uji aktivitas antiulkus senyawa fukoidan yang …
TRANSCRIPT
UJI AKTIVITAS ANTIULKUS SENYAWA FUKOIDAN
YANG DIISOLASI DARI RUMPUT LAUT COKLAT
(Sargassum ilicifolium Turner C.Agard ) PADA TIKUS PUTIH
JANTAN YANG DIINDUKSI DENGAN ETANOL
SKRIPSI
OLEH
M ZAUFIE ANGGIA H
NIM 121501033
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
Universitas Sumatera Utara
UJI AKTIVITAS ANTIULKUS SENYAWA FUKOIDAN
YANG DIISOLASI DARI RUMPUT LAUT COKELAT
(Sargassum ilicifolium Turner C.Agard) PADA TIKUS PUTIH
JANTAN YANG DIINDUKSI DENGAN ETANOL
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
OLEH
M ZAUFIE ANGGIA H
NIM 121501033
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
Universitas Sumatera Utara
PENGESAHAN SKRIPSI
UJI AKTIVITAS ANTIULKUS SENYAWA FUKOIDAN YANG
DIISOLASI DARI RUMPUT LAUT COKLAT (Sargassum
ilicifolium Turner C.Agard ) PADA TIKUS PUTIH JANTAN
YANG DIINDUKSI DENGAN ETANOL
Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pada Tanggal : 28 November 2017
OLEH
M ZAUFIE ANGGIA H
NIM 121501033
Disetujui oleh:
Pembimbing I, Panitia Penguji,
Dra. Suwarti Aris, M.Si., Apt. Dr. Panal Sitorus, M.Si., Apt.
NIP 195107231982032001 NIP 195310301980031002
Dra. Suwarti Aris, M.Si., Apt.
NIP 195107231982032001
Pembimbing II,
Marianne, S.Si ., M.Si., Apt.
NIP 198005202005012006
Prof. Dr. Rosidah, M.Si., Apt.
NIP 195103261978022001
Prof.Dr. Rosidah, M.Si., Apt.
NIP 195103261978022001
Medan, Januari 2018
Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Dekan,
Prof Dr. Masfria, M.S., Apt.
NIP 195707231986012001
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan rahmat dan
karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
”Karakterisasi Simplisia dan Uji Aktivitas antiulkussenyawa Fukoidan yang
diisolasi dari rumput laut coklat (Sargassum illicifolium) (Turner) C.Agard pada
tikus putih jantan yang diinduksi dengan etanol” Skripsi ini diajukan untuk
melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas
Farmasi Univesitas Sumatera.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan
penghargaan yang tulus kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta, Affan Andi dan
Delilah atas doa dan pengorbanannya dengan tulus dan ikhlas, juga kepada Kakak
dan adik tersayang yang selalu setia memberi doa, dorongan dan semangat.
Penulis juga ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
Ibu Prof .Dr. Masfria, M.S., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan fasilitas selama masa pendidikan. Ibu Dra.
Suwarti Aris, M.Si., Apt dan Prof. Dr. Rosidah, M.Si., Apt., selaku pembimbing
yang telah memberikan waktu, bimbingan dan nasehat selama penelitian dengan
penuh kesabaran hingga selesainya penyusunan skripsi ini.Bapak Dr. Panal
Sitorus, M.Si., Apt., Marianne, S.Si ., M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukan dan saran selama penelitian hingga selesainya penyusunan
skripsi ini. Ibu dan Bapak Kepala Laboratorium Penelitian, Laboratorium
Universitas Sumatera Utara
Farmakognosi dan Laboratorium Farmakologi yang telah memberikan fasilitas,
petunjuk dan membantu selama penelitian.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih belum
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga
skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya dibidang farmasi.
Medan, November 2017
Penulis,
M Zaufie Anggia H
NIM 121501033
Universitas Sumatera Utara
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama : M Zaufie Anggia H
Nomor Induk Mahasiswa : 121501033
Program Studi : Sarjana Farmasi
Judul Skripsi :UJI AKTIVITAS ANTIULKUS SENYAWA
FUKOIDAN YANG DIISOLASI DARI RUMPUT
LAUT COKELAT (Sargassum illicifolium) (Turner)
C.Agard PADA TIKUS PUTIH JANTAN YANG
DIINDUKSI DENGAN ETANOL
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dari hasil
pekerjaan yang saya lakukan sendiri dan belum pernah diajukan oleh orang lain
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Perguruan Tinggi dan bukan plagiat
karena kutipan yang telah ditulis telah disebutkan sumbernya dalam daftar
pustaka.
Apabila dikemudian hari ada pengaduan dari puhak lain karena didalam skripsi
ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia
menerima sanksi apapun oleh Program Studi Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.
Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat
digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.
Medan, November 2017
Yang Membuat pernyataan
M Zaufie Anggia H
121501033
Universitas Sumatera Utara
Uji Aktivitas Antiulkus dari Senyawa Fukoidan yang Diisolasi
dari Rumput Laut Coklat (Sargassum illicifolium Turner C
Agard ) terhadap Tikus Putih Jantan dengan Induksi Etanol
ABSTRAK
Penyakit saluran cerna seperti penyakit ulkus peptikum dispepsia serta
diare sudah menjadi masalah umum. Ulkus peptikum terjadi disebabkan adanya
ketidak seimbangan faktor agresi (asam dan pepsin) dan faktor defensif ( mukosa
dan bikarbonat) yang terdapat di lambung. Rumput laut coklat (Sargassum
ilicifolium) merupakan salah satu komoditas hasil laut yang memiliki senyawa
bermanfaat untuk pengobatan yaitu aktivitas antibakteri, antidiabetes,
antikoagulan dan berbagai macam aktivitas lainnya. Penelitian ini bertujuan
mengisolasi fukoidan, karakterisasi rumput laut coklat dan menguji aktivitas
biologis antiulkus fukoidan terhadap laju penyembuhan ulkus lambung pada tikus
jantan yang telah diinduksi serta dosis terbaik dari fukoidan.
Metode isolasi fukoidan dilakukan dengan cara ekstraksi suhu panas dan
metode uji aktivitas biologis menggunakan metode Ulserogenik. Penelitian
diawali dengan pengeringan talus rumput laut, diekstraksi menggunakan pelarut
HCl 0,1 N selama 4 jam lalu disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama
10 menit kemudian diambil filtratnya, setelah itu disentrifugasi kembali dengan
penambahan etanol 96 % perbandingan 1:1, lalu terbentuk endapan. Endapan
yang diperoleh dikeringkan dan digerus, hasilnya diperoleh isolat fukoidam.
Selanjutnya isolat fukoidan diuji ke tikus putih jantan dengan berat 100-180 g
yang telah diinduksi dengan etanol. Isolat fukoidan dibuat menjadi suspensi
dengan dosis 50, 100, 150 mg/KgBB dan sebagai pembanding positif omeprazol
dan pembanding negatif Na-CMC. Perlakuan diberikan selama 6 hari, dihari ke-7
tikus dibedah dan diperiksa lambungnya. Diamati ulkus yang terbentuk dalam
lambung.
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa isolat fukoidan dosis 100
mg/KgBB memberikan dosis paling optimal dibanding obat pembanding tehadap
kerusakan tukak yaitu 80,69 % dibanding laju obat pembanding.
Kata Kunci : Rumput laut coklat, Sargassum illicifolium, fukoidan, antiulkus,
etanol
Universitas Sumatera Utara
Activity Of Antiulcer of Fucoidan From Isolation Brown Seaweed
(Sargassum illicifolium Turner C Agard) against White Males
Rats Induced by Ethanol
ABSTRACT
Gastrointestinal diseases such as peptic ulcer disease, dyspepsia and
diarrhea has become a common problem. Peptic ulcers occur due to an imbalance
of aggression factors (acid and pepsin) and defensive factors (Mucosa and
bicarbonate) contained in the stomach . Brown seaweed (Sargassum ilicifolium) is
one of the commodities of marine products that have beneficial compounds for the
treatment of antibacterial, antidiabetic, anticoagulant and various other
activities.This study aimed to made isolation of fucoidan, characrterisation of
brown seaweed determine the effect of fucoidan on healing rate from ulcer
disease and effective dose from isolates
Preparation of Isolates by drying the seaweed talus. Then extracted with
0.1 N HCl solvent for 4 hours then centrifuged at 3000 rpm for 10 minutes then
filtrate, after which centrifuged with ethanol 96% ratio 1: 1 for 10 minutes at 3000
rpm and then taken the sediment. The isolated isolates were dried and finely
ground. Then the fukoidan isolates were tested to male white rats weight around
100-180 g that had been induced with ethanol. The fukoidan isolate was made
into a suspension of 50, 100, 150 mg / KgBB and as a positive comparison of
omeprazole and a negative comparator of Na-CMC. The treatment was given for 6
days, on the 7th day the rats were dissected and the stomach was taken. Ulcers are
formed in the stomach was observed
Based on the results of the study found that the best therapy is fukoidan
isolate dose 100 mg / KgBB, compar by control drugs based on ulcer damage.The
healing rate 80, 69 % for this research. This is probably because in this research
model the dose is the optimal dose for this study's Anti-Ulcers test model.
Keywords: Brown seaweed, Sargassum illicifolium, fucoidan, antiulcer, ethanol
DAFTAR ISI
Universitas Sumatera Utara
Halaman
JUDUL ........................................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iv
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ............................................ vi
ABSTRAK .................................................................................................. vii
ABSTRACT ................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................. 3
1.3 Hipotesis .............................................................................. 4
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................. 4
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................... 4
1.6 Kerangka Pikir Penelitian .................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 6
2. 1 Uraian Tumbuhan .................................................................. 6
2.1.1 Sistematika tumbuhan .................................................. 6
2.1.2 Nama daerah ................................................................. 6
2.1.3 Kandungan tumbuhan ........................................................ 6
2.1.4 Habitat tumbuhan .......................................................... 7
Universitas Sumatera Utara
2.1.5 Morfologi tumbuhan ..................................................... 7
2.2 Ekstraksi ................................................................................... 8
2.2.1 Ekstrak ............................................................................ 9
2.3 Senyawa Fukoidan ................................................................... 11
2.4 Etanol ....................................................................................... 13
2.5 Lambung ................................................................................... 13
2.6 Ulkus Peptikum ....................................................................... 14
2.6.1 Helicobacter pylori ....................................................... 15
2.6.2 Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drug (NSAID) ........... 15
2.6.3 Stress psikologis ............................................................. 16
2.6.4 Zollinger- Ellison Syndrome (ZES) ............................... 16
2.6.5 Omeprazol ...................................................................... 17
BAB III METODE PENELITIAN............................................................ 18
3.1 Alat dan Bahan ..................................................................... 18
3.1.1 Alat-alat ..................................................................... 18
3.1.2 Bahan ......................................................................... 19
3.2 Hewan Percobaan ................................................................. 19
3.3 Pengambilan dan Pengolahan Tumbuhan ............................. 19
3.4.1 Pengumpulan tumbuhan ............................................. 19
3.4.2 Identifikasi tumbuhan ................................................. 19
3.4.3 Pembuatan simplisia ................................................... 20
3.4.4 Pembuatan pelarut HCl 0.1 N ..................................... 20
3.4 Pembuatan Pereaksi ............................................................... 20
3.4.1 Penyiapan sediaan uji ................................................. 20
Universitas Sumatera Utara
3.4.2 Penginduksian tikus dengan eEtanol .......................... 20
3.4.3 Pembuatan susupensi CMC-Na 0,5 % ........................ 20
3.4.4 Pembuatan suspensi omeprazol .................................. 21
3.4.5 Pembuatan suspensi isolat Fukoidan ........................... 21
3.4.6 Pembuatan buffer formalin ......................................... 21
3.4.7 Pembuatan pelarut HCl 0.1 N ...................................... 21
3.5 Pengisolasian Senyawa Fukoidan ........................................ 22
3.6 Pemeriksaan Karakter Simplisia ............................................ 23
3.6.1 Penetapan kadar air simplisia ...................................... 23
3.6.2 Penetapan kadar sari larut dalam air .......................... 23
3.6.3 Penetapan kadar sari larut dalam etanol...................... 23
3.6.4 Penetapan kadar abu total ........................................... 23
3.6.5 Penetapan kadar abu tidak larut asam .......................... 24
3.7 Penyiapan Hewan Percobaan ................................................. 24
3.8 Pengujian Uji Aktivitas Antiulkus ........................................ 26
3.8.1 Pengujian antiulkus isolasi fukoidan ............................. 26
3.8.2 Pemeriksaan histopatologi............................................. 27
3.8.3 Pengukuran lesi ulkus .................................................. 27
3.9 Analisis Data………………………………………. ............. 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 29
4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan ............................................... 29
4.2 Hasil Karakterisasi Serbuk Simplisia Sargassum ................. 29
4.3 Hasil Pengujian Uji Antiulkus ............................................... 30
4.3.1 Uji aktifitas ulserogenik ............................................... 31
4.3.2 Evaluasi lesi ulkus/tukak .............................................. 31
Universitas Sumatera Utara
4.3.3 Pemeriksaan histologi jaringan tikus ............................ 33
4.3.4 Analisis statistik ........................................................... 35
4.4 Pembahasan ........................................................................... 35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 42
5.1 Kesimpulan ............................................................................ 38
5.2 Saran ...................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 39
LAMPIRAN ............................................................................................... 43
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Hasil karakterisasi simplisia ............................................................... 28
4.2 Skor lesi /tukak ................................................................................... 31
4.3 Data skor uji lesi tikus ......................................................................... 31
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Kerangka pikir penelitian ................................................................. 5
2. 1 Gambar struktur senyawa fukoidan ................................................. 12
4. 1 Gambar lambung tikus .................................................................... 12
4.2 Gambar histologi jaringan ................................................................ 33
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat rekomendasi persutujuan etik penelitian kesehatan .................. 46
2. Surat hasil identifikasi Sargassum ilicifolium ...................................... 47
3. Bagan pembuatan isolat fukoidan ........................................................ 48
4. Bagan alur penelitian ........................................................................... 49
5. Gambar alat dan bahan ......................................................................... 50
6. Perhitungan karakterisasi simplisia ...................................................... 53
7 Contoh perhitungan dosis .................................................................... 55
8. Hasil analisis SPSS aktivitas ................................................................ 60
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lambung merupakan bagian dari organ pencernakan yang memiliki fungsi
motorik dan pencernaan makanan maka dengan sendirinya akan selalu
berhubungan dengan bahan makanan yang diantaranya dapat menimbulkan iritasi
lambung. Lambung sebenarnya terlindungi oleh lapisan mukus tetapi oleh
beberapa faktor iritan seperti minuman bersoda, serta berbagai macam obat
(NSAIDs), alkohol dan obat yang meningkatkan keasaman lambung yang dapat
menggangu sistem pertahanan mukosa dan menimbulkan berbagai macam
penyakit seperti gastritis, ulkus lambung, GERD(Gastro Esofagial Reflux
Disease) (Tarigan, 2001).
Ulkus lambung adalah gangguan patologi umum yang semakin meningkat
prevalensinya di masyarakat pada abad 21. Perkembangan ulkus lambung sendiri
cukup kompleks dan dipengaruhi berbagai macam faktor, terjadi karena tidak
seimbangnya faktor agresi dan faktor proteksi yang terjadi di mukosa lambung
(Shaker et al, 2010).
Ulkus lambung merupakan penyakit Gastro-Intestinal (GI) yang
mempengaruhi sekitar 5-10 % populasi masyarakat dunia yang disebabkan
gangguan di saluran cerna, Gangguam ini bisa terjadi secara eksogen dan
endongen. Salah satu penyebabnya adalah faktor eksogen seperti konsumsi
alkohol berlebih, stress,dan penggunaan NSAIDs jangka panjang sedang faktor
endogen berupa sindrom zolinger, bakteri H.pylori (Zheng et al, 2016).
Menurut WHO, kejadian ulkus lambung paling tinggi ditemukan di
Amerika dengan persentasi mencapai 47%, diikuti oleh India (43%) dan Indonesia
Universitas Sumatera Utara
(40,85%). Tahun 2010, gangguan cerna terjadi pada kelompok berusia lanjut dan
kelompok sosial rendah, insiden ulkus lambung di britania raya sekitar 6-20 %
diderita oleh penduduk berusia 55 tahun dengan prevalensi 2- 4 % (Pratiwi,
2008).
Pengobatan medis saat ini lebih bergantung pada proses inhibisi asam
lambung dengan obat antagonist – H2 atau PPI(Proton Pump Inhibitor) seperti
omeprazol walaupun begitu obat-obat ini memberikan efek samping seperti
hipersensifitas, aritmia, impotensi dan perubahan hematopoietic sehingga
menjadi dasar menemukan obat yang lebih aman dan efektif untuk penggunaan
obat antiulkus (Zheng et al,2016).
Keanekaragaman tumbuhan yang ada di Indonesia dapat dimanfaatkan
dalam semua aspek kehidupan manusia, diantaranya sebagai senyawa obat,
pewarna, pestisida, pewangi, dan bahan kosmetik. Serangkaian penelitian
dilakukan dengan dasar pertimbangan bahwa tumbuhan merupakan tempat
terjadinya sintesis senyawa organik yang kompleks menghasilkan sederet
golongan senyawa dengan berbagai macam struktur kimia( Lambert, 1999).
Rumput laut merupakan salah satu komoditas hasil laut yang memiliki
nilai ekonomi tinggi. Talus Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard salah satu
jenis rumput laut coklat dan alga ini merupakan salah satu sumber senyawa
fukoidan yang digunakan untuk pengobatan berbagai macam penyakit seperti
ulkus lambung, antibakteri dan antitumor.(Ayu, 2012).
Sargassum ilicifolium banyak mengandung alginat dan polisakarida yang
dimanfaatkan untuk industri, makanan dan farmasi, selain mengandung zat
fukoidan, rumput laut juga mengandung polisakarida lainnya seperti sellulosa
Universitas Sumatera Utara
(Bagian dari dinding sel), mannitol (bagian karbohidrat yang tersimpan) dan
Fukoidan (Polisakarida Sulfat) (Rodiah et al, 2014).
Fukoidan merupakan polisakarida yang tersusun atas fukosa, sulfat,
galaktosa, xylose dan asam uronik sebagai komponen utamanya. Polisakarida
sulfat dilaporkan dapat memberikan efek antiulkus dengan mekanisme kerja
mengikat enzim yang merusak lambung (Juffrie et al, 2006).
Metode yang digunakan untuk uji aktivitas antiulkus adalah menggunakan
metode ulserogenik. Metode Ulserogenik merupakan metode penginduksian yang
didasarkan pada prinsip dimana alkohol atau etanol diabsorbsi paling besar
dilambung sehingga memperlama waktu transit etanol, menyebabkan etanol yang
berkonsentrasi cukup tinggi mengiritasi permukaan mukosa lambung dan
akhirnya menyebabkan pembentukan ulkus. Lalu diamati daya uji sampel dalam
menyembuhkan ulkus (Kumar et al, 2011).
Berdasarkan hal diatas maka penulis melakukan uji aktivitas antiulkus
dengan metode uji ulserogenik (induksi etanol 70 %) dari isolat fukoidan dari
rumput laut coklat (Sargassum ilicifolium) Turner C. Agard
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah penelitian adalah
sebagai berikut :
a. Apakah isolasi fukoidan dari Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard
memiliki aktivitas antiulkus terhadap tikus yang diinduksi etanol 70 % ?
b. Apakah fukoidan memiliki efek kuratif sebanding dengan obat Omeprazol
sebagai pembanding ?
1.3 Hipotesis
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka hipotesis penelitian
adalah sebagai berikut :
a. Isolat fukoidan dari rumput laut coklat (Sargassum ilicifolium) (Turner)
C.Agard mempunyai aktivitas antiulkus terhadap tikus yang telah di
induksi dengan etanol 70 %.
b. Fukoidan mempunyai daya penyembuhan/Kuratif terhadap penyembuhan
ulkus yang sama dengan atau lebih baik dari omeprazol
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian untuk mengetahui :
a. Untuk mengetahui isolasi fukoidan dari rumput laut coklat Sargassum
ilicifolium (Turner) C.Agard dapat larut dalam pelarut asam.
b. Mengetahui adanya aktivitas antiulkus dari senyawa fukoidan yang
diisolasi dari rumput laut coklat Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard
1.5 Manfaat Penelitian
a. Dapat memberikan informasi tentang khasiat antiulkus dari senyawa
fukoidan yang diisolasi dari rumput laut coklat Sargassum ilicifolium
(Turner) C. Agard .
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendukung program pemerintah
dalam penelitian dan pengembangan obat baru.
Universitas Sumatera Utara
1.6 Kerangka Pikir Penilitian
Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian
Parameter Variabel Terikat Variabel Bebas
Karakteristik
simplisia
- Makroskopik
- Mikroskopik
- Kadar air
- Kadar sari yang
larut dalam air
- Kadar sari yang
larut dalam
etanol
- Kadar abu total
- Kadar abu yang
tidak larut dalam
asam
Aktivitas
Antiulkus
dari isolat
Fukoidan
- Lesi Ulkus
- Histologi
- Volume Cairan
Sargassum
ilicifolium
(Turner)
C.Agard
Isolasi fukoidan
dari Sargassum
ilicifolium
Kelompok Uji
- Etanol +
Fukoidan dosis 50
mg/kg BB
- Etanol + Fukoidan
dosis 100
mg/kgBB
- Etanol + Fukoidan
dosis 150
mg/KgBB Kelompok kontrol
- Etanol + Na
CMC 0,5%
- Etanol +
Omeprazol 20
mg/KgBB
Isolat
Fukoidan
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tumbuhan
Uraian tumbuhan meliputi Identifikasi tumbuhan, nama daerah, morfologi
habitat dan khasiat tumbuhan.
2.1.1 Identifikasi tumbuhan
Menurut Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, rumput laut coklat Sargassum
ilicifolium (Turner) C. Agard diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi : Phaeophyta
Kelas : Phaeophyceae
Bangsa : Fucales
Suku : Sargassaceae
Marga : Sargassum
Jenis : Sargassum ilicifolium (Turner) C. Agard
2.1.2 Nama lain tumbuhan
Nama lain dari tumbuhan ini adalah Oseng (Kepulauan seribu).
2.1.3 Kandungan rumput laut coklat
Rumput laut coklat mengandung pigmen klorofil a dan c, beta karoten,
violasantin dan fukosantin. Sebagai sumber gizi, rumput laut memiliki kandungan
karbohidrat (selulosa, alginat, laminaran, fukoidan), protein, vitamin (A, B1, B2,
B6, B12, dan C), mineral makro (kalium, kalsium, fosfor, natrium dan
magnesium), serta mineral mikro (besi, iodium) (Anggadiredja, et al., 2011).
2.1.4 Habitat tumbuhan
Universitas Sumatera Utara
Pertumbuhan dan penyebaran rumput laut dipengaruhi oleh toleransi
fisiologis dari biota laut berupa rumput laut untuk beradaptasi terhadap faktor-
faktor lingkungan seperti substrat, salinitas, temperatur, intensitas cahaya,
tekanan, dan nutrisi. Rumput laut memiliki sifat benthic (melekat) dengan cara
melekatkan talus pada substrat pasir, lumpur berpasir, karang, fragmen karang
mati, kulit kerang, batu, atau kayu (Anggadiredja, dkk., 2011).
2.1.5 Morfololgi tumbuhan
Sargassum merupakan alga coklat yang terdiri dari kurang lebih 400 jenis
di dunia. Jenis-jenis Sargassum sp yang dikenal di Indonesia ada sekitar 12
spesies, yaitu : Sargassum duplicatum, S. histrix, S. echinocarpum, S. gracilimun,
S. obtusifolium, S. binderi, S. policystum, S. crassifolium, S. microphylum, S.
aquofilum, S. vulgare, dan S. polyceratium (Anggadiredja, dkk., 2011).
Sargassum sp. memiliki bentuk talus gepeng yang memiliki banyak
percabangan yang menyerupai pepohonan di darat, bangun daun melebar, lonjong
seperti pedang, memiliki gelembung udara yang umumnya soliter, batang utama
bulat agak kasar, dan holdfast (bagian yang digunakan untuk melekat) berbentuk
cakram. Pinggir daun bergerigi jarang, berombak, dan ujung melengkung, atau
meruncing (Anggadiredja dkk, 2011). Sargassum biasanya dicirikan oleh tiga sifat
yaitu adanya pigmen coklat yang menutupi warna hijau, hasil fotosintesis
terhimpun dalam bentuk laminaran dan alginat serta adanya flagel (Tjondronegoro
dan Atmaja , 1989). Sargassum tersebar luas di Indonesia, tumbuh di perairan
yang terlindung maupun yang berombak besar pada habitat batuan. Pada
umumnya Sargassum tumbuh di daerah terumbu karang (coral reef) seperti di
Kepulauan Seribu, terutama di daerah rataan pasir (sand flat ). Daerah ini akan
kering pada saat surut rendah, mempunyai dasar berpasir dan terdapat pula pada
Universitas Sumatera Utara
karang hidup atau mati. Pada batu-batu ini tumbuh dan melekat rumput laut coklat
(Atmadja dkk, 1988).
Pada umumnya rumput laut mengandung serat yang memiliki berbagai
fungsi seperti antiulkus, antioksidan, antikoagulan, antitumor , dan berbagai
fungsi lainnya. Rumput laut memiiliki peran penting dalam metabolisme lipid
didalam tubuh manusia serta hampir seluruh rumput laut kaya akan kandungan
kalium yang sangat mirip dengan plasma tubuh (Dhargalkar et al , 2005).
Kesehatan adalah kunci kebahagiaan hidup. Sejarah mengungkapkan
bahwa negara – negara maritim telah menggunakan rumput laut untuk berbagai
kebutuhan kesehatan seperti anastesia, salep, batuk, luka pendarahan dan berbagai
penyakit lain. Para pelaut telah menggunakan rumput laut selama beberapa
terakhir sebagai penyembuhan terhadap pendarahan. Fukoidan dan berbagai zat
di rumput laut terbukti memiliki mempunyai efek untuk mengobati ulkus dan
berbagai penyakit lainnya (Dhargalkar et al , 2005).
2.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut. Senyawa aktif
yang terdapat pada simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri,
flavonoid, alkaloid, dan lain-lain. Pemilihan pelarut akan lebih mudah bila
senyawa aktif yang dikandung simplisia diketahui, Simplisia yang lunak seperti
rimpang dan daun mudah ditembus oleh pelarut, karena itu pada proses ekstraksi
tidak perlu diserbuk samapi halus. Simplisia yang keras seperti biji, kulit kayu dan
akar sulit untuk ditembus oleh pelarut, karena itu perlu diserbuk sampai halus
(Depkes, 2000).
Universitas Sumatera Utara
2.2.1 Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari
simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya
matahari langsung (Depkes,1979).
Menurut Departemen Kesehatan RI (2000), ada beberapa metode
ekstraksi, yaitu :
1. Cara dingin
a. Maserasi
Maserasi adalah proses pengeksrtakan simplisiadengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
kamar, sedangkan remaserasi merupakan pengulangan penambahan pelarut
setelah dilakukan pengeringan maserat pertama.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III (1979), maserasi dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
Masukkan 10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok ke dalam
sebuah bejana, kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan
dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil sering diaduk,peras, cuci,
ampas dengan cairan penyari secukupnya hinggan dipeoleh 100 bagian.
Pindahkan ke dalam bejana tertutup, biarkan di tempat sejuk, terlindung dari
cahaya, selama 2 hari. Endapkan lalu tuangkan atau saring.
b. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru samapi terjadi
penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses
Universitas Sumatera Utara
perkolasi terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap
perkolasi sebenarnya ( penetesan / penampungan ekstrak) secara terus menerus
sampai diperoleh perkolat.
2. Cara panas
a. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur pada titik
didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan
dengan adanya pendingin balik.
b. Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi yang umumnya dengan alat soklet sehingga
terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya
pendingin balik.
c. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar, secara umum dilakukan
pada temperatur 40-500C.
d. Infudansi
Infudansi adalah proses penyarian dengan pelarut air pada temperatur 900C
selama waktu tertentu (15-20 menit).
e. Dekoktasi
Dekoktasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada
temperatur 900C selama 30 menit.
2.3 Senyawa Fukoidan
Fukoidan adalah suatu polisakarida sulfat kompleks, yang dihasilkan dari
ganggang laut coklat, lapisan jelly ( jelly coat) yang berasal dari landak laut (sea
Universitas Sumatera Utara
urchin egg), dan dinding tubuh ketimun laut (Vierra dan Mourao, 1988 Mourao
and Bastos, 1987)
Fukoidan telah terbukti efektif dalam menyembuhkan dan mencegah ulkus
lambung pada model hewan eksperimental yang diberikan secara oral. Fukoidan
dari Cladosiphon okamuranus (Okinawa Mozuku) efektif dalam menyembuhkan
ulkus. Lebih jauh, fukoidan ini memblok adhesi Helicobacter pylori pada sel-sel
lambung yang diperantarai oleh Leb dan sulfatide (Li et al, 2008 )
Fukoidan yang berasal dari rumput laut coklat merupakan zat aman
dengan potensi terhadap penyembuhan dan perlindungan terhadap penyakit
lambung. Fukoidan terbukti efektif sebagai agen antiulkus serta dapat mencegah
pelekatan bakteri H.Pylori dipermukaan lambung. Hal ini disebabkan gugus
sulfat yang berada gugus fukoidan melekat pada permukaan lambung dan
menghalangi bakteri H.pylori untuk meninfeksi (Li et al.2008)
H. Pylori merupakan patogen yang sering menyerang lambung Mereka
membentuk koloni epitel lambung manusia dan berkaitan dengan penyakit serius
pada traktus gastrointestinal bagian atas, misalnya ulserasi lambung, duodenum
dan karsinoma lambung. Fukoidan Cladosiphon mempunyai satu gugus sulfat
untuk setiap dua molekul fukosa dan mempunyai satu residu glucuronic acid
untuk setiap 6 molekul fukosa sebagai rantai bercabang (Lambert et al,1999)
Nama fukoidan yang dibenarkan dengan aturan IUPAC adalah fukan,
fukosan atau fukan sulfat. Struktur fukoidan bervariasi cukup signifikan antar
spesies, bergantung pada iklim setempat, faktor lingkungan, metode ekstraksi, dan
pemurnian. Komposisi kimia fukoidan dari Fucus vesicolosus relatif sederhana
yaitu homofukan, tetapi kebanyakan fukoidan mempunyai komposisi kimia
Universitas Sumatera Utara
heterofukan yaitu tidak hanya memiliki fukosa, juga memiliki galaktosa, glukosa,
xilosa (Sinurat, 2011). Gambar struktur fukoidan dapat dilihat dibawah ini
Gambar 2.1 Struktur senyawa fukoidan
Struktur fukoidan bervariasi pada tiap spesies bahkan terkadang bervariasi
pada bagian tubuh yang diisolasi. Pada alga, biasanya fukoidan dapat ditemukan
di antara jaringan interselular berupa butiran – butiran eksudat dari permukaan
hingga dasar. Fukoidan ini terbukti secara ilmiah memilliki bioaktivitas yang
sangat luas seperti antiulkus, antitumor, anti-virus, antikoagulan, dan antiinflamasi
(Li et al ,2008).
2.4 Etanol
Etanol secara kimiawi merupakan zat hasil fermentasi dan memiliki siklus
metabolisme tersendiri dalam tubuh. Alkohol mengganggu beberapa sistem
biologis tubuh atau organ yang dipengaruhi antara lain hati, sistem
kardiovaskular, sistem kekebalan tubuh, sistem peredaran darah, dan sistem
pencernaan. Alkohol juga mempengaruhi penyerapan gizi, perkembangan janin,
dan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker (Putra, 2012).
Universitas Sumatera Utara
Alkohol dapat melemahkan fungsi otot sfingter yang berada di esofagus
dan lambung sehingga timbul rasa nyeri di dada. Kerusakan mukosa esofagus
dapat meningkatkan resiko esofagitis dan kanker esofagus. Alkohol dapat
meningkatkan sekresi asam lambung namun hanya dalam dosis kecil. Namun
pada dosis tinggi alkohol menyebabkan atrofi pada mukosa lambung dan
menurunkan sekresi lambung ( Katzung, 2001).
2.5 Lambung
Lambung merupakan salah satu saluran pencernaan, fungsi dari lambung
sendiri merupakan sarana menampung, penyimpanan serta mencerna makanan
berubah menjadi partikel-partikel kecil dan menggerakkan makanan melalui
kontraksi otot. Kontaksi otot juga berguna untuk mencampur makanan dengan
asam lambung. Selain itu lambung juga memiliki beberapa enzim yang dapat
digunakan untuk mencerna makanan seperti enzim pepsin dan renin ( Price et al
, 1992).
Pengosongan lambung merupakan salah satu faktor penting dalam
gangguan pencernaan. Waktu pengosongan lambung yang lambat dapat memicu
sekresi berlebihan dari asam lambung serta kontraksi otot lambung yang memicu
berbagai penyakit di lambung seperti GERD ( Gastro Esofagial Reflux Disease)
atau ulkus peptikum (Price et al , 1992).
Di lambung terdapat mukosa, yang berfungsi untuk melindungi dinding
epitel. Bikarbonat dapat mempengaruhi sekresi mukosa, dengan cara
meningkatkan aliran darah ke lambung dan memicu sekresi mukosa. Selain
resistensi mukosa juga berpengarug terhadap pemulihan ulkus (Katzung, 2001).
Universitas Sumatera Utara
2.6 Ulkus Peptikum ( Peptic Ulcer)
Peptic Ulcer Disease (PUD) atau yang disebut ulkus peptikum merupakan
salah satu penyakit yang berkaitan dengan gangguan asam lambung seperti
gastritis, ulkus peptik . Perbedaan PUD dari gastritis terletak pada kedalaman
iritasi, ulkus mengiritasi hingga mukosa muskularis sedang gastritis mengiritasi
lapisan epitel. Ada 3 faktor umum terbentuknya ulkus peptikum : Helicobacter
pylori ( H.pylori), Obat golongan nonsteroidal anti-inflammatory drug (NSAID)
yang dapat mengiritasi lambung dan faktor stress “stress-related mucosal
damage” (SRMD) (Dipiro,2009).
Ulkus peptikum pada umumnya disebabkan oleh ketidakseimbangan
antara faktor agresi seperti : asam, pepsin, dan mekanisme pertahanan seperti
mukus, bikarbonat, dan suplai darah (lapisan mukosa) yang mengalami gangguan
(Abdulla et al, 2010).
2.6.1 Helicobacter pylori
Helicobacter pylori (H. Pylori) merupakan faktor paling umum yang
menyebabkan terbentuknya PUD. H Pylori merupakan patogen yang sering
menyerang lambung dan membentuk koloni di epitel lambung manusia dan
berkaitan dengan penyakit serius pada traktus gastrointestinal bagian atas,
misalnya ulserasi lambung atau duodenum dan karsinoma lambung (Dipiro ,
2009 ).
Di negara berkembang, kasus infeksi yang disebabkan H.pylori melebihi
80 % pada orang dewasa dan ini berhubungan dengaan kondisi sosisoekonomi.
Sedangkan di negara maju kasus H.pyIori pada orang dewasa berkisar dari 20 %
- 50 %. Prevalensi kasus H.pylori di United States berkisar 30 % - 40 % tapi
Universitas Sumatera Utara
kasus H.pylori tetap tinggi pada etnis suku afrika dan amerika latin (Katzung ,
2001)
H.pylori menyebar ke inang/ host pada umumnya melalui 3 cara fecal-
oral, oral-oral, and iatrogenic. Transmisi penyebaran mikroorganisme melalui rute
fecal- oral, baik itu langsung melalui orang yang terinfeksi atau tidak langsung
melalui air atau makanan. Transmisi melalui H.pylori melalui rute oral – oral
disebabkan H.pylori yang terisolasi di rongga mulut. Sedangkan iatrogenically
ketika instrumen seperti endoskopi yang digunakan untuk indikasi PUD tercemar
oleh bakteri H.pylori (Dipiro, 2009).
Ada beberapa faktor utama bakteri H.pylori yang menyebabkan
PUD.Ada beberapa poin penting bagaimana bakteri H pylori membentuk ulkus
dilambung yakni Pertama yaitu Direct mucosal damage atau kerusakan yang
disebabkan bakteri secara langsung sehingga mengiritasi permukaan lambung.
Kedua melalui respon imunitas/inflamasi yang menyebabkan sel pertahanan tubuh
merusak permukaan lambung untuk menghentikan infeksi bakteri namun
menyebankan terbentuknya ulkus di lambung. Dan yang terakhir
hypergastrinemia, yang menyebabkan sekresi berlebihan asam di lambung
(Katzung, 2001).
2.6.2 Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drug (NSAID)
Beberapa obat golongan Nonselective NSAIDs dan aspirin mampu
menyebabkan kerusakan mukosa melalui 2 mekanisme penting : (a) langsung,
yakni menyebabkan iritasi lapisan epitel lambung. (b) tidak langsung, inhibisi
atau menghambat sistem endogen dari sintesis mukosa prostaglandin. Obat
Universitas Sumatera Utara
golongan merupakan obat paling yang sering diresepkan di berbagai negara –
negara didunia (Dipiro, 2009).
2.6.3 Stress psikologis
Pengaruh stress dalam menginduksi stress masih diperdebatkan dalam
mekanisme PUD, obsevasi klinis dari pasien ulkus menunjukkan stress
emosional meningkatkan resiko pengaktifan respon inflamasi dan
mempengaruhi pengonsumsian rokok pada pasien pengidap PUD. Stress dalam
memicu ulkus kompleks dan dipengaruhi berbagai faktor (Dipiro, 1993).
Namun menurut (Silva, 2016 ) Stres memiliki kontribusi yang signifikan
terhadap pembentukan ulkus di patofisiologi pembentukan ulkus dilambung dan
dapat memicu kerusakan melalui sekresi asam berlebihan akibat aktivasi kelenjar
hypotalamus- pituary, dan penurunan di aliran darah. Terbentuknya lesi ulkus
dapat dideteksi setelah hewan tepapar kondisi stres.
2.6.4 ZOLLINGER-ELLISON’S SYNDROME (ZES)
Zollinger- Ellison Syndrome (ZES) merupakan gangguan lambung yang
dicirikan dengan sekresi berlebihan (Hipersekresi) asam lambung dan gangguan
PUD yang sering berulang disebabkan oleh tumor (Gastrinoma). Di amerika
sendiri kasus ZES berkisar 0,1 % - 1 % dari seluruh kasus PUD diamerika (
Dipiro et al , 2009).
2.7 Omeprazol
Proton Pump Inhibitor (PPI) seperti omeprazol, lansoprazol,
pantoprazol, rabeprazol merupakan obat golongan PPI yang memiliki
mekanisme menghambat stimulasi sekresi asam . Disebabkan PPI menginhibisi
Universitas Sumatera Utara
pompa proton yang aktif mensekresi asam , PPI sebaiknya diberikan 15 – 30
menit sebelum makan (Tan, 2009).
Pada umumnya obat omeprazol diformulasikan dalam bentuk kapsul,
dimana cangkang kapsulnya terbuat dari gelatin atau dalam bentuk tablet salut
enterik. Tujuan utama penselaputan granul omeprazol supaya mencegah
degradasi omeprazol atau protonasi yang terlalu dini/prematur oleh asam
lambung (Tan, 2009).
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental, meliputi
pengumpulan bahan tumbuhan, identifikasi tumbuhan, pembuatan simplisia,
isolasi fukoidan, peyiapan sediaan uji, penyiapan hewan percobaan, pengujian
aktivitas antiulkus fukoidan rumput laut coklat dengan metode uji Ulserogenik
dan induksi etanol menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Data hasil
penelitian dianalisis dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and
Service Solution) 16. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakognosi dan
Laboratorium Farmakologi, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lemari pengering,
blender (Philip), oven (Stork), neraca listrik (Mettler Toledo), neraca hewan (GW-
1500),Hot Plate, thermometer, kaca penutup, kaca objek, vial, blender (Philips),
labu tetukur, 25 ml, pipet volum 5 ml, pH indikator universal, alat-alat gelas
laboratorium (Iwaki Pyrex), hot plate, cawan porselen, resteiner tikus, penanggas
air, lemari pengering, neraca analitik (Baeco) mikroskop (Olympus), statif, spuit
1 ml, oral sonde, mortir dan stamfer, Spektrofotometer Infra Red (FTIR
Shimadzu), Alat Destilasi, alat sentrifugal (Hitachi), oven listrik (Memmert)
seperangkat alat penetapan kadar air (Pyrex), jangka sorong, neraca hewan
(Presica Geniweigher GW-1500), alat bedah tikus, dan Spektrofotometer UV
(Shimadzu).
Universitas Sumatera Utara
3.2.2 Bahan-bahan
Bahan tumbuhan yang digunakan pada penelitian ini adalah talus rumput
laut. Bahan kimia yang digunakan adalah etanol 96% (destilasi), NaCl 0,9 %,
Kloralhidrat, Toluen, HCl ,baku pembanding Fukoidan 80 %, Na-CMC
(Natrium-Carboxy Methyl Cellulose), dan akuades.
3.3 Hewan Percobaan
Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah Tikus jantan 150-200 g
dengan usia 2-3 bulan. Tikus ini sebelumnya telah diaklimasi selama seminggu.
Tikus diberi makan dan minum standar
Dua minggu sebelum pengujian dilakukan, hewan percobaan harus
dipelihara dan dirawat dengan sebaik-baiknya pada kandang yang mempunyai
ventilasi baik dan selalu dijaga kebersihannya. hewan yang sehat ditandai dengan
pertumbuhan normal dan suhu badan normal.Hewan diperoleh dari Laboratorium
Farmakologi.
3.4 Pengambilan dan Pengolahan Tumbuhan
3.4.1 Pengumpulan Tumbuhan
Sampel yang digunakan adalah talus rumput laut (Sargassum illicifolium
Turner . Agard) yang masih segar. Pengambilan sampel dilakukan secara purposif
tanpa membandingkan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Sampel diambil di
pantai Poncan, Kotamadya Sibolga, Provinsi Sumatera Utara.
3.4.2 Identifikasi Tumbuhan
Identifikasi tumbuhan dilakukan di Pusat Pusat Penelitian Oseanografi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jalan Pasir Putih Ancol Timur
Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
3.4.3 Pengolahan Bahan
Tumbuhan yang digunakan pada penelitian ini adalah rumput laut coklat
yang masih segar. Talus dipisahkan dari pengotor lain lalu dicuci hingga bersih
kemudian ditiriskan, dipotong-potong dan ditimbang (diperoleh berat basah).
Selanjutnya, daun tersebut dikeringkan selama 20 hari dalam lemari pengering
dengan temperatur 40oC sampai daun kering. Simplisia yang telah kering
diblender menjadi serbuk lalu dimasukkan ke dalam wadah plastik bertutup dan di
simpan pada suhu kamar. Kemudian serbuk ditimbang (diperoleh berat kering )
(Depkes, 1985).
3.5 Pembuatan Pereaksi
3.5.1 Penyiapan sediaan uji
Pembuatan pereaksi mencakup, pembuatan suspensi Na-CMC 0,5 %,
pembuatan suspensi Omeprazol dosis 0,65 mg/kg bb, pembuatan suspensi
Fukoidan dosis 50 mg/KgBB,100 mg/kg bb, dan 150 mg/kgBB.
3.5.2 Penginduksian tikus menggunakan etanol 70 %
Seluruh tikus dibiasakan dilingkungan selama lebih seminggu. Selama
seminggu tikus diberi makan dan minum seperti biasa. Lalu setelah terbiasa tikus
dipuasaka selama 2 hari kemudian , dihari ke-3 tikus diberi etanol 70 % secara
peroral dengan dosis 1 ml /KgBB.Lalu tikus dibiarkan selama 1 jam Kemudian
diberikan masing- masing dosis yang telah di hitung.
3.5.3 Pembuatan suspensi Na-CMC 0,5 %
Sebanyak 0,5 g Na-CMC ditaburkan dalam lumpang yang berisi ± 20 ml
air akuades/air suling panas. Didiamkan selama 15 menit lalu digerus hingga
diperoleh massa yang transparan, lalu digerus sampai homogen, diencerkan
dengan air suling, dihomogenkan dan dimasukkan ke labu tentukur 100 ml,
dicukupkan volumenya dengan air suling hingga 100 ml.
Universitas Sumatera Utara
3.5.4 Pembuatan suspensi omeprazol
Ditimbang 20 isi kapsul omeprazol lalu didapati berat total seluruhnya 410,8 mg
lalu dhitung berat rata-rata omeprazol yakni 20,56 mg diambil dan dimasukkan
ke dalam lumpang dan ditambahkan suspensi Na-CMC 0,5 % b/v sedikit demi
sedikit sambil digerus sampai homogen, volume dicukupkan hingga 50 mL
dengan akuades.
3.5.5 Pembuatan suspensi isolat fukoidan
Dalam pengujian akan digunakan 3 variasi dosis yakni dosis 50 mg/Kg bb,
100 mg/kg dan 150 mg/kg bb. Sejumlah 50 mg ,100 mg, dan 150 mg, Isolasi
Fukoidan dimasukkan ke dalam lumpang dan ditambahkan suspensi Na-CMC 0,5 %
b/v sedikit demi sedikit sambil digerus sampai homogen hingga 10 ml.
3.5.6 Pembuatan buffer formalin
Ditimbang 4 g NaH2PO4, 6,5 g Na2HPO4 dan 100 ml formaldehid 37 %.
Dimasukkan kedalam beker 4 g sodium hidrogen lalu dilarutkan dalam akuades
hingga larut sempurna, ditambahkan 6,5 g dihidrogen dilarutkan sampai terlarut
sempurna kemudian dicampur denga larutan formaldehid 37 % lalu dimasukkan
kedalam gelas ukur 1 liter lalu dicukupkan hingga 1 liter. Dan akhirnya sediaan
diberi label.
3.5.7 Pembuatan pelarut HCl 0.1 N
Diambil 85 ml HCl (p),dimasukkan aquadest kedalam Beker sebagian lalu
dimasukkan HCl secara perlahan-lahan kemudian dicukupkan aquadest hingga 10
Liter lalu dihomogenkan lalu wadah diberi label
3.6 Isolasi Senyawa Fukoidan
Universitas Sumatera Utara
Ditimbang lebih kurang 50 g serbuk simplisia dimasukkan ke dalam beker
gelas 1000 ml. Ditimbang 500 ml akuades dan dipanaskan pada suhu 1000 C
selama 4 jam di atas hot plate yang dilengkapi dengan termometer untuk
memantau suhu selama waktu ekstraksi. Setelah ekstraksi selesai, ekstraksi
disaring menggunakan kain flanel selagi panas. Kemudian di sentrifugasi dengan
kecepatan 3000 rpm selam 10 menit, filtrat ditampung endapan dibuang.
Ditambah etanol 96 % sama banyak dengan filtrat hingga endapan terbentuk .
disentrifugasi lagi dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Endapannya
diambil, lalu dikeringkan menggunakan oven pada suhu 500
C. Setelah kering
serbuk fukoidan ditimbang lalu dimasukkan dalam wadah dan simpan dalam
desikator (Ale et al, 2011).
3.7 Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia
Karakterisasi simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik, pemeriksaan
mikroskopik,penetapan kadar air, penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu
total, penetapan kadar abu tidak larut dalam asam, penetapan kadar sari yang
terlarut dalam air dan penetapan kadar sari yang terlarut dalam etanol
(Depkes,1985).
3.7.1 Penetapan kadar air simplisia
Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Azeotropi (destilasi
toluena). Alat terdiri dari labu alas bulat 500 ml, alat penampung, pendingin,
tabung penyambung, dan tabung penerima 10 ml.
Dimasukkan 200 ml toluen dan 2 ml air suling ke dalam labu alas bulat,
lalu destilasi selama 2 jam. Setelah itu, toluena dibiarkan mendingin selama 30
menit, dan dibaca volume air pada tabung penerima dengan ketelitian 0,05 ml.
Universitas Sumatera Utara
Kemudian ke dalam labu tersebut dimasukkan 5 g serbuk simplisia yang telah
ditimbang seksama, labu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluena
mendidih, kecepatan tetesan diatur lebih kurang 2 tetes tiap detik sampai sebagian
besar air terdestilasi, kemudian kecepatan tetesan dinaikkan hingga 4 tetes tiap
detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan
toluena. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima
dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluena memisah
sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air
yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang
diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen (WHO, 1992).
3.7.2. Penetapan kadar sari larut dalam air
Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan dimaserasi selama 24 jam
dengan 100 ml air-kloroform (2,5 ml kloroform dalam air sampai 1 liter)
menggunakan labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama,
kemudian dibiarkan selama 18 jam. Saring, 20 ml filtrat diambil,lalu diuapkan
sampai kering dalam cawan penguap berdasarkan rata yang telah ditara dan
dipanaskan pada suhu 105ºC sampai bobot tetap. Kadar sari yang larut dalam air
dihitung dalam persen (Depkes RI, 2000).
3.7.3. Penetapan kadar sari larut dalam etanol
Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan dimaserasi selama 24 jam
dengan 100 ml etanol 95% menggunakan labu bersumbat sambil sesekali dikocok
selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam. Saring, 20 ml filtrat
dipipet, diuapkan sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata
(Depkes RI, 2000).
3.7.4. Penetapan kadar abu total
Universitas Sumatera Utara
Sebanyak 2 g serbuk yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan
dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus
dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, pemijaran dilakukan pada suhu 600oC
selama 3 jam kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap.
Kadar abu total dihitung dalam persen (Depkes RI, 1985).
3.7.5. Penetapan kadar abu tidak larut dalam asam
Abu yang diperoleh dalam penetapan kadar abu total dididihkan dalam 25 ml
asam klorida 2 N selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam
dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu kemudian dicuci dengan
air panas dalam kurs porselen. Residu dan kertas saring dipijarkan pada suhu 60oC
sampai bobot tetap, kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar abu tidak larut
dalam asam dihitung terhadap bahan yang dikeringkan di udara (Depkes RI,
1985).
3.8 Penyiapan Hewan Percobaan
Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah tikus putih
jantan dengan berat badan 200 g ± 20 %. Pada metode uji Ulserogenik, sebanyak
25 ekor tikus dibagi dalam 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 ekor tikus
dengan metode ulserogenik/ induksi etanol. Sebelum pengujian dikondisikan
terlebih dahulu selama 1 minggu dengan kondisi lingkungan, makanan, suhu, dan
minuman yang sama. Setelah 1 minggu, dipilih tikus yang sehat ditandai dengan
berat badan yang stabil atau meningkat.
3.8.1 Pengujian aktivitas antiulkus dari isolat fukoidan
Universitas Sumatera Utara
Tikus putih jantan sebanyak 25 ekor dengan berat badan 200 g (± 20 % dari
BB tikus ) yang telah dipuasakan ditimbang berat badannya. Tikus dibagi
perkelompok, yang masing – masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus dan diberi
perlakuan secara per oral, yakni :
Kelompok I : Tikus diberikan suspensi Na-CMC 1 % b/v secara per-oral
Kelompok II : Tikus diberikan suspensi Omeprazol dosis 30 mg/kg bb secara
per-oral
Kelompok III : Tikus diberikan suspensi Fukoidan dosis 50 mg/kg bb secara
per-oral
Kelompok IV : Tikus diberikan suspensi Fukoidan dosis 100 mg/kg bb secara
per-oral
Kelompok V : Tikus diberikan suspensi Fukoidan dosis 150 mg/kg bb secara
per-oral
Setiap kelompok yang telah diberikan sediaan uji selama 5 hari , lalu
dipuasakan dihari ke-6 dibiarkan selama 24 Jam tanpa makan namun tetap diberi
minum pada hari ke-7 didislokasi, kemudian dilakukan pembedahan lambung
tikus.Lalu lambung diambil dan dicuci dengan larutan saline (0,9%). Cairan
lambung diambil lalu dukur volumenya (Ashok et al , 2006). Setelah diamati
secara makroskopis, organ lambung diawetkan dengan dimasukkan ke dalam pot
berisi buffer formalin 10% sampai tercelup untuk kemudian diamati
histopatologinya.
3.8.2 Pemeriksaan histopatologi
Organ yang diperiksa adalah bagian lambung. Organ yang sudah dicuci
dengan larutan fisiologis 0,9 % dan diawetkan dengan larutan buffer formalin 10 %
Universitas Sumatera Utara
kemudian dibuat preparat histopatologi dan diberi pewarnaan hemotoksilin dan
eosin dan kemudian diperiksa dibawah mikroskop.
Prosedur pembuatan preparat histologi :
a. Organ yang akan dihistopatologi direndam didalam larutan dapar formalin 10 %
pada suhu kamar.
b. Organ yang akan di histopatologi dipotong, untuk lambung dilakukan
pemotongan didaerah terbentuknya ulkus.
c. Untuk menghilangkan sisa formalin dilakukan pencucian dengan air mengalir.
d. Dilakukan proses dehidrasi dengan etanol 70 %, 80 %, 90 % dan etanol
absolut kemudian dilanjutkan dengan penjernihan menggunakan xilen
sebanyak 3 kali selama 1 jam
e. Proses penanaman, sampel direndam dalam campuran xilen dan parafin cair
pada suhu 60-70 oC, dengan perbandingan xilen : parafin berturut-turut 3:
1,1:1 dan 1: 3 masing –masing selama 2 jam.
f. Dilakukan pencetakan dan dibiarkan membeku, kemudian blok parafin
dipotong dengan menggunakan alat mikrotom dengan ketebalan irisan 5-7
µm.Setelah memperoleh potongan yang bagus, potongan tersebut
ditempelkan pada kaca obyek . Sayatan organ yang telah menempel pada
kaca obyek segera diletakkan pada permukaan pemanas dengan suhu 56-58
oC selama kurang dari 10 detik, sehingga organ merenggang dan menempel
pada kaca objek sambil diatur jangan sampai organ berkerut atau melipat.
Selanjutnya preparat disimpan dalam suhu kamar untuk dilakukan pewarnaan.
g. Pewarnaan dilakukan dengan menggunakan hemotoksilin-eosin .Pertama
sediaan direndam dengan larutan xilen untukn proses deparafinasi masing-
masing selama 12 menit. Kemudian dilakukan proses dehidrasi dengan
Universitas Sumatera Utara
merendam preparat dalam etanol 70 %, 80 % , 90 % dan etanol absolut
selama 5 menit , dicuci dengan air mengalir. Selanjutnya direndam dengan
larutan hematoksilin selama 5 menit , dicuci dengan air mengalir , dilakukan
pemanasan dengan eosin. Kemudian dicelupkan kedalam etanol 70 %, 80 %,
90 % dan etanol absolut masing-masing selam 10 menit. Terakhir
dimasukkan kedalam xilem selama 12 menit. Preparat diamati dibawah
mikroskop (Muntiha, 2001).
3.8.3 Pengukuran lesi ulkus pada lambug tikus
Besarnya aktivitas antiulkus dihitung dengan menggunakan rumus :
Ratio Kuratif ( %) = [Indeks Ulkus Kontrol-Indeks Ulkus test] x 100 %
[Indeks ulkus control]
Selanjutnya hasil perhitungan dibandingkan Antara kelompok kontrol dan
kelompok uji untuk melihat ratio kuratif dari masing- masing kelompok.
3.9 Analisis Data
Data hasil penelitian dianalisis dengan metode analisis variansi (ANAVA)
dengan tingkat kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji post hoc LSD dan
Turkey untuk melihat perbedaan nyata antar perlakuan. Analisis Statistik ini
menggunakan program SPSS.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan
Identifikasi tumbuhan yang digunakan dilakukan di Pusat Penelitian
Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jakarta, Indonesia,
hasilnya adalah talus rumput laut coklat (Sargassum ilicifolium Turner C. Agard),
Suku Sargasssaceae. Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan (Vindy, 2011)
dapat dilihat di Lampiran 2 halaman 43.
4.2 Hasil Karakterisasi Serbuk simplisia Sargassum ilicifolium (Turner)
C.Argad
Standarisasi suatu simplisia dan ekstrak menurut Depkes (2000) adalah
pemenuhan terhadap persyaratan sebagai bahan obat dan menjadi penetapan nilai
untuk berbagai parameeter produk. Menurut penelitian yang dilakukan (Harni,
2016) hasil karakterisasi dari serbuk simplisia talus rumput laut (Sargassum
ilicifolium Turner C Agard) dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.1. Hasil Karakterisasi serbuk simplisia talus rumput laut Sargassum
ilicifolium ( Turner) C Agard.
No Parameter Hasil
1 Kadar Air 7,8%
Universitas Sumatera Utara
2 Kadar Sari Larut dalam Air 64,76 %
3 Kadar Sari Larut dalam etanol 5,37 %
4 Kadar Abu total 27,21 %
5 Kadar abu larut dalam asam 2,093 %
4.3.1 Penginduksian aktivitas ulserogenik
Dua puluh lima ekor tikus jantan dikelompokkan menjadi 5 kelompok.
Sebelumnya tikus diaklimatisasi selama 1 minggu dengan lingkungan penelitian
dan ditempatkan pada kandang sedemikian rupa maka mencit tidak dapat makan
apapun termasuk sekam, tinja ataupun gergajian dalam kandang. Tikus
dipuasakan selama 24 - 48 jam dengan tetap mendapatkan minum sebelum
diinduksi yang diberikan pada masing-masing kelompok.
Penelitian menggunakan etanol 70 % yang disebabkan pada orientasi
penelitian menggunakan berbagai konsentrasi etanol untuk menginduksi tikus
yaitu 50 %, 70 %, dan 90 %. Dasar pemilihan konsentarasi 70 % karena
berdasarkan pengujian awal didapati bahwa etanol 70 % memberikan hasil yang
terbaik dan memberi warna ulkus yang jelas.
Tikus diambil lambungnya dibuka dan dicuci dengan larutan garam
fisiologis, selanjutnya dibentangkan diamati secara makroskopis untuk diperiksa
ada ulkus lambung. Ulkus lambung dihitung dan diskors berdasarkan jenis lesi
yang timbul. Lalu diukur berapa diameter lesi dan diukur untuk menententukan
Healing Ratio (daya penyembuhan) dari masing- masing kelompok. Kemudian
lambung dibuat preparat histologi dan diamati melalui mikroskop hasilnya. Ulkus
Universitas Sumatera Utara
biasanya timbul dipermukaan mukosa lambung. Dalam penelitian ini induktor
yang digunakan adalah etanol. Etanol yang digunakan adalah etanol 70 % .
Etanol menyebabkan waktu pengosongan lambung yang lebih lama dan ini
menyebabkan waktu transit asam lambung semakin lama. Hal inilah
menyebabkan ulkus (Ashok et al, 2006).
4.3.2 Evaluasi lesi ulkus
Indeks Ulkus (I.U) diperhitungkan dengan cara melihat
keparahan/kerusakan dari mukosa lambung lesi seperti iritasi,atau ukuran ulkus
berkisar 1mm atau kurang (grade 1), 1-2 mm (grade 2) dan lebih daripada 2 mm
(grade 3). Kalkulasi dari UI disesuaikan oleh penelitian main dan whittle. persentasi
daya hambat (I%) dari ulkus dengan nilai I% = (Indeks Ulkus Kontrol-Indeks
Ulkus Test)/Indeks Ulkus control x 100 %
Gambar 4.1 Lambung tikus yang dibedah
Keterangan :
(a) Normal
(b) Ulkus lambung grade 3 ( Diameter ≥ 2 mm)
(c) Ulkus lambung grade 2 ( Diameter 1- 2 mm)
(d) Ulkus lambung grade 1. ( Diameter ≤1 mm)
.
Indeks Ulkus dari grup kontrol sendiri menunjukkan pendarahan dan
kerusakan mukasa yang terlihat jelas,pemberian etanol menghasilkan kerusakan
Universitas Sumatera Utara
lambung dengan I.U senilai 9.92±0.05 sementara semua grup uji menunjukkan
perubahan secara signifikan terhadap pengurangan lesi ulkus.
I.U% tertinggi ditunjukkan oleh grup fukoidan dosis 100 mg/KgBB sementara
omeprazol memiliki ratio penyembuhan 69,7%.
` Penelitian efek ulserogenik dilakukan dengan perlakuan tikus putih jantan
yang di injeksi secara peroral dengan suspensi fukoidan dosis 50 mg ,100 mg dan
150 mg diberikan setelah diinduksi etanol 96 % . Setelah dilakukan pembedahan
lambung mencit, kemudian dilanjutkan dengan skoring adanya ullkus dan
pendarahan menurut Ashok et al sehingga diperoleh data skor Ulkus.
Tabel 4.2 Skor Lesi Ulkus Lambung Tikus (Ashok et al.2006).
Macam Lesi Skor
Lambung berwarna normal 0
Pewarnaan merah 0.5
Noda Ulkus 1
Pendarahan 1.5
Ulkus > 3 tetapi <5 2
Ulkus > 5 3
Tabel 4.3 Parameter Lesi
Perlakuan
(P.O)
Dosis
(mg/Kg)
N Volume
Lambung
(ml )
Indeks
Ulkus(mm) Ratio
Penyembuhan
(%)
Kontrol
Negatif(CMC)
- 4 2.56±0.24 9.92±0.05 -
Kontrol
Positif
(Omeprazol)
30 4 1.18±0.24 5,97±0.96 69,73 %
Fukoidan 50 4 1.72±0.37 6,20 ±1.15 37,5 %
Fukoidan 100 4 1.34±0.20 1,925±1.45 80,64 %
Fukoidan 150 4 1.47±0.27 7,01±1.01 29,45 %
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa secara teoritis yang
memberikan skor ulkus tertinggi adalah kelompok Na-CMC sedang yang
memberikan skor terendah adalah kelompok kontrol positif/ obat pembanding .
Hal ini membuktikan bahwa obat pembanding masih menunjukkan efek lebih baik
daripada isolat, serta isolat fukoidan memiliki efek kuratif . Berdasarkan tabel
isolat fukoidan dosis 100 mg/KgBB memiliki efek terapi terbaik jika
dibandingkan dengan dosis lainnya.
Stress juga memiliki bagian penting dalam proses pembentukan ulkus.
Ulkus yang terbentuk karena stress disebabkan faktor psikologis dan fisiologis,
ulkus yang terbentuk karena stress disebabkan karena pengurangan aliran darah,
pelepasan mediator histamin, berkurangnya sekresi mukus serta agen radikal
bebas. Stress juga mempengaruhi bagian hipotalamus otak, yang kemudian akan
merangsang kelenjar pituari untuk mengeluarkan bebrbagai jenis mediator seperti
histamin, yang memicu sekresi asam berlebih dilambung . Jadi stress secara tidak
langsung memicu pembentukan ulkus (Matsumoto et al ,2002).
Hasil pengamatan mikroskopik terhadap preparat irisan lambung tingkat
kerusakan lambung pada penelitian ini, kerusakan yang terjadi berupa nekrosis,
kongesti dan ,radang. Kongesti adalah peningkatan cairan pada suatu tempat yang
terjadi disebabkan proses pasif yang disebabkan kegagalan proses aliran cairan
keluar dari jaringan, misalnya pada kerusakan vena. Jika dilihat dari mata
telanjang, maka daerah jaringan atau organ terlihat berwarna lebih kemerahan atau
keunguan, karena bertambahnya aliran darah dijaringan tersebut dan secara
mikroskopis kapiler-kapiler dalam darah melebar penuh berisi darah.
Terdapat 2 mekanisme timbulnya kongesti yaitu kongesti aktif dan
kongesti pasif. Kongesti aktif adalah kenaikkan jumlah aliran darah yang mengalir
Universitas Sumatera Utara
didaerah tersebut sedang Kongesti pasif adalah kebalikkannya penurunan aliran
jumalah darah ke daerah tersebut. Pada daerah peradangan dapat terjadi kongesti
(Greaves, 2000)
4.3.3 Pengamatan histologi jaringan tikus
Gambar 4.2 Histologi Jaringan Tikus
Keterangan :
a : Histologi lambung tikus normal
4
2
1
1
2
3
4
a b
c d
e f
1
2
3
4 3
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
Universitas Sumatera Utara
b : Histologi lambung dengan suspensi Na - CMC 1 % KgBB
c : Histologi lambung dengan Obat Omeprazol 20 mg/KgBB
d : Histologi lambung dengan fukoidan dosis 50 mg/KgBB
e : Histologi lambung dengan fukoidan dosis 100 mg/KgBB
f : Histologi lambung dengan fukoidan dosis 150 mg/Kg/BB
1 = Epitel Gastrik 2 = Gastrik Gland
3 = Jaringan muskularis mukosa 4 = Submukosa
Hasil pengamatan mikroskopik terhadap preparat irisan lambung,tikus
menunjukkan tingkat kerusakan lambung pada penelitian ini, kerusakan yang
terjadi berupa nekrosis, kongesti dan radang. Kongesti adalah peningkatan cairan
pada suatu tempat yang terjadi disebabkan proses pasif yang disebabkan
kegagalan proses aliran cairan keluar dari jaringan, misalnya pada kerusakan
vena. Jika dilihat dari mata telanjang, maka daerah jaringan atau organ terlihat
berwarna lebih kemerahan atau keunguan, karena bertambahnya aliran darah
dijaringan tersebut dan secara mikroskopis kapiler-kapiler dalam darah melebar
penuh berisi darah. Pada daerah peradangan dapat terjadi kongesti
(Greaves,2000).
Tabel 4.3 Data Skor Uji Aktivitas Anti-ulkus
Kelompok perlakuan
Skor Lesi ulkus pada tikus
No 1 2 3 4 Mean ±SD P
Kontrol negatif CMC-Na 0,5 % 3 3 2 0.5 13,75 ±0,96 0,53
Kontrol Positif Omeprazol Dosis
30 mg/BB
1,5 1,5 0,5 0,5 7,25 ±1,54 0,53
Suspensi fukoidan dosis 50
mg/kg BB
0,5 1 3 2 11,25 ±0,56 0,53
Suspensi fukoidan dosis 100
mg/Kg BB
1 0,5 0,5 3 8,75 ±0,54 0,53
Suspensi Fukoidan dosis150
mg/Kg BB
2 0,5 2 2 11,50 ±1,23 0,53
Universitas Sumatera Utara
4.3.4 Analisis Statistik
Hasil dianalisa dengan aplikasi SPSS 17.0 , kemudian diuji data
terdistribusi normal lalu dianalisis dengan metode ANOVA (One Way Anova).
Kemudian didapati hasil bahwa nilai rata-rata konsentrasi fukoidan tidak
mempunyai perbedaan yang signifikan dengan konsentarsi obat dengan nilai P >
0,05 maka dengan ini maka hipotesis awal diterima.
Berdasarkan hasil statistik tidak ada perbedaan yang signifikan antara lesi
ulkus lambung antara tiap kelompok mungkin hal ini disebabkan waktu
penyembuhan antara obat dan fukoidan yang cukup lama dan juga beberapa
variable yang mungkin tidak bisa diperhitungkan sepert stress atau makanan. Nilai
rata-rata nilai dan lesi ulkus obat (1.00±0.12) dan fukoidan ( 1.25 ±0.9) tidak
memiliki perbedaan yang signifikan. Namun volume lambung terdapat perbedaan
yang signifikan. Volume tiap kelompok obat ,dosis 50, 100 atau 150 mg (1.73 ±
0.97 ) memiliki perbedaan yang signifikan dengan kontrol ( 2.56 ± 1.00). Hal ini
mungkin disebabkan oleh penginduksi ulkus yakni etanol memiliki efek
meningkatkan sekresi dari lambung sedangkan tiap kelompok hanya kelompok
omeprazole yang dapat menurunkan sekresi dari asam lambung, jadi
kemungkinan fukoidan itu sendiri tidak mempunyai aktivitas antisekretori.
4.4 Pembahasan
Efek dari etanol pada metode induksi ulkus terbukti dari kekuatan
mengiritasi mukosa lambung dan menginduksi mediator-mediator vasokontriksi
(Histamin,Endothelin,dll ) menyebabkan pengurangan aliran darah kelambung
yang akan membuat penurunan produksi mukus dan meningkatkan produksi ROS
yang memicu pendarahan, nekrosis jaringan dan gangguan mukosa lambung.
Universitas Sumatera Utara
Pemberian fukoidan dengan dosis 50, 100, 150 selama 6 hari
menghasilkan penyembuhan yang signifikan pada dosis fukoidan dosis 100
mg/Kg BB jika dibandingkan dengan kontrol (+) yakni omeprazole dengan dosis
30 mg/Kg BB untuk pengobatan ulkus yang diinduksi dengan etanol 70 %.
Ketika berada di saluran cerna, etanol diketahui dapat merusak lambung
dengan mengganggu faktor proteksi seperti mengurangi sekresi mukosa dan
sirkulasi darah ke lambung. Etanol dapat menyebabkan pendarahan/kerusakan
hemorrhagic dan meningkatkan jumlah ROS ( Radical Oxygen Scavenging) yang
dipercaya dapat memicu reaksi ulserogenik. Sedangkan fukoidan dapat membantu
perlindungan lambung dengan menyelimuti/melapisi permukaan mukosa dan
menghambat sekresi pepsinogen dan gastrin di lambung. Tetapi belum diketahui
penyebab dosis fukoidan 100 mg memberikan efek terbaik mungkin disebabkan
antiulkus mencapai titik optimum pada dosis 100 mg/Kg BB pada model
percobaan ini (Matsumoto et al,2002).
Nitrit Oksida (NO) dan Hidrogen Sulfida (H2S) diketahui sebagai mediator
penting dalam melacak kerusakan lambung. Selain itu di berbagai penelitian
ditunjukkan bahwa beberapa senyawa dapat meningkatkan pelindungan mukusa
lambung.dengan cara meningkatkan aliran darah kelambung serta meningkatkan
sekresi bikarbonat. Maka dipertimbangkan bahwa fukoidan hasil isolasi ini
mempunyai efek ini (Marine et al , 2011).
Sampai saat ini belum diketahui secara jelas bagaiman mekanisme kerja
fukoidan dalam penyembuhan ullkus namun dari beberapa penilitian dipelajari
bahwa polisakarida sulfat dapat mempercepat penyembuhan ulkus yang diinduksi
dengan etanol dengan meningkatkan level Prostaglandin E2 (PGE2 ), serta
meningkatkan Nitrit Oxide yang bersifat vasodilator sehingga memperlebar
Universitas Sumatera Utara
pembuluh darah meningkatkan sekresi mukosa dilambung, fukoidan juga
memiliki efek sitoprotektor yakni dengan cara menghibisi pepsin dan asam
lambung dalam mengiritasi mukosa lambung dari histologi penelitian ini. Selain
itu diketahui beberapa jenis polisakarida memiliki berat molekul yang tinggi
sehingga sukar diserap tubuh seperti selulosa atau serat namun beberapa
polisakarida memiliki berat molekul yang rendah sepert heparin (Amaral et al,
2012).
Ekstrak tumbuhan, zat kimia dan berbagai senyawa lainya terbukti secara
ilmiah memiliki efek gastroprotektor dari berbagai macam cara, yakni
sitoprotektor ,antisekrotori, antiinflamasi, antioksidan. Fukoidan terbukti
melindungi lambung dengan lebih dari 1 mekanisme kerja sehingga memiliki
potensi antiulkus yang dapat menjadi pengobatan ulkus lambung akut.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
a. Isolat fukoidan dari Sargassum ilicifolium memiliki efek antiulkus, yang
paling terbaik pada dosis 100 mg/KgBB.
b. Fukoidan dosis 100 mg/KgBB memiliki ratio penyembuhan ( Healing
Ratio) yakni 80.69 % lebih baik dibanding obat omeprazol sebagai
pembanding.
.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka :
a. Disarankan untuk menguji efek lain dari fukoidan seperti uji antidiabetes ,
uji antiplatelet dan uji antibakteri.
b. Sebaiknya pada percobaan berikutnya digunakan beberapa macam
induktor ulkus lain seperti HCl, asam asetat dan acetosal
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Ale, T, Jorn, D. M. (2011). Design optimization of a single-step extraction of
fucose-containing sulfated polysaccharides from Sargassum sp. Journal
Of Applied Phycology.Page 103-106
Amaral, G.P, Nelson R.C, Rômulo P.B, Fernando D, Rafael de Lima , Michele
H.S. (2012). Protective action of ethanolic extract of Rosmarinus
officinalis L. in gastric ulcer prevention induced by ethanol in rats.
Journal of Food and Chemical Toxicology Page : 48-55
Anggadiredja, J .T, Ahmad. Z.,Heri P dan Sri I.(2011).Rumput Laut . Jakarta
:Penebar Swadaya Halaman : 29-39.
Ashok, P., Rajani, G.P., Arulmozhi, S., Hulkpti, B, B.H and Rajerdran, R.,(2006)
Anti-inflamotory and Anti-ulcerogenic Effect of Crotalaria juncea Linn
in Albino Rats, IJPT Iranian Journal Of Pharmacology and Therapeutics,
5 (2).Page 141-144.
Atmaja, W.S,Kadi A., Sulistijodan Satari.R.(1988). Pengenalann Jenis –Jenis
Rumput laut Indonesia .Jakarta : Puslitbang Oseanologi LIPI. Halaman :
56-58.
Ayu, P.E.K.. (2012). Pegaruh Infusa Buah Asam Jawa (Tamarindus indica L.)
Terhadap Efek Ulserogenik Asetosal Pada Mencit. Skripsi, Fakultas
Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Halaman : 22-27.
Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Halaman : 33.
Depkes RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Halaman : 1-11.
Depkes RI. (1985). Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan. Halaman : 1-15
Depkes RI. (2003). Farmakope Herbal Indonesia Edisi I. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Halaman :. 169-171.
Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee G C., Matzke G.R.,Wells B.G dan Posey
L.M.(2009).Pharmacotherapy Handbook, Seventh Edition. New York :
McGraw-Hill.Halaman : 564-589.
Choi , E Y., Hwang,. H.J., Kim, I. H Nam., T. J (2009). Food and Chemical
Toxicology Protective effects of a polysaccharide from Hizikia
Universitas Sumatera Utara
fusiformis against ethanotoxicity in rats. Journal Food and Chemical
Toxicology 47, Halaman : 134-139.
Frandson, R.D. (1981). Anatomy and Physiology of Farm Animals 3rd Edition.
Philladelphia: Lea and Febiger. Page 23-25
Glabe ,C.G., Grabel, L.B., Vacquier, V.D., and Rosen S.D.(1982). Carbohydrate
specificity of sea urchin sperm bindin: a cell surface lectin mediating
sperm-egg adhesion. Journal Cell Biol. Vol 8 Page 123
Greaves, P.(2000).Histopathology of Preclinical Toxicity Studies Interpretation
and relevance in Drug Safety Evaluation, Second Edition,
Elsevier,Amsterdam. Page 372-380
Harni, H.R (2016). Uji Aktivitas Anti-inflamasi Senyawa Fukoidan yang Diisolasi
Dari rumput laut Coklat (Sargassum ilicifolium) (Turner) C. Agard pada
Tikus Jantan, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sumatera
Utara.Halaman : 22-30
Junqueira, L.C., dan Carneiro, J. (2003). Basic Histology: Text & Atlas. Tenth Ed,
dalam : Tambayong, J., Histologi Dasar : Teks & Atlas, Edisi 10, Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman : 63.
Juffrie, M., Rosalina, I., Damayanti, W., Djumhana A.,dan Harjono , A.A.
(2006). The Efficacy of Fucoidan on Gastric Ulcer. Indonesian Journal of
Biotechnology Vol. 11, No. 2 Page : 908-913.
Katzung, B.G.(2001). Farmakologi Dasar dan Klinik.Buku 1 Edisi VIII Jakarta :
Salemba Medika : Halaman 560.
Kumar, S., Sharma, S and Kalra P.(2011) Antiulcer effect of methanolic Extrac of
Tamarindus indica (L) on experimental Ulcers Model, Journal Pharmcy
Bioall Sci, 3 Page : 236-41.
Kuehnel, W (2003). Color Atlas of Cytology, Histologi, and Microscopic
Anatomy. New York. Halaman 274-277.
Li , Bo., Fei L., Wei., X and Ruixiang ,Z. (2008). Fucoidan: Structure and
Bioactivity. School of Food Science, Henan Institute of Science and
Technology, China .Page 163-165
Lambert, J.R., Lin, S.K., and Aranda-Michel J.(1999). Helicobacter pylori. Scand
Journal Gastroenterol Suppl.1999;208:33-46.
Marine, T.A, Mikkelsen and Meyer, S.A (2011).Important Determinant for
Fucoidan Bioactivity : A Critical Review of Structure and Function
Relation and Extraction Methode for Fucose Containing Sulfated
Polysacaride from Brownseaweed.University od Denmark. Journal of
Marine. Page 2106-2013.
Universitas Sumatera Utara
Masato.N, Hideyuki, S. Itsuko, K.T., Shusuke H,Ritsuo, A., Sadao, U., and Teruo
Y.(2000). Mini-review Anti-ulcer effects and biological activities of
polysaccharides from marine algae. BioFactors 12 page 267–274
Matsumoto, T. Sun, X. B. Hanawa, T. Kodaira,H. Ishii, K. and. Yamada.(2002). Effect of the Antiulcer Polysaccharide Fraction from Bupleurum falcatum
L. on the Healing of Gastric Ulcer Induced by Acetic Acid in Rats.
Phytother. Res. 16 Page 91–93.
Mulloy, B, Ribeiro AC, Alves AP, Vieira RP, Mourao PA. (1994) Sulfated fucans
from echinoderms have a regular tetrasaccharide repeating unit defined by
specific patterns of sulfation at the 0-2 and 0-4 positions. Journal Biol
Chem.page 35.
Muntiha, M.(2001). Teknik Pembuatan Preparat Histopatologi dari Jaringan
Hewan dengan Pewarnaan Hematiksilin dan Eosin (H&E). Bogor: Balai
Penelitian Veteriner, Halaman : 156-163
Mourao, PA. and Bastos, I.G.(1987). Highly acidic glycans from sea cucumbers.
Isolation and fractionation of fucose-rich sulfated polysaccharides from the
body wall of Ludwigothurea grisea. Eur Journal Biochem.: Vol 639 Page
45.
National Institute on alcohol abuse and alcoholism.(1997). Alcoho health and
worl research : alcohol effect on organ fuction National technical on
informatiion service vol 21 no 1.
Pratiwi, N. (2008). Uji Efek Antiulcer Perasan Umbi Singkong ( Manihot
utilissima Pohl.) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar. Skripsi Fakultas
Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Halaman : 53-54
Price., S.A dan Wilson, L.N.(1992).Patofisologi. Edisi IV. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.Halaman :36 -50.
Putra, A.(2012).Pengaruh Alkohol Pada Kesehatan.Universtas Penddidikan
Ganesha Singaraja Malang.Halaman 3-6
Queiroz, R.F.A.K., Cunha,A.C.,Ferreira,V.F.,Briggagao.M.R.P.I.,Malvezzia,A
and Augusto,O.(2012).Nitroxides attenuate carrageenan-induced
inflamotory in rat paws by reducing neutrophil infiltration and resulting
myeloperoxidase-mediated damage. Journal Free Radical Biology &
Medicine 53. Page 1942-1953.
Raghavendran, H.R. Balaji, A. S., and Thiruvengadam, D. (2004). Efficacy of
Brown Seaweed Hot Water Extract Against ethanol Induced Gastric
Mucosal Injury in Rats. Journal Arch Pharm Res Vol 27, No 4 .page 449-
453.
Shaker, E., and Mahmmoud, H., M.(2010). Anti-Inflammatory and Anti-ulcer
activity of extract from Alhagi maororum (camelthorn). Journal Food and
Chemical Toxicology 48 page 2785-2790.
Universitas Sumatera Utara
Sinurat, E and Endar M.(2011). Fukoidan dari Rumput Laut Coklat dan
Bioaktifitasnya, Jakarta Pusat Departemen kelautan dan Perikanan
Halaman : 12-16.
/Sinurat, E. ( 2011). Isolasi dan Karakterisasi serta Uji Aktivitas Fukoidan
sebagai Antikoagulan dari Rumput laut Cokelat.(Sargassum
Crasssifolium).Depok : Tesis Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam.Universitas Indonesia.Halaman : 54-60
Silva, T.M.A (2016). Partial Characterization and anticoagulant activity of a
heterofucan and brown seaweed Padina gymnospora. Brazilian Journal of
medical and biological research Page 523-533.
Tarigan, P.(2001). Tukak Gastric dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,Jilid II
Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Halaman :132-135.
Tjondronegoro dan Atmadja .(1989). Alga di Laut Nusantara.UNIMED Press
:Makasar. Halaman: 25- 34.
Tjay, T.H dan Rahardja, K.(2002). Obat-Obat Penting Khasiat Penggunaan dan
Efek-Efek Sampingnya, Edisi 5 PT Elex Media Komputer Jakarta.
Halaman : 248- 311.
Vieira, R.P, and Mourao P.A.(1988). Occurrence of a unique fucose-branched
chondroitin sulfate in the body wall of a sea cucumber. Journal Biol Chem
:181 Page 76-83.
Zheng, H., Yuling ,C., Jingze, Z., Lei, W., Zhaoxiang J, Hanhan, H., Shuli, M.,
and Wenyuan G.(2016). Evaluation of protective effects of costunolide and
dehydrocostuslactone on ethanol-induced gastric ulcer in mice based on
multi-pathway regulation.Elsevier: Page 68-77.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1 Surat rekomendasi persutujuan etik penelitian kesehatan
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Surat hasil identifikasi rumput laut coklat
Lampiran 3. Gambar makroskopik rumput laut coklat
Universitas Sumatera Utara
: Tumbuhan Segar ( Sargassum ilicifolium Turner C. Agard)
Lampiran 3. (Lanjutan)
Universitas Sumatera Utara
Serbuk isolat fukoidan (Sargassum ilicifolium Turner C. Agard )
Lampiran 4. Bagan pembuatan isolat fukoidan
Gambar: Serbuk Simplisia rumput laut
coklat
50 g Serbuk Simplisia
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Bagan alur uji antiulkus
Dimasukkan Kedalam Beker
gelas 1000 ml
Ditambahkan 500 ml HCl 0,1 N
Diekstraksi pada suhu 1000
selama 4 jam sambil diaduk
Disaring dengan kain flanel
Dikeringkan dalam oven di suhu 500 C
Digerus dan dimasukkan kedalam
wadah
Disentrifugasi 10 menit dengan kecepatan 300 RPM
Diambil Filtrat
Ditambah Etanol 96 % sama banyak dengan filtrat
Disentrifugasi kembali dengan kecepatan 3000 RPM selama
10 menit
Diambil endapan
Filtrat Ampas
Filtrat
Endapan
Filtrat
Isolat Fukoidan
Dipuasakan Tikus selama 24-48 jam
Diinduksi dengan Etanol 70 %
Seluruh tikus dibagi menjadi
Tikus Jantan
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Gambar alat
Diamati Lesi Ulkus
Diamati Hasil Histologi
Diberi perlakuan selama 5 Hari
Dipuasakan selama sehari
Dibedah tikus
Diambil Lambung
Kontrol
negatif
CMC-Na 0,5
%
K
ontrol Positif
Pemberian
Omeprazol
20 mg/KgBB
Kelompok.Dosis
50 mg/KgBB,
100 mg/KgBB
150 mg/KgBB
Hasil
Universitas Sumatera Utara
/
Spektrofotometer UV-Visible (Thermo scientific)
Mikroskop
Hot Plate,Statif dan Themometer
Lampiran 6. ( Lanjutan )
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.7 : Tikus putih
Lampiran 7. Perhitungan karakterisasi simplisia rumput laut coklat
A. Penetapan kadar air
Universitas Sumatera Utara
Kadar air = lume air (m )
erat sampel ( ) x 100%
1. Kadar air =
x 100% = 7,37%
2. Kadar air = 2
x 100% = 7,23 %
3. Kadar air =
1 x 100% = 7,43%
Kadar air rata-rata =
= 7,34%
B. Penetapan kadar sari larut air
Kadar sari larut air = erat sari ( )
erat sampel ( ) x
1
2 x100%
1. Kadar sari larut air =
x 1
2 x100% = 63,63%
2. Kadar sari larut air =
x
1
2 x100% = 63,71%
3. Kadar sari larut air = 2
2 1 x
1
2 x100% = 65,16%
Kadar sari larut air rata-rata = 1 1
=
64.76 %
Lampiran 7. (Lanjutan)
C. Penetapan kadar sari larut etanol
Universitas Sumatera Utara
Kadar sari larut etanol = erat sari ( )
erat sampel ( ) x
1
2 x100%
1. Kadar sari larut etanol =
x
1
2 x100% = 5,3%
2. Kadar sari larut etanol =
x 1
2 x100% = 5,44%
3. Kadar sari larut etanol = 12
x 1
2 x100% = 5,23%
Kadar sari larut etanol rata-rata = 2
=
5,37%
Lampiran 8. Contoh perhitungan dosis Fukoidan
Tabel volume maksimum larutan sediaan uji yang dapat diberikan pada hewan
uji (Harmita dan Radji, 2008)
Universitas Sumatera Utara
Jenishewanuji Volume maksimal (ml) sesuai jalurpemberian
iv. im. ip. sc. po.
Mencit (20-30 g)
Tikus (200 g)
Hamster (50 g)
Marmut (250 g)
Merpati (300 g)
Kelinci (2,5 kg)
Kucing (3 kg)
Anjing (5 kg)
0,5
0,1
-
-
2
5-10,
5-10
10-20
0,05
0,1
0,1
0,25
0,5
0,5
1
5
1
2-5
1-2
2-5
2
10-20
10-20
20-30
0,5-1
2-5
2,5
5
2
5-10
5-10
10
1
5,0
2,5
10
10
20
50
100
Tabel Konversi Dosis Hewan
Hewan
dan BB
rata-rata
Mencit
20 g
Tikus
200 g
Marmut
400 g
Kelinci
1,5 kg
Kucing
2 kg
Kera
4 kg
Anjing
12 kg
Manusia
70 kg
Mencit
20 g
1,0 7,0 12,29 27,8 28,7 64,1 124,2 387,9
Tikus
200 g
0,14 1,0 1,74 3,9 4,2 9,2 17,8 60,5
Marmut
400 g
0,08 0,57 1,0 2,25 2,4 5,2 10,2 31,5
Kelinci
1,5 kg
0,04 0,25 0,44 1,0 1,06 2,4 4,5 14,2
Kucing
2 kg
0,03 0,23 0,41 0,92 1,0 2,2 4,1 13,0
Kera
4 kg
0,016 0,11 0,19 0,42 0,45 1,0 1,9 6,1
Anjing
12 kg
0,008 0,06 0,10 0,22 0,24 0,52 1,0 3,1
Manusia
70 kg
0,0026 0,018 0,031 0,07 0,76 0,16 0,32 1,0
Lampiran 8. (Lanjutan)
a. perhitungan dosis CMC-Na
Sebagai kontrol pelarut (perlakuan normal) digunakan suspensi CMC-Na
dengan dosis 10 ml/kg bb. Volume dosis maksimum untuk tikus adalah 10-20
mL/kg (Laboratory Animal Resources Center of Oregon State University, 2011).
Universitas Sumatera Utara
Maka banyaknya suspensi CMC-Na yang akan diberikan untuk tikus dengan berat
200 g adalah :
Volume = 10ml x
= 2 ml
b. perhitungan dosis Omeprazol 30 mg/kg bb (kontrol positif)
Dosis pemberian =
= 6 mg
=
, maka volume yang diberikan secara per
oral :
x 1 mL = 4.8 Skala
c. perhitungan dosis Fukoidan (sediaan uji)
Sediaan uji isolasi fukoidan juga diberikan dalam bentuk suspensi dan
dibuat dalam konsentrasi 0,7 % (700 mg/ml). Maka volume yang diberikan adalah
sebagai berikut :
dosis 50 mg/kg bb untuk tikus dengan berat 200 gram diberikan suspensi
sebanyak :
Jumlah Fukoidan 50 mg/kg bb = 50 mg x
=
10 mg
Lampiran 8. (Lanjutan)
Universitas Sumatera Utara
Volume Fukoidan yang diberikan =
= 1,4
ml
dosis 100 mg/kg bb untuk tikus dengan berat 200 gram diberikan suspensi
Fukoidan sebanyak :
Jumlah Fukoidan 100 mg/kg bb = 100 mg x
= 20 mg
Volume Fukoidan yang diberikan =
= 2,8 ml
dosis 150 mg/kg bb untuk tikus dengan berat 200 gram diberikan suspensi
Fukoidan sebanyak :
Jumlah Fukoidan 150 mg/kg bb = 150 mg x
= 30 mg
Volume Fukoidan yang diberikan =
= 4,2
ml
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Contoh perhitungan persen laju penyembuhan (Healing Rate )
1. Persen
Ratio Kuratif( %) =Indeks Tukak Kontrol-Indeks Tukak test x 100 %
Indeks tukak control
Misalnya : Senyawa Fukoidan dosis 100 mg/Kg BB dengan laju
penyembuhan :
Dik : Ulkus Kontrol : 4,59
Ulkus Test : 3,52
Persen Ulkus :
= 30 ,12 %
2. Persen
Ratio Kuratif( %) =Indeks Tukak Kontrol-Indeks Tukak test x 100 %
Indeks tukak control
Misalnya : Senyawa Fukoidan dosis 150 mg/Kg BB dengan laju
penyembuhan :
Dik : Ulkus Kontrol : 4,29
Ulkus Test : 2,32
Persen Ulkus :
= 80 ,12 %
3. Persen
Ratio Kuratif( %) =Indeks Tukak Kontrol-Indeks Tukak test x 100 %
Indeks tukak control
Misalnya : Senyawa Fukoidan dosis 50 mg/Kg BB dengan laju
penyembuhan :
Dik : Ulkus Kontrol : 4,79
Ulkus Test : 3,98
Universitas Sumatera Utara
Persen Ulkus :
= 10,12 %
Lampiran 10. Hasil Analisis SPSS Aktivitas Antiulkus
Universitas Sumatera Utara
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Tipe_Perlakuan .155 20 .200* .896 20 .035
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Nilai Between Groups 2.925 4 .731 .741 .579
Within Groups 14.813 15 .988
Total 17.738 19
Volume_cairan Between Groups 4.668 4 1.167 15.297 .000
Within Groups 1.144 15 .076
Total 5.812 19
lESI_ULLKUS Between Groups 132.727 4 33.182 .997 .439
Within Groups 499.002 15 33.267
Total 631.729 19
Lampiran 10. : (lanjutan)
Multiple Comparisons
Universitas Sumatera Utara
Dunnett t (2-sided)a
Dependent
Variable
(I)
Tipe_Perlakuan
(J)
Tipe_Perlakuan
Mean
Difference
(I-J)
Std.
Error Sig.
95% Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
Nilai Kontrol
Positif(Obat)
Kontrol
Negatif(CMC)
-1.1250 .7027 .347 -3.041 .791
Fukoidan Dosis
50
Kontrol
Negatif(CMC)
-.5000 .7027 .884 -2.416 1.416
Fukoidan Dosis
100
Kontrol
Negatif(CMC)
-.8750 .7027 .554 -2.791 1.041
Fukoidan Dosis
150
Kontrol
Negatif(CMC)
-.5000 .7027 .884 -2.416 1.416
Volume_cairan Kontrol
Positif(Obat)
Kontrol
Negatif(CMC)
-1.36000* .19531 .000 -1.8927 -.8273
Fukoidan Dosis
50
Kontrol
Negatif(CMC)
-.82750* .19531 .003 -1.3602 -.2948
Fukoidan Dosis
100
Kontrol
Negatif(CMC)
-1.22250* .19531 .000 -1.7552 -.6898
Fukoidan Dosis
150
Kontrol
Negatif(CMC)
-1.09000* .19531 .000 -1.6227 -.5573
derajat_keasaman Kontrol
Positif(Obat)
Kontrol
Negatif(CMC)
-2.14000* .30942 .000 -2.9839 -1.2961
Fukoidan Dosis
50
Kontrol
Negatif(CMC)
-1.28000* .30942 .003 -2.1239 -.4361
Fukoidan Dosis
100
Kontrol
Negatif(CMC)
-1.41000* .30942 .001 -2.2539 -.5661
Fukoidan Dosis
150
Kontrol
Negatif(CMC)
-1.45750* .30942 .001 -2.3014 -.6136
lESI_ULLKUS Kontrol
Positif(Obat)
Kontrol
Negatif(CMC)
-2.95000 4.07841 .879 -
14.0731
8.1731
Fukoidan Dosis
50
Kontrol
Negatif(CMC)
-3.72500 4.07841 .772 -
14.8481
7.3981
Fukoidan Dosis
100
Kontrol
Negatif(CMC)
-8.00000 4.07841 .198 -
19.1231
3.1231
Fukoidan Dosis
150
Kontrol
Negatif(CMC)
-2.92500 4.07841 .882 -
14.0481
8.1981
a. Dunnett t-tests treat one group as a control, and compare all other groups against it.
Universitas Sumatera Utara
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Lampiran 10 : (Lanjutan)
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable
(I)
Tipe_Perlakuan
(J)
Tipe_Perlakuan
Mean
Difference
Std.
Error Sig.
95% Confidence
Interval
Universitas Sumatera Utara
(I-J) Lower
Bound
Upper
Bound
Nilai Tukey
HSD
Kontrol
Negatif(CMC)
Kontrol
Positif(Obat)
1.1250 .7027 .519 -1.045 3.295
Fukoidan Dosis
50
.5000 .7027 .951 -1.670 2.670
Fukoidan Dosis
100
.8750 .7027 .726 -1.295 3.045
Fukoidan Dosis
150
.5000 .7027 .951 -1.670 2.670
Kontrol
Positif(Obat)
Kontrol
Negatif(CMC)
-1.1250 .7027 .519 -3.295 1.045
Fukoidan Dosis
50
-.6250 .7027 .896 -2.795 1.545
Fukoidan Dosis
100
-.2500 .7027 .996 -2.420 1.920
Fukoidan Dosis
150
-.6250 .7027 .896 -2.795 1.545
Fukoidan Dosis
50
Kontrol
Negatif(CMC)
-.5000 .7027 .951 -2.670 1.670
Kontrol
Positif(Obat)
.6250 .7027 .896 -1.545 2.795
Fukoidan Dosis
100
.3750 .7027 .982 -1.795 2.545
Fukoidan Dosis
150
.0000 .7027 1.000 -2.170 2.170
Fukoidan Dosis
100
Kontrol
Negatif(CMC)
-.8750 .7027 .726 -3.045 1.295
Kontrol
Positif(Obat)
.2500 .7027 .996 -1.920 2.420
Fukoidan Dosis
50
-.3750 .7027 .982 -2.545 1.795
Fukoidan Dosis
150
-.3750 .7027 .982 -2.545 1.795
Fukoidan Dosis
150
Kontrol
Negatif(CMC)
-.5000 .7027 .951 -2.670 1.670
Universitas Sumatera Utara
Kontrol
Positif(Obat)
.6250 .7027 .896 -1.545 2.795
Fukoidan Dosis
50
.0000 .7027 1.000 -2.170 2.170
Fukoidan Dosis
100
.3750 .7027 .982 -1.795 2.545
LSD Kontrol
Negatif(CMC)
Kontrol
Positif(Obat)
1.1250 .7027 .130 -.373 2.623
Fukoidan Dosis
50
.5000 .7027 .488 -.998 1.998
Fukoidan Dosis
100
.8750 .7027 .232 -.623 2.373
Fukoidan Dosis
150
.5000 .7027 .488 -.998 1.998
Kontrol
Positif(Obat)
Kontrol
Negatif(CMC)
-1.1250 .7027 .130 -2.623 .373
Fukoidan Dosis
50
-.6250 .7027 .388 -2.123 .873
Fukoidan Dosis
100
-.2500 .7027 .727 -1.748 1.248
Fukoidan Dosis
150
-.6250 .7027 .388 -2.123 .873
Fukoidan Dosis
50
Kontrol
Negatif(CMC)
-.5000 .7027 .488 -1.998 .998
Kontrol
Positif(Obat)
.6250 .7027 .388 -.873 2.123
Fukoidan Dosis
100
.3750 .7027 .601 -1.123 1.873
Fukoidan Dosis
150
.0000 .7027 1.000 -1.498 1.498
Fukoidan Dosis
100
Kontrol
Negatif(CMC)
-.8750 .7027 .232 -2.373 .623
Kontrol
Positif(Obat)
.2500 .7027 .727 -1.248 1.748
Fukoidan Dosis
50
-.3750 .7027 .601 -1.873 1.123
Universitas Sumatera Utara
Fukoidan Dosis
150
-.3750 .7027 .601 -1.873 1.123
Fukoidan Dosis
150
Kontrol
Negatif(CMC)
-.5000 .7027 .488 -1.998 .998
Kontrol
Positif(Obat)
.6250 .7027 .388 -.873 2.123
Fukoidan Dosis
50
.0000 .7027 1.000 -1.498 1.498
Fukoidan Dosis
100
.3750 .7027 .601 -1.123 1.873
Volume_cairan Tukey
HSD
Kontrol
Negatif(CMC)
Kontrol
Positif(Obat)
1.36000* .19531 .000 .7569 1.9631
Fukoidan Dosis
50
.82750* .19531 .005 .2244 1.4306
Fukoidan Dosis
100
1.22250* .19531 .000 .6194 1.8256
Fukoidan Dosis
150
1.09000* .19531 .000 .4869 1.6931
Kontrol
Positif(Obat)
Kontrol
Negatif(CMC)
-1.36000* .19531 .000 -1.9631 -.7569
Fukoidan Dosis
50
-.53250 .19531 .097 -1.1356 .0706
Fukoidan Dosis
100
-.13750 .19531 .952 -.7406 .4656
Fukoidan Dosis
150
-.27000 .19531 .647 -.8731 .3331
Fukoidan Dosis
50
Kontrol
Negatif(CMC)
-.82750* .19531 .005 -1.4306 -.2244
Kontrol
Positif(Obat)
.53250 .19531 .097 -.0706 1.1356
Fukoidan Dosis
100
.39500 .19531 .302 -.2081 .9981
Fukoidan Dosis
150
.26250 .19531 .670 -.3406 .8656
Fukoidan Dosis
100
Kontrol
Negatif(CMC)
-1.22250* .19531 .000 -1.8256 -.6194
Kontrol
Positif(Obat)
.13750 .19531 .952 -.4656 .7406
Universitas Sumatera Utara
Fukoidan Dosis
50
-.39500 .19531 .302 -.9981 .2081
Fukoidan Dosis
150
-.13250 .19531 .958 -.7356 .4706
Fukoidan Dosis
150
Kontrol
Negatif(CMC)
-1.09000* .19531 .000 -1.6931 -.4869
Kontrol
Positif(Obat)
.27000 .19531 .647 -.3331 .8731
Fukoidan Dosis
50
-.26250 .19531 .670 -.8656 .3406
Fukoidan Dosis
100
.13250 .19531 .958 -.4706 .7356
LSD Kontrol
Negatif(CMC)
Kontrol
Positif(Obat)
1.36000* .19531 .000 .9437 1.7763
Fukoidan Dosis
50
.82750* .19531 .001 .4112 1.2438
Fukoidan Dosis
100
1.22250* .19531 .000 .8062 1.6388
Fukoidan Dosis
150
1.09000* .19531 .000 .6737 1.5063
Kontrol
Positif(Obat)
Kontrol
Negatif(CMC)
-1.36000* .19531 .000 -1.7763 -.9437
Fukoidan Dosis
50
-.53250* .19531 .016 -.9488 -.1162
Fukoidan Dosis
100
-.13750 .19531 .492 -.5538 .2788
Fukoidan Dosis
150
-.27000 .19531 .187 -.6863 .1463
Fukoidan Dosis
50
Kontrol
Negatif(CMC)
-.82750* .19531 .001 -1.2438 -.4112
Kontrol
Positif(Obat)
.53250* .19531 .016 .1162 .9488
Fukoidan Dosis
100
.39500 .19531 .061 -.0213 .8113
Fukoidan Dosis
150
.26250 .19531 .199 -.1538 .6788
Fukoidan Dosis
100
Kontrol
Negatif(CMC)
-1.22250* .19531 .000 -1.6388 -.8062
Universitas Sumatera Utara
Kontrol
Positif(Obat)
.13750 .19531 .492 -.2788 .5538
Fukoidan Dosis
50
-.39500 .19531 .061 -.8113 .0213
Fukoidan Dosis
150
-.13250 .19531 .508 -.5488 .2838
Fukoidan Dosis
150
Kontrol
Negatif(CMC)
-1.09000* .19531 .000 -1.5063 -.6737
Kontrol
Positif(Obat)
.27000 .19531 .187 -.1463 .6863
Fukoidan Dosis
50
-.26250 .19531 .199 -.6788 .1538
Fukoidan Dosis
100
.13250 .19531 .508 -.2838 .5488
lESI_ULLKUS Tukey
HSD
Kontrol
Negatif(CMC)
Kontrol
Positif(Obat)
2.95000 4.07841 .948 -9.6438 15.5438
Fukoidan Dosis
50
3.72500 4.07841 .887 -8.8688 16.3188
Fukoidan Dosis
100
8.00000 4.07841 .330 -4.5938 20.5938
Fukoidan Dosis
150
2.92500 4.07841 .949 -9.6688 15.5188
Kontrol
Positif(Obat)
Kontrol
Negatif(CMC)
-2.95000 4.07841 .948 -
15.5438
9.6438
Fukoidan Dosis
50
.77500 4.07841 1.000 -
11.8188
13.3688
Fukoidan Dosis
100
5.05000 4.07841 .730 -7.5438 17.6438
Fukoidan Dosis
150
-.02500 4.07841 1.000 -
12.6188
12.5688
Fukoidan Dosis
50
Kontrol
Negatif(CMC)
-3.72500 4.07841 .887 -
16.3188
8.8688
Kontrol
Positif(Obat)
-.77500 4.07841 1.000 -
13.3688
11.8188
Fukoidan Dosis
100
4.27500 4.07841 .829 -8.3188 16.8688
Fukoidan Dosis
150
-.80000 4.07841 1.000 -
13.3938
11.7938
Universitas Sumatera Utara
Fukoidan Dosis
100
Kontrol
Negatif(CMC)
-8.00000 4.07841 .330 -
20.5938
4.5938
Kontrol
Positif(Obat)
-5.05000 4.07841 .730 -
17.6438
7.5438
Fukoidan Dosis
50
-4.27500 4.07841 .829 -
16.8688
8.3188
Fukoidan Dosis
150
-5.07500 4.07841 .727 -
17.6688
7.5188
Fukoidan Dosis
150
Kontrol
Negatif(CMC)
-2.92500 4.07841 .949 -
15.5188
9.6688
Kontrol
Positif(Obat)
.02500 4.07841 1.000 -
12.5688
12.6188
Fukoidan Dosis
50
.80000 4.07841 1.000 -
11.7938
13.3938
Fukoidan Dosis
100
5.07500 4.07841 .727 -7.5188 17.6688
LSD Kontrol
Negatif(CMC)
Kontrol
Positif(Obat)
2.95000 4.07841 .481 -5.7429 11.6429
Fukoidan Dosis
50
3.72500 4.07841 .376 -4.9679 12.4179
Fukoidan Dosis
100
8.00000 4.07841 .069 -.6929 16.6929
Fukoidan Dosis
150
2.92500 4.07841 .484 -5.7679 11.6179
Kontrol
Positif(Obat)
Kontrol
Negatif(CMC)
-2.95000 4.07841 .481 -
11.6429
5.7429
Fukoidan Dosis
50
.77500 4.07841 .852 -7.9179 9.4679
Fukoidan Dosis
100
5.05000 4.07841 .235 -3.6429 13.7429
Fukoidan Dosis
150
-.02500 4.07841 .995 -8.7179 8.6679
Fukoidan Dosis
50
Kontrol
Negatif(CMC)
-3.72500 4.07841 .376 -
12.4179
4.9679
Kontrol
Positif(Obat)
-.77500 4.07841 .852 -9.4679 7.9179
Fukoidan Dosis
100
4.27500 4.07841 .311 -4.4179 12.9679
Universitas Sumatera Utara
Fukoidan Dosis
150
-.80000 4.07841 .847 -9.4929 7.8929
Fukoidan Dosis
100
Kontrol
Negatif(CMC)
-8.00000 4.07841 .069 -
16.6929
.6929
Kontrol
Positif(Obat)
-5.05000 4.07841 .235 -
13.7429
3.6429
Fukoidan Dosis
50
-4.27500 4.07841 .311 -
12.9679
4.4179
Fukoidan Dosis
150
-5.07500 4.07841 .232 -
13.7679
3.6179
Fukoidan Dosis
150
Kontrol
Negatif(CMC)
-2.92500 4.07841 .484 -
11.6179
5.7679
Kontrol
Positif(Obat)
.02500 4.07841 .995 -8.6679 8.7179
Fukoidan Dosis
50
.80000 4.07841 .847 -7.8929 9.4929
Fukoidan Dosis
100
5.07500 4.07841 .232 -3.6179 13.7679
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Lampiran 10 (lanjutan) :
Homogeneous Subsets
Nilai
Tipe_Perlakuan N
Subset for alpha =
0.05
1
Tukey HSDa Kontrol Positif(Obat) 4 1.000
Fukoidan Dosis 100 4 1.250
Fukoidan Dosis 50 4 1.625
Fukoidan Dosis 150 4 1.625
Kontrol Negatif(CMC) 4 2.125
Sig. .519
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Universitas Sumatera Utara
Nilai
Tipe_Perlakuan N
Subset for alpha =
0.05
1
Tukey HSDa Kontrol Positif(Obat) 4 1.000
Fukoidan Dosis 100 4 1.250
Fukoidan Dosis 50 4 1.625
Fukoidan Dosis 150 4 1.625
Kontrol Negatif(CMC) 4 2.125
Sig. .519
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.
Volume_cairan
Tipe_Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2
Tukey HSDa Kontrol Positif(Obat) 4 1.2025
Fukoidan Dosis 100 4 1.3400
Fukoidan Dosis 150 4 1.4725
Fukoidan Dosis 50 4 1.7350
Kontrol Negatif(CMC) 4 2.5625
Sig. .097 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.
Lampiran 10 (Lanjutan) : Hasil Statistik uji anti ulkus
lESI_ULLKUS
Tipe_Perlakuan N
Subset for alpha =
0.05
1
Tukey HSDa Fukoidan Dosis 100 4 1.9250
Universitas Sumatera Utara
Fukoidan Dosis 50 4 6.2000
Kontrol Positif(Obat) 4 6.9750
Fukoidan Dosis 150 4 7.0000
Kontrol Negatif(CMC) 4 9.9250
Sig. .330
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.
Universitas Sumatera Utara