studi kasus bko dalam serbuk pegal linu asam urat
DESCRIPTION
adanya bahan kimia obat dalam serbuk yang merupakan obat tradisional merupakan salah satu pelanggaran hukumTRANSCRIPT
I. Judul Kasus
Analisis kandungan paracetamol pada jamu Serbuk Asam Urat Nyeri
Tulang Cap Gunung Krakatau
II. Sumber Informasi
Berdasarkan hasil pengawasan Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) sampai dengan Juli 2011, ditemukan 21 obat tradisional mengandung
bahan kimia obat (BKO), 20 di antaranya merupakan obat tradisional tidak
terdaftar atau ilegal.
Kepala BPOM Kustantinah menjelaskan, obat tradisional yang ditemukan
mengandung BKO itu adalah Poten-Zhi kapsul TR042337421
produksi/diimpor oleh PT Daxen Indonesia, Bogor; Asam Urat Nyeri Tulang
Cap Gunung Krakatau Serbuk dari Citra Herbindo Utama, Jakarta; Buah
Naga Kapsul dari Lebah Makasar; Dewa Dewi Kapsul dari PJ. Kurnia, Jateng;
Jamu Cap Putri Sakti Penyehat Badan dari CV. Putri Sakti Husada, Jawa
Timur dan Jamu Tradisional Jawa Asli Cap Putri Sakti dari CV Putri Sakti
Husada, Jawa Timur.
Di samping itu, Kapsul Telat Bulan (Tiauw Keng Poo Sae) dari Tabib Jaya
Sakti, Jateng; Kuat Tahan Lama Surabaya Madura Serbuk dari PJ. Racikan
Madura; Lebah Mutiara Asam Urat Kapsul dari Perusahaan Jamu Tradisional
Solo; Lebah Mutiara Gatal-Gatal Kapsul dari Perusahaan Jamu Tradisional
Solo; Linu Rat Kapsul dari PJ Sido Mekar; MD dan SM Obat Asam Urat Nyeri
Tulang/Sendi Cicunguya Kapsul dari PJ Ramuan Dayak dan Obat Kuat dan
Tahan Lama Powerman kapsul dari Indo Alam Perkasa, Denpasar.
Selain itu, Obat Kuat dan Tahan Lama X Kapsul dari PJ Husodo Jaya; Pil
Anti Sakit Gigi Plus Pak Tani tablet dari Sari Tani JAteng; Prima Setia kapsul
dari CV. Manshuba Indo HErba, Jakarta; Scorpion kapsul dari PJ Sinar
Makmur, Madura; Spider kapsul dari PJ Sinar Makmur, Madura; Tangkur
Cobra Laut kapsul dari PJ Bima Perkasa; Tiger Fit Asam Urat Flu Tulang
Kapsul dari Akar Tiongkok Indonesia dan Power Up kapsul dari Tibet Sheng
Yang Bioengineering Ltd/PT Woo Tekh Indonesia.
"Sebagai tindak lanjut dari temuan tersebut, kami dan pihak berwajib akan
melakukan penarikan produk dari peredaran dan pemusnahan produk serta
pencabutan nomor registrasi untuk yang telah terdaftar," ujar dia di Jakarta,
kemarin.
III. Pendahuluan
III.1 Latar Belakang
Obat tradisional adalah obat jadi atau ramuan bahan alam yang berasal
dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan galenik atau campuran bahan-bahan
tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman. Pada kenyataannya bahan obat alam yang berasal
dari tumbuhan porsinya lebih besar dibandingkan yang berasal dari hewan
atau mineral, sehingga sebutan obat tradisional (OT) hampir selalu identik
dengan tanaman obat (TO) karena sebagian besar OT berasal dari TO. Obat
tradisional ini (baik berupa jamu maupun TO) masih banyak digunakan oleh
masyarakat, terutama dari kalangan menengah kebawah. Bahkan dari masa
ke masa OT mengalami perkembangan yang semakin meningkat, terlebih
dengan munculnya isu kembali ke alam (back to nature) serta krisis yang
berkepanjangan. Namun demikian dalam perkembangannya sering dijumpai
ketidaktepatan penggunaan OT karena kesalahan informasi maupun
anggapan keliru terhadap OT dan cara penggunaannya. Dari segi efek
samping memang diakui bahwa obat alam/OT memiliki efek samping relatif
kecil dibandingkan obat modern, tetapi perlu diperhatikan bila ditinjau dari
kepastian bahan aktif dan konsistensinya yang belum dijamin terutama untuk
penggunaan secara rutin.
Namun sekarang, banyak ditemukan obat tradisional yang mengandung
bahan kimia obat. Penambahan bahan kimia obat sembarangan dan secara
liar itu berbahaya bagi kesehatan. Fenilbutason sebagai antirematik misalnya,
jika digunakan sembarangan menyebabkan ruam, muntah, pendarahan
lambung, penimbunan cairan, reaksi hipersensitifitas, anemia aplastik, bahkan
gagal ginjal. Sedangkan, penggunaan Parasetamol sebagai penghilang rasa
sakit dalam jangka panjang bisa menyebabkan kerusakan hati. Pemakaian
sembarangan P iroksikam sebagai penghilang rasa sakit menyebabkan diare,
penglihatan kabur, anoreksia, dan hipertensi.
Oleh karena itu, studi kasus ini diperlukan untuk mengetahui jenis-jenis
obat tradisonal yang telah beredar di masyarakat yang mengandung bahan
kimia obat, baik yang sudah ditarik maupun yang belum.
III.2 Tujuan
Studi kasus ini dilakukan untuk mengetahui jenis bahan kimia obat yang
terdapat dalam suatu produk jamu atau obat tradisional sehingga ditarik dari
peredaran dan dapat mengetahuia cara analisis bahan kimia tersebut.
IV. Tinjauan Pustaka
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Obat
Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari
bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk
pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat. (1)
Obat tradisional dilarang mengandung:
a. Etil alkohol lebih dari 1%, kecuali dalam bentuk sediaan tingtur yang
pemakaiannya dengan pengenceran;
b. Bahan kimia obat yang merupakan hasil isolasi atau sintetik berkhasiat
obat;
c. Narkotika atau psikotropika; dan/atau
d. Bahan lain yang berdasarkan pertimbangan kesehatan dan/atau
berdasarkan penelitian membahayakan kesehatan. (2)
Sampai saat ini Badan POM masih menemukan beberapa produk obat
tradisional yang didalamnya dicampuri bahan kimia obat (BKO). BKO di dalam
obat tradisional inilah yang menjadi selling point bagi produsen Hal ini
kemungkinan disebabkan kurangnya pengetahuan produsen akan bahaya
mengkonsumsi bahan kimia obat secara tidak terkontrol baik dosis maupun
cara penggunaannya atau bahkan semata-mata demi meningkatkan
penjualan karena konsumen menyukai produk obat tradisional yang bereaksi
cepat pada tubuh. Konsumen yang tidak menyadari adanya bahaya dari obat
tradisional yang dikonsumsinya, apalagi memperhatikan adanya kontra
indikasi penggunaan beberapa bahan kimia bagi penderita penyakit tertentu
maupun interaksi bahan obat yang terjadi apabila pengguna obat tradisional
sedang mengkonsumsi obat lain, tentunya sangat membahayakan. Untuk
itulah Badan POM secara berkesinambungan melakukan pengawasan yang
antara lain dilakukan melalui inspeksi pada sarana distribusi serta
pengawasan produk di peredaran dengan cara sampling dan pengujian
laboratorium terhadap produk yang beredar. Informasi adanya BKO didalam
obat tradisional juga bisa diperoleh berdasarkan laporan / pengaduan
konsumen maupun laporan dari Yayasan Badan Perlindungan Konsumen
Nasional (Yabpeknas).
Beberapa Persyaratan Obat Tradisional
Untuk serbuk (berupa butiran homogen dengan derajat halus yang cocok;
bahan bakunya berupa simplisia/bahan kering):
1. Kadar air tidak lebih dari 10%
2. Angka kapang (semacam jamur yang biasanya tumbuh pada
permukaan makanan yang sudah basi atau terlalu lama tidak di
olah), dan khamir (ragi) tidak lebih dari 10
3. Mikroba patogennya negatif/nol
4. Aflatoksin tidak lebih dari 30 bpj (bagian per juta).
5. Serbuk dengan bahan baku simplisia dilarang ditambahkan bahan
pengawet dan bahan kimia obat
6. Wadah tertutup baik, disimpan pada suhu kamar, ditempat kering
dan terlindung dari sinar matahari.
Menurut temuan Badan POM, obat tradisional yang sering dicemari
BKO umumnya adalah obat tradisional yang digunakan pada:
Klaim kegunaan
Obat tradisionalBKO yang sering ditambahkan
Pegal linu / encok /
rematik:
Fenilbutason, antalgin, diklofenak sodium, piroksikam,
parasetamol, prednison, atau deksametason
Pelangsing : Sibutramin hidroklorida
Peningkat stamina / : Sildenafil Sitrat
obat kuat pria
Kencing manis /
diabetes: Glibenklamid
Sesak nafas / asma : Teofilin
Bahaya macam-macam BKO yang sering dicampurkan kedalam
obat tradisional:
BKO yang sering dicampurkan ke dalam obat tradisional dan bahayanya
adalah sebagai berikut :
1. Fenilbutazon
Efek samping :
Timbul rasa tidak nyaman pada saluran cerna, mual, diare, kadang
pendarahan dan tukak, reaksi hipersensifitas terutama angio edema dan
bronkospasme, sakit kepala, pusing, vertigo, gangguan pendengaran,
fotosensifitas dan hematuria.
Paroritis, stomatitis, gondong, panareatitis, hepatitis, nefritis, gangguan
penglihatan, leukopenia jarang, trombositopenia, agranulositosis,
anemia aplastik, eritema multifoema 9 syndroma Steven Johnson,
nekrolisis epidermal toksis (lyll), toksis paru-paru.
2. Antalgin (Metampiron)
Efek samping :Pada pemakaian jangka panjang dapat menimbulkan
agranulositosis.
3. Deksametason
Efek Samping :
Glukokortikoid meliputi diabetes dan osteoporosis yang berbahaya bagi
usia lanjut. Dapat terjadi gangguan mental, euphoria dan myopagh.
Pada anak-anak kortikosteroid dapat menimbulkan gangguan
pertumbuhan, sedangkan pada wanita hamil dapat mempengaruhi
pertumbuhan adrenal anak.
Mineralokortikoid adalah hipertensi, pretensi Natrium dan cairan serta
hypokalemia.
4. Prednison
Efek samping :
Gejala saluran cerna : mual, cegukan, dyspepsia, tukak peptic, perut
kembang, pancreatitis akut, tukak oesofagus, candidiasis.
Gejala musculoskeletal : miopatiproximal, osteoporosis, osteonekrosis
avaskuler.
Gejala endokrin : gangguan haid, gangguan keseimbangan Nitrogen
dan kalsium, kepekaan terhadap dan beratnya infeksi bertambah.
Gejala neuropsikiatri : euphoria, ketergantungan psikis, depresi,
insomnia, psikosis, memberatnya shizoprenia dan epilepsy.
Gejala pada mata : glaucoma, penipisan kornea dan sclera, kambuhnya
infeksi virus atau jamur di mata.
Gejala lainnya : gangguan penyembuhan, atrofi kulit, lebam, acne,
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, leukositosis, reaksi
hipersensitif (termasuk anafilaksis), tromboemboli, lesu.
5. Teofilin
Efek samping :Takikardia, palpitasi, mual, gangguan saluran cerna, sakit
kepala, insomnia dan aritmia.
6. Hidroklortiazid (HCT)
Efek samping :Hipotensi postural dan gangguan saluran cerna yang
ringan, impotensi (reversible bila obat dihentikan), hipokalimia,
hipomagnesemia, hipoatremia, hiperkalsemia, alkalosis, hipokloremik,
hiperurisemia, pirai, hiperglikemia dan peningkat kadar kolesterol
plasma.
7. Furosemid
Efek samping :Hiponatremia, hipokalemia, hipomagnesia, alkalosis,
hipokloremik, ekskresi kalsium meningkat, hipotensi, gangguan saluran
cerna, hiperurisemia, pirai, hiperglikemia, kadar kolesterol dan
trigliserida plasma meningkat sementara.
8. Glibenklamid
Efek samping :
Umumnya ringan dan frekuensinya rendah diantaranya gejala saluran
cerna dan sakit kepala.M
Gejala hematology trombositopeni dan agranulositosis.
9. Siproheptadin
Efek samping :Mual, muntah, mulut kering, diare, anemia hemolitik,
leukopenia, agranulositosis dan trombositopenia.
10. Chlorpeniramin maleat (CTM)
Efek samping :Sedasi, gangguan saluran cerna, efek anti muskarinik,
hipotensi, kelemahan otot, tinitus, euphoria, nyeri kepala, stimulasi SSP,
reaksi alergi dankelainan darah.
11. Parasetamol
Efek samping :Jarang, kecuali ruam kulit, kelainan darah, pankreatitis
akut dan kerusakan hati setelah over dosis.
12. Diclofenac sodium
Efek samping :
Gangguan terhadap lambung, sakit kepala, gugup, kulit kemerahan,
bengkak, depresi, ngantuk tapi tidak bias tidur, pandangan kabur,
gangguan mata, tinitus, pruritus.
Untuk hipersensitif : menimbulkan gangguan ginjal, gangguan darah.
13. Sildenafil Sitrat
Efek samping :Dyspepsia, sakit kepala, flushing, pusing, gangguan
penglihatan, kongesti hidung, priapisme dan jantung.
14. Sibutramin Hidroklorida
Efek samping:Dapat meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung
serta sulit tidur.
Sanksi terhadap pelanggaran
Untuk melindungi masyarakat dari bahaya akibat penggunaan obat
tradisional yang dicemari BKO, Badan POM RI telah memberikan peringatan
keras kepada produsen yang bersangkutan dan memerintahkan untuk segera
menarik peredaran produk serta memusnahkannya. Apabila peringatan
tersebut tidak ditanggapi, Badan POM dapat membatalkan ijin edar produk
dimaksud bahkan mengajukanya ke pengadilan. Tindakan produsen dan
pihak-pihak yang mengedarkan produk obat tradisional dengan menambah
BKO telah melanggar UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan dan Undang-
Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. (3)
Metode Analisis Identifikasi Parasetamol Dalam Jamu (MA PPOM No.
34/OT/93) yang digunakan untuk pengujian rutin di Laboratorium Obat
Tradisional PPOMN, verifikasi metode dilakukan dengan menggunakan
sampel yang telah diuji dan memberikan hasil negatif (tidak mengandung
parasetamol). Dilakukan uji spesifisitas dan penetapan batas deteksi secara
kromatografi lapis tipis (KLT), spektrofotometri UV dan kromatogafi cair kinerja
tinggi (KCKT). Pada uji spesifisitas ditambahkan baku pembanding lain yang
mempunyai kemiripan sifat fisika, kimia dan efek farmakologi dengan
parasetamol. (4)
Pada metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT), fase diam Silika Gel 60
F254 (E.Merck) dan fase gerak kloroform : aseton : amonium hidroksida 25%
(8 : 2 : 0,1) dengan panjang gelombang 260 nm. (5). Untuk KCKT digunakan
fase gerak aquabidest : metanol (1: 3). (6)
V. Metode
V.1 Alat
a. KLT
Sinar UV, erlenmeyer, gelas ukur, pipet volume, chamber.
b. KCKT
HPLC Shimadzu Tipe LC-10 AD, ultra sonic branson, membran filter
berukuran 0,45 µm dan 0,5 µm, gelas ukur 1000 mL dan 50 mL, pipet volume,
labu ukur, neraca analitis, pompa vacum, aluminium foil, kertas saring
Whatman, corong, syringe injector.
c. Spektrofotometri
Spektrofotometer UV, neraca analitik , spatula, labu ukur, pipet volume,
batang pengaduk, corong gelas, beaker glass.
V.2 Bahan
a. KLT
Sampel, parasetamol murni, kloroform, aseton, amonium hidroksida 25%.
b. KCKT
Sampel, baku pembanding, metanol, aquabidest.
c. Spektrofotometri
Metanol, aquabidest
V.3 Metodelogi
A. KLT
1. Alat dan bahan disiapkan.
2. Dibuat sampel pengenceran dan fase gerak.
3. Dijenukan chamber.
4. Ditotolkan smpel dan baku pembanding pada silika gel.
5. Dimasukkan dalam sinar UV.
6. Diamati.
B. KCKT
1. Pembuatan Larutan Fase Gerak Aquabidest : Metanol 3 : 1
a. Dibuat campuran aquabidest dan metanol (3:1).
b. Disaring dengan penyaring membran filter berukuran 0,5 µm
kemudian diawaudarakan dengan disonikasi.
2. Pembuatan Larutan Baku
a. Ditimbang 10,1 mg baku pembanding paracetamol BPFI.
b. Dimasukkan ke dalam lbu ukur 100 mL.
c. Ditambah 50 mL fase gerak.
d. Disonikasi selama 10 menit.
e. Diencerkan dengan fase gerak sampai garis tanda.
f. Dihomogenkan.
g. Dipipet sebanyak 1 mL.
h. Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL.
i. Ditambahkan 50 mL fase gerak.
j. Disonikasi selama 5 menit.
k. Diencerkan dengan fase gerak sampai garis tanda.
l. Dihomogenkan.
m. Disaring dengan membran filter berukuran 0,45 µm.
3. Pembuatan Larutan Sampel
a. Dipipet 2 mL larutan sampel.
b. Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL.
c. Ditambahkan 50 mL fase gerak.
d. Disonikasi selama 10 menit.
e. Diencerkan dengan fase gerak sampai garis tanda.
f. Dihomogenkan.
g. Dipipet sebnyak 2 mL.
h. Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL.
i. Ditambahkan 50 mL fase gerak.
j. Disonikasi selama 5 menit.
k. Diencerkan dengan fase gerak sampai garis tanda.
l. Dihomogenkan.
m. Disaring dengan membran filter berukuran 0,45 µm
4. Cara Penetapan
a. Dialirkan fase gerak dengan menggunakan pompa dengan laju alir
1,5 mL per menit ke dalam kolom yang berisi fase diam
oktadesilsilana.
b. Kemudian disuntikkan secara terpisah larutan baku dan larutan
sampel paracetamol ke dalam Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
dengan volume penyuntikan masing-masing 2 µL.
c. Pemisahan zat aktif terjadi emlalui mekanisme kromatografi.
d. Hasil pemisahan dibaca oleh detektor dengan panjang gelombang
243 nm.
e. Dicatat di recorder.
f. Dihitung luas area puncak utama masing-masing larutan baku dan
larutan dan larutan sampel.
C. Spektrofotometri
a. Membuat larutan standar (15 mg/L)
Pembuatan larutan standar didasarkan nilai E 1%1cm parasetamol
dalam air adalah 715 sehingga untuk memberi absorbansi 0,2-0,8
dibutuhkan konsentrasi 0,015 sampai dengan0,054. Penimbangan
minimal 10 mg sehingga untuk awalnya 15 mg paracetamol
standardilarutkan dalam 10 ml metanol, kemudian ditambahkan
aquades hingga 100 mlkemudian disaring. Lalu dipipet 1 ml di add
10 ml sehingga diperoleh konsentrasi 15ppm. Kemudian dipipet
kembali 1 ml di add 10 ml dan diperoleh konsentrasi 1,5 ppm.
b. Pembuatan kurva baku kadar
Baku standar paracetamol ditentukan dengan membuat kurva
kalibrasi regresilinier antara absorbansi larutan dengan konsentrasi
paracetamol dengan kadar bertingkat.Dari larutan dengan
konsentrasi 1,5 ppm diambil 1 ml di add 10 ml dan diperoleh
0,15ppm kemudian diambil 1 ml add 10 ml untuk konsentrasi 0,015
ppm, 2 ml add 10 mluntuk konsentrasi 0,03, 3 ml add 10 ml untuk
konsentrasi 0,045.Dari larutan konsentrasi 1,5 ppm diambil 3 ml ad
25 ml diperoleh konsentrasi 0,18 ppm.Lalu dari larutan tersebut
diambil 2 ml ad 10 ml dengan konsentrasi 0,036 ppm dan
jugadiambil 3 ml ad 10 ml dengan konsentrasi 0,054 ppm. Dari
konsentrasi 0,054 ppmdiambil 5 ml ad 10 ml dengan konsentrasi
0,027 ppm.
c. Menetapkan panjang gelombang maksimum
Dari larutan dengan konsentrasi 1,5 ppm diambil 1 ml di add 10 ml
dan diperoleh 0,15ppm kemudian diambil 2 ml add 10 ml untuk
konsentrasi 0,03 dan dibaca absorbansinyapada panjang
gelombang 190-380 nm .
d. Preparasi sampel
Serbuk dilarutkan dalam 10 ml methanol kemudian ditambah
aquades sampai diperoleh volume100 ml. Lalu dipipet 1 ml di add
10 ml sehingga diperoleh konsentrasi 15 ppm.Kemudian dipipet
kembali 1 ml di add 10 ml dan diperoleh konsentrasi 1,5 ppm.
Darilarutan dengan konsentrasi 1,5 ppm diambil 1 ml di add 10 ml
dan diperoleh 0,15 ppmkemudian diambil 2 ml add 10 ml untuk
konsentrasi 0,03 ppm. Selanjutnya sampel dibaca absorbansinya
pada spektrofotometer dan dilakukan penghitungan kadar
parasetamol.
VI. Pustaka
1. http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-content/uploads/downloads/2012/07/
permenkes-003-tahun2010.pdf
2. http://www.binfar.depkes.go.id/dat/
Permenkes_0072012_Registrasi_Obat_Tradisional1.pdf
3. http://sutisehati.ucoz.com/index/bahaya_bko_dalam_jamu_tradisional/0-
38
4. http://library.thamrin.ac.id/index.php?p=show_detail&id=1967
5. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22617/7/Cover.pdf
6. www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=9&cad=rja&ved=0CEwQFjAI&url
=http://repository.usu.ac.id/bitstream/
123456789/13985/1/09E02171.pdf&ei=c7yfULLKJJDrrQfYg4CoCA&usg=
AFQjCNHNqa30RUW5hBPlBG0IbsbYTwPXqA&sig2=VV3I2RtEMDRXcW
Sj5bIvXQ
Pertanyaan:
1. Ibu Mufidah
Bagaimana cara pengidentifikasian suatu senyawa secara
spektrofotometri?
Bagaimana cara pengidentifikasian suatu senyawa secara
KCKT?
Berapa nilai Rf untuk parasetamol?
2. Ireno Megaputra
Mengapa dalam metode KCKT harus dilakukan penyaringan
sebanyak 2 kali?
Mengapa pada penyiapan larutan sampel KCKT dilakukan 2
kali pengenceran dengan fase gerak?
3. Andi Anggriani
Dalam komposisi sampel terdapat bahan lain. Apakah isi dari
bahan lain itu?
4. Reza Setiawan
Bagaimana cara memeriksa apakah suatu produk menggunakan
nomor izin edar BPOM yang fiktif apabila berada di daerah terpencil
yang tidak memiliki koneksi internet?
5. Umi Mu’minati
Mengapa penetapan kadar abu tidak digunakan untuk menguji
sampel serbuk asam urat nyeri tulang cap Gunung Krakatau?
Metode apa yang paling baik di antara 3 metode yang anda
sebutkan?
Jawaban:
1. Bbb
2. a. Dalam metode KCKT
3. Bahan lain hingga 100% yang tertera dalam komposisi sampel
merupakan rahasia produsen untuk mencegah adanya peniruan
produk yang diproduksi, sehingga bahan lain tersebut tidak
diuraikan komposisinya masing-masing. Termasuk bahan lain yaitu
berupa bahan tambahan atau bahan-bahan yang digunakan dalam
jumlah sedikit saja dan bukan merupakan zat aktif.
4. Untuk memeriksa kebenaran nomor izin edar BPOM dari suatu
produk dapat dilakukan dengan mengecek pada situs asli BPOM,
yaitu pom.go.id kemudian mengklik “produk teregistrasi” lalu
masukkan nomor izin edar BPOM yang tertera pada kemasan
sampel. Untuk daerah terpencil yang tidak memiliki koneksi internet
maka cara untuk mengetahui nomor izin edar atau palsu adalah
dengan sosialisasi dari pihak terkait mengenai cara mengenali
produk-produk asli atau palsu.
5. Penetapan kadar abu tidak digunakan dalam mengidentifikasi
adanya kandungan bahan kimia obat yaitu parasetamol karena uji
ini dilakukan untuk menentukan jumlah total mineral yang terdapat
dalam bahan pangan. Untuk mengidentifikasi senyawa kimia obat
dilakukan dengan metode KLT, KCKT dan spektrofotometri. Dari
ketiga metode ini, metode yang paling baik adalah metode KCKT
karena kecepatan analisis dan kepekaannya tinggi.
Mata Kuliah Farmakognosi Analitik
Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin
STUDI KASUS
Analisis Paracetamol pada Jamu Serbuk Asam Urat Nyeri Tulang Cap Gunung Krakatau
Oleh :
Kelompok I
Nur Hamida
Habiburrahman B
Ayun Dwi Astuti
Ade Sri Ervina
Sri Ayu Andira
Nur Mentari
Masniah
Sitti Nurlaelah
Aat Prayogo
A.Muh.Febri Ramadhan
Kelas A
MAKASSAR
2012