strategi pengelolaan waduk geunang geudong di …repository.utu.ac.id/89/1/i-v.pdf · 2017. 9....
TRANSCRIPT
STRATEGI PENGELOLAAN WADUK GEUNANG GEUDONG
DI KECAMATAN KAWAY XVI KABUPATEN ACEH BARAT
SEBAGAI KAWASAN BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR
SKRIPSI
ADI HARDIAN
O6C1O432007
PROGRAM STUDI PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH
2013
STRATEGI PENGELOLAAN WADUK GEUNANG GEUDONG
DI KECAMATAN KAWAY XVI KABUPATEN ACEH BARAT
SEBAGAI KAWASAN BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR
SKRIPSI
ADI HARDIAN
O6C1O432007
DiajukanSebagai Salah
SatuSyaratUntukMemperolehGelarSarjanaPerikananPadaFakultasPerikanand
anIlmuKelautan
UniversitasTeuku Umar
PROGRAM STUDI PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH
2013
LEMBARAN PENGESAHAN
Judul : Strategi Pengelolaan Waduk Geunang Geudong di Kecamatan
Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Sebagai Kawasan Budidaya
Ikan Air Tawar
Nama : Adi Hardian
NIM : 06C1-0432007
Program Studi : Perikanan
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
Ir.Said Mahjali, MM Muhammad Rizal, S.Pi., M.Si
NIDN :01-1011-6502 NIDN : 01-1101-8301
Mengetahui,
Ketua Program StudiPerikanan DekanFakultasPerikanandanIlmuKelautan
Muhammad Rizal, S.Pi.,M.Si Uswatun Hasanah, S.Si.,M.Si
NIDN :01-1101-8301 NIDN : 01-2105-7802
TanggalUjianSarjana :15 April 2013 Tanggal Lulus :
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
DenganinisayamenyatakanbahwaskripsiStrategiPengelolaanWadukGeunan
gGeudong di KecamatanKaway XVI Kabupaten Aceh Barat
SebagaiKawasanBudidayaIkan Air
Tawaradalahkaryasayasendiridenganarahandosenpembimbingdanbelumpernahdiaj
ukandalambentukapapun.Sumberinformasi yang
berasalataudikutipdarikaryailmiah yang
diterbitkanmaupuntidakditerbitkandaripenulislaintelahdisebutkandalamteksdandic
antumkandalamdaftarpustaka di bagianakhirskripsi.
AluePenyareng,15April2013
Penulis
1
I. PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang
Paketteknologibudidayaikandenganmenggunakankerambajaringapung(KJA)
merupakansalahsatuteknologibudidayaikan yang
cocokuntukmengoptimalkanpemanfaatansumberdayaperairan,
khususnyaperairandanaudanwadukdi Indonesia yang luasnya 2,1juta ha (Ilyas,
1990).Keberhasilanpengembanganusahabudidayaikandengankerambajaringapung
padasatusisiberdampakpositifterhadappeningkatanproduksiikan di
kerambadanpendapatan
pembudidayaikan. Di sisi lain, peningkatanjumlah unit KJA yang
kurangterkendaliakanmenimbulkanmasalah yang berdampaknegatif
terhadapperairanwaduk. Dampaknegatif yang ditimbulkanantara lain
disebabkankurangdiperhatikannyaprinsip-
prinsipteknologidalambudidayaikandengansistemkerambajaringapung,
seperticarapemberianpakan yang tidaktepat, dandayadukungwaduk yang
kurangdiperhatikan (Kartamihadja, 1995).
Kegiatanbudidayaikandalamkerambajaringapungmerupakanmetodeakuaku
ltur yang paling produktifsaatini (Sudrajat, 2009). Hal
itudisebabkanbeberapakelebihandalammetode KJA antara lain:
padatpenebarantinggi, tidakmemerlukanpengolahantanah,
pemanenanlebihmudahdandapatdipindahkankelokasi lain apabilaterjadiumbalan.
Selainitubudidayaikan KJA
berdampakpositifkarenadapatmeningkatkanpendapatanmasyarakatpelakuusahabud
2
idayaikan, baikpembudidayaikanmaupuntenagakerja yang
terlibatdalamkegiatanbudidayaikan KJA.
Kabupaten Aceh Barat adalahsalahsatukabupaten di Propinsi Aceh, yang
masihterusmelakukanpembangunan di hampirsemuasektor, baik di
sektorwisatawaduk/bahari.WadukGeunangGeudong yang terletak di Kabupaten
Aceh Barat merupakansalahsatusumberdayaalamperairanbuatan yang
sangatstrategisdanpentingbagiperkembanganperekonomiandi Propinsi Aceh.Hal
inidapatdilihatdarimanfaatnyasebagaisumberpengairansawah,
keperluanrumahtanggapenduduksekitarwaduk,
dantempatkegiatanbudidayaikankerambajaringapungdi perairanwaduk.
Adanyadampakpositifdannegatifdaripemanfaatanwadukuntukbudidayaikan
KJA
mendorongperlunyapengelolaanterhadapsumberdayamilikumumini.Pemanfaatans
umberdayamilikumumsecarabebasdantakterkendali, dapatmerusaklingkungan,
halinikarenaadanyakecenderungandarimanusiasebagaipenggunawadukuntukmema
nfaatkanwaduksecaratidakterbataspadasumberdaya yang terbatas (Iskandar,
2001).
MenurutGunawan, et al. (2004) agar
pengelolaanwadukdapatlebihberhasildanberkelanjutan,
diperlukanpartisipasidariberbagaipihak, terutamamasyarakatsekitarwaduk.
Keikutsertaanmasyarakatdiharapkanakanmembawadampakpositifterhadapkeberla
njutanwaduk, merekaakanmemahamiberbagaipermasalahan yang
munculsertamemahamikeputusanakhir yang akandiambil.
Melibatkanmasyarakatsecaraaktifdalampengelolaanberartimemberikanhakdantang
3
gungjawab yang lebihbesarkepadamasyarakatuntukmerumuskanmasalah-
masalahmereka, memobilisirsumber-
sumbersetempatdanmengembangkankelompok/organisasisetempat.
Pelibatanmasyarakatdalampengelolaansumberdaya yang
merekamanfaatkandapatmenumbuhkankesadaranakankelestariandankeberlanjutan
sumberdayaalamtersebut. Hadi (1995)
memandangbahwaperanmasyarakatdalampengelolaansumberdayaalamadalahsalah
satuprasyaratdalammewujudkanpembangunanberkelanjutankarenamasyarakatloka
ldianggapsebagaipihak yang paling
mengetahuikeadaanlingkungansekitarnya.Padahakekatnyapelibatanmasyarakatmer
upakanbagiandari proses
perencanaanuntukmengakomodasikebutuhandanaspirasidarimasyarakat yang
terkenadampaksehinggadampaknegatif yang
ditimbulkandapatdieliminirsertasebagaiupayabagiparaperencanauntukmenerima
input darimasyarakattentangsegalasesuatu yang menyangkutnasibmereka.
Agar pengelolaan yang
menampungkebutuhandanaspirasimasyarakatdapatsejalandengankebijakanpemeri
ntah,
makapengelolaanberbasismasyarakatjugamemerlukanpendampingandaripemerinta
hdalamimplementasipelaksanaanpengelolaannya (Kusumastanto, dkk., 1998),
karenaadanyaketerbatasandarimasyarakatlokaldalamhalpenentuankebijakan yang
sesuaidengankarakteristiklingkungansetempat.
Selainitutidaksemuamasyarakatlokalmemilikikesadaranakankeberlanjutanlingkun
gan,
4
sehinggaperlupendampingandenganmelakukanpenyuluhandanpembinaanbagaima
namekanismebudidaya yang ramahlingkungan.
1.2. PerumusanMasalah
Kegiatanbudidayaikan yang berlangsung di
WadukGeunangGeudongmemberikandampakpositifbagimasyarakatsetempat,
karenadapatmeningkatkanpendapatanmasyarakatpelakuusahabudidaya.Kondisiper
airanwaduk yang
mendukungusahabudidayamendorongmasyarakatuntukturutsertamelakukanusahab
udidayaikan.Hal initerlihatdenganbesarnyapeningkatanjumlah KJA yang terdapat
di
WadukGeunangGeudong.Peningkatanjumlahkerambajaringapunghinggamelebihib
atasdayadukungwadukdapatmenjadisalahsatufaktor yang
menyebabkanpenurunankualitas air waduk,
sehinggaperluadanyapengendaliandanpengelolaanbudidaya yang baikdanbenar.
Belajardaripengalaman yang terjadi di WadukSaguling,
CiratadanJatiluhur, dimanajumlah KJA
melebihibatasdayadukungwadukakibatkurangnyakendaliterhadappemanfaatanwad
uk, makadiperlukanpengelolaanbudidayaikandalamkerambajaringapung yang
sesuaidengandayadukungwaduk,
sehinggatidakterjadikematianikansecaramassalsebagaiakibatdegradasikualitas air
5
danfungsiwadukdapatberkelanjutan. Berdasarkanuraiandiatas,
studiinimempelajaribagaimanapemanfaatanWadukGeunangGeudong yang
selamainidilaksanakanolehmasyarakatsekitarwadukdanbagaimana strategi
pengelolaan
WadukGeunangGeudonguntukbudidayaikanberbasismasyarakatsecaraberkelanjut
an.
Strategi pengololaan
wadukuntukbudidayaikandenganpendekatanberbasismasyarakatdigunakankarenad
enganmelibatkanmasyarakatpada proses perencanaan, pelaksanaan,
pengawasanhinggaevaluasidalampengelolaandapatmendorongmasyarakatuntukleb
ihmemahamikebijakan yang diambildalampengelolaanwaduk.
Pendekatanberbasismasyarakatdapatmenampungaspirasidankebutuhandarimasyar
akatsehinggakebijakan yang diambildapatdilaksanakanolehmasyarakatbersama-
samadenganpemerintahdanpemanfaatanwaduklainnya.
1.3. TujuanPenelitian
Penelitianinibertujuanantara lain untuk :
1. Mengetahuibagaimanaaktivitasmasyarakat yang
berhubungandenganpemanfaatanWadukGeunangGeudongKecamatanKaway
XVI Kabupaten Aceh Barat.
2. Mengkajifaktor-faktor internal daneksternal yang
mempengaruhiusahakerambajaringapung di
WadukGeunangGeudongKecamatanKaway XVI Kabupaten Aceh Barat.
6
3. Menganalisisstrategipengelolaandanpemanfaatanwadukuntukbudidayaikan air
tawar yang berkelanjutan di WadukGeunangGeudongKecamatanKaway XVI
Kabupaten Aceh Barat.
1.4. ManfaatPenelitian
Adapunmanfaat yang diharapkandaripenelitianiniyaitusebagaiberikut:
1. MemberikankontribusikepadaPemerintah Daerah
PropinsiAcehdanPemerintahKabupatenAceh
BarattentangpemanfaatanWadukGeunangGeudonguntukbudidayaikanberbasis
masyarakat, denganmelibatkanlintassektoral/stakeholder terkait yang
didukungolehPemerintah Daerah.
2. Memberikaninformasikepadamasyarakat/pembudidayaikanmengenaimanfaatda
nfungsiwaduksehinggadalampemanfaatannyamemperhatikanprinsipkeberlanjut
antanpamengabaikanaspekkelestarianlingkungan.
3. Secaraakademis,
hasilpenelitianinidiharapkandapatmemberikansumbanganpemikiranbagipenge
mbanganilmulingkunganhiduptentangpengelolaanbudidayaikanberbasismasyar
akat di perairan/danaubuatan.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Strategi
Strategi adalah rencana yang disatukan, luas dan berintegrasi yang
menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan lingkungan,
yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan dapat
dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi.Strategi juga dapat
diartikan pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan
gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah kreativitas dalam kurun waktu
tertentu.
2.2. Pengelolaan
Pengelolaan adalah suatu istilah yang berasal dari kata “kelola” mengandung
arti serangkaian usaha yang bertujuan untuk mengali dan memanfaatkan segala
potensi yang dimiliki secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan tertentu
yang telah direncanakan sebelumnya.
Dari uraian diatas dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
pengelolaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang berintikan
perencanaan,pengorganisasian,penggerakan dan pengawasan yang bertujuan
menggali dan memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki secara efektif untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan.
8
2.3. Pengelolaan Waduk
Waduk merupakan kolam besar tempat menyimpan air sediaan untuk
berbagai kebutuhan.Waduk dapat terjadi secara alami maupun dibuat
manusia.Pengelolaan waduk adalah usaha memanfaatkan potensi waduk secara
sadar dan berencana, untuk mengurangi atau merubah bentuk menjadi yang
bermanfaat dan dapat menghasilkan sesuatu, namun tetap memperhatikan
kelestarian lingkungan.
2.4. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam
Kata partisipasi sepadan dengan arti peran serta, ikut serta, keterlibatansecara
aktif atau proses belajar bersama saling memahami, menganalisa,merencanakan
dan melakukan tindakan oleh sejumlah masyarakat (Mantra, 1991;dikutip oleh
Sudrajat, 2009). Istilah partisipasi (participation) juga erathubungannya dengan
istilah partnership, yang berarti bahwa partisipasihendaknya harus disertai dengan
sikap tanggung jawab dari suatu kesatuan yangturut ambil bagian di dalam
aktifitas tersebut.Di dalam unsur tanggungjawab itusudah barang tentu terdapat
beberapa hak dan wewenang yang patut dihargaidalam rangkaian kerjasama
tersebut (Dewiastanti, 2003; dikutip oleh Sudrajat,2009). Partisipasi juga diartikan
sebagai pencurahan aktifitas atau benda melaluiproses kegiatan bersama untuk
mencapai tujuan bersama dan didalamnyaterkandung kepentingan pribadi
(Soedjono, 1990). Sedangkan Mubyarto (1984)mengemukakan bahwa partisipasi
merupakan kesediaan untuk membantuberhasilnya setiap program sesuai dengan
kemampuan setiap orang tanpa mengorbankan kepentingan sendiri.
9
Berdasarkan definisi di atas, terlihat bahwa partisipasi masyarakat
merupakan instrumen untuk mencapai tujuan tertentu, yang berkaitan dengan
keputusan atau tindakan yang lebih baik dan mengarah pada kesejahteraan bagi
yang berpartisipasi.
Koentjaraningrat (1980; dikutip oleh Nuryanto, 2001) menyatakan bahwa
partisipasi masyarakat dalam pembangunan mempunyai 2 (dua) tipe yang pada
prinsipnya berbeda, yaitu : 1) partisipasi melalui aktifitas bersama dalam proyek-
proyek pembangunan yang khusus dan 2) partisipasi sebagai individu di luar
aktifitas bersama dalam pembangunan. Dari pendapat Koentjaraningrat tersebut,
terdapat dua sumber munculnya partisipasi masyarakat, yaitu (a) partisipasi
karena dorongan atau motivasi dari luar dan (b) partisipasi karena keinginan dari
diri manusia itu sendiri. Kedua bentuk partisipasi tersebut mempunyai keunggulan
masing-masing yang saling mengisi.Partisipasi yang diakibatkan oleh motivasi
dari luar, dapat berupa paksaan atau rangsangan sedangkan partisipasi yang
muncul dari dalam diri manusia itu sendiri biasanya berkaitan dengan kepentingan
pribadi atau kelompok untuk meningkatkan taraf hidupnya atau untuk
mendapatkan keinginannya.
David (1997; dikutip oleh Pakpahan, 1999) membedakan partisipasi menjadi
2 (dua) bagian yaitu berdasarkan bentuk dan jenis. Berdasarkan bentuknya maka
partisipasi terbagi 7 (tujuh), yaitu: a) konsultasi, b) sumbangan berbentuk
uang/barang, c) sumbangan berupa tenaga atau kerja, d) aksi massa atau gotong
royong, e) mengadakan pembangunan di kalangan keluarga masyarakat setempat,
f) mendirikan proyek yang sifatnya berdikari dan dibiayai seluruhnya oleh
masyarakat setempat, dan g) mendirikan proyek yang juga dibiayai oleh
10
sumbangan dari luar lingkungan masyarakat setempat. Sedangkan berdasarkan
jenisnya, partisipasi dibedakan dalam 6 (enam) bagian, yaitu: a) pikiran, b) tenaga,
c) pikiran dan tenaga, d) keahlian, e) barang, dan f) uang.
Kegiatan partisipasi dapat diselenggarakan dengan beberapa cara, antara lain:
melalui dengar pendapat, pengumpulan pendapat tertulis dari masyarakat,
mengumpulkan pendapat dari suatu media massa dan mengumpulkan pendapat
dari instansi pemerintah dan perwakilan rakyat. Keterlibatan masyarakat dalam
partisipasi menurut Arstein (1969; dikutip oleh Mitchell, 2000) terbagi dalam
beberapa tingkatan yaitu: a) manipulasi, b) terapi, pemegang kekuasaan mendidik
atau mengobati masyarakat agar memiliki kesadaran untuk berpartisipasi. c)
pemberitahuan, adanya pemberitahuan hak-hak masyarakat dalam partisipasi. d)
konsultasi, adanya dengar pendapat dengan masyarakat yang terlibat dalam
partisipasi. e) placation, menampung saran-saran yang diberikan masyarakat yang
akan berpartisipasi. f) kemitraan, adanya timbal balik yang dinegosiasikan antara
pemegang kekuasaan dengan masyarakat yang terlibat partisipasi. g)
pendelegasian kekuasaan, pendelegasian kekuasaan kepada masyarakat untuk
sebagian atau seluruh program yang telah disepakati. dan h) kontrol oleh
masyarakat, masyarakat diberikan wewenang untuk memonitoring dan mengawasi
program yang dilaksanakan.
Banyak alasan yang dapat ditunjukan untuk menyertakan masyarakat dalam
pengelolaan lingkungan dan sumberdaya. Melalui konsultasi dengan masyarakat
yang tinggal di wilayah yang akan dilakukan pengelolaan, dimungkinkan untuk
(a) merumuskan persoalan dengan lebih efektif, (b) mendapatkan informasi dan
pemahaman di luar jangkauan dunia ilmiah, (c) merumuskan alternative
11
penyelesaian masalah yang secara sosial akan dapat diterima, dan (d) membentuk
perasaan memiliki terhadap rencana dan penyelesaian, sehingga memudahkan
penerapan (Mitchell dkk., 2000).
Menurut Schoorl (1984), masyarakat dapat berpartisipasi dalam suatu
pembangunan bila mereka mempunyai kemampuan dan pengetahuan. Hal ini
berarti bahwa semakin banyak pengetahuan seseorang tentang suatu kegiatan,
maka semakin besar pula kemungkinannya untuk berpartisipasi dalam kegiatan
tersebut. Agar keberhasilan dalam berpartisipasi dapat diperoleh, baik dalam
perencanaan maupun dalam pelaksanaan pengelolaan maka ada 5 (lima) cara yang
dapat ditempuh (Cernea, 1991), yaitu: a) sejak awal tingkat partisipasi yang
diinginkan harus dibuat jelas dan dapat diterima oleh semua pihak, b) memiliki
sasaran yang realistis untuk berpartisipasi dan harus dibuat berdasarkan fakta yang
ada pada setiap tahap perencanaan, c) memperkenalkan dan mendukung
partisipasi perlu dilakukan walaupun hal itu harus sesuai dengan pola organisasi
sosial tingkat lokal, d) harus ada komitmen dalam pendanaan bagi partisipasi
masyarakat, e) harus ada perencanaan terhadap pembagian tanggungjawab dalam
setiap tahapan proyek, dimana keuntungan lebih ditujukan pada kegiatan proyek
daripada membagi-bagikan aset kepada masyarakat tanpa kontribusi yang berarti.
Cohen and Uphoff (1997) membedakan partisipasi berdasarkan tahapan-
tahapan sebagai berikut:
1. Partisipasi yang memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk
mengemukakan pendapat dan aspirasinya dalam menilai suatu rencana yang
akan ditetapkan.
12
Dalam hal ini, masyarakat diberi kesempatan untuk menimbang suatu
keputusan yang akan diambil. Pada tahap ini, prioritas-prioritas rencana
dipilih untuk dituangkan dalam program pembangunan sehingga dengan
mengikutsertakan masyarakat maka secara tidak langsung mereka telah
menentukan masa depannya secara demokratis.
2. Partisipasi dalam pelaksanaan program pembangunan.
Pada tahap ini, masyarakat diikutsertakan dalam kegiatan operasional
berdasarkan rencana yang telah disepakati bersama. Adanya partisipasi dapat
dilihat dari:
Jumlah anggota masyarakat yang ikut berpartisipasi
Bentuk barang atau jasa yang dipartisipasikan
Pelaksanaan partisipasi langsung atau tidak langsung
Semangat untuk berpartispasi
3. Partisipasi dalam memanfaatkan atau menggunakan hasil-hasil
pembangunan.Jenis ini merupakan partisipasi masyarakat dalam
menggunakan hasil-hasil pembangunan yang telah dilaksanakan. Pemerataan
kesejahteraan dana fasilitas yang ada dimasyarakat serta ikut menikmati dan
menggunakan sarana hasil pembangunan.
4. Partisipasi dalam mengevaluasi dan mengawasi pembangunan.
Partisipasi jenis ini merupakan bentuk keikutsertaan masyarakat
dalammenilai kegiatan pembangunan dan memelihara hasil-hasil
pembangunan yang dicapai.
13
Ada beberapa pendapat para ahli mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
partisipasi masyarakat, seperti Madrie (1986), Sastropoetro (1988), Murray dan
Lappin (1992; dikutip oleh Pangesti, 1995), menyatakan bahwa tingkat
pendidikan dan umur merupakan faktor pribadi yang dapat mempengaruhi tingkat
partisipasi seseorang dalam melakukan suatu kegiatan.Sedangkan Tjondronegoro
(1983) menyatakan bahwa partisipasi seseorang dipengaruhi oleh kebutuhan,
motivasi, struktur dan stratifikasi sosial dalam masyarakat. Seseorang akan
berpartisipasi apabila dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan, mendapatkan
keuntungan, serta meningkatkan statusnya. Selain itu, Suyatna (1982)
mengemukakan bahwa faktor penyuluhan dan pembinaan juga berpengaruh bagi
kelancaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan.
Selanjutnya, Sastropoetro (1988) mengemukakan bahwa partisipasi seseorang
dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor, yaitu: (a) keadaan sosial masyarakat, yang
meliputi tingkat pendapatan, kebiasaan dan kedudukan dalam sistem sosial, (b)
kegiatan program pembangunan, ini merupakan kegiatan yang dirumuskan d an
dikendalikan oleh pemerintah, dan (c) keadaan alam sekitar, yang mencakup
faktor fisik atau keadaan geografis daerah yang ada pada lingkungan tempat hidup
masyarakat tersebut. Hubungan antara keadaan sosial, kegiatan program
pembangunan dan keadaan alam sekitar menyebabkan orang mempunyai sikap
yang positif terhadap kegiatan yang diketahuinya, dimana sikap yang positif ini
akan menimbulkan keinginan untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
Namun menurut Murray dan Lappin (1992; dikutip oleh Bakri, 1998) dikatakan
bahwa kesediaan seseorang untuk berpartisipasi dipengaruhi antara lain oleh
pekerjaan, pendapatan dan lama tinggal. Seseorang yang memiliki pekerjaan
14
tetap, penghasilan besar dan lebih lama tinggal di daerah tersebut, cenderung lebih
aktif berpartisipasi dalam suatu kegiatan yang ada dilingkungannya.
Partisipasi masyarakat dalam konteks pengelolaan kawasan budidaya ikan air
tawar berbasis masyarakat adalah suatu kegiatan pengelolaan yang melibatkan
masyarakat dalam setiap tahapan pengelolaan, mulai dari tahapan penyusunan
rencana, pelaksanaan, dan pemantauan/evaluasi, mendiskusikan hasil-hasil
kegiatan dan menyusun kesepakatan-kesepakatan pengelolaan kawasan budidaya
ikan air tawar di waduk berdasarkan pada kebutuhan dan budaya masyarakat
setempat.
Tingkat partisipasi sangat bervariasi antara satu tempat dengan tempat
lainnya. Menurut Tulungen, dkk. (2003) ada beberapa faktor yang dapat
mendorong ataupun menghambat partisipasi, dimana faktor-faktor tersebut dapat
berasal dari luar masyarakat seperti: sistem politik, dan dapat juga berasal dari
masyarakat sendiri seperti: norma-norma dan budaya masyarakat setempat.
Secara umum, ada beberapa indikator yang digunakan untuk menilai tingkat
keberhasilan partisipasi (Tulungen, dkk., 2003) antara lain:
1. Penentuan waktu dan saat berpartisipasi (misalnya : kapan partisipasi harus
dilakukan).
Partisipasi dapat terjadi pada setiap tahapan dalam siklus
pengelolaan.Meskipun demikian, partisipasi yang ideal adalah jika terjadi
pada semua tahapan pengelolaan.
2. Pihak yang berpartisipasi
Apakah pemuka masyarakat setempat, laki-laki saja, orang yang
berpendidikan atau mereka yang tinggal paling dekat dengan pusat
15
desa.Pertanyaan ini memunculkan hal yang sangat penting mengenai siapa
yang pantas berpartisipasi.Dalam pengelolaan kawasan budidaya ikan air
tawar berbasis masyarakat, partisipan (pihak yang berpartisipasi) mencakup
masyarakat setempat, pembudidaya ikan, pengusaha ikan, lembaga
pendidikan, lembaga swadaya masyarakat dll.
3. Bentuk-bentuk partisipasi (kegiatan apa yang melibatkan
partisipasimasyarakat dan dalam bentuk apa)
4. Proses partisipasi masyarakat meliputi:
Identifikasi isu (masalah dan potensi)
Menyusun dan meninjau usulan kegiatan, program dan rencana
Memberikan masukan terhadap usulan kegiatan sesuai waktu
yangdisediakan
Menghadiri pertemuan dan konsultasi yang dihadiri oleh
mayoritasmasyarakat yang diundang dalam pertemuan dan konsultasi
Memberikan persetujuan dan atau penolakan terhadap usulan
kegiatanberdasarkan masukan dari masyarakat berikut alasannya
Menyusun kegiatan, program dan rencana pelaksanaan program
Turut serta dalam pelaksanaan program sepanjang hal tersebutmerupakan
bagian yang dilaksanakan oleh masyarakat
a. Pengelolaan Sumberdaya Berbasis Masyarakat
Pengelolaan sumberdaya dapatlah diartikan sebagai usaha secara sadaruntuk
memelihara atau dan memperbaiki mutu lingkungan agar kebutuhan dasarmanusia
dapat terpenuhi dengan sebaik-baiknya (Seomarwoto, 2004).Salah satufaktor
16
lingkungan yang saat ini banyak dibicarakan dalam konteks
pengelolaansumberdaya alam, termasuk budidaya ikan di waduk adalah
pengelolaan berbasismasyarakat (community based management). Menurut
Raharjo (1996), communitybased management mengandung arti keterlibatan
masyarakat langsung dalammengelola sumber daya alam di suatu kawasan.
Mengelola disini diartikan bahwamasyarakat ikut memikirkan, memformulasikan,
merencanakan,mengimplementasikan, mengevaluasi maupun memonitor, sesuatu
yang menjadikebutuhannya. Menurut Carter (1996) Community based
managementdidefinisikan sebagai suatu strategi untuk mencapai pembangunan
yang berpusatpada manusia, dimana pusat pengambilan keputusan mengenai
pemanfaatansumberdaya secara berkelanjutan disuatu daerah terletak di tangan
organisasi-organisasidalam masyarakat di daerah tersebut.
Pengelolaan berbasis masyarakat adalah suatu strategi yang komprehensif,
yang dilakukan untuk menangani isu-isu yang mempengaruhi sumberdaya alamm
melalui partisipasi aktif dari masyarakat setempat.Istilah berbasis masyarakat
disini adalah suatu prinsip bahwa pengguna sumberdaya alam utama (masyarakat)
haruslah menjadi pengelola sumberdaya di sekitar mereka. Pengambilan
keputusan yang melibatkan masyarakat lokal akan merefleksikan aspirasinya
sehingga akan diperoleh keputusan yang terbaik untuk sumberdaya alam yang
dikelola.
Keikutsertaan masyarakat akan membawa dampak positif, mereka akan
memahami berbagai permasalahan yang muncul serta memahami keputusan akhir
yang akan diambil (Hadi, 1995). Bimo (1985) mengemukakan bahwa melibatkan
masyarakat secara aktif berarti memberikan hak dan tanggungjawab yang lebih
17
besar kepada masyarakat untuk merumuskan masalah-masalah mereka,
memobilisir sumber-sumber setempat dan mengembangkan kelompok/organisasi
setempat. Pada hakekatnya pelibatan masyarakat merupakan bagian dari proses
perencanaan untuk mengakomodasi kebutuhan dan aspirasi dari masyarakat yang
terkena dampak sehingga dampak negatif yang ditimbulkan dapat dieliminir serta
sebagai upaya bagi para perencana untuk menerima input dari masyarakat tentang
segala sesuatu yang menyangkut nasib mereka.
Masyarakat memiliki adat istiadat, nilai-nilai sosial dan kebiasaan yang
berbeda dari satu tempat dengan tempat lainnya. Proses pengelolaan sumberdaya
alam ada baiknya dilakukan dengan memandang situasi dan kondisi lokal agar
pendekatan pengelolaannya dapat disesuaikan dengan kondisi lokal daerah yang
akan dikelola. Pengelolaan berbasis masyarakat (community based management)
merupakan salah satu pendekatan pengelolaan sumberdaya alam, misalnya
perikanan, yang meletakkan pengetahuan dan kesadaran lingkungan masyarakat
lokal sebagai dasar pengelolaannya (Nikijuluw, 1994).
Dalam sistem pengelolaan berbasis masyarakat ini diberikan kesempatan dan
tanggung jawab dalam melakukan pengelolaan terhadap sumberdaya yang
dimilikinya, dimana masyarakat sendiri mendefinisikan kebutuhan, tujuan dan
aspirasi serta pengambilan keputusan yang diambil demi kesejahteraanya. Dengan
demikian pengelolaan yang berbasis masyarakat adalah suatu sistem pengelolaan
sumberdaya alam di suatu tempat dimana masyarakat lokal terlibat aktif dalam
proses pengelolaan sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya, baik pada
tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pemanfaatan hasil-hasilnya (PKSPL,
1998).
18
Pengelolaan sumberdaya akan memberikan manfaat dan risiko bagi
masyarakat sekitar waduk. Agar pengelolaan ini dapat dilaksanakan secara efektif
maka dilakukan dengan pendekatan adaptif (Soemarwoto, 2001).Pendekatan
adaptif lebih sering digunakan untuk menjurus pada perencanaan formal yang
sistematis, terutama sehubungan dengan keputusan pokok yang strategis (Burhan,
1994).Perencanaan strategik merupakan langkah utama untuk menyelenggarakan
pengelolaan. Tujuan utama dari perencanaan strategik adalah untuk menemukan
peluang-peluang dan ancaman-ancaman di masa akan datang sehingga mampu
menyusun rencana untuk memanfaatkan ataupun menghindarinya seperti yang
diinginkan (Burhan, 1994). Sebelum menyusun suatu perencanaan pengelolaan
sumberdaya berbasis masyarakat, adalah sangat penting untuk mengetahui
pemikiran-pemikiran yang ada pada masyarakat setempat, sehingga program yang
akan dilaksanakan dapat berjalan optimal.
Perencanaan pengelolaan sumberdaya alam akan mengakibatkan adanya
suatu sistem baru. Agar pengelolaan sumberdaya ini dapat berjalan dan diterima
oleh semua pihak yang terkena dampak pengelolaan, maka diperlukan petunjuk31
petunjuk yang dianggap membantu untuk menyakinkan orang-orang agar
menyetujui perubahan-perubahan yang diperlukan dalam proses perencanaan,
seperti (Burhan, 1994):
Perubahan lebih diterima, kalau mengerti maksudnya daripada kalau tidak.
Perubahan lebih diterima kalau tidak mengancam kedudukan seseorang.
Perubahan lebih diterima kalau mereka yang terkena sasaran
ikutmembahasnya, dibandingkan dengan kalau dipaksakan dari luar.
19
Perubahan lebih diterima kalau berdasarkan prinsip-prinsip yang telah sama-
samadisetujui dan tidak didektikan oleh perorangan.
Perubahan lebih diterima kalau ia merupakan rentetan dari perubahan
yangberhasil dan tidak sebagai akibat dari berbagai kegagalan.
Perubahan lebih diterima kalau dilakukan setelah perubahan sebelumnyatelah
menjadi kebiasaan.
Perubahan lebih diterima kalau terencana dan tidak hanya untuk
eksperimensaja.
Perubahan lebih diterima oleh orang baru daripada orang lama
dalamorganisasi tersebut.
Perubahan lebih diterima oleh mereka yang ikut menikmati hasil
akibatperubahan tersebut.
Perubahan lebih diterima kalau organisasi yang bersangkutan telah
melatihorang-orangnya untuk mengejar perbaikan dan kemajuan.
Pengelolaan berbasis masyarakat secara konseptual memberikan harapanyang
baik bagi pengelolaan sumberdaya yang berkelanjutan. Namun demikian, pada
kenyataannya konsep pengelolaan berbasis masyarakat ini tidaklah sepenuhnya
berhasil (Kusumastanto, 1998). Pada kondisi masyarakat yang tidak berdaya dan
memiliki keterbatasan, mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengawali suatu
proses perubahan dari diri mereka sendiri, sehingga hal ini menjadi salah satu
faktor kegagalan pelaksanaan suatu program pengelolaann sumberdaya yang
berbasis masyarakat.
20
b. Pemanfaatan Waduk Untuk Budidaya Ikan Berbasis Masyarakat
Pemanfaatan waduk sebagai tempat budidaya ikan berbasis
masyarakatmengandung makna pemanfaatan sumberdaya dengan diiringi
denganpengelolaan terhadap sumberdaya tersebut agar terus dapat dimanfaatkan
danmemberikan hasil yang positif bagi pengguna maupun sumberdaya alam
tersebut.Pengelolaan sumberdaya perikanan berbasis masyarakat didefinisikan
Nikijuluw(2002) sebagai suatu proses pemberian wewenang, tanggung jawab,
dankesempatan kepada masyarakat untuk mengelola sumberdaya
perikanannyasendiri dengan terlebih dahulu mendefinisikan kebutuhan dan
keinginan, tujuan,serta aspirasinya. Pengelolaan sumberdaya perikanan berbasis
masyarakat menyangkut pula pemberian tanggungjawab kepada masyarakat
sehingga merekadapat mengambil keputusan yang pada akhirnya menentukan dan
berpengaruhpada kesejahteraan hidup mereka.
Teknologi budidaya ikan menggunakan keramba jaring apung merupakan
salah satu teknologi budidaya yang cocok untuk mengoptimalkan pemanfaatan
sumberdaya waduk (Ilyas, 1990).Budidaya ikan dalam jaring apung di suatu
perairan dapat menyebabkan perubahan kondisi lingkungan, baik komponen
biotik maupun abiotik. Menurut Beveridge (1984; dikutip oleh Widyastuti, 2005)
keramba jaring apung dapat mempengaruhi perairan melalui tiga hal yaitu: (1)
jaring apung memanfaatkan ruang dimana hal ini akan menimbulkan kompetisi
dengan pengguna lain, (2) keramba jaring apung dapat merubah aliran yang
mengatur transpor oksigen, sedimen, fitoplankton dan larva ikan, (3) keramba
jaring apung dapat merubah nilai estetika daerah tersebut.
21
Tujuan pengelolaan budidaya perikanan di suatu perairan seperti waduk
adalah untuk mengoptimalkan produksi ikan dan menjaga kelestarian lingkungan
serta sumber daya perikanan, sehingga dapat dimanfaatkan secara terus-menerus
oleh masyarakat sekitar waduk tersebut untuk kesejahteraannya (Azwar dkk.,
2004). Kegiatan budidaya ikan yang dilakukan masyarakat di sekitar waduk
melalui keramba jaring apung memiliki dua hal yang kontroversial, yaitu: 1)
membutuhkan lingkungan yang bersih, 2) menghasilkan limbah yang dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan dan usaha budidaya itu sendiri. Sehingga
dalam pengusahaan budidaya ikan yang lestari sangat diperlukan daya dukung
yang optimal, pengaturan tata ruang dan pemahaman budidaya ikan yang baik
(Prihadi, 2004).Degradasi kualitas perairan dapat disebabkan karena penerapan
budidaya melebihi daya dukung waduk (Kartamiharja, 1995).
Pola pengelolaan perikanan budidaya agar efisien menurut Krismono (1995)
adalah menyesuaikan antara jenis perairan dengan komoditas yang akan
dibudidayakan, penataan letak dan lokasi keramba jaring apung di tempat yang
tidak terjadinya umbalan dan tidak melakukan penanaman pada saat musim-
musim dimana kondisi air rendah. Selain itu faktor kemudahan jangkauan dan
ketersediaan sarana dan prasarana serta keamanan di waduk mutlak diperlukan.
Keberlanjutan perikanan budidaya dapat dilihat dari hasil produksi pembudidaya
(indikator ekologi), pendapatan yang diterima pembudidaya (indikator ekonomi),
konflik yang terjadi (indikator sosial), dan keberadaan organisasi atau kelompok
pembudidaya (indikator kebijakan) (Koeshendrajana, dkk., 2009).
Keberlanjutan waduk sebagai tempat budidaya ikan dapat dicapai dengan
memperhatikan dampak-dampak yang dihasilkan dari kegiatan tersebut,
22
khususnya dampak negatifnya. Kartamiharja (1998) mengemukakan bahwa
dampak negatif yang timbul dalam budidaya ikan KJA antara lain disebabkan
kurang diperhatikannya prinsip-prinsip teknologi dalam budidaya ikan dengan
sistem KJA seperti cara pemberian pakan, tata letak KJA, serta daya dukung
perairan. Dampak negatif dalam budidaya ikan KJA dapat ditanggulangi dengan
menyeimbangkan antara daya dukung perairan dan faktor-faktor internalnya
(jenis, kepadatan, ukuran ikan, jumlah dan kualitas pakan) atau dengan kata lain
menyeimbangkan antara kelarutan oksigen yang dibutuhkan ikan dengan
kelarutan oksigen di perairan (Kartamiharja, 1998).
Nastiti dkk.(1998) menyatakan bahwa berkembangnya budidaya ikan dalam
KJA perlu memperhatikan daya dukung perairan.Daya dukung perairan selalu
berfluktuasi menurut musim dan dapat menurun karena cemaran, misalnya
tingginya sisa pakan dan kotoran ikan yang masuk ke perairan. Cemaran hasil
budidaya ikan ini dapat disebabkan karena kepadatan ikan yang terlalu tinggi pada
tiap unit KJA dan disertai dengan pemberian pakan yang tidak sesuai kebutuhan
ikan budidaya (Supriyadi, 2004).
Budidaya ikan dalam keramba jaring apung merupakan paket teknologi yang
memerlukan koordinasi yang baik antar sesama pengguna sumberdaya perairan
waduk, sehingga dalam pengembangannya hal-hal yang dapat merugikan
lingkungan, pembudidaya ikan dan masyarakat sekitar waduk dapat ditekan
sekecil mungkin. Penataan dan pengelolaan budidaya ikan dalam keramba jaring
apung harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut (Nurhakim, 2004):
23
1. Lokasi penempatan KJA dalam zona perairan
Pemilihan lokasi merupakan langkah awal dalam serangkaian kegiatan
pengelolaan budidaya ikan dalam KJA.Pemilihan lokasi hendaknya
dikoordinasikan dengan pihak pengelola badan air yang bersangkutan,
kemudian ditentukan daerah yang sesuai dan cocok untuk pertumbuhan ikan.
Faktor utama yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi untuk budidaya
ikan adalah lokasi tersebut harus memenuhi kriteria lingkungan untuk
budidaya ikan, karena nantinya akan sangat menentukan keberhasilan
budidaya ikan tersebut.
Lokasi dipilih pada daerah-daerah yang mempermudah dalam pembuatan dan
pengoperasiannya. Pada perairan umum seperti waduk, sebaiknya dipilih
tempat yang landai dan dekat dengan jalan, sehingga akan mudah dalam
pengoperasiannya. Penempatan KJA juga harus memperhatikan keadaan
sekitarnya, antara lain: a) lokasi merupakan daerah yang terlindungi sehingga
konstruksi KJA dapat bertahan lama, b) lokasi memiliki kedalaman air yang
cukup untuk menunjang kehidupan ikan budidaya, c) adanya suatu aliran
sungai yang mampu membawa sisa pakan dari kegiatan budidaya tersebut, d)
sebaiknya dipilih lokasi yang kualitas perairannya bagus, e) pemilihan lokasi
perlu memperhatikan tata ruang perairan.
2. Teknologi yang diterapkan merupakan teknologi yang efisien, produktif
danramah lingkungan
Teknologi budidaya ikan yang dimaksud adalah suatu teknologi yang efisien
dan produktifitasnya tinggi serta dampak negatifnya dapat ditekan seminimal
mungkin terhadap lingkungan perairan.Teknologi tersebut dikenal dengan
24
teknologi budidaya ikan dalam KJA ganda dengan sistem pemeliharaan
polikultur. Teknologi budidaya ikan dalam KJA ganda dengan system
polikultur adalah suatu teknologi pemeliharaan ikan yang terdiri atas dua
lapisan jaring, yaitu jaring pertama sebagai jaring inti dan jaring kedua
sebagai jaring filter, dengan sistem pemeliharaan lebih dari satu jenis ikan
dalam satu unit keramba. Alternatif teknologi budidaya ikan dalam KJA
lainnya adalah dengan menerapkan penanaman jenis ikan yang berbeda
secara berselang-seling.
3. Pengembangan KJA harus disesuaikan dengan potensi lahan yang
tersediapotensi lahan yang tersedia merupakan hal yang juga perlu
mendapatperhatian dalam pengembangan KJA yang berwawasan lingkungan,
karenaakan sangat menentukan keberhasilan usaha budidaya ikan yang
dilakukan.
4. Masalah kualitas air dan daya dukung perairan
Masalah kualitas air memegang peranan penting, karena kualitas air akan
menentukan layak tidaknya air tersebut untuk suatu peruntukan, sesuai
dengan baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Informasi
mengenai kualitas air ini sangat penting untuk mengetahui kondisi suatu
perairan, untuk menentukan apakah air tersebut mengalami pencemaran atau
belum serta kelayakan peruntukannya.
Daya dukung perairan merupakan batasan minimal yang dapat ditolerir oleh
perairan terhadap suatu beban pencemaran.Jika batasan maksimal tersebut
terlampaui maka pencemaran tersebut dapat dikatakan sudah berada pada
tingkat yang parah.Indikator telah terlampaui daya dukung suatu perairan
25
adalah ketidakmampuan perairan tersebut untuk melakukan pemurnian
terhadap suatu pencemaran.
Manajemen pemberian pakan dalam budidaya ikan intensif sangat perlu
diperhatikan. Tata cara atau strategi pemanfaatan pakan ikan yang tidak tepat
dapat ikut memberikan kontribusi dalam mempercepat memburuknya mutu
lingkungan. Dari aspek manajemen pakan perlu diperhatikan beberapa hal yaitu :
kualitas pakan, tipe pakan dan frekuensi pemberian pakan (Azwar dkk., 2004).
Menurut Sudjana (2004), kebijakan dalam mengelola budidaya ikan di
dengan KJA waduk mencakup beberapa aspek, yaitu aspek legal/dasar hukum
yang digunakan, aspek kelembagaan, aspek lingkungan, aspek teknis (perijinan
penetapan lokasi budidaya, pembatasan jumlah dan spesifikasi teknis KJA yang
digunakan), aspek sosial ekonomi dan budaya, serta aspek sumber daya manusia.
Agar pengelolaan budidaya di waduk dapat terpadu dan berkelanjutan,
Abduh (2004) mensyaratkan komponen utama pengelolaan budidaya ikan secara
umum meliputi: pemberdayaan masyarakat lokal, penebaran (restocking) ikan
yang sesuai untuk kondisi setempat, pembenihan ikan yang sesuai untuk ditebar,
pengelolaan lingkungan, regulasi perikanan, identifikasi dan penghitungan daya
dukung lingkungan sumber daya perairan, monitoring dan evaluasi, serta
kelembagaan kelompok untuk meningkatkan partisipasi masyarakat.
Berdasarkan beberapa teori dari Prihadi (2004), Kartamiharja (1995;1998),
Krismono (1995), Koeshendrajana, dkk., (2009). Nastiti dkk., (1998), Nurhakim,
(2004), Sudjana (2004), dan Abduh (2004) maka pemanfaatan waduk sebagai
tempat budidaya ikan berbasis masyarakat dapat dirumuskan merujuk beberapa
aspek, yaitu aspek teknologi budidaya, aspek lingkungan, aspek sosial ekonomi
26
dan aspek kelembagaan, agar pemanfaatan waduk dapat terpadu, harmonis dan
lestari sehingga berkelanjutan.
c. Collaborative Management (co-management)
Menurut Kusumastanto, dkk. (1998) konsep pengelolaan berbasismasyarakat
pada kenyataannya tidak dapat sepenuhnya berhasil. Jika dilihat darisegi
kepentingan, maka pengelolaan yang berbasis mayarakat ini diperuntukanbagi
masyarakat saja, sementara dalam beberapa hal masyarakat masih
memilikiketerbatasan antara lain dalam tingkat pendidikan dan kesadaran akan
pentingnyalingkungan.
Dapat dikatakan disini bahwa tanpa keterlibatan pemerintah
dalampengelolaan sumberdaya alam di suatu kawasan, maka akan terjadi
ketimpangandalam implementasinya. Dalam pelaksanaan pengelolaan
sumberdaya perairanberbasis masyarakat, diperlukan masukan unsur iptek dan
adanya aspekpenggunaan bersama sumberdaya perairan, maka pengelolaan
sebaiknyadilaksanakan secara bersama atau co-management (Abduh, 2004).
Dengan demikian keterlibatan pemerintah dalam mengelola sumberdayaalam
masih sangat diperlukan.Peran pemerintah dalam hal ini adalah untukmemberikan
dukungan informasi dan bantuan teknis (konsultasi) baik berupapenyuluhan
(pelatihan), pembinaan, penyediaan modal dan teknologi yangdibutuhkan oleh
masyarakat untuk keberlanjutan program pengelolaan. Dariuraian tersebut, maka
bentuk pengelolaan yang ideal adalah bagaimanamasyarakat bersama dengan
pemerintah melaksanakan proses perencanaan,implementasi dan evaluasi
pemanfaatan sumberdaya alam secara bersama-sama,sehingga kepentingan semua
27
pihak dapat terpenuhi dan pembangunan secaraberkelanjutan dapat dicapai
(Mitchell, 2000).
Konsep pengelolaan yang mampu menampung banyak kepentingan,
baikkepentingan masyarakat maupun kepentingan pengguna lainnya adalah
konsepcollaborative management (co-management).Pomeroy and Williams
(1994)mendefinisikan collaborative management sebagai pembagian tanggung
jawabdan wewenang antara pemerintah dengan pengguna sumberdaya alam lokal
(masyarakat) dalam pengelolaan sumberdaya alam, termasuk pemanfaatan
wadukuntuk budidaya ikan keramba jaring apung.Secara sederhana konsep
tersebut digambarkan sebagai jembatan penghubung antara pemerintah dan
masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam.
Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam
dapat dilakukan dengan caraco-management, yaitu salah satu bentuk pengelolaan
yang terbukti efektif untuk sumber daya yang bersifat common proverty yang
pemanfaatannya open acces seperti sumber daya perairan waduk (Iskandar,
2004).Pengelolaan perairan umum dengan caraco-management adalah suatu
sistem pengelolaan yang dilakukan secara bersama-sama oleh segenap
stakeholder (pemerintah, swasta, dan masyarakat) terkait dalam pemanfaatan
sumberdaya perairan umum tersebut untuk bersama-sama mendapatkan manfaat
maksimal dengan tetap melestarikan keberadaan perairan umum (Abduh, 2004).
Dalam hal pengelolaan budidaya ikan di perairan waduk seharusnya
merupakan tanggung jawab bersama pemerintah sebagai pemegang kebijakan dan
masyarakat sebagai subyek pengelolaan sumberdaya alam dalam perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi pengelolaan sumberdaya tersebut. Dalam
28
co-management ini, pihak masyarakat dan pemerintah dihubungkan sehingga
memungkinkan terjadinya interaksi baik berupa konsultasi maupun penjajakan
awal apabila, misalnya pemerintah akan menetapkan peraturan pengelolaan
sumberdaya alam di suatu wilayah. Pemerintah diperankan sebagai pemegang
kebijakan dan masyarakat sebagai subjek pemanfaat sumberdaya alam, di antara
keduanya ada komunikasi dan kerjasama dalam proses perencanaan, pengelolaan
hingga evaluasi. Dalam pendekatan co-management dikenal adanya hirarki
pengelolaan sumberdaya alam,dimana untuk pengelolaan berbasis pemerintah,
maka hirarki tertinggi hanya memberikan informasi kepada masyarakat dan
selanjutnya dilaksanakan oleh pemerintah.Sedangkan pada tatanan pengelolaan
berbasis masyarakat, hirarki tertinggi adalah kontrol yang ketat dari masyarakat
dan koordinasi antar daerah yang dilakukan oleh mayarakat itu sendiri
(Kusumastanto, dkk., 1998).
Berdasarkan definisi di atas, terlihat bahwa konsep co-management dalam
pengelolaan budidaya ikan berbasis masyarakat adalah suatu bentuk kerjasama
yang dikembangkan oleh pemerintah dan masyarakat secara bersama-sama untuk
menjalankan suatu program pengelolaan, dimana masing-masing pihak memiliki
peran dan fungsi yang jelas. Dengan demikian co-management dalam pengelolaan
budidaya ikan berbasis masyarakat merupakan suatu bentuk pengelolaan
sumberdaya alam yang mendasarkan kegiatannya pada kerjasama antara
masyarakat dan pemerintah, yang berorientasi pada optimalisasi pencapaian
tujuan organisasi.
Co-management bukan hanya dilihat dari hubungan kerja antara pemerintah
dan masyarakat, namun lebih luas lagi pada lingkup stakeholder dalam
29
pengelolaan budidaya ikan. Istilah pengelolaan budidaya ikan berbasis masyarakat
dalam penelitian ini adalah pengelolaan bersama (co-management) antara
pemerintah, masyarakat dalam hal ini pembudidaya ikan dan stakeholder terkait,
yang bekerjasama dalam pengelolaan dan masing-masing memiliki peran dalam
proses pengelolaan tersebut. Dukungan informasi, bantuan teknis, pendanaan dan
pendampingan dapat dianggarkan melalui lembaga/instansi pemerintah, swasta,
swadaya masyarakat/desa. Sedangkan proses pembuatan dan penetapan visi,
misi,tujuan, strategi, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi
pengelolaan ditentukan oleh masyarakat dengan mengikuti
kebijakan/aturan/pedoman yang dibuat/disepakati oleh pemerintah setempat.
Pomeroy dan Williams (1994) menyatakan bahwa penerapan co-managemet
yang baik dan berhasil memerlukan waktu, biaya dan upah bertahun-tahun dan
secara khusus dijelaskan bahwa terdapat 10 (sepuluh) kunci kesuksesan konsep
co-management, yaitu:
a. Batas-batas wilayah yang jelas terdefinisi.
Batas-batas fisik dari suatu kawasan yang akan dikelola harus dapat
ditetapkan dan diketahui secara pasti oleh masyarakat. Batas-batas wilayah
tersebut harus didasarkan pada suatu ekosistem sehingga sumberdaya
tersebut dapat lebih mudah dipahami dan diamati.
b. Kejelasan status sosial masyarakat (keanggotaannya).
Kelompok masyarakat yang terlibat hendaknya tinggal secara menetap di
dekat wilayah pengelolaan. Dalam konteks ini kebersamaan masyarakat akan
terlihat, baik dalam hal etnik, agama, metode pemanfaatan, kebutuhan,
harapan dan sebagainya. Segenap pengguna yang berhak memanfaatkan
30
sumberdaya di suatu kawasan dan yang berpartisipasi dalam pengelolaan
daerah tersebut harus diketahui dan didefinisikan secara jelas. Jumlah
pengguna tersebut seoptimal mungkin tidak boleh terlalu banyak sehingga
proses komunikasi dan musyawarah yang dilakukan lebih efektif.
c. Ketergantungan terhadap sumberdaya alam.
Dalam pemanfaatan waduk untuk budidaya ikan berbasis masyarakat
yangharus diperhatikan adalah adanya kejelasan ketergantungan
masyarakatterhadap sumberdaya alam yang ada dan kunci kesuksesan
pelaksanaanpengelolaan terletak pada adanya rasa memiliki dari para
pengguna kawasan.
d. Memberikan manfaat.
Setiap komponen masyarakat di suatu kawasan pengelolaan mempunyai
harapan bahwa manfaat yang diperoleh dari partisipasi masyarakat dalam
konsep pengelolaan berbasis masyarakat akan lebih besar dibanding dengan
biaya yang dikeluarkan. Dalam hal ini, salah satu komponen indikatornya
dapat berupa rasio pendapatan relatif dari masyarakat lokal dan stakeholder
lainnya.
e. Pengelolaan yang sederhana dan mudah diimplementasikan.
Salah satu kunci kesuksesan adalah penerapan peraturan pengelolaan yang
sederhana namun terintegrasi serta mudah dilaksanakan.Proses monitoring
dan penegakan hukum dapat dilakukan secara terpadu dengan basis
masyarakat sebagai pemeran utama.
31
f. Legalisasi dari sistem pengelolaan.
Masyarakat lokal yang terlibat dalam pengelolaan membutuhkan pengakuan
legal dari pemerintah daerah dengan tujuan agar hak dan kewajibannya dapat
terdefinisi dengan jelas dan secara hukum terlindungi.Dalam hal ini, jika
hukum adat telah ada dalam suatu wilayah maka seharusnya pemerintah
memberikan legalitas sehingga keberadaannya memiliki kekuatan hukum
yang lebih kuat. Adanya legalitas semakin menumbuhkan kepercayaan dan
kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sumberdaya yang lebih
lestari.
g. Kerjasama pemimpin formal dan informal.
Didalamnya terkandung pengertian adanya individu ataupun kelompok inti
yang bersedia melakukan upaya semaksimal mungkin, termasuk adanya
pemimpin yang dapat diterima oleh semua pihak dalam masyarakat dan
adanya program kemitraaan antara segenap pengguna sumberdaya dalam
setiap aktifitas.
h. Desentralisasi dan pendelegasian wewenang.
Pemerintah daerah perlu memberikan desentralisasi proses administrasi dan
pendelegasian tanggungjawab pengelolaan kepada kelompok masyarakat
yang terlibat.
i. Koordinasi, sinkronisasi dan interaksi antar stakeholder.
Dalam hal ini, adanya koordinasi antara pemerintah, masyarakat dan
pengguna sumberdaya yang dikelola.
j. Keterpaduan pengelolaan sumberdaya oleh para stakeholder.
Adanya keterpaduan visi dan misi dari pengelolaan yang dilakukan.
32
Menurut Abduh (2004) terdapat beberapa persyaratan yang perlu dipenuhi
bagi suatu pelaksanaan pengelolaan perairan umum dengan co-management yaitu:
Pengakuan formal oleh pelaku kegiatan bahwa kegiatan pengelolaan
yangdilakukan sesuai dengan aturan formal dan kehendak para stakeholder.
Pengakuan adanya kelompok-kelompok pengguna stakeholder yang
ada,sehingga kegiatan pengelolaan perairan umum yang dilakukan
mendapatdukungan dari pemerintah.
Disepakati bersama-sama oleh masyarakat pengguna perairan umum
maupunkelompok kepentingan lainnya termasuk perencana (pemerintah).
Selanjutnya Pomeroy dan William (1994) mengemukakan bahwa
comanagement hendaknya tidak dipandang sebagai strategi tunggal dalam
menyelesaikan permasalahan pengelolaan sumberdaya, namun dianggap sebagai
alternatif pengelolaan yang sesuai untuk situasi dan lokasi tertentu.Dalam hal ini,
konsep co-management merupakan alternatif dalam pengembangan sistemn
pemanfaatan waduk untuk budidaya ikan berbasis masyarakat.
d. Kerangka Pemikiran
Waduk Geunang Geudong merupakan waduk yang memiliki fungsi utama
sebagai sumber keperluan hidup masyarakat sekitar waduk dan kegiatan budidaya
perikanan dengan sistem keramba jarring apung.Teknologi budidaya
menggunakan keramba jaring apung merupakan salah satu teknologi budidaya
yang cocok untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya waduk.
33
Pemanfaatan waduk untuk kegiatan budidaya ikan dengan sistem keramba
jaring apung akan menghasilkan dampak positif maupun negatif, baik terhadap
manusia yang memanfaatkannya maupun terhadap sumberdaya alam yang
terdapat didalamnya. Dampak yang positif bagi manusia antara lain adalah
meningkatkan taraf hidup, membantu mengurangi jumlah pengangguran bahkan
dapat meningkatkan pendapatan daerah. Adapun dampak negatif dari KJA ini
antara lain mengakibatkan terjadinya pencemaran air yang berakibat pada
menurunnya kualitas air waduk apabila terjadi over capacity dan tidak adanya
pengelolaan budidaya ikan yang baik, terjadinya pendangkalan waduk, kurangnya
oksigen terlarut sehingga proses dekomposisi bahan organik tidak dapat terjadi.
Dampak negatif dari KJA ini akan muncul apabila kegiatan budidaya ikan telah
melebihi daya dukung waduk.
Untuk menjaga kelestarian Waduk Geunang Geudong tersebut, maka
diperlukan pengelolaan budidaya ikan berbasis masyarakat. Pengelolaan berbasis
masyarakat diperlukan karena masyarakat adalah pihak yang terlibat langsung
dalam pemanfaatan waduk dan akan mendapat dampak buruk apabila terjadi
kerusakan waduk. Keterlibatan masyarakat secara langsung dalam mengelola
sumberdaya alam diartikan bahwa masyarakat ikut memikirkan,
memformulasikan, merencanakan, mengimplementasikan, mengevaluasi maupun
memonitornya, sesuatu yang menjadi kebutuhannya.
Posisi masyarakat disini menjadi kunci keberhasilan dari proses pengelolaan
sumberdaya karena mereka yang mendapat kewenangan untuk mengelola secara
langsung, termasuk dalam menentukan bagaimana pemanfaatan waduk untuk
budidaya ikan yang tepat dan benar untuk diterapkan di wilayah mereka agar
34
kegiatan budidaya ikan tetap berjalan dan memberikan keuntungan secara
ekonomis bagi mereka dan lingkungan terjaga kelestariannya dan berkelanjutan.
Prasyarat untuk pemanfaatan waduk untuk budidaya ikan berbasis
masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu teknologi, lingkungan, sosial
ekonomi dan kelembagaan.Sedangkan faktor pendukung pemanfaatan waduk
untuk budidaya ikan yaitu adanya keterlibatan pemerintah dan pengelola waduk.
Faktor teknologi merupakan pengetahuan pembudidaya terhadap tata cara
budidaya ikan yang ramah lingkungan. Teknologi budidaya yang meliputi
penentuan jenis ikan dan padat tebar benih ikan, tata cara pemberian pakan,
pengaturan tata ruang keramba jaring apung, jumlah keramba jaring apung yang
beroperasi di waduk dan spesifikasi dari keramba jaring apung yang digunakan
dalam budidaya ikan.
Faktor lingkungan berupa daya dukung waduk terhadap kegiatan budidaya
ikan di perairan tersebut dan kualitas perairan yang digunakan untuk budidaya
ikan KJA. Faktor sosial ekonomi pembudidaya ikan di waduk turut
mempengaruhi pengelolaan budidaya ikan, adanya konflik kepentingan antar
sesama pengguna waduk akan mengganggu keberlanjutan dari budidaya ikan KJA
ini. Pendapatan/penghasilan pembudidaya ikan yang berasal dari sekitar waduk
akan menunjukkan sikap mereka terhadap pengelolaan budidaya ikan.
Pembudidaya yang memiliki modal sedikit akan lebih berkenan turut serta
dalam pengelolaan budidaya ikan agar tidak terjadi kerugian akibat penurunan
kualitas perairan waduk. Kelembagaan dalam kegiatan budidaya ikan juga
mendukung pengelolaan bududaya ikan di waduk. Adanya kelompok
35
pembudidaya akan mengakibatkan terciptanya manajemen pengelolaan yang lebih
baik.
Dalam konteks pengelolaan budidaya ikan air tawar di perairan waduk yang
berbasis masyarakat, pada dasarnya peran pemerintah masih tetap
diperlukan.Peranan pemerintah sangat penting dalam menentukan kebijakan
program dan prioritas pengembangan pengelolaan.Peran pemerintah dalam hal ini
adalah untuk memberikan dukungan informasi dan bantuan teknis (konsultasi)
baik berupa penyuluhan, pembinaan, pendampingan, penyedian modal dalam
bentuk pinjaman, dan teknologi yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk
keberlanjutan program pengelolaan.
Pemerintah juga berperan dalam mendorong dan memfasilitasi proses
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan dalam proses pemanfaatan
sumberdaya serta membina dan mendorong masyarakat untuk ikut berpartisipasi
dalam penangangan pengelolaan budidaya ikan di Waduk Riam Kanan, termasuk
proses penegakan hukum bagi masyarakat yang melakukan aktifitas budidaya
yang tidak sesuai dengan asas keberlanjutan.
Pengelola waduk dalam hal ini PT.PLN turut serta bersama-sama pemerintah
dalam memberi dukungan kepada masyarakat sekitar waduk untuk menjaga
keberlanjutan waduk. Selain itu pengelola waduk juga dapat memberikan
informasi kepada pembudidaya mengenai kualitas perairan waduk, daya dukung
waduk untuk budidaya, pelatihan dan pendampingan bagi masyarakat untuk
menambah wawasan dan kesadaran masyarakat akan perlunya pengelolaan
budidaya ikan secara berkelanjutan sehingga kelestarian dan fungsi waduk dapat
terus berjalan.
36
Kerangka Pemikiran
Pemerintah Daerah
Kabupaten Aceh
Barat
Pengelolaan Waduk Geunang Geudong
Sebagai Kawasan Budidaya Ikan Air Tawar
Dinas Perikanan
dan Kelautan
Sekunder Primer
Kondisi Waduk Geunang Geudong
Analisis SWOT
Strategi Pengelolaan Waduk Geunang Geudong
Di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat
Sebagai Kawasan Budidaya Ikan Air Tawar
Potensi Waduk Peran Pemerintah
Masyarakat BPS Pengelola
37
e. Analisis SWOT
Menurut Rangkuti (1997), Analisis SWOT adalah indentifikasi berbagai
faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini
didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan
peluang (Oppertunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats).Proses pengambilan keputusan
strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan
kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis harus menganalisis
faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman)
dalam kondisi yang ada pada saat ini.Hal ini disebut dengan Analisis Situasi.
38
III. METODE PENELITIAN
3.1. WaktudanTempat
PenelitianinidilaksanakanpadabulanSeptember 2012, bertempat di
kawasanWadukGeunangGeudongKecamatanKaway XVIKabupaten Aceh Barat.
3.2.MetodePenelitian
Metodepenelitianinimenggunakanmetodesurvei.Penelitianinisecara detail
akanmemaparkanmengenaikeadaandankondisipengembanganbudidayaikan di
kawasanWadukGeunangGeudong, disertaidengan data-data danfakta-fakta yang
berhubungandenganpolapemanfaatanlahan di kawasanWadukGeunangGeudong,
potensikawasan, kebijakan,
danperaninstitusidalampengembangankawasanWadukGeunangGeudongdanbebera
pafaktor lain yang mempengaruhi, antara lain sikapdanperilakumasyarakat,
wisatawan, peranlembagadanpartisipasimasyarakat.
3.3.TeknikPengambilanData
Tekniksampeldalampenelitianinidengancarapurposive
samplingyaitudenganmenentukan orang-orang yang
dianggaptahudandapatdipercayauntukmenjadiinforman/responden yang
tahutentangWadukGeunangGeudong.Dalampurposive sampling
atausampelbertujuaninijumlahsampelditentukanolehpertimbanganinformasi,
jikatidakadalagiinformasi yang
dapatdijaringmakapenarikansampeldapatdiakhiri(Moleong, 1998).
39
Berdasarkansumber data, maka data yang
digunakandalampenelitianinidapatdikelompokkanmenjadi:
3.3.1. Data Primer
Data primer adalahsumber data yang di
perolehsecaralangsungdarilapanganataulokasipenelitianberupaketerangan-
keterangandanfakta-faktasertapendapat-pendapatdaninformasi yang
relevanmengenaihal-hal yang terkaitmasalah yang diteliti.Sumber data primer
diperolehdaripenduduksekitarWadukGeunangGeudong,
pengelolaWadukGeunangGeudong,
PegawaiDinasPerikanandanKelautandanPegawaiBappedaKabupaten Aceh Barat.
Sumber data primer yang akandiperolehdaripenelitianinidapatdilihatpadaTabel.
1dibawahini :
Data Primer
No Sumber JumlahResponden Informasi
1 Masyarakat 10
2 Pengelola 2
3 DinasPerikanandanKelautan 2
a. Observasi
MenurutBurhanBungin (2008),observasiadalahteknikpengumpulan data
denganmelakukanpengamatanpadamasyarakat yang menjadiobyeknya.
Pengamatandilakukanhanyamelihatdengansepasangmatanyakegiatandanbenda-
bendaataudibantudenganalat-alat lain
40
sepertikamera.Dalampenelitianiniobservasidilakukanterhadapberbagaikegiatan
yang adadisekitarWadukGeunangGeudong.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk
memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara ini digunakan bila
ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah
responden sedikit (BurhanBungin, 2008).
Wawancara pada penelitianini meliputi sejarah
berdirinyaWadukGeunangGeudong, keadaan umum, permasalahan yang dihadapi,
hasil yang dicapai dan lain sebagainya.
3.3.2. Data Sekunder
Data sekunderadalahsejumlahketeranganataufakta-
faktasecaratidaklangsungdiperolehdaribahantertulis yang
digunakansebagaipenunjang data primer. Data
sekunderdalampenelitianinidiperolehdaridokumendanarsipberupacatatanstatistikp
engunjungatauwisatawan, pendapatandaerahdarisektorpariwisata,
jumlahsaranapariwisata, laporancurahhujandalamsepuluhtahunterakhir,
arsipdandokumententangkelayakanpengembangankelayakanpengembanganWadu
kGeunangGeudong, PetaAdministrasiKabupaten Aceh Barat, pamphlet
pesonawisataKabupaten Aceh Barat,
dokumendanarsipproyekpembangunanWadukGeunangGeudong,
monografiKecamatanKaway XVI tahun 2011, jumlahsaranapariwisata,
danakomodasiKabupaten Aceh Barat.
41
Sumber data sekunder yang
akandiperolehdaripenelitianinidapatdilihatpadaTabel2. dibawahini :
Data Sekunder
No Sumber Informasi
1 Kantor BadanPusatStatistik (BPS)
2 Kantor CamatKaway XVI
3.4. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif. Metode deskriptif ini digunakan
untuk gambaran secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau
bidang tertentu, dalam hal ini bidang secara aktual dan cermat. Penelitian
menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor
internal daneksternal. Keduafaktortersebutharusdipertimbangkandalamanalisis
SWOT. SWOT adalahsingkatandarilingkunganInternal StrenghtsdanWeaknesses
sertalingkunganeksternalOppornutiesdanThreats yang dihadapiduniabisnis.
Analisis SWOT membandingkanantarafaktoreksternalPeluang
(oppornuties) danAncaman (threats) denganfaktor internal Kekuatan (strenghts)
danKelemahan (weaknesses).
42
Analisis SWOT
3. Mendukungstrategi1. Mendukungstrategi
turn-aroundagresif
4. Mendukungstrategi 2. Mendukungstrategi
defensif diversifikasi
Kuadran1 :Inimerupakansituasi yang sangatmenguntungkan. Perusahaan
tersebutmemilikipeluangdankekuatansehinggadapatmemanfaatkanp
eluang yang ada.Strategi yang
harusditerapkandalamkondisiiniadalahmendukungkebijakanpertum
buhan yang agresif (Growth oriented strategy).
Kuadran2:Meskipunmenghadapiberbagaiancaman,
perusahaaninimasihmemilikikekuatandarisegi internal. Strategi
yang
harusditerapkanadalahmenggunakankekuatanuntukmemanfaatkanp
eluangjangkapanjangdengancarastrategidiversifikasi
(produk/pasar).
BERBAGAI PELUANG
BERBAGAI ANCAMAN
KEKUATAN
INTERNAL
KELEMAHAN
INTERNAL
43
Kuadran3 : Perusahaan menghadapipeluangpasar yang sangatbesar, tetapi di lain
pihak, iamenghadapibeberapakendala/kelemahan internal.
Kondisibisnispadakuadran 3 inimiripdenganQuestion Mark pada
BCG matrik. Focus
strategiperusahaaniniadalahmeminimalkanmasalah-masalah
internal perusahaansehinggadapatmerebutpasar yang lebihbaik.
Misalnya, Apple menggunakanstrategipeninjauankembaliteknologi
yang dipergunakandengancaramenawarkanproduk-
produkbarudalamindustri microcomputer.
Kuadran 4 : Inimerupakansituasi yang sangattidakmenguntungkan,
perusahaantersebutmenghadapiberbagaiancamandankelemahan
internal.
3.4.1. Matrik EFAS dan IFAS
Matrik EFAS dapatdilihatpadaTabel 3. dibawahini:
FAKTOR-FAKTOR
STRATEGI EKSTERNAL
BOBOT
RATING
BOBOT X
RATING
KOMENTAR
PELUANG :
ANCAMAN :
TOTAL
44
Matrik IFAS dapatdilihatpadaTabel 4.Dibawahini:
FAKTOR-FAKTOR STARTEGI EKSTERNAL
BOBOT RATING BOBOT X RATING
KOMENTAR
KEKUATAN :
KELEMAHAN :
TOTAL
3.4.2. Matrik SWOT
Matrik SWOT dapatdilihatpadaTabel 5.dibawahini:
IFAS
EFAS
STRENGTHS (S)
Tentukan 5-10 faktor-
faktorkekuatan
internal
WEAKNESSES (W)
Tentukan 5-10 faktor-
faktorkelemahan
internal
OPPORTUNIES (O)
Tentukan 5-10
faktorpeluangeksterna
l
STRATEGI SO
Ciptakanstrategi yang
menggunakankekuatanun
tukmemanfaatkanpeluan
g
STRATEGI WO
Ciptakanstrategi yang
meminimalkankelemahan
untukmemanfaatkanpelua
ng
TREATHS (T)
STRATEGI ST
STRATEGI WT
45
Tentukan 5-10
faktorancamaneksternal
Ciptakanstrategi yang
menggunakankekuatanun
tukmengatasiancaman
Ciptakanstrategi yang
meminimalkankelemahan
danmenghindariancaman
a. Strategi SO
Strategiinidibuatberdasarkanjalanpikiranperusahaan,
yaitudenganmemanfaatkanseluruhkekuatanuntukmerebutdanmemanfaatka
npeluangsebesar-besarnya.
b. Strategi ST
Iniadalahstrategidalammenggunakankekuatan yang
dimilikiperusahaanuntukmengatasiancaman.
c. Strategi WO
Strategiiniditerapkanberdasarkanpemanfaatanpeluang yang
adadengancarameminimalkankelemahan yang ada.
d. Strategi WT
Strategiinididasarkanpadakegiatan yang
bersifatdefensefdanberusahameminimalkankelemahan yang
adasertamenghindariancaman.
46
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1.Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Waduk Geunang Geudong yang berlokasi di Gampong Putim Kecamatan
Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat mulai dibangun pada tahun 1970.Mulai
dibuka untuk masyarakat yaitu pada tahun 2007.Waduk Geunang Geudong
mempunyai fungsi serba gunaatau digunakan untuk berbagai keperluan,
diantaranya untuk rekreasi, perikanan tangkap, budidaya ikan sistem KJA dan
pengendali banjir.Dari semua kegiatan tersebut yang utama adalah untuk rekreasi
dan pemanfaatan waduk tersebut untuk budidaya ikan sistem KJA.Keadaan umum
lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar. 1 dibawah ini:
Gambar 1. Keadaan Waduk Geunang Geudong Kec. Kaway XVI
47
4.1.2.Fasilitas Waduk Geunang Geudong
Fasilitas yang secara umum terdapat di Waduk Geunang Geudong yang
dapat dikembangkan adalah gerbang pintu masuk, parkir, warung makan/minum,
kamar mandi/wc umum, mushalla, tempat sampah, tempat berteduh, rambu
penunjuk, penyewaan perahu/bebek, dan area bermain anak-anak. Fasilitas yang
ada cukup mendukung untuk pengembangan kawasan Waduk Geunang Geudong.
4.1.3. Potensi Pemanfaatan Waduk
Waduk Geunang Geudong memiliki potensi yang cukup besar untuk
pengembangan budidaya ikan sistem KJA.Potensi yang cukup besar ini belum
semuanya dimanfaatkan.Dengan memberi gambaran bahwa, budidaya ikan sistem
KJA di waduk tersebut masih dapat dikembangkan sesuai dengan daya dukung
dengan harapan kegiatan tersebut berkelanjutan untuk itu diperlukan strategi
pengembangan KJA tersebut.
Berdasarkan data yang diperoleh jumlah KJA yang ada di kawasan Waduk
Geunang Geudong dari tahun 2007 sampai tahun 2009 terlihat adanya
peningkatan, tapi memasuki tahun 2010 budidaya ikan sistem KJA mulai
berkurang jumlahnya. Hasil wawancara dengan penduduk setempat yang bekerja
sebagai petani mempunyai keinginan untuk memiliki KJA.Hal yang sama
dikemukakan oleh beberapa pemilik KJA menginginkan pengembangan
usahanya. Hal ini diduga karena keuntungan dari usaha ini cukup
menjanjikan.Jumlah Keramba Jaring Apung dan produksi ikan di lokasi penelitian
dapat dilihat pada tabel. 6 dibawah ini:
48
Tabel 6. Perkembangan Jumlah KJA dan produksi ikan di Waduk Geunang
Geudong Kecamatan Kaway XVI Tahun 2007 – 2012
NO TAHUN JUMLAH (UNIT) PRODUKSI (KG)
1 2007 10 450
2 2008 10 450
3 2009 13 450
4 2010 6 100
5 2011 6 30
6 2012 2 10
Sumber :Data Primer (2012)
Berdasarkan tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa perkembangan jumlah
Keramba Jaring Apung dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 secara umum
menunjukkan pertambahan jumlah Keramba Jaring Apung. Pertambahan ini
sangat jelas terjadi pada sektor budidaya ikan sistem Keramba Jaring Apung yang
pada tahun 2009 mencapai 13 unit dengan produksi 450 kg. Sebaliknya terjadi
penurunan perkembangan Keramba Jaring Apung dimana pada tahun 2009
sebanyak 13 unit menurun menjadi 6 unit pada tahun 2010. Pada tahun 2012
perkembangan jumlah Keramba Jaring Apung semakin menurun
perkembangannya, ini disebabkan karena pembudidaya ikan tidak mau
mengeluarkan modal sendiri untuk pembuatan Keramba Jaring Apung. Faktor lain
yang menyebabkan penurunan perkembangan Keramba Jaring Apung pengadaan
benih yang tidak unggul dan pakan ikan yang tidak bermutu karena kedua faktor
ini merupakan faktor yang sangat menentukan dalam meningkatkan hasil produksi
budidaya Keramba Jaring Apung.
49
Keramba jaring apung yang ada dilokasi penelitian dapat dilihat pada
gambar 2.dibawah ini:
Gambar 2. Keramba Jaring Apung di Waduk Geunang Geudong
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa zona budidaya yang
ada di waduk tersebut belum dimanfaatkan sesuai dengan zona pemanfaatan yang
dikemukakan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan.Berdasarkan informasi dari
pemilik KJA pemasaran ikan budidaya belum mampu memenuhi permintaan
pedagang karena produksi belum mencukupi.Tingginya permintaan ikan budidaya
ini diduga karena peningkatan jumlah penduduk dan semakin menurunnya
produksi ikan hasil tangkapan sehingga permintaan terhadap ikan budidaya
semakin meningkat.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa untuk menentukan strategi
pengeloaan Waduk Geunang Geudong sebagai kawasan budidaya ikan sistem
KJA yang berkelanjutan faktor yang bertindak sebagai kekuatan adalah kualitas
air masih mendukung, daya dukung tinggi, pemanfaatan waduk pada saat
penelitian masih rendah, berkembangnya budidaya, masyarakat mempunyai
keinginan berusaha dan faktor yang bertindak sebagai peluang adalah zona
50
budidaya belum dimanfaatkan, tingginya permintaan pasar, dan keuntungan usaha
menjanjikan. Kekuatan dan peluang ini untuk menjamin peningkatan produksi
ikan budidaya dari perairan umum dalam memenuhi permintaan pasar, jumlah
penduduk yang semakin meningkat dan meningkatkan pendapatan masyarakat
setempat, terutama penduduk yang terkena dampak penggenangan waduk
tersebut.
Pemilik KJA mengemukakan harga pakan semakin mahal, jumlah pakan
yang diberikan cukup tinggi dari berat tubuh dan frekuensi pemberian pakan
kurang diperhatikan sehingga ada dugaan jumlah limbah dari KJA ke lingkungan
semakin tinggi yang akan memberikan dampak terhadap ikan budidaya dan
lingkungan. Kualitas lingkungan yang sedikit tercemar hingga tercemar ringan
dapat terjadi karena adanya perubahan fungsi hutan sekitar DAS sehingga
sedimentasi tinggi (Nur, 2006).
Kegiatan usaha budidaya KJA di waduk saat ini yang terkonsentrasi di
zona pengamanan waduk karena tersedianya sarana transportasi darat dan mudah
dijangkau oleh petani.Sementara untuk zona pemanfaatan budidaya sarana
transportasi belum ada sehingga mengalami kesulitan untuk mencapai lokasi
tersebut.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa untuk menentukan strategi
pengelolaan Waduk Geunang Geudong sebagai kawasan budidaya air tawar faktor
yang bertindak sebagai kelemahan adalah kuantitas dan kualitas benih, kontiniutas
produksi kurang, modal usaha kurang, dan jenis ikan yang dipelihara belum
beragam dan yang bertindak sebagai faktor ancaman adalah harga pakan mahal,
51
konflik pemanfaatan, kualitas air menurun, limbah KJA, lemahnya permodalan,
dan aktifitas DAS dan waduk.
4.1.4. Kondisi Fisik dan Perairan Waduk Geunang Geudong
Sebagai sebuah waduk yang sudah lama dibangun sejak tahun 1970 dan
diresmikan tahun 2007 maka secara fisik Waduk Geunang Geudong perlu dan
sudah mengalami beberapakali renovasi.Kondisi kualitas perairan berada pada
kisaran layak untuk kegiatan perikanan tangkap maupun budidaya.Penting nya
usaha KJA bagi peningkatan ekonomi masyarakat dan pemenuhan kebutuhan
protein hewani yang murah dan mudah maka perlu dilakukan optimalisasi fungsi
waduk secara berkelanjutan.
4.1.5. Pengelolaan Usaha Budidaya Keramba Jaring Apung
Kegiatan perikanan di Waduk Geunang Geudong terdiri dari kegiatan
budidaya ikan yang berasal dari keramba jaring apung.Produksi perikanan untuk
kegiatan budidaya ikan keramba jaring apung berasal dari perairan waduk.Jenis
ikan terbanyak yang dibudidayakan pembudidaya ikan di Waduk Geunang
Geudong adalah ikan nila dan ikan mas.
Pembudidaya ikan keramba jaring apung lebih banyak membudidayakan
ikan nila karena relatif mudah dalam mendapatkan benih, lebih tahan terhadap
penyakit, pemanenan hasil yang lebih cepat dan penjualan hasil panen dapat
dilakukan hampir setiap hari melalui pengumpul. Sedangkan alasan pembudidaya
ikan memilih membudidayakan ikan nila karena kemudahan dalam mendapatkan
benih dan relatif lebih tahan terhadap kondisi perairan yang kurang
52
menguntungkan serta dalam pemasarannya ikan nila memiliki harga yang relatif
lebih stabil, cara pembayaran lebih cepat dan ikan dapat dipasarkan dalam
keadaan mati.
4.1.6. Pariwisata di Waduk Geunang Geudong
Waduk Geunang Geudong merupakan primadona obyek wisata di
Kabupaten Aceh Barat, terletak di Kecamatan Kaway XVI.Pada umumnya
wisatawan yang mengunjungi Waduk Geunang Geudong adalah masyarakat
dalam Kabupaten Aceh Barat.Namun tersedianya berbagai sarana dan prasarana
yang nyaman dan memadai serta ditambah kelengkapan rekreasi, menjadikan
tempat ini tidak hanya dikunjungi oleh kalangandalam saja, terkadang banyak
juga masyarakat dari luar daerah yang mengunjungi Waduk Geunang Geudong.
4.2. Pembahasan
Pengelolaan Waduk Geunang Geudong Kecamatan Kaway XVI
Kabupaten Aceh Barat memiliki peluang yang sangat besar, tetapi dilain pihak,
waduk Geunang Geudong menghadapi beberapa kendala/kelemahan
internal.Fokus strategi pengelolaan Waduk Geunang Geudong Kecamatan Kaway
XVI Kabupaten Aceh Barat ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal
sehingga dapat merebut peluang yang lebih baik.
53
4.2.1. Aktivitas Masyarakat dan Pemanfaatan Waduk
4.2.1.1. Aktivitas Masyarakat
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan diketahui bahwa masyarakat
disekitar waduk, banyak memanfaatkan perairan waduk sebagai media budidaya
perikanan air tawar.Kegiatan budidaya yang ada disini merupakan kegiatan
pembesaran ikan dengan menggunakan keramba jaring apung.Ikan yang
dibudidayakan adalah ikan nila, lele, dan ikan mas. Selain itu, kegiatan lain yang
ada disekitar waduk adalah kegiatan pariwisata, dimana untuk menunjang
kelancaran kegiatan ini pihak pengelola menyediakan beberapa sarana dan
prasarana seperti perahu, arena bermain, warung, dan halaman parkir.
4.2.1.2. Pemanfaatan Waduk Oleh Masyarakat
Keberadaan waduk tentu memberi manfaat tersendiri bagi masyarakat
terutama masyarakat yang daerahnya terendam karena pembangunan waduk.
Berbagai aktivitas yang dilakukan masyarakat disekitar waduk dalam
pemanfaatan waduk antara lain kegiatan pariwisata dan budidaya. Waduk
Geunang Geudong didirikan dengan berbagai tujuan diantaranya untuk pariwisata
dan kegiatan budidaya.Selain untuk kegiatan wisata, waduk ini juga dimanfaatkan
untuk kegiatan budidaya keramba jaring apung.Kegiatan keramba jaring apung
menjadi matapencaharian penduduk disekitar waduk.Kegiatan keramba jaring
apung ini merupakan kegiatan pembesaran ikan.Jenis ikan yang dibudidayakan
adalah ikan nila, lele, dan ikan mas.Kegiatan budidaya perikanan di Waduk
Geunang Geudong bukan merupakan tujuan utama dari pembangunan sebuah
waduk, melainkan hanya kegiatan sampingan.
54
4.2.2. Matrik SWOT
Matrik hubungan faktor internal dan eksternal yang merupakan kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman dalam menyusun Strategi Pengelolaan Waduk
Geunang Geudong Di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Sebagai
Kawasan Budidaya Ikan Air Tawar Matrik analisis SWOT dapat dilihat pada
tabel. 7 dibawah ini:
Tabel 7. Matrik SWOT
IFAS
EFAS
STRENGTHS (S)
Ketersediaan sumberdaya
lahan
Sumberdaya manusia
Sarana dan prasarana
Kemudahan aksebilitas
Letaknya strategis
WEAKNESSES (W)
Zonasi keramba jaring apung
Bimbingan dan pengawasan
pemda
Menurunnya hasil
sumberdaya ikan
Kurangnya pengelolaan
pengendalian eceng gondok
Fasilitas kurang memadai
OPPORTUNIES (O)
Zona budidaya belum
dimanfaatkan
Potensi budidaya
Dukungan pemerintah
Dukungan masyarakat
sekitar
Perkembangan teknologi
dan informasi
STRATEGI SO
Optimalisasi sumberdaya
lahan dan sumber daya
manusia
Mengadakan kerjasama
Memberikan kepastian
usaha
Memperbanyak promosi
waduk di berbagai media
STRATEGI WO
Membuat pengaturan ulang
zonasi keramba jaring apung
Mengadakan penyuluhan
Memberikan pelatihan
kepada masyarakat sekitar
untuk dapat memanfaatkan
eceng gondok
Koordinasi dengan pemerintah untuk
mengembangkan teknologi
dan informasi
TREATHS (T)
Potensi bencana alam
Penurunan kualitas
lingkungan
Potensi buangan limbah
Eksploitasi sumberdaya lahan
Lemahnya koordinasi
STRATEGI ST
Mengingat keterlibatan
pemerintah daerah maka
kebijakan-kebijakan
pengelola KJAharus saling
koordinasi Bekerjasama dengan
instansi terkait
STRATEGI WT
Mengajak masyarakat sekitar
berperan serta menjaga
kelestarian sumberdaya alam
waduk
Pengendalian dampak lingkungan secara
partisipatif
55
4.2.3. Alternatif Strategi Pengelolaan Waduk Geunang Geudong
Berdasarkan Hasil Analisis Faktor Internal dan Eksternal maka posisi
Waduk Geunang Geudong berada pada kuadran III sehingga alternatif strategi
yang tepat untuk pengembangan Waduk Geunang Geudong adalah strategi WO
yaitu strategi meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang.
Dalam memanfaatkan peluang yang ada yaitu meminimalkan kelemahan
yang dimiliki yaitu merancang pengaturan ulang zonasi keramba jaring apung,
pengenalan teknik budidaya ikan, introduksi jenis-jenis ikan yang mampu
berproduksi tinggi dan tidak tergantung pada pakan buatan, dan pelarangan buang
sampah di lingkungan waduk.
Alternatif strategi lainnya adalah mengadakan kerjasama antara pengelola
dengan masyarakat untuk mengoptimalkan potensi alam dan masyarakat sekitar
waduk.Keberhasilan strategi pengelolaan waduk tidak lepas dari kerjasama antara
pengelola dan Stakeholders (sektor swasta dan masyarakat).Pengelolaan kawasan
Waduk Geunang Geudong tidak lepas dari peran pengelola yakni masyarakat
sekitar waduk.Dengan adanya kerjasama yang baik maka potensi alam Waduk
Geunang Geudong dapat dioptimalkan.
Untuk mengatasi masalah eceng gondok, pihak pengelola dapat
bekerjasama dengan masyarakat sekitar dengan memberikan pelatihan
memanfaatkan eceng gondok untuk kerajinan tangan.Masyarakat diberi pelatihan
sebagai pengrajin eceng gondok sehingga dapat membantu mengurangi masalah
tumbuhan air.Adanya alternatif dalam pengelolaan waduk diharapkan agar
masyarakat tidak semata-mata bekerja sebagai petani, tetapi bisa sebagai
pembudidaya ikan, dengan demikian diharapkan ada peningkatan pendapatan
56
masyarakat.Untuk mendapatkan pengelolaan waduk secara optimal, perlu
dilakukan koordinasi yang baik, misalnya dalam hal menangani masalah
pengendalian eceng gondok, pengelolaan kebersihan kawasan waduk, serta
pemanfaatan lahan.
Strategi lainnya yang dapat dioptimalkan adalah meningkatkan koordinasi
dengan pemerintah daerah untuk mengembangkan teknologi informasi, seperti
mempromosikan Waduk Geunang Geudong keluar daerah agar keberadaan waduk
Geunang Geudong dapat diketahui oleh masyarakat luar daerah.
57
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Aktivitas masyarakat yang berhubungan langsung dengan pemanfaatan
Waduk Geunang Geudong antara lain kegiatan pariwisata dan budidaya
ikan keramba jaring apung.
Analisis strategi yang digunakan antara lain analisis faktor eksternal
(EFAS) dan analisis faktor internal (IFAS) serta untuk menformulasikan
strategi pengelolaan waduk digunakan analisis SWOT.
Alternatif strategi yang tepat untuk pengembangan Waduk Geunang
Geudong adalah strategi W-O (meminimalkan kelemahan untuk
meningkatkan peluang) yaitu membuat pengaturan ulang zonasi keramba
jaring apung, mengadakan penyuluhan, memberikan pelatihan kepada
masyarakat sekitar untuk dapat memanfaatkan eceng gondok, dan
berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah untuk mengembangkan
teknologi dan informasi.
5.2. Saran
Melihat permasalahan perikanan yang dihadapi oleh masyarakat disekitar
Waduk Geunang Geudong, maka perlu adanya arahan atau bimbingan dan
penyuluhan serta pengawasan oleh pemerintah untuk masyarakat-masyarakat,
sehingga mereka dapat mengetahui cara melakukan budidaya ikan dengan
58
Keramba Jaring Apung yang baik dengan tetap memperhatikan kelestarian
sumberdaya ikan serta perhatian yang serius dari pemerintah untuk memberikan
arahan kepada masyarakat terutama pada maasyarakat yang melakukan budidaya
ikan dengan Keramba Jaring Apung.
Selain itu dengan adanya kebijakan pemerintah untuk memberikan
bantuan modal kepada masyarakat budidaya ikan dengan Keramba Jaring Apung
akan mempermudah masyarakat budidaya ikan untuk mengembangkan usaha
budidaya ikan dengan Keramba Jaring Apung dalam skala yang besar dan mampu
dipasarkan keluar daerah Propinsi Aceh.
59
DAFTAR PUSTAKA
Abduh, M. 2004. Program PerikananBerbasisBudidaya (Culture Based Fisheries).
PusatRisetPerikananBudidaya.
BadanRisetKelautandanPerikanan.DepartemenKelautandanPerikanan RI,
Jakarta.
Adriani. S. 1999.
DayaDukungPerairanWadukJatiluhurUntukBudidayaIkanDalamKerambaJ
aringApung. JurnalPenelitianPerikanan Indonesia Vol. 7 no. 2 Tahun
2001.
Azwar, Z.I., Suhenda, N. &Praseno O. 2004.ManajemenPakanPada Usaha
BididayaIkan di KerambaJaringApung.BalaiRisetPerikananBudidaya Air
Tawar.DepartemenKelautandanPerikanan RI, Bogor.
Bakri, A.R. 1992.
PengelolaanSampahPemukimandanPartisipasiMasyarakatDalamPelaksana
annya di Kota AdministratifDepok.IPB. Bogor.
Bimo.1985. PenangananKesehatanMasyarakatContohdanAnalisis Data
BiofisikSumberdayaPesisir.Sinopsis.PusatKajianSumberdayaPesisirdanLa
utan.FakultasPerikanandanIlmuKelautan IPB. Bogor.
Brannen, J. 1997.
MemaduMetodePenelitianKualitatifdanKuantitatif.PustakaPelajarOffset.Y
ogyakarta.
Burhan. 1994. PerencanaanStrategik. PT. PustakaBinamanPressindo. Jakarta.
Cernea, M.M. 1991. Putting People Firt : Sociological Variable in Rural
Development, 2 nd Edition. Oxford University Press. London.
Cohen, J.M and N.T. Uphoff. 1997. Rural Development Participation Concepts
and Measures for Project Design, Implementation and Evaluation.
RuralDevelopment Monograph No. 2. Dipublikasikanoleh the Rural
Committee Center for Interpretation Studies, Cornell University.
Creswell, J.W. 2002.Research Design Qualitatif and Quantitative Approaches
(DesainPenelitianPendekatanKualitatifdanKuantitatif).KIK Press. Jakarta.
DinasPerikanandanKelautan.2008. BukuTahunan Data
StatistikPerikananBudidayaTahun 2008. .
DinasPerikanandanKelautanPropinsiJawa Barat. Bandung.
__________________________, 2009.Laporan Semester I Tahun 2009.
DinasPerikanandanKelautanPropinsi Kalimantan Selatan.Banjarbaru.
60
__________________________, 2009.Laporan Semester I Tahun 2009.
DinasPerikanandanKelautanKabupatenBanjar.Martapura.
_________________________,
2010.LaporanTahunanStatistikPerikananBudidaya Kalimantan Selatan
Tahun 2009.DinasPerikanandanKelautanPropinsiKalimantan
Selatan.Banjarbaru.
Gunawan, B., Takeuchi, K. &Abdoellah, O. S. 2004. Challenges to Community
Participation in Watershed Management : An Analysis of Fish Farming
Activities at Saguling Reservoir, West Java – Indonesia. Published.
Hadi, S.P. 1995. AspekSosial AMDAL Sejarah, TeoridanMetoda.GadjahMada
University Press.Yogyakarta.
Heru, B. 2008.ManajemenStrategik.Prisma Press. Bandung.
Ilyas, S. 1990.
PetunjukTeknisPengelolaanPerairanUmumBagiPengembanganPerikanan.
Seri PengembanganHasilPenelitianPerikanan.
BadanPenelitiandanPengembanganPertanian.
Iskandar, J. 2001. Manusia, BudayadanLingkungan :KajianEkologiManusia.
HumanioraUtama Press. Bandung.
_________, 2009.EkologiManusiadan Pembangunan Berkelanjutan.Program studi
Magister IlmuLingkungan, UniversitasPadjadjaran. Bandung.
Karyono, P. 2005. OptimalisasiPotensi Sungai RiamKananuntuk Daerah
IrigasiRiamKanan.PascasarjanaUniversitasLambungMangkurat.
Kalimantan Selatan.
Kartamiharja, E.S..1995.
DayaDukungPerairandanPengembanganBudidayaIkandalamKerambaJarin
gApung yang Ramah
Lingkungan.ProsidingEksposeBudidayaIkandalamKerambaJaringApung
yang Ramah Lingkungan.PusatPenelitiandanPengembanganPerikanan. P
13 – 22.
__________,
1998.PengembangandanPengelolaanBudidayaIkanDalamKerambaJaringA
pung Ramah Lingkungan di PerairanWadukdanDanauSerbaguna.Prosiding
Symposium Perikanan Indonesia II:174-182. Ujung Pandang.
Koeshendrajana, S., Wijaya, A.W., Priyatna, F.N., Martosuyono, P., danSukimin,
S. 2009.KajianEksternalitasdanKeberlanjutanPerikanan di
PerairanWadukJatiluhur.BalaiBesarRisetSosialEkonomiKelautandanPerik
anan.DepartemenKelautandanPerikanan RI. Jakarta.
61
Nur, M. 2006. EvaluasiPengelolaanWaduk PLTA Koto
PanjangSebagaiUpayaPelestarianFungsiWaduk Yang
Berkelanjutan.SekolahPascasarjana. IPB. Bogor.
Rangkuti, F. 1997. Analisis SWOT: TeknikMembedahKasusBisnis.
GramediaPustakaUtama. Jakarta.