studi kasus bko dalam serbuk pegal linu asam urat

22
I. Judul Kasus Analisis kandungan paracetamol pada jamu Serbuk Asam Urat Nyeri Tulang Cap Gunung Krakatau II. Sumber Informasi Berdasarkan hasil pengawasan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sampai dengan Juli 2011, ditemukan 21 obat tradisional mengandung bahan kimia obat (BKO), 20 di antaranya merupakan obat tradisional tidak terdaftar atau ilegal. Kepala BPOM Kustantinah menjelaskan, obat tradisional yang ditemukan mengandung BKO itu adalah Poten-Zhi kapsul TR042337421 produksi/diimpor oleh PT Daxen Indonesia, Bogor; Asam Urat Nyeri Tulang Cap Gunung Krakatau Serbuk dari Citra Herbindo Utama, Jakarta; Buah Naga Kapsul dari Lebah Makasar; Dewa Dewi Kapsul dari PJ. Kurnia, Jateng; Jamu Cap Putri Sakti Penyehat Badan dari CV. Putri Sakti Husada, Jawa Timur dan Jamu Tradisional Jawa Asli Cap Putri Sakti dari CV Putri Sakti Husada, Jawa Timur. Di samping itu, Kapsul Telat Bulan (Tiauw Keng Poo Sae) dari Tabib Jaya Sakti, Jateng; Kuat Tahan Lama Surabaya Madura Serbuk dari PJ. Racikan Madura; Lebah Mutiara Asam Urat Kapsul dari Perusahaan Jamu Tradisional Solo; Lebah Mutiara Gatal-Gatal Kapsul dari Perusahaan Jamu Tradisional Solo; Linu Rat Kapsul dari PJ Sido Mekar; MD dan SM Obat Asam Urat Nyeri Tulang/Sendi Cicunguya Kapsul dari PJ Ramuan Dayak dan Obat Kuat dan

Upload: ayun-dwi-astuti

Post on 09-Aug-2015

817 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

adanya bahan kimia obat dalam serbuk yang merupakan obat tradisional merupakan salah satu pelanggaran hukum

TRANSCRIPT

Page 1: studi kasus BKO dalam serbuk pegal linu asam urat

I. Judul Kasus

Analisis kandungan paracetamol pada jamu Serbuk Asam Urat Nyeri

Tulang Cap Gunung Krakatau

II. Sumber Informasi

Berdasarkan hasil pengawasan Badan Pengawas Obat dan Makanan

(BPOM) sampai dengan Juli 2011, ditemukan 21 obat tradisional mengandung

bahan kimia obat (BKO), 20 di antaranya merupakan obat tradisional tidak

terdaftar atau ilegal. 

Kepala BPOM Kustantinah menjelaskan, obat tradisional yang ditemukan

mengandung BKO itu adalah Poten-Zhi kapsul TR042337421

produksi/diimpor oleh PT Daxen Indonesia, Bogor; Asam Urat Nyeri Tulang

Cap Gunung Krakatau Serbuk dari Citra Herbindo Utama, Jakarta; Buah

Naga Kapsul dari Lebah Makasar; Dewa Dewi Kapsul dari PJ. Kurnia, Jateng;

Jamu Cap Putri Sakti Penyehat Badan dari CV. Putri Sakti Husada, Jawa

Timur dan Jamu Tradisional Jawa Asli Cap Putri Sakti dari CV Putri Sakti

Husada, Jawa Timur. 

Di samping itu, Kapsul Telat Bulan (Tiauw Keng Poo Sae) dari Tabib Jaya

Sakti, Jateng; Kuat Tahan Lama Surabaya Madura Serbuk dari PJ. Racikan

Madura; Lebah Mutiara Asam Urat Kapsul dari Perusahaan Jamu Tradisional

Solo; Lebah Mutiara Gatal-Gatal Kapsul dari Perusahaan Jamu Tradisional

Solo; Linu Rat Kapsul dari PJ Sido Mekar; MD dan SM Obat Asam Urat Nyeri

Tulang/Sendi Cicunguya Kapsul dari PJ Ramuan Dayak dan Obat Kuat dan

Tahan Lama Powerman kapsul dari Indo Alam Perkasa, Denpasar.

Selain itu, Obat Kuat dan Tahan Lama X Kapsul dari PJ Husodo Jaya; Pil

Anti Sakit Gigi Plus Pak Tani tablet dari Sari Tani JAteng; Prima Setia kapsul

dari CV. Manshuba Indo HErba, Jakarta; Scorpion kapsul dari PJ Sinar

Makmur, Madura; Spider kapsul dari PJ Sinar Makmur, Madura; Tangkur

Cobra Laut kapsul dari PJ Bima Perkasa; Tiger Fit Asam Urat Flu Tulang

Kapsul dari Akar Tiongkok Indonesia dan Power Up kapsul dari Tibet Sheng

Yang Bioengineering Ltd/PT Woo Tekh Indonesia. 

"Sebagai tindak lanjut dari temuan tersebut, kami dan pihak berwajib akan

melakukan penarikan produk dari peredaran dan pemusnahan produk serta

Page 2: studi kasus BKO dalam serbuk pegal linu asam urat

pencabutan nomor registrasi untuk yang telah terdaftar," ujar dia di Jakarta,

kemarin.

III. Pendahuluan

III.1 Latar Belakang

Obat tradisional adalah obat jadi atau ramuan bahan alam yang berasal

dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan galenik atau campuran bahan-bahan

tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan

berdasarkan pengalaman. Pada kenyataannya bahan obat alam yang berasal

dari tumbuhan porsinya lebih besar dibandingkan yang berasal dari hewan

atau mineral, sehingga sebutan obat tradisional (OT) hampir selalu identik

dengan tanaman obat (TO) karena sebagian besar OT berasal dari TO. Obat

tradisional ini (baik berupa jamu maupun TO) masih banyak digunakan oleh

masyarakat, terutama dari kalangan menengah kebawah. Bahkan dari masa

ke masa OT mengalami perkembangan yang semakin meningkat, terlebih

dengan munculnya isu kembali ke alam (back to nature) serta krisis yang

berkepanjangan. Namun demikian dalam perkembangannya sering dijumpai

ketidaktepatan penggunaan OT karena kesalahan informasi maupun

anggapan keliru terhadap OT dan cara penggunaannya. Dari segi efek

samping memang diakui bahwa obat alam/OT memiliki efek samping relatif

kecil dibandingkan obat modern, tetapi perlu diperhatikan bila ditinjau dari

kepastian bahan aktif dan konsistensinya yang belum dijamin terutama untuk

penggunaan secara rutin.

Namun sekarang, banyak ditemukan obat tradisional yang mengandung

bahan kimia obat. Penambahan bahan kimia obat sembarangan dan secara

liar itu berbahaya bagi kesehatan. Fenilbutason sebagai antirematik misalnya,

jika digunakan sembarangan menyebabkan ruam, muntah, pendarahan

lambung, penimbunan cairan, reaksi hipersensitifitas, anemia aplastik, bahkan

gagal ginjal. Sedangkan, penggunaan Parasetamol sebagai penghilang rasa

sakit dalam jangka panjang bisa menyebabkan kerusakan hati. Pemakaian

sembarangan P iroksikam sebagai penghilang rasa sakit menyebabkan diare,

penglihatan kabur, anoreksia, dan hipertensi.

Page 3: studi kasus BKO dalam serbuk pegal linu asam urat

Oleh karena itu, studi kasus ini diperlukan untuk mengetahui jenis-jenis

obat tradisonal yang telah beredar di masyarakat yang mengandung bahan

kimia obat, baik yang sudah ditarik maupun yang belum.

III.2 Tujuan

Studi kasus ini dilakukan untuk mengetahui jenis bahan kimia obat yang

terdapat dalam suatu produk jamu atau obat tradisional sehingga ditarik dari

peredaran dan dapat mengetahuia cara analisis bahan kimia tersebut.

IV. Tinjauan Pustaka

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Obat

Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,

bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari

bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk

pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di

masyarakat. (1)

Obat tradisional dilarang mengandung:

a. Etil alkohol lebih dari 1%, kecuali dalam bentuk sediaan tingtur yang

pemakaiannya dengan pengenceran;

b. Bahan kimia obat yang merupakan hasil isolasi atau sintetik berkhasiat

obat;

c. Narkotika atau psikotropika; dan/atau

d. Bahan lain yang berdasarkan pertimbangan kesehatan dan/atau

berdasarkan penelitian membahayakan kesehatan. (2)

Sampai saat ini Badan POM masih menemukan beberapa produk obat

tradisional yang didalamnya dicampuri bahan kimia obat (BKO). BKO di dalam

obat tradisional inilah yang menjadi selling point bagi produsen Hal ini

kemungkinan disebabkan kurangnya pengetahuan produsen akan bahaya

mengkonsumsi bahan kimia obat secara tidak terkontrol baik dosis maupun

cara penggunaannya atau bahkan semata-mata demi meningkatkan

penjualan karena konsumen menyukai produk obat tradisional yang bereaksi

cepat pada tubuh. Konsumen yang tidak menyadari adanya bahaya dari obat

tradisional yang dikonsumsinya, apalagi memperhatikan adanya kontra

indikasi penggunaan beberapa bahan kimia bagi penderita penyakit tertentu

Page 4: studi kasus BKO dalam serbuk pegal linu asam urat

maupun interaksi bahan obat yang terjadi apabila pengguna obat tradisional

sedang mengkonsumsi obat lain, tentunya sangat membahayakan. Untuk

itulah Badan POM secara berkesinambungan melakukan pengawasan yang

antara lain dilakukan melalui inspeksi pada sarana distribusi serta

pengawasan produk di peredaran dengan cara sampling dan pengujian

laboratorium terhadap produk yang beredar. Informasi adanya BKO didalam

obat tradisional juga bisa diperoleh berdasarkan laporan / pengaduan

konsumen maupun laporan dari Yayasan Badan Perlindungan Konsumen

Nasional (Yabpeknas).

Beberapa Persyaratan Obat Tradisional

Untuk serbuk (berupa butiran homogen dengan derajat halus yang cocok;

bahan bakunya berupa simplisia/bahan kering):

1. Kadar air tidak lebih dari 10%

2. Angka kapang (semacam jamur yang biasanya tumbuh pada

permukaan makanan yang sudah basi atau terlalu lama tidak di

olah), dan khamir (ragi) tidak lebih dari 10

3. Mikroba patogennya negatif/nol

4. Aflatoksin tidak lebih dari 30 bpj (bagian per juta).

5. Serbuk dengan bahan baku simplisia dilarang ditambahkan bahan

pengawet dan bahan kimia obat

6. Wadah tertutup baik, disimpan pada suhu kamar, ditempat kering

dan terlindung dari sinar matahari.

Menurut temuan Badan POM, obat tradisional yang sering dicemari

BKO umumnya adalah obat tradisional yang digunakan pada: 

Klaim kegunaan

Obat tradisionalBKO yang sering ditambahkan

Pegal linu / encok /

rematik:

Fenilbutason, antalgin, diklofenak sodium, piroksikam,

parasetamol, prednison, atau deksametason

Pelangsing : Sibutramin hidroklorida

Peningkat stamina / : Sildenafil Sitrat

Page 5: studi kasus BKO dalam serbuk pegal linu asam urat

obat kuat pria

Kencing manis /

diabetes: Glibenklamid

Sesak nafas / asma : Teofilin

Bahaya macam-macam BKO yang sering dicampurkan kedalam

obat tradisional:

BKO yang sering dicampurkan ke dalam obat tradisional dan bahayanya

adalah sebagai berikut :

1. Fenilbutazon

Efek samping :

Timbul rasa tidak nyaman pada saluran cerna, mual, diare, kadang

pendarahan dan tukak, reaksi hipersensifitas terutama angio edema dan

bronkospasme, sakit kepala, pusing, vertigo, gangguan pendengaran,

fotosensifitas dan hematuria.

Paroritis, stomatitis, gondong, panareatitis, hepatitis, nefritis, gangguan

penglihatan, leukopenia jarang, trombositopenia, agranulositosis,

anemia aplastik, eritema multifoema 9 syndroma Steven Johnson,

nekrolisis epidermal toksis (lyll), toksis paru-paru.

2. Antalgin (Metampiron)

Efek samping :Pada pemakaian jangka panjang dapat menimbulkan

agranulositosis.

3. Deksametason

Efek Samping :

Glukokortikoid meliputi diabetes dan osteoporosis yang berbahaya bagi

usia lanjut. Dapat terjadi gangguan mental, euphoria dan myopagh.

Pada anak-anak kortikosteroid dapat menimbulkan gangguan

pertumbuhan, sedangkan pada wanita hamil dapat mempengaruhi

pertumbuhan adrenal anak.

Mineralokortikoid adalah hipertensi, pretensi Natrium dan cairan serta

hypokalemia.

Page 6: studi kasus BKO dalam serbuk pegal linu asam urat

4. Prednison

Efek samping :

Gejala saluran cerna : mual, cegukan, dyspepsia, tukak peptic, perut

kembang, pancreatitis akut, tukak oesofagus, candidiasis.

Gejala musculoskeletal : miopatiproximal, osteoporosis, osteonekrosis

avaskuler.

Gejala endokrin : gangguan haid, gangguan keseimbangan Nitrogen

dan kalsium, kepekaan terhadap dan beratnya infeksi bertambah.

Gejala neuropsikiatri : euphoria, ketergantungan psikis, depresi,

insomnia, psikosis, memberatnya shizoprenia dan epilepsy.

Gejala pada mata : glaucoma, penipisan kornea dan sclera, kambuhnya

infeksi virus atau jamur di mata.

Gejala lainnya : gangguan penyembuhan, atrofi kulit, lebam, acne,

gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, leukositosis, reaksi

hipersensitif (termasuk anafilaksis), tromboemboli, lesu.

5. Teofilin

Efek samping :Takikardia, palpitasi, mual, gangguan saluran cerna, sakit

kepala, insomnia dan aritmia.

6. Hidroklortiazid (HCT)

Efek samping :Hipotensi postural dan gangguan saluran cerna yang

ringan, impotensi (reversible bila obat dihentikan), hipokalimia,

hipomagnesemia, hipoatremia, hiperkalsemia, alkalosis, hipokloremik,

hiperurisemia, pirai, hiperglikemia dan peningkat kadar kolesterol

plasma.

7. Furosemid

Efek samping :Hiponatremia, hipokalemia, hipomagnesia, alkalosis,

hipokloremik, ekskresi kalsium meningkat, hipotensi, gangguan saluran

cerna, hiperurisemia, pirai, hiperglikemia, kadar kolesterol dan

trigliserida plasma meningkat sementara.

Page 7: studi kasus BKO dalam serbuk pegal linu asam urat

8. Glibenklamid

Efek samping :

Umumnya ringan dan frekuensinya rendah diantaranya gejala saluran

cerna dan sakit kepala.M

Gejala hematology trombositopeni dan agranulositosis.

9. Siproheptadin

Efek samping :Mual, muntah, mulut kering, diare, anemia hemolitik,

leukopenia, agranulositosis dan trombositopenia.

10. Chlorpeniramin maleat (CTM)

Efek samping :Sedasi, gangguan saluran cerna, efek anti muskarinik,

hipotensi, kelemahan otot, tinitus, euphoria, nyeri kepala, stimulasi SSP,

reaksi alergi dankelainan darah.

11. Parasetamol

Efek samping :Jarang, kecuali ruam kulit, kelainan darah, pankreatitis

akut dan kerusakan hati setelah over dosis.

12. Diclofenac sodium

Efek samping :

Gangguan terhadap lambung, sakit kepala, gugup, kulit kemerahan,

bengkak, depresi, ngantuk tapi tidak bias tidur, pandangan kabur,

gangguan mata, tinitus, pruritus.

Untuk hipersensitif : menimbulkan gangguan ginjal, gangguan darah.

13. Sildenafil Sitrat

Efek samping :Dyspepsia, sakit kepala, flushing, pusing, gangguan

penglihatan, kongesti hidung, priapisme dan jantung.

14. Sibutramin Hidroklorida

Efek samping:Dapat meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung

serta sulit tidur.

Sanksi terhadap pelanggaran

Page 8: studi kasus BKO dalam serbuk pegal linu asam urat

Untuk melindungi masyarakat dari bahaya akibat penggunaan obat

tradisional yang dicemari BKO, Badan POM RI telah memberikan peringatan

keras kepada produsen yang bersangkutan dan memerintahkan untuk segera

menarik peredaran produk serta memusnahkannya. Apabila peringatan

tersebut tidak ditanggapi, Badan POM dapat membatalkan ijin edar produk

dimaksud bahkan mengajukanya ke pengadilan. Tindakan produsen dan

pihak-pihak yang mengedarkan produk obat tradisional dengan menambah

BKO telah melanggar UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan dan Undang-

Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. (3)

Metode Analisis Identifikasi Parasetamol Dalam Jamu (MA PPOM No.

34/OT/93) yang digunakan untuk pengujian rutin di Laboratorium Obat

Tradisional PPOMN, verifikasi metode dilakukan dengan menggunakan

sampel yang telah diuji dan memberikan hasil negatif (tidak mengandung

parasetamol). Dilakukan uji spesifisitas dan penetapan batas deteksi secara

kromatografi lapis tipis (KLT), spektrofotometri UV dan kromatogafi cair kinerja

tinggi (KCKT). Pada uji spesifisitas ditambahkan baku pembanding lain yang

mempunyai kemiripan sifat fisika, kimia dan efek farmakologi dengan

parasetamol. (4)

Pada metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT), fase diam Silika Gel 60

F254 (E.Merck) dan fase gerak kloroform : aseton : amonium hidroksida 25%

(8 : 2 : 0,1) dengan panjang gelombang 260 nm. (5). Untuk KCKT digunakan

fase gerak aquabidest : metanol (1: 3). (6)

V. Metode

V.1 Alat

a. KLT

Sinar UV, erlenmeyer, gelas ukur, pipet volume, chamber.

b. KCKT

HPLC Shimadzu Tipe LC-10 AD, ultra sonic branson, membran filter

berukuran 0,45 µm dan 0,5 µm, gelas ukur 1000 mL dan 50 mL, pipet volume,

labu ukur, neraca analitis, pompa vacum, aluminium foil, kertas saring

Whatman, corong, syringe injector.

Page 9: studi kasus BKO dalam serbuk pegal linu asam urat

c. Spektrofotometri

Spektrofotometer UV, neraca analitik , spatula, labu ukur, pipet volume,

batang pengaduk, corong gelas, beaker glass.

V.2 Bahan

a. KLT

Sampel, parasetamol murni, kloroform, aseton, amonium hidroksida 25%.

b. KCKT

Sampel, baku pembanding, metanol, aquabidest.

c. Spektrofotometri

Metanol, aquabidest

V.3 Metodelogi

A. KLT

1. Alat dan bahan disiapkan.

2. Dibuat sampel pengenceran dan fase gerak.

3. Dijenukan chamber.

4. Ditotolkan smpel dan baku pembanding pada silika gel.

5. Dimasukkan dalam sinar UV.

6. Diamati.

B. KCKT

1. Pembuatan Larutan Fase Gerak Aquabidest : Metanol 3 : 1

a. Dibuat campuran aquabidest dan metanol (3:1).

b. Disaring dengan penyaring membran filter berukuran 0,5 µm

kemudian diawaudarakan dengan disonikasi.

2. Pembuatan Larutan Baku

Page 10: studi kasus BKO dalam serbuk pegal linu asam urat

a. Ditimbang 10,1 mg baku pembanding paracetamol BPFI.

b. Dimasukkan ke dalam lbu ukur 100 mL.

c. Ditambah 50 mL fase gerak.

d. Disonikasi selama 10 menit.

e. Diencerkan dengan fase gerak sampai garis tanda.

f. Dihomogenkan.

g. Dipipet sebanyak 1 mL.

h. Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL.

i. Ditambahkan 50 mL fase gerak.

j. Disonikasi selama 5 menit.

k. Diencerkan dengan fase gerak sampai garis tanda.

l. Dihomogenkan.

m. Disaring dengan membran filter berukuran 0,45 µm.

3. Pembuatan Larutan Sampel

a. Dipipet 2 mL larutan sampel.

b. Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL.

c. Ditambahkan 50 mL fase gerak.

d. Disonikasi selama 10 menit.

e. Diencerkan dengan fase gerak sampai garis tanda.

f. Dihomogenkan.

g. Dipipet sebnyak 2 mL.

h. Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL.

i. Ditambahkan 50 mL fase gerak.

j. Disonikasi selama 5 menit.

k. Diencerkan dengan fase gerak sampai garis tanda.

l. Dihomogenkan.

m. Disaring dengan membran filter berukuran 0,45 µm

4. Cara Penetapan

a. Dialirkan fase gerak dengan menggunakan pompa dengan laju alir

1,5 mL per menit ke dalam kolom yang berisi fase diam

oktadesilsilana.

Page 11: studi kasus BKO dalam serbuk pegal linu asam urat

b. Kemudian disuntikkan secara terpisah larutan baku dan larutan

sampel paracetamol ke dalam Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

dengan volume penyuntikan masing-masing 2 µL.

c. Pemisahan zat aktif terjadi emlalui mekanisme kromatografi.

d. Hasil pemisahan dibaca oleh detektor dengan panjang gelombang

243 nm.

e. Dicatat di recorder.

f. Dihitung luas area puncak utama masing-masing larutan baku dan

larutan dan larutan sampel.

C. Spektrofotometri

a. Membuat larutan standar (15 mg/L) 

Pembuatan larutan standar didasarkan nilai E 1%1cm parasetamol

dalam air adalah 715 sehingga untuk memberi absorbansi 0,2-0,8

dibutuhkan konsentrasi 0,015 sampai dengan0,054. Penimbangan

minimal 10 mg sehingga untuk awalnya 15 mg paracetamol

standardilarutkan dalam 10 ml metanol, kemudian ditambahkan

aquades hingga 100 mlkemudian disaring. Lalu dipipet 1 ml di add

10 ml sehingga diperoleh konsentrasi 15ppm. Kemudian dipipet

kembali 1 ml di add 10 ml dan diperoleh konsentrasi 1,5 ppm.

b. Pembuatan kurva baku kadar

Baku standar paracetamol ditentukan dengan membuat kurva

kalibrasi regresilinier antara absorbansi larutan dengan konsentrasi

paracetamol dengan kadar bertingkat.Dari larutan dengan

konsentrasi 1,5 ppm diambil 1 ml di add 10 ml dan diperoleh

0,15ppm kemudian diambil 1 ml add 10 ml untuk konsentrasi 0,015

ppm, 2 ml add 10 mluntuk konsentrasi 0,03, 3 ml add 10 ml untuk

konsentrasi 0,045.Dari larutan konsentrasi 1,5 ppm diambil 3 ml ad

25 ml diperoleh konsentrasi 0,18 ppm.Lalu dari larutan tersebut

diambil 2 ml ad 10 ml dengan konsentrasi 0,036 ppm dan

jugadiambil 3 ml ad 10 ml dengan konsentrasi 0,054 ppm. Dari

Page 12: studi kasus BKO dalam serbuk pegal linu asam urat

konsentrasi 0,054 ppmdiambil 5 ml ad 10 ml dengan konsentrasi

0,027 ppm. 

c. Menetapkan panjang gelombang maksimum

Dari larutan dengan konsentrasi 1,5 ppm diambil 1 ml di add 10 ml

dan diperoleh 0,15ppm kemudian diambil 2 ml add 10 ml untuk

konsentrasi 0,03 dan dibaca absorbansinyapada panjang

gelombang 190-380 nm . 

d. Preparasi sampel

Serbuk dilarutkan dalam 10 ml methanol kemudian ditambah

aquades sampai diperoleh volume100 ml. Lalu dipipet 1 ml di add

10 ml sehingga diperoleh konsentrasi 15 ppm.Kemudian dipipet

kembali 1 ml di add 10 ml dan diperoleh konsentrasi 1,5 ppm.

Darilarutan dengan konsentrasi 1,5 ppm diambil 1 ml di add 10 ml

dan diperoleh 0,15 ppmkemudian diambil 2 ml add 10 ml untuk

konsentrasi 0,03 ppm. Selanjutnya sampel dibaca absorbansinya

pada spektrofotometer dan dilakukan penghitungan kadar

parasetamol.

VI. Pustaka

1. http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-content/uploads/downloads/2012/07/

permenkes-003-tahun2010.pdf

2. http://www.binfar.depkes.go.id/dat/

Permenkes_0072012_Registrasi_Obat_Tradisional1.pdf

3. http://sutisehati.ucoz.com/index/bahaya_bko_dalam_jamu_tradisional/0-

38

4. http://library.thamrin.ac.id/index.php?p=show_detail&id=1967

5. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22617/7/Cover.pdf

6. www.google.co.id/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=9&cad=rja&ved=0CEwQFjAI&url

=http://repository.usu.ac.id/bitstream/

123456789/13985/1/09E02171.pdf&ei=c7yfULLKJJDrrQfYg4CoCA&usg=

Page 14: studi kasus BKO dalam serbuk pegal linu asam urat

Pertanyaan:

1. Ibu Mufidah

Bagaimana cara pengidentifikasian suatu senyawa secara

spektrofotometri?

Bagaimana cara pengidentifikasian suatu senyawa secara

KCKT?

Berapa nilai Rf untuk parasetamol?

2. Ireno Megaputra

Mengapa dalam metode KCKT harus dilakukan penyaringan

sebanyak 2 kali?

Mengapa pada penyiapan larutan sampel KCKT dilakukan 2

kali pengenceran dengan fase gerak?

3. Andi Anggriani

Dalam komposisi sampel terdapat bahan lain. Apakah isi dari

bahan lain itu?

4. Reza Setiawan

Bagaimana cara memeriksa apakah suatu produk menggunakan

nomor izin edar BPOM yang fiktif apabila berada di daerah terpencil

yang tidak memiliki koneksi internet?

5. Umi Mu’minati

Mengapa penetapan kadar abu tidak digunakan untuk menguji

sampel serbuk asam urat nyeri tulang cap Gunung Krakatau?

Metode apa yang paling baik di antara 3 metode yang anda

sebutkan?

Jawaban:

1. Bbb

2. a. Dalam metode KCKT

3. Bahan lain hingga 100% yang tertera dalam komposisi sampel

merupakan rahasia produsen untuk mencegah adanya peniruan

Page 15: studi kasus BKO dalam serbuk pegal linu asam urat

produk yang diproduksi, sehingga bahan lain tersebut tidak

diuraikan komposisinya masing-masing. Termasuk bahan lain yaitu

berupa bahan tambahan atau bahan-bahan yang digunakan dalam

jumlah sedikit saja dan bukan merupakan zat aktif.

4. Untuk memeriksa kebenaran nomor izin edar BPOM dari suatu

produk dapat dilakukan dengan mengecek pada situs asli BPOM,

yaitu pom.go.id kemudian mengklik “produk teregistrasi” lalu

masukkan nomor izin edar BPOM yang tertera pada kemasan

sampel. Untuk daerah terpencil yang tidak memiliki koneksi internet

maka cara untuk mengetahui nomor izin edar atau palsu adalah

dengan sosialisasi dari pihak terkait mengenai cara mengenali

produk-produk asli atau palsu.

5. Penetapan kadar abu tidak digunakan dalam mengidentifikasi

adanya kandungan bahan kimia obat yaitu parasetamol karena uji

ini dilakukan untuk menentukan jumlah total mineral yang terdapat

dalam bahan pangan. Untuk mengidentifikasi senyawa kimia obat

dilakukan dengan metode KLT, KCKT dan spektrofotometri. Dari

ketiga metode ini, metode yang paling baik adalah metode KCKT

karena kecepatan analisis dan kepekaannya tinggi.

Mata Kuliah Farmakognosi Analitik

Fakultas Farmasi

Universitas Hasanuddin

STUDI KASUS

Analisis Paracetamol pada Jamu Serbuk Asam Urat Nyeri Tulang Cap Gunung Krakatau

Page 16: studi kasus BKO dalam serbuk pegal linu asam urat

Oleh :

Kelompok I

Nur Hamida

Habiburrahman B

Ayun Dwi Astuti

Ade Sri Ervina

Sri Ayu Andira

Nur Mentari

Masniah

Sitti Nurlaelah

Aat Prayogo

A.Muh.Febri Ramadhan

Kelas A

MAKASSAR

2012