tesis strategi peningkatan kompetensi guru dengan pendekatan analysis hierarchy process (ahp)

Download TESIS STRATEGI PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DENGAN PENDEKATAN ANALYSIS HIERARCHY PROCESS (AHP)

If you can't read please download the document

Upload: wikarso-fahri

Post on 27-Oct-2015

834 views

Category:

Documents


26 download

DESCRIPTION

TESIS STRATEGI PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DENGAN PENDEKATAN ANALYSIS HIERARCHY PROCESS (AHP) (Studi Pada Guru SMPN Komwil 05 Kabupaten Tegal) oleh Reni Daharti, S.Pd (Guru SMP Negeri 1 Suradadi Kab. Tegal sebagai syarat S2 di STIE Bank BPD Jateng, Semarang

TRANSCRIPT

  • i

    STRATEGI PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DENGAN PENDEKATAN ANALYSIS HIERARCHY PROCESS (AHP) (Studi Pada Guru SMPN Komwil 05 Kabupaten Tegal)

    TESIS

    Diajukan Kepada Pengelola

    Program Pasca Sarjana Magister Manajemen

    STIE Bank BPD Jateng untuk memenuhi syarat guna

    Memperoleh derajat S-2 Magister Manajemen

    Oleh :

    RENI DAHARTI, S.Pd

    NIM : 2M1.11244

    PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

    STIE BANK BPD JATENG

    SEMARANG

    2013

  • ii

    HALAMAN PERSETUJUAN

    STRATEGI PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DENGAN PENDEKATAN ANALYSIS HIERARCHY PROCESS (AHP) (Studi Pada Guru SMPN Komwil 05 Kabupaten Tegal)

    TESIS

    Oleh :

    RENI DAHARTI, S.Pd

    NIM : 2M1.11244

    Telah disetujui untuk diuji :

    Tanggal Mei 2013

    Pembimbing I

    Prof. Dra. Indah Susilowati, M.Sc.Ph.D

    Pembimbing II

    Himawan Arif Sutanto, SE., M.Si

  • iii

    LEMBAR PENGESAHAN

    Nama : RENI DAHARTI, S.Pd

    NIM : 2M1.11244

    Judul Tesis : STRATEGI PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DENGAN PENDEKATAN ANALYSIS HIERARCHY PROCESS (AHP) (Studi Pada Guru SMPN Komwil 05 Kabupaten Tegal)

    Program Studi : Magister Manajemen

    Telah dipertahankan di depan Dewan penguji

    pada tanggal ............. Mei 2013 dan dinyatakan ........... serta

    memenuhi syarat untuk diterima

    Dewan Penguji

    Tim Penguji Tanda Tangan

    1. Prof. Dra. Indah Susilowati, M.Sc.Ph.D

    2.

    3.

    ......................................................

    ......................................................

    ......................................................

    Mengesahkan,

    Ketua Program Studi Magister Manajemen

    (Yanuar Rachmansyah, D, SE.MSi)

  • iv

    HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN

    Yang bertanda tangan di bawah ini :

    Nama : Reni Daharti, S.Pd

    NIM : 2M1.11244

    Program Studi : Magister Manajemen Konsentrasi Pendidikan

    Menyatakan dengan sesungguhnya dan sejujurnya bahwa tesis saya yang berjudul

    Strategi Peningkatan Kompetensi Guru Dengan Pendekatan Analysis Hierarchy

    Process (AHP); (Studi Pada Guru SMPN Komwil 05 Kabupaten Tegal) adalah

    asli hasil penelitian saya sendiri dan bukan plagiasi hasil karya orang lain.

    Semarang, Juni 2013

    Yang menyatakan,

    Reni Daharti

  • v

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    MOTTO

    1. Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-

    orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (QS. Al Mujadalah: 11).

    2. Seperti padi, kian berisi kian meunduk.

    PERSEMBAHAN

    Kupersembahkan pada :

    1. Ibunda tercinta (Bu Ratun) yang telah mendidik dan

    menyayangiku.

    2. Anak-anakku tercinta (Rakhma, Nurul, Muflikh dan Iffah)

    yang telah memberikan semangat dalam hidupku.

    3. Anak-anak menantuku tercinta (Watno dan Rais).

    4. Cucu-cucuku tercinta (Putri dan Syafiq)

    5. Teman-teman dan sahabatku.

    6. Almamater Magister Manajemen STIE BPD Semarang.

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

    karena berkat karunia-Nya penulis telah menyelesaikan Tesis yang berjudul

    Strategi Peningkatan Kompetensi Guru Dengan Pendekatan Analysis Hierarchy

    Process (AHP) (Studi Pada Guru SMPN Komwil 05 Kabupaten Tegal).

    Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa penyusun Tesis

    ini jauh dari kesempurnaan, karena katerbatasan yang penulis miliki. Oleh karena

    itu dengan senang hati penulis bersedia menerima segala kritik serta saran-saran

    yang bersifat membangun untuk kesempurnaan penyusunan tesis ini.

    Penyusun Tesis ini, penulis banyak menerima bimbingan dan bantuan

    dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima

    kasih banyak pada :

    1. Bapak Dr. Djoko Sudantoko, S.Sos., MM., sebagai Ketua STIE BPD

    Semarang.

    2. Bapak Yanuar Rachmansyah, D, SE, Msi., selaku Direktur Magister

    Manajemen STIE BPD Semarang.

    3. Ibu Prof. Dra. Indah Susilowati, MSc., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing I

    yang telah memberi petunjuk dan arahan kepada penulis sehingga tesis ini

    selesai.

    4. Bapak Himawan Arif Sutanto, SE., M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang

    telah memberi petunjuk dan arahan kepada penulis sehingga tesis ini selesai.

  • vii

    5. Bapak Kepala Badan Lingkungan Hidup dan Masyarakat Kabupaten Tegal.

    6. Bapak Ketua Komwil 05 Tarub Kabupaten Tegal

    7. Semu apihak yang telah membantu yang tidak dapat saya sebutkan satu

    persatu, terima aksih atas dukungannya.

    Besar harapan penulis semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi para

    pembaca pada umumnya dan ilmu pengetahuan pada khususnya.

    Semarang, Juni 2013

    Penulis,

    Reni Daharti

  • viii

    ABSTRAKSI

    Reni Daharti, 2013. Strategi Peningkatan Kompetensi Guru Dengan Pendekatan

    Analysis Hierarchy Process (AHP), Program Studi Manajemen STIE Bank

    Jateng Semarang.

    Kata kunci : Strategi, Kompetensi Guru, Analysis Hierarchy Process.

    Studi dalam penelitian mengenai strategi meningkatkan kompetensi guru dalam

    mengajar melalui pendekatan Analysis Hierarchy Process (AHP) pada guru SMP

    di Komwil 05 Tarub Kabupaten Tegal. Masalah yang diangkat dalam penelitian

    ini adalah (1) kebijakan apa sajakah yang menjadi prioritas dalam meningkatkan

    kompetensi professional guru, dan (2) bagaimanakah strategi meningkatkan

    kompetensi professional guru melalui penentuan prioritas kebijakan.

    Dalam penelitian ini menggunakan analisis Analysis Hierarchy Process (AHP).

    Analisis ini digunakan untuk mengetahui kemampuan individu (guru) dan

    organisasi (sekolah) sehingga dapat tanggap terhadap perubahan lingkungan yang

    ada. Dari 165 orang guru yang lulus sertifikasi, jumlah sampel yang diambil

    sebanyak 50 responden dengan teknik sampel random sampling terkuota dan

    menggunakan kuisioner untuk memproses data.

    Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa strategi peningkatan kompetensi

    guru sertifikasi SMP di Komwil 05 Kabupaten Tegal. Aspek dan kriteria yang

    menjadi bahan pertimbangan dalam peningkatan kompetensi guru di Kabupaten

    Tegal menunjukkan bahwa Program Pre Service Education (PPSE) adalah

    program yang perlu menjadi priorotas utama yaitu dengan melakukan penyaringan

    yang ketat terhadap kualitas guru, moral dan tingkat pendidikan. Hal ini

    dibuktikan dengan nilai bobot PPSE sebesar 0,378. Sedangkan prioritas yang

    harus didahulukan untuk meningkatkan kompetensi guru yaitu calon guru (nilai

    bobot 0,419), kualitas guru (nilai bobot 0,387), tingkat pendidikan guru (nilai

    bobot 0,196) dan pemberian penghargaan (nilai bobot 0,194). Berdasarkan hasil

    analisis Analysis Hierarchy Process (AHP), prioritas dalam meningkatkan

    kompetensi guru di Kabupaten Tegal adalah : (1) melakukan penyaringan

    terhadap moral calon guru, (2) melakukan penyaringan terhadap kualitas guru,

    dan (3) mengirim guru mengikuti pelatihan pembangunan karakter.

    Melihat masing-masing variabel memiliki pengaruh signifikan, maka disarankan :

    (1) memperbaiki sistem perekutan guru di semua level untuk menjaga kualitas

    pendidikan nasional; (2) membuat kurikulum bagi penyelenggara lulusan

    keguruan yang sesuai dengan kondisi dan tingkatan pendidikan; dan (3)

    melakukan pertemuan-pertemuan ilmiah sebagai wahan bagi guru dalam

    memperoleh informasi terkini tentang pendidikan.

  • ix

    ABSTRACT

    Reni Daharti, 2013. The strategy for improving Teachers competence with using

    Analysis Hierarchy Process (AHP) Approach, Management study program

    of STIE Bank Jateng Semarang

    Key words : Strategy, Teachers Competence, Analysis Hierarchy Process.

    The research study was about the strategy for improving teachers competence in

    teaching with using analysis hierarchy process (AHP) approach towards the

    teachers of junior high school at commissioner area 05 Tarub, Tegal regency. The

    problems discussed in this research were : (1) The kind of Policies could be the

    priority for improving teachers professional competence through policy priority

    decision.

    This research used Analysis hierarchy process (AHP). This analysis was used to

    know the individual competence (teacher) and organization (school) in order to

    perceive toward the changing of the condition around from 165 teachers who

    passed sertification program, 50 respondents were taken as sample with using

    sample random sampling quota teachnigue for processing the data.

    Descriptive analysis showed the result of strategy of improving certificated

    teachers competence of junior high school at commissioner area 05 of tegal

    regency. Aspect and criteria which could be the consideration for improving

    teachers competence in tegal regency. The result of the research showed that

    program preservice education (PPSE) was the program which could be the main

    priority. It was conducted by doing firm selection of teachers quality,moral, and

    level of education. It was proved by the score of PPSE as many 0,378. The

    priorities should be conviced for improving teachers competence were teachers

    candidate (the score 0,419), teachers (the score was 0,387), level of education (the

    score was 0,196), and giving reward (the score was 0,194). Based on the analysis

    hierarchy procces (AHP), the priorities for improving teachers competence in

    tegal regency as the following:(1) Conducting selection to teachers candidate

    morale; (2) Conducting selection to teachers quality and; (3) Sending the teachers

    to follow character building training.

    The study showed that each variable had significant influence, so it was suggested

    (1) improving teachers recruitement system in all level for keeping the quality of

    national education. (2) making curriculum for teachers education institution which

    appropriate with condition and level of education. (3) conducting teachers forum

    as the place for the teachers to get up to date information of education.

  • x

    DAFTAR ISI

    halaman

    Halaman Judul ............................................................................................. i

    Halaman Persetujuan ................................................................................... ii

    Lembar Pengesahan ..................................................................................... iii

    Halaman Pernyataan Keaslian ...................................................................... iv

    Kata Pengantar ............................................................................................. v

    Abstraksi ...................................................................................................... vi

    Abtract ........................................................................................................ vii

    Daftar Isi ...................................................................................................... viii

    Daftar Tabel ................................................................................................. x

    Daftar Gambar ............................................................................................. xi

    Daftar Lampiran ........................................................................................... xii

    BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

    1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 8

    1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 8

    1.4 Manfaat Hasil Penelitian ....................................................... 9

    BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ................ 10

    2.1 Teori Capacity Building ........................................................ 10

    2.2 Kompetensi Profesi Guru ...................................................... 13

    2.3 Pengertian Sertifikasi ............................................................ 30

    2.4 Tujuan dan Manfaat Sertifikasi .............................................. 31

    2.5 Proses Mengikuti Sertifikasi Guru ......................................... 31

    2.6 Kerangka Pemikiran .............................................................. 35

    2.7 Penelitian Terdahulu ............................................................. 37

    BAB III METODLOGI PENELITIAN ........................................................ 41

    3.1 Jenis dan Sumber Data .......................................................... 41

    3.2 Populasi dan Sampel ............................................................. 41

    3.3 Metode Pengumpulan Data ................................................... 43

  • xi

    3.4 Teknik Analisis ..................................................................... 44

    BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN ............................. 48

    4.1 MKKS Kabupaten Tegal ....................................................... 48

    4.1.1 Tugas dan Fungsi MKKS Kab. Tegal ......................... 48

    4.1.2 Visi, Misi dan Tujuan MKKS Kab. Tegal .................. 48

    4.2 Komwil 05 Tarub .................................................................. 49

    4.3 Komposisi Pengurus .............................................................. 50

    4.4 Lokasi Kantor ....................................................................... 51

    4.5 Kegiatan Komwil 05 Kabupaten Tegal .................................. 51

    BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 52

    5.1 Profil Responden ................................................................... 52

    5.2 Kondisi Kompetensi Guru SMPN Komwil 05 Kab. Tegal ..... 52

    5.3 Analisis Hierarchy Process ................................................... 52

    BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

    6.1 Simpulan ............................................................................... 62

    6.2 Saran ..................................................................................... 62

    Daftar Pustaka .............................................................................................. 64

    Lampiran-lampiran ...................................................................................... 66

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 Jumlah guru SMP Komwil 05 Kabupaten Tegal .................. 23

    yang Mengikuti Sertifikasi

    Tabel 3.1 Distribusi Sampel ................................................................ 42

    Tabel 3.2 Skala Banding Berpasangan ................................................ 46

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Tingkatan Pengembngan Kapasitas ..................................... 13

    Gambar 2.2 Prosedur Sertifikasi Guru dalam Jabatan ............................. 33

    Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran ............................................................ 37

    Gambar 5.1 Hirarki Peningkatan Kompetensi Guru ................................ 52

    Gambar 5.2 Kriteria dalam Peningkatan Kompetensi Guru ..................... 54

    Gambar 5.3 Prioritas Aspek Ekonomi dalam Peningkatan Kompetensi Guru 55

    Gambar 5.4 Prioritas Sarpras dalam Peningkatan Kompetensi Guru ....... 56

    Gambar 5.5 Prioritas Program In Service Education ............................... 57

    Gambar 5.6 Prioritas Aspek Lingkungan dalam Peningkatan Kompetensi 58

    Guru di Kabupaten Tegal

    Gambar 5.7 Prioritas Kriteria dan Alternatif Strategi Peningkatan .......... 60

    Kompetensi Guru

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Kuisioner ............................................................................ 66

  • 1

    B AB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Guru berperan dalam pembentukan Negara-Bangsa Indonesia yang

    memiliki Bahasa Nasional yakni Bahasa Indonesia. Profesi guru pernah

    menjadi profesi penting dalam perjalanan bangsa ini, terutama menanamkan

    nasionalisme, menggalang persatuan dan berjuang melawan penjajahan.

    Guru merupakan suatu profesi yang artinya suatu jabatan atau pekerjaan

    yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini

    mestinya tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang

    kependidikan walaupun kenyataannya masih terdapat dilakukan orang di

    luar kependidikan (Usman, 1991)

    Guru merupakan suatu pekerjaan profesional, yang memerlukan

    suatu keahlian khusus. Karena keahliannya bersifat khusus, guru memiliki

    peranan yang sangat penting dan strategis dalam kegiatan pembelajaran,

    yang akan menentukan mutu pendidikan di suatu satuan pendidikan. Oleh

    karena itu, dalam sistem pendidikan dan pembelajaran dewasa ini

    kedudukan guru dalam proses pembelajaran di sekolah belum dapat

    digantikan oleh alat atau mesin secanggih apapun. Keahlian khusus itu pula

    yang membedakan profesi guru dengan profesi yang lainnya. Dimana

    perbedaan pokok antara profesi guru dengan profesi yang lainnya terletak

    dalam tugas dan tanggung jawabnya. Tugas dan tanggung jawab tersebut

  • 2

    erat kaitannya dengan kemampuan-kemampuan yang disyaratkan untuk

    memangku profesi tersebut. Kemampuan dasar tersebut tidak lain adalah

    kompetensi guru (Saud, 2009 : 44).

    Guru juga mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada

    jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia

    dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan

    perundang-undangan. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga

    profesional tersebut dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Menurut

    Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru mendefinisikan bahwa

    profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang

    dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,

    kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma

    tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

    Guru sebagai pendidik profesioanl mempunyai citra yang baik di

    masyarakat apabila dapat menunjukan kepada masyarakat bahwa ia layak

    menjadi panutan atau tauladan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat

    terutama akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru sehari-hari,

    apakah memang ada yang patut diteladani atau tidak. Bagaimana guru

    meningkatkan pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya, memberi

    arahan dan dorongan kepada anak didiknya, dan bagaimana cara guru

    berpakaian dan berbicara serta cara bergaul baik dengan siswa, teman-

    temannya serta anggota masyarakat, sering menjadi perhatian masyarakat

    luas (Soetjipto, 2002)

  • 3

    Keutamaan seorang pendidik (guru) disebabkan oleh tugas mulia

    yang diembannya. Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan

    tanggung jawab moral yang cukup berat. Keberhasilan pendidikan pada

    siswa sangat bergantung pada pertanggungjawaban guru dalam

    melaksanakan tugasnya. Selain itu Guru juga sebagai ujung tombak

    keberhasilan suatu sistem pendidikan. Untuk meningkatkan kesejahteran

    guru mulai dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas, Pemerintah

    akan mewajibkan para guru mengikuti Uji Kompetensi sebagai syarat untuk

    memperoleh sertifikasi pendidik. Sehingga dengan diperolehnya sertifikat

    pendidik para guru sudah memiliki kualifikasi akademik, yaitu berijazah S-1

    atau memiliki Akta IV itu dinyatakan sebagai guru professional.

    Sertifikasi guru merupakan salah satu cara dalam dunia pendidikan

    untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas seorang guru, sehingga ke

    depan semua guru harus memiliki sertifikat sebagai lisensi atau ijin mengajar.

    Dengan demikian, upaya pembentukan guru yang profesional di Indonesia

    segera menjadi kenyataan seperti yang diharapkan. Semakin meningkat kualitas

    dan profesionalitas seorang guru, semakin baik pula kualitas negara tersebut.

    Itulah asumsi secara umum terhadap program pendidikan suatu negara.

    Pendidikan merupakan suatu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan

    meningkatkan harkat dan martabat manusia melalui pendidikan diharapkan

    dapat tercapai peningkatan kehidupan manusia kearah yang lebih sempurna.

    Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di

    Indonesia antara lain, melakukan program sertifikasi guru.

  • 4

    Menurut Mulyasa (2009: 17-22) bahwa sertifikasi guru adalah

    untukmendapatkan guru yang baik dan professional, yang memiliki kompetensi

    untuk melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya, serta tujuan

    pendidikan pada umumnya, sesuai kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman.

    Beberapa indikator yang dapat dijadikan ukuran karakteristik guru yang dinilai

    kompeten secara professional: (1) mampu mengembangkan tanggung jawab

    yang baik; (2) mampu melaksanakan peran pan fungsinya dengan tepat; (3)

    mampu bekerja untuk mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah; (4) mampu

    melaksanakan peran dan fungsinya dalam pembelajaran di kelas.

    Prinsip-prinsip profesionalitas menurut UU No. 14/2005 Pasal 7 (1)

    antara lain: (1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme; (2)

    memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,

    ketakwaan dan akhlak mulia; (3) memiliki kualitas akademik dan latar belakang

    pendidikan sesuai dengan bidang tugas; (4) memiliki kompetensi yang

    diperlukan sesuai dengan bidang tugas; (5) memiliki tanggung jawab atas

    pelaksanaan tugas profesionalitas; (6) memperoleh penghasilan yang ditentukan

    sesuai dengan prestasi kerja; (7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan

    keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; (8)

    memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas

    keprofesionalan; dan (9) memiliki organisasi profesi yang mempunyai

    kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan

    guru.

    Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005

    tentang Guru dan Dosen, dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses

  • 5

    pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sedangkan sertifikat

    pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru

    dan dosen sebagai tenaga professional. Berdasarkan pengertian tersebut,

    sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian pengakuan

    bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan

    pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang

    diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Dengan kata lain, sertifikasi guru

    adalah proses uji kompetensi yang dirancang untuk mengungkapakan

    penguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan pemberian sertifikat

    pendidik (Mulyasa, 2009: 34-35).

    Jumlah guru SMP Negeri yang telah lulus sertifikasi di lingkungan

    Komwil 5 Kabupaten Tegal pada tahun 2011 masih realtif, yang dapat dilihat

    dari jumlah guru SMP Negeri Komwil 5 Kabupaten Tegal yang dinyatakan

    lulus sebanyak 165 orang (59,78%) dari 276 guru yang mengikuti sertifikasi

    pada tahun 2011 seperti terlihat pada Tabel berikut:

    Tabel 1.1

    Jumlah Guru SMP Komwil 05 Kabupaten Tegal

    yang Menginkuti Sertifikasi

    No Sekolah Jumlah Peserta

    (Orang)

    Lulus

    (Orang)

    1 SMP N 1 Suradadi 30 17

    2 SMP N 2 Suradadi 9 5

    3 SMP N 1 Kramat 35 26

    4 SMP N 2 Kramat 43 25

    5 SMP N 1 Warurejo 43 28

    6 SMP N 2 Warurejo 36 16

    7 SMP N 3 Warurejo 4 4

    8 SMP N 1 Tarub 41 25

    9 SMP N 2 Tarub 35 15

    Jumlah 276 171

    Sumber: Dokumen Guru SMP Komwil 05 Kabupaten Tegal, 2011

  • 6

    Berdasarkan Tabel di atas dan pengamatan yang telah dilakukan di

    SMP Negeri Komwil 5 Kabupaten Tegal menunjukkan (1) masih relatif

    rendahnya lulusan guru yang mengikuti sertifikasi, (2) tidak semua guru

    mendapat kesempatan mengikuti sertifikasi, dikarenakan adanya system

    kuota dalam penetapan sertifikasi guru, (3) adanya kecenderungan guru

    yang lulus sertifikasi melalui portofolio kinerjanya tida mengalami banyak

    peningkatan, hal ini sesaui hasil kajian Ditjen PMPTK (2008) yang

    menyimpulkan bahwa secara umum, kompetensi guru yang lulus sertifikasi

    melalui penilaian portofolio tidak banyak mengalammi peningkatan dan

    bahkan ada kecenderungan menurun. (4) guru yang lulus sertifikasi dengan

    yang belum lulus sertifikasi, terdapat perbedaan kompetensi khususnya

    keterampilan dalam mengajar. hal ini dapat dilihat dalam pembuatan

    Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau pada saat guru memberikan

    penejlasan di kelas.

    Sertifikasi guru merupakan sebuah terobosan dalam dunia pendidikan,

    yaitu untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas seorang guru, sehingga

    ke depannya semua guru diharapkan harus memiliki sertifikat sebagai lisensi

    atau ijin mengajar. Lewat program sertifikasi guru inilah upaya pemerintah

    dalam meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu komponen dalam sertifikasi

    guru adalah kompetensi professional guru. Kompetensi Profesional Guru,

    yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru dalam perencanaan dan

    pelaksanaan proses pembelajaran (www.m-edukasi.we.id).

  • 7

    Tuntutan terhadap peningkatan kompetensi secara

    berkesinambungan disebabkan Karena substansi kajian dan konteks

    pembelajaran selalu berkambang dan berubah menurut dimensi ruang dan

    waktu (Saud, 2009 : 98). Di samping itu, keharusan bagi setiap guru untuk

    mengembangkan kompetensinya secara terus-menerus dalam rangka

    pelaksanaan tugas dan tanggung jawab secara profesional, didorong juga

    oleh perkembangan dalam kehidupan bermasyarakat, perkembangan

    pemerintahan dan perubahan kurikulum pendidikan. Hal ini sejalan dengan

    apa yang dikemukakan oleh Saud (2009 : 98), berikut ini.

    Untuk meningkatkan mutu pendidikan saat ini, maka

    profesionalisasi guru (pendidik) merupakan suatu keharusan,

    terlebih lagi apabila kita melihat kondisi objektif saat ini berkaitan

    dengan berbagai hal yang ditemui dalam melaksanakan

    pendidikan, yaitu : (1) perkembangan Iptek, (2) persaingan global

    bagi lulusan pendidikan, (3) otonomi daerah, dan (4) implementasi

    kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).

    Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa

    guna mencapai tujuan pembelajaran, oleh karena itu guru dituntut mampu

    menyampaikan bahan pelajaran dengan baik. Guru harus selalu

    memperbarui dan menguasai materi pembelajaran yang akan disampaikan.

    Di dalam pelaksanaan proses pembelajaran, guru harus memperhatikan

    prinsip-prinsip didaktik metodik sebagai ilmu keguruan. Dengan adanya

    sertifikasi diharapkan guru termotivasi untuk mengembangkan kemampuan dan

    kompetensi professional guru. Dengan demikikan penelitian ini mengambil

    jugul Strategi Peningkatan Kompetensi Guru dengan Analysis Hierarchy

    Process (Studi pada SMP Negeri Komwil 5 Kabupaten Tegal)

  • 8

    1.2 Rumusan Masalah

    Kompetensi professional harus dimiliki oleh setiap guru guna

    meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia di Indonesia. Salah satunya

    dengan meningkatkan kompetensi professional guru. Jumlah guru yang

    belum lulus sertifikasi pada tahun 2012 di SMP Negeri Komwil 05 cukup

    banyak yaitu 111 Guru atau 40%. Hal ini meunjukkan belum optimalnya

    kompetensi professional Guru SMP Negeri Komwil 05 Kabupatn Tegal.

    Oleh karena itu permasalahannya adalah Bagaimana strategi meningkatkan

    kompetensi professional Guru SMP Negeri Komwil 05 Kabupaten Tegal.

    Denan demikian pertanyaan penelitiannya adalah sebagai berikut:

    1. Bagaimanakah Profil Guru SMP Negeri Komwil 05 Kabupaten Tegal

    2. Kebijakan apa sajakah yang menjadi prioritas dalam meningkatkan

    kompetensi professional guru?

    3. Bagaimanakah strategi meningkatkan kompetensi professional guru

    melalui penentuan prioritas kebijakan?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Tujuan dalam Penelitian ini adalah untuk

    1. Mengetahui profil guru SMP Negeri Komwil 05 Kabupaten Tegal

    2. Menganalisis prioritas kebijakan dalam meningkatkan kompetensi

    professional Guru di daerah penelitian

  • 9

    3. Menentukan Strategi peningkatkan kompetensi professional guru

    melalui prioritas kebijakan yang dapat diaplikasikan pada daerah

    penelitian

    1.4 Manfaat Hasil Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis

    sebagai berikut.

    1. Manfaat Teoritis.

    Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi implementasi teori

    yang telah diperoleh dalam perkuliahan khususnya Sumber Daya

    Manusia.

    2. Manfaat Praktis.

    Penelitian ini memberikan manfaat praktis sebagai bahan masukan

    dalam menentukan kebijakan tentang sertikasi guru serta guru

    memahami dan mengerti kompetensi yang diperlukan sebagai guru.

  • 10

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

    Dalam suatu penelitian maka lazim diperlukan suatu landasan kerja yang

    berupa teori. Teori sebagai hasil perenungan yang mendalam, tersistem dan

    terstruktur terhadap keterkaitan teori yang berfungsi sebagai pengarah dalam

    kegiatan penelitian. Landasan terori yang dimaksudkan dalam penelitian ini

    meliputi sertifikasi guru, dan kompetensi guru

    2.1. Teori Capacity Building

    Pengembangan sumber daya manusia dalam suatu organisasi merupakan

    hal yang penting. Investasi dalam pengembangan sumber daya manusia

    merupakan pengeluaran yang ditujukan untuk memperbaiki kapasitas produktif

    dari manusia. Aspek-aspek dalam pengembangan sumber daya manusia

    melingkupi beberapa hal yang cukup luas dalam organisasi. Werner dan

    DeSimone (2009:4) mendefinisikan pengembangan sumber daya manusia (human

    resources development) sebagai serangkaian aktivitas yang sistematis dan

    terencana yang dirancang oleh organisasi untuk memberikan kesempatan kepada

    anggotanya untuk mempelajari keahlian yang diperlukan untuk memenuhi

    persyaratan kerja saat ini dan yang akan datang.

    Peningkatan kapasitas banyak menekankan pada pendidikan, seperti

    pernyataan Paulo Freire 's "Pendidikan untuk Kesadaran Kritis "(dalam Kemsos,

    2011), menekankan bahwa pendidikan, tidak bisa diwariskan dari guru ke murid

    yang sangat bodoh melainkan harus dicapai melalui proses dialog antara yang

  • 11

    sederajat. UNDP (Kemsos, 2011) mendefinisikan peningkatan kapasitas sebagai

    proses jangka panjang yang terus-menerus yang melibatkan semua stakeholders,

    termasuk kementerian, pemerintah daerah, organisasi non-pemerintah,

    profesional, anggota masyarakat, akademisi dan lebih membangun kapasitas

    menggunakan manusia suatu negara, kemampuan ilmiah, teknologi, organisasi,

    dan kelembagaan dan sumber daya. Tujuan dari peningkatan kapasitas adalah

    untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan kebijakan dan metode

    pembangunan, sementara mempertimbangkan, membatasi potensi dan kebutuhan

    orang-orang dari negara yang bersangkutan

    Kapasitas sumber daya manusia adalah kemampuan seseorang atau

    individu, suatu organisasi (kelembagaan), atau suatu sistem untuk melaksanakan

    fungsi-fungsi atau kewenangannya untuk mencapai tujuannya secara efektif dan

    efisien. Kapasitas harus dilihat sebagai kemampuan untuk mencapai kinerja, untuk

    menghasilkan keluaran-keluaran (outputs) dan hasil-hasil (outcomes). Menurut

    Tjiptoherijanto dalam Desi dan Ertambang (2008), untuk menilai kapasitas dan

    kualitas sumber daya manusia dalam melaksanakan suatu fungsi, dapat dilihat

    dari level of responsibility dan kompetensi sumberdaya tersebut. Tanggung jawab

    dapat dilihat dari atau tertuang dalam deskripsi jabatan. Deskripsi jabatan

    merupakan dasar untuk melaksanakan tugas dengan baik. Tanpa adanya deskripsi

    jabatan yang jelas, sumberdaya tersebut tidak dapat melaksanakan tugasnya

    dengan baik. Sedangkan kompetensi dapat dilihat dari latar belakang pendidikan,

    pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti, dan dari keterampilan yang dinyatakan

    dalam pelaksanaan tugas (Zuliarti, 2008)..

  • 12

    Peningkatan kapasitas lebih dari sekedar pelatihan tetapi mencakup

    pengembangan SDM (Kemsos, 2011) yaitu (1) proses melengkapi

    individuindividu dengan pemahaman, keterampilan dan akses terhadap informasi,

    pengetahuan, dan pelatihan yang memungkinkan mereka untuk menampilkan

    kinerja secara efektif. (2) Pengembangan organisasi, mengembangkan struktur

    manajeman, proses dan prosedur, tidak hanya dalam organisasi tetapi juga

    manajemen hubungan (management of relationships) antara perbedaan organisasi-

    organisasi dan sektor-sektor (publik, privat/swasta dan komunitas). Kerangka

    pengembangan kelembagaan dan peraturan yaitu membuat perubahan peraturan

    dan regulasi yang memungkinkan organisasi-organisasi, lembaga-lembaga dan

    agen-agen pada semua tingkatan dan semua sektor meningkatkan kapasitas

    mereka.

    Brown (dalam Karwono 2008) mendefinisikan capacity building sebagai

    suatu proses yang dapat meningkatkan kemampuan seseorang, suatu organisasi

    atau suatu sistem untuk mencapai tujuan yang dicita -citakan. Sedangkan Morison

    (dalam Karwono2008) melihat capacity building sebagai suatu proses untuk

    melakukan sesuatu, atau serangkaian kegiatan, perubahan multilevel di dalam

    individu dan organisasi dan system dalam rangka untuk memperkuat kemampuan

    penyesuaian individu dan organisasi sehingga dapat tanggap terhadap perubahan

    lingkungan yang ada. Artinya tahapanpengembangan kapasitas dapat dilakukan

    pada level individu, organisasi dan sistem. Pada level individu, pengembangan

    kapasitas dilakukan pada aspek pengetahuan, keterampilan, kompetensi dan etika

    individu. Pada level kelembagaan, pengembangan kapasitas dapat dilakukan pada

  • 13

    aspek sumberdaya, katatalaksanaan, struktur organisasi, dan sistem pengambilan

    keputusan. Pada level sistem, pengembangan kapasitas dapat dilakukan pada

    aspek peraturan perundangan dan kebijakan pendukung. Selanjutnya Karwono

    (2008) menyampaikan tingkatan pengembangan kapasitas tersebut pada Gambar

    2.1

    Gambar 2.1

    Tingkatan Pengembangan Kapasitas

    Sumber: Karwono, 2008

    2.2. Kompetensi Profesional Guru

    Menurut keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur

    Negara No. 26 tahun 1989 tentang angka kredit bagi jabatan guru dalam

    lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pasal 1 ayat 1 bahwa

    Pengetahuan, Ketermpilan,

    Kompetensi, dan Etika

    Sumberdaya Ketatalaksanaan Struktur Organisasi

    System pengambilan

    keputusan

    Peraturan Perundangan

    Kebijakan Pendukung

    Kapasitas

    Pemerintahan

    Daerah

    Tingkat Individu

    Tingkat

    Kelembagaan

    Tingkat Sistem

  • 14

    guru adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas, wewenang, dan

    tanggung jawab oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan

    pendidikan di sekolah.

    Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang

    Standar Nasional Pendidikan adalah adalah kriteria minimal tentang sistem

    pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    Guru sebagai tenaga kependidikan merupakan komponen yang sangat

    penting peranannya dalam proses pendidikan di samping komponen-

    komponen lainnya. Kehadiran guru dalam proses mengajar belum bisa

    digantikan oleh alat-alat lain, seperti dengan mesin, radio, tape recorder

    bahkan dengan komputer sekalipun tetap kehadirannya tidak bisa

    digantikan. Hal ini karena dalam proses belajar mengajar masih terlalu

    banyak unsur-unsur kemanusiaan yang dibutuhkan, antara lain kepribadian,

    perasaan, sikap, nilai motivasi, kebiasaan dan lain sebagainya yang dapat

    mendukung dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Dilihat dari

    pengabdiannya serta tugas-tugas yang harus dilaksanakannya, ternyatanya

    jabatan guru bukan merupakan pekerjaan yang mudah, melainkan

    memerlukan suatu keahlian khusus yang mungkin tidak dimiliki oleh setiap

    orang.

    Istilah profesionalisme berasal dari kata profession. Profession

    mengandung arti yang sama dengan kata occupation atau pekerjaan yang

    memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan

    khusus (Arifin, 2000:105)

  • 15

    Goods dictionary of education mendefinisikan profesi sebagai suatu

    pekerjaan yang meminta persiapan spesialisasi yang relatif lama di

    perguruan tinggi dan dikuasai oleh suatu kode etik yang khusus (Sutisna,

    1993). Secara sederhana pekerjaan yang bersifat profesional adalah

    pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang secara khusus

    disiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang

    karena tidak dapat atau tidak memperoleh pekerjaan lainnya (Sudjana, 2001)

    Dengan demikian pekerjaan yang bersifat profesional dapat diartikan

    sebagai suatu bidang keahlian yang khusus untuk menangani suatu

    pekerjaan tertentu. Profesionalisme juga dapat berarti suatu visi bahwa suatu

    keahlian tertentu serta keahlian itu hanya didapat melalui pendidikan yang

    khusus.

    Pekerjaan profesional merupakan suatu pekerjaan yang sesuai

    dengan hati nurani yang didukung oleh ilmu pengetahuan yang sesuai atau

    yang mendukung pekerjaan tersebut, dengan kata lain pekerjaan profesional

    bukan pekerjaan yang bersifat alternatif.

    Secara populer seorang pekerja di bidang apapun asal dia mampu

    bekerja dengan baik sering disebut sebagai orang yang profesional. Seorang

    pekerja profesional dalam bahasa keseharian tersebut dapat diartikan mereka

    yang bekerja dengan baik dan trampil, walaupun ketrampilan yang dimiliki

    itu hanya dapat karena dorongan minat dan rasa senang juga didapat karena

    belajar dari kebiasaan.

  • 16

    Pengertian jabatan profesional mesti dibedakan dengan jenis

    pekerjaan yang bisa dilakukan lewat pembiasaan melakukan ketrampilan

    tertentu dan pekerjaan yang bersifat sebagai warisan dari orang tua atau para

    pendahulunya.

    Menurut Nana Sudjana (2001) ada beberapa ciri pokok pekerjaan

    yang bersifat profesional. Ciri pertama bahwa pekerjaan itu dipersiapkan

    melalui proses pendidikan dan latihan secara formal. Ciri kedua pekerjaan

    tersebut mendapat pengakuan dari masyarakat. Ciri ketiga adanya organisasi

    profesi seperti IDI, PGRI, PERSAHI dan lainnya. Ciri keempat mempunyai

    kode etik, sebagai landasan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab

    pekerjaan profesi tersebut. Jadi suatu pekerjaan yang bersifat profesional

    harus mempunyai ciri-ciri tertentu antara lain :

    1. Orang-orang yang akan mengisi pekerjaan tersebut harus menjalani

    suatu persiapan khusus dalam tempo tertentu untuk mempelajari serta

    mendapat pengetahuan yang khusus mengenai konsep-konsep sekaligus

    prinsip pekerjaan tersebut.

    2. Pekerjaan tersebut diakui oleh masyarakat sehingga mendapat tempat

    tersendiri.

    3. Mempunyai organisasi profesi sebagai wadah dan sandaran hukum

    profesi, sehingga segala ketentuan yang berkaitan dengan

    keprofesiannya dapat selalu ditingkatkan karena adanya wadah untuk

    menyalurkan pikiran-pikiran dari setiap anggotanya, seperti IDI dan

    PGRI.

  • 17

    4. Mempunyai kode etik sebagai landasan dalam melaksanakan tugas dan

    tanggung jawab pekerjaan profesi tersebut.

    5. Tenaga kerja profesional dituntut untuk mempunyai wawasan nasional

    yang luas, sehingga pilihan jabatan dan kerjanya didasari oleh

    kemampuan serta pribadinya (tidak sekedar ikut-ikutan), bersikap

    positif terhadap pekerjaannya dan mempunyai motivasi untuk berkarya

    dengan sebaik-baiknnya.

    6. Kualifikasi guru pendidikan agama Islam

    Pekerjaan guru merupakan pekerjaan profesional yang

    membutuhkan kualifikasi tertentu yang dimiliki oleh guru dan belum tentu

    dimiliki oleh orang lain. Seseorang guru dapat dikatakan kompeten dalam

    bidang pengajaran manakala mampu menguasai keahlian yang sesuai

    dengan tuntutan belajar, sehingga ia berhak memiliki wewenang dan

    tanggung jawab dalam pelayanan pembelajaran.

    Kecakapan kerja yang dimiliki guru tersebut dapat diwujudkan

    dalam perbuatan yang nyata serta bermakna, bernilai sosial, dan memiliki

    kriteria tertentu yang dapat diakui oleh orang lain yang seprofesi maupun

    oleh lingkungan masyarakat tempat ia bekerja.Pada dasarnya tenaga

    profesional adalah mereka yang bekerja dengan bertumpu pada kompetensi.

    Untuk mengembangkan profesionalisme pendidik maka dibutuhkan adanya

    usaha untuk memantapkan kompetensi pendidik.

    Kompetensi adalah kemampuan melaksanakan sesuatu yang

    diperoleh melalui pendidikan dan latihan (Sahertian dan Sahertian, 2000)

  • 18

    Jadi kompetensi merupakan kemampuan yang memadai untuk

    melaksanakan suatu pekerjaan yang didapat melalui jalur pendidikan dan

    latihan.

    Kompetensi keguruan merupakan salah satu hal yang harus dimiliki

    serta dikuasai oleh para guru dalam jenjang pendidikan apapun. Dengan

    kompetensi ini guru-guru dapat mengembangkan profesinya sebagai

    pendidik yang baik, mereka dapat mengendalikan serta dapat mengatasai

    berbagai kesulitan dalam melaksanakan kewajibannya. Di samping itu

    mereka akan mengerti dan sadar akan tugas serta kewajiban yang

    disandangnya sebagai pendidik yang baik yang didambakan oleh semua

    masyarakat terutama yang menitipkan putera-puteri mereka untuk didik.

    Cooper (2000) menyatakan empat kompetensi guru, yakni (a)

    mengetahui pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia, (b)

    mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya, (c)

    mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat,

    dan bidang studi yang dibinanya, dan (d) mempunyai keterampilan dalam

    teknik mengajar (Cece dan Trabani, 2000). Berdasarkan pendapat Cooper

    seperti tersebut di atas maka selayaknya setiap guru harus mempunyai

    empat kompetensi, yaitu:

    a. Setiap guru harus menguasai teknik mengenai cara-cara belajar yang

    efektif dan efesien, mampu serta memahami kurikulum dengan baik,

    dapat mengajar di kelas, mau dan mampu menjadikan dirinya sebagai

    model untuk peserta didik, bisa memahami dan menguasai teknik-

  • 19

    teknik pemberian bimbingan, mampu membuat dan dapat

    melaksanakan evaluasi dan lain-lainnya.

    b. Setiap guru harus menguasai bidang studi yang diajarkannya. Guru

    harus menguasai arti dan isi bidang studi yang dipegangnya. Guru harus

    mengetahui media yang harus digunakan dalam proses belajar

    mengajar. Jelasnya para guru dituntut untuk menguasai bidang studi

    yang akan diajarkannya baik mengenai penguasaan materinya,

    pengembangannya, keterampilan mengajarkannya, sanggup

    menggunakan media pengajaran yang tersedia dan dapat mencari atau

    membuat alat pengajaran darurat apabila alat pengajaran yang

    diperlukan tidak tersedia, serta harus mengetahui tujuan bidang studi itu

    diajarkan dan terampil dalam mengavaluasinya.

    c. Setiap guru harus mempunyai kompetensi dalam bentuk kemampuan

    mengenal dan menghayati perilaku serta etika dalam kehidupan sehari-

    hari yang sesuai dengan pancasila dan ajaran agama serta mampu

    mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

    d. Sebagai guru yang memiliki pengetahuan harus ikut bertanggung jawab

    dan turut serta dalam usaha memajukan ilmu pengetahuan, terutama

    ilmu pengetahuan yang telah menjadi spesialisasinya melalui berbagai

    penelitian dan pengembangan.

    Kompetensi itu bersifat kognitif, afektif maupun performance.

    Kompetensi bersifat kognitif maksudnya adalah seorang guru harus

    mempunyai pengertian serta pengetahuan tentang apa yang sedang

  • 20

    diajarkan. Kompetensi bersifat afektif maksudnya adalah seorang guru harus

    memiliki sikap dan nilai-nilai yang terkandung dalam apa yang sedang

    diajarkan. Yang dimaksud kompetensi bersifat performance adalah bahwa

    seorang guru hendaknya mempunyai sikap dan perilaku yang dapat

    mencerminkan pemahaman dan keterampilan profesinya

    (Sahertian dan

    Sahertian, 2000)

    Secara lebih luas ketiga sifat kompetensi guru itu dapat dijelaskan

    sebagai berikut:

    a. Kompetensi guru bersifat kognitif artinya kompetensi guru yang

    berkaitan dengan masalah intelektualitas guru seperti pemahaman dan

    penguasaan apa yang sedang diajarkan, pengetahuan tentang tata cara

    mengajar, pengetahuan tentang belajar sekaligus tingkah laku individu

    peserta didik, pengetahuan mengenai bimbingan penyuluhan,

    pengetahuan mengenai administrasi kelas, pengetahuan mengevaluasi

    belajar siswa, pengetahuan mengenai hidup kemasyarakatan, dan

    pengetahuan umum.

    b. Kompetensi bersifat afektif artinya kompetensi guru yang berhubungan

    dengan masalah sikap guru dalam menjiwai apa yang diajarkan dan

    berbagai hal yang berkaitan dengan tugas dan profesinya sebagai

    pendidik. Seorang guru harus merasa senang denga bidang studi yang

    diembannya, mempunyai keinginan yang keras dalam meningkatkan

    hasil pekerjaannya.

  • 21

    c. Kompetensi guru bersifat performance artinya kompetensi guru dalam

    berbagai keterampulan dan perbuatan, seperti keterampilan memakai

    alat bantu pengajaran, keterampilan mengajar, menilai dan

    membimbing, berkomunikasi bersama dengan peserta didik,

    keterampilan dalam melaksanakan administrasi kelas, keterampilan

    dalam membuat persiapan mengajar, dan lain sebagainya. Meskipun

    ketiga sifat kompetensi itu kelihatan terpisah-pish, tetapi dalam

    pelaksanannya saling berhubungan dan saling membutuhkan.

    Secara umum kompetensi tenaga kependidikan terklasifikasi menjadi

    tiga jenis, yaitu kompetensi pribadi, kompetensi profesional dan kompetensi

    sosial (Rusyan, 1990 : 17). Ketiga kompetensi keguruan itu merupakan

    landasan dalam upaya mengembangkan sistem pendidikan bagi para tenaga

    pendidik.

    1) Kompetensi pribadi

    Kompetensi pribadi dari seorang guru merupakan modal dasar bagi

    guru tersebut dalam melaksanakan tugasnya secara profesional. Pada

    dasarnya kegiatan belajar mengajar merupakan interaksi antara guru

    dengan muridnya dan murid dengan sesamanya. Setiap guru harus

    mampu menghayati sekaligus mengamalkan nilai-nilai kehidupan.

    Mengamalkan nilai-nilai kehidupan menandakan bahwa guru yang

    bersangkutan mengetahui, mau, dan melaksanakan perbuatan konkrit

    yang baik. Setiap guru hendaknya senantiasa berlaku jujur dan

  • 22

    bertanggung jawab atas segala yang dilakukan. Sikap jujur dan bersedia

    bertanggung jawab atas segala tindakan keguruannya merupakan

    realisasi kedewasaan dan kesusilaan hidupbya juga sebagai pengakuan

    akan berbagai keterbatasan akan berbagai keterbatasan yang

    dimilikinya yang senantiasa memerlukan pembenahan atau

    pengembangan.

    Sikap pribadi guru yang mencerminkan jiwa Pancasila, UUD 1945, dan

    menjunjung nilai-nilai budaya bangsa, bersikap terbuka, berani

    bertanggung jawab, dan mau serta mampu menilai diri sendiri, mereka

    inilah yang berkompeten.

    2) Kompetensi profesional

    Kompetensi profesinal merupakan kemampuan dalam penguasaan

    akademik. Secara garis besar kompetensi profesional keguruan

    meliputi:

    a) Penguasaan bahan yang diajarkan, meliputi:

    - penguasaan bidang studi serta kurikulum sekolah

    - penguasaan bahan ajar wajib (pokok), bahan ajar pengayaan,

    dan bahan ajar penunjang untuk keperluan pengajaran.

    b) Kemampuan dalam mengelola proses belajar mengajar, meliputi:

    - kemampuan dalam merumuskan tujuan instruksional

    - kemampuan dalam penguasaan methode mengajar

    - kemampuan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar

    c) kemampuan dalam mengelola kelas, meliputi:

  • 23

    - mampu menciptakan situasi kelas yang kondusif

    - mampu mengatur tata ruang kelas

    d) Kemampuan dalam menggunakan media dan sumber pengajaran

    meliputi:

    - dapat mengenal, memilih serta menggunakan media

    pengajaran dengan baik

    - bila dibutuhkan dapat membuat alat bantu pelajaran

    e) Memahami landasan-landasan kependidikan. Guru diharapkan

    dapat menjadi pengaraj dan penggerak agar pesrta didik dapat

    menginvestasikan seluruh hasil belajarnya untuk perkembang lebih

    lanjut.

    f) Kemampuan dalam mengelola interaksi belajar mengajar. Guru

    menguasai seni berkomunikasi, mengetahui cara-cara memotivasi

    peserta didik untuk terus belajar.

    g) Kemampuan dalam menilai hasil pembelajaran. Guru hendaknya

    memahami teknik-teknik dan prosedur penilaian.

    h) Mengenal fungsi layanan bimbingan dan penyuluhan

    i) Mampu ikut penyelenggaraan administrasi sekolah

    j) Mampu menafsirkan hasil-hasil penelitian untuk perbaikan

    pengajaran.

    3) Kompetensi sosial

    Kompetensi sosial guru merupakan kemampuan guru yang

    berhubungan dalam partisipasi sosial dalam kehidupan sehari-hari di

  • 24

    masyarakat. Guru diharapkan dapat mempersiapkan para peserta didik

    untuk menjadi anggota masyarakat yang baik. Guru mampu berperan

    dalam melestarikan budaya masyarakat. Bersikap kritis dan selektif.

    Selalu aktif dalam berbagai kegiatan sosial, baik di lingkungan sekolah

    maupun di lingkungan masyarakat pada umumnya. Guru selalu siap

    untuk menyumbangkan kemampuan yang dimilikinya tanpa

    memperhitungkan keuntungan diri sendiri secara berlebihan.

    Guru mampu berperan sebagai pemimpin, baik di sekolah

    maupun di masyarakat. Di sekolah ia mampu menciptakan situasi

    sekolah yang kondusif untuk belajar mengajar, di masyarakat ia mampu

    menjadi penggerak kemajuan masyarakat. Setiap orang dapat dengan

    mudah untuk mengatakan bahwa seseorang itu memiliki kepribadian

    yang baik dan menyenangkan, atau sebaliknya memiliki kepribadian

    yang buruk yang senantiasa merugikan orang lain. Kepribadian yang

    sesungguhnya adalah abstrak (maknawi), sukar dilihat atau diketahui

    secara nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya

    dalam segala segi dan aspek kehidupan (Zakiah, 2000) Kepribadian

    yang didukung oleh seluruh anggota badan (pikiran, perasaan dan

    perbuatan) dan dapat menghadapi setiap persoalan secara cermat dan

    tepat. Pikirannya dapat bekerja dengan tenang, sehingga segala masalah

    dapat dipahami secara wajar dan obyektif.

    Melihat berbagai kelakuan murid-muridnya yang bermacam-

    macam, ia dapat memahami secara sesuai dengan perkembangan jiwa

  • 25

    yang sedang dialami mereka. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan

    murid-muridnya bisa ditanggapi secara obyektif, artinya tidak diikuti

    dengan persangkaan atau emosi yang tidak menyenangkan. Perasaan

    serta emosi guru yang dimiliki kepribadian yang terpadu akan kelihatan

    stabil, optimis dan dapat menyenangkan orang lain, sehingga setiap

    murid- muridnya merasa diakui juga disayangi oleh gurunya,

    bagaimanapun sikap dan tingkah laku yang mereka perbuat.

    Guru yang sering marah-marah akan membuat murid-muridnya

    ketakutan. Ketakutan itu dapat mejadi bibit kebencian mereka kepada

    guru tersebut. Jika keadaan ini terus berlanjut, maka bimbingan dan

    pendidikan yang dijalankan oleh guru tersebut tidak akan berhasil.

    Perilaku guru juga merupakan bagian dari kepribadian yang akan ditiru

    oleh murid-muridnya terutama yang masih kecil seperti sekolah dasar.

    Seorang guru tidak membeda-bedakan murid-muridnya. Sikap pilih

    kasih merupakan suatu hal paling cepat dirasakan oleh murid-murid,

    karena setiap murid senantiasa mengharapkan perhatian dan kasih

    sayang gurunya.

    Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan keterampilan dan

    nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan

    bertindak. Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan

    menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya. Standar kompetensi guru

    adalah suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk

    penguasaan pengetahuan dan perilaku perbuatan bagi seseorang guru

  • 26

    agar berkelayakan untuk menduduki jabatan fungsional sesuai bidang

    tugas, kualifikasi dan jenjang pendidikan.

    Seiring dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 14

    Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pada pasal 10 ayat (1)

    menyatakan Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

    meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi

    sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan

    profesi. Bahwa guru yang profesional itu memiliki empat kompetensi

    atau standar kemampuan yang meliputi kompetensi Kepribadian,

    Pedagogik, Profesional, dan Sosial. Kompetensi guru adalah kebulatan

    pengetahuan , keterampilan dan sikap yang berwujud tindakan cerdas

    dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen

    pembelajaran. Sebagai agen pembelajaran maka guru dituntut untuk

    kreatif dalam mnenyiapkan metode dan strategi yang cocok untuk

    kondisi anak didiknya, memilih dan menetukan sebuah metode

    pembelajaran yang sesuai dengan indikator pembahasan. Dengan

    sertifikasi dan predikat guru profesional yang disandangnya, maka guru

    harus introspeksi diri apakah saya sudah mengajar sesuai dengan cara-

    cara seorang guru profesional. Sebab disadarai atau tidak banyak

    diantara kita para pendidik belum bisa menjadi guru yang profesional

    sebagai mana yang diharapkan dengan adanya sertifikasi guru sampai

    saat ini. Keempat kompetensi professional guru dapat dijelaskan

    sebagai berikut.

  • 27

    1) Kompetensi Pedagogik, adalah kemampuan personal yang

    mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan

    berwibawaKemampuan pemahaman terhadappeserta didik,

    perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,

    dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan

    berbagai potensi yang dimilikinya. Sub kompetensi dalam

    kompetensi Pedagogik adalah :

    a) Memahami peserta didik secara mendalam yang meliputi

    memahami peserta didik dengan memamfaatkan prinsip-

    prinsip perkembangan kognitif, prinsip-prinsip kepribadian,

    dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.

    b) Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan

    pendidikan untuk kepentingan pembelajaran yang meliputi

    memahmi landasan pendidikan, menerapkan teori belajar dan

    pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran berdasarkan

    karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan

    materi ajar, serta menyusun rancangan pembelajaran

    berdasarkan strategi yang dipilih.

    c) Melaksanakan pembelajaran yang meliputi menata latar

    ( setting) pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran yang

    kondusif.

    d) Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran yang

    meliputi merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment)

  • 28

    proses dan hasil belajar secara berkesinambungan denga

    berbagai metode,menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil

    belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery

    level), dan memamfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk

    perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.

    e) Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan

    berbagai potensinya meliputi memfasilitasi peserta didik untuk

    pengembangan berbagai potensi akademik, dan

    memfasilitasipeserta didik untuk mengembangkan berbagai

    potensi nonakademik.

    2) Kompetensi kepribadian, Adalah kemampuan personal yang

    mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan

    berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak

    mulia. Sub kompetensi dalam kompetensi kepribadian meliputi :

    a) Kepribadian yang mantap dan stabil meliputi bertindak sesuai

    dengan norma sosial, bangga menjadi guru, dan memiliki

    konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.

    b) Kepribadian yang dewasa yaitu menampilkan kemandirian

    dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etod kerja

    sebagai guru.

    c) Kepribadian yang arif adalah menampilkan tindakan yang

    didasarkan pada kemamfaatan peserta didik, sekolah dan

  • 29

    masyarakat dan menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan

    bertindak.

    d) Kepribadian yang berwibawa meliputi memiliki perilaku yang

    berpengaruh positif terhadappeserta didik dan memiliki

    perilaku yangh disegani.

    e) Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan meliputibertindak

    sesuai dengan norma religius (imtaq, jujur, ikhlas, suka

    menolong) dan memiliki perilaku yang diteladani peserta

    didik.

    3) Kompetensi professional, adalah penguasaan materi pembelajaran

    secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi

    kurikulummata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang

    menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan

    metodologi keilmuannya. Sub kompetensi dalam kompetensi

    Profesional adalah :

    a) Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang

    studi yang meliputi memahami materi ajar yang ada dalam

    kurikulum sekolah, memahami struktur, konsep dan metode

    keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar,

    memahami hubungan konsep antar nmata pelajaran terkait, dan

    menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-

    hari.

  • 30

    b) Menguasai struktur dan metode keilmuan yang meliputi

    menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk

    membperdalam pengetahuandan materi bidang studi.

    4) Kompetensi sosial, adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi

    dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga

    kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar

    a) berkomunikasi lisan dan tulisan

    b) menggunakan teknologi komunikasi dan inforrmasi secara

    fungsional

    c) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,

    tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik

    d) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.

    2.3. Pengertian Sertifikasi

    Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru.

    Sertifikasi ini diberikan kepada para guru untuk memenuhi standar

    professional guru.Sertifikasi bagi guru prajabatan dilakukan melalui

    pendidikan profesi di LPTK yang terakreditasi dan ditetapkan pemerintah

    diakhiri dengan uji kompetensi. Sertifikasi guru dalam jabatan dilakukan

    sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidkan Nasional Nomor 18 Tahun

    2007, yakni dilakukan dalam bentuk portofolio. Penilaian portofolio ini

    digunakan sebagai pengakuan atas standar profesionalitas guru dalam

    bentuk kumpulan dokumen yang menggambarkan kualitas guru yang

  • 31

    mengarah pada sepuluh komponen,yaitu kualifikasi akademik, pendidikan

    dan pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan

    pembelajaran, penilaian dari atasan dan pengawas, prestasi akademik, karya

    pengembangan profesi, keikutsertaan dalam forum ilmiah, pengalaman

    organisasi di bidang ke pendidikan dan sosial, penghargaan yang relevan

    dengan bidang pendidikan.

    2.4. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi

    Menurut Undang-undang guru dan dosen, sertifikai sebagai bagian

    dari peningkatan mutu guru dan peningkatan kesejahteraannya. Oleh karena

    itu lewat sertifikasi ini diharapkan guru menjadi pendidik yang professional

    yaitu dengan dibuktikan pemilikan sertifikan pendidik setelah dinyatakan

    lulus uji kompetensi. Kompetensi guru teridi atas kemampuan:

    1. Mengenal secara mendalam peserta didik yang hendak dilayani

    2. Menguasai bidang ilmu sumber bahan ajar, baik dari segi disciplinary

    content knowledge maupn pedagogical content knowledge

    3. Kemampuan menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik

    4. Mengembangkan kemampuan yang professional secara berkelanjutan

    merupakan kompetensi akademik dari seorang guru (Muslich, 2007:8)

    2.5. Proses Mengikuti Sertifikasi Guru

    Program sertifikasi bagi guru diperuntukan bagi guru yang telah ada

    baik negeri maupun swasta yang belum memiliki sertifikasi profesi guru.

  • 32

    Program sertifikasi ini dapat diikuti diperuguran tinggi yang memiliki

    program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan

    oleh pemerintah. Sebelum mengikuti tahap sertifikasi, guru harus

    menyiapkan berbagai macam dokumen guna mendukung proses kelulusan

    tes. Program sertifikasi guru dalam jabatan ini, sertifikat gru sebagai profesi

    dapat diperoleh melalui:

    1. Proses pendidikan profesi terlebih dahulu yang dilanjutkan dengan uji

    sertifikasi (bila lulus uji sertifikasi)

    2. Uji sertifikasi langsung sebagai bentuk kemampuan komptensi

    keprofesian guru sebagai agen pembelajaran oleh perguruan tinggi

    terakreditasi yang ditetapkan oleh pemerintah ( bila lulus dalam uji

    sertifikasi (Sarimaya, 2008:25)

  • 33

    Gambar: Prosedur Sertifikasi Guru dalam Jabatan (Muslich, 2007:22)

    Berdasarkan Gambar di atas, prosedur bagi guru dalam jabatan dapat

    dijelaskan sebagai berikut:

    1) Guru peserta sertifikasi, menyusun dokumen portofolio dengan

    mengacu pada panduan penyusunan perangkat sertifikasi bagi guru

    dalam jabatan

    2) Dokumen portofolio yang telah disusun diserahkan kepada dinas

    penidikan Kabupaten atau Kota untuk diteruskan kepada LPTK induk

    untuk di nilai oleh asesor di rayon tersebut.

    Guru dalam

    Jabatan S1/D4 Penilian

    Portofolio

    Sertifikat Pendidik

    Kegiatan Melengkapi

    Portofolio

    DIKLAT PROFESI

    GURU

    Pelaksanaan

    DIKLAT

    DINAS PENDIDIKAN

    Lulus

    Ujian

    Ulang

    TIDAK LULUS

    LULUS

    LULUS

  • 34

    a. Hasil penilain portofolio perserta sertifikasi bila mencapai skor

    minimal kelulusan dan dinyatakan lulus akan memperoleh sertifikat

    pendidik

    b. Hasil penilaian portofolio perserta sertifikasi yang belum mencapai

    skor minimal kelulusan, rayon LPTK akan merekomendasikan

    kepada pserta dengan alternative sebagai berikut:

    i. Melakukan kegiatan untuk melengkapi kekurangan dokumen

    portofolio

    ii. Mengikuti pendidikan dan pelatihan profesi guru (diklat)

    profesi guru atau DPG) yang diakhir dengan ujian

    iii. Materi DPG mencakup 4 kompetensi yaitu kepribadian,

    pedagogic, professional dan sosial

    c. Pelaksanaan DPG diatur oleh LPTK penyelenggara dengan

    memperhatikan skor hasil penilian portifolio dan rambu-rambu

    yang ditetapkan oleh KSG

    i. Peserta DPG yang lulus ujian akan memperoleh sertifikat

    pendidik

    ii. Peserta yang tidak lulus diberi kesempatan sebanyak dua kali,

    dengan tenggang waktu sekurang-kuranngya dua minggu.

    Apabila tidak lulus peserta diserahkan kembali ke dinas

    pendidikan kabupaten atau Kota

  • 35

    d. Untuk menjamin standarisasi prosedur dan mutu lulusan maka

    rambu-rambu mekanisme materi dan system ujian DPG

    dikembangkan oleh konsorsium sertifikasi guru (KSG)

    2.6. Kerangka Pemikiran

    Kompetensi Profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru

    dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai

    tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan

    pembelajaran, untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan

    pelajaran dengan baik (www.m-edukasi.we.id). Untuk meningkatkan pro-

    fesionalisme guru dibutuhkan peran serta semua pihak untuk saling

    memberikan keteladanan sehingga guru yang belum profcesional menjadi

    profcsional dan yang sudah profesional menjadi lebih professional (Idris,

    2004). Paling tidak ada empat (4) program yang dapat dijadikan strategi

    meningkatkan profesionalisme guru, yaitu:

    1). Program Pre Service Education yaitu upaya meningkatkan profesion-

    alisme dengan penyaringan yang selektif terhadap calon guru dengan

    mcmperhatikan kualitas dan moralnya.

    2). Program In Service Education yaitu memotivasi guru agar dapat

    memperoleh pendidikan yang lebih tinggi melalui pendidikan lanjutan.

    Tentu hal ini berangkat dari guru yang bersangkutan dalam artian

    lembaga sekolah mengusahakan agar para guru mendapatkan

    kesempatan untuk belajar yang lebih tinggi baik melalui program

    http://www.m-edukasi.we.id/
  • 36

    beasiswa atau atas inisiatif sendiri. Guru harus didorong untuk

    meningkatkan pengetahuannya tentang perkembangan masalahmasalah

    pendidikan, untuk menghindari kemungkinan bahwa guru akan

    ketinggalan dari kemajuan-kumajuan dibidang pendidikan. Karena itu

    guru wajib memperbarui dan meningkatkan pendidikannya untuk

    mempertinggi taraf keprofesionalnya.

    3). Program In Service Training yaitu suatu aktivitas yang berupa pelatihan-

    pelatihan, penataran, workshop, kursur-kursus, seminar, diskusi atau

    mimbar, baik yang dilakukan oleh intrn kelembagaan atau ekstrn

    kelembagaan.

    4). Program On Service Training yaitu melalui kegiatan tindak lanjut atau

    Follow Up yang dilakukan dengan mengadakan pertemuan berkala atau

    rutin diantara para guru dan agar selalu memelihara hubungan sejawat

    keprofesian, semangat kekeluargaan dan kesetiakwanan sosial.

    Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut:

  • 37

    Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

    2.7. Penelitian Terdahulu

    Beberapa penelitian yang sesuai dengan penelian ini diantaranya

    adalah sebagai berikut:

    1). Ali Mahmudi (2009) dengan judul Mengembangkan Kompetensi Guru

    Melalui Lesson Study. Makalah di muat pada Jurnal Forum

    Kependidikan FKIP UNSRI Volume 28, Nomor 2, Maret 2009, ISSN

    0215-9392. Hasil penelitian Salah satu metode yang diyakini dapat

    mendukung tumbuhnya kompetensi guru, selain melalui pendidikan

    Strategi Peningkatan Kompetensi

    Profesional Guru

    Profil Guru

    Menentukan Kebijkan dalam meningkatkan

    Kompetensi Guru SMP Negeri

    Penentuan Prioritas Kebijkan dalam

    meningkatkan Kompetensi Guru

    Strategi Peningkatan Kompetensi Guru SMP

    Negeri Komwil 05 Kab. Tegal

    Deskriptif Statistik (Masson, 1995: Ningsih

    (2011)

    PPSE POST PISE PIST

    Analysis Hierarchy

    Process (AHP)

    Focus Group

    Discussion (FGD)

  • 38

    profesi, adalah kegiatan lesson study. Lesson study merupakan

    kegiatan kolaboratif yang dilakukan oleh sekelompok guru dalam

    rangka meningkatkan kinerja dan kualitas pembelajaran mereka yang

    pada ujungnya dapat meningkatkan kompetensi dan profesioalisme

    mereka.

    2). Casmudi (2010) Kompetensi Guru Pasca Sertifikasi. Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa Kompetensi Guru pasca Sertifikasi angkatan

    2006-2009, sebanyak 10% kompetensi Pedagogik pada indikator

    pengelolaan kelas merupakan peroleh tertingi. indikator evaluasi

    menggambarkan bagian dari tugas utama guru, namun masih

    mengalami kendala pemahaman dan implementasinya. kompetensi

    Akademik diperoleh angkat tertinggi dari indikator penguasaan materi

    sesuai dengan kondisi aktual. kompetensi kepribadian dalam

    menyelesaikan permalahan anak dapat dilaksanakand dengan baik.

    kompetensi sosial pemanfaatan teknologi menjadi hambatan besar bagi

    guru-guru yang mempunyai masa kerja lebih lama terlebih menjelang

    purna tugas.

    3). Sri Lestari (2010) dengan judul Dampak Sertifikasi Guru Terhadap

    Kinerja Guru MTs N Mlinjon Filial Trucuk. Hasil dari penelitian ini

    menyimpulkan bahwa (1) Sertifikasi di MTs N Mlinjon Filial Trucuk

    Klaten dilaksanakan di bawah naungan Departemen Agama, (2)

    Sertifikasi berpengaruh terhadap kinerja guru MTs N Mlinjon Filial

    Trucuk Klaten.

  • 39

    4). Firman Parlindungan (2009) dengan judul Pengaruh Negatif Sertifikasi

    Guru Berbasis Portofolio Terhadap Kinerja Dan Kompetensi Guru.

    Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) Pengaruh negatif

    sertifikasi guru berbasis portofolio terhadap kompetensi guru

    disebutkan: Menjadi sosok yang Certificate-Oriented, miskin

    keterampilan dan kreatifitas, degradasi semangat mengembangkan diri,

    merosotnya kompetensi profesi, (2) Cara mengantisipasi pengaruh

    negative sertifikasi guru berbasis portofolio terhadap kinerja dan

    kompetensi guru menyebutkan: Mensosialisasikan dan meningkatkan

    pengawasan sertifikasi, meningkatkan suguhan Up Grading untuk para

    guru.

    5). Koes Hendratno (2010) dengan judul Pengaruh Persepsi Sertifikasi

    Guru dan Kompetensi Guru Terhadap Motivasi Kerja Guru Pada Guru

    SMA Negeri 2 Surakarta. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa:

    terdapat pengaruh persepsi sertifikasi guru terhadap motivasi kerja

    guru, pengaruh kompetensi pedagogik guru terhadap motivasi kerja,

    pengaruh persepsi sertifikasi guru dan kompetensi guru terhadap

    motivasi kerja guru.

    6). Endah Retno Dwi Haryati. (2012) dengan judul Pengaruh Sertifikasi

    Guru melalui jalur Portofolio dan jalur Pendidikan dan Latihan Profesi

    Guru (PLPG) Terhadap Profesionalisme Guru SMK Bisnis Manajemen

    di Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2011/2012 menyimpulkan bahwa

    http://pasca.uns.ac.id/?p=2415http://pasca.uns.ac.id/?p=2415http://pasca.uns.ac.id/?p=2415http://pasca.uns.ac.id/?p=2415http://pasca.uns.ac.id/?p=2415
  • 40

    sertifikasi guru melalui jalur Portofolio dan Pendidikan dan latihan

    profesi Guru (PLPG) berpengaruh terhadap profesionlisme Guru.

    7). Wisnu dan Athana (2010) Pengaruh sertifikasi terhadap kompetensi

    guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Benjeng, Kabupaten Gresik.

    Hasil penelitian menyimpulkan bahwa sertifkasi berpengaruh terhadap

    kompetensi Guru Mengajar.

  • 41

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Jenis dan Sumber Data

    Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data

    subyek, yaitu data penelitian yang berupa opini, sikap atau karakter dari

    seseorang atau sekelompok orang yang menjadi subyek penelitian/

    responden (Indriantoro & Supomo, 2002). Sedangkan sumber data dari

    penelitian ini adalah sumber data primer, yaitu data penelitian yang

    diperoleh secara langsung dari sumber data yang dikumpulkan secara

    khusus dan berhubungan langsung dengan masalah yang diteliti (Indriantoro

    & Supomo, 2002). Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari

    responden langsung dengan bantuan kuesioner.

    Selain data primer penelitian ini juga menggunakan data sekunder.

    Data sekunder adalah jenis data yang bukan diusahakan sendiri

    pengumpulannnya oleh peneliti (Indriantoro & Supomo, 2002) Data

    sekunder penelitian ini diperoleh dari Dinas Penidikan Kabupaten Tegal,

    SMP Negeri Komwil 05 Kabupaten Tegal literature-literatur, jurnal-jurnal

    ilmiah, maupun internet (webset) yang relevan dengan penelitian ini.

    3.2 Populasi dan Sampel

    Populasi merupakan kumpulan individu atau obyek penelitian yang

    memiliki kualitas-kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan. Berdasarkan

  • 42

    kualitas dan ciri tersebut, populasi dapat dipahami sebagai sekelompok

    individu atau obyek pengamatan yang minimal memiliki satu persamaan

    karakteristik (Cooper & Emory, 1995). Sedangkan menurut Ferdinand

    (2006). Populasi adalah kumpulan individu atau obyek penelitian yang

    memiliki kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan, yang memiliki suatu

    persamaan karakteristik. Populasi dalam penelitian ini adalah guru SMPN

    Komwil 5 Kabupaten Tegal yang telah lulus sertifikasi sebanyak 171.

    Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki karakteristik

    relatif sama yang dianggap dapat mewakili populasi ditingkat kesalahan

    maksimum yang dapat ditoleransi (Sugiyono, 2009; Nawawi, 2003). Dalam

    penelitian ini terdiri dari sampel key person sebanyak 10 orang untuk

    menentukan strategi peningkatna kompetensi dengan AHP dan responden

    Guru sebanyak 50 guru untuk menjawab tujuan penelitian pertama dengan

    simpel random sampling terkuota, secara lengkap dapat dilihat pada Tabel

    3.1 berikut.

    Tabel 3.1

    Distribusi Sampel

    No Sekolah Jumlah Guru

    Tersertifikasi Jumlah Sampel

    1 SMP N 1 Suradadi 17 5

    2 SMP N 2 Suradadi 5 0

    3 SMP N 1 Kramat 26 10

    4 SMP N 2 Kramat 25 5

    5 SMP N 1 Warurejo 28 10

    6 SMP N 2 Warurejo 16 5

    7 SMP N 3 Warurejo 4 0

    8 SMP N 1 Tarub 35 10

    9 SMP N 2 Tarub 15 5

    Jumlah 171 50 Sumber: SMP Negeri Komwil 05 Kabupaten Tegal, 2011

  • 43

    3.3 Metode Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah sebagai berikut:

    1) Wawancara. Teknik wawancara dilakukan dengan bantuan pedoman

    daftar pertanyaan (kuesioner). Wawancara adalah metode

    pengumpulan data dengan menggunakan Tanya jawab kepada

    responden, yaitu dengan menggunakan kuesioner untuk diisi dengan

    keterangan-keterangan oleh responden. Wawancara dilakukan

    terhadap responden dengan media kuesioner yang telah dipersiapkan

    sebelumnya, namun masih dimungkinkan adanya variasi

    pertanyaan yang sesuai dengan situasi pada saat wawancara

    dilakukan. Kuesioner adalah sejenis pertanyaan tertulis yang

    digunakan untuk memperoleh informasi responden dalam arti laporan

    tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui (Arikunto, 2000).

    2) Observasi, yaitu pengumpulan data untuk mendapatkan informasi

    obyek penelitian dengan secara langsung mengamati

    kegiatan/kejadian pada obyek penelitian. Dalam penelitian ini yang

    diamati adalah kegiatan-kegiatan pada kantor dinas Kesehetan

    Kabupaten Tegal.

    3) Dokumentasi. Teknik ini digunakan untuk mengakomodasi latar

    belakang penelitian dan keadaan daerah peneltian yang diperoleh

    dengan cara mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan

    penelitian baik dari instansi terkait maupun media cetak dan internet.

  • 44

    3.4 Teknik Analisis

    Untuk menganalisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik

    deskripitf untuk menjawab tujuan penelitian pertama dan Analisis Hierarchy

    Process (AHP) untuk menjawab tujuan penelitian kedua dan ketiga.

    Langkah-langkah dengan AHP dilakukan sebagai berikut:

    1. Strategi peningkatan kompetensi guru mengacu pada Idris (2004) yang

    terdiri dari (1) Program Pre Service Education yaitu upaya

    meningkatkan profesionalisme dengan penyaringan yang selektif

    terhadap calon guru dengan mcmperhatikan kualitas dan moralnya. (2)

    Program In Service Education yaitu memotivasi guru agar dapat

    memperoleh pendidikan yang lebih tinggi melalui pendidikan lanjutan

    (3). Program In Service Training yaitu suatu aktivitas yang berupa

    pelatihan-pelatihan, penataran, workshop, kursur-kursus, seminar,

    diskusi atau mimbar, baik yang dilakukan oleh intrn kelembagaan atau

    ekstrn kelembagaan, (4) Program On Service Training yaitu melalui

    kegiatan tindak lanjut atau Follow Up yang dilakukan dengan

    mengadakan pertemuan berkala atau rutin diantara para guru dan agar

    selalu memelihara hubungan sejawat keprofesian, semangat

    kekeluargaan dan kesetiakwanan sosial.

  • 45

    2. Melakukan Focus Group Discussion (FGD) untuk menentukan Kriteria

    dan strategi kebijakan dalam meningkatkan kompetensi Guru. FGD

    dilakukan dengan melibatkan semua komponen yang terlibat dalam

    peningkatkan Kompetensi Guru SMPN Komwil 05 di Kabupaten Tegal

    diantaranya adalah (1) Pemerintah yang diwakili oleh Dikpora

    Kabupaten Tegal, (2) Kelompok musyawah Guru, (3) Akademisi dan

    (4) Tokoh masyarakat yang peduli terhadap pendidikan di Kabupaten

    Tegal. Hasil FGD berupa kerangka strategi peningkatan kompetensi

    Guru SMP Negeri di Kabupaten Tegal yang kemudian digunakan untuk

    Analisis AHP

    3. Selanjutnya Menurut Syamsul (2003) urutan dalam menganalisis AHP

    adalah: (1) Identifikasi sistem (2) Penyusunan hirarki (3) Penyusunan

    matriks gabungan (4) Pengolahan vertikal (5) Penghitungan vektor

    prioritas. Untuk menyelesaikan analisis tersebut akan digunakan

    bantuan program komputer yakni Expert Choice Versi 9.0. Saaty

    (1993) untuk menetapkan prioritas elemen-elemen dalam suatu

    persoalan keputusan dengan membuat pembandingan berpasangan

    (pairwise comparisons), yaitu setiap elemen dibandingkan

    berpasangan terhadap suatu kriteria yang ditentukan. Bentuk dari

    pada pembandingan berpasangan adalah matrik berikut:

    C Al A2 A3 A4

    Al I

    A2 1

    A3 1

    A4

  • 46

    Dimana C adalah Kriteria dan A adalah Alternatif. Pengisian

    matriks banding berpasang memakai bilangan yang menggambarkan

    relatif pentingnya suatu elemen diatas yang lainnya. Skala itu

    mendefinisikan dan menjelaskan nilai 1-9 yang ditetapkan bagi

    pertimbangan dalam membandingkan pasangan elemen yang sejenis

    di setiap tingkat hierarki terhadap suatu kriteria yang berada setingkat

    diatasnya. Pengalaman telah membuktikan bahwa Skala dengan

    Sembilan satuan dapat diterima dan mencerminkan derajat yang mampu

    membedakan intensitas tata hubungan antar elemen.

    Skala banding berpasangan yang digunakan dalam

    penyusunan AHP untuk menentukan susunan prioritas alternatif dari

    kriteria guna mencapai sasaran adalah sebagai berikut:

    Tabel 3.1

    Skala Banding Berpasangan

    Nilai 1 Kedua faktor sama pentingnya.

    Nilai 3 Faktor yang satu sedikit lebih penting dari pada faktor yang

    lainnya

    Nilai 5 Faktor satu esensial atau lebih penting dari pada faktor lainnya.

    Nilai 7 Satu faktor jelas lebih penting dari pada faktor lainnya.

    Nilai 9 Satu faktor mutlak lebih penting dari pada faktor lainnya

    Mai 2, 4, 6, 8 Nilai-nilai antara, diantara dua nilai pertimbangan yang

    berdekatan

    Nilai

    Kebalikan

    Jika untuk aktivitas i mendapat angka 2 jika dibandingkan

    dengan

    aktivitas j, maka j mempunyai nilai V2 dibanding dengan i.

    Setelah semua pertimbangan diterjernahkan secara numerik,

    validitasnya dievaluasi dengan suatu uji konsistensi. Pada persoalan

  • 47

    pengambilan keputusan, konsistensi sampai kadar tertentu dalam

    menetapkan prioritas untuk elemen-elemen atau aktivitas-aktivitas

    berkenaan dengan beberapa kriteria adalah perlu untuk memperoleh

    basil-basil yang sahib dalam clunia nyata. AHP mengukur

    konsistensi menyeluruh dari berbagai pertimbangan melalui rasio

    konsistensi. Nilai rasio konsistensi hares 10 persen atau kurang

    (CR

  • 48

    BAB IV

    GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

    4.1. MKKS Kabupaten Tegal

    4.1.1.Tugas dan Fungsi MKKS Kabupaten Tegal

    Berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga MKKS SMP

    Kabupaten Tegal memiliki tugas pokok yaitu mewujudkan pengabdian melalui

    peningkatan Profesionalisme dalam mengelola pendidikan dengan melakukan

    fungsinya secara optimal sebagai Educator, Manager, Administrator, Supervisor,

    Leader, Inovator, Motivator serta Enterpreneur untuk mengaktualisasikan tugas

    pokok tersebut.

    MKKS SMP Kabupaten Tegal melaksanakan fungsinya sebagai berikut :

    1. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi anggota dalam melaksanakan program

    pendidikan.

    2. Mendukung dan melaksanakan kegiatan pendidikan di Kabupaten Tegal.

    3. Mendorong terwujudnya tenaga kependidikan yang profesional dalam rangka

    peningkatan mutu pendidikan.

    4.1.2. Visi, Misi dan Tujuan MKKS Kabupaten Tegal

    a. VISI

    Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) membangun bidang

    pendidikan dan pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat yang sedang dalam

    proses transpormasi reformasi dan demokrasi menuju era globalisasi.

  • 49

    b. MISI

    1. Menjalankan organisasi di era globalisasi dengan wawasan mandiri

    2. Peningkatan layanan pendidikan pada masyarakat

    3. Membangun mutu dan kualitas bidang pendidikan

    TUJUAN

    1. Kebijakan Pemerintah bidang pendidikan yang telah tertuang dalam UUD 1945

    dan Undang-undang Nomor : 20 tahaun 2003 tentang Sistem Pendidikan

    Nasional dengan segala peraturan pelaksanaannya.

    2. Strategi kebijaksanaan pembangunan pendidikan dari Kementrian Pendidikan

    Nasional dalam rangka peningkatan mutu Sumber Daya Manusia bagi

    kebutuhan pembangunan nasional.

    3. Terciptanya pendidikan yang bermutu dan berkualitas

    4.2. Komwil 05 Tarub

    Komisariat wilayah (komwil) 05 Tarub merupakan salah satu dari 6

    komwil di lingkungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (DIKPORA)

    Kabupaten Tegal. Komwil-komwil tersebut adalah;

    1. Komwil 01 Margasari

    2. Komwil 02 Bumijawa

    3. Komwil 03 Slawi

    4. Komwil 04 Adiwerna

    5 Komwil 05Tarub

    6. Komwil 06 Pangkah

  • 50

    Komwil 05 Tarub meliputi wilayah 4 kecamatan yaitu Kecamatan Tarub,

    Kecamatan Kramat, Kecamatan Suradadi, dan Kecamatan Warureja. Komwil 05

    Tarub beranggotakan 16 SMP Negeri dan Swasta, yaitu 8 SMP Negeri, 1 SMP

    Negeri satu atap dan 7 SMP Swasta.

    4.3. Komposisi Pengurus

    4.3.1. Komposisi Pengurus MKKS

    Ketua : M. Sofam, SP.d, MM

    Wakil Ketua : Embong Sugiarto, S.Pd

    Sekretaris : Abdullah Mufid, BA

    Wakil Sekretaris : Subur Utomo, S.Pd

    Bendahara : Sri Sabaningsih, S.Pd

    Wakil Bendahara : M. Bachro, S.Pd

    Anggota :

    Sie Bagian Kurikulum : Walidi, S.Pd

    Sie Ketenagaan : Drs. Chumaedi

    4.3.2. Komposisi Pengurus Komwil 05 SMP Kabupaten Tegal

    Ketua : Abdul Khalim, SP.d. Ina

    Sekretaris : Jarkoni, SP.d

    Bendahara : Suparso, S.Pd, MM

    Seksi Kekeluargaan : Drs. Djaelani

    Anggota :

    1. Drs. Didik Haryadi, M.Pd

    2. Drs Uripto, M.Pd

  • 51

    3. Drs. Afif Yulianto

    4. Indit Indiarto, S.Pd

    5. Drs. Wahyono

    6. Sukarmanto, S.Ag

    7. Zaenal Arifin, S.Pd

    8. Sukirman

    9. Drs. Bandanuri

    10. Sofan Hamid, S.Ag

    11. Jamroni, S.Ag

    4.4. Lokasi Kantor (Komwil 05 Tarub)

    Kantor Komwil 05 Tarub Kabupaten Tegal berlokasi di SMP Negeri 1

    Tarub Kabupaten Tegal, beralamat di Jalan Projo Sumarto 2 Kecamatan Tarub

    Kabupaten Tegal.

    4.5. Kegiatan Komwil 05 Kabupaten Tegal

    1. Mengadakan pertemuan antar anggota secara periodik (sebulan sekali).

    2. Mengadakan pertemuan insidental bila ada kegiatan yang harus

    dikoordinasikan (kegiatan Ujian, UTS dan Ujian Semester).

    3. Mengadakan anjangsana/ silaturohim bila ada anggota yang sakit,

    berangkat haji dan punya hajat.

    4. Sebagai katalisator antara Dinas Dikpora dan guru-guru yang ada di

    Komwil 05.

  • 52

    BAB V

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1 Profil Responden

    5.2 Kondisi Kompetensi Guru SMPN Komwil 05 Kabupaten Tegal

    5.3 Analisis Hierarchy Process

    Tujuan dalam AHP ini adalah Strategi peningkatan Kompetensi Guru di

    SMPN Komwil 05 Kabupaten Tegal. Berdasarkan kriteria dari hasil prasurvey dan

    diskusi terhadap key-person yang peduli terhadap kompetensi Guru di Kabupaten

    Tegal diperoleh susunan kerangka hierarki prioritasnya (Gambar 5.1). Key-person

    yang berkompeten di antaranya:

    (1) Pemerintah yang diwakili oleh Pengawas Dinas Dikpora Kabupaten Tegal,

    (2) Kepala Sekolah di SMP Komwil 05 Kabupaten Tegal

    (3) Akademisi (Dosen Universitas Panca Sakti Tegal)

    (4) Tokoh Masyarakat

    (5) Anggota DPR Kabupaten Tegal

    (6) Guru di SMPN Komwil 05 Kabupaten Tegal

    Gambar 5.1 Hirarki Peningkatan Kompetensi Guru

    STRATEGI PENINGKATAN

    KOMPETENSI GURU

    PIST PISE POST PPSE

    A1 A2 A3 A4 A5 A6 A11 A8 A9 A10 A7 A12 A13

  • 53

    Keterangan:

    PPSE = Program Pre Service Education

    PISE = Program In Service Education

    PIST = Program In Service Training

    POST = Program On Service Training

    A1 = Melakukan penyaringan yang selektif terhadap moral calon guru

    A2 = Melakukan penyaringan yang selektif terhadap kualitas calon guru

    A3 = Melakukan penyaringan yang selektif terhadap tingkat pendidikan calon

    guru

    A4 = Memberikan Beasiswa Studi lanjut pada Guru

    A5 = Mendorong Guru untuk selalu meningkatkan kemampuan KBM

    A6 = Memberikan penghargaan bagi guru yang memiliki prestasi

    A7 = Mengirimkan Guru mengikuti Pelatihan character Building

    A8 = Mengirimkan guru untuk mengikuti workshop/seminar

    A9 = Mendorong Guru melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

    A10 = Mendorong Guru meningkatkan kemampuan IT

    A11 = Perlu adanya jejaring social pendidikan (forum ilmiah guru)

    A12 = Mengoptimalkan Forum musyawarah guru mata pelajaran (MGMP)

    A13 = Mendorong guru untuk mengikuti forum-forum ilmiah

    Berdasarkan Kerangka hirarki di atas, selanjutnya data dianalisis dengan

    expert choice v.9 dengan hasil sebagai berikut:

    (a) Landasan Aspek dan Kriteria yang Menjadi Bahan