03110094 evie noor izza

75
1 APLIKASI METODE THOMAS DALAM MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL SKRIPSI oleh: EVIE NOOR IZZA NIM: 03110094 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG MALANG 2007

Upload: amoi-jak

Post on 29-Dec-2015

37 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

matematika

TRANSCRIPT

1

APLIKASI METODE THOMAS DALAM MENYELESAIKAN

PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL

SKRIPSI

oleh:

EVIE NOOR IZZA NIM: 03110094

JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG MALANG

2007

2

APLIKASI METODE THOMAS DALAM MENYELESAIKAN

PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL

SKRIPSI

Diajukan kepada: Universitas Islam Negeri (UIN) Malang

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S. Si)

Oleh:

EVIE NOOR IZZA NIM: 03110094

JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG MALANG

2007

3

APLIKASI METODE THOMAS DALAM MENYELESAIKAN

PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL

SKRIPSI

Oleh:

EVIE NOOR IZZA NIM: 03110094

Telah disetujui oleh: Dosen Pembimbing

Pembimbing I

Abdussakir, M. Pd

NIP. 150 372 247

Pembimbing II

Munirul Abidin, M. Ag

NIP. 150 321 634

Tanggal 12 Desember 2007 Mengetahui,

Ketua Jurusan Matematika

Sri Harini, M.Si

NIP. 150 318 321

4

APLIKASI METODE THOMAS DALAM MENYELESAIKAN

PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL

SKRIPSI

Oleh:

EVIE NOOR IZZA NIM: 03110094

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi dan Dinyatakan Diterima Sebagai Salah Satu Persyaratan

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S. Si)

Tanggal 17 Desember 2007

SUSUNAN DEWAN PENGUJI TANDA TANGAN

1. Penguji Utama : Wahyu H. Irawan, M. Pd ( )

2. Ketua Penguji : Evawati Alisah, M. Pd ( )

3. Sekretaris Penguji : Abdussakir, M. Pd ( )

4. Anggota Penguji : Munirul Abidin, M. Ag ( )

Mengetahui dan Mengesahkan Ketua Jurusan Matematika

Sri Harini, M. Si

NIP. 150 318 321

5

MOTTO

Kesalahan paling fatal yang dialami seseorang adalah keputusasaan,

maka jangan pernah merasa putus asa atau kecewa

jika mengalami kegagalan. Kamu harus Ingat !!, tidak ada kesuksesan

harganya murah. Semua harus ditebus dengan pengorbanan.

Percayalah bahwa kamu bisa !!!

6

PERSEMBAHAN

Kepada Allah SWT, yang telah menciptakan saya dengan karunia-Nya,

sehingga Saya dapat menyelesaikan skripsi dengan berjalan lancar

sampai pada tujannya.

Kepada Ayahanda H. Pratikno, yang telah meberikan dukungan,

semangat , dan Do a ser t a member ikan peluang yang besar dalam

menentukan pilihannya, khususnya dalam menentukan jurusan

Matematika, semoga ini yang terBaik buat Saya. Anakmu ini tidak akan

Melupakan jasa-jasa Ayah.......

Kepada Ibunda Hj. Rochimah yang selalu menemani disaat Saya dalam

Keadaan Sedih maupun Gembir a, selalu member ikan Nasehat dan Do a

selama masa perkuliahan berlangsung. Anakmu tidak akan melupakan

Nasehatnya dan akan selalu ada dipelukannya.......

Kepada Dosenku Pak sakir dan Pak Munir yang telah bersedia

membimbing Saya dari awal sampai akhir dalam menyelesaikan skripsi,

sehingga saya dapat lulus dengan nilai yang bagus

Kepada semua Dosen SAINTEK dan karyawan-karyawan yang telah

memberikan ilmunya dan memberikan arahan dalam menyelesaikan

kuliah

Kepada Nengku Anis, masku Zaini dan keponakanku Yafi, selalu

memberikan motivasi, bantuan selama empat tahun Saya kuliah sampai

akhir masa perkuliahan, Saya tidak akn melupakan semua.......

7

Kepada Aaku Zulf an yang t idak per nah lelah member ikan dukungan dan

semangat selama masa perkuliahan sampai pada akhir Saya ujian

skripsi.

Untuk Adry dan Icha teman kosku yang selalu menemani dan meberikan

semangat dalam menyelesaikan skripsi ini, saya ucapkan banyak Terima

Kasih

Untuk teman-teman jurusan matematika, Uut, Mi2n, Rila, Sri, Mudhor,

Mei dll yang seperjuangan dalam mencapai cita-cita dan yang selalu

bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kuliah. Pengalaman ini tidak

akan terlupakan.

Untuk mbah Yah yang sudah bersedia memberikan Saya tempat untuk

tinggal selama masa perkuliahan dan juga terima kasih banyak atas

nasehatnya.

8

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT karena atas rahmat, taufiq dan hidayah-Nya,

penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul

Aplikasi Metode

Thomas Dalam Menyelesaikan Persamaan Diferensial Parsial sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains dalam bidang Matematika di

Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang.

Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah berpartisipasi dan

membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Untuk itu, iringan do a dan

ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan, terutama kepada:

1. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN)

Malang.

2. Prof. Drs Sutiman Bambang Sumitro, SU., D.Sc selaku Dekan Fakultas Sains

dan Teknologi UIN Malang.

3. Ibu Sri Harini, M.Si selaku Ketua Jurusan Matematika Fakultas Sains dan

Teknologi UIN Malang.

4. Bapak Abdussakir, M.Pd dan Bapak Munirul Abidin, M.Ag yang telah

bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan

selama penulisan skripsi.

5. Seluruh Dosen Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri

Malang yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama

masih kuliah. Serta seluruh karyawan dan staff UIN Malang.

9

6. Kedua orang tua H. Pratikno dan Hj. Rochimah yang telah memberikan

dukungan moril maupun spirituil serta ketulusan do anya kepada penulis

sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

7. Kakakku Choirun Nisya , Ahmad Zaini dan keponakanku Yafi yang selalu

memberikan bantuan, semangat dan do a selama kuliah sampai bisa

menyelesaikan skripsi ini.

8. Murtadha Zulfan yang selalu memberikan motivasi dan dukungan moral

hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Addriani Mardika Dewi yang selalu menemani dan membantu dalam

menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman Matematika, terutama angkatan 2003 beserta semua pihak yang

telah membantu menyelesaian skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini tentunya masih terdapat banyak kesalahan dan

kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan

skripsi ini. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Amien.

Wassalamu alaikum Wr. Wb.

Malang, 12 Desember 2007

Penulis

10

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

ABSTRAK.......................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 5 1.3 Batasan Masalah ............................................................................... 5 1.4 Tujuan Penelitian .............................................................................. 6 1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................ 6 1.6 Metode Penelitian.............................................................................. 7 1.7 Sistematika Pembahasan ................................................................... 7

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Diferensial Parsial ............................................................................. 9 2.1.1 Pengertian ................................................................................. 9 2.1.2 Diferensial Parsial Orde Tinggi................................................ 10

2.2 Macam-macam Persamaan Diferensial ............................................. 11 2.3 Persamaan Diferensial Dalam Bentuk Beda Hingga......................... 14

2.3.1 Skema Exsplisit ........................................................................ 16 2.3.2 Skema Implisit.......................................................................... 17

2.4 Diferensial Numerik .......................................................................... 18 2.4.1 Deret Taylor ............................................................................. 19

2.5 Syarat Awal dan Syarat Batas ........................................................... 21 2.6 Matriks............................................................................................... 22

2.6.1 Pengertian ................................................................................. 22 2.6.2 Operasi Matriks ........................................................................ 23 2.6.3 Macam-macam Matriks............................................................ 24

2.7 Metode Thomas ................................................................................. 26 2.7.1 Matriks Tridiagonal .................................................................. 26 2.7.2 Algoritma Thomas.................................................................... 31

2.8 Kajian Keagamaan ............................................................................ 34

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Penyelesaian Persamaan Getaran Kabel Dengan Algoritma Thomas ............................................................... 40 3.1.1 Menentukan Rumus Fungsi f(x), f (x) dan f (x) ....................... 41 3.1.2 Menentukan Matriks Tridiagonal ............................................. 42 3.1.3 Menentukan Matriks [L] dan [U] ............................................. 46

11

3.1.4 Menentukan [L]{X} = [D] ....................................................... 50 3.1.5 Menentukan [U]{X} = [D] ....................................................... 52

3.2 Analisa Pembahasan.......................................................................... 54 3.3 Tinjauan Agama Terhadap Hasil Pembahasan.................................. 54

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan........................................................................................ 59 4.2 Saran .................................................................................................. 60

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 61

12

ABSTRAK

Evie Noor Izza. 2007. Aplikasi Metode Thomas Dalam Menyelesaikan Persamaan Diferensial Parsial. Jurusan Matematika. Universitas Islam Negeri Malang. Pembimbing: (I) Abdussakir, M. Pd; (II) Munirul Abidin, M. Ag

Kata Kunci: Persamaan getaran kabel, metode Thomas.

Persamaan diferensial merupakan bentuk persamaan yang menyangkut satu atau lebih peubah tak bebas beserta turunannya terhadap satu atau lebih peubah bebas. Secara umum persamaan diferensial ada dua yaitu, persamaan diferensial biasa dan persamaan diferensial parsial. Salah satu bentuk persamaan diferensial parsial adalah persamaan getaran kabel.

Metode numerik adalah salah satu cabang atau bidang matematika, khususnya matematika rekayasa, yang menggunakan bilangan untuk menirukan proses matematika. Salah satu kajian dalam metode numerik adalah menyelesaikan bentuk persamaan diferensial yang sulit untuk diselesaikan secara analitik.

Skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan aplikasi metode Thomas dalam menyelesaikan persamaan diferensial parsial, khususnya persamaan getaran kabel. Berdasarkan hasil kajian, diperoleh bahwa langkah-langkah menyelesaikan persamaan getaran kabel dengan metode Thomas adalah sebagai berikut:

1. Menentukan rumus fungsi f(x) dan f (x), f (x) 2. Menentukan matriks tridiagonal 3. Menentukan matriks [L] dan [U] 4. Menentukan [L] [X] = [D] 5. Menentukan [U] [X] = [D]

Dengan syarat awal dan syarat batas 00,,0 ttLutu dan

Lxxfxu 00, . Berdasarkan langkah-langkah di atas bahwa metode Thomas dapat

menyelesaikan persamaan getaran kabel, sehingga dapat membentuk matriks segitiga bawah [L] dan matriks segitiga atas [U] dengan mempunyai kesamaan nilai, yaitu pada kecepatan U5.

13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk yang berpotensi untuk menguasai ilmu

pengetahuan. Allah-lah yang mengajari manusia dalam semua hal yang belum

diketahuinya:

Artinya:Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (QS. Al-

A laq:5). (Rahman, 2007:13)

Ilmu pengetahuan, menurut Al-Qur an dapat diperoleh melalui berbagai

macam cara. Diantaranya melalui dua indra yang sangat mahal dan penting bagi

manusia untuk mengetahui dan mendapatkan ilmu yang bermacam-macam serta

indra lainnya. Kedua indra yaitu sama (pendengaran) yang biasanya bersifat

verbal, dan bashar (penglihatan) yang biasanya menghasilkan ilmu pengetahuan

yang bersifat observasi atau eksperimen yang tertulis pada (QS Al-Mulk:23)

(Pasya, 2004:263). Oleh karena itu Al-Qur an dapat mendorong umat Islam

untuk bekerja sungguh-sungguh dalam pencarian ilmu, sehingga diperlukan

adanya pemikiran-pemikiran.

Kehidupan zaman sekarang ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin

menguasai dunia, maka untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

yang sempurna harus didasari dengan Al-qur an dan hadist sebagai pegangan

14

dalam kehidupan sehari-hari. Ulul Albab adalah orang-orang yang mau

menggunakan fikirannya, mengambil faedah darinya, mengambil hidayah darinya,

menggambarkan keagungan Allah dan mau mengingat hikmah akal dan

keutamaannya, di samping keagungan karunia-Nya dalam segala sikap dan

perbuatan mereka, sehingga mereka bisa berdiri, duduk, berjalan, berbaring dan

sebagainya. Oleh karena itu manusia disuruh memikirkan tentang kejadian di

langit dan di bumi beserta rahasia-rahasia dan manfaat-manfaat yang terkandung

di dalamnya yang menunjukkan pada ilmu yang sempurna, hikmah tertinggi dan

kemampuan yang utuh. Seperti yang tercantum dalam QS. Ali-Imran: 190 sebagai

berikut:

Artinya:

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal .

(Musthafa, 1993:284)

Salah satu ciri seorang Ulul albab adalah yang menguasai ilmu

matematika, karena tidak mungkin kita mempelajari alam semesta secara detail

tanpa menggunakan perhitungan secara matematis. Akan tetapi kemampuan

intelektual semata tidak cukup untuk belajar matematika, karena itu perlu

didukung secara bersamaan dengan kemampuan emosional dan spiritual.

Matematika memang untuk dipahami, tetapi pemahaman sangat berkaitan dengan

ingatan atau hafalan yang berkaitan dengan ilmu matematika (Abdusysyakir,

2007:24).

15

Matematika adalah suatu pengetahuan yang sangat penting dalam

menunjang pengetahuan yang lain. Kita melihat misalnya dalam Bidang Teknik,

Ekonomi, ilmu Sosial, serta Matematika dalam ilmu pengetahuan itu sendiri

(Yahya, 2004). Pada kenyataannya Matematika sebagai ilmu eksakta yang sangat

erat dengan rumus dan perhitungan yang dapat dijadikan sebagai alat bantu untuk

menyederhanakan penyajian pembahasan masalah. Dengan menggunakan bahasa

matematika, satu masalah dapat menjadi lebih sederhana untuk disajikan,

difahami, dianalisis dan dipecahkan.

Matematika lebih banyak mengajarkan manusia mengenal dan

menjelaskan fenomena di sekelilingnya. Fenomena-fenomena pada perkembangan

sains dan teknologi dapat dirumuskan dalam persamaan diferensial, seperti halnya

dalam persamaan gelombang, getaran, pegas, pertumbuhan sel dan lain

sebagainya. Persamaan diferensial merupakan suatu persamaan yang mengandung

turunan fungsi. Berdasarkan jumlah variabel bebas, persamaan diferensial dibagi

menjadi dua, yaitu (1). Persamaan diferensial biasa (mengandung satu variabel

bebas). Ada beberapa metode yang digunakan untuk menyelesaikan persamaan

diferensial biasa diantaranya metode Euler, metode Range-Kutte, metode Heun

dan sebagainya. (2). Persamaan diferensial parsial (mengandung lebih dari satu

variabel), metode yang digunakan adalah metode Karakteristik dan metode Beda

Hingga. Persamaan tersebut dapat diselesaikan secara analitik atau numerik.

Penyelesaian secara analitik diperoleh dengan menggunakan perhitungan secara

sistematis dan solusi yang diperoleh berupa nilai eksak.

16

Metode numerik dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu persamaan,

ketika persamaan tersebut tidak bisa diselesaikan secara analitik. Dalam

penyelesaian secara numerik dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu

metode numerik dari bentuk proses perhitungan yang paling efisien dan cepat

untuk menyelesaikan persamaan matematis. Sebuah metode numerik yang

biasanya digunakan untuk menyelesaikan soal disebut algoritma. Algoritma

adalah suatu rangkaian prosedur yang lengkap dan mempunyai cara penyelesaian

yang jelas. Dalam analisis numerik dibutuhkan pemilihan dan penyusunan

algoritma yang sesuai dengan penyelesaian soal, maka analisis numerik harus

mempertimbangkan berapa besar derajat ketelitian yang diperlukan,

memperkirakan besarnya kesalahan pembulatan dan kesalahan diskritisasi,

menentukan jumlah langkah atau iterasi yang dibutuhkan algoritma, supaya hasil

analisis numerik sesuai dengan tujuan (Conte, 1993:1).

Metode numerik sudah lama berkembang tetapi penerapan dalam

pemecahan masalah yang belum meluas dalam berbagai bidang, itu dikarenakan

pada waktu itu alat bantu hitung berupa komputer belum banyak digunakan. Pada

zaman sekarang ini perkembangan mengenai komputer sangat pesat. Sehingga

metode numerik sering diselesaikan dengan komputer, selain itu juga dengan

berkembangnya komputer sebagai alat yang sangat ampuh untuk menyelesaikan

permasalahan dengan berbagai bidang. Metode numerik mampu menyelesaikan

suatu persamaan yang besar, tidak linier dan sangat komplek yang tidak mungkin

diselesaikan secara analitis (Triatmodjo, 2002:2).

17

Dalam kajian ini, getaran pada kabel merupakan persamaan diferensial

parsial yang dapat diselesaikan dengan menggunakan metode Thomas. Karena

metode Thomas merupakan salah satu metode numerik yang dapat digunakan

untuk menyelesaikan persamaan diferensial parsial. Berdasarkan uraian di atas,

maka diharapkan penggunaan metode Thomas memperoleh penyelesaian dari

persamaan diferensial parsial pada getaran kabel tersebut.

Untuk itu penulis ingin mengkaji tentang persamaan diferensial parsial

pada getaran kabel dengan menggunakan metode numerik. Maka skripsi ini akan

membahas tentang Aplikasi Metode Thomas Dalam Menyelesaikan

Persamaan Diferensial Parsial . Bentuk persamaan diferensial parsial orde dua

pada getaran kabel adalah sebagai berikut:

2

22

2

2

x

ua

t

u

Keterangan:

u adalah pergeseran (kecepatan) yang dipengaruhi oleh x dan t

x adalah jarak

t adalah waktu

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik permasalahan yang

akan dibahas dan diteliti dalam skripsi ini, yaitu:

1.2.1 Bagaimana aplikasi metode Thomas dalam menyelesaikan persamaan

diferensial parsial ?

18

1.3 Batasan Masalah

Untuk lebih jelasnya dan terarah pada sasaran yang diharapkan dalam

pembahasan skripsi ini, maka diperlukan adanya pembatasan masalah yang akan

dibahas yaitu penyelesaian persamaan diferensial parsial orde dua pada getaran

kabel dengan menggunakan metode Thomas dengan melalui metode beda-hingga,

sehingga dapat membentuk matriks tridiagonal.

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah diambil dalam penulisan skripsi

ini, maka tujuan penelitiannya, yaitu:

1.4.1 Untuk menjelaskan aplikasi metode Thomas dalam menyelesaikan

persamaan diferensial parsial

1.5 Manfaat Penelitian

Dengan kajian ini diharapkan bermanfaat :

1.5.1 Bagi penulis

- Sebagai latihan menyusun karya ilmiah di bidang matematika.

- Sebagai resensi dalam penyelesaian persamaan diferensial parsial

orde dua dengan menggunakan metode numerik

- Untuk menambah wawasan dan pengalaman dalam mengkaji

permasalahan matematika terutama dalam menentukan rumus

turunan suatu fungsi.

19

1.5.2 Bagi pembaca

- Mempermudah pembaca dalam penyelesaian persamaan diferensial

parsial pada getaran kabel dengan menggunakan metode Thomas.

1.6 Metode Penelitian

Secara garis besar penulisan skripsi ini, merupakan proses mencari

pemecahan masalah melalui prosedur ilmiah. Dalam penulisan ini, seorang

penulis menggunakan metode tertentu.

Dalam kajian ini penulis menggunakan metode literatur, yaitu melakukan

penelusuran dan penelaaan terhadap beberapa literatur yang punya relevansi

dengan topik bahasan. Bertujuan untuk mengumpulkan data-data dan informasi

dengan bantuan bermacam-macam materi yang terdapat di ruang perpustakaan,

seperti: buku-buku, majalah, dokumen, catatan, kisah-kisah sejarah dan

sebagainya (Nazir, 1988:11).

Dalam penulisan skripsi ini, langkah-langkah umum yang dilakukan

penulis sebagai berikut:

a. Menentukan persamaan Getaran Kabel

b. Menyeleseikan Metode Thomas

1.7 Sistematika Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN: Dalam pendahuluan ini, memberikan gambaran

tentang isi dari skripsi, yaitu latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah,

20

tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika

pembahasan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA: Kajian pustaka yang berisi konsep-konsep

yang menjadi landasan pembahasan masalah, yaitu persamaan diferensial parsial

orde dua, macam-macam persamaan diferensial parsial, metode beda-hingga, serta

syarat awal dan syarat batas, bentuk matriks tridiagonal, metode Thomas, dan

kajian keagamaan dalam ilmu matematika.

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN: Dalam pembahasan ini,

penyelesaian persamaan diferensial parsial orde dua pada getaran kabel dengan

menggunakan metode Thomas dengan melalui metode beda hingga, sehingga

membentuk matriks Tridiagonal.

BAB IV PENUTUP: Dalam penutup berisi tentang, kesimpulan dan saran.

21

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Diferensial Parsial

2.1.1 Pengertian

Formulasi matematika dari beberapa permasalahan dalam ilmu

pengetahuan dan teknologi dapat dipresentasikan dalam bentuk persamaan

diferensial parsial. Persamaan diferensial merupakan bentuk persamaan yang

menyangkut satu atau lebih peubah tak bebas beserta turunannya terhadap

satu atau lebih peubah bebas. Bentuk umum persamaan diferensial parsial

orde dua yang mempunyai dua variabel bebas mempunyai bentuk sebagai

berikut:

GFuy

uE

x

uD

y

uC

yx

uB

x

uA

2

2

22

2

2

Dengan, A, B, C, D, E, F, dan G merupakan fungsi dari variabel x

dan y dan variabel tidak bebas u.

Contoh:

yxyx

u2

2

, sebuah persamaan diferensial orde dua.

Pada persamaan di atas u adalah variabel tak bebas (dependent

variable), sedangkan x dan y adalah variabel bebas (independent variable)

(Spiegel, 1974:2).

Jenis persamaan diferensial orde dua ditentukan oleh koefisiennya,

yaitu:

22

1. Persamaan Ellips jika : 042 acb

2. Persamaan Parabola : 042 acb

3. Persamaan Hiperbola: 042 acb (Djojodiharjo, 1983:284)

Jika koefisiennya adalah konstanta, maka persamaan hanya mungkin satu

jenis.

Secara umum untuk menyelesaikan persamaan diferensial parsial

harus dijadikan ke dalam bentuk persamaan dengan syarat awal dan syarat

batasnya. Dengan membagi daerah dalam sel maka diperoleh sistem

persamaan diferensial yang simultan sehingga dapat dipecahkan dengan cara

iterasi.

2.1.2 Diferensial Parsial Orde Tinggi

Suatu fungsi dua variabel z = f (x, y) bernilai bilangan real. Jika f

dapat diturunkan, maka dapat didefinisikan dua fungsi bernilai real yang

nilainya di titik (x, y) adalah

),(,),(1 yxfyxx

fyxfD x dan ),(,),(2 yxfyx

x

fyxfD y

Fungsi di atas dapat diturunkan kedalam bentuk turunan diferensial

parsial dari f (x, y) terhadap x dan y, dapat ditulis sebagai berikut:

),(),(, 2112

2

yxfyxfDx

fyx

x

f

x xx

),(),(, 212

2

yxfyxfDxy

fyx

x

f

y xy

Diferensial parsial orde dua di peroleh dengan menurunkan secara

parsial yxfD ,2 terhadap x dan y, ditulis sebagai berikut:

23

yxfyxfD

yx

fyx

y

f

x yx ,,, 221

2

yxfyxfDyy

fyx

y

f

y yy ,,, 222

2

(Budhi, 2001:85-86)

2.2 Macam-Macam Persamaan Diferensial Parsial

1) Persamaan getaran kabel 2

22

2

2

x

ua

t

u (2. 2. 1)

0,0 tLx

Dengan 00,,0 ttLutu

Lxxfxu 00, (Saff dan Nagle, 2003:40)

Keterangan:

u adalah pergeseran (kecepatan) yang dipengaruhi oleh x dan t

x adalah jarak

t adalah waktu

Persamaan ini berlaku untuk getaran melintang yang kecil dari

kabel fleksibel dan tegang, seperti senar biola yang pada mulanya terletak

pada sumbu x dan kemudian digerakkan (lihat gambar di bawah ini)

y

y(x,t) x

Gambar (1) Getaran kabel

24

Fungsi u(x, t) adalah pergeseran dari setiap titik x pada kabel untuk setiap

waktu t. konstanta 2a , dengan sebagai gaya tarik (konstan) pada

kabel, sebagai masa persatuan panjang (konstan) dari kabel tersebut.

2) Persamaan konduksi panas ukt

u 2 (2. 2. 2)

Di persamaan ini u(x, y, z, t) adalah temperature pada posisi (x, y,

z) dari sebuah benda tegar, pada waktu t. konstan k, yang disebut

difusivitas, adalah sama dengan K

, dengan besaran-beasarn

konduktivitas termal K, panas spesifik

dan kerapatan (yitu masa per

satuan volume)

dianggap konstan. u2

disebut Laplacian dari u, yang

dalam koordinat siku-siku tiga dimensi persamaannya adalah:

2

2

2

2

2

22

z

u

y

u

x

uu (2. 2. 3)

3) Persamaan Laplace 02v

Persamaan diatas dapat dijumpai pada teori tentang konduksi

panas, misalnya v adalah temperatur dalam keadaan mantap (steady state

temperature), yaitu temperatur yang didapat setelah waktu berlalu cukup

lama, yang persamaannya didapat dengan mengganti harga 0t

u pada

persamaan konduksi panas di atas. Penyeleseian persamaan 02v di

dalam R sering disebut sebagai Dirichlet problem, dengan v sebagai fungsi

yang diketahui pada batas R.

25

4) Getaran longitudinal dari sebuah balok

2

22

2

2

x

yc

t

y

(2. 2. 4)

Persamaan ini menggambarkan gerakan dari sebuah balok yang

dapat bergentar secara longitudinal (yaitu searah sumbu x), dan getarannya

dianggap kecil. Variabel y(x, t) adalah pergeseran longitudinal dari

penampang melintangnya pada posisi x, yang diukur dari keadaan

seimbang. KonstanE

c 2 , dengan E sebagai modulus elastisitas yang

tergantung pada sifat balok dan

sebagai kerapatan (masa per satuan

volume). Lihat gambar di bawah ini:

y

x

Gambar (2) getaran longitudinal dari sebuah balok

5) Getaran melintang dari sebuah balok 04

42

2

2

x

yb

t

y (2. 2. 5)

Persamaan ini menggambarkan gerakan dari sebuah balok (yang

mula-mula terletak pada sumbu x) yang bergetar secara melintang (yaitu

tegak lurus dengan sumbu x), dengan menganggap bahwa getarannya

kecil. Dalam hal ini y(x, t) adalah pergeseran melintangnya pada setiap

waktu t dari setiap titik x. konstanta A

EIb2 , dengan E sebagai modulus

elastisitas, I sebagai memen inersia dan sebagai massa persatuan panjang.

26

y(x,t)

Apabila ada gaya yang bekerja, maka ruas kanan dari persamaan di atas

diganti dengan EI

txFb ,2

. Lihat gambar gambar di bawah ini:

y

Gambar (3) getaran melintang dari sebuah balok

Pada balok horizontal, ini merupakan masalah menentukan

pelenturan (defleksi) suatu balok dengan beban-beban tertentu. Hanya

balok-balok yang sejenis (uniform) bahannya dan bentuknya yang akan

diperhatikan. Misalnya ada balok yang serat-seratnya (fibres) memanjang.

Pada balok lentur seperti yang ditunjukkan , serat-serat pada bagian atas,

ditekan dan bagian bawah ditegangkan, kedua bagian tersebut dipisahkan

oleh suatu permukaan yang netral, yang serat-seratnya tidaklah ditekan

atau diregangkan. Serat-serat yang pada mulanya, bersama-sama dengan

horizontal balok, terletak pada permukaan netral sepanjang suatu kurva

(kurva elastis atau kurva defleksi) (Spiegel, 1974:3-4).

2.3 Persamaan Diferensial dalam Bentuk Beda-Hingga

Persamaan diferensial dengan bentuk beda-hingga, untuk persamaan yang

mengandung variabel x dan y, perbedaan beda hingga dilakukan dengan membuat

jaringan titik hitungan pada bidang x

y yang dapat dibagi menjadi sejumlah

pias-pias empat dengan sisi x dan y. Panjang pias dalam arah x adalah sama

dan diberi notasi xi = i x, i = 0, 1, 2,

Dan panjang pias dalam arah y juga sama

27

j

j-1

j+1

i-1 i i+1

x

dan diberi notasi yj = j y, j = 0, 1, 2,

Dengan menggunakan jaringan titik

hitungan dalam gambar (4) di bawah ini, semua diferensial ditulis pada titik

hitungan (i, j). Bentuk runtutan pertama didekati oleh:

y

y

(Gambar 4) jaringan titik hitungan pada bidang x-y

Dalam arah x

x

UU

x

U jiji ,,1 (6)

x

UU

x

U jiji ,1, (7)

Maka:

2

,,1,1

2

2 2

x

UUU

x

U jijiji

(8)

Dalam arah y

y

UU

y

U jiji ,1, (9)

y

UU

y

U jiji 1,, (10)

x

28

Maka:

2

1,1,

2

2 ,2

y

jUiUU

y

U jiji

(11)

(Triatmodjo, 2002:202-204)

Bentuk dari persamaan (2. 2. 1) adalah kontinu. Menurut Aristoteles suatu

besaran yang kontinu terdiri dari elemen-elemen yang dapat dibagi (berhingga).

Misalnya ada titik lain di antara dua titik sembrang pada suatu garis, dan ada di

antara dua saat dalam suatu periode waktu, karena itu ruang dan waktu adalah

kontinu dan dapat dibagi menjadi tak hingga. Keberhinggaan dan kekontinuan ini

untuk membagi benda yang kontinu menjadi komponen, unit atau elemen yang

lebih kecil.

Metode beda hingga didasarkan pada konsep diskritisasi. Dalam

mendiskritisasi dari benda menjadi benda kecil yang sesuai, yang dinamakan

elemen-elemen hingga. Perpotongan antara sisi-sisi elemen dinamakan titik

simpul dan permukaan antara elemen-elemen disebut garis simpul. Dengan

adanya diskritisasi, maka hasil perhitungan akan dekat dengan nilai eksak, yaitu

kesalahannya minimum (Dessai, 1996).

Penyelesaian persamaan diferensial parsial dengan menggunakan metode

beda hingga dapat dibedakan menjadi dua skema dasar, yaitu

2.3.1 Skema Explisit

Metode beda hingga skema explisit banyak digunakan dalam

penyelesaian persamaan diferensial parsial. Penggunaan skema tersebut

untuk menurunkan persamaan diferensial parsial menjadi persamaan beda

hingga. Dalam pengambilan waktu harus berdasarkan pada pada bilangan

29

n

n-1

n+1

i-1

i i+1

Courant yaitu Cr = (U t)/ x

1. apabila nilai Cr > 1 maka hasilnya

menjadi tidak stabil. Prosedur dalam menyelesaikan dengan skema

explisit.

Pada skema explisit, variabel pada waktu n + 1 dihitung

berdasarkan pada waktu n yang telah diketahui. pada gambar (5). Fungsi

variabel T(x, t) dan diturunkan dalam waktu dan ruang

Penyelesaian diketahui sampai waktu ke-n

Gambar (5). Skema explisit

Berikut ini adalah bentuk diskrit dari skema explisit,

iTtxT ,

t

TT

t

txT ni

ni

1),(

211

2

2 2),(

x

TTT

x

txT ni

ni

ni

2.3.2 Skema Implisit

Pada skema implisit ruas kanan ditulis pada waktu n + 1 nilainya

belum diketahui. Pada gambar (6), variabel di titik i pada waktu ke n = 1

1niT dipengaruhi oleh n

iT yang sudah diketahui nilainya serta 111

nT dan

30

n

n-1

n+1

i+1 i i-1

111

nT yang belum diketahui nilainya. Maka untuk membentuk sistem

persamaan harus memperoleh nilai 1niT (i = 1, ..., M). Dengan

menggunakan skema implisit di bawah ini.

Penyelesaian diketahui sampai waktu ke-n

Gambar (6). Skema implisit

Berikut ini adalah bentuk diskrit dari skema implisit,

niKtxK ,

t

TT

t

txT ni

ni

1),(

2

11

111

2

2 2),(

x

TTT

x

txT ni

ni

ni

(Triatmodjo, 2002:207 & 216)

Dalam menyelesaikan persamaan diferensial parsial dengan menggunakan

metode beda-hingga perlu adanya syarat awal dan syarat batas.

2.4 Diferensiasi Numerik

Diferensiasi numerik digunakan untuk memperkirakan bentuk diferensial

kontinu menjadi bentuk diskrit. Diferensial numerik banyak digunakan untuk

31

menyeleseaikan persamaan diferensial. Bentuk tersebut dapat diturunkan

berdasarkan deret taylor.

2.4.1 Deret Taylor

Teorema:

Andaikan f sebuah fungsi yang memiliki turunan dari

semua tingkatan dalam suatu selang (a

r, a + r), syarat yang

perlu dan cukup deret Taylor

xRaxn

afax

afaxafafxf n

nn

!...

!2

'' 2'

(2.4.1.1)

Menggambarkan fungsi f pada selang itu, adalah

0lim xRnn

(2.4.1.2)

Dengan xRn suku sisa dalam rumus taylor, yaitu

11

!1n

n

n axn

cfxR (2.4.1.3)

Dengan c adalah suatu bilangan dalam selang (a r, a + r).

(Purcell, 1999:57)

Bukti:

Di dalam selang (a

r, a + r), fungsi f memenuhi hipotesis

sebagai berikut:

xRxPf nnx

(2.4.1.4)

Dengan xPn adalah polinom Taylor berderajat n dari f dan

xRn adalah suku sisanya, yang diberikan sebagai berikut oleh:

32

1

1

!1n

n

n axn

cfxR (2.4.1.5)

Dengan tiap-tiap c di antara x dan a

Sekarang xPn adalah jumlah n buah suku pertama dari

deret Taylor dari f pada a . Jadi, bila dibuktikan bahwa

xPnnlim ada dan sama dengan f(x) jika dan hanya jika

0lim xRnn

, teorema tersebut akan terbukti.

Dari persamaan (2.4.1.4)

xRxfxP nn

(2.4.1.6)

Jika 0lim xRnn

, maka menurut persamaan (2.4.1.6)

xRxfxP nn

nn

limlim

0xf

xf

Dari hipotesis bahwa xfxPnnlim , akan membuktikan

bahwa 0lim xRnn

Dari persamaan (2.4.1.4), xPxfxR nn

Maka,

xPxfxR nn

nn

limlim

xfxf

0

Jadi, teorema tersebut terbukti (Leithold,1991:98)

33

2.5 Syarat Awal dan Syarat Batas

Dalam menyelesaikan persamaan diferensial parsial dengan menggunakan

metode beda-hingga perlu adanya syarat awal dan syarat batas.

Suatu penyeleseian khusus dapat diperoleh dengan memasukkan nilai

tertentu pada tiap parameter dalam penyeleseian umum. Dalam hal tertentu, kita

memerlukan persyaratan tambahan.

Dua tipe dari persamaan diferensial parsial tergantung pada kondisi

tambahan, jika kondisi tambahan ditentukan pada nilai yang sama dari variabel

bebas dan penyeleseiannya adalah batas awal. Pada lokasi awal persamaan

diferensial tersebut adalah persamaan diferensial parsial dengan syarat awal.

Syarat awal adalah perpindahan, kecepatan, dan percepatan yang bernilai nol. Jika

kondisi nilai dari variabel bebas (titik ujung atau batas dari domain). Persamaan

diferensial tersebut adalah persamaan diferensial parsial dengan syarat batas.

Syarat batas adalah batasan atau penyangga fisis yang harus ada sehingga suatu

struktur atau benda dapat berdiri sendiri di dalam ruangan.

Jenis-jenis syarat batas:

Diketahui persamaan differensial orde dua f(x, y, y , y ) = 0

1) Syarat batas bertipe Dirichlet, yaitu masalah nilai batas dengan syarat

batas f(a) = A, f(b) = B, syarat batas ini kita jumpai pada masalah

perpindahan (besaran-besaran yang tidak diketahui).

2) Syarat batas bertipe Newmann, yaitu nilai batas dengan syarat batas f (a) =

A, f (b) = B, syarat batas yang terakhir ini seringkali dapat dihubungkan

dengan gaya-gaya umum (generalized force) (Dessai, 1996:53 ).

34

2.6 Matriks

2.6.1 Pengertian

Matriks adalah suatu jajaran bilangan (yang biasanya disebut unsur

atau elemen) yang disusun dalam bentuk baris dan lajur hingga berbentuk

persegi panjang (Anton, 1987:22-23).

Syarat suatu matriks adalah sebagai berikut:

1. Berbentuk persegi panjang dan ditempatkan dalam kurung biasa

atau kurung siku

2. Unsur-unsur yang terdiri atas bilangan-bilangan

3. Mempunyai baris dan lajur kolom

Ukuran matriks dijelaskan dengan menyatakan banyaknya baris

dan banyaknya kolom yang terdapat dalam matriks tersebut

Contoh: matriks berorde 3 x 2

43

52

61

Sebuah matriks dengan n baris dan n kolom (jumlah baris dan

kolomnya sama) dinamakan matriks persegi orde n.

Contoh: matriks orde 3 x 3

887

654

321

35

2.6.2 Operasi Matriks

1. Penjumlahan Matriks

Misalkan A = ija dan B = ijb adalah dua matriks dengan

ukuran yang sama. Jumlah dari A dan B, ditulis A + B, adalah

matriks yang diperoleh dengan menjumlahkan elemen-elemen

yang bersesuaian dari A dan B. Dalam hal ini dapat ditulis sebagai

berikut:

A + B =

mnmnmmmm

nn

nn

bababa

bababa

bababa

...

............

...

...

2211

2221212121

1112121111

Hasil kali dari matriks A dengan skalar k, ditulis k. A atau

kA, adalah matriks yang diperoleh dengan mengalikan tiap elemen

dari A dengan k, dalam hal ini.

kA =

mnmm

n

n

kakaka

kakaka

kakaka

...

............

...

...

21

22121

11211

(Lipschutz dan Lipson, 2004:9)

2. Perkalian Matriks

Perkalian matriks A dengan skalar g diperoleh dengan

mengalikan semua elemen dari A dengan skalar g.

Jika g. A = C, maka ijij agc

36

Operasi perkalian adalah baris dengan kolom, tiap elemen

dari baris dikalikan dengan elemen dari kolom dan kemudian

dijumlahkan. Seperti ontoh di bawah ini.

1112121111

1

21

11

11211 ...

.

... mm

m

m bababa

b

b

b

aaa

2.6.3 Macam-macam Matriks

Matriks bujur sangkar banyak digunakan di dalam penyelesaian

sistem persamaan linier. Di dalam sistem tersebut, jumlah persamaan (baris)

dan jumlah bilangan tak diketahui (kolom) harus sama untuk mendapatkan

penyelesaian tunggal.

Ada beberapa bentuk matriks bujur sangkar, sebagai berikut:

1. Matriks simetri, apabila jiij aa , misalnya matriks simetri 33

872

731

215

A

2. Matriks diagonal, adalah matriks bujur sangkar di mana semua elemen,

kecuali diagonal utama adalah nol, seperti bentuk sebagai berikut:

44

33

22

11

000

000

000

000

a

a

a

a

A

3. Matriks Identitas, adalah matriks diagonal di mana semua elemen pada

diagonal utama adalah 1, seperti bentuk sebagai berikut:

37

1000

0100

0010

0001

A

4. Matriks segitiga atas, adalah matriks di mana semua elemen di bawah

diagonal utama adalah nol, seperti bentuk sebagai berikut:

44

3433

242322

14131211

000

00

0

a

aa

aaa

aaaa

A

5. Matriks segitiga bawah, adalah matriks di mana semua elemen di atas

diagonal utama adalah nol, seperti bentuk sebagai berikut:

44434241

333231

2221

11

0

00

000

aaaa

aaa

aa

a

A

6. Matriks pita, adalah matriks yang mempunyai elemen sama dengan nol,

kecuali pada satu jalur yang berpusat pada diagonal utama, seperti

bentuk sebagai berikut:

4443

343332

132221

1211

00

0

0

00

aa

aaa

aaa

aa

A

Matriks di atas mempunyai tiga jalur, yang biasa disebut dengan

matriks tridiagonal (Triatmodjo, 2002:45-46).

38

2.7 Metode Thomas

Dalam kasus yang khusus, suatu iterasi numerik dihadapkan pada kenyataan

bahwa penyelesaian suatu masalah yang berhubungan dengan beberapa

persamaan yang harus diselesaikan dengan suatu matriks. Metode yang

didasarkan pada persamaan diferensial parsial pada getaran kabel yang tersusun

dalam suatu matriks diatur sedemikian hingga sehingga terbentuk unsur matriks

tridiagonal dalam penyelesaian metode Thomas.

Salah satu algoritma yang digunakan dalam penyelesaian metode Thomas

adalah membentuk matriks Tridiagonal.

2.7.1 Matriks Tridiagonal

Untuk membentuk matriks Tridiagonal digunakan prosedur eliminasi

Gauss, yaitu:

bTx (2.6.1.1)

Dimana T adalah Matriks Tridiagonal. Dengan augmented matriks T

dan b, maka persamaan bTx dapat ditulis sebagai berikut:

n

n

nnnn

nnnnnn

b

b

b

b

b

b

aa

aaa

aaa

aaa

aaa

aa

1

4

3

2

1

,1,

,11,12,1

454443

343332

232221

1211

.

.

.

000000000

00000000

...........

...........

...........

000...00

000...00

000...00

000...000

(2.6.1.2)

39

Pada kolom ke-satu baris kedua, dilakukan eliminasi bagi 21a

sehingga mengubah semua nilai dari baris kedua dengan 111

212 R

a

aR ,

sehingga baris kedua menjadi:

111

2122312

11

2122 000...000 b

a

abaa

a

aa

(2.6.1.3)

Dengan cara yang sama 32a pada kolom ke dua dieliminasi dari

baris ketiga, dan 43a dieliminasi dari kolom ke-tiga, dan seterusnya.

Proses eliminasi elemen-elemen tersebut tidak membutuhkan perhitungan.

Penyimpanan penggali eliminasi tersebut menggunakan metode

Dekomposisi LU, sehingga terbentuk matriks T (Tridiagonal) yang

dinyatakan dalam matriks segitiga atas.

Apabila matriks T disimpan dalam bentuk elemen-elemen l, d dan

u dimana nddd ,...,, 21 berkorespondensi dengan iia dari matriks penuh T,

dan 121 ,...,, nuuu berkorespondensi dengan elemen-elemen di atas elemen-

elemen diagonal utama, maka persamaan (2.6.1.1) dapat ditulis sebagai

bentuk berikut:

40

ii

nn

bx

dl

udl

udl

udl

ud

000000000

...........

...........

...........

000...00

000...00

000...00

000....000

444

333

222

11

(2.6.1.4)

Dengan proses augmented matriks, maka bentuk persamaan

(2.6.1.4) dapat ditulis sebagai berikut:

11

22

1

4

3

2

1

111

444

333

222

11

.

.

.

000000000

00000000

...........

...........

...........

000...00

000...00

000...00

000...000

Rd

lR

b

b

b

b

b

b

dl

udl

udl

udl

udl

ud

n

n

nn

nnn

(2.6.1.5)

2'2

33

1

4

3

'2

1

111

444

333

2'2

1

2

11

.

.

.

000000000

00000000

...........

...........

...........

000...00

000...00

000...00

000...000

Rd

lR

b

b

b

b

b

b

dl

udl

udl

udl

uddl

ud

n

n

nn

nnn

(2.6.1.6)

41

4'3

43

1

4

'3

'2

1

111

444

3'3'

2

3

2'2

1

2

11

.

.

.

000000000

00000000

...........

...........

...........

000...00

000...00

000...00

000...000

Rd

lR

b

b

b

b

b

b

dl

udl

udl

udd

l

uddl

ud

n

n

nn

nnn

(2.6.1.7)

Proses berulang samapai nl dieliminasi dari baris ke-n, dimana

baris ke-satu tetat (tidak berubah), semua elemen-elemen l direduksi

menjadi nol secara otomatis, sehingga berbentuk matriks sebagai berikut:

nnn

n

nnnn

n

bdd

l

budd

l

budd

l

budd

l

buddl

bud

''

1

'11

'1'

2

1

'444'

3

4

'33

'3'

2

3

'22

'2

1

2

111

0...00000

...00000

............

............

............

000...00

000...00

000...00

000...000

(2.6.1.8)

Dari persamaan (2.6.1.4) dapat dituliskan ke dalam bentuk umum reduksi

baris yaitu:

42

1

1i

i

iii d

d

ldd (i = 2, 3, ..., n) (2.6.1.9)

Elemen-elemen dari vektor b dapat ditulis sebagai berikut:

1'1 bb (2.6.1.10)

'1'

1

'i

i

iii b

d

lbb (i = 2, 3,...,n) (2.6.1.11)

Sehingga vektor x dapat dihitung dengan subtitusi mundur,

sehingga persamaan (2.6.1.8) menjadi:

n

nn d

bx

'

(2.6.1.12)

'1

'

i

iiii d

xdbx (i = n 1, n 2, ...,1) (2.6.1.13)

Dengan menggunakan persamaan (2.6.1.9), (2.6.1.11), (2.6.1.13)

pada persamaan (2.6.1.3), maka dapat ditulis sebagai berikut:

3,1'2,1

1,2,

'2, i

i

iii a

a

aaa (i = 2, 3,...,n) (2.6.1.14)

1'1 bb (2.6.1.15)

'1'

2,1

1,'i

i

iii b

a

abb (i = 2, 3,...,n) (2.6.1.16)

'2,

'

n

nn

a

bx (2.6.1.17)

1'2,

'3,'

i

i

iii x

a

abx (i = n

1, n

2, ...,1)

(2.6.1.18)

(Kreyszig, 1988)

43

2.7.2 Algoritma Thomas

Metode Thomas dapat menyelesaikan persamaan linier simultan

yang dapat dibentuk menjadi matriks tridiagonal. Persamaan semacam ini

banyak dijumpai dalam perhitungan numerik pada persamaan diferensial

parsial dengan metode beda-hingga, diantaranya dengan menentukan

fungsi f(x) dan menghitung f (x) dan f (x). Kemudian diselesaikan

dengan cara sebagai berikut:

Algoritma Thomas yaitu:

a) Mendapatkan matriks segitiga bawah [L] dan segitiga atas [U]

b) Menyelesaikan [L]{Y} = {b}

c) Menyelesaikan [U]{X} = {z}

Misalkan persamaan matriks sebagai berikut:

[A] .{X} = {B}

Matriks yang paling kiri hanya mempunyai harga tiga diagonal,

sedangkan elemen-elemen di luar itu bernilai nol. Matriks kolom X(X1, X2,

X3, X4) diketahui. Penyeleseian pesamaan linier simultan dapat dilakukan

dengan mendekomposisi matriks tridiagonal A menjadi:

A = LU

Apabila kedua matriks di ruas kanan dikalikan, akan didapat:

1000

100

010

001

00

00

00

000

00

0

0

00

34

23

12

4443

3332

2221

11

4443

343332

232221

1211

U

U

U

x

LL

LL

LL

L

aa

aaa

aaa

aa

44

44344343

343333233232

232222122121

121111

4443

343332

232221

1211

.00

..0

0..

00.

00

0

0

00

LULL

ULLULL

ULLULL

ULL

aa

aaa

aaa

aa

a11 = L11 a21 = L21 a32 = L32 a43 = L43

a12 = L11.U12 a22 = L21.U12+L22 a33 = L32.U23+L33 a44 = L44.U34+L44

a23 = L22.L23 a34 = L33.L34

Dalam bentuk umum:

Lij = A11

Lij = Aji, untuk i = 2,n ; j = 1,n-i

Lii = Aii-Lij x Uji, untuk i = 2,n ; j = i-1,n-1

Uij = Aij / L11, untuk i = 1,n ; j = i+1,n

Jadi elemen-elemen dari matriks L dan U dapat dihitung dari

persamaan dengan cara rekursi. Untuk menyeleseikan persamaan terlebih

dahulu didefinisikan matriks kolom.

nY

Y

Y

Y:2

1

Yang memenuhi persyaratan L .Y = B

4

3

2

1

4

3

2

1

4443

3332

2321

11

00

00

00

000

b

b

b

b

Y

Y

Y

Y

LL

LL

LL

L

Karena B = L.Y

45

A.X = B = L.Y

L.U.X = L.Y

U.X = Y

Artinya bilangan yang dicari X(X1, X2, X3, X4) dalam persamaan

matrik tridiagonal dapat diselesaikan secara bertahap

4

3

2

1

4

3

2

1

34

23

12

1000

100

010

001

Y

Y

Y

Y

X

X

X

X

U

U

U

4

3

2

1

4

3443

2332

1221

000

0.00

00.0

000.

Y

Y

Y

Y

X

UXX

UXX

UXX

Dari matriks di atas maka diperoleh:

11221 . YUXX

22332 . YUXX

33443 . YUXX

44 YX

2.8 Kajian Keagamaan

Pada fenomena dunia saat ini, banyak dipengaruhi oleh kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi dengan segala dampaknya, baik yang bernilai positif

maupun yang bernilai negatif. Maka peranan agama sebagai pengendali sikap dan

perilaku kehidupan manusia, maupun sebagai landasan moral, etika dan spiritual

46

masyarakat dalam melaksanakan pembangunan nasional, menjadi semakin

penting dan menentukan.

Dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti ilmu

pengetahuan alam, ilmu hitung, dan ilmu sosial harus dilandasi oleh Al-Qur an

dan Hadist, karena keduanya merupakan sumber agama Islam yang telah

memberikan kepada kita tentang fakta-fakta ilmiah yang kelak ditemukan dan

dibuktikan oleh eksperimen Sains umat Islam. Di dalam Al-Qur an terdapat

perintah-perintah yang menyeru kepada manusia untuk menyakinkan eksistensi

Tuhan melalui ciptaan-Nya, memperhatikan kekuasaan-Nya melalui akan realitas

yang terhampar luas di langit dan di bumi. Maka kita sebagai makhluk Allah SWT

harus bisa menggunakan apa yang ada di langit dan di bumi dengan sebaik-

baiknya dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang dijelaskan pada QS. Al-

A laa:2-3, yang berbunyi sebagai berikut:

Artinya: Yang Menciptakan, dan menyempurnakan (penciptaan-Nya), Dan yang

menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk .

Dalam QS. Al-Luqman:20 terdapat kata yang berbunyi Sakhira yang

berarti menundukkan atau menjadikan. Kata itu juga memiliki arti yang lain, yaitu

pertama, segala sesuatu yang terdapat di bumi sepenuhnya dibawah kendali

manusia dan ia dapat menggunakan sebagaimana kebutuhannya. Seperti, tumbuh-

tumbuhan, bumi, dan kekayaan mineral. Kedua, ada sistem hukum yang reguler

dan tetap yang mengatur jalannya segala sesuatu dan dapat diambil manfaatnnya

47

oleh manusia. Seperti, matahari, bulan, bintang galaksi dan sebagainya, yang

dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari (Rahman, 2007:39).

Alam semesta serta segala isinya diciptakan Allah dengan ukuran-ukuran

yang cermat dan teliti, dengan perhitungan-perhitungan yang mapan, dan dengan

rumus-rumus serta persamaan yang seimbang dan rapi. Seperti dalam QS Al-

Furqan:2 sebagai berikut:

Artinya: ...Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.

Semua yang ada di alam ini ada ukurannya, ada hitungan-hitungannya, ada

rumusnya atau ada persamaannya. Seorang ahli matematika atau fisika tidak

membuat rumus, tetapi menemukan dan menyimbolkan karena Allah telah

menyediakan. Persamaan diferensial dalam perkembangan ilmu dan teknologi

sekarang dapat dijadikan dalam pemodelan-pemodelan matematika yang

dilakukan manusia sebenarnya bukan membuat sesuatu yang baru. Pada

hakikatnya mereka hanya mencari pesamaan-persamaan atau rumus-rumus yang

berlaku pada suatu fenomena. Seperti demam berdarah, tuberkolosis, bahkan flu

burung ternyata mempunyai aturan-aturan yang matematis. Segala sesuatu telah

diciptakan dengan ukuran, perhitungan, rumus atau persamaan tertentu yang rapi

dan teliti (Abdusysyakir, 2007:79-81).

Matematika pada dasarnya berkaitan dengan ilmu hitung, atau ilmu al-

hisab. Dalam hal hitung-menghitung, Allah adalah rajanya. Allah sangat cepat

dalam menghitung dan sangat teliti. Karena ilmu hitung dalam kehidupan sangat

48

dibutuhkan. Seperti dalam perhitungan perdagangan, ilmu waris dan sebagainya.

Karena dalam bidang matematika juga sangat dibutuhkan dalam menyelesaiakan

suatu permasalahan yang berkaitan dengan ilmu hitung dalam kehidupan sehari-

hari.

Berdasarkan QS Al-Furqan:2 di atas. Bahwasannya persamaan diferensial

bukan dari buatan manusia, tetapi Allahlah yang telah menentukannya. Persamaan

diferensial dibagi menjadi dua, yaitu persamaan diferensial biasa dan persamaan

diferensial parsial. Dalam penulisan ini persamaan diferensial parsial dapat

diselesaikan dengan menggunakan metode Thomas. Jadi, segala sesuatu yang ada

di bumi manusia dapat menemukan dari hasil yang telah diteliti dan semua itu

Allah yang telah menetapkan.

Al-Qur an merupakan salah satu keindahan mukjizat dan bukti bahwa ia

benar-benar berasal dari Sang Pencipta manusia dan Sang Pencipta alam raya.

Manusia diharapkan dapat bekerja sebagai khalifah-Nya di atas bumi, menjadi

cerminan citra Allah Sang Pencipta dan mengatasi segala kelemahannya, sehingga

ia dapat lebih dekat kepada kesempurnaan Tuhan. Salah satu cara yang digunakan

sebagai seorang khalifah dalam mengatur apa yang ada di bumi, yaitu dengan

menggunakan ilmu hitung yang disebut juga dengan ilmu matematika. Karena

penciptaan manusia bertujuan untuk mencapai kesempurnaan tertinggi tergantung

pada kerja keras dan usaha yang terus-menerus.

Kalkulus merupakan permulaan dari ilmu Matematika yang disebut

analitik. Persamaan diferensial, deret tak terhingga, fungsi, variabel kompleks dan

analisa dari berbagai obyek. Ruang lingkup aljabar juga diperluas dengan berbagai

49

abstraksi, seperti bilangan kompleks, vektor, matriks dan teori tentang struktur

aljabar yang yang sering disebut sebagai aljabar abstrak, geometri dan topologi.

Ayat dibawah ini menjelaskan tentang konsep matematika dalam QS. Al-A raaf

85 adalah sebagai berikut:

Artinya: Dan (Kami Telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan[552] saudara

mereka, Syu'aib. ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya Telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya.... ". (QS. Al-A raf:85)

[552] Mad-yan adalah nama putera nabi Ibrahim a.s. Kemudian menjadi nama kabilah yang terdiri dari anak cucu Mad-yan itu. Kbilah Ini diam di suatu tempat yang juga dinamai Mad-yan yang terletak di pantai laut merah di tenggara gunung Sinai.

Ayat di atas menjelaskan tentang keadilan bagi para ahli matematika.

Mereka harus bekerja keras menghitung bilangan-bilangan secara tepat, sehingga

semua pihak yang berkepentingan bisa merasakan keadilan. Tidak boleh ada

selisih dalam perhitungan. Semua harus dilakukan secara seksama dan akurat

sehingga menghasilkan kebenaran yang sahih. Semangat inilah yang sangat

ditekankan oleh Al-Qur an. Ketepatan dalam perhitungan yang dilakukan oleh

ahli matematika bukan saja dilakukan demi menjamin keadilan kepada siapa saja

yang berkepentingan, melainkan juga demi memperoleh informasi yang benar-

50

benar berdasarkan perhitungan dan demi menjaga keadilan terhadap semua pihak

dalam segala keadaan.

Berdasarkan ayat di atas dalam ilmu matematika, apabila suatu persamaan

sulit diselesaikan secara analitis, maka penyelesaian dapat dilakukan dengan cara

lain, yaitu secara numerik. Karena penyelesaian secara numerik dapat

memberikan hasil perhitungan yang mendekati dengan nilai perkiraan atau

pendekatan dari hasil persamaan tersebut. Hasil tersebut dalam ilmu matematika

digunakan sebagai analisa hasil perhitungan yang diinginkan. Sehingga

penyelesaian secara numerik ini, lebih tepat digunakan dalam penyelesaian

persamaan, diantaranya persamaan diferensial parsial dan persamaan diferensial

biasa. Apabila keinginannya dalam menyelesaikan persamaan belum tercapai,

maka dalam perhitungan secara numerik bisa dilakukan dengan menggunakan

metode numerik lain yang lebih mudah dalam menyelesaikan persmaan tersebut.

Tetapi dalam al-Qur an surat QS. Al-A raf: 85 di atas, menjelaskan bahwa dalam

perhitungan harus mempunyai nilai yang pasti untuk menjaga keadilan.

Allah memerintahkan agar kesempurnaan dipelihara sebaik-baiknya dalam

setiap aspek kehidupan manusia, terlebih lagi dalam hal ketetapan dan keakuratan

penentuan angka dan bilangan yang menjadi dasar bagi beroperasinya bidang

industri dan sains. Sebagai seorang ahli matematika harus bekerja keras membuat

perhitungan dengan akurasi yang tinggi, ada Allah Yang Maha Menghitung (Al-

Hasib) (Rahman, 2007:130).

Beberapa sifat matematika memegang peranan penting dalam kegiatan

keilmuan, diantaranya sebagai berikut:

51

1. Matematika berhubungan dengan pernyataan yang berupa dalil dan

konsekuensi dimana pengujian kebenaran secara matematis akan dapat

diterima oleh setiap orang secara rasional.

2. Matematika tidak tergantung pada perubahan ruang dan waktu matematika

bersifat eksak dalam semua yang dikerjakan meskipun mempergunakan

data yang tidak eksak (merupakan perkiraan).

3. Matematika adalah logika deduktif. Deduksi berarti membangun sistem

matematika. (Abdusysyakir dan Azis, 2006:148-149)

Matematika dapat diselesaikan dengan cara pembuktian, bidang yang

ditelaahnya dan bahasa yang digunakan. Ilmu matematika dapat digunakan

sebagai ketentuan untuk menghitung berbagai kecepatan, gaya, tekanan dan

berbagai sifat lainnya yang berhubungan dengan ilmu hitung. Ilmu hitung dapat

dilakukan dengan ditemukan konsep baru tentang limit dan suatu cara baru yang

disebut diferesial. Untuk memperoleh suatu jumlah dan serangkaian obyek yang

jumlahnya tak terbatas.

52

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Penyelesaian Persamaan Getaran dengan Algoritma Thomas

Persamaan getaran kabel merupakan salah satu bentuk dari persamaan

diferensial parsial orde dua. Untuk menyelesaikan persamaan getaran kabel

terlebih dahulu menggunakan metode Beda Hingga, sebelum membentuk matriks

Tridiagonal dalam penyelesaian algoritma Thomas. Untuk menghitung kecepatan

getaran pada kabel dipengaruhi oleh waktu (t) dan jarak (x). Bentuk umum

persamaan getaran kabel adalah sebagai berikut:

2

22

2

2

x

ua

t

u 0,0 tLx (3.1)

Dengan 00,,0 ttLutu

Lxxfxu 00,

Dimana a adalah konstanta.

Dapat berubah menjadi bentuk sebagai berikut:

01

2

2

22

2

t

u

ax

u. (3.2)

Penyelesaian masalah di atas menggunakan proses iterasi dari persamaan

getaran pada kabel untuk memperoleh kecepatan sepanjang sumbu x. Untuk dapat

menyelesaikan secara numerik dengan lebih mudah, terutama apabila masalah

yang dimaksud melibatkan diskritisasi bagi sistem, maka turunan parsial dari

suatu persamaan harus diubah bentuknya ke dalam persamaan beda hingga.

53

Adapun langkah-langkah dalam menyelesaikan adalah sebagai berikut:

3.1.1 Menentukan Rumus Fungsi f(x) dan f (x),f (x)

Deret Taylor fungsi u(x, t) diekspansi pada t dan x dinyatakan

sebagai berikut:

nitxtx uuuni ,,,

Untuk dapat menentukan f (x) dan f (x) terhadap x dan t, maka dapat

menggunakan metode beda hingga dengan skema implisit yang terdapat

pada bab 2 subbab 2.3.2, yang berbentuk sebagai berikut:

- Turunan pertama terhadap t dan x

t

uu

t

u ni

ni

1

(3.3)

x

uu

x

u ni

ni

111 (3.4)

- Turunan kedua terhadap t

t

u

tt

u2

2

(3.5)

=t

uu

t

ni

ni

1

(3.6)

Misal: pt

uu ni

ni

1

(3.7)

t

pp

t

p ni

ni

1

(3.8)

Maka,

54

t

t

uu

t

uu

t

u

ni

ni

ni

ni

11

2

2

(3.9)

tt

uuu ni

ni

ni

11 2

(3.10)

2

11

2

2 2

t

uuu

t

u ni

ni

ni (3.11)

- Turunan kedua terhadap x

x

u

xx

u2

2

(3.12)

x

uu

x

ni

ni

111 (3.13)

Misal: qx

uu ni

ni

111 (3.14)

x

qq

x

q ni

ni

11

1

(3.15)

Maka,

x

x

uu

x

uu

x

u

ni

ni

ni

ni

11

1111

2

2

(3.16)

xx

uuu ni

ni

ni

11

111 2

(3.17)

2

11

111

2

2 2

x

uuu

x

u ni

ni

ni (3.18)

55

(3.24)

3.1.2 Menentukan Matriks Tridiagonal

Persamaan (3.11) dan (3.18) dimasukkan ke persamaan (3.1)

dinyatakan sebagai berikut:

2

11 2

t

UUU ni

ni

ni = 2a

2

11

111 2

x

UUU ni

ni

ni

(3.19)

112

12

21

12

21

221

2

12121 ni

ni

ni

ni

ni

ni U

xU

x

aU

x

aU

tU

tU

t (3.20)

122

112

112

21

2

21

2

12121 ni

ni

ni

ni

ni

ni U

tU

tU

xU

x

aU

x

aU

t (3.21)

122

112

112

21

2

2

2

12121 ni

ni

ni

ni

ni U

tU

tU

xU

x

aU

x

a

t (3.22)

Dari persamaan (3.22) maka dapat disederhanakan dalam bentuk

sebagai berikut:

DBUAUCU ni

ni

ni

11

111 (3.23)

Dari persamaan (3.23), maka diperoleh pola matriksnya adalah

sebagai berikut:

22

21

x

a

tA

2

2

x

aB

2x

aC

122

12 ni

ni U

tU

tD

Dari pola di atas, dapat menentukan nilai-nilai pola tersebut.

Sehingga dapat membentuk sebuah matriks Tridiagonal. Penyelesaian

56

tersebut dapat dilakukan dengan memberikan input nilai-nilai awal.

Diataranya yaitu, dua kecepatan awal niU dan 1n

iU , serta x dan t .

Dimana, niU = 0,5 dan 1n

iU = 0, 25

5,0tx

a adalah kostanta, maka ditentukan a = 1

Berdasarkan nilai di atas, maka persamaan (3.24) dapat dihitung sebagai

berikut:

22

21

x

a

tA

1225,0

3

)5,0(

1.2

)5,0(

122

A

Jadi, nilai A = 12

2

2

x

aB

425,0

1

)5,0(

12

B

Jadi, nilai B = -4

2x

aC

425,0

1

)5,0(

12

C

Jadi, nilai C = -4

122

12 ni

ni U

tU

tD

57

B C A

i+1 i i-1

(3.25)

)25,0(5,0

1)5,0(

5,0

222

D

325,0

75,0

25,0

25,01D

Jadi, nilai D = 3

Persamaan (3.23) dapat ditulis pada setiap titik hitungan dari i = 1 sampai

n, maka akan terbentuk suatu sistem persamaan sebagai berikut:

0211 CUBUAUi D1

1322 CUBUAUi D2

2433 CUBUAUi D3

nnnn DCUBUAUni

DCUBUAUi

11

4354

..

..

..

4

Dari iterasi di atas dapat ditulis kedalam bentuk matriks tridiagonal.

Dengan menggunakan pola iterasi sebagai berikut

Gambar 1. pola iterasi

Asumsi yang digunakan pada dalam masalah getaran kabel pada pola

iterasi (gambar. 1) adalah sebagai berikut:

1. Kecepatan yang dikenakan pada dinding sebagai syarat batas adalah

nol. (artinya pada saat mengenai dinding keceapatan cenderung diam).

58

0 0.5 1

(3.28)

(3.27)

2. Input berupa kecepatan diberikan pada semua titik.

3. Komponen kecepatan terletak di titik-titik tersebut.

Maka gambaran sistem yang didasarkan pada asumsi di atas adalah

sebagai berikut dengan interval 0 < a < 1:

Gambar 2. pola iterasi

Dari pola perhitungan tersebut, maka untuk menghitung besarnya

kecepatan sepanjang sumbu x adalah menerapkan pola matriks pada gambar (1),

dengan cara menggeser dari kiri ke kanan sistem tersebut ke dalam bentuk matriks

55 sebagai berikut:

5

4

3

2

1

5

4

3

2

1

0000

000

00

00

00

D

D

D

D

D

U

U

U

U

U

C

AC

BAC

BAC

BAC

Atau dapat dinyatakan sebagai ke dalam bentuk matriks sebagai berikut:

3

3

3

3

3

40000

124000

412400

041240

004124

1

75.0

5.0

25.0

0

U

U

U

U

U

3.1.3 Menentukan Matriks [L] dan [U]

Pada persamaan (3.27) merupakan bentuk matriks yang dapat

disederhanakan ke dalam bentuk matriks segitiga bawah [L] dan matriks

segitiga atas [U] sebagai berikut:

0.25 0.75

59

C

AC

BAC

BAC

AAABAC

C

AC

BAC

BAC

BAC

0000

000

00

00

)()(0

0000

000

00

00

00

=

C

AC

BAC

BAABCBAC

AAABAC

0000

000

00

)()(0

)()(0

=

C

AC

ACBCBAC

BAABCBAC

AAABAC

0000

000

)(0

)()(0

)()(0

=

C

CCBCBAC

ACBCBAC

BAABCBAC

AAABAC

0000

0

)(0

)()(0

)()(0

=

C

CCBCBAC

ACBCBAC

BAABCBAC

BBBC

0000

0

0

)()(0

)()(00

=

C

CCBCBAC

ACBCBAC

BACBC

BBBC

0000

0

0

)(00)2(

)()(00

60

=

C

CCBCBAC

BACACBC

BACBC

BBBC

0000

0

002

)(00)2(

)()(00

=

C

CCBCBAC

BACACBC

BACBC

C

0000

0

002

)(00)2(

0000

=

C

CCBCBAC

BACACBC

BACC

C

0000

0

002

0002

0000

Pada matriks Tridiagonal di atas dapat direkursi menjadi matriks

[L] yang berbentuk sebagai berikut:

L =

C

CCBCBAC

BACACBC

BACC

C

0000

0

002

0002

0000

(3.29)

Pada matriks Tridiagonal di atas dapat direkursi menjadi matriks

[U] yang berbentuk sebagai berikut:

C

AC

BAC

BACC

B

C

A

C

AC

BAC

BAC

BAC

0000

000

00

00

001

0000

000

00

00

00

61

=

C

AC

BACC

BC

B

C

A

0000

000

00

0010

001

=

C

AC

C

BC

B

C

A

0000

000

00100

0010

001

=

CC

A

C

BC

B

C

A

0000

1000

00100

0010

001

=

10000

1000

00100

0010

001

C

A

C

BC

B

C

A

Jadi, matriks U =

10000

1000

00100

0010

001

C

A

C

BC

B

C

A

(3.30)

62

Persamaan di atas dapat dilakukan dengan mendekomposisi matriks

Tridiagonal A menjadi:

A = LU

5554

454443

343332

232221

1211

000

00

00

00

000

aa

aaa

aaa

aaa

aa

=

C

CCBCBAC

BACACBC

BACC

C

0000

0

002

0002

0000

10000

1000

00100

0010

001

C

A

C

BC

B

C

A

(3.31)

5554

454443

343332

232221

1211

000

00

00

00

000

aa

aaa

aaa

aaa

aa

CC

ACCC

C

BBC

C

BBACBC

C

ABACBAC

BACC

BAC

C

BBCAC

C

ABCBC

C

BBAC

C

BCBAC

C

ACC

C

BC

C

ACC

0000

.).().()().(

00)().().2()().2(2

00).(.2)(.22

00..

(3.32)

63

3.1.4 Menentukan [L]{X} = {D}

L =

C

CCBCBAC

BACACBC

BACC

C

0000

0

002

0002

0000

(3.33)

[L]{Y} = {D}

5

4

3

2

1

5

4

3

2

1

0000

0

002

0002

0000

D

D

D

D

D

U

U

U

U

U

C

CCBCBAC

BACACBC

BACC

C

(3.34)

5

4

3

2

1

5

4321

321

21

1

.

....

...2

..2

.

D

D

D

D

D

UC

UCUCUBCUBAC

UBACUACUBC

UBACUC

UC

(3.35)

Dari matriks di atas maka diperoleh nilai sebagai berikut:

C. U1 = D1

2C.U1 + (C + A + B).U2 = D2

(2C-B).U1 + (C + A). U2 + (C + A + B).U3 = D3 (3.36)

(C-A-B).U1 + (C-B).U2 + C.U3 + C.U4 = D4

C.U5 = D5

Dari persamaan (3.36), maka nilai U1, U2, U3, U4 dan U5 dapat

diketahui dari matriks segitiga bawah, adalah sebagai berikut:

Dengan memasukkan nilai A = 12, B = -4, C = -4 dan D = 3

- C. U1 = D1

64

(-4). U1 = 3

4

31U

- 2C.U1 + (C + A + B).U2 = D2

2(-4)(4

3) + (-4 + 12 + (-4)). U2 = 3

4

32U

- (2C-B).U1 + (C + A). U2 + (C + A + B).U3 = D3

2(-4)( 4

3) + (-4+12)(

10

3) + (-4 + 12 + (-4)) U3 = 3

2

33U

- (C-A-B).U1 + (C-B).U2 + C.U3 + C.U4 = D4

(-4 12 (-4))( 4

3) + (-4 (-4))(

10

3) + (-4)(

4

5) + (-4) U4 = 3

2

34U

- C.U5 = D5

(-4) U5 = 3 4

35U

3.1.5 Menentukan [U]{X} = {D}

U =

10000

1000

00100

0010

001

C

A

C

BC

B

C

A

(3.37)

65

[U]{X} = {D}

10000

1000

00100

0010

001

C

A

C

BC

B

C

A

5

4

3

2

1

5

4

3

2

1

D

D

D

D

D

U

U

U

U

U

(3.38)

5

4

3

2

1

5

54

3

32

321

.

.

..

D

D

D

D

D

U

UC

AU

U

UC

BU

UC

BU

C

BU

(3.39)

Dari matriks di atas, maka diperoleh nilai sebagai berikut:

1321 .. DUC

BU

C

AU

232 . DUC

BU

(3.40)

33 DU

434 . DUC

AU

55 DU

Dari persamaan (3.40), maka nilai U1, U2, U3, U4 dan U5 dapat

diketahui dari matriks segitiga atas, adalah sebagai berikut:

- 1321 .. DUC

BU

C

AU

66

33.

4

46.

4

121U 181U

- 232 . DUC

BU

33.4

42U 02U

- 33 DU 33U

- 434 . DUC

AU

33.412

4U 4U 12

- 55 DU

35U

3.2 Analisis Pembahasan

Hasil penyelesaian di atas bahwa kecepatan U1, U2, dan U5 mempunyai nilai

yang sama, yaitu 4

3satuan pada perhitungan segitiga bawah. Sedangkan dari

hasil perhitungan pada segitiga atas mempunyai nilai yang sama pada kecepatan

U3, dan U5, yaitu 3 satuan. Ketika pada saat 5.0tx dengan dua tebakan

awal niU = 0,5 dan 1n

iU = 0,25, serta syarat awal dan syarat batas

0,0 tLx .

Dalam penyelesaian persamaan diferensial parsial orde dua pada getaran

kabel dengan menggunakan metode Thomas mempunyai nilai kesamaan yang

terdapat pada kecepatan U5. Dalam hasil perhitungan dengan segitiga atas [U] dan

segitiga bawah [L], dari keduanya mempunyai nilai yang sama dalam perhitungan

67

tersebut. Sehingga kecepatan pada getaran kabel sepanjang sumbu x dari setiap

titik yang bergantung pada x dan t , maka dengan menggunakan hitungan numerik

akan mempunyai getaran yang stabil dan memberikan hasil yang sama pada [L]

dan [U].

3.3 Tinjauan Agama terhadap Hasil Pembahasan

Berdasarkan hasil pembahasan di atas, bahwa dalam penyelesaian

persamaan diferensial parsial pada getaran kabel dapat diselesaikan dengan

menggunakan metode numerik, karena persamaan diferensial parsial pada kebel

lebih mudah dan lebih cepat diselesaikan dengan metode numerik dari pada

dengan menggunakan solusi analitik. Sedangkan di dalam agama, Allah

memberikan kemudahan bagi umatnya untuk menyelesaikan segala masalah.

Dalam hal ini kemudahan sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan persamaan,

terutama dalam bidang ilmu matematika. Seperti yang tercantum dalam QS Al-

Baqarah:185 sebagai berikut:

Artinya:

....Bahwasannya Allah menghendaki kemudahan dan tidak menghendaki kesukaran bagimu dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.

Kemudahan dalam ilmu matematika dapat memberikan jalan yang benar

untuk penyelesaian persamaan tersebut. Dalam menyelesaikan langkah-

68

langkahnya harus teliti, untuk memperoleh hasil yang tepat dalam perhitungan

secara matematis. Adapun kemudahan dalam menyelesaian permasalahan itu,

khususnya dalam ilmu matematika perlu adanya penjelasan yang berkaitan dengan

hadits diriwayatkan oleh Bukhari, sebagai berikut:

Dari Anas r.a dari Rosulullah saw bersabda: Hendaklah kamu memudahkan dan jangan mempersulit, hendaklah kamu memberikan kabar gembira dan jangan menyebabkan orang lari. (HR. Bukhari)

Berdasarkan hadist di atas bahwasannya ilmu matematika itu harus

diberikan dengan kesenangan agar dapat diselesaikan dengan mudah. Pada hadits

yang lain riwayat Muslim (3264) dijelaskan juga bahwa disampaikan dengan

bertahap (Fachruddin, 1996 :561).

Dalam ilmu matematika metode numerik banyak digunakan dalam

penyelesaian persamaan diferensial, yaitu diferensial parsial dan diferensial biasa.

Karena metode numerik merupakan salah satu cara yang digunakan dalam

penyelesaian persamaan, apabila persamaan tersebut tidak bisa diselesaikan secara

analitik, adapun dalam pengerjaan langkah demi langkah harus teliti dan cermat.

Dalam Islam sangat menekankan keharusan melakukan penyelidikan yang teliti

dan pengamatan yang benar terhadap fakta-fakta konkret dalam alam semesta

untuk kemudian merenungkan temuannya itu untuk mencapai Kebenaran Hakiki.

Sebagai manusia yang tidak lepas dari kesalahan, maka dalam melakukan

perhitungan harus dengan teliti untuk mendapatakan kebenaran dalam hasil

perhitungannya. Seperti dalam QS Maryam:94 sebagai berikut:

69

Artinya:

Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti.

Ayat di atas dipahami oleh banyak ulama sebagai Dia yang mengetahui

kadar setiap peristiwa dan rinciannya, baik apa yang terjangkau oleh makhluk

maupun yang tidak terjangkau, seperti hembusan nafas, rincian perolehan rezeki

dan kadarnya untuk masa kini dan mendatang. Allahlah yang mengetahui dengan

amat teliti rincian segala sesuati dari segi jumlah dan kadarnya, panjang dan

lebarnya, jauh dan dekatnya, tempat dan waktunya, kadar cahaya dan gelapnya,

sebelum, sedang atau ketika dan saat wujudnya dan lain-lain sebagainya (Shihab,

2002:257).

Al-Qur an mengajak manusia untuk menyelidiki, mengungkap keajaiban,

dan rahasia-Nya, serta memerintahkan manusia untuk memanfaatkan kekayaan

alam yang melimpah untuk kesejahteraan hidupnya. Dengan demikian

bahwasannya al-Qur an mengajak manusia untuk menyaksikan eksistensi Tuhan

melalui ciptaan-Nya, mengungkap rahasia-rahasia akan realitas konkret yang

terdapat di langit dan di bumi untuk dimanfaatkan bagi kesejahteraan hidup

(Rahman, 2007:21). Salah satunya, yaitu dengan mempelajari ilmu matematika.

Dalam ilmu matematika banyak memberikan manfaat bagi manusia dalam

hal ilmu hitung-menghitung dalam kehidupan sehari-hari (misalkan perhitungan

ilmu waris, perdagangan dan sebagainya), dan juga banyak menemukan nikmat

dari Allah yang sebelumnya tidak ia ketahui. Al-Qur an memberikan petunjuk

tentang jalan yang benar menuju ilmu pengetahuan serta mampu mendapatkan

70

kesimpulan yang benar berdasarkan penalaran dan observasi tentang keajaiban

dan rahasia Allah.

Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan, semua nikmat yang

dikaruniakan Allah kepada manusia dapat dengan mudah dirasakan, dibuka

keajaiban dan rahasianya, sehingga akan membawa manusia lebih dekat kepada

Allah melalui hasil-hasil perhitungan yang telah dilakukan dalam menyelesaikan

masalah yang berkaitan dengan ilmu matematika. Karena penciptaan manusia

bertujuan untuk mencapai kesempurnaan tertinggi tergantung pada kerja keras dan

usaha yang terus-menerus. Terutama dalam belajar matematika perlu adanya kerja

keras dan terus-menerus dalam menyelesaikan permasalahan, sampai

mendapatkan hasil yang tepat dan benar. Sebagai seorang ahli matematika,

ketepatan serta akurasi dalam perhtungan yang dilakukan harus mempunyai hasil

yang seksama dan akurat, sehingga menghasilkan kebenaran yang shahih.

Semangat inilah yang ditekankan dalam Al-Qur an. Seperti yang tercantum dalam

Q.S An-Nisa :86 sebagai berikut:

Artinya:

...Sesungguhnya Allah selalu membuat perhitungan atas tiap-tiap sesuatu.

71

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan, bahwa dalam menyelesaikan persamaan

diferensial parsial pada getaran kabel dengan metode Thomas dapat menggunakan

langkah-langkah sebagai berikut:

6. Menentukan rumus fungsi f(x) dan f (x), f (x)

7. Menentukan matriks Tridiagonal

8. Menentukan matriks [L] dan [U]

9. Menentukan [L] [X] = [D]

10. Menentukan [U] [X] = [D]

Dari langkah-langkah di atas dapat membentuk pola dari diskritisasi sistem

persamaan sampai membentuk matriks tridiagonal. Kemudian dapat diselesaikan

dengan menentukan matriks segitiga atas [U] dan segitiga bawah [L] untuk

menghitung kecepatan sepanjang sumbu x. Pada dasarnya persamaan diferensial

pada kabel merupakan salah satu bentuk persamaan diferensial parsial yang dapat

diselesaikan dengan menggunakan metode numerik. Salah satunya yaitu metode

Thomas.

Dalam menyelesaikan persamaan diferensial parsial pada getarann kabel

dengan menggunakan metode Thomas, dapat menghasilkan kecepatan yang sama,

yaitu pada saat U5. ketika pada saat 5.0tx dengan dua tebakan awal niU

= 0,5 dan 1niU = 0, 25, serta menentukan syarat awal dan syarat batas. Hasil

72

tersebut dapat diketahui dengan menggunakan perhitungan pada matriks segitiga

bawah [L] dan segitiga atas [U]. Sehingga kecepatan dalam getaran kabel

sepanjang sumbu X dari setiap titik yang bergantung pada x dan t mempunyai

getaran yang stabil dan memberikan hasil yang sama pada [L] dan [U] yaitu, pada

kecepatan U5 .

4.2 Saran

Untuk menindaklanjuti penelitian ini, diharapkan kepada pembaca untuk

membuat program numerik dengan bantuan komputer serta pola perhitungan

numeriknya dapat menggunakan bentuk silinder atau tabung dengan

menggunakan metode numerik yang dapat menyelesaikan persamaan diferensial

parsial orde dua.

73

DAFTAR PUSTAKA

Abdusysyakir. 2007. Ketika Kyai Mengajar Matematika. Malang: UIN Malang Press.

Abdusysyakir dan Abdul azis. 2006. Analisis Matematika Terhadap Filsafat Al-Qur an. Malang: UIN Malang Press.

Anton, Howard. 1987. Aljabar Linear Elementer. Jakarta: Erlangga

Conte, Samuel. 1993. Dasar-Dasar Analisis Numerik. suatu pendekatan algoritma. terjemahan Mursaid. Jakarta: Erlangga.

Dessai.C, S.1996. Dasar-Dasar Metode Elemen-Hingga. Jakarta: Erlangga.

Djojodiharjo, Harijono. 1983. Metoda Numerik. Jakarta: Erlangga.

Fachruddin dan Irfan Fachruddin. 1996. Pilihan Sabda Rasul (Hadis-hadis Pilhan). Jakarta: Bumi Aksara.

Fuad Pasya, Ahmad. 2004. Dimensi SAINS Al-Qur an. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Kreyszig, Erwin. 1991. Advanced Enginering Mathematics. Singapore: the Permissions Departement.

Leithold, Louis. 1992. Kalkulus Dan Ilmu Ukur Analitik. Jakarta: Erlangga.

Lipson Lars dan Lipschutz Seymour. 2004. Aljabar Linear. Jakarta: Erlangga.

Mushthafa, Ahmad. 1993. Terjemahan Tafsir A-Maraghi 4. Semarang: PT Karya Toha Putra.

Purcell, Edwin. J dkk. 1987. Kalkulus dan Geometri Analitis Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Rahman, Fazlur. 2007. Ensiklopedia Ilmu Dalam Al-Qur an. Bandung: PT Mizan Pustaka.

Saff, Eward dan kent nagle. 2003. Fundamental Of Differential Equations and Boundary Value Problems. University South Florida.

Setyo Budhi, Wono. 2001. Kalkulus Peubah Banyak dan Penggunaannya. Bandung: ITB.

74

Shihab, Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati.

Spiegel. R Murray. 1986. Analisis Fourier. Jakarta: Erlangga.

Triatmodjo, Bambang. 2002. Metode Numerik. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Yahya, Yusuf . dkk. 2004. Matematika Dasar Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Ghali Indonesia.

This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com.The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.