strategi pendayagunaan dana zakat melalui...
TRANSCRIPT
STRATEGI PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT MELALUI
PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT
( Studi Rumah Zakat )
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum
Untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syari’ah ( SEI )
Oleh :
ANNISA HARTIWI WULANDARI
205046100595
KONSENTRASI PERBANKAN SYARI’AH
PROGRAM STUDI MUAMALAT ( EKONOMI ISLAM )
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN ) SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
STRATEGI PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT MELALUI
PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT
( Studi Rumah Zakat )
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum
Untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syari’ah ( SEI )
Oleh :
ANNISA HARTIWI WULANDARI
NIM. 205046100595
Dibawah bimbingan
Drs. H. Asep Syarifuddin, SH, MH
NIP : 196911211994031001
KONSENTRASI PERBANKAN SYARI’AH
PROGRAM STUDI MUAMALAT ( EKONOMI ISLAM )
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN ) SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul STRATEGI PENDAYAGUNAAN ZAKAT MELALUI
PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT (studi pada Rumah Zakat
Meruya Ilir, Kebon Jeruk) telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas
Syari'ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada
tanggal 4 Agustus 2010. Skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi
Islam).
Jakarta, 4 Agustus 2010
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum
Prof.DR.H. Muhammad Amin Suma. SH.. MA., MM
NIP. 195505051982031012
PANITIA UJIAN
1. Ketua : Drs. Djawahir Heiazziey. SH., MA
NIP. 195510151979031002
2. Sekretaris : Drs. H. Ahmad Yani, M. Ag
NIP.196404121994031004
3. Pembimbing : Drs. H. Asep Syarifuddin, SH., MH
NIP.196911211994031001
4. Penguji I : DR. H. Supriyadi Ahmad. MA
NIP.195811281994031001
5. Penguji II : Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag
NIP.196404121994031004
i
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الرمحن الرحيم
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena
dengan rahmat dan hidayahNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini dengan baik. Selawat serta salam semoga tercurah kepada
baginda Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabatNya yang telah
memberikan petunjuk jalan untuk menempuh keselamatan dan kebahagiaan di
dunia dan akhirat.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
baik penyusunan, penulisan, maupun isinya. Hal tersebut dikarenakan
keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh
karena itu, saran dan masukannya sangat penulis harapkan.
Rasa terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada
berbagai pihak yang telah baik langsung membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini. Utamanya penulis haturkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM selaku Dekan
Fakultas Syari’ah dan Hukum
2. Dr. Euis Amalia, M.Ag selaku ketua Program Studi Muamalat fakultas
syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Ah. Azharuddin Latief, M.Ag., MH selaku sekretasris Program Studi
Muamalat fakultas syari’ah dan hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ii
4. Drs. Djawahier Hejazziey, SH., MA selaku koordinator teknis program
non reguler dan Drs. H. Ahmad Yani, M. Ag selaku sekretaris teknis
program non reguler fakultas syariah dan hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
5. Dr. H. Asep Syarifuddin, SH, MH selaku dosen peMbimbing skripsi
6. Keluargaku tercinta, papah Oyon Daryono dan mamah Suhartini, terima
kasih atas semuanya. Hanya Allah yang dapat membalas semua jasa dan
kasih sayang kalian selama ini padaku. Kedua adikku, Winna Dwiarti,
S.sos dan Wanti Trinurani. Aku bangga dengan kalian semua.
7. Untuk Ibu Mufidah, SHI dan Bapak Syafi’I yang telah banyak
memberikan arahan dan bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini
8. Untuk staff perpustakaan, terutama kepada Bapak Zuhri, SH. Terima kasih
atas kemudahan, arahan dan bantuannya kepada penulis dalam
memperoleh data-data kepustakaan yang diperlukan penulis untuk skripsi
ini
9. Seluruh staff dan Manager Rumah Zakat cabang Kebon Jeruk Jakarta
Barat Raya, terutama kepada Bapak Herlan selaku staff teknis dari Rumah
Zakat, Ibu Dessy dan Ibu Dini yang telah memberikan saya waktu,
kesempatan dan kemudahan untuk memperoleh bahan-bahan skripsi saya
10. Untuk Billy Vancent yang terus memberi motivasi dan semangat
kepadaku, terima kasih banyak yah
iii
11. Untuk teman-teman dan sahabat-sahabatku yang selalu setia menemani
dan membantuku. Ria, Naila, Sidiq, Fatah, Rofi, dan semuanya terima
kasih.
Besar harapan penulis bahwa penulisan ini dapat memberikan kontribusi
yang positif bagi pihak-pihak yang memberikan, terutama bagi rekan-rekan
mahasiswi fakultas syari’ah dan hukum jurusan perbankan syariah, untuk
menambah khasanah Ilmu Perbankan Islam.
Penulis sangat sadar bahwa masih banyak sekali diperlukan
penyempurnaan, karena manusia bukanlah makhluk yang sempurna. Demikian
sedikit pengantar dan ucapan terima kasih dari penulis. Atas semua perhatian yang
diberikan penulis ucapkan terima kasih.
Wassalam
Jakarta, Juli 2010
Penulis
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Perumusan Masalah dan Pembatasan Masalah ........................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan .................................................... 8
D. Metode Penelitian........................................................................ 9
E. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 13
F. Sistematika Penulisan ................................................................. 14
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pola Pendayagunaan Dana Zakat ................................................ 16
1. Pengertian Zakat dan Dasar Hukumnya ............................... 17
2. Pengertian Pola Pendayagunaan Zakat ................................. 20
3. Sasaran Pendayagunaan Zakat .............................................. 20
4. Management Pendayagunaan Zakat ...................................... 22
B. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat .......................................... 26
1. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat .................. 26
v
2. Pola-Pola Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat ................... 27
3. Pendayagunaan Zakat dalam Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat ............................................................................ 31
BAB III GAMBARAN UMUM RUMAH ZAKAT
A. Sejarah dan Perkembangan ......................................................... 34
B. Visi dan Misi ............................................................................... 38
C. Struktur Organisasi dan Keanggotaan ......................................... 38
D. Mekanisme Operasional .............................................................. 40
E. Strategi Pengembangan Rumah Zakat ........................................ 42
BAB IV PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT MELALUI
PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT
A. Aplikasi Pendayagunaan Dana Zakat.......................................... 44
B. Strategi Pendayagunaan Dana Zakat Melalui Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakat .................................................................. 59
C. Analisa......................................................................................... 61
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 66
B. Saran ............................................................................................ 67
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 68
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara demografik dan kultural, bangsa Indonesia, khususnya
masyarakat muslim Indonesia sebenarnya memiliki potensi strategik yang
layak dikembangkan menjadi salah satu instrumen pemerataan pendapatan,
yaitu institusi zakat, infak dan sedekah (ZIS). Karena secara demografik,
penduduk Indonesia adalah beragama Islam, dan secara kultural kewajiban
zakat, dorongan untuk berinfak dan bersedekah di jalan Allah telah mengakar
kuat dalam tradisi kehidupan masyarakat Islam.
Dengan demikian, mayoritas masyarakat penduduk Indonesia, secara
ideal bisa terlibat dalam mekanisme pengelolaan zakat. Kedudukan kewajiban
zakat dalam Islam sangat mendasar dan fundamental. Begitu mendasarnya,
sehingga perintah zakat dalam Al-Qur’an sering disertai dengan ancaman yang
tegas. Zakat menempati rukun Islam ketiga, setelah syahadat dan shalat.
Dalam Al-Qur’an sering sekali kata zakat disetarakan dengan kata shalat. Hal
ini menegaskan adanya kaitan komplementer antara ibadah shalat dan zakat.
Jika shalat berdimensi vertikal-keutuhan, maka zakat merupakan ibadah yang
berdimensi horizontal-kemanusiaan.1
Sejauh ini, meskipun studi tentang zakat telah banyak dilakukan,
namun telaah dari perspektif pemberdayaan ekonomi masyarakat nampaknya
1 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, ( Jakarta : UI Press,
1998), h. 90
2
belum banyak menjadi sorotan. Padahal dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, zakat tidak hanya dimaknai secara teologis (ibadah), tetapi juga
dimaknai secara sosial-ekonomi, yaitu mekanisme distribusi kekayaan.
Dengan kata lain, disamping membersihkan jiwa dan harta benda, zakat juga
merupakan alat pemerataan pendapatan yang ampuh dalam kehidupan
ekonomi masyarakat.
Potensi zakat untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan
berupaya menciptakan iklan masyarakat yang berjiwa wirausaha akan
terwujud, apabila penyalurannya tidak langsung diberikan kepada mustahik
untuk keperluan konsumtif, tetapi dihimpun, dikelola dan didistribusikan oleh
badan/lembaga yang amanah dan profesional. Untuk keperluan ini, UU RI No.
38 Tahun 1999 mengenai Pengelolaan Zakat merupakan wujud kepedulian
Pemerintah mengupayakan kelembagaan pengelolaan zakat dengan
manajemen modern.
Zakat memiliki peranan yang sangat strategis dalam upaya
pengentasan kemiskinan atau pembangunan ekonomi. Hal tersebut berbeda
dengan sumber keuangan untuk pembangunan yang lain, zakat tidak memiliki
dampak balik apapun kecuali ridha dan mengharap pahala dari Allah semata.
Namun demikian, bukan berarti mekanisme zakat tidak ada sistem kontrolnya.
Nilai strategis zakat dapat dilihat melalui, pertama, zakat merupakan
panggilan agama. Ia merupakan cerminan dari keimanan seeorang. Kedua,
sumber keuangan zakat tidak akan pernah berhenti. Artinya seorang
membayar zakat, tidak akan pernah habis dan yang telah membayar setiap
3
tahun atau periode waktu yang lain akan terus membayar. Ketiga, zakat secara
empirik dapat menghapuskan kesenjangan sosial dan sebaliknya dapat
menciptakan redistribusi aset dan pemerataan pembangunan.2
Nilai-nilai zakat tersebut dapat mendatangkan manfaat bagi golongan
mampu (wajib zakat), ataupun bagi mustahik (khususnya golongan miskin).
Dengan nilai zakat tersebut bagi mustahik dapat merubah kehidupan mereka
yaitu untuk meringankan beban biaya hidup, menjadikan kuat berusaha
dengan modal dari zakat, juga memberikan suatu kesadaran penggunaan dana
zakat, serta dapat mengembangkan etos kerja. Sedangkan untuk para muzzaki
nilai tersebut menjadikan diri bersih, menimbulkan kesadaran terhadap
golongan yang tidak mampu dan menimbulkan ketenangan dalam hidup,
karena kewajiban itu (zakat) telah terpenuhi.3
Zakat4, infak
5, dan sedekah
6 adalah sebagian dari mekanisme agama
yang berintikan semangat pemerataan pendapatan7. Dana zakat yang diambil
dari harta orang lain yang berkelebihan dan disalurkan kepada orang yang
kekurangan. Hal ini disebabkan karena zakat diambil dari sebagian kecil
hartanya dengan beberapa kriteria tertentu dari harta yang wajib dizakati. Oleh
karena itu alokasi dana zakat tidak bisa diberikan secara sembarangan dan
hanya disalurkan kepada masyarakat tertentu.
2 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), (Yogyakarta: UII
Press), 2005. Cet 2, h. 189-190 3 M. Djamal Doa, Membangun Ekonomi Umat Melalui Pengelolaan Zakat Harta
(Jakarta: Nuansa Madani, 2001), h. 28 4 Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve), h. 1985-1986
5 Cholid Fadlullah, Mengenal Hukum Zakat dan Pengamalannya di DKI Jakarta,
(Jakarta: BAZIS DKI Jakarta, 1993), h. 5 6 Ibid, h. 7. Sedekah berarti memberikan atau mendermakan sesuatu kepada orang lain
7 Muhammad Nejatullah Siddiqi, Pemikiran Ekonomi Islam: Suatu Penelitian
Kepustakaan Masa Kini, (Jakarta: LPPW), h. 134
4
Zakat yang diberikan kepada mustahiq akan berperan sebagai
pendukung peningkatan ekonomi mereka apabila dikonsumsikan pada
kegiatan produktif. Pendayagunaan zakat produktif sesungguhnya mempunyai
konsep perencanaan dan pelaksanaan yang cermat seperti mengkaji penyebab
kemiskinan, ketidakadaan modal kerja, dan kekurangan lapangan kerja,
dengan adanya masalah tersebut maka perlu adanya perencanaan yang dapat
mengembangkan zakat bersifat produktif tersebut.
Dana zakat untuk kegiatan produktif akan lebih optimal bila
dilaksanakan lembaga zakat sebagai organisasi yang terpercaya untuk
pengalokasian, pendayagunaan, dan pendistribusian dana zakat. Mereka tidak
memberikan zakat begitu saja, melainkan mendampingi dan memberikan
pengarahan serta pelatihan agar dana zakat tersebut memperoleh pendapatan
yang layak dan mandiri.
Agar pendayagunaan zakat berjalan sesuai dengan yang diinginkan
oleh Islam, maka harus mempunyai pengelola tersendiri yang independent.
Lembaga zakat juga harus memiliki tenaga-tenaga yang cakap khusus
dibagian keuangannya. Tenaga-tenaga ini harus bisa mengintegrasikan
kebutuhan seluruh bidang dalam aktifitas plan. Mereka yang akuntan ini harus
bisa membagi porsi pembiayaan, mengalokasikan dana operasional dan
membayar honor sebagai hak para amilnya.8 Sebagai contoh salah satunya
yaitu pada Rumah Zakat.
8 Eri Suwedo, Manajemen Zakat (Jakarta : Institute Manajemen Zakat, 2004), h. xxxix
5
Rumah Zakat Indonesia adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat
yang fokus pada pengelolaan zakat, infaq, sedekah, dan wakaf secara lebih
professional dengan menitikberatkan pembinaan dan pemberdayaan sosial
melalui tiga rumpun program, yaitu senyum mandiri (meliputi program
ecocare dan youthcare), senyum sehat (program healthcare), senyum juara
(program educare). Memulai kiprahnya sejak Mei 1998 di Bandung, lembaga
yang awalnya bernama Dompet Sosial Ummul Quro (DSUQ) dan dipelopori
oleh Abu Syauqi ini, semakin menguatkan eksistensinya sebagai lembaga amil
zakat. Legalitas untuk melakukan ekspansi semakin kuat ketika lembaga ini
telah mendapat sertifikasi pengukuhan sebagai lembaga amil zakat nasional
berdasarkan SK Menteri Agama RI No. 157 pada tanggal 18 Maret 2003 yang
diperbaharui SK Menag RI No. 42 Tahun 2007.
Adapun data perkembangan pada Rumah Zakat per Maret 2010 yang
disebut Community Development dengan pemberdayaan pada 4.062 keluarga
terbina secara insentif di 227 Integrated Communiy Development (ICD), 169
keluarga mandiri dengan penghasilan diatas nishab zakat, 278 keluarga
terangkat penghasilannya diatas KHL (Kebutuhan Hidup Layak), kemudian
187 relawan lulusan kampus, 181 pemuda peserta Balai Latihan Kerja (Youth
Development Centre), 1.244 anggota KUKMI (Kelompok Usaha Kecil dan
Mandiri) dengan total penyaluran Rp 2,6 Milyar, serta 63 water well berdiri
memberi akses air bersih dan MCK.9
Rumah Zakat menyalurkan dana zakat produktif pada suatu program
yang kemudian dikembangkan yaitu Program Pemberdayaan Ekonomi,
9 www.rumahzakat.org
6
program ini adalah program pemberdayaan pembinaan umat atau mustahiq
produktif dengan memberikan bantuan modal usaha yang disalurkan dengan
fasilitas program-program pemberdayaan yang ada.
Dengan adanya program usaha kecil menengah dimana modal berasal
dari zakat akan menyerap tenaga kerja. Hal ini berarti angka pengangguran
bisa dikurangi sehingga berdampak pada meningkatnya daya beli masyarakat
terhadap suatu barang dan jasa yang diikuti dengan pertumbuhan sektor
produksi dimana akan menjadi salah satu indikator adanya pertumbuhan
ekonomi.
Duabelas tahun sudah Rumah Zakat berdiri menjadi jembatan harmoni
antara para muzaki dan mustahik, menyambungkan empati dalam simpul
pelayanan gratis hingga pemberdayaan. Atas rahmat Allah Yang Maha Kuasa,
didukung simpati sobat zakat sekalian, Rumah Zakat telah hadir di 44 jaringan
kantor di 38 kota besar dari Banda Aceh NAD hingga Jayapura, Papua.
Dengan dukungan teknologi informasi, kini semua kantor (pusat-regional-
cabang-kantor kas) telah terkoneksi secara online. Membuat pengelolaan
lembaga lebih terintegrasi, transparan dan cepat. Dalam pengembangan ketiga
rumpun programnya Rumah Zakat mengembangkan program pendampingan
dan pemberdayaan intensif berbasis komunitas yang disebut Integrated
Community Development (ICD) baik per kecamatan maupun per kelurahan.
Untuk setiap ICD dikelola oleh satu orang atau lebih Mustahiq Relation
Officer (MRO) yang tinggal di tengah-tengah masyarakat yang dibinanya
sehingga pemantauan dan keberlangsungan program lebih terjaga.
7
Semangat membumikan nilai spiritualitas menjadi kesalehan sosial
membingkai gerak lembaga ini sebagai mediator antara nilai kepentingan
muzaki dan mustahik. Antara yang memberi dan menerima, antara para
aghniya (orang kaya) dan mereka yang dhuafa sehingga kesenjangan sosial
bisa semakin dikurangi jaraknya. Harmoni ini semakin hangat dengan
dukungan para muzaki dan mitra lembaga. Merekalah yang menjadi tiang
penyanggga lembaga, selain tentu dukungan doa anak yatim dan para
mustahik yang menyuburkan gerakan sosial ini dilakukan.
Kesesuaian Syariah dan Ketepatan Sasaran menjadi indikator sukses
utama Rumah Zakat dalam penentuan pendayagunaan program. Dua hal diatas
tentu didukung oleh sistem dan sumber daya insani yang menjadi tulang
punggung terselenggaranya setiap program pemberdayaan.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk membahas
masalah ZAKAT, khususnya yang akan penulis rumuskan dalam sebuah judul
skripsi ”STRATEGI PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT MELALUI
PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT” (Studi Rumah Zakat
Meruya Ilir, Kebon Jeruk)
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Banyak sekali hal-hal menarik dan patut dipaparkan tentang zakat,
terutama di Rumah Zakat Indonesia, baik dari segi pengelolaan,
pengembangan maupun penyaluran. Begitu juga dari segi pendayagunaannya.
Mengingat keterbatasan dan agar pembahasan ini terfokus dalam satu masalah
saja, maka penulis membatasi permasalahan ini dalam masalah strategi
8
pendayagunaan zakat yang disalurkan Rumah Zakat Indonesia dalam
pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Dari pembatasan masalah diatas, penulis kemudian merumuskan
beberapa pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana Aplikasi Pendayagunaan Dana Zakat di Rumah Zakat?
2. Bagaimana Strategi Pendayagunaan Dana Zakat Melalui Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakat?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dengan melihat pokok permasalahan diatas maka tujuan penelitian ini
adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana aplikasi pendayagunaan dana zakat di
rumah zakat.
2. Untuk mengetahui bagaimana strategi pendayagunaan dana zakat melalui
pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Bagi Praktisi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi Rumah
Zakat atau pihak yang terkait didalamnya dalam mengoptimalkan
pendistribusian zakat untuk pemberdayaan mustahik.
2. Bagi Akademisi
Diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan sumbangan
pemikiran bagi ilmu syariah pada umumnya dan keuangan Islam pada
khususnya, serta menjadi rujukan penelitian berikutnya tentang
pendayagunaan dana zakat untuk pemberdayaan mustahik.
9
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat memberikan tambahan nilai kesejahteraan agar
selalu menyadari kewajiban untuk mengeluarkan zakat dari harta yang kita
dapatkan. Sehingga kesejahteraan dalam masyarakat tercapai.
D. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian merupakan strategi mutlak yang harus dipakai
dalam suatu penelitian. Dalam penulisan skripsi ini, penulis ingin mengetahui
sejauh mana manfaat dan kontribusi pendayagunaan dana zakat melalui
pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar.
1. Jenis Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan Penelitian
Kepustakaan dan Penelitian Lapangan guna mendapatkan data-data yang
diperlukan dalam penelitian ini.
a. Penelitian Kepustakaan
Dalam penelitian kepustakaan yang diambil oleh peneliti
berasal dari media-media cetak dan elektronik, seperti koran, majalah,
internet, dan brosur-brosur.
b. Penelitian Lapangan
1) Observasi
Yaitu penulis mendatangi kantor Rumah Zakat tersebut
guna memperoleh data yang konkret tentang hal-hal yang menjadi
objek penelitian.
10
2) Wawancara
Wawancara ini dilakukan oleh penulis agar memperoleh
data yang objektif mengenai program pemberdayaan ekonomi
masyarakat dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara
langsung kepada terwawancara tentang segala sesuatu yang
berkaitan langsung dengan penulisan.
3) Dokumentasi
Yaitu penulis mengumpulkan, membaca, dan mempelajari
berbagai bentuk data tertulis (buku, brosur, majalah) yang terdapat
di Rumah Zakat, perpustakaan atau instasi lain yang dapat
dijadikan analisa dalam penelitian ini yang berhubungan dengan
strategi pendayagunaan dana zakat melalui pemberdayaan ekonomi
masyarakat.
2. Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data yang
terdiri dari :
a. Subjek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah Rumah
Zakat Indonesia sebagai lembaga amil zakat, dalam hal ini penulis
mengambil tiga orang pengurus dari Rumah Zakat yang dapat
memberikan informasi representatif dan mempunyai akses dan
pengaruh terhadap program pemberdayaan ekonomi masyarakat.
11
b. Objek Penelitian
Sedangkan yang menjadi objek penelitian ini yaitu bagaimana
pendayagunaan zakat pada Rumah Zakat dalam upaya pemberdayaan
ekonomi masyarakat.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah daerah yang akan dijadikan sasaran
penelitian. Penelitian dilakukan di Rumah Zakat yang beralamat di
Business Park Jl. Raya Meruya Ilir No. 88 Blok E 2 No. 15, Kebon Jeruk,
Jakarta Barat.
Adapun alasan penulis memilih Rumah Zakat sebagai objek
penelitian, dikarenakan ruang lingkup Rumah Zakat lebih luas di
bandingkan dengan lembaga-lembaga zakat lainnya, serta lokasi dan
tempatnya yang cukup strategis sehingga apa yang penulis harapkan dan
teliti dapat tercapai. Selain itu Rumah Zakat juga telah melaksanakan
program pemberdayaan ekonomi masyarakat.
4. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh
penulis (pelaksanaan dari sumber primer dalam hal ini adalah
wawancara langsung dengan dewan pengurus Rumah Zakat dan
beberapa nasabah Rumah Zakat tersebut).
b. Data Sekunder
Data yang tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen. Yang
menjadi data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku, brosur,
12
majalah dan bahan informasi lainnya yang memiliki relevansi dengan
masalah sebagai bahan penunjang penelitian.
5. Pengelolaan Data
Dari data-data yang sudah penulis peroleh, maka penulis
mempelajari berkas-berkas yang telah terkumpul kemudian penulis
melakukannya dengan cara editing sampai semua berkas itu dinyatakan
baik.
6. Analisis Data
Kelanjutan dari mengelola data, penulis melakukan analisis dengan
menggunakan metode kualitatif deskriptif, yaitu penulis menganalisis data
berdasarkan informasi-informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dan
studi dokumentasi yang selanjutnya diambil kesimpulan.
Adapun tehnik penulisan skripsi ini menggunakan buku pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi) yang diterbitkan oleh
Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. Dan
mengenai ayat-ayat Al-Qur’an diambil dari Al-Qur’an dan terjemahannya
terbitan Departemen Agama RI.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini sebelum mengadakan penelitian lebih
lanjut kemudian menyusun menjadi suatu karya ilmiah, maka langkah yang
penulis tempuh adalah mengkaji terlebih dahulu skripsi-skripsi yang terdahulu
yang mempunyai judul hampir sama dengan yang akan penulis teliti. Maksud
13
pengkajian ini adalah untuk dapat mengetahui bahwa apa yang penulis teliti
sekarang tidak sama dengan penelitian dari skripsi terdahulu.
Oleh karena itu, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan
seperti menduplikat karya orang lain, maka penulis perlu mempertegas
perbedaan antara masing-masing judul skripsi yang akan penulis bahas, yaitu
sebagai berikut :
1. Skripsi berjudul ” Upaya Baitul Maal Bogor dalam Pendayagunaan Dana
Zakat dalam rangka Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat ” pada tahun
2003 oleh Evi Rianti. Skripsi ini mendefinisikan bagaimana aplikasi
pengelolaan dari perhimpunan sampai pendistribusian zakat pada Baytul
Maal Bogor, kemudian peran Baytul Maal Bogor dalam Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakat serta upaya apa saja yang dilakukan Baytul Maal
Bogor dalam pemberdayaan Ekonomi Masyarakat.
2. Skripsi kedua berjudul ˝Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui
Zakat˝ pada tahun 2007 oleh Desi Nasrida. Skripsi ini membahas tentang
bagaimana peranan zakat dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat,
kemudian bagaimana pengelolaan zakat yang dilakukan masyarakat Pasia,
Minangkabau kaitannya dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat, serta
sejauh mana efektivitas pengelolaan dana zakat serta kaitannya
pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dilakukan oleh masyarakat
Pasia.
Berbeda dengan karya-karya ilmiah diatas, bahwa penelitian yang akan
penulis lakukan dengan judul Strategi Pendayagunaan Dana Zakat Melalui
14
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat studi pada Rumah Zakat adalah
bertujuan untuk memberikan penilaian secara kritis tentang pendayagunaan
zakat di Rumah Zakat dengan memaparkan program-program baru yang
inovatif dan menguntungkan bagi pemberdayaan ekonomi masyarakat dan
sekaligus memaparkan teori tentang pendayagunaan zakat Rumah Zakat serta
kontribusi Rumah Zakat terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat Meruya
Ilir, Kebon Jeruk.
Demikian perbedaan pokok bahasan atau materi antara penulis dengan
buku dan skripsi terdahulu.
F. Sistematika Penulisan
Laporan hasil penelitian ini dituangkan dalam bentuk karya tulis
skripsi dengan sistematika penulisan seperti di bawah ini :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Dalam bab ini akan dibahas tentang strategi Pendayagunaan Dana
Zakat (pengertian zakat dan dasar hukumnya, pengertian pola
pendayagunaan zakat, sasaran pendayagunaan zakat, fiqh
pendayagunaan, manajemen pendayagunaan), Pemberdayaan
15
Ekonomi Masyarakat (pengertian pemberdayaan ekonomi
masyarakat, pola-pola pemberdayaan, langkah strategis
pemberdayaan ekonomi masyarakat).
BAB III GAMBARAN UMUM RUMAH ZAKAT
Dalam bab ini pembahasannya terdiri dari Rumah Zakat (sejarah
singkat berdirinya, visi dan misi, struktur organisasi dan
keanggotaan, mekanisme operasional serta strategi pengembangan
rumah zakat).
BAB IV PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT MELALUI
PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT
dalam bab ini isi pembahasannya terdiri dari (aplikasi
pendayagunaan dana zakat dan strategi pendayagunaan dana zakat
melalui pemberdayaan ekonomi masyarakat).
BAB V PENUTUP
Pada bab ini dimuat mengenai kesimpulan dan saran.
16
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pola Pendayagunaan Dana Zakat
1. Pengertian Zakat
Zakat ditinjau dari segi bahasa dari kata zakat yang berarti suci
(ath-thaharah), tumbuh dan berkembang (al-nama’), keberkahan (al-
barakah), dan baik (thayib). Sedangkan dalam rumusan fiqh zakat
diartikan sebagai “ sejumlah harta tertentu yang diwajibkan ALLAH untuk
diserahkan kepada orang-orang yang berhak menerimanya dengan
persyaratan tertentu”.
Rumusan definisi tersebut bila dihubungkan dengan pengertian
secara kebahasaan menunjukkan bahwa harta yang dikeluarkan untuk
berzakat akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang dan bertambah, suci
serta baik.1
Selain definisi di atas, zakat juga diartikan dengan sejumlah harta
tertentu yang harus diberikan kepada kelompok tertentu dengan berbagai
syarat atau dengan kata lain zakat adalah nama bagi suatu pengambilan
tertentu dari harta yang tertentu, menurut sifat-sifat yang tertentu utntuk
diberikan kepada golongan tertentu.
Secara lahiriah, zakat mengurangi nilai nominal (harta) dengan
mengeluarkannya, tetapi dibalik pengurangan yang bersifat zhahir ini
hakikatnya akan bertambah dan berkembang (nilai intrinsik) yang hakiki
1 Hamid Abidin (ed), Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS (Jakarta: Piramedia, 2004), h. 6
17
disisi ALLAH SWT. Zakat merupakan ibadah yang memiliki dimensi
ganda, transendental dan horizontal. Oleh sebab itu zakat memiliki banyak
arti dalam kehidupan ummat manusia, terutama ummat Islam.2
2. Pengertian Pola Pendayagunaan Dana Zakat
Bahwasanya pola pendayagunaan dana zakat merupakan
serangkaian tiga kata, karena ketiganya mempunyai keterkaitan makna,
sehingga mendukung dengan makna yang lainnya, maka lebih jelasnya
tiga kata tersebut akan diuraikan tentang penjelasannya masing-masing.
Kata “pola” dalam kamus besar Bahasa Indonesia artinya system;
cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap 3. Sedangkan “pendayagunaan”
adalah pengusahaan agar mampu mendatangkan hasil atau pengusahaan
(tenaga dan sebagainya) agar mampu menjalankan tugas dengan baik4.
Diantara kelima rukun Islam yang Nabi Muhammad SAW
sebutkan dalam hadistnya: hanya zakat yang terkait dengan masalah
perekonomian. Malah, bisa dikatakan bahwa titik sentral perekonomian
Islam itu sebetulnya ada pada kewajiban zakat5.
Perkataan zakat berasal dari kata zakat, artinya tumbuh dan sabar.
Makna lain dari kata zakat, sebagaimana digunakan dalam Al-Quran
adalah suci dari dosa. Dalam kitab-kitab hukum Islam perkataan zakat itu
diartikan dengan suci, tumbuh dan berkembang serta berkah dan jika
pengertian itu dihubungkan dengan harta, maka menurut ajaran Islam,
2 Lili Bariadi, dkk, Zakat Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h. 692
3 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,1998), h. 692
4 Ibid, h. 189
5 Ilham Wahyudi, “Potensi Zakat dalam Perekonomian”, Taubah, volume 1 no 10
(Agustus 2006): h. 90
18
harta yang dizakati itu akan tumbuh berkembang, bertambah karena suci
dan berkah (membawa kebaikan bagi hidup dan kehidupan bagi yang
punya). Jika dirumuskan, maka zakat adalah bagian dari harta yang wajib
diberikan oleh setiap muslim yang memenuhi syarat-syarat tertentu pula6.
Pendayagunaan zakat adalah penafsiran yang longgar terhadap
distribusi dan alokasi (jatah) zakat sebagaimana disebutkan dalam surah
at-Taubah ayat 60, seiring dengan tuntutan perkembangan zaman dan
sesuai dengan cita dan rasa syariat, pesan dan kesan ajaran Islam7.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pola pendayagunaan zakat
adalah cara/system distribusi dan alokasi dalam zakat berdasarkan dengan
tuntutan perkembangan zaman dan sesuai dengan cita dan rasa syariat,
pesan dan kesan ajaran Islam.
Pembicaraan tentang system atau pola pendayagunaan zakat berarti
membicarakan beberapa usaha atau kegiatan yang saling berkaitan dalam
menciptakan tujuan tertentu dengan tujuan zakat itu disyariatkan. Dalam
pendekatan fiqh, dasar pendayagunaan zakat umumnya didasarkan pada
surah at-Taubah ayat 60 sebagai berikut:
960
6 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf (Jakarta: UI Press,
1998), h. 38-39 7 Sjechul Hadi Permono, Pendayagunaan Zakat dalam Rangka Pembangunan NAsional
(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995), h. 2
19
Artinya : “sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf
yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-
orang berhutang untuk jalan Allah dan orang-orang yang
sedang dalam perjalanan sebagai sesuatu ketetapan yang
diwajibkan Allah dan Allah maha mengetahui dan maha
bijaksana”. (QS at-Taubah/9: 60)
Ayat ini menjelaskan tentang peruntukan kepada siapa zakat itu
diberikan. Para ahli tafsir menguraikan kedudukan ayat tersebut dalam
uraian yang beragam, baik terhadap kuantitas, kualitas dan prioritas.
Penjelasan yang beragam dari para ulama terhadap maksud ayat tersebut
menunjukkan bahwa konsep pendayagunaan atau pihak-pihak yang berhak
menerima zakat, dalam penerapannya memberikan atau membuka
keluasan pintu ijtihad bagi mujtahid termasuk kepala Negara dan Badan
Amil Zakat, untuk mendistribusikan dan mendayagunakan zakat sesuai
dengan kebutuhan situasi dan kondisi sesuai dengan kemaslahatan yang
dapat dicapai dari potensi zakat tersebut8.
Kenyataannya, umat Islam masih jauh dari kondisi ideal, karena
belum optimal dalam mengelola potensi yang ada (QS Ar-Ra’du:11). Bila
seluruh potensi sumber daya manusia dan ekonomi yang melimpah,
dikembangkan secara baik, dipadukan potensi aqidah Islamiyah (tauhid),
tentu akan memberikan hasil yang optimal. Dengan demikian, kesadaran
beragama dan ukhuwah Islamiyah kaum muslimin akan semakin
meningkat maka pintu-pintu kemungkaran akibat kesulitan ekonomi akan
semakin sedikit.
8 Hamid Abidin (ed), Reinterpretasi Pendayagunaan ZIS , h. 8-9
20
Salah satu sisi ajaran Islam yang harus ditangani secara serius adalah
penanggulangan kemiskinan dengan cara mengoptimalkan pengumpulan dan
pendayagunaan zakat9.
3. Sasaran Pendayagunaan Dana Zakat
Zakat, dilihat dari si penerimanya, membebaskan manusia dari sesuatu
yang menghinakan martabat mulia manusia dan merupakan kegiatan tolong-
menolong yang sangat baik, dalam menghadapi problema kehidupan dan
perkembangan zaman.10
Allah Swt menetapkan delapan golongan mustahik
(asnaf mustahik), terdiri dari fakir, miskin, amil, muallaf, riqob, ghorimin,
fisabilillah dan ibnu sabil.
Klasifikiasi golongan mustahik dapat dibagi dalam dua kelompok
besar yaitu:
a. Kelompok Permanen
Termasuk dalam kelompok ini adalah fakir, miskin, amil dan
muallaf. Empat golongan mustahik ini diasumsikan akan selalu ada
diwilayah kerja organisasi pengelola zakat dan karena itu penyaluran dana
kepada mereka akan terus menerus atau dalam waktu lama walaupun
secara individu penerima berganti-ganti.
b. Kelompok Temporer
Termasuk dalam kelompok ini adalah riqob, ghoirimin, fisabilillah
dan ibnu sabil, empat golongan mustahik ini diasumsikan tidak selalu ada
diwilayah kerja suatu organisasi pengelola zakat. Kalaupun ada maka
9 Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, h. 7
10 Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat. Penerjemah Salman Harun, dkk (Jakarta: Litera Antar
Bahasa, 2004), h. 867
21
penyaluran dana kepada mereka tidak akan terus menerus atau tidak dalam
waktu panjang sesuai dengan sifat permasalahan yang melekat pada empat
golongan ini.
Untuk penerima dana selain zakat lebih bersifat fleksibel
dibandingkan dengan mustahik zakat kecuali hal itu disyaratkan oleh
muzakki pada saat dana diterima. Penentuan penerimaan dana selain zakat
dapat mengacu kepada golongan mustahik zakat. Terlebih kondisi
kemiskinan yang luar biasa seperti saat ini, maka golongan fakir miskin
tepat sekali apabila dijadikan acuan. Setelah menetapkan kebijakan umum
penerima dana, maka kriteria lebih spesifik harus menetapkan jumlah
penghasilan untuk menentukan seseorang masuk kategori fakir miskin.
Idealnya, setiap organisasi pengelola zakat dapat berkiprah dalam
seluruh aspek yang ada. Namun dengan keterbatasan sumber daya manusia
yang dimiliki harus ada pilihan yang dilakukan. Selain itu pilihan ruang
lingkup bidang sasaran ini juga harus menjadi bahan pertimbangan agar
terjadi efektifitas pemanfaatan dana. Sehingga peran zakat dalam
kehidupan umat akan dapat dirasakan sebagaimana yang ada pada masa
Rasulallah SAW dan para sahabat.
Beberapa hal berikut, perlu diperhatikan dalam pengalokasian dana
zakat:
a. Kebutuhan riil para penerima zakat
Penetapan bidang sasaran disesuaikan dengan kebutuhan rill para
penerima dana yang ada diwilayah kerja pengelola zakat masing-masing.
22
Pengguliran program dalam bidang sasaran yang sesuai dengan kebutuhan
penerima dana akan menumbuhkan rasa memiliki pada diri mereka
terhadap program tersebut.
b. Skala prioritas permasalahan
Kebutuhan riil para penerima mungkin tidak terbatas. Jika
demikian, maka sudah seharusnya dibuat skala prioritas permasalahan
yang akan ditandatangani. Sehingga, walaupun memerlukan waktu yang
panjang karena bertahap namun ada proses penyelesaian masalah yang
jelas dengan target dan tujuan akhir terukur.
c. Kemampuan sumber dana dan sumber daya manusia
Pemilihan bidang sasaran sangat terkait dengan tersedianya sumber
dana dan sumber daya manusia. Keterbatasan dalam dua sumber ini hanya
dapat dibatasi dengan adanya sinergi atau strategis antara organisasi-
organisasi pengelola zakat yang ada diwilayah yang sama atau dengan
organisasi pengelola zakat yang cakupan wilayah kerjanya lebih luas11
.
4. Managemen Pendayagunaan Zakat
a. Perencanaan Zakat
Sudah sejak lama konsep zakat di yakini mampu memberantas
kemiskinan, dalam rumusan fiqih zakat kerap kali disebut sebagai
pengabdian kepada Allah dalam bentuk pembelajaran dalam teologi
kontemporer disebut sebagai ibadah yang mengandung hubungan sesama
manusia dengan prinsip mentransfer harta dari si kaya dan yang miskin.
11
Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, h. 22-25
23
Istilah zakat sendiri mempunyai makna ganda pertama
membersihkan hati atau jiwa, kedua membersihkan harta seseorang
“karena dalam harta seseorang terdapat hak bagi yang miskin” (Al Dzariat
: 19). Dengan membersihkan harta itu dari hak orang lain maka hati
seseorang akan terbersihkan pula.
Melihat arti penting zakat baik bagi diri muzaki maupun untuk
kemaslahatan masyarakat, semestinya masyarakat muzaki bersegera untuk
membayar zakat, tetapi kenyataannya lain, para muzaki seolah-olah tidak
tau dan tidak peduli tentang kewajiban berzakat dan berpangku tangan
melihat kesenjangan sosial yang ada. Dengan demikian memaksa pihak
pengawas (Amil) bekerja keras dalam menjalankan tugasnya untuk
mengumpulkan zakat. Oleh karena itu pihak amil zakat harus mampu
membuat pendekatan yang dapat memaksimalkan pendapatan dan
pendekatan tersebut harus berorientasi pada kemaslahatan masyarakat.12
b. Pengelolaan Zakat
Zakat, shadaqah dan infaq itu sama artinya, paling tidak esensinya,
baik dalam Al-Qur’an maupun Hadis, bahkan dasar hukum zakat pun yang
tercantum dalam surat At-Taubah ayat 60 tidak memakai istilah zakat
melainkan shadaqah. Zakat adalah yang sifatnya wajib, berdasarkan
ketentuan nisab dan haul dan diberikan kepada yang menerima yakni
delapan ashnaf seperti yang tercantum pada surat At-Taubah ayat 60 baik
zakat maupun shadaqah keduanya termasuk dalam pengertian infak, yaitu
12
M. Dawarman Raharjo, Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi, h. 325
24
bagian yang dibelanjakan dari harta seseorang untuk kemaslahatan umum
atau membantu yang lemah.
Hingga kini belum ada yang komprehensif mengenai masalah
zakat ini, kita tidak bisa mengetahui beberapa jumlah muzakki pada satu
daerah, kepada siapa zakat itu disalurkan, berapa rata-rata pendapatan
zakat pertahun, siapa saja yang boleh menjadi amil, dan masih banyak lagi
pertanyaan-pertanyaan lain tentang zakat yang belum dijawab. Oleh
karena itu sudah waktunya melakukan suatu sistem untuk menjawab
masalah yang berkaitan dengan zakat.
Pola pengumpulan zakat hingga kini telah mengalami tiga evaluasi,
pertama dilakukan secara individual dan amilnya praktis tidak ada dan
kalaupun ada bersifat lokal ataupun perorangan, misalnya ulama dan kyai,
kedua adanya pengurus/amil, namun hanya bersifat pada jangka waktu
tertentu dan kemudian dibubarkan, ketiga pada tahap ini pemerintah sudah
mulai turun tangan dalam pembentukan badan amil zakat, tetapi
pemerintah hanya bertindak sebagai pembina saja sedangkan
pelaksanaannya masih dilakukan oleh LSM.
Dari tiga evaluasi tersebut kita bisa melihat perkembangannya
terutama di evaluasi ke tiga karena selain zakat fitrah dan zakat mal,
lembaga amil juga berhasil mengumpulkan zakat karyawan profesi juga
perusahaan dengan dijadikannya pemerintah sebagai pembina sebuah LSM
yang berperan sebagai amil zakat semestinya pihak LSM bisa
memaksimalkan pendapatannya dalam menjaring muzakki, hal ini
25
dikarenakan zakat adalah kewajiban sebuah Agama yang bersifat sukarela
sedangkan pajak kewajiban negara tanpa pandang Agama, jadi pemerintah
tidak bisa bertindak sebagai pelaksana dengan salah satu alasannya adalah
kemajemukan/keragaman Agama di Indonesia ini.13
c. Pengawasan dan Evaluasi
Telah jelas pengertiannya bahwa zakat itu dimaksudkan untuk
membangun manusia, yang dulunya mustahik menjadi muzakki dengan
proses perencanaan dan pengelolaan yang tepat, namun demikian
pembengunan manusia ini tidak semudah membalikan telapak tangan.
Hanya dengan menyalurkan zakat kepada mustahik itu tidak akan
menumbuhkan hasil seperti yang diharapkan tanpa adanya pengawasan
dan evaluasi, oleh karena itu pengawas juga menjadi salah satu faktor yang
penting dalam proses pembayaran masyarakat.
Pengawasan ini sifatnya dua arah, pertama pengawasan bagi pihak
amil, agar jangan sampai pengawas menyalahgunakan dana zakat yang
terkumpul. Kedua pengawasan bagi pihak mustahik, pengawasan ini
meliputi beberapa hal antara lain pengawasan dana zakat, kemampuan
mustahik dalam menggunakan dana zakat dan kesesuaian antara bentuk
pemberian dengan permasalahan yang dihadapi.
Dengan adanya pengawasan ini diharapkan dana yang tersalurkan
kepada pihak mustahik benar-benar dimanfaatkan sesuai dengan
kebutuhannya dan akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
13
Musa Asy’ari, Islam, Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi Umat, h. 254
26
Sampai kapankah pemberdayaan penyaluran dana harus dilakukan
pemberdayaan tidak bersifat selamanya melainkan sampai target
masyarakat mampu untuk mandiri.14
Dan kemudian di lepas untuk
mandiri. Meski sudah mandiri harus tetap dipantau agar kondisi dan
kemampuan terus meningkat dengan cara mengevaluasi sejauh mana
kemampuan mustahik dalam mengembangkan pemberdayaan dengan
evaluasi tersebut bisa diketahui apakah mustahik sudah menjadi muzakki
ataukah masih tetap dibina.
B. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
1. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Pemberdayaan menurut bahasa berasal dari kata daya yang berarti
tenaga/kekuatan. Pemberdayaan adalah upaya yang membangun daya
masyarakat dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan
kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk
mengembangkannya.15
Pemberdayaan diarahkan guna meningkatkan ekonomi masyarakat
secara produktif sehingga mampu menghasilkan nilai tambah yang tinggi
dan pendapatan yang lebih besar. Upaya peningkatan kemampuan untuk
menghasilakan nilai tambah paling tidak harus ada perbaikan akses
terhadap empat hal, yaitu akses terhadap sumber daya, akses terhadap
14
Ambar Teguh Sulistiyani, Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan, h. 82 15
Mubyarto, Membangun Sistem Ekonomi, cet 1, Yogyakarta, BPFE, 2000, H. 263
27
teknologi, akses terhadap pasar dan akses terhadap permintaan.16
Ekonomi
masyarakat adalah segala kegiatan ekonomi dan upaya masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya (basic need) yaitu sandang, pangan, papan,
kesehatan dan pendidikan.17
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan
ekonomi masyarakat merupakan satu upaya untuk meningkatkan
kemampuan atau potensi masyarakat dalam kegiatan ekonomi guna
memenuhi kebutuhan hidup serta meningkatkan kesejahteraan mereka dan
dapat berpotensi dalam proses pembangunan nasional.
2. Pola-pola Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Dalam upaya peningkatan taraf hidup masyarakat, pola
pemberdayaan yang tepat sasaran sangat diperlukan, bentuk yang tepat
adalah dengan memberikan kesempatan kepada kelompok miskin untuk
merencanakan dan melaksanakan program pembangunan yang telah
mereka tentukan. Disamping itu masyarakat juga diberikan kekuasaan
untuk mengelola dananya sendiri, baik yang berasal dari pemerintah
maupun pihak amil zakat, inilah yang membedakan antara partisipasi
masyarakat dengan pemberdayaan masyarakat.
Perlu difikirkan siapa sesungguhnya yang menjadi sasaran
pemberdayaan masyarakat, sesungguhnya juga memiliki daya untuk
membangun, dengan ini good governance yang telah dielu-elukan sebagai
16
Erna Erawati Cholitin dan Juni Thamrin (ed), Pemberdayaan dan Refleksi Finansial
Usaha Kecil di Indonesia, Bandung, Yayasan Akita, 1997, h. 238 17
Gunawan Sumadiningrat, Pemberdayaan Masyarakat dan Jaringan Pengamanan
Sosial, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1999, cet 1, h. 66
28
suatu pendekatan yang dipandang paling relevan, baik dalam tatanan
pemerintahan secara luas maupun dalam menjalankan fungsi
pembangunan.
Good governance adalah tata pemerintahan yang baik merupakan
suatu kondisi yang menjalin adanya proses kesejahteraan, kesamaan,
kohesi dan keseimbangan peran, serta adanya saling mengontrol yang
dilakukan komponen pemerintah, rakyat dan usahawan swasta.18
Dalam kondisi ini mengetengahkan tiga pilar yang harus
diperlukan dalam proses pemberdayaan masyarakat. Ketiga pilar tersebut
adalah pemerintah, swasta dan masyarakat yang hendaknya menjalin
hubungan kemitraan yang selaras.
Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan adalah untuk
membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri, kemandirian
tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak dan mengendalikan apa
yang mereka lakukan tersebut. Pemberdayaan masyarakat hendaknya
mengarah pada pembentukan kognitif masyarakat yang lebih baik, untuk
mencapai kemandirian masyarakat diperlukan sebuah proses.
Ada dua upaya agar pemberdayaan ekonomi masyarakat bisa
dijalankan, diantaranya pertama mempersiapkan pribadi masyarakat
menjadi wirausaha. Karena kiat Islam yang pertama dalam mengatasi
masalah kemiskinan adalah dengan bekerja. Dengan memberikan bekal
18
Ambar Teguh Sulistiyani, Kemitraan dan Model-model Pemberdayaan, Yogyakarta,
Gava Media, 2004, h. 76
29
pelatihan, karena pelatihan merupakan bekal yang amat penting ketika
akan memasuki dunia kerja.
Program pembinaan untuk menjadi seorang wiraswasta ini dapat
dilakukan melalui beberapa tahap kegiatan, diantaranya :19
a. Memberikan bantuan motivasi moril
Bentuk motivasi moril ini berupa penerangan tentang fungsi, hak
dan kewajiban manusia dalam hidupnya yang pada intinya manusia
diwajibkan beriman, beribadah, bekerja dan berikhtiar dengan sekuat
tenaga sedangkan hasil akhir dikembalikan kepada dzat yang Maha
Pencipta. Bentuk-bentuk motifasi moril ini dilakukan melalui pengajian
umum/bulanan, diskusi keagamaan dan lain-lain.20
b. Pelatihan Usaha
Melalui pelatihan ini setiap peserta diberikan pemahaman terhadap
konsep-konsep kewirausahaan dengan segala macam seluk beluk
permasalahan yang ada didalamnya. Tujuan pelatihan ini adalah untuk
memberikan wawasan yang lebih menyeluruh dan aktual sehingga dapat
menumbuhkan motivasi terhadap masyarakat disamping diharapkan
memiliki pengetahuan taknik kewirausahaan dalam berbagai aspek.
Pelatihan sebaiknya diberikan lebih aktual, dengan mengujikan
pengelolaan praktek hidup berwirausaha, baik oleh mereka yang memang
bergelut di dunia usaha, atau contoh-contoh konkrit yang terjadi dalam
19
Musa Asy’ari, Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi Umat, Klaten, Lesfi Institusi
Logam, 1992, h. 141 20
Sudjangi et. Model Pendekatan Agama Dalam Pengentasan Kemiskinan di
Kotamadya, Badan Litbag Agama, Depagri, Jakarta, 1997, h. 48
30
praktek usaha. Melalui pelatihan semacam ini diharapkan dapat
mencermati adanya kiat-kiat tertentu yang harus ia jalankan, sehingga
dapat dihindari sekecil mungkin adanya kegagalan dalam pengembangan
kegiatan wirausahanya.21
c. Permodalan
Permodalan dalam bentuk uang merupakan salah satu faktor
penting dalam dunia usaha, tetapi bukan yang terpenting untuk
mendapatkan dukungan keuangan, baik perbankan manapun dana bantuan
yang disalurkan melalui kemitraan usaha lainnya.
Penambahan modal dari lembaga keuangan, sebaiknya diberikan,
bukan untuk modal awal, tetapi untuk modal pengembangan, setelah usaha
itu dirintis dan menunjukkan prospeknya yang cukup baik, karena jika
usaha itu belum menunjukkan perkembangan profit yang baik, sering kali
bank tidak akan memberikan pinjaman.
Bentuk pemberdayaan yang kedua adalah dengan pendidikan,
kebodohan adalah pangkal dari kemiskinan, oleh karenanya untuk
mengentaskan kemiskinan dalam jangka panjang adalah dari sektor
pendidikan, karena kemiskinan ini kebanyakan sifatnya turun-menurun,
dimana orang tuanya miskin sehingga tidak mampu untuk menyekolahkan
anaknya, dan hal ini akan menambah daftar angka kemiskinan kelak di
kemudian hari.
21
M. Damawan Raharjo, Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi, Jakarta: Lembaga
Studi Agama dan Filsafat, 1999, h. 295
31
Bentuk pemberdayaan di sektor pendidikan ini dapat disalurkan
melalui dua cara, pertama pemberian beasiswa bagi anak yang kurang
mampu, dengan diberikannya beasiswa otomatis menguangi beban orang
tua dan sekaligus meningkatkan kemauan belajar, kedua penyediaan
sarana dan prasarana, proses penyalurannya adalah dengan menyediakan
proses tempat belajar formal ataupun non formal, atau paling tidak dana
yang disalurkan untuk pendidikan ini selain untuk beasiswa juga untuk
pembenahan fasilitas sarana dan prasarana belajar, karena sangat tidak
mungkin menciptakan seorang pelajar yang berkualitas dengan sarana
yang minim.22
3. Pendayagunaan Zakat Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Perubahan dibidang ekonomi berpengaruh terhadap struktur sosial.
Disatu pihak kita melihat makin banyak potensi muzakki. Pada masa lalu
jumlah ”orang kaya” hanya terbatas. Sekarang jumlah itu makin banyak
dengan terbukanya kesempatan usaha. Tapi yang lebih penting untuk kita
perhatikan adalah makin besarnya ”golongan menengah”. Pada masa lalu,
zakat barang kali lebih banyak disosialisasikan dengan ”orang kaya” pemilik
harta (aghniya). Sekarang potensi total dari sumber zakat itu melebar dan lebih
besar. Ini menimbulkan dampak dalam pengelolaan, khusunya dalam aspek
mobilisasinya.
Di lain pihak, mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan, yang
berhak menerima zakat, walaupun dari segi angka absolut bisa bertambah.
Tapi disini konsep ”garis kemiskinan” harus diperhatikan. Melihat dari
22
Ambar Teg uh Sulistiyani, Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan, h. 204
32
struktur sosial, sekelompok masyarakat mungkin tergolong miskin. Tapi
tingkat kemiskinannya berkurang. Atau dengan perkataan lain, sebagian
lapisan masyarakat miskin telah meningkatkan pendapatan dan tingkat
kesejahteraannya. Karena itu mereka yang perlu lebih mendapatkan adalah
golongan ”destitute” (fakir miskin yang sengsara).
Salah satu konsep yang telah dilakukan oleh lembaga amil zakat pada
umumnya adalah dengan yang biasa disebut ”zakat produktif”. Pokok
gagasannya adalah menolong golongan miskin tidak memberi ”ikan”
melainkan dengan ”kail”. Kalau zakat diberikan semata-mata untuk konsumsi,
maka pertolongan ini bersifat sementara. Tapi kalau diberikan untuk
membantu yang bersangkutan untuk produksi atau usaha, maka pertolongan
itu akan bisa membantu yang bersangkutan untuk keluar dari situasi
kemiskinan itu sendiri.
Dengan munculnya gagasan itu ada beberapa pola penggunaan zakat :
a. Zakat diberikan langsung kepada fakir miskin untuk keperluan konsumtif.
Dalam konteks perubahan sekarang, maka bagian zakat ini diarahkan
terutama kepada golongan ”the destitute” yang sifatnya ”relief” dan
dampaknya bersifat jangka pendek.
b. Zakat diberikan kepada mereka yang terlibat dalam kegiatan pendidikan
dan dakwah, yang dalam taraf hidup kekurangan.
c. Sebagian dana zakat dan dana lainnya (shadaqah, infaq dan waqaf)
diperuntukan guna membangun prasarana ibadah dan pendidikan/dakwah
Islam.
33
d. Sebagian kecil zakat kini telah mulai diarahkan untuk tujuan ”produktif”,
baik berupa hibah maupun pinjaman tanpa bunga bagi golongan miskin
tetapi mesti tergolong ”the destitute”, dengan harapan, mereka bisa
melepaskan diri dari kemiskinan, bahkan dalam jangka waktu tertentu
diharapkan bisa menjadi muzakki, setidak-tidaknya dalam zakat fitrah.
e. Bagian yang lain, yang sejumlahnya sedikit, diperuntukan untuk ”amil”
bisa berkembang, yaitu tidak semata-mata untuk orangnya, melainkan bisa
pula lembaga yang mengelola dan bisa memajukan segi
pengorganisasiannya.
Masalah yang perlu dipelajari lebih lanjut adalah pengalokasiannya.
Baik amil, badan amil, badan amil maupun muzakki langsung, pada umumnya
mengalokasikan sebagian besar dana zakat itu (lebih dari 50%) untuk fakir
miskin. Namun demikian meningkatnya jumlah penerimaan zakat dan dilain
pihak dan berkurangnya (secara relatif) jumlah mustahik secara hipotis dapat
diperkirakan bahwa bagian zakat untuk non fakir akan semakin meningkat.23
23
M. Damarwan Raharjo, Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi, h. 508
34
BAB III
GAMBARAN UMUM RUMAH ZAKAT
A. Sejarah dan Perkembangan Rumah Zakat
Pada Tahun 1999 dukungan masyarakat yang terus meluas mendorong
dilakukannya pengelolaan organisasi ini lebih baik. Kantor sekretariat pindah
ke Jl. Dederuk 30 Bandung. Mendekat ke forum pengajian di Masjid Al
Manaar. Pencapaian donasi selama 1998-1999 terkumpul sebanyak Rp 0,8
Milyar.
Pada Tahun 2000 Animo masyarakat pada perlunya organisasi
kemanusiaan semakin meningkat. Masyarakat memandang penting misi sosial
ini diteruskan bahkan untuk kiprah yang lebih luas . Dirintislah program bea
siswa pendidikan yatim dan dhuafa, layanan kesehatan, rehabilitasi
masyarakat miskin kota, dll. Pemekaran mulai dilakukan dengan membuka
kantor cabang Yogyakarta, Mei 2000 di Jl. Veteran 9. Cabang Bandung
dipindah ke sekretariat awal di Jl. Turangga 33 Bandung. Donasi selama
setahun terkumpul Rp 2,1 Milyar.
Pada Februari 2001, Kantor cabang Jakarta resmi berdiri di Jl. Ekor
Kuning Rawamangun, Jaktim. Pengumpulan donasi terbukukan sebesar Rp
2,19 Milyar
Pada Tahun 2002 Identitas lembaga sebagai lembaga amil zakat
semakin dikuatkan. Kantor Cabang Jakarta pindah ke Jl. Taruna 43
Pulogadung. Penerimaan donasi meningkat menjadi Rp 4,19 M
35
Di Tahun 2003 DSUQ berubah nama menjadi Rumah Zakat Indonesia
DSUQ seiring dengan turunnya SK Menteri Agama RI No. 157 pada tanggal
18 Maret2003 yang mensertifikasi organisasi ini sebagai Lembaga Amil Zakat
Nasional. Bulan Mei, Rumah Zakat Indonesia DSUQ hadir di ibukota Jawa
Timur, Surabaya. Perolehan donasi terus meningkat menjadi Rp 6,46 M.
Pada Tahun 2004 Kantor cabang Tangerang berdiri. Ekspansi mulai
melebar ke Sumatera dengan didirikannya kantor cabang Pekanbaru, Riau.
Dimulainya pembangunan sistem Teknologi Informasi untuk peningkatan
mutu pelayanan. Hampir seluruh kantor cabang telah tersambung secara
online. Website www.rumahzakat.org dirilis, menggantikan alamat situs
sebelumnya di www.rumahzakat.net. Menguatkan branding lembaga dengan
nama Rumah Zakat Indonesia. Kepercayaan masyarakat semakin tumbuh,
donasi terkumpul sebanyak Rp 8,92 M.
Selanjutnya di Tahun 2005 Pertumbuhan cabang meningkat pesat.
Tsunami Aceh yang terjadi 26 Desember 2004 membuka akses Rumah Zakat
Indonesia lebih berperan di Sumatera. Cabang-cabang baru pun dibuka :
cabang Aceh, Medan, Padang, Palembang, Batam berdiri. Di Jawa, berdiri
pula kantor cabang Semarang, ditambah jaringan kantor cabang pembantu di
Bekasi, Bogor, Depok, Jakarta Selatan, Cirebon, Solo. Cabang Pekanbaru juga
berekspansi dengan memiliki kantor cabang pembantu Duri dan Dumai.
Sistem informasi lembaga mulai masuk ke jaringan on line. Mulai transaksi
online, absensi on line, dan beberapa software keuangan. Penerimaan donasi
36
meningkat tajam khususnya dari bantuan masyarakat untuk program
rehabilitasi pasca tsunami Aceh, tercatat Rp 45,26 M donasi terkumpulkan.
Selanjutnya pada tahun 2006 Regenerasi puncak pimpinan diestafetkan
dari Ustadz Abu Syauqi beralih ke Virda Dimas Ekaputra. Babak sejarah baru
' Transformation From Traditional Corporate to Professional Corporate '
dimulai. Kesadaran berzakat terus didorong dengan merilis kampanye “When
Zakat Being Lifestyle” Diluncurkanlah program Gelar Budaya Zakat (GBZ)
Menuju Indonesia Sadar Zakat 2008 pertama kali di 6 kota. Donasi berhasil
terkumpul sebanyak Rp 29,52M.
Di tahun 2007 Pengembangan progam semakin disempurnakan
termasuk dengan mengganti istilah Departemen Empowering menjadi
Direktorat Program. Implementasi program mulai difokuskan hingga
mengerucut pada empat induk yaitu EduCare, HealthCare, YouthCare, dan
EcoCare. Pengelolaan program dilakukan dengan konsep terintergrasi dan
berkelanjutan berbasis komunitas.
Pada tahun 2008 Rumah Zakat berkeinginan kuat untuk memantapkan
program-program pemberdayaan. Dukungan dan kepercayaan masyarakat
menguatkan lembaga untuk semakin fokus kepada sebuah rekayasa peradaban
besar yang sejak awal telah diimpikan, yakni ”transformasi mustahik to
muzakki”. Wujud nyata usaha lembaga adalah dengan meluaskan jaringan
pengembangan usaha kecil dan mikro di 18 kota
Tahun 2009 bisa disebut sebagai tahun ekspansi mengingat dalam 1
semester langsung dibuka 14 cabang baru sehingga menambah total jumlah
37
jaringan sebanyak 45 kantor. Pengelolaan yang semakin baik mendapat
apresiasi dari masyarakat antara lain award dari Karim Business Consulting
yang menempatkan Rumah Zakat sebagai #2 LAZNAS Terbaik dalam ISR
Award (Islamic Social Responsibility Award 2009). Penghargaan juga datang
dari IMZ (Indonesia Magnificence of Zakat) yang menganugerahi Rumah
Zakat Indonesia sebagai The Best Organization in Zakat Development.
Pencapaian donasi tumbuh semakin baik, tercatat Rp 107, 3 Milyar berhasil
dikumpulkan dan menjadikan Rumah Zakat Indonesia sebagai Organisasi
Pengelola Zakat terbesar pengumpulan donasinya se-Indonesia.
Sehingga pada tahun 2010 Krisis banyak diprediksikan mulai pulih
pada tahun ini, namun tantangan sosial dan ekonomi tak lebih mudah
dihadapi. Rumah Zakat menyikapi hal ini dengan melakukan rangkaian
adaptasi dan perubahan menuju organisasi berskala global 5 April 2010, resmi
diluncurkanlah bra nd baru RUMAH ZAKAT menggantikan brand
sebelumnya RUMAH ZAKAT INDONESIA. Dengan mengusung tiga brand
value baru : Trusted, Progressive dan Humanitarian, organisasi ini
menajamkan karakter menuju “World Class Socio-Religious Non Governance
Organization (NGO)”. Sharing Confidence diangkat menjadi positioning.
“Dengan keyakinan yang kuat untuk berbagi dan menciptakan keluarga global
yang lebih baik, Rumah Zakat berdaya upaya untuk menjadi organisasi
terdepan di region yang menjamin program efektif dan berkesinambungan
dalam memberdayakan masyarakat untuk mencapai kehidupan yang lebih
baik.”
38
B. Visi dan Misi
Visi Menjadi Lembaga Amil Zakat Bertaraf Internasional Yang
Unggul dan Terpercaya. Sedangkan Misi rumah zakat yaitu :
1. Membangun kemandirian masyarakat melalui pemberdayaan secara
produktif.
2. Menyempurnakan perjuangan Abu Syauqi, salah satu tokoh da'i muda
Bandung, bersama beberapa rekan di kelompok pengajian Majlis Ta'lim
Ummul Quro sepakat membentuk lembaga sosial yang concern pada
bantuan kemanusiaan. 2 Juli 1998, terbentuklah organisasi bernama
Dompet Sosial Ummul Quro (DSUQ). Sekretariat bertempat di Jl.
Turangga 33 Bandung sekaligus sebagai tempat kajian. Jamaah pengajian
semakin berkembang. Dipergunakanlah Masjid Al Manaar Jl. Puter
Bandung sebagai tempat kajian rutin.
C. Struktur Organisasi dan Keanggotaan
1. Struktur Organisasi
Secara garis besar fungsi dan tugas-tugas kepengurusan dari
struktur organisasi Rumah Zakat adalah :
a. Badan Pembina
Fungsinya adalah untuk memberikan fatwa, saran dan
rekomendasi kepada badan pelaksana yang meliputi tim pengelolaan,
penghimpunan dan penyaluran dalam pendayagunaan dana zakat
sesuai aspek syari’ah dan aspek manajerial. Tugas pokoknya adalah :
39
1) Menunjuk akuntan publik
2) Menetapkan garis-garis kebijakan umum di Rumah Zakat
3) Mengeluarkan fatwa syari’ah yang berkaitan dengan hukum, yang
4) Harus diikuti oleh pengurus
5) Memberikan pertimbangan, saran, dan rekomendasi kepada Badan
6) Pelaksana dan Badan Pengurus
7) Memberikan Persetujuan atas laporan tahunan hasil kerja Badan
8) Pelaksana dan Badan Pengawas
b. Badan Pengawas
Fungsinya adalah pengawas internal atau lembaga atas
opersaional kegiatan yang dilaksanakan Badan Pelaksana (Tim
pengelola, penghimpun dan penyaluran). Tugas pokoknya adalah :
1) Mengawasi pelaksanaan rencana kerja yang telah disahkan
2) Mengawasi pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan
3) Mengawasi opersaional kegiatan yang dilaksanakan Badan
4) Pelaksana yang mencakup tim pengelolaan, penghimpunan dan
penyaluran
5) Melakukan pemerikasaan operasional dan pemerikasaan syari’ah.
c. Badan Pelaksana Harian
Fungsinya adalah sebagai pengelola zakat. Tugas pokoknya
adalah :
1) Membuat rencana kerja
2) Melaksanakan opersional pengelola zakat sesuai dengan rencana
kerja yang telah ditetapkan
40
3) Bertindak dan bertanggung jawab kepada seluruh kepengurusan
Rumah Zakat.
D. Mekanisme Operasional
Adapun secara jelas mekanisme operasional pengelolaan,
penghimpunan dan penyaluran antara lain dengan :1
1. Menyalurkan zakat dengan efisien, efektif dan menjangkau daerah-daerah
terpencil dan minus diseluruh Indonesia dengan cara :
a. Memfungsikan Rumah Zakat baik itu cabang ataupun unit sebagai
mitra salur yang tersebar diseluruh pelosok Nusantara
b. Memaksimalkan pemberdayaan Wilayah Binaan Terpadu ”Intergrated
Community Development” (ICD) Rumah Zakat memalui pendekatan
IPM ( Indeks Pembinaan Manusia)
c. Melibatkan seluruh pekerja Rumah Zakat muslim seluruh Indonesia
dalam pogram ”Agen Sosial” dalam bentuk rekomendasi, monitoring,
dan pembinaan mustahik yang ada di lingkungan tempat tinggal para
pekerja
d. Prioritas daerah-pemanfaatan peran kantor pusat, kantor cabang
ataupun kantor kas.
2. Pembinaan yang berkesinambungan dan Terstruktur
a. Pengenalan binaan pada proses permodalan/membina usaha kecil
b. Merekomendasikan mustahik agar dapat berkembang menjadi mandiri
setelah mendapat bantuan dari Rumah Zakat
1 Herlan, Divisi Pendayagunaan dan Penyaluran Rumah Zakat, Wawancara Pribadi,
Jakarta, 11 Mei 2010
41
c. Merekomendasikan mustahik atau binaan yang telah berdaya (sudah
punya sebuah usaha dan penghasilan yang stabil) agar menjadi mendiri
(bisa mencukupi kebutuhan orang lain) sesuai dengan selogan Rumah
Zakat yaitu ”Transformasi Mustahik to Muzaki”.
3. Mewujudkan masyarakat yang sempurna (insan kamil) dan seimbang dari
segi ekonomi rohani, dunia dan ukrawi.
a. Mustahik yang dibantu adalah mereka yang memang benar-benar
membutuhkan, tentunya Rumah Zakat melakukan survei terlebih
dahulu
b. Dibina secara langsung baik yang berkenaan dengan keagamaan
maupun manajemen usaha oleh pekerja Rumah Zakat yang
merekomendasikan
c. Terus melakukan pembinaan, pemberdayaan dan memonitor mustahik
tersebut.
4. Transparan dan kesesuaian dengan Syari’ah
a. Pengawasan internal melalui dewan pengawasan
b. Diaudit oleh akuntan publik
c. Pengawasan Syari’ah melaui pembinaan Syari’ah.
5. Membuka lapangan pekerjaan baru
Adapun target yang diharapkan untuk dicapai dalam bantuan dana
bergulir adalah :2
2 Herlan, Divisi Pendayagunaan dan Penyaluran Rumah Zakat, Wawancara Pribadi,
Jakarta, 11 Mei 2010
42
a. Terbentuknya sendi-sendi yang kuat (ukhuwah persaudaraan dan
gotong-royong), terbentuknya mental yang tangguh untuk dapat
mengatasi permasalahan sendiri
b. Memiliki etos kerja tinggi dan selalu memiliki motivasi yang konsisten
c. Dapat menjadi enterpreuner yang jujur dan santun dalam usaha serta
memiliki usaha yang tersu signifikan.
d. Meningkatkan pendapatan.
E. Strategi Pengembangan Rumah Zakat
Dalam upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas pengembangan
Lembaga agar zakat dapat diberdayakan secara optimal, Rumah Zakat dalam
hal ini mengacu pada Undang-Undang No. 38 Tahun 1999 tentang
pengelolaan zakat yang menghendaki adanya sosialisasi kepada masyarakat
secara luas. Karena itu Rumah Zakat dalam mensosialisasikan lembaganya
mempunyai beberapa teknik yang lebih efisien dan intensif, sehingga dengan
teknik ini diharapkan dapat merubah paradigma pengelolaan zakat tradisional
yang bejalan selama ini menjadi suatu sistem yang lebih profesional. Teknik-
teknik tersebut antara lain :
1. Sosialisasi melaui media masa cetak dan elektronik
a. Surat kabar/Majalah/Tabloid/Iklan TV
Surat kabar, majalah. Tabloid dan iklan TV sebagai salah satu
media cetak dan elektronik yang beredar luas di masyarakat, secara
serta merta fungsi sosialisasi juga melekat padanya. Sehingga tidak
43
salah ketika Rumah Zakat memanfaatkannya sebagai media sosialisasi
zakat. Sistem sosialisasi yang dilakukan Rumah Zakat lewat media
cetak dan elekronik ini biasanya berupa artikel.
b. Famplet/Brosur/Booklet
Zakat dengan segala permasalahannya juga dapat ditemukan
pada famplet, brosur ataupun booklet yang disediakan dan disebarkan
ke tengah-tengah masyarakat oleh Rumah Zakat.
c. Billboard/Banner/Baliho/Spanduk
Sosialisasi yang dilakukan oleh Rumah Zakat juga dilakukan
dengan menggunakan billboard, baliho, banner dan spanduk yang
biasanya dipasang di tempat-tempat umum dan strategis. Pengadaaan
media ini juga biasanya dilakukan mendiri dan juga sering bekerja
dengan pihak lain sebagai sponsor.
44
BAB IV
PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT MELAUI PEMBERDAYAAN
EKONOMI MASYARAKAT
A. Aplikasi Pendayagunaan Dana Zakat
1. Pengelolaan
Pola pengelolaan zakat hingga kini telah mengalami tiga evaluasi,
pertama dilakukan secara individual dan amilnya praktis tidak ada dan
kalaupun ada bersifat lokal ataupun perorangan, misalnya ulama dan kyai,
kedua adanya pengurus/amil, namun hanya bersifat pada jangka waktu
tertentu dan kemudian dibubarkan, ketiga pada tahap ini pemerintah sudah
mulai turun tangan dalam pembentukan badan amil zakat, tetapi
pemerintah hanya bertindak sebagai pembina saja sedangkan
pelaksanaannya masih dilakukan oleh LSM.
Rumah Zakat mengelola dana zakat dengan membagi secara
presentase untuk bidang pendidikan, kesehatan dan kemandirian
masyarakat. Dimana amil yang mengelola dana tersebut juga mendapat
presentase.
2. Penghimpunan
a. Sumber Dana
Sebagai Lembaga Amil Zakat kita bisa melihat kegiatan utama
Rumah Zakat adalah mulai dari pengelolaan sampai dengan
penyaluran, bahkan sampai pada tahap pelaporan penghimpunan dana
45
zakat kepada para muzaki dengan prinsip transparan. Hal ini bisa
dilandasi dengan keputusan Menteri Agama bersama dengan para ahli
yang berkompeten dalam pembahasan ini.
Rumah Zakat mempunyai tugas pokok mengumpulkan dana
zakat dari muzaki perorangan ataupun dari Badan Usaha atau Lembaga
tertentu yang dilakukan oleh sebagian pengumpulan atau unit
pengumpulan zakat. Dana yang dihimpun oleh Rumah Zakat terdiri
dari :
1) Donatur Pribadi
Donatur yang biasanya secara perorangan seperti pekerja,
karyawan ataupun wiraswasta menyerahkan dan mempercayakan
zakat yang mereka keluarkan kepada Rumah Zakat dengan
ketentuan tertentu
2) Donatur Perusahaan
Donatur yang berasal dari kelompok PT, CV atau bahkan
perusahaan-perusahaan besar seperti Telkomsel atau Bakrie Untuk
Negeri (BUN) yang membuat komunitas pengelolaan,
penghimpunan dan penyaluran zakat sendiri dengan menggandeng
Rumah Zakat tentunya.
Adapun prosedur pengumpulan sumber dana zakat melaui hasil
keputusan Menteri Agama telah disepakati dengan menghimbau untuk
mengeluarkan zakat, infaq dan shadaqoh dengan cara sebagai berikut :
46
1) Melayani Warga yang menyetorkan dana zakatnya secara langsung
melaui kantor Rumah Zakat dengan tata cara sebagai berikut :
a) Yang terkena kewajiban zakat profesi adalah pekerja yang upah
pokoknya minimal Rp 2.400.000 (dua juta empat ratus ribu rupiah)
atau 15% dari nishab tersebut untuk wilayah DKI Jakarta.
b) Para wajib zakat menyerahkan surat kuasa pemotongan gaji kepada
bagian MSDM/Pelayanan intern di unit kerjanya masing-masing
dengan menyebutkan besarnya prosentase yaitu 2,5% dari upah
pokok untuk zakat.
2) Dalam pengadministrasiannya dilakukan secara terpisah antara dana
zakat dengan dana lainnya agar jelas pendistribusiannya.
Telah dipaparkan diatas bagaiman prosedur penghimpunan
zakat dari muzaki yang nantinya akan di salurkan kepada yang berhak
menerimanya. Rumah Zakat juga ingin terus membumikan dan
menghimbau kepada masyarakat yang sudah wajib zakat untuk segera
sadar mengeluarkan zakatnya. Sehingga Rumah Zakat memiliki cara
yang tepat dan efisien agar masyarakat yang ingin mengeluarkan
zakatnya juga tidak merasa terepotkan atau terbebani, yaitu dengan
cara :
a) Menyetor langsung ke Rumah Zakat
Para muzaki datang langsung ke kantor rumah zakat untuk
menyetor dana yang akan mereka berikan sebagai zakat, infaq atau
shodaqoh.
47
b) Jemput Zakat Gratis
Diharapkan agar jangan ada ruang dan waktu yang menghalangi
Anda menunaikan zakat, infaq, shadaqah. Tinggal hubungi kami,
ZIS Consultant rumah zakat siap jemput ke lokasi para muzaki.
c) Transfer via ATM
Menunaikan kewajiban mengeluarkan zakat dengan mudah, cepat,
aman melalui kartu debet Anda di 21 juta merchant di seluruh
dunia, 70 ribu merchant dan 11 ribu ATM (jaringan ATM BCA,
ALTO, dan ATM Bersama) serta 900 ribu ATM (Visa/Plus) di
seluruh Indonesia.
d) Gesek Zakat
Manfaatkan fasilitas EMA (EDC Mini ATM) di counter rumah
zakat untuk berdonasi dari menu transfer kartu ATM maupun kartu
kredit muzaki.
e) Layanan Pesan AndaM
Sampaikan informasi dan masukan Anda melalui sms centre rumah
zakat di nomor 0815 7300 1555.
b. Alokasi Dana
Adapun alokasi dana yang dilakukan oleh Rumah Zakat :1
1) Dana Pengelola 12,5 %
2) Cadangan Penyaluran 10%
3) Dana Siap Salur 77,5% dibagi ke beberapa program, yaitu :
1 Herlan, Divisi Pendayagunaan dan Penyaluran Rumah Zakat, Wawancara Pribadi,
Jakarta, 11 Mei 2010
48
a) Senyum Juara ( bidang pendidikan dan ekonomi ) 42%
b) Seyum Mandiri dan Kepemudaan 10%
c) Senyum Sehat 34%
d) ICD 5%
e) Penyaluran Nasional 9%
3. Penyaluran
Telah dijelaskan di awal tulisan bahwa Al-Qur’an secara tegas
menetapkan kelompok-kelompok yang menjadi sasaran atau alokasi dana
zakat. Namun berdasarkan pada tidak adanya ketentuan yang menegaskan
bahwa zakat itu harus habis semua setelah dihimpun, hal ini memberikan
keluluasaan bagi pengelola zakat dalam hal pengelolaan serta penyaluran.
Dengan kata lain, pengelolaan zakat dapat mempertimbangkan dalam
menyalurkan dana zakat, akan disalurkan untuk dikembangkan menjadi usaha
yang produktif atau untuk kebutuhan yang konsumtif.
Penyaluran dana zakat ini digulirkan Rumah Zakat untuk program-
program yang sangat inovatif dan memberikan hasil yang baik. Berikut adalah
program-program terbaru dari Rumah Zakat yang diperuntukan untuk para
mustahik, yaitu :
a. Program Senyum Juara
Rumah zakat sangat konsern terhadap program-program yang telah
digulirkan guna meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan
mengoptimalkan dan mengembangkan keterampilan, keahlian dan
kemandirian seorang mustahik di suatu wilayah yang disebut Wilayah
Binaan Terpadu (ICD) . Dalam Program Senyum Juara ini Rumah Zakat
49
menitikberatkan pada pengembangan pendidikan bagi mustahik dan anak-
anak seperti pemberian beasiwa, pembangunan sekolah untuk
pembelajaran yang layak, mendirikan pusat pengembangan potensi anak
serta mobil juara. Dengan menerapkan konsep multiple intelligences
memungkinkan para siswa untuk menggali beragam potensi sehingga
menjadi insan mandiri dengan mental juara, yang menjadi pondasi
mendasar long life motivation. Setiap siswa di Sekolah Juara mendapatkan
Beasiswa Juara. Hingga Februari 2010, SD Juara sudah hadir di Bandung,
Cimahi, Jakarta Timur , Jakarta Barat, Yogyakarta, Surabaya, Pekanbaru,
Medan.
Pemberian beasiswa oleh Rumah Zakat bertujuan mengurangi
angka putus pendidikan formal melalui pemberian beasiswa bagi anak usia
sekolah dari keluarga miskin. Mulai dari jenjang SD, SMP , SMA sampai
Perguruan Tinggi.
Berikut data perkembangan program di bidang pendidikan per
maret 2010, yaitu :
Maret 2010 Akumulasi
Jenis Program Jml
Layanan
Nilai
Optimalisasi
(Rp)
Jml.
Layanan
Nilai
Optimalisasi
(Rp)
Kids Learning Centre
(Pembinaan Anak Asuh)
10.337 826.560.000 23.262 11.646.400.00
0
Pusat Pengembangan
Potensi Anak
919 104.153.333 650 758.993.333
Sekolah Juara 566 212.250.000 568 637.875.000
Besiswa Ceria - - 1.317 3.292.500.000
50
Rumah Zakat bisa menjamin keberlangsungan pendidikan mereka
selama minimal 1 (satu) tahun ke depan. Disamping beasiswa, anak asuh dan
mustahik juga mendapatkan pembinaan non formal rutin Kids Learning
Centre (KLC) secara berkala sesuai dengan jenjang pendidikan dan potensi
mereka dipandu mentor-mentor berkualitas. Kemudian Program pendirian
sekolah dasar dan menengah, untuk memberikan pendidikan gratis dan
berkualitas bagi masyarakat yang membutuhkan. Aktivitas sekolah dirancang
berdasarkan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) sesuai standar
pemerintah, dipadukan dengan metoda pembelajaran PAKEM (Pembelajaran
Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).
Bakat pada anak juga perlu dikembangkan, oleh sebab itu Rumah
Zakat menelurkan Pusat Pengembangan Potensi Anak (P3A) yang merupakan
pembinaan lanjutan bagi anak asuh yang mengarah pada pemberdayaan
potensi anak menuju kemandirian. Ada dua pilihan program pelatihan
digulirkan bagi mereka, yaitu : pertama, Kelas Komputer dapat diakses oleh
seluruh anak asuh dengan program yang diberikan mulai dari level pengenalan
komputer, internet hingga dapat berwirausaha melalui komputer (Corel Draw,
Photoshop, Freehand, Web Design). Kedua, Kelas Musik & Vokal melalui
penelusuran minat bakat, anak asuh yang mempunyai bakat di bidang musik
dan vokal diharapkan dapat menjadi musikus atau vokalis profesional.
Instruktur pengajar adalah profesional di bidangnya.
Dalam praktek pelaksanaan program-program ini tentunya terdapat
hambatan-hambatan dan kekurangan, namun Rumah Zakat sangat
memaksimalkan semua seperti dengan menciptakan Mobil Juara, yang dimana
51
fungsinya adalah sebagaii sumber belajar bergerak yang diperuntukan
khususnya bagi anak-anak dan masyarakat di wilayah Integrated Community
Development (ICD) Rumah Zakat dan umumnya anak-anak Indonesia yang
membutuhkan pencerahan dalam dunia pendidikan. Sumber belajar dalam
Mobil Juara meliputi buku bacaan anak, CD edukatif dan perangkat komputer
yang terhubung ke internet. Program pembelajaran dirancang untuk
mengembangkan seluruh potensi kecerdasan. Program pelayanan pendidikan
ini diberikan secara gratis.
Selain spesifikasi yang telah dipaparkan diatas, program Senyum Juara
dengan keutamaan di bidang pendidikan ini juga turut membantu masyarakat
yang buta huruf atau belum dapat membaca dengan lancar, disebut sebagai
program Melek Huruf diharapkan meningkatkan kemampuan baca tulis.
b. Program Senyum Sehat
Seperti program sebelumnya, Rumah Zakat juga ingin
mengembangkan dan membantu masyarakat di bidang kesehatan seperti RBG
(Rumah Bersalin Gratis) yaitu program pengadaan fasilitas kesehatan gratis
berupa Rumah Bersalin yang juga disertai dengan poliklinik umum, yang
berfungsi memberikan layanan kesehatan tingkat dasar bagi ibu dan anak serta
masyarakat kurang mampu pada umumnya. LBG (Layanan Bersalin Gratis)
yaitu program layanan kesehatan berupa pemeriksaan kehamilan dan tindakan
persalinan, yang dilakukan baik dalam fasilitas RBG maupun kerjasama
dengan bidan praktek di kota jaringan Rumah Zakat. AMARA (Armada Sehat
Keluarga) yaitu program pengadaan armada kesehatan keliling dengan
prioritas layanan kesehatan ibu dan anak, yang diproyeksikan beroperasi di
52
Kota dan/atau Kabupaten jaringan Rumah Zakat. ARINA (Ambulans
Ringankan Duka) & Mobil Jenazah yaitu program pengadaan armada yang
memberikan layanan pengantaran pasien atau jenazah gratis bagi masyarakat
yang membutuhkan. Pengantaran Jenazah/Pasien yaitu program pengantaran
jenazah dan/atau pasien gratis bagi masyarakat yang membutuhkan, dan
Jaminan Kesehatan Keluarga yaitu program penjaminan dana kesehatan untuk
program Siaga Sehat secara berkala, bagi keluarga inti yang menjadi member
Rumah Zakat.
Berikut data perkembangan program senuyum sehat pada Rumah
Zakat, yaitu :
Maret 2010 Akumulasi
Jenis Program Jml.
Layanan
Nilai
Optimalisasi
(Rp)
Jml.
Layanan
Nilai
Optimalisasi
(Rp)
Layanan Rumah
Bersalin Gratis
(RBG)
1. Layanan Bersalin
89
71.700.000
4.158
3.326.400.000
2.Layanan Kesehatan
Ibu&anak
7.137 90.822.500 63.883 2.715.027.500
3.Layanan Kesehatan
Umum
6.969 296.182.500 109.406 4.649.755.500
Siaga Sehat 8.281 351.942.500 308.082 13.094.335.000
Layanan Pengantaran
Jenazah
1.444 85.800.000 39.082 293.115.000
Khitanan Massal 107 48.150.000 9.813 4.415.850.000
Operasi-operasi
Gratis
- - 1.317 3.292.500.000
53
Selain itu program senyum sehat ini juga meliputi seperti Siaga Gizi
Balita yaitu program perbaikan gizi balita yang terindikasi BGM (Bawah
Garis Merah) dalam Kartu Menuju Sehat dan Gizi Buruk. Siaga Sehat yaitu
program layanan kesehatan berupa penyuluhan kesehatan, pemeriksaan hingga
pengobatan warga kurang mampu. Khitanan Massal yaitu program layanan
khitanan massal bagi anak-anak dari warga kurang mampu. Operasi Katarak
Gratis yaitu program layanan operasi katarak gratis bagi masyarakat yang
membutuhkan.
c. Program Senyum Mandiri
1) KUKMI Kepala keluarga dari sebuah keluarga pra sejahtera bergabung ke
dalam Kelompok Usaha Kecil Mandiri (KUKMI) untuk mendapatkan
bantuan modal usaha sekaligus pendampingan keterampilan dan
manajemen guna mengembangkan usahanya. Satu kelompok KUKMI
yang terdiri dari 10 orang akan mendapatkan bantuan modal usaha,
pelatihan dan pendampingan.
2) Cake House Bagi ibu-ibu keluarga pra sejahtera akan mendapatkan
program pelatihan, pendampingan serta bantuan modal usaha di bidang
produksi makanan (varian kue & roti) untuk dikomersilkan. Kenapa
makanan? Karena setiap daerah punya potensi makanan khas dengan
konsumsi masyarakat yang terus meningkat, maka ibu-ibu binaan program
ini akan menjadi kekuatan baru keluarganya untuk meraih kemandirian.
3) Pelatihan KewirausahaanUntuk kalangan pemuda digulirkan program
pelatihan berbagai skill produktif, berdasarkan potensi lokal individu dan
lingkungan di wilayahnya. Pelatihan ini berorientasi wirausaha untuk 10
54
peserta dalam 1 kelas pelatihan. Kontribusi mereka diharapkan mampu
memperkuat energi sebuah keluarga guna mencapai kemandirian.
Selain tiga program unggulan di atas, Rumah Zakat juga membuat
program tambahan yang ditujukkan untuk masyarakat dan lingkungan
sekitarnya, yaitu :
a. Empowering Centre Guna mendampingi dan terlibat langsung dalam
pemberdayaan masyarakat, kehadiran tempat pusat kegiatan kemandirian
masyarakat akan sangat terasa manfaatnya. Tempat ini juga akan menjadi
tonggak pemberdayaan di wilayah ICD.
b. Water Well Air bersih adalah satu dari sekian banyak kebutuhan pokok
masyarakat, sayangnya banyak kalangan belum menikmatinya. Saatnya
menghadirkan seyum kenahagiaan dengan menghadirkan sarana air bersih
dilingkungan masyarakat. Satu sumur air bersih (Water Well) untuk
sebuah komunitas binaan masyarakat.
Berikut adalah data perkembangan bulan maret 2010 :
Maret 2010 Akumulasi
Jenis Program Jenis
Pelayanan
Nilai
Optimalisasi
(Rp)
Jml.
Pelayanan
Nilai
Optimalisasi
(Rp)
Sarana Usaha
Mandiri
140 78.518.000 175 131.018.000
Pendampingan
Masyarakat
4.567 47.897.837 26.450 106.981.937
Pengembangan
Sarana Bersih
(Water Well)
- 571.200.000 129 3.208.200.000
Pengembangan 934 596.437.312 20.849 32.460.437.312
55
Kapasitas Pemuda
Siaga Bencana 3.537 93.762.775 93.738 9.114.362.775
Renovasi Masjid - - 3 10.375.000
Sebuah manajemen pengelolaan zakat yang baik tentunya mempunyai
program prioritas yang akan dijalankan, baik dalam penanganan sasaran
muzaki, pendayagunaan terhadap mustahik, maupun dalam menyusun skala
prioritas pendayagunaan harta yang terhimpun. Begitu juga Rumah Zakat
dalam menyalurkan dana zakatnya telah memiliki skala prioritas dan
kesemuanya itu adalah delapan ashnaf karena anggapan semuanya penting
tergantung situasi dan keadaan zaman atau masa yang dihadapi. Adapun
delapan ashnaf itu adalah : 2
a. Ashnaf Fakir
Yaitu mereka yang tidak memiliki harta benda apapun. Mereka
akan memperoleh bantuan hidup berupa pemberian dana atau uang untuk
tambahan makanan sehari-hari yang bersifat charity atau sosial dengan
pola nilai yang tidak akan berkembang karena belum memiliki skill atau
kemampuan untuk berkembang.
b. Ashnaf Miskin
Tidak jauh berbeda dengan Ashnaf fakir, mereka akan mendapat
bantuan untuk tambahan makanan dan bantuan hidup yang sifatnya juga
charity (sosial).
c. Ashnaf Amil
2 Rumah Zakat, Pedoman Pengelolaan ZIS,
56
d. Ashnaf Muallaf
Bantuan yang diberikan bisa berupa bantuan hidup, bantuan
pendidikan, bantuan Al-Qur’an/Hadist dan buku-buku keagamaan lainnya,
bantuan kesehatan, modal kerja/usaha (dana bergulir) serta bantuan
keterampilan.
e. Ashnaf Riqab
Jenis bantuan yang diberikan bisa berupa bantuan pemulihan
aqidah dan akhlaq, bantuan hidup, modal kerja/usaha (dana bergulir) serta
bantuan keterampilan.
f. Ashnaf Gharimin
Jenis bantuan yang diberikan :
1) Meringankan beban hutangnya
Adapun bentuk beban hutang yang dimaksud oleh Rumah
Zakat adalah bentuk hutang untuk memenuhi kebutuhan asasi yaitu
kebutuhan makanan, kesehatan, pendidikan. Selain itu pula, mereka
yang diberikan adalah mereka yang itdak mempunyai penghasilan
yang tetap, ada bukti dari pihak yang memberi hutang, penghasilannya
dibawah kewajaran dan yang terakhir adalah punya beban tanggung
jawab yang besar.
2) Memberikan bantuan sembako/pangan
g. Ashnaf Sabililah
Jenis bantuan yang diberikan yaitu :
1) Bantuan sarana ibadah, dakwah dan pendidikan
Adapun yang diberikan oleh Rumah Zakat untuk sarana
pendidikan adalah prioritas daerah yang minus, sulit terjangkau atau
57
bahkan belum pernah terjamah, belum pernah mendapat bantuan, tidak
bertujuan komersil, bukan milik perorangan dan bangunan yang
terbengkalai.
2) Bantuan kegiatan sunatan massal dan pelayanan kesehatan
3) Bantuan kepada da’i di daerah terpencil dan minus
h. Ashnaf Ibnu Sabil
Bantuan yang dapat diberikan yaitu :
1) Bantuan pemenuhan kebutuhan sesaat
2) Bantuan transportasi
Adapun prinsip-prinsip dana zakat bergulir yang diterapkan oleh
Rumah Zakat antara lain :3
a. Fakir
b. Miskin
c. Berdaya
Individu yang sudah memiliki modal usaha sendiri, memiliki skill
yang baik, dapat di berdayakan dalam jangka waktu 2-3 tahun.
d. Mandiri
Individu yang telah berkembang untuk dirinya serta dapat
mencukupi keluarganya dan orang lain.
e. Pembinaan
Untuk membentuk karakter mandiri, maka akan selalu diikuti
dengan pembinaan secara berkala dan terjadwal dengan cakupan binaan
sebagai berikut :
3 Herlan, Divisi Pendayagunaan dan Penyaluran Rumah Zakat, Wawancara Pribadi,
Jakarta, 11 Mei 2010
58
1) Keagamaan (ketauhidan, akhlaq dan muamalat)
2) Motivasi (motivasi berprestasi, sikap proaktif, inovatif dan kreatif)
3) Dinamika kelompok (problem solving, membangun negosiasi win-
win)
4) Kewirausahaan (manajemen pemasaran, administrasi, keuangan dan
persediaan).
f. Pengawasan
Agar visi misi program berjalan maka harus adanya pengawasan
yang intensif dan terukut melalui pengawasan secara internal maupun
secara eksternal.
g. Membuka lapangan pekerjaan baru
Adapun target yang diharapkan untuk dicapai dalam bantuan dana
bergulir adalah :4
1) Terbentuknya sendi-sendi yang kuat (ukhuwah persaudaraan dan
gotong-royong), terbentuknya mental yang tangguh untuk dapat
mengatasi permasalahan sendiri
2) Memiliki etos kerja tinggi dan selalu memiliki motivasi yang konsisten
3) Dapat menjadi enterpreuner yang jujur dan santun dalam usaha serta
memiliki usaha yang tersu signifikan.
4) Meningkatkan pendapatan.
h. Pendayagunaan
Rumah Zakat dalam mendayagunakan dana zakatnya, mengacu
pada program yang dikembangkan Rumah Zakat dengan cara :
4 Herlan, Divisi Pendayagunaan dan Penyaluran Rumah Zakat, Wawancara Pribadi,
Jakarta, 11 Mei 2010
59
Mendayagunakan zakat yang efisien, efektif dan menjangkau daerah-
daerah terpencil diseluruh Indonesia, maka Rumah Zakat mengambil
langkah-langkah :
B. Strategi Pendayagunaan Dana Zakat
Dalam mendayagunakan dana zakatnya, Rumah Zakat memiliki
strategi-strategi khusus agar dana yang tersalurkan bukan hanya sekedar
membantu para mustahik tapi juga dapat memberdayakan masyarakat.
Strategi-strategi tersebut antara lain :5
1. Permodalan
Permodalan dalam bentuk uang merupakan salah satu faktor
penting dalam dunia usaha, tetapi bukan yang terpenting untuk
mendapatkan dukungan keuangan, baik perbankan manapun dana bantuan
yang disalurkan melalui kemitraan usaha lainnya.
Penambahan modal dari lembaga keuangan, sebaiknya diberikan,
bukan untuk modal awal, tetapi untuk modal pengembangan, setelah usaha
itu dirintis dan menunjukkan prospeknya yang cukup baik, karena jika
usaha itu belum menunjukkan perkembangan profit yang baik, sering kali
bank tidak akan memberikan pinjaman.
2. Memberikan bantuan motivasi moril
Bentuk motivasi moril ini berupa penerangan tentang fungsi, hak
dan kewajiban manusia dalam hidupnya yang pada intinya manusia
5 Musa Asy’ari, Etos Kerja dan Pemberdayaan Ekonomi Umat, Klaten, Lesfi Institusi
Logam, 1992, h. 141
60
diwajibkan beriman, beribadah, bekerja dan berikhtiar dengan sekuat
tenaga sedangkan hasil akhir dikembalikan kepada dzat yang Maha
Pencipta. Bentuk-bentuk motifasi moril ini dilakukan melalui pengajian
umum/bulanan, diskusi keagamaan dan lain-lain.6
3. Pelatihan Usaha
Melalui pelatihan ini setiap peserta diberikan pemahaman terhadap
konsep-konsep kewirausahaan dengan segala macam seluk beluk
permasalahan yang ada didalamnya. Tujuan pelatihan ini adalah untuk
memberikan wawasan yang lebih menyeluruh dan aktual sehingga dapat
menumbuhkan motivasi terhadap masyarakat disamping diharapkan
memiliki pengetahuan taknik kewirausahaan dalam berbagai aspek.
Pelatihan sebaiknya diberikan lebih aktual, dengan mengujikan
pengelolaan praktek hidup berwirausaha, baik oleh mereka yang memang
bergelut di dunia usaha, atau contoh-contoh konkrit yang terjadi dalam
praktek usaha. Melalui pelatihan semacam ini diharapkan dapat
mencermati adanya kiat-kiat tertentu yang harus ia jalankan, sehingga
dapat dihindari sekecil mungkin adanya kegagalan dalam pengembangan
kegiatan wirausahanya.7
4. Pemberdayaan
Seiring dengan perjalanannya, dalam penyaluran dana zakat
Rumah Zakat sangat konsisten untuk tidak hanya sekedar memberikan
6 Sudjangi et. Model Pendekatan Agama Dalam Pengentasan Kemiskinan di
Kotamadya, Badan Litbag Agama, Depagri, Jakarta, 1997, h. 48 7 M. Damawan Raharjo, Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi, Jakarta: Lembaga Studi
Agama dan Filsafat, 1999, h. 295
61
bantuan atau menyediakan berbagai fasilitas untuk masyarakat tetapi juga
memikirkan bagaimana memberdayakan mereka agar menjadi masyarakat
yang mandiri. Langkah-langkah yang ditempuh Rumah Zakat antara lain
yaitu :
a. Pelatihan Kewirausahaan untuk kalangan pemuda digulirkan program
pelatihan berbagai skill produktif, berdasarkan potensi lokal individu
dan lingkungan di wilayahnya. Pelatihan ini berorientasi wirausaha 10
peserta dalam 1 kelas pelatihan. Kontribusi mereka diharapkan mampu
memperkuat energi sebuah keluarga guna kemandirian.
b. Super Qurban dan Siaga Gizi Nusantara. Bencana datang tanpa diduga,
saatnya kita punya cadangan makanan siap saji dalam kemasan kaleng
untuk didistribusikan di daerah bencana. Secara regular, program ini
juga bisa digulirkan untuk kawasan minus atau rawan pangan.
Kepedulian anda akan meringankan duka mereka.
C. Analisa
Menurut saya niali plusnya adalah Rumah Zakat mampu
mempresentasikan alokasi dana zakatnya kebidang pendidikan, kesehatan dan
kemandirian. Dan kenyataannya selama ini Rumah Zakat tetap konsisten
dengan mekanisme kinerja mereka. Hanya saja untuk langkah kedepannya
perlu dibentuk sebuah tim yang bekerja sama untuk mengelola dana zakat ini
agar dana yang masuk dari para donatur dapat dikelola dengan baik. Karena
62
dengan bekerja secara tim memungkinkan hasilnya dapat lebih maksimal
dibanding individu.
Poin lebih dalam penghimpunan, Rumah Zakat mengelompokkan dua
donatur yaitu donatur pribadi dan donatur perusahaan. Tentunya poin
penghimpunan dana zakat ini secara jelas memaparkan bagaimana prosedur
dan mekanismenya. Kita dapat mengetahui bagaimana cara kerja Rumah
Zakat setelah dana diterima dari donatur sampai pengalokasian dananya
mereka memberikan dan menyediakan berbagai fasilitas agar kewajiban
mengeluarkan zakat dari tiap muzakki terlaksanakan serta tidak ada alasan
apapun yang menghambatnya, seperti fasilitas jemput zakat gratis, tranfer via
ATM, gesek zakat ataupun Layanan Pesan Anda. Menurut saya itu merupakan
kelebihannya.
Pada penyaluran, Rumah Zakat memiliki tiga program yang menurut
saya cukup efisien, pertama program senyum juara meliputi bidang
pendidikan yang digulirkan guna meningkatkan pemberdayaan ekonomi
masyarakat dengan mengoptimalkan dan mengembangkan keterampilan,
keahlian dan kemandirian seorang mustahik. Ini merupakan penyaluran dana
zakat yang inovatif dan sangat membantu untuk pengembangan intelligence
seseorang.
Pemberian beasiswa, pembangunan sekolah merupakan salah satu
contohnya. Kelebihan dari program ini adalah Rumah Zakat konsern untuk
memberikan bantuannya sampai satu tahun kedepan dan juga memberikan
pembinaan non formal. Dalam pelaksanaannya pasti ada hambatan dan
63
kekurangan, seperti masalah jarak dan waktu, tetapi ada solusi lainnya yaitu
dengan menciptakan mobil juara yang fungsinya sebagai sumber belajar
bergerak yang diperuntukan untuk anak-anak.
Pada program senyum sehat menurut saya ini program yang sangat
membantu masyarakat karena bergerak dibidang kesehatan, terutama untuk
ibu-ibu hamil ada Layanan Bersalin Gratis (LBG). Selain itu Rumah Zakat
juga mengadakan beberapa penyuluhan kesehatan, pemeriksaan hingga
pengobatan serta program layanan khitanan masal untuk warga dan anak-anak
yang kurang mampu. Kelebihan dari program ini adalah mengacu pada
pelayanan kesehatan untuk masyarakat dan banyak membantu serta
meringankan beban untuk ibu hamil dilihat dari pencapaian target
pengembangan program ini. Yang lainnya adalah Siaga Gizi Balita untuk
masalah perbaikan gizi balita, hanya saja dalam mengoptimaliasikannya harus
lebih luas wilayah dan masyarakat yang terbantu.
Selanjutnya program yang digulirkan oleh Rumah Zakat adalah
Senyum Mandiri yang mengarah kepada kemandirian masyarakat dengan cara
berwirausaha agar menjadi masyarakat yang sejahtera. Tentunya dengan
pelatihan kewirausahaan diharapkanmampu memperkuat energi sebuah
keluarga guna mencapai kemandirian. Kekurangannya adalah banyak
kalangan yang belum bisa menikmatinya, seperti contohnya program water
well air bersih di program ini.
Dari semua penjeladan dan analisa yang telah saya kemukakan di atas,
solusi untuk memaksimalkan aplikasi pendayagunaan dana zakat adalah
64
dengan melakukan strategi-strategi pelaksanaannya. Strategi tersebut antara
lain, pertama adalah permodalan yaitu dalam bentuk uang di dunia usaha.
Kelebihannya adalah permodalan ini diberikan bukan untuk modal awal tetapi
utnuk modal pengembangan, artinya setelah usaha itu dirintis. Kedua,
memberikan bantuan motivasi moril berupa penerangan tentang fungsi, hak
dan kewajiban manusia dalam hidupnya. Seperti beriman, beribadah, bekerja,
berikhtiar. Dan menurut saya ini bisa dilaksanakan dalam pengajian, diskusi
keagamaan.yang ketiga adalah pelatihan usaha, nilai positifnya adalah peserta
atau masyarakat yang mengikuti pelatihan ini akan mendapat wawasan baru
yang lebih menyeluruh sehingga memotivasi mereka untuk berwirausaha.
Terakhir, yang keempat adalah pemberdayaan. Temuan baru yang menarik
dan menjadi keunggulan dari strategi ini adalah dimana Rumah Zakat tidak
hanya memberikan berbagai bantuan, fasilitas untuk masyarakat tetapi juga
memikirkan bagaimana terus memberdayakan mereka menjadi masyarakat
yang mandiri.
Super Qurban dan Siaga Gizi Nusantara adalah salah satu bentuknya.
Ini adalah berupa cadangan makanan siap saji dalam bentuk sosis dan kornet
yang dikemas dalam kemasan kaleng yang aman, sehat, halal dan bermanfaat
yang diperuntukkan sebagai persiapan apabila terjadi musibah atau bencana di
suatu wilayah. Cadangan makanan ini diharapkan dapat meringankan beban
mereka yang mengalami musibah.
Dalan pelaksanaannya pasti ada halangan dan rintangan yang dihadapi
Rumah Zakat, seperti daerah atau wilayah terpencil yang terkadang sulit
65
ditempuh. Tetapi kelebihannya yaitu program ini adalah sebagai cadangan
makanan yang awet karena dikemas sedemikian rupa sehingga ketika sampai
ke masyarakat tetap layak untuk dikonsumsi.
Dengan demikian saya mengaharapkan strategi yang digulirkan oleh
Rumah Zakat ini dapat berjalan dengan maksimal dan memberikan manfaat
kepada seluruh kalangan masyarakat nantinya serta pengembangan
kelembagaan Rumah Zakat saya harapkan dapat lebih luas lagi merangkul
banyak masyarakat atau para mustahik yang memburuhkan bantuan.
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam penerapan aplikasi pendayagunaan dana zakat ada tiga program
yang mengacu kepada terpenuhinya hidup karena apabila kebutuhan hidup
telah terpenuhi masyarakat akan tenang terutama dalam memaksimalkan
usahanya. Yaitu pertama program senyum juara dengan memberikan
bantuan beasiswa, mendirikan sekolah-sekolah untuk pengajaran serta
mendirikan berbagai fsasilitas untuk pengembangan potensi anak. Kedua
program senyum sehat yaitu dengan mendirikan rumah bersalin,
memberikan fasilitas seperti layanan bersalin gratis dan layanan kesehatan
lainnya. Ketiga program senyum mandiri yaitu program yang bertujuan
untuk memandirikan masyarakat dengan pelatihan kewirausahaan agar
dapat berwirausaha dengan baik.
2. Strategi Pendayagunaan Zakat pada Rumah Zakat dengan memberikan
bantuan modal bertujuan untuk pengembangan usaha, motivasi moril
dimaksudkan penerangan tentang fungsi, hak dan kewajiban manusia
dalam hidupnya, seperti beriman, beribadah, bekerja, berikhtiar. Pelatihan
usaha serta untuk memberdayakan para mustahik agar mandiri.
67
B. Saran
1. Mengingat masih tingginya angka kemiskinan dan tingkat kesenjangan
sosial di Indonesia, Rumah Zakat yang hadir alangkah baiknya terus
memberdayakan masyarakat agar dapat membuat sebuah kelompok untuk
berwirausaha dan bisa membuka praktek-praktek kewirausahaan yang
nantinya masyarakat akan bisa mandiri.
2. Guna meningkatkan masyarakat yang sudah memiliki usaha perlu kiranya
dibuat semacam koperasi. Dengan adanya koperasi tersebut diharapkan
dapat membantu masyarakat lain yang baru akan memulai usahanya.
Sehingga dana zakat bisa dialokasikan untuk bidang lain dan masyarakat
lain yang belum mendapatkan.
3. Dana zakat dan infak adalah dana yang diperuntukannya sudah ditetapkan
bagian-baginannya. Oleh karena itu bagi para pengurus haruslah sangat
berhati-hati, karena sanksi didunia juga mendapat hukuman di akhirat
kelak.
68
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anul Qarim dan Hadist
Abidin, Hamid, ed. Reinterprestasi Pendayagunaan ZIS. Jakarta: Piramida, 2004.
Ali, Mohammad Daud. Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf. Jakarta: UI
Press. 1998.
Bariadi, Lili dan M. Zen, M. Hudri. Zakat dan Wirausaha. Jakarta: Centre of
Enterpreneurship Development (CED). Cet I. 2005.
Dainy, Tara. Strategi Membangun Ekonomi Rakyat. Jakarta: Nuansa Madani.
2001.
Doa, M. Jamal. Menbangun Ekonomi Umat Melalui Pengelolaan Zakat Harta.,
Jakarta: PT. Nuansa Madani. Cet II. 2002.
Hikam, Dail. Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif. Disertasi S3,
Konsentrasi Ilmu Syariah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2004.
Nurwahid, Hidayat. Zakat dan Peran Negara. Jakarta : Forum Zakat (FOZ). Cet I.
2006.
Muhammad. Zakat Profesi , Wacana Pemikiran dalam Pemikiran Fiqih
Kontemporer. Jakarta: Salemba Diniya. Cet I. 2002.
Permono, Sjechul Hadi. Pendayagunaan Zakat dalam Rangka Pembangunan
Nasional. Jakarta: Pustaka Firdaus .2004.
Purwakananta, Arifin. Southeast Asia Zakat Movement. Jakarta: Forum Zakat
(FOZ). Cet I. 2008
Qardhawi, Yusuf. Spektrum Zakat dalam Membangun Ekonomi Kerakyatan.
Jakarta: PT. Zikrul. 2005.
Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Ekonosia. 2004.
Sudewo, Eri. Manajemen Zakat. Jakarta: Institute Manajemen Zakat. 2004.
UIN JKT, “Panduan Penyusunan Skripsi”, Jakarta, 2006.
Yafie, Ali. Problematika Zakat Kontemporer. Jakarta: Forum Zakat (FOZ). Cet I.
2003.
www.rumahzakat.org