tht-art

31
Art Of Therapy Art Of Therapy 12. Ilmu Penyakit Telinga ,Hidung, Tenggorok OTITIS EKSTERNA DIFUSA DEFINISI DIAGNOSIS TERAPI Peradangan pada telinga luar, biasanya dimulai di atau dekat dengan kanalis auditori eksterna dan menyebar ke seluruh aurikula. Umumnya disebabkan karena infeksi (biasanya bakteri) terutama Pseudomonas aeruginosa, Staphillococcus aureus, Escherichia coli dan Enterobacter aeroginosa. Faktor predisposisi yaitu : Perubahan pH kulit yang umumnya asam menjadi lebih basa. Perubahan lingkungan terutama gabungan peningkatan suhu dan kelembaban, misalnya suhu lingkungan tinggi disertai dengan keringat. Keadaan ini akan menurunkan system pertahanan di kanalis auditori eksterna. Trauma kanalis karena membersihkan liang telinga secara berlebih menggunakan jari-jari atau cotton bud dan kemasukan benda asing termasuk alat bantu dengar (hearing aid) dan ear plug. Tanda dan Gejala klinik Gatal yang ringan sampai dengan nyeri. Nyeri hebat yang terbatas pada kanalis auditori eksterna. Nyeri dapat dieksaserbasi karena gerakan liang telinga seperti ketika mengunyah. Keluarnya sekret, dapat berupa mukus putih sampai disertai darah. Pendengaran dapat normal atau menurun sedikit. Sensasi telinga penuh. Pada pemeriksaan dijumpai canalis kemerahan dan bengkak. Bila infeksi menyebar luas atau tiadak mendapat pengobatan yang adekuat, dapat dijumpai tanda komplikasi berupa simptom toksik meliputi demam, dan limfadenopati regional preaurikular, anterior dan posterior cervical colli. Aural toilet untuk membersihkan discharge dan sel-sel mati yang menumpuk, terbaik dengan suction. Kanalis yang mengalami inflamasi lebih rentan jika terkena trauma, oleh karena itu penggunaan cerumen spoon atau kuret 277

Upload: pedialyte88

Post on 05-Jul-2015

1.093 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: THT-art

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

12. Ilmu Penyakit Telinga ,Hidung, Tenggorok

OTITIS EKSTERNA DIFUSA

DEFINISI

DIAGNOSIS

TERAPI

Peradangan pada telinga luar, biasanya dimulai di atau dekat dengan kanalis auditori

eksterna dan menyebar ke seluruh aurikula. Umumnya disebabkan karena infeksi

(biasanya bakteri) terutama Pseudomonas aeruginosa, Staphillococcus aureus,

Escherichia coli dan Enterobacter aeroginosa.

Faktor predisposisi yaitu :

Perubahan pH kulit yang umumnya asam menjadi lebih basa.

Perubahan lingkungan terutama gabungan peningkatan suhu dan kelembaban,

misalnya suhu lingkungan tinggi disertai dengan keringat. Keadaan ini akan

menurunkan system pertahanan di kanalis auditori eksterna.

Trauma kanalis karena membersihkan liang telinga secara berlebih

menggunakan jari-jari atau cotton bud dan kemasukan benda asing termasuk

alat bantu dengar (hearing aid) dan ear plug.

Tanda dan Gejala klinik

Gatal yang ringan sampai dengan nyeri.

Nyeri hebat yang terbatas pada kanalis auditori eksterna. Nyeri dapat

dieksaserbasi karena gerakan liang telinga seperti ketika mengunyah.

Keluarnya sekret, dapat berupa mukus putih sampai disertai darah.

Pendengaran dapat normal atau menurun sedikit. Sensasi telinga penuh.

Pada pemeriksaan dijumpai canalis kemerahan dan bengkak.

Bila infeksi menyebar luas atau tiadak mendapat pengobatan yang adekuat,

dapat dijumpai tanda komplikasi berupa simptom toksik meliputi demam, dan

limfadenopati regional preaurikular, anterior dan posterior cervical colli.

Aural toilet untuk membersihkan discharge dan sel-sel mati yang menumpuk,

terbaik dengan suction. Kanalis yang mengalami inflamasi lebih rentan jika

terkena trauma, oleh karena itu penggunaan cerumen spoon atau kuret

277

Page 2: THT-art

sebaiknya dihindari. Irigasi dengan menyiram atau menyemprot liang telinga

sebaiknya juga dihindari, selain dapat menimbulkan trauma lebih lanjut pada

liang, pada liang telinga yang mengalami pembengkakan juga dapat menutup

membrane timpani pada saat pemeriksaan. Bila otitis eksterna disertai dengan

otitis media dengan perforasi membran timpani, penyembrotan dapat merusak

ossikula-ossikula dan kokhklea-vestibular, mengakibatkan kehilangan

pendengaran, tinnitus, dan vertigo.

Mengasamkan lingkungan di liang telinga dengan solusio topical asam asetat 2%

(misalnya vasol HC mengandung asam asetat non-aqueous 2% dan

hidrokortison), selain tidak mahal, sangat efektif untuk melawan sebagian besar

penyebab infeksi namun bersifat iritatif terhadap canalis yang mengalami

inflamasi.

Pemberian obat topical berupa antibiotik topical dapat disertai dengan

kortikosteroid. Steroid berfungsi dalam mengurangi inflamasi dan edema,

namun beberapa studi menunjukkan tidak ada manfaat dari steroid. Obat yang

dapat digunakan adalah 1) neomisin, efektif dan tidak mahal namun ototoksik

dan hipersensitif pada beberapa orang menyebabkan dermatitis kontak ; 2)

polimiksin, pengganti neomisin pada hipersensitivitas neomisin namun tidak

efektif melawan stafilokokkus dan gram positif (misalnya cortisporin

[mengandung polimiksin, neomisin dan hidrokortison], colimysin [mengandung

kolistin, neomisin dan hidrokortison], dan lain-lain); 3) derivat quinolon, bersifat

non-ototoksik sehingga dapat digunakan pada keadaan perforasi membrane

timpani, efektif tanpa bersifat iritatif dan hipersensitif serta penggunaan dosis

cukup 2 kali sehari namun mahal dan penggunaan berlebih di komunitas dapat

menyebabkan resistensi (misalnya tarivid [mengandung ofloxacin 0,3%];

antibiotic lain seperti aminoglikosida bersifat ototoksik (misalnya gentamisin)

atau kloramphenikol (chloromycetin).

Tetes telinga diberikan selama 5-7 hari, pada keadaan yang parah dapat selama 10-

14 hari. Diberikan 3-4 tetes, empat kali/hari kecuali pada pembarian quinolon, 2

kali/hari. Untuk mengurangi pusing berputar karena tetesan obat di telinga,

botol obat dihangatkan terlebih dahulu dengna tangan. Penetesan dilakukan

dengan menekan-nekan tragus agar tetes obat terdistribusi di sepanjang liang.

Pemberian dapat pula dilakukan dengan cotton plug kecil yang dibasahi obat

kemudian ditekan-tekan ke dinding kanalis.

278

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Telinga-Hidung-Tenggorok

Page 3: THT-art

Pada keadaan nyeri yang hebat dapat diberikan analgetik misalnya NSAIDs.

Antibiotik sistemik oral jarang diberikan kecuali otitis eksterna yang persisten

setelah pengobatan topikal adekuat atau jika disertai dengan otitis media

(dicurigai jika terdapat riwayat infeksi saluran pernafasan atas sebelumnya atau

ketika terjadi pada usia 2 tahun, usia dimana otitis eksterna jarang terjadi) atau

jika telah terjadi penyebaran local dan sistemik serta jika terjadi pada pasien

dengan system imun yang lemah misalnya pasien dengan Diabetes Mellitus,

keganasan atau penggunaan kortikosteroid sistemik. Antibiotik yang dapat

diberikan cephalosporin, penicillin dan floroquinolon.

Prevensi : tidak banyak menggores liang telinga menjaga telinga kering dan tidak

lembab.

Radang pada unit apopilosebaceus pada pars cartilaginea CAE yang disebabkan

infeksi bakteria. Bila tunggal disebut furunkel, bila multipel disebut karbunkel. Abrasi

dan maserasi dapat memudahkan infeksi namun sering bukan suatu faktor

predisposisi. Penderita Diabetes mudah mendapat infeksi ini.

Tanda dan gejala klinik

Gatal merupakan gejala awal yang mendorong untuk menggaruk

Nyeri ditimbulkan karena menggerakkan aurikula. Jika furunkel terletak di

depan, nyeri muncul ketika membuka mulut sampai timbul trismus.

Tuli terjadi jika kanalis tertutup jaringan edema.

Limfadenitis regional

Penyebaran infeksi ke parotis, periosteum mastoid, kavitas timpani.

OTITIS EKSTERNA FURUNKULOSA

DEFINISI

DIAGNOSIS

279

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Telinga-Hidung-Tenggorok

Page 4: THT-art

Mastoiditis FurunkelRiwayat otitis mediaTuli (+)Menbran timpani menunjukkan tandainfeksi telinga tengahNyeri ketika menekan mastoid

Sulkus post aurikula normalFistula ke kanalis terbentuk di pars osseusTampak perubahan radiologis padamastoid.

Tidak ada riwayat otitis mediaTuli hanya jika kanalis tertutupMembran timpani normal

Nyeri ketika menggerakkan aurikulaSulkus post aurikula tertutupFistula ke kanalis terbentuk di parskartilagoTidak ada perubahan radiologis di mastoid

Tabel 45. Diagnosis banding Mastoiditis dan Furunkel

TERAPI

DEFINISI

DIAGNOSIS

Terapi yang bisa dilakukan mirip dengan terapi pada otitis eksterna difusa:

Konservasi : kompres hangat untuk menghilangkan nyeri

Medikamentosa : analgetik sistemik, antibiotik topikal (ofloxacin) (lihat OED)

Tindakan : Incisi dan aural toilet. Furunkel dapat dibiarkan agar pecah dengan

sendirinya

Prevensi : Menjaga hygiene telinga

Suatu sumbatan pada liang telinga/canalis auditorius eksternus yang disebabkan oleh

serumen

Ax :

bisa asimptomatis, pendengaran berkurang, nyeri, sensasi penuh, merasa ada

benda di telinga, pusing.

Px :

Pemeriksaan otoskop :

Hasil pemeriksaan yang didapatkan bisa bervariasi mulai dari penutupan liang telinga

yang parsial sampai menutupi seluruhnya sehingga membrana timpani tidak terlihat

dengan konsistensi serumen dari lunak sampai keras.

IMPAKSI SERUMEN (CERUMEN PROP)

276280

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Telinga-Hidung-Tenggorok

Page 5: THT-art

TERAPI

Agen seruminolitik

Evakuasi cerumen bisa dilakukan dengan

irigasi liang telinga, dengan atau tanpa penggunaan agen ceruminolitik;

dengan penggunaan agen seruminolitik saja; atau

evakuasi manual dengan menggunakan sendok serumen atau suction.

Ada 3 tipe preparat pelunak serumen: basis air, basis minyak, dan basis non air/basis

non minyak.

Agen Penggunaan Dosis Keterangan

Basis air

Kondensat 10%

Triethanolaminpolipeptida oleat

Melunakkan

serumen sebelumirigasi

Isi liang telinga yang terkena 15

sampai 30 menit sebelummelakukan irigasi

Bisa mengiritasi liang telinga dan

tidak boleh digunakan untukperiode yang lebih lama

Docusate sodium Melunakkan

serumen sebelumirigasi

Isi liang telinga yang terkena

sebanyak 1 cc, 15 sampai 30 menitsebelum melakukan irigasi

Dalam salah satu penelitian, 1/5

membrana timpani sudah bisaterlihat tanpa irigasi

3% Hidrogen

peroxida

Melunakkan

serumen sebelum

irigasi

Isi liang telinga yang terkena 15

sampai 30 menit sebelum

melakukan irigasi

Jika tidak diambil dengan

sempurna, adanya gelembung

udara bisa mengganggu visualisasidari membrana timpani

2.5% Asam asetat Untuk

penggunaan di

rumah

Isi telinga yang terkena dengan 2 – 3

cc dua kali sehari sampai selama 14

hari

Lebih efektif digunakan pada anak-

anak daripada dewasa

10% Sodium

bikarbonat

Melunakkan

serumen sebelum

irigasi atausebagai alternatif

pengganti irigasi

Isi telinga yang terkena dengan 2 -3

cc 15 sampai 30 menit sebelum

irigasi, atau digunakan di rumahselama 3 sampai 14 hari dengan atau

tanpa irigasi

Lebih efektif digunakan pada anak-

anak daripada dewasa

Air atau salin Melunakkan

serumen sebelum

irigasi

Digunakan bila percobaan irigasi

tanpa pelunakan gagal dilakukan. Isi

liang telinga dengan air dan tungguselama 15 menit sebelum

mengulangi irigasi

Basis non air/basis non minyak

Karbamid peroxida Melunakkanserumen sebelum

irigasi atau

sebagai alternatifpengganti irigasi

Teteskan 5 sampai 10 tetes 2 kalisehari sampai selama 7 hari

-

50% Kolin s alisilat dan

gliserol; etilen oksida

polioksipropilen

glikol; propilen glikol;0.5% klorbutol

Melunakkan

serumen sebelum

irigasi atau

sebagai alternatifpengganti irigasi

Gunakan sebanyak 3 tetes 2 kali

sehari selama 4 hari

-

Basis minyak

57.3% minyak arachis

, 5% kl orbutol, 2%paradikolorbenzen,

10% minyak turpentin

Melunakkan

serumen sebelumirigasi atau

sebagai alternatif

pengganti irigasi

Gunakan sebanyak 5 cc 2 kali s ehari

selama dua sampai tiga hari

281

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Telinga-Hidung-Tenggorok

Page 6: THT-art

Minyak

arachis,minyak

almond , minyakcamphor teretif ikasi

Melunakkan

serumen sebelum

irigasi atausebagai alternatif

pengganti irigasi

Gunakan sebanyak 4 tetes 2 kali

sehari sampai selama 4 hari

Minyak zaitun,

minyak almond,

minyak mineral

Melunakkan

serumen sebelum

irigasi

Gunakan sebanyak 3 tetes sebelum

tidur selama 3-4 hari

Kondisi khusus

DAFTAR PUSTAKA

Bila pasien merasakan nyeri yang sangat ketika evakuasi manual, bisa dibantu

dengan melumasi liang telinga dengan minyak zaitun selama beberapa hari,

kemudian bisa dilakukan evakuasi ulang. Bila nyeri menetap, rujuk ke Spesialis

THT.

Jika terjadi vertigo saat melakukan irigasi meskipun dengan menggunakan

cairan yang sesuai suhu tubuh, maka bisa dimungkinkan adanya perilimfatik

fistula atau perforasi jendela oval. Rujuk ke Spesialis THT.

Rujukan harus segera dipikirkan pada pasien dengan kanalis yang sangat

membengkak, adanya kelainan anatomis, riwayat perforasi membrana timpani,

riwayat pembedahan dan radiasi.

McCarter, D.F.2007. Cerumen Impaction. Available at URL: .Citedat:12 October 2007

www.aafp.org

OTITIS MEDIA SUPPURATIF KRONIK

DEFINISI

DIAGNOSIS

Otitis Media Suppuratif Kronik didefinisikan sebagai adanya otorhea yang bersifat

kronis (6-12 minggu), yang keluar melalui membrana timpani yang perforasi. Supurasi

kronis bisa terjadi dengan atau tanpa kolesteatoma, dan riwayat klinis dari keduanya

bisa sangat mirip. Rencana terapi untuk kolesteatoma selalu melibatkan bedah

timpanomastoid. Kolesteatoma dan manajemennya tidak dibahas disini.

Ax:

Keluar cairan dari liang telinga, penurunan sampai hilangnya pendengaran pada

telinga yang terkena. Tidak dikeluhkan nyeri telinga. Adanya nyeri telinga, demam,

276282

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Telinga-Hidung-Tenggorok

Page 7: THT-art

dan vertigo harus dicurigai adanya komplikasi intratemporal atau intrakranial.

Riwayat penyakit dahulu meliputi adanya riwayat OMA berulang atau perforasi

traumatik. Riwayat OMSK yang persisten setelah mendapatkan terapi yang tepat

patut dicurigai sebagai kolesteatoma

Px:

Otoskopi:

Canalis auditorius eksternus (CAE) normal, tidak edema dan tidak nyeri.

Otorhea yang bervariasi bisa berbau busuk, purulen, seperti keju, bisa pula jernih dan

serous.

Perforasi membrana timpani

Mukosa telinga tengah yang tervisualisasi melalui lubang perforasi bisa nampak

edem, polipoid, pucat, ataupun eritematous.

Pasien dengan OMSK lebih sering berespon terhadap terapi topikal daripada terapi

sistemik. Terapi topikal yang baik terdiri dari 3 komponen penting, yaitu: pemilihan

antibiotik ototopikal yang tepat, toilet telinga yang rutin dan agresif, dan kontrol

jaringan granulasi.

Antibiotik tetes

Antibiotik yang dipilih harus memenuhi aktivitas spektrum untuk organisme gram

negatif, terutama pseudomonas, dan juga organisme gram positif, terutama S.

aureus. Antibiotik yang memenuhi kriteria ini adalah golongan aminoglikosida dan

floroquinolon.

TERAPI

ObatQ Dosis

Ofloxacin otic solution Dewasa:10 tetes ofloxacin 2x sehari

Anak: >12 tahun: sepert i dosis dewasa

Ciprofloxacin otic suspension Dewasa: 5-10 tetes 2x sehari

Anak: < 1 tahun: tidak digunakan>1 tahun: seperti dosis dewasa

Tobramisin (dengan atau tanpakombinasi steroid)

Dewasa: 5-10 tetes 2x sehariAnak: seperti dosis dewasa

Cara pemberiannya adalah pasien berbaring miring dengan telinga yang ditetesi di

sebelah atas. Teteskan larutan melalui CAE. Setelah itu tekan tekan tragus ke dalam 4x

untuk membantu penetrasi. Pertahankan posisi selama 5 menit. Terapi diberikan

selama 14 hari.

283

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Telinga-Hidung-Tenggorok

Page 8: THT-art

Toilet telinga

Toilet telinga merupakan proses penting dalam terapi OMSK. CAE dan jaringan

sebelah lateral dari telinga tengah yang terinfeksi seringkali tertutupi oleh eksudat

mukoid atau epitel yang deskuamasi. Preparat antibiotik ototopikal tidak akan bisa

penetrasi ke jaringan yang terkena bila material penggangu ini tidak dihilangkan

menggunakan syringe kecil. Larutan ini dikeluarkan 5-10 menit sebelum pemberian

antibiotik ototopikal.

Jaringan granulasi

Jaringan granulasi seringkali memenuhi telinga tengah dan bagian medial dari CAE.

Jaringan granulasi bisa mencegah antibiotik ototopikal unutk penetrasi ke tempat

infeksi. Penggunaan antibiotik tetes merupakan salah satu cara dalam mengontrol

granulasi. Antibiotik dengan kombinasi steroid lebih baik dalam mengurangi jaringan

granulasi daripada antibiotik tanpa kombinasi steroid. Tetes ini membantu

mengurangi jaringan granulasi dengan cara mengeliminasi infeksi dan

menghilangkan inflamasi iritatif. Jaringan granulasi juga bisa dihilangkan dengan

teknik kouterisasi.

Terapi sistemik

Terapi sistemik harus disiapkan bila terjadi kegagalan terapi antibiotik topikal.

Gagalnya terapi topikal bukan karena organisme resisten terhadap antibiotik, namun

lebih karena gagalnya penetrasi antibiotik ke tempat infeksi. Agen antibiotik sistemik

diharapkan mampu menembus tempat infeksi. Terapi sistemik diharapkan pula

dilakukan dengan agen yang paling aman dan spektrumnya paling sempit, sehingga

disarankan untuk melakukan kultur sensitivitas untuk menentukan antibiotik yang

sesuai.Meskipun dengan pemberian antibiotik sistemik, namun tetap dilakukan

pemberian antibiotik topikal dan toilet telinga.

Kondisi khusus

Pasien yang tidak responsif terhadap terapi topikal maupun sistemik dengan

toilet telinga dan kontrol jaringan granulasi yang adekuat, maka dibutuhkan

tindakan pembedahan.

Pasien yang dicurigai ada komplikasi intrakranial harus segera dirujuk

276284

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Telinga-Hidung-Tenggorok

Page 9: THT-art

DAFTAR PUSTAKA

McEvoy, G.K. 2004. AHFS Drug Information 2004. Amer Soc of Health System

Parry, D. 2006. Middle Ear. Chronic Suppurative Otitis, Medical Treatment.

Available at . Cited at: 15 October 2007URL:www.emedicine.com

BENDA ASING (Corpus Alienum) PADA TELINGA

DEFINISI

DIAGNOSIS

TERAPI

Evakuasi

Terdapatnya benda asing pada liang telinga. Biasanya terjadi pada anak anak. Benda

yang masuk paling banyak antara lain:manik-manik, mainan plastik, kerikil, biji-bijian,

kapas.

Ax :

bisa asimptomatis, nyeri telinga (otalgia), pendengaran berkurang, keluar cairan,

sensasi penuh, merasa ada benda di telinga, mual muntah, riwayat kemasukan benda

asing.

Px :

Pemeriksaan otoskop : temuan bervariasi, bisa hanya ditemukan benda asing saja,

atau disertai dengan adanya tanda-tanda peradangan seperti eritema, edema, dan

discharge yang berbau. Bisa juga disertai perdarahan akibat iritasi mekanis.

Gambaran tergantung dari jenis benda yang masuk, lokasi, dan lamanya benda

tertahan di dalam.

Irigasi. Irigasi dengan air dikontraindikasikan karena dapat menyebabkan benda-

benda lunak, material organik atau biji-bijian menjadi membengkak. Irigasi

dengan menggunakan NaCl fisiologis. Untuk menghindari efek kalorik gunakan

NaCl yang dihangatkan sesuai suhu tubuh.

Evakuasi dengan alat-alat seperti sendok serumen, forsep buaya, atau selang

suction.

Hindari intervensi yang menyebabkan objek terdorong lebih dalam

Setelah evakuasi berhasil, lakukan inspeksi ulang. Bila kanal intak, tidak perlu

285

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Telinga-Hidung-Tenggorok

Page 10: THT-art

medikasi. Namun bila terdapat tanda-tanda abrasi atau infeksi, bisa diberikan

antibiotik tetes (lihat antibiotik pada otitis eksterna).

Benda asing lem yang kuat (cyanoakrilat) bisa diambil secara manual setelah 24-

48 jam karena telah terjadi proses deskuamasi.

Benda asing insekta, bisa sangat mengganggu dan menimbulkan rasa sakit yang

luar biasa, harus dibunuh terlebih dahulu. Pembunuhan bisa dilakukan dengan

menyemprotkan alkohol, lidokain 2 % (xylokain), atau ke liang telinga

(terkecuali bila terdapat perforasi membrana timpani).

Rujuk ke spesialis THT bila:

- Membutuhkan sedasi atau anestesi (pada pasien yang tidak kooperatif)

- Ada trauma pada membran timpani

- Objek tidak bisa dijangkau, atau terperangkap kuat, atau menyentuh

membrana timpani

- Objek bersifat tajam

- Objek gagal diambil

Terdapatnya benda asing pada rongga hidung. Paling banyak terjadi pada anak anak.

Benda asing yang sering masuk antara lain: sisa makanan, permen, mainan, manik-

manik, dan kertas.

Ax :

Hidung tersumbat, pilek dengan cairan yang berbau pada satu sisi hidung, nafas

berbau.

Px :

Kondisi khusus

DEFINISI

DIAGNOSIS

mineral oil

DAFTAR PUSTAKAMantooth, R 2007 . Foreign Bodies, Ear. Available at URL: .Cited at:15

October 2007Weim, S.W. 2007. Foreign Body in the Ear, Nose, and Throat. Available at URL:

.Cited at:12 October 2007

BENDA ASING (Corpus Alienum) PADAHIDUNG

www.emedicine.com

www.aafp.org

276286

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Telinga-Hidung-Tenggorok

Page 11: THT-art

Pemeriksaan rhinoskopi anterior : temuan bervariasi, bisa hanya ditemukan benda

asing saja, atau disertai dengan adanya tanda-tanda peradangan seperti eritema,

edema, dan discharge yang berbau dan purulen. Bisa juga disertai perdarahan akibat

iritasi mekanis. Gambaran tergantung dari jenis benda yang masuk, lokasi, dan

lamanya benda tertahan di dalam. Biasanya benda asing cenderung terletak pada

dasar rongga hidung, yaitu dibawah concha nasalis inferior, atau di fossa nasalis

anterior di depan concha nasalis media.

Kebanyakan benda asing pada hidung bisa diambil dengan mudah dan aman oleh

dokter umum. Kebutuhan untuk melaksanakan evakuasi yang darurat jarang

terjadi, dan oleh karena itu dibutuhkan persiapan yang matang baik dari segi

instrumen maupun pasien. Evakuasi sebaiknya dilakukan pada saat pasien

kooperatif dan bisa dikendalikan, karena kegagalan pada percobaan pertama

hanya akan membuat percobaan berikutnya lebih sulit.

Sebelum tindakan dilakukan, dilakukan premedikasi dengan fenilefrin 0,5% untuk

mengurangi edema mukosa hidung dan semprotkan juga lidokain aerosol

sebagai anestesi lokal.

Forsep berkait (bayonet atau aligator) bisa digunakan untuk mengambil benda

asing. Bila benda asing ukurannya kecil dan terletak dekat dengan nares anterior,

maka bisa dengan mudah diambil dengan menggunakan forsep. Namun benda

asing yang besar, padat, halus, dan bulat cenderung lebih sulit untuk diraih dan

bisa terdorong lebih jauh ke dalam bila menggunakan forsep.

Kateter balon Fogarty atau Foley bisa digunakan untuk benda asing yang sulit

dijangkau. Kateter Fogarty lebih dipilih daripada kateter Foley karena lebih kuat

dan kaku sehingga bisa melewati objek lebih mudah. Periksa patensi kateter, dan

berikan lubrikasi. Masukkan kateter yang belum dipompa ke dalam hidung

sampai melewati objek. Kemudian kembungkan balon dan tarik kateter secara

perlahan lahan sampai benda asing keluar. Komplikasi yang bisa terjadi adalah

perdarahan.

Rujuk ke spesialis THT bila objek sulit divisualisasikan atau gagal diambil

TERAPI

Evakuasi

Kondisi khusus

287

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Telinga-Hidung-Tenggorok

Page 12: THT-art

DAFTAR PUSTAKACox, R.J, 2007. Foreign Bodies, Nose. Available at URL: .Cited

at:15 October 2007Weim, S.W. 2007. Foreign Body in the Ear, Nose, and Throat. Available at URL:

.Cited at:12 October 2007

www.emedicine.com

www.aafp.org

BENDA ASING (Corpus Alienum) PADAGASTROINTESTINAL

DEFINISI

DIAGNOSIS

TERAPI

Adanya benda asing yang tertelan ke saluran pencernaan. Pada anak-anak biasanya

berupa mainan atau benda2 kecil seperti peniti, kelereng dan koin. Sementara pada

orang dewasa berupa gigi palsu, koyor, tulang, duri ikan.

Ax :

Riwayat menelan benda asing, sensasi benda asing di kerongkongan, disfagia, air liur

menetes keluar drolling), karena saliva tidak bisa ditelan, sesak nafas bila benda asing

mendesak trachea,

Px :

Dalam posisi duduk, lakukan inspeksi orofaring dengan tongue spatel.

Inspeksi daerah hipofaring, dilakukan dengan penerangan yang baik, amati bagian

pangkal lidah, tonsil dan valecula dimana biasanya benda asing tersangkut.

Pemeriksaan laringoskop indirek bisa membantu memvisualisasikan.

Lakukan pemeriksaan 2 foto polos dari tenggorokan setidaknya sampai mid

abdomen, untuk melihan apakah benda asing tersebut tertelan ikut saluran cerna,

atau tersangkut di suatu tempat dan menimbulkan obstruksi. Kadang2 diperlukan

kontras barium bila benda asing sifatnya radiolusen.

Bila gejala yang dirasakan ringan, cek kemampuan pasien untuk menelan.

Pertama-tama dengan segelas kecil air, kemudian dengan sedikit roti. Amati

adanya perbaikan gejala. Bila sensasi benda asing hilang, dimungkinkan roti

telah membawa benda asing tersebut ikut saluran cerna.

Bila koin atau benda asing yang halus tersangkut di esofagus bagian atas selama

276288

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Telinga-Hidung-Tenggorok

Page 13: THT-art

kurang dari 24 jam, biasanya bisa diambil dengan teknik sederhana

menggunakan kateter Foley. Dalam kondisi pasien tersedasi ringan (misal

dengan Midazolam 0.5 mg/kgBB setengan jam sebelumnya), posisikan kepala di

bawah (Trendelenberg) untuk meminimalisasi aspirasi. Siapkan laringoskop,

forsep, dan peralatan airway. Cek balon kateter (ukuran 8-12 French) untuk

memastikan bahwa pengembangannya simetris. Lubrikasi kateter dengan jelly

dan masukkan lewat hidung sampai esofagus ke distal dari benda asing.

Kembangkan balondengan 5 ml udara dan lakukan tarikan lembut sampai benda

asing sampai di pangkal lidah. Jangan menarik secara paksa, terutama bila pasien

merasakan nyeri, karena bisa terjadi perlukaan atau perforasi.. Minta pasien

untuk membatukkan atau memuntahkan benda asing. Segera kempiskan balon,

dan tarik kateter keluar. Bila percobaan pertama gagal, coba sampai 3 kali. Bila

masih belum berhasil, rujuk ke spesialis THT untuk endoskopi.

Benda asing yang tajam atau benda asing tumpul yang telah tersangkut selama

lebih dari 24 jam harus diambil secara endoskopi, karena kemungkinan besar

menimbulkan perforasi.

Saluran cerna paling sempit dan kurang elastis adalah muskulus krikofaringeus

setinggi kartilago tiroid. Selanjutnya diikuti pilorus, kemudian sfingter esofagus

bagian bawah, dan valvula ileosekal. Karena itu, segala sesuatu yang bisa

melewati kerongkongan seharusnya juga bisa melewati anus. Secara umum,

benda asing saluran cerna yang berada di bawah diafragma bisa dibiarkan tanpa

tindakan medis. Meskipun bisa mengiritasi mukosa, namun bila tidak ada

komplikasi maka tidak diperlukan terapi. Bila benda asing telah turun menuju

lambung dan tidak ada gejala yang menunjukkan keperluan untuk diambil

segera, minta pasien untuk kembali setelah 7 hari (atau bila ada gejala seperti

mual, muntah, nyeri perut, nyeri rektal, atau perdarahan rektal).

Gracia C, Frey CF, Bodai BI: Diagnosis and management of ingested foreign bodies:a ten-year experience. Ann Emerg Med 1984;13:30-34.

Ginaldi S: Removal of esophageal foreign bodies using a Foley catheter in adults.Am J Emerg Med 1985;3:64-66.

DAFTAR PUSTAKA

289

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Telinga-Hidung-Tenggorok

Page 14: THT-art

RHINITIS VASOMOTOR

DEFINISI

DIAGNOSIS

Gangguan vasomotor hidung adalah terdapatnya gangguan fisiologik lapisan

mukosa hidung yang disebabkan oleh bertambahnya aktivitas parasimpatis. Rhinitis

vasomotor adalah gangguan pada mukosa hidung yang ditandai dengan adanya

edema yang persisten dan hipersekresi kelenjar pada mukosa hidung apabila

terpapar oleh iritan spesifik. Kelainan ini merupakan keadaan yang non-infektif dan

non-alergi. Rinitis vasomotor disebut juga dengan vasomotor catarrh, vasomotor

rinorrhea, nasal vasomotor instability, non spesific allergic rhinitis, non - Ig E

mediated rhinitis atau intrinsic rhinitis.

Ax:

Gejala hampir mirip rinitis alergika yaitu hidung tersumbat dan rinorhea. Gejala

hidung tersumbat sangat bervariasi yang dapat bergantian dari satu sisi ke sisi yang

lain, terutama sewaktu perubahan posisi. Keluhan bersin-bersin tidak begitu nyata

bila dibandingkan dengan rinitis alergi dan tidak terdapat rasa gatal di hidung dan

mata.Gejala dapat memburuk pada pagi hari waktu bangun tidur oleh karena adanya

perubahan suhu yang ekstrim, udara lembab, dan juga oleh karena asap rokok dan

sebagainya. Selain itu juga dapat dijumpai keluhan adanya ingus yang jatuh ke

tenggorok ( post nasal drip ).

Dalam anamnesis dicari faktor yang mempengaruhi keseimbangan vasomotor dan

disingkirkan kemungkinan rinitis alergi. Biasanya penderita tidak mempunyai riwayat

alergi dalam keluarganya dan keluhan dimulai pada usia dewasa. Beberapa pasien

hanya mengeluhkan gejala sebagai respon terhadap paparan zat iritan tertentu

tetapi tidak mempunyai keluhan apabila tidak terpapar.

Px:

Edema mukosa hidung, konka hipertrofi berwarna merah gelap atau merah tua

(khas), tetapi dapat juga dijumpai warna pucat. Permukaan konka licin/berbenjol.

Pada rhinoskopi posterior dapat dijumpai post nasal drip.

276290

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Telinga-Hidung-Tenggorok

Page 15: THT-art

Rinitis alergi Rinitis vasomotor

Mulai serangan Belasan tahun Dekade ke 3 – 4

Riwayat terpapar allergen + -

Etiologi Reaksi Ag - Ab terhadap

rangsangan spesifik

Reaksi neurovaskuler terhadap

beberapa rangsangan mekanis atau

kimia, juga faktor psikologis

Gatal & bersin Menonjol Tidak menonjol

Gatal dimata Sering dijumpai Tidak dijumpai

Test kulit Positif Negatif

Sekret hidung Peningkatan eosinofil Eosinofil tidak meningkat

Eosinofil darah Meningkat Normal

Ig E darah Meningkat Tidak meningkat

TERAPI

Pengobatan rinitis vasomotor bervariasi, tergantung kepada faktor penyebab dan

gejala yang menonjol.

Secara garis besar, pengobatan dibagi dalam :

1. Menghindari penyebab / pencetus ( Avoidance therapy )

2. Pengobatan konservatif ( Farmakoterapi ) :

Dekongestan atau obat simpatomimetik digunakan untuk mengurangi

keluhan hidung tersumbat. Contohnya : Pseudoephedrine ( oral ) dan

Oxymetazoline ( semprot hidung ). (dosis dan cara pemberian lihat terapi

rhinitis alergika)

Anti histamin (dosis dan cara pemberian lihat terapi rhinitis alergika)

Kortikosteroid topikal mengurangi keluhan hidung tersumbat, rinore dan

bersin-bersin dengan menekan respon inflamasi lokal yang disebabkan

oleh mediator vasoaktif. Biasanya digunakan paling sedikit selama 1 atau 2

minggu sebelum dicapai hasil yang memuaskan. Contoh steroid topikal :

Budesonide, Fluticasone, Flunisolide atau Beclomethasone (dosis dan cara

pemberian lihat terapi rhinitis alergika)

Anti kolinergik juga efektif pada pasien dengan rinore sebagai keluhan

utamanya. Contoh : Ipratropium bromide ( nasal spray ) (dosis dan

cara pemberian lihat terapi rhinitis alergika)

3. Terapi operatif dengan bedah THT( dilakukan bila pengobatan konservatif gagal

) seperti kauterisasi konka, turbinektomi, reseksi konka parsial atau total,

neurektomi n.vidianus.

DAFTAR PUSTAKA

Becker W, Naumann H H, Pfaltz C R. Ear, Nose, and Throat Diseases And Pocket

291

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Telinga-Hidung-Tenggorok

Page 16: THT-art

Reference. 2ed. New York : Thieme Medical Publishers Inc, 1994. p. 210-3.

Elise Kasakeyan. Rinitis Vasomotor. Dalam : Soepardi EA, Nurbaiti Iskandar, Ed.

Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FK UI, 1997. h. 107 –

8.

Kopke RD, Jackson RL. Rhinitis. Dalam : Byron J, Bailey JB,Ed. Otolaryngology Head

and Neck Surgery. Philadelphia: Lippincott Comp, 1993.p. 269 – 87.

McEvoy, G.K. 2004. AHFS Drug Information 2004. Amer Soc of Health System

Rhinitis vasomotor :

http://www.icondata.com/health/pedbase/files/RHINITI1.HTM

Gangguan simtomatik dari hidung yang diinduksi setelah

paparan alergen pada membran mukosa hidung

RHINITIS ALERGIKA

DEFINISI

DIAGNOSIS

KRITERIA MULLARKY

Ig E-mediated inflammation

Anamnesis Pemeriksaan Fisik Laboratorium

• Riwaya alergi keluarga

positif

• Minimal 2 dari trias alergika

• Bersin, hidung

tersumbat,gatal

• Allergic shiner / solute

• Sekret mukoserous

• konkha livid dan edema

• faring berlendir.

• Ig E total > 180 IU

• Jumlah eosinofil > 25000/mm2

• Usapan hidung tdpt eosinofil atau

netrofil dan eosinofil

• tes kulit positif

• tes RAST positif

Diagnosis rhinitis alergika dibuat berdasarkan anamnesis mengenai gejala dan

riwayat, dan tes laboratorium digunakan hanya untuk mengkonfirmasi adanya atopi.

Tiga pendekatan dasar untuk penatalaksanaan alergi adalah (1) penghindaran

alergen, (2) farmakoterapi, dan (3) imunoterapi. Terapi dimulai dengan penghindaran

alergen dan kontrol lingkungan. Namun, pada hampir semua kasus, tetap diperlukan

beberapa jenis farmakoterapi karena pasien seringkali tidak bisa menghindari

alergen dan juga untuk mengontrol eksaserbasi gejala yang kadang-kadang timbul.

Untuk pasien dengan alergi berat yang tidak respon terhadap kontrol lingkungan dan

farmakoterapi, atau untuk pasien yang tidak ingin mengkonsumsi obat seumur

TERAPI

276292

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Telinga-Hidung-Tenggorok

Page 17: THT-art

hidup, imunoterapi bisa ditawarkan.

Penghindaran alergen dan kontrol lingkungan

Pasien dengan alergi musiman diminta untuk menghindari aktivitas luar

rumah. Rumah pasien dan tempat kerja dijaga sebersih mungkin.

Kutu rumahan tumbuh pada tempat yang hangat, lembab, dan antigen bisa

ditemukan dalam fesesnya. Pengendalian bisa dilakukan dengan

menghilangkan/membersihkan tempat berkembang biaknya seperti

hewan piaraan, karpet, korden dll, menutup kasur dengan sprei yang anti

kutu, dan dan mencuci reservoir potensial dengan air panas.

Direkomendasikan penggunaan vaccum cleaner dengan teknologi HEPA

(high-efficiency particulate-arresting ). Pengontrolan kelembaban dibawah

50% dan penurunan suhu dibawah 70 ⁰ F sangat membantu mengontrol

populasi kutu rumah.

Jika tidak memungkinkan untuk tidak memelihara hewan piaraan,

setidaknya jauhkan dari tempat tidur. Memandikan hewan piaraan bisa

membantu mengurangi jumlah alergen.

Jamur tumbuh sepanjang tahun pada daerah yang basah, baik di dalam

maupun luar rumah. Perhatian ditujukan pada tempat-tempat seperti

sekitar kondenser AC dan dibawah wastafel, tanaman dalam rumah, dan

vegetasi yang membusuk di luar rumah. Pasien yang alergi terhadap jamur

harus tetap berada di dalam rumah pada waktu sore, karena alergen lebih

banyak pada waktu ini.

Pasien yang alergi serbuk sari harus tetap berada di dalam rumah pada

waktu pagi hari, karena alergen lebih banyak pada waktu ini.

Farmakoterapi

Obat-obat ini merupakan antagonis reseptor H1 dan meredakan gejala bersin,

gatal, dan rinorea

1.

2.

o

o

o

o

o

Antihistamin

Obat Dosis

Klorfeniramin Dewasa: 4 mg p.o, setiap 6 jam

Anak-anak:<6 th: tidak direkomendasikan

6-12 th: 4 mg p.o, setiap 12 jam

>12 th : seperti dosis dewasa

Loratadin Dewasa: 10 mg p.o, 4 x sehari

Anak-anak:<6 th: tidak direkomendasikan

6-12 th: seperti dosis dewasa

293

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Telinga-Hidung-Tenggorok

Page 18: THT-art

CetirizinQ Dewasa: 5-10 mg p.o per hari

Anak-anak:

<6 th: 2.5 mg sekali sehari6-12 th: seperti dosis dewasa

Dekongestan

Dekongestan tersedia dalam preparat oral maupun topikal (spray). Obat ini

beraksi pada reseptor alfa-adrenergik pada mukosa nasal, menyebabkan

vasokonstriksi yang mengurangi edema konka dan rinorea

Obat Dosis

Oksimetazolin Dewasa: 2-3 spray pada setiap nostril setiap 12 jam

Anak-anak:

<6 th: tidak direkomendasikan

6-12 th: 1-2 spray pada setiap nostril setiap 12 jam

>12 th : seperti dosis dewasa

Pseudoefedrin Dewasa: 30 mg p.o setiap 4-6 jam

Anak-anak:

<6 th: tidak direkomendasikan

6-12 th: 15 mg p.o, setiap 6 jam

>12 th : seperti dosis dewasa

Mast cell stabilizer

Mast cell stabilizers menghambat degranulasi sel mast dan mempengaruhi

kemotaksis granulosit. Lebih efektif bila digunakan sebagai profilaksis, dan

mempunyai keamanan yang baik.

Obat DosisQ

Kromolin Dewasa: 1 s pray pada setiap nostril 3-4 x sehari

Anak-anak:

<6 th: tidak direkomendasikan

>6 th : seperti dosis dewasa

Antikolinergik

Obat ini meredakan rinorea namun tidak mempunyai efek terhadap gejala lain

alergi

Obat Dosis

Ipatropium Dewasa: 2 spray pada setiap nostril 2-4 x sehari

Anak-anak:

<6 th: tidak direkomendasikan

6-12 th: 1-2 spray pada setiap nostril 2 x sehari

>12 th : seperti dosis dewasa

276294

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Telinga-Hidung-Tenggorok

Page 19: THT-art

Kortikosteroid

Obat ini mempunyai efek antiinflamasi yang poten. Obat ini meredakan rinorhea,

bersin, gatal, dan kongesti. Banyak dokter saat ini memakai steroid intranasal

sebagai terapi lini pertama untuk rhinitis alergika.

Obat Dosis

Budesonide Dewasa: 2 spray pada setiap nostril 2x sehari

Anak-anak:

<6 th: tidak direkomendasikan

6-12 th: 1spray pada setiap nostril 2 x sehari

>12 th : seperti dosis dewasa

Fluticazone Dewasa: 2 spray pada setiap nostril 4 x sehari

Anak-anak:

<4 th: tidak direkomendasikan

4-12 th: 1 spray pada setiap nostril 4 x sehari

>12 th : seperti dosis dewasa

Beclomethasone Dewasa: 1 spray pada setiap nostril 2-4 x sehari

Anak-anak:

<6 th: tidak direkomendasikan

6-12 th: 1 spray pada setiap nostril 2-4 x sehari

>12 th : seperti dosis dewasa

Flunisolide Dewasa: 2 spray pada setiap nostril 2-3 x sehari

Anak-anak:

<6 th: tidak direkomendasikan

6-14 th: 1spray pada setiap nostril 2 x sehari

>14 th : seperti dosis dewasa

Follow up

Monitor terhadap dosis dan efek samping obat

Terapi bedah

Meskipun rhinitis alergika merupakan kondisi medis, namun pembedahan ajuvan bisa

ditawarkan untuk mengatasi gejala obstruktif pada beberapa individu. Contohnya

adalah nasal polipektomi pada pasie yang mempunyai poliposis berat dan

turbinektomi pada pasien dengan obstruksi nasal yang disebabkan oleh hipertrofi

konka yang persisten meskipun dengan terapi medis yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

McEvoy, G.K. 2004. AHFS Drug Information 2004. Amer Soc of Health System

Nguyen, Q.A. 2007. Allergic Rhinitis. Available at . Cited at: 15URL:www.emedicine.com

295

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Telinga-Hidung-Tenggorok

Page 20: THT-art

October 2007

OTITIS MEDIA AKUT

DEFINISI

DIAGNOSIS

Stadium oklusi tuba

Stadium hiperemis (Presupurasi)

Stadium Supurasi

Stadium perforasi

Merupakan peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba

eustachii, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.

Terbagi dalam beberapa stadium yaitu: stadium oklusi tuba, stadium hiperemis

(presupurasi), stadium supurasi, stadium perforasi, dan stadium resolusi.

Ax dan Px:

Anamnesis : (seperti kemasukan air), pendengaran terganggu, otalgia,

tinitus, riwayat infeksi saluran napas akut (ISPA)

Otoskopi :

retraksi membrana timpani : cekung, brevis menonjol, manubrium malei lebih

horizontal dan pendek, reflek cahaya hilang/berubah

Kadang ada dan (gelembung udara bercampur cairan

dalam kavum timpani)

Anamnesis : demam, otalgia, fullness, pendengaran berkurang

Otoskopi : membran timpani kemerahan/hiperemi

Anamnesis: otalgia hebat, gelisah, suhu badan meningkat, takikardi, keluhan-keluhan

stadium sebelumnya dirasakan semakin hebat

Otoskopi :

Meatus accusticus externus : tidak ada sekret

Membran timpani hiperemis, cembung ke lateral, terkadang tampak adanya

pulsasi mengikuti nadi

Anamnesis : keluhan berkurang, otalgia berkurang, otorrhoe, pendengaran

berkurang, suhu badan menurun

Otoskopi :

fullness

air-fluid level air bubbles

276296

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Telinga-Hidung-Tenggorok

Page 21: THT-art

MAE penuh sekret mukopurulent

Membran timpani hiperemis dan perforasi

Anamnesis : mengeluhkan gangguan pendengaran

Otoskopi :

Membran timpani tidak hiperemis

Lubang perforasi/sikatrik pada membran timpani

Antibiotik

Antibiotika yang dipilih pada awalnya adalah yang bersifat broad spectrum atau

didasarkan pada penelitian empiris berdasarkan bakteri penyebab terbanyak,

yaitu . Dalam hal ini antibiotik yang sesuai adalah

golongan penisilin, bisa dipakai amoksisilin (atau amoxicillin + asam klavulanat,

bila dikhawatirkan resisten), kecuali bila ada kontraindikasi seperti

hipersensitivitas, bisa dipakai golongan eritromisin atau sulfonamide.

Untuk terapi antibiotik definitifnya, diperlukan hasil pemeriksaan bakteriologis

berupa jenis bakteri penyebab dan kultur sensitivitas.

Stadium Resolusi

TERAPI

Streptococcus pneumoniae

Antibiotik Dosis dan cara pemberianAmoxicillin Dosis anak: 90 mg/kg/hr p.o setiap 8-12 jam untuk semua terapi

inisial OMADosis dewasa: 250-500 mg p.o. setiap 8 jam

Amoxicillin/klavulanat Dosis anak: 90 mg/kg/hari p.o komponen amoxicillin untuk OMArekurenDosis dewasa: 250-500 mg amoxicillin dengan 62.5-125 mgklavulanat p.o setiap 8 jam

Eritromisin etilsuksinat/sulfisoxazole Dosis anak: 50 mg/kg/hari eritromisin p.o setiap 8-12 jamDosis dewasa: tidak digunakan

Trimetoprim/sulfametoxazole Dosis anak: 8 mg/kg TMP dengan 40 mg/kg SMZ p.o perharidibagi setiap 12 jamDosis dewasa: 160 mg TMP dengan 800 mg SMZ p.o 2 x sehari

Lama pemberian antibiotik antara 5 sampai 10 hari. Menurut beberapa

penelitian, pemberian 10-14 hari tidak lebih efikatif daripada pemberian 5 hari.

Terapi simptomatis

Analgetik-antipiretik: parasetamol 3 x 500 mg kalau perlu

Pemberian dekongestan nasal, , antihistamin, dan mukolitik pada anak

dengan OMA tidak direkomendasikan, karena tidak didapatkan keuntungan

o

o

297

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Telinga-Hidung-Tenggorok

Page 22: THT-art

yang signifikan.

Timpanosintesis, bila: 1) pada anak dengan imunosupresi atau (2) neonatus

dengan OMA (karena biasanya cenderung mempunyai patogen yang tidak biasa

dan lebih invasif (3) Pasien yang gagal dengan terapi antibiotik dan terus

menunjukkan tanda lokal atau sistemik (sepsis)

Kontrol dan follow up pasien 10-14 hari dari fase akut. Meskipun demikian

bila tidak ada perbaikan gejala, atau gejala makin memburuk atau terjadi

komplikasi, periksa kembali pasien dalam waktu 48 jam.

Donaldson, J.D. 2008. Middle Ear, Acute Otitis Media, Medical Treatment. Availableat . Cited at 17 January 2008

McEvoy, G.K. 2004. AHFS Drug Information 2004. Amer Soc of Health System

DAFTAR PUSTAKA

URL:www.emedicine.com

FARINGITIS

DEFINISI :

DIAGNOSIS

Gejala klinis :

a.

Peradangan yang terjadi pada mukosa dan submukosa tenggorokan. Keadaan ini

dapat disertai infeksi (bakteri maupun virus) ataupun tidak. Berdasar waktunya,

dibagi menjadi akut dan kronik. Penyebab infeksi bakteri adalah Streptokokus,

karena hanya Streptokokus yang mampu menginfeksi mukosa faring. Bakteri lain bisa

menginfeksi faring bila merupakan infeksi sekunder dari virus. Penyebab terbanyak

untuk virus adalah Rhinovirus dan Adenovirus

Faringitis akut :

Ringan :sakit menelan, nyeri telinga, pembesaran limfonodi cervical, suhu

badan sedikit naik,udem palatum molle.

Berat : Suhu badan tinggi (38,9 – 40,5 ), nadi rendah, kekakuan, udem

palatum dan uvula, eksudat mukopurulen, sekitar mulut pucat dan muka

kemerahan.

b. Faringitis kronis :

Sakit tenggorokan, pembesaran tonsil, faring hiperemis, eksudat di tonsil,

adenopati cervical, tidak ada batuk, suara serak atau gejala saluran nafas

bawah, demam (> 39.1°C mengarah ke infeksi Streptococcus), anoreksia,

menggigil, malaise, sakit kepala, konjungtivitis, lebih sering pada infeksi

o o

276298

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Telinga-Hidung-Tenggorok

Page 23: THT-art

adenovirus, “hawking” yang konstan, “tiring of the voice occurs readily”,

mendengkur.

Pemeriksaan fisik :

Kemerahan dan inflamasi di dinding posterior, membran mukosa edema, granula

(pada faringitis kronis)

Pemeriksaan Lab :

Mengambil apusan di posterior faring dan atau kedua tonsil, sebagai sample eksudat,

lalu dikultur (px standar utk Streptokokus grup A), atau tes deteksi antigen

Streptokokus hemolitikus Grup .

Skor Streptokokus pada Anak dan Dewasa

( )Guideline from Centers for Disease Control and Prevention, Am Fam Physician 2004 : 69 : 1465-70

Symptom Q Points

Demam (subjektif atau pengukuran >38°C ) 1

Absence of cough 1

Tender anterior cervical adenopathy 1

Tonsillar swelling or exudates 1

Age

Younger than 15 years

15 to 45 years

Older than 45 years

+1

0

-1

Scoring:

0 or −1 points: streptococcal infection ruled out (2 percent);

1 to 3 points: order rapid test and treat accordingly;

4 to 5 points: probable streptococcal infection (52 percent), consider empiric antibiotics.

TERAPI FARINGITIS AKUT DAN KRONIK :

Non-farmakoterapi:

Penggunaan irigasi hangat pada tenggorokan

Pemberian cairan yang adekuat/minum banyak, diet ringan (jangan terlalu

manis, mengurangi makanan yang mengandung banyak minyak dan

menghindari minuman dingin)

Kumur dengan air garam

Tirah baring

Untuk faringitis atrofika perlu pernafasan udara lembab yang hangat (akan

membantu melembabkan sekresi yang kental), dapat diperoleh dengan cara

299

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Telinga-Hidung-Tenggorok

Page 24: THT-art

meletakkan handuk tebal yang panas-lembab pada hidung dan mulut selama 20-

30 menit, 1-2 x/hari

Cool-mist humidifier

Hindari iritan seperti asap rokok, debu, inhalan pabrik atau lab

Jika disebabkan virus maka pengobatan bersifat simptomatik, misalnya

analgesik dan anti inflamasi seperti aspirin dan asetaminophen untuk

mengurangi gejala seperti rasa sakit, demam dan peradangan. Selain itu juga

bisa dibantu dengan obat-obatan immunomodulator.

Pada kasus yang berat, obat kumur dan lozenges anestetik (seperti

benzocaine, dyclonine lozenges) dapat mengurangi gejala

Untuk faringitis membranosa dapat diberikan obat kumur sodium perborat

atau hidrogen peroksida

Untuk faringitis atrofika dapat diberikan kalium iodida secara internal (dosis

rata-rata adalah 10 tetes dari cairan yang sudah disaturasi tiga kali sehari

bersama makanan) dikombinasi dengan obat tenggorokan

Jika odinofagi sangat berat, pasien dianjurkan mondok untuk mendapatkan

hidrasi dan antibiotik intravena jika penyebabnya adalah bakteri.

Antibiotik digunakan untuk mengobati faringitis bacterial.

Farmakoterapi:

Cara pemberian nama obat Dosis Durasi

Oral Penicil lin V Anak : 250 mg 2 d.d atau 3 d.d.

Dewasa: 250 mg 3 d.d. atau 4 d.d.

500 mg 2 d.d

10 hari

10 hari

IntramuscularBenzathine penicillin G

1.2 x 106 U

6.0 x 105 U

1 dosis

1 dosis

Campuran Benzathine dan Procaine

penicil lin GBervariasi sesuai formulasi 1 dosis

Oral, for patients

allergic to penicillin

ErythromycinBervariasi sesuai formulasi

10 dosis

Cephalosporin generasi pertama 10 hari

Rekomendasi terapi faringitis yang disebabkan Streptokokus grup A

Terapi untuk faringitis berulang :

Oral :

Klindamisin : Anak-anak : 20-30 mg/kg/hari (3 x/hari) selama 10 hari

Dewasa : 600 mg/hari (2-4 x/hari) selama 10 hari

Amoxicillin-asam klavulanat : Anak-anak : 40 mg/kg/hari (3 x/hari) selama 10 hari

Dewasa : 500 mg (2 x/hari) selama 10 hari

276300

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Telinga-Hidung-Tenggorok

Page 25: THT-art

Parenteral dengan atau tanpa oral :

Komplikasi :

Prognosis :

DEFINISI

DIAGNOSIS

Benzathine penisilin G (1 dosis)

Benzathine penisilin G dengan rifampin (20 mg/kg/hari oral 2x/hari) selama 4 hari

Kebanyakan disebabkan oleh faringitis bakterial : sinusitis, otitis media,

epiglotitis, mastoiditis, pneumonia.

Kekambuhan dapat terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh rendah,

resistensi bakteri/gagal pengobatan, atau pajanan baru terhadap faring.

Komplikasi supurasi terjadi lewat penyebaran dari mukosa faring via darah, limfe,

atau langsung, abses peritonsilar, abses retrofaringeal, atau limfadenitis cervical

supuratif.

Demam rematik akut (3-5 minggu post infeksi), penyakit jantung rematik,

glomerulonefritis postsreptococcal,

Infeksi faring akibat streptokokus berlangsung selama 5-7 hari dengan puncak

demam selama 2-3 hari

Kebanyakan sembuh spontan tanpa pengobatan, namun komplikasi rematik

masih mungkin

Gagal pengobatan sering terjadi, akibat daya tahan yang rendah, resistensi

antibiotik, kontak dengan penderita, status karier.

Komplikasi supuratif seperti peritonsilar abses membutuhkan tindakan bedah

Tonsilitis adalah infeksi yang terjadi di tonsil. Tonsilitis dapat disebabkan oleh

bakteria, virus, jamur. Streptokokus beta hemolitikus grup A menjadi penyebab yang

paling mendapat perhatian karena dapat menyebabkan demam rematik dan

glomerulonefritis. Tonsilitis dapat berupa tonsilitis akut, akut rekuren, dan kronik.

Tanda dan gejala:

Keluhan berupa nyeri di tenggorokan, demam dan sakit menelan. Pada pemeriksaan

didapatkan tonsil yang eritema, hipertropi dan dapat dtemukan eksudat. Tonsillitis

toxic shock syndrome

TONSILITIS

301

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Telinga-Hidung-Tenggorok

Page 26: THT-art

yang disebabkan streptokokus beta hemolitikus grup A dijumpai lidah yang merah

strawberi. Pada tonsilitis kronik keluhan berupa halitosis, kelemahan umum, juga

dijumpai kripta yang melebar dipenuhi dengan debris, pembesaran limfonodi

jugulodigastrika. Jika infeksi menyebab ke spatium peritonsilar terjadi abses

peritonsilar ditandai dengan gejala nyeri tenggorokan unilateral, demam, sakit

menelan dan trismus. Tanda klasik berupa air liur berlebih, eritema dan edema

unilateral, deviasi uvula ke sisi yang sehat, palatum mole posterolateral menonjol.

Candidasis tonsilar terjadi pada pasien dengan imunitas yang menurun. Pada

pemeriksaan ditemukan plak seperti keju putih yang akan berdarah jika diangkat.

Pemeriksaan:

Penegakan diagnosis dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik. Pengambilan kultur

pada tonsilitis oleh bakteri tidak terlalu bermanfaat karena di daerah ini juga dijumpai

bakteri flora. Jika dicurigai tonsillitis bakteri streptokokus beta hemolitikus grup A

dapat dilakukan pemeriksaan ELISA atau aglutinasi lateks.

Tonsillitis viral dapat sembuh dengan sendirinya dalam 7-14 hari sehingga hanya

memerlukan pengobatan simptomatik. Tonsilitis viral dapat terinfeksi sekunder

dengan bakteri sehingga memerlukan antibiotik. Penisilin dan amoksisilin atau

amoksisilin klavulanat selama 7 sampai 10 hari merupakan obat pilihan utama dalam

sebagian besar kasus. Jika tonsillitis berulang setelah pemberian antibiotik atau

terjadi tonsillitis kronik maka dipertimbangkan tonsilektomi. Tonsilektomi

diindikasikan jika terjadi tonsilitis akut rekuren sebanyak 6-7 kali dalam satu tahun

atau jika terjadi 5 kali per tahun dalam 2 tahun, atau 3 kali per tahun dalam 3 tahun. Jika

terjadi abses peritonsilar yang mengancam jalan nafas maka dilakukan incisi dan

drainase serta pemberian cairan dan antibiotik adekuat. Tonsilitis karena jamur

diberikan nistatin topikal dan klotrimazole.

Peradangan pada mukosa laring maupun plica vocalis yang berlangsung selama

kurang dari 3 minggu. Banyak kausa yang bisa menyebabkan laringitis akut seperti

TERAPI

DEFINISI

LARINGITIS AKUT

276302

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Telinga-Hidung-Tenggorok

Page 27: THT-art

infeksi, paparan agen polutan, trauma vokal (vocal misuse), GERD, dan penggunaan

obat inhaler untuk asma.

Ax :

Suara serak/parau (hoarseness), odinofonia, disfagia, odinofagia, sesak nafas, batuk

pilek, tenggorokan kering, malaise, riwayat ISPA sebelumnya.

Px :

Diagnosis biasanya dibuat berdasarkan riwayat dan gejala. Pemeriksaan untuk

memvisualisasikan laring seperti laringoskop indirek tidak begitu diperlukan

terkecuali oleh Spesialis THT.

Adapun temuan yang didapat dari laringoskop indirek antara lain:

Eritema dan edema plica vocalis, sekresi, dan permukaan yang ireguler

Mengistirahatkan total suara. Jika harus berbicara, cukup dengan fonasi yang

lemah dan halus, namun tidak dengan berbisik, karena berbisik justru membuat

laring bekerja lebih keras.

Penggunaan antihistamin dan kortikosteroid tidak dianjurkan, karena efek obat

akan membuat pasien mengira penyakit sudah sembuh sehingga akan kembali

menggunakan suaranya akhirnya bisa memperparah penyakit. Kortikosteroid

bisa digunakan bila terjadi edema subglotis

Menghentikan rokok

Menghirup udara yang lembab bisa membantu membersihkan sekret dan

eksudat

Penggunaan antibiotik tidak diindikasikan pada kebanyakan kasus, mengingat

kebanyakan penyebab yang berupa infeksi adalah virus dan biasanya sembuh

dalam 7-17 hari.

Terapi dengan obat-obatan supresi asam lambung seperti PPI atau H2 blocker

diperlukan bila penyebabnya adalah .

Kebanyakan kasus bisa sembuh spontan ( ). Bila dalam waktu lebih dari

3 minggu keluhan menetap, rujuk ke Spesialis THT untuk dievaluasi sebagai

DIAGNOSIS

TERAPI

Kondisi Khusus

laringofaringeal reflux disease

self limited

303

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Telinga-Hidung-Tenggorok

Page 28: THT-art

laringitis kronis.

DAFTAR PUSTAKA

Shah, R.K. 2006. Acute Laryngitis. Available at URL: .Cited

at:15 October 2007

Epistaksis merupakan perdarahan dari hidung, yang bervariasi sebab dan

manifestasinya .

Etiologi

a. Lokal : congenital (multiple teleangiektasis/Osler's disease), trauma,

inflamasi, neoplasma, lain-lain (korpal, parasit, rinolith)

b. Sistemik : hipertensi, gangguan perdarahan, peningkatan tekanan vena cava

superior, lingkungan (ketinggian, Caisson's disease), infeksi, obat, gagal ginjal

kronis, gangguan fungsi hati, gangguan endokrin (mens, hamil,

feokromositoma).

c. Idiopatik

Fokus perdarahan tersering :

Septum nasi (Pleksus Kiesselbach)

Di atas konka media

Di belakang ujung posterior konka inferior (Pleksus Woodruff)

a. Anamnesis : berat dan kuantitas, frekuensi, durasi, lateralitas, faktor pemicu

& yang memperberat, riwayat keluhan daerah hidung, riw. perdarahan

sebelumnya, riw. penyakit sistemik yang diderita, obat-obatan yang diminum.

EPISTAKSIS

DEFINISI :

:

DIAGNOSIS :

(Nguyen, 2005)

www.emedicine.com

Epist. anterior Epist. posterior

Anak & dewasa muda Dewasa lebih tua

Antara choana ant – post. Choana post.- ujung tepi septum post

Ringan / mudah diatasi Perdarahan hebat, mengalir ke mulut

Berhenti spontan Jarang berhenti spontan

Kemungkinan penyebab : rhinitis anterior,

penyakit infeksi, trauma

Kemungkinan penyebab : hipertensi,

arteriosklerosis, tumor, fraktur

276304

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Telinga-Hidung-Tenggorok

Page 29: THT-art

b. Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan lengkap kepala & leher, Rinoskopi anterior,

Identifikasi fokus perdarahan

c. Pemeriksaan Penunjang : Endoskopi, Lab darah lengkap, faktor pembekuan,

fungsi hati, ureum, creat, MDT, CT Scan bila curiga tumor/keganasan,

Arteriografi

Prinsip : menghentikan perdarahan, mencegah komplikasi, mencegah rekurensi

a. Suction bekuan darah dan bersihkan area pemeriksaan

b. Identifikasi fokus perdarahan

c. Kauterisasi (kimia, elektrik), berikan vasokonstriktor lokal (adrenalin

diencerkan 1:10 / oksimetazolin 0,05% via spray aerosol atau cotton bud)

d. Bila perdarahan belum teratasi, lakukan tampon anterior/posterior

(tergantung fokus perdarahan)

e. Antibiotik

f. Analgesik dan sedatif jika perlu

g. Atasi faktor pemicu/penyakit yang mendasari

h. Operasi untuk ligasi arteri jika perdarahan tidak tertangani dengan cara-cara di

atas

kain kasa diberi vaselin/salep antibiotika agar tampon tidak melekat, tampon harus

dilepas dalam 3-4 hari

Indikasi : Epistaksis posterior / epistaksis tak terkontrol dengan tampon

anterior.

PENATALAKSANAAN :

Tampon anterior :

Tampon posterior/ Bellocq :

305

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Telinga-Hidung-Tenggorok

Page 30: THT-art

Digunakan kasa gulung/spons tonsil/infaltable ballon (kateter Foley 12F / 14F),

atau kateter yang didesain khusus seperti Storz and Xomed (cth : Storz

Epistaxis Catheter, Xomed Treace Nasal Post Pac)

Pasien harus menghindari :

Aktivitas berat (jalan jauh, berlari, mengejan)

Lingkungan yang panas dan kering

Makanan panas dan pedas

Manipulasi hidung

dan bersin yang berlebihan (pasien diinstruksikan jika bersin

hati-hati dan harap dengan mulut terbuka)

Hindari aspirin dan NSAID yang lain

Salin spray

Hindari mandi air panas

Bila terjadi epistaksis, penanganan sederhana yang dapat dilakukan :

Tekan dengan jari pada pangkal hidung selama 5-10 menit

Kompres es

Berlatih bernafas dalam dan rileks

Edukasi :

Nose blowing

276306

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Telinga-Hidung-Tenggorok

Page 31: THT-art

– Gunakan vasokonstriktor lokal

Baik tapi bervariasi

Dengan perawatan suportif yang memadai jarang rebleeding

Rekurensi minor dapat terjadi membaik spontan

Sebagian kecil memerlukan repacking/tampon ulang/terapi yang lebih agresif

Pada dapat terjadi rekurensi multipel

Prognosis :

• hereditary hemorrhagic telangiectasia

Daftar Pustaka :Boeis et al. . Jakarta : EGC, 1997.

Anonim. . Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Jakarta : 2001.

Pope LE, Hobbs CG: Postgrad Med J 2005May; 81(955): 309-14.

Buku Ajar Penyakit THT edisi 6Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT

Epistaxis: an update on current management.

307

ArtOf

Therapy

ArtOf

Therapy

Telinga-Hidung-Tenggorok