1111091000027 - muhamad fahri - uas metlit cetak
DESCRIPTION
Teknik InformatikaTRANSCRIPT
-
PROPOSAL SKRIPSI
IMPLEMENTASI VOICE VLAN (VIRTUAL LOCAL AREA
NETWORK) MENGGUNAKAN SWITCH LAYER 3 DAN
ROUTING OSPF (OPEN SHORTEST PATH FIRST)
(STUDI KASUS : KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN
INFORMATIKA)
Oleh :
Muhamad Fahri
1111091000027
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 M / 1436 H
-
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Proposal
Skripsi dengan baik. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan
keharibaan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa ummat Islam dari zaman
kegelapan menuju zaman yang terang benderang.
Adapun judul Proposal Skripsi yang penulis ambil adalah Implementasi
VOICE VLAN (Virtual Local Area Network) Menggunakan Switch Layer 3
dan Routing OSPF (Open Shortest Path First) (Studi Kasus : Kementerian
Komunikasi dan Informatika).
Dalam penyusunan proposal skripsi penulis banyak mendapat bimbingan dan
dorongan dari semua pihak, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. Orang Tua tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril maupun
materil kepada penulis.
2. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi.
3. Ibu Nurhayati, Ph. D selaku Ketua Program Studi Teknik Informatika.
4. Ibu Nurul Faizah Rozy, MTI selaku Dosen Mata Kuliah Metodologi
Penelitian ICT yang telah memberikan bimbingan kepada penulis.
5. Serta teman-teman seperjuangan yang turut memberikan dukungan dalam
pembuatan proposal skripsi ini.
-
ii
Dalam penulisan proposal skripsi ini, penulis menyadari masih terdapat
banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
mengharapkan atas kritik dan saran yang membangun. Semoga proposal skripsi
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta, Januari 2015
Penulis,
Muhamad Fahri
1111091000027
-
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 4
1.3 Batasan Masalah ....................................................................................... 4
1.4 Tujuan ...................................................................................................... 4
1.5 Manfaat .................................................................................................... 4
1.5.1 Bagi Mahasiswa .............................................................................. 5
1.5.2 Bagi Instansi Perusahaan ................................................................. 5
1.5.3 Bagi Universitas .............................................................................. 5
1.6 Metodologi Penelitian .............................................................................. 5
1.6.1 Metode Pengumpulan Data .............................................................. 5
1.6.2 Metode Pengembangan Sistem ........................................................ 6
1.7 Sistematika Penulisan ............................................................................... 7
-
iv
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 9
2.1 Virtual Local Area Network (VLAN)........................................................ 9
2.1.1 Pengertian VLAN ............................................................................ 9
2.1.2 Tipe VLAN ..................................................................................... 9
2.1.3 Link VLAN ................................................................................... 12
2.1.4 Manfaat VLAN ............................................................................ 14
2.1.5 VLAN Trunking Protocol (VTP) ................................................... 14
2.2 Perangkat Jaringan ................................................................................. 16
2.2.1 Switch ........................................................................................... 16
2.3 OSI Layer ............................................................................................... 18
2.4 Routing ................................................................................................... 23
2.4.1 OSPF (Open Shortest Path First) ................................................... 23
2.5 Jenis Jaringan Komputer......................................................................... 25
2.6 Packet Tracer ......................................................................................... 27
2.7 Studi Literatur Sejenis ............................................................................ 29
-
v
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 34
3.1 Objek Penelitian ..................................................................................... 34
3.2 Metode Penelitian ................................................................................... 34
3.2.1. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 34
3.2.2. Metode Pengembangan Sistem ...................................................... 35
3.3 Kerangka Berfikir ................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 43
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi berlangsung dengan cepat khususnya
teknologi bidang jaringan. Pada abad 21, teknologi jaringan komputer sudah
global sehingga mampu menjangkau semua wilayah di dunia ini. Pada survei
Penggunaan dan Penyerapan Sarana Komunikasi dan Teknologi Informasi
(P2SKTI) 2013 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) bekerja sama
dengan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tercatat pada akhir
tahun 2013, pengguna internet di Indonesia mencapai 71,19 juta dan pada kuartal
I 2014 angka ini naik menjadi 82 juta.
Lima besar tujuan penggunaan internet yang diketahui dari hasil survei
P2SKTI 2013 tersebut meliputi: mengirim/menerima e-mail (95,75%); mencari
informasi berita (78,49%); mencari informasi barang/jasa (77,81%); mencari
informasi lembaga pemerintahan (66,07%); dan menyediakan pelayanan bagi
pelanggan (61,23%), sama besarnya dengan penggunaan media sosial. Dari hasil
survei tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas kegiatan tidak terlepas pada
penggunaan teknologi jaringan komputer.
Jaringan komputer dan internet telah mengalami perkembangan yang pesat
sehingga teknologi ini mampu menghubungkan perangkat yang satu seperti
komputer dengan perangkat lain. Agar hal tersebut dapat terjadi, maka dibutuhkan
-
2
infrastruktur jaringan yang baik. Semakin banyak jumlah komputer dan perangkat
lainnya yang dihubungkan, semakin besar kebutuhan suatu jaringan yang dapat
menghubungkan perangkat-perangkat tersebut. Untuk menghubungkan perangkat-
perangkat tersebut dapat menggunakan jaringan Local Area Network (LAN).
(Jesin A., 2014)
Jaringan LAN menghubungkan komputer dan perangkat-perangkat lainnya
menggunakan media transmisi berupa kabel (Iwan Sofana, 2010). Komputer-
komputer yang dilengkapi dengan jaringan LAN pada suatu institusi atau
perusahaan, memberikan kemudahan para pegawai dalam melaksanakan tugas dan
sharing data. Penggunaan jaringan LAN menjadikan sharing data menjadi lebih
cepat, karena tidak membutuhkan dan menggunakan suatu media penyimpanan
eksternal untuk transfer data.
Ketika topologi fisik suatu LAN sudah ditentukan maka akan sulit untuk
merombaknya menjadi bentuk lain. Biasanya media fisik network akan
ditanamkan pada pipa khusus yang sulit dibongkar dan ditata ulang sehingga tidak
dapat secara fleksibel mengelompokkan kembali beberapa komputer yang
lokasinya berjauhan (misal beda ruangan atau gedung), tanpa melalui proses
bongkar pasang hardware. (Iwan Sofana, 2010)
Untuk mengatasi keterbatasan LAN maka dapat menggunakan VLAN
(Virtual Local Area Network). Sebuah VLAN memaksimalkan penggunaan switch
dalam suatu topologi jaringan. Selain itu, VLAN didasarkan pada koneksi logical
-
3
bukan fisik, sehingga ketika terjadi perubahan pada topologi jaringan yang telah
dibuat tidak perlu membongkar media network.
Dengan memanfaatkan VLAN, seorang administrator network dapat
mengontrol setiap port switch dan user. User tidak bisa begitu saja
menghubungkan kabel network pada switch untuk mengakses semua resource
network. Sebab VLAN akan membatasi akses berdasarkan resource network
tertentu. Selain itu, switch dapat memberitahu network workstation agar selalu
meminta user untuk memasukkan login/password ketika mulai mengakses
network. (Iwan Sofana, 2010)
Dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari, Kementerian Komunikasi dan
Informatika (Kominfo) menggunakan komputer dalam mengerjakan tugas-tugas.
Kantor pusat Kementerian Kominfo terletak di Jl.Medan Merdeka Barat No. 9
Jakarta Pusat. Jumlah pegawai pada Kementerian Kominfo lebih dari 3000
pegawai yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan terbagi pada berbagai
departemen. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah jaringan yang mampu untuk
membantu para pegawai melaksanakan tugas-tugasnya, maka jaringan
Kementerian Kominfo menerapkan jaringan VLAN (Virtual Local Area Network)
dengan menggunakan switch layer 3 dan routing OSPF (Open Shortest Path
First). Penulis menyusun proposal skripsi dengan judul Implementasi Voice
VLAN (Virtual Local Area Network) Menggunakan Switch Layer 3 dan
Routing OSPF (Open Shortest Path First) (Studi Kasus : Kementerian
Komunikasi dan Informatika).
-
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan masalah dalam proposal
skripsi ini adalah bagaimana implementasi Voice VLAN (Virtual Local Area
Network) menggunakan switch layer 3 dan routing OSPF (Open Shortest Path
First)?
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Membuat simulasi topologi jaringan Kementerian Kominfo secara umum.
2. Mengimplementasikan Voice VLAN pada topologi jaringan yang akan
dibuat menggunakan switch layer 3 dan routing OSPF.
3. Menggunakan packet tracer 6.01 dalam mendesain jaringan.
4. Tidak membahas packet tracer secara rinci.
1.4 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Membuat rancangan simulasi topologi jaringan Kementerian Kominfo.
2. Mengimplementasikan Voice VLAN menggunakan switch layer 3 dan
routing OSPF.
1.5 Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah:
-
5
1.5.1 Bagi Mahasiswa
1. Mengetahui dan mengerti mengenai VLAN (Virtual Local Area
Network).
2. Memahami implementasi voice VLAN menggunakan switch layer 3
dan routing OSPF (Open Shortest Path First) pada jaringan
Kementerian Komunikasi dan Informatika.
3. Mengetahui prinsip kerja dari VLAN dan routing OSPF .
4. Dapat membuat dan mengkonfigurasi jaringan VLAN menggunakan
routing OSPF.
1.5.2 Bagi Instansi Perusahaan
1. Dengan adanya rancangan jaringan di Kementerian Kominfo dapat
meningkatkan kinerja jaringan.
2. Memberikan kemudahan dalam melakukan monitoring jaringan
Kementerian Kominfo.
1.5.3 Bagi Universitas
1. Menjadikan referensi dalam implementasi voice VLAN menggunakan
switch layer 3 dan routing OSPF.
2. Menjadikan referensi untuk penelitian selanjutnya
1.6 Metodologi Penelitian
1.6.1 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut :
-
6
1. Observasi (Pengamatan)
Melakukan pengumpulan data melalui pengamatan langsung topologi
dan jenis jaringan yang digunakan.
2. Diskusi
Melakukan pengumpulan data melalui diskusi dengan adminstrator
jaringan Kementerian Kominfo.
3. Studi Pustaka
Mempelajari teori-teori dari buku dan studi literatur yang berkaitan
dengan implementasi VLAN menggunakan switch layer 3 dan routing
OSPF yang akan dibuat sebagai landasan teori.
1.6.2 Metode Pengembangan Sistem
Metode pengembangan sistem yang digunakan adalah Network
Development Life Cycle. Tahapan dari NDLC terdiri dari 6 tahapan yaitu:
(James E. Goldman, Phillip T. Rawles, 2004)
1. Analysis (Analisis),
2. Design (Desain),
3. Simulation Prototyping (Prototipe Simulasi),
4. Implementation (Implementasi),
5. Monitoring (Pengawasan) dan
6. Management (Manajemen).
-
7
1.7 Sistematika Penulisan
Pembahasan yang penulis sajikan terdiri dari empat bab dengan uraian
sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi
penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II :LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan teori-teori yang menjadi landasan
dasar dan berkaitan dengan implementasi VLAN
menggunakan switch layer 3 dan routing OSPF.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan metode-metode yang digunakan
dalam penelitian ini
BAB IV : PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan implementasi VLAN dengan
menggunakan switch layer 3 dan routing OSPF.
-
8
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menyajikan kesimpulan dari penjelasan bab-bab
sebelumnya dan berisi saran penulis untuk penelitian
selanjutnya.
-
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Virtual Local Area Network (VLAN)
2.1.1 Pengertian VLAN
VLAN merupakan suatu model jaringan yang tidak terbatas pada lokasi
fisik seperti LAN, hal ini mengakibatkan suatu network dapat dikonfigurasi secara
virtual tanpa harus menuruti lokasi fisik peralatan (Universitas Gunadarma, 2012).
Sedangkan menurut Jesin A (2010) VLAN adalah teknologi yang digunakan
untuk partisi jaringan tunggal layer 2 menjadi beberapa broadcast domain.
Dari kedua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa VLAN adalah model
jaringan yang biasanya terdapat pada layer 2 yang tidak terbatas pada lokasi fisik.
Selain itu, VLAN dapat dikonfigurasi secara virtual sehingga dapat membuat
beberapa broadcast domain menjadi beberapa broadcast domain yang lebih kecil.
2.1.2 Tipe VLAN
Jika dilihat dari sisi keanggotaan VLAN dibagi menjadi dua, yaitu: (Iwan
Sofana, 2010)
1. Static VLAN
Static VLAN merupakan tipe VLAN yang umum dan paling
secure. Setiap anggota dari suatu VLAN ditentukan berdasarkan
-
10
nomor port switch. Kadangkala static VLAN disebut sebagai port
based VLAN.
Pada static VLAN, proses konfigurasi realtif cukup mudah.
Sebagai contoh, port 1 10 untuk VLAN 1 dan port 2 - 7 untuk
VLAN 2.
2. Dynamic VLAN
Pada dunamic VLAN, keanggotaan akan ditentukan secara
otomatis menggunakan software yang diinstal pada server pusat yang
disebut VLAN Management Policy Server (VMPS). Contoh software-
nya adalah CiscoWorks 2000. Dengan menggunakan VMPS, anggota
VLAN dapat ditentukan berdasarkan MAC address, protokol, dan
aplikasi untuk membentuk dynamic VLAN.
Berbeda dengan tipe-tipe yang dijelaskan dalam modul jaringan modul dasar
Universitas Gunadarma, tipe-tipe VLAN adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan port
Keanggotaan pada suatu VLAN dapat di dasarkan pada port yang
di gunakan oleh VLAN tersebut. Sebagai contoh, pada bridge/switch
dengan 4 port, port 1, 2, dan 4 merupakan VLAN 1 sedangkan port 3
dimiliki oleh VLAN 2 :
Port 1 2 3 4
VLAN 2 2 1 2
Tabel 2.1 Port dan VLAN
-
11
Adapun kelemahan dari tipe VLAN ini adalah pengguna tidak bisa
untuk berpindah-pindah. Apabila harus berpindah maka administrator
jaringan harus mengkonfigurasikan ulang.
2. Berdasarkan MAC address
Keanggotaan suatu VLAN didasarkan pada MAC address dari
setiap workstation/komputer yang dimiliki oleh pengguna. Switch
mendeteksi/mencatat semua MAC address yang dimiliki oleh setiap
VLAN. MAC address merupakan suatu bagian yang dimiliki oleh NIC
(Network Interface Card) di setiap workstation.
Adapun kelebihan dari tipe VLAN ini adalah Apabila user
berpindah pindah maka dia akan tetap terkonfigurasi sebagai anggota
dari VLAN tersebut. Di sisi lain, kekurangan dari tipe VLAN ini
adalah setiap mesin harus dikonfigurasikan secara manual danuntuk
jaringan yang memiliki ratusan workstation maka tipe ini kurang
efisien untuk dilakukan.
3. Berdasarkan protokol yang digunakan
Keanggotaan VLAN juga bisa berdasarkan protocol yang
digunakan. Sebagai contoh, protokol IP berada pada VLAN 1 dan
protokol IPX berada pada VLAN 2.
4. Berdasarkan alamat subnet IP
Konfigurasi ini tidak berhubungan dengan routing pada jaringan
dan juga tidak mempermasalahkan fungsi router. IP address digunakan
untuk memetakan keanggotaan VLAN. Keuntungan tipe VLAN ini
-
12
adalah seorang pengguna tidak perlu mengkonfigurasikan ulang
alamatnya di jaringan apabila berpindah tempat, hanya saja karena
bekerja di layer yang lebih tinggi maka akan sedikit lebih lambat untuk
meneruskan paket di banding menggunakan MAC address.
5. Berdasarkan aplikasi dan kombinasi lain
Sangat dimungkinkan untuk menentukan suatu VLAN berdasarkan
aplikasi yang dijalankan atau kombinasi dari semua tipe di atas untuk
diterapkan pada suatu jaringan. Sebagai contoh, aplikasi FTP (file
transfer protocol) hanya bias digunakan oleh VLAN 1 dan Telnet
hanya bisa digunakan pada VLAN 2.
2.1.3 Link VLAN
VLAN dibangun menggunakan berbagai perangkat, seperti switch, router, PC
dan sebagainya. Oleh karena itu, diperlukan hubungan atau link di antara
perangkat-perangkat tersebut. Link seringkali disebut sebagai sebagai interface.
(Iwan Sofana, 2010)
Ada dua jenis link yang digunakan, yaitu: (Iwan Sofana, 2010)
1. Access Link
Access Link merupakan tipe link yang umum dan dimiliki oleh
hampir semua jenis switch VLAN. Access Link lazimnya digunakan
untuk menghubungkan komputer dengan switch. Access Link tidak
lain merupakan port switch yang sudah terkonfigurasi. Access Link
-
13
mendukung teknologi Ethernet biasa (10 Mbps) hingga FastEthernet
(100 Mbps).
Selama proses transfer data, switch akan membuang informasi
tentang VLAN. Anggota suatu VLAN tidak dapat berkomunikasi
dengan anggota VLAN lain, kecuali jika dihubungkan oleh router.
2. Trunk Link
Istilah Trunk diambil dari sistem telepon yang dapat mengangkut
beberapa percakapan sekaligus. Trunk Link digunakan untuk
menghubungkan switch dengan switch yang lain, switch dengan
router, atau switch dengan server. Jadi, port telah dikonfigurasi untuk
dilalui berbagai VLAN (tidak hanya sebuah VLAN).
Trunk Link hanya mendukung teknologi Fast (100 Mbps) atau
Gigabit (1000 Mbps) Ethernet, sebab Trunk Link lazimnya
dihubungkan dengan network backbone berkecepatan tinggi. Wajar
jika kebutuhannya lebih tinggi dibanding Access Link.
Untuk memudahkan memahami kedua link tersebut, Access Link
dianalogikan seperti jalan menuju pekarangan rumah, sedangkan Trunk Link
seperti jalan umum. Lazimnya, jalan umum boleh dilalui oleh semua pengguna
jalan, sedangkan jalan menuju pekarangan rumah hanya dilalui oleh pemilik
rumah atau tamu yang ingin berkunjung ke rumah tersebut. (Iwan Sofana, 2010)
-
14
2.1.4 Manfaat VLAN
Secara garis besar manfaat VLAN adalah sebagai berikut: (Iwan Sofana,
2010)
1. Meningkatkan performa jaringan
VLAN mampu meningkatkan performa jaringan dengan cara
memblok paket/frame yang tidak perlu.
2. Desain jaringan fleksibel
VLAN memungkinkan anggota berpindah-pindah lokasi tanpa
harus merombak ulang perangkat jaringan. Cukup melakukan
konfigurasi secara software. VLAN dapat mengatasi persoalan lokasi.
3. Mengurangi biaya instalasi
Jika hendak mengubah VLAN maka tidak memerlukan biaya
instalasi maupun penambahan perangkat baru.
4. Keamanan
VLAN dapat membatasi user yang boleh mengakses suatu
aplikasi/data berdasarkan access list yang telah ditentukan.
2.1.5 VLAN Trunking Protocol (VTP)
VTP merupakan Protokol milik Cisco yang memungkinkan switch-switch
pada Cisco (yang terhubung) saling bertukar informasi. VTP memudahkan proses
konfigurasi secara otomatis antar sesama switch. Dengan VTP, maka dalam
membuat suatu VLAN cukup dengan konfigurasi pada salah satu switch. (Iwan
Sofana, 2010)
-
15
Penjelasan di atas serupa dengan penjelasan Jesin A. (2014) dalam buku
Packet Tracer Simulator. Jesin A. menjelaskan bahwa VTP muncul karena
banyaknya jumlah VLAN yang dibuat. Oleh karena itu, dengan adanya VLAN,
pengguna tidak perlu melakukan konfigurasi VLAN pada setiap switch.
VTP dapat bekerja pada layer 2. Pengguna dapat menambah, menghapus
mengedit dan mengubah konfigurasi VLAN. Jika salah satu switch dirubah
konfigurasinya, maka VTP akan melakukan sinkronisasi konfigurasi terhadap
switch-switch yang lain. (Iwan Sofana, 2010)
Ada 3 mode VTP yang disediakan, yaitu: (Jesin A, 2014)
1. Server mode
Dalam VTP server mode memperbolehkan switch untuk
memodifikasi VLAN dan mengirim informasi VTP.
2. Client mode
Switch VTP client mode dapat mendengarkan informasi VTP dari
Switch VTP server mode. Switch client tidak diperbolehkan
memodifikasi VLAN lokal.
3. Transparent mode
Mode ini bekerja independen dari switch lainnya. Pada mode ini
switch hanya meneruskan informasi VTP yang diterima dan tidak
dapat menghasilkan apapun juga tidak dapat mengubah VLAN sendiri
berdasarkan informasi VTP yang diterima.
-
16
Syarat agar fiturVTP dapat berfungsi: (Iwan Sofana, 2010)
1) Switch-switch harus memiliki VTP domain name yang sama.
2) Menggunakan trunk ISL atau 802.1q.
3) Jika konfigurasi dilakukan pada beberapa switch, maka switch-switch
tersebut harus memiliki password yang sama.
2.2 Perangkat Jaringan
2.2.1 Switch
Switch adalah bridge yang memiliki banyak port, menghubungkan lebih
dari 2 device (Jesin A., 2014). Sedangkan Andi Micro (2012) menjelaskan bahwa
switch merupakan suatu device pada jaringan yang secara konseptual berada pada
layer 2 (Datalink Layer) dan ada yang layer 3 (Network Layer).
Dari kedua penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa switch
merupakan suatu device yang memiliki banyak port sehingga dapat
menghubungkan lebih dari 2 device melalui layer 2 atau 3. Oleh karena itu, switch
disebut juga multiport bridge.
-
17
Switch dapat mempelajari alamat hardware host tujuan, sehingga
informasi bisa langsung dikirim ke host tujuan. Switch yang lebih cerdas dapat
mengecek frame yang error dan dapat mem-blok frame yang error tersebut. (Iwan
Sofana, 2010)
Berikut adalah jenis switch yang terdapat pada Packet Tracer: (Jesin A.,
2014)
1. Cisco 2950-24: switch ini dilengkapi 24 port Fast Ethernet.
2. Cisco 2950T-24: switch ini dilengkapi 24 port Fast Ethernet dan 2
port Gigabit Ethernet.
3. Cisco 2960-24TT: switch yang memiliki 24 port dan memiliki modul
Small Form-factor Pluggable (SFP) yang sama.
4. Cisco 3560-24PS: switch yang dapat melakukan routing, karena
switch ini adalah switch layer 3.
5. Bridge PT: alat yang digunakan untuk segmen jaringan dan hanya
memiliki 2 port.
Gambar 2.1 Switch
-
18
6. Generic Switch PT: Switch yang memiliki 10 slot dan beberapa
modul.
2.3 OSI Layer
Secara umum model OSI membagi berbagai fungsi network menjadi 7
lapisan. Lembaga yang mempublikasikan OSI adalah International Organization
for Standardization (ISO). Model OSI diperkenalkan pada tahun 1984. Ketujuh
layer tersebut yaitu: (Iwan Sofana, 2010)
1. Physical
2. Data Link
3. Network
4. Transport
5. Session
6. Presentation
7. Application
Beberapa keuntungan atau alasan mengapa model OSI dibuat berlapis-lapis,
diantaranya: (Iwan Sofana, 2010)
1) Memudahkan siapa saja (khususnya pemula) untuk memahami cara kerja
jaringan komputer secara menyeluruh.
2) Memecah persoalan komunikasi data yang rumit menjadi bagian-bagian
kecil yang lebih sederhana, sehingga dapat memudahkan proses trouble
shooting.
-
19
3) Memungkinkan vendor atau pakar network mendesain dan
mengembangkan hardware/software yang sesuai dengan fungsi layer
tertentu (modular).
4) Menyediakan standar interface bagi pengembangan perangkat yang
melibatkan multivendor. Adanya abstraksi layer memudahkan
pengembangan teknologi masa depan yang terkait dengan layer tertentu.
Model Layer OSI dibagi dalam dua group: upper layers dan lower layers.
Upper layers fokus pada aplikasi pengguna dan bagaimana file direpresentasikan
di komputer. Untuk Network Engineer, bagian utama yang menjadi perhatiannya
adalah pada lower layers. Lower layer adalah intisari komunikasi data melalui
jaringan aktual. (Gunadarma, 2012)
Gambar 2.2 OSI Layer
Layer 5 s.d. 7 dikelompokkan sebagai application layers atau upper layers.
Segala sesuatu berkaitan dengan user interface, data formatting dan
-
20
communication sessions ditangani dilayer ini. Upper layers banyak
diimplementasikan dalam bentuk software (aplikasi). (Iwan Sofana, 2010)
Layer 1 s.d. 4 dikelompokkan sebagai data flow layers atau lower layers.
Bagaimana data mengalir pada network ditangani oleh layer ini. Lower layers
dapat diimplementasikan dalam bentuk hardware maupun software. (Iwan
Sofana, 2010)
Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan fungsi setiap layer beserta
contoh-contoh protokol yang sesuai untuk masing-masing layer:
Layer Fungsi Contoh Protokol
Application
Menyediakan servis bagi aplikasi
network
NNTP, HL7, Modbus,
SIP, SSI, DHCP, FTP,
Gopher, HTTP, NFS,
NTP, RTP, SMPP,
SMTP, SNMP, Telnet
Presentation
Mengatur konversi dan translasi
berbagai format data, seperti
kompresi data dan enkripsi data
TDI, ASCII, EBCDIC,
MIDI, MPEG, ASCII7
Session
Mengatur sesi (session) yang
meliputi establishing (memulai
sesi), maintaining
SQL, X Window, Named
Pipes (DNS), NetBIOS,
ASP, SCP, OS
-
21
(mempertahankan sesi), dan
terminating (mengakhiri sesi) antar
entitas yang dimiliki oleh
presentation layer
Scheduling, RPC, NFS,
ZIP
Transport
Menyediakan end-to-end
communication protocol. Layer ini
bertanggung jawab terhadap
keselamatan data dan
segmentasi data, seperti:
mengatur flow control (kendali
aliran data), error detection
(deteksi error) and correction
(koreksi), data sequencing (urutan
data) dan size of the packet (ukuran
paket)
TCP, SPX, UDP, SCTP,
IPX
Network
Menentukan rute yang dilalui oleh
data. Layer ini menyediakan
logical addressing (pengalamatan
logika) dan path determination
(penentuan rute tujuan)
IPX, IP, ICMP, IPSec,
ARP, RIP, IGRP, BGP,
OSPF, NBF, Q.931
Data Link
Menentukan pengalamatan fisik
(hardware address), error
802.3 (Ethernet),
802.11a/b/g/n
-
22
notification (pendeteksi error),
frame flow control (kendali aliran
frame) dan topologi network. Ada
dua seblayer pada data link, yaitu:
Logical Link Control (LLC) dan
Media Access Control (MAC).
LLC mengatur komunikasi, seperti
error notification dan flow control.
Sedangkan MAC mengatur
pengalamatan fisik yang digunakan
dalam proses komunikasi antar-
adapter.
MAC/LLC, 802.1Q
(VLAN), ATM, CDP,
HDP, FDDI, Fibre
Channel, Frame Relay,
SDLC, HDLC, ISL, PPP,
Q.921. Token Ring
Physical
Layer ini menentukan masalah
kelistrikan/gelombang/medan dan
berbagai prosedur/fungsi yang
berkaitan dengan link fisik, seperti
besar tegangan/arus, panjang
maksimal media transmisi,
pergantian fasa, jenis kabel dan
konektor
RS-232, V.35, V.34,
I.430, I.431, T1, E1,
10BASE-T, 100BASE-
TX, POTS, SONET,
DSL, 802.11a/b/g/n PHY,
hub, repeater, fibre optics
Tabel 2.2 OSI Layer
-
23
2.4 Routing
Routing adalah proses router menentukan paket tujuan ke jaringan yang
dituju (Andrew Fiade, S.T., M.Kom, 2013). Sedangkan menurut Joko Saputro
(2010) Routing adalah suatu proses pemilihan jalur yang akan dilalui oleh traffic
data pada jaringan komunikasi data.
Proses penentuan router berdasarkan alamat IP yang tertera dalam label
router. Terdapat dua cara dalam menentukan alamat tujuan. Cara pertama dinamis
dimana router menentukan sendiri tujuan yang lebih cepat berdasarkan algoritma
dari routing protocol, tidak ada campur tangan manusia di sini dalam penentuan
router, contoh routing protocol dinamis adalah RIP, OSPF, EIGRP. Cara kedua
adalah static, dimana setiap tujuan yang ingin dicapai dalam router ditentukan
oleh adminstrator, sehingga setiap router sudah diset static untuk semua tujuan
contohnya adalah routing static dan routing default. (Andrew Fiade, S.T.,
M.Kom, 2013)
2.4.1 OSPF (Open Shortest Path First)
OSPF adalah protokol routing link-state untuk interior routing dalam sistem
otonom individu, yaitu internetwork dikendalikan oleh satu organisasi, juga
dikenal sebagai intranet (Ivan Marsic,2013). Berbeda dengan penjelasan OSPF
pada referensi lain. OSPF adalah protokol routing link-state yang menggunakan
metrik cost yang dihitung menggunakan bandwidth link (Dave Hucaby, 2010).
-
24
Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa OSPF adalah routing
protocol jenis link state yang dengan cepat mendeteksi perubahan dan mejadikan
routing kembali konvergen dalam waktu singkat dengan sedikit pertukaran data.
OSPF menggunakan konsep area dengan routing domain OSPF. Area
memisahkan network menjadi lebih kecil untuk mengurangi jumlah trafik
protokol yang melalui network. Metric OSPF berdasarkan bandwith dari port.
OSPF memilih jalur yang mempunyai bandwith paling besar. OSPF juga
merupakan class routing yang mendukung VLSM. Hirarki protokol routing
mendukung area untuk mengontrol distribusi routing update.
Ada beberapa media yang dapat meneruskan informasi OSPF, masing-masing
memiliki karakteristik sendiri, sehingga OSPF pun bekerja mengikuti karakteristik
mereka. Media tersebut adalah sebagai berikut: (Andrew Fiade, S.T., M.Kom,
2013)
1. Broadcast Multiaccess
Dalam kondisi media seperti ini, OSPF mengirimkan traffic
multicast dalam pencarian neighbour-nya. Pada proses ini OSPF akan
memilih dua buah router yang berfungsi sebagai Designated Router
(DR) dan Backup Designated Router (BDR).
2. Point-to-Point
Teknologi ini digunakan jika hanya ada satu router lain yang
terkoneksi langsung dengan sebuah perangkat router. Untuk point-to-
point ini, router OSPF tidak perlu membuat Designated Router (DR)
-
25
dan Backup Designated Router (BDR), karena hanya ada satu router
yang dijadikan sebagai neighbour. Dalam pencarian neighbour ini,
router OSPF juga akan melakukan pengiriman Hello packet dan pesan
lainnya menggunakan alamatmulticast bernama AIISPFRouters
224.0.0.5.
3. Point-to-Multipoint
Media jenis ini adalah media yang memiliki satu interface yang
menghubungkannya dengan banyak tujuan. Jaringan-jaringan yang
ada di bawahnya dianggap sebagai serangkaian jaringan point-to-point
yang saling terkoneksi langsung ke perangkat utamanya.
4. Nonbroadcast Multiaccess (NBMA)
Media berjenis Nonbroadcast Multiaccess ini secara fisik
merupakan sebuah serial line yang sering ditemui pada media jenis
point-to-point. Namun secara faktanya, media ini dapat menyediakan
koneksi ke banyak tujuan tidak hanya ke satu titik saja.
2.5 Jenis Jaringan Komputer
Berdasarkan luas areanya maka jaringan komputer dapat dibedakan menjadi:
(Iwan Sofana, 2010)
1. PAN (Personal Area Network)
PAN merupakan jaringan komputer yang dibentuk oleh beberapa
buah komputer atau antara komputer dengan perangkat non-komputer
(seperti printer, mesin fax, telepon seluler, PDA, handphone). Sebuah
-
26
PAN dapat dibangun menggunakan teknologi wire dan wireless network.
Teknologi wire PAN biasanya mengandalkan perangkat USB dan
FireWire, sedangkan wireless PAN mengandalkan teknologi Bluetooth,
WiFi dan Infrared.
2. LAN (Local Area Network)
LAN merupakan jaringan komputer yang meliputi area yang kecil
atau lokal seperti jaringan pada suatu ruangan. LAN dapat dikembangkan
dengan mudah dan mendukung kecepatan transfer data cukup tinggi. Ada
4 bentuk dasar LAN atau disebut dengan topologi fisik LAN, yaitu:
1) Topologi Bus
2) Topologi Star
3) Topologi Ring
4) Topologi Mesh atau Fully Mesh
3. MAN (Metropolitan Area Network)
MAN merupakan jaringan komputer yang meliputi area seukuran
kota atau gabungan dari beberapa LAN yang dihubungkan menjadi sebuah
jaringan yang besar. Teknologi yang digunakan MAN mirip dengan LAN.
Hanya saja area MAN lebih besar dan komputer yang dihubungkan pada
jaringan MAN jauh lebih banyak dibandingkan LAN.
4. WAN (Wide Area Network)
WAN merupakan jaringan komputer yang memiliki cakupan area
yang luas. WAN melibatkan berbagai jenis media dan teknologi yang
berbeda-beda, seperti X.25, telephone connections, frame relay, ATM,
-
27
SMDS (Switched Multi-megabit Data Service) dan SONET (Synchronous
Optical Network). Internet merupakan contoh WAN yang paling populer.
Internet merupakan jaringan komputer terbesar di dunia.
2.6 Packet Tracer
Gambar 2.3 Packet Tracer
Packet tracer adalah simulator jaringan yang dapat digunakan untuk
merancang suatu jaringan dan memberikan konfigurasi agar jaringan tersebut
dapat bekerja seperti layaknya jaringan dengan hardware sebenarnya. Protokol-
protokol yang didukung oleh packet tracer adalah sebagai berikut:
Teknologi Protokol
LAN Ethernet, 802.11 a/b/g/n wireless dan
PPPOE
Switching VLAN, 802.1q, trunking, VTP, DTP,
-
28
STP, RSTP, multilayer switching,
EtherChannel, LACP dan PAgP
TCP/IP HTTP, HTTPS, DHCP, DHCPv6,
Telnet, SSH, TFTP, DNS, TCP, UDP,
IPv4, IPv6, ICMP, ICMPv6, ARP, IPv6
ND, FTP, SMTP, POP3, and
VOIP(H.323)
Routing Static, default, RIPv1, RIPv2, EIGRP,
single area OSPF, multiarea OSPF,
BGP, inter-VLAN routing, dan
redistribution
WAN HDLC, SLARP, PPP dan Frame Relay
Security IPsec, GRE, ISAKMP, NTP, AAA,
RADIUS, TACACS, SNMP, SSH,
Syslog, CBAC, Zone-Based Policy
Firewall dan IPS
QoS Layer 2 QoS, Layer 3 DiffServ QoS,
FIFO Hardware queues, Priority
Queuing, Custom Queuing, Weighted
Fair Queuing, MQC danNBAR
-
29
Lainnya ACLs (standard, extended, dan named),
CDP, NAT (static, dynamic, inside/
outside dan overload) danNATv6
Tabel 2.3 Protokol pada Packet Tracer
Tujuan utama packet tracer adalah untuk menyediakan alat bagi siswa dan
pengajar agar dapat memahami prinsip jaringan komputer dan juga membangun
skill di bidang alat-alat jaringan Cisco. Packet tracer memiliki batasan pada
beberapa fiturnya, sehingga software ini digunakan hanya sebagai alat bantu
belajar, bukan sebagai pengganti Cisco routers dan switches.
2.7 Studi Literatur Sejenis
Sebelum penelitian skripsi dilakukan, penulis melakukan perbandingan studi
literatur sejenis. Hal ini dilakukan agar penelitian yang akan penulis lakukan dapat
bermanfaat, menjadi pelengkap dan penyempurna studi-studi literatur yang
dilakukan sebelumnya.
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini, penulis mencari studi
kajian sejenis yang sesuai dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Studi
kajian sejenis yang penulis analisis adalah sebagai berikut:
Penelitian Hamimah (2011) mahasiswi S1 Teknik Informatika UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang berjudul Pengembangan Sistem Jaringan LAN Menjadi
VLAN dan Bentuk Simulasi (Studi Kasus PT. Mandiri Pratama Group). Metode
pengembangan sistem yang dilakukan dalam penelitian tersebut adalah Network
-
30
Development Cycle (NDLC). Penelitian tersebut membahas implementasi VLAN
pada PT Mandiri Pratama Group yang sebelumnya menerapkan jaringan LAN
(Local Area Network). Tujuan dari implementasi VLAN adalah untuk optimalisasi
unjuk kerja jaringan dan mengatasi traffic yang terjadi. Penelitian tugas akhir
tersebut tidak menjelaskan routing yang digunakan dalam implementasi VLAN.
Penelitian Dias Rahmat Santoso (2013) mahasiswa S1 Teknik Informatika
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul Pemanfaatan Virtual Local Area
Network dan Analisa Performa Jaringan (Studi Kasus: Badan Pendukung
Pengembangan SistemPenyediaan Air Minum Kementerian Pekerjaan Umum).
Penelitian tersebut menjelaskan implementasi VLAN dan melakukan monitoring
terhadap jaringan tersebut setelah menerapkan VLAN. Penelitian tugas akhir
tersebut menggunakan switch layer 2.
Penelitian Yovi Dwi Villasica (2014) mahasiswa S1 Teknik Elektro
Universitas Sumatera Utara yang berjudul Analisis Kinerja Routing Dinamis pada
Topologi Mesh dengan Teknik OSPF (Open Shortest Path First) dalam Jaringan
LAN (Local Area Network) Menggunakan Cisco Packet Tracer. Penelitian
tersebut menjelaskan analisis kinerja routing OSPF berupa delay, packet loss dan
throughput pada jaringan LAN. Penelitian tugas akhir tersebut hanya membuat
perutean routing secara dinamis dengan teknik OSP dan hanya menggunakan satu
server.
-
31
Berikut adalah tabel studi literatur yang penulis gunakan:
No Judul Skripsi Nama Penulis Universitas, Tahun Kelebihan Kekurangan
1. PENGEMBANGAN
SISTEM JARINGAN
LAN MENJADI VLAN
DAN BENTUK
SIMULASI (STUDI
KASUS PT. MANDIRI
PRATAMA GROUP)
HAMIMAH UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta,
2011
1. Menjelaskan cara
meningkatkan kinerja
performance jaringan
pada VLAN.
2. Menjelaskan sistem
keamanan jaringan.
Tidak menjelaskan
routing yang
digunakan dalam
implementasi VLAN
2. PEMANFAATAN
VIRTUAL LOCAL
AREA NETWORK DAN
ANALISA
DIAS RAHMAT
SANTOSO
UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta,
2013
1. Mengimplementasika
n konfigurasi VLAN
pada Fortinet Switch.
2. Nilai ukur untuk
Hanya membuat
simulasi topologi
dan metode
pengembangan
-
32
PERFORMA
JARINGAN (STUDI
KASUS: BADAN
PENDUKUNG
PENGEMBANGAN
SISTEM PENYEDIA
AIR MINUM
KEMENTERIAN
PEKERJAAN UMUM)
parameter QoS yaitu
delay, throuput dan
packet loss.
3. Melakukan analisa
QoS pada jaringan
lokal VLAN dalam
protocol ICMP
(Internet Control
Message Protocol)
sistem yang
digunakan hanya
sampai tahap
monitoring.
3. ANALISIS KINERJA
ROUTING DINAMIS
PADA TOPOLOGI
MESH DENGAN
YOVI DWI
VILLASCA
Universitas
Sumatera Utara,
2014
1. Merancang jaringan
menggunakan
software Cisco
Packet Tracer.
Penelitian ini
menggunakan satu
jenis router dan
menggunakan 1
-
33
TEKNIK OSPF
(OPEN SHORTEST
PATH FIRST) DALAM
JARINGAN LAN
(LOCAL AREA
NETWORK)
MENGGUNAKAN
CISCO PACKET
TRACER
2. Membahas topologi
Mesh.
3. Routing dinamis yang
digunakan adalah
OSPF dinamis.
4. Membandingkan
kinerja jaringan
berupa delay,
throughput antara
routing statis dan
dinamis.
server.
Tabel 2.4 Studi Literatur Sejenis
-
34
Bab III
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah merancang dan uji coba jaringan VLAN (Virtual
Local Area Network) menggunakan switch layer 3 dan routing OSPF (Open
Shortest Path First) pada kantor pusat Kementerian Komunikasi dan Informatika.
3.2 Metode Penelitian
3.2.1. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data yang
diperlukan. Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Observasi (Pengamatan)
Metode pengumpulan data dengan melakukan observasi (pengamatan)
langsung di lokasi penelitian adalah suatu cara pengambilan data dengan
melihat secara langsung gambar topologi jaringan yang diterapkan
menggunakan suatu aplikasi dan melihat langsung penerapan topologi
jaringan apakah sesuai dengan gambar yang tertera pada suatu aplikasi
atau tidak. Dalam hal ini penulis melakukan penelitian di Kantor
Kementerian Komunikasi dan Informatika. Pengamatan dilakukan
dengan melihat topologi jaringan yang diterapkan dan menganalisa
kinerja jaringan tersebut.
-
35
2. Diskusi
Diskusi adalah metode pengumpulan data dengan melakukan
bertukar pendapat dengan administrator jaringan tempat penelitian. Data-
data yang diperoleh dari diskusi dapat berupa rancangan topologi
jaringan yang diterapkan dan dapat menghasilkan sebuah rancangan baru
yang sekiranya dapat membuat kinerja jaringan lebih baik dari
sebelumnya.
3. Studi Pustaka
Studi Pustaka adalah metode pengumpulan data dengan
mempelajari teori-teori dari buku dan studi literatur yang berkaitan
dengan implementasi VLAN menggunakan switch layer 3 dan routing
OSPF dijadikan acuan analisa penelitian yang akan dilakukan. Dalam
proses pencarian dan perolehan data penulis mendapat referensi dari
buku, ebook dan online di Internet. Referensi tersebut sebagai acuan
untuk membuat landasan teori.
3.2.2. Metode Pengembangan Sistem
Network Development Life Cycle (NDLC) merupakan sebuah metode
yang bergantung pada proses pembangunan sebelumnya seperti perencanaan
strategi bisnis, daur hidup pengembangan aplikasi, dan analisis
pendistribusian data. Adapun tahapan dari NDLC terdiri dari 6 tahapan yaitu
analysis, design, simulation prototyping, implementation, monitoring dan
management. (James E. Goldman, Phillip T. Rawles, 2004)
-
36
Gambar 3.1NDLC (Network Development Life Cycle)
Penulis menggunakan metode NDLC ini karena penulis membutuhkan
sebuah metodologi yang berorientasi pada jaringan yang terdiri dari beberapa
tahap atau siklus dimana posisi perusahaan dalam siklus tersebut sesuai
dengan kondisi jaringan komputer yang sudah diterapkan. Metodologi
jaringan NDLC ini terdiri dari 6 tahapan, dengan terlaksananya semua
tahapan tersebut dengan baik, maka akan dapat meningkatkan kualitas dan
performa jaringan komputer khususnya jaringan komputer Kementerian
Komenterian Komunikasi dan Informatika.
Kualitas dan performa jaringan yang baik akan memberikan dampak
yang positif terhadap peningkatan kerja para pegawainya. Kualitas kerja
pegawai yang baik pula akan memberikan dampak yang positif terhadap
pencapaian visi dari perusahaan.
-
37
Tahapan-tahapan dalam NDLC adalah sebagai berikut:
1. Analysis (Analisis)
Pada tahap analysis penulis melakukan analisa kebutuhan, analisa
permasalahan yang muncul dan analisa topologi jaringan yang
diterapkan saat ini. Metode yang digunakan pada tahapan ini adalah
sebagai berikut:
a) Observasi (pengamatan)
Observasi (pengamatan) dilakukan dengan melakukan
survei secara langsung topologi jaringan yang digunakan
melalui suatu aplikasi dan melihat secara langsung penerapan
topologi jaringan di lapangan. Hasil survei langsung tersebut
kemudian dianalisis sehingga mendapatkan hasil yang
sesungguhnya dan gambaran topologi jaringan yang telah
diterapkan di lapangan.
b) Membaca manual atau blueprint dokumentasi
Pada analisis awal juga dilakukan dengan mencari
informasi dari manual-manual atau blueprint dokumentasi
pembuatan jaringan yang mungkin pernah dibuat sebelumnya.
Setiap pengembangan suatu sistem dokumentasi menjadi
pendukung akhir dari pengembangan tersebut, begitu juga pada
project network, dokumentasi menjadi syarat mutlak setelah
suatu sistem selesai dibangun.
c) Mengkaji data-data
-
38
Data-data yang akan dikaji merupakan data-data
sebelumnya didapatkan. Data-data yang akan dikaji perlu
dianalisa untuk masuk ke tahap selanjutnya. Adapun yang bisa
menjadi pedoman dalam mencari data pada tahap analisis ini
adalah sebagai berikut:
1) User/people: jumlah user (pegawai), kegiatan yang sering
dilakukan, peta politik yang ada, level teknis user.
2) Media H/W & S/W: peralatan yang ada, status jaringan,
ketersedian data yang dapat diakses dari peralatan, aplikasi
S/W yang digunakan.
3) Data : jumlah pegawai, jumlah inventaris sistem, sistem
keamananyang sudah ada dalam mengamankan data.
4) Network: konfigurasi jaringan, volume trafik jaringan,
protocol, monitoring jaringan yang ada saat ini, harapan
dan rencana pengembangan kedepan.
5) Perencanaan fisik : masalah listrik, tata letak, ruang khusus,
sistem keamanan yang ada, dan kemungkinan akan
pengembangan kedepan.
2. Design (Desain)
Pada tahap desain penulis membuat gambar desain topologi
jaringan berdasarkan data yang ada. Pembuatan desain ini diharapkan
dapat memberikan gambaran seutuhnya dari topologi jaringan yang
diterapkan dan menyesuaikan kebutuhan yang ada.
-
39
Desain dapat berupa desain struktur topologi, desain akses data,
desain tata layout perkabelan, dan sebagainya yang akan memberikan
gambaran jelas tentang proyek yang akan dibangun. Tahapan yang
dilakukan pada proses desain dibagi menjadi dua tahap yaitu:
1) Perancangan Topologi Fisik
Perancangan topologi jaringan yang bersifat fisik
dilakukan dengan menggambarkan bagaimana kondisi fisik
jaringan yang ada pada kantor pusat Kementerian Kominfo.
2) Perancangan Topologi Logis
Perancangan logis merupakan perancangan terhadap
pengalamatan IP VLAN dan IP masing-masing perangkat
seperti PC.
Hasil yang diperoleh dari proses desai adalah sebagai berikut:
a) Gambar-gambar topologi (server farm, firewall, datacenter,
storages, lastmiles, perkabelan, titik akses dan sebagainya).
b) Gambar-gambar detail estimasi kebutuhan yang ada.
3. Simulation Prototyping
Tahapan ini dapat dilakukan dengan membuat sebuah simulasi
dengan bantuan tools khusus di bidang jaringan seperti Boson, Packet
Tracer, Netsim atau lain sebagainya. Pembuatan simulasi tersebut
bertujuan untuk melihat kinerja awal dari jaringan yang akan
dibangun dan sebagai bahan presentasi serta sharing dengan team
-
40
work lainnya. Pada tahapan ini, penulis menggunakan tools packet
tracer versi 6.01.
4. Implementation
Pada tahap ini akan memakan waktu lebih lama dari tahapan
sebelumnya. Dalam implementasi, teknisi jaringan akan menerapkan
semua yang telah direncanakan dan di desain sebelumnya.
Implementasi merupakan tahapan yang sangat menentukan dari
berhasil/gagalnya proyek yang akan dibangun.
Pada tahap inilah Team Work akan diuji di lapangan untuk
menyelesaikan masalah teknis dan non teknis. Beberapa
masalah yang sering muncul pada tahapan ini, diantaranya adalah:
a) Jadwal yang tidak tepat karena faktor-faktor penghambat.
b) Masalah dana/anggaran dan perubahan kebijakan.
c) Team work yang tidak solid.
d) Peralatan pendukung dari vendor .
Oleh sebab itu pada saat tahap implementasi dibutukan manajemen
proyek dan manajemen resiko untuk meminimalkan sekecil mungkin
ancaman yang ada.
5. Monitoring
Tahap monitoring merupakan tahapan yang menjamin agar
jaringan komputer dan komunikasi dapat berjalan sesuai dengan
keinginan dan tujuan awal dari user pada tahap awal analisis.
Monitoring dapat berupa kegiatan pengamatan pada:
-
41
a) Infrastruktur hardware. Pada monitoring ini yang perlu diamati
adalah reability (kehandalan) sistem yang telah dibangun.
b) Memperhatikan jalannya paket data di jaringan (pewaktuan,
latency, peektime dan troughput ).
c) Metode yang digunakan untuk mengamati kondisi atau keadaan
jaringan dan komunikasi secara umum secara terpusat atau
tersebar.
6. Management (Manajemen)
Tahap manajemen fokus pada policy (kebijakan). Policy dibuat
agar sistem yang telah dibangun dan berjalan dengan baik dapat
berlangsung lama dan unsur kehandalan tetap terjaga. Policy sangat
bergantung dengan kebijakan level management dan strategi bisnis
suatu perusahaan.
-
42
3.3 Kerangka Berfikir
Gambar 3.2 Kerangka Berfikir
-
43
DAFTAR PUSTAKA
A, Jesin. 2014. Packet Tracer Network Simulator. UK: Packt Publishing Ltd.
Dias Rahmat Santoso. 2013. Pemanfaatan Virtual Local Area Network dan
Analisa Performa Jaringan (Studi Kasus: Badan Pendukung
Pengembangan SistemPenyediaan Air Minum Kementerian Pekerjaan
Umum). Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Fiade, Andrew. 2013.Simulasi Jaringan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Goldman, James E., Phillip T. Rawles. 2004. Applied Data Communication A
Bussiness-Oriented Approach. USA: John Willey & Sons, Inc.
Hamimah. 2011. Pengembangan Sistem Jaringan LAN Menjadi VLAN dan Bentuk
Simulasi (Studi Kasus PT. Mandiri Pratama Group). Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Hucaby, Dave. 2010. Cisco Router Configuration Handbook, Second Edition.
USA: Cisco Press.
Marsic, Ivan. 2013. Computer Network. New Jersey: Rutgers.
Micro, Andi. 2012. Dasar-Dasar Jaringan Komputer. Banjar Baru: ClearOS
Indonesia.
Saputro, Joko. 2010. Praktikum CCNA (Cisco Certified Network Associate) di
Komputer Sendiri Menggunakan GNS3. Jakarta: PT Transmedia.
-
44
Sofana, Iwan. 2010. Cisco CCNA dan Jaringan Komputer. Bandung: Informatika
Bandung.
Universitas Guna Darma. 2012. Modul Praktikum Jaringan Komputer Dasar
Universitas Gunadarma. Jakarta : 209 hlm.
Yovi Dwi Villasica. 2014. Analisis Kinerja Routing Dinamis pada Topologi Mesh
dengan Teknik OSPF (Open Shortest Path First) dalam Jaringan LAN
(Local Area Network) Menggunakan Cisco Packet Tracer. Sumatera
Utara: Universitas Sumatera Utara.