skripsi isa ansori

98
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga pendidikan untuk saat ini harus bekerja ekstra keras dan sungguh-sungguh agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara optimal. Masih terlihat kondisi moral para remaja belum terbentuk secara optimal karena kita masih banyak mendengar dan melihat di televisi tawuran antar remaja, budaya seks bebas yang dilakukan dikalangan remaja. Keadaan seperti ini sangat memukul dunia pendidikan. Tujuan pendidikan di sekolah-sekolah umumnya ialah untuk mendidik anak-anak supaya menjadi orang yang bertakwa kepada TuhanYang Maha Esa, yang berarti taat dan patuh menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya (Purwanto, 1997: 157). Pendidikan sangatlah penting bagi kelangsungan kehidupan bangsa, sebab kualitas suatu bangsa sangat erat dengan tingkat pendidikan sebab itulah modal utama yang harus dikuasai ialah pendidikan. Pendidikan Agama Islam tidaklah terlepas dari pembinaan akhlak karena pendidikan akhlak merupakan paling esensi dan vital dalam pendidikan Islam sebagaimana yang telah terumuskan dalam tujuan pendidikan dalam Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan 1

Upload: alfaze-ghautama

Post on 12-Jul-2015

226 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi isa ansori

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lembaga pendidikan untuk saat ini harus bekerja ekstra keras dan

sungguh-sungguh agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara optimal. Masih

terlihat kondisi moral para remaja belum terbentuk secara optimal karena kita

masih banyak mendengar dan melihat di televisi tawuran antar remaja, budaya

seks bebas yang dilakukan dikalangan remaja. Keadaan seperti ini sangat

memukul dunia pendidikan.

Tujuan pendidikan di sekolah-sekolah umumnya ialah untuk mendidik

anak-anak supaya menjadi orang yang bertakwa kepada TuhanYang Maha Esa,

yang berarti taat dan patuh menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya

(Purwanto, 1997: 157). Pendidikan sangatlah penting bagi kelangsungan

kehidupan bangsa, sebab kualitas suatu bangsa sangat erat dengan tingkat

pendidikan sebab itulah modal utama yang harus dikuasai ialah pendidikan.

Pendidikan Agama Islam tidaklah terlepas dari pembinaan akhlak karena

pendidikan akhlak merupakan paling esensi dan vital dalam pendidikan Islam

sebagaimana yang telah terumuskan dalam tujuan pendidikan dalam Undang –

Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional yang menyatakan bahwa tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

1

Page 2: Skripsi isa ansori

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggungjawab.

Pendidikan adalah merupakan suatu sistem, ini berarti pendidikan sebagai

usaha sadar tujuan, maka proses dan keberhasilan pencapaian tujuannya sangat

tergantung kepada kerjasama segenap komponen yang ada dalam pendidikan.

Menurut Alisuf Sabri mengatakan bahwa komponen-komponen pendidikan yang

berpengaruh dalam proses pendidikan dan fungsinya yakni;

1. Komponen dasar yang akan diproses anak didik dengan

segenap kondisi kognitif, afektif dan psikomotorik yang ada

pada dirinya.

2. Komponen alat untuk memproses dalam rangka

mempengaruhi anak didik agar terwujud kualitas proses dan

hasil pendidikan. Komponennya ialah pendidik, materi

pengajaran, strategi dan alat atau metode yang digunakan,

dan sarana dan situasi pendidikan.

3. Komponen penunjang yang dapat menunjang kelancaran

dan motivasi peserta didik dalam proses pendidikan yang

berasal dari lingkungan anak didik, baik keluarga, sekolah

maupun masyarakat. (Alisuf Sabri, 1999: 51-52).

Mengingat pendidikan selalu berkenaan dengan upaya pembinaan

Page 3: Skripsi isa ansori

manusia, maka keberhasilan pendidikan sangat bergantung pada unsur atau

komponen manusianya. Dari ketiga komponen di atas yang memiliki peran

penting dalam proses pendidikan adalah guru sebagai ujung tombak pendidikan

karena guru secara tidak langsung berupaya mempengaruhi, membina dan

mengembangkan kemampuan siswa agar menjadi manusia yang cerdas, terampil,

kreatif, dan bermoral tinggi.

Guru merupakan tulang punggung dalam kegiatan pendidikan terutama

yang berkaitan dengan kegiatan proses belajar mengajar. Tanpa adanya peran

guru maka proses pembelajaran yang dilaksanakan akan terganggu dan bahkan

akan mengalami kegagalan. Maka dari itulah guru dituntut untuk menjadi

pembelajar yang cerdas dan kreatif agar dapat mengantarkan peserta didik pada

tujuan yang telah ditentukan.

Mengajar merupakan proses yang kompleks, bukan hanya sekedar

menyampaikan informasi dari guru kepada siswa. Mengajar adalah melakukan

segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan kepada siswa

untuk terjadinya proses pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah

dirumuskan. (Ana Rosilawati, 2008: 84). Di sinilah peran penting guru dalam

proses pembelajaran agar anak didik dapat termotivasi dari pendidikan yang

diberikan oleh guru.

Perlu kita pahami dan sadari bahwa guru berkedudukan sebagai tenaga

pendidik yang profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan

3

Page 4: Skripsi isa ansori

nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan

menurut Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, Yang berbunyi;

“Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Melihat kondisi pelajar sekarang dalam menerima pembelajaran aqidah

akhlak belum sepenuhnya diterima dengan baik. Dalam hal ini peran guru sangat

diperlukan untuk membantu pembentukan akhlak yang baik di MTs Negeri Rasau

Jaya Kabupaten Kubu Raya (KKR). Contoh yang paling sering terjadi dikalangan

pelajar adalah minimnya sopan santun para pelajar terhadap guru. Misalnya

jarangnya para pelajar mengucapkan salam. Tentu saja kenyataan ini tidak dapat

dibiarkan begitu saja tanpa adanya usaha untuk memperbaikinya. Guru dituntut

untuk memberikan pelajaran aqidah akhlak secara sungguh-sungguh dan

mendalam agar pembelajaran tidak hanya selesai ditingkat pengetahuan saja

melainkan dapat teraplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengatasi

permasalahan yang dihadapi guru tersebut, diperlukan kerjasama dari semua

komponen pendidikan agar tujuan yang diharapkan masih dapat tercapai secara

maksimal.

Dalam proses pembelajaran yang ideal, guru terkadang masih mengalami

kendala atau hambatan dalam melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran

bukanlah sekedar tranformasi knowledge melainkan ketiga unsur penting dari

Page 5: Skripsi isa ansori

yang harus dikuasai dalam proses pembelajaran yaitu kognitif, afektif dan

psikomotorik jika ketiga unsur tersebut terpenuhi maka pembelajaran akhidah

akhlak akan mudah teraplikasi dalam kehidupan sehari-hari baik di rumah,

sekolah dan dilingkungan masyarakat.

Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal maka guru harus

mengusai komponen pembelajaran diantaranya adalah guru harus mengusai

materi pembelajaran serta mampu mengembangkannya. Menurut Suharsimi

Arikunto dalam Syaiful Bahri Djamarah (2006: 43) bahan pelajaran atau materi

ajar merupakan unsur inti yang ada dalam kegiatan belajar mengajar, karena

memang bahan pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh anak didik.

Sedangkan pengembangan materi adalah penentuan materi pokok atau

pembelajaran hasil “penerjemahan” Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi

Dasar (KD). Hasil penerjemahan ini harus tercermin dan tertulis dalam silabus

yang telah dibuat sebagai bagian dari pengembangan kurikulum, sebagai panduan

dalam pelaksanaan pembelajarannya.

Selain itu guru harus mengusai metode pembelajaran dan tehnik evalusi

yang baik agar bahan ajar yang diajarkan disekolah dapat dikuasai dengan baik

oleh siswa. Ketiga komponen tersebut antara materi, metode dan evaluasi

merupakan tiga komponen pokok yang benar-benar harus dikuasai dengan baik.

Di sekolah MTs Negeri Rasau Jaya guru akhidah akhlaknya masih

menggunakan pola konvensional/klasik dalam pembelajaran sehingga

5

Page 6: Skripsi isa ansori

pembelajaran yang terlaksana tidak tercapai secara optimal. Selain materi

pelajaran akhidah akhlak yang dipelajari dikelas tidak dapat teraplikasi dalam

kehidupan sehari-hari dengan baik.

Berdasarkan hal di atas peneliti melakukan penelitian dengan judul

“Permasalahan Yang Dihadapi Guru Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Akhidah

Akhlak Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya Di Rasau Jaya Kecamatan Rasau Jaya

Kabupaten Kubu Raya”.

B. Fokus Penelitian

Dari latar belakang di atas maka, yang menjadi rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Permasalahan Yang Dihadapi Guru Dalam Pelaksanaan

Pembelajaran Akhidah Akhlak Di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya di

Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya”.

Melihat masih luasnya rumusan masalah di atas maka akan peneliti

fokuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut;

1. Apa pemasalahan yang dihadapi guru dalam mengembangkan

materi pelajaran Akhidah Akhlak di kelas VII MTs Negeri Rasau

Jaya Di Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya?

2. Apa permasalahan yang dihadapi guru dalam menerapkan metode

pelajaran Akhidah Akhlak di kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya Di

Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya?

3. Apa permasalahan yang dihadapi guru dalam mengevaluasi

Page 7: Skripsi isa ansori

pelajaran Akhidah Akhlak di kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya Di

Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah penelitian di atas, tujuan umum yang dilakukan

pada penelitian ini adalah untuk permasalahan yang dihadapi guru dalam

pembelajaran akhidah ahklak kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya di Kecamatan

Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya. Sedangkan secara rinci, tujuan penelitian ini

adalah untuk;

1. Mengetahui pemasalahan yang dihadapi guru dalam mengembangkan materi

pelajaran Akhidah Akhlak di kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya Di Kecamatan

Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya.

2. Mengetahui permasalahan yang dihadapi guru dalam menerapkan metode

pelajaran Akhidah Akhlak di kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya Di Kecamatan

Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya.

3. Mengetahui permasalahan yang dihadapi guru dalam mengevaluasi pelajaran

Akhidah Akhlak di kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya Di Kecamatan Rasau

Jaya Kabupaten Kubu Raya.

D. Manfaat Penelitian

Secara teoritis, pengembangan teori-teori ini diharapkan dapat menjadi

bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang sejenis.

Secara praktis dari penelitian ini adalah:

7

Page 8: Skripsi isa ansori

1. Bagi peneliti, dari hasil penelitian ini di harapkan dapat

menjadi bahan masukan dalam melakukan kegiatan

peningkatan kualitas dalam belajar mengajar dan

mengetahui bagaimana cara memecahkan masalah yang

dihadapi dalam pendidikan.

2. Menjadikan pertimbangan dan masukan bagi

perkembangan pembelajaran Aqidah Ahklak kelas VII di

MTs Negeri Rasau Jaya Di Rasau Jaya Kecamatan Rasau

Jaya Kabupaten Kubu Raya.

3. Bagi guru, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat

dijadikan wacana bagi guru sekolah lanjutan pertama pada

umumnya dan guru akhidah akhlak pada khususnya dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam proses

pembelajaran di sekolah.

Page 9: Skripsi isa ansori

BAB II

PERMASALAHAN GURU DALAM PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

A. Penelitian Terdahulu

Dalam peneliti sebelumnya, Wirda Ningsih (Skripsi, 2008) dengan judul

penelitian “Pendidikan Akhlak Pada Anak Dalam Lingkungan Keluarga (studi

pada anggota Majlis Ta’lim Husnul Khotimah Gang Jambi Pontianak Kota”.

Kesimpulan yang dapat diungkap dari penelitian ini pertama, bentuk pendidikan

akhlak dalam lingkungan keluarga yang meliputi akhlak kepada Allah dan kepada

sesamanya. Dan kedua, pendidikan akhlak pada anak dalam lingkungan keluarga

dilaksanakan dengan cara pembiasaan dan pemahaman tertentu yang

berhubungan dengan akhlak kepada Allah SWT.

Sedangkan Astiyah (Skripsi, 2009) dengan judul penelitian “Problematika

Guru dalam Melaksanakan Proses Pembelajaran pada Mata Pelajaran Fiqh Kelas

IV A di MIN Bangka Belitung, Tahun ajaran 2008/2009”. Kesimpulan yang

ditangkap ialah problematika guru dalam melaksanakan proses pembelajaran fiqh

adalah rendahnya pengetahuan keagamaan siswa, kurangnya prasarana dan

perpustakaan. Problem eksternal guru dalam melaksanakan proses pembelajaran

fiqh adalah: kurangnya fasilitas, besarnya kelas, dan disiplin sekolah.

9

Page 10: Skripsi isa ansori

9

B. Permasalahan Guru Dalam Pembelajaran Akhidah Akhlak

1. Permasalahan

1) Pengertian Permasalahan

Masalah atau permasalahan biasa dalam bahasa inggris disebut

problem atau problematika. Menurut Al-Barry (2000: 249) dalam kamus

ilmiah kontemporer, problem adalah kasus, masalah, persoalan atau

perkara sulit. Problematika adalah persoalan atau berbagai macam

masalah-masalah. Dan menurut Soerjono Sukamto (Dalam Taufiq, 1992 :

26) problem adalah halangan yang terjadi dalam kelangsungan proses.

Sedangkan dalam kamus ilmiah kontemporer problem adalah kasus,

masalah, persoalan atau perkara sulit.

Sedangkan menurut W. J. S Purwadaminto dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (1995: 138) mengartikan problem sebagai sebuah

permasalahan yang timbul dari masalah yang tidak diselesaikan, sehingga

dengan demikian hal ini menjadi stimulus untuk melahirkan ide-ide baru

sebagai solusi dari sebuah problematika (masalah).

Menurut Imam Suprayogo dan Tobroni (2001: 32) mengatakan

bahwa suatu masalah adalah sesuatu yang belum diketahui oleh

masyarakat luas terhadap suatu masalah penting, kesenjangan antara cita

Page 11: Skripsi isa ansori

dan fakta atau yang normatif idealistis dengan historis sosiologis, sesuatu

yang unik, yang menyebar dari mainstream yang ada, serta sesuatu yang

luar biasa.

Permasalahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

permasalahan-permasalahan atau kendala-kendala yang dihadapi dan

dialami oleh guru mata pelajaran Aqidah Akhlqk di MTs Negeri Rasau

Jaya kelas VII dalam proses pelaksanaan pembelajaran baik dari sisi

materi, metode dan tehnik evaluasi.

2. Guru

1) Pengertian Guru

Pendidik adalah komponen yang sangat penting dalam sistem

pendidikan, karena ia akan mengantarkan anak didik pada tujuan yang

telah ditentukan, bersama komponen yang lain terkait dan lebih bersifat

komplomentif (Khoiron Rosyadi, 2004:172). Menurut UU Guru dan

Dosen no 14 tahun 2005 mengatakan bahwa pendidik atau guru adalah

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta

didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan

dasar, dan pendidikan menengah.

Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi

bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani

dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan

11

Page 12: Skripsi isa ansori

tugasnya sebagai makhluk Allah, khalifah di permukaan bumi, sebagai

makhluk social dan sebagai idividu yang sanggub berdiri sendiri (Nur

Uhbiayati, 1999: 71). Pendidik biasa juga disebut dengan guru cuma

terkadang sebutan guru lebih sering digunakan dalam pendidikan formal

yang biasa disebut pendidik profetik

Menurut Abudin Nata (dalam Hitami Salim & Erwin Mahrus)

mengatkan bahwa pendidik profetik ialah orang-orang yang bekerja dalam

bidang pendidikan yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak-

anak mencapai kedewasaannya, yang tentunya orang-orang tersebut

memiliki keahlian dalam menjalankan tugasnya yang berkaitan dengan

pendidikan. Orang-orang yang termasuk dalam kategori pendidik profesi

ini dikenal dengan “guru”.

2) Tugas Guru

Tugas guru menurut Soetjipto & Raflis Kosasi ialah terbagi atas tiga:

pertama, penyelenggaraan proses belajar-mengajar, yang menempati porsi

terbesar dari profesi keguruan. Kedua, tugas yang berhubungan dengan

membantu murid dalam mengatasi masalah dalam belajar pada khususnya,

dan masalah pribadi yang akan berpengaruh terhadap keberhasilan

belajarnya. Dan ketiga, di samping kedua hal tersebut, guru harus

memahami bagaimana sekolah itu dikelola, apa peranan guru di dalamnya,

bagaimana memanfaatkan prosedur serta mekanisme pengelolaan tersebut

Page 13: Skripsi isa ansori

untuk kelancaran tugas-tugasnya sebagai guru (Soetjipto & Raflis Kosasi,

2007: 3-4). Ketiga tersebut merupakan tugas kompleks guru dimana guru

harus menguasai seluruhnya baik materi yang akan dipelajari hingga

kondisi keadaan siswa, agar siswa yang belajar dapat terasa nyaman dan

menyenangkan.

3) Syarat Pendidik/guru

Menurut M. Ali ada 5 syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang

yang ingin menjadi pendidik (khususnya guru) yang professional, yaitu;

1) Memiliki keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam.

2) Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya.

3) Adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai

4) Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya

5) Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan. (dalam Haitami Salim &Erwin Mahrus, 2006: 55)

Pada tahun 2009 syarat untuk menyandang guru yang profsional

sangatlah berat, diantaranya: guru harus memiliki bakat, minat, panggilan

jiwa, dan idealisme, memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu

pendidikan, keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia, memiliki kualifikasi

akdemik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang studi, dan

bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalannya.

13

Page 14: Skripsi isa ansori

3. Pembelajaran Akhidah akhlak

1) Pengertian Pembelajaran Akhidah Akhlak

Untuk mengetahui pengertian pelajaran Akhidah akhlak perlu

diuraikan terlebih dahulu pengertian akhidah akhlak yang terdiri dari dua

unsur kata yaitu akhidah dan akhlak. Pengertian akhidah secara etimologis

(lughat), aqidah berakar kata dari kata aqada-ya’qidu-aqdan-aqidatan.

Aqdan berarti simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh. Setelah terbentuk

menjadi aqidah berarti keyakinan, dapat pula diartikan mengingat,

menyimpulkan, menggabungkan. (Abide, 2009 dikutip dari

http://meetabied.wordpress.com/2009/10/30/aqidah-akhlak/).

Sebagaimana diketahui bahwa dasar pokok utama dalam Islam

adalah aqidah atau keyakinan secara etimologik, aqidah berarti credo,

keyakinan hidup, dan secara khusus aqidah berarti kepercayaan dalam

hati, diikrarkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan.

(Khaeruddin, 2002: 113).

Sedangkan pengertian akhlak menurut Jamil Shaliba (1987)

mengatakan bahwa akhlak dari sudut kebahasaan yang berasal dari bahasa

arab, yaitu isim masdhar (bentuk infinitif) dari kata akhlaqa, yukhliqu,

Page 15: Skripsi isa ansori

ikhlaqan, sesuai dengan timbangan (wazan) tsulasi majid af’ala, yuf’ilu,

if’alan yang artinya perangai, kelakuan, tabi’at, watak dasar, kebiasaan,

peradaban baik, dan agama. (dalam Abudin Nata, 2006: 1).

Secara istilah akhlak adalah tingkah laku manusia yang dilakukan

secara berulang-ulang tanpa berpikir terlebih dahulu. Ia merupakan

totalitas dari watak, tabiat, bakat, mental yang dijabarkan dalam bentuk

perbuatan, ucapan dan pikiran, baik yang berhubungan dengan sesama

manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan maupun dengan Allah (Baiqui dan Ari

Fauziana, 1995: 113).

Mata pelajaran aqidah akhlak adalah sub mata pelajaran pada

jenjang pendidikan dasar yang membahas ajaran agama Islam dalam segi

aqidah dan akhlak. Mata pelajaran aqidah akhlak juga merupakan bagian

dari mata pelajaran pendidikan agama Islam yang memberikan bimbingan

kepada siswa agar memahami, menghayati, meyakini kebenaran ajaran

Islam serta bersedia mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari

(Departemen Agama, 1993:1). Sedangkan Pembelajaran Aqidah Akhlak

adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk

mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah SWT dan

merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-

hari melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan

pengalaman, keteladanan dan pembiasaan. (Fendi Ghazali, 2009 dikutip

15

Page 16: Skripsi isa ansori

dari http://www.fendighozali.co.cc/2009/11/pelaksanaan-pembelajaran-

mata-pelajaran.html).

2) Fungsi Pelajaran Aqidah Akhlak

Menurut Departeman Agama mengatakan bahwa bidang stusi aqidah

akhlak berfungsi;

1) Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan didunia dan akhirat.

2) Pengembangan keimanan dan ketakawaan kepada Allah swt., serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin yang mulai ditanamkan dilingkungan keluarga.

3) Penyesuaian mental dan peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui aqidah akhlak

4) Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari

5) Mencegah peserta didik dari hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya asing yang akan dihadapinya sehari-sehari

6) Pengajaran tentang informasi dan pengetahuan keimanan dan akhlak

7) Penyaluran peserta didik untuk mendalami aqidah akhlak pada jenjang pendidikan yang lebih penting. (Departemen Agama, 1993: 22)

3) Ruang Lingkup Bidang Studi Aqidah Akhlak

Secara garis besar, mata pengajaran aqidah akhlak berisi materi

pokok sebagai berikut;

1) Hubungan manusia dengan Khalik (Allah), Hubungan

vatikal antara manusia khaliqnya mencakup dari segi

Page 17: Skripsi isa ansori

aqidah yang meliputi, iman kepada Allah, iman kepada

malaikat-malaikatnya, iman kepada kitab-kitabnya,

iman kepada rasul-rasulnya, dan kepada qada’ dan

qadarnya.

2) Hubungan manusia dengan sesamanya, Materi yang

dipelajari meliputi akhlak dalam pergaulan hidup

sesama manusia, kewajiban membiasakan diri sendiri

dan orang lain, serta menjauhi akhlak yang buruk.

3) Hubungan manusia dengan lingkungannya, Materi yang

pelajari meliputi akhlak manusia terhadap

lingkungannya, baik lingkungan dalam arti yang luas,

maupun akhlak hidup selain manusia, yaitu binatang

dan tumbuh-tumbuhan. (Departemen Agama, 1993: 2).

4. Permasalahan dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak

Proses belajar mengajar merupakan interaksi timbal balik antara guru

dengan siswa dan antara sesama siswa dalam proses pembelajaran. Guru yang

profesional tidak hanya menguasai sejumlah materi pembelajaran, namun

penguasaan metode dan tehnik evaluasi pembelajaran yang tepat dan sesuai

mutlak diperlukan. Untuk itu perlu kiranya para guru mampu menggunakan

dan menguasai materi, menggunakan metode dan tehnik evaluasi

oembelajaran yang baik dan baik dan tepat agar pembelajaran aktif, inovatif,

17

Page 18: Skripsi isa ansori

kreatif, efektif dan menyenangkan.

Dalam buku Pedoman Guru Pendidikan Agama Islam (Depag RI,

1990:1) yang mengatakan proses belajar mengajar adalah suatu proses yang

mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan

timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan

tertentu.

Lebih komplit lagi proses belajar mengajar dikemukakan oleh B.

Suryobroto (2002: 19) yang mengatakan proses belajar mengajar adalah;

Proses belajar mengajar meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran.

Beberapa hal penting yang perlu guru perhatikan dalam

mengembangkan kegiatan pembelajaran antara lain guru harus mengetahui

unsur-unsur atau komponen pembelajaran tersebut. Menurut Faturrohman dan

Sobry S. (2007: 13-17) mengatakan bahwa komponen atau unsure pendidikan,

yaitu :

a. Tujuan, tujuan merupakan suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan pembelajaran.

b. Bahan Ajar, bahan atau materi merupakan medium untuk mencapai tujuan pengajaran yang dikonsumsi oleh peserta didik. Bahan ajar merupakan materi yang terus berkembang secara dinamis seiring dengan kemajuan dan tuntutan perkembangan masyarakat

c. Kegiatan Belajar Mengajar, dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan peserta didik terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai

Page 19: Skripsi isa ansori

mediumnya.d. Metode, metode merupakan suatu cara yang

dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

e. Alat (Media), alat merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Alat dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu alat verbal dan alat bantu non verbal. Alat verbal berupa suruhan, perintah, larangan dan sebagainya. Sedangkan alat bantu non verbal berupa globe, papan tulis, kapur tulis, gambar, diagram, slide, video, infokus dan sebagainya.

f. Sumber pelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran dapat diperoleh

g. Evaluasi adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari suatu pembelajaran.

Dari komponen pembelajaran di atas, pada pembelajaran pendidikan

agama Islam khususnya pada mata pelajaran aqidah akhlak terdapat beberapa

hal yang cenderung menjadi permasalahan yang dihadapi guru dalam

pelaksanaan pembelajaran di kelas diantaranya yaitu mengenai penguasaan/

pengembangan materi, penggunaan metode dan tehnik evaluasi pembelajaran.

Arief Rachman mengidentifikasi ada sembilan titik lemah pendidikan di

Indonesia (Arief Rachman, 2006, 114). Kesembilan titik lemah tersebut

adalah (1) selama ini keberhasilan pendidikan hanya diukur dari keunggulan

ranah kognitif, dan mengabaikan ranah afektif dan psikomotorik, sehingga

pembinaan dan pengembangan watak bangsa menjadi terabaikan, (2) model

evaluasi yang digunakan selama ini hanya mengukur kemampuan berpikir

19

Page 20: Skripsi isa ansori

konvergen, sehingga siswa tidak dipacu untuk berpikir kreatif dan imajinatif,

(3) proses pendidikan berubah menjadi proses pengajaran, yang berakibat

materi pelajaran menjadi tidak relevan dengan kehidupan sehari-hari, (4)

kemampuan menguasai materi tidak disertai dengan pembinaan kegemaran

belajar. (5) titel atau gelar menjadi target pendidikan, tidak disertai dengan

tanggung jawab ilmiah yang mumpuni, (6) materi pendidikan dan buku

pelajaran ditulis dengan cara dan metode yang monoton, tidak menantang dan

tidak menstimulasi daya kritis dan imajinasi siswa (7) manajemen pendidikan

yang menekankan pada tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan kepada

pemerintah, bukan kepada stakeholder, (8) profesi guru yang terkesan menjadi

profesi ilmiah dan kurang disertai dengan bobot profesi kemanusiaan, dan (9)

upaya pemerataan pendidikan yang tidak didukung oleh sarana dan prasarana

yang memadai, serta lemahnya political will pemerintah terhadap upaya

perbaikan pendidikan

Dari obsevasi yang dilakukan peneliti di MTs Negeri Rasau Jaya

terdapat 3 problem yang cenderung terjadi dalam proses belajar mengajar

yang dilaksanakan oleh guru di antaranya yaitu:

a. Guru kurang menguasai materi dan

tehnik pengembangannya.

b. Metode yang digunakan juga sering

metode konvensional untuk seluruh

Page 21: Skripsi isa ansori

materi.

c. Tehnik evaluasipun masih

menggunakan pola lama.

Mengajar dikatakan efektif apabila meliputi tiga langkah, yaitu langkah

sebelum mengajar, langkah pelaksanaan mengajar, dan langkah sesudah

mengajar. Langkah sebelum mengajar, meliputi, menentukan tujuan

pengajaran, baik tujuan jangka panjang maupun jangka pendek. Langkah

pelaksanaan mengajar, langkah ini berupa pelaksanaan strategi-strategi yang

telah dirancang untuk membawa murid mencapai tujuan pengajaran. Langkah

ini meliputi komunikasi, kepemimpinan, motivasi dan kontrol (pembinaan

disiplin dan pengelolaan). Langkah sesudah mengajar langkah ini berupa

pengukuran dan penilaian hasil mengajar sehubungan dengan tujuan yang

telah ditetapkan guru sebelum mengajar. Dari proses penilaian ini dapat

diketahui efektif tidaknya proses mengajar, tepat tidaknya tujuan pengajaran,

seberapa tinggi tingkat kesiapan murid, tetap tidaknya strategi mengajar yang

digunakan dan bahkan derajat relevansi dan ketepatan prosedur penilaian

yang ditempuh.

a. Permasalahan Pengembangan Materi

Pembelajaran

Dalam pembelajaran hal yang tak bisa dilepaskan ialah materi

pembelajaran. Meteri pembelajaran merupakan penentu pokok

21

Page 22: Skripsi isa ansori

keberhasilan dalam pembelajaran. Jika guru penyampaian materinya

kurang tepat maka akan berdampak terhadap tujuan pembelajaran.

Maka, dari itu guru harus benar-benar mengetahui tehnik

menyampaikan materi serta pengembangan materi tersebut agar

materi yang disampaikan mudah diterima oleh siswa.

1) Pengertian Materi Pembelajaran

Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara

garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus

dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah

ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari

pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap

atau nilai.

Bahan pelajaran atau materi pembelajaran adalah substansi yang

akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Menurut Suharsimi

Arikunto dalam Syaiful Bahri Djamarah (2006: 43) bahan pelajaran

merupakan unsur inti yang ada dalam kegiatan belajar mengajar, karena

memang bahan pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh anak

didik.

Menurut Inoe materi ajar atau bahan ajar adalah segala bentuk

materi yang digunakan untuk membantu guru atau instruktor dalam

melaksanakan kegiatan belajar mengajar. (Inoe,

Page 23: Skripsi isa ansori

http://andhysastera.blogspot.com). Sedangkan menurut Depdiknas bahan

ajar adalah materi yang harus dipelajari siswa sebagai sarana untuk

mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar (Depdiknas, 2003).

Jadi, Materi pembelajaran (instructional materials) adalah

pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus diajarkan oleh guru dan

harus dipelajari oleh siswa untuk mencapai standar kompetensi dan

kompetensi dasar.

2) Jenis Materi Ajar

Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari

pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan dan sikap

atau nilai.

a. Fakta; Termasuk jenis materi fakta adalah nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, dsb. Contohnya adalah Ibu kota Negara RI adalah Jakart; Negara RI merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, sejarah Nabi Muhammad.

b. Konsep; materi konsep adalah pengertian, definisi, ciri khusus, komponen atau bagian suatu obyek.

c. Prinsip; materi prinsip adalah dalil, rumus, adagium, postulat, teorema, atau hubungan antar konsep yang menggambarkan “jika..maka….”, misalnya “Jika logam dipanasi maka akan memuai”, rumus menghitung luas bujur sangkar adalah sisi kali sisi.

d. Prosedur; prosedur adalah materi yang berkenaan dengan langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu tugas. Misalnya langkah-langkah mengoperasikan peralatan mikroskop, cara

23

Page 24: Skripsi isa ansori

menyetel televisi. e. Materi jenis keterampilan dan sikap (afektif)

adalah materi yang berkenaan dengan sikap atau nilai, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar, semangat bekerja, dsb. (Mrs. Admin, http://mgmpips.wordpress.com)

3) Pengembangan Materi Pembelajaran

Tujuan pembelajaran dikelas akan tercapai secara maksimal jika

guru mampu menguasai dan mengembangkan materi pembelajaran.

Selama ini kebanyakan guru menyalin dari buku ditransfer kepada murid

tanpa ada pengembangan sedikitpun maka tak heran jika pemahaman yang

diterima murid hanya literleknya saja tanpa dapat memahami isi

pembelajaran.

Pengembangan materi adalah bagaimana guru dapat menerjemahkan

SK dan KD, menetapkan, dan merumuskannya materi atau bahan

pelajaran dalam kegiatan pembelajarannya maupun evaluasinya. Kegiatan

ini akan tercermin dan tertuang dalam kurikulum yang dibuat oleh guru

atau sekolah dalam silabusnya (http://mgmpseni.wordpress.com)

Pengembangan materi merupakan hal penting dalam pelaksanaan

kurikulum. Pengembangan materi dalam hal ini adalah penentuan materi

pokok /pembelajaran hasil “penerjemahan” Standar Kompetensi (SK) dan

Kompetensi Dasar (KD). Hasil penerjemahan ini harus tercermin dan

tertulis dalam silabus yang telah dibuat sebagai bagian dari pengembangan

Page 25: Skripsi isa ansori

kurikulum, sebagai panduan dalam pelaksanaan pembelajarannya.

Sedangkan dalam hal pengembangan bahan ajar, Dick dan

Carey (1996: 228), mengajukan hal-hal berikut untuk diperhatikan,

yakni:

a. Memperhatikan motivasi belajar yang diinginkan

b. Kesesuaian materi yang diberikanc. Mengikuti suatu urutan yang benard. Berisikan informasi yang dibutuhkane. Adanya latihan praktekf. Dapat memberikan umpan balikg. Tersedia tes yang sesuai dengan materi yang

diberikan h. Tersedia petunjuk untuk tindak lanjut

ataupun kemajuan umum pembelajarani. Tersedia petunjuk bagi perserta didik untuk

tahap-tahap aktivitas yang dilakukan, dan j. Dapat diingat dan ditransfer.

Jolly dan Bolitho (dalam Tomsilon ed., 1998: 96-97), mengajukan

langkah-langkah pengembangan bahan ajar sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi kebutuhan materi yang perlu dibutuhkan

b. Mengeksplorasi kondisi lingkungan wilayah tempat bahan ajar akan digunakan

c. Menentukan masalah atau topik yang sesuai dengan kenyataan yang ada di lingkungan peserta didik untuk diajarkan,

d. Memilih pendekatan latihan dan aktivitas serta pendekatan prosedur pembelajaran, dan

e. Menulis rancangan materi bahan ajar.

25

Page 26: Skripsi isa ansori

4) Pengembangan Materi Secara Kontekstual

Pengembangan materi secara kontekstual dilakukan agar siswa dapat

memahami konsep materi dan mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari

dengan seperti ini pembelajaran akan lebih bermakna sebagai mana yang

diungkapkan oleh para pakar di bawah ini:

1) Pembelajaran kontekstual intinya membantu guru untuk mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata dan memotivasi siswa untuk mengaitkan pengetahuan yang dipelajarinya dengan kehidupan mereka. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih beramakna bagi siswa, (Ahmad Zayadi dan Abdul Majid, 2004: 11)

2) CTL adalah sebuah sistem yang menyeluruh. CTL terdiri dari bagian-bagian yang saling terhubung. CTL membuat siswa mampu menghubungkan isi dari subjek-subjek akademik dengan konteks kehidupan keseharian mereka untuk menemukan makna. (Elaene B. Johnson, 2009: 65)

Dengan konsep tersebut, hasil pembelajaran diharapkan lebih

bermakna bagi siswa dan mudah teraplikasi sehingga pembelajaran yang

terjadi tidak hanya sampai di bangku sekolah melainkan dalam kehidupan

sehari-hari. Karena pengaitan materi pembelajaran yang terdapat dalam

buku pelajaran terhadap kehidupan nyata itu lebih bermakna dan mudah

teresapi sehingga pembelajaran yang diajarkan di kelas lebih cepat diingat

dan dipahami oleh anak didik.

Selain itu mengapa pada materi pembelajaran perlu dikembangkan

secara kontekstual karena pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar

Page 27: Skripsi isa ansori

yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi

dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimlikinya dengan penerapannya daplam kehidupan

mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama

pembelajaran kontekstual, yakni: konstruktivisme, bertanya, inkuiri,

masyarakat belajar, pemodelan, dan penilaian autentik. (Trianto, 2008: 20)

b. Permasalahan dalam Menggunakan Metode

Pembelajaran

Selain pengembangan materi di atas, sering kali menjadi sebuah

permasalahan ialah mengenai penggunaan dan pemilihan metode

pembelajaran. Tidak semua materi dapat digunakan dengan

menggunakan metode yang sama. Agar memahami mengenai konsep

metode yang baik maka perlulah penguraian mengenai metode itu

sendiri.

1) Pengertian Metode Pembelajaran

Menurut M. Arif mengatakan bahwa metode ditinjau dari segi

kebahasaan, kata metode berasal dari kata Yunani “methodos”, yang

yeng terdiri dari kata “meta” yang berarti “melalui” dan “hodos”

yang berarti jalan. Jadi, metode berarti jalan yang dilalui (dalam

Haitami Salim, dkk, 2006: 81).

Sedangkan Runes mengatkan bahwa secara tehnis menerangkan

27

Page 28: Skripsi isa ansori

bahwa metode adalah;

a. Sesuatu prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan.

b. Sesuatu secara teknik mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu pengetahuan dari suatu materi tertentu.

c. Suatu ilmu yang merumuskan aturan-aturan dari suatu prosedur. (dalam Samsul Nizar, 2002: 66)

Semetara itu al-Saibany, menjelaskan bahwa metode

pendidikan adalah segala segi kegiatan yang terarah yang dikerjakan

oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran, ciri-

ciri perkembangan perserta didiknya, dan suasana alam sekitarnya.

(As-Syaibani : 1979).

Jadi, Metode pembelajaran adalah ilmu yang mempelajari cara-cara

untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang

terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam

melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik

dalam arti tujuan pengajaran tercapai.

2) Tujuan Umum Metode Pengajaran

Menurut As-Syaibany (dalam Haitami Salim, dkk, 2006: 84-85)

mengatakan bahwa tujuan umum metode pengajar dalam pendidikan

Islam meliputi empat hal penting:

1) Menolong pelajar untuk mengembangkan

pengetahuan, pengalaman keterampilan dan

Page 29: Skripsi isa ansori

sikapnya, terutama keterampilan berpikir ilmiah

yang betul dan sikap dalam bentuk cinta ilmu.

2) Membiasakan pelajar menghafal, memahami,

berpikir sehat memperhatikan dan mengamati

dengan tepat, rajin, sabar, dan teliti dalam

menuntut ilmu, serta mempunyai pendapat yang

berani, asli dan bebas.

3) Memudahkan proses pengajaran bagi pelajar dan

membuatnya mencapai sebanyak mungkin tujuan

yang diinginkan, dengan menghemat tenaga dan

waktu,

4) Menciptakan suasana yang sesuai bagi pengajaran

yang berakhlak sifat saling menghormati dan saling

mempercayai antara guru dan murid.

3) Macam-macam Metode Pembelajaran

Terdapat beberapa macam atau jenis metode mengajar menurut

Muhibbin Syah (2000) ialah;

1) Metode Ceramah (Preaching Method)

Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah, (2000). Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang

29

Page 30: Skripsi isa ansori

sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa.

2) Metode diskusi ( Discussion method )

Metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation).

3) Metode demontrasi ( Demonstration method )

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.

4) Metode ceramah plus

Metode ceramah plus adalah metode mengajar yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah gabung dengan metode lainnya.

5) Metode resitasi ( Recitation method )

Metode resitasi adalah suatu metode mengajar dimana siswa diharuskan membuat resume dengan kalimat sendiri.

6) Metode percobaan ( Experimental method )

Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Syaiful Bahri Djamarah, (2000)

7) Metode Karya Wisata

Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan.

Page 31: Skripsi isa ansori

8) Metode latihan keterampilan ( Drill method )

Metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar , dimana siswa diajak ke tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya. Contoh latihan keterampilan membuat tas dari mute/pernik-pernik.

9) Metode mengajar beregu ( Team teaching method )

Metode mengajar beregu adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas. Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk sebagai kordinator. Cara pengujiannya, setiap pendidik membuat soal, kemudian digabung. Jika ujian lisan maka setiap siswa yang diuji harus langsung berhadapan dengan team pendidik tersebut.

10) Metode mengajar sesama teman ( Peer teaching

method )

Metode mengajar sesama teman adalah suatu metode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri. Dalam penerapan metode ini guru harus peka karena salah satu dari tmentersebut harus meahapi materi pembelajaran yang yang dipelajari.

11) Metode pemecahan masalah ( Problem solving

method )

Metode metode pemecahan masalah adalah suatu metode mengajar yang mana siswanya diberi soal-soal, lalu diminta pemecahannya. Metode pembelajaran ini murid yang lebih banyak aktif.

12) Metode perancangan ( projeck method )

Metode perancangan yaitu suatu metode mengajar dimana pendidik harus merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian.

13) Metode Global (Ganze method )

Metode Global yaitu suatu metode mengajar dimana pendidik harus

31

Page 32: Skripsi isa ansori

merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian

14) Metode Inquiry

Metode inquiry adalah metode yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar. Inquiry menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif (Mulyasa , 2003:234)

c. Permasalahan dalam Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran memiliki peran penting untuk mengukur

tingkat kemampuan guru dalam mengkontruksi PBM di kelas dan

mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran.

Permasalahan yang sering di hadapi guru yaitu kekurang mampuan guru

dalam meramu evaluasi yang dilaksanakan sehingga tujuan pembelajaran

di kelas tidak dapat tercapai secara maksimal.

Dengan menelaah pencapaian tujuan pengajaran, guru dapat

mengetahui apakah proses belajar yang dilakukan cukup efektif

memberikan hasil yang baik dan memuaskan atau sebaliknya. Jadi jelaslah

bahwa guru hendaknya mampu dan terampil melaksanakan penilaian,

karena dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh

siswa setelah ia melaksanakan proses belajar. Evaluasi pembelajaran

merupakan penilaian kegiatan dan kemajuan belajar mahasiswa atau siswa

yang dilakukan secara berkala berbentuk ujian, prak-tikum, tugas, dan

atau pengamatan oleh dosen atau guru. Bentuk ujian meliputi ujian tengah

Page 33: Skripsi isa ansori

semester, ujian akhir semester, dan ujian tugas akhir.

a. Pengertian Evaluasi

Setelah proses belajar mengajar dilakukan, maka perlu adanya

evaluasi terhadap siswa. Evaluasi dilakukan untuk mengukur atau

menentukan taraf tercapai atau tidaknya tujuan pengajaran.

Menurut Osman Labily mengatakan bahwa secara etimologis,

evaluasi berasal dari kata latin “evaluation” yang berarti penilaian,

penaksiran, atau pengiraan kurs. (dalam Haitami Salim, dkk, 200:

91). Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa

evaluation atau evaluasi berarti tindakan atau proses untuk

menentukan nilai sesuatu. (Suharsimi Arikunto, 1993:1)

Menurut Muhibbin Syah mengatakan bahwa evalusi penilaian

terhadap tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang

telah ditetapkan dalam sebuah program. (Muhibbin Syah: 2003: 195).

Senada dengan pengertian sebelumnya, Haitami Salim dan Erwin

Mahrus mengatakan bahwa evaluasi adalah proses penentuan nilai

sesuatu yang berhubungan dengan pendidikan, dengan menggunakan

instrumen, yang dilakukan secara sistematis, terencana, dan terarah,

berdasarkan atas tujuan yang jelas.

b. Tujuan dan Fungsi Evaluasi

Tujuan evaluasi Menurut Muhibbin Syah (2003: 196-197) ialah;

33

Page 34: Skripsi isa ansori

1) Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu.

2) Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seseorang siswa dalam kelompok kelasnya,

3) Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakkan siswa dalam belajar,

4) Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah digunakan guru dalam proses belajar mengajar.

Sedangkan fungsi evaluasi pembelajaran ialah;

1) Fungsi administrative untuk menyusun daftar nilai dan pengisian buku rapor.

2) Fungsi promosi untuk menetapkan kenaikan atau kelulusan

3) Fungsi diasnogtik untuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dan merencanakan program remedial teaching (pengajaran perbaikan)

4) Sebagai sumber data BP yang dapat memasok data siswa tertentu yang memerlukan bimbingan dan penyuluhan (BP)

5) Sebagai bahan pertimbangan pengembangan pada masa yang datang yang meliputi pengembangan kurikulum, metode dan alat untuk proses belajar mengajar. (Muhibbin Syah, 2003:198).

Sedangkan Menurut Oemar Hamalik (2004:145) evaluasi

dimaksudkan untuk mengamati hasil belajar siswa dan berupaya

menentukan bagaimana menciptakan kesempatan belajar dengan tujuan

untuk memperbaiki pengajaran dan penguasaan tertentu dalam kelas

c. Ragam Evaluasi

Pada prinsipnya, evaluasi hasil belajar merupakan kegiatan

berencana dan berkesinambungan. Oleh karena itu, ragamnya pun

Page 35: Skripsi isa ansori

banyak, mulai yang paling sederhana sampai yang paling kompleks.

Adapun ragam evaluasi menurut Muhibbin Syah ialah sebagai

berikut;

1) Pre-tes dan Post testKegiatan pre-test dilakukan guru secara rutin pada setiap akan memulai penyajian materi baru. Tujuannya ialah untuk mengidentifikasi taraf pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan disajikan. Sedangkan post-test adalah kebalikan dari pre-test, yakni kegiatan evaluasi yang dilakukan guru pada setiap akhir penyajian materi. Tujuannya adalah untuk mengetahui taraf penguasaan siswa atas materi yang telah diajarkan.

2) Evaluasi PrasyaratEvaluasi jenis ini sangat mirip dengan pre-test. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru yang akan diajarkan.

3) Evaluasi DiagnostikEvaluasi ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan pelajaran dengan tujuan mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang elum dikuasai oleh siswa.

4) Evaluasi NormatifEvaluasi ini dapat dipandang sebagai ulangan yang dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran atau modul. Tujuannya ialah untuk memperoleh umpan balik yang mirip dengan evaluasi diagnostic, yakni untuk mendiagnosis (mengetahui penyakit/kesulitan) kesulitan belajar siswa.

5) Evaluasi SumatifRagam penilaian ini dapat dianggap sebagai “ulangan umum” yang dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar siswa pada akhir periode pelaksanaan program pengajaran.

6) Ujian Akhir Nasional (UAN)Ujian akhir nasional (UAN) yang dulu disebut EBTANAS (Evaluasi Belajar Tahap Tahab Akhir Nasional) pada prinsipnya

35

Page 36: Skripsi isa ansori

sama dengan evaluasi sumatif dalam arti sebagai alat penentu kenaikan status siswa. (Muhibbin Syah, 2003: 199-201).

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Pendekatan

Metodologi adalah Ilmu yang mempelajari tentang jalan atau cara yang

harus dilalui untuk mencapai tujuan. Menurut Winarno Surachmad (2000:131),

”Metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk memecahkan suatu

masalah”. Metode yang digunakan harus memungkinkan untuk memperoleh data

Page 37: Skripsi isa ansori

35

yang sesuai dengan masalah yang diselidiki.

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.

Pendekatan kualitatif menurut Bogdan dan Taylor Metodelogi kualitatif adalah

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati. (dalam Lexy J.

Moleong (2004: 112). ”Kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan

seperti dokumen, dan lain-lain. Selanjutnya berdasarkan masalah yang ada, maka

peneliti memilih jenis penelitian Deskriptif”. Pemilihan pendekatan ini didasarkan

pada asumsi bahwa penelitian ini meneliti status sekelompok manusia, suatu

objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa

pada masa sekarang. Menurut Sumadi Suryabrata mengatakan bahwa ”Penelitian

deskriptif adalah prosedur yang bertujuan membuat perencanaan secara

sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau

fenomena keadaan yang terjadi” (Sumadi Surya Brata, 2003: 37). Hal ini sejalan

dengan pendapat Hadari Nawawi mengatakan bahwa ”Metode deskriptif dapat

diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan

menggambarkan (melukiskan keadaan subjek) objek penelitian (seseorang,

lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan yang tampak

sebagaimana adanya” ( Hadari Nawawi, 2001: 36).

Bertolak dari penjelasan di atas, maka penulis memilih metode deskriptif

dengan pendekatan kualitatif sebagai cara pemecahan pada kegiatan penelitian

37

Page 38: Skripsi isa ansori

ini, karena penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan tentang permasalahan

yang dihadapi guru dalam pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak kelas VII

MTs Negeri Rasau Jaya Di Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya.

B. Penentuan Sumber Data

Untuk menjawab pertanyaan penelitian yang dirumuskan dalam penelitian

ini, diperlukan sejumlah data objektif dan memadai serta sumber data yang tepat.

Sumber data tersebut disebut subjek, subjeknya adalah orang-orang yang mampu

memberikan data yang objektif yang diperlukan dalam penelitian ini. Adapun

sumber data dalam penelitian ini adalah Guru pendidikan agama Islam dan murid

kelas VII yang masih berada dalam proses belajar mengajar yang secara spesifik

mengetahui dan mengalami sampai sejauh mana interaksi belajar mengajar di

sekolah itu.

Data yang berasal dari guru pelajaran aqidah akhlak kelas VII inilah yang

nantinya akan menjawab pertanyaan yang telah peneliti susun. Data yang

diperoleh penulis dari guru akhidah akhlak kelas VII merupakan data yang utama

dan data primer.

C. Pemilihan Setting

Pemilihan setting atau lokasi di dalam suatu penelitian memegang peranan

penting untuk menjawab pertanyaan yang muncul dalam penelitian tersebut.

Selain itu Lexy J. Moleong menjelaskan bahwa keterbatasan geografis dan praktis

Page 39: Skripsi isa ansori

misalnya biaya, waktu, dan tenaga perlu di pertimbangkan (Lexy J. Moleong,

2002: 8). Agar penelitian ini dapat terlaksana dengan baik dan tepat sasaran.

Adapaun lokasi penelitian ini akan dilaksanakan pada guru aqidah akhlak

Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya di Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu

Raya. Selain itu peneliti mengambil lokasi penelitian di MTs Negeri Rasau Jaya

dengan alasan sebagai beriku;

1. Judul ini belum pernah ada yang meneliti sebelumnya, sehingga

pnelitian ini dapat menghasilkan temuan baru.

2. Masalah yang diangkat dalam penilitian ini sangat relevan dan faktual.

Oleh karena itu penelitian ini berdasarkan sebuah kenyataan dan kasus

yang benar-benar terjadi di lapangan. Hal itu dilakukan guna

menghindari adanya rekayasa dalam penelitian.

3. Judul ini berkaitan dengan pendidikan dikarenakan penulis merupakan

mahasiswa jurusan Tarbiyah Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI)

yang oleh karenanya dituntut untuk meneliti hal-hal atau masalah yang

berada pada ruang lingkup Pendidikan Agama Islam.

D. Tehnik Dan Alat Pengumpul Data

Untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian maka

penelitian menggunakan teknik observasi langsung, teknik komunikasi langsung

(wawancara) dan teknik dokumentasi. Adapun alat yang dipergunakan dalam

penelitian ini adalah panduan observasi dan panduan wawancara.

39

Page 40: Skripsi isa ansori

1. Teknik Observasi langsung

Menurut Hadari Nawawi (1995: 94) mengatakan bahwa observasi

adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang

tampak pada objek penelitian. Adapun Observasi yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah observasi langsung non partisipan. Adapun observasi non

pasrtispan ini si peneliti hanya mengamati objek yang teliti.

Dari teknik observasi langsung ini peneliti mengumpulkan data

melalui pengamatan langsung yang berkaitan dengan fokus penelitan,

pencatatan gejala-gejala yang tampak pada subjek penelitian yang

pelaksanaannya langsung pada tempat dimana suatu peristiwa, keadaan atau

situasi yang terjadi. Seperti pada proses kegiatan belajar mengajar yang

dilaksanakan di dalam kelas. Dalam observasi ini peneliti mengamati keadaan

yang wajar dan yang sebenarnya tanpa usaha yang disengaja untuk

mempengaruhi, mengatur, atau memanipulasikannya. Dalam hal ini peneliti

langsung terjun ke lokasi penelitian.

2. Teknik komunikasi langsung (wawancara).

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

ini dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan diwawancara (interview) yang memberikan

jawaban atas pertanyaan itu. ( Lexy j Moleong. 1996: 135).

Menurut Harun Rasyid (2000: 51-53) Denzim dan Spadley

Page 41: Skripsi isa ansori

berpendapat bahwa wawancara atau biasa dikenal sebagai wawancara tidak

terstruktur yaitu untuk memperoleh informasi secara mendalam dari

responden. Agar tidak kehilangan makna penelitian ini perlu dipahami

beberapa unsur pokok:

a. Berusaha masuk setting respondenb. Memahami bahasa dan budaya respondenc. Mementukan bagaimana seseorang menampilkan dirid. Memanfaatkan informasie. Berusaha memperoleh kebenaranf. Menyusun catatang. Mengumpulkan bahan-bahan empiris

Digunakan wawancara ini sebagai pengumpulan data dalam penelitian

ini karena berusaha menggali informasi sebanyak mungkin mengenai data

yang berhubungan fokus penelitian ini seperti mengenai permasalahan yang

dihadapi oleh guru dalam mengembangkan isi materi ajar, menggunakan

metode dan pelaksanaan evaluasi. Wawan cara yang dilakukan menggunakan

alat pedoman wawancara agar penggalian data tidak melebar dan menjadi

bias, selain itu peneliti menggunakan walkman agar untuk merekan seluruh

hasil wawancara yang dilakukan agar data yang di input akurat dan valid.

Adapun wawancara ini dilakukan kepada guru pendidikan agama Islam dan

murid kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya.

3. Tehnik Dokumentasi

Menurut Harun Rasyid (2000: 58) dokumentasi adalah salah satu

metode pengumpulan data non manusia secara sempit, dokumen dapat berupa

41

Page 42: Skripsi isa ansori

teks tertulis, catatan-catatan, surat pribadi, biografi, autobiografi dan

sebagainya. Selain itu menurut teknik dokumentasi diartikan teks tertulis,

catatan perintah dan lain sebagainya. Sedangkan secara luas adalah dalam arti

kata dokumen foto, recorder, dan sebagainya.

Dengan demikian dalam penelitian ini digunakan teknik dokumentasi

untuk mengumpulkan data melalui dokumen foto menggunakan kamera foto

dan pengumpulan data melalui wawancara dengan alat bantu yang diperlukan.

Penelitian ini merupakan kualitatif, maka yang menjadi alat

pengumpulan data utamanya adalah peneliti sendiri atau manusia (human

instument) karena penggalian informasi dilapangan sangat bergantung pada

kemampuan dan kepekaan peneliti.

E. Tehnik Analisa Data

Menurut Lexy J. Moleong mengatakan bahwa tehnik analisa adalah proses

pengaturan analisa data, mengorganisasikan dalam suatu pola kategori dan satuan

uraian dasar (Lexy J. Moleong, 1996: 103)

Analisa data diberikan melalui kegiatan menelah seluruh data yang

tersedia dari berbagai sumber, yaitu observasi (pengamatan), wawancara, catatan

kegiatan pembelajaran dan dokumentasi. Adapun tehnik analisis data yang

peneliti gunakan adalah tehnik analisa kualitatif, yakni tehnik analisa data tanpa

Page 43: Skripsi isa ansori

menggunakan rumus-rumus statistik. Menurut Miles dan Huberman yang dikutip

oleh Harun Rasyid mengatakan bahwa tehnik analisis data dapat ditempuh dengan

berbagai langkah, seperti pengumpulan data, mereduksi data, penyajian (display)

data, verifikasi, dan penarikan kesimpulan (Harun Rasyid, 2002: 70). Proses

analisis data dilakukan sejak awal hingga akhir tindakan diberikan. Berdasarkan

langkah-langkah tersebut, maka tehnik yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah;

1. Pengumpulan Data

Seluruh data yang terkumpul dari hasil wawancara maupun obsevasi

dibuat dalam bentuk laporan serta rangkuman guna sebagai pedoman untuk

mencari data yang akan ditampilkan lagi di lapangan agar terdapat

kontuinitasnya dari data yang didapat.

Adapun hasil wawancara dengan tehnik komunikasi langsung digunakan

untuk mengambil data tentang permasalahan yang dihadapi guru dalam

pembelajaran akhidah akhlak di kelas VII dengan alat berupa pedoman

wawancara. Sedangkan observasi dilaksanakan guna mengambil data tentang

pelaksanaan proses belajar akhidah akhlah di kelas VII dengan pedoman

observasi.

2. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

kepada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transfomasi data “kasar” yang

43

Page 44: Skripsi isa ansori

muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan (Nasution, 1996: 129).

Reduksi data dilakukan dengan cara memilih data yang sesuai untuk

dianalisis, data disederhanakan, dan diabstraksikan, dan membentuk dari data

kasar menjadi penjelasan-penjelasan halus, tajam, dan terpercaya.

3. Penyajian (Display) Data

Display data ditarik sebagai seperangkat informasi terorganisir yang

memungkinkan untuk dilakukan penarikan kesimpulan, pengambilan tindakan

dan merupakan bagian sekunder yang harus ada pada bagian analisis (Harun

Rasyid, 2002: 124). Langkah ini dilakukan peneliti agar data yang diperoleh

penulis tidak bertumpuk-tumpuk. Display data ini dilakukan dengan

memasukkan data ke dalam table dan memberi keterangan maupun

kesimpulan data hasil wawancara yang berkaitan dengan masalah yang

diangkat.

4. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan

Menarik sebuah kesimpulan dari sebuah penelitian merupakan upaya

peneliti untuk mengartikan data yang telah disajikan. Pada tahap ini analisis

data telah melibatkan pemahaman peneliti untuk menjelaskan permasalahan

yang dihadapi guru dalam pelaksanaan pembelajaran akhidah akhlak di kelas.

Dalam display data peneliti menyimpulkan hasil penelitian dengan

menggunakan hasa sendiri atau pemikiran peneliti agar agar mudah dipahami

maksudnya.

Page 45: Skripsi isa ansori

Selama mengartikan data untuk membuat kesimpulan, peneliti juga harus

melakukan verifikasi dengan cara mencari data-data baru, hal ini dilakukan

jika kesimpulan yang peneliti buat belum jelas sehingga dikhawatirkan

bersifat meragukan.

Dari proses di atas, dilakukan pada saat analisis-analisis awal maupun

setelah pengumpulan data hingga setelah hasil dicapai. Oleh sebab itu model

analisa yang dipergunakan sebagai rangkaian analisa yang susul-menyusul

maka dalam penelitian ini adalah data model interaktif sebagaimana yang

digambarkan dalam bentuk skema yang terdapat di bawah ini;

Gambar 3. 1

Analisa Data Kualitatif

Sumber: Miles dan Huberman (dalam Harun Rasyid 2002: 70)

45

Page 46: Skripsi isa ansori

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Data yang terhimpun tidak selamanya memiliki kebenaran yang sesuai

dengan fokus penelitian, bahkan mungkin masih terdapat kekurangan dan

ketidaklenkapan. Untuk menjaga kevalidan dan kemurnian data-data yang telah

diperoleh, peneliti menempuh langkah-langkah dalam mengecek informasi.

Langkah-langkah yang dimaksud adalah:

1. Perpanjang pengamatan, adalah tehnik yang dilakukan peneliti guna

melengkapi informasi yang dirasakan kurang lengkap, sehingga nantinya

tercapai data-data yang lengkap dan sesuai dengan pertanyaan penelitian.

2. Miningkatkan ketekunan, berarti melakukan pengamatan secara lebih

cermat dan berkesinambungan. Dengan cara ini maka kepastian data dan

urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.

3. Trigulasi, yaitu pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai

cara dan berbagai waktu.

4. Member cek adalah mengulangi pemahaman hasil catatan yang telah

terkumpul. Hal ini dilakukan setiap akhir wawancara dengan responden.

Tehnik ini dilakukan guna memperbaiki informasi yang telah didapat.

Page 47: Skripsi isa ansori

BAB IV

PAPARAN DATA, PEMBAHASAN DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Profil Sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri Rasau Jaya

1. Sejarah Sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri Rasau Jaya

Madrasah Tsanawiyah Negeri Rasau Jaya pertama kali didirikan pada

tahun 1982 yang diberi nama Madrasah Tsanawiyah Al-Ikhlas Rasau Jaya

yang berstatus swasta yang didirikan oleh Yayasan Pondok Pesantren Al-

Ikhlas kemudian dinegerikan pada tanggal 13 Mei 1997 dengan nama

Madrasah Tsanawiyah Negeri Sungai Kakap. Setelah Rasau Jaya menjadi

kecamatan diubah lagi menjadi Madrasah Tsanawiyah Negeri Rasau Jaya.

Madrasah Tsanawiyah Negeri Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya

merupakan lembaga pendidikan formal yang berada di bawah naungan

47

Page 48: Skripsi isa ansori

46

Departemen Agama yang bertujuan diantaranya untuk melaksanakan tujuan

istitusional dan tujuan kurikuler serta tujuan intruksional.

Dalam mencapai tujuan pendidikan tersebut, maka pihak manajemen

sekolah berfungsi untuk melaksanakan sejumlah kegiatan atau tugas yang

berkaitan dibidang administrasi maupun operasi pelaksanaan pendidikan.

Tugas-tugas tersebut dijabarkan kedalam kegiatan yang bertujuan

mengarahkan semua personel guna melaksanakan tugas yang berhubungan

dengan proses belajar mengajar.

2. Visi dan Misi Madrasah Tsanawiyah Negeri Rasau Jaya

Adapun visi dan misi Madrasah Tsanawiyah Negeri Rasau Jaya adalah

sebagai berikut;

a. Visi MTs Negeri Rasau Jaya

Visi MTs Negeri Rasau Jaya adalah unggul dalam perolehan nilai-nilai

Islam. Dengan indicator visinya adalah:

1) Unggul dalam perolehan nilai-nilai Ujian Nasional.

2) Unggul dalam prestasi olah raga.

3) Unggul dalam prestasi kesenian.

4) Unggul dalam prestasi kepramukaan

b. Misi MTs Negeri Rasau Jaya

Misi MTs Negeri Rasau Jaya adalah sebagai berikut;

Page 49: Skripsi isa ansori

1) Melaksanakan pembelajaran secara efektif

untuk meningkatkan nilai UAN

2) Mendorong dan membantu siswa dalam

meningkatkan prestasi olah raga.

3) Meningkatkan prestasi pada bidang

kesenian keagamaan yang bernafaskan

Islam.

4) Menyelenggarakan kegiatan bidang

kepramukaan

3. Struktur Organisasi Sekolah

a. Organisasi Sekolah

Untuk mencapai tujuan pembelajaran maka Madrasah Tsanawiyah

Negeri Rasau Jaya berfungsi untuk melaksanakan sejumlah tugas baik

yang berkaitan dengan tugas dibidang administrasi, maupun operatif

manajemen. Tugas-tugas ini dijabarkan ke dalam kegiatan yang bertujuan

mengarahkan semua personal untuk melaksanakan proses belajar

mengajar. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi;

1) Bidang akademik yang berkenaan dengan

49

Page 50: Skripsi isa ansori

KOMITEKepala Sekolah

Wakil Kepala SekolahBP 3

proses belajar mengajar di dalam dan di

luar sekolah.

2) Bidang ketatausahaan dan keuangan

sekolah

3) Bidang kesiswaan

4) Bidang kepegawaian/ personalia

5) Bidang peralatan pengajaran

6) Bidang perlengkapan sekolah

7) Bidang hubungan sekolah masyarakat

Pelaksanaan tugas-tugas tersebut di atas menjadi tanggung jawab

kepala sekolah sebagai administrator pendidikan dibantu oleh pengelola

pendidikan lainnya.

b. Struktur Organisasi Sekolah

Adapun struktur organisasi MTs Negeri Rasau Jaya tampak seperti

gambar/skema sebagai berikut;

Gambar 4.1

Stuktur Organisasi MTs Negeri Rasau Jaya

Page 51: Skripsi isa ansori

Urusan Ekstrakurikuler

Urusan Humas

Urusan Kepegawaian

Urusan Kurikulum

Urusan Sarana/ Prasarana

Urusan Kesiswaan

Guru - guruKoordinator BK

Siswa

Sumber TU MTs Negeri Rasau Jaya

4. Data Siswa

Adapun data siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Rasau Jaya ialah

sebagai berikut;

Tabel 4.1

Data Siswa

NO

KLS VII KLS VIII KLS IX JUMLAH TOTAL

Rum bel

L/P JMH L/P JMH L/P JMH L/P JMH

L P L P L P L P

1 41 33 74 61 30 91 24 41 65 126 104 2309

5. Data Guru

Adapun data guru Madrasah Tsanawiyah Negeri Rasau Jaya ialah sebagai

berikut;

Tabel 4.2

Data Guru

51

Page 52: Skripsi isa ansori

No NAMA DAN NIPPGKT /GOL

Tetala L/P Status Mapel

1MUSTAKIM S,Ag NIP150323659

Pembina / III C Grobongan, 4 Desember 1974 L PNS

1. Qur'an Hadist 2. Mulok

2MARFUNGAH,S,Ag NIP196905121998032002

Penata / III C Bantul, 12 Mei 1969 P PNS 1. Bahasa Inggris

3M. DAHRONI, S.Pd NIP.150323654

Penata Muda TK.1/ III B

Yogyakarta, 20 Juli 1971 L PNS 1.Pend Jasmani

4Drs. PRACOYO NIP.196710201993031003

Pembina / IV A Pontianak, 20 Oktober 1967 L PNS

1. IPS Terpadu 2. Aqidah Akhlaq

5MA'RUF, BA NIP.196012121986031011

Pembina / IV A Jombang, 12 Desember 1960 L PNS 1. Bhs Arab

3. Mulok BTA

6SUHANTO, SPd NIP. 196807212003121001

Penata / III C Banjarnegara, 21 Juli 1968 L PNS 1. Bhs Indonesia

7MUHAMMAD S.Ag NIP.197502022003121002

Penata Muda TK.1/ III B

Tanjung Saleh, 2 Februari 1975 L PNS 1.Fiqih

2. Aqidah Akhlaq

8MULYADI,S.Pd NIP.197202222005011006

Penata Muda TK 1 / III B

Pontianak, 22 Pebruari 72 L PNS 1.IPS Terpadu

9MUHAMMAD S.Pd

NIP.197207192005011002

Penata

Muda TK

1 / III B

Padang Tikar, 19 Juli 72 L PNS 1. Matematika

10DIANA YUNIASIH, S,Pd

NIP.150379012

Penata

Muda / III

A

Magetan, 13 Mei 1979 P PNS 1. IPA Terpadu

11SEMILAH, S.Pd

NIP.150380906

Penata

Muda / III

A

Sidodadi, 10 April 1978 P PNS 1. BP/BK

12WIJI YATMINI, S.Ag

NIP.15039658

Penata

Muda / III

A

Sragen, 26 Nopember 1976 L PNS 1. PPKn

2. SKI

13PARKINTO,SE, M.Pd

NIP.196606161998031003

Penata

Muda Tk 1/

III B

Banjarnegara, 16 Juni 1966 L PNS

14AGUS LUTFI

NIP.197008301998031006

Pengatur II

C

Tegal,

30 Agustus 1970L PNS

15SUWARTO, BA

NIP.15040482

Pengatur II

CPonorogo, 5 Nopember 1963 L PNS

Page 53: Skripsi isa ansori

16AMIRUDIN

NIP.197408181999031003

Pengatur

Muda / II BTeluk Pakedai, 18 Agustus 1974 L PNS

17BAHRUDIN

NIP.150400467Juru / I C Tegal, 29 Juli 1964 L CPNS

18HAMDI UBADILAH,S.Pd.I

Pontianak, 07 Nopember 1965 L GTT 1. Bahasa Arab

2. Mulok B. Arab

19 ABDUL MANAN, S.Ag Tegal, 16 Januari 1975 L GTT 1. Seni Budaya

20 WIJI ASTUTI, SPd Purworejo, 18-Sep-79 P GTT 1. Bahasa Inggris

21 HENDRI SUSANTI, SPd Gunung Batin, 5 Nop 1982 P GTT 1. Matematika

22 HARIFIN, S.PdI Sui Asam, 3 Agustus 1978 L GTT 1. TIK

23 NURA'INI, S.Pd Pontianak, 26 Pebruari 1988 P GTT 1. IPA Terpadu

24 FATHANSYAH, A.Ma Pontianak, 2 Nopember 1984 L GTT 1. TIK

2. Seni Budaya

25 SUTRIANA, S.Pd.I Arang Limbung, 3 Maret 1977 P GTT 1. SKI

26 FIRMANSYAH, S.Pd Pontianak, 15 September 1984 L GTT 1. Bhs Indonesia

27 M. MASRUR Rasau Jaya, 12 Juli 1982 L GTT 1. Qur'an Hadits

28 MASYKUR Temanggung, 7 Pebruari 62 L PTT

29 WIYOTO Klaten, 7 Agustus 1950 L GK

30 JAKA APRIYADI Parit Karya Baru,

28 April 1990 GK

31 SUWONO Ponorogo, 6 Agustus 1963 GK

6. Keadan Bangunan dan Ruangan

a. Bangunan dan Gedung

Keadaan bangunan gedung Madrasah Tsanawiyah Negeri Rasau

Jaya dapat dikatakan bersifat permanent, selain itu keadaan bangunan

53

Page 54: Skripsi isa ansori

juga dalam keadaan baik dan terawat serta tertata rapi baik bentuk

maupun susunan ruangan belajar dan lingkungan sekitar.

Adapun bangunan MTs Negeri Rasau Jaya terdiri dari satu lantai

yang berbentuk “n” di tengah-tengah bangunan ada halaman yang bisa

dipergunakan untuk upacara, olah raga dan berbagai kegiatan lainnya

sebagai penunjang proses belajar mengajar.

Alokasi pembinaan ruang belajar dilakukan antar kelas dengan

pembagian kelas seperti berbanjar, ini dimaksudkan agar mempermudah

proses dan pengawasan dalam proses belajar mengajar (PBM), serta

untuk perawatan terhadap ruang gedung belajar maupun sarana

pembelajaran agar terkoordinir dengan lebih objektif dan lebih afektif.

b. Keadaan Bangunan

Keadaan bangunan MTs Negeri Rasau Jaya dalam keadaan baik dan

bersih, hanya saja ada sebagian kecil banguan yang tergolong bangunan

lama, tetapi secara umum banguna MTs Negeri Rasau Jaya layak untuk

diadakan proses belajar mengajar.

c. Keaadaan Ruangan

Segala faktor penunjang proses belajar mengajar (PBM) di MTs

Negeri Rasau Jaya masih dirasakan kurang memadai bila dibandingkan

Page 55: Skripsi isa ansori

dengan jumlah siswa/siswi serta tuntunan kurikulum yang mengharuskan

para guru dalam proses belajar mengajar harus menggunakan berbagai

media, alat peraga maupun alat praktek dan pembelajaran.

Secara garis besar fasilitas gedung dapat dikemukakan sebagai

berikut :

1). Ruang Belajar : 9 Unit (baik)

2). Ruang Kepala Sekolah : 1 Unit (baik)

3). Ruang Kesekretariatan & Pengawas : 1 Unit (baik)

4). Ruang kantor : 1 Unit (baik)

5). Ruang Guru : 1 Unit (baik)

6). Ruang Perpustakaan : 1 Unit (baik)

7). Laboratorium : 1 Unit (baik)

8). Mushalla : 1 Unit (baik)

9). Lapangan Olah Raga : 2 Unit (baik)

10). Gudang : 1 Unit (baik)

11). Kantin : 1 Unit (baik)

12). WC : 3 Unit (baik)

13). Parkiran : 1 Unit (baik)

d. Gambaran Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah guru pelajaran Aqidah Ahklak,

55

Page 56: Skripsi isa ansori

dan siswa kelas VII di MTs Negeri Rasau Jaya. Di bawah ini akan

diuraikan tentang permasalahan yang dihadapi oleh guru Akhidah Akhlak

kelas VII di MTs Negeri Rasau Jaya Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten

Kubu Raya.

B. Paparan Data

1. Permasalahan Yang Dihadapi Guru Dalam Mengembangkan

Materi Pelajaran Akhidah Akhlak Di Kelas VII MTs Negeri Rasau

Jaya Di Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya.

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada hari Kamis

tanggal 19 Agustus 2010. Adapun data yang dihasilkan dari informan peneliti

ialah sumber bahan ajar yang digunakan dari Kurikulum Kementrian Agama

dan juga buku-buku yang sesuai dengan kurikulum tersebut seperti buku

Aqidah Akhlak karangan PT. Toha Putra dan Erlangga. Materi-materi yang

diajarkan dalam pembelajaran Akidah Akhlak untuk kelas VII MTs Negeri

Rasau Jaya sesuai dengan buku panduan yang digunakan guru ialah Tentang

Akidah Islam, Sifat-sifat Allah, Akhlak Terpuji Kepada Allah SWT, Asmaul

Husna, Tentang Mahkluk Ghaib, dan Akhlak Tercela Kepada Allah SWT.

Kurikulum yang dimaksud ialah sejumlah kegiatan yang diberikan kepada

siswa, kegiatan tersebut sebagian besar ialah menyajikan bahan pelajaran agar

siswa menerima, menguasai, mengembangkan dan mengamalkan dalam

kehidupan sehari-hari. Analisis kurikulum dilakukan untuk menentukan

Page 57: Skripsi isa ansori

kompetensi mana yang memerlukan materi ajar dengan cara mempelajari

standar kompetensi, kompetensi dasar, indicator yang menandai bahwa suatu

kompetensi dasar telah dicapai, materi pokok, dan pengalaman belajar yang

akan dilakukan oleh peserta didik.

Sedangkan problem atau permasalahan yang dihadapi guru dalam

mengembangkan isi materi pembelajaran ialah kesulitan guru dalam

menyesuaikan isi materi dengan kemampuan anak terutama yang

berhubungan dengan hal-hal yang ghaib atau hal-hal yang tidak dapat dicerna

oleh pikiran dan penglihatan sehingga kesulitan guru dalam mengaitkan

dengan kehidupan nyata. Karena materi yang ghaib atau yang tak dapat

ditangkap oleh panca indra sangat rumit untuk dijelaskan secara detail dan

seksama, sehingga pada materi ini guru diharuskan memiliki kemampuan

pengasaan yang lebih dan membutuhkan referensi yang banyak agar

penjelasan yang diberikan oleh guru mudah dicerna dengan baik oleh siswa.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada tanggal 23 Agustus

2010, terlihat bahwa guru tidak melakukan pengembangan materi. Materi

pembelajaran yang guru gunakan masih bersumber dari buku paket tanpa ada

pengembangan materi baik secara kontekstual maupun pengalaman hidup

sehari-hari. Walaupun materi pembelajaran telah sesuai dengan kurikulum

tapi belum tentu muatan materi yang terkandung mudah diresapi oleh

kehidupan nyata sehari-hari anak didik.

57

Page 58: Skripsi isa ansori

2. Permasalahan Yang Dihadapi Guru Dalam Menerapkan Metode

Pelajaran Akhidah Akhlak Di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya

Di Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada hari Kamis

tanggal 19 Agustus 2010 pukul 08.30 pagi guru yang bersangkutan. Adapun

data yang dihasilkan dari informan peneliti ialah metode yang digunakan oleh

guru disesuaikan dengan isi materi pembelajaran dan metode yang sering

digunakan guru adalah metode ceramah dan permainan.

Hal ini sama dengan yang diutarakan Eri Karlito wawancara pada 19

Agustus 2010, dia juga mengatakan bahwa guru menggunakan metode cerama

terkadang juga dengan permainan, namun guru lebih banyak menggunakan

metode ceramah dengan cara menjelaskan pelajaran yang ada dalam buku

pelajaran sehingga pelajaran yang disampaikan tidak dapat dipahami secara

mendalam.

Adapun hambatan yang sering dihadapi guru dalam menentukan metode

pembelajaran, menurut guru Akidah Ahklak kelas VII hal yang paling sulit

ialah ketika menentukan metode untuk materi-materi yang berhubungan

dengan hal-hal yang ghaib. Karena kesulitan menggunakan metode maka guru

memberikan contoh-contoh yang bisa dicerna oleh akal, pikiran siswa.

3. Permasalahan Yang Dihadapi Guru Dalam Mengevaluasi

Page 59: Skripsi isa ansori

Pelajaran Akhidah Akhlak Di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya

Di Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada guru yang

bersangkutan pada hari Kamis tanggal 19 Agustus 2010. Adapun data yang

dihasilkan dari informan peneliti ialah jenis evaluasi yang digunakan adalah

permainan, Tanya jawab, ulangan harian, pilihan ganda dan essay. Dalam

proses belajar mengajar guru kadang melaksanakan evaluasi di akhir

pembelajaran namun terkadang juga tidak.

Dalam pelaksanaan evaluasi guru mengalami beberapa masalah yaitu

waktu yang kurang atau pendek dalam pelaksanaan evaluasi sehingga

pelaksanaan evaluasi proses terkendalan dan guru banyak memberikan PR

ketika evaluasi tersebut tidak terlaksana. Untuk mencapai hasil yang optimal

dalam pembelajaran maka guru memberikan remedial agar pembelajaran yang

diberikan tetap diingat.

Selain melakukan wawancara dengan guru peneliti juga melakukan

wawancara dengan murid mereka mengatakan guru terkadang melaksanakan

evaluasi setelah pembelajaran terkadang juga tidak. Dalam evaluasi yang di

gunakan guru banyak memberikan esay-esay pertanyaan tapi terkadang

dengan mengisi LKS yang digunakan untuk menunjang pembelajaran.

Dari hasil wawancara yang dilakukan tidak hanya penyampaian materi

saja guru yang berpaku kepada buku, evaluasi yang dilakukan pun juga masih

59

Page 60: Skripsi isa ansori

mengandalkan LKS sehinggan waktu untuk evaluasi tidak mencukupi.

C. Pembahasan

1. Permasalahan Yang Dihadapi Guru Dalam Mengembangkan

Materi Pelajaran Akhidah Akhlak Di Kelas VII MTs Negeri Rasau

Jaya Di Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya.

Berdasarkan paparan data pada bab sebelumnya dapat kita ketahui

bahwa guru aqidah akhlak kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya kurang

menguasai tehnik penyampaian materi pembelajaran dikarenakan kurangnya

penguasaan lebih terhadap materi yang ghaib sehingga murid mengalami

kesulitan dalam memahami yang disampaikan oleh guru yang bersangkutan.

Bahan pelajaran atau materi pembelajaran adalah substansi yang akan

disampaikan dalam proses belajar mengajar. Menurut Suharsimi Arikunto

dalam Syaiful Bahri Djamarah (2006: 43) bahan pelajaran merupakan unsur

inti yang ada dalam kegiatan belajar mengajar, karena memang bahan

pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh anak didik.

Sedangkan menurut Inoe mengatakan bahwa sumber belajar ditetapkan

sebagai informasi yang disajikan dan disimpan dalam berbagai bentuk media,

yang dapat membantu siswa dalam belajar sebagai perwujudan dari

kurikulum. (http://andhysastera.blogspot.com). Materi atau sumber

pembelajaran yang disusun di MTs Negeri Rasau Jaya disesuaikan dengan

kurikulum kementrian agama dan buku-buku yang sesuai dengan kurikulum

Page 61: Skripsi isa ansori

tersebut.

Kurikulum menurut Samsul Nizar adalah merupakan landasan yang

digunakan pendidik untuk membimbing peserta didiknya kea rah tujuan

pendidikan yang diinginkan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan,

keterampilan dan sikap mental (Samsul Nizar, 2002: 56)

Sedangkan Mohammd Al-Syaibany (dalam Samsul Nizar, 2002: 57-58)

mengemukakan asas-asas kurikulum pendidikan Islam itu sendiri adalah

sebagai berikut;

a. Asas Agama, seluruh sistem yang ada dalam

masyarakat Islam, termasuk system pendidikannya

harus meletakkan dasar falsafah, tujuan, dan

kurikulumnya pada ajaran Islam yang meliputi

Aqidah, ibadah, muamalat dan hubungan-

hubungan yang berlaku di dalam masyarakat.

b. Asas Falsafah, dasar ini memberikan arah dan

kompas tujuan pendidikan Islam, dengan dasar

filosofis, sehingga susunan kurikulum pendidikan

Islam mengandung suatu kebenaran, terutama dari

sisi nilai-nilai sebagai pandangan hidup yang

diyakini kebenerannya.

c. Asas Psikologis, asas ini memberi arti bahwa

61

Page 62: Skripsi isa ansori

kurikulum pendidikan Islam hendaknya disusun

dengan mempertimbangkan tahapan-tahapan

pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui anak

didik.

d. Asas Sosial, pembentukan kurikulum Pendidikan

Islam harus mengacu ke arah realisasi individu

dalam masyarakat.

Materi pembelajaran yang disusun harus mengacu kepada kurikulum

pendidikan agama Islam agar hakikat tujuan pendidikan agama Islam dapat

tercapai secara optimal. Analisis kurikulum ini dilakukan untuk menentukan

kompetensi mana yang memerlukan materi ajar dengan cara mempelajari

standar kompetensi, kompetensi dasar, indicator yang menandai bahwa suatu

kompetensi dasar telah dicapai, materi pokok, dan pengalaman belajar yang

akan dilakukan oleh peserta didik.

Mengenai materi atau bahan ajar Zakiah Derajat (1996: 262)

beranggapan bahwa bahan pelajaran itu adalah sebagai alat untuk

mengembangkan intelektual, keterampilan, norma dan sikap.

Bahan ajar atau materi pembelajaran agama tidak diragukan lagi banyak

mengandung nilai-nilai agama bagi pembentukan pribadi muslim tetapi kalau

disampaikan atau disajikan dengan cara yang kurang wajar tidak mustahil

anak akan merasa tidak senang pada pembelajaran agama serta tujuan yang

Page 63: Skripsi isa ansori

diharapkan dalam pembelajaran tidak akan tercapai dengan baik.

Menurut Ahmad Sudrajat ada beberapa prinsip dalan memilih materi ajar

diantaranya adalah Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran

meliputi: (a) prinsip relevansi artinya materi pembelajaran hendaknya relevan

memiliki keterkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi

dasar, (b) konsistensi artinya adanya kesenjagan antara bahan ajar dengan

kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Misalnya, kompetensi dasar

yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus

diajarkan juga harus meliputi empat macam, dan (c) kecukupan artinya materi

yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai

kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak

boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai

standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak

akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk

mempelajarinya. (http://akhmadsudrajat.wordpress.com). Itulah beberapa

prinsip yang harus dikuasai oleh guru dalam menentukan materi ajar.

Selain itu Ahmad Sudrajat menambahkan secara garis besarnya, dalam

memanfaatkan bahan ajar terdapat dua strategi, yaitu: (a) Strategi

penyampaian bahan ajar oleh Guru dan (b) Strategi mempelajari bahan ajar

oleh siswa;

a. Strategi penyampaian bahan ajar / materi pembelajaran oleh guru

63

Page 64: Skripsi isa ansori

Adapun strategi penyampaian bahan ajar oleh guru, diantaranya:

1) Strategi urutan penyampaian simultan yaitu jika guru harus menyampaikan materi pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan penyampaian simultan, materi secara keseluruhan disajikan secara serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global);

2) Strategi urutan penyampaian suksesif, jika guru harus manyampaikan materi pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan panyampaian suksesif, sebuah materi satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan materi berikutnya secara mendalam pula

3) Strategi penyampaian fakta, jika guru harus manyajikan materi pembelajaran termasuk jenis fakta (nama-nama benda, nama tempat, peristiwa sejarah, nama orang, nama lambang atau simbol, dsb.),

4) Strategi penyampaian konsep, materi pembelajaran jenis konsep adalah materi berupa definisi atau pengertian. Tujuan mempelajari konsep adalah agar siswa paham, dapat menunjukkan ciri-ciri, unsur, membedakan, membandingkan, menggeneralisasi, dsb.Langkah-langkah mengajarkan konsep: Pertama sajikan konsep, kedua berikan bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan contoh), ketiga berikan latihan (exercise) misalnya berupa tugas untuk mencari contoh lain, keempat berikan umpan balik, dan kelima berikan tes;

5) Strategi penyampaian materi pembelajaran prinsip, termasuk materi pembelajaran jenis prinsip adalah dalil, rumus, hukum (law), postulat, teorema, dsb.

6) Strategi penyampaian prosedur, tujuan mempelajari prosedur adalah agar siswa dapat melakukan atau mempraktekkan prosedur tersebut, bukan sekedar paham atau hafal. Termasuk materi pembelajaran jenis prosedur adalah langkah-langkah mengerjakan suatu tugas secara urut.

b. Strategi mempelajari bahan ajar oleh siswa

Ditinjau dari guru, perlakuan (treatment) terhadap materi

Page 65: Skripsi isa ansori

pembelajaran berupa kegiatan guru menyampaikan atau mengajarkan kepada siswa. Sebaliknya, ditinjau dari segi siswa, perlakuan terhadap materi pembelajaran berupa mempelajari atau berinteraksi dengan materi pembelajaran. Secara khusus dalam mempelajari materi pembelajaran, kegiatan siswa dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu :

1) Menghafal (verbal parafrase). Ada dua jenis menghafal, yaitu menghafal verbal (remember verbatim) dan menghafal parafrase (remember paraphrase). Menghafal verbal adalah menghafal persis seperti apa adanya. Terdapat materi pembelajaran yang memang harus dihafal persis seperti apa adanya, misalnya nama orang, nama tempat, nama zat, lambang, peristiwa sejarah, nama-nama bagian atau komponen suatu benda, dsb. Sebaliknya ada juga materi pembelajaran yang tidak harus dihafal persis seperti apa adanya tetapi dapat diungkapkan dengan bahasa atau kalimat sendiri (hafal parafrase). Yang penting siswa paham atau mengerti, misalnya paham inti isi Pembukaan UUD 1945, definisi saham, dalil Archimides, dsb.

2) Menggunakan/mengaplikasikan (Use). Materi pembelajaran setelah dihafal atau dipahami kemudian digunakan atau diaplikasikan. Jadi dalam proses pembelajaran siswa perlu memiliki kemampuan untuk menggunakan, menerapkan atau mengaplikasikan materi yang telah dipelajari. Penggunaan fakta atau data adalah untuk dijadikan bukti dalam rangka pengambilan keputusan. Penggunaan materi konsep adalah untuk menyusun proposisi, dalil, atau rumus. Selain itu, penguasaan atas suatu konsep digunakan untuk menggeneralisasi dan membedakan. Penerapan atau penggunaan prinsip adalah untuk memecahkan masalah pada kasus-kasus lain. Penggunaan materi

65

Page 66: Skripsi isa ansori

prosedur adalah untuk dikerjakan atau dipraktekkan. Penggunaan materi sikap adalah berperilaku sesuai nilai atau sikap yang telah dipelajari. Misalnya, siswa berhemat air dalam mandi dan mencuci setelah mendapatkan pelajaran tentang pentingnya bersikap hemat.

3) Menemukan. Yang dimaksudkan penemuan (finding) di sini adalahmenemukan cara memecahkan masalah-masalah baru dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajari. Menemukan merupakan hasil tingkat belajar tingkat tinggi. Gagne (1987) menyebutnya sebagai penerapan strategi kognitif. Misalnya, setelah mempelajari hukum bejana berhubungan seorang siswa dapat membuat peralatan penyiram pot gantung menggunakan pipa-pipa paralon. Contoh lain, setelah mempelajari sifat-sifat angin yang mampu memutar baling-baling siswa dapat membuat protipe, model, atau maket sumur kincir angin untuk mendapatkan air tanah.

4) Memilih di sini menyangkut aspek afektif atau sikap. Yang dimaksudkan dengan memilih di sini adalah memilih untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Misalnya memilih membaca novel dari pada membaca tulisan ilmiah. Memilih menaati peraturan lalu lintas tetapi terlambat masuk sekolah atau memilih melanggar tetapi tidak terlambat, dsb.

Selain itu hal yang paling penting dilakukan oleh guru agar memudahkan

siswa dalam mencerna isi materi pembelajaran maka guru harus

mengembangkam materi pembelajaran secara kontekstual. Pengembangan

bahan ajar atau materi adalah bagaimana guru dapat menerjemahkan SK dan

Page 67: Skripsi isa ansori

KD, menetapkan, dan merumuskannya materi atau bahan pelajaran dalam

kegiatan pembelajarannya maupun evaluasinya. Kegiatan ini akan tercermin

dan tertuang dalam kurikulum yang dibuat oleh guru atau sekolah dalam

silabusnya. (http://mgmpseni.wordpress.com).

Pengembangan materi secara kontekstual perlu dilakukan oleh guru

agar siswa dapat memahami konsep materi dan mengaitkan dengan

kehidupan sehari-hari dengan seperti ini pembelajaran akan lebih bermakna

sebagai mana yang diungkapkan oleh Trianto (2008: 20) mengatakan bahwa

materi pembelajaran perlu dikembangkan secara kontekstual karena

pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya daplam kehidupan mereka sehari-hari, dengan

melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual, yakni:

konstruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, pemodelan, dan

penilaian autentik

Dalam mempelajari materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi

dasar terdapat beberapa kemungkinan pada diri siswa, yaitu siswa belum siap

bekal pengetahuannya, siswa mengalami kesulitan, atau siswa dengan cepat

menguasai materi pembelajaran. Kemungkinan pertama siswa belum

memiliki pengetahuan dasar mengenai materi yang disampaikan di kelas.

67

Page 68: Skripsi isa ansori

Maka dari itu butuh penunjang seperti fasilitas pembelajaran baik berupa

media pembelajaran maupun referensi buku-buku yang mencukupi untuk

siswa atau anak didik.

Jadi, dalam pengembangan materi ajar sangat membutuhkan adanya

kemampuan guru dalam menyampaikan isi materi serta memiliki kemampuan

terhadap penguasaan materi pelajaran sehingga akan mempermudah proses

tranformasi pengetahuan dan mempermudah siswa dalam memahami materi

pembelajaran yang disampaikan oleh guru dalam proses belajar mengajar di

kelas.

2. Permasalahan Yang Dihadapi Guru Dalam Menerapkan Metode

Pelajaran Akhidah Akhlak Di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya

Di Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya

Pendidikan Islam dalam pelaksanaannya membutuhkan metode yang tepat

untuk mengantarkan kegiatan pendidikannya ke arah tujuan yang dicita-

citakan. Bagaimanapun baik dan sempurnanya suatu kurikulum pendidikan

Islam, ia tidak akan berarti apa-apa, manakala tidak memiliki metode atau

cara yang tepat dalam mentransformasikannya kepada peserta didik (Samsul

Nizar, 2002: 65). Ini menandakan bahwa metode sangat penting untuk

dikuasai oleh guru, karena tersampaikannya materi dengan baik atau tidak

tergantung metode yang digunakan guru dalam menyampaikan materi

pembelajaran di kelas. Ketidaktepatan dalam penerapan metode secara praktis

Page 69: Skripsi isa ansori

dapat menyebabkan materi tidak dapat tersampaikan secara optimal hal

tersebut akan menghambat proses belajar mengajar.

Menurut M. Arif mengatakan bahwa metode ditinjau dari segi

kebahasaan, kata metode berasal dari kata Yunani “methodos”, yang

yeng terdiri dari kata “meta” yang berarti “melalui” dan “hodos” yang

berarti jalan. Jadi, metode berarti jalan yang dilalui (dalam Haitami

Salim, dkk, 2006: 81).

Sedangkan menurut Abdul Munir Mulkan (dalam Samsul Nizar,

2002: 66) mengatakan bahwa metode pendidikan adalah suatu cara yang

dipergunakan untuk menyampaikan atau mentransformasikan isi atau

bahan pendidikan kepada anak didik. Selaras itu Zakiah Daradjat (1996:

61) mengatkan bahwa metode ngajar adalah suatu tehnik penyampaian

bahan pelajaran kepada murid.

Perlu dipahami bahwa penggunaan metode dalam pendidikan Islam

pada prinsipnya adalah pelaksanaan sikap hati-hati dalam pekerjaan

mendidik dan mengajar. Hal ini mengingat bahwa sasaran pendidikan

Islam itu adalah manusia yang telah memiliki kemampuan dasar untuk

dikembangkan. Sikap kurang hati-hati inilah dapat menyebabkan

hilangnya arah peserta didik dari fitrahnya.

Menurut An-Nahlawi (Dalam Samsul Nizar, 2002: 73)

mengemukakan metode yang paling penting dalam pendidikan Islam,

69

Page 70: Skripsi isa ansori

yaitu;

a. Metode hiwar (percakapan) Qur’ani dan Nabawi.b. Mendidik dengan kisah-kisah Qur’ani dan Nabawi.c. Mendidik dengan amtsal (perumpamaan) Qur’ani dan

Nabawi.d. Mendidik dengan memberi teladan.e. Mendidik dengan pembiasaan diri dan pengalaman.f. Mendidik dengan mengambil ibrah (pelajaran) dan

mauidhah (peringatan).g. Mendidik dengan targhib (membuat senang) dan

tarhib (membuat takut.

Adapun metode yang sering digunakan oleh guru mata pelajaran

Akidah Ahklak ialah metode ceramah dan bermain. Metode ceramah

yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan

pengetahuan saecara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya

mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah, (2000). Metode ceramah dapat

dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk

menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan

literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan pemahaman

siswa.

Dalam penggunaan metode menurut M.arifin (1987: 99) mengatakan

bahwa persoalan terpenting yang harus dilihat oleh para pendidik adalah

prinsip bahwa penggunaan metode dalam proses kependidikan Islam harus

mampu membimbing, mengarahkan dan membina anak didik menjadi

manusia yang matang atau dewasa dalam sikap dan kepribadiannya, sehingga

tergambar dalam dirinya tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Page 71: Skripsi isa ansori

Dari hal tersebut di atas apapun metode yang digunakan haruslah mampu

membawa perubahan terhadap anak didik baik dari ilmu pengetahuan maupun

sikap dan kepribadiannya. Kita jug harus mengetahui bahwa tidak semua

metode yang kita terapkan itu dapat digunakan pada semua materi maupun

semua murid yang akan kita ajarkan.

Menurut Zakiah Daradjat (1996: 141) mengatakan bahwa fasilitas adalah

segala sesuatu yang dapat mempermudah upaya atau memperlancar kerja

dalam rangka mencapai suatu tujuan. Fasilitas dapat dibagi dua, yaitu;

a. Fasilitas yang besifat fisik, seperti tempat dan perlengkapan belajar di kelas, alat-alat peraga pengajaran, buku pelajaran, dan perpustakaan, tempat dan perlengkapan berbagai praktikum laboratorium atau keterampilan kesenian, keagamaan dan olahraga.

b. Fasilitas yang bersifat non fisik, seperti “ruang gerak”, waktu, kesempatan, biaya dan berbagai aturan serta kebijaksanaan pimpinan sekolah.

Fasilitas-fasilitas tersebut harus diperhitungkan dalam menetapkan

metode-metode, karena terdapat metode-metode yang dapat dilaksanakan

dengan fasilitas minim, tetapi ada pula metode-metode yang terakhir ini tidak

mungkin dilaksanakan. Di samping itu guru harus mengenal betul-betul

terhadp fasilitas-fasilitas apa saja yang terdapat di sekolah dan mengetahui

cara mempergunakannya.

3. Permasalahan Yang Dihadapi Guru Dalam Mengevaluasi

Pelajaran Akhidah Akhlak Di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya

Di Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya

71

Page 72: Skripsi isa ansori

Evaluasi pembelajaran merupakan hal yang paling penting dalam

pembelajaran karena pelaksanaan evaluasi bagian dari pengukuran terhadap

tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan belajar dan keberhasilan

guru dalam menerapkan proses belajar mengajarnya dikelas.

Menurut Ngalim Purwanto (2006: 3) mengatakan bahwa evaluasi

merupakan suatu proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh

informasi atau data; berdasarkan data tersebut kemudian dicoba untuk

membuat keputusan. Sedangkan menurut Muhibbin Syah mengatakan

bahwa evaluasi adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa

dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program.

(Muhibbin Syah: 2003: 195).

Tujuan evaluasi Menurut Muhibbin Syah (2003: 196-197) ialah;

a. Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu.

b. Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seseorang siswa dalam kelompok kelasnya,

c. Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar,

d. Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah digunakan guru dalam proses belajar mengajar.

Sedangkan menurt Muchtar Buchori (dalam Chabib Toha, 1991: 6)

mengemukkan bahwa tujuan khusus evaluasi pendidikan ada dua, yaitu

a. Untuk mengetahui kemajuan belajar peserta didik setelah ia menyadari pendidikan selama jangka waktu tertentu.

b. Untuk mengetahui tingkat efisien metode-metode pendidikan yang dipergunakan pendidikan selama jangka waktu tertentu.

Page 73: Skripsi isa ansori

Pada prinsipnya, evaluasi hasil belajar merupakan kegiatan

berencana dan berkesinambungan. Oleh karena itu, ragamnya pun

banyak, mulai yang paling sederhana sampai yang paling kompleks.

Adapun ragam evaluasi menurut Muhibbin Syah (2003: 199-201) ialah

sebagai berikut;

a. Pre-tes dan Post test

Kegiatan pre-test dilakukan guru secara rutin pada setiap akan memulai penyajian materi baru. Tujuannya ialah untuk mengidentifikasi taraf pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan disajikan. Sedangkan post-test adalah kebalikan dari pre-test, yakni kegiatan evaluasi yang dilakukan guru pada setiap akhir penyajian materi. Tujuannya adalah untuk mengetahui taraf penguasaan siswa atas materi yang telah diajarkan.

b. Evaluasi Prasyarat

Evaluasi jenis ini sangat mirip dengan pre-test. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru yang akan diajarkan.

c. Evaluasi Diagnostik

Evaluasi ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan pelajaran dengan tujuan mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang elum dikuasai oleh siswa.

d. Evaluasi Normatif

Evaluasi ini dapat dipandang sebagai ulangan yang dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran atau modul. Tujuannya ialah untuk memperoleh umpan balik yang mirip dengan evaluasi diagnostic, yakni untuk mendiagnosis (mengetahui penyakit/kesulitan) kesulitan belajar siswa.

e. Evaluasi Sumatif

73

Page 74: Skripsi isa ansori

Ragam penilaian ini dapat dianggap sebagai “ulangan umum” yang dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar siswa pada akhir periode pelaksanaan program pengajaran.

f. Ujian Akhir Nasional (UAN)

Ujian akhir nasional (UAN) yang dulu disebut EBTANAS (Evaluasi Belajar Tahap Tahab Akhir Nasional) pada prinsipnya sama dengan evaluasi sumatif dalam arti sebagai alat penentu kenaikan status siswa.

Sedangkan jenis evaluasi yang digunakan di sekolah MTs Negeri Rasau

Jaya ialah permainan, Tanya jawab, ulangan harian, pilihan ganda dan essay.

Evaluasi ini biasanya terletak pada proses belajar mengajar di kelas, ada pula

yang digunakan untuk penentu nilai akhir belajar seperti ulangan harian, MID

semester dan ulangan kenaikan kelas.

Hal yang paling rumit dalam membuat evaluasi pada saat proses ialah

materi mengenai hal-hal ghaib ini membutuhkan penjabaran yang lebih luas

dan komprehensif dalam waktu yang singkat sulit untuk dapat memahami isi

materi secara optimal.

Menurut Ngalim Purwanto (2006: 23-25) mengatakan bahwa ada

beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan di dalam menyusun tes hasil

belajar agar tes tersebut benar-benar dapat mengukur tujuan pelajaran yang

telah diajarkan, atau mengukur kemampuan dan atau keterampilan siswa yang

diharapkan setelah siswa menyelesaikan suatu unit pengajaran tertentu.

Adapun prinsip dasar tersebut adalah;

a. Tes tersebut hendaknya dapat mengukur

Page 75: Skripsi isa ansori

secara jelas hasil belajar (learning outcomes) yang telah ditetapkan seuai dengan tujuan intruksional.

b. Mengukur sample yang representatif dari hasil belajar dan bahan pelajaran yang telah diajarkan

c. Mencakup bermacam-macam bentuk soal yang benar-benar cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan.

d. Didesain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan.

e. Dibuat seandal (reliable) mungkin sehingga mudah diinterpretasikan dengan baik.

f. Digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru.

D. Temuan Penelitian

Pada saat peneliti melaksanakan observasi ke lokasi penelitian ada beberapa

tumuan di antaranya yaitu;

1. Guru mengajar dengan menggunakan media yang masih sederhana

yaitu kapur, papan tulis dan buku ajar.

2. Minimnya fasilitas pembelajaran sangat menyulitkan guru untuk

mencapai tujun pembelajaran secara optimal.

3. Buku-buku yang terdapat di perpustakaan kebanyakan buku paket

dan tidak ada buku-buku untuk pengembangan pengetahuan baik

bidang fiqih, akhidah, tafsi dan lain sebagainya.

75

Page 76: Skripsi isa ansori

73

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari uraian dan paparan data yang peneliti kemukakan pada bab-bab

sebelumnya maka dapat peneliti simpulkan bahwa;

1. Permasalahan yang dihadapi guru dalam mengembangkan materi

pelajaran akhidah akhlak Di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya Di

Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya. Materi merupakan

yang paling penting dalam menentukan arah potensi anak didik

dan tujuan pembelajaran itu sendiri. Di sekolah MTs Negeri Rasau

Jaya belum melakukan pengembangan materi tetapi hanya

berpatokan pada buku ajar saja sehingga penyampaian materi yang

dilakukan dalam proses belajar mengajar mengalami kesulitan

untuk dicerna dengan baik oleh siswa.

2. Permasalahan yang dihadapi guru dalam menerapkan metode

pelajaran akhidah akhlak Di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya Di

Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya ialah guru masih

menggunakan metode ceramah (metode pembelajaran klasik),

Page 77: Skripsi isa ansori

selain itu kurang luasnya pemahaman guru mengenai metode-

metode pembelajaran sehingga guru mengalami kesulitan dalam

menciptakan proses belajar mengajar yang menyenangkan untuk

materi-materi yang berhubungan dengan hal-hal ghaib, pada

khususnya.

3. Permasalahan yang dihadapi guru dalam mengevaluasi pelajaran

akhidah akhlak Di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya Di

Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya ialah kurangnya

referensi atau buku-buku penunjang dalam pembelajaran sehingga

guru kesulitan dalam memberikan evaluasi yang reliable dengan

konteks hari ini. Selain itu keterbatasan waktu dalam memberikan

evaluasi kepada peserta didik. Adapun jenis evaluasi yang sering

digunakan oleh guru adalah permainan, tanya jawab, ulangan

harian, essay dan pilihan ganda.

B. SARAN

1. Seorang guru harus menguasai komponen pembelajaran baik

metode, strategi, dan materi pembelajaran yang akan disampaikan

agar potensi anak didik dapat tergali sehingga tujuan pembelajaran

dapat tercapai secara optimal.

2. Untuk mahasiswa yang masih bergelu di dunia pendidikan

teruslah memacu semangat serta giat-giatlah dalam mencari dan

77

Page 78: Skripsi isa ansori

menemukan referensi-referensi baru mengenai pendidikan

sehingga ketika terjun didunia pendidikan sudah memiliki bekal

yang cukup.

3. Untuk pihak sekolah agar pelaksanaan pendidikan berjalan dengan

lancar dan sesuai dengan harapan maka pihak sekolah harus

menyediakan fasilitas pendidikan yang dibutuhkan guru dan buku-

buku yang dapat menambah wawasan dan pengetahuan guru

sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkannya.

DAFTAR PUSTAKA

Abudin Nata. (2006), Akhlak Tasawuf, Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Abu Baiquni, dkk, (1995), Kamus Istilah Umum dan Agama, Arkola: Surabaya.

Ali Sabri, (1999), Ilmu Pendidikan, Pedoman Ilmu Jaya: Jakarta.

Ana Rosilawati. (2008), Profesionalisme Keguruan. STAIN Pontianak Press: Pontianak

Basyiruddin Usman, 2002. Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Ciputat Pers: Jakarta. ed. Abdul Halim

Chabib Thoha, (1991), Tehnik Evaluasi Pendidikan, Raja Grafindo Persada: Jakarta

Departemen Agama, (1993) Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Madrasaha Tsnawiyah Mata Pelajaran Aqidaj Akhlak. Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.

Dick dan Carey, (1996), Menjadi Guru Profesional, PT. Remaja Rosdakarya

Page 79: Skripsi isa ansori

75

Hadari Nawawi. (1995). Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University Press: Yogyakarta.

Haitami Salim & Erwin Mahrus. (2006), Filsafat Pendidikan Islam. STAIN Pontianak Press: Pontianak.

Harun Rasyid, 2002. Metode Penelitian Kualitatif Bidang Sosial dan Agama, Pontianak: Kopma STAIN Pontianak.

Hasbullah. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, RajaGrafindo Persada : Jakarta

Husaini Usman & Purnomo Setiady Akbar, (2004), Metodologi Penelitian Sosial, Bumi Aksara: Jakarta

Ilyas Yunahar, (2004), Materi Aqidah Islam, LPPI: Yogyakarta.

Karim, (1980), Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya: Bandung

Khaeruddin, (2002), Ilmu Pendidikan Islam, Yayasan Fatiya: Makasar.

Khoiron Rosyadi, (2004), Pendidikan Profetik, Pustaka Pelajar: Yogyakarta

Lexy J. Moloeng. (1996). Metode Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya: Bandung.

M.Arifin, (187) Filsafat Pendidikan Islam, Bina Aksara: Jakarta

----------------------, (2004). Metode Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya: Bandung.

Nana Sudjana, (1998), Dasar-Dasar Proses Bekajar Mengajar, Sinar Baru Algesindo: Bandung.

Ngalim Purwanto, (2006), Prinsip-Prinsip Dan Tehnik Evaluasi Pengajaran, PT. Remaja Rosdakarya : Bandung

79

Page 80: Skripsi isa ansori

--------------------, 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Nur Uhbiayati, (1999), Ilmu Pendidikan Islam, Pustaka Setia: Bandung

Pius Abdillah P. 2008, Kamus Ilmiah Lengkap, Arkola: Surabaya

Pupuh Fathurrohman & Sobry Sutikno, (2007), Strategi Belajar Mengajar: Melalui Penanaman Konsep Umum Dan Islam, Refika Aditama: Bandung

Romizowski, (1986), Oxford Advenced Learners’s Dictionary, Oxford University Press: Printed in China

Samsul Nizar, ( 2002), Filsafat Pendidikan Islam, Ciputat Pers: JakartaSoetjipto & Raflis Kosasi. (2007), Profesi Keguruan, Rineka Cipta: Jakarta

Suryobroto, (2002), Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Rineka Cipta: Jakarta

Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005, Sinar Grafika: Jakarta

Zakiah Daradjat, (1996), Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bumi Aksara: Jakarta

Referensi Internet

Abide, (2009), Akhidah Akhlak, [online] terlihat diakses pada tanggal 14 Maret 2010 dikutip dari alamat http://meetabied.wordpress.com/2009/10/30/aqidah-akhlak/

Akhmad Sudrajat, (2008), Konsep Pengembangan Bahan Ajar (online) terlihat diakses tanggal 1 September 2010 dikutip dari alamat http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/04/konsep-pengembangan-bahan-ajar-2

Inoe, http://andhysastera.blogspot.com

Suharto, (2010), Pengembangan Materi dan Kegiatan Pembelajarannya Dalam KTSP Bidang Seni Musik, (online) terlihat diakses tanggal 22 September 2010

Page 81: Skripsi isa ansori

dikutip dari alamat http://www.thesuharto.com/2009/03/pengembangan-materi-dan-kegiatan.html.

KISI – KISI PEDOMAN WAWANCARA

No Fokus Wawancara Aspek Focus Wawancara Item

1. Permasalahan yang

dihadapi guru dalam

mengembangkan

materi pelajaran

akhidah akhlak.

1. Sumber

bahan

ajar yang

digunaka

n guru

dalam

pembelaj

aran

aqidah

akhlak.

2. Permasal

ahan

yang

dihadapi

guru

1-2

3-5

81

Page 82: Skripsi isa ansori

dalam

mengem

bangkan

bahan

palajaran

atau

materi

dalam

pembelaj

aran

akhidh

akhlak.2. Permasalahan yang

dihadapi guru dalam

menerapkan metode

pelajaran akhidah

akhlak.

3. Metode

yang

digunaka

n guru

dalam

pembelaj

aran

akhidah

akhlak.

4. Permasal

ahan

yang

dihadapi

guru

dalam

penerapa

n metode

6-7

8-10

Page 83: Skripsi isa ansori

pembelaj

aran

akhidah

akhlak.3. Permasalahan yang

dihadapi guru dalam

mengevaluasi pelajaran

akhidah akhlak

5. Jenis

Evaluasi

yang

digunaka

n guru

dalam

pembelaj

aran

akidah

ahlak.

6. Permasal

ahan

yang

dihadapi

guru

dalam

melaksa

nakan

evaluasi

pemblaja

ran

akidah

akhlak

11-12

13-15

83

Page 84: Skripsi isa ansori

PEDOMAN WAWANCARA GURU

Nama Informan :

Tanggal/ Jam :

Tempat :

Materi

1. Dari mana saja sumber bahan ajar yang bapak gunakan dalam pembelajaran

akhidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?

2. Apakah sumber bahan ajar yang digunakan bapak dalam pembelajaran

akhidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya sudah sesuai dengan

kurikulum KTSP?

3. Apa saja materi yang disampaikan di dalam pelaksanaan pembelajaran

akhidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?

4. Apakah bapak melakukan pengembangan materi pembelajaran?

5. Kendala atau apa saja yang dihadapi bapak dalam mengembangkan materi

pembelajaran aqidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?

Metode

6. Metode apa saja yang digunakan bapak dalam pelaksanaan pembelajaran

akhidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?

7. Apakah bapak selalu menggunakan metode setiap pembelajaran akhidah

akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?

8. Hambatan apa saja yang dihadapi bapak dalam menentukan metode yang

akan digunakan pada pembelajaran akhidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri

Page 85: Skripsi isa ansori

Rasau Jaya?

9. Hambatan apa saja yang dihadapi bapak dalam menggunakan metode pada

pembelajaran aqidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?

10. Solusi apa saja yang digunakan bapak dalam meminimalisir dalam

menghadapi permasalahan pada pembelajaran akhidah akhlak di Kelas VII

MTs Negeri Rasau Jaya?

Evaluasi

11. Alat evaluasi apa yang digunakan bapak ketika memberikan pembelajaran

akhidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?

12. Jenis evaluasi apa saja yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran

akhidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?

13. Masalah apa saja yang dihadapi bapak dalam melaksanakan evaluasi pada

pembelajaran akhidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?

14. Cara apa saja yang digunakan bapak dalam pembelajaran aqidah akhlak di

Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?

15. Tindak lanjut dari hasil evaluasi apa yang dilakukan ketika usai memberikan

pembelajaran akhidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?

85

Page 86: Skripsi isa ansori

HASIL WAWANCARA MURID

Nama Informan :

Tanggal/ Jam :

Tempat :

Materi

1. Sumber belajar/ bahan ajar apa saja yang digunakan guru dalam penyampaian

materi pembelajaran akhidah akhlak di Kelas?

2. Apa kamu senang terhadap penyampaian guru terhadap materi pembelajaran

akhidah akhlak di Kelas?

3. Materi apa saja yang guru anda ajarkan pada pembelajaran akhidah akhlak di

Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?

4. Menurutmu apa saja kendala guru dalam memilih sumber ajar / bahan ajar pada

pembelajaran akhidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?

Metode

5. Apakah gurumu menggunakan metode pada saat pembelajaran akhidah akhlak di

Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?

6. Metode apa saja yang biasa digunakan guru pada pembelajaran akhidah akhlak di

Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?

7. Menurutmu apakah ada hambatan yang dihadapi guru dalam menggunakan

metode pada pembelajaran akhidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?

8. Menurutmu apakah ada hambatan selama guru menggunakan metode dalam

pembelajaran akhidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?

Evaluasi

Page 87: Skripsi isa ansori

9. Apakah ketika guru usai menyampaikan materi, apakah guru selalu melaksanakan

evaluasi pada pembelajaran akhidah akhlak di Kelas?

10. Jenis evaluasi apa saja yang sering guru gunakan pada pembelajaran akhidah

akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?

11. Menurutmu kendala atau masalah apa saja yang dihadapi guru dalam

melasanakan evaluasi pembelajaran akhidah akhlak di Kelas?

12. Apakah guru melaksanakan tindak lanjut setelah evaluasi yang dilaksanakan pada

pembelajaran akhidah akhlak di Kelas?

13. Apa bentuk RTL yang dilakukan guru pada pembelajaran akhidah akhlak di

Kelas?

87

Page 88: Skripsi isa ansori

PEDOMAN WAWANCARA WAKA KURIKULUM

Nama Informan :

Tanggal/ Jam :

Tempat :

Materi

1. Menurut anda apakah guru aqidah akhlak telah mengajar pelajaran aqidah

akhlak dengan meteri yang sesuai dengan kurikulum?

2. Apakah anda mengetahui tentang keluhan-keluhan guru pelajaran aqidah

akhlak mengenai materi yang disampaikan?

3. Menurut anda kendala apa saja yang dihadapi guru aqidah akhlak?

Metode

4. Pernahkah anda melihat guru aqidah akhlak mengajar menggunakan metode

pada pembelajaran aqidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?

5. Metode apa yang digunakan oleh guru aqidah akhlak?

6. Sudah sesuaikah metode yang digunakan oleh guru aqidah akhlak?

7. Menurut anda permasalahan apa yang dihadapi guru aqidah akhlak dalam

menggunakan metode?

Evaluasi

8. Menurut anda evaluasi jenis apa yang digunakan oleh guru aqidah akhlak?

9. Apakah guru aqidah akhlak selalu memberikan evaluasi setelah usai

pembelajaran?

10. Kendala apa saja yang dihaapi guru aqidah akhlak dalam melaksanakan

evaluasi?

Page 89: Skripsi isa ansori

11. Solusi apa yang tepat menurut anda dalam mengatasi masalah tersebut?

HASIL WAWANCARA GURU

Nama Informan : Muhammad, S.Ag

Tanggal/ Jam : Kamis, 19 Agustus 2010 Jam / 08.20 Wib

Tempat : MTs Negeri Rasau Jaya

Materi

16. Dari mana saja sumber bahan ajar yang bapak gunakan dalam pembelajaran

akhidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?

Jawaban: Sumber belajar dari Kurikulum Kementrian Agama dan menggunakan

buku-buku yang sesuai dengan kurikulum tersebut. Seperti buku aqidah akhlak

terbitan PT. Toha Putra, Erlangga, dll.

17. Apakah sumber bahan ajar yang digunakan bapak dalam pembelajaran

akhidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya sudah sesuai dengan

kurikulum KTSP?

Jawaban: Mengenai materi sudah namun buku yang saya gunakan masih

kurikulum 1994 dan 2004.

18. Apa saja materi yang disampaikan di dalam pelaksanaan pembelajaran aqidah

akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?

Jawaban: Tentang Aqidah Islam, Sifat-sifat Allah, akhlak terpuji pada Allah,

Asmaul Husna, Tentang Mahluk Ghaib, dan akhlak tercela kepada Allah.

19. Apakah bapak melakukan pengembangan materi pembelajaran?

Jawaban: Terkadang iya terkadang juga tidak

20. Kendala atau apa saja yang dihadapi bapak dalam mengembangkan materi

pembelajaran aqidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?

Jawaban: Pertama, Problem yang dihadapi ialah menyesuaikan materi dengan

89

Page 90: Skripsi isa ansori

kemampuan anak didik terutama yang berhubungan dengan hal-hal yang bersifat

ghaib sehingga sulitmencontohkan dalam kehidupan nyata, dan kedua, Fasilitas

yang belum memadai seperti buku-buku yang belum lengkap dan alat-alat

elektroni atau media pembelajaran yang belum memadai (masih terbatas )

sehingga informasi mengenai materi yang akan dikembangkan mengalami

kesulitan.

Metode

21. Metode apa saja yang digunakan bapak dalam pelaksanaan pembelajaran

akidah aqlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?

Jawaban: Ceramah dan Permainan

22. Apakah bapak selalu menggunakan metode setiap pembelajaran aqidah

akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?

Jawaban: Disesuai dengan materi tapi yang paling sering mengguakan metode

ceramah

23. Hambatan apa saja yang dihadapi bapak dalam menentukan metode yang

akan digunakan pada pembelajaran aqidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri

Rasau Jaya?

Jawaban: Hambatan dialami hanya mengenai fasilitas dan kemampuan anak

yang tidak sama (tidak merata)

24. Hambatan apa saja yang dihadapi bapak dalam menggunakan metode pada

pembelajaran aqidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?

Jawaban: Menyampaikan materi yang berhubungan dengan hal-hal yang ghaib

25. Solusi apa saja yang digunakan bapak dalam meminimalisir dalam

menghadapi permasalahan pada pembelajaran aqidah akhlak di Kelas VII

MTs Negeri Rasau Jaya?

Jawaban: Memberikan contoh-contoh yang bias diccerna oleh akal pikiran anak

Evaluasi

Page 91: Skripsi isa ansori

26. Alat evaluasi apa yang digunakan bapak ketika memberikan pembelajaran

aqidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?

Jawaban: Tanya jawab dan LKS

27. Jenis evaluasi apa saja yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran

aqidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?

Jawaban: Jenis evaluasi yang saya gunakan ialah permainan, tanya jawab,

ulangan harian, dan pilihan ganda dan essay

28. Masalah apa saja yang dihadapi bapak dalam melaksanakan evaluasi pada

pembelajaran aqidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?

Jawaban: Buku-buku yang tidak memadai, dan waktu yang tersedia kurang

29. Cara apa saja yang digunakan bapak dalam pembelajaran aqidah akhlak di

Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?

Jawaban: Tatap muka dan nonton film yang berhubungan dengan materi

pembelajaran yang diajarkan

30. Tindak lanjut dari hasil evaluasi apa yang dilakukan ketika usai memberikan

pembelajaran aqidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?

Jawaban: Remedial

91

Page 92: Skripsi isa ansori

HASIL WAWANCARA MURID

Nama Informan : Eri Karlito

Tanggal/ Jam : Kamis, 19 Agustus 2010/ 09.30

Tempat : MTs Negeri Rasau Jaya

Materi

14. Sumber belajar/ bahan ajar apa saja yang digunakan guru dalam penyampaian

materi pembelajaran aqidah akhlak di Kelas?

Jawaban: Buku-buku pelajaran aqidah akhlak terbitan Toha Putra dan Erlangga

15. Apa kamu senang terhadap penyampaian guru terhadap materi pembelajaran

aqidah akhlak di Kelas?

Jawaban: Kurang, karena kebanyakan ceramah

16. Materi apa saja yang guru anda ajarkan pada pembelajaran aqidah akhlak di Kelas

VII MTs Negeri Rasau Jaya?

Jawaban: Sesuai dengan materi yang ada di buku paket seperti Tentang aqidah

Islam, Sifat-sifat Allah, akhlak terpuji pada Allah, Asmaul Husna, Tentang

Mahluk Ghaib, dan akhlak tercela kepada Allah

17. Menurutmu apa saja kendala guru dalam memilih sumber ajar / bahan ajar pada

pembelajaran aqidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?

Jawaban: Penyampaiannya selalu ber’paku’ pada buku paket

Metode

18. Apakah gurumu menggunakan metode pada saat pembelajaran aqidah akhlak di

Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?

Jawaban: Selalu banyak menjelaskan materi pembelajaran seperti ceramah

Page 93: Skripsi isa ansori

19. Metode apa saja yang biasa digunakan guru pada pembelajaran aqidah akhlak di

Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?

Jawaban: Kurang senang

20. Menurutmu apakah ada hambatan yang dihadapi guru dalam menggunakan

metode pada pembelajaran aqidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?

Jawaban: Dalam menggunakan metode ceramah sih kayaknya tidak, sepertinya

guru tuh enjoy aja.

21. Menurutmu apakah ada hambatan selama guru menggunakan metode dalam

pembelajaran aqidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?

Jawaban: Kalau itu guru yang agak repot ketika memberikan contoh mengenai

hal-hal yang ghaib, sangat susah untuk dimengerti.

Evaluasi

22. Apakah ketika guru usai menyampaikan materi, apakah guru selalu melaksanakan

evaluasi pada pembelajaran aqidah akhlak di Kelas?

Jawaban: Terkadang iya dan terkadang juga ngak.

23. Jenis evaluasi apa saja yang sering guru gunakan pada pembelajaran aqidah

akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?

Jawaban: Tanya jawab dan LKS yang berupa pilihan ganda dan essay

24. Menurutmu kendala atau masalah apa saja yang dihadapi guru dalam

melasanakan evaluasi pembelajaran aqidah akhlak di Kelas?

Jawaban: Jawaban dari soal yang diberikan tidak terdapat dalam buku atau

belum disampaikan.

25. Apakah guru melaksanakan tindak lanjut setelah evaluasi yang dilaksanakan pada

pembelajaran aqidah akhlak di Kelas?

Jawaban: Biasanya kalau banyak yang dapat rendah dalam ulangan guru selalu

memberikan remedial

26. Apa bentuk RTL yang dilakukan guru pada pembelajaran aqidah akhlak di Kelas?

Jawaban: Memberikan tugas essay tapi terkadang juga mengisi LKS

93

Page 94: Skripsi isa ansori

PEDOMAN WAWANCARA WAKA KURIKULUM

Nama Informan : Marfungah, S.Ag

Tanggal/ Jam : Kamis, 19 Agustus 2010/ 11 .00

Tempat : MTs Negeri Rasau Jaya

Materi

12. Menurut anda apakah guru aqidah akhlak telah mengajar pelajaran aqidah

akhlak dengan meteri yang sesuai dengan kurikulum?

Jawaban: Iya, karena setiap guru sudah diberikan panduan dan diberi

pengarahan mengenai kurikulum.

13. Apakah anda mengetahui tentang keluhan-keluhan guru pelajaran aqidah

akhlak mengenai materi yang disampaikan?

Jawaban: Tidak tahu

14. Menurut anda kendala apa saja yang dihadapi guru aqidah akhlak?

Jawaban: Mungkin fasilitas pembelajaran yang kurang memadai, hal ini juga

dirasakan oleh guru-guru yang lain.

Metode

15. Pernahkah anda melihat guru aqidah akhlak mengajar menggunakan metode

pada pembelajaran aqidah akhlak di Kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya?

Jawaban: Melihat secara langsung sih tidak, tapi sering dengar saja dari murid

kalau guru menggunakan metode ceramah seperti guru-guru yang lain.

16. Metode apa yang digunakan oleh guru aqidah akhlak?

Jawaban: Ceramah

17. Sudah sesuaikah metode yang digunakan oleh guru aqidah akhlak?

Page 95: Skripsi isa ansori

Jawaban: Kalau menurut saya pribadi sudah

18. Menurut anda permasalahan apa yang dihadapi guru aqidah akhlak dalam

menggunakan metode?

Mungkin kurangnya pengetahuan mengenai metode pembelajaran sehingga

metode yang digunakan belum bervariasi

Evaluasi

19. Menurut anda evaluasi jenis apa yang digunakan oleh guru aqidah akhlak?

Jawaban: Mungkin, Ganda, Essay dan Tanya jawab karena disekolah

menggunakan LKS dalam mendokrak minat belajar anak di rumah

20. Apakah guru aqidah akhlak selalu memberikan evaluasi setelah usai

pembelajaran?

Jawaban: Kurang tahu, namun seharusnya demikian guru harus memberikan

evaluasi setelah usai pembelajaran

21. Kendala apa saja yang dihaapi guru aqidah akhlak dalam melaksanakan

evaluasi?

Jawaban: Biasanya kalau yang berhubungan dengan evaluasi itu waktu yang

kurang panjang

22. Solusi apa yang tepat menurut anda dalam mengatasi masalah tersebut?

Jawaban: Fasilitas media pembelajaran, agar materi yang disampaikan dapat

dipersingkat sehungga evaluasi proses dapat berjalan.

95

Page 96: Skripsi isa ansori

CATATAN LAPANGAN

Hari/tanggal : Senin / 19 Agustus 2010

Tempat : MTs Negeri Rasau Jaya

Pada hari Kamis tanggal 19 Agustus 2010 peneliti datang ke lokasi sekolah dalam rangka melaksanakan penelitian. Ketik tiba di lokasi sekolah MTs Negeri Rasau Jaya peneliti langsung menuju ruang kantor dan menemui guru mata pelajaran Aqidah akhlak yaitu pak Muhammad, S.Ag, pada waktu itu beliau tidak ada jam pelajaran maka penliti langsung mengutarakan niat untuk melakukan wawancara dan observasi disekolah yang bersangkutan. Setelah itu guru langsung menyambut dengan baik dan kami langsung melakukan wawancara sesuai pedoman wawancara yang saya bawa dan saya berbincang-bincang sambil mengenai pembelajaran akidah ahlak yang diajarkan dalam pembelajaran serta permasalahan yang dihadapi baik dari segi pengembangan materi, penggunaan metode, dan pelaksanaan evaluasi.

Setelah saya melakukan wawancara terhadap guru saya mohon izin untuk melihat-lihat sekondisi sekolah dan perpustakaan sambil menunggu waka kurikulum yang belum dating untuk dimintai wawancara dan pada saat itu pula murid masih melaksanakan proses belajar mengajar di kelas sehingga saya hanya dapat melakukan pengamatan atau observasi kondisi sekolah. Pada pukul 09.30 saya menemui salah satu murid dikantin sekolah yang bernama Karlito dan minta izin utuk mewawancarainya dan kamipun berkomunikasi dengan akrab dan wawancara yang terjadi sesuai dengan pedoman wawancara dan sesuai dengan harapan saya. Setelah usai sayapun berpamitan kepada Karlito untuk kembali ke kantor.

Setelah usai mewawancarai murid saya langsung ke kantor untuk menemui waka kurikulum yang bernama Marfungah, S.Ag. di sana waka kurikulum sedang duduk di mejanya sambil melakukan tugasnya, tampa membuang waktu saya langsung menghadap beliau dan langsung melakukan wawancara namun sebelumnya peneliti mengutarakan maksud dan tujuan untuk melakukan wawancara kepada beliau. Sebelum pulang saya masih menghadap guru mata pelajaran aqidah akhlak untuk minta waktu untuk ikut dalam proses belajar mengajar di kelas dan guru tersebut meminta saya untuk kembali lagi hari senin pada tanggal 23 Agustus 2010 jam 07.00 karena pada hari itu guru memiliki waktu ngajar.

Page 97: Skripsi isa ansori

CATATAN LAPANGAN

Hari/tanggal : Kamis / 23 Agustus 2010

Tempat : MTs Negeri Rasau Jaya

Pada hari Senin pada tanggal 23 Agustus 2010, saya datang ke Sekolah MTs Negeri Rasau Jaya untuk melihat proses belajar mengajar dikelas karena pada tanggal 19 Agustus sebelumnya peneliti tidak dapat melihat proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru sehingga peneliti hanya melakukan wawancara terhadap guru saja. Pada pukul 06.45 saya menemui Pak Muhammad guru pelajaran aqidah akhlak kelas VII MTs Negeri Rasau Jaya, untuk minta izin ikut dalam pembelajaran aqidah akhlak yang akan diajarkannya pada pukul 07.00.

Tepat pada pukul 07.00 lonceng berbunyi dan pak Muhammad mengajak saya untuk masuk ke kelas VII A MTs Negeri Rasau Jaya. Seperti biasanya guru masuk dengan mengucapkan salam terlebih dahulu kepada murid yang berada di dalam kelas. Sebelum memulai pelajaran salah satu dari murid mengaji selama 2 menit. Pada awal pembelajaran guru menanyakan kepada murid di kelas mengenai pelajaran sebelumnya, sebelum memulai pelajaran hari ini. Setelah usai guru menyampaikan materi pembelajaran mengenai Sifat-sifat Allah. Guru menyampaikan materi masih tekstual sesuai dengan materi yang terdapat dalam buku paket dan metode pembelajaran yang digunakan masih menggunakan metode ceramah secara monoton serta tidak terdapat media pembelajaran yang digunakan kecuali papan whaite board dan spidol. Setelah usai penyampaian guru murid dipersilahkan untuk bertanya dan tidak ada satu murid pun yang bertanya karena tak satu pun murid bertanya maka guru menanyakan kembali apakah materi sudah disampaikan sudah jelas atau belum. Setelah itu guru langsung meminta anak muridnya untuk mengeluarkan LKS-nya dan muridpun disuruh mengerjakan soal-soal yang ada dalam LKS. Karena waktu yang tidak mencukupi maka guru meminta kepada murid agar dikerjakan di rumah dan minggudepan dikumpulkan. Setelah bel berbunyi saya dan pak Muhammad guru pelajaran Akhidah akhlak keluar meninggalkan kelas. Dan setelah mendapatkan data tersebut peneliti pamit pulang dan mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah diberikan.

97

Page 98: Skripsi isa ansori

CATATAN LAPANGAN

Hari/tanggal : Sabtu / 14 Agustus 2010

Tempat : MTs Negeri Rasau Jaya

Pada hari Sabtu pagi pukul 08.00 saya pergi Ke sekolah MTs Negeri Rasau Jaya untuk memasukan surat izin penelitian yang saya pinta dari STAIN Pontianak. Setibanya di Sekolah saya langsung menuju kantor dan pergi ke TU karena untuk memasukkan surat dan saya bertemu dengan Pak Parkinto salah satu guru yang ada di TU. Setelah saya ajukan surat penelitian tersebut beliau merespon baik terhadap penelitian yang akan saya lakukan di sana. Beliau juga mengatakan siap memberikan informasi atau data yang saya butuhkan / perlukan. Dan saya pun minta data mengenai profil dan keadaan sekolah.

Setelah data diberikan guru langsung memberitahukan kepada guru pengampu pelajaran akidah ahlak. Saya berkenalan dan sambil ngobrol sekedar “basa-basi”, bapak yang mengampu pelajaran akidah ahlak tersebut adalah bapak Muhammad, S.Ag, setalah ngorol asik guru mohon izin untuk ngajar maka kamipun akhiri perbincangan tersebut, namun sebelum berpisah saya minta izin mengenai penelitian yang saya lakukan dan menbuat janji untuk ketemu selanjutnya, karena pada saat itu guru ada jam mengajar di kelas VIII A. setelah itu saya pamitan kepada pak Muhammad dan guru-guru yang ada di kantor.