eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/3870/1/jurnal.docx · web viewmajas terdapat dalam unsur...

37
1

Upload: vutuyen

Post on 06-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/3870/1/jurnal.docx · Web viewMajas terdapat dalam unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya

1

Page 2: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/3870/1/jurnal.docx · Web viewMajas terdapat dalam unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya

Penggunaan Majas dalam Novel Aku Bukan Jamilah karya R. Juki Ardi dan Hubungannya dengan

Pembelajaran Sastra SMA

Baiq Dina Wulandari

ABSTRACT

This thesis analyzes the use of figure of speech in the novel “Aku Bukan Jamilah” work of R. Juki Ardi and its relationship to learning high school literature. The purpose of this analysis is to determine the type of figure of speech used in the novel “Aku Bukan Jamilah” and to determine the relationship of the use of figure of speech in the novel “Aku Bukan Jamilah” work of R. Juki Ardi by learning high school literature. This research is qualitative research deskripstif that describe the kinds of figure of speech used by R. Juki Ardi in the novel “Aku Bukan Jamilah”. The data in this study is in the form of words, phrases, clauses, and sentences containing the figure of speech in the novel “Aku Bukan Jamilah” work of R. Juki Ardi.

Results of this analysis is that there are 235 figure of speech in the novel “Aku Bukan Jamilah” majas 73 majas affirmation, 142 majas comparison, 7 majas opposition, and 13 majas satire. The most widely used figure of speech by R. Juki Ardi in the novel I'm Not Jamilah is a figure of speech figure of speech simile is a comparison. The use of figure of speech in the novel I'm Not Jamilah R. masterpiece Juki Ardi literature related to learning first semester of high school class XI at KD analyze the elements of the novel intrinsic and extrinsic Indonesia / translation.

ABSTRAK

Skripsi ini menganalisis mengenai penggunaan majas dalam novel Aku Bukan Jamilah karya R. Juki Ardi dan hubungannya dengan pembelajaran sastra SMA. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui jenis majas yang digunakan dalam novel Aku Bukan Jamilah dan untuk mengetahui hubungan penggunaan majas dalam novel Aku Bukan Jamilah karya R. Juki Ardi dengan pembelajaran sastra SMA. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskripstif kualitatif yaitu memaparkan jenis-jenis majas yang digunakan oleh R. Juki Ardi dalam novel Aku Bukan Jamilah. Data dalam penelitian ini adalah berupa kata, frase, klausa, dan kalimat yang mengandung majas dalam novel Aku Bukan Jamilah karya R. Juki Ardi.

Hasil dari analisis ini ialah terdapat 235 majas dalam novel Aku Bukan Jamilah yaitu majas 73 majas penegasan, 142 majas perbandingan, 7 majas pertentangan, dan 13 majas sindiran. Majas yang paling banyak digunakan oleh R. Juki Ardi dalam novel Aku Bukan Jamilah adalah majas perbandingan yaitu majas simile. Penggunaan majas dalam novel Aku Bukan Jamilah karya R. Juki Ardi berhubungan dengan pembelajaran sastra SMA kelas XI semester 1 yaitu pada KD menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ektrinsik dalam novel Indonesia/terjemahan.

Kata kunci : majas, novel, pembelajaran sastra

A. PENDAHULUAN

Sastra merupakan karya cipta yang di dalamnya mencerminkan suatu

kejadian yang digambarkan dengan bahasa yang imajinatif. Bahasa merupakan

1

Page 3: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/3870/1/jurnal.docx · Web viewMajas terdapat dalam unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya

aspek terpenting dalam suatu karya sastra. Seperti yang dikatakan oleh Ratna (2009:

148), bahasa adalah medium utama karya sastra. Tidak ada karya sastra tanpa

bahasa. Begitu pentingnya penggunaan bahasa dalam karya sastra sehingga tidak

akan terbentuk suatu karya sastra tanpa bahasa. Bahasa juga mencerminkan tingkat

estetika suatu karya sastra.

Karya sastra banyak jenisnya. Salah satu jenis karya sastra adalah novel.

Nurgiyantoro (1995: 10-11) memaparkan perbedaan novel dengan jenis karya sastra

lainnya; novel merupakan bentuk prosa yang mengemukakan sesuatu secara bebas,

menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, dan lebih banyak

melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks jika dibandingkan dengan

jenis prosa lainnya seperti cerpen. Dalam menyajikan setiap kejadian dalam novel

dibutuhkan penggunaan bahasa yang imajinatif. Bahasa yang imajinatif sering

disebut dengan bahasa sastra. Bahasa sastra adalah bahasa yang telah direkayasa dan

dipoles sedemikian rupa (Endraswara, 2003: 72).

Dalam menyajikan setiap kejadian dalam novel setiap penulis memiliki gaya

bahasa yang berbeda-beda. R. Juki Ardi dalam novelnya yang berjudul Aku Bukan

Jamilah banyak menggunakan permainan kata untuk menggambarkan peristiwa

nyata pada era G30S/PKI yang sudah puluhan tahun berlalu. Dalam novel Aku

Bukan Jamilah banyak ditemukan penggunaan majas yang membuat novel ini tidak

kalah dari novel sastra lainnya.

Di dalam masyarakat luas, gaya bahasa disamakan dengan majas. Bahkan

dalam dunia pendidikan di SMP dan SMA istilah gaya bahasa digunakan untuk

menyebut majas. Padahal majas dengan gaya bahasa memiliki perbedaan yang luas.

Menurut Ratna (2009: 164) majas adalah pilihan kata tertentu sesuai dengan maksud

2

Page 4: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/3870/1/jurnal.docx · Web viewMajas terdapat dalam unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya

penulis atau pembicara dalam rangka memperoleh aspek keindahan. Majas memiliki

cakupan yang lebih sempit dari gaya bahasa. Jika majas memiliki keterbatasan

karena sudah berpola, berbeda dengan gaya bahasa.

Gaya bahasa cakupannya lebih luas, tidak terbatas. Mulai dari panjang

pendeknya kalimat, tingkatan bahasa tinggi dan rendah, penggunaan kata-kata

serapan, penggunaan kosakata daerah, dan sebagainya. Bahkan gaya bahasa meliputi

cara-cara penyusunan unsur intrinsik dalam karya sastra, seperti plot, tokoh,

kejadian, dan sudut pandang. Walaupun demikian, penggunaan majas dalam karya

sastra juga sangat mempengaruhi keindahan karya sastra tersebut. Karena majas

merupakan penunjang untuk melengkapi gaya bahasa.

Ratna (2009: 164) membagi majas ke dalam empat kelompok, yaitu: (1)

majas penegasan, (2) majas perbandingan, (3) majas pertentangan, dan (4) majas

sindiran. Semua jenis majas tersebut bertujuan untuk menambah nilai estetika dalam

suatu karya sastra.

Majas merupakan salah satu kajian dari pembelajaran sastra di sekolah.

Majas terdapat dalam unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra. Unsur intrinsik

adalah unsur yang membangun karya sastra dari dalam karya sastra tersebut. Dalam

kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang SMA kelas XI semester I terdapat

materi yang membahas mengenai unsur intrinsik dalam novel Indonesia atau

terjemahan.

Penggunaan majas dalam novel Aku Bukan Jamilah (selanjutnya ditulis ABJ)

karya R. Juki Ardi berusaha untuk menampilkan peristiwa-peristiwa yang sudah

puluhan tahun berlalu dengan pemilihan kata-kata yang menarik inilah yang menjadi

daya tarik dalam menganalisis novel ini. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis

3

Page 5: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/3870/1/jurnal.docx · Web viewMajas terdapat dalam unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya

mengambil judul “Penggunaan Majas dalam Novel Aku Bukan Jamilah karya R.

Juki Ardi dan Hubungannya dengan Pembelajaran Sastra di SMA”

Tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui jenis-jenis majas yang

digunakan oleh R. Juki Ardi dalam novelnya yang berjudul Aku Bukan Jamilah,

serta untuk mengetahui hubungan penggunaan majas dalam novel Áku Bukan

Jamilah karya R. Juki Ardi dalam pembelajaran sastra di SMA.

Dalam penelitian ini, digunakan teori Ratna yang membedakan majas dengan

gaya bahasa. Ratna menegaskan bahwa majas dan gaya bahasa adalah berbeda.

Menurut Ratna (2009: 164), majas adalah pilihan kata tertentu sesuai dengan maksud

penulis atau pembicara dalam rangka memperoleh aspek keindahan. Ratna

membedakan gaya bahasa dengan majas. Ruang lingkup gaya bahasa lebih luas,

sebaliknya majas lebih sempit, sehingga majas bersifat membantu gaya bahasa

(Ratna, 2009: 165). Penggunaan majas dalam novel Aku Bukan Jamilah karya R.

Juki Ardi dianalisis dengan menggunakan teori Ratna yang membagi majas ke dalam

empat kelompok, yaitu majas penegasan, majas perbandingan, majas pertentangan,

dan majas sindiran.

Majas penegasan terdiri dari tiga puluh majas yaitu: aferesis, aforisme,

alonim, anagram, antiklimaks, apofasis/preterisio, aposiopesis, arkhaisme,

bombastis, elipsis, enumerasio/akumulasio, ekslamasio, interupsi, inversi/anastrof,

invoksi, klimaks, kolokasi, koreksio/epanortosis, paralelisme, pararima, pleonasme,

praterio, repetisi (dibagi menjadi tiga belas, yaitu; aliterasi,

anadiplosis/epanadiplosis, anafora, antanaklasis, asonansi, epanalepsis,

epifora/epistrofa, epizeuksis, katafora, kiasmus, mesodiplosis, simploke, tautotes),

retoris/erotetis, sigmatisme, silepsis, sindenton (dibagi menjadi asindenton dan

4

Page 6: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/3870/1/jurnal.docx · Web viewMajas terdapat dalam unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya

polisindenton), sinkope/komtraksi, tautologi, dan zeugma. Majas perbandingan,

terdiri dari 21 jenis majas, yaitu: alegori, alusio, antonomasia, desfemisme, epitet,

eponim, eufemisme, hipalase/enalase, hiperbola, litotes, metafora, metonomia,

onomatope, paranomasia, perifrasis, personifikasi, simbolik, simile, sinekdoke

(dibagi menjadi dua, yaitu sinekdoke pars prototo dan sinekdoke totem proparte),

sinestesia, tropen.

Majas pertentangan, terdiri dari tujuh jenis majas, yaitu: anakronisme,

antitesis, kontadiksio, oksimoron, okupasi, paradoks, prolepsis/antisipasi.

Sementara majas sindiran, terdiri dari enam jenis majas, yaitu: anifrasis, inuendo,

ironi, permainan kata, sarkasme, sinisme.

B. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu

penelitian yang memaparkan jenis-jenis majas yang digunakan oleh R. Juki

Ardi dalam novel ABJ. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode content analysis atau analisis isi. Metode content analysis merupakan

suatu metode yang menganalisis isi suatu dokumen atau bacaan dengan cara

menganalisis dan menafsirkan data yang ada. Dalam penelitian ini dokumen

atau bacaan yang dianalisis adalah novel ABJ karya R. Juki Ardi.

2. Data Dan Sumber Data

2.1 Data

Data dalam penelitian ini berupa kata, frase, klausa, dan kalimat yang

mengandung majas dalam novel Aku Bukan Jamilah karya R. Juki Ardi.

5

Page 7: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/3870/1/jurnal.docx · Web viewMajas terdapat dalam unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya

2.2 Sumber Data

Sumber data primer adalah novel Aku Bukan Jamilah karya R. Juki

Ardi. Sumber data sekunder meliputi buku-buku mengenai gaya bahasa dan

majas, jurnal, skripsi, dan lain-lain sumber yang terkait erat dengan data

primer.

3. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah

metode studi kepustakaan dan metode catat.

4. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan adalah berupa

tabel sebagai berikut:

NnN

o Kutipan Hlm

Majas

Penegasan P Perbandingan Pertentangan Sindiran

5. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini digunakan analisis data model Miles and Huberman

(dalam Sugiyono (2009: 246-253) menjelaskan dalam menganalisis data dalam

penelitian jenis kualitatif, dapat digunakan analisis data model Miles and

Huberman yang terdiri dari tiga langkah analisis data, yaitu data reduction

(reduksi data), data display (penyajian data), dan conclusion

drawing/verification (penarikan kesimpulan).

6

Page 8: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/3870/1/jurnal.docx · Web viewMajas terdapat dalam unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya

6. Metode Penyajian Data

Dalam laporan penelitian, data yang berupa kutipan disajikan dengan

cara mengelompokkan data-data tersebut ke dalam empat jenis majas: majas

penegasan, majas perbandingan, majas pertentangan, dan majas sindiran.

Masing-masing majas tersebut memiliki jenis-jenis majas yang diurutkan

secara teratur dalam kelompak-kelompoknya. Kutipan-kutipan tersebut

diberikan format italic kemudian kata-kata yang menunjukkan majas

diberikan format bold. Setelah kutipan selesai diketik, kemudian penjelasan

mengenai data ditaruh di bawah kutipan. Setelah itu, pada bagian berikutnya

hasil penelitian penggunaan majas dalam novel ABJ karya R. Juki Ardi

dihubungkan dalam pembelajaran sastra SMA. Berdasarkan metode

penyajian data inilah akan terbentuk penyajian hasil penelitian yang tertata

rapi.

C. PEMBAHASAN

1. Penggunaan Majas dalam Novel ABJ Karya R. Juki Ardi

Dalam penelitian ini ditemukan 235 penggunaan majas dalam novel ABJ

karya R. Juki Ardi, yang masing-masing terdiri dari 73 majas penegasan, 142

majas perbandingan, 7 majas pertentangan, dan 13 majas sindiran.

1.1 Majas Penegasan

Dalam novel ABJ ditemukan majas penegasan yang terdiri atas berbagai

jenis majas penegasan, yaitu 5 penggunaan majas alonim, 2 penggunaan majas

aforisme, 1 majas anagram, 1 majas antiklimaks, 1 majas apofasis/preterisio,

1 majas arkhaisme, 2 majas bombastis, 8 majas elipsis, 1 majas ekslamasio, 7

7

Page 9: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/3870/1/jurnal.docx · Web viewMajas terdapat dalam unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya

majas interupsi, 7 majas inversi, 3 majas klimaks, 1 majas

koreksio/epanortosis, 1 majas pararima, 1 majas pleonasme, 9 majas repetisi,

10 majas retoris, 6 majas sindenton, 1 majas tautologi, dan 4 majas zeugma.

Penggunaan berbagai jenis majas tersebut, beberapa dapat dilihat pada kutipan

di bawah ini:

a. Mas Har, suami pertama Jemilah adalah teman dekatku (Ardi, 2011: 4).

Kutipan di atas merupakan bentuk penggunaan majas alonim. Hal ini

dikarenakan digunakan varian nama dalam menyebutkan nama tokoh. Har

merupakan varian nama dari Haryanto. Seperti yang dijelaskan pada kutipan

berikutnya, Nama lengkapnya Haryanto (Ardi, 2011: 5)

b. “Tidak lagi, aku coba mengimani dan mengamini nasibku.” (Ardi,

2011: 23)

Kutipan di atas dikelompokkan ke dalam majas anagram karena dalam

kutipan tersebut terdapat kata yang mengalami pertukaran huruf di dalamnya

sehingga menimbulkan makna baru. Hal ini terlihat pada kata mengimani yang

bertukar urutan hurufnya sehingga menjadi mengamini. Mengimani memiliki

makna meyakini dan mempercayai, setelah mengalami pertukaran huruf dan

berubah menjadi kata mengamini, maka timbul makna baru, yaitu menyetujui

nasib yang dialaminya.

c. Juga agar mereka tahu bahwa di negeri ini pernah terjadi kebiadaban

dan kejahatan kemanusiaan yang melampaui batas nalar sehat, jika

tidak boleh dikata mendekati tabiat hewan (Ardi, 2011: 2)

Kutipan di atas dikatakan sebagai majas apofasis/preterisio karena

dalam pernyataan di atas, penulis seolah-olah tidak ingin mengatakan bahwa

8

Page 10: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/3870/1/jurnal.docx · Web viewMajas terdapat dalam unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya

kebiadaban dan kejahatan yang dialaminya sudah mendekati tabiat hewan,

padahal penulis dengan jelas mengungkapnya. Penulis menggunakan frase jika

tidak boleh dikata untuk membeberkan kenyataan yang ada sehingga seolah-

olah penulis menutupi bahwa pernah terjadi kebiadaban dan kejahatan yang

mendekati tabiat hewan.

d. Aku tidak paham mengapa ada perasaan takut yang amat sangat di

hatiku (Ardi, 2011: 11).

Kutipan di atas dikelompokkan sebagai majas bombastis karena dalam

kutipan di atas terdapat kata amat sangat yang digunakan dalam

menggambarkan perasaan takut. Kata amat sangat merupakan bentuk

penggunaan keterangan yang berlebihan yang digunakan oleh penulis

sehingga kutipan tersebut merupakan majas bombastis.

e. Wah, pokoknya aku tak punya talenta untuk ke sana (Ardi, 2011: 28).

Kutipan di atas dikelompokkan ke dalam majas ekslamasio karena

dalam kutipan di atas terdapat penggunaan kata seru, yaitu wah. Kata wah

digunakan untuk menyatakan penegasan yang berupa penggunaan kata seru,

bahwa kemampuannya memang tidak sesuai untuk menjadi petani.

f. Kembali ia terdiam (Ardi, 2011: 3).

Kutipan di atas dikatakan sebagai majas inversi karena memiliki susunan

yang terbalik dari yang biasanya. Seharusnya kutipan di atas menjadi ia

kembali terdiam sehingga sesuai dengan susunan yang biasa digunakan.

g. Jemilah istriku telah memberiku dua anak laki-laki yang tampan, gagah,

dan sehat (Ardi, 2011: 1).

9

Page 11: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/3870/1/jurnal.docx · Web viewMajas terdapat dalam unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya

Pada kutipan di atas terdapat penggunaan majas klimaks, yang terlihat

pada kata tampan, gagah, dan sehat yang digunakan untuk menggambarkan

dua anak laki-laki Jemilah. Kata tampan, gagah, dan sehat mempunyai urutan

kepentingan yang semakin meningkat, mulai dari hal yang dianggap rendah

hingga yang paling penting. Mempunyai anak yang sehat jauh lebih penting

dari pada mempunyai anak yang tampan. Maka dari itu, sehat ditempatkan

pada posisi kepentingan terpuncak dari dua kata sebelumnya, yaitu tampan,

dan gagah.

h. Salah lagi, galak lagi, kukira ia sudah benar-benar loyo, eh, tahunya

masih bisa mengentak hati (Ardi, 2011: 13).

Kutipan di atas dikelompokkan ke dalam majas koreksio/epanortosis

karena dalam kutipan tersebut terdapat kata eh, tahunya masih bisa mengentak

hati yang digunakan untuk memperbaiki pernyataan sebelumnya yang

dianggap salah.

i. Ceplas-ceplos seakan tidak pernah ia pikir dulu. (Ardi, 2011: 26)

Kutipan di atas dikelompokkan sebagai majas pararima karena dalam

kutipan di atas terdapat kata ceplas-ceplos yang mengulang konsonan pada

awal dan akhir kata tersebut. Konsonan yang diulang adalah huruf c dan s.

j. Merekalah salah satu alasan hidup kami. Merekalah api semangat

hidup kami (Ardi, 2011: 1).

Pada kutipan terlihat penggunaan majas repetisi dengan jenis anafora.

Hal ini terlihat pada kata merekalah yang diulang pada kalimat berikutnya.

Hal ini memberikan penekanan kepada pembaca bahwa mereka (anak-anak

10

Page 12: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/3870/1/jurnal.docx · Web viewMajas terdapat dalam unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya

Jemilah dan Bob) merupakan hal yang paling berharga dalam hidup Jemilah

dan Bob.

k. Wajahnya tampak takut dan gemetar (Ardi, 2011: 54).

Kutipan di atas dikelompokkan ke dalam majas zeugma karena dalam

kutipan di atas terdapat kata-kata yang rancu dan tidak gramatikal. Hal ini

terlihat pada potongan kutipan di atas, takut dan gemetar. Seharusnya kutipan

di atas agar logis, tidak rancu, dan sesuai gramatikal diubah menjadi wajahnya

tampak takut dan badannya gemetar. Karena tidak logis jika wajah gemetar.

1.2 Majas Perbandingan

Dalam novel ABJ ditemukan majas perbandingan yang terdiri atas

berbagai jenis majas perbandingan, yaitu 1 majas alegori, 14 majas alusio, 5

majas antonomasia, 2 majas disfemisme, 1 majas eponim, 2 majas eufemisme,

28 majas hiperbola, 1 majas litotes, 12 majas metafora, 7 majas onomatope, 2

majas perifrasis, 13 majas personifikasi, 3 majas simbolik, 46 majas simile, 4

majas sinekdoke, dan 1 majas sinestesia. Penggunaan berbagai jenis majas

tersebut, beberapa dapat dilihat pada kutipan di bawah ini:

a. Tapi, bukankah matahari harus menyedekahkan cahayanya untuk bumi

setelah semalam penuh dikungkung oleh kegelapan yang pekat? (Ardi,

2011: 2)

Kutipan di atas dikategorikan sebagai majas alegori karena

membandingakan sesuatu dengan keadaan alam secara utuh. Arti kutipan di

atas adalah perumpamaan kehidupan bahwa tidak selamanya manusia

mengalami kesulitan, ada saatnya kesulitan itu hilang berganti kebahagiaan.

b. Aku kembali duduk dengan tetap pasang muka masam (Ardi, 2011: 17)

11

Page 13: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/3870/1/jurnal.docx · Web viewMajas terdapat dalam unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya

Kutipan di atas dikelompokkan ke dalam majas alusio karena dalam

kutipan di atas terdapat kata muka masam yang merupakan sebuah ungkapan.

Muka masam berarti cemberut, wajah yang kecewa, atau tidak peduli. Dalam

kutipan di atas muka masam diartikan sebagai gambaran wajah dari tokoh aku

yang merasa kecewa oleh sikap Haryanto sehingga wajah tokoh aku berubah

menjadi cemberut.

c. “Ndan, ini anak yang kita cari dari kemarin hari.” (Ardi, 2011: 62)

Kutipan di atas dikelompokkan sebagai majas antonomasia karena

dalam kutipan di atas digunakan gelar seseorang untuk menggantikan nama

orang tersebut. Gelar yang dimaksud adalah Komandan.

d. “Oho, sudah ketangkap rupanya Srikandi yang selama ini

menggegerkan dunia itu.” (Ardi, 2011: 89).

Kutipan di atas dikelompokkan ke dalam majas eponim karena terdapat

kata Srikandi yang merupakan sebuah nama yang menunjukkan ciri-ciri

tertentu. Srikandi merupakan tokoh tokoh perwayangan wanita yang bisa

berubah menjadi pria. Srikandi merupakan nama yang sering disangkutkan

dengan ciri-ciri wanita kuat, tangguh dan memiliki keberanian seperti pria.

Dalam kutipam di atas, Jemilah dikatakan Srikandi karena dianggap sebagai

Jamilah yang memiliki keberanian membunuh para jenderal.

e. Mukanya dicakar-cakar menggunakan sangkur begitu niat mereka

hendak menggagahi ibu muda itu gagal (Ardi, 2011: 92).

Kutipan di atas dikelompokkan sebagai majas eufemisme karena dalam

kutipan di atas terdapat kata menggagahi yang digunakan oleh penulis sebagai

pengganti kata memperkosa.

12

Page 14: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/3870/1/jurnal.docx · Web viewMajas terdapat dalam unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya

f. “Waktu itu aku mati-matian menolak rencana mereka, namun apalah

aku, seberapakah kekuatanku melawan mereka? (Ardi, 2011: 5)

Kutipan di atas dikatakan sebagai majas hiperbola karena kata mati-

matian dianggap terlalu berlebihan untuk menggambarkan penolakan Jemilah

terhadap keputusan orangtuanya yang ingin menikahkannya dengan Haryanto.

Jemilah seolah-olah mempertaruhkan jiwanya dan berani mati untuk menolak

keputusan tersebut

g. Ia letakkan kepalanya di atas pahaku yang aku julurkan di atas kasur

butut (Ardi, 2011: 7).

Kutipan di atas termasuk majas litotes karena terdapat pernyataan yang

merendahkan diri. Pada kutipan di atas, kata kasur butut merupakan kata yang

digunakan untuk merendahkan diri.

h. Jakarta menjadi kuburan besar yang seram dan mencekam (Ardi, 2011:

55).

Kutipan di atas dikelompokkan sebagai majas metafora karena dalam

kutipan di atas Jakarta diumpamakan dengan kuburan besar tanpa

menggunakan kata perumpamaan. Kuburan merupakan suatu tempat yang sepi

dan menakutkan. Begitu juga dengan Jakarta. Setelah dibunuhnya beberapa

jendral pada peristiwa G30S/PKI, Jakarta menjadi sebuah daerah yang sepi

dan menakutkan. Sehingga Jakarta disamakan dengan kuburan besar.

i. Jemilah mengusir nyamuk yang mulai berdatangan dengan suara

melebah (Ardi, 2011: 29).

Kutipan di atas dikelompokkan ke dalam majas onomatope. Hal ini

terlihat pada kata melebah yang merupakan tiruan bunyi dari suara lebah.

13

Page 15: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/3870/1/jurnal.docx · Web viewMajas terdapat dalam unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya

j. Rasanya tidak rela ia membiarkan kedua anak kami dikerubuti binatang

penghisap darah itu (Ardi, 2011: 23).

Kutipan di atas merupakan majas perifrasis. Hal ini terlihat pada kata

binatang penghisap darah yang dianggap bentuk pemborosan kata. kata

binatang penghisap darah dapat diganti dengan satu kata saja, yaitu nyamuk.

k. Semua itu harus aku kerjakan dengan hati-hati dan sembunyi-sembunyi,

karena di dalam sana tembok bermata, segenap langit-langit bertelinga,

serta semua daun pintu bisa bicara ke depan para serdadu (Ardi, 2011:

11)

Kutipan di atas dielompokkan sebagai majas personifikasi karena pada

kutipan tersebut penulis banyak menggunakan sifat-sifat insani pada benda

mati, seperti bermata, bertelinga, dan bisa bicara. Pada kutipan di atas tembok

dikatakan memiliki mata, langit-langit dikatakan memiliki telinga, bahkan

daun pintu pun bisa berbicara. Semua itu adalah bentuk personifikasi yang

digunakan dalam kutipan di atas.

l. Tinggal aku dan seorang prajurit yang kelihatan seperti anjing lapar

yang siap menerkamku (Ardi, 2011: 77).

Kutipan di atas dikelompokkan sebagai majas simile karena kutipan di

atas mengumpamakan seorang prajurit dengan anjing yang kelaparan. Anjing

yang kelaparan akan segera menerkam apapun yang bisa dimakan yang ada di

depannya. Begitu juga dengan prajurit tersebut, akan segera ‘menghabisi’

Jemilah.

m. Di sana ia duduk beristirahat seraya mengatupkan kedua matanya yang

terasa pedas diterba angin kencang sepanjang jalan (Ardi, 2011: 37).

14

Page 16: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/3870/1/jurnal.docx · Web viewMajas terdapat dalam unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya

Kutipan di atas dikelompokkan ke dalam majas sinestesia karena dalam

kutipan di atas digunakan dua indera sekaligus. Hal ini terlihat pada

penggalam kutipan mengatupkan kedua matanya yang terasa pedas. Mata

berhubungan dengan indera penglihatan sementara pedas berhubungan dengan

indera pencecapan/indera perasa, sehingga dalam kutipan di atas dikatakan

mengandung majas sinestesia karena terdapat penggunaan indera penglihatan

dan indera pencecapan.

1.3 Majas Pertentangan

Dalam novel ABJ ditemukan majas pertentangan yang terdiri atas

berbagai jenis majas pertentangan, yaitu 6 majas antitesis dan 1 majas

kontradiksio. Penggunaan berbagai jenis majas tersebut, beberapa dapat dilihat

pada kutipan di bawah ini:

a. Itu semua harus kita hadapi bersama sebagai suami-istri yang berjuang

demi keturunan (Ardi, 2011: 18).

Kutipan di atas dikategorikan sebagai majas antitesis karena dalam

kutipan tersebut terdapat penggunaan kata-kata yang berlawan. Hal ini terlihat

pada kata suami-istri. Suami merupakan lawan kata istri, begitu juga

sebaliknya.

b. Jauh di hari-hari awal, para keluarga yang ditinggal harus mengurai

air mata yang sudah mengering sumbernya karena terkuras hari-hari

sebelumnya (Ardi, 2011: 11).

Kutipan di atas dikelompokkan dalam majas kontradiksio karena dalam

kutipan tersebut, penulis menggunakan kata-kata yang berlawanan secara

situasi. Ha ini terlihat pada kutipan ditinggal harus mengurai air mata yang

15

Page 17: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/3870/1/jurnal.docx · Web viewMajas terdapat dalam unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya

sudah mengering sumbernya, kutipan tersebut berlawanan secara situasional.

Penulis mengatakan kelurga tapol berurai air mata sementara pada kata

berikutnya penulis mengatakan bahwa air mata keluarga tapol sudah

mengering. Lalu jika sumber air mata keluarga tapol sudah mengering,

bagaimana bisa kelurga tapol masih berurai air mata saat mendengar anggota

keluarganya akan dibuang. Bentuk pernyataan yang berlawanan secara

situasional inilah yang dikatakan sebagai majas kontradiksio.

1.4 Majas Sindiran

Dalam novel ABJ ditemukan majas sindiran yaitu 14 jenis majas

sarkasme. Penggunaan majas sarkasme dapat dilihat pada kutipan di bawah

ini:

a. Aku tidak tanya suamimu, goblok! (Ardi, 2011: 68).

Kutipan di atas dikategorikan sebagai majas sarkasme karena terdapat

sindiran dengan menggunakan kata-kata yang kasar. Hal ini terlihat pada kata

goblok yang digunakan Mayor untuk menyindir Jemilah yang menjawab

pertanyaan Mayor dengan memberikan penjelasan mengenai suaminya.

b. “Kamu masih berkelit saja rupanya, anjing Gerwani!” (Ardi, 2011: 77)

Kutipan di atas dikategorikan sebagai majas sarkasme karena terdapat

sindiran dengan menggunakan kata-kata yang kasar. Hal ini terlihat pada kata

anjing yang digunakan serdadu untuk menyindir Jemilah yang tetap tidak mau

mengakui hal yang memang tidak pernah dia lakukan.

16

Page 18: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/3870/1/jurnal.docx · Web viewMajas terdapat dalam unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya

D. SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik

kesimpulan yaitu:

1.1 Novel ABJ karya R. Juki Ardi memuat empat jenis majas, yaitu: (1) majas

penegasan yang ditemukan dalam novel ABJ terdiri dari 73 kutipan, (2)

majas perbandingan terdiri dari 142 kutipan, (3) majas pertentangan terdiri

dari 7 kutipan, dan (4) majas sindiran terdiri dari 13 kutipan. Majas yang

paling banyak digunakan oleh R. Juki Ardi dalam novel ABJ adalah majas

perbandingan yang berupa majas simile. Sementara majas yang paling

sedikit digunakan adalah majas pertentangan.

1.2 Materi pembelajaran sastra di SMA yang berhubungan dengan penelitian ini

adalah Kompetensi Dasar kelas XI semester I, yaitu: Menganalisis unsur-

unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik novel Indonesia/ terjemahan. Indikator

dalam kompetensi dasar ini adalah menganalisis unsur-unsur intrinsik (alur,

tema, penokohan, sudut pandang, latar, amanat, dan majas) dan unsur

ekstrinsik (nilai moral, nilai sosial, nilai religius, dan lain-lain) dalam novel

Indonesia. Adapun indikator yang berhubungan dengan penelitian ini adalah

menganalisis unsur intrinsik yaitu penggunaan majas dalam novel

Indonesia. Dengan demikian dapat diketahui bahwa majas tidak hanya

dipelajari dalam bidang bahasa saja tetapi juga dijadikan kajian dalam

pembelajaran sastra. Hal ini terlihat pada dianalisisnya majas dalam novel

Indonesia.

17

Page 19: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/3870/1/jurnal.docx · Web viewMajas terdapat dalam unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya

2. Saran

Keterbatasan ruang lingkup penelitian ini membuat tidak semua

penelitian mengenai unsur intrinsik dalam novel dapat dikaji, penelitian ini

hanya terfokus pada penggunaan majas dalam novel ABJ karya R. Juki Ardi.

Untuk itu, diharapkan kepada peneliti lain yang ingin meneliti novel ABJ karya

R. Juki Ardi hendaknya meneliti lebih luas lagi unsur intrinsiknya dan

menganalisis pula nilai-nilai yang terkandung dalam novel tersebut.

Daftar Pustaka

Ardi, R. Juki. 2011. Aku Bukan Jamilah. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Badudu, J.S, Syofyan Zakaria, dan Livain Lubis. 1997. Aku Mahir Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Depdiknas. 2006. Standar Isi (SI) Permen 22 Bidang Studi Bahasa Indonesia MTs/SMP dan SMA/MA Berdasarkan KTSP. Jakarta: Depdiknas.

Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

Fitri, Yulidar Annisa. 2011. Analisis Diksi dan Gaya Bahasa dalam Kumpulan Puisi Chairil Anwar “Aku Ini Binatang Jalang” dan Hubungannya dengan Pembelajaran Apresiasi Sastra di SMP. Skripsi Sarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram.

Jumrah. 2012. Gaya Bahasa dan Aspek Pendidikan yang Terkandung dalam Cerita Mbojo “La Kasipahu” dan Hubungannya dengan Pembelajaran Sastra di SMA. Skripsi Sarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram.

Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Nurhayani. 2012. Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta: Cakrawala Media

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

18

Page 20: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/3870/1/jurnal.docx · Web viewMajas terdapat dalam unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya

Putra, Nanang Syah. 2012. Analisis Diksi dan Gaya Bahasa dalam Ceramah Abdullah Gymnastiar dan Hubungannya dengan Pembelajaran Berbicara di SMA. Skripsi Sarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram.

Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stilistika Kajian Puitika, Bahasa, Sastra, dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sapiin. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Menyimak Bahasa dan Sastra Indonesia. Mataram : Unram Press.

Siswantoro. 2011. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa.

Taum, Yoseph Yapi. 1997. Pengantar Teori Sastra. Flores: Nusa Indah.

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai pustaka

Wahyuningtyas, Sri, dan Wijaya Heru Santoso. 2010. Pengantar Apresiasi Prosa. Surakarta: Yuma Pressindo.

19

Page 21: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/3870/1/jurnal.docx · Web viewMajas terdapat dalam unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya

Indeks Subjek

A

Aferesis, 4

Aforisme, 4

Alegori, 5, 11

Aliterasi, 4

Alonim, 4, 7, 8

Alur, 17

Alusio, 5, 11, 12

Amanat, 17

Anadiplosis/epanadiplosis, 4

Anafora, 4, 10

Anagram, 4, 7, 8

Anakronisme, 5

Analisis data, 6

Analisis isi, 5

Anifrasis, 5

Antanaklasis, 4

Antiklimaks, 4, 7

Antitesis, 5, 15

Antonomasia, 5, 11, 12

Apofasis/preterisio, 4, 7, 8

Aposiopesis, 4

Arkhaisme, 4, 7

Asindenton, 4

Asonansi, 4

Aspek, 3

Aspek keindahan, 4

B

Bahasa, 1, 17

Bahasa sastra, 2

Bombastis, 4, 7, 9

C

Ceplas-ceplos, 10

Cerpen, 2

conclusion drawing/verification ,6

Content analysis, 5

D

Data, 5, 7

data display, 6

data reduction, 6

Deskriptif kualtitatif, 5

Disfemisme, 5, 11

Dokumen, 5

E

Elipsis, 4, 7

Enumerasio/akumulasio, 4

Epanalepsi, 4

Epifora/epistrofa, 4

Epitet, 5

Epizeuksis, 4

Eponim, 5, 11, 12

Era, 2

Esklamasio, 4, 7, 9

Estetika, 2, 3

Eufemisme, 5, 11, 12

F

Frase, 5, 9

20

Page 22: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/3870/1/jurnal.docx · Web viewMajas terdapat dalam unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya

Format bold, 7

Format italic, 7

G

Gaya bahasa, 2, 3, 4, 6

Gelar, 12

Gerwani, 16

Gramatikal, 11

H

Hipalase/enalase, 5

Hiperbola, 5, 11, 13

I

Imajinatif, 1

Indikator, 17

Insturmen penelitian, 6

Insani, 14

Interupsi, 4, 8

Inuendo, 5

Inversi, 4, 8, 9

Invoksi, 4

Ironi, 5

J

Jenderal, 13

Jenjang, 3

Jurnal, 6

K

Kajian, 3

Kalimat, 5

Karya, 1, 4

Karya cipta, 1

Karya sastra, 2, 3

Katafora, 4

Kata serapan, 2

Kiasmus, 4

Klausa, 5

Klimaks, 4, 8, 10

Komandan, 12

Kolokasi, 4

Kompetensi dasar, 17

Kompleks, 2

Konsonan, 10

Kontradiksio, 5, 15, 16

Koreksio/epanortosis, 4, 8, 10

Kosakata, 2

Kualitatif, 6

Kurikulum, 3

Kurikulum Tingkat satuan

Pendidikan, 3

L

Latar, 17

Litotes, 5, 11, 13

M

Majas, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, , 10, 11

Majas penegasan, 3, 4, 7, 17

Majas perbandingan, 3, 5, 7, 11, 17

Majas pertentangan, 3, 5, 7, 15, 17

Majas sindiran, 3, 5, 7, 16, 17

Materi, 3

21

Page 23: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/3870/1/jurnal.docx · Web viewMajas terdapat dalam unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya

Medium, 2

Mesodiplosis, 4

Metafora, 5, 11, 13

Metode, 5

Metode analisis data, 6

Metode catat, 5

Metode penelitian, 5

Metode pengumpulan data, 6

Metode penyajian data, 7

Metode studi kepustakaan, 5

Metonimia, 5

N

Nalar, 8

Nilai estetika, 3

Nilai moral, 17

Nilai religius, 17

Nilai sosial, 17

Novel, 2, 4, 18

Novel Indonesia, 3, 17

O

Oksimoron, 5

Okupasi. 5

Onomatope, 5, 11, 13

P

Paradoks, 5

Paralelisme, 4

Paranomasia, 5

Pararima, 4, 8, 10

Penokohan, 17

Penyajian data, 6

Perifrasis, 5, 11, 14

Permainan kata, 5

Personifikasi, 5, 11, 14

Pleonasme, 4, 8

Plot, 3

Polisindenton, 5

Praterio, 4

Prolepsis/antisipasi, 5

Prosa, 2

R

Rancu, 11

Reduksi data, 6

Retoris/erotetis, 4, 8

Repetisi, 4, 8, 10

Ruang lingkup, 4, 18

S

Sarkasme, 5, 16

Sastra, 1, 3

Sigmatisme, 4

Silepsis, 4

Simbolik, 5, 11

Simile, 5, 11, 14, 17

Simploke, 4

Sindenton, 4, 8

Sinekdoke, 5, 11

Sinekdoke pars prototo, 5

Sinekdoke totem proparte, 5

Sinestesia, 5, 11, 15

Sinisme, 5

22

Page 24: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/3870/1/jurnal.docx · Web viewMajas terdapat dalam unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya

Sinkope/kontraksi, 5

Skripsi, 6

Sudut pandang, 3, 17

Sumber data, 6

Sumber data primer, 6

Sumber data sekunder, 6

T

Tabel, 6

Talenta, 9

Tapol, 16

Tautologi, 5, 8

Tautotes, 4

Tema, 17

Teori, 4

Tokoh, 3, 8

Tropen, 5

U

Unsur, 3, 17

Unsur ekstrinsik, 17

Unsur instrinsik, 3, 17, 18

V

Varian, 8

Z

Zeugma, 5, 8, 11

23

Page 25: eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/3870/1/jurnal.docx · Web viewMajas terdapat dalam unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya

Indeks Nama

A

Ardi, R. Juki, 2, 3, 4, 5,6, 7, 17

E

Endraswara, Suwardi, 2

M

Miles dan Huberman, 6

N

Nurgiantoro, Burhan, 2

R

Ratna, Nyoman Kutha, 2, 3, 4

S

Sugiyono, 6

24