stress terhadap kehidupan remaja ( psikologi )
DESCRIPTION
Makalah ini di buat Untuk Memenihi tugas MK PsikologiTRANSCRIPT
STRESS TERHADAP KEHIDUPAN REMAJA
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi
Disusun :
Devi FauziyyahI B
12162
AKADEMI KEPERAWATAN JAYAKARTA DINKES PEMERINTAH PROVINSI
DKI JAKARTA2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun untuk menambah pengetahuan tentang kepribadian
sepanjang hidup, yang mengambil judul “STRESS TERHADAP KEHIDUPAN
REMAJA“.
Selama penyusunan makalah ini penulis menemui banyak hambatan dan
kesulitan, namun berkat bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak,
akhirnya makalah ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini banyak kekurangan, hal ini
dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki, maka dari
itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun
untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca pada umumnya.
Jakarta, Oktober 2013
Penulis
i
DAFTAR ISIHalaman
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................2
C. Tujuan Penulisan........................................................................2
D. Sistematika Penulisan.................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORITIS..................................................................3
A. Konsep Stress.............................................................................3
a. Pengertian Stres....................................................................3
b. Sumber Stres.........................................................................4
c. Jenis Stres.............................................................................5
d. Model Stres...........................................................................5
e. Tahapan Stres.......................................................................7
B. Konsep Perkembangan Remaja..................................................9
a. Pengertian Remaja................................................................9
b. Perkembangan Masa Remaja..............................................10
c. Factor – factor yang Mempengaruhi Stres..........................14
d. Masalah Kesehatan Akibat Stres.........................................19
e. Cara Mengatasi Stres...........................................................21
BAB III PENUTUP.......................................................................................24
A. Kesimpulan................................................................................24
B. Saran..........................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata stres biasa digunakan untuk mengartikan reaksi seseorang dalam
mengahadapi suatu masalah. Stres bisa timbul akibat hal-hal sepele. Misalnya,
terjebak keadaan macet. Kejadian lebih serius dapat mengubah hidup seseorang,
misalnya kematian orang terdekat atau orang tercinta. Stress kerap kali disebut
sebagai penyebab masalah kesehatan nomor satu. Walau stress itu sendiri tak
dapat menyebabkan kematian, pengaruhnya bisa membuat kematian. Banyak hal
yang dapat menyebabkan stress dalam kehidupan sehari-hari. Tanda-tanda stress
dapat muncul di tubuh dengan berbagai bentuk. Stress yang dialami tiap orang
berbeda-beda. Gejala-gejala stres mencakup mental, sosial dan fisik. Hal-hal ini
meliputi kelelahan, kehilangan atau meningkatnya napsu makan, sakit kepala,
sering menangis, sulit tidur dan tidur berlebihan. Melepaskan diri dari alkohol,
narkoba, atau perilaku kompulsif lainnya sering merupakan indikasi-indikasi dari
gelaja stres. Perasaan was-was, frustrasi, atau kelesuan dapat muncul bersamaan
dengan stres. Stres sebenarnya positif bagi kita, asalkan dalam porsi sedang-
sedang saja, karena bisa membangkitkan sistem kekebalan dan mengasah otak.
Sedangkan stres berat dapat menyebabkan kita rentan terkena penyakit. Stres
dapat memicu penyakit maag, darah tinggi, asma dan migren. Hasil penelitian
terbaru menunjukkan bahwa stres berat bisa memperburuk penyakit degeneratif
kronis, yaitu penyakit yang menyerang fungsi organ atau jaringan tubuh seperti
penyakit rematik. Sementara stres yang tersembunyi akan lebih berbahaya bagi
kesehatan karena kita tidak menyadari adanya masalah. Stress sebenarnya dapat
membantu ingatan, terutama pada ingatan jangka pendek dan tidak terlalu
kompleks. Stress dapat menyebabkan peningkatan glukosa yang menuju otak,
yang memberikan energi lebih pada neuron. Hal ini, sebaliknya, meningkatkan
pembentukan dan pengembalian ingatan. Di sisi lain, jika stress terjadi secara
terus-menerus, dapat menghambat pengiriman glukosa dan mengganggu ingatan.
Gejala stres yang berkaitan dengan perilaku meliputi perubahan dalam tingkat
1
produktivitas, kemangkiran, dan perputaran karyawan, selain juga perubahan
dalam kebiasaan makan, pola merokok, konsumsi alkohol, bicara yang gagap,
serta kegelisahan dan ketidakteraturan waktu tidur.
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah meliputi :
1. Apa itu stress ?
2. Apa faktor yang memepengaruhi stress ?
3. Apa dampak stress pada remaja ?
4. Apa itu Remaja ?
5. Bagaimana perkembangan remaja ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui konsep stress
dan konsep perkembangan remaja.
D. Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini terdiri dari tiga bab yang disusun berdasarkan
sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang masalah, batasan masalah, tujuan penulisan, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN
Tinjauan Teoritis, terdiri atas konsep stress, dan konsep perkembangan remaja.
BAB III PENUTUP
Penutup, berisikan kesimpulan, saran, dan daftar pustaka.
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Stress
a. Pengertian Stress
Setiap orang pernah mengalami stress, dan orang yang normal dapat
beradaptasi dengan stress jangka panjang atau stress jangka pendek hingga
stress tersebut berlalu. Stress dapat dijadikan sebagai stimulus untuk
perubahan dan perkembangan, sehingga dalam hal ini dapat dianggap positif
atau bahkan perlu. Meskipun demikian, stress yang terlalu berat dapat
mengakibatkan sakit, penilaian yang buruk, dan ketidakmampuan untuk
bertahan. Stress dapat didefinisikan sebagai, “respon adaptif, dipengaruhi oleh
karakteristik individual atau proses psikologi, yaitu akibat dari tindakan,
situasi, atau kejadian eksternal yang menyebabkan tuntutan fisik dan atau
psikologis terhadap seseorang” (Ivaneevich dan Matteson, 1980 dalam
Kreitner dan Kinicki, 2004).
Claude Bernard, 1867, (dalam Potter dan Perry, 1997)adalah salah
seorang psikolog pertama yang mengakui adanya dampak positif yang
ditimbulkan stress. Menurutnya, perubahan dalam lingkungan internal dan
eksternal dapat mengganggu fungsi organisme sehingga penting bagi
organisme tersebut untuk beradaptasi terhadap stressor agar dapat bertahan.
Stessor merupakan stimuli yang mengawali atau memicu perubahan yang
menimbulkan stress. Stressor mewakili kebutuhan yang tidak terpenuhi, bisa
berupa kebutuhan fisiologis, psikologis, social, lingkungan, spiritual, dan
sebagainya.
Walter Cannon, 1920, mempelajari respon fisiologis terhadap naiknya
emosi dan menekankan fungsi adaptif reaksi “fight – or – flight (menghadapi
atau lari dari stress). Sementara Hans Seyle, 1976, menyatakan bahwa stress
merupakan situasi dimana suatu tuntutan yang sifatnya tidak spesifik dan
mengharuskan seseorang memberikan respons atau mengambil tindakan.
3
b. Sumber Stres
Stressor faktor yang menimbulkan stress, dapat berasal dari sumber
internal (yaitu diri sendiri) maupun eksternal (yaitu keluarga, masyarakat,
dan lingkungan).
a. Internal, faktor internal stress bersumber dan diri sendiri.
Stresor individu dapat timbul dari tuntutan pekerjaan atau beban
yang terlalu berat, kondisi keuangan, ketidakpuasan dengan
fisik tubuh, penyakit yang dialami, mase pubertasi, kanikteristik
atau sifat yang dimiliki, dan sebagainya.
b. Eksternal, faktor eksternal stress dapat bersumber dari keluarga,
masyarakat, dan lingkungan Stresor yang berasal dari keluarga
disebabkan oleh adanya perselisihan dalam keluarga, perpisahan
orang – tua, adanya anggota keluarga yang mengalami
kecanduan narkoba, dan sebagainya. Sumber stressor
masyarakat dan lingkungan dapat berasal dari lingkungan
pekerjaan lingkungan social atau lingkungan fisik. Sebagai
contoh, adanya atasan yang tidak pernah puas di tempat kerja,
iri terhadap teman – teman yang status sosialnya lebih tinggi,
adanya polusi udara dan sampah di lingkungan tempat tinggal,
dan lain – lain.
c. Jenis Stress
Ditinjau dari penyebabnya, stress dapat disebabkan ke dalam beberapa
jenis berikut :
a. Stress Fisik merupakan stress yang disebabkan oleh keadaan fisik,
seperti suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, suara bising,
sinar matahari yang terlalu menyengat, dan lain – lain.
b. Stress Kimiawi merupakan stress yang disebabkan oleh pengaruh
senyawa kimia yang terdapat pada obat – obatan, zat beracun
asam, basa, faktor hormon atau gas, dan lain – lain.
4
c. Stress Mikrobiologis merupakan stress yang disebabkan oleh
kuman, seperti virus, bakteri, atau parasit.
d. Stress Fisiologis merupakan stress yang disebabkan oleh gangguan
fungsi organ tubuh, anatar lain gangguan struktur tubuh, fungsi
jaringan, organ ,dan lain – lain.
e. Stress Proses Tumbuh Kembang merupakan stress yang
disebabkan oleh proses tumbuh kembang seperti pada masa
pubertas, pernikahan, dan pertambahan usia.
f. Stress Psikologis attau Emosional merupakan stress yang
disebabkan oleh gangguan situasi psikologis atau ketidakmampuan
kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri, misalnya dalam
hubungan interpersonal, social budaya, atau keagamaan.
d. Model Stress
Akar dan dampak stress dapat dipelajari dari sisi medis dan model
teori perilaku. Model stress ini dapat digunakan untuk membantu pasien
mengatasi respon yang tidak sehat dan tidak produkif terhadap stressor.
a. Model Berdasarkan Respons
Model stress ini menjelaskan respons atau pola respons
tertentu yang dapat mengidentifikasikan stressor. Model stress
yang dikemukakan oleh Selye, 1976, menguraikan stress sebagai
respons yang tidak spesifik dari tubuh terhadap tuntutan yang
dihadapinya. Stress ditunjukan oleh reaksi fisiologis tertentu yang
disebut sindrom adaptasi umum (general adaptation syndrome –
GAS).
b. Model Berdasarkan Adaptasi
Model ini menyebutkan empat faktor yang menentukan
apakah suatu situasi menimbulkan stress atau tidak (Mechanic,
1962), yaitu :
5
1) Kemampuan untuk mengatasi stress.
2) Praktik dan norma dari kelompok atau rekan – rekan
pasien yang mengalami stress.
3) Pengaruh lingkungan social dalam membantu seseorang
menghadapi stressor.
4) Sumber daya yang dapat digunakan untuk mengatasi
stressor.
c. Model Berdasarkan Stimulus
Model ini berfokus pada karakteristik yang bersifat
mengganggu atau merusak dalam lingkungan. Riset klasik yang
menggunakan stress sebagai stimulus telah menghasilkan skala
penyesuaian ulang social, yang mengukur dampak dari peristiwa –
peristiwa besar dalam kehidupan seseorang terhadap penyakit yang
dideritanya (Holmes dan Rahe, 1976). Topik ini akan dibahas lebih
lanjut di bagian selanjutnya. Asumsi – asumsi yang mendasari
model ini adalah :
1) Peristiwa – peristiwa yang mengubah hidup seseorang
merupakan hal normal yang membutuhkan jenis dan
waktu penyesuaian yang sama.
2) Orang adalah penerima stress yang pasif, persepsi
mereka terhadap suatu peristiwa tidaklah relevan.
3) Semua orang memiliki ambang batas stimulus yang
sama dan sakit akan timbul setelah ambang batas
tersebut terlampaui.
d. Model Berdasarkan Transaksi
Model ini memandang orang dan lingkungannya dalam
hubungan yang dinamis, resiprokal, dan interaktif. Model yang
dikembangkan oleh Lazarus dan Folkman ini menganggap stressor
sebagai respon perseptual seseorang yang berakar dari proses
6
psikologis dan kognitif. Stress berasal dari hubungan anatar orang
dan lingkungannya.
e. Tahapan Stress
Stress yang dialami seseorang dapat melalui beberapa tahapan,
menurut Van Ambreg tahun 1979. Tahapan stress dapat terbagi menjadi enam
taha diantaranya :
a. Tahap Pertama
Merupakan tahap yang ringan dari stress yang ditandai dengan
adanya semangat bekerja besar, penglihatannya tajam tidak seperti
pada umumnya, merasa mampu menyelesaikan pekerjaan yang tidak
seperti biasanya, kemudian merasa senang akan pekerjaan akan tetapi
kemampuan yang dimilikinya semakin berkurang.
b. Tahap Kedua
Pada stress tahap kedua ini seseorang memiliki cirri sebagai
berikut adanya perasaan letih sewaktu bangun pagi yan semestinya
segar, terasa lelah sesudah makan siang, cepat lelah menjelang sore,
sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman, denyut jantung
berdebar – debar lebih dari biasanya, otot – otot punggung dan
tengkuk semakin tegang dan tidak bisa santai.
c. Tahap Ketiga
Pada tahap ketiga ini apabila seseorang mengalami gangguan
seperti pada lambung dan usus seperti adanya keluhan gastritis, buang
air besar tidak teratur, ketegangan otot semakin terasa, perasaan tidak
tenang, gangguan pola tidur seperti sukar mulai untuk tidur, terbangun
tengah malam dan sukar kembali tidur, lemah, terasa seperti tidak
memiliki tenaga.
d. Tahap Keempat
Tahap ini seseorang akan mengalami gejala pekerjaan yang
menyenangkan terasa membosankan, semula tanggap terhadap situasi
menjadi kehilangan kemampuan untuk merespon secara kuat, tidak
7
mampu melaksanakan kegiatan sehari – hari, adanya gangguan pola
tidur, sering menolak ajakan karena tidak bergairah, kemampuan
mengingat dan konsentrasi menurun karena adanya perasaan ketakutan
dan kecemasan yang tidak diketahui penyebabnya.
e. Tahap Kelima
Stress tahap ini ditandai dengan adanya kelelahan fisik secara
mendalam, tidak mampu menyelesaikan pekerjaan yang ringan dan
sederhana, gangguan pada system pencernaan semakin berat dan
perasaan ketakutan dan kecemasan semakin meningkat.
f. Tahap Keenam
Tahap ini merupakan tahap puncak dan seseorang mengalami
kepanikan dan perasaan takut mati dengan ditemukan gejala seperti
detak jantung semakin keras, susah bernafas, terasa gemetar seluruh
tubuh dan berkeringat, kemungkinan terjadi kolaps atau pingsan.
g. Mengatasi Stress
Untuk mencegah dan mengatasi stress agar tidak sampai ke
tahap yang paling berat, maka dapat dilakukan dengan cara :
1) Pengaturan diet dan nutrisi.
2) Istirahat dan tidur.
3) Olahraga atau latihan teratur.
4) Berhenti merokok.
5) Tidak mengkonsumsi minuman keras.
6) Pengaturan berat badan.
7) Pengaturan waktu.
8) Terapi psikoformaka.
9) Terapi somatic.
10) Psikoterapi.
11) Terapi psikoreligius
8
B. Konsep Perkembangan Remaja
a. Pengertian Remaja
Masa remaja atau yang sering dikenal dengan istilah “Adolesense”
yang berarti “tumbuh” atau tumbuh menjadi dewasa. WHO ( dalam
Sarwono, 2002 ) mendefinisikan remaja lebih bersifat konseptual, ada tiga
criteria yaitu biologis, psikologis, dan social ekonomi, dengan batasan usia
antara 10 – 20 tahun. Monks ( 1999 ) sendiri memberikan batasan usia masa
remaja adalah masa diantara 12 – 21 tahun dengan perincian 12 – 15 tahun
masa remaja awal, 15 – 18 tahun masa remaja pertengahan, dan 18 – 21
tahun masa remaja akhir. Senada dengan pendapat Suryabrata ( 1981 )
membagi masa remaja menjadi tiga, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa
remaja pertengahan 15 – 18 tahun dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun.
Berbeda dengan pendapat Hurlock ( 1999 ) yang membagi masa remaja
menjadi dua bagian, yaitu masa remaja awal 13 – 16 tahun, sedangkan masa
remaja akhir 17 – 18 tahun. Remaja didefinisikan sebagai periode transisi
perkembangan dari masa kanak – kanak ke masa dewasa, yang mencakup
aspek biologic, kognitif dan perubahan social yang berlangsung antara 10 –
19 tahun ( Santrock 1993 ). Masa remaja terdiri dari masa remaja awal ( 10 –
14 tahun ), masa remaja pertengahan ( 15 – 16 tahun ) dan masa remaja akhir
( 17 – 19 tahun ).yang dimaksud dengan remaja awal ( Early Adolescense )
adalah masa yang ditandai dengan berbagai perubahan tubuh yang cepat dan
sering mengakibatkan kesulitan dalam menyesuaikan diri, pada saat ini
remaja mulai mencari identitas diri. Remaja pertengahan ( Middle
adolescence ) ditandai dengan bentuk tubuh yang sudah menyerupai orang
dewasa. Oleh karena itu remaja seringkali diharapkan dapat berperilaku
seperti orang dewasaa, meskipun belum siap secara psikis. Pada masa ini
sering terjadi konflik, karena remaja sudah mulai ingin bebas mengikuti
teman sebaya. Yang erat kaitannya dengan pencarian identitas, di lain pihak
mereka masih tergantung dengan orang – tua. Remaja akhir ( Late
Adolescense ) ditandai dengan pertumbuhan biologis sudah melambat, tetapi
masih berlangsung di tempat – tempat lain. Emosi, minat, konsentrasi, dan
9
cara berpikir mulai stabil serta kemampuan untuk menyelesaikan masalah
sudah meningkat.
b. Perkembangan Masa Remaja
a. Perkembangan Fisik
Pubertas adalah suatu rangkaian perubahan fisik yang membuat
organisme secara matang mampu berproduksi. Hamper setiap organ
dan system tubuh dipengaruhi oleh perubahan ini. Anak yang sedang
mengalami puber awal akan berbeda dengan puber akhir dalam
penampakan luar karena perubahan tinggi, proporsi tubuh, dan adanya
tanda – tanda perkembangan seksual pertama dan kedua.
Walaupun urutan kejadian pada pubertas umumnya sama bagi
anak, waktu dan kecepatan tiap – tiap anak berbeda. Rata – rata anak
perempuan mulai terjadi perubahan 1 sampai 2 tahun lebih awal
daripada anak laki – laki. Perbedaan ini berarti bahwa beberapa
individu mungkin betul – betul sudah matang secara sempurna,
sedangkan yang lain pada umur yang sama bahkan baru mulai
pubertas. Perbedaan umur maksimum adalah 13 tahun untuk anak laki
– laki dan kira – kira 11 tahun untuk anak perempuan. Perbandingan
antara mereka sendiri merupakan masalah, karena anak yang sudah
matang sendiri merupakan masalah bagi anak yang belum matang.
Sebaliknya, anak yang matang pertama kali barangkali merupakan
pengalaman yang tidak menyenangkan karena mereka menonjol
diantara anak yang belum matang.
1) Reaksi terhadap Pubertas
Satu dari tantangan yang paling penting untuk remaja
adalah menyesuaikan diri terhadap perubahan tubuhnya.
Koordinasi dan aktivitas fisik yang harus disesuaikan cepat –
cepat, seperti tinggi, berat, dan perubahan keterampilan. Tubuh
baru harus diintegrasikan ke dalam kesan diri (self – image)
yang ada. Kebiasaan baru harus dipelajari dan dikembangkan.
10
Sebagai remaja yang menjadi orang dewasa dalam
penampilannya, mereka menemukan diri mereka sendiri dan
diharapkan untuk bertingkah laku sebagai orang dewasa tanpa
memandang emosi, intelek, dan kematangan social mereka.
2) Kematangan Awal dan Kematangan Terlambat
Ahli – ahli penelitian telah lama tertarik pada
perbedaan antara anak yang masa pubertasnya lebih awal dan
yang masuk lebih akhir. Pestein (1987) menunjukkan bahwa
anak yang matang lebih awal mempunyai rasa cemas, lebih
suka marah, sering konflik dengan orang tua, dan mempunyai
harga diri yang lebih rendah daripada anak yang masuk
pubertas lebih akhir. Tetapi dengan berjalannya waktu, mereka
yang matangnya lebih awal akan menyesuaikan diri terhadap
perubahan lebih lama. Mereka lebih popular, lebih mudah
bergaul, dan lebih matang daripada anak – anak yang matang
lebih awal membutuhkan lebih banyak bantuan untuk mengerti
perubahan pubertasnya. Sedangkan anak yang terlambat
matang atau terlambat menjadi pubertas , mungkin lebih
banyak membutuhkan bantuan untuk berhadapan dengan anak
– anak yang relative belum matang dan kurang dapat bersaing
dalam situasi, dimana kematangan menjadi ukuran penting.
b. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif remaja merupakan sebuah titik
perkembangan yang sangat penting. Kognitif dalam konteks ilmu
psikologi sering didefenisikan secara luas mengenai kemampuan
berpikir dan mengamati, suatu perilaku yang mengakibatkan seseorang
memperoleh pengertian atau yang dibutuhkan untuk menggunakan
pengertian. Salah satu tugas perkembangan remaja yang harus
dilaluinya adalah mampu berpikir secara lebih dewasa dan rasional,
11
serta memiliki pertimbangan yang lebih matang dalam menyelesaikan
masalah. Dengan kata lain remaja harus memiliki kemampuan
intelektual serta konsepsi yang dibutuhkan untuk menjadi masyarakat
yang baik (Soetjiningsih, 2004).
Perubahan yang terjadi dimana pada masa anak-anak cara
berpikirnya masih preoperasional dan konkrit operasional. Akan tetapi
pada masa remaja perkembangan kognitif menuju pada level yang
paling tinggi yaitu formal operasional (Piaget dalam Ariani, 2006).
Cara berpikir remaja tidak terlepas dari kehidupan emosinya yang naik
turun . Penentangan dan pemberontakan yang ditunjukkan
denganselalu melancarkan banyak kritik, bersikap menentang
peraturan sekolah, maupun dirumah menjadi suatu ciri mulai
meningkatnya kemampuan berpikir dengan sudut pandang yang mulai
meluas pada remaja.
Kemampuan kognitif manusia berkembang secara bertahap
Pieget (dalam Soetjiningsih, 2004) membaginya dalam beberapa
stadium, stadium sensori motorik (umur 0-18 bulan), stadium pra
opersional (umur 18- 7 tahun), stadium operasional konkrit (umur 7-11
tahun, stadium operasional formal (mulai 11 tahun).
Tahap formal operations adalah suatu tahap dimana seseorang
sudah mampu berpikir secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi
terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang benar-benar
terjadi. Dengan mencapai tahap operasi formal remaja dapat berpikir
dengan fleksibel dan kompleks. Seorang remaja mampu menemukan
alternative jawaban atau penjelasan tentang suatu hal.
Berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai tahap
operasi konkret yang hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk
suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis.
Remaja sudah mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa
rencana atau suatu bayangan (Santrock, 2003).
12
Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada
saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan
demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari
tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat
membahayakan dirinya. Dengan kemampuan tersebut maka remaja
semakin yakin akan kemampuannya dalam mengambil keputusan
sendiri dan tidak lagi terlalu tergantung pada kepada orang lain
(Murniati & Beatrix, 2000) yang sering mengakibatkan konflik remaja
dengan sekolah, orangtua atau lingkungannya.
Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti,
dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai
suatu tujuan di masa depan (Santrock, 2001). Salah satu bagian
perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang belum sepenuhnya
ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan cara berpikir
egosentrisme (Piaget dalam Papalia & Olds, 2001). Yang dimaksud
dengan egosentrisme di sini adalah “ketidakmampuan melihat suatu
hal dari sudut pandang orang lain” .
c. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial adalah kemajuan yang progresif melalui
kegiatan yang terarah dari individu dalam pemahaman atas warisan
sosial dan formasi pola tingkah lakunya yang luwes. Hal itu
disebabkan oleh adanya kesesuaian yang layak antara dirinya dengan
warisan social itu. Menurut Elizabeth B. Hurlock, perkembangan
sosial adalah kemampuan seseorang dalam bersikap atau tata cara
perilakunya dalam berinteraksi dengan unsur sosialisasi di masyarakat.
Menurut Singgih D Gunarsah, perkembangan sosial merupakan
kegiatan manusia sejak lahir, dewasa, sampai akhir hidupnya akan
terus melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya yang
menyangkut norma-norma dan social budaya masyarakatnya.
Perkembangan sosial akan menekankan perhatiannya kepada
13
pertumbuhan yang bersifat progresif. Seorang individu yang lebih
besar tidak bersifat statis dalam pergaulannya, karena dirangsang oleh
lingkungan sosial, adat istiadat, kebiasaan – kebiasaan kelompok
dimana ia sebagai salah satu anggota kelompoknya.
Jadi pengertian perkembangan sosial adalah sebuah proses interaksi
yang dibangun oleh seseorang dengan orang lain. Perkembangan sosial
ini berupa jalinan interaksi anak dengan orang lain, mulai dari orang
tua, saudara, teman bermain, hingga masyarakat secara luas.
Perkembangan sosial adalah proses belajar mengenal normal dan
peraturan dalam sebuah komunitas. Manusia akan selalu hidup dalam
kelompok, sehingga perkembangan sosial adalah mutlak bagi setiap
orang untuk di pelajari, beradaptasi dan menyesuaikan diri.
c. Faktor – faktor yang mempengaruhi stress pada remaja
a. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi
perkembangan anak. Usia 4 – 5 tahun dianggap sebagai titik awal proses
identifikaasi diri menurut jenis kelamin. Peranan ibu dan ayah atau
orang tua pengganti ( nenek, kakek, dan orang dewasa lainnya ) sangat
besar. Apabila proses identifikasi ini tidak berjalan dengan lancer, maka
dapat timbul proses identifikasi yang salah. Banyak penelitian yang
dilakukan para ahli menemukan bahwa remaja yang berasal dari
keluarga yang penuh perhatian, hangat, dan harmonis mempunyai
kemampuan dalam menyesuaikan diri dan sosialisasi yang baik dengan
lingkungan disekitarnya ( Hurlock, 1973 ). Selanjutnya Tallent ( 1978 )
menambahkan anak yang mempunyai penyesuaian diri yang baik di
sekolah, biasanya memiliki latar belakang keluarga yang harmonis,
menghargai pendapat anak dan hangat. Hal ini disebabkan karena anak
yang berasal dari keluarga yang harmonis akan mempersepsi rumah
mereka sebagai suatu tempat yang membahagiakan karena semakin
sedikit masalah antara orang tua, maka semakin sedikit masalah yang
14
dihadapi anak, dan begitu juga sebaliknya jika anak mempersepsi
keluarganya berantakan atau kurang harmonis maka ia akan terbebani
dengan masalah yang sedang dihadapi oleh orang tuanya tersebut.
Lingkungan keluarga yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan
jiwa remaja adalah :
a) Pola asuh keluarga
Basri ( 1999 ) menyatakan bahwa setiap orang tua bertanggung
jawab juga memikirkan dan mengusahakan agar senantiasa terciptakan
dan terpelihara suatu hubungan antara orang tua dengan anak yang baik,
efektif dan menambah kebaikan dan keharmonisan hidup dalam
keluarga, sebab telah menjadi bahan kesadaran para orang tua bahwa
hanya dengan hubungan yang baik kegiatan pendidikan dapat
dilaksanakan dengan efektif dan dapat menunjang terciptanya kehidupan
keluarga yang harmonis.
b) Kondisi keluarga
Hubungan orang tua yang harmonis akan menumbuhkan
kehidupan emosional yang optimal terhadap perkembangan kepribadian
anak. Sebaliknya, orang tua yang sering bertengkar akan menghambat
komunikasi dalam keluarga dan anak akan “melarikan diri” dari
keluarga. Keluarga yang tidak lengkap misalnya karena perceraian,
kematian dan keluarga dengan keadaan ekonomi yang kurang, dapat
mempengaruhi perkembangan jiwa remaja.
Furhmann ( dalam Murni, 2004 ) mengatakan bahwa keluarga yang
harmonis adalah keluarga yang memberikan tempat bagi setiap anggota
keluarga menghargai perubahan yang terjadi dan mengajarkan
ketrampilan berinteraksi sedini mungkin pada anak dengan lingkungan
yang lebih luas. Faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam
menciptakan keharmonisan keluarga adalah kualitas dan kuantitas
konflik yang minim, jika dalam keluarga sering terjadi perselisihan dan
pertengkaran maka suasana dalam keluarga tidak lagi menyenangkan.
15
Dalam keluarga harmonis setiap anggota keluarga berusaha
menyelesaikan masalah dengan kepala dingin dan mencari penyelesaian
terbaik dari setiap permasalahan.
a. Pendidikan moral dalam keluarga
Pendidikan moral dalam keluarga adalah upaya menanamkan
nilai – nilai akhlak atau budi pekerti kepada anak di rumah.
Pengertian budi pekerti mengandung nilai – nilai : keagamaan,
kesusilaan, dan kepribadian. Penanaman nilai – nilai budi pekerti
dalam keluarga dapat dilakukan melaui keteladanan orang tua atau
orang dewasa, bacaan yang sehat, pemberian tugas dan komunikasi
efektif antar anggota keluarga. Sebaliknya, apabila keluarga tidak
peduli terhadap hal ini, misalnya membiarkan anak tanpa
komunikasi dan memperoleh nilai di luar moral agama dan social,
membaca buku dan menonton VCD porno, bergaul bebas, minuman
keras dan merokok akan berakibat buruk terhadap perkembangan
jiwa remaja.
b. Lingkungan sekolah
Pengaruh yang juga cukup kuat dalam perkembangan remaja
adalah lingkungan sekolah. Umumnya orang tua menaruh harapan
yang besar pada pendidikan di sekolah. Oleh karena itu dalam
memilih sekolah orang tua perlu mempertimbangkan hal sebagai
berikut :
a) Suasana sekolah
Persyaratan terciptanya lingkungan kondusif bagi kegiatan
belajar mengajar adalah suasana sekolah, baik buruknya
suasana sekolah sangat tergantung pada kepemimpinan kepala
sekolah, komitmen guru, sarana pendidikan dan disiplin
sekolah. Suasana sekolah sangat berpengaruh terhadap
perkembangan jiwa remaja.
16
b) Bimbingan guru
Disekolah remaja menghadapi beratnya tuntutan guru, orang
tua dan syaratnya kurikulum sehingga dapat menimbulkan
beban mental. Dalam hal ini peran wali kelas dan guru
pembimbing sangat berarti. Apabila guru pembimbing sebagai
konselor sekolah tidak berperan, maka siswa tidak
memperoleh bimbingan yang sewajarnya.
Untuk menyalurkan minat, bakat dan hobi siswa, perlu
dikembangkan kegiatan ektrakulikuler dengan bimbingan
guru. Dalam proses belajar mengajar, guru tidak sekedar
mengalihkan ilmu pengetahuan yang terkandung dalam
kurikulum tertulis ( Written Curriculum ), melainkan juga
memberikan nilai yang terkandung di dalamnya ( hidden
curriculum ), misalnya orang lain, menghargai dan sikap lain
yang dapat membuahkan kecerdasan emosional. Apabila guru
tidak peduli terhadap hal tersebut, sulit diharapkan
perkembangan jiwa remaja secara optimal.
c. Lingkungan teman sebaya
Remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan
teman sebaya. Jadi dapat dimengerti bahwa sikap, pembicaraan,
minat, penampilan, dan perilaku teman sebaya lebih besar
pengaruhnya daripada keluarga. Misalnya : jika remaja mengenakan
model pakaian yangsama dengan pakaian anggota kelompok yang
popular, maka kesempatan baginya untuk dapat diterima oleh
kelompok untuk menjadi lebih besar. Demikian pula bila anggota
kelompok mencoba minum alcohol, rokok, zat adiktif lainnya, maka
remaja cenderung mengikuti tanpa memperdulikan akibatnya. Di
dalam kelompok sebaya, remaja berusaha menemukan konsep
dirinya. Disini ia dinilai oleh temansebayanya tanpa memperdulikan
17
sanksi – sanksi dunia dewasa. Kelompok sebaya memberikan
lingkungan yaitu dunia tempat remaja dapat melakukan sosialisasi
dimana nilai yang berlaku bukanlah nilai yang berlaku bukanlah nilai
yang ditetapkan oleh orang dewasa, melainkan oleh teman seusianya.
Disinilah letak berbahayanya bagi perkembangan jiwa remaja,
apabila nilai yang dikembangkan dalam kelompok sebaya adalah nilai
yang negative. Akan lebih berbahaya apabila kelompok sebaya ini
cenderung tertututp, dimana setiap anggota tidak dapat terlepas dari
kelompoknya dan harus mengikuti nilai yang dikembangkan oleh
pimpinan kelompok. Sikap, pikiran, perilaku, dan gaya hidupnya
merupakan perilaku dan gaya hidup kelompoknya.
d. Lingkungan masyarakat
Tanggapan positif dari lingkungan terhadap keadaan remaja
akan menimbulkan rasa puas dan menerima keadaan dirinya
sedangkan tanggapan negative dari lingkungan akan menimbulkan
perasaan tidak puas pada dirinya dan individu cenderung tidak
menyukai dirinya ( Sullivan dalam Rakhmat, 1986 ) yang nantinya
akan mengakibatkan terjadinya pelanggaran terhadap peraturan dan
norma – norma yang ada dalam masyarakat.
Dalam kehidupannya, manusia dibimbing oleh nilai – nilai yang
merupakan pandangan mengenai apa yang baik dan apa yang buruk.
Nilai yang baik harus diikuti dan dianut, sedangkan yang buruk harus
dihindari. Sesuai dengan aspek rhaniah dan jasmaniah yang ada pada
manusia, maka manusia dibimbing oleh pasangan nilai materi dan
non materi. Apabila manusia hendak hidup secara damai di
masyarakat, maka sebaiknya kedua nilai yang merupakan pasangan
tadi diserasikan. Akan tetapi kenyataan dewasa ini menunjukkan
bahwa nilai materi mendapat tekanan lebih besar daripada nilai non
materi atau spiritual. Hal ini terbukti dari kenyataan, bahwa sebagai
18
tolok ukur peranan sesorang dalam masyarakat adalah keadaan dan
kedudukan.
d. Masalah Kesehatan yang ditimbulkan akibat stress
a. Depresi
Seperempat dari orang yang mengalami stres berat bisa menjadi depresi,
stres berat kronis akan mengganggu kemampuan kita untuk mengatur
emosi.
b. Obesitas
Berdasarkan penelitian yang diterbitkan di Nature Medicine pada 2008
menyatakan bahwa ketika stres, tubuh melepaskan molekul yang disebut
neuropeptide Y, yang mensimulasikan sel-sel lemak untuk tumbuh baik
dalam ukuran dan jumlah yang tinggi. Selain itu, stres kronis yang
dialami seseorang cenderung membuat diet jadi tidak sehat.
Untuk menghilangkan stres bisanya memacu orang untuk makan apa
saja terutama makanan cepat saji, camilan, gorengan, yang kita tau tidak
baik buat kesehatan dan akan memicu obesitas atau kegemukan.
c. Sering infeksi
Berdasarkan analisa tahun 2004, dari 293 penelitian yang diterbit kan
dalam psychological Bulletin, stres kronis bisa menekan sistem
kekebalan tubuh yang membuat orang lebih mudah terserang penyakit
flu.
d. Insomnia atau gangguan tidur
Menurut penelitian yang dilakukan di Clayton Sleep Institute di St
Louis, orang dengan stres kronis lebih sering mengalami gangguan tidur
(insomnia), mereka cenderung melakukan aktivitas tidur lebih sedikit,
dibandingkan dengan orang-orang yang mengalami kelelahan.
19
e. Penyakit Jantung
pada jantung Stres akan menimbulkan perangsangan saraf simpatis,
irama detak jantung tidak teratur hingga menimbulkan gangguan
pembulu darah jantung, stres juga menimbulkan hipertensi atau penyakit
darah tinggi yang dapat menimbulkan gagal jantung dan gagal ginjal.
f. Alergi
stres bisa mempengaruhi sistem kekebalan tubuh salah satunya
timbulnya alergi, beberapa penelitian menghubungkan pengaruh stres
dengan alergi, hasilnya diperkirakan sel mast diperkirakan pelaku dari
kondisi yang timbul
Ketika alergi sel mast turut berpengaruh setelah immunoglobin E
bergabung dan memicu keluarnya zat defensif seperti antihistamin
terhadap rangsangan dari alergen atau pemicu alergi.
g. Stroke
Orang-orang yang secara teratur mengalami stres 50 persen lebih
mungkin untuk menderita penyakit stroke fatal dibanding orang tanpa
stres.
stres dalam pekerjaan dan pola makan yang tidak sehat sangat
berpengaruh dan menjadi faktor utama timbulnya stroke.
Stress merupakan keadaan di mana kita merasa sangat penat, terbebani,
dan perasaan yang tidak karuhan. Mulai dari anak kecil sampai orang
dewasa pun bisa mengalami stress, hanya saja pada anak-anak mungkin
tidak sesering orang dewasa yang biasanya sering mengalami stress
karena pusing terlalu banyak pekerjaan.
20
h. Demensia (kemerosotan daya ingat)
Sebuah studi 2009 Neurology melaporkan bahwa para orang tua yang
sering tertekan dan terisolasi, 50 persen lebih mungkin
mengembangkan penyakit demensia pada rekan-rekan mereka yang
lebih tenang dan jarang stres.
e. Cara Mengatasi Stres
a. Berpikir Positif
Optimisme dapat menangkal dampak negatif stres, ketegangan dan
kecemasan telah di sistem kekebalan tubuh Anda dan kesejahteraan.
Sangat penting untuk mengelilingi diri dengan orang-orang positif.
Getaran negatif dari teman-teman dan rekan kerja dapat menyebar,
sehingga sulit bagi Anda untuk bersantai. Lihatlah situasi tertentu
berbeda. Mungkin cara Anda mencari mungkin menyebabkan tekanan
yang banyak.
b. Tidur
Aktivitas ini bisa dibilang efektif. Mendapatkan tidur nyenyak yang
cukup memiliki dampak besar pada tingkat stres Anda. Fungsi
kekebalan dan ketahanan terhadap penyakit pun bangkit.
Tidur tidak hanya mengurangi tingkat pemulihan Anda. Tapi ingat, ini
bsia juga meningkatkan tingkat stres dalam tubuh Anda jika kadarnya
berlebih. Jadi, jangan kesiangan karena ini akan membuat Anda
bertambah lesu.
c. Tertawa
Tawa luka stres dan mempromosikan relaksasi. Itu, pada gilirannya,
membantu sel-sel kekebalan tubuh berfungsi lebih baik. Temukan
21
humor dalam hal-hal dan terlibat dalam aktivitas yang membuat Anda
tertawa untuk meningkatkan fungsi kekebalan tubuh dan ketahanan
terhadap penyakit.
d. Olahraga
Latihan akan merevitalisasi tubuh dan pikiran Anda dan Anda akan siap
untuk menghadapi apa pun. Olahraga teratur dan aktivitas fisik tidak
hanya memperkuat sistem kekebalan tubuh, sistem kardiovaskular,
jantung, otot dan tulang, tetapi juga membantu dalam manajemen stres
dengan menyediakan gangguan dari situasi stres dan meningkatkan
endorfin (merasa-baik tubuh kimia).
Olahraga yang bagus buat jantung adalah jalan kaki atau joging,
lakukanlah setiap hari minimal 30 menit dan bisa dilakukan di sekitar
rumah
Penelitian menunjukkan bahwa 20 menit setiap hari adalah semua yang
diperlukan untuk pengalaman manfaat. Jadi mendapatkan beberapa
memompa darah dan melepaskan beberapa endorfin.
e. Meditasi
Meditasi sangat bagus tidak hanya untuk menghilangkan stres, tetapi
juga untuk relaksasi otot. Penelitian telah menunjukkan bahwa meditasi
dapat membantu dalam menurunkan tekanan darah.
Cobalah mulai sekarang renungkan untuk memanggil energi positif.
Caranya mudah, cukup hanya mengambil nafas panjang dan
mengosongkan pikiran Anda. Lakukan meditasi10 menit saja dan reguk
manfaatnya.
22
f. Musik
Apakah Anda terjebak dalam kemacetan lalu lintas atau bersiap untuk
hari yang berat di tempat kerja, mendengarkan musik favorit Anda
merupakan metode yang bagus untuk mengurangi stres dan
menghilangkan kecemasan.
Musik yang menenangkan dapat memiliki efek relaksasi pada gelisah,
tegang pikiran. Hal ini juga dapat menurunkan tekanan darah,
memperlambat pernapasan dan detak jantung. Cari tahu apa jenis musik
yang bisa membantu Anda bekerja yang terbaik dan kemudian membuat
koleksi musik untuk membantu Anda rileks dan merasa baik.
g. Bersyukur
Bersyukur merupakan cara yang paling ampuh dalam mengatasi stress,
bagaimana tidak. karena pada umumnya orang mengalami stress karena
tidak kuat dengan apa yang telah terjadi atau keadaan yang
menimpanya. Dengan bersyukur kita akan senantiasa ingat bahwa segala
sesuatu yang kita peroleh merupakan pemberian dari ALLAH SWT dan
seyogyanya kita terima dan kita kerjakan dengan rasa ikhlas.
h. Libatkan indera Anda
Aroma tertentu dapat memiliki efek, menenangkan relaksasi pada
keadaan pikiran Anda. Anda dapat mencoba menempatkan lilin
lavender, lemon atau chamomile beraroma di sekitar rumah atau kantor
Anda. Anda juga dapat menggunakan salah satu dari aroma di kamar
mandi Anda.
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnyadapat diambil kesimpulan bahwa
stress pada remaja itu disebabkan oleh berbagai daktor, tetapi factor yang paling
banyak mempengaruhi remaja berhubungan dengan orang tua, akademi dan
teman sebaya. Kemudian sumber stress pada remaja laki – laki dan perempuan
pada umumnya sama,sedangkan pada remaja laki – laki cenderung
lebihberperilaku agresif. Remaja laki – laki yang mengalami stress akan
melakukan perbuatan negative seperti mengonsumsi rokok dan alqohol.
B. Saran
a. Remaja
A. Menjaga hubungan yang baik dengan orang tua, guru dengan cara mau
mendengarkan kata mereka dan bersikap lebih kooperatif.
b. Orang Tua
1. Memberikan perhatian pada remaja laki – laki, seperti sering
menghabiskan waktu bersama, mengobrol, jalan – jalan, sehingga
mereka merasa dekat dengan kita, ini dapat mencegah mereka dapat
melakukan hal negative.
2. Bersikap lebih terbuka dengan cara mau mendengarkan pendapat anak
dan mau dikritik, sehingga mereka merasa lebih dihargai.
c. Guru
1. Memberikan tugas – tugas yang tidak terlalu berat kepada murid –
murid.
2. Dalam memberikan pelajaran, diharapkan dapat menerangkan pelajaran
dengan baik dan mudah dipahami oleh murid – muri
24
DAFTAR PUSTAKA
Djiwandono, Sri Esti Wuryani. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Sujanto, Drs. Agus. 1996. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sumiati,S.Kep.Msi,dkk. 2009. Kesehatan Jiwa Remaja Dan Konseling. Jakarta: Trans Info Media
Suzani, Ns. Cherry,S.Kep. 2010. Diktat Keperawatan Untuk SMK Jurusan KesehatanRaflesia.Depok: SMK Jurusan Kesehatan Raflesia.
http://makananantipenuaandini.blogspot.com/2012/05/10-dampak-stress-dan10cara.html
http://mayangsari33.blogspot.com/2012/12/perkembangan-kognitif-pada-remaja.html
http://nahdamar.blogspot.com/2013/03/karakteristik-perkembangan-sosialremaja.html
25