160190537 sick building sindrom rozma 251
TRANSCRIPT
Wanita 30 Tahun Batuk Pilek Berulang sejak 3 Minggu. Teman Sekerjanya juga Mengalami Hal Serupa.
Rozma Connica Bertha Ompusunggu*102009251
*Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKRIDA
Alamat korespondensi:Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Arjuna Utara No. 6 Kebon Jeruk, Jakarta 11510
*Email : [email protected]
Pendahuluan
Kehidupan modern di kota-kota besar negara kita menuntut tersedianya prasarana yang
memadai. Salah satu di antaranya adalah gedung-gedung kantor yang megah yang dilengkapi
dengan sistem AC sentral. Gedung-gedung seperti ini biasanya dibuat tertutup dan mempunyai
sirkulasi udara sendiri. Gedung yang baik dengan sarana yang memadai tentu menjadi tempat
yang amat nyaman untuk bekerja, dan karena itu dapat pula meningkatkan produktifitas kerja
karyawan. Tetapi, di pihak lain, kita perlu mengenal kemungkinan adanya gangguan kesehatan
pada gedung-gedung seperti itu yang pada akhirnya justru akan menurunkan produktifitas kerja
karyawannya yang bekerja di dalamgedung-gedung itu. Para ahli di beberapa negara mulai
banyak menulis tentang adanya gedung-gedung pencakar langit yang "sakit", dan menimbulkan
sindrom gedung sakit.
Istilah sindrom gedung sakit (sick building syndrome) pertama-tama diperkenalkan oleh para ahli
dari negara Skandinavia di awal tahun 1980an yang lalu. Istilah ini kemudian digunakan secara
luas dan kini telah tercatat berbagai laporan tentang sindrom ini dari berbagai Negara Eropa,
Amerika dan bahkan dari negara tetangga kita Singapura. Sindrom gedung sakit adalah
kumpulan gejala akibat adanya gedung yang "sakit", artinya terdapat gangguan pada sirkulasi
1
udara di dalam gedung itu. Adanya gangguan itulah yang menyebabkan gedung tersebut
dikatakan "sakit", sehingga timbul sindrom ini yang memang terjadi karena para penderitanya
menggunakan suatu gedung yang sedang "sakit". Gejala-gejala yang timbul memang
berhubungan dengan tidak sehatnya udara di dalam gedung. Keluhan yang ditemui pada sindrom
ini antara lain dapat berupa batuk-batuk kering, sakit kepala, iritasi di mata, hidung dan
tenggorok, kulit yang kering dan gatal, badan lemah dan lain-lain. Keluhan-keluhan tersebut
biasanya menetap setidaknya dua minggu. Keluhan-keluhan yang ada biasanya tidak terlalu
hebat, tetapi cukup terasa mengganggu dan yang penting amat berpengaruh terhadap
produktifitas kerja seseorang. Sindrom gedung sakit baru dapat dipertimbangkan bila lebih dari
20%, atau bahkan sampai 50% pengguna suatu gedung mempunyai keluhan-keluhan seperti di
atas. Kalau hanya dua atau tiga orang maka mereka mungkin sedang kena flu biasa.1
Pembahasan
I. Diagnosa klinik
A. Anamnesis
Skenario 2
A, seorang perempuan usia 30 tahun, datang ke klinik anada dengan keluhan batuk pilek
berulang sejak 3 minggu yang lalu. Ini adalah kedatangannya yang ke-3 ke dokter;
kunjungan pertama dan kedua ke dokter B, tetapi kambuh lagi padahal sudah mendapat
antibiotika untuk keluhan yang sama. Keluhan lain yang dialami adalah demam yang hilang
timbul, mata sering panas, mual, nyeri diseluruh badan dan kadang-kadang gatal, sejak 3
minggu yang lalu juga. A bekerja sebagai karyawati bagian administrasi, di gedung X lantai
5, dijalan sudirman Jakarta. A sudah bekerja selama satu tahun, jam kerja 8.00 sampai jam
17.00 dan banyak bekerja didepan computer. A baru lulu dan langsung bekerja disini, serta
tidak mempunyai riwayat alergi. Beberapa orang di tempat kerjanya ini mengalami hal yang
serupa dengan A.
2
Yang harus kita tanyakan kepada orang tua pasien adalah:
a) Riwayat penyakit
Identitas pasien (nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan)
Keluhan utama
o ibu keluhannya apa? Batuk pilek sejak 3 minggu yang lalu.
Riwayat penyakit sekarang
o Batuknya berdahak atau batuk kering? Dahaknya warna apa?
o Batuknya saat kapan? Saat beraktifitas atau malam hari?
o Ada sesak nafas atau tidak? Sekret hidung berwarna apa dan kekentalan
bagaimana?
o Batuknya ini terus-terusan selama 3 minggu atau hilang timbul?
o Keluhan yang ibu rasakan itu lebih sering saat dalam ruang kerja atau dimanapun
ibu berada?
o Ada riwayat alergi? (tidak ada)
o Ibu merokok tidak?
Keluhan tambahan
o Selain itu ada keluhan lain? (demam hilang timbul, mata terasa panas, mual, nyeri
diseluruh badan, kadang-kadang gatal)
o Sifat demamnya bagaimana apakah hilang timbul, atau terus menerus?
o Kapan mata terasa panas? Apakah ada penurunan ketajaman pengelihatan dan
mata merah?
o Riwayat sakit lambung sebelumnya? Mualnya kapan, apakah disertai muntah,
ataukah pasien sedang stress?
o Untuk nyeri diseluruh badan tanyakan apakah ada daerah yang lebih sakit
dibagian tertentu, sakitnya kapan, bagaimana karakter nyeri?
o Lokasi dan sifat dari gatalnya bagaimana?
Riwayat pengobatan
o Sebelumnya sudah mencoba berobat? Bagaimana hasilnya? (sudah tapi nihil)
Riwayat penyakit dahulu dan keluarga
o Dulu pernah seperti ini juga ibu?
3
o Keluarga ada yang seperti ini juga? Ada penyakit keturunan?
b) Riwayat pekerjaan
Ibu bekerja? Sudah berapa lama? (bagian administrasi selama 1 tahun)
Riwayat pekerjaan sebelumnya? (belum ada)
Ibu kerja dibagian administrasi atau pabrik? (dibagian administrasi)
Ruangan tempat ibu berkerja bagaimana dengan system sirkulasi udaranya?
Jika menggunakan air condition berapa kali dalam setahun dibersihkan?
Ditempat ibu bekerja ada ruangan yang sedang direnovasi atau yang baru dicat ulang
tidak?
Waktu bekerja sehari? ( dari jam 8.00 sampai jam 17.00)
Apakah teman sekerja ibu juga ada yang mengalami hal yang sama?
Selain bekerja di tempat itu, apakah ibu ada bekerja ditempat lain juga? Bekerja sebagai
apa?
Hobi dan kebiasaan ibu apa?
Bagaimana hubungan ibu dengan rekan kerja dan atasan? Adakah stress waktu bekerja?
B. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan fisik
TTV
Table B.1. Pemeriksaaan tanda-tanda vital yang dilakukan
Pemeriksaan Normal
Suhu tubuh 36̊BC-37BC
Frekuensi nadi 70-80 X/menit
Tekanan darah 120/80 mmHg
Frukensi pernapasan 12-20 /menit
4
Pemeriksaan mata dan visus
Pemeriksaan mata berdasarkan inspeksi bagian luar mata. Pemeriksaan visus ini
dilakukan karena mengingat si pasien bekerja sebagai administrative. Lebih banyak
terpapar dengan radiasi computer.
Pemeriksaan abdomen
Untuk mengetahui daerah nyeri tekan pada perut pasien berdasarkan 9 regio. Dan juga
lakuakn palpasi organ hepar, ginjal, lambung, appendix.
Pemeriksaan paru patologis
Pemeriksaan fisik dasar, yaitu;
a. Inspeksi = bentuk thoraks dan gerakan napas, cek frekuensi, kedalaman dan upaya
bernapas; dengarkan pernapasan pasien dan retraksi saat inspirasi.
b. Palpasi = untuk mengetahui area nyeri tekan, abnormalitas yang terlihat dan ekspansi
dada. Lakukan fremitus taktil.
c. Perkusi = bunyi tergantung dengan jaringan apa yang ada dibawahnya, maka akan
timbul berbagai nada (pekak, redup, sonor, hipersonor dan timpani).
d. Auskultasi = cek apakah ada bunyi paru patologi atau tidak (mengi, stupor, rongki)
b. Pemeriksaan penunjang
Cek sputum
Bahan sputum terbaik yang diperiksa adalah sputum pagi setelah bangun tidur, sesudah
kumur dan gosok gigi, sehingga sputum tidak bercampur dengan ludah. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk mencari infeksi parasit paru.
Tes kulit
Tes kulit sebagai sarana penunjang diagnosis penyakit alergi. Tujuannya adalah untuk
menentukan antibodi IgE spesifik dalam kulit pasien, yang secara tidak langsung
menggambarkan adanya antibodi yang serupa pada organ yang sakit. Di bidang alergi,
5
cara-cara tes kulit yang dilakukan adalah prick test, scratch test, friction test, patch test
dan intradermal test.
Cek darah lengkap (leukosit)
Peningkatan jumlah leukosit menunjukkan adanya proses infeksi atau radang akut
(pneumonia, tuberculosis, apendisitis) ataupun karena obat-obatan (aspirin, alopurinol,
kanamisin, streptomisin). Normal dewasa = 4000-10.000/mm3
Pemeriksaan radiologis paru
Hal ini dilakukan untuk membedakan apakah pasien menderita penyakit tuberculosis atau
tidak, mengingat batuknya sudah 3 minggu. Pada penderita tuberculosis terdapat
gambaran cavitas, kosolidasi pada apex paru.
c. Pemeriksaan tempat kerja
Sirkulasi udara
Kantor biasanya menggunakan pendingin udara yang dapat meningkatkan efisiensi kerja
karyawan. Namun air conditione juga dapat menimbulkan penyakit jika tidak dibersihkan.
Radiasi dari computer
Radiasi dari computer dan pencahayaan ditempat kerjanya juga perlu diperhatikan untuk
kesehatan matanya.
Keadaan ruang kerjanya dan kebersihan
Perhatikan apakah ada ruangan yang sedang direnovasi atau masih dalam proses
pengecatan (gedung masih baru). Dan bagaimana kebersihan kantor.
C. Working diagnose
Istilah sindrom gedung sakit (sick building syndrome) pertama dikenalkan oleh para ahli
di negara Skandinavia di awal tahun 1980-an. Istilah SBS dikenal juga dengan TBS (tigh
building syndrome) atau nonspecific building-related symptoms (BRS), karena sindrom ini
umumnya dijumpai dalam ruangan gedung-gedung pencakar langit. Namun dari penelitian
6
tahun 1978-1988 oleh NIOSH (national institute for occupational safety and health)
ditemukan pada gedung-gedung biasa dengan karakteristik kualitas udara yang buruk. EPA
(environmental protection agency of America) mendefinisikan SBS merupakan istilah
untuk menguraikan situasi dimana penghuni gedung atau bangunan mengalami gangguan
kesehatan akut dan efek timbul saat berada dalam bangunan, tetapi tidak ada penyebab yang
spesifik. Penggunaan istilah Sick Building Syndrome apabila terdapat petunjuk-petunjuk
utama bahwa gedung sebagai penyebabnya, antara lain :
adanya gejala-gejala ketika bekerja atau tinggal di dalam gedung,
kejelasan berkurangnya gejala-gejala ketika meninggalkan gedung atau bekerja di tempat
lain untuk sementara.
munculnya gejala-gejala ketika kembali ke gedung
serta adanya gejala-gejala yang dialami oleh banyak orang.2
SBS menurut Juli Soemirat Slamet yang dikutip oleh G. Sujayanto adalah gejala-gejala
gangguan kesehatan, umumnya berkaitan dengan saluran pernafasan. Sekumpulan gejala ini
dihadapi oleh orang yang bekerja di gedung atau di rumah yang ventilasinya tidak
direncanakan dengan baik. Sedangkan menurut Alan Hedge, SBS merupakan kategori
penyakit umum yang berkaitan dengan beberapa aspek fisik sebuah gedung dan selalu
berhubungan dengan sistem ventilasi.
Gejala klinik SBS
Tjandra Yoga Aditama, membagi keluhan atau gejala dalam tujuh kategori sebagi berikut:
1) iritasi selaput lendir, seperti iritasi mata, pedih, merah dan berair
2) iritasi hidung, seperti iritasi tenggorokan, sakit menelan, gatal, bersin, batuk kering
3) gangguan neurotoksik (gangguan saraf/gangguan kesehatan secara umum),seperti sakit
kepala, lemah, capai, mudah tersinggung, sulit berkonsentrasi
4) gangguan paru dan pernafasan, seperti batuk, nafas bunyi, sesak nafas, rasa berat di dada
5) gangguan kulit, seperti kulit kering, kulit gatal
6̊) gangguan saluran cerna, seperti diare
7) gangguan lain-lain, seperti gangguan perilaku, gangguan saluran kencing, dll.
Orang dinyatakan menderita SBS apabila memiliki keluhan sejumlah kurang lebih 2/3 dari
sekumpulan gejala seperti lesu, hidung tersumbat, kerongkongan kering, sakit kepala, mata
gatal-gatal, mata pedih, mata kering, pilek-pilek, mata tegang, pegal-pegal, sakit leher atau
7
punggung, dalam kurun waktu bersamaan. Untuk menegakkan adanya SBS maka berbagai
keluhan tersebut harus dirasakan oleh sekitar 20%-50% pengguna suatu gedung, dan
keluhan-keluhan tersebut biasanya menetap setidaknya dua minggu.3
D. Differential diagnose
Rhinitis alergi
Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien
atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu
mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut. Gejala rinitis
alergi yang khas ialah terdapatnya serangan bersin berulang. Sebetulnya bersin merupakan gejala
yang normal, terutama pada pagi hari atau bila terdapat kontak dengan sejumlah besar debu. Hal
ini merupakan mekanisme fisiologik, yaitu proses membersihkan sendiri (self cleaning process).
Bersin dianggap patologik, bila terjadinya lebih dari 5 kali setiap serangan, sebagai akibat
dilepaskannya histamin. Disebut juga sebagai bersin patologis.Gejala lain ialah keluar ingus
(rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang
disertai dengan banyak air mata keluar (lakrimasi). Tanda-tanda alergi juga terlihat di hidung,
mata, telinga, faring atau laring. Tanda hidung termasuk lipatan hidung melintang – garis hitam
melintang pada tengah punggung hidung akibat sering menggosok hidung ke atas menirukan
pemberian hormat (allergic salute), pucat dan edema
II. Pajanan yang dialami
Berdasarkan hasil pemeriksaan NIOSH (The National lnstitutefor Occupational Safety
and Health), suatu badan untuk kesehatan dan keselamatan di Amerika Serikat menunjukkan
enam sumber utama pencamaran udara di dalam suatu gedung yaitu:
Pencemaran dari alat-alat di dalam gedung (17%) Pencemaran akibat mesin foto kopi,
asap rokok, pestisida, bahanbahan pembersih ruangan dan lain-lain.
Pencemaran dari luar gedung (11 %) Masuknya gas buang kendaraan bermotor yang lalu
lalang, gas dari cerobong asap atau dapur yang terletak di dekat gedung, yang
kesemuanya dapat terjadi akibat penempatan pemasukan udara yang tidak tepat.
8
Pencemaran akibat bahan bangunan (3%) Formaldehid, lem, asbes, fiber glass dan bahan-
bahan lain yang merupakan komponen bangunan pembentuk gedung tersebut.
Pencemaran mikroba (5%) Bakteri, jamur, protozoa dan produk mikroba lainnya yang
dapat ditemukan di saluran udara dan alat pendingin (AC) beserta seluruh lokasi lubang
sistemnya.
Gangguan ventilasi (52%) Kurangnya udara segar yang masuk, buruknya distribusi udara
dan kurangnya perawatan sistem ventilasi udara temyata punya peranan besar dalam
menentukan sehat tidaknya lingkungan udara di dalam suatu gedung.
Tak diketahui (12%).1,2,3
Pajanan yang mungkin pada kasus ini antara lain:
1. Biologis
Pajanan biologis yang mungkin berhubungan dengan SBS adalah pajanan mikroba
(dekomposisi mikrobiotik/pembusukan, lingkungan kerja, individu atau ternak yang
terinfeksi, benda-benda kontaminasi)
2. Fisik
Pajanan fisik yang mungkin berhubungan dengan SBS adalah kondisi tempat kerja (suhu,
radiasi, cahaya dan bising).
3. Kimia
Pajanan kimia yang mungkin berhubungan dengan SBS adalah sirkulasi udara dan polusi
udara dari dalam ruangan (pengecatan) maupun dari luar.
4. Ergonomis
Pajanan ergonomis yang berhubungan dengan SBS adalah bentuk meja dan kursi kerja, posisi
saat bekerja, serta desain tangga kantor.
5. Psikologis
Penyebab pajanan psikologis adalah faktor psikososial (upah yang kecil, beban kerja yang
berat, tidak ada prospek dalam jejaring karir, kurang penghargaan) dan faktor individu (tidak
9
ada kesempatan untuk belajar, bekerja terlalu lama, jam istirahat kurang, jam kerja lama,
kondisi lingkungan kerja yang tidak baik.4
III.Hubungan pajanan dengan penyakit
Tabel 2. Kemungkinan hubungan pajanan dengan penyakit.
Jenis pajanan Pajanan yang mungkin di alamin
Biologis Status gizi Jenis makanan yang dimakan
kurang memenuhi gizi
seimbang, jam makan yang
tidak teratur
Imunologik Kondisi kesehatan yang tidak
fit
Kuman dan virus Ruangan yang jarang
dibersihkan, banyak debu di
sekitar meja kerja
Fisik Suhu Terlalu panas atau dingin
Radiasi Layar computer yang tidak
diberi antiradiasi, cahaya dari
mesin fotokopi
Cahaya Terlalu silau, remang-remang
Kebisingan Jumlah pekerja dalam satu
ruangan yang terlalu banyak
Kimia Sirkulasi udara Ventilasi, AC, exhaust fan
Polusi udara dari dalam dan
luar ruangan
Asap rokok, volatile organic
compounds
10
Ergonomis Model meja dan kursi kerja Yang tidak sesuai standar
Posisi saat bekerja Yang tidak benar
Desain tangga Yang tidak sesuai standar
Psikologis Jam kerja dalam sehari Maksimal 8 jam sehari
Beban pekerjaan dalam
sehari
Tugas yang menumpuk
Hubungan dengan atasan
serta rekan kerja
Kurang harmonis
Polusi dalam ruang digolongkan menjadi:
1. Polusi fisik
Yang termasuk ke dalam polusi fisik adalah:
a. Pendingin udara (kaitannya dengan suhu dan kelembaban ruang)
Idealnya, filter mesin AC dibersihkan dan dibubuhi disinfektan setidaknya 3-4 kali
setahun. Jika tidak, AC menjadi lokasi ideal bagi perkembangbiakan rombongan bakteri.
Kawanan Chlamydia sp, Escherichia sp, dan Legionella sp, akan bersarang dengan
nyaman di sela filter AC yang berair dan lembab. Ketika udara AC menyembur ke
seluruh sudut ruangan, saat itu pula koloni kuman menyusup ke saluran pernapasan,
terhirup melalui mulut dan hidung.
b. Debu di ruangan kerja
Karena ukurannya (0,1 – 2,5 mikron) yang kecil, debu dapat terhirup dan tersangkut di
dalam paru sehingga dapat mengganggu akivitas pernafasan manusia.
c. Karpet yang tidak dirawat
Sebagian iritasi pada Sick Building Syndrome disebabkan oleh alergen yang terdapat pada
karpet, seperti tungau. Juga alas karpet serta perekat yang digunakan untuk merekatkan
karpet tersebut acap kali mengeluarkan senyawa-senyawa organik yang mudah menguap
2. Polusi biologi
11
- Humidifier fever (dalam system pendingin) yaitu suatu penyakit yang disebabkan oleh
organisme yang menyebabkan sakit pada saluran pernafasan dan alergi.
- Legionnaire disease (pada pendingin ruangan) disebabkan oleh spesifik bakteri terutama
bakteri legionella pneumophila. Gejala kliniknya Reaksi seperti flu biasa, demam, menggigil,
pusing, batuk berdahak, badan lemas, tulang ngilu dan hilangnya selera makan.
3. Polusi kimia
Penggunaan pewangi ruangan merupakan salah satu penyebab polusi dalam ruang karena
pewangi ruangan tersebut termasuk turunan benzene dan aldehida yang akan memaparkan
bermacam bahan yang serba kimiawi. Ada yang bisa menyebabkan alergi, pusing, hingga
mual. Selain itu, juga penyemprot nyamuk, rokok, mesin fotokopi yang mengeluarkan ozon,
penggunaan berbagai desinfektan.
4. Polusi gas
Polusi gas, selain datang dari asap pembuangan kendaraan bermotor juga dari kompor gas
yang mengeluarkan karbonmonoksida, karbondioksida, dan nitrogen dioksida. Selain itu,
juga banyak materi bangunan modern, seperti cat rumah yang masih baru diaplikasikan,
papan partikel (particle board), papan fiber (fiber board), dan berbagai macam perabotan
plastik yang mengeluarkan gas organik dalam jangka tahunan.5
IV. Besarnya pajanan
Patofisiologi penyakit
Lingkungan kerja perkantoran meliputi semua ruangan, halaman dan area sekelilingnya
yang merupakan bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja untuk kegiatan perkantoran.
Lingkungan kerja perkantoran biasanya disebut secara berbeda dari pabrik. Fenomena SBS
berkaitan dengan kondisi gedung, terutama rendahnya kualitas udara ruangan. Berbagai bahan
pencemar (kontaminan) dapat mengganggu lingkungan udara dalam gedung (indoor air
environment) melalui empat mekanisme utama, yaitu:
(1)gangguan sistem kekebalan tubuh (imunologik );
(2) terjadinya infeksi;
(3) bahan pencemar yang bersifat racun (toksik);
(4) bahan pencemar yang mengiritasi dan menimbulkan gangguan kesehatan.
12
Gangguan sistem kekebalan tubuh dipengaruhi oleh konsumsi zat gizi. Konsumsi zat gizi yang
baik akan memperbaiki status gizi, sehingga meningkatkan ketahanan fisik dan meningkatkan
produktivitas kerja, di samping membantu mengurangi infeksi. Sedangkan bahan kimia yang
bersifat racun (toksik) lebih banyak diserap oleh orang usia muda dan tua dibanding pada orang
dewasa.
Epidemiologi
Dua puluh tahun belakangan ini di dunia banyak sekali dibangun gedung-gedung
bertingkat tertutup rapat lengkap dengan ventilasi udara yang tergantung sepenuhnya pada
berbagai mesin, seperti kantor atau perkantoran yang merupakansalah satu tempat kerja yang
menggunakan ventilasi dengan sistem Air Conditioner (AC). Hal tersebut menyebabkan polusi,
terutama polusi udara yang diakibatkan ventilasi sistem ACmempunyai sirkulasi udara sendiri,
sehingga akan mempengaruhi kualitas udara dalam ruangan. Menurut Kepala Badan
Kependudukan Nasional (Baknas), diseluruh dunia diperkirakan 2,7 juta jiwa meninggal akibat
polusi udara, 2,2 juta diantaranya akibat indoor pollution atau polusi udara di dalam ruangan.
Padahal 70-80 persen sebagian besar waktu manusia dihabiskan di dalamnruangan. Secara
konsisten EPA mengurutkan polusi dalam ruangan sebagai urutan lima besar resiko lingkungan
pada kesehatan umum.6̊
V. Faktor individu
Perhatikan kesehatan fisik pasien. Tanyakan riwayat alergi, kebiasaan olahraga (berapa
banyak dalam seminggu dan berapa lama), dan riwayat penyakit keluarga (penyakit keturunan
dan apakah anggota keluarga lain juga menderita hal yang sama). Lalu tanyakan juga kesehatan
mentalnya (cara penanganan dikala stress, apabila di pernah cek tanyakan tipe kepribadiannya
karena orang dengan tipe kepribadian A cenderung mudah stress). Kebersihan perorangan juga
penting karena kemungkinan saja keluhannya itu disebabkan karena dia tidak bersih (tidak mandi
—gatal-gatal; jarang membersihkan ruangan tempat ia bekerja sehingga banyak debu—batuk
pilek).7
VI. Faktor lain diluar pekerjaan
13
Selain faktor dari individu pasien itu sendiri. Kita juga perlu menanyakan faktor-faktor lain,
seperti:
-Hobi = karena ada kemungkinan keluhannya ini karena hobinya (menonton tv, traveling, kuliner,
main game sampai lupa waktu)
-Kebiasaan (merokok, minum alcohol)
-Pajanan rumah = ini penting untuk mencari penyebab spesifik dari keluhannya (rumah/daerah
sekitar rumah sedang dalam tahap renovasi, sirkulasi udara dirumah berhubungan dengan
ventilasi dan kebersihan pendingin udara, kebersihan rumah, adakah dirumah yang merokok)
-Pekerjaan sambilan = sepulang dari kantor apakah ada pekerjaan sambilan juga seperti menjadi
penjaga toko tua, tukang cet.7
VII. Diagnosa okupasi
Berdasarkan pembahasan di atas, diambil kesimpulan bahwa penyakit yang dialami
pasien merupakan penyakit akibat kerja yaitu sick building syndrome (SBS).
Penyakit akibat kerja = pajanan yang dialami akibat bekerja langsung degan bahan biologi
atau merupakan hasil langsung dari proses kerja yang dilakukan pekerja. Contohnya;
pekerja di peternakan—infeksi dari bakteri ternak
Penyakit akibat hubungan kerja = pajanan yang dialami akibat tercemarnya lingkungan kerja
dan merupakan akibat tidak langsung akibat proses kerja. Contohnya; hiegene dan
pemeliharaan tempat kerja yang kurang baik.7
Penyakit bukan akibat kerja = pajanan bilogi yang secara alamiah berada diwilayah
lingkungan tempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan kesehatan pada
masyarakat tertentu. Contohnya; malaria dan demam berdarah.8
VIII. Penatalaksanaan
14
Mediakamentosa
Penanganan berdasarkan gejala yang di alami.
Asupan suplemen antioksidan terbukti menurunkan SBS hingga 6̊5 persen, penelitian ini
menunjukkan bahwa berbagai gangguan atau keluhan SBS yang terjadi pada para karyawan
berbagai perusahaan di Jakarta dapat diturunkan setelah mengkonsumsi suplemen antioksidan
secara teratur setiap hari selama 3 bulan, untuk selalu menjaga tubuh tentu harus dikonsumsi
rutin karena tubuh memerlukanya dan kita dapatkan dari makanan yang sehat atau suplemen
yang mengandung zat antioksidan.
Antibiotik makrolida seperti clarithromycin dan azithromycin lebih efektif dibandingan dengan
eritromisin. Tetapi banyak pasien dengan penyakit ini hanya diobati dengan macrolides dan
antibiotic betalaktam.9
Non medikamentosa
- Berikan edukasi kepada pasien
- Gunakan masker selama di kantor untuk mengurangi pajanan kimia yang ada di ruang kerja.
- Pada komputer gunakan layar antiradiasi untuk mengurangi radiasi dari layer komputer.
IX. Pencegahan
Keluhan yang timbul pada penderita SBS biasanya dapat ditangani secara simtomatis asal diikuti
dengan upaya agar suasana lingkungan udara digedung tempat kerja menjadi lebih sehat. Yang
perlu mendapat perhatian utama tentu bagaimana pencegahan yang dapat dilakukan untuk
menghindari suatu gedung menjadi penyebab SBS.10 Ternyata upaya pencegahannya cukup luas,
menyangkut bagaimana gedung itu dibangun, bagaimana desain ruangan, bahan-bahan yang
digunakan di dalam gedung, perawatan alat-alat dan lain-lain.
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan meliputi:
1. Umunnya penderita SBS akan sembuh apabila keluar dari dalam gedung tersebut, gejala-
gejala penyakitnya dapat disembuhkan dengan obat-obat simtomatis.
2. Upaya agar udara luar yang segar dapat masuk ke dalam gedung secara baik dan
terdistribusi secara merata ke semua bagian di dalam suatu gedung. Dalam hal ini perlu
diperhatikan agar lubang tempat masuknya udara luar tidak berdekatan dengan sumber-
15
sumber pencemar di luar gedung agar bahan pencemar tidak terhisap masuk ke dalam
gedung. Ventilasi dan sirkulasinya udara dalam gedung diatur sedemikian rupa agar semua
orang yang bekerja merasa segar, nyaman dan sehat, jumlah supply udara segar sesuai
dengan kebutuhan jumlah orang di dalam ruangan, demikian pula harus diperhatikan jumlah
supply udara segar yang cukup apabila ada penambahan-penambahan karyawan baru dalam
jumlah signifikan.
3. Perlu pula diperhatikan pemilihan bahan-bahan bangunan dan bahan pembersih ruangan
yang tidak akan mencemari lingkungan udara di dalam gedung dan lebih ramah lingkungan
(green washing, non toxic, ecological friendly).
4. Penambahan batas-batas ruangan dan penambahan jumlah orang yang bekerja dalam satu
ruangan hendaknya dilakukan setelah memperhitungkan agar setiap bagian ruangan dan
individu mendapat ventilasi udara yang memadai.
5. Jangan adal membuat sekat ruangan saja, dan jangan terus-menerus menambah jumlah
orang untuk bekerja dalam satu ruangan sehingga menjadi penuh sesak.
6̊. Alat-alat kantor yang mengakibatkan pencemaran udara, seperti mesin fotokopi, diletakkan
dalam ruangan terpisah.
7. Renovasi kantor dengan menggunakan bahan-bahan bangunan baru, cat baru, lem baru, agar
dipasang exhaust fan yang memadai agar pencemaran dari volatile organic compounds
(VOCs), terutama uap benzene dan formaldehyde yang berasal dari bahan-bahan bangunan
baru dapat segera dibuang.11
X. Prognosis
Prognosis untuk kasus ini baik bila penyebab dapat diatasi dengan segera. Sehingga kualitas
kerja para pekerja baik, dan akhirnya produktivitas perusahaan baik
PENUTUP
16
Sick Building Syndrome adalah sekumpulan gejala yang dialami oleh penghuni gedung
atau bangunan dimana di dalamnya terjadi gangguan sirkulasi udara, yang dihubungkan dengan
waktu yang dihabiskan di dalam gedung tersebut, tetapi tidak terdapat penyakit atau penyebab
khusus yang dapat diidentifikasi.Penyebab terjadinya Sick Building Syndrome berkaitan erat
dengan ventilasi udara ruangan yang kurang memadai karena kurangnya udara segar masuk ke
dalam ruangan gedung, distribusi udara yang kurang merata, serta kurang baiknya perawatan
sarana ventilasi (indoor air quality). Seseorang dinyatakan menderita Sick Building Syndrome
apabila memiliki keluhan sejumlah kurang lebih 2/3 dari sekumpulan gejala lesu, hidung
tersumbat, kerongkongan kering, sakit kepala, mata gatal-gatal, mata pedih, mata kering, pilek-
pilek, mata tegang, pegal-pegal,sakit leher atau penggung, dalam kurun waktu yang bersamaan.
DAFTAR PUSTAKA
17
1. A. M. Sugeng Budiono, R. S. M. Jusuf dan Adriana Pusparini. 2003.Bunga Rampai
Hiperkes & KK.Semarang: Badan PenerbitUniversitas Diponegoro.
2. Alan Hedge. 2003.Addressing the Psychological Aspects of Indoor Air Quality.
ADevision of the National Safety Council. 1025 ConnecticilAvenue. NW. Suite 1200.
Washington, DC. Available:http://www.epa.gov/niehs/ieqwww.txt
3. Balai KK & Hiperkes. 2004. Panduan Praktikum Laboratorium KeselamatanKerja Dan
Hiperkes Mahasiswa Unnes. Semarang: Balai KK& Hiperkes.
4. Boediono dan Wayan Koster. 2002.Teori Dan Aplikasi Statistika Dan
Probalitas.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
5. Ladou J,editor. Current occupational and environmental medicine. 4th ed. New York : The
McGraw Hill companies; 2007.p.719-24.
6̊. Burge PS. Sick building syndrome. Occup environ med 2004;6̊1 :125-190.
7. Sumamur PK. Higiene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta : Sagung seto;2009.
8. Widoyono. Penyakit tropis. Edisi ke 2. Jakarta : penerbit erlangga;2011.h.204-8.
9. Levy BS, Wegman DH, Baro SL, Sokas RK. Ocuupational and environmental health. 5 th
ed. Philadelphia : Lippincot williams and wilkins; 2006̊.p.415-17.
10. Jawetz, Melnick, Adelberg. Mikrobiologi kedokteran. Edisi 23. Jakarta: EGC; 2007
11. Hemlich JE. Sick building syndrome. Fact sheet community development COFS-194-
08;2008.
18