tgs besar fisika bangunan(siipp) 2
TRANSCRIPT
Page
15
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Ilmiah dengan judul “
Evaluasi Pencahayaan Alami pada Gedung Rusunawa Politeknik Negeri
Pontianak ”. Penulisan karya ilmiah ini merupakan salah satu tugas dan
persyaratan untuk menyelesaikan mata kuliah Fisika Bangunan.
Dalam Penulisan karya ilmiah ini saya merasa masih banyak kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya
miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi
penyempurnaan pembuatan karya ilmiah ini.
Dalam penulisan karya ilmiah ini saya menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak yang membantu dalam menyelesaikan karya ilmiah ini, yaitu :
1. Orang tua yang telah memberikan dukungan moral dan materi
2. Bpk. Ramli Abidin,ST,MT selaku dosen pembimbing
3. Teman-teman yang telah mendukung dalam proses penulisan
Akhirnya saya berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal
pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua
bantuan ini sebagai ibadah. Dan juga karya ilmiah ini dapat menjadi sumbangsih
dalam pembelajaran serta bermanfaat untuk kedepannya.
Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Pontianak, 19 juli 2013
IKHSAN ADIYANTO
Page
15
DAFTAR ISI
I. KATA PENGANTAR
II. DAFTAR ISI
III. BAB I PENDAHULUAN
IV. BAB II DASAR TEORI
V. BAB III PEMBAHASAN
VI. BAB IV PENUTUP
VII. Daftar Pustaka
Page
15
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
fenomena pada objek dan ruangan juga merupakan dari cahaya. Secara umum,
keseluruhan bagian tersebut merupakan fenomena bumi dan langit. Langit sebagai
asal cahaya dan bumi sebagai infestasinya. Oleh karena itu cahaya adalah
kesatuan dari alam semesta. Selalu sama dan berbeda, cahaya menyatakan
sesuatu.
Di dalam arsitektur pemanfaatan pencahayaan alami selalu menjadi bagian
penting yang selalu diperhitungkan dalam perancangan. Pencahayaan alami
mampu menciptakan ruangan secara visual. Menurut Lechner perancang yang
peka selalu menyadari bahwa apa yang kita lihat merupakan konsekuensi baik dari
kualitas rancangan maupun kualitas cahaya yang jatuh ke atasnya.
Pencahayaan alami pada ruangan difungsikan untuk memenuhi kebutuhan
ruang akan cahaya, dan untuk segi estetika. Kualitas ruang yang tida sesuai
dengan fungsi ruangan berakibat pada tidak berjalan dengan baik kegiatan yang
ada. Ruang dengan cahaya yang sedikit menyebabkan ruang tersebut menjadi
gelap dan dingin. Pencahayaan yang terlalu terang akan meyebabkan silau dan
kurang baik bagi mata. Kenyamanan berada pada suatu ruangan dapat diciptakan
dari kualitas pencahayaan dalam ruangan tersebut. Untuk memperoleh
kenyamanan visual dalam ruangan,pencahayaan dapat dirancang untuk
menonjolkan obyek, atau menambah daya tarik khusus dari sudut-sudut ruang.
Isu yang berkembang tentang pembahasan pencahayaan alami menyatakan
bahwa kualitas pencahayaan alami yang baik tidak terlepas dari distribusi cahaya
yang masuk melalui jendela (bukaan) dan orientasi arah bukaan. Semakin luas
bukaan maka akan semakin banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan.
Kualitas pencahayaan alami yang baik juga pengaruhi oleh letak bukaan terhadap
arah datangnya sinar matahari
Page
15
B. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah :
a. mengetahui pengaruh letak bukaan pencahayaan alami terhadap
kulaitas pencahayaan kamar tidur.
b. Mengetahui kondisi intensitas pencahayaan di dalam kamar
tidur.
C. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini baik dalam disiplin ilmu arsitektur
maupun disiplin ilmu pasti yang lainnya, yang bertujuan untuk mengetahui
tentang pemanfaatan pencahayaan alami dalam bentuk kualitas visual ruang
kamar tidur
Page
15
BAB II
DASAR TEORI
A. DEFINISI
Pencahayaan alami dapat juga diartikan sebagi cahaya yang masuk kedalam
ruangan pada bangunan yang berasal dari cahaya matahari. Sebelum masuk
kedalam ruangan melalui bukaan, cahaya ini dapat diproses terlebih dahulu
dengan menggunakan “shading” . Shading dimaksud sebagai penyaring cahaya
yang masuk kedalam ruangan sehingga menghasilkan kualitas pencahayaan pada
ruangan yang diinginkan.
B. Tata cara perancangan sistem pencahayaan alami pada bangunan
gedung
1. Ruang lingkup.
1.1 Standar,tata cara perancangan sistem pencahayaan alami pada bangunan
gedung ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi para perancang
dan pelaksana pembangunan gedung di dalam merancang sistem
pencahayaan alami siang hari, dan bertujuan agar diperoleh sistem
pencahayaan alami siang hari yang sesuai dengan syarat kesehatan, kenyamanan
dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan lain yang berlaku.
1.2 Standar ini mencakup persyaratan minimal sistem pencahayaan alami siang
hari dalam bangunan gedung.
2. Acuan.
a. SNI. No. 03-2396-1991 : Tata cara perancangan Penerangan alami siang
hari untuk rumah dan gedung.
b. Natuurkundige Grondslagen Voor Bouurvorrschriften, 1951, Deel 11,
“Dagverlichting Van Woningen (NBG II 1951).
Page
15
c. Hopkinson (et.al), 1966, Daylighting, London.
d. Adhiwiyogo. M.U, 1969 ; Selection of the Design Sky for
Indonesia based on the Illumination Climate of Bandung. Symposium of
Enviromental Physics as Applied to Building in the Tropics.
3. Istilah dan definisi.
3.1 bidang lubang cahaya efektif. bidang vertikal sebelah dalam dari lubang
cahaya.
3.2 faktor langit ( fl ) angka karakteristik yang digunakan sebagai ukuran keadaan
pencahayaan alami siang hari diberbagai tempat dalam suatu ruangan.
3.3 langit perancangan langit dalam keadaan yang ditetapkan dan dijadikan dasar
untuk perhitungan.
3.4 lubang cahaya efektif untuk suatu titik ukur bagian dari bidang lubang
cahaya efektif lewat mana titik ukur itu melihat langit.
3.5 terang langit sumber cahaya yang diambil sebagai dasar untuk
penentuan syarat-syarat pencahayaan alami siang hari.
3.6 titik ukur titik di dalam ruangan yang keadaan pencahayaannya dipilih
sebagai indikator untuk keadaan pencahayaan seluruh ruangan.
4. Kriteria Perancangan
4.1 Ketentuan Dasar.
4.1.1 Pencahayaan Alami Siang Hari yang Baik
Pencahayaan alami siang hari dapat dikatakan baik apabila :
Page
15
a. pada siang hari antara jam 08.00 sampai dengan jam 16.00 waktu setempat,
terdapat cukup banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan.
b. distribusi cahaya di dalam ruangan cukup merata dan atau tidak
menimbulkan kontras yang mengganggu.
4.1.2 Tingkat Pencahayaan Alami dalam Ruang.
Tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan ditentukan oleh tingkat pencahayaan
langit pada bidang datar di lapangan terbuka pada waktu yang sama.
Perbandingan tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan dan pencahayaan
alami pada bidang datar di lapangan terbuka ditentukan oleh :
a. hubungan geometris antara titik ukur dan lubang cahaya.
b. ukuran dan posisi lubang cahaya.
c. distribusi terang langit.
d. bagian langit yang dapat dilihat dari titik ukur.
1) Faktor pencahayaan alami siang hari
Faktor pencahayaan alami siang hari adalah perbandingan tingkat
pencahayaan pada suatu titik dari suatu bidang tertentu di dalam suatu ruangan
terhadap tingkat pencahayaan bidang datar di lapangan terbuka yang merupakan
ukuran kinerja lubang cahaya ruangan tersebut.
2) Komponen langit (faktor langit-fl);
yakni komponen pencahayaan langsung dari cahaya langit
Keterangan:
L : Lebar Lubang Cahaya Efektif
Page
15
H : Tinggi Lubang Cahaya Efektif
D : Jarak Titik Ukur Ke Lubang Cahaya
Gambar 1. Komponen langit
3) Titik Ukur:
Titik ukur diambil pada suatu bidang datar yang letaknya pada tinggi 0,75
meter di atas lantai. Bidang datar tersebut disebut bidang kerja
Page
15
Gambar 2. Titik ukur
Untuk menjamin tercapainya suatu keadaan pencahayaan yang cukup
memuaskan, maka Faktor Langit (fl) titik ukur tersebut harus memenuhi
suatu nilai minimum tertentu yang ditetapkan menurut fungsi dan ukuran
ruangannya
Dalam perhitungan digunakan 2 (dua) jenis titik ukur, yaoitu:
1) titik ukur utama (TUU), diambil pada tengah-tengah antar kedua
dinding samping, yang berada pada jarak 1/3 d dari bidang lubang
cahaya efektif
2) titik ukur samping (TUS), diambil pada jarak 0,50 meter dari dinding
samping, yang juga berada pada jarak 1/3 d dari bidang lubang cahaya
efektif, dengan d adalah ukuran kedalaman ruangan, diukur dari mulai
bidang lubang cahaya efektif hingga pada dinding seberangnya, atau
hingga pada “bidang” batas dalam ruangan yang hendak dihitung
pencahayaannya itu
Gambar 3. Penjelasan Jarak d
Page
15
Jarak ”d” pada dinding tidak sejajar
Apabila kedua dinding yang berhadapan tidak sejajar, maka untuk d
diambil jarak di tengah antara kedua dinding samping tadi, atau diambil
jarak rata-ratanya
Ketentuan jarak ”1/3 d” minimum
Untuk ruang dengan ukuran d sama dengan atau kurang dari pada 6 meter,
maka ketentuan jarak 1/3.d diganti dengan jarak minimum 2 meter
Bila suatu ruangan mendapatkan pencahayaan dari langit melalui lubang-
lubang cahaya di beberapa dinding, maka masing-masing dinding ini
mempunyai bidang lubang cahaya efektifnya sendiri-sendiri
Gambar 4. Denah ruangan
4) Klasifikasi Kualitas Pencahayaan:
Klasifikasi kualitas pencahayaan adalah sebagai berikut :
1) Kualitas A : kerja halus sekali, pekerjaan secara cermat terus menerus,
seperti menggambar detil, menggravir, menjahit kain warna gelap, dan
sebagainya.
Page
15
2) Kualitas B : kerja halus, pekerjaan cermat tidak secara intensif terus
menerus, seperti menulis, membaca, membuat alat atau merakit
komponen-komponen kecil, dan sebagainya.
3) Kualitas C : kerja sedang, pekerjaan tanpa konsentrasi yang besar dari si
pelaku, seperti pekerjaan kayu, merakit suku cadang yang agak besar, dan
sebagainya.
4) Kualitas D : kerja kasar, pekerjaan dimana hanya detil-detil yang besar
harus dikenal, seperti pada gudang, lorong lalu lintas orang, dan
sebagainya
Faktor yang mempengaruhi kualitas penerangan : perbandingan luas lubang
cahaya dan luas lantai, bentuk dan letak lubang cahaya, refleksi cahaya didalam
ruangan.Untuk meningkatkan kualitas penerangan alami siang hari didalam
ruangan, hendaknya ruangan menerima cahaya lebih dari satu arah. Kasa nyamuk
dapat mengurangi cahaya masuk 15%.
5). Persyaratan Faktor Langit Dalam Ruangan:
a) Nilai faktor langit (fl) dari suatu titik ukur dalam ruangan harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
1) sekurang-kurangnya memenuhi nilai-nilai faktor langit minimum
(flmin) yang tertera pada Tabel 1, 2 dan 3, dan dipilih menurut
klasifikasi kualitas pencahayaan yang dikehendaki dan dirancang
untuk bangunan tersebut.
2) nilai flmin dalam prosen untuk ruangan-ruangan dalam BANGUNAN
UMUM untuk TUUnya, adalah seperti tertera pada tabel 1; dimana d
adalah jarak antara bidang lubang cahaya efektif ke dinding di
seberangnya, dinyatakan dalam meter. Faktor langit minimum untuk
TUS nilainya diambil 40% dari flmin untuk TUU dan tidak boleh
kurang dari 0,10 d
Tabel 1 : Nilai Faktor langit untuk bangunan umum
Klasifikasi Pencahayaan Flmin TUU
Page
15
A 0,45 d
B 0,35 d
C 0,25 d
D 0,15 d
Tabel 2 : Nilai Faktor langit untuk bangunan sekolah
JENIS RUANGAN Flmin TUU Flmin TUS
Ruang kelas biasa 0,35 d 0,20 d
Ruang kelas khusus 0,45 d 0,20 d
Laboratorium 0,35 d 0,20 d
Bengkel Kayu / Besi 0,25 d 0,20 d
Ruang Olahraga 0,25 d 0,20 d
Kantor 0,35 d 0,15 d
Dapur 0,20 d 0,20 d
3) nilai dari flmin dalam prosen untuk ruangan-ruangan dalam bangunan
sekolah, adalah seperti pada tabel 2; Untuk ruangan-ruangan kelas
biasa, kelas khusus dan laboratorium dimana dipergunakan papan tulis
sebagai alat penjelasan, maka flmin pada tempat 1/3 d di papan tulis
pada tinggi 1,20 m , ditetapkan sama dengan flmin = 50% TUU
4) nilai dari flmin dalam prosentase untuk ruangan-ruangan dalam
bangunan tempat tinggal seperti pada tabel 3
Page
15
Tabel 3 : Nilai Faktor langit Bangunan Tempat Tinggal
JENIS RUANGAN Flmin TUU Flmin TUS
Ruang Tinggal 0,35 d 0,16 d
Ruang Kerja 0,35 d 0,16 d
Kamar Tidur 0,18 d 0,05 d
Dapur 0,20 d 0,20 d
5) untuk ruangan-ruangan lain yang tidak khusus disebut dalam tabel ini
dapat diperlakukan ketentuan-ketentuan dalam tabel 1
BAB III
PEMBAHASAN:
1. Ruang kamar kualitas pencahayaannya dikategorikan pada kualitas B
(RSNI 03-2369-2001 )
2. Lubang cahaya diukur diluar kusen ( ukuran kotor dari lubang cahaya )
3. Kusen pada lubang cahaya (jendela) diabaikan
4. Pengukuran ruang kamar dihitung hanya pada bagian dalam ruangan tanpa
menghitung as bangunan dan Ukuran dimensi ruang kamar dianggap sama
5. Ruang kamar yang dijadikan sampel adalah ruang yang berada pada satu
arah garis vertikal
6. Tinggi kamar yaitu 3 m
Alat ukur yang digunakan dalam pengukuran ruangan ( panjang ,lebar dan
tinggi ruang maupun ukuran lubang cahaya ) adalah meteran
Page
15
A. Perhitungan faktor langit pada ruangan kamar ( Fl )
Sebelum menghitung faktor langit terlebih dahulu mengumpulkan data-data
yang berhubungan dengan perhitungan faktor langit ini yaitu,ukuran ruangan
kamar ( panjang ,lebar ,tinggi serta ukuran lubang cahaya ),letak lubang cahaya
dari sampel ruangan di tiap lantainya.
Berdsarkan tabel 1 pada RSNI 03-2369-2001 faktor pencahayaan siang hari minimum
yang diperlukan adalah sebagai berikut :
flmin TUU = 0,35 d = 0,35 . 4,90 = 1,715 %
Pada hasil pengukuran didapatkan data-data sebagai berikut:
Panjang ruangan 4,90 m
Lebar ruangan 3.90 m
Tinggi ruangan 3 m
Letak lubang cahaya berada pada posisi lebarnya ( 3,90 m )
Nilai d 4,90 m
Berdasarkan data di atas maka dapat dihitung faktor langitnya ,yaitu sebagai
berikut .Menghitung titik ukur ; nilai D yaitu : ⅓ d = ⅓ . 4,90 m = 1,633 m , ½ l = ½ .
3.90 m = 1,95 m,dan 0,75 dari muka lantai. D = 2 m ( ketentuan RSNI Dmin ≤ 2 m )
Gambar 1.denah ruang kamar gambar 2. lay out lubang cahaya
Page
15
Berdasarkan gambar layout diatas dapat dihitung faktor langit (Fl) dengan rumus :
Maka Fltotal = (FlHICF + FLHFDG ) - ( FLHIBE + FLHEAG )
Perhitungan faktor langit untuk FlHICF
Nilai L = 1,18 m,nilai H =1,65 m dan nilai D = 2 m
FlHICF = 2,8 %
Perhitungan faktor langit untuk FlHFDG
Nilai L = 1,47 m,nilai H =1,65 m dan nilai D = 2 m
FlHFDG = 3 %
Perhitungan faktor langit untuk FlHIBE
Nilai L = 1,18 m,nilai H =0,05 m dan nilai D = 2 m
FlHIBE = 0,00012 %
Page
15
FlHEAG = 0,00014 %
Maka Fltotal = (FlHICF + FLHFDG ) - ( FLHIBE + FLHEAG )
Maka Fltotal = (2,8 % + 3 % ) - ( 0,00012 + 0,00014 )
Maka Fltotal = 5,79794 %
Jadi ,faktor langit pada ruang kamar saya 5,8 % dan lebih besar dari ( ≥ ) Fl min =
1,715 %
BAB IV
PENUTUP
I. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas penulis menyimpulkan bahwa ;
1) Pencahayaan alami adalah pemanfaatan cahaya yang berasal dari benda
penerang alam seperti matahari, bulan, dan bintang sebagai penerang
ruang. Karena berasal dari alam, cahaya alami bersifat tidak menentu,
tergantung pada iklim, musim, dan cuaca. Diantara seluruh sumber cahaya
Page
15
alami, matahari memiliki kuat sinar yang paling besar sehingga
keberadaanya sangat bermanfaat dalam penerangan dalam ruang.
2) Faktor langit adalah kualitas pencahayaan dari suatu ruangan. berdasarkan
hasil perhitungan faktor langit di dalam kamar.
3) Perletakan lubang pencahayaan sangat berpengaruh terhadap kualitas
pencahayaan alami dari suatu ruangan. Hal ini juga disesuaikan dengan
fungsi dari suatu ruangan.
II. SARAN
Adapun saran yang dapat penulis berikan adalah ;
Sebaiknya perletakkan lubang cahaya disesuaikan dengan fungsi dari
ruangan untuk mendapatkan kualitas pencahayaan yang maksimal
Jika pencahayaan alami menggangu atau mengakibatkan silau yang
berlebihan maka dapat digunakan bahan yang dapat mengurangi /
mereduksi cahaya . Contoh : kain gorden,kasa dll.