tht-art
TRANSCRIPT
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
12. Ilmu Penyakit Telinga ,Hidung, Tenggorok
OTITIS EKSTERNA DIFUSA
DEFINISI
DIAGNOSIS
TERAPI
Peradangan pada telinga luar, biasanya dimulai di atau dekat dengan kanalis auditori
eksterna dan menyebar ke seluruh aurikula. Umumnya disebabkan karena infeksi
(biasanya bakteri) terutama Pseudomonas aeruginosa, Staphillococcus aureus,
Escherichia coli dan Enterobacter aeroginosa.
Faktor predisposisi yaitu :
Perubahan pH kulit yang umumnya asam menjadi lebih basa.
Perubahan lingkungan terutama gabungan peningkatan suhu dan kelembaban,
misalnya suhu lingkungan tinggi disertai dengan keringat. Keadaan ini akan
menurunkan system pertahanan di kanalis auditori eksterna.
Trauma kanalis karena membersihkan liang telinga secara berlebih
menggunakan jari-jari atau cotton bud dan kemasukan benda asing termasuk
alat bantu dengar (hearing aid) dan ear plug.
Tanda dan Gejala klinik
Gatal yang ringan sampai dengan nyeri.
Nyeri hebat yang terbatas pada kanalis auditori eksterna. Nyeri dapat
dieksaserbasi karena gerakan liang telinga seperti ketika mengunyah.
Keluarnya sekret, dapat berupa mukus putih sampai disertai darah.
Pendengaran dapat normal atau menurun sedikit. Sensasi telinga penuh.
Pada pemeriksaan dijumpai canalis kemerahan dan bengkak.
Bila infeksi menyebar luas atau tiadak mendapat pengobatan yang adekuat,
dapat dijumpai tanda komplikasi berupa simptom toksik meliputi demam, dan
limfadenopati regional preaurikular, anterior dan posterior cervical colli.
Aural toilet untuk membersihkan discharge dan sel-sel mati yang menumpuk,
terbaik dengan suction. Kanalis yang mengalami inflamasi lebih rentan jika
terkena trauma, oleh karena itu penggunaan cerumen spoon atau kuret
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
277
sebaiknya dihindari. Irigasi dengan menyiram atau menyemprot liang telinga
sebaiknya juga dihindari, selain dapat menimbulkan trauma lebih lanjut pada
liang, pada liang telinga yang mengalami pembengkakan juga dapat menutup
membrane timpani pada saat pemeriksaan. Bila otitis eksterna disertai dengan
otitis media dengan perforasi membran timpani, penyembrotan dapat merusak
ossikula-ossikula dan kokhklea-vestibular, mengakibatkan kehilangan
pendengaran, tinnitus, dan vertigo.
Mengasamkan lingkungan di liang telinga dengan solusio topical asam asetat 2%
(misalnya vasol HC mengandung asam asetat non-aqueous 2% dan
hidrokortison), selain tidak mahal, sangat efektif untuk melawan sebagian besar
penyebab infeksi namun bersifat iritatif terhadap canalis yang mengalami
inflamasi.
Pemberian obat topical berupa antibiotik topical dapat disertai dengan
kortikosteroid. Steroid berfungsi dalam mengurangi inflamasi dan edema,
namun beberapa studi menunjukkan tidak ada manfaat dari steroid. Obat yang
dapat digunakan adalah 1) neomisin, efektif dan tidak mahal namun ototoksik
dan hipersensitif pada beberapa orang menyebabkan dermatitis kontak ; 2)
polimiksin, pengganti neomisin pada hipersensitivitas neomisin namun tidak
efektif melawan stafilokokkus dan gram positif (misalnya cortisporin
[mengandung polimiksin, neomisin dan hidrokortison], colimysin [mengandung
kolistin, neomisin dan hidrokortison], dan lain-lain); 3) derivat quinolon, bersifat
non-ototoksik sehingga dapat digunakan pada keadaan perforasi membrane
timpani, efektif tanpa bersifat iritatif dan hipersensitif serta penggunaan dosis
cukup 2 kali sehari namun mahal dan penggunaan berlebih di komunitas dapat
menyebabkan resistensi (misalnya tarivid [mengandung ofloxacin 0,3%];
antibiotic lain seperti aminoglikosida bersifat ototoksik (misalnya gentamisin)
atau kloramphenikol (chloromycetin).
Tetes telinga diberikan selama 5-7 hari, pada keadaan yang parah dapat selama 10-
14 hari. Diberikan 3-4 tetes, empat kali/hari kecuali pada pembarian quinolon, 2
kali/hari. Untuk mengurangi pusing berputar karena tetesan obat di telinga,
botol obat dihangatkan terlebih dahulu dengna tangan. Penetesan dilakukan
dengan menekan-nekan tragus agar tetes obat terdistribusi di sepanjang liang.
Pemberian dapat pula dilakukan dengan cotton plug kecil yang dibasahi obat
kemudian ditekan-tekan ke dinding kanalis.
•
•
278
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Telinga-Hidung-Tenggorok
•
•
•
•
•
•
•
Pada keadaan nyeri yang hebat dapat diberikan analgetik misalnya NSAIDs.
Antibiotik sistemik oral jarang diberikan kecuali otitis eksterna yang persisten
setelah pengobatan topikal adekuat atau jika disertai dengan otitis media
(dicurigai jika terdapat riwayat infeksi saluran pernafasan atas sebelumnya atau
ketika terjadi pada usia 2 tahun, usia dimana otitis eksterna jarang terjadi) atau
jika telah terjadi penyebaran local dan sistemik serta jika terjadi pada pasien
dengan system imun yang lemah misalnya pasien dengan Diabetes Mellitus,
keganasan atau penggunaan kortikosteroid sistemik. Antibiotik yang dapat
diberikan cephalosporin, penicillin dan floroquinolon.
Prevensi : tidak banyak menggores liang telinga menjaga telinga kering dan tidak
lembab.
Radang pada unit apopilosebaceus pada pars cartilaginea CAE yang disebabkan
infeksi bakteria. Bila tunggal disebut furunkel, bila multipel disebut karbunkel. Abrasi
dan maserasi dapat memudahkan infeksi namun sering bukan suatu faktor
predisposisi. Penderita Diabetes mudah mendapat infeksi ini.
Tanda dan gejala klinik
Gatal merupakan gejala awal yang mendorong untuk menggaruk
Nyeri ditimbulkan karena menggerakkan aurikula. Jika furunkel terletak di
depan, nyeri muncul ketika membuka mulut sampai timbul trismus.
Tuli terjadi jika kanalis tertutup jaringan edema.
Limfadenitis regional
Penyebaran infeksi ke parotis, periosteum mastoid, kavitas timpani.
OTITIS EKSTERNA FURUNKULOSA
DEFINISI
DIAGNOSIS
279
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Telinga-Hidung-Tenggorok
Mastoiditis FurunkelRiwayat otitis mediaTuli (+)Menbran timpani menunjukkan tandainfeksi telinga tengahNyeri ketika menekan mastoid
Sulkus post aurikula normalFistula ke kanalis terbentuk di pars osseusTampak perubahan radiologis padamastoid.
Tidak ada riwayat otitis mediaTuli hanya jika kanalis tertutupMembran timpani normal
Nyeri ketika menggerakkan aurikulaSulkus post aurikula tertutupFistula ke kanalis terbentuk di parskartilagoTidak ada perubahan radiologis di mastoid
Tabel 45. Diagnosis banding Mastoiditis dan Furunkel
TERAPI
DEFINISI
DIAGNOSIS
Terapi yang bisa dilakukan mirip dengan terapi pada otitis eksterna difusa:
Konservasi : kompres hangat untuk menghilangkan nyeri
Medikamentosa : analgetik sistemik, antibiotik topikal (ofloxacin) (lihat OED)
Tindakan : Incisi dan aural toilet. Furunkel dapat dibiarkan agar pecah dengan
sendirinya
Prevensi : Menjaga hygiene telinga
Suatu sumbatan pada liang telinga/canalis auditorius eksternus yang disebabkan oleh
serumen
Ax :
bisa asimptomatis, pendengaran berkurang, nyeri, sensasi penuh, merasa ada
benda di telinga, pusing.
Px :
Pemeriksaan otoskop :
Hasil pemeriksaan yang didapatkan bisa bervariasi mulai dari penutupan liang telinga
yang parsial sampai menutupi seluruhnya sehingga membrana timpani tidak terlihat
dengan konsistensi serumen dari lunak sampai keras.
IMPAKSI SERUMEN (CERUMEN PROP)
276280
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Telinga-Hidung-Tenggorok
TERAPI
Agen seruminolitik
Evakuasi cerumen bisa dilakukan dengan
irigasi liang telinga, dengan atau tanpa penggunaan agen ceruminolitik;
dengan penggunaan agen seruminolitik saja; atau
evakuasi manual dengan menggunakan sendok serumen atau suction.
Ada 3 tipe preparat pelunak serumen: basis air, basis minyak, dan basis non air/basis
non minyak.
•
•
•
Agen Penggunaan Dosis Keterangan
Basis air
Kondensat 10%
Triethanolaminpolipeptida oleat
Melunakkan
serumen sebelumirigasi
Isi liang telinga yang terkena 15
sampai 30 menit sebelummelakukan irigasi
Bisa mengiritasi liang telinga dan
tidak boleh digunakan untukperiode yang lebih lama
Docusate sodium Melunakkan
serumen sebelumirigasi
Isi liang telinga yang terkena
sebanyak 1 cc, 15 sampai 30 menitsebelum melakukan irigasi
Dalam salah satu penelitian, 1/5
membrana timpani sudah bisaterlihat tanpa irigasi
3% Hidrogen
peroxida
Melunakkan
serumen sebelum
irigasi
Isi liang telinga yang terkena 15
sampai 30 menit sebelum
melakukan irigasi
Jika tidak diambil dengan
sempurna, adanya gelembung
udara bisa mengganggu visualisasidari membrana timpani
2.5% Asam asetat Untuk
penggunaan di
rumah
Isi telinga yang terkena dengan 2 – 3
cc dua kali sehari sampai selama 14
hari
Lebih efektif digunakan pada anak-
anak daripada dewasa
10% Sodium
bikarbonat
Melunakkan
serumen sebelum
irigasi atausebagai alternatif
pengganti irigasi
Isi telinga yang terkena dengan 2 -3
cc 15 sampai 30 menit sebelum
irigasi, atau digunakan di rumahselama 3 sampai 14 hari dengan atau
tanpa irigasi
Lebih efektif digunakan pada anak-
anak daripada dewasa
Air atau salin Melunakkan
serumen sebelum
irigasi
Digunakan bila percobaan irigasi
tanpa pelunakan gagal dilakukan. Isi
liang telinga dengan air dan tungguselama 15 menit sebelum
mengulangi irigasi
Basis non air/basis non minyak
Karbamid peroxida Melunakkanserumen sebelum
irigasi atau
sebagai alternatifpengganti irigasi
Teteskan 5 sampai 10 tetes 2 kalisehari sampai selama 7 hari
-
50% Kolin s alisilat dan
gliserol; etilen oksida
polioksipropilen
glikol; propilen glikol;0.5% klorbutol
Melunakkan
serumen sebelum
irigasi atau
sebagai alternatifpengganti irigasi
Gunakan sebanyak 3 tetes 2 kali
sehari selama 4 hari
-
Basis minyak
57.3% minyak arachis
, 5% kl orbutol, 2%paradikolorbenzen,
10% minyak turpentin
Melunakkan
serumen sebelumirigasi atau
sebagai alternatif
pengganti irigasi
Gunakan sebanyak 5 cc 2 kali s ehari
selama dua sampai tiga hari
281
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Telinga-Hidung-Tenggorok
Minyak
arachis,minyak
almond , minyakcamphor teretif ikasi
Melunakkan
serumen sebelum
irigasi atausebagai alternatif
pengganti irigasi
Gunakan sebanyak 4 tetes 2 kali
sehari sampai selama 4 hari
Minyak zaitun,
minyak almond,
minyak mineral
Melunakkan
serumen sebelum
irigasi
Gunakan sebanyak 3 tetes sebelum
tidur selama 3-4 hari
Kondisi khusus
DAFTAR PUSTAKA
•
•
•
Bila pasien merasakan nyeri yang sangat ketika evakuasi manual, bisa dibantu
dengan melumasi liang telinga dengan minyak zaitun selama beberapa hari,
kemudian bisa dilakukan evakuasi ulang. Bila nyeri menetap, rujuk ke Spesialis
THT.
Jika terjadi vertigo saat melakukan irigasi meskipun dengan menggunakan
cairan yang sesuai suhu tubuh, maka bisa dimungkinkan adanya perilimfatik
fistula atau perforasi jendela oval. Rujuk ke Spesialis THT.
Rujukan harus segera dipikirkan pada pasien dengan kanalis yang sangat
membengkak, adanya kelainan anatomis, riwayat perforasi membrana timpani,
riwayat pembedahan dan radiasi.
McCarter, D.F.2007. Cerumen Impaction. Available at URL: .Citedat:12 October 2007
www.aafp.org
OTITIS MEDIA SUPPURATIF KRONIK
DEFINISI
DIAGNOSIS
Otitis Media Suppuratif Kronik didefinisikan sebagai adanya otorhea yang bersifat
kronis (6-12 minggu), yang keluar melalui membrana timpani yang perforasi. Supurasi
kronis bisa terjadi dengan atau tanpa kolesteatoma, dan riwayat klinis dari keduanya
bisa sangat mirip. Rencana terapi untuk kolesteatoma selalu melibatkan bedah
timpanomastoid. Kolesteatoma dan manajemennya tidak dibahas disini.
Ax:
Keluar cairan dari liang telinga, penurunan sampai hilangnya pendengaran pada
telinga yang terkena. Tidak dikeluhkan nyeri telinga. Adanya nyeri telinga, demam,
276282
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Telinga-Hidung-Tenggorok
dan vertigo harus dicurigai adanya komplikasi intratemporal atau intrakranial.
Riwayat penyakit dahulu meliputi adanya riwayat OMA berulang atau perforasi
traumatik. Riwayat OMSK yang persisten setelah mendapatkan terapi yang tepat
patut dicurigai sebagai kolesteatoma
Px:
Otoskopi:
Canalis auditorius eksternus (CAE) normal, tidak edema dan tidak nyeri.
Otorhea yang bervariasi bisa berbau busuk, purulen, seperti keju, bisa pula jernih dan
serous.
Perforasi membrana timpani
Mukosa telinga tengah yang tervisualisasi melalui lubang perforasi bisa nampak
edem, polipoid, pucat, ataupun eritematous.
Pasien dengan OMSK lebih sering berespon terhadap terapi topikal daripada terapi
sistemik. Terapi topikal yang baik terdiri dari 3 komponen penting, yaitu: pemilihan
antibiotik ototopikal yang tepat, toilet telinga yang rutin dan agresif, dan kontrol
jaringan granulasi.
Antibiotik tetes
Antibiotik yang dipilih harus memenuhi aktivitas spektrum untuk organisme gram
negatif, terutama pseudomonas, dan juga organisme gram positif, terutama S.
aureus. Antibiotik yang memenuhi kriteria ini adalah golongan aminoglikosida dan
floroquinolon.
TERAPI
ObatQ Dosis
Ofloxacin otic solution Dewasa:10 tetes ofloxacin 2x sehari
Anak: >12 tahun: sepert i dosis dewasa
Ciprofloxacin otic suspension Dewasa: 5-10 tetes 2x sehari
Anak: < 1 tahun: tidak digunakan>1 tahun: seperti dosis dewasa
Tobramisin (dengan atau tanpakombinasi steroid)
Dewasa: 5-10 tetes 2x sehariAnak: seperti dosis dewasa
Cara pemberiannya adalah pasien berbaring miring dengan telinga yang ditetesi di
sebelah atas. Teteskan larutan melalui CAE. Setelah itu tekan tekan tragus ke dalam 4x
untuk membantu penetrasi. Pertahankan posisi selama 5 menit. Terapi diberikan
selama 14 hari.
283
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Telinga-Hidung-Tenggorok
Toilet telinga
Toilet telinga merupakan proses penting dalam terapi OMSK. CAE dan jaringan
sebelah lateral dari telinga tengah yang terinfeksi seringkali tertutupi oleh eksudat
mukoid atau epitel yang deskuamasi. Preparat antibiotik ototopikal tidak akan bisa
penetrasi ke jaringan yang terkena bila material penggangu ini tidak dihilangkan
menggunakan syringe kecil. Larutan ini dikeluarkan 5-10 menit sebelum pemberian
antibiotik ototopikal.
Jaringan granulasi
Jaringan granulasi seringkali memenuhi telinga tengah dan bagian medial dari CAE.
Jaringan granulasi bisa mencegah antibiotik ototopikal unutk penetrasi ke tempat
infeksi. Penggunaan antibiotik tetes merupakan salah satu cara dalam mengontrol
granulasi. Antibiotik dengan kombinasi steroid lebih baik dalam mengurangi jaringan
granulasi daripada antibiotik tanpa kombinasi steroid. Tetes ini membantu
mengurangi jaringan granulasi dengan cara mengeliminasi infeksi dan
menghilangkan inflamasi iritatif. Jaringan granulasi juga bisa dihilangkan dengan
teknik kouterisasi.
Terapi sistemik
Terapi sistemik harus disiapkan bila terjadi kegagalan terapi antibiotik topikal.
Gagalnya terapi topikal bukan karena organisme resisten terhadap antibiotik, namun
lebih karena gagalnya penetrasi antibiotik ke tempat infeksi. Agen antibiotik sistemik
diharapkan mampu menembus tempat infeksi. Terapi sistemik diharapkan pula
dilakukan dengan agen yang paling aman dan spektrumnya paling sempit, sehingga
disarankan untuk melakukan kultur sensitivitas untuk menentukan antibiotik yang
sesuai.Meskipun dengan pemberian antibiotik sistemik, namun tetap dilakukan
pemberian antibiotik topikal dan toilet telinga.
Kondisi khusus
Pasien yang tidak responsif terhadap terapi topikal maupun sistemik dengan
toilet telinga dan kontrol jaringan granulasi yang adekuat, maka dibutuhkan
tindakan pembedahan.
Pasien yang dicurigai ada komplikasi intrakranial harus segera dirujuk
•
•
276284
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Telinga-Hidung-Tenggorok
DAFTAR PUSTAKA
McEvoy, G.K. 2004. AHFS Drug Information 2004. Amer Soc of Health System
Parry, D. 2006. Middle Ear. Chronic Suppurative Otitis, Medical Treatment.
Available at . Cited at: 15 October 2007URL:www.emedicine.com
BENDA ASING (Corpus Alienum) PADA TELINGA
DEFINISI
DIAGNOSIS
TERAPI
Evakuasi
Terdapatnya benda asing pada liang telinga. Biasanya terjadi pada anak anak. Benda
yang masuk paling banyak antara lain:manik-manik, mainan plastik, kerikil, biji-bijian,
kapas.
Ax :
bisa asimptomatis, nyeri telinga (otalgia), pendengaran berkurang, keluar cairan,
sensasi penuh, merasa ada benda di telinga, mual muntah, riwayat kemasukan benda
asing.
Px :
Pemeriksaan otoskop : temuan bervariasi, bisa hanya ditemukan benda asing saja,
atau disertai dengan adanya tanda-tanda peradangan seperti eritema, edema, dan
discharge yang berbau. Bisa juga disertai perdarahan akibat iritasi mekanis.
Gambaran tergantung dari jenis benda yang masuk, lokasi, dan lamanya benda
tertahan di dalam.
Irigasi. Irigasi dengan air dikontraindikasikan karena dapat menyebabkan benda-
benda lunak, material organik atau biji-bijian menjadi membengkak. Irigasi
dengan menggunakan NaCl fisiologis. Untuk menghindari efek kalorik gunakan
NaCl yang dihangatkan sesuai suhu tubuh.
Evakuasi dengan alat-alat seperti sendok serumen, forsep buaya, atau selang
suction.
Hindari intervensi yang menyebabkan objek terdorong lebih dalam
Setelah evakuasi berhasil, lakukan inspeksi ulang. Bila kanal intak, tidak perlu
•
•
•
•
285
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Telinga-Hidung-Tenggorok
medikasi. Namun bila terdapat tanda-tanda abrasi atau infeksi, bisa diberikan
antibiotik tetes (lihat antibiotik pada otitis eksterna).
Benda asing lem yang kuat (cyanoakrilat) bisa diambil secara manual setelah 24-
48 jam karena telah terjadi proses deskuamasi.
Benda asing insekta, bisa sangat mengganggu dan menimbulkan rasa sakit yang
luar biasa, harus dibunuh terlebih dahulu. Pembunuhan bisa dilakukan dengan
menyemprotkan alkohol, lidokain 2 % (xylokain), atau ke liang telinga
(terkecuali bila terdapat perforasi membrana timpani).
Rujuk ke spesialis THT bila:
- Membutuhkan sedasi atau anestesi (pada pasien yang tidak kooperatif)
- Ada trauma pada membran timpani
- Objek tidak bisa dijangkau, atau terperangkap kuat, atau menyentuh
membrana timpani
- Objek bersifat tajam
- Objek gagal diambil
Terdapatnya benda asing pada rongga hidung. Paling banyak terjadi pada anak anak.
Benda asing yang sering masuk antara lain: sisa makanan, permen, mainan, manik-
manik, dan kertas.
Ax :
Hidung tersumbat, pilek dengan cairan yang berbau pada satu sisi hidung, nafas
berbau.
Px :
Kondisi khusus
DEFINISI
DIAGNOSIS
•
•
•
mineral oil
DAFTAR PUSTAKAMantooth, R 2007 . Foreign Bodies, Ear. Available at URL: .Cited at:15
October 2007Weim, S.W. 2007. Foreign Body in the Ear, Nose, and Throat. Available at URL:
.Cited at:12 October 2007
BENDA ASING (Corpus Alienum) PADAHIDUNG
www.emedicine.com
www.aafp.org
276286
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Telinga-Hidung-Tenggorok
Pemeriksaan rhinoskopi anterior : temuan bervariasi, bisa hanya ditemukan benda
asing saja, atau disertai dengan adanya tanda-tanda peradangan seperti eritema,
edema, dan discharge yang berbau dan purulen. Bisa juga disertai perdarahan akibat
iritasi mekanis. Gambaran tergantung dari jenis benda yang masuk, lokasi, dan
lamanya benda tertahan di dalam. Biasanya benda asing cenderung terletak pada
dasar rongga hidung, yaitu dibawah concha nasalis inferior, atau di fossa nasalis
anterior di depan concha nasalis media.
Kebanyakan benda asing pada hidung bisa diambil dengan mudah dan aman oleh
dokter umum. Kebutuhan untuk melaksanakan evakuasi yang darurat jarang
terjadi, dan oleh karena itu dibutuhkan persiapan yang matang baik dari segi
instrumen maupun pasien. Evakuasi sebaiknya dilakukan pada saat pasien
kooperatif dan bisa dikendalikan, karena kegagalan pada percobaan pertama
hanya akan membuat percobaan berikutnya lebih sulit.
Sebelum tindakan dilakukan, dilakukan premedikasi dengan fenilefrin 0,5% untuk
mengurangi edema mukosa hidung dan semprotkan juga lidokain aerosol
sebagai anestesi lokal.
Forsep berkait (bayonet atau aligator) bisa digunakan untuk mengambil benda
asing. Bila benda asing ukurannya kecil dan terletak dekat dengan nares anterior,
maka bisa dengan mudah diambil dengan menggunakan forsep. Namun benda
asing yang besar, padat, halus, dan bulat cenderung lebih sulit untuk diraih dan
bisa terdorong lebih jauh ke dalam bila menggunakan forsep.
Kateter balon Fogarty atau Foley bisa digunakan untuk benda asing yang sulit
dijangkau. Kateter Fogarty lebih dipilih daripada kateter Foley karena lebih kuat
dan kaku sehingga bisa melewati objek lebih mudah. Periksa patensi kateter, dan
berikan lubrikasi. Masukkan kateter yang belum dipompa ke dalam hidung
sampai melewati objek. Kemudian kembungkan balon dan tarik kateter secara
perlahan lahan sampai benda asing keluar. Komplikasi yang bisa terjadi adalah
perdarahan.
Rujuk ke spesialis THT bila objek sulit divisualisasikan atau gagal diambil
TERAPI
Evakuasi
Kondisi khusus
•
•
•
•
287
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Telinga-Hidung-Tenggorok
DAFTAR PUSTAKACox, R.J, 2007. Foreign Bodies, Nose. Available at URL: .Cited
at:15 October 2007Weim, S.W. 2007. Foreign Body in the Ear, Nose, and Throat. Available at URL:
.Cited at:12 October 2007
www.emedicine.com
www.aafp.org
BENDA ASING (Corpus Alienum) PADAGASTROINTESTINAL
DEFINISI
DIAGNOSIS
TERAPI
Adanya benda asing yang tertelan ke saluran pencernaan. Pada anak-anak biasanya
berupa mainan atau benda2 kecil seperti peniti, kelereng dan koin. Sementara pada
orang dewasa berupa gigi palsu, koyor, tulang, duri ikan.
Ax :
Riwayat menelan benda asing, sensasi benda asing di kerongkongan, disfagia, air liur
menetes keluar drolling), karena saliva tidak bisa ditelan, sesak nafas bila benda asing
mendesak trachea,
Px :
Dalam posisi duduk, lakukan inspeksi orofaring dengan tongue spatel.
Inspeksi daerah hipofaring, dilakukan dengan penerangan yang baik, amati bagian
pangkal lidah, tonsil dan valecula dimana biasanya benda asing tersangkut.
Pemeriksaan laringoskop indirek bisa membantu memvisualisasikan.
Lakukan pemeriksaan 2 foto polos dari tenggorokan setidaknya sampai mid
abdomen, untuk melihan apakah benda asing tersebut tertelan ikut saluran cerna,
atau tersangkut di suatu tempat dan menimbulkan obstruksi. Kadang2 diperlukan
kontras barium bila benda asing sifatnya radiolusen.
Bila gejala yang dirasakan ringan, cek kemampuan pasien untuk menelan.
Pertama-tama dengan segelas kecil air, kemudian dengan sedikit roti. Amati
adanya perbaikan gejala. Bila sensasi benda asing hilang, dimungkinkan roti
telah membawa benda asing tersebut ikut saluran cerna.
Bila koin atau benda asing yang halus tersangkut di esofagus bagian atas selama
•
•
276288
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Telinga-Hidung-Tenggorok
kurang dari 24 jam, biasanya bisa diambil dengan teknik sederhana
menggunakan kateter Foley. Dalam kondisi pasien tersedasi ringan (misal
dengan Midazolam 0.5 mg/kgBB setengan jam sebelumnya), posisikan kepala di
bawah (Trendelenberg) untuk meminimalisasi aspirasi. Siapkan laringoskop,
forsep, dan peralatan airway. Cek balon kateter (ukuran 8-12 French) untuk
memastikan bahwa pengembangannya simetris. Lubrikasi kateter dengan jelly
dan masukkan lewat hidung sampai esofagus ke distal dari benda asing.
Kembangkan balondengan 5 ml udara dan lakukan tarikan lembut sampai benda
asing sampai di pangkal lidah. Jangan menarik secara paksa, terutama bila pasien
merasakan nyeri, karena bisa terjadi perlukaan atau perforasi.. Minta pasien
untuk membatukkan atau memuntahkan benda asing. Segera kempiskan balon,
dan tarik kateter keluar. Bila percobaan pertama gagal, coba sampai 3 kali. Bila
masih belum berhasil, rujuk ke spesialis THT untuk endoskopi.
Benda asing yang tajam atau benda asing tumpul yang telah tersangkut selama
lebih dari 24 jam harus diambil secara endoskopi, karena kemungkinan besar
menimbulkan perforasi.
Saluran cerna paling sempit dan kurang elastis adalah muskulus krikofaringeus
setinggi kartilago tiroid. Selanjutnya diikuti pilorus, kemudian sfingter esofagus
bagian bawah, dan valvula ileosekal. Karena itu, segala sesuatu yang bisa
melewati kerongkongan seharusnya juga bisa melewati anus. Secara umum,
benda asing saluran cerna yang berada di bawah diafragma bisa dibiarkan tanpa
tindakan medis. Meskipun bisa mengiritasi mukosa, namun bila tidak ada
komplikasi maka tidak diperlukan terapi. Bila benda asing telah turun menuju
lambung dan tidak ada gejala yang menunjukkan keperluan untuk diambil
segera, minta pasien untuk kembali setelah 7 hari (atau bila ada gejala seperti
mual, muntah, nyeri perut, nyeri rektal, atau perdarahan rektal).
Gracia C, Frey CF, Bodai BI: Diagnosis and management of ingested foreign bodies:a ten-year experience. Ann Emerg Med 1984;13:30-34.
Ginaldi S: Removal of esophageal foreign bodies using a Foley catheter in adults.Am J Emerg Med 1985;3:64-66.
•
•
DAFTAR PUSTAKA
289
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Telinga-Hidung-Tenggorok
RHINITIS VASOMOTOR
DEFINISI
DIAGNOSIS
Gangguan vasomotor hidung adalah terdapatnya gangguan fisiologik lapisan
mukosa hidung yang disebabkan oleh bertambahnya aktivitas parasimpatis. Rhinitis
vasomotor adalah gangguan pada mukosa hidung yang ditandai dengan adanya
edema yang persisten dan hipersekresi kelenjar pada mukosa hidung apabila
terpapar oleh iritan spesifik. Kelainan ini merupakan keadaan yang non-infektif dan
non-alergi. Rinitis vasomotor disebut juga dengan vasomotor catarrh, vasomotor
rinorrhea, nasal vasomotor instability, non spesific allergic rhinitis, non - Ig E
mediated rhinitis atau intrinsic rhinitis.
Ax:
Gejala hampir mirip rinitis alergika yaitu hidung tersumbat dan rinorhea. Gejala
hidung tersumbat sangat bervariasi yang dapat bergantian dari satu sisi ke sisi yang
lain, terutama sewaktu perubahan posisi. Keluhan bersin-bersin tidak begitu nyata
bila dibandingkan dengan rinitis alergi dan tidak terdapat rasa gatal di hidung dan
mata.Gejala dapat memburuk pada pagi hari waktu bangun tidur oleh karena adanya
perubahan suhu yang ekstrim, udara lembab, dan juga oleh karena asap rokok dan
sebagainya. Selain itu juga dapat dijumpai keluhan adanya ingus yang jatuh ke
tenggorok ( post nasal drip ).
Dalam anamnesis dicari faktor yang mempengaruhi keseimbangan vasomotor dan
disingkirkan kemungkinan rinitis alergi. Biasanya penderita tidak mempunyai riwayat
alergi dalam keluarganya dan keluhan dimulai pada usia dewasa. Beberapa pasien
hanya mengeluhkan gejala sebagai respon terhadap paparan zat iritan tertentu
tetapi tidak mempunyai keluhan apabila tidak terpapar.
Px:
Edema mukosa hidung, konka hipertrofi berwarna merah gelap atau merah tua
(khas), tetapi dapat juga dijumpai warna pucat. Permukaan konka licin/berbenjol.
Pada rhinoskopi posterior dapat dijumpai post nasal drip.
276290
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Telinga-Hidung-Tenggorok
Rinitis alergi Rinitis vasomotor
Mulai serangan Belasan tahun Dekade ke 3 – 4
Riwayat terpapar allergen + -
Etiologi Reaksi Ag - Ab terhadap
rangsangan spesifik
Reaksi neurovaskuler terhadap
beberapa rangsangan mekanis atau
kimia, juga faktor psikologis
Gatal & bersin Menonjol Tidak menonjol
Gatal dimata Sering dijumpai Tidak dijumpai
Test kulit Positif Negatif
Sekret hidung Peningkatan eosinofil Eosinofil tidak meningkat
Eosinofil darah Meningkat Normal
Ig E darah Meningkat Tidak meningkat
TERAPI
Pengobatan rinitis vasomotor bervariasi, tergantung kepada faktor penyebab dan
gejala yang menonjol.
Secara garis besar, pengobatan dibagi dalam :
1. Menghindari penyebab / pencetus ( Avoidance therapy )
2. Pengobatan konservatif ( Farmakoterapi ) :
Dekongestan atau obat simpatomimetik digunakan untuk mengurangi
keluhan hidung tersumbat. Contohnya : Pseudoephedrine ( oral ) dan
Oxymetazoline ( semprot hidung ). (dosis dan cara pemberian lihat terapi
rhinitis alergika)
Anti histamin (dosis dan cara pemberian lihat terapi rhinitis alergika)
Kortikosteroid topikal mengurangi keluhan hidung tersumbat, rinore dan
bersin-bersin dengan menekan respon inflamasi lokal yang disebabkan
oleh mediator vasoaktif. Biasanya digunakan paling sedikit selama 1 atau 2
minggu sebelum dicapai hasil yang memuaskan. Contoh steroid topikal :
Budesonide, Fluticasone, Flunisolide atau Beclomethasone (dosis dan cara
pemberian lihat terapi rhinitis alergika)
Anti kolinergik juga efektif pada pasien dengan rinore sebagai keluhan
utamanya. Contoh : Ipratropium bromide ( nasal spray ) (dosis dan
cara pemberian lihat terapi rhinitis alergika)
3. Terapi operatif dengan bedah THT( dilakukan bila pengobatan konservatif gagal
) seperti kauterisasi konka, turbinektomi, reseksi konka parsial atau total,
neurektomi n.vidianus.
DAFTAR PUSTAKA
Becker W, Naumann H H, Pfaltz C R. Ear, Nose, and Throat Diseases And Pocket
•
•
•
•
291
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Telinga-Hidung-Tenggorok
Reference. 2ed. New York : Thieme Medical Publishers Inc, 1994. p. 210-3.
Elise Kasakeyan. Rinitis Vasomotor. Dalam : Soepardi EA, Nurbaiti Iskandar, Ed.
Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FK UI, 1997. h. 107 –
8.
Kopke RD, Jackson RL. Rhinitis. Dalam : Byron J, Bailey JB,Ed. Otolaryngology Head
and Neck Surgery. Philadelphia: Lippincott Comp, 1993.p. 269 – 87.
McEvoy, G.K. 2004. AHFS Drug Information 2004. Amer Soc of Health System
Rhinitis vasomotor :
http://www.icondata.com/health/pedbase/files/RHINITI1.HTM
Gangguan simtomatik dari hidung yang diinduksi setelah
paparan alergen pada membran mukosa hidung
RHINITIS ALERGIKA
DEFINISI
DIAGNOSIS
KRITERIA MULLARKY
Ig E-mediated inflammation
Anamnesis Pemeriksaan Fisik Laboratorium
• Riwaya alergi keluarga
positif
• Minimal 2 dari trias alergika
• Bersin, hidung
tersumbat,gatal
• Allergic shiner / solute
• Sekret mukoserous
• konkha livid dan edema
• faring berlendir.
• Ig E total > 180 IU
• Jumlah eosinofil > 25000/mm2
• Usapan hidung tdpt eosinofil atau
netrofil dan eosinofil
• tes kulit positif
• tes RAST positif
Diagnosis rhinitis alergika dibuat berdasarkan anamnesis mengenai gejala dan
riwayat, dan tes laboratorium digunakan hanya untuk mengkonfirmasi adanya atopi.
Tiga pendekatan dasar untuk penatalaksanaan alergi adalah (1) penghindaran
alergen, (2) farmakoterapi, dan (3) imunoterapi. Terapi dimulai dengan penghindaran
alergen dan kontrol lingkungan. Namun, pada hampir semua kasus, tetap diperlukan
beberapa jenis farmakoterapi karena pasien seringkali tidak bisa menghindari
alergen dan juga untuk mengontrol eksaserbasi gejala yang kadang-kadang timbul.
Untuk pasien dengan alergi berat yang tidak respon terhadap kontrol lingkungan dan
farmakoterapi, atau untuk pasien yang tidak ingin mengkonsumsi obat seumur
TERAPI
276292
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Telinga-Hidung-Tenggorok
hidup, imunoterapi bisa ditawarkan.
Penghindaran alergen dan kontrol lingkungan
Pasien dengan alergi musiman diminta untuk menghindari aktivitas luar
rumah. Rumah pasien dan tempat kerja dijaga sebersih mungkin.
Kutu rumahan tumbuh pada tempat yang hangat, lembab, dan antigen bisa
ditemukan dalam fesesnya. Pengendalian bisa dilakukan dengan
menghilangkan/membersihkan tempat berkembang biaknya seperti
hewan piaraan, karpet, korden dll, menutup kasur dengan sprei yang anti
kutu, dan dan mencuci reservoir potensial dengan air panas.
Direkomendasikan penggunaan vaccum cleaner dengan teknologi HEPA
(high-efficiency particulate-arresting ). Pengontrolan kelembaban dibawah
50% dan penurunan suhu dibawah 70 ⁰ F sangat membantu mengontrol
populasi kutu rumah.
Jika tidak memungkinkan untuk tidak memelihara hewan piaraan,
setidaknya jauhkan dari tempat tidur. Memandikan hewan piaraan bisa
membantu mengurangi jumlah alergen.
Jamur tumbuh sepanjang tahun pada daerah yang basah, baik di dalam
maupun luar rumah. Perhatian ditujukan pada tempat-tempat seperti
sekitar kondenser AC dan dibawah wastafel, tanaman dalam rumah, dan
vegetasi yang membusuk di luar rumah. Pasien yang alergi terhadap jamur
harus tetap berada di dalam rumah pada waktu sore, karena alergen lebih
banyak pada waktu ini.
Pasien yang alergi serbuk sari harus tetap berada di dalam rumah pada
waktu pagi hari, karena alergen lebih banyak pada waktu ini.
Farmakoterapi
Obat-obat ini merupakan antagonis reseptor H1 dan meredakan gejala bersin,
gatal, dan rinorea
1.
2.
o
o
o
o
o
Antihistamin
Obat Dosis
Klorfeniramin Dewasa: 4 mg p.o, setiap 6 jam
Anak-anak:<6 th: tidak direkomendasikan
6-12 th: 4 mg p.o, setiap 12 jam
>12 th : seperti dosis dewasa
Loratadin Dewasa: 10 mg p.o, 4 x sehari
Anak-anak:<6 th: tidak direkomendasikan
6-12 th: seperti dosis dewasa
293
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Telinga-Hidung-Tenggorok
CetirizinQ Dewasa: 5-10 mg p.o per hari
Anak-anak:
<6 th: 2.5 mg sekali sehari6-12 th: seperti dosis dewasa
Dekongestan
Dekongestan tersedia dalam preparat oral maupun topikal (spray). Obat ini
beraksi pada reseptor alfa-adrenergik pada mukosa nasal, menyebabkan
vasokonstriksi yang mengurangi edema konka dan rinorea
Obat Dosis
Oksimetazolin Dewasa: 2-3 spray pada setiap nostril setiap 12 jam
Anak-anak:
<6 th: tidak direkomendasikan
6-12 th: 1-2 spray pada setiap nostril setiap 12 jam
>12 th : seperti dosis dewasa
Pseudoefedrin Dewasa: 30 mg p.o setiap 4-6 jam
Anak-anak:
<6 th: tidak direkomendasikan
6-12 th: 15 mg p.o, setiap 6 jam
>12 th : seperti dosis dewasa
Mast cell stabilizer
Mast cell stabilizers menghambat degranulasi sel mast dan mempengaruhi
kemotaksis granulosit. Lebih efektif bila digunakan sebagai profilaksis, dan
mempunyai keamanan yang baik.
Obat DosisQ
Kromolin Dewasa: 1 s pray pada setiap nostril 3-4 x sehari
Anak-anak:
<6 th: tidak direkomendasikan
>6 th : seperti dosis dewasa
Antikolinergik
Obat ini meredakan rinorea namun tidak mempunyai efek terhadap gejala lain
alergi
Obat Dosis
Ipatropium Dewasa: 2 spray pada setiap nostril 2-4 x sehari
Anak-anak:
<6 th: tidak direkomendasikan
6-12 th: 1-2 spray pada setiap nostril 2 x sehari
>12 th : seperti dosis dewasa
276294
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Telinga-Hidung-Tenggorok
Kortikosteroid
Obat ini mempunyai efek antiinflamasi yang poten. Obat ini meredakan rinorhea,
bersin, gatal, dan kongesti. Banyak dokter saat ini memakai steroid intranasal
sebagai terapi lini pertama untuk rhinitis alergika.
Obat Dosis
Budesonide Dewasa: 2 spray pada setiap nostril 2x sehari
Anak-anak:
<6 th: tidak direkomendasikan
6-12 th: 1spray pada setiap nostril 2 x sehari
>12 th : seperti dosis dewasa
Fluticazone Dewasa: 2 spray pada setiap nostril 4 x sehari
Anak-anak:
<4 th: tidak direkomendasikan
4-12 th: 1 spray pada setiap nostril 4 x sehari
>12 th : seperti dosis dewasa
Beclomethasone Dewasa: 1 spray pada setiap nostril 2-4 x sehari
Anak-anak:
<6 th: tidak direkomendasikan
6-12 th: 1 spray pada setiap nostril 2-4 x sehari
>12 th : seperti dosis dewasa
Flunisolide Dewasa: 2 spray pada setiap nostril 2-3 x sehari
Anak-anak:
<6 th: tidak direkomendasikan
6-14 th: 1spray pada setiap nostril 2 x sehari
>14 th : seperti dosis dewasa
Follow up
Monitor terhadap dosis dan efek samping obat
Terapi bedah
Meskipun rhinitis alergika merupakan kondisi medis, namun pembedahan ajuvan bisa
ditawarkan untuk mengatasi gejala obstruktif pada beberapa individu. Contohnya
adalah nasal polipektomi pada pasie yang mempunyai poliposis berat dan
turbinektomi pada pasien dengan obstruksi nasal yang disebabkan oleh hipertrofi
konka yang persisten meskipun dengan terapi medis yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
McEvoy, G.K. 2004. AHFS Drug Information 2004. Amer Soc of Health System
Nguyen, Q.A. 2007. Allergic Rhinitis. Available at . Cited at: 15URL:www.emedicine.com
295
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Telinga-Hidung-Tenggorok
October 2007
OTITIS MEDIA AKUT
DEFINISI
DIAGNOSIS
Stadium oklusi tuba
Stadium hiperemis (Presupurasi)
Stadium Supurasi
Stadium perforasi
Merupakan peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
eustachii, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.
Terbagi dalam beberapa stadium yaitu: stadium oklusi tuba, stadium hiperemis
(presupurasi), stadium supurasi, stadium perforasi, dan stadium resolusi.
Ax dan Px:
Anamnesis : (seperti kemasukan air), pendengaran terganggu, otalgia,
tinitus, riwayat infeksi saluran napas akut (ISPA)
Otoskopi :
retraksi membrana timpani : cekung, brevis menonjol, manubrium malei lebih
horizontal dan pendek, reflek cahaya hilang/berubah
Kadang ada dan (gelembung udara bercampur cairan
dalam kavum timpani)
Anamnesis : demam, otalgia, fullness, pendengaran berkurang
Otoskopi : membran timpani kemerahan/hiperemi
Anamnesis: otalgia hebat, gelisah, suhu badan meningkat, takikardi, keluhan-keluhan
stadium sebelumnya dirasakan semakin hebat
Otoskopi :
Meatus accusticus externus : tidak ada sekret
Membran timpani hiperemis, cembung ke lateral, terkadang tampak adanya
pulsasi mengikuti nadi
Anamnesis : keluhan berkurang, otalgia berkurang, otorrhoe, pendengaran
berkurang, suhu badan menurun
Otoskopi :
fullness
air-fluid level air bubbles
•
•
•
•
276296
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Telinga-Hidung-Tenggorok
•
•
•
•
•
MAE penuh sekret mukopurulent
Membran timpani hiperemis dan perforasi
Anamnesis : mengeluhkan gangguan pendengaran
Otoskopi :
Membran timpani tidak hiperemis
Lubang perforasi/sikatrik pada membran timpani
Antibiotik
Antibiotika yang dipilih pada awalnya adalah yang bersifat broad spectrum atau
didasarkan pada penelitian empiris berdasarkan bakteri penyebab terbanyak,
yaitu . Dalam hal ini antibiotik yang sesuai adalah
golongan penisilin, bisa dipakai amoksisilin (atau amoxicillin + asam klavulanat,
bila dikhawatirkan resisten), kecuali bila ada kontraindikasi seperti
hipersensitivitas, bisa dipakai golongan eritromisin atau sulfonamide.
Untuk terapi antibiotik definitifnya, diperlukan hasil pemeriksaan bakteriologis
berupa jenis bakteri penyebab dan kultur sensitivitas.
Stadium Resolusi
TERAPI
Streptococcus pneumoniae
Antibiotik Dosis dan cara pemberianAmoxicillin Dosis anak: 90 mg/kg/hr p.o setiap 8-12 jam untuk semua terapi
inisial OMADosis dewasa: 250-500 mg p.o. setiap 8 jam
Amoxicillin/klavulanat Dosis anak: 90 mg/kg/hari p.o komponen amoxicillin untuk OMArekurenDosis dewasa: 250-500 mg amoxicillin dengan 62.5-125 mgklavulanat p.o setiap 8 jam
Eritromisin etilsuksinat/sulfisoxazole Dosis anak: 50 mg/kg/hari eritromisin p.o setiap 8-12 jamDosis dewasa: tidak digunakan
Trimetoprim/sulfametoxazole Dosis anak: 8 mg/kg TMP dengan 40 mg/kg SMZ p.o perharidibagi setiap 12 jamDosis dewasa: 160 mg TMP dengan 800 mg SMZ p.o 2 x sehari
Lama pemberian antibiotik antara 5 sampai 10 hari. Menurut beberapa
penelitian, pemberian 10-14 hari tidak lebih efikatif daripada pemberian 5 hari.
Terapi simptomatis
Analgetik-antipiretik: parasetamol 3 x 500 mg kalau perlu
Pemberian dekongestan nasal, , antihistamin, dan mukolitik pada anak
dengan OMA tidak direkomendasikan, karena tidak didapatkan keuntungan
•
o
o
297
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Telinga-Hidung-Tenggorok
yang signifikan.
Timpanosintesis, bila: 1) pada anak dengan imunosupresi atau (2) neonatus
dengan OMA (karena biasanya cenderung mempunyai patogen yang tidak biasa
dan lebih invasif (3) Pasien yang gagal dengan terapi antibiotik dan terus
menunjukkan tanda lokal atau sistemik (sepsis)
Kontrol dan follow up pasien 10-14 hari dari fase akut. Meskipun demikian
bila tidak ada perbaikan gejala, atau gejala makin memburuk atau terjadi
komplikasi, periksa kembali pasien dalam waktu 48 jam.
Donaldson, J.D. 2008. Middle Ear, Acute Otitis Media, Medical Treatment. Availableat . Cited at 17 January 2008
McEvoy, G.K. 2004. AHFS Drug Information 2004. Amer Soc of Health System
•
DAFTAR PUSTAKA
URL:www.emedicine.com
FARINGITIS
DEFINISI :
DIAGNOSIS
Gejala klinis :
a.
Peradangan yang terjadi pada mukosa dan submukosa tenggorokan. Keadaan ini
dapat disertai infeksi (bakteri maupun virus) ataupun tidak. Berdasar waktunya,
dibagi menjadi akut dan kronik. Penyebab infeksi bakteri adalah Streptokokus,
karena hanya Streptokokus yang mampu menginfeksi mukosa faring. Bakteri lain bisa
menginfeksi faring bila merupakan infeksi sekunder dari virus. Penyebab terbanyak
untuk virus adalah Rhinovirus dan Adenovirus
Faringitis akut :
Ringan :sakit menelan, nyeri telinga, pembesaran limfonodi cervical, suhu
badan sedikit naik,udem palatum molle.
Berat : Suhu badan tinggi (38,9 – 40,5 ), nadi rendah, kekakuan, udem
palatum dan uvula, eksudat mukopurulen, sekitar mulut pucat dan muka
kemerahan.
b. Faringitis kronis :
Sakit tenggorokan, pembesaran tonsil, faring hiperemis, eksudat di tonsil,
adenopati cervical, tidak ada batuk, suara serak atau gejala saluran nafas
bawah, demam (> 39.1°C mengarah ke infeksi Streptococcus), anoreksia,
menggigil, malaise, sakit kepala, konjungtivitis, lebih sering pada infeksi
•
•
•
o o
276298
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Telinga-Hidung-Tenggorok
adenovirus, “hawking” yang konstan, “tiring of the voice occurs readily”,
mendengkur.
Pemeriksaan fisik :
Kemerahan dan inflamasi di dinding posterior, membran mukosa edema, granula
(pada faringitis kronis)
Pemeriksaan Lab :
Mengambil apusan di posterior faring dan atau kedua tonsil, sebagai sample eksudat,
lalu dikultur (px standar utk Streptokokus grup A), atau tes deteksi antigen
Streptokokus hemolitikus Grup .
Skor Streptokokus pada Anak dan Dewasa
( )Guideline from Centers for Disease Control and Prevention, Am Fam Physician 2004 : 69 : 1465-70
Symptom Q Points
Demam (subjektif atau pengukuran >38°C ) 1
Absence of cough 1
Tender anterior cervical adenopathy 1
Tonsillar swelling or exudates 1
Age
Younger than 15 years
15 to 45 years
Older than 45 years
+1
0
-1
Scoring:
0 or −1 points: streptococcal infection ruled out (2 percent);
1 to 3 points: order rapid test and treat accordingly;
4 to 5 points: probable streptococcal infection (52 percent), consider empiric antibiotics.
TERAPI FARINGITIS AKUT DAN KRONIK :
Non-farmakoterapi:
•
•
•
•
•
Penggunaan irigasi hangat pada tenggorokan
Pemberian cairan yang adekuat/minum banyak, diet ringan (jangan terlalu
manis, mengurangi makanan yang mengandung banyak minyak dan
menghindari minuman dingin)
Kumur dengan air garam
Tirah baring
Untuk faringitis atrofika perlu pernafasan udara lembab yang hangat (akan
membantu melembabkan sekresi yang kental), dapat diperoleh dengan cara
299
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Telinga-Hidung-Tenggorok
meletakkan handuk tebal yang panas-lembab pada hidung dan mulut selama 20-
30 menit, 1-2 x/hari
Cool-mist humidifier
Hindari iritan seperti asap rokok, debu, inhalan pabrik atau lab
Jika disebabkan virus maka pengobatan bersifat simptomatik, misalnya
analgesik dan anti inflamasi seperti aspirin dan asetaminophen untuk
mengurangi gejala seperti rasa sakit, demam dan peradangan. Selain itu juga
bisa dibantu dengan obat-obatan immunomodulator.
Pada kasus yang berat, obat kumur dan lozenges anestetik (seperti
benzocaine, dyclonine lozenges) dapat mengurangi gejala
Untuk faringitis membranosa dapat diberikan obat kumur sodium perborat
atau hidrogen peroksida
Untuk faringitis atrofika dapat diberikan kalium iodida secara internal (dosis
rata-rata adalah 10 tetes dari cairan yang sudah disaturasi tiga kali sehari
bersama makanan) dikombinasi dengan obat tenggorokan
Jika odinofagi sangat berat, pasien dianjurkan mondok untuk mendapatkan
hidrasi dan antibiotik intravena jika penyebabnya adalah bakteri.
Antibiotik digunakan untuk mengobati faringitis bacterial.
•
•
•
•
•
•
•
•
Farmakoterapi:
Cara pemberian nama obat Dosis Durasi
Oral Penicil lin V Anak : 250 mg 2 d.d atau 3 d.d.
Dewasa: 250 mg 3 d.d. atau 4 d.d.
500 mg 2 d.d
10 hari
10 hari
IntramuscularBenzathine penicillin G
1.2 x 106 U
6.0 x 105 U
1 dosis
1 dosis
Campuran Benzathine dan Procaine
penicil lin GBervariasi sesuai formulasi 1 dosis
Oral, for patients
allergic to penicillin
ErythromycinBervariasi sesuai formulasi
10 dosis
Cephalosporin generasi pertama 10 hari
Rekomendasi terapi faringitis yang disebabkan Streptokokus grup A
Terapi untuk faringitis berulang :
Oral :
Klindamisin : Anak-anak : 20-30 mg/kg/hari (3 x/hari) selama 10 hari
Dewasa : 600 mg/hari (2-4 x/hari) selama 10 hari
Amoxicillin-asam klavulanat : Anak-anak : 40 mg/kg/hari (3 x/hari) selama 10 hari
Dewasa : 500 mg (2 x/hari) selama 10 hari
276300
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Telinga-Hidung-Tenggorok
Parenteral dengan atau tanpa oral :
Komplikasi :
Prognosis :
DEFINISI
DIAGNOSIS
Benzathine penisilin G (1 dosis)
Benzathine penisilin G dengan rifampin (20 mg/kg/hari oral 2x/hari) selama 4 hari
Kebanyakan disebabkan oleh faringitis bakterial : sinusitis, otitis media,
epiglotitis, mastoiditis, pneumonia.
Kekambuhan dapat terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh rendah,
resistensi bakteri/gagal pengobatan, atau pajanan baru terhadap faring.
Komplikasi supurasi terjadi lewat penyebaran dari mukosa faring via darah, limfe,
atau langsung, abses peritonsilar, abses retrofaringeal, atau limfadenitis cervical
supuratif.
Demam rematik akut (3-5 minggu post infeksi), penyakit jantung rematik,
glomerulonefritis postsreptococcal,
Infeksi faring akibat streptokokus berlangsung selama 5-7 hari dengan puncak
demam selama 2-3 hari
Kebanyakan sembuh spontan tanpa pengobatan, namun komplikasi rematik
masih mungkin
Gagal pengobatan sering terjadi, akibat daya tahan yang rendah, resistensi
antibiotik, kontak dengan penderita, status karier.
Komplikasi supuratif seperti peritonsilar abses membutuhkan tindakan bedah
Tonsilitis adalah infeksi yang terjadi di tonsil. Tonsilitis dapat disebabkan oleh
bakteria, virus, jamur. Streptokokus beta hemolitikus grup A menjadi penyebab yang
paling mendapat perhatian karena dapat menyebabkan demam rematik dan
glomerulonefritis. Tonsilitis dapat berupa tonsilitis akut, akut rekuren, dan kronik.
Tanda dan gejala:
Keluhan berupa nyeri di tenggorokan, demam dan sakit menelan. Pada pemeriksaan
didapatkan tonsil yang eritema, hipertropi dan dapat dtemukan eksudat. Tonsillitis
•
•
•
•
•
•
•
•
toxic shock syndrome
TONSILITIS
301
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Telinga-Hidung-Tenggorok
yang disebabkan streptokokus beta hemolitikus grup A dijumpai lidah yang merah
strawberi. Pada tonsilitis kronik keluhan berupa halitosis, kelemahan umum, juga
dijumpai kripta yang melebar dipenuhi dengan debris, pembesaran limfonodi
jugulodigastrika. Jika infeksi menyebab ke spatium peritonsilar terjadi abses
peritonsilar ditandai dengan gejala nyeri tenggorokan unilateral, demam, sakit
menelan dan trismus. Tanda klasik berupa air liur berlebih, eritema dan edema
unilateral, deviasi uvula ke sisi yang sehat, palatum mole posterolateral menonjol.
Candidasis tonsilar terjadi pada pasien dengan imunitas yang menurun. Pada
pemeriksaan ditemukan plak seperti keju putih yang akan berdarah jika diangkat.
Pemeriksaan:
Penegakan diagnosis dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik. Pengambilan kultur
pada tonsilitis oleh bakteri tidak terlalu bermanfaat karena di daerah ini juga dijumpai
bakteri flora. Jika dicurigai tonsillitis bakteri streptokokus beta hemolitikus grup A
dapat dilakukan pemeriksaan ELISA atau aglutinasi lateks.
Tonsillitis viral dapat sembuh dengan sendirinya dalam 7-14 hari sehingga hanya
memerlukan pengobatan simptomatik. Tonsilitis viral dapat terinfeksi sekunder
dengan bakteri sehingga memerlukan antibiotik. Penisilin dan amoksisilin atau
amoksisilin klavulanat selama 7 sampai 10 hari merupakan obat pilihan utama dalam
sebagian besar kasus. Jika tonsillitis berulang setelah pemberian antibiotik atau
terjadi tonsillitis kronik maka dipertimbangkan tonsilektomi. Tonsilektomi
diindikasikan jika terjadi tonsilitis akut rekuren sebanyak 6-7 kali dalam satu tahun
atau jika terjadi 5 kali per tahun dalam 2 tahun, atau 3 kali per tahun dalam 3 tahun. Jika
terjadi abses peritonsilar yang mengancam jalan nafas maka dilakukan incisi dan
drainase serta pemberian cairan dan antibiotik adekuat. Tonsilitis karena jamur
diberikan nistatin topikal dan klotrimazole.
Peradangan pada mukosa laring maupun plica vocalis yang berlangsung selama
kurang dari 3 minggu. Banyak kausa yang bisa menyebabkan laringitis akut seperti
TERAPI
DEFINISI
LARINGITIS AKUT
276302
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Telinga-Hidung-Tenggorok
infeksi, paparan agen polutan, trauma vokal (vocal misuse), GERD, dan penggunaan
obat inhaler untuk asma.
Ax :
Suara serak/parau (hoarseness), odinofonia, disfagia, odinofagia, sesak nafas, batuk
pilek, tenggorokan kering, malaise, riwayat ISPA sebelumnya.
Px :
Diagnosis biasanya dibuat berdasarkan riwayat dan gejala. Pemeriksaan untuk
memvisualisasikan laring seperti laringoskop indirek tidak begitu diperlukan
terkecuali oleh Spesialis THT.
Adapun temuan yang didapat dari laringoskop indirek antara lain:
Eritema dan edema plica vocalis, sekresi, dan permukaan yang ireguler
Mengistirahatkan total suara. Jika harus berbicara, cukup dengan fonasi yang
lemah dan halus, namun tidak dengan berbisik, karena berbisik justru membuat
laring bekerja lebih keras.
Penggunaan antihistamin dan kortikosteroid tidak dianjurkan, karena efek obat
akan membuat pasien mengira penyakit sudah sembuh sehingga akan kembali
menggunakan suaranya akhirnya bisa memperparah penyakit. Kortikosteroid
bisa digunakan bila terjadi edema subglotis
Menghentikan rokok
Menghirup udara yang lembab bisa membantu membersihkan sekret dan
eksudat
Penggunaan antibiotik tidak diindikasikan pada kebanyakan kasus, mengingat
kebanyakan penyebab yang berupa infeksi adalah virus dan biasanya sembuh
dalam 7-17 hari.
Terapi dengan obat-obatan supresi asam lambung seperti PPI atau H2 blocker
diperlukan bila penyebabnya adalah .
Kebanyakan kasus bisa sembuh spontan ( ). Bila dalam waktu lebih dari
3 minggu keluhan menetap, rujuk ke Spesialis THT untuk dievaluasi sebagai
DIAGNOSIS
TERAPI
Kondisi Khusus
•
•
•
•
•
•
•
laringofaringeal reflux disease
self limited
303
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Telinga-Hidung-Tenggorok
laringitis kronis.
DAFTAR PUSTAKA
Shah, R.K. 2006. Acute Laryngitis. Available at URL: .Cited
at:15 October 2007
Epistaksis merupakan perdarahan dari hidung, yang bervariasi sebab dan
manifestasinya .
Etiologi
a. Lokal : congenital (multiple teleangiektasis/Osler's disease), trauma,
inflamasi, neoplasma, lain-lain (korpal, parasit, rinolith)
b. Sistemik : hipertensi, gangguan perdarahan, peningkatan tekanan vena cava
superior, lingkungan (ketinggian, Caisson's disease), infeksi, obat, gagal ginjal
kronis, gangguan fungsi hati, gangguan endokrin (mens, hamil,
feokromositoma).
c. Idiopatik
Fokus perdarahan tersering :
Septum nasi (Pleksus Kiesselbach)
Di atas konka media
Di belakang ujung posterior konka inferior (Pleksus Woodruff)
a. Anamnesis : berat dan kuantitas, frekuensi, durasi, lateralitas, faktor pemicu
& yang memperberat, riwayat keluhan daerah hidung, riw. perdarahan
sebelumnya, riw. penyakit sistemik yang diderita, obat-obatan yang diminum.
EPISTAKSIS
DEFINISI :
:
DIAGNOSIS :
(Nguyen, 2005)
�
�
�
www.emedicine.com
Epist. anterior Epist. posterior
Anak & dewasa muda Dewasa lebih tua
Antara choana ant – post. Choana post.- ujung tepi septum post
Ringan / mudah diatasi Perdarahan hebat, mengalir ke mulut
Berhenti spontan Jarang berhenti spontan
Kemungkinan penyebab : rhinitis anterior,
penyakit infeksi, trauma
Kemungkinan penyebab : hipertensi,
arteriosklerosis, tumor, fraktur
276304
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Telinga-Hidung-Tenggorok
b. Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan lengkap kepala & leher, Rinoskopi anterior,
Identifikasi fokus perdarahan
c. Pemeriksaan Penunjang : Endoskopi, Lab darah lengkap, faktor pembekuan,
fungsi hati, ureum, creat, MDT, CT Scan bila curiga tumor/keganasan,
Arteriografi
Prinsip : menghentikan perdarahan, mencegah komplikasi, mencegah rekurensi
a. Suction bekuan darah dan bersihkan area pemeriksaan
b. Identifikasi fokus perdarahan
c. Kauterisasi (kimia, elektrik), berikan vasokonstriktor lokal (adrenalin
diencerkan 1:10 / oksimetazolin 0,05% via spray aerosol atau cotton bud)
d. Bila perdarahan belum teratasi, lakukan tampon anterior/posterior
(tergantung fokus perdarahan)
e. Antibiotik
f. Analgesik dan sedatif jika perlu
g. Atasi faktor pemicu/penyakit yang mendasari
h. Operasi untuk ligasi arteri jika perdarahan tidak tertangani dengan cara-cara di
atas
kain kasa diberi vaselin/salep antibiotika agar tampon tidak melekat, tampon harus
dilepas dalam 3-4 hari
Indikasi : Epistaksis posterior / epistaksis tak terkontrol dengan tampon
anterior.
PENATALAKSANAAN :
Tampon anterior :
Tampon posterior/ Bellocq :
•
305
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Telinga-Hidung-Tenggorok
•
•
•
Digunakan kasa gulung/spons tonsil/infaltable ballon (kateter Foley 12F / 14F),
atau kateter yang didesain khusus seperti Storz and Xomed (cth : Storz
Epistaxis Catheter, Xomed Treace Nasal Post Pac)
Pasien harus menghindari :
Aktivitas berat (jalan jauh, berlari, mengejan)
Lingkungan yang panas dan kering
Makanan panas dan pedas
Manipulasi hidung
dan bersin yang berlebihan (pasien diinstruksikan jika bersin
hati-hati dan harap dengan mulut terbuka)
Hindari aspirin dan NSAID yang lain
Salin spray
Hindari mandi air panas
Bila terjadi epistaksis, penanganan sederhana yang dapat dilakukan :
Tekan dengan jari pada pangkal hidung selama 5-10 menit
Kompres es
Berlatih bernafas dalam dan rileks
Edukasi :
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
Nose blowing
276306
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Telinga-Hidung-Tenggorok
– Gunakan vasokonstriktor lokal
Baik tapi bervariasi
Dengan perawatan suportif yang memadai jarang rebleeding
Rekurensi minor dapat terjadi membaik spontan
Sebagian kecil memerlukan repacking/tampon ulang/terapi yang lebih agresif
Pada dapat terjadi rekurensi multipel
Prognosis :
•
•
•
•
• hereditary hemorrhagic telangiectasia
Daftar Pustaka :Boeis et al. . Jakarta : EGC, 1997.
Anonim. . Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Jakarta : 2001.
Pope LE, Hobbs CG: Postgrad Med J 2005May; 81(955): 309-14.
Buku Ajar Penyakit THT edisi 6Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT
Epistaxis: an update on current management.
307
ArtOf
Therapy
ArtOf
Therapy
Telinga-Hidung-Tenggorok