valuasi dan komersialisasi teknologi kopi luwak

25
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi Luwak adalah biji kopi yang diambil dari sisa kotoran “luwak” (musang kelapa). Kopi luwak ini merupakan salah satu kopi paling aneh di dunia. Kopi yang pada umumnya dipanen (dipetik) terlebih dahulu bila sudah matang dan kemudian diproses sampai menjadi bubuk kopi. Pada kopi luwak sangat berbeda, biji kopi dibiarkan berjatuhan, kemudian petani melepaskan binatang luwak, dan membiarkan musang-musang itu memakan biji kopi yang berjatuhan tadi, kemudian mereka menunggu binatang luwak itu mengeluarkan kotoran. Memang kopi luwak terkesan sangat menjijikkan, karena biji kopi itu keluar bersamaan dengan kotoran luwak, tapi meskipun terkesan sangat menjijikkan ternyata kopi ini sangat enak dan nikmat. Para peneliti di Kanada telah membuktikan bahwa kandungan protein yang terdapat di dalam perut luwak menjadikan kopi berfermentasi dan matang lebih sempurna. Jadi rasa yang dihasilkannya pun lebih nikmat dibandingkan dengan kopi-kopi lainnya. Kopi luwak merupakan jenis biji kopi yang termahal di dunia, sehingga sampai masuk ke Guiness Book of Records. Empat tahun belakangan ini harga kopi luwak di pasar internasional semakin meningkat, bahkan mencapai US$ 500/kg bentuk biji kering (kadar air 11,5%). Bandingkan dengan harga kopi biasa kualitas nomor 1 yang hanya US$ 4,5/kg. Kemasyhuran kopi luwak telah terkenal sampai kemancanegara, bahkan di Luar Negeri, terdapat kafe yang menjual kopi luwak (Civet Coffee) dengan harga yang mahal. Hanya saja, kuantitas produk belum terjaga secara kontinyu. Penyebab utamanya, kopi luwak 100% masih tergantung pada alam. Selain itu, masalah dalam penggunaaan luwak adalah populasi luwak di alam bebas sudah sangat menurun sehingga tidak mungkin menggunakan luwak tangkapan liar. CITES (2009) menyebutkan bahwa Paradoxorus hermaphroditus tergolong dalam appendix III , artinya statusnya dilindungi di daerah asalnya dan kawasan tempat ia hidup. Binatang pada status appendix III jika diperdagangkan harus berasal dari tangkaran, sehingga tidak boleh lagi menggunakan tangkapan liar. Kendala lain dalam produksi kopi luwak adalah asal kopi yang merupakan kotoran luwak. Meskipun kopi luwak dikatakan memiliki citarasa yang sangat tinggi, beberapa orang

Upload: ratih-purnama

Post on 04-Jul-2015

730 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: Valuasi Dan Komersialisasi Teknologi Kopi Luwak

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kopi Luwak adalah biji kopi yang diambil dari sisa kotoran “luwak” (musang kelapa). Kopi

luwak ini merupakan salah satu kopi paling aneh di dunia. Kopi yang pada umumnya dipanen

(dipetik)  terlebih dahulu bila sudah matang dan kemudian diproses sampai menjadi bubuk kopi. Pada

kopi luwak sangat berbeda, biji kopi dibiarkan berjatuhan, kemudian petani melepaskan binatang

luwak, dan membiarkan musang-musang itu memakan biji kopi yang berjatuhan tadi, kemudian

mereka menunggu binatang luwak itu mengeluarkan kotoran. Memang kopi luwak terkesan sangat

menjijikkan, karena biji kopi itu keluar bersamaan dengan kotoran luwak, tapi meskipun terkesan

sangat menjijikkan ternyata kopi ini sangat enak dan nikmat. Para peneliti di Kanada telah

membuktikan bahwa kandungan protein yang terdapat di dalam perut luwak menjadikan kopi

berfermentasi dan matang lebih sempurna. Jadi rasa yang dihasilkannya pun lebih nikmat

dibandingkan dengan kopi-kopi lainnya.

Kopi luwak merupakan jenis biji kopi yang termahal di dunia, sehingga sampai masuk ke

Guiness Book of Records. Empat tahun belakangan ini harga kopi luwak di pasar internasional

semakin meningkat, bahkan mencapai US$ 500/kg bentuk biji kering (kadar air 11,5%). Bandingkan

dengan harga kopi biasa kualitas nomor 1 yang hanya US$ 4,5/kg. Kemasyhuran kopi luwak telah

terkenal sampai kemancanegara, bahkan di Luar Negeri, terdapat kafe yang menjual kopi luwak (Civet

Coffee) dengan harga yang mahal. Hanya saja, kuantitas produk belum terjaga secara kontinyu.

Penyebab utamanya, kopi luwak 100% masih tergantung pada alam. Selain itu, masalah dalam

penggunaaan luwak adalah populasi luwak di alam bebas sudah sangat menurun sehingga tidak

mungkin menggunakan luwak tangkapan liar. CITES (2009) menyebutkan bahwa Paradoxorus

hermaphroditus tergolong dalam appendix III , artinya statusnya dilindungi di daerah asalnya dan

kawasan tempat ia hidup. Binatang pada status appendix III jika diperdagangkan harus berasal dari

tangkaran, sehingga tidak boleh lagi menggunakan tangkapan liar. Kendala lain dalam produksi kopi

luwak adalah asal kopi yang merupakan kotoran luwak. Meskipun kopi luwak dikatakan memiliki

citarasa yang sangat tinggi, beberapa orang meragukan status kehalalannya. Beberapa orang juga

merasa jijik dengan asal kopi luwak.

Untuk mengatasi kendala kuantitas produksi dan persepsi sebagian konsumen atau calon

konsumen kopi luwak yang menganggap jijik kopi luwak, maka perlu dilakukan suatu terobosan

produksi kopi luwak yang bisa menguntungkan baik produsen maupun konsumen serta mampu

menjawab permasalahan produksi secara tradisional. Produksi kopi luwak harus bisa dilakukan dalam

jumlah besar, dengan metode yang lebih praktis, dan status kebersihannya yang lebih terjaga. Salah

satu cara yang ditawarkan adalah melalui suatu teknologi fermentasi yang memodifikasi atau meniru

kondisi fermentasi yang terjadi dalam perut luwak. Hal ini bisa dilakukan dengan mengondisikan

kondisi proses sesuai dengan kondisi proses yang terjadi dalam perut luwak.

B. TujuanTujuan makalah Valuasi dan Komersialisasi Teknologi ini adalah sebagai berikut :

1. Memaparkan kemungkinan inovasi pembuatan kopi luwak secara sintesis dengan menggunakan enzim dan mikroorganisme yang sesuai dengan perut luwak

2. Mempelajari dan mengetahui secara umum dan khusus proses inovasi teknologi kopi luwak3. Mempelajari proses pemberian nilai tambah dan komersialisasi pada kopi luwak tanpa luwak4. Mengetahui rancangan bisnis model dari produk inovasi kopi luwak tanpa luwak

Page 2: Valuasi Dan Komersialisasi Teknologi Kopi Luwak

5. Mempelajari proses perancangan sebuah industri komersial dengan visi dan misi yang jelas

II. PEMBAHASAN

A. Deskripsi Produk

Kolutalu atau Kopi Luwak Tanpa Luwak merupakan salah satu produk turunan dari

pengolahan biji kopi yang memanfaatkan proses fermentasi yang direkayasa sesuai dengan kondisi

fermentasi pada sistem pencernaan hewan luwak. Kopi yang digunakan untuk pembuatan Kolutalu

merupakan kopi jenis arabica dan robusta.

Produk Kolutalu memiliki dua brand yaitu Kolutalu Premium dan Kolutalu Gold. Kolutalu

Premium terdiri dari kopi arabica dan robusta dengan perbandingan 1 : 1. Sedangkan untuk Kolutalu

Gold terdiri dari kopi arabica dan robusta dengan perbandingan 1 : 3. Biji kopi yang digunakan untuk

produk Kolutalu Premium merupakan biji kopi dengan Mutu (Grade) I, sedangkan biji kopi yang

digunakan untuk produk Kolutalu Gold merupakan biji kopi dengan Mutu (Grade) II. Kualifikasi jenis

mutu biji kopi sesuai dengan persyaratan berikut ini:

Kualifikasi Mutu Total Nilai Cacat

Mutu (Grade) 1 Max 11

Mutu (Grade) 2 12-25

Mutu (Grade) 3 26 -44

Mutu (Grade) 4a 45 -60

Mutu (Grade) 4b 61-80

Mutu (Grade) 5 81-150

Mutu (Grade) 6 151-225

Kriteria Penentuan Nilai Cacat :

Jenis Cacat Nilai Cacat

1 Biji Hitam (Black beans) 1

2 Biji Hitam sebagian (Partly Black beans) 1

2 Biji Hitam pecah (Broken Black beans) 1

1 Husk kopi(Husk Coffe) 1

4 biji coklat (brown beans) 1

1 Husk ukuran besar (large husk framents) 1

2 Husk ukuran sedang (medium husk framents) 1

5 Husk ukuran kecil (small husk framents) 1

10 biji berkulit ari (beans in silver skin) : Robusta/WP 1

2 biji berkulit tanduk (beans in parchments) 1

2 kulit tanduk ukuran besar (large parchment fragmt) 1

5 kulit tandung ukuran sedang 1

10 kulit tanduk ukuran kecil 1

5 biji pecah (broken beans) 1

5 biji muda (immature beans) 1

10 biji berlubang satu (beans with one hole) 1

5 biji berlubang lebih dari Saturday 1

Page 3: Valuasi Dan Komersialisasi Teknologi Kopi Luwak

10 biji bertutul-tutul (spotted beans) : WP 1

1 ranting, tanah, batu ukuran besar 5

1 ranting, tanah,batu ukuran sedang 2

1 ranting, tanah, batu ukuran kecil 1

Syarat mutu

1. Pengolahan Basah (Dry Process- DP)

a) Kadar air maksimum ± 13 % (bobot/bobot)

b) Kadar kotoran berupa ranting, batu, gumpalan tanah dan benda-2 asing lainnya, maksimum

0,5 % (bobot/bobot)

c) Bebas dari serangga hidup 

d) Bebas dari biji berbau busuk, berbau kapang dan bulukan 

e) Biji tidak lolos ayakan 3x3 mm (8 mesh) dengan maksimum lolos 1 % (bobot/bobot)

f) Untuk bisa disebut biji berukuran besar, harus memenuhi persyaratan tidak lolos ayakan

ukuran 5,6x5,6 mm (3,5 mesh) dgn maksimum lolos 1 % (bobot/bobot)

2. Pengolahan Kering (Wet Process-WP)

a) Kadar air maksimum ± 12 % (bobot/bobot)

b) Kadar kotoran berupa ranting, batu, gumpalan tanah dan benda-2 asing lainnya, maksimum

0,5 % (bobot/bobot) 

c) Bebas dari serangga hidup 

d) Bebas dari biji berbau busuk, berbau kapang dan bulukan 

e) Ukuran biji kopi untuk jenis robusta dibedakan :

1. Biji Ukuran Besar (L) : Tidak lolos ayakan lubang bulat ukuran diameter 7,5 mm, dengan

maksimum lolos 2,5 % (bobot/bobot).

2. Biji Ukuran Sedang (M) : Tidak lolos ayakan lubang bulat ukuran diameter 7,5 mm,

tetapi tidak lolos lubang bulat ukuran diameter 6,5 mm dengan maksimum lolos 2,5 %

(bobot/bobot).

3. Biji Ukuran Kecil (S) : Lolos ayakan lubang bulat ukuran diameter 7,5 mm, tetapi tidak

lolos lubang bulat ukuran diameter 5,5 mm dengan maksimum lolos 2,5 % (bobot/bobot).

Masing-masing brand memiliki target dan sasaran yang berbeda. Target dan sasaran Kolutalu

Premium yaitu kalangan menengah ke atas dimana produk ini hanya dapat diperoleh di outlet-outlet

Kolutalu yang telah tersedia. Produk Kolutalu Premium disajikan dalam bentuk hot coffee dan ice

blended coffee dengan rasa original. Serbuk Kolutalu Premium dikemas menggunakan alumunium foil

sebagai kemasan primer dengan netto 15 gram. Kemudian kemasan sekunder yang digunakan terbuat

dari kertas yang didesain semenarik mungkin. Penyajian Kolutalu Premium hot coffee yaitu dengan

menyajikan sachet Kolutalu Premium, termos air panas, seperangkat cangkir, gula, susu, dan creamer.

Dengan demikian, konsumen dapat membuat kopi sesuai dengan seleranya masing-masing dengan

tambahan gula, susu, dan creamer sesuai dengan keinginan. Sedangkan untuk Kolutalu Premium ice

blended coffee, konsumen melakukan pemesanan dan karyawan Kolutalu yang akan membuatkannya.

Target dan sasaran Kolutalu Gold yaitu kalangan menengah ke bawah. Produk ini dapat diperoleh

di supermarket-supermarket yang tersedia. Kolutalu Gold dikemas menggunakan alumunium foil

sebagai kemasan primer dengan netto 20 gram. Satu pak Kolutalu Gold terdiri dari 5 sachet Kolutalu

Gold 20 gram. Kolutalu Gold terdiri dari berbagai varian rasa seperti original, Kolutalu Gold + Gula,

Page 4: Valuasi Dan Komersialisasi Teknologi Kopi Luwak

Kolutalu Gold + Susu, Kolutalu Gold + Gula + Creamer, Kolutalu Gold + Vanila, dan Kolutalu Gold

+ Mint.

B. Manfaat Produk

1. Manfaat Fisik Produk Jaminan halal produk lebih jelas Bermanfaat bagi kesehatan Kandungan antioksidan dalm produk dapat mencegah penyakit saraf Kandungan kafein memiliki kemampuan anti mikroba dan anti lengket sehingga

dapat melindungi gigi Menurunkan resiko kangker payudara Membantu menurunkan resiko kanker kulit nonmelanoma hingga 17 % Mencegah diabetes

2. Manfaat Ekonomi Kopi Luwak Tanpa Luwak (Kolutalu): Terciptanya produk rekayasa kopi luwak yang dapat dinikmati oleh kalangan

menengah ke bawah.

Membentuk ikatan kerja sama antara perusahaan dengan warga sekitar melalui

penerimaan karyawan khusus untuk warga sekitar.

Menerima hasil panen kopi dari petani pemilik perkebunan kopi namun yang sudah

diolah terlebih dahulu menjadi biji kopi.

Pemenuhan kopi KOLUTALU bagi konsumen bisa berlanjut (continous) tanpa ada

hambatan dari populasi hewan luwak karena menggunakan isoalat bakteri.

Produk yang dihasilkan dapat terjamin kehalalannya karena menggunakan isolat

bakteri dalam proses fermentasinya jika dibandingkan dengan kopii luwak asli yang

diperoleh dari kotoran luwak yang memiliki kesan menjijikkan.

C. Proses Produksi Kolutalu

Teknologi proses pembuatan kolutalu dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Fermentasi

Proses fermentasi bertujuan untuk melepaskan daging buah berlendir (mucilage) dan

kulit ari yang masih melekat pada kulit tanduk. Hidrolisis pektin disebabkan oleh pektinase

yang terdapat didalam buah atau reaksinya bisa dipercepat dengan mikroba.

Fermentasi dilakukan dengan pembungkusan biji kopi yang sudah tercampur dengan

cairan ragi fermentasi ke dalam alumunium foil. Penggunaan alumunium foil ini bertujuan

agar proses fermentasi berlangsung secara steril atau agar tidak terkontaminasi oleh

mikroorganisme asing yang dapat menggangu jalannya proses fermentasi. Biji kopi

dibungkus rapat agar proses fermentasi berjalan optimal. Proses fermentasi memerlukan

waktu 24 jam dengan suhu ruang.

Perubahan yang Terjadi selama Proses Fermentasi :

a. Pemecahan Komponen mucilage

Bagian yang tepenting dari lapisan berlendir (getah) ini adalah komponen

protopektin yaitu suatu "insoluble complex" tempat terjadinya meta cellular lactice dari

daging buah. Material inilah yang terpecah dalam proses fementasi. Ada yang berpendapat

bahwa tejadinya pemecahan getah itu adalah sebagai akibat bekerjanya suatu enzim yang

Page 5: Valuasi Dan Komersialisasi Teknologi Kopi Luwak

terdapat dalam buah kopi. Enzim ini termasuk sejenis katalase yang akan memecah

protopektin didalam buah kopi.

Kondisi fermentasi dengan pH 5.5-6.0, pemecahan getah akan berjalan cukup

cepat. Apabila pH diturunkan menjadi 4.0 maka kecepatan pemecahan akan menjadi 3 kali

lebih cepat dan apabila pH 3.65 pemecahan akan menjadi dua kali lebih cepat. Dengan

penambahan larutan penyangga fosfat sitrat maka kondisi pH akan dapat stabilbagi

aktivitas protopektinase.

Dalam proses ferrmentasi dapat ditambahkan 0.025 persen enzim pektinase yang

dihasilkan dari isolasi sejenis kacang. Dengan penambahan 0.025 persen enzim pektinase

maka fementasi dapat berlangsung selama 5 sampai 10 jam dengan menaikkan suhu sedikit.

Sedangkan bagi proses fermentasi yang alami diperlukanwaktu sekitar 36 jam. Pada waktu

buah kopi tersebut mengalami pulping sebagian besar enzym tersebut terpisahkan dari kulit

dan daging buah, akan tetapi sebagian kecil masih tertinggal dalam bagian sari buah kopi.

b. Pemecahan Gula

Sukrosa merupakan komponen penting dalam daging buah kopi. Kadar gula akan

meningkat dengan cepat selama proses pematangan buah yang dapat dikenal dengan

adanya rasa manis.

Gula adalah senyawaan yang larut dalam air, oleh karena itu dengan adanya proses

pencucian lebih dari 15 menit akan banyak menyebabkan terjadinya banyak kehilangan

konsentrasinya. Proses difusi gula dari biji melalui parchment ke daging buah yang berjalan

sangat lambat. Proses ini terjadi sewaktu pemisahan buah. Oleh karena itu kadar gula dalam

daging biji akan mempengaruhi konsentrasi gula di dalam getah beberapa jam setelah

fermentasi.

Sebagai hasil proses pemecahan gula adalah asam laktat dan asam asetat dengan

kadar asam laktat yang lebih besar. Asam-asam lain yang dihasilkan dari proses fermentasi

ini adalah etanol, asam butirat dan propionat. Asam lain akan memberikan onion flavor.

c. Perubahan Warna Kulit

Biji kopi yang telah terpisahkan dari pulp dan parchment maka kulit ari akan

bewarna coklat. Juga jaringan daging biji akan bewarna sedikit kecoklatan yang tadinya

bewarna abu-abu atau abu-abu kebiruan. Proses "browning" ini terjadi akibat oksidasi

polifenol. Terjadinya warna kecoklatan yang kurang menarik ini dapat dicegah dalam

proses fermentasi melalui pemakaian air pencucian yang bersifat alkalis.

2. Pencucian

Pencucian setelah fermentasi bertujuan untuk menghilangkan kotoran serta jamur.

Proses awal dilakukan dengan merendamkan biji kopi hasil fermentasi dalam wadah yang diisi

dengan air bersih. Proses perendaman ini dapat menjadi dasar untuk mengetahui kualitas biji

kopi yang dihasilkan. Perendaman dilakukan selama 15 menit, setelah itu diperiksa keadaan biji

kopi dalam rendaman. Biji kopi yang mengapung merupakan biji kopi dengan kualitas kurang

baik. Sedangkan biji kopi yang masih terendam dalam air merupakan biji kopi dengan kualitas

baik. Setelah proses perendaman, biji kopi dicuci menggunakan air yang dialirkan diatas wadah

untuk menghilangkan kotoran dan jamur.

3. Penjemuran

Penjemuran dilakukan dibawah sinar matahari dengan alas yang bersih. Penjemuran ini

bertujuan untuk mengurangi kadar air akibat proses pencucian dan meningkatkan kematangan

Page 6: Valuasi Dan Komersialisasi Teknologi Kopi Luwak

kopi. Proses penjemuran dapat mengakibatkan perubahan warna. Penjemuran dilakukan selama

beberapa jam sampai kondisi biji kopi cukup kering. Proses pengeringan dilakukan dengan

pemberian panas pada conveyor berjalan ssehingga membutuhkan waktu pemanasan 5 menit.

4. Sangrai dan penggilingan biji kopi

Pembuatan kopi bubuk dilakukan dengan penyangraian menggunakan mesin pemanas.

Biji kopi di panaskan pada suhu 200-225°C. Proses ini dapat dilakukan secara tertutup atau

terbuka. Dalam proses penyangraian ini biji kopi mengalami dua proses, yaitu penguapan air

pada suhu 100°C dan pirolisis pada suhu pada suhu 180-225°C. Pada tahap pirolisis kopi

mengalami perubahan kimia, penguapan zat asam, dan terbentuknya aroma khas kopi. Setelah

biji kopi mencapai tahap roasting point atau kopi masak, sangrai pemanasan selesai. Proses

penyangraian membutuhakan waktu 30 menit dengan kapasitas 75 kg/ jam. Biji kopi didinginkan

dan siap digiling. Penggilingan biji kopi dapat meningkatkan luas permukaan kopi, sehingga

pada saat pembuatannya, penyerapan rasa pada kopi akan lebih mudah. Saringan yang digunakan

untuk memisahakan kopi yang telah halus yaitu 80 mesh. Rendemen yang diperoleh dalam

proses penyangraian adalah 87% sedangkan rendemen pada proses penggillingan adalah 81%.

Berikut disajikan diagram alir pembuatan Kolutalu:

Diagram alir pembuatan Kolutalu

Kopi Luwak tanpa Luwak

(serbuk)

Biji kopi

Fermentasi

Pencucian

Penyangraian

Penggilingan

Penjemuran

Isolat lactobacillus dan isolat leuconostoc

Page 7: Valuasi Dan Komersialisasi Teknologi Kopi Luwak

D. Metode Valuasi ProdukNilai (value) merupakan persepsi seseorang adalah harga yang diberikan oleh seseorang

terhadap sesuatu pada suatu tempat dan waktu tertentu. Kegunaan, kepuasaan dan kesenangan merupakan istilah-istilah lain yang diterima dan berkonotasi nilai atau harga. Ukuran harga ditentukan oleh waktu, barang, atau uang yang akan dikorbankan seseorang untuk memiliki atau menggunakan barang atau jasa yang diinginkannya. Penilaian adalah kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan konsep dan metodologi untuk menduga nilai barang dan jasa (Johansson, 1987).

Penilaian ini digunakan oleh peserta pasar keuangan untuk menentukan harga yang mereka bersedia membayar atau menerima untuk menikmati suatu bisnis penjualan. Selain memperkirakan harga jual sebuah bisnis, alat-alat penilaian yang sama sering digunakan oleh penilai usaha untuk menyelesaikan sengketa yang berkaitan dengan hadiah estate dan perpajakan, perceraian litigasi, mengalokasikan harga pembelian bisnis antara aset usaha, membentuk suatu formula untuk memperkirakan nilai mitra kepemilikan untuk perjanjian jual-beli, dan banyak bisnis dan tujuan hukum (Prat et al., 2000).

Sebelum nilai bisnis dapat diukur, tugas penilaian harus menentukan alasan dan keadaan di sekitar valuasi bisnis. Ini secara resmi dikenal sebagai standar nilai bisnis dan nilai premis. Standar nilai adalah kondisi hipotetis di mana bisnis akan dihargai. Premis nilai yang berkaitan dengan asumsi-asumsi, seperti anggapan bahwa bisnis akan terus selamanya dalam bentuk yang sekarang (going concern), atau bahwa nilai dari usaha terletak pada hasil dari penjualan seluruh aset dikurangi hutang terkait (jumlah bagian-bagiannya atau sekumpulan aset bisnis) (Prat et al., 2000).

Hasil penilaian bisnis dapat bervariasi tergantung pada pilihan kedua standar dan nilai premis. Dalam sebuah bisnis yang sebenarnya dijual, itu akan diharapkan bahwa pembeli dan penjual, masing-masing dengan insentif untuk mencapai hasil yang optimal, akan menentukan nilai pasar wajar aset bisnis yang akan bersaing dalam pasar seperti akuisisi. Jika sinergi khusus untuk perusahaan yang dihargai, mereka mungkin tidak akan dipertimbangkan. Nilai wajar juga tidak memasukkan diskon untuk kurangnya kontrol atau pemasaran (Prat et al., 2000).

Namun, perlu diketahui bahwa adalah mungkin untuk mencapai nilai pasar wajar aset bisnis yang sedang dilikuidasi di pasar sekunder. Ini menggarisbawahi perbedaan antara standar dan premis nilai. Asumsi ini mungkin tidak, dan mungkin tidak, mencerminkan kondisi sebenarnya pasar di mana bisnis subjek dapat dijual. Namun, kondisi ini diasumsikan karena mereka menghasilkan suatu standar nilai seragam, setelah diterima secara umum menerapkan teknik penilaian, yang memungkinkan bermakna perbandingan antara perusahaan yang sama-sama terletak (Prat et al., 2000).

Valuasi merupakan suatu aktivitas yang berusaha untuk mencapai tujuan dengan cara melakukan prediksi atas hasil yang akan didapat (Razgaitis, 2004). Valuasi berguna dalam analisis pendahuluan (portfolio), pendanaan, pengembangan bisnis, dan gabungan serta kegiatan akuisisi. Menurut Razgaitis (2004), penentuan harga suatu teknologi baru adalah upaya menentukan harga dari suatu teknologi yang didasarkan atas kesepakatan antara pembeli dan penjual dimana tinggi rendahnya harga sangat ditentukan oleh kemampuan komunikasi dan pendekatan kedua belah pihak, sehingga penentuan harga dapat dipandang sebagai bentuk nyata dari aktivitas valuasi.

Saat ini terdapat berbagai macam metode untuk melakukan valuasi teknologi. Metode-metode tersebut menurut Dietrich (2001) adalah : 1). Pendekatan pasar (market approach), yaitu dengan melihat suatu teknologi berdasarkan pada hasil penjualan atau lisensi sebuah teknologi dan

Page 8: Valuasi Dan Komersialisasi Teknologi Kopi Luwak

Nilai cash flow pada tahun ke N = CF pada tahun ke N / (1 + R)^N

membandingkannya dengan teknologi yang sedang dinilai; 2). Real option value, yaitu penilaian yang digunakan untuk memperkirakan ketidakpastian arus kas dan resiko dari setiap pemilihan aset yang akan dikembangkan dan memperkirakan setiap kesempatan pertumbuhan masa depan yang mungkin untuk dilakukan.

Menurut Razgaitis (2004) terdapat enam metode valuasi teknologi. Adapun metode-metode tersebut adalah :

1. Standarisasi industri (industry standards), yaitu mendesain sebuah database dari kesepakatan-

kesepakatan kerjasama komersialisasi teknologi baru yang sudah pernah dilakukan oleh

investor dan inventor. Metode standarisasi industri merupakan sebuah panduan untuk

membandingkan nilai teknologi satu dengan lainnya. Metode ini dapat digunakan dengan baik

ketika teknologi yang sudah dijual atau dilisensikan tersebut dapat dikategorikan ke dalam dua

faktor, yaitu berdasarkan jenis dan kualitasnya.

2. Perankingan (rating/ranking), yaitu membandingkan kesepakatan perjanjian komersialisasi

teknologi yang sudah pernah dilakukan. Metode ini memerlukan identifikasi kesepakatan

teknologi yang sudah terdokumentasikan. Ketika kesepakatan teknologi-teknologi sudah

terdokumentasikan, maka kesepakatan teknologi yang mempunyai ke miripan dapat

dibandingkan dengan kesepakatan yang sudah pernah dilakukan, sehingga dalam

penggunaannya metode ini sangat berhubungan dengan metode standarisasi industri.

3. Rules of thumb, yaitu mengidentifikasikan dan menggunakan data pemasaran yang sesuai

sebagai acuan dalam penilaian. Rules of thumb merupakan panduan yang sangat berguna bagi

pengambil keputusan berdasarkan pada berbagai macam pengalaman seseorang dalam menilai

teknologi. Metode ini mengembangkan prinsip valuasi yang dapat secara tepat dan cepat

diaplikasikan ke berbagai macam situasi yang berbeda. Ide dasar dari metode ini adalah

negoisasi antara sejumlah pembeli dan penjual memiliki pemikiran yang sama sehingga dapat

ditimbulkan dan diaplikasikan.

4. Discounted cash flow (DCF), yaitu penentuan nilai sekarang dari semua aliran kas masa depan

berdasarkan pada pendapatan atau Net Present Value (NPV). Nilai DCF sangat bergantung

pada besarnya nilai Risk-Adjusted Hurdle Rate (RAHR) atau nilai k. Terdapat tiga faktor yang

menentukan DCF, yaitu : pemilihan waktu, besarnya nilai dan resiko untuk pembayaran masa

depan. Metode Discounted cash flow (DCF) merupakan metode yang berguna dalam

mengetahui harga yang calon pengguna teknologi bersedia bayarkan pada saat kesepakatan

terjadi, yaitu dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang didapatkan dari perolehan

hak atas teknologi tersebut (Reily, 2003 dalam Katz & McCormic, 2005).

Teknik discounted cash flow (DCF), yaitu mendiskon cash flow masa depan dengan projeksi

kinerja dimasa lalu. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan nilai wajar perusahaan dimasa depan

dilihat dari masa sekarang.

Keterangan :

Page 9: Valuasi Dan Komersialisasi Teknologi Kopi Luwak

CF = Cash Flow

R = Required Return (Discount Rate)

N = Nomer tahun dimasa depan

DCF ini digunakan untuk menentukan valuasi cash flow sebuah perusahaan dimasa

depan dengan asumsi asumsi tertentu untuk mendapatkan nilai valuasi saat ini. Cost of Capital

Rate yang digunakan untuk mendiskon cash flow perusahaan di masa depan dilihat dari masa

sekarang dikenal dengan company’s requered return, atau cost of capital. Perusahaan yang

stabil mempunyai cost of capital yang rendah. Sedangkan perusahaan yang riskan dengan cash

flow yang susah diprediksi memiliki cost of capital yang tinggi (www.roxar.wordpress.com).

Penggunaan metode DCF untuk penilaian lisensi hampir sama dengan penilaian saham suatu perusahaan (Razgaitis, 2004). Nilai DCF sangat bergantung pada besarnya nilai Risk-Adjusted Hurdle Rate (RAHR) atau faktor resiko. Faktpr resiko dapat diketahui dari salah satu jenis sudut pandang (Razgaitis, 2004), yaitu : 1). Inflasi; 2).tingkat pengembalian alternatif yang tersedia; dan 3). resiko pengembalian.

Terdapat tiga faktor yang menentukan DCF, yaitu : pemilihan waktu, besarnya nilai, dan resiko untuk pembayaran masa depan. Nilai DCF yang didapatkan digunakan sebagai landasan prediksi harga terhadap teknologi yang akan dikomersialkan.

5. Monte Carlo dan Real Option, yaitu metode valuasi teknologi berdasarkan pada aliran kas

dengan berbagai macam asumsi dari penerimaan dan biaya. Pada meode ini, satu perhitungan

tidak dibatasi untuk menghasilkan satu nilai perkiraan dari variabel-variabel utama seperti

penerimaan, biaya atau resiko. Perkiraan dibuat berdasarkan pada rentang pengeluaran dengan

berbagai macam kemungkinannya, sedangkan pada metode real option digunakan ketika

berhadapan dengan perhitungan proyek berjangka waktu panjang. Pada proyek ini,

pengeluaran dihitung pada awal proyek dengan umur proyek yang lama dantingkat

pengembalian proyek berada di akhir proyek, maka penggunaan satu nilai Risk-Adjusted

Hurdle Rates (RAHR) atau nilai k akan membuat semua proyek bernilai ekonomi

menguntungkan karena adanya faktor B/(1+k)n, yaitu nilai n yang besar. Metode ini akan

mengevaluasi semua investasi dan penerimaan dalam berbagai macam kemungkinan.

6. Pelelangan (auctions), yaitu menilai teknologi berdasarkan kesepakatan yang sedang dilakukan

sekarang untuk menawarkan perjanjian kerjasama komersialisasi teknologi. Hal ini yang

membedakan dengan metode industry standards yang menggunakan informasi pasar dari

kesepakatan-kesepakatan yang sudah pernah dilakukan dan mempunyai kemiripan dengan

teknologi yang sedang dinilai.

Valuasi dapat menjadi tidak akurat apabila nilai hasil valuasi tidak mewakili dari waktu yang diperlukan dan jumlah uang yang telah diinvestasikan untuk menghasilkan suatu teknologi. Nilai itu juga bergantung pada tingkat aksesibilitas teknologi tersebut. Semakin sulit untuk ditiru maka akan semakin baik posisinya dalam mendapatkan keuntungan. Masa hidup dan nilai dari teknologi dapat dipengaruhi pada munculnya suatu teknologi baru yang dapat menggantikan teknologi tersebut sehingga penetapan harga menjadi sangat sulit dilakukan bila melihat daur hidup dari teknologi baru tersebut.

Page 10: Valuasi Dan Komersialisasi Teknologi Kopi Luwak

Metode yang digunakan untuk valuasi produk kopi luwak tanpa luwak ini adalah industry standard yaitu membandingkan dengan industri lain atau perjanjian/agreement mengenai teknologi lain yang serupa dengan teknologi yang dimiliki. Pada kali ini kami membandingkan produk kopi luwak ini dengan kopi luwak yang dihasilkan oleh industri-industri kopi luwak yang sudah ada yang menggunakan luwak asli dalam proses produksinya.

Parameter-parameter yang dibandingkan antara industri kolutalu (kopi luwak tanpa luwak) ini dengan industri kopi luwak biasa, antara lain : cita rasa, aroma, ketersediaan produk, kehigienisan, harga, proses produksi, waktu produksi, dan keramahannya terhadap lingkungan. Bobot untuk masing-masing parameter kisaran 1 sampai 3, dengan 1 (kurang penting), 2 (penting), dan 3 (sangat penting). Masing-masing parameter yang sudah memiliki bobot kemudian diberikan skor sesuai dengan nilai yang didapat dari produk kopi luwak ini. Untuk skor masing-masing parameter kisaran angka 1 sampai 5, dengan 1 (sangat tidak baik), 2 (tidak baik), 3 (cukup baik), 4 (baik), dan 5 (sangat baik). Untuk memutuskan nilai dari produk kolutalu ini dengan produk kopi luwak yang sudah ada bobot dan skor dari masing-masing parameter dilakukan perkalian, dan diakumulasi. Perbandingan antara akumulasi industri kolutalu kami dengan industri kopi luwak yang sudah ada yang akan dijadikan nilai valuasi dari produk kami. Berikut merupakan hasil yang didapat :

ParameterBobot (1-3)

Skor (1-5) Bobot * Skor

Industri Kolutalu

Industri Kopi Luwak Biasa

Industri Kolutalu

Industri Kopi Luwak Biasa

Cita rasa 3 5 5 15 15

Aroma 3 4 4 12 12

Ketersediaan produk 2 5 4 10 8

Kehigienisan 3 4 3 12 9

Harga 2 4 3 8 6

Proses produksi 3 5 3 15 9

Waktu produksi 3 4 3 12 9

Ramah lingkungan 2 3 2 6 4

        90 72

      Value 1,25  

Page 11: Valuasi Dan Komersialisasi Teknologi Kopi Luwak

Untuk masing-masing parameter memiliki bobot yang berbeda-beda. Untuk cita rasa, aroma, kehigienisan, proses produksi, dan waktu produksi adalah parameter-parameter utama yang diunuggulkan dari produk kopi luwak dan berkaitan langsung pada proses pembuatan kopi luwak sehingga bobot untuk parameter ini sangat penting (3). Untuk parameter lainnya, ketersediaan produk, harga, dan keramahan terhadap lingkungan juga penting dalam produk ini, namun tidak langsung berkaitan pada proses produksi kopi luwak, sehingga bobot yang diberikan adalah 2 (penting). Selain bobot yang berbeda, skor yang diberikan juga berbeda untuk setiap parameter. Parameter-parameter tersebut antara lain :

a. Cita rasa

Cita rasa merupakan hal yang paling penting yang akan diperhatikan konsumen dalam memilih

makanan dan minuman, terutama kopi. Pada kopi luwak yang dihasilkan oleh industri kolutalu dan

industri kopi luwak yang sudah ada, keduanya memiliki cita rasa yang sangat baik, sehingga skor

yang yang diberikan adalah 5.

b. Aroma

Aroma yang dihasilkan kopi dihasilkan oleh zat volatile yang terkandung dalam kopi. Pada kopi

luwak yang dihasilkan oleh industri kolutalu dan industri kopi luwak yang sudah ada, keduanya

memiliki cita rasa yang baik, sehingga skor yang yang diberikan adalah 5.

c. Ketersediaan produk

Kopi luwak di Indonesia diketahui cukup langka dan jumlahnya terbatas. Kopi luwak ini hanya

terdapat pada daerah-daerah tertentu. Hal inilah yang merupakan salah satu yang menyebabkan

harga kopi luwak melambung tinggi. Pada kopi luwak yang dihasilkan oleh industri kolutalu

memiliki nilai yang lebih tinggi daripada industri yang sudah ada. Hal ini dikarenakan proses

pembuatan produk kolutalu yang mudah sehingga dapat diproduksi kapan saja dan berapa saja,

berbeda dengan kopi luwak dengan proses menggunakan luwak asli. Sehingga untuk kolutalu

diberikan skor 5 dan kopi luwak asli diberikan skor 4.

d. Kehigienisan

Dalam produk pangan, kehigienisan merupakan salah satu faktor yang diperhatikan oleh

konsumen. Akhir-akhir ini kopi luwak yang diproduksi oleh luwak diperdebatkan kehalalannya

karena proses pembuatannya yang tidak higienis. Berbeda dengan kopi luwak sintetis yang

diproduksi memakai enzim yang diisolasi dari perut luwak, jelas kehigienisanya lebih terjamin.

Sehingga untuk kolutalu diberikan skor 4 dan kopi luwak asli diberikan skor 3.

e. Harga

Harga masing-masing produk bersifat relatif dan dipengaruhi oleh banyak faktor, dapat dilihat dari

biaya produksi, kerumitan dalam proses produksi, ketersediaan produk, dan banyak hal lainnya.

Untuk harga, jika dilihat dari 3 faktor yang telah disebutkan, kolutalu jauh lebih murah

dibandingkan kopi luwak asli. Sehingga untuk kolutalu diberikan skor 4 dan kopi luwak asli

diberikan skor 3.

f. Proses produksi

Page 12: Valuasi Dan Komersialisasi Teknologi Kopi Luwak

Untuk proses produksi pada kolutalu ini jauh lebih mudah dibandingkan harus menggunakan

luwak asli. Sehingga untuk kolutalu diberikan skor 5 dibandingkan yang menggunakan perut

luwak sebagai tempat produksi (3).

g. Waktu produksi

Pada produksi kopi luwak asli dan sintetis perbedaannya hanya pada proses fermentasi. Pada kopi

luwak sintetis waktu yang dibutuhkan untuk fermentasi hanya 24 jam, sedangkan untuk kopi

luwak asli waktu fermentasi tidak dapat ditentukan, karena bergantung pada luwaknya sendiri.

Namun, biasanya waktu yang diperlukan lebih dari 24 jam. Sehingga untuk kopi luwak sintetis

diberikan skor 4 dan kopi luwak asli diberikan skor 3.

h. Keramahan lingkungan

Dalam pembuatan suatu produk, harus diperhatikan akibat yang akan ditimbulkan terhadap

lingkungan. Pada kopi luwak asli diproduksi dari kotoran luwak. Kotoran luwak menggandung gas

metan yang sangat berbahaya bagi lingkungan, sehingga dapat dipastikan bahwa kopi luwak

sintetis lebih ramah lingkungan dibandingkan kopi luwak asli. Walaupun dalam kopi luwak

sintesis juga menghasilkan limbah pada prosesnya (contoh : alumunium foil). Namun, limbah ini

tidak sebahaya gas metan. Sehingga untuk kopi luwak sintetis hanya diberikan skor 3 dan kopi

luwak asli hanya diberikan skor 2.

Dari faktor-faktor diatas, setelah diakumulasi dan dibandingkan, didapat bahwa kopi luwak

tanpa luwak seperempat kali lebih baik dibandingkan kopi luwak asli. Sehingga, dari metode

valuasi ini harga teknologi kopi luwak tanpa luwak dapat dipasarkan 25% lebih tinggi dari kopi

luwak yang dibuat secara alami menggunakan luwak.

E. Strategi Komersialisasi1. Market Screening

Barrier to Entry

Pendirian PT Indo Luwak Kopi ini, mengalami hambatan birokrasi yang tidak jelas terkait sertifikasi keaslian kopi, dan standardisasi intrenasional mengenai mutu kopi luwak, dan permainan spekulan.

Product Substitution

Produk ‘Kolutalu’ merupakan produk substistusi kopi luwak yang dihasilkan dari penangkaran luwak dan kopi luwak alam bebas melalui sistem pencernaannya. Kesan jijik dari kotoran luwak dan menghindari hukum najis mutawasithah yang ditetapkan oleh MUI, menjadi salah satu persoalan yang dijawab oleh produk Kolutalu, karena mekanisme prosesnya dilakukan dengan teknologi mikrobial tanpa luwak secara hiegenis.

Main Competitor

Kolutalu memiliki banyak pesaing yang menjadi main competitor diantaranya ditunjukan oleh tabel berikut:

Produsen Lokasi Kapasitas produksi Target pasar Harga jual per kg

Page 13: Valuasi Dan Komersialisasi Teknologi Kopi Luwak

Duta luwak brother,s link

Lampung barat

Luwak robusta 500kg/bulan luwak arabika100kg/bulan

Taiwan, korea, eropa

20 produsen Liwa Lampung Barat

Lampung barat 20 ton kopi per bulan

3000000

Petani Sidikalang Sumatera Utara 1 juta kg/ bulan

Gunawan Sumatera barat

Brenjel 300kg per bulan saat panen, kurang dari 100 kg per bulan saat bukan panen

Lokal dan mancanegara

600-750 kopi bubuk, 200-250 kopi brenjel, biji bersih 300-500, di grand Indonesia Jakarta 2 jt/kg

Petani Bangli Bali 3 ton per tahunBrenjel 500, kopi bubuk 1,5 jt

Puluhan produsen lain

Bandung, bekasi, Bogor

600 ribu -3 juta per kg

2. Segmentation, Targetting and Positioning (STP)

a. Segmentation

Segmentasi pasar Kolutalu dibagi menjadi dua golongan, yaitu masyarakat ekslusif

yang memiliki penghasilan jauh di atas rata-rata seperti para pecinta kopi luwak

mancanegara dan keluarga kerajaan Malaysia atau Inggris, yakni mereka yang tidak

mempermasalahkan harga kopi luwak, tapi lebih mengedepankan kepuasan menikmati

kopi luwak. Golongan yang kedua adalah masyarakat umum yang selama ini belum

pernah atau jarang menikmati kopi luwak, sehingga mereka mendapatkan kesempatan

menikmati kopi luwak, walaupun mutunya jauh lebih rendah daripada kopi luwak untuk

kalangan ekslusif.

Selain itu, Kolutalu dapat dinikmati oleh remaja dan orang dewasa, baik

perempuan atau laki-laki. Berdasarkan informasi terkait World Expo 2010 di Shianghai

Cina, para anak muda di Cina dan pengunjung dari Korea sangat tertarik pada kopi luwak.

Ini menunjukan bahwa kopi luwak diminati oleh kalangan remaja yang jumlahnya sangat

banyak di Cina dan pola pikir atau gaya hidupnya lebih mudah dirubah.

b. Targeting

Berdasarkan segmen yang telah ditentukan, yang menjadi target utama sebagai

sasaran penjualan produk kolutalu adalah kalangan ekslusif yang berani membayar

berapapun harga kopi luwak untuk mendapatkan kepuasan menikmati citarasa kopi luwak

tersebut. Disamping itu, masyarakat umum yang jumlahnya jauh lebih banyak daripada

Page 14: Valuasi Dan Komersialisasi Teknologi Kopi Luwak

masyarakat ekslusif, juga menjadi fokus target, meskipun nilai jual kolutalu lebih rendah

untuk mereka, tetapi karena jumlahnya banyak, maka akan menjadi sasaran pasar yang

menjanjikan keuntungan besar.

c. Positioning

Kolutalu menempatkan diri sebagai kopi luwak tanpa luwak yang diolah secara

mikrobial sehingga kapasitas produksinya lebih besar, hiegenis, dan kehalalannya

terjamin.

3. Place, Price, Product, and Promotion (4P)

a. Place

Pemasaran dan penjualan produk difokuskan untuk penikmat kopi baik di Indonesia maupun mancanegara.

b. Price

Harga yang ditawarkan kolutalu lebih rendah daripada kopi luwak yang sudah beredar di pasar. Akan tetapi harga juga disesuaikan dengan kategori produk dan target konsumen.

c. Product

Kolutalu memiliki 2 brand, yaitu yang khusus untuk kalangan ekslusif dan masyarakat umum

d. Promotion

Waralaba

4. Swot Analysis

Penentuan target utama ini dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT yang

merupakan metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan,

kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Proses

ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan

mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam

mencapai tujuan tersebut. Untuk analisis SWOT produk KOLUTALU dapat dilihat pada

gambar berikut:

Page 15: Valuasi Dan Komersialisasi Teknologi Kopi Luwak

Strength

1. Teknologi pembuatan kolutalu lebih mudah dan lebih cepat daripada produksi kopi luwak secara konvensional

2. Produksi tidak terbatas, karena tidak tergantung pada luwak (dapat menyesuaikan dengan permintaan pasar)

3. Melindungi populasi luwak

4. Citarasa kolutalu lebih lembut

5. Proses produksi hiegenis

Weakness

1. Penetrasi pasar yang agak sulit karena merupakan adaptasi inovasi produk sehingga membutuhkan pemasaran yang intensif.

Opportunity

1. Kapasitas produksi kopi luwak indonesia belum mencukupi permintaan ekspor, tertutama pasar baru di Cina

Threat

1. Kompetitor produsen yang menghasilkan kopi luwak dari luwak dan kompetitor yang menggunakan teknologi mikrobal yang serupa

2. Spekulan yang tetap menginginkan kopi luwak eksklusif, sehingga harganya mahal dan hanya sebagian yang diuntungkan, sedangkan petani luwak dirugikan, ttapi kami menginginkan

III. BUSSINESS MODEL

PERUSAHAAN : PT INDO LUWAK KOPI

PRODUK : KOPI LUWAK TANPA LUWAK (KOLUTALU)

Page 16: Valuasi Dan Komersialisasi Teknologi Kopi Luwak

VISION STATEMENT

Menjadi pemimpin pasar dalam produk kopi luwak dengan selalu menjaga kualitas bahan baku, proses, kuat dalam inovasi serta meningkatkan kepedulian terhadap konsumen dan lingkungan untuk mewujudkan kopi luwak tanpa luwak sebagai lambang kenikmatan kopi.

MISION STATEMENT

Untuk mencapai visi yang ada, PT. Indo Luwak Kopi memiliki misi:

1. Selalu berusaha menggunakan bahan baku dengan kualitas terbaik.2. Melaksanakan proses secara efektif dan efisien untuk meningkatkan produktifitas

perusahaan.3. Terus menerus berinovasi untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan konsumen terhadap

produk kopi luwak.4. Menjalin hubungan yang positif dengan konsumen.5. Menanamkan tanggung jawab terhadap lingkungan sebagai nilai perusahaan.

VALUE PROPOSITION

Nilai utama yang kami tawarkan adalah produk kopi luwak yang berkualitas dengan aroma dan cita rasa yang khas karena dihasilkan bukan dari pencernaan hewan luwak melainkan proses enzimatis. Hal ini mempunyai arti bahwa produk yang ditawarkan terjamin kehigienisannya dan status kehalalannya. Selain itu, produk kopi luwak ini juga mudah didapatkan karena perusahaan berbentuk frenchaise, menawarkan harga yang lebih murah dari kopi luwak pada umumnya, dan kami juga memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen.

BUSINESS MODEL

Customer Selection : segmen pasar dipilih berdasarkan demografi dan behavioral dengan target pasar remaja sampai orang dewasa yang menyukai dan memiliki kebiasaan minum kopi.

Value Proposition : produk berkualitas, higienis dan halal dengan harga terjangkau, mudah didapat serta memberikan pelayanan prima kepada konsumen.

Differentiation and Control : pemasaran produk melalui frenchaise dengan sangat memperhatikan kebutuhan customer dan lingkungan.

Scope of Product and Activities : produk kopi luwak dengan beberapa grade tergantung tipe dan kategori konsumen.

Organizational Design : untuk memahami kebutuhan customer, dibentuk divisi-divisi khusus untuk masing-masing segmen customer.

Value Capture for Profit : menjaga kepercayaan konsumen dengan menjaga kualitas produk dan memberikan pelayanan prima kepada konsumen.

Page 17: Valuasi Dan Komersialisasi Teknologi Kopi Luwak

Value for Talent : Learn, grow and prosper dengan memberikan training, learning and career opportunities

CORE COMPETENCIES AND COMPETITIVE ADVANTAGE

Kompetensi utama yang ditawarkan perusahaan kami adalah kemampuan menciptakan kopi luwak tanpa menggunakan hewan luwak sehingga kehigienisan dan kehalalannya terjamin. Dengan hal tersebut, kami berhasil menciptakan keunggulan bersaing dengan menghasilkan produk kopi luwak yang murah dengan kontinuitas produksi yang terjaga serta ramah lingkungan.

IV. LAPORAN KEUANGAN