terapi cairan perioperatif pengganti puasa (1)
DESCRIPTION
8TRANSCRIPT
Departemen Ilmu Anestesi
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Indonesia
2015
Terapi Cairan Perioperatif Pengganti Puasa
Tujuan Terapi Cairan Perioperatif Untuk mengganti defisit prabedah, selama pembedahan, dan pasca pembedahan dimana saluran pencernaan belum berfungsi secara optimal disamping untuk pemenuhan kebutuhan normal harian
Osmosis Difusi Pompa Natrium Kalium
Proses Pergerakan Cairan Tubuh
1. Perubahan Volume a. Defisit Volume b. Kelebihan Volume
2. Perubahan Konsentrasi a. Hiponatremia – Hipernatremia b. Hipokalemia – Hipernatremia
3. Perubahan Komposisia. Alkalosis Respiratorikb. Alkalosis Metabolik c. Asidosis Respiratorik
d. Asidosis Metabolik
Perubahan Cairan Tubuh
• Kebutuhan cairan basal dapat dihitung sebagai berikut :
• Penggantian cairan akibat puasa prabedah :
Penentuan Jumlah Cairan Perioperatif
1. 4 mL/kgBB/jam untuk 10 kg pertama 2. 2 mL/kgBB/jam tambahkan untuk 10 kg
kedua 3. 1 mL/kgBB/jam tambahkan untuk sisa kg
berat badan
Lama puasa (jam) x kebutuhan cairan basal
Pembedahan juga menyebabkan cairan pindah ke ruang ketiga, untuk menggantinya tergantung jenis pembedahan :
Penentuan Jumlah Cairan Perioperatif
1. 4 mL/kgBB/jam untuk prosedur bedah dengan trauma minimal
2. 6 mL/kg BB/jam untuk prosedur bedah dengan trauma sedang
3. 8 mL/kg BB/jam untuk prosedur bedah dengan trauma berat
Penggantian cairan perioperatif dapat dilakukan bertahap selama 3 jam :
Penentuan Jumlah Cairan Perioperatif
1. Satu jam pertama = ½ cairan pengganti puasa prabedah + kebutuhan cairan basal + jenis operasi.
2. Satu jam kedua = ¼ cairan pengganti puasa prabedah + kebutuhan cairan basal + jenis operasi.
3. Satu jam ketiga = ¼ cairan pengganti puasa prabedah + kebutuhan cairan basal + jenis operasi.
TERAPI CAIRAN
9
RESUSITASI RUMATAN
Kristaloid Koloid Elektrolit Nutrisi
Mengganti kehilangan akut( hemorrhae, GI loss,
rongga ke3 )
1. Kebutuhan normal (IWL+urin+feses)2. Dukungan nutrisi
REPAIR
Pemilihan Jenis Cairan
Puasa Anestesi Pembedahan
Kesimpulan
1. Guyton AC, Hall J.E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerjemah: Rachman L.Y. et al. Edisi 11. EGC. Jakarta.
2. Pandey CK, Singh RB. 2003. Fluid and electrolyte disorders. Indian J.Anaesh. 47(5) : 380-387.
3. Hartanto WW. 2007. Terapi Cairan dan Elektrolit Perioperatif. Bagian Farmakologi Klinik dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.
4. Latief AS, dkk. 2007. Petunjuk praktis anestesiologi: Terapi cairan pada pembedahan. Ed. Ketiga. Bagian anestesiologi dan terapi intensif, FKUI.
5. Heitz U, Horne MM. 2005. Fluid, electrolyte and acid base balance. 5th ed. Missouri: Elsevier-mosby. PP : 3-227.
6. Mayer H, Follin SA. 2002. Fluid and electrolyte made incredibly easy. 2nd ed. Pennsylvania: Springhouse. PP : 3-189.
7. Lyon Lee. Fluid and Electrolyte Therapy. Oklahoma State University - Center for Veterinary Health. 2006. [http://member.tripod.com/~lyser/ivfs.htm (online) diakses tanggal 22 September 2012].
Daftar Pustaka
8. Ellsbury DL, George CS. 2006. Dehydration. eMed J. [http://www.emedicine.com/CHILD/topic925.htm (online) diakses pada 20 September 2012].
9. Sjamsuhidajat, R., De Jong, W. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC.
10. Woo A. 2007. An Introduction to Fluid Therapy. British Journal of Hospital Medicine. April 2007. 68 (4).
11. Brandstrup B. 2006. Fluid Therapy for the Surgical Patient. J Elsevier. Best Practice and Research Clinical Anastesiologi. 20 (2) : p 265-283 [http://www.journals.elsevierhealth.com/periodicals/ybean/article/PIIS1521689605000807 (online) diakses pada 20 November 2013]