· web viewtujuan dari evaporasi adalah memekatkan konsentrasi larutan sehingga didapatkan larutan...
TRANSCRIPT
TUGAS MATA KULIAH
SATUAN OPERASI DAN PROSES
“MESIN EVAPORATOR”
Dosen Pengampu: Arie Febrianto M. STP, MP
Anggota Kelompok:
1. Arum Wahyuningtyas (115101000111008)
2. Chatarina Sonya S.B (115101000111006)
3. Lia Mei Rina (115101001111015)
4. Siwi Wurnaningsih (115101001111011)
5. Tika Kusumaningrum (115101000111022)
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Di dalam industri pangan, sering suatu bahan mentah atau suatu bahan
pangan yang sangat penting, mengandung jumlah air yang lebih banyak dari pada
yang dibutuhkan pada hasil akir. Apabila bahan pangan berbentuk bahan cair ,
cara yang paling mdah untuk memindahkan air adalah secara umum, dengan
memberikan panas, untuk menguapkan air tersebut. Dengan demikian ,
Penguapan adalah proses yang sering dipergunakan oleh ahli pengolahan pangan .
Faktor dasar yang mempengaruhi laju penguapan adalah laju pans pada
dipindahkan ke bahan cair ,jumlah panas yang dibutuhkan untuk menguapkan
setiap pound air ,suhu maksimum yang diperkenankan untuk bahan cair, tekanan
pada saat penguapan terjadi, perubahan yang lain terjadi didalam bahan selama
proses penguapan berlangsung.
Sebagai suatu bahan bagian proses didalam pabrik , alat penguapan
mempunyai dua fungsi yaitu merubah panas dan memisahkan uap yang tebentuk
dari bahan cair. Ketentuan-ketentuan yang penting pada praktek penguapan adalah
: suhu maksimum yang diperkenankan , sebagian besar dibawah 212 OF , promosi
perputaran bahan cair melalui permukaan pindah panas untuk mempertahankan
koefisien pindah panas yang tinggi dan untuk menghindari setiap pemanasan local
yang terlalu tinggi , kekentalan bahan cair yang selalu meningkan dengan cepat
karena meningkatnya jumlah bahan yang tidak terlarut, setiap kecenderungan
untuk berbusa yang akan mempersulit pemisahan bahan cair dengan uap.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Gambar Mesin Beserta Bagiannya
A. Pengertian evaporasi
Evaporasi secara umum dapat didefinisikan dalam dua kondisi, yaitu: (1)
evaporasi yang berarti proses penguapan yang terjadi secara alami (2) evaporasi
yang dimaknai dengan proses penguapan yang timbul akibat diberikan uap panas
(steam) dalam suatu peralatan. Evaporasi dapat diartikan sebagai proses
penguapan daripada liquid (cairan) dengan penambahan panas atau dapat juga
didefinisikan sebagai evaporasi adalah peristiwa menguapnya pelarut dari
campuran yang terdiri atas zat terlarut yang tidak mudah menguap dan pelarut
yang mudah menguap. Dalam kebanyakan proses evaporasi, pelarutnya adalah air.
Tujuan dari evaporasi adalah memekatkan konsentrasi larutan sehingga
didapatkan larutan dengan konsentrasi yang lebih tinggi. . Panas dapat disuplai
dengan berbagai cara, diantaranya secara alami dan penambahan steam. Evaporasi
diadasarkan pada proses pendidihan secara intensif yaitu (1) pemberian panas ke
dalam cairan, (2) pembentukan gelembung-gelembung (bubbles) akibat uap, (3)
pemisahan uap dari cairan, dan (4) mengkondensasikan uapnya. Evaporasi atau
penguapan juga dapat didefinisikan sebagai perpindahan kalor ke dalam zat cair
mendidih. Evaporasi dilaksanakan dengan cara menguapkan sebagian dari pelarut
pada titik didihnya, sehingga diperoleh larutan zat cair pekat yang konsentrasinya
lebih tinggi. Uap yang terbentuk pada evaporasi biasanya hanya terdiri dari satu
komponen, dan jika uapnya berupa campuran umumnya tidak diadakan usaha
untuk memisahkan komponenkomponennya. Dalam evaporasi zat cair pekat
merupakan produk yang dipentingkan, sedangkan uapnya biasanya
dikondensasikan dan dibuang. Disinilah letak perbedaan antara evaporasi dan
distilasi.
Perlu diperhatikan, bahwa penguapan dapat terjadi karena adanya
pemanasan menggunakan hot plate yang dibantu dengan penurunan tekanan pada
labu alas bulat “sampel” yang dipercepat dengan pemutaran pada labu alas bulat
“sampel”. Dengan bantuan pompa vakum yang mengalirkan air dingin (es) dari
suatu wadah kedalam kondensor dan dikeluarkan lagi oleh kondensor kepada
wadahnya lagi dan dimasukkan lagi dan seterusnya, karena proses ini berjalan
secara kontinyu. sehingga ketika uap dari pelarut mengenai dinding-dinding
kondensor, maka pelarut ini akan mengalami yang proses yg dinamakan proses
kondensasi, yaitu proses yang mengalami perubahan fasa dari fasa gas ke fasa
cair. Adapun demikian, proses penguapan ini dilakukan hingga diperoleh pelarut
yang sudah tidak menetes lagi pada labu alas bulat penampung dan juga bisa
dilihat dengan semakin kentalnya zat yang ada pada labu alas bulat sampel dan
terbentuk gelembung-gelembung pecah pada permukaan zatnya
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses evaporasi
1. Temperatur steam, disesuaikan dengan bahan yang akan dievaporasi karena
bahan yang tidak tahan suhu yang tinggi tentunya akan membentuk kerak pada
kolom evaporator sehingga akan mempengaruhi perpindahan panas dari steam ke
bahan tersebut.
2. Tekanan operasi, mempengaruhi proses penguapan pelarut disamping
temperatur.
3. Laju alir umpan, bila laju alir umpan terlalu kecil proses kurang effisien dan
juga bila terlalu besar,sehingga untuk suatu proses laju alir umpan diusahakan
adalah laju yang dapat menghasilkan proses yang optimal.
4. Sifat fisik dan kimia umpan.
5. Luas permukaan kontak antara umpan dan media pemanas (panjang dan
jumlah tube).
6. Laju alir steam
7. Laju air pendingin (kondenser).
Bagian-bagian alat beserta fungsinya
Adapun bagian-bagian dari alat yang digunakan dalam proses
rotary evaporator yaitu sebagai berikut
a. Water bath
Water bath merupakan alat yang berfungsi untuk memanaskan sampel dengan
suhu yang dapat diatur sesuai kebutuhan. Dalam water bath terdapat bagian-
bagian, yaitu tampilan alat yang berfungsi untuk :
1. Layar penampil suhu
2. Tombol Up/Down untuk menaik turunkan suhu
3. Tombol untuk mengatur suhu
Dalam hal ini juga ada hot plate yaitu alat yang digunakan untuk memanaskan
waterbeath.
b. Kondensor
Kondensor merupakan alat yang digunakan untuk mendinginkan uap pelarut yang
telah menguap. Dalam hal ini kondensor yang digunakan berbentuk spiral agar
uap pelarut dapat dikondensasikan dan proses kondensasi berjalan dengan lancar.
Di dalam kondensor juga terdapat selang-selang kecil yang berfungsi sebagai
tempat mengalir keluar uap gas yang tidak dapat terkondensasikan atau sering
disebut gas liar/gas buang.
Kondensor juga memiliki lubang yang berfungsi sebagai tempat keluar masuknya
air dari mesin pendingin seperti terlihat pada gambar dibawah ini :
c. Mesin pendingin
Mesin pendingin berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk mendinginkan air
yang akan dipompakan ke kondensor. Di atas alat ini terdapat dua selang yang
berfungsi sebagai tempat masuk dan keluarnya air dari mesin pendingin ke
kondensor seperti terlihat pada gambar di bawah ini :
d. Tunkai atas dan tungkai bawah
Tungkai bawah dimana alat ini berfungsi untuk mengatur tinggi rendahnya
labu sampel sedangkan pada tungkai atas dimana alat ini berfungsi untuk
mengatur kemiringan kondensor dan labu alas bulat.
e. Labu alas bulat
Labu alas bulat tempat pelarut yang telah menguap dimana pada gambar
ini juga terdapat ujung rotor yang berfungsi sebagai tempat bergantungnya labu
alas bulat tempat pelarut yang telah menguap sedangkan pada gambar e.2
merupakan labu alas bulat tempat sampel dan pelarut yang akan dipisahkan dalam
hal ini juga terdapat ujung rotor yang berfungsi sebagai tempat bergantungnnya
labu alas bulat sampel dan pelarut
f. Pompa vakum
Pompa vakum yaitu alat yang digunakan untuk mengatur tekanan dalam
labu, sehingga mempermudah penguapan sampel.
Jenis Evaporator
Rotary vacum evaporator
Bagian- bagian rotary vacum evaporator :
1. Hot plate : berfungsi untuk mengatur suhu pada waterbath dengan temperatur
yang diinginkan (tergantung titik didih dari pelarut)
2. Waterbath : sebagai wadah air yang dipanaskan oleh hot plate untuk labu alas
yang berisi “sampel”
3. Ujung rotor “sampel” : berfungsi sebagai tempat labu alas bulat sampel
bergantung.
4. Lubang kondensor : berfungsi pintu masuk bagi air kedalam kondensor yang
airnya disedot oleh pompa vakum.
5. Kondensor : serfungsi sebagai pendingin yang mempercepat proses
perubahan fasa, dari fasa gas ke fasa cair.
6. Lubang kondensor : berfungsi pintu keluar bagi air dari dalam kondensor.
7. Labu alas bulat penampung : berfungsi sebagai wadah bagi penampung
pelarut.
8. Ujung rotor “penampung” : berfungsi sebagai tempat labu alas bulat
penampung bergantung.
Jenis evaporator yang lain adalah sebagai berikut :
1. Evaporator efek tunggal (single effect)
Yang dimaksud dengan single effect adalah bahwa produk hanya melalui satu
buah ruang penguapan dan panas diberikan oleh satu luas permukaan pindah
panas.
2. Evaporator efek ganda
Di dalam proses penguapan bahan dapat digunakan dua, tiga, empat atau lebih
dalam sekali proses, inilah yang disebut dengan evaporator efek majemuk.
Penggunaan evaporator efek majemuk berprinsip pada penggunaan uap yang
dihasilkan dari evaporator sebelumnya.
Tujuan penggunaan evaporator efek majemuk adalah untuk menghemat panas
secara keseluruhan, hingga akhirnya dapat mengurangi ongkos produksi.
Keuntungan evaporator efek majemuk adalah merupakan penghematan yaitu
dengan menggunakan uap yang dihasilkan dari alat penguapan untuk memberikan
panas pada alat penguapan lain dan dengan memadatkan kembali uap tersebut.
Apabila dibandingkan antara alat penguapan n-efek, kebutuhan uap diperkirakan
1/n kali, dan permukaan pindah panas berukuran n-kali dari pada yang dibutuhkan
untuk alat penguapan berefek tunggal, untuk pekerjaan yang sama.
Pada evaporator efek majemuk ada 3 macam penguapan, yaitu :
a. Evaporator Pengumpan Muka
b. Evaporator Pengumpan Belakang
c. Evaporator Pengumpan Sejajar
Tipe- tipe evaporator lainnya yaitu:
1.Evaporator Sirkulasi Alami/paksa
Evaporator sirkulasi alami bekerja dengan memanfaatkan sirkulasi yang terjadi
akibat perbedaan densitas yang terjadi akibat pemanasan. Pada evaporator tabung,
saat air mulai mendidih, maka buih air akan naik ke permukaan dan memulai
sirkulasi yang mengakibatkan pemisahan liquid dan uap air di bagian atas dari
tabung pemanas.Jumlah evaporasi bergantung dari perbedaan temperatur uap
dengan larutan. Sering kali pendidihan mengakibatkan sistem kering, Untuk
menghidari hal ini dapat digunakan sirkulasi paksa, yaitu dengan manambahkan
pompa untuk meningkatkan tekanan dan sirkulasi sehingga pendidihan tidak
terjadi.
2. Falling Film Evaporator
Evaporator ini berbentuk tabung panjang (4-8 meter) yang dilapisi dengan jaket
uap (steam jacket). Distribusi larutan yang seragam sangat penting. Larutan
masuk dan memperoleh gaya gerak karena arah larutan yang menurun. Kecepatan
gerakan larutan akan mempengaruhi karakteristik medium pemanas yag juga
mengalir menurun. Tipe ini cocok untuk menangani larutan kental sehingga sering
digunakan untuk industri kimia, makanan, dan fermentasi.
3. Rising Film (Long Tube Vertical) Evaporator
Pada evaporator tipe ini, pendidihan berlangsung di dalam tabung dengan sumber
panas berasal dari luar tabung (biasanya uap). Buih air akan timbul dan
menimbulkan sirkulasi.
4. Plate Evaporator
Mempunyai luas permukaan yang besar, Plate biasanya tidak rata dan
ditopangoleh bingkai (frame). Uap mengalir melalui ruang-ruang di antara plate.
Uap mengalir secara co-current dan counter current terhadap larutan. Larutan dan
uap masuk ke separasi yang nantinya uap akan disalurkan ke condenser.
Eveporator jenis ini sering dipakai pada industri susu dan fermntasi karena
fleksibilitas ruangan. Tidak efektif untuk larutan kental dan padatan.
5. Multi-effect Evaporator
Menggunakan uap pada tahap untuk dipakai pada tahap berikutnya. Semakin
banyak tahap maka semakin rendah konsumsi energinya. Biasanya maksimal
terdiri dari tujuh tahap, bila lebih seringkali ditemui biaya pembuatan melebihi
penghematan energi. Ada dua tipe aliran, aliran maju dimana larutan masuk dari
tahap paling panas ke yang lebih rendah, dan aliran mundur yang merupakan
kebalikan dari aliran maju. Cocok untuk menangani produk yang sensitive
terhadap panas sepertienzum dan protein.
2.2 Cara Kerja Mesin
Cara menggunakan alat ini harus sesuai dengan prosedur yang ada dimana
langkah yang pertama yaitu :
1. Menghidupkan alat, semua kabel disambungkan ke dalam saklar masing-
masing. Pertama pendingin dihidupkan dengan menekan tombol On/Off untuk
power dan On/Off untuk vakum, ditunggu beberapa saat hingga temperatur
menunjukkan temperatur standar yaitu 25⁰C. Temperatur kemudian diatur dengan
cara menekan tombol set kemudian mengatur suhu sesuai dengan yang diinginkan
dengan menekan tombol Up/Down.
2. Setelah suhu diatur, pasanglah labu sampel pada rotor penggerak dan labu
destilat. Untuk memudahkan dalam melepas labu dioleskan vaselin pada bagian
penghubung kedua benda, digunakan juga klip untuk memperkuat sambungan.
Penangas air dinyalakan dengan menekan tombol On/Off dan suhu diatur dengan
menekan tombol set dan Up/Down untuk mengatur suhunya sesuai dengan yang
diinginkan. Rotavapor dinyalakan dengan menekan tombol On/Off dan kecepatan
berputarnya diatur sesuai keinginan dengan memutar knop pemutar. Kemudian,
pompa vakum dinyalakan.
Begitu pula untuk cara mematikan alat ini langkah-langkah yang dilakukan yaitu
harus berurutan sesuai prosedur.
1. Matikan pompa vakum dengan menekan tombol On/Off. Setelah itu, matikan
penangas air dengan perlahan-lahan menurunkan suhu penangas air secara
bertahap.
2. Matikan rotavapor dengan menurunkan kecepatannya hingga rotor berhenti
berputar.
3. Matikan pendingin dengan mengenbalikan suhu pendingin kembali ke suhu
standar kemudian matikan dengan menekan tombol On/Off untuk power dan
On/Off untuk pompa. Biarkan semua sampel yang telah dipisahkan turun ke
dalam labu destilat. Kemudian labu destilat dan labu yang berisi sampel
dilepaskan dari sambungan dengan kondensor.
2.3 Resume Jurnal dan Aplikasi Evaporator dalam Agroindustri
Interaksi protein permukaan gumpalan lemak selama konsentrasi dari susu
dalam pilot-scale multiple-efek evaporator
Abstrak
Perubahan tetesan lemak susu dan protein pada permukaan gumpalan
lemak selama konsentrasi seluruh susu yang diperiksa dengan menggunakan pilot-
scale multiple-efek evaporator. Efek dari perlakuan panas susu pada 95oC selama
20 s, sebelum penguapan, pada ukuran gumpalan lemak dan membran gumpalan
lemak susu (MFGM) protein juga ditentukan. Dalam kedua keseluruhan susu
tidak dipanaskan dan dipanaskan, ukuran tetesan lemak susu menurun sedangkan
jumlah total protein permukaan pada tetesan lemak meningkat susu melewati
setiap efek evaporator. Dalam sampel yang tidak dipanaskan, jumlah kasein pada
permukaan gelembung-gelembung lemak meningkat tajam selama penguapan
dengan peningkatan yang relatif kecil dalam protein air dadih. Dalam sampel
dipanaskan, baik kasein dan wair dadih protein diamati pada permukaan
gelembung-gelembung lemak dan jumlah ini protein meningkat selama langkah-
langkah berikutnya penguapan. Protein MFGM asli utama, xantin oksidase,
butyrophilin, PAS PAS 6 dan 7, tidak berubah selama penguapan, bagaimanapun,
PAS 6 dan 7 PAS menurun selama pemanasan. Hasil ini menunjukkan bahwa
protein dari susu skim yang terserap ke permukaan gumpalan lemak ketika tetesan
lemak susu yang terganggu selama penguapan.
Pendahuluan
Falling Film evaporator multi-efek,banyak diunakan pada pabrik susu
modern yang dirancang dengan keguanaanya untuk mengurangi air dari susu,
energi yang sedikitdan tidak merusak sistem kontingen susu. Desain
tradisionalnya digunakan dengan pemanasan dari luar dan uapnya akan digunakan
ke proses selanjutnya yang banyak merubah sistem susu. PH susu berubah dari 6,7
sampai 6,1 dari 45% total padatanya. Karena kesetimbangan garamnya lebih
banyak dari kalium fosfatnya dari larut menjadi koloid dengan bersamaan akan
merubah ion hidrogen. Viskositas susu ditandai dari perubahan total padatanya
melebihi 45% yang disebabkan oleh konsentrasinya. Dari 45% total padatanya
terdapat 30% kaseinnya . Perlakuan susu dalam Falling Film evaporator multi-
efek merusak gelembung-gelembung lemak. Perebusan mengimplikasikan
pembentukan gelembung uap sedangkan lemak cair, dan ini harus mengganggu
beberapa tetesan lemak. Gangguan gelembung-gelembung lemak dapat
menyebabkan perubahan dalam membran gumpalan lemak susu (MFGM). Selain
gangguan tetesan lemak, efek pemanasan selama penguapan pada komposisi dan
sifat MFGM yang perlu dipertimbangkan. Telah menunjukkan bahwa protein
MFGM asli sangat reaktif . Selama pemanasan susu, bahkan pada suhu di bawah
65oC waktu 1 menit . Pada suhu 70-72oC dimana lebih tingi dari pada pasteurisasi
(biasanya 72oC unuk 15 menit). Dengan sushu yang lebih rendah diharapkan
memiliki sedikit dampak, tidak ada data yang menyatakan pengaruh panas dan
MFGM protein padatan dan lemak dengan mikroskop elektron terkonsentrasi
susu. Sebuah tebal lapisan protein mengandung kasein misel terlihat pada
permukaan lemak . Namun susu yang terkondensasi digunakan dalam studi ini
dihomogenisasi sebelum pemeriksaan dengan mikroskop elektron, alternatif, susu
kental komersial, di mana kondisi pengolahan tidak diketahui, yang digunakan.
Tidak ada studi sebelumnya telah dilaporkan pada perilaku lemak susu gumpalan
dan MFGM selama penguapan susu di bawah kondisi yang digunakan dalam
pembuatan komersial susu bubuk. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menentukan perubahan yang terjadi dalam lemak susu tetesan dan
protein seperti susu MFGM melewati melalui spilot-scale multiple-efek
evaporator. Dalam beberapa percobaan susu itu dipanaskan sebelum masuk ke
Efek pertama dari evaporator.
Bahan dan Metode
Susu
Susu bulked, diperoleh dari Fonterra Co-operative Kelompok pada bulan
November 2001, adalah standar untuk 34 g lemak / l, 32 g protein / l, 48 g laktosa
/ l, 119 g total padatan / l (TS) dan 85 g SNF / l di pabrik percontohan di
Penelitian Fonterra Pusat, Palmerston North. Susu pasteurisasi pada 72 C selama
15 s sebelum perlakuan diproses lebih lanjut.
Evaporator
Pada proses sekitar susu 1750 l melalui tiga efek, pilot-scale, falling film
evaporator (Wiegand, Karlsruhe, Jerman) dengan menguapkan nominal kapasitas
1600 l / h. Proses tanpa pemanasan dijalankan ,susu dihangatkan sampai 70oC
melalui suntikan uap langsun (DSI) sebelum masuk evaporator untuk ke susu
95oC. Kemudian dilewatkan tabung bejana vakum dengan waktu 20 s ,lalu
didinginkan pada suhu 70oC sebelum masuk ke evaporator pertaa . Suhu dari susu
dalam pertama ,kedua dan efek akhir evaporator sekitar 70oC,62oC dan 50oC
masing-masing dan konsentrat akir dipanaskan 79oC.
Sampel susu percobaan
Sampel susu dimasukkan dalm botol kaca susu mentah, pasteurisai suhu
standar,suhu setelah semua efek evaporator dan hasil akhir pemanasan. Setelah
dikumpulkan didinginkan pada suhu kamar 20oC dalam bak air dingin dengan
total padatan asli 11,9% dalam waktu 3 jam. Air dimurnikan dengan reverse
osmosis dengan peralatan Milli-Q (Millipore Corp, Bedford, MA 01730, USA).
Dilakukan dengan 3 kesempatan dan hasil yang sama serta disajikan satu set data
Penentuan rata-rata ukuran gumpalan lemak dan spesifik luas permukaan susu
sebuah Malvern Mastersizer MSE (Malvern Instruments Ltd,Worcestershire,
Inggris) digunakan untuk menentukan gumpalan lemak distribusi ukuran
menggunakan kode presentasi 2NAD. Yang indeks bias relatif (N) yaitu rasio
indeks bias lemak Gumpalan (1,456) dan dari media dispersi (1.33) adalah 1,095.
Distribusi ukuran partikel susu sampel ditentukan dalam dua kondisi: (i) milks
terdispersi dalam air dan (ii) susu tersebar di 20 g SDS / l dan 50 mM solusi-
LPTL (pH 6,8) untuk memisahkan kasein misel. Hasil yang disajikan adalah rata-
rata menggandakan analisis.
Isolasi permukaan bahan gumpalan lemak susu Lemak susu permukaan bahan
gumpalan diisolasi dari seluruh susu atau diencerkan sampel susu terkonsentrasi,
seperti yang dijelaskan oleh Ye et al. (2002). Sampel susu disentrifugasi pada 15
000 g selama 20 menit pada 20 8C dalam suhu yang dikendalikan centrifuge
(Sorvall RC5C, DuPont Co, Wilmington, DE). Tiga fraksi diperoleh, yaitu atas
(krim) lapisan, lapisan tengah dan sedimen. Lapisan atas (krim) adalah dihapus
dari tabung sentrifus dengan menggunakan spatula. Yang lapisan tengah
kemudian dituang dengan menyisakan di balik endapan. Lapisan atas (krim)
dihentikan pada 10 jilid dari SMUF (pH 6,6) (Jenness & Koops, 1962) atau,
dalam beberapa contoh, dalam 10 volume SMUF mengandung 6 M-urea dan 50
mM EDTA-(pH 6.6). Sampel yang tersisa pada suhu kamar selama 1 jam dan
kemudian recentrifuged pada 15 000 g pada 20oC selama 20 menit, lapisan atas
dikumpulkan. yang pencucian lapisan paling atas baik SMUF atau urea dan
larutan EDTA adalah diulang dua kali.
Analisis gumpalan permukaan komponen protein lemak
Protein individu dalam krim dicuci ditentukan dengan elektroforesis gel
poliakrilamid (PAGE), yang dicuci krim adalah tersebar (1: 2 berat / berat) dalam
buffer 0,5 M-Tris HCl mengandung 10% gliserol, 2% (b / v) SDS dan 0,05%
Bromophenol biru. SDS kehilangan permukaan protein dari minyak-air dan
molekul protein distabilkan dengan konformasi yang diperpanjang. Untuk
HALAMAN bawah kondisi yang tidak-mereduksi, sampel dipanaskan pada 45 C
selama 5 menit dalam bak air. Untuk mereduksi kondisi,5% b-mercaptoethanol
ditambahkan ke sampel diikuti dengan pemanasan pada 95 C selama 5 menit
dalam air rebusan mandi.Setelah pemanasan BuffeSDS r, sebuah sentrifugasi
lanjut pada 2500 g selama 30 menit dilakukan sebelum PAGE menghilangkan
lemak dari sampel. 10 ml subnatant adalah kemudian dimuat ke SDS gel dan gel
dijalankan dalam Sistem Mini-Protean (Bio-Rad, Richmond, CA, USA) di 200 V
menggunakan power supply unit Bio-Rad (Model 1000 /500, Bio-Rad, Richmond,
CA, USA). SDS PAGE sistem telah dijelaskan oleh Singh dan Creamer (1991)
pita protein yang tetap dan diwarnai menggunakan larutan dari Coomassie Biru R-
250. Setelah gel telah bernoda dan destained, protein dari MFGM yang
diidentifikasi dengan membandingkan dengan berat molekul protein standar
diperoleh dari Bio-Rad Laboratories (Hercules, CA 94547, USA), dan dengan
hasil yang dilaporkan sebelumnya (Keenan & Dylewski, 1995; Mather, 2000).
Selain itu, gel dipindai menggunakan Ultrascan XL Laser densitometer dan
hasilnya dianalisis menggunakan LKB 2400 Program perangkat lunak GelScanXL
(LKB PRODUKTER AB, Bromma, Swedia) untuk memperoleh hasil kuantitatif.
Kuantifikasi dari b-lg dan a-la dilakukan menggunakan masing kurva standar
mereka. sampel standar dimurnikan b-lg dan a-la (Sigma Chemical Co, St Louis,
MO) dijalankan pada gel elektroforesis dalam berbagai
jumlah di kisaran 0,25-10 mg. Sebuah plot linier memuaskan (R2 = 0.99) yang
diperoleh antara luas puncak terpadu dan konsentrasi sampel kemudian digunakan
untuk mengukur serum protein dalam sampel berasal dari gumpalan lemak
permukaan.
Penentuan protein dan lemak
Isi total protein sampel krim ditentukan menggunakan metode Kjeldahl (AOAC,
1974) dengan menentukan nitrogen total dan mengalikannya dengan faktor 6.38.
Sampel dicerna menggunakan Kjeltec 1007 digester (Tecator, Swedia) dan suling
menggunakan Kjeltec 1026 Penyulingan Unit (Tecator, Swedia). Isi total lemak
susu dan krim sampel ditentukan dengan menggunakan metode Mojonnier untuk
susu (International Dairy Federation, IDF 1C: 1987) dan krim (IDF 16C: 1987),
masing-masing. Lemak dan protein hasil rata-rata menggandakan analisis.
Reproduktifitas data
Analisis 16 sampel susu mentah dan 3 sampel konsentrat susu (TSy50%)
memberikan variasi berikut: ± 0,03 mm untuk D32, ± 0. 50 mg / g lemak untuk
jumlah MFGM protein susu mentah, ± 4 mg / g lemak untuk protein total
permukaan susu terkonsentrasi, ± 0,25 mg / g lemak bagi individu MFGM protein
pada permukaan tetesan lemak, ± 3,0 mg / g lemak selama kasein pada permukaan
gumpalan lemak, ± 0,82 mg / g lemak untuk k-kasein pada permukaan lemak
gumpalan, ± 1,0 mg / g lemak untuk b-lg pada permukaan gumpalan lemak dan ±
0,15 mg / g lemak untuk-la pada permukaan gumpalan lemak.
Hasil
Perubahan distribusi ukuran gumpalan lemak susu Gambar 1 menunjukkan rata-
rata diameter gumpalan lemak (D32) dari berbagai sampel susu, tersebar di SDS
dan EDTA Buffer. yang D32 menurun penguapan berkembang di kedua
nonpreheated dan susu dipanaskan. Namun, D32 menurun untuk sebagian besar
dengan pemanasan pada 95 C selama 20 s dari dengan non-pemanasan
(pemanasan untuk 70 C tepat sebelum memasuki evaporator). Hasil ini
menunjukkan bahwa tetesan lemak susu yang terganggu sampai batas tertentu
selama pengobatan panaskan oleh DSI dan kemudian oleh penguapan berikutnya
susu oleh multiple efect falling film evaporator.
Perubahan konsentrasi total protein pada permukaan gumpalan lemak susu
Jumlah total protein pada permukaan lemak susu gumpalan berbagai sampel susu
diberikan pada Tabel 1. Yang total protein permukaan meningkat cukup setelah
ke-2 dan efek akhir. Untuk sampel non-dipanaskan, yang konsentrat susu akhir
(TS 49%) memiliki 4 kali lebih total protein permukaan (mg / g lemak)
dibandingkan dengan standar susu (TS 11,9%). pemanasan awal pada 95 C
selama 20 s menyebabkan sekitar peningkatan 2 kali lipat dalam protein total
permukaan. Penguapan semakin meningkatkan protein permukaan total susu
dipanaskan. Ada sekitar peningkatan 4 kali lipat dalam total protein permukaan
dalam susu akhir terkonsentrasi dibandingkandengan susu dipanaskan, ini adalah
sekitar 7 kali lebih tinggi . Selain itu dalam susu standar. Permukaan total protein
(51,1 mg / g lemak) dalam konsentrat akhir yang diperoleh dari susu dipanaskan
pada 95 8C selama 20 s oleh DSI, secara signifikan lebih tinggi dari itu (33,4 mg /
g lemak) dalam konsentrat akhir diperoleh dari susu tidak-dipanaskan. Ketika
konsentrat akhir dipanaskan sampai 79 C, total protein permukaan meningkat
secara signifikan lebih baik tidak-dipanaskan (33,4-41,9 mg / g lemak) dan
dipanaskan (51,1-61,8 mg / g lemak) susu (Tabel 1).
Intensitas protein MFGM asli yang utama, termasuk xantin oksidase,
butyrophilin, PAS 6 (Kelompok 15) dan PAS 7 (Kelompok 16) tidak berubah
selama penguapan dalam sampel yang tidak-dipanaskan (Gambar 5A). Namun,
jumlah PAS 6 dan 7 PAS (Kelompok 15 dan 16) secara signifikan menurun bila
susu segar distandarisasi dan dipasteurisasi. Pemanasan pada 95 8C selama 20
detik penyebabkan berkurangnya PAS 7 dan 6, dengan PAS 7 hampir seluruhnya
menghilang (5B Gbr.).Ini sudah disepakati dengan studi sebelumnya, yang telah
menyatakan bahwa protein ini sangat sensitif terhadap suhu (Houlihan et al.
1992; Kim & Jimenez-Flores, 1995, Ye et al. 2004).
Protein dengan Mr y75 kDa, tampaknya meningkatkan intensitas kedua
susu yang tidak-dipanaskan dan dipanaskan sampel selama penguapan (Gambar
4). Dengan Mr y58 kDa terletak antara butyrophilin (Mr 66 kDa) dan PAS 6 (Mr
50 kDa) juga diamati dalam sampel.
Protein ini dengan Mr y75 y58 kDa dan cenderung menjadi komponen
sekresi (SC) dan rantai berat imunoglobulin (Ig) komponen masing-masing
(Larson, 1992). Protein dengan Mr y75 kDa (mungkin SC) adalah y5% dari total
protein permukaan di akhir konsentratnya. Intensitas kelompok ini tidak akan
berpengaruh untuk perlakuan memanaskan atau tidak produk susu dank rim
dengan buffer disosiasi (Gambar 2 & Gambar. 4). Peningkatan intensitas band-
band protein tidak diamati ketika susu dipanaskan pada temperatur yang berbeda
(Ye et al. 2004). Hal ini menunjukkan bahwa protein ini secara langsung
teradsorpsi pada permukaan tetesan lemak disebabkan gangguan tetesan lemak
selama penguapan.
StrukturMikroskopis
Mikroskop elektron ditransmisikan pada susu dipanaskan dan menunjukkan
bahwa ada beberapa kasein utuh terkait dengan permukaan lemak (Gambar 6A).
sebagian besar misel kasein tampaknya dihubungkan ke permukaan oleh beberapa
bahan filamen. Di mikrograf yang terkonsentrasi sampel susu (Y50% total
padatan) (Gambar 6B & C. Misel berpadu dengan rantai permukaan dan bentuk
dari permukaan ke serum melalui filamen bahan. Mikrograf ini dengan jelas
menunjukkan bahwa kasein misel yang terserap ke permukaan lemak tetesan
selama penguapan.
Diskusi
Lemak susu yang terganggu saat pemanasan dengan injeksi langsung uap
(DSI) pada suhu 95 8C selama 20detik (Gambar 1), sesuai dengan hasil penulis
sebelumnya (Ramsey & Swartzel, 1984; Melsen & Walstra, 1989; von Boekel &
Folkerts, 1991). Turbulensi yang berat pada bagian steam masuk dan kavitasi
disebabkan oleh lampu kilat pendinginan yang dianggap paling kemungkinan
untuk mengganggu tetesan lemak dalam proses DSI (von Boekel & Folkerts,
1991).
Tidak jelas apa yang menyebabkan gangguan lemak tetesan selama proses
penguapan susu. Meskipun, ada perbedaan yang cukup besar dalam Input energi
antara penguapan dan proses homogenisasi, terdapat kemungkinan ada beberapa
kesamaan antara mekanisme gangguan dari gelembung-gelembung lemak selama
penguapan dan homogenisasi. Hal ini juga diketahui bahwa selama homogenisasi,
yang tetesan lemak dapat terganggu oleh turbulensi, kavitasi dan adanya
gelembung udara (Mulder & Walstra, 1974). Sejumlah besar uap menguap selama
proses penguapan; cavition disebabkan oleh penguapan uap yang paling
cenderung karena untuk gangguan tetesan lemak. Sebagai densitas susu
meningkat dengan peningkatan padatan total kavitasi meningkat. Hal ini mungkin
menjelaskan mengapa gangguan tetesan lemak meningkat dengan meningkatnya
total padatan susu.
Gangguan pada lemak menyebabkan perubahan MFGM. Dalam kedua
sampel tidak-dipanaskan dan dipanaskan, peningkatan konsentrasi protein
permukaan terutama disebabkan peningkatan jumlah kasein terserap ke antarmuka
yang baru terbentuk (Gambar 6B, C). Hal ini serupa dengan lapisan permukaan
khas dari tetesan lemak dalam susu homogen yang dipanaskan.
Jumlah kecil b-lg diamati pada permukaan lemak gelembung-gelembung
dalam sampel terkonsentrasi tidak-dipanaskan (Gambar 2 & 3) dihasilkan dari
asosiasi-b lg dengan protein MFGM asli disebabkan oleh pemanasan, seperti susu
dipanaskan sampai 70 C sebelum masuk kedalam evaporator. Hal ini telah
menemukan bahwa interaksi antara b-lg dan protein MFGM asli dapat terjadi pada
suhu yang lebih rendah dari 70 C (Dalgleish & Bank, 1991;. Ye et al 2004). b-lg
(2 mg / g lemak) dengan permukaan tetesan lemak dalam susu dipanaskan (95C,
20 s) dan hubungannya meningkat selama penguapan (Gambar 2 & 3) dapat
dikaitkan dengan tiga mekanisme yang berbeda, pertama b-lg interaksi dengan
protein MFGM asli melalui pembentukan ikatan disulfida, kedua langsung b-lg
adsorpsi ke permukaan gelembung-gelembung lemak akibat terganggunya tetesan,
dan yang ketiga adsorpsi kasein misel dengan dipasang b-lg melalui ikatan
disulfida. Studi sebelumnya (Corredig & Dalgleish, 1996; Ye et al. 2004).
Eksperimen di mana lapisan krim tersebut dicuci dengan urea dan EDTA
(Gambar 4), menunjukkan bahwa hanya k-kasein dalam kasein misel langsung
terbawa di permukaan. Ini berarti bahwa misel kasein tidak hancur selama
penguapan dan kemudian terserap ke permukaan pada lemak sebagai Misel 'utuh'
(Gbr. 6). Peningkatan adsorpsi b-lg setelah pengolahan panas berkonsentrasi
(Gambar 2 & 4) dapat dikaitkan dengan asosiasi b-lg dengan misel kasein yang
telah terserap pada permukaan dari gelembung-gelembung lemak selama
penguapan.
Ditemukan bahwa jumlah protein MFGM asli tidak berubah secara
signifikan dengan penurunan selama penguapan. Hal ini menunjukkan bahwa
protein MFGM asli tidak bisa dihilangkan dari lemak. Plasma protein terserap ke
permukaan yang baru terbentuk dan mereka tidak menggantikan protein
MFGM.Perubahan jumlah beberapa protein MFGM tampaknya terjadi hanya
ketika susu dipanaskan. Penurunan dalam jumlah PAS 6 dan PAS 7 dari MFGM
diamati ketika susu dipanaskan hingga lebih dari 70 8C (Ye et al. 2004). studi
sebelumnya telah menunjukkan bahwa bagian dari membran asli materi
dilepaskan ke dalam plasma di bawah kondisi, misalnya seperti pengadukan dan
homogenisasi . Hal ini telah mengemukakan bahwa homogenisasi akan
mengganggu membran dan pelepasan komponen ke dalam serum tahapan karena
komponen protein membran dengan molekul berat yang lebih besar dari 50 kDa
ditemukan dalam serum fasa setelah homogenisasi.
Adanya komponen Ig pada permukaan lemak tetesan (y5%) setelah
gangguan pada gelembung- gelembung lemak (Gambar 2 & 4)disebabkan
adsorpsi langsung selama penguapan. Ig khususnya IgM ng jauh hidrofobik
(Frenyo et al. 1986) dan akibatnya protein ini secara istimewa teradsorpsi pada
permukaan yang baru dibentuk lemak selama penguapan. Gangguan gelembung-
gelembung lemak dengan konsekuensi adsorpsi protein susu skim ke permukaan
lemak kemungkinan akan mempengaruhi sifat reologi konsentrat susu. Lemak
dengan kasein berinteraksi dengan kasein misel dan protein whey selama proses
terutama pada metode semprot pengeringan. Hal ini pada akan mempengaruhi
sifat fungsional dari seluruh susu bubuk, seperti kelarutan selama perbaikan pada
bubuk.
2.4 Contoh Pabrik yang Menggunakan Mesin Evaporator dalam PKL
1. Jenis : Quadraple Effect Evaporator
Fungsi : Mengentalkan nira
Pabrik : PG.Gondang Baru Klaten
Sumber : Setiaji,Bambang (0311030010-103). 2007 . NERACA MASSA
DAN NERACA PANAS PADA EVAPORATOR DALAM PROSES
PENGUAPAN NIRA PG. GONDANG BARU KLATEN (Laporan Praktek
Kerja Lapang ). Universitas Brawijaya: Malang.
2. Jenis : Multiple Effect Evaporator
Fungsi : Menguapkan Nira agar diperoleh nira kental
Pabrik : PT. Perkebunan Nusantara X (PERSERO) Pabrik Gula Pesantren
Baru Kediri
Sumber : Jatmiko ,Danang N.( 03311030016).2007. MANAJEMEN
TENAGA KERJA DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA X (PERSERO)
PABRIK GULA PESANTERN BARU KEDIRI (Laporan Praktek Kerja
Lapang). Universitas Brawijaya: Malang.
3. Jenis : Falling Film Evaporator
Fungsi : Menguapkan kandungan air yang ada sehingga konsentrasi dari
larutan tersebut meningkat
Pabrik : PT. Nestle Indonesia Kejayaan-Factory Pasuruan
Sumber : Wicaksono, Heru S. (0511030067).2009. CLEANING
VALIDATION PADA AREA PROSES PRODUKSI MILK
POWDER-INFANT FORMULA DI PT.NESTLE INDONESIA
KEJAYAAN-FACTORY PASURUAN(Laporan Praktek Kerja
Lapang). Universitas Brawijaya: Malang.
4. Jenis : Single dan Multiple Effect Evaporator
Fungsi : Menguapkan air yang terkandung dalam nira encer sehingga
diperoleh nira kental dengan kekentalan 30-35 oBE
Pabrik : PG. Kebon Agung
Sumber : Pradana, Hendrawan A.( 0311033011-103). PENGENDALIAN
MUTU PROSES PRODUKSI PABRIK GULA
KEBONAGUNG(Penetapan HACCP Proses Produksi) (Laporan Praktek
Kerja Lapang). Universitas Brawijaya: Malang.
BAB III
PENUTUP
Evaporasi secara umum dapat didefinisikan dalam dua kondisi, yaitu
evaporasi yang berarti proses penguapan yang terjadi secara alami, evaporasi yang
dimaknai dengan proses penguapan yang timbul akibat diberikan uap panas
(steam) dalam suatu peralatan. Jurnal penerapan evaporator dalam agroindustri
menunjukkan, lemak atau gumpalan pada sampel susu dapat meningkatan
intensitas kelompok protein yang tidak diamati ketika susu dipanaskan pada
temperatur yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa protein ini secara langsung
teradsorpsi pada permukaan tetesan lemak disebabkan gangguan tetesan lemak
selama penguapan. Bagian-bagian alat yang digunakan dalam proses
rotary evaporator yaitu water bath merupakan alat yang berfungsi untuk
memanaskan sampel dengan suhu yang dapat diatur sesuai kebutuhan. Dalam hal
ini juga ada hot plate yaitu alat yang digunakan untuk memanaskan water bath.
Kemudian kondensor, merupakan alat yang digunakan untuk mendinginkan uap
pelarut yang telah menguap. Dalam hal ini kondensor yang digunakan berbentuk
spiral agar uap pelarut dapat dikondensasikan dan proses kondensasi berjalan
dengan lancar. Lalu mesin pendingin berfungsi sebagai alat yang digunakan
untuk mendinginkan air yang akan dipompakan ke kondensor. Contoh pabrik
yang menggunakan mesin evaporator dalam laporan PKL, yaitu diantaranya
digunakan pada pabrik gula dan PT. Nestle Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Ye, Aqian, et all. 2004. Interactions of fat globule surface proteins during
concentration of whole milk in a pilot-scale multiple-effect evaporator.
Journal of Dairy Research (2004) Volume 71, halaman 471–479.
United Kingdom.