tugas iii
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Korosi adalah salah satu proses perusakan material khususnya logam,
akibat terjadinya reaksi logam tersebut dengan lingkungan di sekitarnya oleh
karena itu bahan-bahan yang terbuat dari logam atau paduannya dapat
mengalami kerusakan akibat terserang korosi. Dengan demikian korosi harus
dicegah atau dikendalikan lajunya.
Akibat kerusakan yang ditimbulkan korosi tersebut, maka dapat
diperkirakan secara kasar bahwa biaya penanggulangan korosi mencapai 1,5
% dari (Kevin J. Pattireuw dkk, 2013), maka dapat dibayangkan besarnya
biaya yang harus dikeluarkan untuk penanggulangan korosi tersebut.
Baja karbon dan paduan tembaga merupakan logam yang sering dipakai
dalam sarana kehidupan manusia, yang mudah terserang oleh korosi. Pada
penelitian ini, akan dibahas tentang laju korosi yang terjadi pada material baja
karbon dan paduan tembaga.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang
maka dapat dirumuskan pokok permasalahannya adalah bagaimana pengaruh
media korosi air laut dan H2SO4 terhadap laju korosi pada baja karbon
rendah.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
korosi yang terjadi di media air laut dan H2SO4 terhadap laju korosi pada baja
karbon rendah.
2
1.4 Batasan Masalah
Mengingat begitu kompleknya permasalahan Laju Korosi Pada Baja
Karbon rendah agar tujuan penelitian diatas tercapai, maka dilakukan
pembatasan masalah sebagai berikut :
1. Pelat baja yang digunakan adalah pelat baja karbon rendah dan paduan
tembaga yang terdapat di pasaran.
2. Penentuan besarnya laju korosi pada penelitian ini memnggunakan
metode kehilangan berat.
3. Media korosif yang digunakan adalah air laut daerah Ampenan dan
H2SO4 dengan kadar 15%.
4. Tipe korosi yang diamati adalah korosi permukaan.
5. Lama perendaman adalah 1, 2, 3, dan 4 hari.
6. Suhu mengikuti suhu ruangan.
7. Volume air konstan sampai bahan uji terendam seluruhnya.
1.5 Manfaat Penelitian
Untuk mengetahui laju korosi terhadap pengaruh media air laut dan
H2SO4 terhadap laju korosi pada baja karbon rendah, dan dapat dijadikan
sebagai bahan referensi.
1.6 Tempat Penelitian
Penelitian ini di laksanakan di lap material Teknik Mesin Fakultas
Teknik Universitas Mataram
1.7 Hipotesa
Adapun dugaan awal yang ingin dibuktikan dalam penelitian analisis
laju korosi pada baja karbon dengan menggunakan air laut dan h2so4, laju
korosi lebih cepat menggunakan air laut dari pada h2so4 .
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Menurut Diah (2011), Telah dilakukan penelitian laju korosi baja dalam
larutan asam sulfat dan dalam larutan natrium klorida secara gravimetri.
Hasil penelitian dan pengamatan diperoleh bahwa semakin besar
konsentrasi asam sulfat semakin bertambah besar laju korosi baja. Sebaliknya
semakin besar konsentrasi natrium klorida, laju korosinya menjadi berkurang.
Laju korosi baja didalam larutan asam sulfat lebih besar dibandingkan
laju korosi baja didalam larutan natrium klorida.
Menurut Azis dan Zulkifly (2012), Salah satu penyebab korosi pada tangki
ballast kapal disebabkan karena adanya sentuhan langsung dengan media
yang korosif dalam hal ini air laut. Usaha untuk meminimalisir laju korosi
dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan
penambahan inhibitor pada air laut yang dapat menghambat laju korosi.
Pada jenis inhibitor yang digunakan adalah kalsium karbonat dan tapioka.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh variasi dosis inhibitor
dan membandingkan inhibisi kalsium karbonat dan tapioka terhadap laju
korosi pada media air laut. Dalam penelitian ini digunakan variasi dosis
inhibitor 0 ppm (tanpa penambahan inhibitor), 1.000 ppm, 2.000 ppm, dan
3.000 ppm. Spesimen yang digunakan berukuran panjang 40 mm, lebar 20
mm, dan tebal 6 mm. Spesimen direndam dalam larutan uji selama 30 hari,
kemudian laju korosi diperoleh dengan metode pengurangan berat atau
weight gain loss (WGL). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penambahan inhibitor mampu mengurangi laju korosi, dan semakin tinggi
dosis inhibitor maka semakin rendah nilai laju korosi yang didapatkan.
Nilai laju korosi terkecil didapatkan pada penambahan inhibitor tapioka
dosis 3.000 ppm yaitu 0,0682 mm/year.
Menurut Mohammad dan Sugiyanto (2005), Pengaruh shot peening
terhadap korosi retak tegang baja karbon rendah dalam lingkungan air laut
4
yang mengandung 3,5 % NaCl. Dimensi spesimen uji korosi dibuat
berdasarkan standar ASTM G39. Pengujian kekerasan dilakukan
menggunakan mikrovickres dengan beban 0,25kgf pada arah ketebalan
bahan. Uji korosi dilakukan dengan mencelupkan dalam air laut buatan
selama 7 bulan. Hasil pengujian menunjukan bahwa spesimen uji cenderung
lebih dominan terserang korosi sumuran (pitting corrosion). Korosi sumuran
yang terbesar terdapat pada spesimen uji tanpa shot peening pada
pembebanan static 70%. Terbentuknya korosi sumuran menjadi pemicu
terbentuknya korosi retak tegang. Bentuk retak yang terdapat pada daerah
korosi sumuran adalah intergranular bercabang yang merupakan hasil
serangan klorida pada baja karbon rendah.
2.2 Dasar teori
2.2.1. Pengertian Korosi
Korosi adalah penurunan mutu dari peralatan logam. Secara umum
korosi dapat digolongkan berdasarkan rupanya, keseragamannya atau
keserbanekaanya, baik secara mikroskopis maupun makroskopis. Dua jenis
mekanisme utama dari korosi adalah berdasarkan reaksi kimia secara
langsung dan reaksi elektrokimia.
Korosi bisa disebut sebagai kerusakan atau degradasi logam akibat
reaksi dengan lingkungan yang korosif. Korosi dapat juga diartikan sebagai
serangan yang merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau
elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa
korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya.
Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk
senyawa besi oksida atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan
dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja paduan.
Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang
menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida).
Deret Volta dan hukum Nernst akan membantu untuk dapat
mengetahui kemungkinan terjadinya korosi. Kecepatan korosi sangat
tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau tidaknya lapisan oksida,
5
karena lapisan oksida dapat menghalangi beda potensial terhadap elektroda
lainnya yang akan sangat berbeda bila masih bersih dari oksida.
Peristiwa korosi berdasarkan proses elektrokimia yaitu proses
(perubahan / reaksi kimia) yang melibatkan adanya aliran listrik. Bagian
tertentu dari besi berlaku sebagai kutub negatif (elektroda negatif, anoda),
sementara bagian yang lain sebagai kutub positif (elektroda positif, katoda).
Elektron mengalir dari anoda ke katoda, sehingga terjadilah peristiwa
korosi. Korosi dapat terjadi di dalam medium kering dan juga medium
basah. Sebagai contoh korosi yang berlangsung di dalam medium kering
adalah penyerangan logam besi oleh gas oksigen (O2) atau oleh gas belerang
dioksida (SO2).
Di dalam medium basah, korosi dapat terjadi secara seragam maupun
secara terlokalisasi. Contoh korosi seragam di dalam medium basah adalah
apabila besi terendam di dalam larutan asam klorida (HCl). Korosi di dalam
medium basah yang terjadi secara terlokalisasi ada yang memberikan rupa
makroskopis, misalnya peristiwa korosi galvani sistem besi-seng, korosi
erosi, korosi retakan, korosi lubang, korosi pengelupasan, serta korosi
pelumeran, sedangkan rupa yang mikroskopis dihasilkan misalnya oleh
korosi tegangan, korosi patahan, dan korosi antar butir.
Walaupun demikian sebagian korosi logam khususnya besi, terkorosi
di alam melalui cara elektrokimia yang banyak menyangkut fenomena antar
muka. Hal inlah yang banyak dijadikan dasar utama pembahasan mengenai
peran pengendalian korosi.
6
2.2.2 Macam-Macam Jenis Korosi Dan Penyebabnya
1. Korosi Atmosfer
Korosi ini terjadi akibat proses elektrokimia antara dua bagian benda
padat khususnya metal besi yang berbeda potensial dan langsung
berhubungan dengan udara terbuka.
Faktor-faktor yang menentukan tingkat karat atmosfer, yaitu :
a. Jumlah zat pencemar di udara (debu, gas), butir-butir arang,
oksida metal,
b. Suhu
c. Kelembapan kritis
d. Arah dan kecepatan angin
e. Radiasi matahari
f. Jumlah curah hujan
2. Korosi Celah
Korosi celah (Crecive Corrosion) ialah sel korosi yang diakibatkan
oleh perbedaan konsentrasi zat asam. Karat ini terjadi, karena celah sempit
terisi dengan lektrolit (air yang pHnya rendah) maka terjadilah suatu sel
korosi dengan katodanya permukaan sebelah luar celah yang basah dengan
air yang lebih banyak mengandung zat asam daripada bagian sebelah
dalam celah yang sedikit mengandung zat asam sehingga akibatnya
bersifat anodic.
Proses pengkaratan ini berlangsung cukup lama karena cairan
elektrolitdi dalam celah cenderung lama mengeringnya walaupun bagian
luar permukaan / celah telah lama kering. Celah ini sangat banyak pada
konstruksikaroseri kendaraan karena fabrikasinya menggunakan
pengelasan electric resistance (tahanan listrik) system spot pada pelat tipis
yang disusun secara bertumpu (overlap). Overlap inilah yang
menimbulkan celah-celah.
Contoh, sebuah logam stainless steel di masukkan ke dalam air laut
dalam waktu yang cukup lama sehingga pada permukaan logam yang
7
semula rata dan bersih tidak ada karat akan menjadi bergelombang pada
permukaannya dan berkarat, hal itu mencerminkan bahwa terjadi
perbedaan konsentrasi zat asam antara logam dan air laut.
3. Korosi Pelarutan Selektif
Korosi pelarutan selektif ini menyangkut larutnya suatu komponen
dari zat paduan yang biasa disebut pelarutan selektif (Selective
Dissolution) ataupartino / de alloying. Zat komponen yang larut selalu
bersifat anodic terhadap komponen yang lain. Walaupun secara visual
tampak perubahan warna pada permukaaan paduan namun tidak tampak
adanya kehilangan materi berupa takik, perubahan dimensi, retak atau alur.
Bentuk permukaan tampaknya tetap tidak berubah termasuk tingkat
kehalusan / kekasarannya. Namun sebenarnya berat bagian yang terkena
jenis karat ini menjadi berkurang, berpori-pori dan yang terpenting adalah
kehilangan sifat mekanisnya menjadigetas dan mempunyai kekuatan tarik
sangat rendah.
Karat ini biasa terjadi melalui struktur logam dalam dua macam :
1) Logam antara (unsur antara) unsur ini biasa bersifat anoda atau katoda
terhadap logam utama.
2) Senyawa (unsur-unsur bukan logam) unsur ini bersifat katoda
terhadap ferit.
Contoh :
a. Dezincification
Yaitu proses pelarutan seng dari metal paduan kuningan
yang perpaduan antara seng dengan tembaga. Mekanisme :
i. Logam paduan berkarat dan tembaga menuju ke
permukaan membentuk lapisan luar yang keropos.
ii. Logam seng menuju ke permukaan paduan dan melakukan
reaksi, sehingga meninggalkan paduan.
8
b. Grafitasi
Yaitu proses karat yang terjadi pada grafit, contoh besi cor,
dimana besi meninggalkan paduan dari karbon dan grafit, sifat
logam ringan, keropos dan getas.
4. Karat Titik Embun
Karat titik embun ini diesebabkan oleh factor kelembaban yang
menyebabkan titik embun (dew point) atau kondensasi. Tanpa adanya
unsur kelembaban relative, segala macam kontaminan (zat pencemar)
tidak akan atausedikit sekali menyebabkan pengkaratan. Titik embun ini
sangat korosif terutama di daerah dekat pantai dimana banyak partikel air
asin yang terhembusdan mengenai permukaan metal, atau di daerah
kawasan industri yang kaya dengan zat pencemar udara.
Saat jarang jatuh hujan, maka zat pencemar di permukaan metal
tidakterganggu, sehingga sewaktu terjadi kondensasi di permukaan dengan
factorcuaca yang relative dingin dan factor kelembaban relative cukup
tinggi ( di atas 80%), maka air embun tersebut tercampur dengan zat
pencemar yang adamenjadi larutan elektrolit yang sangat baik, sehingga
mempercepat prosespengkaratan atmosfer. Tingkat pengkaratan akan
sangat ganas apabila di samping keberadaan zat pengkarat (corrodent)
yang tinggi, kelembaban yang tinggi juga suhu yang bersifat cyclic (baik
turun secara teratur).
Dengan suhu yang relative hangat dan terlarut di dalam embun yang
cukup banyak maka akan tercipta larutan asam belerang yang sangat
reaksif.
Contoh, pada puncak cerobong suhu udara cukup rendah sehingga
berada di bawah suhu kondensasi (titik embun). Karenanya di daerah
tersebut terjadi kondensasi dari gas bekas yang banyak mengandung uap
air, panas akibat pembakaran di puncak cerobong telah mendingin karena
diserap oleh metaldinding cerobong yang bersuhu lebih rendah sepanjang
cerobong, akibatnyaterjadilah karat titik embun di daerah tersebut, yang
sanggup melubangi didinding cerobong (perforasi). Karena di dalam gas
9
bekas (Flue gas) banyak mengandung CO, CO2, COx dan SO2s, yang
memiliki butir-butir kondensat yang tercemar dan bersifat asam.
2.2.3 Akibat Atau Dampak Korosi Dalam Kehidupan
Dalam kehidupan sehari-hari, korosi dapat kita jumpai terjadi pada
berbagai jenis logam. Bangunan-bangunan maupun peralatan elektronik
yang memakai komponen logam seperti seng, tembaga, besi-baja dan
sebagainya semuanya dapat terserang oleh korosi ini. Seng untuk atap dapat
bocor karena termakan korosi. Demikian juga besi untuk pagar tidak dapat
terbebas dari masalah korosi. Jembatan dari baja maupun badan mobil dapat
menjadi rapuh karena peristiwa alamiah yang disebut korosi. Hal ini
disebabkan karena korosi yang menyerang piranti maupun komponen-
komponen elektronika dapat mengakibatan kerusakan bahkan kecelakaan.
Karena korosi ini maka sifat elektrik komponen-komponen renik
elektronika dalam komputer, televisi, video, kalkulator, jam digital dan
sebagainya dalam kehidupan rumah tangga menjadi rusak.
Korosi merupakan masalah teknis dan ilmiah yang serius. Di negara-
negara maju sekalipun, masalah ini secara ilmiah belum tuntas terjawab
hingga saat ini. Selain merupakan masalah ilmu permukaan yang merupakan
kajian dan perlu ditangani secara fisika, korosi juga menyangkut kinetika
reaksi yang menjadi wilayah kajian para ahli kimia.
Korosi juga menjadi masalah ekonomi karena menyangkut umur,
penyusutan dan efisiensi pemakaian suatu bahan maupun peralatan dalam
kegiatan industri. Milyaran Dolar AS telah dibelanjakan setiap tahunnya
untuk merawat jembatan, peralatan perkantoran, kendaraan bermotor,
mesin-mesin industri serta peralatan elektronik lainnya agar umur
konstruksinya dapat bertahan lebih lama.
Banyak negara telah berusaha menghitung biaya korosi nasional dengan
cara yang berbeda-beda, umumnya jatuh pada nilai yang berkisar antara 1,5
– 5,0 persen dari GNP (Gross National Product)/PNB (Produk Nasional
Bruto). Para praktisi saat ini cenderung sepakat untuk menetapkan biaya
korosi sekitar 3,5 persen dari GNP. Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh
10
korosi tidak hanya biaya langsung seperti pergantian peralatan industri,
perawatan jembatan, konstruksi dan sebagainya, tetapi juga biaya tidak
langsung seperti terganggunya proses produksi dalam industri serta
kelancaran transportasi yang umumnya lebih besar dibandingkan biaya
langsung. Dari semua kerugian yang ditimbulkan tersebut maka dipandang
perlu agar kita dapat mengetahui langkah-langkah apa saja yang dapat
mencegah atau menekan laju korosi.
2.2.4 Pencegahan Korosi
Peristiwa korosi pada logam merupakan fenomena yang tidak dapat
dihindari, namun dapat dihambat maupun dikendalikan untuk mengurangi
kerugian dan mencegah dampak negatif yang diakibatkannya. Dengan
penanganan ini umur produktif peralatan elektronik dalam rumah tangga
atau kegiatan industri menjadi panjang sesuai dengan yang direncanakan,
bahkan dapat diperpanjang untuk memperoleh nilai ekonomi yang lebih
tinggi. Upaya penanganan korosi diharapkan dapat banyak menghemat
biaya opersional, sehingga berpengaruh terhadap efisiensi dalam suatu
kegiatan industry serta menghemat anggaran pembelanjaan rumah tangga.
Pengendalian korosi secara umum, yaitu :
a. Mencegah kontak dengan oksigen dan/atau air
Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Bila salah satu tidak ada,
maka peristiwa korosi tidak dapat terjadi. Korosi dapat dicegah dengan
melapisi besi dengan cat, oli, logam lain yang tahan korosi (logam yang
lebih aktif seperti seg dan krom). Penggunaan logam lain yang kurang
aktif (timah dan tembaga) sebagai pelapis pada kaleng bertujuan agar
kaleng cepat hancur di tanah. Timah atau tembaga bersifat mampercepat
proses korosi.
b. Perlindungan katoda (pengorbanan anoda)
Besi yang dilapisi atau dihubugkan dengan logam lain yang lebih
aktif akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katoda. Di
11
sini, besi berfungsi hanya sebagai tempat terjadinya reduksi oksigen.
Logam lain berperan sebagai anoda, dan mengalami reaksi oksidasi.
Dalam hal ini besi, sebagai katoda, terlindungi oleh logam lain (sebagai
anoda, dikorbankan). Besi akan aman terlindungi selama logam
pelindungnya masih ada / belum habis. Untuk perlindungan katoda pada
sistem jaringan pipa bawah tanah lazim digunakan logam magnesium,
Mg. Logam ini secara berkala harus dikontrol dan diganti.
c. Membuat alloy atau paduan logam yang bersifat tahan karat,
Misalnya besi dicampur dengan logam Ni dan Cr menjadi baja
stainless (72% Fe, 19%Cr, 9%Ni).
d. Pengecatan.
Jembatan, pagar, dan railing biasanya dicat. Cat menghindarkan
kontak dengan udara dan air. Cat yang mengandung timbel dan zink
(seng) akan lebih baik, karena keduanya melindungi besi terhadap korosi.
e. Pelumuran dengan Oli atau Gemuk.
Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan
gemuk mencegah kontak dengan air.
f. Pembalutan dengan Plastik.
Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan keranjang sepeda
dibalut dengan plastik. Plastik mencegah kontak dengan udara dan air.
g. Tin Plating (pelapisan dengan timah).
Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang dilapisi dengan timah.
Pelapisan dilakukan secara elektrolisis, yang disebuttin plating. Timah
tergolong logam yang tahan karat. Akan tetapi, lapisan timah hanya
melindungi besi selama lapisan itu utuh (tanpa cacat). Apabila lapisan
timah ada yang rusak, misalnya tergores, maka timah justru
mendorong/mempercepat korosi besi. Hal itu terjadi karena potensial
12
reduksi besi lebih negatif daripada timah. Oleh karena itu, besi yang
dilapisi dengan timah akan membentuk suatu sel elektrokimia dengan
besi sebagai anode. Dengan demikian, timah mendorong korosi besi.
Akan tetapi hal ini justru yang diharapkan, sehingga kaleng-kaleng bekas
cepat hancur.
h. Galvanisasi (pelapisan dengan Zink).
Pipa besi, tiang telepon dan berbagai barang lain dilapisi dengan
zink. Berbeda dengan timah, zink dapat melindungi besi dari korosi
sekalipun lapisannya tidak utuh. Hal ini terjadi karena suatu mekanisme
yang disebut perlindungan katode. Oleh karena potensial reduksi besi
lebih positif daripada zink, maka besi yang kontak dengan zink akan
membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katode. Dengan
demikian besi terlindungi dan zink yang mengalami oksidasi (berkarat).
Badan mobil-mobil baru pada umumnya telah digalvanisasi, sehingga
tahan karat.
i. Cromium Plating (pelapisan dengan kromium).
Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan kromium untuk memberi
lapisan pelindung yang mengkilap, misalnya untuk bumper
mobil. Cromium plating juga dilakukan dengan elektrolisis. Sama seperti
zink, kromium dapat memberi perlindungan sekalipun lapisan kromium
itu ada yang rusak.
j. Sacrificial Protection (pengorbanan anode).
Magnesium adalah logam yang jauh lebih aktif (berarti lebih mudah
berkarat) daripada besi. Jika logam magnesium dikontakkan dengan besi,
maka magnesium itu akan berkarat tetapi besi tidak. Cara ini digunakan
untuk melindungi pipa baja yang ditanam dalam tanah atau badan kapal
laut. Secara periodik, batang magnesium harus diganti.
13
2.2.5 Laju Korosi
Laju korosi pada umumnya dapat diukur dengan menggunakan dua
metode yaitu: metode kehilangan berat dan metode elektrokimia.
Metode kehilangan berat adalah menghitung kehilangan berat yang
terjadi setelah beberapa waktu pencelupan. Pada penelitian ini,
digunakan metode kehilangan berat dimana dilakukan perhitungan
selisih antara berat awal dan berat akhir.
Satuan laju korosi
a. Pengurangan berat = g atau mg
b. Berat/satuan luas permukan logam = mg/mm2
c. Berat perluas perwaktu = mg/dm2 day (mdd), g/dm
2.day,
g/cm2.hour, g/m
2.h, moles/cm
2.h
d. Dalam penetrasi per waktu : inch/year, inch/mounth, mm/year,
miles/year (mpy), 1 milli = 0,001inch
Ekspresi satuan mpy (miles/year) biasa
dihitung dengan rumus :
Mpy=534W/DAT .......................(1)
dimana :
W = berat yang hilang (mg)
D = density benda uji korosi (g/cm3)
A = luas permukaan (in2)
T = waktu, hour(jam)
14
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian didefisinikan sebagai penyelidikan yang sistematis, terorganisir,
berdasarkan pada fakta atau, kritis dan ilmiah terhadap suatu permasalahan yang
dilakukan untuk mendapatkan jawaban atau penyelesaian yang obyektif.
Sedangkan metode penelitian sabagai cara-cara yang digunakan dalam merancang
penelitian, pengumpulan data, pengolahan data, dan analisa data serta cara-cara
pengambilan kesimpulan.
Dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode :
Eksperimen yaitu dengan cara menyelidiki hubungan sebab akibat dari
kondisi perlakuan dengan alat peraga.
Study literature (library research), yaitu dengan cara mempelajari
literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah yang dibatasi.
3.1 Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini ada dua macam varibel yang diukur, yaitu :
1. Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang menjadi perhatian utama dari
penelitian. Dengan menganalisa variabel terikat diharapkan dapat
ditemukan jawaban atau penyelesaian permasalahan. Adapun variabel
terikat dalam pengujian ini adalah baja karbon rendah sebagai bahan dan
media air yang digunakan, dengan jumlah 4 spesimen setiap pengujian
setiap pengujian
2. Variabel bebas
Variabel bebas ialah variabel yang mempengaruhi variabel terikat.
Adapun yang mempengaruhi variabel bebas dalam penelitian ini yaitu :
a. Lama perendaman yang digunakan adalah 1, 2, 3, dan 4 (hari).
15
3.2 Alat Dan Bahan
3.2.1 Alat
Untuk menunjang terlaksanya penelitian ini, dibutuhkan beberapa
alat berupa :
1. Empat buah aquarium Kaca.
Aquarium kaca ini berfungsi untuk menampung fluida, karena
fluida berfungsi sebagai media yang dikondisikan sesuai
dengan lingkungan pemakai produk. Fluida yg dimaksudkan
adalah asam sulfat dan air laut.
2. Pompa Aquarium
Pompa aquarium ini berfungsi sebagai alat yang
mensirkulasikan fluida yang ditampung pada aquarium. Jenis
pompa aquarium yang digunakan adalah Amara aquarium
power heads SP140.
3. Alat ukur
a. Jangka Sorong
b. Timbangan Digital
c. Gelas ukur
d. Stopwatch
e. Alat tulis
3.2.2 Bahan
1. Asam Sulfat (H2SO4)
Dalam penalitian ini, asam sulfat digunakan sebagai media untuk
mengkorosikan material baja karbon dan paduan tembaga pada saat
pencelupan yang akan ditampung pada aquarium kaca.
16
2. Air Laut
Air laut merupakan media fluida yang digunakan untuk
mengkorosikan material baja karbon dan paduan tembaga. Sama seperti
asam sulfat, air laut ditampung pada aquarium kaca.
3. Baja Karbon
Baja karbon dengan ukuran panjang 150 mm dan lebar 30 mm
disediakan sebanyak 8 buah, 4 buah untuk air laut dan 4 buah untuk
asam sulfat.
4. Paduan Tembaga
Paduan tembaga dengan ukuran panjang 150 mm dan lebar 30
mm disediakan sebanyak 8 buah, 4 buah untuk air laut dan 4 buah
untuk asam sulfat (H2SO4).
Gambar 3.1 Ukuran Bahan Uji
17
3.3 Prosedur Penelitian
1. Persiapan
a) Pengukuran bahan uji
b) Memaksukkan media air kedalam aquarium yang digunakan untuk
merendam
2. Penguijian
a) Memasukkan bahan uji ke dalam aquarium, dilakukan sekitar 1, 2
,3 dan 4 (hari)
b) Pengukuran kekurangan berat dengan menggunakan gelas ukur
3. Perhitungan dan Analisa Data
a) Perhitungan dengan metode kehilangan berat
b) Tabel pengamatan dan grafik
18
3.4 Diagram Alir Penelitian
Gambar 3.2 diagram alir penelitian
Pengujian bahan
Memasukkan bahan uji ke dalam aquarium,
dilakukan sekitar 1, 2 ,3 dan 4 (hari)
Pengambilan data
Penimbangan bahan uji
Analisa data
Menggunakan bahan uji
tembaga paduan sebagai
pembanding
Mulai
Pemotongan bahan uji
Pengukuran bahan uji
Memaksukkan media air kedalam
aquarium yang digunakan untuk
merendam spesimen
Kesimpulan
dan saran
Selesai
19
LAMPIRAN
20
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1997, manual book corrosion, Yogyakarta.
Badaruddin.,M dan Sugiyanto, 2005, Efek Shot PeeningTerhadap Korosi Retak
Tegang (SCC) Baja Karbon Rendah dalam Lingkungan Air Laut, Jurnal
Teknik Mesin, Vol. 7, No. 1, April: 11 – 14.
Gusti.,D.R., 2011, Laju Korosi Baja Dalam Larutan Asam Sulfat dan Dalam
Larutan Natrium Klorida, skripsi MIPA FKIP Universitas Jambi, Jambi.
Karim.,A.A., dan Yusuf.,Z.A., 2012, Analisa Pengaruh Penambahan Inhibitor
Kalsium Karbonat Dan Tapioka Terhadap Tingkat Laju Korosi Pada
Pelat Baja Tangki Ballast Air Laut, Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan
(JRTK), Volume 10, Nomor 2, Juli – Desember, hlm: 205-212.
Kevin J. Pattireuw., Fentje A. Rauf., Romels Lumintang., 2013, Analisis Laju
Korosi Pada Baja Karbon Dengan Menggunakan Air Laut Dan H2so4 ,
Teknik Mesin, Universitas Sam Ratulangi Manado.
Supriyanto Joni Wawan, 2002, Penanggulangan Korosi Pada Pelat Baja Karbon
Rendah Menggunakan Seng Sebagai Anoda Korban Dengan Metode
Kehilangan Berat, Skripsi Teknik Mesin Universitas Mataram, Mataram.
Suryadi Hery, 2003, Tinjuan Korosi Di Lingkungan Air Terhadap Kekuatan Tarik
Sambungan Las Baja Karbon Rendah, Skripsi Teknik Mesin Universitas
Mataram, Mataram.