tatalaksana acs (stemi)

4
 TATALAKSANA SINDROMA KORONER AKUT DENGAN ELEVASI SEGMEN ST dr.Nurkhalis,Sp. JP., FIHA  Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular  Fak.Kedokteran Univ.Syiah Kuala / RSUDZA Pemerintah Aceh DEFINISI Sindroma klinik yang disebabkan oleh oklusi akut trombus intrakoroner yang berkepanjangan akibat rupturnya plak aterosklerosis dinding koroner epikardial. Kerusakan miokard yang terjadi tergantung pada : 1. Letak dan lamanya sumbatan aliran darah 2. Ada atau tidaknya kolateral 3. Luas wilayah miokard yang diperdarahi pembuluh darah yang tersumbat PATOGENESIS Adanyapenurunanmendadakalirandarahkoronerakibataterosklerosis yang tumpangtindihdengan trombosis, denganatautanpadisertaiprosesvasokonstriksi. Presentasi klinis dan hasil akhir tergantung lokasi obstruksi, severitas dan lamanya iskemik miokard.Ruptur plak aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya trombus intrakoroner yang menghambat aliran darah koroner sehingga terjadi iskemia atau, bahkan, nekrosis miokard. Proses pembentukan trombus intrakoroner terjadi sebagai akibat aktifasi platelet dan kaskade koagulasi, sehingga terbentuk white thrombus yang kaya akan platelet. Proses aktifasi platelet mengakibatkan pelepasan atau produksi tromboksan A2 (TXA2), ADP, dan fibrinogen. Terapi farmakologi yang ditujukan untuk menghambat agregasi platelet, antara lain, adalah aspirin, thyenopyridine, dan inhibitor GP IIb/IIIa. Aspirin bekerja menghambat pembentukan TXA2. Thyenopyridine (ticlopidine dan clopidogrel) menghambat reseptor P2Y12 ADP, dengan hasil akhir berupa terhambatnya ADP-induced  platelet aggregation. Sementara itu, inhibitor GP IIb/IIIa bekerja dengan menempati reseptor GP IIb/IIIa sehingga tidak dapat ditempati oleh fibrinogen. Oleh karena itu, terapi dengan sebuah agen antiplatelet tunggal akan menghambat proses agregasi trombosit secara parsial. TUJUAN PENANGANAN 1. Penanganan kegawatdaruratan diperlukan untuk menegakkan diagnosis secara cepat dan penilaian awal stratifikasi risiko, menghilangkan/mengurangi nyeri dan pencegahan ataupenangananhentijantung. 2. Penanganan dini untuk membuat keputusan segera terapi reperfusi untuk membatasi proses infark serta mencegah perluasan infark dan menangani komplikasi segera seperti gagal jantung, syok dan aritmia yang mengancamjiwa. 3. Penanganan selanjutnya untuk menangani komplikasi lain yang timbulkemudian. 4. Evaluasi dan penilaianrisikountukmencegahterjadinyaprogresipenyakit arteri koroner, infark baru, gagal jantung dan kematian PENANGANAN KEGAWATDARURATAN Di a gno sis Di ni :  Riwayat nyeri dada / perasaan tidak nyaman  Elevasi segmen ST >1mm pada 2 sadapan prekordial atau ekstremitas yang berhubungan, LBBB yang dianggap baru .  Peningkatan enzim jantung ( CK-MB, Troponin). Hasil tidak perlu ditunggu untuk memulai terapi reperfusi. Differensial Diagnosis : Comorbid iskemik ST Elevasi tanpa iskemik Nyeri dada bukan iskemik Diseksi aorta Early repolarisasi Diseksi aorta Emboli arterial sistemik Left ventricular hypertropy Myopericarditis Krisis hipertensi LBBB Pleuritis Stenosis aorta Hiperkalemi a Emboli paru Pemakaian cocain Brugada syndrome Costochondritis arteritis GI disorder  

Upload: sigaret

Post on 01-Nov-2015

20 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

mediacl

TRANSCRIPT

  • TATALAKSANA SINDROMA KORONER AKUT

    DENGAN ELEVASI SEGMEN ST

    dr.Nurkhalis,Sp. JP., FIHA

    Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular

    Fak.Kedokteran Univ.Syiah Kuala / RSUDZA Pemerintah Aceh

    DEFINISI

    Sindroma klinik yang disebabkan oleh oklusi akut trombus intrakoroner yang berkepanjangan akibat

    rupturnya plak aterosklerosis dinding koroner epikardial. Kerusakan miokard yang terjadi tergantung pada :

    1. Letak dan lamanya sumbatan aliran darah 2. Ada atau tidaknya kolateral 3. Luas wilayah miokard yang diperdarahi pembuluh darah yang tersumbat

    PATOGENESIS

    Adanyapenurunanmendadakalirandarahkoronerakibataterosklerosis yang tumpangtindihdengan trombosis,

    denganatautanpadisertaiprosesvasokonstriksi. Presentasi klinis dan hasil akhir tergantung lokasi obstruksi,

    severitas dan lamanya iskemik miokard.Ruptur plak aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya trombus

    intrakoroner yang menghambat aliran darah koroner sehingga terjadi iskemia atau, bahkan, nekrosis

    miokard. Proses pembentukan trombus intrakoroner terjadi sebagai akibat aktifasi platelet dan kaskade

    koagulasi, sehingga terbentuk white thrombus yang kaya akan platelet. Proses aktifasi platelet

    mengakibatkan pelepasan atau produksi tromboksan A2 (TXA2), ADP, dan fibrinogen. Terapi farmakologi

    yang ditujukan untuk menghambat agregasi platelet, antara lain, adalah aspirin, thyenopyridine, dan

    inhibitor GP IIb/IIIa. Aspirin bekerja menghambat pembentukan TXA2. Thyenopyridine (ticlopidine dan

    clopidogrel) menghambat reseptor P2Y12 ADP, dengan hasil akhir berupa terhambatnya ADP-induced

    platelet aggregation. Sementara itu, inhibitor GP IIb/IIIa bekerja dengan menempati reseptor GP IIb/IIIa

    sehingga tidak dapat ditempati oleh fibrinogen. Oleh karena itu, terapi dengan sebuah agen antiplatelet

    tunggal akan menghambat proses agregasi trombosit secara parsial.

    TUJUAN PENANGANAN

    1. Penanganan kegawatdaruratan diperlukan untuk menegakkan diagnosis secara cepat dan penilaian awal stratifikasi risiko, menghilangkan/mengurangi nyeri dan pencegahan

    ataupenangananhentijantung.

    2. Penanganan dini untuk membuat keputusan segera terapi reperfusi untuk membatasi proses infark serta mencegah perluasan infark dan menangani komplikasi segera seperti gagal jantung, syok dan

    aritmia yang mengancamjiwa.

    3. Penanganan selanjutnya untuk menangani komplikasi lain yang timbulkemudian. 4. Evaluasi dan penilaianrisikountukmencegahterjadinyaprogresipenyakit arteri koroner, infark baru,

    gagal jantung dan kematian

    PENANGANAN KEGAWATDARURATAN

    Diagnosis Dini:

    Riwayat nyeri dada / perasaan tidak nyaman

    Elevasi segmen ST >1mm pada 2 sadapan prekordial atau ekstremitas yang berhubungan, LBBB yang dianggap baru .

    Peningkatan enzim jantung ( CK-MB, Troponin). Hasil tidak perlu ditunggu untuk memulai terapi reperfusi.

    Differensial Diagnosis :

    Comorbid iskemik ST Elevasi tanpa iskemik Nyeri dada bukan iskemik Diseksi aorta Early repolarisasi Diseksi aorta

    Emboli arterial sistemik Left ventricular hypertropy Myopericarditis

    Krisis hipertensi LBBB Pleuritis

    Stenosis aorta Hiperkalemia Emboli paru

    Pemakaian cocain Brugada syndrome Costochondritis

    arteritis GI disorder

  • Tatalaksana Awal :

    Tirah baring (Bed rest total)

    Oksigen 4L / menit ( saturasi O2 dipertahankan >90%)

    Aspirin 160 - 320 mg (dikunyah)

    Nitrat diberikan 5 mg SL (dapat diulang 3 x) lalu drip bila masih nyeri

    Morfin iv bila nyeri tidak teratasi dengan Nitrat

    Tatalaksana lanjut sesuai indikasi dan kontraindikasi ( tidak boleh menunda reperfusi)

    Anti iskemik : Nitrat, B-bloker, Ca antagonis

    Anti platelet oral: Aspirin, Clopidogrel (Diberikandosisawal 300 mg padapasientanpariwayatpemakaianClopidogrelsebelumnya)

    Anti koagulan/ anti trombin : Heparin ( UFH/LMWH )

    Terapitambahan : ACE inhibitor/ ARB, Statin, Anxiolytic dan Pencahar (Stool Softener)

    Perbaikan aliran darah koroner dan reperfusi jaringan miokard pada presentasi 12 jam

    1. Terapi fibrinolitik Dianjurkan pada :

    Presentasi 3 jam

    Tindakan invasif tidak mungkin dilakukan atau akan terlambat - Waktu antara pasien tiba sampai dengan inflasi balon >90 menit - (Waktu antara pasien tiba sampai dengan inflasi balon) dikurangi (Waktu antara

    pasien tiba sampai dengan proses fibrinolitik) >1 jam

    Tidak ada kontraindikasi fibrinolitik

    Kontraindikasi Fibrinolitik

    A. Kontraindikasi absolut

    Riwayat perdarahan intrakranial kapanpun

    Lesi struktural cerebrovaskular ( contoh: AVM)

    Tumor intrakranial ( primer maupun metastasis)

    Stroke iskemik dalam 3 bulan terakhir, kecuali stroke iskemik akut dalam 4,5 jam

    Dicurigai adanya suatu diseksi aorta

    Pembedahan intracranial atau intraspinal dalam 2 bulan terakhir

    Trauma kepala tetutup atau fasial dalam 3 bulan

    Adanya perdarahan aktif ( tidak termasuk menstruasi)

    Hipertensiberat yang tidakterkontrol (tidakrespondenganterapiemergensi)

    Pernah mendapatkan streptokinase dalam 6 bulanterakhir

    B. Kontraindikasi relatif

    Riwayat hipertensi kronik dan berat yang tidak terkontrol

    Hipertensi berat yang tidak terkontrol saat presentasi(TD sistolik>180 mmHg atau TD diastolik > 110 mmHg )

    Riwayat stroke iskemik > 3 bulan, demensia, atau kelainan intrakranial selain yang disebutkan pada kontraindikasi absolut

    Resusitasi Jantung Paru traumatik atau lama > 10 menit atau operasi besar < 3 minggu

    Perdarahan internal dalam 2-4 minggu terakhir

    Kehamilan

    Non-compressible vascular punctures

    Ulkuspeptikumaktif

    Mendapatkan terapi antikoagulan oral

  • Regimen Fibrinolitik

    Terapiawal Antitrombin

    co-terapi

    Kontraindikasispesifik

    Streptokinase

    (SK)

    1.5 juta unit/100 ml D5% atau

    NaCl 0.9% selama 30-60 menit

    Dengan atau tanpa heparin

    iv selama 24-48 jam

    Riwayat SK

    atauanistreplase

    Alteplase

    (tPA)

    15 mg iv bolus

    0.75 mg/kgBBselama 30

    menitkemudian 0.5 mg/kg BB

    selama 60 menit iv. Dosis total

    tidak melebihi 100 mg

    Heparin iv selama 24-48

    jam

    Dosis heparin (UFH) sebagai co-terapi :

    Bolus iv 60 u/kg BB maksimum 4000 u

    Dosis maintenance per drip 12 u/kg BB selama 24-48 jam dengan maksimum 1000 u/jam dengan target

    aPTT 50-70 s. Monitoring aPTT 3, 6, 12, 24 jamsetelahterapidimulai.

    LMWH dapat digunakan sebagai alternative UFH pada pasien-pasien berusia

  • Pasien dengan iskemia berkepanjangan atau berulang setelah optimalisasi terapi medikamentosa dengan anatomi yang sesuai untuk tindakan bedah

    Jika keadaan umum pasien stabil, tindakan BPK elektif setelah 2 minggu. Jika tidak stabil, pasang

    IABP : - Stabil5 hariOn pump BPK - Tidak stabilSemi Cito BPK (semua vena)

    Tindakan reperfusi dapat dipertimbangkan pada pasien-pasien dengan presentasi 12 jam dengan nyeri dada yang berkepanjangan

    Pencegahan Sekunder Pasien Iskemia Miokard

    1. Merokok Target :berhenti total

    2. Kontroltekanandarah Target :