yoga teguh guntara - fkik
TRANSCRIPT
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
1/143
PENGALAMAN KEPALA PERAWAT RUANGAN DALAM
PENERAPAN GAYA KEPEMIMPINAN ISLAM DI RUMAH SAKIT
SYARIF HIDAYATULLAH
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH :
YOGA TEGUH GUNTARA
NIM: 1110104000024
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/ 2014 M
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
2/143
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
3/143
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM
Undergraduate Thesis, July 2014
Yoga Teguh Guntara, ID Number: 1110104000024
Experience Room Head Nurse in Implementing Islamic Leadership Style
A Study at Syarif Hidayatullah Hospital
Xviii + 83 pages + 1 draft + 1 Table + 7 appendixes
ABSTRACT
Islamic leadership style is model of leadership style applied by the ProphetMuhammad SAW. Islamic leadership style is applied, namely Syura (deliberation), ‘Adl bilqisth (justice, with equality), dan Hurriyyah al-kalam (freedom of expression) and along withthe values of Islam in the Islamic leadership style.
This research aims to gain an overview of the meaning of meaning Head Nurseexperience in the application of Islamic leadership style. This research is a qualitative onewith descriptive phenomenology design through in-depth interviews. Participants wereoccupied as Head Nurse at the Hospital room Syarif Hidayatullah, set directly (purposive)with the principle of suitability (appropriateness) and sufficiency (adequacy). Retrieval of
data and research conducted during the month of June 2014. Data collected in the form ofrecording in-depth interviews and analysis with Collazi method.
This research identified four themes Syura (deliberation); ‘Adl bil qisth (justice, withequality); Hurriyyah al-kalam (freedom of expression) and along with the values of Islam inthe Islamic leadership style. The results of this research can provide a picture of the roomHead Nurse experience in the application of Islamic leadership style at Syarif HidayatullahHospital already skilled leadership during the process, but the application is still notmaximized. Required further research on in-depth exploration of how to get morecomprehensive results from room Head Nurse experience in the application of Islamicleadership style, as well as subsequent researchers can choose a wider scope and complex soget more complete data.
Keywords: Experience, Islamic Leadership Style, Room Head Nurse
Reference: 59 (1990-2014)
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
4/143
iv
FAKULTAS KEDKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Skripsi, Juli 2014
Yoga Teguh Guntara, NIM: 1110104000024
Pengalaman Kepala Perawat Ruangan dalam Penerapan Gaya Kepemimpinan Islam diRumah Sakit Syarif Hidayatullah
Xviii + 83 halaman + 1 bagan + 1 Tabel + 7 lampiran
ABSTRAK
Gaya kepemimpinan Islam merupakan model gaya kepemimpinan yang diterapkan
oleh Nabi Muhammad SAW. Gaya kepemimpinan Islam yang diterapkan yaitu Syura (permusyawaratan), ‘Adl bil qisth (keadilan, disertai kesetaraan), dan Hurriyyah al-kalam (kebebasan berekspresi) dan disertai dengan nilai-nilai Islam dalam gaya kepemimpinanIslam.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran makna dari arti pengalamanKepala Perawat Ruangan dalam penerapan gaya kepemimpinan Islam. Penelitian inimerupakan penelitian kualitatif dengan desain fenomenologi deskriptif melalui wawancaramendalam. Partisipan meliputi yang menjabati sebagai Kepala Perawat Ruangan di RumahSakit Syarif Hidayatullah ditetapkan secara langsung ( purposive ) dengan prinsip kesesuaian(appropriateness ) dan kecukupan ( adequancy ). Pengambilan data dan penelitian dilakukanselama bulan Juni 2014. Data yang dikumpulkan berupa hasil rekaman wawancara mendalamdan analisis dengan metode Collazi.
Penelitian ini mengidentifikasi empat tema yaitu Syura (Permusyawaratan); Adl bilqisth (Keadilan, disertai kesetaraan); Hurriah al-kalam (Kebebasan berekspresi); dan Nilai-nilai Islam dalam gaya kepemimpinan Islam. Hasil penelitian ini dapat memberikangambaran kepada Kepala Perawat Ruangan mengenai pengalaman Kepala Perawat Ruangandalam penerapan gaya kepemimpinan Islam di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah sudah
terterapkan selama proses kepemimpinannya, akan tetapi dalam penerapannya masih belummaksimal. Diperlukan penelitian selanjutnya mengenai eksplorasi lebih mendalam mengenaicara untuk mendapatkan hasil lebih luas dari pengalaman Kepala Perawat Ruangan dalam
penerapan gaya kepemimpinan Islam, serta peneliti selanjutnya dapat memilih ruang lingkupyang lebih luas dan kompleks sehingga mendapatkan data yang lebih lengkap.
Kata Kunci: Pengalaman, Gaya Kepemimpinan Islam, Kepala Perawat Ruangan
Daftar Bacaan: 59 (1990-2014)
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
5/143
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
6/143
M
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
7/143
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
8/143
viii
RIWAYAT HIDUP
Nama : Yoga Teguh Guntara
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 07 April 1992
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Desa Lundang, Jorong Panampuang Kecamatan Ampek Angkek,Kab. Agam, Sumatra Barat
No Hp : 0857-1453-6223
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri 11 Bonjol Alam (1998-2004)2. MTs Swasta Pon-Pes Diniyyah Pasia (2004-2007)3. MA Swasta Pon-Pes Diniyyah Pasia (2007-2010)4. S-1 Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2010-2014)
Pengalaman Organisasi:
1. Anggota Organisasi Pondok Pesantren Modern Diniyyah (OPPMD) (2007-2008)2. Sekretaris Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FKIK (2012-2013)3. Anggota Senat Mahasiswa (SEMA) Universitas, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah (2013-2014)
Pengalaman Seminar dan Training :
1. Seminar Nursing as partner Society and delivering Public health 2011
2. Seminar Uji Kompetensi Nasional Perawat: Meningkatkan Peran dan Mutu ProfesiKeperawatan dalam Menghadapi Tantangan Global 2012
3. Workshop Keperawatan “ Update Diagnosa NANDA, Aplikasi ISDA dan DiagnosticReasoning” 2012
4. Training Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) 20135. National Leadership Training “World No Tobacco” 2013 6. Kegiatan Advokasi Pelatihan Kader Anti Narkoba Di Perguruan Tinggi melalui
Mahasiswa FISIP DKI Jakarta oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) 2014
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
9/143
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
10/143
x
KATA PENGANTAR
ه ت ك ب ا و ة ح ر ن و ي م ع س ل
Puji dan syukur kehadirat Al-Qowy, Dzat yang selalu memberikan rahmat,
hidayah, dan kekuatan kepada penulis, karena hanya dengan izin-Nya penyusunan
skripsi yang berjudul “Pengalaman Kepala Perawat Ruangan dalam Penerapan
Gaya Kepemimpinan Islam di Rumah Sakit Syarif Hidyatullah ” dapat
diselesaikan. Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada Khotamul Anbiya’
wal Mursalin Muhammad Ibnu Abdilah SAW.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana
keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Melalui penyusunan skripsi ini,
banyak hal yang telah penulis peroleh terutama dalam menambah pengetahuan
penulis yang berhubungan dengan aplikasi mata kuliah.
Penulis Juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberi bantuan, dorongan, dan do’a serta kerjasama. Penulis menyadari tidak
akan mampu membalas jasa- jasa tersebut, hanya lantuanan do’a semoga Ar-
Rahman memberikan balasan dengan khoirul-jaza yang dapat mengantarkan ke
pintu ridho dan Surga-Nya. Terkhusus kepada:
1. Bapak Prof. Dr, Komarudin Hidayat selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. dr, MK. Tadjudin, Sp. And. selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
11/143
xi
3. Bapak Ns.Waras Budi Utomo, S. Kep, MKM selaku Ketua Program Studi
Ilmu Keperawatan dan Ibu Eni Nuraini Agustini, S.Kep, M.Sc selaku
Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Jamaludin, S. Kp, M. Kep. dan Ibu Maftuhah, M. Kep., PhD selaku
dosen pembimbing skripsi yang meluangkan waktu dan dengan sabar
memberikan arahan, saran, dan perbaikan serta motivasi kepada penulis
selama perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc, Bapak Jamaludin, S. Kp, M. Kep.
dan Ibu Maftuhah, M. Kep., PhD selaku Dosen Penguji Skripsi, terima
kasih sebesar-besarnya atas saran dan masukan yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini.
6. Seluruh staf Dosen pengajar dan karyawan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
Ilmunya dan banyak kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepada Orang tua tercinta, Ibunda Delli Yanti dan Ayahanda tercinta
Yurdial Yannu, yang senantiasa memberikan dukungan dan doanya dalam
menyelesaikan perkuliahan dan tugas akhir ini.
8.
Kepada Direktur dan Seluruh staf Rumah Sakit Syarif Hidayatullah yangtelah membantu dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melakukan penelitian di RS Syarif Hidayatullah
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
12/143
xii
9. Kepada seluruh Keluarga PSIK, Kakak-Kakak, Adik-Adik, khususnya
teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan
2010, yang telah membantu, memotivasi untuk sama-sama berjuang dalam
mencapai cita-cita.
10. Kepada teman-teman SEFTer yang berhati LOGOS senantiasa membantu,
mendukung dan memberikan Doa serta CS3-nya dalam proses pembuatan
skripsi ini Siti Maryam M, Hilma Azmi, Andry Septian S, Laras Ayunda
Pratama, Rustiana, Adelina Vidya, Awalia Bella Rizky P, Siti Nina
Inayah, Nurnafidah, dan Agnes Virgianti L.
Mudah-mudahan segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan
kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SWT. Akhirnya penulis
berharap mudah-mudahan tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
penulis khususnya.
ه ت ك ب ا و ة ح ر ن و ي م ع س ل و
Ciputat, 10 Juli 2014
Yoga Teguh Guntara
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
13/143
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul.............................................................................................. i
Lembar Pernyataan....................................................................................... ii
Abstrak......................................................................................................... iii
Lembar Persetujuan...................................................................................... v
Lembar Pengesahan...................................................................................... vi
Daftar Riwayat Hidup.................................................................................. viii
Persembahan................................................................................................. ix
Kata Pengantar.............................................................................................. x
Daftar Isi....................................................................................................... xiii
Daftar Bagan................................................................................................. xvii
Daftar Tabel.................................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................ 5
C. Pertanyaan Penelitian................................................................... 6
D. Tujuan.......................................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian....................................................................... 6
1. Bagi Rumah Sakit....................................................................
2.Bagi Kepala Ruangan...............................................................
6
6
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
14/143
xiv
3.Bagi Perkembangan Institusi Keperawatan..............................
4.Bagi Peneliti..............................................................................
6
6
F. Ruang Lingkup Penelitian............................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengalaman.................................................................................. 8
B. Kepemimpinan............................................................................. 8
1.Pengertian Kepemimpinan........................................................
2.Teori-Teori Kepemimpinan......................................................
3.Gaya Kepemimpinan.................................................................
8
10
12
C. Kepala Perawat Ruangan............................................................. 15
D. Kepemimpinan Islam................................................................... 17
1 Pengertian Kepemimpinan Islam..............................................
2.Rasulullah Muhammad SAW...................................................
3.Gaya Kepemimpinan Islam (Rasulullah)..................................
4.Karakter Pemimpin Islam.........................................................
17
19
22
32
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH
A. Kerangka Konsep......................................................................... 41
B. Definisi Istilah.............................................................................. 42
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian.................................................................. 43
B. Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................... 44
C. Pengumpulan Data....................................................................... 44
D. Informan Penelitian...................................................................... 47
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
15/143
xv
E. Tehnik Pengumpulan Data........................................................... 48
F. Validasi Data................................................................................ 49
G. Tehnik Analisis Data.................................................................... 52
H. Etika Penelitian............................................................................ 53
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian......................................... 55
B. Hasil Penelitian............................................................................ 55
1.Karakteristik Partisipan.............................................................
2.Hasil Analisis Tematik..............................................................
55
56
Tema 1. Syura (permusyawaratan)............................................
Tema 2. Adl bil qisth (keadilan, disertai kesetaraan).................
Tema 3. Hurriah al-kalam (kebebasan berekspresi)..................
Tema 4. Nilai-nilai Islam dalam gaya kepemimpinan Islam.....
56
58
60
62
BAB VI PEMBAHASAN
A. Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi..................................... 71
Tema 1. Syura (permusyawaratan)............................................
Tema 2. Adl bil qisth (keadilan, disertai kesetaraan)...............
Tema 3. Hurriah al-kalam (kebebasan berekspresi)..................
Tema 4. Nilai-nilai Islam dalam gaya kepemimpinan Islam....
71
74
76
78
B. Keterbatasan Penelitian................................................................ 81
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
16/143
xvi
BAB VII PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................... 82
B. Saran............................................................................................. 83
1.Institusi Keperawatan................................................................
2.Peneliti Selanjutnya...................................................................
3.Pelayanan Keperawatan............................................................
83
83
83
Daftar Pustaka
Lampiran
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
17/143
xvii
DAFTAR BAGAN
Nomor Bagan Judul Bagan Hal
3.1 Konsep pikir 41
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
18/143
xviii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Judul Tabel Hal
5.1 Matriks Analisis Tematik 65
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
19/143
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemimpin adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan
kepemimpinannya untuk mengarahkan orang lain serta bertanggung jawab atas
pekerjaan orang tersebut dalam mencapai suatu tujuan (Hasibuan, 2009 dalam
Warouw., dkk, 2013). Pemimpin memiliki kemampuan memberi inspirasi kepada
orang lain untuk berkerjasama sebagai suatu kelompok, agar dapat mencapai suatu
tujuan. Pemimpin mempengaruhi lingkungan dan orang lain untuk tujuan yang
diinginkan (Suarli & Bahtiar, 2010).
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk memberikan pengaruh yang
konstruktif untuk melakukan suatu usaha kooperatif mencapai tujuan yang sudah
direncanakan. Maka, pemimpin itu harus mahir melaksanakan kepemimpinannya, jika
dia ingin sukses dalam melakukan tugas-tugasnya (Kartono, 2011 dalam Warouw.,
dkk, 2013). Kepemimpinan dalam keperawatan yang dipimpin oleh Kepala Perawat
Ruangan merupakan penerapan pengaruh dan bimbingan yang ditujukan kepada staf
keperawatan untuk menciptakan kepercayaan dan ketaatan sehingga timbul kesediaan
melaksanakan tugas dalam rangka mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien
(Putri, 2011).
Kepala Perawat Ruangan merupakan seorang tenaga perawatan profesional
yang diberi tanggung jawab dan wewenang memimpin dalam mengelola kegiatan
pelayanan keperawatan di satu ruang rawat (Depkes, 1994 dalam Simanullang 2013).
Kepala Perawat Ruangan bertanggung jawab untuk memimpin dan mengorganisasi
kegiatan pelayanan dan asuhan keperawatan (Swanburg, 2001).
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
20/143
2
Pimpinan keperawatan harus mampu memimpin, meminta, meyakinkan,
mendesak dan membujuk stafnya untuk melakukan sesuatu pada kapan klien dan
rekan kerja memerlukan bantuan mereka, tidak berdasarkan atas kesukaan mereka
tetapi pada apa yang seharusnya dilakukan demi tercapainya tujuan asuhan
keperawatan (Putri, 2011).
Kepemimpinan diikuti oleh gaya kepemimpinan. Gaya Kepemimpinan erat
hubungannya dengan kematangan dalam bidang pekerjaan maupun dalam bidang
psikologis, maka dalam memimpin seseorang akan mempunyai gaya yang berbeda-
beda dengan seorang pemimpin lainnya. Selain itu, gaya kepemimpinan seseorang
bukanlah semata-mata bergantung pada watak seorang pemimpin saja, tetapi ada
kecendrungan dari seseorang pemimpin untuk menggunakan gaya kepemimpinan
yang berbeda dalam menghadapi bawahan yang beraneka ragam tingkat
kedewasaannya (Moeljono, 2008).
Islam merupakan agama dan sistem kehidupan yang menghubungkan antara
individu yang menghubungkan antara individu dengan berbagai dimensi kehidupan
ini. Pemimpin dalam Islam tidak sekedar mengarahkan, membawahi, memerintah.
Tapi lebih kepada teladan dan tanggung jawab. Hanya mereka mempunyai intuisi
pemimpin yang bisa melakukannya. Siapa pun yang ingin sukses menjadi pemimpin,
maka sebaiknya ia banyak belajar dari gaya leadership Rasulullah Muhammad SAW
( shallallâhu 'alaihi wa sallam). Bagi beliau, pemimpin itu tidak saja mendireksi,
membawahi, meluruskan tapi lebih dari itu adalah amanah besar, baik kepada
manusia maupun kepada Allah. Power kepemimpinan beliau leadership yang
dibimbing oleh wahyu dan bersinergi dengan kepekaan dan kecerdasan telah
melahirkan keputusan-keputusan yang terarah, terukur dan tepat sasaran (Fathi, 2009).
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
21/143
3
Nabi Muhammad SAW ( shallallâhu 'alaihi wa sallam) memberi teladan
melalui kepemimpinan dengan contoh, selalu selangkah di depan untuk diikuti yang
lain beliau melakukannya tanpa menunjukkan arogansi, tetapi menunjukkan
keberanian tetap rendah hati. Dalam prosesnya beliau, dipandang sebagai manusia
yang memilki integritas tinggi, bersemangat menuntaskan misi dan penuh kasih dalam
membantu pengikutnya menuju jalan yang benar (Noor, 2011).
Beliau, menerapkan tiga gaya kepemimpinan Islam: Syura (permusyawaratan),
‘Adl bil qisth (keadilan, disertai kesetaraan), dan Hurriyyah al-kalam (kebebasan
berekspresi). Ketiga gaya kepemimpinan terapan ini berjalan seiring dengan lima
ajaran yang menegaskan aspek-aspek sistem nilai Islam penting, yaitu: Al-akmal asy-
syakhshi atau integritas pribadi, Tawiyah al-shilah atau perbaikan hubungan,
Fa’iliyyah al -qiyadiyyah atau daya kepemimpinan, Makarim al-akhlaq atau perilaku
etis, dan Tahzib al-akhlaq atau peningkatan moral melalui pengetahuan spiritual.
Karateristik yang ada pada pribadi Nabi Muhammad SAW, melambangkan jenis
kepemimpinan yang harus dimiliki setiap pemimpin. Keagungan kepemipinan Nabi
Muhammad SAW merupakan sumber inspirasi bagi berbagai tipe orang berpengaruh,
baik itu negarawan, raja, komandan dan militer, maupun pemipin politik (Noor, 2011).
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah (Muhammad) itu suri tauladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS Al -Ahzab [33] :21).
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
22/143
4
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Saipul (2009) didapatkan bahwa
kecendrungan gaya kepemimpinan situasional yang diterapakan di Rumah Sakit Islam
Banyuwangi. Hasil penelitian disertasi yang dilakukan oleh Yuswanto (2013) yang
berjudul Pengembangan Model Kepemimpinan Keperawatan di Rumah Sakit Kelas A
di Indonesia, menunjukkan bahwa dari 5 model kepemimpinan dalam literatur yaitu
model kepemimpinan efektif, tranformasional, transaksional, visioner dan servant
leadership mendukung terbentuknya rancangan model kepemimpinan keperawatan
Indonesia yang dapat merupakan alternatif model kepemimpinan untuk diterapkan
kepala ruang di rumah sakit kelas A di Indonesia.
Hasil penelitian penilaian empiris prinsip-prinsip kepemimpinan Islam oleh
Ahmad dan Ogunsola OK (2011) pada fungsi kepemimpinan seperti yang diadopsi
oleh administrator akademik dalam International Islamic University, Malaysia
didapatkan bahwa, administrator akademik dijiwai dengan prinsip-prinsip
kepemimpinan Islam. Penelitian juga menunjukkan bahwa, pendekatan
kepemimpinan lebih disukai digunakan dalam hubungannya dengan transaksional
alternatif dan gaya transformasional, sedangkan sumber pengetahuan dari Quran dan
Sunnah diberi prioritas tertinggi sebagai sumber pengembangan prinsip-prinsip
kepemimpinan.
Hasil dari studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit
Syarif Hidayatullah, bahwa Rumah Sakit Syarif Hidayatullah merupakan Rumah
Sakit yang bernuansa Islami sesuai dengan visi dan misi Rumah Sakit. Dalam bidang
keperawatan di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah, terdapat 5 orang Kepala Perawat
Ruangan sebagai pemimpin dalam keperawatan dan 2 orang Supervisi Kepala
Perawat Ruangan.
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
23/143
5
Berdasarkan dari ulasan diatas, dikarenakan masih belum banyaknya riset atau
penelitian mengenai penerapan atau aplikasi gaya kepemimpinan Islam oleh kepala
perawat ruangan di Rumah Sakit. Maka, peneliti tertarik ingin meneliti tentang
“Pengalaman Kepala Perawat Ruangan dalam Penerapan Gaya Kepemimpinan
Islam di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah”
B. Rumusan Masalah
Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan penerapan pengaruh dan
bimbingan yang ditujukan kepada staf keperawatan untuk menciptakan kepercayaan
dan ketaatan sehingga timbul kesediaan melaksanakan tugas dalam rangka mencapai
tujuan bersama secara efektif dan efisien (Putri, 2011). Kepala Perawat Ruangan
bertanggung jawab untuk memimpin dan mengorganisasi kegiatan pelayanan dan
asuhan keperawatan (Swanburg, 2000 dalam Simanullang 2013).
Gaya kepemimpinan Islam yang ditunjukkan oleh Nabi Muhammad SAW
dan nilai-nilai islam yang ditanamkan oleh beliau dapat dijadikan sebagai inspirasi
bagi para pemimpin termasuk pemimpin dalam keperawatan. Sehingga, dengan model
gaya kepemimpinan Rasulullah yaitu: Syura (permusyawaratan), ‘Adl bil qisth
(keadilan, disertai kesetaraan), dan Hurriyyah al-kalam (kebebasan berekspresi) dan
nilai- nilai Islam yang ditanamkan oleh beliau dalam gaya kepemimpinannya dapat
memotivasi dan mempengaruhi lingkungan dan orang lain dan untuk mencapai tujuan
yang diinginkan oleh suatu kelompok atau organisasi (Noor, 2011).
Peneliti ingin meneliti, pengalaman Kepala Perawat Ruangan dalam
penerapan gaya kepemimpinan Islam yang mengandung nilai-nilai Islam seperti yang
diterapkan oleh Nabi Muhammad SAW ( shallallâhu 'alaihi wa sallam), di Rumah
Sakit Syarif Hidayatullah.
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
24/143
6
C. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana pengalaman Kepala Perawat Ruangan dalam penerapan gaya
kepemimpinan Islam di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah ?
D. Tujuan Penelitian
Mengetahui pengalaman Kepala Perawat Ruangan dalam penerapan gaya
kepemimpinan Islam di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Rumah Sakit
Hasil penulisan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai penerapan gaya kepemimpinan Islam yang dapat diterapkan di Rumah
Sakit.
2. Bagi Kepala Perawat Ruangan
Hasil penulisan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai penerapan gaya kepemimpinan Islam yang dapat diterapkan oleh
Kepala Perawat Ruangan terhadap stafnya di Rumah Sakit.
3. Bagi perkembangan Institusi keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan dalam bidang keperawatan, khususnya Manajemen Dalam
Keperawatan mengenai penerapan gaya kepemimpinan Islam.
4. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dokumen akademik yang berguna
untuk dijadikan acuan penelitian selanjutnya.
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
25/143
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
26/143
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengalaman
Pengalaman merupakan proses melakukan, melihat dan memiliki hal-hal yang
terjadi, keterampilan atau pengetahuan yang didapatkan melalui sesuatu dan lamanya
waktu yang telah dihabiskan melakukan sesuatu pada diri seseorang (www.merriam-
webster.com ).
B. Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Pemimpin adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan
kepemimpinannya untuk mengarahkan orang lain serta bertanggung jawab atas
pekerjaan orang tersebut dalam mencapai suatu tujuan (Hasibuan, 2009 dalam
Warouw., dkk, 2013). Pemimpin memiliki kemampuan memberi inspirasi kepada
orang lain untuk berkerjasama sebagai suatu kelompok, agar dapat mencapai suatu
tujuan. Pemimpin mempengaruhi lingkungan dan orang lain untuk tujuan yang
diinginkan (Suarli & Bahtiar, 2010).
Kepemimpinan merupakan suatu proses mengenai pengarahan dan usaha
untuk mempengaruhi kegiatan yang berhubungan dengan anggota kelompok
(Umar, 2000). Kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi
kelompok demi tercapainya tujuan organisasi (Khoir, 2011). Kepemimpinan
merupakan seni untuk membuat orang lain mengikuti kehendak kita dan
meyakinkan orang lain. Atau dengan kata lain, kepemimpinan adalah proses untuk
mempengaruhi (Manz dan Charles, dalam Dwiwibawa dan Riyanto 2008).
http://www.merriam-webster.com/http://www.merriam-webster.com/http://www.merriam-webster.com/http://www.merriam-webster.com/http://www.merriam-webster.com/http://www.merriam-webster.com/
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
27/143
9
Kepemimpinan memegang peranan sangat penting dalam manajemen
organisasi. Kepemimpinan dibutuhkan manusia karena adanya keterbatasan-
keterbatasan tertentu pada diri manusia. Kepemimpinan didefinisikan ke dalam
ciri-ciri individual, kebiasaan, cara mempengaruhi orang lain, interaksi,
kedudukan dalam organisasi dan persepsi mengenai pengaruh yang sah.
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk
mencapai tujuan yang antusias (David, 1985 dalam Baihaqi 2010).
Menurut Ariani (2003) menjelaskan bahwa kepemimpinan merupakan
proses pemberian pengaruh yang tidak memaksa. Pemimpin mempunyai pengikut
yang secara sukarela melaksanakan tugas-tugasnya dengan keahlian dan
intelektualnya sebagai sumber kekuasaan. Kekuasaan tersebut digunakan untuk
memelihara fleksibilitas dan memperkenalkan perubahan.
Menurut Wahjosumidjo (1987, dalam Tim Pengembang Ilmu Pedidikan
FIP-UPI 2007) menjelaskan bahwa butir-butir pengertian dari berbagai
kepemimpinan pada hakikatnya memberikan makna:
a. Kepemimpinan adalah suatu yang melekat pada diri seorang pemimpin yang
berupa sifat-sifat tertentu seperti: kepribadian ( personality ), kemampuan
( Ability ), dan kesanggupan ( capability ).
b. Kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan ( activity ) pemimpin yang tidak
dapat dipisahkan dengan kedudukan (posisi) serta gaya dan perilaku pemimpin
itu sendiri.
c. Kepemipinan adalah sebagai proses antar hubungan atau interaksi antara
pemimpin, pengikut dan situasi.
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
28/143
10
Kepemimpinan adalah tentang kekuasaan. Kekuasaan adalah kapasitas
untuk mempengaruhi, membujuk, dan mengilhami orang lain (Harari, 2005).
Kepemimpinan dalam keperawatan (kepala ruangan) merupakan penerapan
pengaruh dan bimbingan yang ditujukan kepada staf keperawatan untuk
menciptakan kepercayaan dan ketaatan sehingga timbul kesediaan melaksanakan
tugas dalam rangka mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien. Pimpinan
keperawatan harus mampu memimpin, meminta, meyakinkan, dan mendesak dan
membujuk stafnya untuk melakukan tetapi pada kapan klien dan rekan kerja
memerlukan bantuan mereka, tidak berdasarkan atas kesukaan mereka tetapi pada
apa yang seharusnya dilakukan demi tercapainya tujuan asuhan keperawatan
(Putri, 2011).
Hasil penelitian disertasi yang dilakukan oleh Yuswanto (2013) yang
berjudul Pengembangan Model Kepemimpinan Keperawatan di Rumah Sakit
Kelas A di Indonesia, menunjukkan bahwa dari 5 model kepemimpinan dalam
literatur yaitu model kepemimpinan efektif, tranformasional, transaksional,
visioner dan servant leadership mendukung terbentuknya rancangan model
kepemimpinan keperawatan Indonesia yang dapat merupakan alternatif model
kepemimpinan untuk diterapkan kepala ruang di rumah sakit kelas A di Indonesia.
2. Teori-teori Kepemimpinan
Nursalam (2011) menjelaskan berbagai teori-teori kepemimpinan sebagai
berikut:
a. Teori Bakat ( Trait Theory )
Teori bakat menentukan bahwa setiap orang adalah pemimpin (pemimpin
dibawa sejak lahir bukan didapatkan) dan mereka mempunyai karakteristik
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
29/143
11
tertentu yang membuat mereka lebih baik dari orang lain. Teori ini disebut
juga sebagai Great Man Theory .
b. Teori Perilaku
Teori perilaku lebih menekankan pada apa yang dilakukan pemimpin dan
bagaimana seorang manajer menjalankan fungsinya. Perilaku seseorang
dipengaruhi oleh adanya pengalaman bertahun-tahun dalam kehidupannya.
Oleh karena itu, kepribadian seseorang cenderung sangat bervariasi dan
berbeda-beda akan mempengaruhi gaya kepemimpinan yang digunakan.
c. Teori Kontigensi dan Situasional
Teori ini menekankan bahwa manajer yang efektif adalah manajer yang
melaksanakan tugasnya dengan mengkombinasi antara faktor bawaan, perilaku,
dan situasi.
d. Teori Kontemporer
Teori ini menekankan pada keempat komponen penting dalam suatu
pengelolaan, yaitu manajer/pemimpin, staf dan atasan, pekerjaan, serta
lingkungan. Dia menekankan dalam melaksanakan suatu manajemen seorang
pemimpin harus mengintegrasikan keempat unsur tersebut untuk mencapai
tujuan organisasi. Teori kontemporer tersebut juga perlu didukung oleh
motivasi, interaksi, dan teori transfomasi.
e. Teori Interaktif
Menurut Schein (1970, dalam Nursalam 2011) menekankan bahwa staf atau
pegawai adalah manusia sebagai suatu sistem terbuka yang selalu berinteraksi
dengan sekitarnya dan berkembang secara dinamis. Sistem tersebut dianggap
suatu sistem yang terbuka jika terjadi adanya perubahan energi dengan
lingkungan asumsi teori ini sebagai berikut:
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
30/143
12
1) Manusia memiliki karakteristik yang sangat kompleks. Mereka
mempunyai motivasi yang bervariasi dalam melakukan suatu pekerjaan.
2) Motivasi seseorang tidak tetap, tetapi berkembang sesuai perubahan waktu
3) Tujuan bisa berbeda pada situasi yang berbeda pula
4) Penampilan seseorang dan produktivitas dipengaruhi oleh tugas yang
harus diselesaikan, kemampuan seseorang, pengalaman, dan motivasi.
5) Tidak ada strategi yang paling efektif bagi pemimpin dalam setiap situasi.
3. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan pada dasarnya merupakan suatu cara bagaimana
seseorang pemimpin mempengaruhi, mengarahkan, memotivasi, dan
mengendalikan bawahannya dengan cara-cara tertentu, sehingga bawahan dapat
menyelesaikan tugas pekerjaannya secara efektif dan efisien (Purwanto, 2006).
Gaya kepemimpinan diartikan sebagai perilaku atau cara yang dipilih dan
dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap, dan
perilaku organisasinya (Nawawi, 2003 dalam Setiawan 2010). Menurut Rivai
(2002, dalam Lingga 2011) ada tiga macam gaya kepemimpinan yang
mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai, yaitu:
a. Gaya Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan otoriter disebut juga kepemimpinan direktif atau diktator.
Pemimpin memberikan instruksi kepada bawahan, menjelaskan apa yang harus
dikerjakan, selanjutnya karyawan menjalankan tugasnya sesuai dengan yang
diperintahkan oleh atasan. Gaya kepemimpinan ini menggunakan metode
pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan
strukturnya, sehingga kekuasaanlah yang paling diuntungkan dalam organisasi.
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
31/143
13
Lippits dan White dalam Nursalam (2011) menggambarkan ciri-ciri
kepemimpinan otoriter:
1) Wewenang mutlak berada pada pimpinan
2) Keputusan dan kebijakan selalu dibuat oleh pimpinan
3) Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan
4) Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para
bawahan dilakukan secara ketat
5) Prakarsa harus selalu berasal dari pimpinan
6) Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran,
pertimbangan atau pendapat
7) Tugas-tugas bawahan diberikan secara instruktif
8) Lebih banyak kritik dari pada pujian
9) Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat
10) Pimpinan menuntut kesetiaan tanpa syarat
11) Cendrung adanya paksaan, ancaman, dan hukuman
12) Kasar dalam bersikap
13) Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan
b. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan ini ditandai oleh adanya suatu struktur yang
pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang
kooperatif. Dalam gaya kepemimpinan ini, ada kerjasama antara atasan dengan
bawahan. Dibawah kepemimpinan demokratis bawahan cendrung bermoral
tinggi, dapat berkerja sama, mengutamakan mutu kerja dan dapat
mengerahkan diri sendiri.
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
32/143
14
Lippits dan White dalam Nursalam (2011) menggambarkan ciri-ciri
kepemimpinan demokratis:
1) Wewenang pimpinan tidak mutlak
2) Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan
3) Keputusan dibuat besama antara pimpinan dan bawahan
4) Komunikasi berlangsung timbal balik
5) Pengawasan dilakuakan secara wajar
6) Prakarsa dapat datang dari bawahan
7) Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran dan
pertimbangan
8) Tugas-tugas yang kepada bawahan lebih bersifat permintaan daripada
instruktif
9) Pujian dan kritik seimbang
10) Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas
masing- masing
11) Pemimpin meminta kesetian bawahan dengan wajar
12) Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak
13) Terdapat suasana saling percaya, saling menghormati, dan saling
menghargai
14) Tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung bersama-sama
c. Gaya Kepemimpinan Bebas ( Laisses Faire )
Gaya kepemimpinan ini memberikan kekuasaan penuh pada bawahan, struktur
organisasi bersifat longgar, pemimpin bersifat pasif. Peran utama pimpinan
adalah menyediakan materi pendukung dan berpartisipasi jika diminta
bawahan.
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
33/143
15
Lippits dan White dalam Nursalam (2011) menggambarkan ciri-ciri
kepemimpinan Bebas ( Laisses Faire ):
1) Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan
2) Pimpinan hanya lebih banyak dibuat oleh bawahan
3) Kebijakan kebanyakan dibuat oleh bawahan
4) Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan
5) Hampir tidak ada pengawasan terhadap tingkah laku bawahan
6) Prakarsa selalu berasal dari bawahan
7) Hampir tidak ada pengarahan dari pimpinan
8) Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok
9) Kepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan kelompok
10) Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh perorangan.
C. Kepala Perawat Ruangan
Kepala Perawat Ruangan adalah seorang tenaga perawatan professional
yang diberi tanggung jawab dan wewenang memimpin dalam mengelola kegiatan
pelayanan keperawatan di satu ruang rawat (Depkes, 1994 dalam Simanullang
2013). Kepala Perawat Ruangan bertanggung jawab untuk memimpin dan
mengorganisasi kegiatan pelayanan dan asuhan keperawatan (Swanburg, 2000
dalam Simanullang 2013), meliputi :
1. Struktur Organisasi
Struktur Organiasi terdiri dari: struktur, bentuk, dan bagan. Berdasarkan
keputusan Direktur rumah sakit dapat ditetapkan struktur organisasi untuk
menggambarkan pola hubungan antar bagian atau staf atasan baik vertikal
maupun horizontal.
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
34/143
16
2. Pengelompokan Kegiatan
Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan yang harus
diselesaikan untuk mencapai tujuan. Pengelompokan kegiatan dilakukan untuk
memudahkan pembagian tugas pada perawat sesuai dengan pengetahuan dan
keterampilan yang mereka miliki serta sesuaikan dengan kebutuhan klien.
Metoda penugasan tersebut antara lain : metode fungsional, metode alokasi
klien/keperawatan total, metode tim keperawatan, metode keperawatan primer,
dan metode moduler.
3. Koordinasi Kegiatan
Kepala ruangan sebagai koordinator kegiatan harus menciptakan kerjasama
yang selaras satu sama lain dan saling menunjang untuk menciptakan suasana
kerja yang kondusif. Selain itu, perlu adanya pendelegasian tugas kepada ketua
tim atau perawat pelaksana dalam asuhan keperawatan.
4. Evaluasi Kegiatan
Kegiatan yang telah dilaksanakan perlu dievaluasi untuk menilai apakah
pelaksanaan kegiatan sesuai rencana. Kepala Ruang berkewajiban untuk
memberi arahan yang jelas tentang kegiatan yang akan dilakukan. Untuk itu
diperlukan uraian tugas dengan jelas untuk masing-masing staf dan standar
penampilan kerja.
5. Kelompok Kerja
Kegiatan diperlukan kerjasama antar staf dan kebersamaan dalam kelompok,
hal ini untuk meningkatkan motivasi kerja dan perasaan keterikatan dalam
kelompok untuk meningkatkan kualitas kerja dan mencapai tujuan pelayanan
dan asuhan keperawatan.
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
35/143
17
Menurut Marquis dan Huston (2010, dalam Simanullang 2013), kepala
ruangan sangat berperan dalam penjadwalan, pengembangan perawat, sosialisasi
perawat, dan mengadakan pelatihan untuk perawat. Kepala Ruangan haruslah
menunjukkan bahwa ia memilki kemampuan bekerja harmonis, bersikap objektif
dalam menghadapi persoalan dalam pelayanan keperawatan melalui pengamatan,
dan objektif juga dalam menghadapi tingkah laku stafnya. Kepala Ruangan harus
peka akan kodrat manusia yang punya kelebihan dan kekurangan, memerlukan
bantuan orang lain dan mempunyai kebutuhan yang bersifat pribadi dan sosial
(Mininjaya, 2004 dalam Simanullang 2013).
D. Kepemimpinan Islam
1. Pengertian Kepemimpinan Islam
Kepemimpinan di dalam Islam adalah suatu hal yang inheren, serta
merupakan salah satu subsistem Islam yang mencakup pengaturan seluruh aspek
kehidupan secara prinsipal. Islam mengatur niat, amal, tujuan sekaligus sumber
kehidupan, otak manusia, kemudian mengatur proses hidup, perilaku dan tujuan
hidup. Dalam Islam seorang pemimpin dan yang dipimpin harus mempunyai
keberanian untuk menegakkan kebenaran yang dilakasanakan melalui prinsip
kepemimpinan, yaitu melaksanakan kewajiban kepemimpinan dengan penuh rasa
tanggung jawab seorang pemimpin dan melaksanakan hak berpartisipasi bagi
yang dipimpin (Feisal, 1995 dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI
2007).
Menurut Shihab dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI (2007)
menjelaskan bahwa Islam menyebutkan kepemimpinan dengan beberapa istilah
nama, diantaranya imamah (imam) , imarah (pengatur) , dan wilayah (wali) , yang
semuanya itu pada hakikatnya adalah amanah (tanggung jawab).
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
36/143
18
Menurut Celik (2002) kepemimpinan dalam Islam didasarkan pada
kepercayaan dan menekankan ketulusan, integritas dan kasih sayang. Hal ini dianggap
sebagai kontrak psikologis antara pemimpin dan pengikutnya menjamin bahwa ia akan
mencobanya terbaik untuk membimbing mereka, untuk melindungi mereka, dan
memperlakukan mereka dengan adil. Kepemimpinan dalam Islam berakar dalam
keyakinan dan patuh kepada Sang Pencipta (Allah SWT). Ini berpusat pada melayani
Sang Pencipta. Ini berarti bahwa seorang pemimpin muslim bertindak sesuai dengan
perintah dari Sang Pencipta dan Rasul-Nya , dan harus mengembangkan karakter moral
Islam.
Kepemimpinan dalam Islam erat kaitannya dengan model kepemimpinan
yang diterapkan oleh Rasulullah. Rasulullah Muhammad SAW ( shallallâhu
'alaihi wa sallam) memberi teladan melalui kepemimpinan dengan contoh, selalu
selangkah di depan untuk diikuti yang lain beliau melakukannya tanpa
menunjukkan arogansi, tetapi menunjukkan keberanian tetap rendah hati. Dalam
prosesnya Nabi Muhammad SAW, dipandang sebagai manusia yang memilki
integritas tinggi, bersemangat menuntaskan misi dan penuh kasih dalam
membantu pengikutnya menuju jalan yang benar (Noor, 2011).
Kepemimpinan dalam Islam merupakan hal pokok bagi kepribadian islami
dan sudah banyak diberi contoh oleh Nabi Muhammad SAW ( shallallâhu 'alaihi
wa sallam), yang telah menjadikan dirinya sebagai Da’iyah (seseorang yang
melakukan dakwah) untuk menjadi seorang pemimpin, baik secara de jure
maupun de facto , dalam membimbing orang lain menuju jalan yang lurus
( Ihdinasshiratal mustaqim ) (Noor, 2011).
Suatu kepemimpinan dalam Islam, haruslah mempunyai kekuatan iman
atau keyakinan untuk mencapai tujuan, keuletan, dan ketabahan untuk dapat
mencapai berbagai target yang telah dicanangkan melalui beberapa individu yang
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
37/143
19
berpegang teguh pada ajaran agama mereka dan memahami tugas dan
tanggungjawab yang diamananahkan kepada mereka (Fathi, 2009).
2. Rasulullah Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW ( shallallâhu 'alaihi wa sallam) adalah manusia
fenomenal dalam sepanjang sejarah kehidupan dan peradaban manusia. Ia adalah
manusia biasa, namun memiliki keistimewaan-keistimewaan yang langsung
diberikan Allah kepadanya (Gulen, 2002).
“Muhammad itu sekali -kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu,
tetapi ia adalah utusan (rasul) Allah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS Al -ahzab [33]: 40).
Nabi Muhammad lahir 12 Rabi’ul Awwal tahun 570 M, putra Abdullah,
saudagar miskin dari keluarga terhormat dalam suku Quraisy yang berkuasa. Nabi
Muhammad menjadi yatim piatu ketika berumur 6 tahun, kemudian dibesarkan
oleh kakeknya, Abdul Muthalib, lalu pamannya, Abu Thalib. Pada umur 24 tahun
beliau berkerja untuk seorang janda kaya, Khadijah dan kemudian mereka
menikah. Mereka dikaruniai 6 orang anak, tetapi dua putra mereka meninggal
ketika kecil. Menerima wahyu pertama kali di Gua Hira, melalui perantara
malaikat jibril. Allah mengutus Rasulullah untuk membimbing manusia menuju
kebenaran dan membersihkan mereka dari dosa-dosa. Orang-orang yang
dicerahkan oleh Rasulullah menemukan jalan menuju Kehadiran Ilahi dan
mendapat derajat kemanusiaan tertinggi (Adair, 2010).
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
38/143
20
Rasulullah dikenal sebagai orang yang benar dan jujur bahkan sebelum
Islam datang. Penduduk Mekkah, bahkan kaum kafir sekalipun, menyebutnya Al-
amin (yang dapat dipercaya) (Gulen, 2002). Beliau dalam semua sisi
kehidupannya adalah teladan yang agung dan utama bagi manusia sebab
kesempurnaan dalam segala sesuatu. Inilah sisi yang akan kita paparkan dalam
pasal ini untuk menjelaskan pada kita bahwa tidak ada kesempurnaan bagi
manusia seperti apapun hebatnya dalam segala keadaan kecuali dengan mengikuti
contoh Rasullah. Ini adalah bukti bahawa ia adalah utusan-Nya (Hawwa, 2007).
Menurut Hawwa (2007), Setiap Rasul Allah wajib memiliki empat sifat
asasi berikut ini, sehingga pantas untuk mengemban Risalah Ilahi :
a. Ash-Shidqul Muthlaq atau kejujuran secara mutlak yang tidak rusak dalam
segala kondisi. Sekiranya setiap perkataannya diuji, pastilah sesuai dengan
kenyataan, baik ketika ia berjanji, serius, bercanda, memberi kabar, maupun
ketika bernubuat.
b. Al-Iltizamul Kamil atau komitmen dan sifat amanah yang sempurna dengan
apa yang ia serukan, sebagai wakil Allah. Tugas sebagai Rasul adalah
menyampaikan kepada manusia risalah yang dibebankan oleh Allah kepada
mereka
c. At-Tablighul Kamil atau penyampaian kandungan risalah secara sempurna dan
kontinu, disertai rasa tidak peduli pada kebencian, siksaan, kejahatan, tipu
daya, konspirasi, atau sikap kasar manusia yang menghadapi dakwahnya. Juga,
istiqamah dalam mengerjakan perintah Allah dan tidak menyeleweng dari-
Nya.
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
39/143
21
d. Al-Aqlul Azhim atau intelegensi yang cemerlang. Manusia tidak tunduk dan
mengikuti orang lain kecuali jika orang tersebut lebih cerdas darinya, agar
mereka merasa tenang bahwa ia tidak membawa mereka pada jalan yang salah.
Tanpa intelegensia yang cemerlang, pengemban risalah juga tidak akan
mampu meyakinkan orang lain akan kebenaran yang ia bawa. Oleh karena itu,
seorang rasul seharusnya adalah seorang yang paling cerdik, paling cerdas,
paling bijak, dan paling sempurna pengetahuannya dibandingkan manusia lain,
sehingga keberadaan dirinya sendiri bisa menjadi bukti kebenaran risalah yang
ia sampaikan.
Menurut Alwi (2009) Nabi Muhammad SAW selalu tersenyum dan ketika
menyendiri beliau selalu bertafakur. Lebih sering melihat kebawah. Tidak pernah
memotong pembicaraan lawan bicaranya dan memperlakukan orang lain sebagai
yang paling mulia dalam padangannya. Dalam kehidupan ditengah kaumnya, Nabi
Muhammad SAW selalu baik hati, riang, dan sopan terhadap semua orang. Rasul
selalu lebih dahulu memberikan salam. Rasulullah tidak suka menjadi pemimpin
yang pasif, tidak mau hanya tinggal duduk saja lalu orang melayaninya. Bagi
beliau kehadirannya untuk melayani, bukan untuk dilayani.
Menurut Al-Aqqad dalam Alwi (2009), sejarah hidup nabi itu sendiri
terdapat suri teladan yang baik. Makna uswatun hasanah ini tidak terbatas dalam
beberapa segi, melainkan dalam segala kehidupan Rasulullah. Seorang pemimpin
dapat mengambil pelajaran dari kepemimpinan Rasulullah.
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
40/143
22
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah (Muhammad) itu suri tauladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS Al -Ahzab[33] :21).
3. Gaya Kepemimpinan Islam (Rasulullah Muhammad SAW)
Islam merupakan agama dan sistem kehidupan yang menghubungkan
antara individu yang menghubungkan antara individu dengan berbagai dimensi
kehidupan ini. Pemimpin dalam Islam tidak sekedar mengarahkan, membawahi,
memerintah. Tapi beliau lebih kepada teladan dan tanggung jawab. Hanya mereka
mempunyai intuisi pemimpin yang bisa melakukannya. Siapa pun yang ingin
sukses menjadi pemimpin, maka sebaiknya ia banyak belajar dari gaya leadership
Rasulullah. Bagi beliau, pemimpin itu tidak saja mendireksi, membawahi,
meluruskan tapi lebih dari itu adalah amanah besar, baik kepada manusia maupun
kepada Allah. Power kepemimpinan beliau leadership yang dibimbing oleh
wahyu dan bersinergi dengan kepekaan dan kecerdasan telah melahirkan
keputusan-keputusan yang terarah, terukur dan tepat sasaran (Fathi, 2009).
Nabi Muhammad SAW, menerapkan tiga gaya kepemimpinan Islam:
Syura (permusyawaratan), ‘Adl bil qisth (keadilan, disertai kesetaraan), dan
Hurriyyah al-kalam (kebebasan berekspresi) (Noor, 2011). Berikut penjelasan dari
setiapnya:
a. Syura (permusyawaratan)
Syura merupakan model dasar pengambilan keputusan, dan dalam melakukan
hal ini Al-quran menyerukan kepada para pemimpin muslim agar
bermusyawarah dengan mereka yang berpengaruh atau yang lebih memiliki
pengetahuan dan lebih paham tentang persoalan yang sedang dihadapi Syura
adalah sebuah metode yang menerapkan musyawarah diantara para pemimpin
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
41/143
23
dan pengikut mengenai berbagai persoalan penting terutama jika masalahnya
bersifat kritis dan membutuhkan solusi bijak (Noor, 2011).
Gaya kepemimpinan ini tampak jelas dari perintah Al-quran dalam sebuah
surah membahas perintah ini. Nabi Muhammad SAW sendiri diperintah dalam
Al-quran untuk bermusyawarah dengan shahabah (sahabat) beliau mengenai
urusan kenegaraan dan dalam pelaksanaan berbagai urusan umat pada
umumnya. Dalam hal ini, beliau menunjukkan keterbukaan dan keagungan
dalam berurusan dengan berbagai umat dan keyakinan dibawah yuridikasi
beliau. Perlu kiranya disampaikan bahwa Allah SWT ( Subhanahu wata'ala )
mewajibkan syura kepada semua hamba-Nya karena Dia telah menyejajarkan
dengan kewajiban beribadah melalui shalat, zakat, dan amal shaleh (Noor,
2011).
“Dan (bagi) orang -orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan
mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputusakan) dengan musyawarah
antara mereka dan mereka menafkahkan sebagian rezki yang kami berikan
kepada mereka” (QS As -Syura [42]: 38).
Menurut Asy-syawi dalam Mohammad (2008), Syura bukanlah demokrasi,
amal ma’ruf nahu munkar pertama kali harus diterapkan dengan tujuan
mencegah kemungkaran yang timbul dari perbuatan penguasa atau dari mereka
yang berkerja untuk kepentingannya. Sebagai pedoman, syura menjadi
kewajiban jika seorang pemimpin memahami ruang lingkup operasi syura
(Noor, 2011) :
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
42/143
24
1) Semua fungsi administratif dan eksekutif harus menjadi hak prerogatif
pemimpin dalam pengambilan keputusan. Pemimpin yang bertanggung
jawab akan memastikan bahwa ia telah memberikan pertimbangan bijak
atas semua faktor yang relavan sebelum mengambil keputusan.
2) Masalah-masalah penting yang membutuhkan keputusan mendesak harus
dipikirkan oleh pemimpin, tetapi disajikan kepada tim untuk
dipertimbangkan dalam pertemuan tatap muka langsung atau melalui
teleconference dan video conference , seperti pada zaman sekarang.
Hasilnya harusalah berbentuk keputusan atau solusi yang disepakati.
3) Semua halaqah atau anggota tim harus bebas menyetujui, menolak, atau
mengubah usulan pemimpin tanpa merasa terkekang, selama niatnya adalah
untuk memberi manfaat. Ketidakcocokan atau perbedaan apapun tidak
boleh ditumpahkan atau dibawa ke luar ruang rapat.
4) Berbagai kebijakan, keputusan sinergis, dan rencana jangka panjang harus
dirumuskan melalui musyawarah, yang akan memperkuat integritas
pemimpin di mata para pengikutnya.
Tanpa adanya keimanan bahwa syura merupakan mekanisme baru (inovatif)
yang menjauhkan manusia dari perilaku hewani, maka bentuk perdamaian atau
seruan apaun akan sia-sia saja, kita harus meyakini bahwa syura bukanlah
kekayaan ide yang bersifat temporal dalam kehidupan orang mukmin, tetapi ia
adalah way of life yang dibuat untuk dirinya, dan ia akan berupaya untuk
merealisasikannya baik untuk dirinya sendiri ataupun untuk orang lain
(Syahrur, 2003).
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
43/143
25
Menurut Qumaihah (1990) bahwa musyawarah merupakan pertemuan antara
pemimpin dan bawahan, menurut tema permasalahan, dapat dibagi pada dua
macam:
1). Musyawarah khusus, yaitu musyawarah yang berkenaan dengan masalah-
masalah pribadi. Sebagai contoh, ketika Nabi meminta pedapat sebagian
sahabat tentang masalah Aisyah setelah tersebarnya berita bohong.
2). Musyawarah umum, yaitu musyawarah tentang permasalahan umat atau
orang banyak.
Musyawarah merupakan prinsip dasar dalam kehidupan kaum muslimin yang
harus diterapkan dalam perilaku mereka, dalam berbagai kegiatan kolektif dan
administratif organisasi. Islam mengharuskan pemimpin tersebut mengambil
keputusan sesuai dengan hasil musyawarah para anggota (Fathi, 2009).
Menurut Qumaihah (1990) dalam bermusyawarah akan terjadi tukar menukar
pemikiran. Pemikiran orang banyak tentu akan lebih baik dengan pemikiran
seorang. Paling berbahaya kalau suatu masalah hanya diserahkan kepada satu
orang saja.
Menurut Fathi (2009), Kepemimpinan dalam Islam bukanlah pemberian
kekuasaan yang memungkinkan seorang pemimpin mengembil keputusan
sorang diri dalam berbagai ketetapan dan tidak menyerahkannya kepada para
bawahannya atau orang-orang kepercayaannya yang ahli dalam bidang
masing-masing, akan tetapi Islam telah mengharuskan kaum muslimin untuk
bermusyawarah. tujuan dari nilai musyawarah merupakan kekuatan bagi umat
Islam dan memperkokoh hubungan mereka, mampu menopang kebersamaan
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
44/143
26
pemikiran dalam kerja kolektif dan saling memahami, serta memperkuat
hubungan persaudaraan.
Menurut Asy-syawi (1997) tujuan syura itu sendiri yakni melahirkan
ketetapan jamaah, agar mencegah pemimpin jangan sampai mengeluarkan
ketetapan-ketetapan penting untuk jamaah secara sendirian. Melindungi
kebebasan berjamaah dalam haknya menentukan nasib dan memelihara
wewenangnya dalam mengatur urusan-urusannya, baik dikerjakan sendiri
maupun dengan perantara orang-orang-orang yag dipilih untuk itu, serta
memelihara haknya dalam membatasi wewenang para pemimpin dengan apa
yang lazim untuk mencegah kesewenang-wenangan mereka. Musyawarah
merupakan watak substanasial kehidupan Islam dan berbagai indikator
istimewa yang dipilih sebagai teladan bagi umat lain. Musyawarah merupakan
sifat yang harus dimiliki dari sekian sifat keteladanan (Quthb, 2008).
b. ‘Adl Bil Qisth (keadilan, disertai kesetaraan)
‘Adl merupakan tonggak kedua kepemimpinan Islam. Pemimpin muslim harus
berurusan dengan berbagai macam orang, tetapi terutama dengan umatnya,
dengan rasa keadilan dan keterbukaan tak peduli apa suku, keyakinan,
kebangsaaan, atau keimanannya. Al-quran memerintahkan kepada kaum
muslim agar bersikap adil dan tidak pandang bulu, bahkan kepada mereka
yang menantang (Noor, 2011).
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
45/143
27
“Wahai orang -orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar
penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri
atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa itu) kaya ataupun
miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatanya. Maka janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Jika kamu
memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan, menjadi saksi, maka sesungguhnya
Allah adalah Maha teliti segala apa yang kamu kerjakan” (QS An-N isa’ [4]:
135).
Keadilan bermakna meletakkan sesuatu pada tempatnya, atau meletakkan
sesuatu pada tempat yang tepat, atau menempatkanya dalam perspektif yang
benar. Keadilan juga berarti melakukan sesuatu tanpa melebihi batas seberapa
besar maupun kecilnya. Dalam konteks Islam, hal ini pada puncaknya
mengimplikasikan bahwa Allah SWT, melakukan segala sesuatunya dengan
benar. Nabi Muhammad SAW, dikenal sebagai pemimpin dan hakim yang tak
pernah diragukan lagi. Beliau bertindak penengah pihak-pihak yang bertikai
sehingga hukum dan aturan bisa ditegakkan. Dalam penerapan kesetaraan,
Nabi Muhammad SAW, selalu memberikan hak dan kesempatan yang sama
kepada semua warga tanpa memandang ras, keyakinan, atau asal-usul (Noor,
2011).
Menurut Al Badri (2001), Suatu keadilan yang menjamin hak-hak keadilan
manusia sebagai mahluk yang mulia, mewujudkan kesejahteraan dan
ketenangan jiwa yang lengang dan hakiki, serta kabahagiaan hidup dan
terpelihara urusan mereka. Menurut Muthahhari (2009) mengatakan bahwa
keadilan merupakan persamaan dan penafian terhadap deskriminasi dalam
bentuk apa pun, memandang semua individu secara sama rata, tanpa
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
46/143
28
melakukan perbedaan dan pengutamaan. Seorang pemimpin tidak
diperkenankan untuk membela dan fanatik terhadap seseorang tertentu dan
membenci yang lain: ia harus mempunyai hubungan yang sama atau sederajat
dengan semua orang, yaitu hubungan yang dilandasi dengan objektifitas dan
keadilan (Fathi, 2009).
Keadilan berarti kesamaan dalam distribusi pendapatan dan kekayaan, tapi
juga kesamaan dalam hak-hak dan kesempatan, serta kesamaan dalam dasar-
dasar bagi penghormatan diri (Rasuanto, 2005). Menurut Muthahhari (2009),
pemeliharaan hak-hak individu dan pemberian hak kepada setiap objek yang
layak menerimanya. Menurut Koehn (2000), keadilan dipikirkan sebagai
mempertahankan atau memulihkan keseimbangan atau proporsional. Orang-
orang mempunyai hak dalam hubungan satu sama lain untuk kedudukan
tertentu yang relatif sama.
c. Hurriyyah Al-kalam (kebebasan berekspresi)
Kebebasan berekspresi merupakan hak yang diberikan kepada siapa saja untuk
menyuarakan kepedulian, persetujuan, atau saran atas suatu persoalan yang
memengaruhi kesejahteraan dirinya atau komunitasnya. Nabi Muhammad
SAW, cakap dalam hal menangani berbagai masalah yang dibawa ke hadapan
beliau. Bahkan sesi halaqah , Nabi mendengarkan pandangan orang lain
dengan sungguh-sungguh, dengan tubuh dicondongkan ke arah orang itu,
sebelum berkomentar, memberi nasihat, dan mengambil keputusan (Noor,
2011).
Kebebasan berekspresi amat erat kaitannya dengan praktik syura , yang
memungkinkan adanya padangan yang setuju dan menentang. Begitulah
praktik syura , memberi kebebasan berekspresi tapi harus sejalan dengan etika
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
47/143
29
dalam perbedaan pendapat ( ‘adab a l-ikhtilaf ) sehingga bisa memunculkan
solusi terbaik, memberi gambaran kepada pemimpin tentang bagaimana cara
menangani perselisihan semacam itu. Di dalamnya terkandung hak asasi
individu, sepanjang hak tersebut tidak melanggar hak orang lain (Noor, 2011).
Kebebasan manusia dalam mengekspresikan pendapatnya tidak diukur dengan
ukuran bahwa pendapatnya itu dapat menunjukkannya pada kebenaran, akan
tetapi dikukr dengan adanya kebebasan orang lain dalam mengekspresikan
pendapatnya. Karena asas kehidupan Islam adalah kebebasan dan kebolehan,
maka manusia dapat mengeskpresikan pendapatnya. Inilah yang kami katakan
sebagai kebebasan mengekspresikan pendapat yang merupakan satu-satunya
jalan kehidupan yang mampu mengungkap konflik-konflik intern dan
pengaruh interaksi timbal balik internal maupun eksternal (Syahrur, 2003).
Kebebasan berekspresi bisa menjadi pendorong hal yang positif atau
katakanlah bisa dijadikan ukuran bagi kemajuan kelompok. Kalau kelompok
ingin maju atau ingin cepat maju, maka kebebasan berekspresi harus dibuka
lebih lebar. Kebebasan itu bukan hanya dalam bentuk jaminan-jaminan
hukum terhadap kebebasan berekspresi itu sendiri, tapi institusi yang mereka
miliki untuk mendukung kebebasan itu (Basyaib, 2006). Menurut Syahrur
(2003) kebebasan berekspresi merupakan kehendak sadar manusia untuk
memilih antara menafikan dan menetaokan sebuah eksistensi dalam kehidupan,
kebebasan seseorang harus diwujudkan berupa pilihan antara “ya” dan “tidak”.
Menurut Asifudin (2004), mengaktualisasi diri, mempunyai need for
achievement tinggi, yang layak diasumsikan sebagai sesuatu yang dapat
memainkan peranan penting bagi terbentuknya manusia unggulan berkenaan
dengan kerja. Hak anggota untuk memperoleh kebebasan berekspresi dan
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
48/143
30
kewajiban pemimpin untuk terbuka menerima kritik atau pendapat anggotanya
(Chapra, 2006).
Ketiga gaya kepemimpinan terapan ini berjalan seiring dengan lima ajaran
yang menegaskan aspek-aspek sistem nilai Islam penting, yaitu: Al-akmal asy-
syakhshi atau integritas pribadi, Tawiyah al-shilah atau perbaikan hubungan,
Fa’iliyyah al -qiyadiyyah atau daya kepemimpinan, Makarim al-akhlaq atau
perilaku etis, dan Tahzib al-akhlaq atau peningkatan moral melalui pengetahuan
spiritual (Noor, 2011). Dengan penjelasannya masing-masing sebagai berikut:
1) Al-akmal asy-syakhshi (integritas pribadi)
Integritas ( akhlaq ) merupakan tonggak yang memproyeksikan sisi spiritual
kepemimpinan. Integritas merupakan sebuah prinsip berbasis nilai diletakkan
pada karakter dan keyakinan dan bukannya pada teknik dan teknologi.
Integritas pada dasarnya tercermin pada kemampuan sang pemimpin
memenuhi janji dan menjaga kepercayaan dan Islam menekankan hal ini.
Perjanjian dengan Allah, umat, dan setiap orang yang berinteraksi di dalam
masyarakat manusia plural. Integritas memiliki kekuatan batin besar sebagai
sumbernya. Integritas bergantung pada kemampuan pemimpin dalam
membimbing, mengarahkan, dan memengaruhi orang berdasarkan prinsip
moral dan nilai etis. Sifat seperti itu, yang dilengkapi dengan keshalehan, sifat
bisa dipercaya dan wawasan ke depan, secara bersama-sama membentuk orang
dan cita-cita.
Integritas pribadi merupakan pribadi sebagai suatu keseluruhan yang utuh
tidak terbagi atau juga bukan pribadi yang sebagian saja (Riyanto, 2006).
Menurut Adair dalam Kartakusumah (2006), Integritas menunjukkan
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
49/143
31
seseorang yang secara utuh berpegang pada kode etik, norma artistik atau
nilai-nilai tertentu, terutama terhadap nilai kebenaran.
2) Tawiyah al-shilah (perbaikan hubungan)
Nabi Muhammad SAW, membagi waktu sehari menjadi tiga dimensi: satu
dimensi untuk Allah SWT ( Subhanahu wata'ala ), satu dimensi untuk keluarga,
dan satu dimensi untuk diri sendiri. Waktu untuk diri sendiri dibagi lagi
dengan waktu untuk umat. Namun, ketiga dimensi tersebut dilakukan demi
Allah. Beliau tidak melakukan sesuatu untuk diri sendiri sebelum menimbang
kebutuhan umat. Beliau cenderung memilih orang-orang berguna dan
memberikan perhatian lebih kepada mereka yang unggul dalam Din (agama).
Beliau selalu memerhatikan kesejahteraan mereka. Umat manusia diminta
untuk berinteraksi dan meningkatkan hubungan dalam skala global.
3) Fa’iliyyah al -qiyadiyyah (daya kepemimpinan)
Daya berarti memberikan hasil yang dikehendaki. Daya mengisyaratkan
adanya kekuatan atau kemampuan menghasilkan efek yang diinginkan. Ketika
mendorong untuk berpindah dari kegelapan hidup menuju cahaya, tidak cukup
bagi seorang pemimpin hanya menyampaikan pidato-pidato penggugah
semangat. Nabi Muhammad SAW tahu bahwa para pengikutnya akan tergerak
oleh perbuatan dan tindakan nyata, bukan hanya kata-kata. Para pemimpin
besar tahu bahwa mereka akan ditiru. Oleh karena itu, memimpin melalui
teladan berarti bagaiamana pemimpin sejati menciptakan visi, aspirasi, dan
nilai-nilai yang tahan lama. Mereka memberikan bukti objektif komitmen
pribadi. Tujuan dari sebuah kepemimpinan itu sendiri usaha untuk mencapai
tujuan dengan menggunakan daya pengaruh, potensi yang ada baik yang
memimpin maupun yang dipimpin secara bersama-sama, dinamis dan
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
50/143
32
harmonis. Daya yang ada atau timbul dari seseorang yang ikut membentuk
watak dan kepercayaan orang lain atas perbuatan tersebut (Al-banjari, 2008).
4) Makarim al-akhlaq (perilaku etis)
Etika adalah seperangkat prinsip moral dalam kaitannya dengan apa yang
benar dan salah. Etika mencerminkan karakter individu, kelompok negara
bangsa. Etika mencakup: karakter individu dan aturan-aturan sosial yang
mengatur perilaku manusia. Etika mengimplikasikan kepatuhan pada standar
moral. Dalam situasi organisasi modern, etika merujuk pada ketaatan terhadap
aturan profesional. Etika Islam melampaui dunia materi ke dalam wilayah
moral dan spiritual demi mendapatkan ganjaran dari Allah SWT. Etika Islam
merupakan pemahaman akan benar dan salah untuk dipraktikkan, bukan
sebagai pengetahuan semata. Etika merupakan padanan Akhlak dalam Islam.
5) Tahzib al-akhlaq (peningkatan moral)
Kekuatan inspirasi yang mungkin berasal dari wahyu atau pengetahuan tidak
mengenal batas. Sumber Ilahiah peningkatan atau pengangkatan semangat,
yang menghasilkan peningkatan besar dalam hal standar perilaku sosial politik.
Pengetahuan spiritual diiperoleh dari kitabullah dan diterjemahkan dalam
praktik melalui sunnah nabi . Pemimpin maupun pengikut membutuhkan
pedoman moral untuk menghasilkan perubahan dan kemajuan.
4. Karakter Pemimpin Islam
Karakater dianggap sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap
sebagai ciri atau karaktersitik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang
bersumber dan bentukan-bentukan yang diterima lingkungan (Koesoema, 2007).
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
51/143
33
Menurut (Fathi, 2009) seorang pemimpin sebagai individu yang menjadi
bagian dari mereka haruslah mempunyai keyakinan atau keimanan yang sama
dengan kelompok yang dipimpinnya, dan mengharuskan dirinya untuk mengikuti
kehendak rakyatnya. Agar semua ini dapat terwujud dengan baik, maka seorang
pemimpin Islam yang baik haruslah mempunyai beberapa karakter dasar yang
menghiasi dirinya. Karakter-karakter tersebut antara lain:
a. Beriman
Enam perkara yang merupakan rukun iman ini, merupakan pokok-pokok yang
menjadi tujuan diutusnya pemimpin pertama Rasulullah. Keimanan seorang
pemimpin tidak dapat dikatakan sempurna kecuali keimanannya itu telah
menyampaikan orang tersebut untuk meyakini keenam masalah pokok tersebut.
Dalam sebuah hadist yang mengisahkan tentang malaikat Jibril, ketika
menghadap kepada Rasulullah dalam wujud seorang badui yang bertanya
kepada beliau tentang Islam, Iman, dan Al-ikhsan atau kebaikan, maka beliau
menjawab tentang Iman, “Hendaknya kamu beriman kepada Allah, para
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para utusan-Nya, hari akhir, dan hendaknya
kamu beriman dengan qadha’ dan qadar Allah, yang baik dan buruk”. Keenam
tersebut adalah:
1) Beriman kepada Allah
2) Beriman kepada para palaikat
3) Beriman kepada Nabi dan Rasul
4) Beriman kepada kitab-kitab Allah
5) Beriman terhadap hari akhir
6) Beriman kepada Qadha’ dan Qadar Allah
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
52/143
34
b. Ikhlas
Ikhlas pada hakekatnya merupakan kekuatan Iman dan pergulatan jiwa yang
mendorong pelakunya sebagai pemimpin untuk menjauhkan dirinya dari
mementingkan diri sendiri dan menghindarkannya dari tujuan-tujuan pribadi
atau golongan, dan amal perbuatan yang dilakukannya dan cintanya hanyalah
untuk Allah SWT semata. Ia tidak mengharapkan balasan apa pun dibalik amal
perbuatannya tersebut kecuali dari Allah SWT semata.
Apabila seorang pemimpin selalu berusaha bersungguh-sungguh untuk
mengalahkan godaan-godaan setan, membungkam jiwa yang selalu membujuk
manusia untuk melakukan kejahatan, maka keikhlasan tersebut akan menjadi
etika dan kebiasaannya dalam bekerja, dan bahkan semua perbuatan yang
dilakukannya akan keluar dari dirinya secara ikhlas dan hanya mengharap
ridha Allah SWT.
Dari Abu Umamah dari Rasulullah SAW, bahwasanya beliau bersabda,
“Sesungguhnya Allah tidak menerima amal seseorang kecuali yang dilakukan
dengan ikhlas dan hanya akan mencari ridha- Nya”.
c. Yakin dan Tawakal
Seorang pemimpin hendaknya tidak memandang tawakal kepada Allah SWT
dalam segala tingkah laku dan perbuatanya sebatas kewajiban etis belaka,
melainkan harus menganggapnya sebagai kewajiban agama dan
menjadikannya sebagai bagian dari akidah Islam. Sebagaimana firman Allah:
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
53/143
35
“Berkatalah dua orang diantara orang -orang yang takut (kepada Allah) yang
Allah telah memberi nikmat atas ked uaya: “Serbulah mereka dengan me lalui
pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan
menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu
benar-be nar orang yang beriman” (QS Al -Ma’idah [5] : 23)
Bertawakal secara mutlak merupakan bagian dari keyakinan seorang
pemimpin yang beriman kepada Allah SWT ( Subhanahu wata'ala ). Ketika
seorang pemimpin mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan bertawakal
kepada-Nya, dan menyerahkan diri sepenuhnya di hadapan-Nya, maka hal ini
tidak bisa dipahami bahwa tawakal hanyalah kata yang diucapkan mulut, yang
tidak dicerna oleh hati dan tidak dimengerti oleh akal. Atau dengan kata lain
keluar dari hukum sebab akibat, meninggalkan usaha, dan puas dengan segala
keridhaan-Nya dibawah baju tawakkal kepada Allah SWT dan puas dengan
segala keridhaan-Nya di bawah baju tawakkal kepada Allah SWT dan ridha
terhadap ketentuan yang telah ditetapkan-Nya .
d. Berilmu Pengetahuan dan Mau Belajar
Ilmu pengetahuan bagi seorang pemimpin, mau belajar, dan mengajarkan
pengetahuannya kepada orang-orang kepercayaannya merupakan dasar-dasar
kesuksesan seorang pemimpin dalam mewujudkan tugasnya yang telah
ditentukan dan yang dituntut dirinya. Tugas ini akan dapat dilaksanakannya
dengan baik dan dibantu oleh orang-orang kepercayaannya secara bersama-
sama.
Pada prinsipnya, seorang pemimpin bertanggung jawab untuk belajar, melatih
dan mengembangkan kemampuan diri terlebih dahulu, kemudian mentransfer
pengetahuan dan keterampilannya tersebut kepada bawahannya dan para
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
54/143
36
pengikutnya. Bukti dari pernyataan ini adalah usaha para Nabi dan Rasul, serta
para pengikut mereka untuk selalu memuliakan ilmu, belajar, dan
mengajarkannya kepada orang lain.
“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntu ng) ataukah orang yang
beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut
kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah,
“Adakah sama orang -orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?” (QS Az -Zumar [39]: 9).
e. At-tarbiyyah atau Berpendidikan atau Berjiwa Pendidik
Pendidikan, seorang pemimpin akan menjadi orang yang adil, dapat dipercaya,
dan bertanggung jawab. Seorang pemimpin haruslah dapat mengantarkan para
pengikutnya mempunyai kepribadian yang benar dalam akidah dan ibadahnya,
sehat badannya, kuat tubuhnya, luas pemikirannya, teratur dalam mencapai
tujuan, selalu menjaga waktunya dan bermanfaat bagi orang lain. Pendidikan
bertumpu pada beberapa prinsip, yang diantaranya adalah:
1) Membangkitkan hati dan menghidupkan jiwa, serta memantapkan poros-
poros penopang akidah.
2) Menancapkan prinsip-prinsip yang positif, memberikan kontribusi, jauh
dari hal-hal yang negatif dan pemborosan.
3) Menancapkan prinsip-prinsip yang positif, memberikan kontribusi, jauh
dari hal-hal yang negatif dan pemborosan.
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
55/143
37
4) Berusaha terus menerus, memberikan kontribusi yang berkesinambungan,
dan selalu rela berkorban.
f. Al-Hilm (murah hati atau santun)
Bermurah hati atau santun merupakan akhlak yang paling mulia yang harus
menjadi perhiasan seorang pemimpin. Karena murah hati merupakan
keutamaan bagi orang-orang yang berakal. Karena di dalamnya terdapat jiwa
yang selamat, tubuh yang sehat, dan mendatangkan banyak pujian. Imbalan
pertama yang akan diperoleh seorang pemimpin yang bermurah hati adalah
bahwasanya orang-orang akan mendukunganya, mengikutinya, dan setia
terhadapnya.
g. Berkelakuan Baik
Seorang pemimpin merupakan contoh dan teladan. Seseorang yang akan
memegang tumpuk kepemimpinan haruslah sadar dengan kenyataan ini dan
hendaknya kebaikan akhlak ini dijadikan sebagai dasar utama bagi
pengembangan sifatnya yang lain. Apabila seorang pemimpin baik akhlaknya,
maka banyak pengikut dan pendukungnya, serta sedikit musuh dan
penentangnya. Akhlak yang baik merupakan salah satu poros penopang
kemampuan seseorang untuk menjalankan kepemimpinan yang bijak menurut
Islam. Allah SWT berfirman:
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
56/143
38
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kajahatan itu) dengan
cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang diantaramu dan antara dia ada
permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia” (QS
Fushshilat [41]: 34).
h. Memiliki Kasih Sayang dan Keramahan
Ar-rahmah adalah keramahan dan kasih sayang. Seorang pemimpin haruslah
mempunyai sifat kasih sayang. Kasih sayang hendaklah menjadi bagian dari
akhlaknya. Seorang pemimpin yang selalu berbuat baik, beramal shaleh, dan
jauh dari kejahatan akan selalu memiliki kebersihan hati dan kesucian jiwa.
Barang siapa yang mempunyai karakter seperti ini, maka hatinya akan selalu
memancarkan kelembutan dan kasih sayang.
Kasih sayang mempunyai pengaruh yang besar bagi ketokohan seorang
pemimpin. Kebengisan, acuh tak acuh, kasar, dan tidak berbelas-kasihan
dalam perilaku seorang pemimpin, akan mengakibatkan keruntuhan kelompok
yang dipimpinnya dan tim kerjanya dengan cepat serta para bawahannya pun
akan menentangnya dan merongrong kekuasanya.
i. Berkeadilan
Pemimpin harus melihat keadilan sebagai salah satu kewajiban dan keharusan,
sebab semua orang mempunyai kedudukan yang sama dihadapannya, sehingga
keadilan haruslah ditegakkan kepada mereka dalam satu derajat dan tingkatan,
mulai dari rakyat jelata hingga para pembesar di antara mereka. Dalam hal ini,
tidak ada tempat untuk memperlakukan seseorang secara istimewa dan
berbeda dengan orang lain. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam firman
Allah melalui ucapan Rasulullah :
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
57/143
39
“Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah sebagai
mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka
dan katakanlah: “Aku beriman kepada semua kitab yang diturunkan Allah dan
aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu. Bagi kami amal-amal
kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan
kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nya- lah kembali (kita)”
(QS Asy-Syura [42]: 15).
Seorang pemimpin tidak diperkanankan untuk membela dan fanatik terhadap
seseorang atau satu golongan tertentu dan membenci yang lain, ia harus
mempunyai hubungan yang sama atau sederajat dengan semua orang yang
dilandasi dengan objektifitas dan keadilan.
j. Bersabar dan Mampu Menahan Penderitaan
Sabar merupakan salah satu akhlak dalam diri seseorang, yang dapat mecegah
orang tersebut untuk melakukan perbuatan yang tidak baik dan tidak terpuji.
Sabar merupakan salah satu kekuatan jiwa yang dapat memperbaiki dirinya
dan menopang urusannya. Seorang pemimpin dituntut untuk bisa bersabar
dalam mewujudkan berbagai tujuan dan target-target tertentu, dan mampu
berkerja dalam berbagai situasi dan kondisi, rintangan, dan berbagai, ancaman
yang bertubi-tubi yang mengalangi perjalannnya dalam mewujudkan tujuan-
tujuan dan target-target tersebut. Dalam menghadapi berbagai situasi, kondisi,
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
58/143
40
rintangan, dan ancaman ini tentulah membutuhkan kesabaran. Sebagai mana
disebutkan dalam firman Allah SWT:
“Hai orang -orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu, sesunguhnya Allah beserta orang-orang yang s abar” (QS Al -
Baqarah [2]: 153)
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
59/143
41
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, Kepala Perawat Ruangan
merupakan pemimpin bagi staf keperawatan lainya di rumah sakit. Sehingga, setiap
pemimpin menerapkan gaya kepemimpinannya masing-masing terhadap staf
bawahannya yang dipimpinnya. Rasulullah merupakan contoh tauladan yang baik dan
sosok pemimpin yang ideal bagi umat manusia, Rasulullah menerapkan tiga gaya
kepemimpinan Islam dan nilai-nilai Islam penting yang dapat di terapkan oleh para
pemimpin terhadap bawahanya. Dibawah ini dijelaskan mengenai kerangka pikir yang
akan dilakukan peneliti di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah.
Bagan 3.1: Konsep Pikir
Pengalaman Kepala Perawat
Ruangan dalam penerapan
gaya kepemimpinan Islam
(Muhammad SAW)
Syura (permusyawaratan)
Hurriyyah al-kalam (kebebasan berekspresi)
‘Adl bil qisth (keadilan,
disertai kesetaraan)
Nilai- nilai Islam
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
60/143
42
B. Definisi Istilah
1. Pengalaman: Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami (dijalani,
dirasai, ditanggung).
2. Kepala perawat ruangan: seorang tenaga perawatan professional yang diberi
tanggung jawab dan wewenang memimpin dalam mengelola kegiatan pelayanan
keperawatan di satu ruang rawat.
3. Kepemimpinan: kemampuan mempengaruhi suatu kelompok kearah pencapaian
tujuan.
4. Gaya kepemimpinan: norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat
seorang tersebut mencoba mempengaruhi orang lain seperti yang ia lihat.
5. Gaya kepemimpinan Islam: suatu pendekatan yang digunakan untuk suksesnya
kepemimpinan sesuai dengan apa yang telah diterapkan dan dicontohkan oleh
Nabi Muhammad SAW dengan berlandaskan nilai-nilai Islam.
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
61/143
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melalui pendekatan
fenomenologi. Metode pendekatan fenomenologi merupakan proses pembelajaran
serta untuk pembuatan makna dari pengalaman melalui dialog intensif dengan orang-
orang yang memiliki pengalaman terhadap sesuatu.
Tujuannya peneliti adalah untuk memahami arti dari pengalaman yang dialami
oleh informan. Arti ditempuh melalui proses wawancara sederhana dan membutuhkan
kehadiran bijaksana dari partisipan. Pertanyaan yang memandu penelitian
fenomenologi bertanya tentang beberapa pengalaman dari seseorang. Itu memandu
peneliti untuk bertanya kepada informan tentang beberapa pengalaman masa lalu atau
sekarang (Wood, 2006).
Penelitian kualitatif didefinisikan sebagai penelitian yang memanfaatkan
wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan
perilaku individu atau kelompok bersamaan dengan kondisi yang relevan (Kuswarno,
2009; Moleong, 2010). Pada penelitian ini menggunakan desain fenomenologi
deskriptif dimana peneliti ingin mengeksplorasi, menganalisis, dan mendeksripsikan
fenomena secara khusus. Peneliti mengidentifikasi tiga langkah untuk menelaah
fenomena yaitu : intuiting, analyzing, dan describing (Streubert & Carpenter, 2003).
Intuiting merupakan langkah awal peneliti untuk memulai berinteraksi dan
memahami fenomena yang diteliti (Streubert & Carpenter, 2003). Peneliti menggali
fenomena yang ingin diketahui dari informan mengenai pengalaman Kepala Perawat
Ruangan dalam penerapan gaya kepemimpinan Islam. Pada tahap ini peneliti
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
62/143
44
menghindari kritik, evaluasi atau opini tentang hal-hal yang disampaikan oleh
partisipan dan menekankan pada fenomena yang diteliti, sehingga mendapat
gambaran yang sebenarnya dari responden. Pada langkah ini, peneliti berperan
sebagai instrument dalam proses pengumpulan data.
Langkah kedua adalah analyzing , pada tahap ini peneliti mengidentifikasi arti
dari fenomena yang telah digali dan mengeksplorasi hubungan serta keterkaitan antara
data dengan fenomena yang ada (Streubert & Carpenter, 2003). Data yang penting
dianalisis secara seksama dengan mengutip pernyataan yang signifikan,
mengkategorikan dan menggali instisari dari data, sehingga peneliti memperoleh
pemahaman terhadap fenomena yang diteliti.
Langkah ketiga adalah phenomenology describing . Peneliti
mengkomunikasikan dan memberikan gambaran tertulis dari elemen kritikal yang
didasarkan pada pengklafikasian dan pengelompokan fenomena. Pada tahap ini,
peneliti mendapat pemahaman yang mendalam tentang fenomena gaya kepemimpinan
Islam, sehingga ditemukan makna dari pengalaman Kepala Ruangan dalam penerapan
gaya kepemimpinan Islam.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah karena
Berdasarkan hasil studi pendahuluan, Rumah Sakit Syarif Hidayatullah merupakan
Rumah Sakit yang mengedepankan nilai-nilai Islam pada visi dan misinya. Penelitian
ini dilakasanakan pada bulan Juni 2014.
C. Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
-
8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik
63/143
45
1. Wawancara
Pedoman wawancara mendalam berbentuk pertanyaan dengan alat
pencatat dan tape recorder . Wawancara merupakan percakapan dengan maksud
tertentu antara pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2007).
Wawancara mendalam dapat dilakukan dalam waktu 30-45 menit dan
pewawancara perlu melakukan kontrak waktu serta tempat dengan partisipan
supaya dapat memperoleh jawaban yang valid dan akurat. Peneliti dalam
melakukan