testing study) yang menjelaskan sifat hubungan-hubungan tertentu atau

perbedaan-perbedaan antara dua faktor (kelompok) independen atau lebih dalam

sebuah situasi (Sekaran,2006). Penelitian ini juga termasuk jenis penelitian

korelasional yang berusaha menjelaskan pengaruh pengungkapan aset tetap yang

diproksikan dengan indeks jumlah pengungkapan baik mandatory maupun

voluntary sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan di Indonesia. Adapun

unit analisis penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia, dan memenuhi syarat yang telah ditentukan sebelumnya. Waktu

penelitian ini menitikberatkan pada pengujian yang menggunakan perbandingan

dari tahun ke tahun secara berturut- urut (cross section).

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Menurut Sekaran (2006), polpulasi menitikberatkan pada kelompok

orang, keladian, atau hal minat yang ingin digali oleh peneliti. Populasi

dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

sejak tahun 2010 sampai 2011. Perusahaan manufaktur merupakan

perusahaan paling banyak di Indonesia sehingga peneliti memilih

perusahaan manufaktur untuk dapat memperoleh lebih banyak sampel.

TOSHIBA, 04/08/14,
Stlh koma spasi
Page 34: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan dipelajari secara

lebih mendetail (Sekaran, 2006). Sampel penelitian ini adalah perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI sejak tahun 2010 sampai 2011 yang

meiliki pengungkapan mengenai aset tetap setiap tahunnya. Perusahaan

manufaktur yang terdaftar di BEI dalam kurun waktu tersebut akan tetapi

tidak memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti dikeluarkan

dari sampel.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan data menggunakan purposive sampling, yaitu

teknik pengambilan sampel dengan menggunakan pertimbangan dan

batasan tertentu sehingga sampel yang dipilih relevan dengan tujuan

penelitian. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah:

a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010 – 2011

b. Perusahaan yang menggumumkan laporan keuangan berturut-turut dari

tahun 2010 - 2011

c. Perusahaan manufaktur yang mempunyai prosedur tata kelola

perusahaan di periode tahun 2010 - 2011

d. Perusahaan manufaktur yang mempunyai pengungkapan aset tetap

pada laporan keuangan / laporan tahunan

Perusahaan manufaktur dipilih karena sangat dimungkinkan

memiliki prosedur pengungkapan aset tetap, mengingat sektor manufaktur

Page 35: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

dianggap memiliki kontribusi cukup besar bagi PDB negara dan

pertumbuhan ekonomi Indonesia (Stefan Koeberle).

C. Data dan metode pengumpulan data

1. Sumber Data

Data penelitian ini merupakan data sekunder dan bersifat kuantitatif,

yaitu data yang diperoleh dari referensi yang sudah ada dan berupa angka.

Data yang digunakan terdiri atas:

a. Data tentang corporate governance (CG) yang diterapkan perusahaan

khususnya ukuran dewan komisaris

b. Data tentang tanggal laporan laba diumumkan

c. Data harga saham, standar deviasi return saham, total aset perusahaan,

prosentase kepemilikan saham oleh manajemen

d. Data ask-bid spread saham

e. Data tentang pengungkapan GCG melalui internet dengan alamat

www.idx.co.id. Data mengenai harga saham diperoleh dari JSX

Statistics

f. Data tentang pengungkapan aset tetap dari laporan keuangan.

2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi. Data

yang diperlukan dikumpulkan dan disortir, sedangkan untuk tinjauan

pustaka diperoleh dari beberapa literatur dan penelitian-penelitian

terdahulu. Data mengenai pengungkapan aset tetap diperoleh dari laporan

keuangan.

Page 36: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

D. Definisi Oprasional dan Pengukuran Variabel

1. Variabel Dependen

Penelitian ini menggunakan asimetri informasi yang diproksikan

dengan nilai ask bid price spread. Mengambil pada salah satu proxy yang

digunakan dalam penelitian Hua et al. (2006) yang menguji asimetri

informasi di perusahaan yang bergerak dalam bidang electric industry di

Taiwan. Data ask-bid spread yang digunakan pada penelitian ini adalah

pada periode pengumuman laba (window event), yang ditetapkan dari dua

hari sebelum sampai dua hari setelah tanggal pengumuman laba selama

tahun 2010-2011.

Rumus yang digunakan peneliti untuk menentukan nilai variabel

dependen adalah sebagai berikut:

SPREAD = (Ask Price – Bid Price) / [(Ask Price + Bid Price) / 2]

Keterangan:

Spread : persebaran harga saham harian

Ask Price : harga penjualan saham harian

Bid Price : harga pembelian saham harian

Variabel Independen

Pada penelitian ini, pengungkapan aset tetap dibagi menjadi

pengungkapan voluntary dan mandatory. Pengungkapan diberi nilai 1

(satu) untuk keberadaan suatu pengungkapan dan diberi nilai 0 (nol) bagi

perusahaan yang tidak melakukan suatu pengungkapan. Kemudian total

Page 37: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

nilai dari setiap perusahaan akan diformulasikan dan dirubah menjadi

indeks yang menjadi proxy pengungkapan. Item-item pengungkapan masih

mengacu pada mengacu pada penelitian Akhtarudin et al. (2009)

akantetapi telah disesuaikan dengan SAK 2009. Untuk rincian semua item

yang diperhitungkan dalam penentuan proxy pengungkapan tersebut telah

terlampir pada tabel 3.1.

Tabel 3.1.

Item Pengungkapan Mandatory dan Voluntary

No Item Mandatory Disclosure Item Voluntary Disclosure1 Dasar pengakuan. Jumlah tercatat aset tetap

yang tidak dipakai sementara.

2 Metode Penyusutan. Jumlah tercatat bruto dari setiap aset tetap yangtelah disusutkan penuh dan masih digunakan.

3 Umur manfaat atau tarif penyusutan.

Junlah tercatat aset tetap dihentikan dari penggunaan aktif dan tidak diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual.

4 Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode.

Perbedaan material antara nilai wajar aset tetap dengan jumlah yang tercatat (jika menggunakan metode biaya).

5 Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode.

Fisik output dan pemanfaatan kapasitas.

6 Keberadaan dan jumlah restriksi atas hak milik dan aset tetap yang sedang dijamin untuk hutang.

Aset lancar dan komposisinya.

7 Jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah aset

Diskusi pengembangan

Page 38: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

tetap yang sedang dalam pembangunan.

produk.

8 Jumlah komitmen kontraktual dalam akuisisi.

Akuisisi dan pelepasan aset tetap.

9 Jumlah kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang mengalami penurunan nilai, hilang, atau dihentikan.

Alasan untuk akuisisi aset tetap.

10 Pemilihan metode akuntansi. Alasan untuk pelepasan (disposal) aset tetap.

11 Perubahan estimasi. Belanja modal untuk periode.

12 Aset tetap disajikan pada jumlah revaluasi.

Rincian investasi perusahaan.

13 Perencanaan belanja modal.

2. Variabel Moderasi

Variabel ini memiliki pengaruh ketergantungan (contingent effect)

yang kuat dengan hubungan variabel dependen dan variabel independen

(Sekaran, 2006), sehingga adanya veriabel ini dapat memperkuat atau

memperlemah hubungan antara satu variabel dengan variabel lain.

Penelitian ini menggunakan ukuran dewan komisaris sebagai

variabel pemoderasi, karena peneliti menduga dapat mempengaruhi

hubungan pengungkapan aset tetap dengan asimetri informasi dalam

perusahaan. Size of board director (BDSIZE) diproksikan dengan jumlah

dari anggota dewan komisaris independen yang ada di setiap perusahaan.

TOSHIBA, 04/08/14,
Item no 13 kok ga ada?
Page 39: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

Proxy ini juga merujuk pada penelitian yang dilakukan Kanagaretnam et

al. (2007) dan Akhtarudin et al. (2009).

3. Variabel kontrol

Merupakan variabel yang dikendalikan atau nilainya dibuat konstan

oleh peneliti, sehingga hubungan variabel dependen dan variabel

independen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Hal ini

dilakukan untuk mengurangi bias dalam hasil penelitian.

Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan (UP)

yang ditentukan dengan nilai total aset yang dimiliki oleh perusahaan

sampel. Nilai dari total aset yang dimiliki perusahaan dalam rupiah

kemudian dihitung dengan logaritma natural (LN) agar tidak terjadi

perbedaan jumlah angka variabel secara ekstrim dengan angka variabel

lain. Total aset digunakan sebagai variabel kontrol pada perusahaan besar

lebih dimungkinkan telah mengurangi asimetri informasi karena memiliki

suber daya serta sumber dana daripada perusahaan kecil.

E. Metode analisis data

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif ini digunakan untuk memberikan gambaran

mengenai variabel-variabel yang akan diteliti yaitu item disclosure

mandatory serta disclosure voluntary aset tetap dan ask-bid Spread pada

TOSHIBA, 04/08/14,
miring
Page 40: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

window event sebagai proxy asimetri informasi. Deskriptif data terdiri dari

nilai mean, standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range,

kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi).

2. Uji Asumsi Klasik

Model regresi berganda yang baik harus memenuhi syarat dalam uji

asumsi klasik, yang meliputi:

a. Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

yang sedang diteliti, variabel pengganggu atau residual memiliki

distribusi normal (Ghozali, 2006). Untuk melakukan uji normalitas,

dapat menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test, dengan

melihat tingkat signifikansi 5%. Dasar pengambilan keputusan dari uji

normalitas adalah dengan melihat probabilitas asymp.sig (2-tailed) >

0.05 maka data mempunyai distribusi normal dan sebaliknya jika

probabilitas asymp.sig (2-tailed) < 0.05 maka data mempunyai

distribusi yang tidak normal.

b. Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model

regresi terdaat adanya korelasi antara variabel independen. Pada model

regresi yang baik semestinya tidak terdjadi korelasi antar variabel

Page 41: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

independen (ortogonal). Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya

masalah multikolinearitas adalah dengan melihat nilai VIF jika kurang

dari 10 dan nilai tolerance diatas 0.1, maka hal tersebut menunjukkan

tidak terdapat gejala multikolinearitas dan begitu pula sebaliknya.

c. Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model

regresi terdapat korelasi antara kesalahan penggangu pada perioda t

dengan kesalahan pengganggu perioda t-1 (Ghozali, 2006). Model

regresi yang baik tidak mengandung masalah autokorelasi, yang artinya

data residual terjadi secara acak (random) bukan secara sistematis.

Untuk memeriksa ada tidaknya autokorelasi, dapat dipergunakan Uji

Run-test pada alat bantu SPSS. Ketentuan yang dipergunakan pada uji

ini adalah nilai asymp sig, yang mana bila nilai asymp sig > 5% dapat

dinyatakan tidak terdapat autokorelasi dan apabila nilai asymp sig lebih

kecil dari 5%, maka terdapat autokorelasi dalam model regresi yang

akan diuji.

d. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedaktisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual dari satu

Page 42: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah

model yang homoskesdatisitas, .

Uji hetetroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Uji heteroskedastisitas dengan

menggunakan uji Glejser yang meregresikan nilai absolut redisual

terhadap variabel independen yang digunakan dalam suatu model

regresi. Jika variabel independen ternyata signifikan (sig < 0,05)

mempengaruhi absolut residual, ini berarti bahwa dalam data

terdapat heteroskedastisitas. Apabila ternyata tidak signifikan (sig >

0,05), memiliki arti jika asumsi homoskedastisitas terpenuhi.

3. Uji Hipotesa

Sesuai dengan kerangka pemikiran dan pengajuan hipotesis di atas,

maka hipotesis akan diuji dengan persamaan regresi sebagai berikut ini.

Y = α + α 1X1m+ α 2X2v + α 3X3 + α4 ǀX1m . X3ǀ + α 5 ǀX2v . X3ǀ + α 6 X4 + ε

Keterangan:

Y : mean ask-bid price pada window event

X1m : mandatory disclosure aset tetap

X2v : voluntary disclosure aset tetap

X3 : ukuran dewan komisaris

X4 : logaritma natural dari total asset

ε : error term.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada kekuatan

hubungan antara beberapa variabel, serta menunjukkan arah hubungan

antara variabel dependen dengan variabel independen. Karena dalam

TOSHIBA, 04/08/14,
bukan dummy tho, 1 dan 0?
Page 43: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

penelitian ini juga menggunakan variabel moderating yang dalam model

regresinya mengandung unsur perkalian dua atau lebih variabel

independen (interaksi), maka hipotesis akan diuji menggunakan uji model

dengan aplikasi interaksi (MRA) dan analisis beda t-test.

Uji interaksi atau Moderated Regression Analysis terdiri dari

beberapa tahapan antara lain:

a. Uji Ketepatan Perkiraan (Uji R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen

(Ghozali, 2006). Nilai koefisien yang akan diperoleh berkisar antara nilai

nol dan satu yang mana jika R2 semakin kecil, maka kemampuan variabel

independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.

Sebaliknya jika nilai mendekati satu berarti variabel-variabel independen

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi

variasi variabel dependen.

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji ini pada dasarnya dilakukan untuk menunjukkan apakah semua

variabel independen yang dimasukkan ke dalam model regresi mempunyai

pengaruh bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006).

Untuk itu peneliti menggunakan alat bantu program SPSS varsi 17.0.

dimana kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut.

H0 diterima dan Ha ditolak, apabila nilai signifikansi lebih dari nilai

alpha 0,05 berarti variabel dependen secara bersama-sama tidak

Page 44: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

berpengaruh terhadap variabel dependen atau dapat dikatakan model

regresi tidak signifikan.

H0 ditolak dan Ha diterima, apabila nilai signifikansi kurang dari

nilai alpha 0,05 berarti variabel de/penden secara bersama-sama memiliki

pengaruh terhadap variabel dependen atau dapat dikatakan model regresi

signifikan.

c. Pengujian Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji signifikansi statistik t dilakukan untuk menunjukkan seberapa

jauh pengaruh masing-masing variabel independen secara individual

dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2006). Pada uji

statistik t, nilai t hitung akan dibandingkan dengan nilai t tabel, dilakukan

dengan cara:

Bila t hitung > t tabel atau probabilitas < tingkat signifikansi (sig <

0,05), maka Ha diterima dan Ho akan ditolak, variabel independen

berpengaruh terhadap varriabel dependen.

Bila t hitung < t tabel atau probabilitas > tingkat signifikansi (sig < 0,05),

maka Ha ditolak dan Ho akan diterima, variabel independen tidak

berpengaruh terhadap varriabel dependen.

Page 45: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pengujian hipotesis yang telah dikemukakan dilakukan pengujian dengan

menghitung indeks pengungkapan dan ask bid spread dari masing-masing

perusahaan sampel dalam periode pengamatan. Indeks pengungkapan diperoleh

dari jumlah skor pengungkapan dibagi skor keseluruhan pengungkapan dari

laporan tahunan setiap perusahaan sampel baik voluntary maupun mandatory.

Sedangkan ask bid spread diperoleh dari

A. Deskripsi Data

Objek dari penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang bergerak di

sektor manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang menerbitkan

laporan tahunan selama periode 2010-2011 (cross sectional) secara berkala.

Dengan tujuan menemukan hasil empiris mengenai pengaruh pengungkapan

aktiva tetap terhadap asimetri informasi di sekitar window event, yang dimoderasi

dengan ukuran dewan sebagai salah satu item good corporate governance.

Data yang digunakan merupakan data sekunder yang berasal dari ICMD.

Kemudian dari data tersebut peneliti mengambil sampel yang digunakan dalam

penelitian ini dengan metode purposive sampling, hal ini dilakukan berdasar

pertimbangan agar sampel yang digunakan representatif dan memenuhi kriteria

yang telah ditentukan sebelumnya. Berdasarkan kriteria itu sampel akhir yang

Page 46: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

diperoleh oleh peneliti ada sebanyak 88 perusahaan manufaktur yang terdaftar di

BEI, adapun rincian kriteria pemilihan sampel adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1Pemilihan Sampel Penelitian

Kriteria Pemilihan Sampel JumlahJumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2010 & 2011

271

Data tidak lengkap (Tanggal Publikasi/Ask-Bid Spread) (95)

Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki pengungkapan aktiva tetap pada laporan keuangan

(36)

Jumlah perusahaan yang menjadi sampel periode 2010 & 2011

140

Tabel 4.2Daftar Perusahaan Manufaktur yang menjadi Sampel Penelitian

No Kode Emiten 2010 20111 ADES Akasha Wira International Tbk √ √2 ADMG Polychem Indonesia Tbk. √ √3 AKKU Alam Karya Unggul Tbk. √ √4 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk √5 ALMI Alumindo Light Metal Industry Tbk. √ √6 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk. √ √7 ASII Astra International Tbk √ √8 AUTO Astra Auto Part Tbk √9 BRNA Berlina Tbk. √ √10 BRPT Barito Pasific Tbk √11 BTON Betonjaya Manunggal Tbk. √ √12 BUDI Budi Starch & Sweetener Tbk. √ √13 CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. √ √14 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk √ √15 DLTA Delta Djakarta Tbk. √ √16 DPNS Duta Pertiwi Nusantara √17 DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk √ √18 EKAD Ekadharma International Tbk. √ √19 ESTI Ever Shine Tex Tbk. √ √

TOSHIBA, 04/08/14,
Sampel apa tdk yg selama 2 thn konsisten ada?
Page 47: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

20 ETWA Eterindo Wahanatama Tbk √21 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk √22 FPNI PT Lotte Chemical Titan Tbk. √ √23 GDYR Goodyear Indonesia Tbk √ √24 GGRM Gudang Garam Tbk √ √25 GJTL Gajah Tunggal Tbk √ √26 HMSP HM Sampoerna Tbk √ √27 IKAI Intikeramik Alamasri Industri Tbk √ √28 IMAS Indomobil Sukses Internasional Tbk √ √29 INAF Indofarma Tbk √ √30 INAI Indal Aluminium Industry Tbk √ √31 INCI Intanwijaya Internasional Tbk √ √32 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk √ √33 INDS Indospring Tbk √ √34 INKP Indah Kiat Pulp & paper Tbk √ √35 INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk √ √36 JECC Jembo Cable Company Tbk √37 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk √ √38 JPRS Jaya Pari Steel Tbk √ √39 KAEF Kimia Farma Tbk √ √40 KBLI KMI Wire & Cable Tbk √ √41 KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk √ √42 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk √ √43 KICI Kedaung Indag Can Tbk √ √44 KLBF Kalbe Farma Tbk √ √45 LMPI Langgeng Makmur Industri Tbk √ √46 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk √ √47 MAIN Malindo Feedmill Tbk √ √48 MASA Multistrada Arah Sarana Tbk √ √49 MERK Merck Tbk √50 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk √ √51 MLIA Mulia Industrindo Tbk √ √52 NIPS Nipress Tbk √ √53 PBRX Pan Brothers Tbk √ √54 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk √ √55 PRAS Prima Alloy Steel Universal Tbk √ √56 PYFA Pyridam Farma Tbk √ √57 RMBA Bentoel international Investama Tbk √ √58 SAIP Surabaya Agung Industry Pulp Tbk √ √59 SIPD Sierad produce Tbk √ √60 SMCB Holcim Indonesia Tbk √ √61 SMGR Semen Gresik Tbk √ √

Page 48: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

62 SMSM Selamat Sempurna Tbk √ √63 SPMA Suparma Tbk √ √64 SRSN Indo Acidatama Tbk √ √65 SULI Sumalindo Lestari Jaya Tbk √ √66 TCID Mandom Indonesia Tbk √ √67 TIRT Tirta Mahakam Resources Tbk √ √68 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk √ √69 TPIA Chandra Asri Petrochemical √ √70 TRST Trias Sentosa Tbk √ √71 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk √ √72 ULTJ Ultra jaya Milk Industry Tbk √ √73 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk √ √74 UNVR Unilever Indonesia Tbk √75 VOKS Voksel Electric Tbk √

B. Statistik Deskriptif

Peneliti melakukan analisis data pada model regresi berganda dengan

menggunakan bantuan program SPSS 17. Statistik deskriptif ini diperlukan untuk

menunjukkan distribusi data dari variabel-variabel yang akan diteliti. Hasil dari

statistik deskripsi pada sampel dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2Statistik Deskriptif

Statistics n Min Max MeanStd.

Deviation

Y 140 -0,1308 0,234 0,06573 0,06737Xi 140 0,154 1,000 0,75697 0,17734Xii 140 0,5833 1,000 0,88988 0,11322UDKi 140 1 10 3,71 2,061Ln_TA 140 8,93 14,86 12,1941 0,84974

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa variabel asimetri informasi (Y)

memiliki nilai minimum sebesar -0,1308 oleh Mulia Industrindo Tbk pada tahun

Page 49: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

2011. Nilai maksimum sebesar 0,234 oleh Delta Djakarta Tbk pada 2010. Nilai

rata-rata sebesar 0,06573 dan standar deviasi sebesar 0,06737.

Pada pengungkapan aset tetap mandatory (X1) memiliki nilai minimum

sebesar 0,154 oleh Alam Karya Unggul Tbk pada tahun 2010. Nilai maksimum

sebesar 1, rata-rata senilai 0,75697 dan standar deviasi 0,17734. Sedangkan pada

pengungkapan aset tetap voluntary (X2) memiliki nilai minimum sebesar 0,5833

oleh Indah Kiat Pulp & Paper Tbk pada tahun 2011, serta nilai maksimum sebesar

1, rata-rata senilai 0,88988 dan standar deviasi senilai 0,11322.

Variabel ukuran dewan komisaris (X3) memiliki nilai minimum sebesar 1,

nilai maksimum sebesar 10, rata-rata senilai 3,71 dan standar deviasi senilai

2,061. Variabel Ln_TA memiliki nilai minimum sebesar 8,93 oleh Charoen

Pokphand Indonesia Tbk di tahun 2010, nilai maksimum 14,86 oleh Delta

Djakarta Tbk pada tahun 2011, rata-rata senilai 12,1941 dan standar deviasi

senilai 0,84974.

C. Uji Asumsi Klasik

Pada suatu model regresi linier berganda dalam sebuah penelitian dapat

menghasilkan estimasi yang representatif dan signifika, jika model tersebut

tidak melanggar asumsi dasar regresi yang terdiri dari:

Page 50: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

1. Uji Normalitas

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan awalan menguji

normalitas data terlebih dahulu. Peneliti melakukan uji normalitas dengan

menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov dengan tingkat signifikansi 5%

yang artinya, data akan disebut berdistribusi normal pada waktu p=value

(asymptotic significance) > 0,05.

Tabel 4.3

Hasil Uji Normalitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 140

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation .05114769

Most Extreme Differences Absolute .057

Positive .057

Negative -.046

Kolmogorov-Smirnov Z .676

Asymp. Sig. (2-tailed) .751

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Untuk uji normalitas, data dinyatakan berdistribusi normal karena nilai p value

sebesar 75,1%

2. Uji Multikolonieritas

Multikolonieritas terjadi pada saat variabel independen berkorelasi dengan

variabel independen lain. Pada model regresi yang baik memiliki variabel

TOSHIBA, 04/08/14,
Format tabel diubah jgn dr outpu lgsg dikopi
Page 51: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

independen yang korelasinya rendah atau malah tidak memiliki korelasi. Hasil uji

ini ditentukan dengan besarnya nilai Variant Inflation Factor dan Tolerance.

Coefficient Correlationsa

Model Log_X4 X2V X3 X1M

1 Correlations Log_X4 1.000 .125 -.343 -.171

X2V .125 1.000 -.309 -.520

X3 -.343 -.309 1.000 -.084

X1M -.171 -.520 -.084 1.000

Covariances Log_X40.038 0.042 -0.006 -0.036

X2V0.042 .003 -0.047 .000

X3-0.006 -0.047 0.008 -0.008

X1M-0.036 .000 -0.008 .001

a. Dependent Variable: Y

Berdasarkan nilai korelasi antar variabel independen ditemukan korelasi yang

cukup tinggi antara variabel X1M dengan X2V yakni sebesar -0,520 atau -52%,

akan tetapi dikarenakan persentase korelasi yang tidak lebih dari 75%, maka dapat

dikatakan tidak terjadi multikolinearitas yang serius.

Variabel Tolerance VIF Keterangan

X1M .622 1.607 Tidak terdapat multikolinearitas

X2V .594 1.684 Tidak terdapat multikolinearitas

X3 .703 1.423 Tidak terdapat multikolinearitas

Log_X4 .828 1.207 Tidak terdapat multikolinearitas

Hasil perhitungan pada semua variabel independen juga menunjukkan nilai VIF

kurang dari 10 dan nilai tolerance diatas 0.1, hal tersebut memperkuat penarikan

TOSHIBA, 04/08/14,
Ini jg diubah speperti awal Baba IV
Page 52: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

kesimpulan bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas pada variabel

independen yang akan diteliti.

3. Uji Autokorelasi

Runs Test

Unstandardized

Residual

Test Valuea -.00007

Cases < Test Value 70

Cases >= Test Value 70

Total Cases 140

Number of Runs 76

Z .848

Asymp. Sig. (2-tailed) .396

a. Median

Hasil output SPSS telah menunjukkan bahwa nilai Runs-test adalah -0,00007

dengan probabilitas 0,396 signifikan pada α = 5% yang berarti hipotesis nol

diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual terjadi secara acak atau tidak

terjadi autokorelasi antar nilai residual.

TOSHIBA, 04/08/14,
Format????
Page 53: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

4. Uji Heteroskeditas (Uji Glejser)

Coefficientsa

Model

Unstandardized CoefficientsStandardized Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) .067 .059 1.136 .258

X1M .019 .042 .102 .446 .656

X2V -.041 .059 -.145 -.700 .485

X3 .000 .012 .015 .019 .985

X1M.X3 -.012 .011 -.747 -1.036 .302

X2V.X3 .011 .017 .691 .637 .525

Log_X4 .000 .004 -.016 -.167 .868

a. Dependent Variable: ABS_RES1

Terlihat dari probabilitas signifikansi yang berada diatas tingkat kepercayaan

5%, sehingga dapat disimpulkan model regresi dalam penelitian ini tidak

memiliki heteroskedastisitas.

UJI HIPOTESIS BLM THO?

TOSHIBA, 04/08/14,
Format tabel
Page 54: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

BAB V

PENUTUP

Page 55: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2003. Pengaruh Corporate Governance terhadap Reaksi Harga dan Volume Perdagangan Pada Saat Pengumuman Earnings. Simposium Nasional Akuntansi VI. 16-17 Oktober 2003, Surabaya. Hal 614-621.

Bandi dan Jogiyanto Hartono. 1999. Perilaku Reaksi Harga dan Volume Perdagangan Saham terhadap Pengumuman Dividen. Simposium Nasional Akuntansi II. 24-25 September 1999, Surabaya.

Ball, Ray dan P. Brown, 1968, An Empirical Evaluation of Accounting Income Numbers, Journal of Accounting Research (autumn), pp 159-178

Brigham, Eugene F and Phillip R.Daves, Intermediate Financial Management,

eighth edition, Thomson, South-western

Chae, joon, 2002. “Timing Information, Information Asymetry, and Trading Volume”. http://www.ssrn.com.

Finger, Catherine A, 1994, The Ability of Earnings Predict Future Earnings dan Cash Flow, Journal of Accounting Research, Vol 32, No 2, pp210-223

Forum for Corporate Governanace in Indonesia (FCGI). Corporate Governance di Indonesia. http://www.fcgi.or.id.

Fortuna Antonieta, 2007, Challenges facing incentives For Effective Corporate Governance: cost and benefit, resistance to change and lack of accountability, Makalah 15 th Afa Conference, Jakarta.

Hendriksen, Eldon S., 1994. Teori Akuntansi, Edisi 4, Penerbit Erlangga.

Hua, Chi Yun; Min-Li Yao; Wen Chih Lee; Wei-Ming Chine, Information Asymmetry at Merge and Acquisition- An Investigation on Firm in The Electric Industry, working paper, 2006

Jensen, Michael C. dan William H. Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics. Vol. 3, No. 4. . Oktober 1976. Hal 305-360.

Johnson, Simon; P. Boone; A. Breach; dan E. Friedman. 2000. Corporate Governance in the Asian Financial Crisis. Journal of Financial Economics 58. Hal 141-186.

Page 56: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

Kanagaretnam, Kiridaran; Gerald J Lobo; Dennis J Whalen, 2007. Does Good Corporate Reduce Information Asymmetry Around Quarterly Earnings Announcements?, Journal of Accounting and Public Policy 26 Hal 497-522.

Kapitalisasi Bursa Naik 277 trilyun, http://www.viva.com, 17 Desember 2012

Kenaikan Peringkat Indonesia Tarik Minat Investor Asing, http:// www.investordayly.co,id, 17 Januari 2012.

Kieso, Donald E, Jerry J. Weigandt, Terry D Warfield, 2011, Intermediate Accounting, IFRS edition, Volume 1, John Wiley &Sons

Komite Nasional Kebijakan Governance. 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia. http://www.google.com.

Komalasari, Puput Tri dan Zaki Baridwan. 2001. Asimetri Informasi dan Cost of Equity Capital. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 4, No. 1 (Januari): 64-81

Majalah SWA. 2006. Edisi 26/XXII/11-20 Desember 2006.

Mempercepat Laju: Revitalisasi Pertumbuhan di Sektor Manufaktur Indonesia, Stefan koeberle 10 oktober 2012

Mendenhall, W dan R.J. Beaver, 1992, A Course in Business Statistics, Boston: PWC-Kent Publishing Company.

Moksin, Pengiran Haji, 2007, Corporate Governance and Its Impact On A Firm”s Equity Price and Cost of Capital, Makalah 15 th AFA Conference , Jakarta.

Niyamanusorn, Nataya; A Fuad Rahmany, Liew Kim yuen, 2007, Past Failures

of Bad Corporate Governance: ASEAN Case Studies, makalah 15 th Afa Conference, Jakarta.

Perbaikan Peringkat dan Prospek Pasar Modal Indonesia, http://businessnews.co.id,11 Januari 2012

Sayidah, Nur, 2004, Persepsi Penyedia dan Pemakai Laporan Keuangan Terhadap Pengungkapan Biaya Riset dan Pengembangan, JAAI Vol. 8, No. 1 Juni 2004. Hal. 81-98.

Setiawan, Doddy dan Sitti Subekti. 2005. Pengujian Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat Secara Keputusan: Analisis Pengumuman Dividen Meningkat (Studi Empiris pada Bursa Efek Jakarta Selama Krisis

Page 57: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

Moneter). Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 8, No. 2. Mei 2005. Hal 121-137.

Subiyantoro, Edy dan Saarce Elsye Hatane. 2007. Dampak Perubahan Kultur Masyarakat Terhadap Praktik Pengungkapan Laporan Keuangan Perusahaan Publik Di Indonesia. Jurnal Mnajemen Dan Kewirausahaan, Vol. 9, No. 1, Maret.

Sunarto. 2003. Corporate Governance dan Kinerja Saham. Fokus Ekonomi. Vol. 2, No. 3. Desember 2003. Hal. 240-257.

Suwardjono, 2005, Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan, Edisi Ketiga, BPFE, Yogyakarta

The Free Encyclopedia, Wiki Pedia, Information Asymmetry, http://www. en.wikipedia.org/wiki/information economics

Ujiyantho, Muh. Arief dan Bambang Agus Pramuka. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba, dan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X. 26-28 Juli 2007, Makassar.

Pecahan Variabel Dependen

Diambil dari Wiki Pedia, Information asymmetry adalah kondisi dimana salah

satu pihak memiliki informasi yang lebih banyak daripada pihak lain.

Misalnya, pihak stakeholder intern perusahaan selain shareholder yang

memiliki informasi lebih banyak dibandingkan dengan pihak shareholder itu

sendiri.

Sebagai pihak yang tidak memiliki banyak informasi, investor akan

menggunakan informasi pengumuman laba untuk mengeliminasi asimetri

informasi. Apabila pengumuman laba tersebut merupakan indikasi kabar baik

/ buruk, yaitu laba meningkat / menurun, maka investor akan bereaksi positif

Page 58: SKRIPS_BAB1-4 Kurniawan edit1.doc

(negatif). Jadi laba mempunyai kandungan informasi yang berguna bagi

investor (Ball dan Brown, 1968). Proxy asimetri informasi dalam penelitian

ini adalah ask bid price spread. Proxy ini mendasarkan pada penelitian

Kanagaretnam (2007); Hua et al. (2006).

Harga bid adalah harga dimana dealer bersedia untuk membeli suatu

sekuritas, sedang ask adalah harga dimana dealer bersedia untuk menjual

suatu sekuritas. Perbedaan antara harga bid dan harga ask ini adalah spread.

Sehingga bid-ask spread merupakan selisih antara harga jual dan harga beli

(Purwanto, 2004)