terapi aktifitas kelompok pk

54
TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK KLIEN DENGAN PRILAKU KEKERASAN Oleh : A’ang Fajar Rizki NIM. 2011.001 AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN 2014

Upload: dennie-setyawan-eka-putra

Post on 08-Feb-2016

78 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jiwa

TRANSCRIPT

Page 1: Terapi Aktifitas Kelompok Pk

TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK

KLIEN DENGAN PRILAKU KEKERASAN

Oleh : A’ang Fajar Rizki

NIM. 2011.001

AKADEMI KEPERAWATAN

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN

2014

Page 2: Terapi Aktifitas Kelompok Pk

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

STIMULASI PERSEPSI : PERILAKU KEKERASAN

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

1. Pengertian

Kelompok adalah kumpulan individu yang memilik hubungan satu dengan

yang lain,saling bergantung dan mempunyai norma yang sama(struart & Laraia ,

2001). Anggota kelompok mungkin dating dari berbagai latar belakang yang

harus ditangani sesuai dengan keadaanya, seperti agresif, takut, kebencian,

kompetitif, kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan dan menarik (Yalom, 1995

dalam Struart & Laraia). Semua kondisi ini akan mempengaruhi dinamika

kelompok , ketika anggota kelompok memberi dan menerima umpan balik yang

berarti dalam berbagai interaksi yang terjadi dalam kelompok

2. Jenis terapi kelompok

Beberapa ahli membedakan kegiatan kelompok sebagai tindakan keperawatan

pada kelompok dan terapi kelompok. Stuart dan Laraia (2001) menguraikan

beberapa kelompok yang dapat dipimpin dan digunakan perawat sebagai

tindakan keperawatan bagi klien, misalnya task group, supportive group, brief

therapy groups, intensive problem-solving groups, medication groups, activity

therapy, dan peer support groups. Wilson dan Kneisl (1992) menyampaikan

beberapa terapi kelompok seperti, analytic group psycho therapi, psychodrama,

self-help groups, remotivation, reedukasi dan client government groups. Terapi

aktivitas kelompok Rawlins, Williams, dan Beck (1993) membagi kelompok

menjadi tiga, yaitu terapi kelompok, kelompok terapeutik, dan terapi aktivitas

kelompok.

1.1 Terapi Kelompok

Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam

rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu.

Fokus terapi kelompok adalah membuat sadar diri (self-awereness), peningkatan

hubungan interpersonal, membuat perubahan atau ketiganya.

2.2 Kelompok Terapeutik

Kelompok terapeutik membantu mengatasi stres emosi, penyakit fisik

krisis, tumbuh-kembang, atau penyesuaian sosial, misalnya, kelompok wanita

hamil yang akan menjadi ibu, individu yang kehilangan, dan penyakit

Page 3: Terapi Aktifitas Kelompok Pk

terminal. Banyak kelompok terapeutik yang dikembangkan menjadi self-help-

group. Tujuan dari kelompok ini adalah sebagai berikut :

1. Mencegah masalah kesehatan

2. Mendidik dan mengembangkan potensi anggota kelompok

3. Meningkatkan kualitas kelompok. Antara anggota kelompok saling

membantu dalam menyelesaikan masalah.

2.3 Terapi Aktivitas Kelompok

Kelompok dibagi sesuai kebutuhan yaitu, stimulasi persepsi, stimulasi

sensoris, orientasi realita, dan sosialisasi.

Tabel 1-2 Tujuan, tipe, dan aktivitas dari terapi aktivitas kelompok

(Sumber : Rawlins, Williams, dan Beck, 1993)

Tujuan Tipe Aktivitas

1.Mengembangkan

stimulasi persepsi

Bibliotherapy Menggunakan artikel,

buku, sajak, puisi, surat

kabar untuk merangsang

atau menstimulasi berpikir

dan mengembangkan

hubungan dengan orang

lain.

Stimulus dapat berbagai

hal yang tujuannya melatih

persepsi.

2.Mengembangkan

stimulasi sensoris

Musik, seni, menari

Relaksasi

Menyediakan kegiatan

mengekspresikan perasaan

Belajar teknik relaksasi

dengan cara nafas dalam,

relaksasi otot, imajinasi

3.Mengembangkan

orientasi realitas

Kelompok orientasi

realitas, kelompok validasi

Fokus pada orientasi

waktu, tempat dan orang;

benar dan salah; bantu

memenuhi kebutuhan

4.Mengembangkan

sosialisasi

Kelompok remotivasi Mengorientasikan diri dan

regresi pada klien menarik

realitas dalam berinteraksi

atau sosialisasi

Page 4: Terapi Aktifitas Kelompok Pk

Kelompok mengingatkan

Fokus pada mengingat

Terapi aktivitas kelompok sering dipakai sebagai terapi tambahan. Sejalan

dengan hal tersebut, maka Lancester mengemukakan beberapa aktivitas yang

digunakan pada TAK, yaitu menggambar, membaca puisi, mendengarkan musik,

mempersiapkan meja makan, dan kegiatan sehari-hari yang lain. Wilson dan Kneisl

(1992) menyatakan bahwa TAK adalah manual, rekreasi dan teknik kreatif untuk

memfasilitasi pengalaman seseorang serta meninkatkan respon sosial dan harga diri.

Aktivitas yang digunakan sebagai terapi di dalam kelompok, yaitu membaca puisi,

seni, musik, menari dan literatur.

Dari uraian tentang terapi aktivitas kelompok yang dikemukakan oleh Wilson,

Kneisl, dan Lancester ditemukan kesamaan dengan terapi kelompok tambahan yang

disampaikan oleh Rawlins, Williams, dan Beck. Oleh karena itu, akan diuraikan

kombinasi keduanya menjadi terapi aktivitas kelompok.

Terapi aktivitas kelompok bibagi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok

stimulasi kognitif / persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi

aktivitas stimulasi realita, dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi.

2.3.1 Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif / Persepsi

Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus

yang pernah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan

pada tiap sesi. Dengan proses ini, diharapkan respon klien terhadap berbagai

stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.

Aktivitas berupa stimulus dan persepsi. Stimulus yang disediakan:

baca artikel / majalah / buku / puisi, menonton acara TV (ini merupakan

stimulus yang disediakan); stimulus dari pengalaman masa lalu yang

menghasilkan proses persepsi klien yang maladaptif atau distruktif, misalnya

kemarahan, kebencian, putus hubungan, pandangan negatif pada orang lain,

dan halusinasi. Kemudian dilatih persepsi klien terhadap stimulus.

2.3.2 Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensoris

Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensoris klien. Kemudian

diobservasi reaksi sensoris klien terhadap stimulus yang disediakan, berupa

ekspresi perasaan ssecara nonverbal (ekspresi wajah, gerakan tubuh).

Biasanya klien yang tidak mau mengungkapkan komunikasi verbal akan

Page 5: Terapi Aktifitas Kelompok Pk

terstimulasi emosi dan perasaannya, serta menampilkan respons. Aktivitas

yang digunakan sebagai stimulus adalah: musik, seni, menyanyi, menari. Jika

hobi klien diketahui sebelumnya, dapat dipakai sebagai stimulus, misalnya

lagu kesukaan klien, dapat digunakan sebagai stimulus.

2.3.3 Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realitas

 Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien, yaitu

diri sendiri, orang lain yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat

dengan klien dan lingkungan yang pernah mempunyai hubungan dengan

klien. Demikian pula dengan orientasi waktu saat ini, waktu yang lalu, dan

rencana kedepan. Aktivitas dapat berupa: orientasi orang, waktu, tempat,

benda yang ada disekitar, dan semua kondisi nyata.

2.3.4 Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi

Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada

disekitar klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari

interpersonal (satu dan satu), kelompok, dan massa. Aktivitas dapat berupa

latihan sosialisasi dalam kelompok.

3. Kualifikasi Terapis

Rawlins, Williams, dan Beck (1993) mengidentifikasi tiga area yang perlu

dipersiapkan untuk menjadi terapis atau pemimpin terapi kelompok, yaitu

persiapan teoritis melalui pendidikan formal, literatur, bacaan, dan lokakarya;

praktik yang disupervisi pada saat berperan sebagai pemimpin kelompok;

pengalaman mengikuti terapi kelompok.

Perawat diperkenankan memimpin terapi kelompok jira telah dipersiapkan

secara profesional. American Nurses ‘ Association (ANA) menetapkan pada

praktik keperawatan psikiatri dan klinikal spesialis dapat berfungsi sebagai terapis

kelompok. Sertifikat dari ANA sebagai spesialis klinik dalam keperawatan

psikiatri-kesehatan jira menjamin perawat mahir dan competen sebagai terapis

kelompok. The American Group Pshycotherapy Association (AGPA) sebagai

badan akreditasi terapis kelompok menetapkan anggotanya minimal

berpendidikan master.

Perawat yang memimpin kelompok terapeutik dan kelompok tambahan

(TAK), persyaratannya harus mempunyai pengetahuan tentang masalah klien dan

mengetahui metode yang dipakai untuk kelompok khusus serta terampil berperan

sebagai pemimpin.

Page 6: Terapi Aktifitas Kelompok Pk

PERILAKU KEKERASAN

A. Latar Belakang

Umumnya klien dengan Perilaku Kekerasan dibawa dengan paksa ke Rumah

sakit Jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan

dan pengawalan oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi. Perilaku

Kekerasan seperti memukul anggota keluarga/orang lain, merusak alat rumah

tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyak

dikemukakan oleh keluarga. Penanganan oleh keluarga belum memadai, keluarga

seharusnya mendapat pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien

(manajemen perilaku kekerasan).

B. Pengertian

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang

lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan

kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995).

Sedangkan menurut Depkes RI, Asuhan keperawatan pada pasien dengan

gangguan penyakit jiwa, Jilid III Edisi I, hlm 52 tahun 1996 : “Marah adalah

pengalaman emosi yang kuat dari individu dimana hasil/tujuan yang harus dicapai

terhambat”. Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan

mempersulit sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan

kemarahan dengan langsung dan konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan

individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya.

Untuk itu perawat harus pula mengetahui tentang respons kemarahan sesorang dan

fungsi positif marah.

C. Metode TAK

1. TAK Stimulasi Kognitif / Persepsi

Klien dilatih mempersepsikan stimulus, yang disediakan atau yang

pernah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada

tiap sesi. Dengan proses ini diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus

dalam kehidupan menjadi adaptif.

2. Stimulasi Sensoris

Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensori klien, kemudian

diobservasi reaksi sensori klien terhadap stimulus yang disediakan berupa

ekspresi perasaan secar non-verbal.

Page 7: Terapi Aktifitas Kelompok Pk

3. TAK Orientasi Realitas

Klien diorientasikan kepada kenyataan yang ada disekitarnya (diri

sendiri, orang lain disekelilingnya, orang yang dekat dengan klien, dan

lingkunan yang mempunyai hubungan dengan klien).

Demikian pula dengan orientasi waktu saat ini, waktu yang lalu dan

rencana kedepan, aktivitas dapat berupa orientasi orang, waktu, tempat, benda

yang ada disekitar dan semua kondisi nyata.

4. TAK Sosialisasi

Merupakan suatu upaya untuk memfasilitasi kemampuan sosialisasi

sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial. Tujuan umum dari terapi ini

ialah klien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara

bertahap. Sosialisasi dapat juga dilakukan secara bertahap dari interpersonal,

kelompok dan massa. Aktifitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok

D. Proses Terjadinya Perilaku Kekerasan

Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri

rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan

menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan

harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang

kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.

E. Penyebab Perilaku Kekerasan

Menurut Stearen kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak

enak, cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang

mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri,

kebutuhan akan status dan prestise yang tidak terpenuhi.

1. Frustasi, sesorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/

keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa

terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan

cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya

dengan kekerasan.

2. Hilangnya harga diri ; pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang

sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu

tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas

tersinggung, lekas marah, dan sebagainya.

Page 8: Terapi Aktifitas Kelompok Pk

3. Kebutuhan akan status dan prestise ; Manusia pada umumnya mempunyai

keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui

statusnya.

F. Tanda  dan Gejala Orang yang Menarik Diri

1. Muka merah

2. Pandangan tajam

3. Otot tegang

4. Nada suara tinggi

5. Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak

6. Memukul jika tidak senang

G. Tindakan keperawatan pada klien perilaku kekerasan

Keliat dkk. (2002) mengemukakan cara khusus yang dapat dilakukan keluarga

dalam mengatasi marah klien yaitu :

1. Tindakan Keperawatan

1.1 Berteriak, menjerit, dan memukul.

Terima marah klien, diam sebentar, arahkan klien untuk memukul barang

yang tidak mudah rusak seperti bantal, kasur

1.2 Cari gara-gara.

Bantu klien latihan relaksasi misalnya latihan fisik maupun olahraga, Latihan

pernafasan 2X/ hari, tiap kali 10 kali tarikan dan hembusan nafas.

1.3 Bantu melalui humor.

Jaga humor tidak menyakiti orang, observasi ekspresi muka orang yang

menjadi sasaran dan diskusi cara umum yang sesuai.

2. Terapi Medis

Psikofarmaka adalah terapi menggunakan obat dengan tujuan untuk

mengurangi atau menghilangkan gejala gangguan jiwa.

 

Page 9: Terapi Aktifitas Kelompok Pk

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

Stimulasi : Perilaku Kekerasan

Topik : Perilaku Kekerasan

Terapis : Mahasiswa

Sasaran : klien

Tempat : Ruang

Waktu : 1 X 45 menit

Kriteria Pasien :

Klien yang tidak terlalu gelisah.

klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya Terapi

Aktifitas Kelompok

Klien tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi dalam

kelompok kecil

Klien  tenang dan kooperatif

Kondisi fisik dalam keadaan baik

Mau mengikuti kegiatan terapi aktivitas

Klien yang dapat memegang alat tulis

Klien yang panca inderanya masih memungkinkan

Leader : 

Bertugas :

Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan

menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi untuk

mengekspresikan perasaannya

Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau

mendominasi

Koordinator, Mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan dengan

cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan

 Co Leader :

Bertugas :

Mendampingi leader jika terjadi blocking

Mengkoreksi dan mengingatkan leader jika terjadi kesalahan

Bersama leader memecahkan penyelesaian masalah

Page 10: Terapi Aktifitas Kelompok Pk

Observer :

Bertugas :

Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan TAK dari awal sampai akhir

Mencatat semua aktivitas dalam terapi aktivitas kelompok

Mengobservasi perilaku pasien

Bertugas :

Membantu klien meluruskan dan menjelaskan tugas yang harus dilakukan

Mendampingi peserta TAK

Memotivasi klien untuk aktif dalam kelompok

Menjadi contoh bagi klien selama kegiatan

Operator :

Bertugas :

·         Mengatur sound,music

Pendamping pasien :

Bertugas :

·         Mendampingi pasien dalam pelaksanaan TAK

·         Mengingatkan pasien tentang aturan permainan

·         Mengikuti jalannya TAK

Anggota /Klien :

Bertugas :

·         Menjalankan dan mengikuti kegiatan terapi

Uraian Seleksi Kelompok :

a. Hari/Tanggal : Rabu,24 Maret 2010

b. Tempat pertemuan : Ruang

c. Waktu : 09.00 s/d selesai

d. Lamanya : 45 menit

e. Kegiatan : Terapi Aktivitas Kelompok Perilaku kekerasan

f. Jumlah Anggota : ...Orang

g. Jenis TAK : Perilaku kekerasan

Page 11: Terapi Aktifitas Kelompok Pk

Seting Tempat :

Keterangan :

Leader : Operator :

Co Leader : Observator :

Fasilitator : Anggota /Klien :

TAK STIMULASI PERSEPSI : PERILAKU KEKERASAN

Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan

Tujuan

1. Klien dapat menyebutkan stimulus penyebab kemarahan.

2. Klien dapat menyebutkan respon yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala

marah )

3. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku kekerasan )

4. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan.

5. Klien dapat mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara

fisik(dengan latihan nafas dalam)

Setting

1. Terapis dan klien duduk bersama

Page 12: Terapi Aktifitas Kelompok Pk

2. Ruangan nyaman dan tenang.

Alat

1. Kertas

2. Spidol

3. Buku catatan dan pulpen

4. Jadwal kegiatan klien

5. Bola

Metode

1. Dinamika kelompok

2. Diskusi dan tanya jawab

3. Permainan

Langkah Kegiatan

1. Persiapan

1.1 Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah kooperatif

1.2 Membuat kontrak dengan klien

1.3 Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

2.1 Salam terapeutik

2.1.1 Salam dari terapis kepada klien.

2.1.2 Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama )

2.1.3 Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan

nama)

2.2 Evaluasi validasi

2.2.1 Menanyakan perasaan klien saat ini

2.2.2 Menanyakan masalah yang dirasakan.

2.3 Kontrak

2.3.1 Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenalkan kelompok,

harus minta izin pada terapis.

2.3.2 Menjelaskan aturan main berikut.

1. Jika klien ada yang ingin meninggalkan kelompok, harus

minta izin pada terapis.

Page 13: Terapi Aktifitas Kelompok Pk

2. Lama kegiatan 45 menit.

3. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.

3. Tahap kerja

Leader membacakan aturan permainan :

3.1 Permainan dimulai. Sampai ditemukan peserta yang tetap berjoget saat

musik berhenti.

3.2 Klien dan terapis mendiskusikan penyebab masalah perilaku kekerasan

3.2.1 Tanyakan pengalaman tiap klien

3.2.2 Tulis di kertas

3.3 Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh

penyebab marah sebelum perilaku kekerasan terjadi.

3.3.1 Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab

(tanda dan gejala)

3.3.2 Tulis di kertas

3.4 Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien (verbal,

merusak lingkungan, mencederai, memukul, orang lain, dan memukul diri

sendiri)

3.4.1 Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah

3.4.2 Tulis di kertas

3.5 Mendiskusiksan dampak/akibat perilaku kekerasan.

3.5.1 Tanyakan akibat perilaku kekerasan.

3.5.2 Tulis di papan tulis di kertas

3.6 Meminta pasien mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan

dengan cara fisik (latihan nafas dalam)

3.7 Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain paran/stimulasi.

3.8 Memberikan reinforcement pada peran serta klien.

3.9 Dalam menjalankan kegiatan TAK upayakan semua klien terlibat.

3.10Observer memberi kesimpulan/evaluasi tentang jalannya TAK, mengenai

jawaban klien tentang penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan,

dan akibat perilaku kekerasan. Selanjutnya observer memberikan pujian

atas peran serta klien dalam pelaksanaan TAK serta memberi motivasi

Page 14: Terapi Aktifitas Kelompok Pk

pada klien untuk meningkatkan kemampuannya dalam berlatih cara

mengontrol perilaku kemarahan.

3.11Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari cara baru yang sehat

menghadapi kemarahan.

4. Tahap Terminasi

4.1 Evaluasi

4.1.1 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

4.1.2 Memberikan reinformennt positif terhadap perilaku klien positif.

4.2 Tindak Lanjut

4.2.1 Menganjurkan klien menilai dan mengevaluasi jika terjadi

penyebab marah, yaitu tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang

terjadi, serta akibat perilaku kekerasan.

4.2.2 Menganjurkan klien mengingat penyebab, tanda dan gejala,

perilaku kekerasan dan akibat yang belum diceritakan.

4.3 Kontrak yang akan datang

4.3.1 Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah

perilaku kekerasan.

4.3.2 Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap

kerja.Aspek yang dievaluasi adalah kemempuan klien dengan tujuan TAK.Untuk

TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 1, kemampuan yang diharapkan

adalah mengetahui perilaku, mengenal tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang

dilakukan dan akibat perilaku kekerasan.Formulir evaluasi sebagai berikut :

Sesi 1

TAK : Stimilasi perilaku Kekerasan

Kemampuan Psikologi

No. Nama

klien

Penyebab

PK

Memberi Tanggapan Tentang

Tanda &

gejala PK

Perilaku

kekerasan

Akibat

PK

Mempraktekkan cara

mengontrol PK

Page 15: Terapi Aktifitas Kelompok Pk

dengan nafas dalam

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Petunjuk :

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.

2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui penyebab

perilaku kekerasan, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang

dilakukan dan akibat perilaku kekerasan, serta mempraktekkan cara

mengontrol perilaku kekerasan dengan nafas dalam. Beri tanda + jika mampu

dan beri tanda - jika tidak mampu.

Dokumentasi

Dokumentasikan kemempuyan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan

proses keperawatan tiap klien.Contoh: Klien mengikuti Sesi 1, TAK stimulus

persepsi perilaku kekerasan.Klien mampu menyebutkan penyebab perilaku

kekerasannya( disalahkan dan tidak diberi uang), mengenal tanda dan gejala yang

dirasakan (”gregeten” dan ”deg-degan”), perilaku kekerasan yang dilakukan

(memukul meja), akibat yang dirasakan (tangan sakit dan dibawa ke rumah sakit

jiwa), dan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan latihan tarik nafas dalam.

Anjurkan klien mengingat dan menyampaikan jika semua dirasakan selama di rumah

sakit.

Sesi 2: Mencegah Perilaku Kekerasan Fisik

Tujuan

1. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dilakukan klien.

2. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan

3. Klien dapat mendemontrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku

kekerasan.

Page 16: Terapi Aktifitas Kelompok Pk

Setting

1. Terapis dan klien duduk bersama membentuk segi empat

2. Ruangan nyaman dan tenang

Alat

1. Bantal

2. Sound musik

3. Papan tulis

4. Buku catatan dan pulpen

5. Jadwal kegiatan klien

Metode

1. Dinamika kelompok

2. Diskusi dan tanya jawab

3. Permainan

Langkah kegiatan

1. Persiapan

1.1 Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut Sesi 1

1.2 Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

2.1 Salam terapeutik

2.1.1 Salam dari terapis kepada klien.

2.1.2 Klien dan terapis pakai papan nama

2.2 Evaluasi validasi

2.2.1 Menanyakan perasaan klien saat ini

2.2.2 Menanyakan apakah ada kejadian perilaku kekerasan: penyebab; tanda

dan gejala; perilaku kekerasan serta akibatnya

2.3 Kontrak

Page 17: Terapi Aktifitas Kelompok Pk

2.3.1 Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara fisik untuk mencegah perilaku

kekerasan

2.3.2 Menjelaskan aturan main berikut.

1. Klien Bersedia mengikuti TAK

2. Berpakaian rapi dan bersih

3. Peserta tidak doperbolehkan makan,minum atau merokok selama

pelaksanaan TAK

4. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin

kepada terapi

5. Lama kegiatan 45 menit

6. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

3. Tahap kerja

Melakuakan pemilihan peserta yang akan di lakukan tahap kerja dengan

permainan sederhana yaitu diputarkan musik,kemudian klien memutar bola yang

di pegang,bila musik di hentikan dan ada peserta TAK yang masih memegang bola

berarti dia adalah peserta yang terpilih untuk dilakukan tahap kerja selanjutnya.

3.1 Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasanya dilakukan oleh klien.

3.1.1 Tanyakan kegiatan: rumah tangga, harian, dan olah raga yang biasa

silakukan oleh klien.

3.1.2 Tulis dipapan tulis/flipchart/whiteboard

3.2 Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk menyalurkan

kemarahan secara sehat: tarik napas dalam, menjemur/memukul kasur/bantal,

menyikat kamar mandi, main bola,senam, memukul gendang.

3.3 Membantu klien memilih dua kegiatan yang dapat dilakukan.

3.4 Bersama klien mempraktekan dua kegiatan yang dipilih.

3.4.1 Terapis mempratekkan

3.4.2 Klien melakukan redemontrasi.

3.5 Menanyakan perasaan klien setelah mempraktekan cara penyaluran

kemarahan.

3.6 Upayakan semua klien berperan aktif.

4. Tahap terminasi

4.1 Evaluasi

4.1.1 Terapi menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

4.1.2 Menanyakan ulang cara baru yang sehat mencegah perilaku kekerasan.

Page 18: Terapi Aktifitas Kelompok Pk

4.1.3 Memberitahukan kemajuan masing – masing klien dalam mencapai

hasil tiap sesi

4.2 Tindak lanjut

4.2.1 Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari jika

stimulus penyebab perilaku kekerasan.

4.2.2 Menganjurkan klien malatih secara teratur cara yang telah dipelajari.

4.2.3 Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien.

4.3 Kontak yang akan datang

4.3.1 Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu interaksi sosial

yang asertif.

4.3.2 Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.

Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk

TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 2, kemampuan yang di harapakan

adalah dua kemampuan mencegah perilaku kekerasan secara fisik. Formulir evaluasi

sebagai berikut:

Sesi 2

TAK : Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan

Kemampuan mencegah perilaku kekerasan fisik

No Nama klien Mempraktekkan cara fisik yang

pertama

Mempraktekkan

cara fisik yang

kedua

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Petunjuk :

Page 19: Terapi Aktifitas Kelompok Pk

1. tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.

2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktekkan 2 cara

fisik untuk mencegah perilaku kekerasan. Beri tanda

R Jika klien mampu dan tanda

R Jika klien tidak mampu

Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan

proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 2 TAK stimulasi

persepsi perilaku kekerasan, klien mampu mempraktekkan tarik nafas dalam, tetapi

belum mampu mempraktekkan pukul kasur dan bantal. Anjurkan dan bantu klien

mempraktekkan di ruang rawat( buat jadwal)

Sesi 3 : Mencegah perilaku kekerasan Sosial

Tujuan:

1. Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa memaksa

2. Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa kemarahan

Seting:

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran

2. Ruangan nyaman dan tenang

Alat :

1. Papan tulis/flipchart/whiteboard dan alat tulis

2. Buku catatan dan pulpen

3. Jadwal kegiatan klien

Metode :

1. Dinamika kelompok

2. Diskusi dan tanya jawab

3. Bermain peran / simulasi

Langkah kegiatan :

Page 20: Terapi Aktifitas Kelompok Pk

1. Persiapan

1.1 Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 2

1.2 Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

2.1 Salam terapiutik

2.1.1 Salam dari terapis kepada klien

2.1.2 Klien dan terapis pakai papan nama

2.2 Evaluasi /Validasi

2.2.1 Menanyakan perasaan klien saat ini

2.2.2 Menanyakan apakah ada penyebab marah,tanda dan gejala marah,serta

perilaku kekerasan

2.2.3 Tanyakan apakah kegiatan fisik untuk mencegah perilaku kekerasan

sudah dilakukan

2.3 Kontrak

2.3.1 Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu cara sosial untuk mencegah perilaku

kekerasan

2.3.2 Menjelaskan aturan main berikut:

1. Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta

izin kepada terapis.

2. Lama kegiatan 45 menit.

3. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja

3.1 Mendiskusikan dengan klien cara bicara jika ingin meminta sesuatu dari

orang lain.

3.2 Menuliskan cara-cara yang disampaikan klien.

3.3 Terapis mendemonstrasikan cara meminta sesuatu tanpa paksaan yaitu,”

Saya perlu/ingin/minta...., yang akan saya gunakan untuk....”.

3.4 Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara pada

poin 3.3

3.5 Ulangi 3.4 sampai semua klien mencoba.

3.6 Memberikan pujian pada peran serta klien.

3.7 Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan menyampaikan rasa sakit hati

pada orang lain, yaitu,”Saya tidak dapt melakukan...”atau”Saya tidak

menerima dikatakan .....”atau” Saya kesal dikatakan seperti...”.

Page 21: Terapi Aktifitas Kelompok Pk

3.8 Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara pada

poin 3.4

3.9 Ulangi 3.8 sampai semua klien mencoba.

3.10Memberikan pujian pada peran serta klien.

4. Tahap terminasi

4.1 Evaluasi

4.1.1 Terapis menanyakan perasaan klien setelah melakukan TAK.

4.1.2 Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah

dipelajari.

4.1.3 Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.

4.2 Tindak lanjut

4.2.1 Menganjurkan klien menggunakn kegiatan fisik dan interaksi sosial

yang asertif, jika stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi.

4.2.2 Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik dan interaksi sosial yang

asertif secara teratur.

4.2.3 Memasukkan interaksi sosial yang asertif pada jadwal kegiatan harian

pasien.

4.3 Kontrak yang akan datang

1. Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu kegiatan ibadah.

2. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses Tak berlangsung, khususnya pada tahap

kerja.Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.

Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 3, kemampuan klien yang

diharapkan adalah mencegah perilaku kekerasan secara sosial. Formulir evaluasi

sebagai berikut :

Sesi 3

TAK : Stimulasi persepsi perilaku kekerasan

Kemampuan mencegah perilaku kekerasan sosial

No Nama Klien Memperagakan

cara meminta tanpa

paksa

Memperagakan

cara menolak

yang baik

Mamperagakan

cara

mengungkapkan

kekerasan yang

Page 22: Terapi Aktifitas Kelompok Pk

baik

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Petunjuk :

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.

2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan pencegahan

perilaku kekerasan secara sosial: meminta tanpa paksa, menolak dengan baik,

mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri tanda √ jika klien mampu dan

tanda х jika klien tidak mampu.

Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan

proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti Sesi 3 TAK stimulasi

persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu memperagakan cara meminta tanpa paksa,

menolak dengan baik dan mengungkapkan kekerasan. Anjurkan klien mempraktikkan

di ruang rawat (buat jadwal).

Sesi 4 : Mencegah Perilaku Kekerasan spiritual

Tujuan

Klien dapat melakukan kegiatan ibadah secara teratur

Setting

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.

2. Ruangan nyaman dan tenang.

Alat

1. Papan tulis/ flipchart/whiteboard dan alat tulis

2. Buku catatan dan pulpen

3. Jadwal kegiatan klien

Page 23: Terapi Aktifitas Kelompok Pk

Metode

1. Dinamika kelompok

2. Diskusi dan tanya jawab

3. Bermain peran/ stimulasi

Langkah kegiatan

1. Persiapan

1.1 Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi.

1.2 menyiapkan alat dan tempat

2. Orientasi

2.1 Salam terapiutik

2.1.1 Salam dari terapis kepada klien

2.1.2 Klien dan terapis pakai papan nama

2.2 Evaluasi/ validasi

2.2.1 Menanyakan perasaan klien saat ini.

2.2.2 Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah,

serta perilaku kekerasan.

2.2.3 Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif untuk

mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.

2.3 Kontrak

2.3.1 Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan ibadah untuk mencegah

perilaku kekerasan

2.3.2 Menjelaskan aturan main berikut:

1. Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta

izin kepada terapis.

2. Lama kegiatan 45 menit.

3. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja

3.1 Menanyakan agama dan kepercayaan masing-masing klien.

3.2 Mendiskusikan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan masing-masing klien.

3.3 Menuliskan kegiatan ibadah masing-masing klien.

3.4 Meminta klien untuk memilih satu kegiatan ibadah.

3.5 Meminta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang dipilih.

3.6 Memberikan pujian pada penampilan klien.

Page 24: Terapi Aktifitas Kelompok Pk

4. Tahap terminasi

4.1 Evaluasi

4.1.1 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

4.1.2 Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah

dipelajari.

4.1.3 Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.

4.2 Tindak lanjut

4.2.1 Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial yang

asertif, dan kegiatan ibadah jika stimulus penyebab perilaku kekerasan

terjadi.

4.2.2 Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik, interaksi sosial yang

asertif, dan kegiatan ibadah secara teratur.

4.2.3 Memasukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan harian klien.

4.3 Kontrak yang akan datang

4.3.1 Menyepakati untuk balajar cara baru yang lain, yaitu minum obat

teratur.

4.3.2 Menyepakati waktu dan tempat pertemuan berikutnya.

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.

Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk

TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 4, kemampuan klien yang diharapkan

adalah perilaku 2 kegiatan ibadah untuk mencegah kekerasan. Formulir evaluasi

sebagai berikut.

Sesi 4

TAK : Stimulasi persepsi perilaku kekerasan

Kemampuan mencegah perilaku kekerasan spiritual

No Nama klien Mempraktikkan kegiatan

ibadah pertama

Mempraktikkan kegiatan

ibadah kedua

1.

2.

3.

4.

5.

Page 25: Terapi Aktifitas Kelompok Pk

6.

7.

8.

Petunjuk:

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien

2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan pencegahan

perilaku kekerasan secara sosial: meminta tanpa paksa, menolak dengan baik,

mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri tanda √ jika klien mampu dan

tanda х jika klien tidak mampu.

Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses

keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 4, Tak stimulasi persepsi

perilaku kekerasan. Klien mampu memperagakan dua cara ibadah. Anjurkan klien

melakukannya secara teratur di ruangan (buat jadwal).

Sesi 5: Mencegah Perilaku Kekerasan Dengan Patuh Mengonsumsi Obat

Tujuan

1. Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat

2. Klien dapat menyebutkan akibat/ kerugian tidak patuh minum obat

3. Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat

Setting

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.

2. Ruangan nyaman dan tenang.

Alat

1. Papan tulis/ flipchart/whiteboard dan alat tulis

2. Buku catatan dan pulpen

3. Jadwal kegiatan klien

4. Beberapa contoh obat

Metode

Page 26: Terapi Aktifitas Kelompok Pk

1. Dinamika kelompok

2. Diskusi dan tanya jawab

Langkah kegiatan

1. Persiapan

1.1 Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi.

1.2 Menyiapkan alat dan tempat

2. Orientasi

2.1 Salam terapiutik

2.1.1 Salam dari terapis kepada klien

2.1.2 Klien dan terapis pakai papan nama

2.2 Evaluasi/ validasi

2.2.1 Menanyakan perasaan klien saat ini.

2.2.2 Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah,

serta perilaku kekerasan.

2.2.3 Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif untuk

mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.

2.3 Kontrak

2.3.1 Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu petuh minum obat untuk mencegah

perilaku kekerasan

2.3.2 Menjelaskan aturan main berikut:

1. Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta

izin kepada terapis.

2. Lama kegiatan 45 menit.

3. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja

3.1 Mendiskusikan macam obat yang dimakan klien: nama dan warna (upayakan

tiap klien menyampaikan).

3.2 Mendiskusikan waktu minum obat yang biasa dilakukan klien.

3.3 Tuliskan di whiteboard hasil 3.1 dan 3.2

3.4 Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu minum

obat, benar orang yang minum obat, benar cara minum obat, benar dosis obat.

3.5 Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat secara bergiliran.

Page 27: Terapi Aktifitas Kelompok Pk

3.6 Berikan pujian pada klien yang benar.

3.7 Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat(catat di whiteboard).

3.8 Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (catat di

whiteboard).

3.9 Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara mencegah

perilaku kekerasan/ kambuh.

3.10Menjelaskan akibat/ kerugian jika tidak patuh minum obat, yaitu kejadian

perilaku kekerasan/ kambuh.

3.11Minta klien menyebutkaa kembali keuntungan patuh minum obat dan

kerugian tidak patuh minum obat.

3.12Memberikan pujian setiap kali klien benar.

4. Tahap terminasi

4.1 Evaluasi

4.1.1 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

4.1.2 Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah

dipelajari.

4.1.3 Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.

4.2 Tindak lanjut

4.2.1 Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial asertif

kegiatan ibadah, dan patuh minum obat untuk mencegah perilaku

kekerasan.

4.2.2 Memasukkan minum obat pada jadwal kegiatan harian klien.

4.3 Kontrak yang akan datang

4.3.1 Mengakhiri pertemuan untuk TAK perilaku kekerasan dan disepakati

jika klien perlu TAK yang lain.

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja.

Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk

TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 5, kemampuan yang diharapkan

adalah mengetahui lima benar cara minum obat, keuntungan minum obat, dan akibat

tidak patuh minum obat. Formulir evaluasi sebagai berikut.

Sesi 5

TAK : Stimulasi persepsi perilaku kekerasan

Page 28: Terapi Aktifitas Kelompok Pk

Kemampuan mencegah perilaku kekerasan

dengan patuh minum obat

No Nama klien Menyebutkan

lima benar minum

obat

Menyabutkan

keuntungan minum

obat

Menyebutkan

akibat tidak patuh

minum obat

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Petunjuk:

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien

2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan pencegahan

perilaku kekerasan secara sosial: meminta tanpa paksa, menolak dengan baik,

mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri tanda √ jika klien mampu dan

tanda х jika klien tidak mampu.

Dokumentasi

Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien pada catatan proses keperawatan tiap

klien. Contoh : klien mengikuti Sesi 5, TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan.

Klien mampu menyebutkan keuntungan minum obat, belum dapat menyebutkan

keuntungan minum obat dan akibat tidak minum obat. Anjurkan klien

mempraktikkan lima benar cara minum obat, bantu klien merasakan keuntungan

minum obat, dan akibat tidak minum obat.

Page 29: Terapi Aktifitas Kelompok Pk

TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK

KLIEN DENGAN PRILAKU KEKERASAN

Topik : Mengembangkan Sosialisasi Melalui Kegiatan Menggambar

Terapis : Enam orang mahasiswa

Sasaran : Enam orang klien

Tempat : Aula Cadika

Waktu : 1 X 45 menit

I. LATAR BELAKANG

Umumnya klien dengan Perilaku Kekerasan dibawa dengan paksa ke Rumah

sakit Jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan

pengawalan oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi.

Perilaku Kekerasan seperti memukul anggota keluarga/orang lain, merusak

alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyak

dikemukakan oleh keluarga. Penanganan oleh keluarga belum memadai, keluarga

seharusnya mendapat pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien (manajemen

perilaku kekerasan).

II. PENGERTIAN

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain

maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal

atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995).

Sedangkan menurut Depkes RI, Asuhan keperawatan pada pasien dengan

gangguan penyakit jiwa, Jilid III Edisi I, hlm 52 tahun 1996 : “Marah adalah

Page 30: Terapi Aktifitas Kelompok Pk

pengalaman emosi yang kuat dari individu dimana hasil/tujuan yang harus dicapai

terhambat”. Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit

sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan

langsung dan konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu

orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya. Untuk itu perawat harus pula

mengetahui tentang respons kemarahan sesorang dan fungsi positif marah.

III. METODE TAK

A.        TAK Stimulasi Kognitif / Persepsi

Klien dilatih mempersepsikan stimulus, yang disediakan atau yang pernah dialami.

Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi. Dengan proses

ini diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi

adaptif.

a. Stimulasi Sensoris

Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensori klien, kemudian diobservasi reaksi

sensori klien terhadap stimulus yang disediakan berupa ekspresi perasaan secar non-

verbal.

b. TAK Orientasi Realitas

Klien diorientasikan kepada kenyataan yang ada disekitarnya (diri sendiri, orang lain

disekelilingnya, orang yang dekat dengan klien, dan lingkunan yang mempunyai

hubungan dengan klien).

Demikian pula dengan orientasi waktu saat ini, waktu yang lalu dan rencana kedepan,

aktivitas dapat berupa orientasi orang, waktu, tempat, benda yang ada disekitar dan

semua kondisi nyata.

c. TAK Sosialisasi

Merupakan suatu upaya untuk memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien

dengan masalah hubungan sosial. Tujuan umum dari terapi ini ialah klien dapat

meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap. Sosialisasi dapat

juga dilakukan secara bertahap dari interpersonal, kelompok dan massa. Aktifitas

dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok

B. METODE : Diskusi

Dalam menggambar terdapat aspek-aspek antara lain :

Page 31: Terapi Aktifitas Kelompok Pk

1. Keterampilan motorik halus, ( menggunakan alat tulis ).

2. Kemampuan koordinasi.

3. Konsentrasi, termasuk kemampuan mengekspresikan perasaan, pikiran dan

menceritakan arti dari suatu gambar.

Ini sangat baik untuk terapi dengan klien yang memerlukan fasilitas dalam

mengembangkan kemampuan mengingat, meningkatkan ketenangan dan mengontrol

emosi.

Kegiatan ini dinamakan shering perasaan dimana anggota akan belajar untuk

saling berkomunikasi yang memiliki tujuan mengutarakan perasaan dan persepsi

dalam memperjelas sesuatu masalah yang diungkapkan, sehingga secara bertahap

klien akan melakukan hubungan sosial dengan orang lain.

1. Setiap anggota kelompok diberi kesempatan memperkenalkan diri dan yang

lain mendengarkan

2. Anggota kelompok bebas menentukan gambarnya

3. Setiap anggota kelompok diberi kesempatan untuk mengekspresikan

perasaannya dan pikirannya melalui gambar

4. Setiap anggota kelompok diminta memberikan tanggapan terhadap gambar

yang dibuatnya, maupun yang dibuat orang lain.

IV. TUJUAN

Terapi Aktifitas Kelompok :

Diharapkan dapat membantu klien dengan kasus tindak kekerasan untuk mempunyai

suatu respon yang lebih adaptif dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.

A. Tujuan Umum

1. Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya

2. Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan dengan

orang lain.

B. Tujuan khusus :

1. Klien mampu memperkenalkan diri

2. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

3. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang positif yang

dimiliki.

4. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.

5. Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang

dimiliki.

6. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.

7. Indikasi klien adalah klien dengan hubungan social : Tindak kekerasan

Page 32: Terapi Aktifitas Kelompok Pk

8. Klien tindak kekerasan yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal

C. Tujuan hari ini

Klien mampu menyebutkan jati dirinya antara lain :

1. Menyebutkan nama lengkap

2. Membina hubungan saling percaya.

3. Dapat mewarnai gambar

4. Dapat menyebutkan apa yang digambarkan

5. Dapat memberi pendapat terhadap gambar klien yang lain

6. Dapat memberi umpan balik terhadap  kegiatan tersebut

V. KRITERIA PESRTA

Persyaratan Umum

1. Klien yang tidak terlalu gelisah.

2. Klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya Terapi

Aktifitas Kelompok

3. Klien tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi dalam

kelompok kecil

4. Klien  tenang dan kooperatif

5. Kondisi fisik dalam keadaan baik

6. Mau mengikuti kegiatan terapi aktivitas

7. Klien yang dapat memegang alat tulis

8. Klien yang panca inderanya masih memungkinkan

Persyaratan Khusus

-

VI.      WAKTU PELAKSANAAN

1. Hari / Tanggal : Rabu/13 Mei 2009

2. Waktu : Pukul 08.30 s/d 09.30

3. Perkenalan : 5   menit

4. Menggambar : 15 menit

5. Diskusi : 15 menit

6. Observer : 10 menit

VII.     NAMA PESERTA DAN RUANGAN

Jumlah dan Nama Pasien

1. Tn. A

Page 33: Terapi Aktifitas Kelompok Pk

2. Tn. B

3. Tn. C

4. Tn. D

5. Tn. E

Cadangan :

1. Tn. F

2. Tn.G

Ruangan : Aula Cadika

VIII. MEDIA DAN ALAT

1. Lembaran kertas bergambar

2. Krayon / pensil untuk mewarnai

IX.      SUSUNAN PELAKSANAAN

1. Kegiatan berlangsung satu season : 60 menit

2. Pembukaan dan perkenalan

3. Diawali dengan do’a

4. Penjelasan aturan kegiatan

5. Proses kegiatan

6. Shering perasaan

X.       URAIAN TUGAS PELAKSANA

Peran Leader : Hasanuddin

·         Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan

menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi untuk

mengekspresikan perasaannya

·         Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau

mendominasi

·         Koordinator, Mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan dengan

cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan

Peran Observer : Dewi Ratih

·         Mengidentifikasi isue penting dalam proses

·         Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader

·         Mengamati dan mencatat :

1. Jumlah anggota yang hadir

Page 34: Terapi Aktifitas Kelompok Pk

2. Siapa yang terlambat

3. Daftar hadir

4. Siapa yang memberi pendapat atau ide

5. Topik diskusi

·         Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau kelompok yang

akan datang

·         Memprediksi respon anggota kelompok pada sesion berikutnya

Peran Fasilitator :

1. Zulkifi W.J

2. Azwar Cheiruddin

3. Fatimasam,

4. Hadawiah

·         Mempertahankan kehadiran peserta

·         Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta

·         Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar maupun

dari dalam kelompok

XI.      MEKANISME KEGIATAN

Proses Evaluasi Anggota dan Kelompok

Pelasanaan pada hari Selasa tanggal 13 Mei 2009 pukul 08.30 – 09.30

Anggota kelompok maksimal 6 orang klien

1. Anggota kelompok yang terlambat maksimal 30 % dari keseluruhan jumlah

pasien

2. Anggota kelompok yang memberikan pendapat minimal 5 orang atau 50 %

dari yang hadir

3. Anggota kelompok yang dapat mengekspresikan perasaan atau pendapat dan

tingkah laku minimal 50 %

4. Anggota kelompok yang dapat mengungkapkan perasaannya terhadap

kegiatan yanbg dilakukan diakhir kegiatan minimal 50 % dari yang hadir

XII.     Pengaturan Tempat

Klien Fasilitator klien fasilitator klien

Leader                                                                                                                            

Observer

Klien Fasilitator klien fasilitator klien

Page 35: Terapi Aktifitas Kelompok Pk

Keterangan :  Posisi Klien saling berhadapan

XIII.    Tata Tertib dan Antisipasi

1. Tata Tertib :

a. Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK

b. Berpakaian rapi dan bersih

c. Peserta tidak diperkenankan makan, minum dan merokok selama

kegiatan TAK

d. Peserta boleh meninggalkan ruangan sebelum tata tertib dibacakan

selama 5 menit, dan bila peserta tidak kembali ke ruangan  maka

peserta tersebut diganti peserta cadangan

e. Peserta tidak diperkenankan meninggalkan ruangan setelah tata tertib

dibacakan. Bila peserta meninggalkan ruangan dan tidak bisa

mengikuti kegiatan lain setelah dibujuk oleh fasilitator, maka peserta

tersebut tidak dapat diganti oleh peserta cadangan.

f. Peserta hadir 5 menit sebelum kegiatan dimulai

g. Peserta yang ingin mengajukan pertanyaan, mengangkat tangan

terlebih dulu dan berbicara setelah dipersilahkan.

h. TAK berlangsung selama 45 menit dari pukul 08.30 sampai 09.15.

2. Program Antisipasi

a. Usahakan dalam keadaan terapeutik

b. Anjurkan kepada terafis agar dapat menjaga perasaan anggota

kelompok, menahan diri untuk tertawa atau sikap yang menyinggung

c. Bila ada peserta yang direncanakan tidak bisa hadir, maka diganti oleh

cadangan yang telah disiapkan dengan cara ditawarkan terlebih dahulu

kepada peserta.

d. Bila ada peserta yang tidak menaati tata tertib, diperingatkan dan jika

tidak bisa diperingatkan, dikeluarkan dari kegiatan setelah dilakukan

penawaran.

e. Bila ada anggota yang ingin keluar, dibicarakan dan diminta

persetujuan dari peserta TAK yang lain

f. Bila ada peserta TAK yang melakukan kegiatan tidak sesuai dengan

tujuan, leader memperingatkan dan mengarahkan kembali bila tidak

bisa, dikeluarkan dari kelompok

g. Bila peserta pasif, leader memotivasi dibantu oleh fasilitator

ISI MATERI

Page 36: Terapi Aktifitas Kelompok Pk

Perilaku Kekerasan

1. Proses Terjadinya Perilaku Kekerasan

Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri

rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan

menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana

gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri

sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.

2. Penyebab Perilaku Kekerasan

Menurut Stearen kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak

enak, cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang

mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri,

kebutuhan akan status dan prestise yang tidak terpenuhi.

a. Frustasi, sesorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/

keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa

terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan

cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya

dengan kekerasan.

b. Hilangnya harga diri ; pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang

sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu

tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas

tersinggung, lekas marah, dan sebagainya.

c. Kebutuhan akan status dan prestise ; Manusia pada umumnya mempunyai

keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui

statusnya.

3. Tanda  dan Gejala Orang yang Menarik Diri

a. Muka merah

b. Pandangan tajam

c. Otot tegang

d. Nada suara tinggi

e. Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak

f. Memukul jika tidak senang

Page 37: Terapi Aktifitas Kelompok Pk

4. Tindakan keperawatan pada klien perilaku kekerasan

Keliat dkk. (2002) mengemukakan cara khusus yang dapat dilakukan keluarga

dalam mengatasi marah klien yaitu :

1. Tindakan Keperawatan

a. Berteriak, menjerit, dan memukul.

Terima marah klien, diam sebentar, arahkan klien untuk memukul

barang yang tidak mudah rusak seperti bantal, kasur

b. Cari gara-gara.

Bantu klien latihan relaksasi misalnya latihan fisik maupun olahraga,

Latihan pernafasan 2X/ hari, tiap kali 10 kali tarikan dan hembusan

nafas.

c. Bantu melalui humor.

Jaga humor tidak menyakiti orang, observasi ekspresi muka orang

yang menjadi sasaran dan diskusi cara umum yang sesuai.

2. Terapi Medis

Psikofarmaka adalah terapi menggunakan obat dengan tujuan untuk

mengurangi atau menghilangkan gejala gangguan jiwa.

Page 38: Terapi Aktifitas Kelompok Pk

DAFTAR PUSTAKA

Yosep, Iyus (2007). Keperawatan Jiwa, Bandung. Refika Aditama

Stuar, Gail W, (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta,EGC, Edisi 5

Keliat anna budi, (2005) Keperawatan Jiwa TAK, Jakarta:EGC

http://www.harnawatiaj.wordpress.com/ASKEP-PERILAKU-KEKERASAN«

..WELCOME TO HARNA’S WORLD.html

http://www.panji.wordpress.com/askep-perilaku-kekerasan.html

http://www.zawani.wordpress.com/askep-perilaku-kekerasan.html